#pelayaran
Explore tagged Tumblr posts
kanalblog · 11 months ago
Text
Penemuan Kompas dalam Sejarah Navigasi yang Memiliki Peran Penting
Kompas, sebuah instrumen yang masih luas digunakan hingga saat ini, telah mengubah pengetahuan dan pemahaman kita tentang Bumi selamanya. Dengan kompas, manusia dapat menjelajahi lautan yang luas dengan keyakinan, membuka pintu bagi peradaban untuk berkembang dan terhubung di seluruh dunia. Kompas adalah salah satu penemuan yang sangat penting dalam sejarah navigasi manusia. Kompas dalam Sejarah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
corneliusrenala · 2 years ago
Photo
Tumblr media
A goal without a plan is just a wish. - Tujuan tanpa rencana hanyalah sebuah harapan Qoute by @corneliusrenala @renala.id #pelaut #pelautindonesia #pelayaran #tarunapelayaran #indonesia #pelautganteng #pelautmuda #seafarer #bp #sailor #seaman #pelautku #pelauthits #pelayaranindonesia #taruna #istripelaut #ship #maritime #pelautnusantara #pelautkeren #akmil #seamanlife #kapal #tarunanusantara #tarunaindonesia #tni #pelautwanita #rekanitapelaut #polisi #sekolahpelayaran (di Sangkulirang, Kalimantan Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/Cp5Mj6pvVQS/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
konveksi-seragamwisuda · 3 months ago
Text
BEST QUALITY!! 0811-3225-8899, Konveksi Seragam Kerja Kaos di Pesisir Selatan, Konveksi Kemeja Kerja Custom di Pesisir Selatan
0811-3225-8899, konveksi baju kerja resmi laki laki, konveksi baju kerja rumah sakit, konveksi baju resmi kerja, konveksi baju seragam kerja, konveksi baju seragam kerja kantor, konveksi baju seragam kerja lapangan, konveksi baju seragam kerja lengan panjang, konveksi baju seragam kerja lengan panjang wanita, konveksi baju seragam kerja proyek "Selamat datang di Azkha Mulya Jaya, konveksi terbaik yang menghadirkan keunggulan dalam berbagai produksi seragam. Dengan bangga, kami menawarkan layanan konveksi yang mencakup berbagai kebutuhan, mulai dari seragam sekolah hingga seragam lapangan, dan segala keperluan seragam lainnya. Komitmen kami terletak pada kualitas terbaik, desain inovatif, dan pelayanan pelanggan yang memuaskan. Bagi sekolah, kami memahami pentingnya identitas dan kenyamanan dalam seragam, sehingga setiap seragam sekolah yang kami produksi didesain untuk mencerminkan semangat sekolah dan memberikan kenyamanan maksimal kepada para siswa. Bagi bisnis dan proyek, kami menyediakan seragam kerja dan seragam proyek yang tidak hanya fungsional namun juga mencerminkan profesionalitas perusahaan Anda. Seragam kantor yang elegan juga merupakan salah satu spesialisasi kami, memberikan sentuhan kelas dan keseragaman bagi tim Anda. Dengan pengalaman bertahun-tahun, Azkha Mulya Jaya berkomitmen untuk memberikan solusi seragam yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan Anda. Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan seragam berkualitas tinggi yang akan memberikan kepuasan dan gaya pada setiap penggunaannya. Percayakan seragam Anda kepada kami, dan biarkan kami membantu Anda tampil beda dan profesional dalam setiap kesempatan.
UNTUK INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI: 0811-3225-8899 (AZKHA MULYA JAYA)"
#seragamkerjaetnik, #seragamkerjaexlusive, #seragamkerjaformal, #seragamkerjafariasi, #seragamkerjafariasibordir, #seragamkerjafarmasi, #seragamkerjafinance, #seragamkerjaguru, #seragamkerjahotel
0 notes
kantorberita · 4 months ago
Text
Bengkulu Jadi Tuan Rumah Diklat Basic Safety Training dan Sertifikasi Kapal untuk Peningkatan Keselamatan Laut
Bengkulu Jadi Tuan Rumah Diklat Basic Safety Training dan Sertifikasi Kapal untuk Peningkatan Keselamatan Laut KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU|| Pada hari Senin, 22 Juli 2024, Hotel X-tra Bengkulu menjadi tuan rumah untuk acara penting dalam upaya peningkatan keselamatan di laut. Diklat Pemberdayaan Masyarakat dengan tema Basic Safety Training (BST) – Kapal Motor dan Sertifikat Kelayakan Kapal (SKK)…
0 notes
bantennewscoid-blog · 6 months ago
Text
Maritim Banten dalam Catatan Dunia
Oleh: Sulaiman Djaya, penyair Akhir Oktober dan awal November 2023 lalu di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kampus Sindangsari, saya diminta menjadi pemateri untuk tema dan materi seputar sejarah dan budaya Banten, pada program pertukaran mahasiswa seluruh Indonesia. Dan khusus untuk sejarah Banten, saya tertarik untuk memaparkan secara singkat sejarah maritim Banten dalam konteks sejarah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Tumblr media
TERCEPAT, Call 0859-6284-8598, Jasa Cari Data Skripsi Akademi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Bahtera Konsultanskripsi.id
0 notes
Text
Tumblr media
TERCEPAT, Call 0859-6284-8598, Jasa Pendampingan Tesis Akademi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Bahtera Konsultanskripsi.id
0 notes
juliaimron · 2 years ago
Link
0 notes
zam-jb · 17 days ago
Text
Adik
Keluargaku memanggilku dengan panggilan adik, aku berumur 17 tahun dan aku adalah anak bongsu daripada 2 beradik. Kakakku berumur 20 tahun, baru tiga bulan berkahwin dan masih tinggal bersama kerana suaminya seorang kapten sebuah kapal pelayaran. Suaminya akan pulang tiga bulan sekali dan kini sudah hampir dua bulan suaminya belayar. Ibuku pula berumur 39 tahun, semenjak ayahku berkahwin lagi ibu mula menjadi pendiam dan selalu menanggis. Aku merasa sangat marah pada ayah tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa walaupun aku merasa sedih dan kasihan melihat ibu yang kesepian kerana ayah sekarang jarang pulang ke rumah.
Pengalamanku ini bermula ketika aku sedang menunggu keputasan peperiksaan SPM.
Pada suatu hari, makcik ku yang berumur 43 tahun itu meminta aku menemaninya kerana pakcik ku tiada di rumah. Makcik ku ini masih cantik walaupun sudah berumur kerana makcik pandai menjaga tubuh badannya. Tubuh makcik gempal sedikit tetapi tidaklah gemuk sangat, buah dadanya memang besar dan punggungnya juga besar seiring dengan potongan badan nya. Makcik ku bekerja sebagai pembantu pengurus di sebuah bank. Makcik suka memakai baju kebaya yang agak ketat membuatkan buah dada serta punggung besarnya jelas kelihatan walaupun perutnya sedikit buncit. Pakcikku pulang ke kampung selama tiga hari. Makcik yang takut tinggal kesorangan mengajakku tidur di rumahnya. Petang itu aku ke rumah makcik setelah memberitahu dan meminta izin dari ibu.
Pada malamnya selepas makan bersama makcik, aku menonton tv dan nenek yang baru selesai mengemas di dapur datang duduk di sebelahku. Aku dan makcik berbual-bual sambil menonton tv, ketika berbual itu aku sempat melihat muka makcik yang tiada sedikit kedutan itu kelihatan sangat cantik dan kelihatan lebih muda dari umur sebenarnya.
“Adik… akcik masuk tidur dahulu la, ngantuk pula rasanya.” Kata makcik setelah agak lama berbual denganku.
“Ye la cik…” Jawabku sambil memandang punggung besar nya yang bergegar-gegar di sebalik kain batik yang dipakainya ketika makcik masuk ke dalam biliknya. Memang dari dahulu lagi aku tertarik pada punggung dan buah dada makcik yang besar itu.
“Adik… tolong acik jap boleh….” Makcik ku memangilku setelah hampir setengah jam aku menonton tv. Aku terus bangun lalu mamatikan suis tv dan aku terus masuk ke dalam bilik makcik yang tidak berkunci itu.
“Tolong apa acik…?” Tanyaku pada makcik yang sedang terbaring di atas katilnya.
“Tolong picitkan badan makcik ni jap, lenguh pula rasanya… tak boleh nak tidur…” Minta makcik ku sambil berpusing dan meniarap.
Aku naik ke atas katil dan duduk disebelah makcik sambil melihat punggung nya yang besar itu. Punggung makcik yang kelihatan masih pejal dan masih lentik itu membukit tinggi. Tubuh makcik kelihatan menarik, mungkin kerana makcik hanya ada seorang anak saja.
Aku mula selakkan baju t-shirt makcik ke atas lalu aku lumurkan minyak yang diberinya ke belakang tubuh makcik yang tidak memakai coli itu. Aku terus menggosok belakang makcik dengan lembut dan nenek memalingkan mukanya ke arahku dengan mata yang separuh terpejam. Aku mula merasa ghairah dan sedikit terangsang apabila melihat nenek dalam keadaan begitu. Aku mula teringat dan mula terbayangkan kembali cerita lucah yang menunjukkan lelaki dan perempuan sedang mengadakan hubungan seks.
Aku selalu menonton cerita lucah apabila bersorangan di rumah, aku merasa ghairah sekali dan mula terfikir untuk cuba merangsang nafsu makcik ku. Aku terus menggosok belakang badan makcik sambil memikirkan cara untuk merangsang nafsu makcik. Perlahan-lahan aku menyelak kain batik makcik hingga terserlah pehanya yang berisi dan gebu itu di depan mataku. Aku sapukan minyak pada peha makcik lalu aku lurutkan hingga ke hujung jari kakinya berulang kali.
“Sedapnya adik… gosok macam tu la…” Tiba-tiba makcik ku bersuara. Aku bertambah semangat, aku mengurut dari kaki hingga ke peha makcik dengan agak kuat dan aku melihat makcik menggerak-gerakkan punggungnya.
“Perlahan sikit adik… jangan kuat sangat…” Minta makcik dengan matanya terpejam rapat. Aku memperlahankan urutanku dan mula menggosok perlahan kaki serta pehanya. Aku memberanikan diri mengambil kesempatan dengan menggerakkan tanganku menggosok lembut hingga ke pangkal peha makcik lalu turun kembali ke kakinya.
“Mmmmm…. ohhhh…” makcik mengeluh perlahan, keluhannya seolah-olah satu keluhan kenikmatan yang menambahkan lagi keberanianku.
Aku mula mengusap lembut peha makcik, semaki lama semakin ke atas dan perlahan-lahan aku mula menyentuh sedikit ke celah kelengkangnya. Aku memberanikan lagi diriku dengan menyelak kain batik makcik ke atas lagi dan terus mengusap lembut peha di celah kangkangnya. Aku dapat melihat sedikit belahan punggungnya yang putih dan gebu itu kerana makcik tidak berseluar dalam. makcik membuka sedikit kangkangnya apabila tanganku sampai ke celah kangkangnya. Aku teruskan usapankan sehingga jari-jariku menyentuh sedikt punggung gebu makcik ku, makcik membiarkannya dan jari-jariku kini tersentuh sedikit bawah cipapnya. Pada mulanya makcik terus menggerakkan punggungnya tetapi kemudiannya makcik berhenti menggerakkan punggungnya apabila jari-jariku mula menyentuh bibir cipapnya.
“Adik… jangan sampai kat situ…. jangan…jangan gosok kat situ…” makcik ku bersuara dengan nada merintih tetapi makcik tidak pula menepis tanganku supaya aku berhenti dari menyentuh bibir cipapnya.
Aku semakin berani dan bertambah terangsang, aku teruskan usapan lembutku di cipap makcik sehingga cipapnya mula terasa basah dan semakin lama semakin banyak mengeluarkan lendirnya. Aku tahu makcik sudah terangsang dengan usapanku di cipapnya, aku memainkan jariku di kelentitnya yang sudah membesar dan mengeras itu. makcik menggerakkan semula punggungnya mengikut rentak gentelan jariku di kelentitnya.
“Uuuh… uhhh…ahhh…ermmm…” makcik mengerang perlahan ketika aku melajukan lagi gentelan jariku di kelentitnya.
“Adik… jangan… jangan dik, uhhh… uhhh…ahhh…” Aku tidak dapat bertahan lagi, aku lepaskan jariku di kelentitnya dan menyentuh bahu makcik untuk menelentangkannya.
Aku cuma menyentuh lembut untuk memalingkannya tetapi makcik terus berpusing terlentang dengan matanya terpejam rapat dan tangannya menutupi kedua-dua buah dadanya yang besar itu kerana baju nenek sudah terselak ke atas. Walapun buah dadanya di tutup dengan tapak tanganya, tetapi aku masih dapat melihat separuh buah dadanya kerana buah dada makcik ku yg sungguh besar. makcik tidak bersuara dan membiarkan sahaja aku mengalihkan tangannya dari menutupi buah dadanya. Aku mula meramas-ramas buah dada makcik yang besar itu, buah dada nenek terasa sungguh lembut walaupun sudah tidak pejal lagi. makcik memalingkan mukanya ke tepi, tidak memandangku mungkin kerana merasa malu. Aku meletakkan jariku di alur bibir cipap makcik lalu memainkan jariku di cipapnya.
“Arrrgghhhh…ermm..” makcik ku merintih kenikmatan membuatkan aku sudah tidak dapat mengawal nafsuku lagi dan aku tahu dalam keadaan begini makcik akan merelakan aku untuk menyetubuhinya. Muka makcik masih lagi berpaling, tidak memandangku dan ini memberikan aku peluang untuk menanggalkan pakaianku. Dengan cepat aku menanggalkan seluruh pakaianku dan setelah berbogel, aku terus menindihi tubuh makcik. Sebelah tanganku memaut tubuh makcik ku, kakiku berusaha mengangkangkan kakinya dan sebelah tanganku lagi memegan batangku lalu di halakan ke cipapnya. Batangku kini menyentuh bibir cipapnya dan nenek cuba meronta tetapi rontaannya amat lemah.
“Adik… adik tak bolehhh…jangannn..” Tiba-tiba makcik bersuara tetapi suaranya terhenti apabila kepala batangku mula menguak masuk ke dalam cipapnya.
Oleh kerana cipap makcik sudah basah dan berlendir, batangku dengan mudah menerobos masuk ke dalam lubang cipapnya. Aku menekan batangku masuk hingga rapat ke pangkal batangku, makcik berhenti meronta dan terus terdiam. Aku mula menggerakkan punggungku turun dan naik membuatkan batangku keluar masu ke dalam cipap makcik ku. Tubuh makcik hanya kaku, membiarkan aku menikmati cipapnya dan makcik tidak menunjukkan sebarang tindak balas dari tujahan batangku di dalam cipapnya. Tanganku pula meramas-ramas buah dada makcik yg semakin keras dan mengentel-gentel puting buah dadanya. makcik tetap mendiamkan diri dan aku melihat air mata nenek meleleh keluar dan mengalir laju di pipinya.
Aku yang baru pertama kali merasa kenikmatan dari cipap perempuan walaupun cipap itu adalah cipap makcik ku sendiri bertambah ghairah dan henjutanku semakin laju. makcik menutup mukanya dengan kedua-dua tangannya, aku tetap meneruskan henjutanku dan aku mula merasa air maniku hendak terpancut keluar.
“Arrrgghhh… acikk… sedapnya…. adik nak pancut niiii….” Aku mengerang apabila merasa air maniku hendak terpancut keluar. makcik cuba menolak aku tetapi aku memeluk kuat tubuhnya dan menekan batangku semakin dalam. Air maniku memancut laju keluar dengan banyaknya ke dalam cipap makcik ku sehingga meleleh keluar membasahi pehanya.
“Adik…apa adik dah buat kat acik ni… adik jahat…” makcik menolak tubuhku dari terus menindihi tubuhnya.
Aku merebahkan tubuhku di sebelah makcik dan terus memeluk tubuhnya dengan perasaan yang sungguh puas. makcik ku masih menangis tanpa bersuara dan hanya terbaring kaku, aku yang mula merasa takut dimarahi makcik terus keluar dari biliknya. Malam itu baru aku tahu kenikmatan sebenar apabila dapat bersetubuh dengan perempuan. Selama ini aku hanya melihat dari cerita lucah dan sekarang aku dapat merasainya. Aku berbaring di atas sofa sambil mengenangkan apa yang telah aku lakukan sebentar tadi pada makcik.
Apabila aku bayangkan kembali tubuh makcik yang gempal dan gebu itu, batangku kembali mengeras. Kalau di ikutkan nafsu hatiku, aku mahu menyetubuhi lagi makcik malam itu tetapi aku merasa takut di marahinya. Aku juga takut jika makcik melaporkan pada polis atau memberitahu pakcik ku atau memberitahu ibu, tentu malu besar aku nanti. Aku mula merasa sedikit menyesal kerana menyetubuhi makcik, namun aku tidak dapat melarikan diri lagi kerana perkara itu sudah berlaku. Malam itu aku tertidur di atas sofa dan tidak tidur di dalam bilik yang sudah di sediakan makcik untukku.
“Adik… bangun… kenapa tidur di sini…?” Aku terjaga apabila makcik mengejutkan aku, pagi itu aku bangun tidur agak lewat kerana persetubuhanku dengan makcik malam tadi membuatkan aku merasa sangat letih. Aku tergamam apabila melihat makcik ku berada di sebelahku, aku tidak tahu bagaimana untuk berhadapan dengan makcik pagi ini. Aku malu untuk bertentang mata dengan makcik kerana aku takut makcik akan memarahi aku.
“Letih sangat ke hingga tak sedar hari dah siang…? Dah… bangun, pergi mandi, lepas tu sarapan… acik tunggu kat dapur…” Kata makcik sambil tersenyum membuatkan aku merasa lega kerana makcik tidak memarahiku.
Aku hanya diam sahaja sambil melihat lenggokkan punggung besar makcik yang berjalan ke dapur, makcik ku bersikap seperti biasa seolah-olah tiada apa yang berlaku. Aku bangun lalu ke bilik air dan terus mandi, selesai bersiap aku terus menuju ke meja makan. Aku mencuri pandang ke arah makcik dan makcik kelihatan seperti biasa namun jantungku tetap berdebar-debar.
“Tak sedar anak sedara acik sudah dewasa dan jahat pulak tu…” Tiba-tiba makcik berkata membuatkan jantungku semakin kuat debarannya.
“Maafkan adik cik… malam tadi adik tak sengaja… adik tak…….”
“Dah la… benda dah terjadi… lupakan saja…” Kata makcik ringkas memotong kata-kataku lalu terus berlalu dan baring di atas sofa sambil menonton tv. Aku duduk bersarapan seorang dan setelah selesai, aku bangun lalu menuju ke bilikku.
“Adik…tolong picitkan kepala acik jap, makcik pening kepala la…” Panggil makcik ku. Aku terus menuju ke sofa lalu merapati makcik, aku memicit-micitkan dahinya dan makcik memejamkan matanya. Aku merasa sungguh lega kerana makcik tidak memarahiku dan ini membuatkan aku merasa bernafsu kembali terhadap makcik. Ketika memicit kepala makcik, aku memandang tubuh makcik ku yang sedang terbaring di atas sofa.
Batang aku mula mengeras apabila aku bayangkan kembali kejadian malam tadi, aku ingin mengulanginya lagi kerana makcik tidak memarahiku. Aku rasa makcik tidak marah kerana makcik juga merasa kenikmatnya dengan batang muda aku ni atau mungkin sudah lama tidak di belai pakcik ku. Aku tersenyum sendirian dan bertekad akan mengulanginya lagi sebentar nanti. Aku akan cuba merangsang makcik lagi agar makcik sanggup bersetubuh denganku.
“Adik… apa perasaan adik setelah apa yang adik buat pada makcik malam tadi..?”
Aku terkejut dengan soalan itu tetapi aku cuba menenangkan diriku.
“Adik…err… adik sayang acik…” Jawab ku.
“Itu saja ke…?” Tanya nenek dengan tenang.
“Acik cantik… adik tak tahan tengok acik, rasa nak peluk dan rasa nak……”
“Rasa nak apa…? Acik ni kan sudah tua… carila yg muda sama mcm adik.. sanggup adik buat macam tu kat acik.” jawab makcik memotong penjelasan aku.
“Ermmm..Takpe la… malam ni adik boleh tidur dengan acik lg, tapi… jangan beritahu kat sesiapa tau…” sambung makcik ku.
Aku hanya mengganguk-anggukkan kepalaku. Tiba-tiba makcik memusingkan tubuhnya menghadap aku yang sedang duduk di atas lantai sebelahnya lalu memaut leherku dan terus mencium pipiku.
“Jom kita masuk dalam bilik… adik buat acik macam malam tadi…” tiba tiba makcik bersuara
Aku terkejut bercampur gembira mendengar kata-kata makcik, tanpa segan silu makcik mengajakku ke biliknya.
“Adik… adik tolong puaskan acik, dah lama acik tak merasa kenikmatan seperti malam tadi…pakcik kau dah tak kuat macam dulu…” Kata makcik setelah berada di dalam biliknya. baru aku teringat pakcik suami kedua makcik selepas suami pertama meninggal. Pakcik yang sekarang jauh beza umur dengan makcik umur 56 tahun.
makcik mula membuka baju t-shirtnya lalu menanggalkan colinya sendiri sehingga memdedahkan buah dadanya yang besar itu. Dengan jelas aku dapat melihat buah dadanya yang besar dan ranum itu. Walaupun buah dada makcik agak ke bawah sikit, tetapi kebesaran buah dadanya membuatkan aku terangsang kuat. Batangku bertambah mengeras ketika makcik memusingkan tubuhnya lalu melurutkan kainnya menampakkan punggungnya yang berbalut seluar dalam putihnya.
makcik menanggalkan seluar dalamnya perlahan-lahan membuatkan punggung lebarnya yang besar dan gebu itu terpampang di depan mataku. makcik terus menuju ke katil lalu baring terkangkang, cipapnya sungguh tembam dihiasi bulu nipis yang di jaga rapi.
“Bukalah seluar dan baju adik tu… cepat puaskan acik meh… nanti acik hadiahkan lubang ketat acik…” Kata makcik dengan suara yang manja dan mengoda. Aku tidak bebrapa faham sebenarnya apa yang di katakan makcik dengan lubang ketat itu, namun kerana nafsuku sudah terangsang kuat, aku tidak perdulikan semua itu.
Aku terus menanggalkan pakaianku lalu berbaring disebelah makcik, aku mula memeluk tubuh makcik dan terasa batangku mencucuk pada tepi tubuhnya. Aku meraba-raba buah dada makcik lalu meramas-ramas serta mengentel puting buah dadanya dengan penuh bernafsu. makcik mula mengerang kenikmatan dan aku membawa kepalaku ke celah kangkangnya lalu menjilat cipapnya.
“Ohhhh… emmmmm…. se…sedapnya dikkkk… ahhhh…” Beberapa minit kemudian, makcik mengerang kuat dan tubuhnya mula mengejang. makcik sampai kemuncak klimaksnya dengan mengepit kepalaku dengan pehanya berserta cairan dari dalam cipapnya mula meleleh keluar.
“Adik…masukkan batang adik dalam lobang cipap acik sekarang…” rayu makcik ku. aku merangkak naik menindihi tubuh makcik lalu menekan batangku masuk ke dalam cipapnya.
“Arrrgggghhh…” Kepala makcik terdonggak ke atas apabila aku menekan masuk sampai habis terbenam batangku ke dalam cipapnya. Aku terus mengerakkan batangku menujah cipapnya dan makcik memaut leherku sambil punggungnya digerakkan mengikut rentak tujahan batangku.
Kali ini aku dapat bertahan lebih lama, setelah agak lama aku menujah cipapnya sehingga tubuhnya terhenjut-henjut, tiba-tiba makcik mengerang kuat dan serentak dengan itu tubuhnya mengejang. Aku merasa batangku yang terbenam di dalam cipap makcik basah dan di kemutnya kuat. makcik telah sampai ke puncak klimaksnya lagi, tubuh makcik tersentak-sentak dan aku menbiarkan makcik puas dengan puncak klimaksnya.
“Acik dah puas… sekarang adik baring…” pinta makcik ku. Aku terus baring dan makcik mula naik ke atas tubuhku dalam keadaan mencangkung di perutku.
Nenek memegang batangku mengarahkan ke celah kangkangnya lalu makcik ku duduk perlahan-lahan. Aku merasa batangku agak susah hendak masuk kerana aku merasa cipap makcik sungguh ketat. makcik menekan lagi tubuhnya ke bawah dan akhirnya batangku perlahan-lahan terbenam di dalam cipapnya. Punggung makcik kini rapat di pehaku dan aku melihar muka nenek berkeriut seolah-ola sedang menahan kesakitan. Buat seketika makcik tidak bergerak tetapi aku merasa batangku di cengkam kemas di sertai kemutan-kemuatan di batangku.
“Sedap tak lubang ketat acik syg…?” Tanya makcik ku membuatkan aku merasa hairan kerana cipap makcik sebelum ini tidak seketat ini.
“Sedapnya cikkk… ketatnya, tetapi kenapa rasa lain sikit cik…?” Tanyaku pula kerana aku merasa sedikit kelainan ketika aku memeasukkan batangku ke dalam cipapnya tadi. makcik hanya tersenyum lalu mula mengerakkan tubuhnya turun naik perlahan-lahan sambil tanganya memainkan kelentitnya sendiri.
Aku merasa sungguh sedap dengan kemutan lubang cipap makcik yang ketat ini, aku melihat tangan makcik bergerak laju di kelentitnya dan pergerakkan tubuhnya turun naik juga bertambah laju.
Tiba-tiba aku terpandang cipap makcik yang sedikit terbuka itu tidak dimasuki batangku. Aku memerhatikan betul-betul dimanakah batangku kini berada, aku terkejut apabila melihat batangku yang keluar masuk itu berada di dalam lubang dubur makcik. Baru aku faham kata-kata makcik, inilah lubang ketat yang dimaksudkannya.
“Cik..itukan lubang dubur acik… ohhhh….cikk…ahhh” Aku bertanya sambil mengerang kerana kenikmatan lubang dubur makcik mula membuatkan air maniku mula terasa hendak terpancut.
“Iya… inilah lubang ketat yang acik nak hadiahkan buat adik sebab dah puaskan acik… sekarang acik akan puaskan adik pulak…” Jawab makcik sambil melajukan lagi pergerakakannya sehingga punggungnya bergegar-gegar.
Aku sudah tidak dapat betahan lagi, aku menarik kuat pinggang makcik rapat ke celah kangkangku membuatkan batangku terbenah lebih dalam ke dalam lubang dubur nenek. Serentak itu, terpancutlah air maniku ke dalam dubur makcik ku dan makcik rebah di atas tubuhku. Aku memeluk kuat tubuh gempal makcik sehingga buah dadanya terpenyek di dadaku. Aku memancukkan air maniku sambil menekan-nekan kuat batangku ke dalam dubur nenek sehingga habis.
“Sedap tak dik…?” Tanya makcik setelah aku melongarkan pelukkanku.
“Sedap cik…puas sungguh adik rasa hari ni….” Jawabku lemah. Selama tiga hari aku berada di rumah makcik ku, aku selalu bersetubuh dengan makcik dan lubang dubur makcik ku pasti menjadi tempat untuk aku memancutkan air maniku. makcik juga banyak mengajarku bagaimana cara-caranya untuk memuaskan nafsu perempuan.
Setelah pakcikku pulang, pagi itu aku pulang ke rumah dengan penuh kepuasan kerana subuh tadi aku sempat menyetubuhi makcik sebelum pakcikku sampai ke rumah.
…………………………………..//………………………………………..
Sampai di rumah, aku melihat kereta kakakku tiada dan rumah pun sepi. Aku berfikir ibu dan kakak keluar jadi aku terus masuk ke dalam dan ke ruang tamu untuk berehat. Kepenatan bersetubuh dengan makcik masih terasa lagi, aku merebahkan tubuhku di atas sofa sambil mengingati kembali persetubuhanku dengan makcik. Tiba-tiba aku melihat ibu muncul dari bilik mandi di dapur. Pada mulanya aku ingin menegur ibu tetapi niatku tertanguh apabila melihat tubuh ibu yang keluar dari bilik mandi itu hanya berbalut kain tuala yang tidak begitu lebar.
Buah dada ibu yang membusung besar itu seakan-akan mahu terkeluar dari lilitan kain tuala kecilnya. Kain tuala itu hanya menutupi separuh dada ibu sehingga ke pangkal pehanya sahaja. Tidak pernah aku melihat ibu dalam keadaan begitu kerana selama ini ibu selalunya berkemban dengan kain batik. Mungkin disangkakannya tiada orang di rumah, jadi ibu berani berkemban dengan tuala kecilnya sahaja. Aku mendiamkan diri dan cuba sembunyikan sedikit tubuhku kerana aku mula merasa ingin melihat tubuh ibu. Jantungku bergerak laju apabila melihat ibu membungkukkan tubuhnya menonggeng betul-betul mengadapku untuk mengambil seluar dalamnya yang terjatuh ke lantai. Dengan jelas aku dapat melihat separuh punggung ibu dan aku juga dapat melihat sedikit cipapnya dari belakang. Ibu bangun lalu melangkah masuk ke dalam biliknya, aku melihat lengokkan punggung ibu yang besar itu begoyang-goyang. Walaupun punggung ibu tidak selebar punggung makcik ku iaitu adik ibu tetapi punggung ibu kelihatan lebih lentik kerana punggung ibu tonggek sedikit.
Sebelum masuk ke dalam biliknya, ibu melepas kain tuala diri tubuhnya lalu menyidai di pintu biliknya dalam keadaan telanjang bulat. Batangku terus mengeras kerana nafsuku terangsang kuat apabila melihat tubuh ibu yang cantik serta gebu itu dari belakang. Ibu mengiring sedikit ketika menyidai kain tualanya dan aku dapat melihat buah dada kirinya dengan jelas. Kulit tubuh ibu begitu bersih, bentuk tubuhnya masih cantik walaupun tubuhnya agak berisi namun pinggangnya yang ramping itu membuatkan punggungnya yang tonggek itu kelihatan lebar dan pejal. Ibu melangkah masuk ke dalam biliknya lalu menutup pintu biliknya.
Aku mula bayangkan betapa nikmatnya jika aku dapat menyetubuhi ibu, aku mengusap batangku yang sudah terpacak keras di dalam seluarku perlahan-lahan sambil menbayangi tubuh ibu. Tak berapa lama kemudian, aku terdengar suara ibu mengerang dari dalam biliknya dan aku terus bangun lalu menuju ke bilik ibu. Aku mengendap dari celah lubang kunci pintu bilik ibu dan aku dapat melihat ibu sedang terbaring di atas katil dengan kakinya terkangkang luas. Aku terperanjat apabila melihat ibu memainkan jarinya di celah kangkangnya sendiri.
Walaupun tidak berapa jelas tetapi aku dapat melihat ibu mengusap cipap serta kelentitnya dengan penuh ghairah dan kepalanya terdongak keatas. Aku tahu ibu terangsang kerana ayah jarang pulang ke rumah untuk memuaskan nafsunya. Jika ayah pulang pun, aku tidak tahu sama ada ayah puaskan ibu atau tidak kerana mereka selalu bertengkar akibat ayah berkahwin lagi. Mungkin kerana nafsu ibu tidak terpuaskan, ibu selalu termenung dan suka menyendiri berkurung di dalam biliknya. Jarang sekali ibu duduk berborak bersama aku atau kakak, ibu juga jarang tersenyum sekarang ini. Aku berlalu dari pintu bilik ibu perlahan-lahan lalu ke pintu depan rumahku dan berpura-pura baru pulang.
“Ibu… ibu… adik pulang ni…” Laungku kuat.
“Ib…ibu dalam bilik ni…” Terdengar suara ibu dari dalam biliknya. Kemudian kelihatan ibu keluar dari bilik dengan wajah yang kemerahan, ibu hanya berkemban dengan kain batik yang disimpulkan di dadanya.
“Akak mana…?” Tanyaku.
“Kak Lia pergi keluar dengan kawannya… apa tu…?” Aku memberikan bungkusan yang di beri makcik kepada ibu.
“Dah lama ke akak keluar… akak kemana…?” Tanyaku lagi.
“Kak Lia pergi berbincang di rumah kawanya kerana mahu pergi rombongan ke Langkawi petang nanti…” Jawab ibu sambil membuka bungkusan yang di beri nenek.
“Petang nanti… berapa hari akak ke sana…” Aku memandang tubuh ibu yang berkemban itu dan mengamati setiap lekuk tubuh ibu, batangku masih mengeras kerana melihat tubuh bogel ibu tadi.
“Empat hari tiga malam katanya… nasib baik adik dah pulang, kalau tak malam ni ibu tidur sorang la… dah la, adik bawakan barang ni ke dapur ya…” Ibu berkata lalu bangun menuju ke dalam biliknya kembali. Aku membawa bungkusan itu ke dapur lalu terus masuk ke dalam bilikku dan hari itu aku tertidur beberapa jam dengan bayangan persetubuhanku dengan nenek serta dengan bayangan tubuh bogel ibu.
Petang tadi kakak pergi ke langkawi meninggalkan aku dan ibu di rumah dan pada malam itu, aku merasa begitu susah hendak tidur kerana bayangan tubuh bogel ibu bersilih ganti dengan bayangan persetubuhanku dengan makcik bermain-main di kepalaku. Aku mula memegang batangku yang dari tadi sudah mengeras itu dan terus mengusap-usapnya perlahan-lahan. Fikiran tertumpu pada bayangan tubuh bogel ibu yang aku nampak pagi tadi, buah dada serta punggung besar ibu dan cipapnya yang terselindung di sebalik tangannya pagi tadi membuatkan nafsuku membuak-buak ghairahnya. Sedang aku berkhayal sambil mengusap laju batangku, tiba-tiba pintu bilikku di buka dari luar.
“Adik… bangun, tolong temankan ibu ke dapur… ibu nak nyalakan lilin ni…” Aku mendengar suara ibu dari muka pintu bilikku.
“Kenapa ibu…” Tanyaku.
“Api takde ni…” Jawab ibu. Baru aku tahu rupa-rupanya bekalan elektrik terputus, patut la gelap semacam je malam ni. Aku tidak menyedarinya sebab aku tidak memasang lampu di dalam bilikku kerana aku lebih suka tidur di dalam gelap. Dengan batangku yang masih separuh keras di dalam kain pelikatku, aku bangun lalu mengikuti ibu ke dapur.
“Ibu takutlah gelap-gelap ni… adik temankan ibu tidur di bilik ye..” Aku merasa sedikit terkejut dengan permintaan ibu namun perasaan gembira turut di rasaiku kerana sebentar lagi aku dapat tidur bersama ibu.
“Apa nak di takutkan… ibu ni…” Jawabku sambil mengekori ibu berjalan menuju ke biliknya setelah lilin di nyalakan.
Setelah tiba di dalam biliknya, ibu meletakkan lilin itu di atas meja soleknya lalu merebahkan tubuhnya terlentang di atas katil.
“Mana adik nak tidur ni…” Tanyaku kerana aku ingin tahu tempat untuk aku tidur, aku sebenarnya ingin sangat tidur bersama ibu di atas katilnya.
“Eh… mana lagi, sini la… kenapa, malu nak tidur dengan ibu..?” Ibu berkata sambil menepuk tilam di sebelahnya.
“Tak la… segan je…” Jawabku lalu baring di sebelah ibu dan aku merasa sungguh gembira kerana dapat tidur di sebelah ibu.
Ibu hanya tersenyum lalu mengiring membelakangiku, aku juga turut mengiring mengadap ibu yang berkain batik dan berbaju t-shirt itu. Di sebalik kesamaran cahaya dari lilin itu, jelas kelihatan punggung besar ibu kelihatan lebih tinggi dari bahunya kerana pinggangnya yang ramping itu. Punggung ibu yang lebar dan besar itu memang tonggek, apabila berjalan pasti punggungnya akan bergegar di balik kain batik yang membaluti pungungnya.
Aku berfikir bagaimana cara hendak menyetubuhi ibu sambil memandang tubuh ibu yang sedang tidur mengiring membelakangi aku itu. Setelah hampir satu jam, akhirnya aku mendapat satu akal dan aku pun sedikit demi sedikit mengesot ke arah ibu dengan harapan agar batangku yang sudah mengeras ini dapat menyentuh punggung ibu. Kehangatan tubuh ibu dapat dirasai apabila tubuhku semakin hampir dengan tubuhnya. Aku terus merapatkan lagi tubuh ke arah ibu sehingga batang kerasku berjaya menyentuh punggung ibu.
Aku membiarkan seketika kepala batangku menempel di punggung ibu lalu perlahan-lahan aku menekan-nekan batangku ke punggung ibu. Aku melihat ibu hanya mendiamkan dirinya, tidak bergerak, mungkin ibu sudah tidur. Aku semakin bernafsu dan bertambah berani, perlahan-lahan aku menarik kain batik ibu ke atas. Apabila kain batik ibu sampai ke punggungnya, aku dapat melihat keputihan dan kegebuan punggungnya kerana ibu tidak memakai seluar dalam.
Aku bertambah semangat, walaupun agak susah akhirnya aku berjaya menarik naik kain batik ibu sehingga ke paras pinggangnya.
Punggung ibu yang tonggek dan lebar itu terpampang di depan mataku, aku melihat muka ibu, matanya masih terpejam menandakan ibu masih tidur. Aku menyelak kain pelikatku ke atas dan mula mendorong batangku ke celah kangkang ibu. Kaki ibu yang sedikit terkangkang itu membuatkan batangku berjaya ke celah kangkangnya. Terasa kehangatan cipap ibu menyentuh kepala batangku, tiba-tiba punggung ibu bergerak-gerak. Aku mendiamkan diri kerana takut ibu terjaga dari tidurnya dan aku juga mula merasa takut.
Aku takut dimarahi ibu dengan perbuatanku tetapi rasa takutku mula hilang apabila melihat ibu menggerakkan punggungnya ke depan dan kebelakang perlahan-lahan. Aku merasa sungguh nikmat dengan pergerakan punggung ibu itu, batang kerasku bergeser di celah punggung ibu dan kepala batangku tersentuh sedikit cipapnya. Ibu tetap mengerakkan punggungnya itu dengan mata terpejam, aku dapat rasakan cipap ibu mula basah di kepala batangku. Aku sudah tidak dapar menahan lagi dari rangsangan nafsuku, perlahan-lahan aku mengarahkan kepala batangku ke mulut cipap ibu lalu menekan masuk sedilit ke dalam lubang cipapnya.
Sedikit demi sedikit batangku masuk ke dalam cipap ibu, aku merasa cipap ibu lebih ketat dari cipap nenek dan akhirnya batangku terbenam rapat hingga ke pangkal memenuhi rongga cipap ibu.
“Mmmmmm…” Ibu mengerang perlahan dengan tubuhnya sedikit tersentak dan punggungnya tidak bergerak lagi.
Aku mendiamkan diriku kerana aku takut ibu terjaga dari tidurnya, setelah melihat tiada pergerakkan dari tubuh ibu, aku mengerakkan batangku keluar masuk perlahan-lahan di dalam cipapnya. Aku merasa cipap ibu mengemut-ngemut batangku, aku yang merasa sungguh nikmat tetap menghayunkan punggungku perlahan-lahan ke depan dan belakang membuatkan batangku keluar masuk ke dalam cipapnya.
Aku benar-benar kenikmatan walaupun aku tahu cipap itu adalah cipap ibu kandungku sendiri, tetapi nafsu syaitan ku sudah menguasai diriku. Kerana nafsuku itu, aku tidak peduli lagi jika ibu terjaga dari tidurnya dan tujahan batangku keluar masuk ke dalam cipap ibu semakin laju. Aku memeluk tubuh ibu dan terus meramas-ramas buah dada ibu yang masih berbalut baju t-shirtnya dan tidak bercoli itu.
“Ahhh… adik… apa adik buat ni…. uhhh… aahhhh…” Kata ibu perlahan sambil mengerang setelah terjaga dari tidurnya.
Aku tidak menjawab malah aku teruskan tujahan batangku di dalam cipap ibu semakin laju dan semakin kuat sambil meramas-ramas buah dadanya. Ibu tidak pula meronta atau melarangku dari terus menyetubuhinya, ibu hanya mendesah kenikmatan sambil menekankan punggungnya lebih rapat ke arahku membuatkan batangku masuk lebih dalam. Tiba-tiba ibu menarik tubuhnya ke hadapan membuatkan batangku terkeluar dari cipapnya, aku merasa takut kerana menyangka ibu akan memarahahiku.
“Adik… masukkan sekarang nak… puaskan ibu sekarang…cepatt sygg…” Kata ibu sambil menonggeng dalam berkeadaan seperti bersujud dan aku merasa gembira dengan permintaan ibu itu.
Punggung tonggek ibu yang melentik membuatkan aku bertambah terangsang melihat ibu dalam keadaan begitu. Aku terus bangun lalu memasukkan batangku ke dalam cipap ibu yang sedang menonggeng itu dari belakang. (Doggie style) Dalam keadaan begini, batangku masuk lebih dalam sehingga terbenam rapat ke pangkal rahim ibu.
“Ooohhhhhhhh…” Ibu merintih kenikmatan
“Sedapnya ibu…” Kataku sambil meramas kuat punggung itu yang terlentik itu
“Adik… hayun cepat sayanggg… ibu dah tak tahannnn niiii….” Rayu ibu dan aku terus menghayun batangku keluar masuk menujah cipap ibu yang sungguh nikmat itu.
“Adikkkk… uuhhhh… sedapnya batang adikkkk… laju lagiii… ibu nak sampai niii…” Minta ibu.
Aku melajukan tujahanku, tanganku tidak henti-henti meramas-ramas punggung ibu yang besar dan lebar itu. Aku memegang pinggang ibu lalu menariknya supaya punggung ibu lebih rapat agar batangku masuk lebih dalam ke dalam cipapnya. Tiba-tiba akui merasakan batangku di kemut kuat oleh cipap ibu dan serentak dengan itu, tubuh ibua menggiggil lalu mengejang.
“Aarrrhhhh…. ohhhh…. mmmmm…” Ibu mengerang kepuasan dan punggungnya semakin dilentikkan membuatkan batangku terbenam rapat ke pangkal rahimnya. Aku dapat merasakan rongga cipap ibu semakin licin dan ada cairan yang meleleh keluar ketika aku menarik batangku.
Aku menujah kembali cipap ibu dan tujahan batangku bertambah laju kerana cipap ibu semakin licin. Aku mula tidak dapat bertahan lagi kerana merasa sungguh nikmat dengan keadaan ibu yang semakin melentikkan punggung tonggeknya yang besar itu.
“Ibuuu… adik nak pancut niii….” Rintihku apabila merasa kepala batangku semakin berkembang di dalam cipap ibu menandakan air maniku hendak terpancut keluar.
“Adikkk… jangan pancut kat dalam… nanti ibu mengandung, adik pancut kat luar…” pinta ibu,
Aku sebenarnya ingin memancutkan air maniku ke dalam cipap ibu tetapi aku juga tidak sanggup melihat ibu mengandung kerana perbuatanku dan aku juga tidak mahu menanggung risiko. Aku melajukan gerakkan batangku serta menekan batangku sedalam-dalamnya di dalam cipap ibu dan apabila aku merasa air maniku hendak keluar, dengan cepat aku menarik keluar batangku lalu di geselkan pada punggung ibu. Ibu memusingkan tubuhnya mengadapku lalu mengenggam batang dan terus melancapkan batangku dengan laju.
“Ooooohhhh… ibuuu…. sedappnyaaa….” Air maniku terus terpancut laju di muka serta di dadanya, ibu meyapu air maniku di sekeliling buah dadanya sambil tersenyum.
Aku terus rebah terlentang sebelah ibu yang masih menyapu air maniku di buah dadanya sambil mengelap muka dengan tanganya kerana muka ibu dipenuhi dengan air maniku. Kemudian ibu berbaring di sebelahku dan terus memeluk tubuhku, kepalanya diletakkan di dadaku. Aku yang keletihan memandang muka ibu yang berada di atas dadaku. Aku melihat mata ibu berair, ibu menanggis, mungkin ibu merasa menyesal namun aku membiarkan sahaja kerana aku merasa benar-benar gembira. Aku merasa gembira kerana dapat memuaskan nafsuku dengan menyetubuhi ibu dan malam itu aku tertidur dengan penuh kepuasan dalam pelukkan ibu.
Pagi itu apabila terjaga dari tidurku, aku mendapati ibu sudah tiada di sisiku, aku terus bangun lalu keluar dari biliknya. Aku melihat ibu sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur, ibu kelihatan ceria pagi itu dan tersenyum manis apabila melihatku menghampirinya.
“Sarapan dulu dik…” Kata ibu sambil menghidangkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan dan ibu pula duduk di sebelahku. Aku minum perlahan-lahan sambil memandang ibu, ibu tersenyum memandangku dan aku membalas senyumannya.
“Ibu rasa menyesal ke pasal kejadian malam tadi…?” Aku memberanikan diri bertanya ibu kerana aku melihat tiada tanda ibu akan memarahiku setelah aku menyetubuhinya malam tadi. Ibu diam seketika sambil merenung mukaku membuatkan aku merasa serba salah.
“Mula-mulanya ibu menyesal juga… tetapi……ermmmm…” Ibu tidak meneruskan kata-katanya, suaranya perlahan dan ibu tetap memandangku membuatkan aku merasa malu.
“Maafkan adik ibu… sebenarnya adik tak dapat menahan nafsu adik malam tadi…” Kataku sambil menunduk mukaku kebawah.
“Tak pe… ibu maafkan… ibu sayangkan adik, adik jangan tinggalkan ibu macam ayah…” Kata ibu sambil meletakkan tangannya di pangkal pehaku.
Mendengar kata-kata ibu, hatiku merasa sebak tetapi berubah menjadi gembira apabila merasa tangan ibunya menyentuh batangku, serta-merta batangku mencanak naik di dalam kain pelikatku dan ibu mula mengusap batangku yang mula mengeras itu.
“Ibu berterima kasih pada adik kerana menghilangkan kerinduan ibu pada ayah, walaupun apa yang adik buat malam tadi salah… tetapi ibu merasa puas kerana ibu sudah lama tidak merasa kenikmatan sebegini…” Kata ibu berterus terang.
“Baguslah kalau ibu merasa puas… adik sebenarnya kasihan melihat ibu yang kesepian ini, adik tahu ibu inginkan kepuasan kerana adik pernah nampak ibu memuaskan nafsu ibu sendiri…” Kataku sambil mencium pipi ibu.
“Adik pernah nampak ke…? malunya ibu…” Kata ibu sambil tersenyum malu, ibu mencium pipiku sambil menyelak ke atas kain pelikat yang aku pakai lalu mengenggam lembut batangku yang keras terpacak itu.
Ibu menyandarkan kepalanya di bahuku sambil melihat batangku yang berada dalam genggamannya lalu diusap perlahan batangku itu. Aku memaut bahu ibu dan mengusap-usap bahunya lalu meramas-ramas buah dada ibu yang besar membusung di dalam bajunya.
“Batang adik ni besar… besar macam ayah punya tetapi batang adik ni panjang sikit…” Kata ibu dengan suara yang manja dan sedikit mengoda. Aku merasa bangga apabila mendengar kata-kata ibu, ibu mula melancapkan batangku perlahan-lahan.
“Adik pun suka tengok tubuh ibu yang cantik ni…” Pujiku membuatkan ibu tersenyum lagi, sungguh ayu muka ibu ketika itu dan aku merasa sungguh nikmat dengan lancapan tangan lembut ibu di batangku.
“Apa yang adik suka tengok…?” Tanya ibu manja.
“Buah dada ibu yang besar ni… punggung ibu juga besar… lebar dan tonggek pulak tu… bila ibu berjalan mesti bergega-gegar punggung dan buah dada ibu… adik tak tahan bila tengok… rasa nak ramas-ramas je…” Kataku memuji kecantikkan tubuh ibu sambil meramas-ramas punggung dan buah dada ibu, aku melihat ibu tersenyum bangga.
“Hmmm.. inikan dah dapat ramas… ” Kata ibu sambil melajukan lancapannya di batangku.
“Uuuhhhh… ohhhhh… sedapnya ibu… adik sayang ibu…” Aku mengerang kerana kenikmatan dilancap ibu.
“Ibu pun sayang adik… ibu sanggup serahkan seluruh tubuh ibu pada adik… ibu rela… tetapi adik kena berjanji… janji simpan rahsia ini, jangan cerita pada sesiapa pun…” Kata ibu sambil memandangku dan tangannya masih tetap melancap batangku.
“Oohhh… ibuuu… adik janjiii…” Jawabku kenikmatan, ibu menundukkan kepalanya ke arah batangku lalu menjilat kepala batangku.
Aku menggeliat apabila jilatan ibu turun ke batangku hingga ke pangkal lalu ibu terus memasukkan batangku ke dalam mulutnya. Ibu mula menghisap dan mengulum batangku keluar masuk ke dalam mulutnya. Aku mengusap-ngusap kepala ibu yang sedang turun naik menghisap batangku, sebelah lagi tanganku meraba dan meramas punggung ibu yang dibaluti kain batik yang ketat di punggungnya.
Aku tidak tahan lagi dengan hisapan mulut ibu, air maniku terasa hendak terpancut keluar. Pehaku mula mengejang dan serentak dengan itu, air maniku terpancut bertubi-tubi di dalam mulut ibu. Aku sedikit terkejut melihat ibu yang sedang menyedut batangku dan di telannya air maniku itu sehingga habis. Aku merasa kepala batangku ngilu ketika ibu memainkan lidahnya di situ. Menggigil tubuhku menahan kenikmatan dari mulut dan lidah ibu dan ibu mula menarik kepalanya mengeluarkan batangku dari mulutnya.
“Ibu… adik sayang sangat kat ibu…” Kataku sambil memeluk tubuh ibu.
“Ibu juga sayangkan adik…” Ibu juga memeluk tubuhku, aku merasa sungguh sayang pada ibu dan pelukkanku bertambah erat di tubuhnya.
Selama empat hari aku bersama itu, aku selalu menyetubuhi ibu dan ibu juga pernah meminta aku menyetubuhiya. Semasa ketiadaan kakak, setiap malam aku tidur bersama ibu dan setiap malam juga aku bersetubuh dengan ibu. Ibu juga membenarkan aku menujahkan batangku ke dalam lubang duburnya walaupun ibu merasa sakit kerana aku mengatakan tidak merasa benar-benar puas jika aku memancutkan air maniku di luar.
Pada mulanya ibu tidak membenarkan aku memasukkan batangku ke dalam duburnya, namun setelah aku memujuk dan mengugutnya hendak memancutkan air maniku ke dalam cipapnya, akhirnya ibu membenarkan juga. Boleh dikatakan setiap hari aku bersetubuh dengan ibu dan setiap kali persetubuhan itu, pasti lubang dubur ibu akan menjadi tempat untuk aku memancutkan air maniku. Setelah kakak ada di rumah, aku dan ibu selalu mencari masa yang sesuai untuk bersetubuh.
Apabila kakak keluar atau ketika kakak sedang tidur, aku dan ibu pasti tidak melepaskan peluang untuk bersetubuh. Aku juga selalu ke bilik ibu apabila hari sudah larut malam, ibu juga setiap malam menanti kedatanganku ke dalam biliknya. Ketika itu kakak pasti sudah dibuai mimpinya,sekarang ibu tidak lagi kesedihan dan ibu sekarang sudah selalu tersenyum serta ketawa dengan penuh ceria. Ibu juga sekarang bertambah manja denganku, ibu selalu memujiku di depan kakak.
Aku sekarang sudah jarang ke rumah makcik ku kerana aku sudah ada ibu sebagai pemuas nafsuku. Hanya beberapa kali sahaja aku ke rumah makcik ku, itu pun kerana makcik merayu-rayu memintaku datang ke rumahnya. Setiap kali aku ke rumah makcik, makcik pasti meminta aku bersetubh denganya. Untuk menjaga hati makcik sebagai orang pertama mengajar aku sex ini, aku tetap menyetubuhinya walaupun persetubuhanku dengan makcik tidak senikmat bersetubuh dengan ibu. Ini kerana makcik perempuan pertama yang aku setubuhi.
……………………………………………..//…………………………………
Sejak aku mengenal erti kenikmatan bersetubuh, aku mula merangcang untuk menyetubuhi kakak pula. Aku tahu kakak seperti mengesaki sesuatu dari perhubunganku dengan ibu kerana ibu begitu memanjakan aku. Aku mula merasa ingin bersetubuh dengan kakak kerana aku mula berafsu setiap kali melihatnya. Aku selalu mengintainya ketika kakak sedang mandi namun aku tidak pernah dapat melihat tubuh badannya yang solid itu dalam keadaan berbogel. Buah dadanya yang sederhana besar itu kelihatan sungguh pejal serta tegang, punggungnya yang lentik dengan sedikit tonggek itu sentiasa merangsang nafsuku walaupun punggung dan buah dadanya tidak sebesar milik ibu.
Aku selalu mengambil kesempatan mencuri pandang tubuhnya ketika bergurau mesra dengannya. Pasti ibu akan menjadi mangsa nafsuku untuk melepaskan geram dan aku juga selalu bayangkan ibu yang sedang aku setubuhi itu adalah kakak. Sejak akhir-akhir ini juga, ketika berbual atau ketika bergurau denganya kakak seolah-olah cuba mengodaku. Kakak selalu menepuk serta mencubit pehaku ketiaka bergurau dan tepukkan atau cubitannya begitu hampir dengan batangku. Sehinggalah pada suatu pagi, ketika itu ibu ke pasar bersama jiran di sebelah rumahku.
Ketika aku melintasi biliknya, kakak memanggilku dan aku terus masuk ke dalam biliknya yang tidak tertutup rapat itu. Setelah aku masuk ke dalam biliknya, aku tergamam apabila melihat kakak yang sedang berkemban dengan tualanya yang pendek. Tuala itu hanya menutup pangkal buah dadanya hingga kepangkal pehanya sahaja, seperti ibu dahulu. Kakak yang baru selesai mandi itu sedang bersolek di meja soleknya, pangkal serta alur buah dadanya dapat dilihatku dan peha putihnya kelihatan sungguh gebu.
“Ada apa akak panggil adik…” Tanyaku sambil menelan air liurku apabilabila melihat keadaannya ketika itu.
“Akak ada hal sikit nak tanya… eh, kenapa adik pandang akak macam tu…?” Kakak bertanya apabila melihat aku memandangnya tanpa berkelip.
“Tak… takde apa… cuma adik geram bila tengok akak macam ni…” Aku beranikan diri menjawab walaupun tergagap-gagap sambil duduk di barai katilnya.
“Tak puas lagi ke buat dengan ibu…?” Kakak berkata sambil merenungku.
“Apa akak cakap ni… apa maksud akak…?” Tanyaku sedikit cemas kerana aku merasa kakak sudah mengetahui persetubuhanku dengan ibu.
“Ala… tak payah nak sorok lagi… akak dah tahu…” Kata kakak sambil menyikat rambunya di hadapan cermin meja soleknya.
“Apa yang akak tahu… akak ni merepek la…” Tanyaku lagi, walaupun merasa sedikit cemas namun aku tidak melepaskan peluang menatap tubuh seksi kakak.
“Akak dah nampak dan akak tahu… setiap malam adik ke bilik ibu… apa adik buat kalau bukan main dengan ibu…” Kakak berkata tanpa selindung lagi. Aku tidak dapat berdalih lagi kerana rahsiaku bersama ibu sudah diketahui kakak.
“Adik sebenarnya hanya menolong ibu yang kesepian, adik kasihankan ibu dan tidak sanggup melihat ibu sedih… sekarang ibu sudah seperti biasa… ceria dan bersemangat untuk menerusakan hidup…” Jawabku panjang lebar untuk menjelaskan kenapa aku bersetubuh dengan ibu.
“Ibu seorang je ke kesepian… akak pun kesepian juga…” Kata kakak selamba dan kata-katanya yang seperti mengodaku itu mengejutkan aku.
“Kenapa… akak nak adik tolong ke… akak nak adik buat dengan akak…?” Tanyaku berani kerana keadaan kakak sekarang begitu merangsang nafsuku lagi pun sudah lama aku idamkan tubuhnya.
“Gatal… eeee… adik akak sekarang ni dah miang nak berbini, sampai ibu pun sanggup di bedalnya… sekarang akak pun adik mahu…” Jawab kakak dengan nada bergurau seperti selalu.
“Apa salahnya… hari ini adik benar-benar geram tengok akak begini… kakak tengok la adik punya ni…” Kataku sambil menunjuk kearah batangku yangg sedang menonjol di dalam seluar pendekku kerana aku tidak memakai seluar dalam.
Aku cuba merangsang nafsu kakak kerana aku tahu kakak sudah lama tidak bersetubuh dengan suaminya. Sudah dua bulan suaminya di laut dan sebulan lagi baru suaminya pulang, aku tahu kakak rindukan suaminya dan rindukan batang suaminya kerana kakak baru berkahwin.
“Habis… apa akak boleh buat dengan benda adik tu… tunggulah ibu balik…?” Kakak berkata sambil tersenyum apabila melihat bonjolan batangku di dalam seluar pendekku.
“Ibu lambat lagi balik… adik dah tak tahan ni… akak punyakan ada…” Dengan berani aku berkata dan aku melihat kakak tergamam dan muka putihnya berubah menjadi kemerah-merahan apabila mendengar kata-kataku itu. Melihat keadaan kakak seperti sudah tarangsang itu, aku memberanikan diri merapatkan tubuhku ke tubuhnya yang sedan duduk di atas kerusi meja solehnya dan terus sahaja aku mencium bibirnya.
“Eermm… emmm… adik… jangan macam ni…” Kakak menolak tubuhku tetapi aku aku terus memeluk tubuhnya dengan erat dan ketika bibirnya terbuka, aku terus memasukan lidahku lalu aku mainkan lidahku itu di dalam rongga mulutnya. Kakak cuba meronta namun aku tetap mencium bibirnya dan lidahku semakin lincah bermain di dalam mulutnya. Akhirnya rontaan kakak berhenti, tubuhnya kaku dengan matanya terpejam rapat. Tak berapa lama kemudian aku mula merasa mulutnya bergerak-gerak menbalas ciummanku dan lidahku mula disedut-sedutnya. Aku dapat rasakan dada kakak yang berada dalam pelukkanku berombak kencang.
Sambil mencium mulutnya, perlahan-lahan aku menbangunkan tubuh kakak yang duduk di atas kerusi meja soleknya lalu aku bawa ke katilnya. Aku membaringkan kakak di atas tilamnya dan kakak hanya mengikut sahaja tanpa melawan. Aku tahu hajatku untuk menikmati tubuh serta cipap kakak akan tercapai sebentar nanti. Kakak kini sudah pasrah, mungkin juga kakak mahu merasakan batangku kerana sudah sekian lama tidak dapat merasakannya dari suaminya.
“Eermmm… boleh adik rasa akak punya ni…?” Mintaku dengan penuh berani apabila aku melihat tiada lagi rontaan dari kakak sambil mengusap cipapnya yang berbukit tembam itu disebalik tualanya setelah kakak terbaring telentang.
“Kalau adik berani… cubalah…” Kata kakak dengan perlahan mencabarku.
“Betul ke ni kak…? jangan cabar adik…” Aku sengaja bertanya untuk menguji nafsunya.
“Cubalah kalau dapat…” Kakak tersenyum malu lalu memandang ke tepi, aku terus baring disebelah kakak lalu merapati tubuhnya.
Aku membuka simpulan tuala kakak lalu menyelak ke sisi tubuhnya, maka terdedahlah apa yang tersembunyi selama ini. Apa yang selalu aku idamkan terpampang di depan mataku, buah dada kakak yang pejal itu membusut tinggi, cipapnya sungguh tembam sama seperti cipap ibu tetapi bibir cipapnya tertutup rapat, tidak seperti cipap ibu yang sudah terbuka sedikit itu. Sungguh cantik tubuh kakak, walaupun buah dada serta punggungnya tidak sebesar milik ibu tetapi pinggangnya yang lebih ramping itu membuatkan punggung lentiknya menyerlah. Buah dada serta punggung kakak lebih halus kegebuannya dari milik ibu dan perutnya rata tidak seperti perut ibu yang sudah membuncit sedikit itu.
Sambil memandang tubuh indah kakak, dengan pantas aku membuka seluar pendek dan bajuku, tiada apa yang tinggal. Kakak ku menjeling batang aku. Aku terus meraba tubuh bogel kakak, aku meramas-ramas buah dada pejalnya serta mengentel puting buah dadanya yang mula mengeras itu. Kakak mengeliat sambil memaut serta mengusap belakangku dengan manja dan aku terus menghisap puting buah dadanya silih berganti. Tangan kananku mula mengusap cipap tembamnya beberapa kali lalu jariku terus mengentel kelentitnya membuatkan cipap kakak mula berair dan basah.
“Arggghhhh… adikl….. sedapnya….” Kakak mengerang kenikmatan dan dengan perlahan aku membawa tangannya ke batang aku.
“Adik… besarnya batang adik…!!!” Bisik kakak. Kakak mengenggam kemas lalu mengusap batangku, aku merasa sungguh nikmat dengan usapan tangan kakak di batangku. Batangku terpacak keras di dalam genggamannya, kakak mengusap lembut sambil melihat batangku itu.
“Kakak nak rasa tak batang besar adik ni…?” Aku sengaja mengusiknya, kakak memandangku senyum sambil mengigit bibirnya dan mengangguk perlahan. Aku bangun lalu membawa kepalaku ke celah kangkang kakak dan terus menjilat cipapnya.
“Ohhhh… arrgggghhh… adik… sedapnyaaaa….ahhhhhh….” Kakak mengerang lagi ketika lidahku bermain di kelentitnya yang sudah beberapa bulan tidak diusik itu.
“Kak… cipap akak sungguh cantik dan sungguh tembam…” Pujiku sambil melajukan lagi jilatan lidahku di kelentit dan di dalam ruang lubang cipapnya yang rapat itu. Kakak mula mengeliat, tiba-tiba badannya mengejang dan aku dapat rasakan ada air yang keluar dari dalam cipapnya. Kakak klimaks dengan kepalanya terdongak ke atas sambil menekan rapat mukaku di cipapnya.
“Adik… kakak tak tahan lagi ni… masukkan batang adik cepattttt…!!!! ” Kakak berkata sambil memegang keras batangku lalu di tarik perlahan ke arah cipapnya dan aku tidak membuang masa lagi kerana aku juga sudah tidak sabar lagi untuk menikmati cipap tembamnya.
Aku merangkak naik ke tubuh kakak mengikut tarikkan tangannya di batangku dan aku terus memasukan batangku itu ke dalam cipap kakak. Kepala batang aku mula menyodol lobang cipap kakak. tapi aku merasa susah sedikit untuk memasukkan batangku ke dalam cipapnya, kakak yang tahu kesusahanku itu membantu dengan memegang kembali batangku lalu mengeselkan batang ku di cipapnya. kakak menikmati geselan batang ku di cipapnya. sehinggalah cipap dan batang aku basah dek kerana air cipap kakak. lalu kakak memandu batangku itu ke lubang cipapnya.
“Oohhhhh… sedapnya kakkk… sempitnyaaaa…” Aku mengeluh apabila batangku mula masuk ke dalam cipap kakak dan aku menekan masuk hingga ke dasar cipapnya.
“Ahhhhhhh…adikkkkk….besar nyee batang adikkkk…”jerit kakak ketika aku tekan masuk rapat ke dalam lobang nikmat cipap kakak ku.
Aku diamkan batangku seketika di dasar cipap kakak, aku terasa batangku di himpit kemas dan ada kemutan halus dari dalam cipapnya.
“Aarghhhhhh…. emmmm… sedapnya dik….” Kakak juga mengeluh kesedapan bersama eranganku, aku mula mengerakkan batangku keluar masuk di dalam cipap kakak perlahan-lahan dan semakin lama semakin laju kerana merasa sungguh nikmat.
“Ohhh… arghhh….. dikkkk sedapnyaaa… laju lagi dik… lajuuuuu… akak dah nak sampaii niiiii..” Sekali lagi tubuh kakak mengejang, batangku dikemut kuat sehingga tujahanku terhenti.
Tak sampai 3 minit kakak sudah klimaks. tubuh kakak mula terkulai layu, aku menarik keluar batangku dari cipapnya lalu aku pusingkan tubuh kakak menonggeng. gaya doggie style. Aku berlutut di belakang punggungnya yang lentik itu lalu memasukkan kebali batangku ke dalam cipapnya dari belakang. Ketika aku menujah cipap kakak, aku dapat melihat lubang duburnya terkemut-kemut bagaikan meminta batangku untuk masuk di situ.
Aku merasa sungguh geram melihat lubang dubur kakak itu lalu aku sapukan air dari cipapnya ke lubang duburnya untuk di jadikan pelicin. Aku menarik keluar batngku dari dalam cipapnya lalu di geselkan kepala batngku ke bibir lubang dubur kakak. Aku menekan perlahan batangku sehingga kepala batangku berjaya masuk ke dalam lubang dubur kakak walaupun sedikit susah.
“Uhhhhh… adik… apa ni… jangan kat situ… sakitttt…” Kakak mengoyang-goyangkan punggungnya kerana merasa sakit tetapi aku tetap menekan lagi batangku masuk ke dalam lubang duburnya dengan memegang kemas punggungya itu.
“Akak… tahan sikit… akak akan rasa sedap nanti…” Pujukku sambil terus menekan masuk sehingga separuh batangku sudah terbenam di dalam lubang duburnya.
“Sakit dik… perlahan sikit….!!!! Aku menarik keluar sedikit batangku lalu menyapu air liurku di bibir dubur kakak dan terus menekan kembali perlahan-lahan.
“Akak… tahan… dah masuk ni…” Kataku sambil terus menekan batangku itu dan kali ini mudah sedikit kerana lubang dudur kakak mula dapat menerima kemasukkan batangku.
“Uuhhhh… perlahan dik… arrggghh….” Kakak mengerang apabila batangku masuk sehingga terbenam keseluruhan batangku.
Batangku berjaya masuk ke dalam lubang dubur kakak hingga ke pangkal batangku dan aku mula mengerakkan batangku keluar masuk ke dalam lubang duburnya. Walaupun kakak masih merasa sakit tetapi kakak merela kan aku menujah lubang duburnya yang sempit itu. Aku tidak dapat bertahan lagi, air maniku terasa hendak terpancut dan aku terus melajukan lagi tujahan batangku di dalam dubur kakak sehingga tergoncang-goncang tubuhnya.
“Adik… perlahan… jangan kuat sangat, sakittt….” Kakak cuba meronta tetapi aku terus merebahkan tubuhku ke atas belakang tubuhnya lalu memeluk kemas tubuhnya itu. Tubuh kakak rebah tertiarap di atas tilamnya apabila aku menujah dengan satu tujahan yang kuat sehingga batangku terbenam lebih dalam di dalam duburnya dan serentak dengan itu air maniku terus terpancut keluar.
“Aarrggghhhh… ohhhhh…” Aku memancutkan air maniku di dalam lubang dubur kakak dan ketika itu aku dapat rasakan ada kemutan kuat dari lubang duburnya.
“UUrrrhhhhgggg……arghhhhhhh…” Kakak melentikkan punggung tonggeknya sambil mengerang kuat lalu mencengkam cadar tilamnya dan kepala kakak terdondak tinggi ke atas.
Aku biarkan batangku di dalam dubur kakak dengan tubuhku terkulai lemah kepuasan di atas belakangnya. Aku menarik keluar batangku dari lubang dubur kakak lalu rebah di sisinya yang terbaring tertonggeng itu.
“Adik jahat… teruk akak di kerjakan adik… sakit tau…!” Kata kakak manja.
“Sedappp… sedap sungguh cipap dan dubur akak… akak puaskan…?” Aku berkata sambil bertanya.
“Emmmm… memang la puas… tapi sakit sikit bila adik buat kat sini…” Jawab kakak sambil mengusap lubang duburnya yang di penuhi dengan air maniku.
“Adik sengaja pancut kat dalam dubur akak… kalau adik pancut dalam cipap akak, bahaya nanti kalau akak mengandung…” Terangku.
“Baik jugak adik akak yang jahat ni… tapi sakit la lubang dubur akak…” Kata kakak sambil memelukku dan meletakkan kepalanya di dadaku.
“Mula-mula sakit sikit… lama-lama nanti akak akan rasa sedap pulak…” Jawabku sambil mengusap punggung gebu kakak.
“Ye ke dik… mana adik tahu…? patut la akak rasa sedap juga tadi walaupun sakit…” Kakak memelukku lebih erat, aku merasa kelembutan dari buah dada pejalnya yang melekap di dadaku.
“Ibu cakap… akak nak lagi…?” Tanyaku lalu memandang mukanya.
“Dengan ibu pun adik buat kat situ… hari ni cukuplah… lain kali bila akak nak, akak cakap… itu pun kalau ibu tak ada kat rumah…” Jelas kakak.
Sejak hari itu bermulalah kehidupan baruku, setiap malam aku masih ke bilik ibu dan pernah juga beberapa kali setelah ibu tertidur kepuasan, aku akan ke bilik kakak. Namun dengan kakak aku tidak dapat besetubuh selalu denganya kerana aku takut ibu mengetahui persetubuhanku itu. Hanya beberapa kali sahaja aku dapat bersetubuh dengan kakak, jika ibu tiada di rumah, aku dan kakak tidak akan melepaskan peluang untuk bersetubuh sepuas-puasnya. Begitu juga apabila ayah pulang, aku akan ke bilik kakak dan bersetubuh sepas-puasnya kerana aku tidak dapat ke bilik ibu.
Pernah di suatu hari, di sebelah pagi aku terpaksa melayani makcik ku, setelah pulang ketika ibu tiada di rumah aku terpaksa melayani kakak dan di sebelah malam pula aku terpaksa melayani ibu pula. Hari itu aku merasa sungguh letih dan lemah sehingga aku hampir demam, namun aku merasa puas kerana dapat memuaskan makcik , kakak dan ibu pada hari yang sama.
Begitulah pengalamanku bersama makcik ku, ibu ku serta kakak ku dan kejadian ini masih berterusan sehingga kini.
Sekarang kakak sedang mengandung tujuh bulan, anak yang kakak kandung adalan anak dari suaminya kerana aku tidak pernah memancutkan air maniku ke dalam cipapnya sebelum kakak di sahkan mengandung. Ketika kakak sedang mengandung, barulah aku berani memancutkan air maniku ke dalam cipapnya. Aku tidak mahu kakak dan ibu mengandung anak hasil dari persetubuhanku kerana aku tidak sanggup melihatnya.
Dengan makcik aku selalu memancutkan air maniku ke dalam cipapnya kerana aku tahu makcik pandai menjaga cipapnya. Walaupun aku merasa puas bersetubuh dengan makcik, ibu dan kakak, aku kini sedang merangcang untuk menikmati tubuh isteri muda ayah pula. Ibu tiriku yang lebih muda dari ibu itu adalah berbangsa cina, aku ingin merasa cipap dan lubang dubur cina pula. Itu kisah lain akan aku cerita kan.
380 notes · View notes
apanyablogs · 7 months ago
Text
Cerita Kepada Nona¹
Tahu tidak Nona? Kemarin malam Bulan menemuiku dengan wajah benderangnya yang anggun. Ia mengetuk jendela, menyelinap masuk ke ruang tamuku, duduk di sofa dan bercerita banyak hal. Ia bercerita tentang begitu banyak syukur yang terpanjatkan padanya berapa hari terakhir. Ada yang mengucap syukur karena masih disempatkan memotret senyuman dari orang-orang terkasih mereka dengan kedua matanya. Ada juga yang bersyukur karena di usia mereka yang hampir senja masih diberi kesehatan dan kewarasan, untuk meramu tawa dan bahagia orang-orang terkasih mereka. Bahkan beberapa dari mereka menangis haru sebab masih diberi waktu untuk merenungi kegagalan-kegagalan mereka yang telah lalu. Saya mungkin satu di antara manusia-manusia yang bulan maksud dalam ceritanya. Karena yah, seperti yang kau tahu Nona. Di usia yang hampir seperempat abad ini, ada begitu banyak hal yang mesti saya renungi kembali. Maka, kontemplasi menjadi rutinitas yang datang tanpa diundang akhir-akhir ini. Ia begitu nyaman berlabuh di kepala saya. Mengajak saya berlayar ke alam pikiran yang tak terbatas, yang selalu ada cakrawala di depan pelayaran-pelayaran kami¹.
Kau tahu Nona? Dalam banyak hal saya merasa gagal, dan dalam beberapa hal, saya pikir usaha saya semestinya bisa lebih maksimal. Dari semua hal itu, salah satu penyebabnya ternyata adalah ketidakkonsistenan saya ketika menjalani suatu proses. Selama ini saya selalu merasa bisa melakukan apapun selagi saya ingin melakukannya. Memang tidak salah sebetulnya Nona. Hanya saja, yang lebih penting dari melakukan suatu hal—yang baik tentunya— adalah tentang seberapa mampu kita tetap melakukannya dalam kurun waktu yang panjang². Karena, keniscayaan dari hidup adalah perubahan, dan orang-orang hebat adalah mereka yang bisa tetap merawat kebaikan-kebaikan kecil setiap harinya. Sudah dulu ya Nona, terima kasih berkenan mendengar.
Catatan Kaki:
¹Cerpen "Tukang Pos dalam Amplop" karya Seno Gumira Ajidarma
²Atomic Habits Karya James clear
3 notes · View notes
corneliusrenala · 2 years ago
Photo
Tumblr media
A goal without a plan is just a wish. - Tujuan tanpa rencana hanyalah sebuah harapan Qoute by @corneliusrenala @renala.id #pelaut #pelautindonesia #pelayaran #tarunapelayaran #indonesia #pelautganteng #pelautmuda #seafarer #bp #sailor #seaman #pelautku #pelauthits #pelayaranindonesia #taruna #istripelaut #ship #maritime #pelautnusantara #pelautkeren #akmil #seamanlife #kapal #tarunanusantara #tarunaindonesia #tni #pelautwanita #rekanitapelaut #polisi #sekolahpelayaran (di Sangkulirang, Kalimantan Timur, Indonesia) https://www.instagram.com/p/Cp5L9-BP0pq/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
zulfazzakiyah · 8 months ago
Text
Berlabuh di Ujung Bahari
Hari Minggu yang dinanti telah tiba. Waktu libur yang diharap telah menyapa. Meski waktu selalu berjalan segera. Namun, izinkan aku menikmati hari ini sejenak lebih lama. Lantaran esok semesta mulai aktif bekerja. Memulai kembali pelayaran menikmati alam raya.
Pada dermaga nyenyat yang lalu aku dibuat bimbang. Resah dan bingung melanda sebab tiada kujumpa makhluk ataupun orang. Cahaya yang kuamati rupanya hanya semu mencorong. Segera kulanjutkan pelayaran ulang. Tanpa perlu aku melihat kebelakang. Sebab hanya lara hati dan awan kelabu yang terkenang. Tanpa terasa tibalah kini perahuku pada dermaga agung.
Mentari mulai bersinar kala perahuku telah berlabuh pada dermaga ini. Hiruk-pikuk terdengar suara raga menemani. Tak lagi sepi sunyi menghampiri. Tiada lagi rasa bimbang dan bingung menyelimuti. Hatiku berbunga-bunga sebab kutemukan kembali ketenangan diri. Pada sandaran indah di ujung bahari.
Hari Minggu yang kunanti akan segera berakhir. Namun, rasa senang dan tenteram ini tak ingin turut buyar. Pertemuanku dengan dermaga agung akan selalu terkenang nyalar. Sebagai satu cerita yang tak akan pudar.
Tanpa terasa satu purnama sudah perahuku berlabuh. Senang dan tenteram selalu kurasa penuh. Tak pernah sekalipun aku terjebak jenuh. Sebab aku menemukan banyak hal baru tumbuh. Salah satunya renjana, yang kian hari semakin berimbuh. Hingga akhirnya kuputuskan untuk menghentikan pelayaran menyeluruh. Lantaran aku telah siap seterusnya bersauh.
4 notes · View notes
fikarhma · 9 months ago
Text
Setahun pernikahan
Setahun pernikahan mungkin bisa dibilang baru menyelupkan jari kelingking kedalam lautan, masih sangat jauh dari pengalaman yang orangtua kita rasakan. Tapi tenang, kita sudah merasakan hikmah dan pelajaran kehidupan.
Katanya 5 tahun pertama adalah masa critical dalam rumah tangga. Alhamdulillah 1 tahun terlewati, walaupun tak pernah aku berambisi untuk ingin segera melewati masa critical itu. Aku sih santai saja dan mencoba menikmati prosesnya.
Dalam sebuah hubungan pasti ada pertengkaran, dan itu normal. Di satu tahun pernikahan mulai terlihat sejatinya karakter pasangan kita seperti apa, walaupun tentunya sebelum menikah sudah ada penilaian2 tertentu tapi ternyata saat itu mungkin baru 50%nya. Penyesuaian masih butuh dilakukan, bukan hanya antara aku dan suami tetapi juga antara keluarga kami. Mama, papa, bapak, ibu, keluarga besar keduanya yang datang dari suku yang berbeda (Jawa-Sunda- Sumatera), menyatukan mereka bukan hal yang mudah. Dari perbedaan, penyesuaian, semuanya kudapatkan banyak pelajaran berharga.
Adapun tentang rezeki berupa materi. Ternyata benar, pernikahan membuka pintu rezeki bahkan ketika Allah mengaruniakan kami seorang anak pun sudah ada rezekinya sendiri. Tentunya dengan ikhtiar yang kami lakukan juga. Kalau dihitung2 berapa banyak uang yang dikeluarkan dari awal pernikahan sampai sekarang, masyaAllah sungguh rezeki dari Allah berlimpah, yang dulu bahkan tak pernah terpikir bisa kudapatkan.
Perjalanan rumah tangga seperti berada didalam perahu yang sedang mengarungi lautan. Kadang kita terciprat ombak, menerjang badai, melihat sunset atau sunrise, mungkin melihat pelangi atau bertemu lumba-lumba. Kadang menegangkan, takut, seru, mengharukan, semua jenis perasaan pasti pernah dirasakan. Satu hal yang pasti, ketika kita tau hendak kemana perahu berlayar maka jangan pernah berhenti di tengah. Karena tujuan akhir harus sudah ditentukan dari sebelum memulai pelayaran, sebelum memulai pernikahan.
Walaupun perjalanan kami masih panjang, doakan kami bisa menikmati dan terus berlayar!
3 notes · View notes
senggangtenggang · 9 months ago
Text
Pelayaran
Kutub mana yang hendak kamu cari?
Nakhoda mana yang akan kamu pilih?
Teruslah berlayar, temukan dimana jiwa-jiwa itu berlabuh.
Carilah, akhir dari muara pelayaranmu.
2 notes · View notes
Text
Tumblr media
TERCEPAT, Call 0859-6284-8598, Jasa Olah Data Skripsi Akademi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga Bahtera Konsultanskripsi.id
0 notes
langitselatan · 1 year ago
Text
di mana surga setiap matahari terbit
tahun ini aku bertemu denganmu. menerka nerka apa maksud awan dan langit jadi lembayung yang merona seperti pipimu.
tahun ini aku diperbolehkan memandang cantikmu. menebak nebak melodi apa yang bermain di balik senyummu.
tahun ini aku lama menatap matamu. cermin itu memantulkan fajar terbit dari laut arah selatan. batuan tak ada yang bicara. daun daun menggerakkan ritme suara alam. angin adalah sisa sisa kisah cinta yang bertebaran sepanjang bumi manusia terbentang.
tahun ini kita belajar mencintai dengan ibu tanah yang merindukan petrikor tua dalam pelayaran di seberang samudera. hanya alam sebenarnya yang tahu kunci nada melankolia dan romansa.
4 notes · View notes