#paradoks
Explore tagged Tumblr posts
Text
Hidup ini paradoks tuan, banyak yang tertawa bahagia, namun yang sebenarnya hanya menutupi luka menganga dan enggan dipandang lemah oleh dunia.
Selalu ada penilaian sebelah mata dari kita pada peristiwa yang tak akan pernah kita pahami di baliknya, di segala peristiwa yang tak pernah kita sangka.
Sebegitu paradoksnya kita sebagai manusia; tuan?
Karena kita tak pernah tahu, badai apa yang sedang di arungi orang lain. Semestinya, pada prasangka baik, kita bangun ruang kemungkinan yang lebih megah lagi.
68 notes
·
View notes
Text
Kau takut sepi katamu, tapi kau memilih berdiam saat masalah datang, tak mencari solusi apa lagi jalan terang.
Kau takut tak punya uang katamu, tapi kau memilih angan-angan, tak mau bergerak apa lagi mencari cara agar bertahan.
Kau takut tak berguna katamu, tapi kau tak mau melatih dirimu, tak mau mempertajam potensimu apalagi memperkaya ilmu.
Kau takut mati katamu, tapi kau memadamkan lampu, menutup jendela, bahkan saat matahari sedang bercanda.
Seperti paradoks, begitu banyak rasa takut yang kau takuti sendiri, tapi tak ada satupun rasa takut yang membuatmu bangun dari pikiranmu yang hampir mati.
Prosa #5
46 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/76ed8e17897004beeeaa13a064ce2077/1f52530a8b5f252b-36/s540x810/9131b04e1e86062e0defb72ed2a535225024fb7c.jpg)
Kenyataannya kita ga pernah bisa tau sedalam apa perasaan seseorang, sekecewa apa dia saat ini, ada banyak hal yang tidak bisa kita mengerti hanya karna melihat sekilas dengan apa yang bisa kita lihat.
Bahkan kita bisa sangat terlihat baik-baik saja saat hati kita terasa sesak di setiap tarikan nafas, mungkin mereka juga begitu.
Mereka yang kita lihat seperti ngga punya beban dalam hidup, ternyata ada luka yang sulit untuk mereka bagi.
Bukan kah kita adalah penyamar paling handal, perihal menyembunyikan rasa sakit?
@ceritajihan
Luwuk Banggai 5 Februari 2025
49 notes
·
View notes
Text
Berusaha Menghindari Rasa Sakit, Tetapi Justru Memilih Jalan yang Lebih Menyakitkan
Sering kali, terjebak dalam pelarian destruktif bukanlah sesuatu yang seseorang pilih dengan sengaja. Mereka hanya ingin meredam rasa sakit—kesepian, trauma, atau tekanan yang terlalu besar.
Dalam jangka pendek, pelarian itu mungkin terasa seperti satu-satunya cara untuk bertahan. Namun, dalam jangka panjang, justru bisa menjerumuskan mereka lebih dalam.
Dan, sering kali pula, yang terlihat oleh kita adalah hidup mereka yang tampak salah. Tapi, bagaimana kalau sebenarnya tidak ada yang salah dengan hidup mereka? Bagaimana jika yang terlihat salah itu justru hanya cermin dari rasa sakit tak terlihat yang begitu dalam, sampai-sampai mereka merasa perlu—atau bahkan harus—melakukan pelarian destruktif itu?
26 notes
·
View notes
Text
Katanya, perempuan adalah tentang yang tak terucap. Dan aku mengamini kalimat itu. Menerjemahkan tingkah dan laku perempuan tidak pernah semudah membaca buku yang terbuka per halamannya. Seperti rangkaian teka-teki yang hasilnya pun sering berbalik arti.
Dalam senyum bahagia, sebetulnya mereka sedang merawat luka.
Di tengah waktu yang sibuk, tangan kecilnya yang sesekali memeluk tubuhnya yang lelah.
Hanya tangis yang bisa menyampaikan kebisingan dalam pikirannya yang diredam kata sabar.
Perempuan adalah tentang yang tak terucap. Maka sungguh, untuk memahami mereka dengan bicara saja masih belum cukup.
20 notes
·
View notes
Text
05:28
Kadangkala, kita merasa paling kuat saat kita merasa paling rapuh. Kita mencari kebahagiaan, tapi sering kali itu datang ketika kita berhenti mencarinya. Hidup mengajarkan kita bahwa kadang, dalam ketidaktahuan dan ketidaksempurnaan, kita justru menemukan kedamaian. Kita tak perlu mengendalikan semuanya, karena kebebasan sering datang dari penerimaan, bukan penolakan.
Begitulah paradoks hidup: hal-hal yang kita takutkan bisa jadi justru yang menguatkan kita.
@ffahraa, Hari kelima dari 28 hari berprosa
#28hariberprosa#jejaringbiru#paradoks#puanberaksara#tadikamesra#bercerita#berkarya#bermanfaat#berpengaruh
24 notes
·
View notes
Text
05/02/2025 11.01 pm
— paradoks
sebaiknya malam ini aku berterus terang, bahwa aku tidak suka gelap tapi juga tidak suka terlalu terang pada saat aku ingin tenggelam dalam lelap.
aku suka mendengarkan tapi aku tidak memberi tahu orang-orang apa yang ada di dalam diriku atau lebih tepatnya aku tidak suka menceritakan tentang diriku. merasa seakan-akan berbicara sedikit saja sudah oversharing tapi aku juga ingin ada seseorang yang mengetahui dan memahamiku.
aku menginginkan perhatian tapi aku menghindari segala yang menghampiriku. aku ingin seseorang mengingat hal-hal kecil tentangku namun aku juga merasa tidak nyaman jika ada yang menanyakan tentang diriku.
aku menyembuhkan orang-orang tapi aku menghancurkan diriku sendiri sebagai bayaran saat sedang mencoba menyembuhkannya. mereka sembuh lalu aku tidak. aku merasa kecewa namun aku juga tidak ingin mereka terluka. aku tidak ingin mereka meninggalkanku namun aku juga tidak ingin mendekatkan diri.
saat aku mengatakan aku tidak peduli tapi jauh di dalam tulang-belulangku aku peduli. aku tetap memperhatikan dari jarakku, namun jika aku tidak dapat memiliki akses untuk mengetahuinya lagi, aku gusar sekali.
aku sangat ingin bahagia namun aku memikirkan hal-hal sedih di dalam diriku sepanjang waktu.
jika kamu tidak menyukai paradoks dan kamu mencintaiku, maka paradoks yang tidak kamu sukai itu berhasil membuatmu jatuh cinta.
18 notes
·
View notes
Text
Tanrım birine inandığım için senden af dilersem beni affetmen için sanada inanmam gerekecek
24 notes
·
View notes
Text
Dengan adanya intuisi yang menyala, bukan berarti tidak lagi percaya, tapi begitulah radarku bekerja ketika segalanya sudah menjadi satu senyawa.
Meski jalannya tidak selalu berujung baik, radarku akan selalu berhenti pada apa yang belum aku pelajari.
Sesekali menunjukkan jenis kecemasan dan ketakutan yang baru, tetapi tidak jarang juga menunjukkan ketenangan dan kebahagiaan yang haru.
Radarku selalu berjalan agar rasaku tidak cepat mati, agar ruang penerimaan selalu terisi dengan lebih luas lagi.
Terus meradar dan berhenti pada jalan yang belum aku ketahui, karena aku percaya bahwa akhirnya selalu bisa menghangatkan sekitar. Membuat segalanya terasa lebih dari sekadar.
Pelajarannya, pengalamannya, penerimaannya, juga dengan—cintanya.
| Paradoks, 13.18
#aksara-rasa#senandika#28hariberprosa#puanberaksara#tadikamesra#jejaringbiru#february#day 5#paradoks
11 notes
·
View notes
Text
"Mati di Antara Para Hidup"
Bergaung-gaung aku memekik sunyi, lalu mencari-cari titik keluar dari bidang-bidang kotak yang memenjarakanku. Namun terkadang seperti bilah-bilah segitiga yang saling mengunci sekuat tenaga. Terpatri aku pada sebuah bintang di atas sana, ia berdampingan dengan awan-awan tipis yang sepertinya tak begitu yakin untuk menampakkan diri, tak juga berusaha menyapa bintang itu.
Sebab pun demikian ia melesat, menghilang setelah aku menatapnya sekilas dua kilas. Setidak pantas itukah untuk aku melihat langit yang membentang? Sehingga awan pun melarikan dirinya. Sedang kini hanya tinggal bintang seorang diri. Lantas kucari bulan yang biasanya menemani cakrawala di malam hari, lalu tak kutemukan ia.
Kurasa hidupku tak jua menemui sudut yang berkelok, hanya terbentur ketika beberapa kali mencoba menelusur. Desiran angin menyetujui kepelikanku, mereka mengajak dedaunan dan bunga-bunga menari sebentar. Sebelum akhirnya angin pulang membawa rasa hampaku pergi. Bintang mengerlipkan cahayanya sesekali dari jauh, seolah-olah berbicara denganku yang tengah merasa gundah atas apa yang menjadi nyata dan tak bisa lagi kuubah. 'Aku, merasa mati di antara para hidup yang selalu berarti'.
-Rahl, 5225
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/5639c682ca432ec839f1055b94416474/c6e8bbc229c6a2e5-23/s400x600/586d08252fa67abab16cc17e8d38fb11e166352d.webp)
#28hariberprosa#jejaringbiru#puanberaksara#tadikamesra#paradoks#sastra#poetry#poem#sajak#puisi#aksara#sedih#prosa#sad poem#write#writerscommunity#writers on tumblr#writing#penulis#menulis#berpuisi#life quotes#quotes#hidup
8 notes
·
View notes
Text
Pagi tadi kotaku mendung, kupikir akan turun rintik hujan, namun nyatanya mentari yang datang menyambut, sepertinya benar kalimat mendung tak berarti hujan itu...
Begitu juga ketika air mata jatuh, tak semua air mata menyimpan kesedihan kan? Samapun dengan tawa, bahkan ada yang menyimpan sedihnya dibalik tawa itu...
Kita tak pernah benar benar tahu, apa yang terjadi kedepannya, begitu banyak paradoks kehidupan yang terpampang nyata, entah dari kisah kita atau kisah orang lain, semakin kita ingin terlihat baik dimata orang lain, orang lain bahkan ada yang tak peduli dengan kebaikan kita setelah kita membuat satu kesalahan, iya kan?
Contohnya saja ketika kamu menggambar satu titik hitam diselembar kertas putih, orang orang hanya berfokus pada titik hitam itu, padahal warna putih disana jauh lebih banyak...
Yah begitulah "paradoks kehidupan"
Maka, pandai pandailah dalam bersikap, dan jangan mudah menilai apapun itu
11 notes
·
View notes
Text
322
The Black Swan, sebutan bagi peristiwa-peristiwa yang tidak ter-ramalkan dan memiliki dampak yang luar biasa besar. Kejadiannya sering tidak masuk akal dan di luar kontinuitas kehidupan. Sehingga banyak orang yang kelabakan menghadapi si Black Swan, sedangkan sebagian meraup banyak keuntungan.
Salah satu hal yang menunjukkan bahwa seringnya manusia terlalu fokus pada hal yang sudah ia tahu, dan kurang membuka mata akan peluang di luar itu.
Sebab masa depan secara total adalah penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, ada waktu di mana kita baiknya fleksibel menyesuaikan, bukan selalu kaku terhadap pandangan awal yang tak melulu bersesuaian dengan keadaan.
—05.02.2025
12 notes
·
View notes
Text
Paradoks,
aku suka. Cinta tapi benci, baik tapi jahat, peduli tapi acuh, dan lain sebagainya. Paradoks selalu ada dalam kehidupan. Ia menginterpretasikan satu kutub ekstrem ke kutub ekstrem lainnya. Satu hal yang aku ingat dan melekat dalam memori ialah—orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.
Diantara banyak hal yang berlawanan terdapat satu titik tengah abu-abu. Tidak condong ke kutub manapun, berusaha netral dan berdiri sendiri. Berusaha jadi 'pahlawan' sendiri.
Memihak ke kanan maupun kiri, atas atau bawah, sama saja. Tengah pun, sama saja. Ia tidak akan lepas, paradoks itu. Tak akan hilang dan tak akan dimengerti sepenuhnya.
Lalu, yang perlu kita lakukan ialah memeluk keterbalikan itu—merangkul semua keseruan dibalik panah itu, yang mungkin saja kebenaran yang sudah dicari sejak lama.
Mungkin saja itu intuisi untuk menuntun ke cahaya.
13 notes
·
View notes
Text
Kala itu.
Kala kami masih bergelut dengan kitab kuning karya para syaikh kibar. Tertanam dalamm relung kami bahwa cinta yang tinggi adalah mencintai Allah yang Maha segala Maha. Dan puncak dari level mencintai adalah mencintai karenaNya, artinya jika ia datang maka karenaNya dan jika ia pergi karnaNya pula. Dan itu mutlak menjadi dogma.
Selanjutnya kami alfa, bahwa tidak selamanya kami berada dalam jeruji besi ini. Bukan jeruji kami tidak terkekang. Kami hanya menamai itu sebagai perumpamaan saja. Saat kami keluar darinya beberapa dari kami terlena. Luluh dengan rayuan manis buaya yang bertopeng pujangga. "Aku mencintaimu dan akan membawamu merasakan beberapa hal yang mungkin belum pernah kamu temui sebelumnya". Mereka luluh meski tau itu hanya palsu namun candu.
Begitulah kami kala itu. Tanpa memikirkan ke depannya, kami udik. Mengganggap segala hal pahit menjadi indah. Astaghfirulloh.
10 notes
·
View notes
Text
Gojira
Pada mula-nya mereka menciptakan Godzilla sebagai pengambaran atas sifat sifat jahat maupun berbagai kerusakan keji yang diakibatkan oleh bom Atom Nuklir Amerika Serikat yang meluluh-lantakan negeri mereka beberapa tahun sebelumnya.
Gojira berukuran raksasa dan sangat mendominasi. Ada yg bilang Gojira memiliki tinggi 50 M namun tentu saja ukuran ini menjadi "bahan tertawaan" di Amerika sana. Sebab bahkan ditahun - tahun itu (Godzilla muncul di publik untuk pertama kalinya pada tahun 1954) mereka telah memiliki gedung - gedung yang lebih tinggi dari 50 M.
Diproklamasikan-lah bila tinggi Godzilla mencapai 120 M lebih, hal ini ternyata malah menjadi gunjingan di dalam negeri. sebab teknologi arsitektur Jepang (pada saat itu) baru bisa menembus 100 M lebih dikit.
Akhirnya disepakati bahwa tinggi Gojira secara resmi adalah 100 M. Sedangkan beratnya tetap variatif. Mulai dari 20.000, 60.000 hingga 80.000 ton.
Namun bukan itu intinya. Godzilla adalah tentang hal yang jahat, hal yang merusak, monster yang keji. Seperti Nuklir yang meluluh-lantakkan Jepang. Si Monster Raksasa Godzilla sanggup menyemburkan nafas api, menembakkan sinar laser dari kedua matanya. Memiliki kekuatan yang luar biasa demi menghancurkan apa saja di sekitarnya.
Bagi dunia saat itu Bom Atom Nuklir memang menakutkan
Memasuki tahun 2000-an, sang Monster-pun berubah. Gaya dan pola hidup manusia secara umum, semakin jauh dari sikap mawas diri. Sewenang - wenang dalam bertindak maupun mengolah alam semesta. Menimbulkan dampak kerusakan yang jauh lebih besar ketimbang periode yang sudah - sudah.
Nuklir dan Godzilla sama sekali tidak menjadi ancaman yang menakutkan. Dibuat lah skenario baru. Sang Monster bukan-lah si Monster. Faktanya dia telah ada sejak lama. Abadi bersama seluruh kekuatannya.
Godzilla sudah tertidur di dasar bumi sebelum Homo sapiens berevolusi. Itu berarti dia telah ada sebelum manusia menemukan konsep ketuhanan dan modernisme. Bisa jadi adalah Godzilla yang menginspirasi manusia untuk kemudian merumuskan konsep tentang kedewaan purba.
Godzilla tidur dengan nyenyak dan damai di dasar bumi. Tak peduli dengan semua evolusi, revolusi atau apapun yang terjadi diatasnya.
Sampai pada titik manusia - manusia yang sombong dengan keilmuannya, mulai banyak bertingkah hingga berlagak menjadi Tuhan.
Mereka Tidak lagi menghormati konsep batas dan cukup demi keseimbangan semesta raya. Tamak berusaha menguasai seluruh dunia....
Rusaknya keseimbangan alam semesta karena teknologi - teknologi Modern pada akhirnya membangunkan sang Monster dari tidur panjangnya.
Begitu terbangun Godzilla akan menjalankan tugasnya. "Menyapu" dan membersihkan apa saja demi mengembalikan hakikat alam semesta yang asri seperti pada awalnya. Termasuk melawan monster - monster kecil licik yang datang belakangan namun senantiasa merasa benar dan paling istimewa.
Sampai kapan? Sampai alam semesta kembali berperan sebagai "ibu" dari segala bentuk kehidupan. Bila masa itu tiba Godzilla yang kelelahan akan kembali ke dasar bumi dan tertidur lagi.
Sayangnya tentu saja, teori Ilmu pengetahuan pada saat ini telah menyatakan bahwa adalah mustahil bila makhluk seperti Godzilla itu benar - benar ada didunia ini.
Sementara monster - monster kecil yang congkak itu, para manusia benar - benar ada! Invasif dan sangat merusak.
10 notes
·
View notes
Text
(5)
Paradoks
Engkau datang, hadir dalam kehidupanku yang anomali, menjadi satu keping yang melengkapi, memenuhi kebutuhan standarku dengan begitu pas. Semua serba pas. Seolah takdir menggariskan kita dalam satu jalur yang selaras, memberi kenyamanan yang kupikir abadi.
Namun kini, segalanya berubah menjadi paradoks. Aku mencoba memahami, mencoba mencerna, bagaimana sesuatu yang dulu begitu utuh kini terasa retak tanpa suara? Sesuatu yang mewah yang tak kita miliki dengan pasangan kita sebelumnya, sudah bisa kita miliki : komunikasi yang terbuka, respek, kenyamanan dan joy... Paradoks yang memaksa mengadjustment anomaliku. Begitukah maumu? It's too good to pass up. Did we lose it again?
Aku mendengarkan lukamu, dengan penuh penerimaan. Aku siapkan telingaku untuk menampung resahmu, aku biarkan suaramu memenuhi ruang yang hening, agar bebanmu berkurang meski sejenak. I'm all ears. Aku luangkan waktuku, sebab aku tahu bahwa terkadang seseorang hanya butuh didengar tanpa dihakimi. Aku mengerti bahwa saat amigdala terbajak oleh emosi, rasionalitas tak lagi bekerja sebagaimana mestinya. Bahkan pekerjaan paling mudah pun terasa asing, tak lagi bisa dimulai atau dijalankan dengan benar. Aku ada di sana, menjadi sandaran tanpa bertanya, menjadi penopang tanpa banyak mikir. Mengalir...
Tapi kini, saat ribuan kata ingin kutumpahkan, kamu sibuk sendiri. Aku menunggu, berharap bisa berbicara, berharap bisa didengar seperti dulu aku mendengar. Namun, kamu tak lagi di sini, bahkan saat tubuhmu masih berada dalam ruang yang sama. Kamu hadir, tapi tanpa kehadiran. Aku bertanya-tanya, di mana letak kesalahan kita? Where are we going wrong?
Ketika ingin memahami, aku malah ditinggalkan dalam kebingungan. Ketika ingin merajut kembali, benang sudah terlanjur kusut. Jika dulu aku mendengarkanmu tanpa syarat, kini aku hanya ingin kau bertanya, "How are you, Teh? Apa yang sedang kau rasakan? Apa yang bisa kulakukan untukmu?" Tapi pertanyaan itu tak pernah datang. Dan aku mulai bertanya pada diriku sendiri, apakah aku masih memiliki tempat di duniamu?
Paradoks! kataku dalam hati. Jika ini bagian dari perjalanan yang harus kutempuh, aku akan menapakinya. Jika ini adalah kenyataan yang harus kuterima, aku akan belajar menerimanya. Karena aku tahu, hanya dengan menerima kenyataan, aku bisa menemukan jalan untuk tetap berdiri.
Aku paham ini karena amigdalamu itu. Hingga kamu butuh teman yang selalu ada saat kecemasanmu berlebih. Aku tahu, untukmu menjadi urgent untuk fast respon sebelum dadamu menjadi sesak dan pendek. So then I could make you ease. Kamu begitu takut sekali kehilanganku, meski itu untuk jeda waktu yang singkat. "I need you, don't give up on me. Janji!"
Tapi kini? Kamu tak terjangkau radar interaksiku. Paradoks ini, haruskah si amigdala yang aku persalahkan? Now you seem don't need me anymore, while I'm getting into you...
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/f3e5711a8ba29dcfeacde893f5c76897/3ac675623b6f289c-59/s540x810/94b782ce9e48dd0aff2c764dc0fb6e36135b1b47.jpg)
13 notes
·
View notes