#orang benar jangan sholat
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pesan-pesan Cinta Al Banna
Hidupnya singkat, Syahid ditembak saat berusia 42 tahun, tapi idenya terus terbakar sampai hari ini.
Mengingat kembali pesannya:
1- Jika azdan terdengar, maka segeralah bangun untuk menunaikan sholat berjama'ah walau bagaimana pun keadaannya.
2- Perbanyak membaca Al-Quran, selalu buka kitab untuk menambah ilmu, pergi ke Majlis Ilmu, perbanyak dzikrullah dan jangan buang waktu untuk hal yang tidak membawa manfaat.
3- Cobalah berbicara dalam bahasa Arab Fushah, karena Bahasa Arab yang benar (Fushah) adalah simbol Islam.
4- Jangan bertengkar dalam keadaan apapun, karena pertengkaran kosong tidak membawa manfaat.
5- Jangan banyak tertawa, karena hati yang selalu terhubung dengan Allah akan selalu damai dan tenang.
6- Jangan terlalu banyak bercanda, karena Umat Islam yang berjuang tidak mengerti arti bercanda, tetapi berusaha keras dalam segala hal.
7- Jangan berbicara lebih keras dari kadar yang diinginkan pendengar, karena percakapan yang keras adalah perbuatan yang sia-sia dan melukai hati orang lain.
8- Jauhi gosip tentang orang, mengutuk organisasi, dan jangan bicara kecuali ada yang memberi kesejahteraan.
9- Kenalilah setiap muslim yang kamu temui, karena dasar gerakan dakwah adalah saling mengenal dan saling menyayangi.
10- Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang kita miliki, jadi manfaatkan waktu sebaik mungkin dan mudahkan eksekusi.
11 notes
·
View notes
Text
Mengenang Bapak di Hari Ayah Nasional
Hari Ayah Nasional tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya aku akan menuliskan beberapa percakapan bersama bapak. Entah bentuk candaan ataupun nasihat. Tetapi tidak untuk tahun ini. Segala nasihat sudah menjadi wasiat.
Percakapan saat makan malam itu adalah percakapan terakhir kami. Sekitar 1,5 jam sebelum bapak wafat. Iya, bapak sudah wafat 3 bulan lalu.
Saat aku hanya berduaan dengan bapak di rumah. Kakak-kakak dan adik sedang ada urusan, termasuk Mama sedang bersilahturahmi ke rumah saudara.
Kalau ditanya, mengapa orang-orang tidak ada di rumah juga? Ya karena sebetulnya ini situasi yang normal, dalam kondisi yang baik-baik saja. Termasuk bapak pada hari itu.
Beliau beraktivitas normal. Menjaga toko, bahkan sempat maintenance toko, bersilahturahmi dengan saudara dan tetangga. Termasuk menghadiri undangan pada sore hari.
Aku ingat sore itu di tempat kami menghadiri undangan yang sama, bapak berkata "Yuk hil kita pulang" lalu aku mempersilakan bapak pulang duluan karena aku masih ingin bertemu dengan teman-teman. Saat di perjalanan menuju rumah aku bertanya ke saudara, "bapak sudah pulang" dan mereka jawab bapak sudah pulang. Ternyata, malam itu bapak benar-benar pulang ke Tuhannya.
Seharian itu kami bersama-sama. Aku menuruti semua keinginan bapak mau makan apa. Pikiranku cuma satu, aku hanya berdua di rumah, harus menjaga suasana hati bapak.
Aku ingat, ketika aku mengajar di depan rumah. Materi hari itu tentang praktik ibadah. Entah mengapa para murid itu berulang kali aku tes tentang perbedaan tahiyat awal dan tahiyat akhir. Terus diulang-ulang, bapak ada di balik pintu itu. Seperti biasanya.
Setelah sholat isya, bapak tidur. Tak seperti biasanya, kali ini langsung mengambil posisi nyaman. Langsung tidur di kamarnya, padahal ia terbiasa tidur di ruang keluarga sebelum nanti sepertiga malam akan pindah ke kamar.
Aku, juga tak seperti biasanya. Malam itu aku beres-beres rumah. Dalam pikiranku, besok setelah mama kembali ke rumah, maka rumah ini sudah beres. Begitu aku istirahat sebentar, terdengarlah suara yang berbeda dari kamar bapak.
Aku langsung berlari ke kamar. Dalam memoriku langsung muncul kepada adegan tahun 2012 ketika bapak pingsan di rumah, lalu muncul bagian memori lain bahwa bapak pernah terdeteksi riwayat serangan jantung. Jantungku sangat berdegup. Tercantum heart rate sampai 166 malam itu.
Sekalipun aku sudah belajar, otakku menolak menerima bahwa malam itu yang aku lihat bapak sedang menghadapi ajalnya. Ku telpon kakak, sambil terus berusaha mengembalikan kesadaran dan respon dari bapak. Kakakku datang bersama paman. Pamanku langsung berusaha mentalqin. Sementara aku langsung beranjak mengambil berkas dan berpikir mau ke rumah sakit mana.
Meski pamanku sudah berkata bapak sudah tiada, pikiranku masih terus berkata masih bisa RJP. Sepanjang perjalanan menuju RS aku masih terus berdoa, "Yaa Rabb, satu kali lagi beri kami kesempatan" meski pada saat itu kakak dan saudara yang mengantar sudah mengucapkan tahlil saja.
Pada akhirnya, di RS aku menerima keputusan itu. Takdir itu. Qodarullah bapak wafat. Innalilahi wa inna ilaihi raaji'uun.
Aku berusaha mengumpulkan dalam satu folder segala kenangan bersama bapak. Entah itu foto atau video. Bahkan catatan-catatan obrolan kami aku kumpulkan. Termasuk apapun yang aku tulis saat ini dalam upaya menjaga kenangan tentang bapak pun di detik-detik terakhir kontrak hidup di dunianya akan habis.
Sekalipun ada banyak momen obrolan, liburan atau kenangan lainnya. Nyatanya sisi manusiawi kita berkata, bahwa itu tidak cukup.
Aku teringat pesan nenekku dahulu. Bahwa manusia bukanlah milik kita sekalipun kita sangat mencintai. Manusia milik Allah, maka ia akan kembali. Ya, sekalipun aku sangat menyayangi bapak, ia tetap bukan milikku. Ia kembali kepada Allah Yang Maha Pencipta Yang Maha Penyayang.
Obrolan terakhir kami malam itu berujung pada nasihat bapak, "Jangan menyusahkan orang yang sudah susah. Jangan mengambil hak orang lain."
Bapak, aku sangat menyayangimu. Orang-orang yang menyayangimu akan mengusahakan agar kelak kita dikumpulkan di surga.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
Tangerang, 12 November 2024
Hari Ayah Nasional
2 notes
·
View notes
Text
Pertemuan yang mendalam, pertanyaan yang di jawab kontan.
“Apapun yang menjadi takdirmu akan mencari jalan menemukanmu” Ali Bin Abi Tholib
Bulan oktober sepertinya Allah ingin memberiku pandangan yang lebih luas lagi. Terhitung sampai saat ini mungkin lebih dari 10 orang baru yang Allah pertemukan denganku. Pertemuan yang tidak ku sangka ini mengantarkan diskusi, renungan yang mendalam, dan bisa jadi jawaban yang ku cari-cari.
Pertama, suatu waktu berkesempatan ngobrol dengan ketua yayasan sekolah Islam, dimana setiap orang yang menyekolahkan anaknya pastilah orang yang mampu, karena yayasan itu terkenal mahal. Tapi mirisnya ternyata gaji guru masih sama dengan guru-guru honorer di sekolah negeri yang bahkan bekerja sudah 3 tahun saja masih di angka 1 juta. Padahal kalau di pikir sekolah itu full day sampai sore, tapi gurunya hanya di gaji segitu? Sungguh aku tidak habis fikir. Gaji guru sedikit, nakes juga ngeluh gajinya nggak cukup, lalu gaji yang banyak itu pekerjaannya apa?? Ternyata di sekitarku orang-orang berseragam terkadang jauh di bawahku terkait gaji. Tapii mereka lebih dibanggakan oleh lingkungan hingga tidak mau melepas seragamnya padhaal bisa bekerja yang gajinya lebih mencukupi.
Kedua, ketika tanya-tanya mbah-mbah di pasar. Kenapa jam 10 sudah pada tutup, ternyata jawabannya bikin nyesek. “Ya ke pasar cuman jenuh di rumah, biar ketemu teman, syukur kalau ada rezeki. Karena zaman sekarang barang 8 ribu aja di online kan, tukang sayur sudah sampai pelosok-pelosok. Jadi di pasar sepi begini, belum tarikan pajaknya”. Aku yang seketika mendengar langsung membatin “Ya Allah. Maafkan aku yang semua-mua barang beli online, tidak pernah berfikir sejauh itu dampaknya untuk warga desa yang gaptek dan menyebabkan ekonomi ini tidak terputar”
Ketiga, ketika sholat Dzuhur di masjid kantor kebetulan ngobrol dengan pemilik masjid yang sudah sepuh, kira-kira usia 70an tahun dan janda sejak usia 48 tahun. Tiada angin tiada hujan tiba-tiba beliau bilang gini “Mbak, semoga sedikit nanti gajinya bisa banyak ya. Kerja perempuan itu sebenarnya biar bisa mandiri, soalnya anakku semenjak nikah ngelarang istrinya bekerja. Padahal istrinya tak suruh kerja karena biar dia punya pengalaman, pikirannya luas, sosialisasinya baik, paham situasi luar, pinter dapat penghasilan, gapapa sedikit-sedikit dan terpenting tidak bergantung sama suami meskipun mungkin bisa di cukupi. Karena pasangan kita itu tidak selamanya, dulu pas aku di tinggal suami dan harus ngurus anak kuliah sampai nikah ya harus bisa”.
Degggg… Aku seperti tertampar angin tornado di siang bolong, belum lama aku mengeluh ingin berhenti bekerja, ingin fokus mengurus rumah malah dapat nasehat seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir benar juga, ya meskipun cita-citaku ibu rumah tangga dan full time mom, aku tetep akan mandiri dalam finansial. Entah itu freelancer atau bisnis sampingan.
Keempat, aku bertemu kepala Toko yang usianya tidak jauh beda. Kita menceritakan berbagai pengalaman suka duka anak kuliah yang memilih beda jurusan. Kita juga mendiskusikan tentang tantangan menjadi perawan tua yang kata tetangga usia 25 tahun ke atas belum nikah itu aib. Hal yang menarik adalah mentalnya yang kuat membuat tetangga-tetangganya pada ketakutan, bahkan dia pernah membalas omongan orang yang nanya nikah dengan jawaban mending belum nikah daripada hamil duluan. (Orang yg nanya adalah yang anaknya hamil duluan) kalau boleh jujur mungkin sekitar 5 orang sekitarku hamil di luar nikah. Awalnya aib, tapi sekarang biasa aja.
Oh iya aku salut sama temanku yang kepala Toko tadi, meskipun daftar ke instansi tidak keterima-keterima, bahkan orang tuanya pernah mau ngasih sesuatu ke pimpinan (semacam hadiah atau minta bantuan ordal agar anaknya bisa masuk). Ia tetep kekeuh dan bilang ke ortunya “Pak rezeki itu ga bisa di tukar, udah kalau gak keterima ya gak usah keterima jangan di paksa. Takutnya aku keterima di tempat yang bukan tempatku dan bukan rezekiku” lagi-lagi aku trenyuh dengan fikiran dewasanya.
Itu dulu ringkasan pertemuan-pertemuan kali ini, mungkin sebenarnya masih banyak tapi entar di lanjut lagi yaa. Sekali lagi terimakasih Ya Allah, akhir-akhir ini aku melamunkan banyak hal termasuk takdir-Mu yang kurasa tidak pernah berpihak kepadaku. Tapi sekali lagi Engkau selalu menunjukkan pelajaran dari berbagai cara.🥹
-ssn
5 notes
·
View notes
Text
Perihal meminta jodoh
Tiba-tiba saja aku teringat perkataan temanku waktu kuliah. Saat itu kami masih semester lima. Dalam perjalanan menuju masjid kami bercerita banyak hal. Hingga pada suatu jeda dia membicarakan soal jodoh. "Kita harus meminta dari sekarang saa, mau yang gimana kriterianya. minta aja sama Allah, tipe kamu yang gimana. Doakan aja setiap habis sholat" katanya waktu itu.
Pada saat itu aku belum pernah berfikir soal jodoh. Orang baru semester lima, bagaimana mungkin di tenagh padatnya jadwal kuliah, banyaknya jumlah tugas, dan harus mengurus kegiatan organisasi mana mungkin aku sempat berfikir soal jodoh.
Bahkan sejujurnya sampai saat ini, usiaku sudah memasuki 20 an terakhir aku masih belum tau kriteria seperti apa yang aku inginkan. Kata orang-orang kita harus meminta secara spesifik sama Allah.
Sebenarnya aku tidak pernah berfikir untuk menikah. Aku bahkan tidak tau sosok suami seperti apa yang aku inginkan. Myngkin ketika usiaku masih 20an awal aku hanya berfikir asal jangan yang seperti ayah. Karna aku tau, aku tidak akan sesabar dan sekuat ibuku.
Berfikir soal pernikahan baru saja muncul beberapa bulan kemarin. Dan sejatinya aku bahkan belum tau kriteria yang seperti apa yang aku mau. Hanya saja waktu itu, dia benar-benar membuatku merasa nyaman. Mungkin karna dia baik, fikiran tentang pernikahan terlintas sebentar di benakku.
Perihal meminta jodoh, aku belum berani meminta langsung kepada Allah. Aku tidak ingin permintaanku asal-asalan. Aku ingin memikirkannya lebih dulu, sebenarnya jodoh seperti apa yang aku butuhkan. Namun saat ini, ntah mengapa aku mulai mencari2 bagian dari dalam dirimu, di antara kriteria jodoh yang aku inginkan.
4 notes
·
View notes
Text
Aku percaya bahwa Allah itu sangat adil dalam menentukan kadar rezeki bagi setiap hambanya.
Bahkan mahluk hidup seperti burung saja Allah sudah atur rezekinya.
"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah" (QS. An-Nahl: 79)
Atau hadist ini,
“Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang“ (HR. Tirmidzi).
Aku rasa makna rezeki Allah itu sangat luas, terkadang perspektif kita terlalu di persempit dengan batasan materi. Padahal ketika kita membuka sudut pandang lebih luas makna rezeki itu sangat luas.
Kita bernafas, kita bisa membuka mata kita setelah tidur, kita bisa sholat dengan tenang, kita bisa berkumpul dengan keluarga, kita bisa main bareng temen, kita bisa menuntut ilmu, kita bisa beli makanan kesukaan, kita bisa membaca buku, kita bisa dateng kajian, pergi ke tempat baru, kita bisa sembuh dari sakit, kita bisa selamat saat naik kendaraan, kita bisa pergi olahraga, kita bisa mendapatkan sinar matahari, kita masih bisa menghirup udara segar di pagi hari, dan banyak sekali kebaikan lainnya.
Satu hal yang pasti, setiap dari kita sudah Allah atur kadar rezekinya dengan tepat. Jangan pernah membandingkan rezeki kita dengan rezeki orang lain. Karena pasti kita akan menemukan perbedaannya. Karena terkadang yang terlihat mewah dimata kita belum tentu sesuai dengan kebutuhan kita. Karena Allah akan selalu memberi rezeki sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing.
Semoga aku, kamu, dan semua yang membaca ini, bisa selalu memaknai rezeki Allah dengan sudut pandang yang luas dan positif. Karena ketika kita bersyukur akan nikmat-nikmat pemberian Allah maka Allah akan tambahkan nikmat itu. Barakallahu fiikum.
"Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya." (QS. Hud: 6)
-rekamdiksi
7 notes
·
View notes
Text
Day 17 #Ramadhan1445H
[Bermakna atau sia-sia]
Ramadhan adalah bulan mulia sehingga ia sangat berharga. Bukankah termasuk orang yang merugi jika tak bisa memanfaatkannya?
Ramadhan adalah bulan mulia karena ia bertabur pahala. Bukankah merugi jika kita melewatkannya?
Ramadhan adalah bulan mulia karena setan sedang dibelenggu. Bukankah menjadi mudah untuk memaksimalkan ibadah?
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia dan penuh keberkahan. Setengah bulan telah berlalu, masih ada setengah bulan sisanya. Maka, di pertengahan Ramadhan ini, bagaimanakah Ramadhanmu yang lalu? Bagaimanakah kamu mengupayakan sisanya?
Begitu banyak keistimewaan yang Allah berikan pada bulan Ramadhan, namun apakah kita termasuk yang mengambil kesempatan ini atau mengabaikan dan menganggap bulan Ramadhan biasa saja ataukah hanya puasa dan sholat taraweh yang membedakannya dengan 11 bulan lainnya?
... احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ ...
"Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah."
(HR Muslim)
Hadist di atas mengingatkan kepada kita untuk bersemangat dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ketika merasa lemah di tengah perjalanan maka hendaknya meminta pertolongan pada Allah karena barangkali kita akan menemukan ujian dan tantangan dalam perjalanan sehingga terkadang membuat goyah. Secara tidak langsung, dalam hadist tersebut Allah meminta kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan dalam melakukannya diminta untuk bersemangat. MaasyaAllah.
Penguat lainnya ialah
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”
(HR. Tirmidzi)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al-Fawaid berkata,
اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا
“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Dari 2 hadist dan perkataan Ibnul Qayyim di atas bahwa sebagai orang islam yang beriman kepada Allah dan Rasul dianjurkan untuk menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan sangat tidak dianjurkan untuk menyia-nyiakan waktu.
Seharusnya begitu pula kita memaksimalkan Ramadhan tahun ini. Jika waktu kita tidak dihabiskan dalam hal yang bermanfaat maka akan habis dalam hal hal yang sia-sia. Apakah teman-teman setuju?
Aku sering merasa demikian.
"Yah, kaan aku ngga ngaji malah nonton youtube."
Perasaan itu yang membuatku semakin merasa bahwa benar ya jika kita tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat maka akan dihabiskan oleh sesuatu yang percuma. Astaghfirullah, semoga Allah ampuni kami dan Ia ijinkan memaksimalkan kembali Ramadhan. Aamiin.
#klip2024#kelasliterasiibuprofesional#maret2024#27032024#ibuprofesional#sinergiwujudkanaksi#ip4id2024#aliranrasa#hikmahkehidupan#insightbahagia#ramadhan1445h#ramadan
2 notes
·
View notes
Text
Keram 18 Km? Siapa Takut? Ya, Saya
wkwk oke, waktunya bercerita kisah keram 18 km seorang pemuda asal Sukoharjo di event lebarannya maraton Indonesia. Borobudur Marathon.
Singkat cerita, kita flashback dulu dari keberangkatan. Hari Sabtu, habis dzuhur tet, naik apa? yak benar, motor, biar hemat. Panas? apa itu? buah? salahh ee salahh, nanas. Berdua, dengan fotografer pribadi, Fatih Ndut. Perjalanan ke Magelang via Kopeng. Sampai di penginapan (baca : rumah bude nya teman) sekitar bada ashar. Langsung lanjut ambil Racepack di Artos, Armada Town Square, one and only Mall in Magelang.
Kalo mau dibandingin sama Mangkunegaran Run, ini sih 1000 kali lebih jos. Baru masuk, gapake ngantri langsung ambil. Dan disambut gapura sok neon neon dan futuristik. Ditambah ada nama yang bisa muncul di layar, auto foto lah jelas. Boothnya ngga ada yang terlalu menarik, karena mahal semua. Paling ya cuma foto di beberapa spot aja, sama ikut ngeramein corat coret. Agak kecewa ga ketemu artis, cuma ketemu Mas Aiman aja, uhuk, hiks.
Kelar dari racepack, jelas lah, H-1 raceday, apalagi marathon, wajib carbo loading. Kamu ga punya duit? jangan santai, karena minimal tetep harus punya lah wkwk, walau dikit. Duitmu dikit? santai, ada Geprek Mantul, ayam boleh satu, tapi jangan sampai nasi cuma satu (centong) juga, karena apa? karena ambil sendiri. Yak benar, sefruit tips carbo loading bagi yang, ehem, punya keinginan yang cukup besar di masa depan kan ya, sehingga menunda pengeluaran berlebih hari ini (baca : duitnya dikit) kunjungilah warung nasi sepuasnya terdekat.
Kelar makan balik ke penginapan (baca : rumah budenya temen), langsung apa? yoi, langsung buka racepack, ambil baju racenya, pake buat tidur semalaman, biar 'adaptasi' dululah ya kan? (baca : seneng dapat baju baru). Dan jangan lupa, mandatory foto, gear race esok hari, ditata, difoto flat dari atas. cekrek. turu.
Bangun jam 2.30 WIB, adus, sumringah, makan pisang, minum air putih, macak ganteng, sikatan, biar nyaman mlayune, apik fotone. Berangkat naik motor lagi, sampai di kawasan borobudur, ebuset, emang bole semacet ini. Dalam hati mbatin, ni mesti ketar ketir yang naik mobil, auto pemanasan dari dalem. wkwk. Parkir di warung deket loket masuknya borobudur.
Sampe sono pas banget adzan subuh, langsung cari toilet. (baja kalimat setelah ini pake iklan klinik Tong Fang) Awalnya saya agak kebelet, tapi setelah saya meihat antriannya, perut saya membaik seketika wah! terima kasih antrian. Dan apalah guna menyegerakan hajat ketika kamu punya Yang Maha Kuasa Atas Segala, termasuk rasa mules di perut, so mari lanjut ke Musholla terdekat, mendekat diri dan mengadukan rasa dan antrian ini kepadaNya.
Sholat berjamaah, kelar solat nitipin barang bawaan sama siap siap ke startline. Ga pake pemanasan, cuma pake baju celana sepatu leg sleeve jam tangan sama semangat. Jangan ditiru, hanya dilakukan oleh profesional segelintir orang tolol.
Menunggu race, seperti biasa, kita screening gear manusia manusia masokis yang mau lari 42k. 910? ortus? apa itu gaes? minimal sepatu tuh New Balance lahh. Nike Adidas Hoka Asics Puma udah kayak sandal di masjid. Tapi nih kalo jumatan, fix pergi pulang beda semua sih alas kakinya. Baju bola? kaos oblong? cuih, minimal kaos tu singlet ada tanda garis tiga, nb, centang, atau macan lompat lah, kalo masi pake lambang klub bola, mundur dulu selangkah. Kamu gapake kacamata? gapake visor? mending tambah lagi mundurnya selangkah. leg sleeve kamu bukan 2XU? dah gausa dikasi tau, selangkah lagi ya bang. Lari olahraga paling murah? pfft, situ lari apa latian dikejar habis maling? aowkwowk
ya kira kira gitu lah penampilan sebagian rangorang wkwkwk.
Dan tibalah 05.00 am 19 November 2023, bendera dikibarkan, terompet ditiupkan, penyiksaan 42 km + dirasakan. gwencana yo gwencana. Duh kedawan, lanjut part 2
3 notes
·
View notes
Text
Ringkasan dari kajian:
🖊️ 50 Pelajaran Berharga dari Nasehat Luqman Al-Hakim kepada Anaknya.
👤 Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc.
📻 Kajian.net
بسم الله الرحمن الرحيم
Luqman Al-Hakim mengajarkan anaknya ilmu yang datang dari sisi Allah Yang Maha Mengetahui. Beliau memberikan 50 nasehat kepada anaknya. Di antaranya:
1. “Ya Bunayya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperhatikan dirimu dalam kepekatan malam, dikala engkau sholat atau terlelap tidur di belakang tabir di dalam istana. Dirikan sholat dan jangan engkau berasa ragu untuk meninggalkan perkara makruh dan melempar jauh segala kejahatan dan kekejian.”
2. “Ya Bunayya, Selalulah berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak menderhakai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Takutlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenar-benar takut (takwa), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
3. “Ya Bunayya, janganlah engkau mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar.”
4. “Ya Bunayya, Bersyukurlah kepada Tuhanmu kerana karunia-Nya. Orang yang mulia tidak mengingkari Penciptanya kecuali orang yang kufur.”
5. “Ya Bunayya, Bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah seperti orang yang mencari kayu api, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.”
6. “Ya Bunayya, Ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Jika engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan perahu yang bernama takwa, isinya ialah iman dan Layarnya adalah tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
7. “Ya Bunayya, Orang-orang yang senantiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang yang insaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, maka dia akan senantiasa menerima kemulian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala juga.”
8. “Ya Bunayya, Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.”
9. “Ya Bunayya, Jangan engkau berjalan sombong serta takabur, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak meridhoi orang yang sombong dan takabur.”
10. “Ya Bunayya, Selalulah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.”
11. “Ya Bunayya, Jika engkau mau mencari kawan sejati, maka ujilah dia terlebih dahulu dengan berpura-pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati-hatilah.”
12. “Ya Bunayya, Apabila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu darinya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.”
13. “Ya Bunayya, Siapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat dari berkata yang mengandung racun dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.”
14. “Ya Bunayya, Bergaul rapatlah dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasehatnya karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasehatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.”
15. “Ya Bunayya, Janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan hati, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, dan janganlah mensia-siakan hartamu.”
16. “Ya Bunayya, Sekiranya kamu di dalam sholat, jagalah hatimu, sekiranya kamu makan, jagalah kerongkongmu, sekiranya kamu berada di rumah orang lain, jagalah kedua matamu dan sekiranya kamu berada di kalangan manusia, jagalah lidahmu.”
17. “Ya Bunayya, Usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, berusahalah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.”
18. “Ya Bunayya, Berdiam diri itu adalah hikmah (perbuatan yang bijak) sedangkan amat sedikit orang yang melakukannya.”
19. “Ya Bunayya, Janganlah engkau menjadikan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.”
20. “Ya Bunayya, Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.”
21. “Ya Bunayya, Sesungguhnya orang bertalam dua muka bukan seorang yang jujur di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
22. “Ya Bunayya, Jauhilah bersifat dusta, sebab berbohong itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.”
23. “Ya Bunayya, Siapa yang berbohong hilanglah air mukanya dan sesiapa yang buruk akhlaknya banyaklah duka citanya.”
24. “Ya Bunayya, Bersabarlah di atas apa yang menimpa dirimu kerana yang demikian itu menuntut kepastian kukuh daripadamu dalam setiap kejadian dan urusan.”
25. “Ya Bunayya, Apabila engkau mempunyai dua pilihan di antara takziah orang mati atau hadir majlis pernikahan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta pernikahan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.”
26. “Ya Bunayya, Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.”
27. “Ya Bunayya, Janganlah engkau terus menelan saja karena manisnya barang dan janganlah terus memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.”
28. “Ya Bunayya, Aku pernah makan makanan yang baik dan memeluk yang terbaik tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih lezat daripada kesehatan.”
29. “Ya Bunayya, Seandainya perut dipenuhi makanan, akan tidurlah akal fikiran, terhalang segala hikmah dan lumpuhlah anggota badan untuk beribadah.”
30. “Ya Bunayya, Apabila perutmu telah penuh sesak dengan makanan, maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi lemah hikmahmu dan berhentilah (malas) seluruh anggota tubuhmu daripada beribadat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan kehalusan pengertian, yang dengan sebab keduanyalah dapat diperoleh lezatnya munajat dan berkesannya dzikir pada jiwa.”
31. “Ya Bunayya, Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.”
32. “Ya Bunayya, Jangan engkau berlaku durhaka terhadap ibu dan ayahmu dengan apa jua sekalipun, melainkan apabila mereka menyuruhmu durhaka kepada Yang Maha Berkuasa.”
33. “Ya Bunayya, Allah mewasiatkan dirimu; berbuat baiklah dengan ibu dan ayahmu. Justru, jangan engkau menghardik mereka dengan perkataan maupun perbuatan dibenci.”
34. “Ya Bunayya, Seandainya ibu bapakmu marah kepadamu karena kesalahan yang kamu lakukan, maka marahnya ibu bapakmu adalah bagaikan baja bagi tanam-tanaman.”
35. “Ya Bunayya, Orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadah dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia tawadduk kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dia akan lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
36. “Ya Bunayya, Seorang pendusta akan cepat hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan senantiasa banyak melamunkan hal-hal yang tidak benar.”
37. “Ya Bunayya, Andainya ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu Yang Maha Melihat, Allah Amat Mengetahui segala sesuatu, lahir maupun batin atau apa yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.”
38. “Ya Bunayya, Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau mengerti.”
39. “Ya Bunayya, Engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu adalah bilamana engkau mempunyai jiran yang jahat.”
40. “Ya Bunayya, Aku pernah memindahkan batu-bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.”
41. “Ya Bunayya, Jauhkan dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.”
42. “Ya Bunayya, Apakah tidak engkau perhatikan, apa yang Allah bentangkan bagimu apa-apa yang ada di langit dan di bumi daripada kebaikan yang amat banyak?”
43. “Ya Bunayya, Apa yang engkau menikmati di kehidupan ini lantaran karunia-Nya yang penuh keamanan, keimanan dan kebaikan yang melimpah ruah, di taman dunia yang subur mekar dengan bunga-bungaan serta tumbuhan yang berseri-seri.”
44. “Ya Bunayya, Ambillah harta dunia sekadar keperluanmu saja dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu.”
45. “Ya Bunayya, Janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja karena engkau diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.”
46. “Ya Bunayya, Jangan engkau buang dunia ini ke tempat sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.”
47. “Ya Bunayya, Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kamu tahu sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu tahu.”
48. “Ya Bunayya, Ingatlah dua perkara iaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mati, lupakan dua perkara lain yaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.”
49. “Ya Bunayya, Kehinaan dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih mendekatkan diri daripada mulia dengan maksiat (perkara menyebabkan dosa) kepada-Nya. Janganlah anakku menunda melakukan taubat, sebab kematian datangnya tiba-tiba, sedang malaikat maut tidak memberitahukannya terlebih dulu.”
50. “Ya Bunayya, Sesungguhnya lama bersendirian itu dapat memahami untuk berfikir dan lama berfikir itu adalah petunjuk jalan ke surga.”
والله تعالى أعلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
***
📝 Ima Bintu Ali
#aqidah#islam#islamdaily#islamic#islampost#islamquotes#manhajsalaf#salaf#salafi#sunnah#kajiansunnah#tauhid#syirik
4 notes
·
View notes
Text
Jangan pernah jadi orang yang
Ngeyelan; Ndableg
Ketika kita berurusan dengan syari'at Allah.
Carilah sumber kebenaran Islam dari sumber yang paling asli yakni Al-qur'an dan hadist Rasulullah ﷺ.
Pahamilah kandungan di dalamnya berdasarkan pemahaman para sahabat Radhiyallahu 'Anhum. Kenapa? Karena merekalah generasi terbaik yang secara langsung diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
Beribadah bukanlah sekadar mengikuti arahan kiyai.
Beribadah bukan hanya sekadar mengikuti perasaan, akal apalagi firasat kita yang kita yakini bahwa itulah yang baik dan benar.
Kita beribadah itu untuk menyembah Allah, bukan untuk menyembah hawa nafsu, akal, perasaan apalagi khayalan kita.
Aturan tentang tata cara, rukun, syarat, apa-apa yang bisa membatalkan suatu ibadah itu sudah jelas dan terang benderang.
Tugas kita adalah tunduk kepada aturan Allah dan mengikuti apa yang sudah Rasulullah ﷺ ajarkan.
Sikap tunduk dan berserah diri kepada Rabbnya adalah inti dari sikap seorang muslim.
Tapi di zaman ini ketika kebodohan merajalela, syubhat terasa benar, maka ada saja golongan manusia yang menertawakan kaidah tunduk dan berserah diri ini.
Padahal iman itu bukan hanya sekadar ucapan yang kita ikrarkan dengan kalimat syahadat. Melainkan harus ada ketundukan hati dan amal ibadah yang kita lakukan.
Setiap kita itu sudah divonis akan mati. Maka apa yang perlu kita sombongkan?
Ketika kita bersujud di dalam rumah-Nya, kita ini mengikuti aturan siapa? Sungguh mengherankan tatkala ada sekelompok wanita yang usianya sudah tidak lagi muda, merasa begitu sombong di hadapan Rabbnya.
Beribadah di rumah Allah lantas seenaknya saja membuat aturan sendiri. Merasa enggan merapatkan shof shalat, bahkan sajadahnya pun harus diberi jarak.
Bukankah sudah begitu masyhur diketahui oleh orang-orang yang berakal bahwa salah satu syarat sahnya shalat berjamaah adalah dengan merapatkan shof? Bukankah Allah sudah memberikan kita kemudahan di hari ini ketika pandemi COVID sudah berlalu.
Lantas aturan siapa lagi yang hendak diada-adakan? Tak perlu lah jauh membahas ranah aqidah dan manhaj, bukankah rapatnya shof itu sudah diketahui bersama sebagai hal wajib yang harus ada selama tidak dalam kondisi khusus yang darurat?
Ketika kita telah merasa berjasa di dalam amal, maka ketahuilah amal itu akan habis terbakar. Sungguh mudah bagi-Nya mendatangkan kaum yang lain, yang hati mereka lebih tunduk, yang ibadah mereka sesuai dengan apa yang Rasulullah ﷺ contohkan, sesuai dengan apa yang Allah perintahkan.
Wanita tidaklah wajib shalat fardhu di masjid, karena sholat yang paling utama bagi wanita adalah di rumahnya sendiri.
Ketika kita sudah berniat memakmurkan masjid, maka pahamilah tata caranya, pahamilah aturan yang telah Allah tetapkan.
Kelak kita akan mati, ditanya di alam kubur, menemui hakikat dari kehidupan kita di dalam kubur. Sampai akhirnya kita akan di hadapkan di hadapan Allah.
Apakah kesombongan kita itu akan menyelamatkan kita?
Apakah amal-amal yang kita kumpulkan itu layak untuk dibanggakan?
Ada sebuah pepatah yang mengatakan,
"Di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung."
Ini adalah sebuah pepatah yang indah yang seharusnya diterapkan oleh setiap muslim. Bumi ini milik Allah, langitpun milik Allah. Maka di manapun kita berada di dalam alam semesta ini khususnya di atas bumi Allah yang luas, maka ingatlah bahwa kita hanyalah ciptaan yang kelak akan menemui Penciptanya.
Sungguh mengherankan ketika kutipan seindah itu justru dijadikan sebagai ajang menyombongkan diri demi meraih penghormatan, penghargaan dan adab yang baik dari manusia. Padahal dirinya sendiri tidak menghormati, menghargai dan beradab kepada Allah.
Manusia hanya sibuk mengejar apa-apa yang nampak. Manusia hanya sibuk tentang bagaimana caranya untuk terlihat baik. Tapi lupa mengejar bagaimana caranya untuk betul-betul jujur, ikhlas dan benar di hadapan Rabbnya.
Aku berharap kepada Allah yang menciptakan seluruh alam semesta, apa yang aku temui di waktu Maghrib itu akan Allah berikan ganti yang lebih baik.
Entah Allah jadikan mereka bisa rujuk dengan kebenaran, atau Allah gantikan mereka dengan orang-orang yang betul-betul memurnikan agama-Nya dan melakukan ibadah sesuai dengan perintah-Nya.
Ketika menemukan orang-orang yang begitu Ngeyel/Ndableg, enggan dinasehati, enggan berkaca diri, enggan menerima kesalahan diri, menolak kebenaran, adalah saat-saat di mana dada ini sesak menahan tangis.
Apakah sesak karena sakit hati? Bukan. Melainkan sesak karena kesedihan.
Mereka tidak tau sedang menggadaikan jiwa mereka ke dalam kebinasaan.
Mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang menzalimi diri mereka sendiri.
Mereka tidak menyadari bahwa Allah sekalipun tidak membutuhkan amal mereka.
Mereka tidak sadar bahwa merekalah yang sangat butuh beramal, tapi sangat disayangkan mereka melakukan amalan sesuai dengan hawa nafsu mereka semata. Enggan tunduk, enggan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Merasa benar karena usia mereka yang semakin besar.
Camkanlah apa yang selalu kamu rasakan ketika melihat kesesatan itu terjadi di depan matamu! Camkan betapa mahalnya nilai hidayah yang sudah Allah berikan untukmu! Allah memilihmu bukan karena kamu pantas, melainkan Allah memilihmu karena hikmah-Nya, Allah ingin menghendaki kebaikan untuk dirimu.
Doakan, doakan selalu mereka yang masih begitu angkuh di atas ketidaktahuan mereka.
Jangan pernah sekalipun kamu merasa tersakiti dengan segala ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka yang menyakiti hatimu. Kembalikan semua rasa itu kepada Allah. Nasihatilah orang lain karena Allah, cintailah sesuatu karena Allah dan bencilah sesuatu karena Allah. Bukan untuk meninggikan egomu sendiri.
Semoga Allah jadikan kita Istiqomah di atas al-Haq sampai akhir hayat. Aamiin Allahumma aamiin.
—SNA, Ruang Untukku #121
Rabu, 13-09-2023 | 00.56
Venetie Van Java,
Sembari terus menata hati dan mendidik diri sendiri.
Lurusnya shaf adalah sebab terikatnya hati orang-orang yang shalat. Dan bengkoknya shaf dapat menyebabkan berselisihnya hati mereka. Dari Abu Mas’ud radhiallahu’anhu, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فِي الصَّلاةِ وَيَقُولُ : ( اسْتَوُوا , وَلا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memegang pundak-pundak kami sebelum shalat, dan beliau bersabda: luruskan (shaf) dan jangan bengkok, sehingga hati-hati kalian nantinya akan bengkok (berselisih) pula” (HR. Muslim, no. 432).
4 notes
·
View notes
Text
MENCARI MAKNA
BAB 2. MIMPI YANG TERGADAI
Lebih baik terlambat atau tidak sama sekali. Jika diaminkan sekilas, ungkapan itu memang terasa benar. Tapi, bagaimana jika keterlambatan itu justru menjadi pengaruh buruk terhadap penilaian kinerja? Bukankah akan menimbulkan masalah?
Hal itulah yang tengah dihadapi Riani. Tidak satu dua kali ia datang terlambat ke kantor. Bahkan, pihak personalia sudah memeringatinya berulang kali.
"Saya tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi, tapi sebagai pekerja, tolonglah bersikap profesional,"tegur Bu Dennis suatu kali.
"Kalau kita mutusin buat kerja sama orang, harus kita ikuti aturannya, jangan pakai aturan sendiri. Kalau mau pakai aturan sendiri, ya mending jadi pengusaha aja sana,"ujar Bu Dennis di waktu yang lain.
"Mending kamu undurin diri aja deh, daripada nggak disiplin terus begini,"tegas Bu Dennis kali ini.
Barangkali beliau sudah berada dititik paling jengah melihat daftar hadir miliknya yang terus menerus mendapat checklist merah.
"Maaf bu, akan saya perbaiki kedepannya." Hanya kalimat itu yang bisa tersampaikan dari mulut Riani. Harapannya, semoga saja ia memang benar bisa memperbaiki semuanya.
Kali ini, lagi dan lagi, karena kebaikan Bu Dennis, ia akhirnya terbebas dari surat peringatan. Paling tidak, untuk hari ini dia masih terselamatkan.
***
Beberapa hari terakhir, Riani tampak menghindar dari rekan-rekan kerjanya. Setiap kali diajak makan siang, dia selalu menolak. Ia pun sering terlihat menyendiri, seperti siang itu misalnya.
"Rin, ikut makan siang yuk. Di ujung jalan ada resto ala-ala Jepang gitu, baru buka dua hari lalu,"ajak Risma.
"Kalian duluan aja, nanti aku nyusul,"balasnya. Risma mengiyakan. Bersama kawan lain, Risma berangkat lebih dulu ke resto yang ia maksud. Tapi sampai jam makan siang berakhir, Riani tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Dihubungi beberapa kali juga tidak merespon.
"Ya ampun, aku tadi lupa, habis Sholat Dzuhur ketiduran bentar di mushola, eh pas kebangun, nggak taunya jam istirahat udah kelar,"sambungnya ketika ditanya kemana.
Risma menghela nafas, memaklumi. Dia merasa ada ketidakberesan dalam diri Riani. Tapi, ia sendiri tak tahu apa itu. Riani tak pernah bercerita, dan ia pun tak enak hati jika harus bertanya.
Ketidakberesan itu semakin terlihat adanya, ketika performa kerjanya menunjukkan penurunan. Setelah personalia mempermasalahkan keterlambatannya yang terjadi selama tiga bulan ke belakang, kini atasannya pun mulai mempertanyakan hasil kerjanya yang beberapa kali ada kesalahan yang cukup fatal. Seperti salah menginput data sehingga timbul ketidaksesuaian, salah memasukkan adjustment untuk proses rekonsiliasi dan lain sebagainya.
"Kamu sedang ada masalah?,"tanya Bu Monik ketika Riani duduk berhadapan dengannya.
"Bagaimana bisa, report yang kamu kerjakan sebegini berantakannya Rin," ujar Bu Monik dengan nada sedikit meninggi pada Riani, sambil memukul setumpuk laporan bermasalah miliknya. Riani hanya terdiam, menunduk. Dalam benaknya, ia mengakui semua kekeliruannya.
"Maaf bu, akan saya perbaiki."
"Sudah, ambil cuti saja 2 atau 3 hari. Barangkali kamu memang perlu istirahat. Biar ini dikerjakan yang lain,"putus Bu Monik akhirnya. Riani mengangguk paham. Ia pun melakukan titah atasannya itu. Mengambil jatah cuti selama dua hari untuk istirahat. Waktu yang cukup untuk menenangkan kemelut pikirannya yang sedang berkecamuk akhir-akhir ini.
***
Disinilah kini Riani berada. Duduk dibangku kawasan taman hijau. Seorang diri. Matanya tak luput memandangi setiap kendaraan yang lalu lalang. Sementara itu, terlihat pula beberapa orang berlari pagi di jogging track yang mengelilingi taman. Ia melirik sekilas jam tangan dipergelangan. Dua jarum menyatu di angka 8. Waktu yang baik untuk memulai sarapan. Lalu otaknya bekerja, mencoba membuat daftar kegiatan yang akan ia lakukan, setidaknya untuk beberapa jam ke depan.
Riani akan mengawali rencananya dengan memilih menu sarapan yang akan ia makan. Setelahnya, ia bisa pulang untuk bersih diri. Kemudian, dilanjutkan dengan pergi ke pusat kota. Berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, pergi ke toko buku dan bioskop. Selanjutnya, ia dapat cuci mata dengan melihat-lihat aneka fashion dan sepatu di sana, meskipun tentu saja, ia tak berniat membelinya. Terakhir, ia akan menghabiskan waktu dengan bermain di game fantasia dan makan di food court lantai 3.
Setelah semua rencana tersusun di kepala, ia menghela nafas. Bagi Riani, memikirkan hal-hal dengan penuh perencanaan seperti itu sungguh melelahkan. Meskipun begitu, kini ia harus terbiasa demikian, supaya hidupnya tak makin berantakan. Sesaat ia akan beranjak, gawainya berdering. Tertera nama Satya di layarnya. Ingin ia abaikan panggilan itu, tapi urung. Di geserlah ikon telepon berwarna hijau itu kekanan.
"Dimana Rin? Kamu nggak ke kantor? Si Risma nanyain nih, tumben jam segini belum dateng,"cerocos Satya begitu telepon itu tersambung, sekalipun Riani tak memberi sapaan apapun.
"Aku cuti dua hari,"jawab Riani singkat.
"Cuti dua hari? Kamu sakit?,"tanya Satya kaget.
"Aku nggak papa, cuma butuh istirahat. Bu Monik yang nyuruh aku ambil cuti."
"Oh gitu, kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan bilang ya. Aku dan Risma akan usahakan."
"Terima kasih Sat. Sampaikan salamku ke Risma ya,"ucap Riani sebelum mengakhiri pembicaraannya dengan Satya. Tak lama berselang, sambungan itu terputus. Kembali ia menghela nafas, kali ini lebih dalam. Lalu, dirinya beranjak untuk menunaikan rencana yang sudah disusun sebelumnya. Jatah cutinya kali ini benar-benar ingin ia habiskan dengan kesendirian, sembari mengurai terjemahan rasa yang mendominasi dalam dada.
***
Bepergian sendirian ke swalayan tak menjadi persoalan bagi Riani. Hal semacam itu justru membuatnya merasa lebih hidup. Melakukan banyak hal sendiri dan mengurangi interaksi dengan orang lain adalah caranya mengisi ulang energi.
Setelah hampir tiga jam Riani mengelilingi deretan kebutuhan rumah tangga, baju, sepatu bahkan furnitur, ia merasa lelah dan kakinya pegal. Padahal ia masih belum menjelajahi toko buku yang ada di lantai 2 dan menonton film bioskop di lantai 7. Sebelum kembali melakukan penjelajahan, ia putuskan untuk menyantap sepiring nasi goreng dengan udang asam manis di food court lebih dulu.
Saat ia ingin menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, ponselnya membunyikan satu notifikasi. Dengan malas, ia meraih ponsel yang terletak di meja dan menuliskan sandinya. Sebuah surat elektronik tampak di layar, lalu ia membukanya. Matanya dengan jeli membaca kata per kata yang tertera di sana. Ia terkejut bukan main. Telapak tangan kirinya refleks menutup mulutnya yang tanpa sengaja menganga. Benar-benar ia tak percaya. Ia diterima di KyungHee University, Seoul, Korea Selatan, untuk program studi Master of Business Administration. Sedetik kemudian, rasa percaya itu menguap. Berganti dengan rongrongan akal yang menyedihkan.
Beberapa waktu lalu, sudah ia sampaikan pada orang tuanya tentang keinginannya untuk melanjutkan studi. Ia pun juga mencoba menjelaskan rencana-rencana kehidupannya untuk beberapa tahun kedepan. Memang, peluang melakukan percobaan itu seperti dua sisi mata uang. Kemungkinan berhasil atau gagal, keduanya memiliki porsi sama besar. Tapi, dalam kasus percobaan Riani ini, sudah dipastikan kegagalan akan jauh mendominasi. Ia mendapatkan kenihilan. Ia gagal mendapat restu orang tua untuk melancarkan niatnya.
"Pekerjaanmu kan sudah bagus nak, penghasilanmu juga sudah lebih dari cukup. Apa nggak sebaiknya ditabung saja untuk biaya berumah tangga nanti?." Bahasa halus penolakan itu disampaikan ibunya. Sedangkan ayahnya lain lagi.
"Kalau dengan gelar sarjanamu saja sudah cukup, kenapa harus sekolah lagi? Benar kata ibumu, lebih baik kamu mulai memikirkan tentang pernikahan. Ingat, usiamu sudah 27 sekarang."
"Kalau masalahnya biaya, ayah dan ibu tidak perlu khawatir, aku mendapatkan beasiswa. Jadi tidak akan mengeluarkan uang sepeserpun sampai lulus nanti,"tegas Riani yang masih berusaha memberi pengertian.
"Kalau kamu berhenti bekerja lalu kuliah, meskipun dengan beasiswa, lalu, siapa yang akan bantu ayah dan ibu mengurus biaya sekolah adik-adikmu?,"Kali itu Ayahnya semakin mempertegas penolakan pada keinginan Riani.
Deg. Jantung Riani tiba-tiba saja berdebar kencang. Hal yang disampaikan ayahnya itu luput dari perkiraan. Ia hampir lupa, bahwa keberadaannya diperuntukkan menanggung hidup kedua adiknya. Ayahnya seorang pensiunan guru, sedangkan ibunya bekerja sebagai tenaga kependidikan di sekolah swasta dengan gaji yang tidak seberapa. Kedua adiknya masih duduk di bangku SMA dan sekolah dasar. Sebagai anak tertua yang sudah lebih dulu dibiayai dan bisa bekerja di perusahaan nasional dengan gaji diatas upah minimum kota domisilinya, bukankah sudah menjadi tanggung jawab Riani untuk membantu memperpanjang nafas hidup keluarga?.
Riani tak bisa berkata apa-apa lagi. Mimpi yang sudah dibangun, terpaksa harus dia kubur. Digadaikan dengan roda kehidupan lain supaya tetap berputar. Hatinya ikut runtuh. Reruntuhannya pun turut ia pendam di kubangan yang sangat dalam. Pada keterdiaman, ia kembali menikmati hidangan dengan tak berselera. Kemelutnya pikiran masih berusaha ia enyahkan, sekalipun logika terus menerus menggerogoti keteguhan hatinya.
9 notes
·
View notes
Text
Pelajaran Yang Kita Dapat Di Juz 1
Alhamdulillah, dimalam ini malam kedua melaksanakan sholat sunnat tarawih, hari pertama kita berpuasa, bagaimana dengan puasanya? Eittss jangan hanya sekedar menahan nafsu, bagaimana dengan bacaan Qur’an-nya? Atau tadarus deh. Eittss tadarus ya, bukan hanya sekedar membaca saja mengejar target 1 juz satu hari, kan berasal akar kata درس-يدرس belajar hingga paham dan dipraktekkan. Pertanyaannya apakah kita paham yang apa kita baca? Hehe tidak papa, setidaknya pahala kita membaca in Syaa Allah sudah dicatat kok, tapi jangan nanggung, coba kita pahami dan kita kerjakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Baiklah kali ini aku akan memberikan sedikit informasi soal apa yang aku dapat, pelajaran apa yang aku terima dari memahami Alquran atau mentadarus Alquran.
1. It’s All about Qur’an
Yap, dibuka dengan alfatihah, surat yang lumayan singkat namun bermakna sangat dalam, ini soal bagaimana kita mengenal Allah di awal mentadarus Alquran. Segala aspek sudah jelas ada didalamnya di mulai dari pujian kita kepada Allah, Bagaimana kita mendekatkan diri kepada Allah, dan memohon kepada Allah. Nah kita masuk ke ayat pertama Al-Baqarah bagaimana Alquran memberi informasi kepada kita bahwa Alquran ini adalah benar, isinya petunjuk, mulai dari Bagaimana menjadi hamba yang bertakwa, mengetahui siapa saja orang-orang munafik dalam tanda kutip yang awalnya ia beriman namun hanya sekedar tetapi keimanannya kalah dengan kedustaannya. Kita juga dapat mengenal siapa itu orang-orang yang katanya Al-Qur’an “kafir” sepeti apa, semua Allah terangkan dalam Alquran ya h bertujuan apa? Ya supaya kita terjaga dari kedurhakaan kita kepada Allah, jangan sampai deh. Nah itu petunjuk semuanya dari Allah kepada kita.
2. Pelajaran dari kisah
Ya, dengan kisah kita dapat mencas keimanan kita. Bagiamana Allah terangkan kisah nabi Adam sebagai Khalifah, ada juga malaikat yang pembangkangan hingga sekarang disebut iblis, kisah pertualang Bani Israel kita lihat gimana sih ciri2 orang yang pembangkang kepada Allah mana yang taat kepada Allah semua sudah di tayangkan dalam kisah di juz 1 ini. Dan kisah nabi Ibrahim yang maa Syaa Allah, itu semua bisa kita pelajari dan kita terapkan dalam kehidupan kita sesuai kadar kesanggupan kita masing-masing.
Nah sampai sini teman2 bisa lanjut interaksi teman2 dengan Alquran terutama teman2 yang sudah menyelesaikan juz 1 nya di hari ini, ya. Jangan di baca aja coba di pahami, minimal baca arti deh, kalau tidak mengerti dengan satu ayat, nah di catat terus datang kepada ustadz atau ustadzah, atau kepada teman yang paham dengan ini (kalau tidak terdengar diceramahi oleh ustadz atau ustadzah nya ya opsi kedua kepada teman aja ajak diskusi) teman2, tanyakan, temukan jawabannya. Nah jangan sampai tidak paham. Sebab Alquran itu petunjuk kehidupan kita, jangan disia-siakan deh.
Syuumhda, 1 Ramadan 1444 H, 23 Maret 2023 M
#ramadhan#alquran#cintasejati#ceritahariini#hijrahcinta#cinta#islam#islamicquotes#quotes#dakwahcinta#hijrah
18 notes
·
View notes
Text
Rasulullah, Cinta Sepanjang Massa.
Apa yang kamu cari dalam perjalanan ini?
Jika jawabannya adalah kebahagiaan, maka hadirnya Rasulullah adalah kebahagian yang sesungguhnya.
Berbahagialah atas karunia-Nya, hadirnya Rasulullah adalah kebahagian yang sesungguhnya.
Allah berfirman dalam hadist Qudsi,
“Kalau bukan karna Engkau (Muhammad) tidak aku ciptakan Alam semesta" Masyaa Allah.
Duhai, sudahkah kau mendengar bahwa Rasulullah adalah seseorang yang begitu mencintai Umatnya, selalu berusaha agar umatnya selamat dan bisa masuk syurga bersamanya.
Beberapa hal yang tidak diinginkan oleh Rasulullah
1. Tidak Ridho melihat Umatnya masuk Neraka
Rasa cinta Rasulullah kepada umatnya begitu besar, sehingga tak akan dibiarkannya neraka menyentuhnya, namun duhai, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mencintai Rasulullah dengan sebenar-benar cinta?
Tau apa kita tentang cinta? Cinta adalah mengikuti apa yang kita cintai, ketika kita mengaku mencintai Allah dan Rasulnya, sudahkah kita mentaati Allah dan mengikuti ajaran Rasulullah? Mengaku cinta? Tak sekadar kata… namun adalah pembuktian yang nyata.
Barangkali hari ini, seakan kita memasuki syurga, namun dengan rantai yang menjerat kaki-kaki kita (Berat sekali), dan berlari menuju neraka.
Bagaimana tidak? Ketika seruan untuk sholat seakan kita terpaksa, enggan melaksanakannya, sedangkan begitu bersemangat sekali pada perkara sia-sia yang bisa jadi jatuh pada maksiat yang menipu. (?) bukankah begitu perumpamannya?
2. Rasulullah begitu berat dan tak ingin membebani umatnya dengan syariat, betapa cinta Rasulullah begitu besar pada umatnya, Rasulullah pernah berkata “Aku diutus dengan agama yang mudah.
Namun Akhwati fillah, jangan dimudahin, jangan sampai kita terlena dan justru menganggap remeh dan mudah ajaran Rasulullah
3. Rasulullah berat apabila melihat umatnya menderita, tak sedikitpun Rasulullah menginginkan umatnya menderita, bahkan pada pelaku dosa sekalipun:(
Bahkan dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa: Rasulullah pernah berkata
“Apabila ada yang menyusahkan umatku maka susahkan ia yaa Rabb, dan apabila ada yang memudahkan umatku, maka mudahkan ia yaa Rabb” -Rasulullah begitu mencintai Umatnya...
-Semoga menjadi motivasi kita untuk senantiasa berbuat baik, dan menjadi bagian dari perkataan Rasulullah, ketika kita memudahkan urusan saudara kita, maka kelak akan Allah permudah urusan kita
Akhwati fillah, pernah kah mendengar kisah salah seorang sahabat yang bernama tsauban? beliau adalah sahabat Rasulullah, seseorang yang membersamai Rasulullah setiap hari, maka dikisahkan pada suatu hari (1 hari) dia sama sekali tidak melihat Rasulullah, wajahnya sedih, murung, padahal hanya satu hari saja tidak bersama Rasulullah, masyaa Allah.
Dan akhwati fillah, dikisahkan kembali tentang salah satu sahabat Rasulullah, ketika wafatnya Rasulullah pada saat itu, sahabat ini berdoa kepada Allah
“Yaa Allah, angkatlah penglihatanku, karna tidak ada lagi yang ingin aku lihat selain Rasulullah” masyaa Allah:(
Kemudian akhwati fillah, pernahkah mendengar kisah Billal Bin-Rabbah? ketika ia dalam massa sakratul maut, orang-orang memandangnya penuh prihatin dan sedih, namun ia berkata
“Ini adalah hari yang bahagia, karna esok akan bertemu Rasulullah”
Itu beberapa kisah dari sahabat laki-laki, lalu bagaimana dengan shohabiyyah, sahabat dari kalangan perempuan?
Dikisahkan bahwa ada shohabiyyah:
Pada saat itu telah terjadi peperangan, beberapa anggota keluarganya ikut berperang, namun yang pertama kali ia tanyakan pada saat itu adalah bagaimana kabar Rasulullah (setelah peperangan tersebut), padahal pada saat itu beberapa anggota keluarganya syahid, namun ia tetap menanyakan apakah rasulullah baik-baik saja;(
Ia berkata “semua musibah di dunia ini kecil, kecuali musibah yang ditimpah Rasulullah”
Yaa Rabb… kecintaannya kepada Rasulullah melebihi kecintaannya kepada keluarganya.
Ketika sahabat rasulullah begitu mencintainya, akhwati fillah, rasulullah adalah insan kamil, insan sempurna.
Tanyakan pada hati kita, sejauh mana kecintaan kita pada baginda Rasullullah?
Rasulullah pernah bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang kecuali aku lebih dicintainya”
Syarat mencintai Allah ta’alah maka harus mencintai Rasulullah
Ketika kita mencintai Rasullah, maka Allah akan mengampuni dan mencintai kita
Barangsiapa yang mencintai Allah dan Rasulnya, maka ia akan bersama dengan Allah dan Rasulnya.
Semoga kita adalah golongan orang-orang yang mencintai Allah dan Rasulnya, kemudian kembali dicintai Allah dan dicintai Rasulullah:(
Yuk Sahabat Fillah, perbanyak sholawat kepada Rasulullah, dan jangan bosan untuk mempelajari sirroh/ perjalanan hidup Rasulullah, mengenali Rasulullah, tak kenal maka bagaimana mungkin kita bisa mencintainya?
Yaa Allah berikanlah kami karunia cinta kepada-Mu, dan juga kepada Rasulmu..
Kajian MaulidurRasul
Rasulullah, Cinta Sepanjang Massa
Bersama Ustadzah Rufaidah Syihab
Kamis, 19 Oktober 2023
Gedung Dharma Wanita Sriwijaya
Intisari kajian ini dirangkum dengan penuh cinta @vidya.umayza_
Mohon diluruskan apabila terdapat kekeliruan
Dan akhirnya aku menyadari sesuatu, dulu adalah seseorang yang menasihatkan kata-kata ini, dan memang benar, yang beliau ucapkan kala itu.
…
Bukti cinta yang sesungguhnya adalah ketika orang yang mengaku mencintaimu, akan menjadi yang terdepan dalam mendukungmu merealisasikan cita-cita dalam meraih kemuliaan, dan…
bukti cinta yang sesungguhnya adalah ketika orang yang mengaku mencintaimu paham betul, bahwa ada cinta Allah dan Rasulnya yang harus lebih diutamakan dan yang demikian itulah bukti cinta yang sesungguhnya.
Aku masih mengingat nasihat ini, hingga hari ini, Duhai… terima kasih karna sudah memberikan banyak pelajaran yang berarti.
Saudarimu.
Vidya Pebriyanti @vidya.umayza_
2 notes
·
View notes
Text
Perpisahan itu bernama kematian(part 1)
Apa yang kita dengar tentang kata kematian? banyak sekali yang kita bisa definisikan, kesedihan biasanya sering melekat di dalamnya, tidak jarang tangisan menjadi pengiring sebuah takdir bernama kematian itu.
Kelahiran, Jodoh dan kematian adalah rahasia Allah yang benar-benar tidak kita ketahui, kita hanya bisa menebak-nebak apa yang terjadi, bahkan kita tidak bisa mengetahui apa yang terjadi di satu detik kedepan.
Kita hanya bisa meyakini semua takdir tersebut, tetapi kita tidak akan tahu dimana dan cara apa kita menerima takdir tersebut, kita hanya bisa berikhtiar bagaimana kita menjemput takdir tersebut untuk menjadikannya sebuah takdir yang baik.
Perpisahan itu adalah kematian, tidak bisa dipungkiri bahwa ada kesedihan dalam takdir kematian tersebut, bukan karena kita tidak menerima takdir yang terjadi, tetapi karena kita sedang mencoba menerima takdir baru yang belum pernah kita rasakan sebelumnya, sebuah takdir yang akhirnya harus berpisah dengan seseorang yang asalnya bersama hidup di dunia.
Bila di agama islam kematian bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi bisa jadi adalah awal sebuah perjalanan menuju akhirat, tapi mungkin memang akhir perjalanan hidup di dunia.
Kematian bukan hanya akan memisahkan dari seseorang dengan seseorang yang lainnya, tapi juga akan memisahkan semua perkara dunia lainnya, contoh berpisah dengan harta yang dimiliki, berpisah dengan jabatan yang sedang dinikmati, berpisah dengan segala urusan dan yang pasti berpisah dengan perkara ibadah yang akan menjadi amal kebaikan nanti,
karena bila sudah mati, kita sudah tidak bisa lagi sholat dan sedekah lagi, karena sholat dan sedekah hanya bisa dilakukan saat kita masih hidup.
Saat kita berpisah dengan harta di dunia, harta yang akan tetap dibawa nanti adalah harta yang sempat digunakan di jalan Allah saat hidup di dunia, bukan harta yang tersimpan apalagi harta yang hanya digunakan untuk bermaksiat.
Jabatan dunia yang akan dipertanggung jawabkan, tidak ada yang salah saat kita diberikan amanah untuk menjadikan kita seseorang yang memiliki jabatan, tapi ada waktunya jabatan itu harus berpisah, entah karena habis masa jabatan, pensiun atau memang kematian yang akan memisahkannya, hanya saja jabatan di dunia itu yang akan dipertanggung jawabkan nanti, bagaimana di saat ia menjabat apakah telah menjadi seseorang yang telah memenuhi amanah atau tidak, tetapi bila ternyata dengan jabatan itu dia bisa melakukan dengan sebaiknya tanpa menyalahgunakannya, bisa jadi jabatan itu akan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.
Berpisah dengan urusan yang kita miliki di dunia, urusan kita di dunia sangat relatif, ada yang banyak sekali urusan, ada yang sedikit, ada yang terasa berat saat dilakukannya atau sangat mudah dalam menjalani setiap urusannya di dunia, makanya kita kadang kita dalam berdoa, supaya Allah permudah segala urusan kita, karena kita tahu sekuat apapun kita, sehebat apapun kita tapi bila Allah tidak mudahkan, kita bisa apa?.
Urusan akan ditinggalkan, panggilan kematian yang akan akan tersampaikan. Tugas kita di dunia adalah menyelesaikan segala urusan kita, semua urusan yang baik pastinya, dari urusan beribadah, mencari harta, berbakti kepada orang tua, mendidik anak, berdakwah dan urusan-urusan yang lain, tidak ada yang salah dengan segala urusan kita, karena selama itu baik dan karena Allah saja, urusan itu menjadi ladang amal untuk kita nanti.
Yang jangan sampai terjadi, urusan dunia yang akhirnya melalaikan kita mengingat dan beribadah kepada Allah, bisa saja urusan itu bukan berupa dosa dan maksiat tapi urusan itu akan melalaikan kita dalam beribadah, sehingga jangan sampai lagi sibuk mengejar urusan dunia, eh taunya malah mati.
Bisa jadi urusan kita di dunia yang akan memberatkan timbangan amal di akhirat, selama urusan kita baik dan akan bernilai pahala.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, kematian tidak akan pernah menjadi akhir dari segalanya.
Di tulisan selanjutnya, akan membahas tentang takdir kematian yang akhirnya memisahkan dengan orang-orang disayang dengan penulis ini.
9 notes
·
View notes
Text
DO I DESERVE HAPPINESS?
Bahagia dalam Al-Qur'an
As-Sya'adah : Kesenangan
Hayatan toyyiban : Value dari kehidupan
Ammunafsih: jiwa tidak tertekan/merasa nyaman/keamanan. (jiwa tidak merasa takut).
Rohilbal: Tidak kepikiran/overthinking
Rohbussodar : Lapang dada. Tidak akan merasa bahagia apabila seseorang hatinya sempit. Mau pergi kamana pun ditempat lapang pun, jika dadanya sempit tidak akan merasa bahagia. Bahagia bukan tentang ruang namun tentang hati.
Definisi bahagia?
Bahagia bukan sesuatu yang dicari dan diusahakan, tapi yg diberikan dari Allah. Bahagia bukan pencapaian karena bahagia letaknya di hati dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.
Kita menganggap bahagia dengan standar dunia tapi orang terdahulu menggunakan standar akhirat. Membandingkan standar bahagia dengan ukuran dunia vs akhirat sangat berbeda. Sehingga perasaan bahagianya berbeda.
Mengapa kita menang (berhasil atas segala pencapaian) tetapi tidak merasa bahagia?
Karena yang diperlombakan hanya sedikit (duniawi), Kenapa sahabat nabi jika kalah tapi tetap merasa bahagia? Karena yang diperlombakan banyak (mengejar akhirat).
Dalam Al-Quran, manusia diberikan rasa menarik dan tertarik. Misal kepada jodoh, anak-anak, hobi (duniawi). Tapi Allah selalu menutup dengan kalimat "dan ada yang lebih baik di sisi Allah (yaitu akhirat)"
“Bahagia itu bukan hanya sebuah pencapaian, tetapi anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Karena jika hanya sekedar sebuah pencapaian, itu hanyalah sebuah fatamorgana saja (duniawi)”
Bagaimana cara agar merasa bahagia?
Menurut Al-Quran perasaan yang ada di dalam hati bukan kondisi dhohir. Apa yang membahagiakan hati beda dengan apa yang membahagiakan mata, masing-masing punya standar bahagia dan kepuasannya. Namun jika hati berbeda, nutrisi hati itu makanannya berbeda. Letak bahagia itu di hati. Kenapa kita sering tidak merasa bahagia padahal banyak teman, banyak harta, dll? Karena kita hanya mendapat setetes air laut (dunia), Beda jika yang dicari akhirat. Jika kita berlomba-lomba mencari dunia maka bahagia itu sulit didapatkan. Namun jika berlomba-lomba mencari akhirat, pasti bahagia mudah.
Jangan letakkan dunia di hati, tetapi di tangan.
Pertanyaannya? Seberapa banyak dunia yg ada di hatimu. Jangan menjadi manusia yang mencintai dunia.
Mengapa kita merasa tidak bahagia meskipun kita berada dalam hidup yang "ideal"? Padahal tidak lelah mengejar dunia juga, namun mengapa tidak ada yang istimewa? Karena memang dunia tidak ada yg istimewa.
Allah tidak suka orang yang hanya duduk manis dan berpangku tangan tanpa usaha. Tapi Allah akan memberikan jalan kepada orang yong selalu berusaha dan bersungguh-sungguh. Tiba-tiba saja kita dilapangkan hati untuk minta maaf atau memaafkan. "Ya Allah bantu saya untuk menyelesaikan masalah saya, saya serahkan hasilnya kepada Allah"
Hal yang beda tipis, sama-sama melakukan sesuatu naman yang satu sangat percaya dengan kepedeannya. Yang satunya dengan menyerahkan ke Allah pasti hasilnya berbeda.
Menyelesaikan masalah dengan manusia tidak selamanya dengan "kita temenan aja" bisa saja cara Allah untuk membantu kita adalah dengan menjauhkannya dari kita. Tetapi Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Cara Allah menolong seseorang terkadang bukan dengan hal yang rujuk atau balikan dsb. Namun, bisa dengan perceraian atau menjauhkannya. Yang penting, usaha kita sudah benar, kita sudah berusaha dan bersungguh-sungguh kemudian menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.
Jika kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah maka Allah akan memperbaiki hubungan kita dengan pasangan, teman, ortu, dsb. Bagaimana caranya? Perbaiki sholatmu. Ketika kita mempunyai masalah dengan seseorang, sholatlah (bisa dengan memperbaiki sholat wajib terlebih dahulu, jika sudah maka tambahlah dengan sholat sunnah.
“Siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah juga akan memperbaiki hubungan kita dengan manusia lainnya”
Disampaikan oleh
Ustadz Hanan Attaki
Kajian interaktif online - #KataUHA
Selasa, 26 September 2023—
#KATAUHA#ceritayuk#quoteoftheday#selfreminder#catatan#pemudahijrah#sharing is caring#quran#happiness
2 notes
·
View notes
Text
Place I Want to Visit
Bicara soal tempat yang ingin saya kunjungi, ada banyak.
Pertama, saya ingin sekali ke Mekkah. Sholat didepan Ka’bah. Berlama-lama di dalam mensjid melakukan ibadah. Dan kalau boleh berharap, saya ingin sekali pergi kesana bersama pasangan halal saya. MasyaAllah sungguh bahagia membayangkannya. Semoga Allah mengabulkan doa saya.
Kedua, saya ingin sekali ke bromo. Naik gunung. Waktu kuliah, banyak temen-temen yang sering naik gunung, tapi karena saya penakut dan cupu jadinya saya diem doang dengerin mereka menceritakn serunya. Sekarang baru deh saya bener-bener ingin sangat nyoba naik gunung.
Ketiga, saya ingin ke daerah yang berada di garis khatulistiwa. Garis yang membagi bumi menjadi 2 belahan , utara dan selatan. Mau membuktikan, apa benar kita kehilangan keseimbangan kalau berdiri di garis tersebut 🤔
Keempat, saya ingin nge-camp di pantai. Duduk didepan tenda sambil nunggu sunset, malamnya bakar-bakaran ayam atau rebus indomie juga oke, sebelum tidur liatin hamparan bintang-bintang, paginya ngopi sambil nunggu sunrise. Ah indah banget pasti.
Kelima, aduhh banyak banget ini mah tempat yang ingin saya kunjungi. Di umur saya yang 26 tahun ini, saya merasa menyesal karena saat remaja tidak banyak berkunjung ke tempat-tempat baru. Saya terlalu membatasi diri karena terlalu takut padahal tidak mencoba merupakan suatu kesalahan. Pengaruh dari orang tua juga, ayah saya patriarki. Semua harus nurut sama dia. Sekali dia bilang ga boleh ya jangan dilanggar. Untuk kalian yang masih muda, coba aja lakuin semua yang kalian mau (dalam hal posiitif ya). Karena sangat tidak enak seperti saya yang nggak punya banyak kenangan masa muda. Saya harap, saya masih bisa memenuhi keinginan-keinginan ini satu persatu.
4 notes
·
View notes
Text
Bahagia Bukan Tujuan
Ternyata Allah tidak menyuruh kita untuk bahagia. Oleh karena itu tidak ada perintah bahwa kita harus bahagia di dalam Al Qur'an. Kenapa gitu yah? Kalau dipikir-pikir memang sulit bagi kita mendefinisikan kebahagiaan. Bahagia mungkin bisa sesederhana dengan minum es teh yang enak saat siang yang panas, mungkin bahagia orang lain harus punya banyak harta dan memiliki jabatan atau bisa juga bahagia itu saat kita memiliki orang yang menyayangi kita, dll. Bahagia memang seluas dan seabstrak itu.
Tapi kalau kita mendefinisikan suatu perasaan "tidak takut" maka apa yang di benak kita adalah perasaan "berani", mungkin juga suatu perasaan "tenang" atau "tidak khawatir". Kemudian apabila kita mendengar kata "tidak bersedih hati" maka apa yang di benak kita adalah suatu perasaan yang sebaliknya yaitu "rasa senang". Jika sedih biasa diikuti dengan tangis maka tidak sedih bisa juga berarti adanya "tawa" atau perasaan "gembira".
Mungkinkah Allah tidak ingin kita bingung atau menghabiskan banyak waktu mencari bahagia yang definisinya sangat luas itu? Oleh karena itu Allah telah memberi tips agar kita tidak takut dan bersedih hati yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Mengikuti petunjuk-Nya
- Beriman kepada Allah
- Beriman kepada hari akhir, berarti mengingat bahwa dunia ini bersifat sementara;
- Senantiasa berbuat kebaikan;
- Berserah diri kepada Allah;
- Berinfaq di jalan Allah dan tidak menyebut-nyebutnya sehingga menyakiti perasaan penerima;
- Mendirikan Sholat;
- Menunaikan zakat;
- Bertakwa kepada Allah;
- Terus berupaya melakukan perbaikan (diri dan sekitarnya).
Ternyata Allah tidak meminta "bahagia" itu menjadi tujuan kita tapi Allah ingin kita mengikuti apa yang Allah ridhoi, sehingga rasa takut dan sedih tidak akan mengikuti kita. Bahkan Allah menceritakan bahwa rasa tidak takut dan tidak sedih adalah perasaan orang yang masuk ke dalam surga sebagaimana dalam Surat Al A'raf ayat 49 yang berisi "Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut pada kamu dan tidak pula kamu akan bersedih hati.”
Kalau demikian, bukankah memiliki perasaan tidak takut dan tidak bersedih hati berarti sebuah kebahagiaan? Maka ikuti saja apa yang diperintahkan Allah, apa yang diridhoi Allah, maka kebahagiaan tanpa dicari pun akan mengikutimu.
Boalemo, 12 Mei 2023
_____________________________________________
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
-Surat Al-Baqarah, Ayat 38
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Ṣābi’īn,siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 62
Tidak! Barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 112
Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang diinfakkannya itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 262
Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 277
Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Ali 'Imran, Ayat 169-170
Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-An'am, Ayat 48
Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepada kamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barang siapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-A'raf, Ayat 35
Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepada kamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barang siapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-A'raf, Ayat 35
#hidup#bahagia#berserah diri#tujuan hidup#tulisan#blog#bangkitabercerita#tadabbur#alquran#tadabbur quran#insight
3 notes
·
View notes