Tumgik
#Sejarah Banten
bantennewscoid-blog · 1 month
Text
Sejarah Pembangunan Vihara Avalokitesvara di Banten
VIHARA Avalokitesvara terletak di Kampung Pamarican, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Avalokitesvara merupakan bahasa Sanskerta untuk Dewi Kwan Im yang diyakini suka menolong manusia dari berbagai kesulitan. Lokasi vihara itu sekitar 500 meter di sebelah utara Masjid Agung Banten dan Keraton Surosowan di Kawasan Banten Lama. Sejarah pembangunan vihara ini berkaitan dengan Syarif…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
temporaktif · 1 year
Text
Kehidupan Ekonomi dan Sosial Budaya Kerajaan Banten
Banten dikuasai dan di-Islamkan oleh Fatahilah (panglima perang Demak). Selain itu, Fatahilah juga merebut Sunda Kelapa dan Cirebon. Setelah dikuasai, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta (1527). Selanjutnya, Fatahilah menetap di Cirebon, dan Banten diserahkan kepada putranya, Hasanudin. Kerajaan Banten Meskipun Banten, Jayakarta, dan Cirebon berhasil dikuasai, namun kawasan ini tetap…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
beritatangerang · 2 years
Text
Gedung Kramat 106 yang Jadi Saksi Bisu Lahirnya Sumpah Pemuda
Gedung Kramat 106 yang Jadi Saksi Bisu Lahirnya Sumpah Pemuda
Kliktangerang.com – Gedung Kramat 106 di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta, menjadi saksi bisu lahirnya Sumpah Pemuda. Gedung yang pernah dihuni tokoh-tokoh pergerakan nasional ini menjadi sejarah perjalanan para pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Melansir dari kompas.com, para tokoh pergerakan nasional yang pernah menghuni gedung itu rata-rata pelajar School tot Opleiding van…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
zidanrr · 6 months
Text
Tumblr media
Permulaan dari Semua
Ada yang pernah mendengar butterfly effect?
Butterfly effect atau biasa disebut efek kupu-kupu merupakan salah satu paradoks terkenal yang memiliki teori bahwa, satu aksi kecil dapat membawa perubahan besar dikemudian hari. Salah satu ilustrasi butterfly effect yang terkenal adalah dari sang pencipta paradoks itu sendiri, yaitu seorang meteorologis bernama Edward Lorenz, yang ilustrasinya juga dijadikan sebagai buku yang ia tulis yaitu bahwa “kepakan sayap kupu-kupu yang berada di Brazil bisa menyebabkan tornado di Texas”.
Ilustrasi ini menggambarkan angin yang dihembuskan dari kepakan sayap kupu-kupu akan terbawa ke udara, terus menerus, semakin jauh akan semakin membesar hingga akhirnya membuat angin tornado. Tentu saja hal tersebut pernyataan tersebut merupakan simplifikasi untuk ilustrasi saja karena proses pembuatan tornado itu kompleks dan tidak semudah itu. Namun inti ilustrasi tersebut sudah menggambarkan bahwa aksi kecil dapat membuat perubahan yang besar.
Mungkin dari kita ada yang masih bingung dengan paradoks ini, maka akan saya sedikit ilustrasi yang mungkin akan mudah di pahami oleh kita-kita semua dan mungkin agak sedikit kontroversial.
Ilustrasi ini adalah “kedatangan penjajah ke Nusantara melahirkan Negara Indonesia”
Loh kok bisa?
Kalau kita melihat-lihat kembali ke sejarah, ketika Negara Indonesia belum terbentuk, wilayah Indonesia ini masih terpisah, terpecah belah, dan di kuasai oleh kerajaan-kerajaan. Masing-masing kerajaan memiliki kebijakan dan tujuan mereka masing-masing, belum ada rasa persatuan dan kesatuan layaknya Negara Indonesia yang sudah menjadi satu. Namun hal itu berubah ketika Cornelis de Houtman menginjakan kakinya ke Banten pada tahun 1596.
Tentu niat awal Cornelis de Houtman ini hanya sekedar menjelajah untuk berdagang rempah-rempah. Tetapi dari situ pula dengan datangnya orang asing dan terjalinnya hubungan dengan pedagang Indonesia, terjadilah serangkaian-serangkaian peristiwa yang akhirnya berakhir dengan penjajahan Indonesia oleh Belanda. Penjajahan itu pula yang menjadi semangat seluruh rakyat Indonesia bersatu melawan penjajah dan akhirnya lahir Negara Indonesia.
Sekali lagi, mungkin ilustrasi tersebut terlalu simplifikasi terhadap kejadian aslinya. Tapi saya yakin pembaca sudah menangkap garis besarnya. Oleh sebab itu coba kita bayangkan kembali, coba saja Cornelis de Houtman tidak pernah singgah ke Nusantara dan orang-orang Nusantara tetap melanjutkan kehidupannya di era kerajaan seperti biasanya, mungkin sampai sekarang Negara Indonesia tidak akan pernah ada dan selamanya terpisah oleh kerajaan-kerajaan yang ada.
Itulah butterfly effect dari kedatangan Cornelis de Houtman yang berakhir dengan merdekanya dan lahirnya Negara Indonesia. Terlihat sudah bukan bahwa hal-hal sepele yang mungkin kita anggap tidak penting ternyata dapat membawa dampak besar bagi kita dikemudian hari?
Sekarang mari kita kembali lagi ke masa sekarang.
Tidak jarang ketika kita mau memulai sesuatu, akan ada wacana dulu, baru perencanaan, lalu ada eksekusi di akhir. Nah wacana ini terkadang suka di anggap remeh karena terkesan merupakan langkah perencanaan yang paling “remeh”. Memang bukan tanpa alasan sih, ngomong itu memang gampang, tetapi di seriuskan untuk menjadi perencanaan hingga tahap realisasi memerlukan determinasi yang tidak sembarangan. Oleh sebab itu tidak jarang orang ketika komplain suka mengatakan “ah wacana doang lu” dan semacam itu. Karena berbicara itu gampang, beraksinya yang susah.
Namun kalian pernah terpikir ngak sih, sebenernya wacana itu perlu juga?
Dari wacana kita mengeluarkan ide dan gagasan dari pikiran kita, dari wacana kita bisa membuka kesempatan baru yang bisa kita tidak duga-duga, dari wacana pula suatu perencanaan di mulai, awal dari suatu permulaan saya menyebutnya.
Oleh sebab itu berbicaralah. Karena senjata ultimatum manusia itu cukup sederhana, yaitu komunikasi yang efektik dan mudah dipahami. Dari komunikasi kalian bisa membujuk orang untuk mengikuti ide kita dan melakukan perencanaan, dari komunikasi kita bisa mendapat relasi dan teman baru selama diperjalanan, dari komunikasi hampir semua masalah dapat terselesaikan.
Begitulah kita sang Makhluk sosial.
Sekali lagi, berbicaralah, buatlah wacana, dan rasakan butterfly effect yang tidak kalian duga di kemudian hari.
2 notes · View notes
hanunidris · 2 years
Text
Menulis, Seni Mencipta Perubahan
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)
 Petikan tulisan Pra­moedya tersebut, banyak berseliweran di media sosial. Kalimat pamungkas yang biasa dijadikan motivasi untuk tidak berhenti menulis. Ia juga menyebutkan, bahwa sejatinya tulisan adalah bagian dari sejarah monumental dari setiap orang. Orang yang pernah melahirkan tulisan, akan dapat dikenang meski jasad telah dikebumikan.
Di lingkungan pesantren, banyak kita temui contoh sederhana dari pernyataan Pramoedya. Betapa ba­nyak, para ulama yang telah meninggal berabad-abad lalu, namun namanya masih terkenang dalam sejarah dan masih disebut-sebut hingga hari ini. Misalnya, Syekh Nawawi al-Bantani, ulama besar dari Banten, pengarang  kitab Nashaih al-Ibad. Kitab yang sangat populer, bukan saja karena isi kandungannya yang kaya, tetapi juga kitab ini dikarang oleh ulama asli Nusantara.
Begitu juga imam hujjatul Islam, Al-Ghazali, penulis kitab Bidayatul Hidayah. Kitab ini, konon disebut sebagai kitab panduan hidup sepanjang zaman. Al-Ghazali merupakan sosok yang mencintai filsafat dan tasawuf, yang pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh sudut dunia dalam bentuk tulisan.
Dalam Islam, tradisi menulis memiliki usia yang sangat tua. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, atas saran Umar bin Khattab menginisiasi untuk menghimpun kalam al-Qur’an dalam bentuk tulisan. Barulah kemudian, pada masa Utsman bin Affan, al-Qur’an tersusun menjadi sebuah mushaf, yang bertahan hingga hari ini. Kesadaran untuk menuliskan kalam al-Qur’an, merupakan langkah yang diambil oleh Abu Bakar, karena jumlah penghafal al-Qur’an saat itu sudah semakin langka.
Bisa kita bayangkan, jika tradisi menulis di masa lampau tidak ada, tentu kita akan sulit untuk mengakses kitab-kitab klasik, seperti Nashaih al-Ibad, Bidayatul Hidayah, atau pemikiran-pemikiran klasik lainnya. Termasuk, teks al-Qur’an yang hingga saat ini dapat kita baca, kita amalkan dan kita wariskan kepada anak cucu kita.
 Menciptakan Sejarah
Krisis literasi yang terjadi di pesantren, tentu jadi problem serius. Menipisnya minat para santriwati untuk menggali pengetahuan di bidang literasi, perlu mendapat perhatian yang tidak main-main. Padahal fasilitas yang disediakan, seperti: perpustakaan, taman baca, kompetensi pilihan dan sejumlah pelatihan yang melibatkan penulis-penulis hebat dari luar pesanten, terus digalakkan.
Nampaknya, persoalan di atas bukan saja terjadi di lingkungan pesantren. Para pelajar dan muda-mudi di luar pesantren, kurang lebih menghadapi masalah yang sama. Bagi muda-mudi di luar pesantren, masalah tersebut tampak lebih mengerikan. Gejala berkurangnya minat muda-mudi mengimpor pengetahuan dengan membaca juga dalam kondisi mengkhawatirkan. Misalnya, banyak muda-mudi lebih betah berlama-lama menonton video atau konten-konten yang bersifat hiburan, daripada membaca teks-teks yang bermanfaat untuk mengimpor pengetahuan. Padahal, membaca adalah aktivitas penting, sebelum seseorang menuangkan isi pikirannya dalam bentuk tulisan.
Anggapan bahwa menulis merupakan aktivitas yang sulit dilakukan, menjadi alasan yang tak dapat dihindari bagi mereka yang malas untuk menulis. Alasan lainnya, para calon penulis tersebut berada dalam kondisi: tidak tahu apa yang akan ditulis. Sehingga, mereka yang pada awalnya memiliki minat tinggi untuk menulis, harus mundur teratur saat menghadapi kemacetan dalam menuangkan gagasan. Bahkan, untuk membedakan jenis tulisan saja, sebagian besar para pemula itu masih kesulitan. Termasuk, bagaimana harus memulai sebuah tulisan. Faktor inilah yang boleh jadi menyebabkan kepedulian mereka dalam aktivitas menulis, semakin menipis.
Menulis, pada hakikatnya merupakan kegiatan yang menyenangkan. Dengan menulis, kita dapat menuangkan berbagai kecamuk pikiran dalam kepala. Kita juga dapat mengekspresikan segala bentuk perasaan: susah, senang, sedih, bahagia, secara kreatif dengan menulis. Dan yang lebih penting, dengan menulis, kita sedang menciptakan sejarah dalam hidup kita. Sejarah yang akan tetap hidup, bahkan ketika kita sudah tak lagi hidup di dunia.
Kita dapat memulai aktivitas menulis dari sesuatu yang paling dekat dan paling kita minati. Kadang, hal-hal paling kita anggap sederhana, dapat menjadi inspirasi dalam menulis. Seperti, menulis cerita perjalanan kita sehari-hari, dari bangun tidur, berangkat ke sekolah, pulang sekolah, hingga tidur lagi. Pasti ada kejadian menarik, di sela-sela aktivitas hidup kita. Dan itu paling memungkinkan, untuk kita tulis.
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita berinteraksi dengan orang-orang di sekeliling kita. Setelah kita rutin mencatat aktivitas sehari-hari, kita bisa menulis tentang pengalaman teman kita saat ia curhat, misalnya. Atau kita juga bisa meres­pon peristiwa yang kita temui, dengan pendapat kita, dalam wujud tulisan. Sesederhana apa pun bentuk tulisan tersebut, jika terus dilatih lambat laun akan mengalami peningkatan. Jadi, kunci utamanya adalah berlatih. Boleh dalam bentuk cerita, puisi, catatan ringan, opini sederhana, atau apa pun. Yang penting, kita bisa menuangkan ide-ide tersebut dalam bentuk tulisan.
Pada tahapan selanjutnya, kita juga bisa menuangkan kembali pikiran orang lain, dengan bahasa kita. Misalnya, setelah kita membaca buku, kita mene­mukan hal menarik dari isi buku atau sisi menarik dari cara penulis dalam menulis buku tersebut. Kita juga bisa membuat narasi menarik dalam bentuk resensi, atau catatan singkat. Nah, dari serangkaian pengalaman menulis tersebut, akan membantu kita untuk meli­hat hal-hal dan pikiran-pikiran yang lebih besar, untuk kita tulis sebagai bentuk produksi pengetahuan. Bisa dalam bentuk opini, artikel, atau bahkan tulisan yang mendukung studi kita, seperti: paper, skripsi, dan sebagainya.
Untuk sampai pada taraf memiliki kemampuan menulis yang baik, seorang penulis harus sadar akan dasar informasi yang mendukung tulisannya. Salah satu caranya, yakni dengan banyak mengimpor informasi, baik dari membaca maupun menyimak. Alangkah tidak bijaknya jika seorang penulis melahirkan tulisan, sementara ia sendiri tidak tahu tentang apa yang ia tulis. Paling tidak, seorang penulis dapat mengkonfirmasi tingkat validitas informasi yang ia sampaikan dalam tulisannya.
Pertanyaannya, kapan kita akan mulai mencatat sejarah keberadaan kita? Kapan saja. Bahkan, setelah membaca titik akhir dari tulisan ini. Dengan cara apa? Yakni dengan memproduksi berbagai pengetahuan, dalam bentuk tulisan.
 Media Berdakwah
Seorang penulis, kadang hanya ingin tulisannya menjadi koleksi pribadi saja. Sebagian yang lain, bertujuan agar tulisannya dapat dibaca oleh banyak orang. Cara yang paling mudah, yakni dengan mempublikasikan tulisannya ke media cetak atau media daring (online). Tujuannya, agar orang lain dapat memperoleh manfaat dari tulisan itu. Bahkan, tidak sedikit pembaca yang pola pikirnya berubah, setelah membaca sebuah tulisan, baik dalam bentuk buku, artikel dan tulisan lainnya. Untuk itu, seorang penulis perlu menghadirkan informasi yang bermanfaat, jika ditujukan untuk dibaca orang lain.
Asas kebermanfaatan dalam sebuah tulisan, dapat menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas dakwah. Jika selama ini dakwah identik dengan aktivitas kelisanan, maka menulis merupakan bentuk dakwah yang lain. Dakwah bil qalam atau bil kitabah. Aktivitas dak­wah melalui tulisan, tidak kalah efisien dari dakwah di atas mimbar. Bahkan, Allah menyerukan aktivitas menulis dalam bentuk sumpah, dalam firman-Nya: Nun. Demi pena dan segala yang dituliskannya.
Kita tidak bisa menge­nyampingkan dakwah dalam bentuk tulisan. Ulama-ulama masyhur seperti Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Maliki telah memulai tradisi dakwah melalui tulisan. Mereka telah menerbitkan banyak tulisan yang memberikan kontribusi besar bagi tersebarnya ajaran Islam sampai saat ini. Tulisan-tulisan mereka bahkan mampu bertahan ribuan tahun lamanya.
Berdakwah dengan tulisan, juga merupakan jalan keluar, bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan menyampaikan pengetahuan secara lisan. Misalnya, seorang wanita yang kehadirannya di atas mimbar masih kontroversial secara syar’i. Maka, dakwah melalui tulisan merupakan jalan alternatif yang cukup efektif dan paling memungkinkan, untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuannya ke hadapan publik. Faktanya, dakwah melalui tulisan lebih abadi dibandingkan dakwah dengan lisan.
Mari kita jaga tradisi yang telah diwariskan oleh para ulama di masa lalu ini. Mari menulis! Mari menulis! Mari menulis! Wallahu a’lam.
8 notes · View notes
plotpioneer · 4 days
Text
### Pandeglang: Kota 1000 Santri dan Ulama
Pandeglang, Banten, dikenal dengan julukan "Kota Jawara." Namun, kota ini juga memiliki julukan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu "Kota 1000 Santri dan Ulama." Dalam postingan blog ini, kita akan menjelajahi sisi keagamaan dan kepesantrenan di kota ini.
#### Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Al-Mu'thi
Pondok Pesantren Al-Mu'thi di Cidahu, Pandeglang, Banten, memiliki sejarah yang kaya. Didirikan oleh Abuya Dimyathi al-Bantani, pesantren ini telah menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di daerah tersebut. Setelah wafatnya Abuya Dimyathi, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putranya, Abuya Muhtadi, yang mengembangkan pesantren ini lebih lanjut.
Abuya Muhtadi bukanlah pendiri Pondok Pesantren Al-Mu'thi, melainkan penerus yang meneruskan warisan ayahnya. Di bawah kepemimpinannya, pesantren ini terus berkembang dan memainkan peran penting dalam pembinaan santri dan ulama di wilayah Pandeglang.
#### Sejarah Singkat Pandeglang
Pandeglang tidak hanya dikenal karena kekayaan alamnya tetapi juga karena kontribusi besarnya dalam pendidikan agama Islam. Julukan "Kota 1000 Santri dan Ulama" menunjukkan betapa banyaknya pesantren dan lembaga pendidikan Islam yang berdiri di kota ini. Pandeglang menjadi salah satu pusat pembelajaran Islam yang signifikan di Indonesia.
#### Profil Pondok Pesantren Al-Mu'thi
Pondok Pesantren Al-Mu'thi menawarkan berbagai program pendidikan agama yang mendalam, mulai dari pengajaran Al-Quran, fiqh, hingga ilmu tasawuf. Pesantren ini tidak hanya fokus pada aspek keilmuan tetapi juga pada pembentukan karakter santri yang berbudi pekerti luhur.
**Abuya Dimyathi al-Bantani** adalah tokoh ulama yang dihormati dan diakui atas dedikasinya dalam pendidikan Islam. Kepemimpinannya yang visioner menjadi landasan kuat bagi pesantren ini. **Abuya Muhtadi**, penerusnya, telah membawa pesantren ini ke tingkat yang lebih tinggi dengan berbagai inovasi dan program pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman.
#### Kegiatan di Pesantren
Pondok Pesantren Al-Mu'thi mengadakan berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan yang rutin, seperti:
- Pengajian rutin
- Kegiatan hafalan Al-Quran
- Diskusi dan kajian kitab kuning
- Kegiatan sosial kemasyarakatan
Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memberikan ilmu agama kepada santri tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan keagamaan di masyarakat sekitar.
#### Pengaruh terhadap Komunitas
Pesantren Al-Mu'thi memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Cidahu dan sekitarnya. Pesantren ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial, memberikan kontribusi besar dalam pembinaan moral dan spiritual masyarakat.
#### Penutup
Pandeglang sebagai "Kota 1000 Santri dan Ulama" menawarkan banyak hal bagi mereka yang tertarik pada pendidikan agama Islam. Pondok Pesantren Al-Mu'thi adalah salah satu contoh dari dedikasi dan komitmen terhadap pengajaran dan pembinaan spiritual yang kuat. Mengunjungi Pandeglang dan mengenal lebih dekat pesantren-pesantren di sana akan memberikan pengalaman yang kaya dan mendalam.
Tumblr media
Potret Abuya Dimyathi al-Bantani, Pendiri Pondok Pesantren Al-Mu'thiGambar ini adalah potret Abuya Dimyathi al-Bantani, ulama yang mendirikan Pondok Pesantren Al-Mu'thi di Cidahu, Pandeglang, Banten. Beliau adalah tokoh yang memainkan peran kunci dalam pengembangan pesantren ini sebagai pusat pendidikan dan spiritual di wilayah tersebut. Kepemimpinannya yang visioner telah memberikan kontribusi besar terhadap kehidupan keagamaan dan pendidikan di Pandeglang.
1 note · View note
kabartangsel · 13 days
Text
Perolehan Medali POPDA XI Banten 2024
Kota Tangerang, sukses menorehkan sejarah baru, yakni meraih juara umum pada gelaran Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) XI Banten yang berlangsung di Kota Tangerang. Klasmen Akhir Perolehan Medali POPDA XI Banten 2024 1. Kota Tangerang Tak pernah meraih juara umum, sepanjang Provinsi Banten berdiri. Ini adalah tahun hal luar biasa bagi Kota Tangerang, dengan raihan 235 medali, yaitu 94 medali…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
turisiancom · 1 month
Text
TURISIAN.com – Memasuki libur panjang (long weekend) Hari Raya Waisak pusat perbelanjaan tradisional Pasar Baru Trade Center (PBTC) di Kota Bandung, Jawa Barat dipadati pengunjung. Mereka adalah para wisatawan yang sedang berlibur. Baik dari warga dalam kota maupun dari luar Kota Bandung. Pantauan Turisian.com, Sabtu 25 Mei 2024, pengunjung tidak saja berbelanja kebutuhan fesyen, tetapi juga kuliner. Beberapa toko oleh-oleh Bandung yang menempati area samping Gedung PBTC ramai diserbu pengunjung. Menurut salah seorang Juru Parkir (Jukir), Dadang (35), jumlah pengunjung pada hari ini lebih banyak jika dibanding kemarin, Jumat 24 Mei. BACA JUGA: Meski Libur Lebaran Sudah Lewat Pasar Baru Bandung Masih Jadi Incaran Pengunjung “Kemarin juga ramai, tapi hari ini lebih ramai lagi. Tadi pagi juga ada beberapa bus yang mengantar pengunjung belanja kesini,” katanya. Tingginya pengunjung yang datang ke Pasar Baru di libur Hari Raya Waisak membuat arus lalu lintas. Khususnya, dari Stasiun Hall Bandung hingga ke Pasar Baru mengalami kemacetan. Banyak kendaraan sepeda motor yang terpaksa parkir pinggir jalan. Sementara parkir di dalam gedyng PBTC juga terlihat penuh. Mulai dari lantai dasar, hingga lantai 7 terisi penuh oleh kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Ramainya, pengunjung ke pusat perbelanjaan ikonik di Kota Bandung diperkirakan masih akan berlanjuk hingga besok, Minggu 26 Mei. BACA JUGA: Pedagang Pasar Baru Trade Center Bandung Sambut Gembira Renovasi Gedung [caption id="attachment_20292" align="alignnone" width="800"] Untung BW, Direktur Marketing Pasar Baru Trade Center (PBTC), Kota Bandung. Foto: Turisian.com/Duta Ilham[/caption] Menjual berbagai produk fesyen Sementara itu, Untung BW Direktur Marketing PT DSMJ—selaku pengelola PBTC mengakui bahwa tingkat kunjungan di waktu libur panjang Hari Raya Waisak mengalami kenaikan. “Kalau angka pastinya masih kita terus pantau ya. Kan, liburnya masih ada satu hari lagi, sampai Minggu besok. Namun berdasarkan pengalaman di libur panjang beberapa waktu lalu, dalam satu hari bisa mencapai 12 ribu per hari,” katanya. Sebagaimana diketahui, pasar ini menjual berbagai jenis fesyen hingga jajanan. Letaknya di Jalan Otto Iskandardinata No. 152, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. BACA JUGA: Kekayaan Kuliner di Jalan Gempol, Mengulik Kenikmatan Gastronomi di Kota Bandung Seperti sudah menjadi tujuan “wajib”, para wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung, pasti akan singgah di pasar ini untuk belanja oleh-oleh. Sejarah menceritakan, sejak dahulu zaman tempat ini sudah menjadi favorit berjualan para saudagar pribumi, Arab, dan Cina. Di pasar ini menawarkan berbagai macam barang yang sebagian besar adalah sandang dengan harga terjangkau dan ekslusif. Ketika Belanda membangun Kota Bandung, para pedagang dari berbagai daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Cirebon, Banten, Pekalongan, Palembang, berdatangan untuk mengadu nasib di Bandung. BACA JUGA: Destinasi Unik, Museum Patah Hati di Braga Kota Bandung [caption id="attachment_20683" align="alignnone" width="800"] Suasana arus lalu lintas di depan Pasar Baru Trade Center, Sabtu 25 mei 2024. Foto: Turisian.com/Duta Ilham[/caption] Dibangun 1884 Silam Kawasan ini merupakan pasar tradisional yang dibangun sebagai pengganti pasar daerah pecinan yang pernah dibangun pada tahun 1884 silam. Sedangkan, pasar ini menjadi tempat untuk menampung para pedagang yang berasal dari Pasar Tjigoeriang di Kepatihan. Saat itu Pasar Kepatihan yang dibangun tahun 1812 terbakar akibat huru-hara Munada pada 30 Desember 1842. Pasar Baru dibangun tahun 1906 dan sebagian besar bangunannya sudah dalam bentuk pasar yang permanen, karena sudah banyak jajaran toko bagian depan dan los-los pasar dibagian belakang. BACA JUGA: Ndalem Katresnan, Kuliner yang Lagi Hits di Bandung, Disini Tempatnya Pada tahun 1930, di Pasar Baru sudah semakin banyak bangunan permanen yang besar dan bertingkat.
Lalu pada 1935, Pasar Baru menyandang predikat pasar terbersih dan tertata rapi di Pulau Jawa. Pasar Baru dibangun kembali tahun 1970 dengan versi yang lebih modern, namun tidak menghilangkan kesan tradisionalnya. Dilanjutkan kemudian 2001, Pasar Baru dibangun ulang menjadi konsep modern seperti toko bertingkat, dan tak hanya menjual bahan pangan saja namun berbagai macam barang. Sejak saat itu suasana pasar mulai bergeser “kekinian”, sehingga Pasar Baru dengan konsep modern diresmikan pada 21 Agustus 2003, dengan nama Pasar Baru Trade Center. ***
0 notes
sunda-akur · 2 months
Text
- Prabu Siliwangi, juga dikenal sebagai Prabu Surawisesa, adalah raja kerajaan Sunda pada abad ke-15 dan 16.
- Prabu Siliwangi lahir di desa Pakuan Pajajaran (sekarang Kota Bogor) pada sekitar tahun 1401 Masehi.
- Ayahnya adalah Prabu Niskala Wastu Kancana, yang merupakan raja Sunda sebelumnya.
- Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Dewawarman VII, raja Kerajaan Galuh.
- Ia memiliki tiga orang saudara kandung yang bernama Dewi Sri Pohaci, Dewi Ratih, dan Ki Tarjuna. Prabu Siliwangi adalah penerus tahta kerajaan Galuh setelah kematian ayahnya.
- Prabu Siliwangi dengan kerajaan Pajajaran, yaitu kerajaan yang memerintah di wilayah yang sekarang menjadi Jawa Barat pada abad ke-14. Menurut versi ini, Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Niskala Wastu Kancana, raja Kerajaan Sunda. Ia memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Dyah Pitaloka dan Dyah Wiyat.
- Silsilah Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran Teragung
- Salah satu sejarawan abad 18 masehi  yang menguraikan mengenai silsilah Prabu Siliwangi adalah Pangeran Arya Carbon, tokoh yang dikenal sebagai penulis Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.
Silsilah Prabu Siliwangi, raja pajajaran teragung dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari diuraikan pada Pupuh IV. Adapun silsilahnya adalah sebagai berikut:
- “Prabu Siliwangi adalah putra Prabu Anggalarang, putra Prabu Mundingkawati, putra Prabu Banyakwangi, putra Prabu Banyaklarang, putra Prabu Susuktunggal, putra Prabu Wastukancana, putra Prabu Ciungwanara, - dan Ciungwanara adalah putra Maharaja Galuh Pakwan bernama Maharaja Adimulya”.
- Berdasarka Pupuh IV pada Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari di atas dapat dinyatakan jika Prabu Siliwangi secara silsilah adalah ketrunan dari Maharaja Adimulya, yaitu pendiri Kerajaan Sunda yang jangkuan kekuasannya meliputi pulau Jawa bagian barat. 
- Ibu Prabu Siliwangi
Berdasarkan silsilah yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Prabu Siliwangi adalah anak dari Prabu Anggalarang atau juga disebut Prabu Niskala Westu Kencana, adapun nama Ibunya adalah Mayangsari. 
- Prabu Siliwangi  disebut juga Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja yang mempunyai nama asli Jaya Dewata (Dewa Niskala) adalah anak tertua dari pasangan Prabu Anggalarang dan Mayangsari. - Selain itu Prabu Siliwangi juga mempunyai seorang adik kandung yang yang bernama Kusumalaya.
- Perjalanan Prabu Siliwangi
Sebelum dinobatkan menjadi Raja Pajajaran pada tahun 1482 hingga1521, Jaya Dewata mulanya dinobatkan menjadi penguasa bawahan di Kerajaan Sindangkasih, sebelum akhirnya dinobatkan menjadi Raja di Galuh dan seterusnya dinobatkan menjadi Raja di wilayah Kekuasaan Kerajaan Sunda (Gabungan Galuh-Sunda).
- Wafatnya Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi wafat secara normal akibat usia yang sudah menua, beliau wafat pada tahun 1521 dan disemeyamkan di Pakuan, Ibukota Kerajaan Sunda. Beliau wafat pada umur 120 Tahun (1401-1521). Setelah kewafatannya, tahta Kerajaan Pajajaran dilanjutkan oleh Prabu Surawisesa anak tertua dari Mayang Sunda, hal itu dikarenakan Pangeran Walangsungsang sebagai putra Mahkota lebih memilih keluar Istana dan mendirikan Kesultanan Cirebon. 
- Anak-Anak Prabu Siliwangi
Menurut beberapa sumber sejarah, Istri Prabu Siliwang jumblahnya sangat banyak, lebih dari 151 orang, begitupun juga anak-anaknya dikisahkan sangat banyak sekali, akan tetapi, dari beberapa istrinya yang terkenal diantaranya
(1) Nyi Ambet Kasih
(2) Subang Larang dan
(3) Mayang Sunda
- Dari ketiga Istrinya yang terkenal itu, hanya anak-anak dari Subang Larang dan Mayang Sunda saja yang sangat begitu terkenal, karena dari Subang Larang kelak melahirkan Raja-Raja di Kesultanan Cirebon dan Banten dan dari ketrunan Mayang Sunda melahirkan Raja-Raja Pajajaran pengganti Prabu Siliwangi. 
------------------
0 notes
titaninfrabatubara · 2 months
Text
Mengenal Titan Infra Energy Group: Solusi Energi dan Infrastruktur di Indonesia
Tumblr media
Sejak didirikan pada tahun 2005 oleh Handoko A. Tanuadji, PT Titan Infra Energy dan anak perusahaannya telah menjadi pemain kunci dalam sektor energi dan infrastruktur di Indonesia. Dengan kantor pusatnya yang berlokasi di Tangerang, Banten, grup ini telah menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir.
Sejarah dan Kepemimpinan
PT Titan Infra Energy, yang dipimpin oleh Handoko A. Tanuadji sebagai Komisaris Utama, awalnya berfokus pada pertambangan batubara di Sumatera Selatan. Namun, seiring berjalannya waktu, perusahaan ini telah berkembang menjadi konglomerat dengan portofolio yang beragam di berbagai sektor. Suryo Suwignjo saat ini menjabat sebagai CEO, membawa perusahaan ini ke arah yang lebih maju.
Anak Perusahaan Titan Group
PT Servo Lintas Raya (SLR)
SLR, perusahaan logistik yang vital dalam industri pertambangan batubara di Sumatera Selatan, menawarkan solusi transportasi yang efisien. Dengan jalur khusus seluas 113 km, mereka memfasilitasi pengangkutan batubara dari tambang ke pelabuhan dengan efisiensi tinggi.
PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ)
SDJ berperan sebagai operator pelabuhan khusus untuk muatan batubara di Muara Lematang, Kabupaten Pali, Sumatera Selatan. Fasilitasnya mencakup stockpile yang dapat menampung hingga 300.000 ton batubara serta peralatan pemrosesan dan pemuatan yang modern dan efisien.
PT Maritim Sumber Energi (MSE)
MSE mengelola terminal muat batubara di Bengkulu, memberikan akses yang lebih mudah bagi industri pertambangan batubara di sekitar wilayah tersebut. Dengan draft air lima meter dan kapasitas stockpile 250.000 ton, pelabuhan ini mampu melayani kebutuhan pengiriman batubara secara konsisten.
Komitmen Terhadap Keberlanjutan: Menciptakan Harmoni antara Energi dan Lingkungan
Titan Infra Energy Group tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semata, tetapi juga berkomitmen untuk melestarikan lingkungan sekitar.
Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang: Bekas tambang batubara dipulihkan melalui penanaman pohon dan vegetasi untuk mengembalikan fungsi ekologisnya.
Teknologi Ramah Lingkungan: Penggunaan teknologi hemat energi dan minim emisi gas rumah kaca menjadi prioritas dalam operasional perusahaan.
Pengembangan Sumber Daya Manusia: Karyawan diberikan pelatihan dan edukasi tentang praktik pertambangan yang berkelanjutan dan aman.
Kesimpulan
Titan Infra Energy Group telah memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri infrastruktur energi di Indonesia. Dengan infrastruktur yang terintegrasi dengan baik, komitmen terhadap keberlanjutan, dan fokus pada pengembangan masyarakat, Titan Infra Energy Group siap menjadi mitra strategis dalam mewujudkan ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
0 notes
Text
TERPOPULER, TEMPAT OUTBOUND TRAINING SUMATERA | TIPS INDONESIA | 0858-5549-4440
Tumblr media
Klik Wa : https://wa.me/6285840278033 Tempat Outbound Banjarmasin, Tempat Outbound Banten, EO Outbound Team Building Terbaik, Fun Game Outbound Team Building, Jasa Outbound Rafting Outbound training di Sumatera menawarkan pengalaman pelatihan tim yang menarik dengan latar belakang alam yang indah. Beberapa tempat populer untuk kegiatan ini di Sumatera meliputi:Bukit Lawang, Sumatera Utara:-Terkenal dengan hutan hijau dan sungai, Bukit Lawang menawarkan suasana alam yang memukau untuk kegiatan outbound.Danau Toba, Sumatera Utara:-Dengan keindahan danau yang megah, pulau-pulau kecil di sekitarnya bisa menjadi lokasi ideal untuk outbound training.Pulau Weh, Aceh:-Pulau eksotis ini memberikan suasana pantai yang menenangkan, sementara kegiatan di luar ruangan dapat diadakan dengan latar belakang alam yang menakjubkan.Pulau Mentawai, Sumatera Barat:-Terkenal dengan ombak yang mendunia, Pulau Mentawai juga menyediakan pengaturan yang baik untuk kegiatan tim dan pengembangan personal.Benteng Fort Van Der Capellen, Bengkulu:-Situs sejarah ini dapat menjadi tempat menarik untuk outbound dengan nuansa sejarah yang unik.SANGAT INDAH TEMPAT OUTBOUND DI SINI YUK AGENDAKAN OUTBOUND SAMA KAMI !INPO PEMESANAN :0878-3615-2078 (Ibu Dini)0857-5505-9965 (Bapak Zidan)0858-5549-4440 (Ibu Arina)0858-4027-8033 (Ibu Olla)0895-1481-0211 (Bapak Muchtar)0858-5269-1077 (Bapak Faruq)KAMI JUGA MELAYANI :1. ATV2. Offroad3. Paintball4. Business Consultant5. Airsoft gun6. Paralayang7. Tempat Magang / PKL / OJT8. Tes Sidik jari dan Psikologi9. Pelatihan Table Manner10. DllMedia Sosial Kami yang Lain: Instagram: ● https://www.instagram.com/outbound.batu ● https://www.instagram.com/tips.indonesia Facebook: ● https://www.facebook.com/askan.setiabudi ● https://www.facebook.com/provideroutboundmalangbatu Youtube: ● https://www.youtube.com/@askansetiabudi ● https://www.youtube.com/@outboundbatumurah Tiktok: ● https://www.tiktok.com/@pusatpengembangansdm ● https://www.tiktok.com/@askansetiabudi#tempatoutboundterbaik #jasaoutboundfungame #outboundtrainingfun
0 notes
bantennewscoid-blog · 1 month
Text
Maritim Banten dalam Catatan Dunia
Oleh: Sulaiman Djaya, penyair Akhir Oktober dan awal November 2023 lalu di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kampus Sindangsari, saya diminta menjadi pemateri untuk tema dan materi seputar sejarah dan budaya Banten, pada program pertukaran mahasiswa seluruh Indonesia. Dan khusus untuk sejarah Banten, saya tertarik untuk memaparkan secara singkat sejarah maritim Banten dalam konteks sejarah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
konveksitangerang1 · 6 months
Text
konveksi tangerang
Sejarah Konveksi di Tangerang
Sejak berdirinya, Tangerang telah menjadi pusat konveksi yang berkembang pesat. Sejarah panjang industri ini mencerminkan dedikasi dan inovasi para pengusaha lokal dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Kreativitas Tak Terbatas
Keunikan konveksi di Tangerang terletak pada kreativitasnya. Dari desain yang trendi hingga penanganan kain yang inovatif, para pengusaha konveksi di kota ini mampu memberikan solusi kreatif yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Hubungi kami di bawah untuk info lebih lanjut
Company Name : KOTABI
Website: https://konveksi-tokoabi.com/konveksi-tangerang/
Workshop Adrress : Jalan Puskesmas No. 175 Kel Pondok Aren RT 002 RW 011 Kec Pondok Aren Kota Tang - Sel, Banten 15224
Call / SMS / Whatsapp : 085771062589 || https://bit.ly/SALES_KTA
Office Time : Senin – Sabtu (08.00 – 17.00)
Fast respon silahkan menghubungi kami pada jam kerja
Kualitas yang Tak Tertandingi
Daya saing konveksi Tangerang tidak hanya terletak pada kreativitas, tetapi juga pada kualitas produk. Dengan menggunakan bahan terbaik dan teknologi produksi terkini, hasil akhir dari konveksi Tangerang seringkali melebihi ekspektasi.
Inti Keunggulan Harga
Inovasi Teknologi
Seiring berjalannya waktu, konveksi Tangerang terus berinovasi dengan mengadopsi teknologi terbaru. Proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan menjadi fokus utama guna memastikan keberlanjutan industri ini.
Peran Konveksi dalam Perekonomian Lokal
Industri konveksi di Tangerang bukan hanya sekadar bisnis, tetapi juga berperan penting dalam perekonomian lokal. Memberikan lapangan kerja dan membangun jaringan bisnis yang kuat, konveksi turut mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.
Hubungi kami di bawah untuk info lebih lanjut
Company Name : KOTABI
Website: https://bikin-seragam.net/konveksi-di-tangerang-selatan/
Workshop Adrress : Jalan Puskesmas No. 175 Kel Pondok Aren RT 002 RW 011 Kec Pondok Aren Kota Tang - Sel, Banten 15224
Call / SMS / Whatsapp : 085771062589 || https://bit.ly/SALES_KTA
Office Time : Senin – Sabtu (08.00 – 17.00)
Fast respon silahkan menghubungi kami pada jam kerja
Testimoni Sukses
Beberapa pemilik bisnis lokal yang telah menggunakan jasa konveksi Tangerang membagikan kesuksesan mereka. Dari peningkatan penjualan hingga mendapatkan pengakuan di pasar global, konveksi Tangerang membuka pintu keberhasilan bagi banyak pelaku bisnis.
Kesimpulan
Tangerang bukan hanya sekadar kota industri, tetapi juga tempat berkembangnya kreativitas dan inovasi di bidang konveksi. Dengan kualitas terbaik, kreativitas tak terbatas, dan keunggulan harga, konveksi di Tangerang memainkan peran penting dalam merajut kisah sukses bisnis lokal dan global. Jadi, jika Anda mencari solusi konveksi yang memadai, Tangerang adalah tempatnya!
0 notes
beritatangerang · 2 years
Text
Sejarah Topi Bambu Tangerang Yang Jadi Ikon dan Diekspor ke Luar Negeri
Sejarah Topi Bambu Tangerang Yang Jadi Ikon dan Diekspor ke Luar Negeri
Kliktangerang.com – Topi bambu hasil karya kerajinan tangan masyarakat Tangerang sempat ikut mewarnadi dunia mode internasional. Produk kerajinan topi bambu Tangerang ini terkenal mulai dari 1800-an hingga era pascakemerdekaan pada 1955, populer hingga ke luar negeri seperti Asia, Eropa, dan Amerika sebelum akhirnya mulai meredup pada 1960-an. Awal kemunculan dari topi bambu ini bermula ketika…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
carollady · 8 months
Text
Kebun Raya Bogor
Tumblr media
A. Sejarah dan Fakta Menarik Seputar Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor merupakan kebun botani yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat. Tempat ini sering dijadikan alternatif liburan keluarga karena alamnya yang terjaga. Selain keluarga banyak juga lho anak muda serta rombongan anak sekolah yang menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai tempat rekreasi sambil belajar. Tiket masuk Kebun Raya Bogor yang terjangkau jadi alasan mengapa kebun ini selalu ramai dipadati pengunjung. 
Meskipun ramai, kamu nggak akan desak-desakan saat berwisata ke sini karena luas Kebun Raya Bogor sendiri mencapai 87 hektar. Luas banget kan, RedTraveler! Kebun yang luas ini ternyata punya sejarah panjang, lho. Sejarah Kebun Raya Bogor serta fakta menarik lainnya bisa kamu temukan di sini. 
B. Memiliki sejarah panjang dan sudah berusia lebih dari ratusan tahun
Berdasarkan prasasti batutulis Kebun Raya Batu merupakan bagian hutan buatan yang sudah ada sejak masa Kerajaan Sunda. Hutan ini berfungsi untuk menjaga kelestarian alam terutama melestarikan benih kayu yang sudah langka. Setelah Kerajaan Sunda ditaklukan oleh Kerajaan Banten, area hutan ini terbengkalai. 
Pada masa kolonial Belanda tepatnya pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles yang tinggal di Istana Bogor tertarik untuk mengembangkan area ini menjadi kebun yang cantik. Dia sendiri memang punya minat yang tinggi terhadap botani. Atas bantuan ahli botani bernama W. Kent, Raffles menjadikan area ini menjadi halaman serta taman yang cantik untuk Istana Bogor. Ini lah sejarah singkat terbentuknya Kebun Raya Bogor yang kita kenal saat ini. 
C. Memiliki lebih dari 12 ribu koleksi
Selain sejarah Kebun Raya Bogor yang sangat panjang, kebun ini juga menjadi saksi bisu perkembangan ilmu Botani di Indonesia, lho. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat terdapat 12.531 koleksi botani yang dikelompokan menjadi 3.228 jenis, 1.219 marga, dan 214 suku. Nggak heran Kebun Raya Bogor jadi tempat terbaik untuk orang-orang yang menyukai tumbuhan dan keragamannya. 
D. Berhasil mengembangbiakkan bunga rafflesia
Kebun Raya Bogor juga dikenal sebagai tempat pengembakbiakan bunga rafflesia. Bunga jenis ini dikenal sulit dikembangbiakkan karena penyerbukannya sangat sulit dilakukan. Namun, atas kerja keras seorang peneliti bernama Sofi Mursidawati, bunga berbau busuk ini berhasil dikembangbiakkan di Kebun Raya Bogor. 
E. Memiliki spesies bunga anggrek terbesar di dunia
Selain menjadi rumah bagi bunga raflesia, ternyata Kebun Raya Bogor juga menjadi rumah bagi spesies anggrek terbesar di dunia, lho. Anggrek itu bernama anggrek raksasa atau sering disebut anggrek harimau dengan bahasa ilmiahnya bernama grammatophyllum speciosum. Anggrek ini memiliki tinggi mencapai 7,5 m dan sudah tercatat di Guinness Book of Record. 
F. Memiliki pohon yang sudah berusia ratusan tahun
Melihat sejarah Kebun Raya Bogor yang sudah berusia ratusan tahun nggak heran kalau di sini terdapat banyak pohon yang usianya tak kalah tua. Salah satu yang paling tua adalah pohon leci yang umurnya diperkirakan hampir 200 tahun. Pohon ini  sendiri didatangkan langsung dari Tiongkok pada masa kolonial Belanda.
0 notes
kobongkastrol · 9 months
Text
Nahdlatul Ulama: Meniti "Karang" Pada Masa Pendudukan Jepang
Jayabaya-seorang raja dari Kerajaan Kediri-tak sedang mengigau saat ia meramalkan bahwa “Pulau Jawa kelak akan diperintah bangsa kulit putih (Belanda), kemudian dari arah utara akan datang bangsa Katai, kulit kuning bermata sipit. Pemerintah dari bangsa kulit kuning tidak lama, hanya seumur jagung. Dan sesudah itu Jawa akan merdeka”. 
Ratusan tahun kemudian, bukan kebetulan kalau prediksi Jayabaya menjadi kenyataan. Imbas Perang Dunia II antara blok sekutu (Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet) melawan blok poros (Jerman, Italia, dan Jepang) sampai juga ke Indonesia. 
Barangkali Belanda tak akan menyangka, bala tentara berkulit kuning dengan perawakan tak terlampau tinggi itu berhasil merangsek ke nusantara. Keterkejutan ini menjawab pernyataan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Cornelis de Jonge, tujuh tahun sebelumnya. 
De Jonge pada tahun 1935 pernah mengatakan secara angkuh “Als ik met nationalisten praat, begin ik altijd met de zin: Wij Nederlanders zijn hier al 300 jaar geweest en we zullen nóg minstens 300 jaar blijven. Daarna kunnen we praten.” (Apabila saya berbicara dengan para nasionalis, saya selalu memulai dengan kalimat: Kami Belanda telah di sini 300 tahun dan kami bahkan akan tinggal paling sedikit 300 tahun lagi. Kemudian kita bisa bicara).
Barangkali benar kata-kata bijak yang berbunyi, “Keangkuhan datang menjelang kejatuhan.” Terompet dan kembang api tahun baru mungkin masih terngiang, atau bisa jadi tak ada hura-hura di saat pergantian tahun, ketika Jepang bertandang ke Tarakan pada 11 Januari 1942. Tarakan yang sarat sumur minyak bumi, menjadi incaran pertama sebelum bergerak menuju Jawa sebagai “kunci” dan tentu Sumatra. 
Gongnya terjadi di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942 ketika Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh menyerah tanpa syarat kepada Jenderal Hitoshi Imamura. Imamura mengunci Jawa. Ia dengan cerdik mendaratkan pasukannya di Teluk Banten, Eretan Wetan, dan Kragan.
Praktis sejak saat itulah wilayah Hinda Belanda (Indonesia) jatuh ke tangan pemerintahan militer (Gunseikanbu) Jepang. Dengan masygul, Bert Garthoff, penyiar radio NIROM, memutar lagu berjudul Wilhelmus berbarengan menutup siaran terakhirnya pada hari itu pukul 23.00. Ia mengucapkan kata-kata perpisahan dalam bahasa Belanda yang artinya, “Selamat Berpisah! Sampai berjumpa di waktu yang lebih baik.”
Waspada Sejak Mula
Bergantinya tampuk pemerintahan berdampak pada seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu ormas Islam yang sudah berdiri di tahun 1926, dan telah memainkan peranan penting dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan juga tak luput dari dinamika masuknya Jepang ke nusantara. Benarlah sebuah pepatah. Keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya. 
Daoed Joesoef dalam Rekam Jejak Anak Tiga Zaman menuliskan kenangannya, “Kedatangan Jepang di Medan mula-mula disambut meriah oleh penduduk. Mereka bersorak-sorai, bertepuk tangan, berdiri di tepi jalan, dan berusaha menyalami serdadu yang sedang tegak berjaga di nyaris setiap persimpangan jalan. Orang dari kampung-kampung di sekitar Kota Medan yang kerjanya sehari-hari memasok pisang dan buah-buahan lainnya ke pasar-pasar kota, berbondong-bondong menyumbangkan pisang mereka ke tangsi tentara Dai Nippon yang mereka pahlawankan. Rumah-rumah Belanda diteriaki oleh penduduk dan dilempar batu kalau ada penghuni bule berani tampil ke luar.” 
Dan tipu muslihat itu tak bertahan lama. Slogan Gerakan Tiga A (3A) yang mempunyai semboyan Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia hanyalah hiasan mulut tak berotot dan lidah tak bertulang. 
Menyebut Indonesia sebagai saudara muda rupanya taktik belaka dalam merebut simpati, demi kepentingan terselubung di belakangnya. R.E Elson dalam The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan menuliskan, bahwa nyatanya memerdekakan Indonesia bukanlah prioritas utama bagi Jepang, dan Jepang menolak mentah-mentah upaya para pemimpin Indonesia berperan sebagai pemerintah langsung di bawah pengawasan Jepang. 
Sebelumnya, janji-janji manis nan licin dilontarkan Jepang dalam maklumat nomor satu tertanggal 7 Maret 1942, yang dikeluarkan Gunseikanbu. Dengan kata-kata yang tercantum didalamnya semisal, “memperbaiki nasib rakyat Indonesia”, “yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon, “mendirikan ketenteraman yang tangguh untuk hidup dan makmur bersama-sama dengan rakyat Indonesia”, atau “mendatangkan keamanan yang sentosa dengan segera.”
Maklumat nomor satu itu serta merta menjadi perbincangan menarik di sana sini. Tak terkecuali para aktivis NU wilayah Banyumas, tepatnya di Sokaraja. KH Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren mengisahkan bagaimana sebuah rapat NU menanggapi tentara Dai Nippon yang mengambil alih wilayah Indonesia. “Kalimat memperbaiki nasib rakyat Indonesia saya kira cuma bujuk rayu kalau bukan kata-kata tipuan. Apalagi kalimat...’yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon’ rasa-rasanya kok baru sekarang ini mendengarnya...itu cuma muslihat. Jangan lupa: alharbu khid’ah, perang itu penuh tipu muslihat.” kata Ustadz Mursyid, seorang penggiat NU Sukaraja. 
Kekhawatiran Ustadz Mursyid bahwa perang penuh tipu daya sebagaimana dikisahkan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya itu tak salah. “Kesewenang-wenangan Jepang,” tulis Andrée Feillard dalam bukunya NU vis-à-vis Negara, “Terutama penghormatan terhadap kaisar Jepang yang dipaksakan dengan cara membungkukkan badan ke arahnya pada waktu-waktu tertentu, mulai menyulut reaksi penolakan dari pihak kiai, antara lain Kiai Hasyim Asy’ari yang dijebloskan ke penjara selama beberapa bulan tahun 1942 lantaran perkara ini.”
Bersiasat Demi Umat
NU yang berpandangan bahwa membela tanah air adalah sebagian daripada iman, tak tanggung-tanggung membela Indonesia, apalagi jika hal itu selaras dengan pandangan tauhid. Pengalaman NU di masa kolonial Belanda yang melakukan perlawanan kultural lewat pesantren dan organisasi yang dibangunnya tak mudah gentar dengan siapapun. Jejak sejarah mencatat bagaimana KH Zainal Mustofa dari pesantren Sukamanah yang sekaligus pengurus NU Tasikmalaya berjibaku dan menjadi martir melawan penindasan Jepang. 
Amirul Ulum dkk menulis dalam buku Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, bahwa akibat keteguhan NU memegang prinsip, KH Hasyim dituduh mengobarkan semangat anti penjajah. Tak lama kemudian, KH Mahfudz selaku ketua PBNU juga ditangkap Jepang dengan tuduhan yang sama seperti KH Hasyim. Atas ulahnya itu, Jepang mendapat kemarahan dari banyak kiai dan rakyat waktu itu. 
Apakah saat itu Pemerintah Militer Jepang sedang cek ombak atau tidak terhadap NU, yang jelas lobi-lobi intensif yang dilakukan oleh KH Wahab Hasbullah berhasil membebaskan KH Hasyim Asy’ari beserta kiai-kiai lainnya dari tahanan Jepang. 
Cengkeraman kebijakan militer pendudukan Jepang membuat hampir seluruh organisasi massa dan pergerakan dipaksa bertiarap. Termasuk NU yang walaupun sudah lama berdiri pada zaman Belanda dilarang melakukan kegiatan. Menurut Amirul Ulum dkk dalam buku Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, kecuali NU keresidenan Banyumas yang berhasil mempertahankan eksistensinya. 
Akibatnya tak ada tempat yang cukup leluasa menjalankan roda organisasi. Larangan beraktivitas dengan massa mencolok dimaklumatkan, dan apabila melanggar, Kempetai Jepang sudah barang tentu akan menindaknya. 
Dalam catatan di Berangkat dari Pesantren, KH Saifuddin Zuhri mengenang bahwa tahun-tahun pertama di masa pendudukan tentara Dai Nippon, Maret 1942-Maret 1943, ditandai oleh tumbuhnya kebencian rakyat kepada tingkah serdadu-serdadu Nippon dan rasa muak terhadap propaganda Nippon seperti romusha, saikerei, jugunianfu, dan lain-lain. Keadaan kemudian berbalik. Jepang yang butuh dukungan rakyat Indonesia, terutama umat Islam sebagai mayoritas, pelan-pelan didekatinya. 
“Meskipun pada mulanya menutup semua organisasi pribumi, termasuk organisasi-organisasi Islam,” tulis Kevin W. Fogg dalam Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia, “Jepang mendukung aktivitas organisatoris Islam. Terutama untuk mendapatkan persekutuan dengan kaum muslim., dengan berharap dapat membangun kekuatan yang dapat dimobilisasi dalam perang jika diperlukan. Diantara aksi-aksi pertama mereka dalam hal ini pada 1942, Jepang mendirikan kantor urusan Islam dengan staf yang diisi para tokoh muslim lokal maupun Jepang, di lapangan pusat Jakarta.”
Mula-mula yang terlibat sebagai kepala kantor urusan agama (Shumubu) adalah Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat. Lalu KH. Hasyim Asy’ari, yang kemudian karena alasan sudah lanjut usia dialihkan pada anaknya, KH Wahid Hasyim. Tentu tak mudah mengemban amanah tersebut. Tak pelak, bagaimanapun KH. Wahid Hasyim adalah representasi NU dan juga umat Islam Indonesia di mata Jepang. 
Hal ini menunjukkan bahwa NU adalah salah satu reperesentasi mayoritas di Indonesia dengan tokoh-tokohnya yang sudah mengakar. Fakta sosiologis ini tak bisa kita ingkari. Dan yang kedua, mungkin saja ini adalah strategi Jepang merebut hati rakyat Indonesia pada masa perang supaya lebih mudah dimobilisasi. 
Peran KH. Wahid Hasyim tak sebatas berkiprah di NU saja. Walaupun masih berusia muda, radius pergaulannya sudah sangat luas. Wahid Hasyim berkawan dengan Bung Karno, Bung Hatta, KH Mas Mansur, Natsir, Wondomiseno, Prawoto, Tan Malaka, dan lain sebagainya. Ia terbiasa pulang pergi antara Jombang Jakarta via kereta api, untuk merapikan barisan keumatan dengan-sepengakuan KH Saifuddin Zuhri-memanfaatkan karcis kereta malam kelas I secara gratis. Ia kemudian menjadi salah satu motor dari meleburnya Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI) menjadi Masyumi. 
Wahid Hasyim dalam karangannya yang bertajuk “Menyongsong Tahun Proklamasi Kemerdekaan yang Kedelapan”, dan kemudian dimuat oleh H. Abubakar di Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim menulis ihwal Masyumi yang lebih berpihak rakyat Indonesia ketimbang menjadi corong propaganda Jepang. “Dan sejak itu Masyumi lebih banyak menjadi saluran untuk menyatakan keluh kesah rakyat daripada menjadi alat propaganda Jepang. Bahkan rencana mereka untuk membawa Masyumi guna menggerakkan pengerahan romusa telah dapat digagalkan sama sekali dengan tegas. Selanjutnya Masyumi tidak lagi giat, artinya di lapangan propaganda, bahkan sengaja tidak berusaha, kecuali untuk memperlunak dan memperingan ketajaman pisau rencana Jepang yang ditujukan kepada rakyat, dan lagi dalam mengisi tentara Peta pada umumnya dan mengisi Hizbullah pada khususnya.”
Kalau masa penjajahan Belanda melahirkan elit dan intelektual pribumi lewat kebijakan politik etis dan sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial seperti HIS, MULO, AMS, HBS, GHS, RHS, MOSVIA, dan THS, maka berkah dalam musibah pada masa pendudukan Jepang adalah munculnya lapisan kaum santri-terutama yang berada di Jawa dan Madura-ke permukaan melalui latihan-latihan kemiliteran yang diinisiasi oleh Jepang. 
Kosakata santri dalam konteks ini adalah pemimpin pesantren, ulama lokal, dan ustadz-ustadz muda aktivis organisasi keislaman. Mungkin tujuan jangka pendeknya sebagai cadangan guna mobilisasi perang Asia Timur Raya, namun nyatanya pendidikan kemiliteran ini kelak sangat berguna di kemudian hari saat Indonesia bersiap merdeka dan sesudahnya. 
Harry J. Benda dalam Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang menuliskan keadaan bahwa pada tanggal 1 Juli 1943 dimulailah kursus latihan pertama bagi para kiai dan ulama dalam satu upacara yang mengesankan oleh Kolonel Kawasaki selaku perwakilan Gunseikan dan juga Kolonel Horie sebagai kepala Shumubu. 
Aiko Kurasawa secara rinci mencatat hal ihwal latihan alim ulama ini dalam bukunya yang klasik dan otoritatif, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945. Menurutnya, jumlah seluruh alim ulama yang menjalani latihan ini diperkirakan sekitar lebih dari seribu orang. Dengan memperhitungkan fakta bahwa menurut statistik tahun 1943 yang dipersiapkan oleh Gunseikanbu jumlah seluruh kiai di Jawa ialah 18.466 maka mereka yang ikut dalam pelatihan mencapai sekitar 5,5% dari jumlah seluruh kiai. 
Aiko juga mendaftar afiliasi organisasi peserta yang mengikuti latihan alim ulama tersebut. Dalam buku tersebut Aiko mengemukakan bahwa sangat mengesankan bahwa hampir 40% dari seluruh peserta latihan adalah anggota NU. Karena menurut catatan keanggotaan NU pada Agustus 1942 berjumlah 178.436 orang. Ini menjelaskan bahwa kiprah NU tak menyia-nyiakan setiap kesempatan walaupun pada masa sulit, yang mungkin saja akan berguna di masa mendatang. 
Benar saja. Jepang hanya berkuasa seumur jagung. Hiroshima dan Nagasaki yang luluh lantak pada Agustus 1945, menjadi pertanda berakhirnya kekuasannya Jepang di Indonesia. Kemerdekaan yang menurut Bung Karno disebut sebagai jembatan emas, ditatap penuh harapan oleh generasi muda NU pada waktu itu seperti KH Wahid Hasyim, KH Masykur, KH Muhammad Ilyas, KH Wahib Wahab, KH Saifuddin Zuhri, Zainul Arifin, dan lain-lain. 
*Asep Imaduddin AR, alumnus Pondok Pesantren Darussalam Ciamis
0 notes