#kelasliterasiibuprofesional
Explore tagged Tumblr posts
jurnalweli · 8 months ago
Text
Pesan dariku bagi para perempuan singlelillah,
Menikahlah dengannya karena surga terasa lebih dekat.
Menikah adalah ibadah terpanjang di sisa usia sebab setelah akad berlangsung setelahnya akan dihitung sebagai ibadah. Maka sudah selayaknya bahwa dengan menikah dengannya, surga akan terasa lebih dekat. Suami dan istri akan nyaman dan tenang karena bisa beribadah bersama-sama untuk meraih ridhoNya. Suami dan istri akan memotivasi satu sama lain agar lebih dekat hubungan padaNya. Suami dan istri akan bertambah taat padaNya. Jika dalam hal sederhana yang tidak bisa didapat oleh mereka yang belum menikah saja bisa bernilai ibadah apalagi dalam hal yang betul-betul ibadah. Maka carilah ia seorang lelaki yang mampu menuntun, mengajak, dan bergandengan tangan meraih ridho Allah.
Memang tidak ada laki-laki yang sempurna, maka carilah ia yang kekurangan atau keburukannya bisa kamu toleransi.
Tidak ada laki-laki yang sempurna, hanyalah ekspektasi kita yang ingin kesempurnaan. Maka susunlah kriteria laki-laki yang kamu inginkan sehingga memudahkan. Carilah ia yang kekurangan dan keburukannya bisa kamu terima dan toleransi. Sebab kehidupan rumah tangga ke depannya sangat berharga dan sangat disayangkan apabila hanya dihabiskan oleh perkara-perkara yang mudah membuat marah. Misalnya, kamu tidak ingin menikah dengan laki-laki perokok maka teguhlah terhadap keyakinanmu. Jika dirasa kamu akan bisa mengubahnya maka bersiaplah untuk proses yang mungkin tidak sesuai dengan yang kamu bayangkan. Tidak ada laki-laki yang sempurna, maka tentukan poin prinsipil yang tak bisa diganggu gugat. Teguhlah terhadapnya dan hindari bermain cinta di awal. Terlebih jika dirasa kita bukanlah sosok Asiah istri Firaun, salah satu perempuan yang dijamin surga olehNya.
Menikahlah karena iman dan akhlak lebih utama daripada teperdaya oleh cinta.
Perkara cinta, ia akan tumbuh seiring berjalannya waktu jika terus dipupuk dan disirami. Bukanlah cinta yang dibutuhkan untuk melangsungkan pernikahan. Maka pandai-pandailah mengelola perasaan sebelum akad dilaksanakan dan kata 'sah' didengarkan. Ialah perasaan 'klik' satu sama lain bisa menjadi salah satu modal tambahan keyakinanmu padanya.
Menikahlah karena bagaimana visi misinya dan bukan hanya terbuai oleh siapa orangnya.
Tentu ingin usia pernikahan yang panjang, demikian sama halnya dengan visi misi. Ia akan terus diupayakan di sisa usia kita. Namun jika hanya melihat siapa orangnya, mungkin ia akan cepat berubah dan purna. Maka jika kamu menolak dan tertolak, bukan karena siapa kamu tapi karena visi misi yang tidak sejalan. Janganlah berkecil hati. Akan ada hati yang siap mengisi. Percayalah pada Sang Ilahi.
26 notes · View notes
manusiaquat · 9 months ago
Text
Nak maafkan ibumu ini. Ibumu yang masih sering kelepasan memarahimu. Ibumu yang tidak pintar mengekspresikan cinta lewat verbal. Nak, terimakasih karena engkau lahir sehingga aku mendapatkan gelar sebagai ibu. Kamu selalu mempunyai ruang sendiri di hati ibu sebagai anak pertama yang mengajari banyak hal.
Nak, maaf ibu sering menumpahruahkan air mata ibu di depanmu. Ibu berharap masa kecilmu bisa jauh lebih bahagia, lebih sehat dan lebih belajar banyak hal daripada masa kecil ibu dan ayahmu.
Nak, doakan ibu karena saat ini kamu sumber penguat ibu. Ibumu sedang berjuang untuk meregulasi emosi ibu. Sebelumnya ibu adalah orang yang tidak mau terlihat sedih, sakit ataupun kecewa di depan orang lain sekalipun dengan orang dekat. Ibu selalu menyimpan semuanya sendiri sekuat ibu. Ibu adalah orang yang people pleaser sehingga jarang sekali ibu mengatakan tidak setuju atas pendapat dan ajakan orang, paling mentok ibu membuat alasan sok sibuk jika tidak mau.
Nak, belajar meregulasi emosi ternyata susah sekali. Terlebih lagi jika kita menghadapi orang yang sama setiap hari dengan wataknya yang memang kita tidak klik dari awal. Beratnya lagi, ibu harus mengajarkan regulasi itu kepadamu. Nak, maafkan ibu karena ibu sendiri belum bisa meregulasi emosi dengan baik. Kita belajar bersama ya?.
Sekarang, ibu sedang berjuang untuk taat kepada ayahmu, karena sebagai istri hal tersebut adalah suatu kewajiban. Ibu hanya mengharap ridha ayahmu yang semoga nantinya akan mengantarkan kita semua ke surga. Saat ini ayahmu berusaha untuk mengabdikan waktunya untuk utimu. Iya Mbah Uti, tidak ada sekalipun ibu cemburu hanya saja ibu butuh waktu adaptasi lebih lama.
Jika sebelumnya saat ibu hamil kamu, ibu sering mellow mungkin karena awal-awal tinggal dengan mertua dan bawaan hamil. Kemudian kembali ke Jepara lagi saat kamu berumur 3 bulan, mungkin juga bawaan sebagai ibu baru sehingga sampai-sampai ibu stres menghadapi utimu yang akibatnya ASI ibu seret. Sehingga sekarang kita balik lagi ke Jepara setelah 1 tahun di Jogja. Ketika itu umurmu 22 bulan, tapi hingga sekarang umurmu 27 bulan ibu masih sering baper hehe mungkin memang adaptasi lagi ya Nak. Padahal ibu tahu dan selalu diberi pemahaman ayahmu bahwa utimu memang mempunyai watak yang suka berkomentar meskipun hal-hal kecil.
Sehingga sekarang nak, meskipun mental rasanya sedikit berantakan sekaligus moodswing karena menstruasi. Ibu mencoba menghadapi dengan 'bodo amat'. Ibu tahu etika tetap nomor satu, itulah kenapa ibu memilih diam saja. Sesekali mungkin ibu bersuara sebagai cara defense ibu. Beberapa waktu lalu ibu dan uti sudah semakin dekat tapi ibu rasa itu cara yang salah karena ibu merasa semakin dikomentari atas apa-apa yang ibu lakukan. Jadi, sekarang ibu putuskan untuk lebih jaga jarak lagi.
Nak maafkan ibu cerita banyak, ibu memilih cerita kepadamu sebagai pihak yang lebih netral. Bukan semena agar kamu membenci utimu. Setiap orang punya kelebihan yang dibarengi dengan kekurangannya dan kita juga punya cara sendiri untuk menghadapinya. Hal biasa jika kita berbeda pandangan dengan orang lain dan menurut ibu cara paling elegan untuk menghadapi perbedaan tersebut adalah dengan menghormatinya.
Tumblr media
3 notes · View notes
triyunitasafitri · 5 years ago
Photo
Tumblr media
“Anak laki laki tidak boleh menangis!!!” Sering kita tanpa sadari ucapan tersebut lantang diucapkan oleh ayah bunda bila sedang mengalami emosi memuncak kepada anak laki lakinya. Dan tanpa disadari ucapan kita tersebut sebagai orang tua telah mengambil hak anak untuk menyalurkan aliran rasa, menangis merupakan hak setiap anak yang sebenarnya tetap harus tersalurkan tanpa terkecuali ia anak laki laki sekalipun, sah sah saja anak laki laki menangis sebagai tanda ia sedang menyalurkan aliran rasanya, bisa ia menangis karena sedih, kecewa atau bahkan bahagia. Kita bisa memberi ruang waktu untuk anak laki laki kita mengungkapkan segala ganjalan dihatinya, bila ia sudah mulai mereda tangisannya, barulah kita muncul, dekati ia, tanyakan dengan baik, apa yang membuat ia menangis, tetapi jangan sampai kita memaksakan anak kita untuk menjawab semua ke kepo an kita, biarkan ia menceritakan sesuai dari hatinya, dan senyaman mungkin ia bercerita, posisikan diri kita menjadi teman curhatnya bukan sebagai orang tua, setelah anak menceritakan segala rasa keluh kesahnya, bila ia membutuhkan solusi atau nasihat barulah peran kita muncul sebagai orang tuanya untuk memberikan solusi ataupun nasihat. Itulah sependek pengetahuan saya yang berusaha terus belajar teruntuk anak laki laki yang mendekati remaja, jadi bukan berarti anak laki laki tidak boleh menangis, tetapi biarkan ia menangis sampai hatinya merasa lega. Semoga bermanfaat. #kelasliterasiibuprofesional #kelasliterasi #ibuprofesional #ibuprofesionaljakarta #ibu #ibubahagia #ibubelajar https://www.instagram.com/p/B8Qv7T_AzSSjjdZxjcOLTb7Kr2G8mGTQTn_T_Y0/?igshid=1gu4zswvpnpu4
0 notes
alamakuki · 3 years ago
Text
Flexing, apa itu ?
Beli dengan uang, yang sebenarnya tidak anda punya. Untuk barang, yang sebenarnya tidak anda butuhkan. Hanya untuk impres seseorang, yang sebenarnya tidak peduli dengan anda.
It's not self reward mbak. It's a fake ((Pakai nada Kinan 😅))
Baru saja lihat YouTube Prof. Rheinald dan Om Deddy tentang fenomena flexing, yaitu pamer kekayaan yang mungkin dia tidak benar-benar kaya, hanya untuk mendapatkan kesan dari orang lain.
Menurut Profesor Rheinald, orang yang benar-benar kaya justru tidak akan memamerkan kekayaannya. Tetap berpenampilan sederhana dan tidak dibuat-buat. Poverty Screams, but Whealth Whispers. Pepatah yang diberikan beliau untuk menggambarkan fenomena ini.
Orang kaya itu berbisik tidak berisik.
Saya teringat suatu kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat itu saya dan suami jalan pagi di sekitar rumah, melewati persawahan di dekat rumah. Tiba-tiba ada seorang bapak tua menyapa kami dari belakang. Beliau mengendarai motor tua, tidak pakai helm hanya pakai topi, memakai sandal jepit, memakai kaos yang sudah pudar warnanya.
 “Siapa itu yah? mau ke sawah ya?”, tanya saya
“Lah, itukan pak B”, jawab suami
“Ha....! masa iya?”, tanya saya lagi
Tentu saya kaget dan masih terheran-heran. Karena pak B yang disebut suami adalah salah satu orang kaya di kota kami. Kebetulan kami kenal keluarga beliau, karena suami bekerja di salah satu ponakan beliau. Orangnya ramah dan sederhana, sama sekali tidak terlihat bahwa beliau orang kaya.
Beda dengan para crazy rich yang sering muncul di Instragram dan TV. Para sultan tersebut sering terlihat menggunakan barang mewah, jalan-jalan ke luar negeri, membeli barang branded, punya circle yang juga para sultan dan para artis ternama.
Masih menurut Profesor Rheinald, orang kaya akan membeli barang karena memang barang tersebut dibutuhkan. Tidak untuk dipamerkan. They spend their money to save their time, artinya mereka membeli barang untuk menunjang aktivitas dan produktivitas mereka.
Apakah tidak boleh kita memberikan reward untuk pencapaian yang kita raih. Tentu boleh, tapi pertanyaannya, apakah itu benar-benar untuk kita nikmati atau hanya untuk mendapatkan impres dari teman, kerabat dan orang di sekitar kita.
Kalau jawabannya adalah yang kedua, tentu akan membuat kita lelah alih-alih memberikan self reward atas pencapaian kita.
 Lalu bagaimana kita bisa terhindar dari fenomena perilaku flexing ini.
Saya kutip dari cnnindonesia.com, berikut yang bisa kita lakukan :
1.    Pastikan ekpektasi kita tidak melebihi realita dan kemampuan yang dimiliki
2.    Kontrol diri untuk menunjukkan hal yang penting dan berguna
3.    Mengubah pola pikir dan mindset kita, bahwa memamerkan apa yang kita miliki belum tentu menunjukkan kita hebat.
4.    Coba untuk memahami bagaimana tanggapan orang di sekitar kita terhadap apay kita lakukan
5.    Fokus untuk menikmati setiap momen yang kita lalui dan pencapaian yang kita raih.
Alamkuki
0 notes
menatakata · 5 years ago
Text
Rumput Tetangga
Belum lama ini aku baru saja menyaksikan sebuah film Indonesia berjudul “Rumput Tetangga” yang dibintangi oleh artis-artis terkenal Indonesia. Film ini adalah film keluarga, terlepas dari siapa saja pemainnya atau ada bagian yang memang tidak sesuai dengan keyakinan yang ku anut ternyata aku mendapat pelajaran berharga dari film ini.
Film ini mengisahkan tentang ibu ranah domestik (full time sebagai ibu dan istri) dan ibu ranah publik (bekerja di luar rumah). Kisah ini sangat erat kaitannya dengan fenomena saat ini. Masih banyak para perempuan yang sering kali membandingkan perannya antara domestik dan publik.
“Aku lebih baik dari mereka yang bekerja di luar rumah, sepanjang waktu aku di rumah dan dengan mudah bertemu dengan anak-anak dan suami.”
“Kasihan sekali ibu itu, sepanjang waktu hanya di rumah. Tidak berkembang, tidak berdaya, pasti dia minder ketemu temen-temennya.”
Kurang lebih seperti itu isi pikiran antara ibu ranah domestik dan publik. Sampai akhirnya dunia menunjukan bahwa kebahagiaan tak selalu tegak berdiri di satu tempat, semua berubah berganti dengan kesedihan ataupun penyesalan.
Ibu ranah domestik muncul pemikiran “Enak sekali jadi dia ya, bisa keliling Eropa, punya perusahaan besar, uang banyak dan dihormati orang lain. Sedangkan aku punya apa, tak ada yang bisa dibanggakan.”
Namun ternyata ibu ranah publik juga muncul pemikiran yang lain “Ingin sekali aku hidup seperti dia, memiliki anak yang lucu, mengantar anak sekolah dan memiliki suami yang menyayanginya. Sedangkan aku bergelut dengan kesibukan, dibenci karyawan karena watak keras di kantor.”
Sampai akhirnya di film ini, ibu ranah domestik bertukar peran dengan ibu ranah publik. Semua yang dulu diimpikan ibu ranah domestik terwujud. Ia memiliki banyak kekayaan, perusahaan keren dengan pegawai yang banyak dan tentu saja dipandang banyak orang. Namun sayang sekali, ia ternyata tak memiliki keterampilan mengatur perusahaan dengan baik, semua kacau dan membuatnya depresi.
Begitu juga ibu ranah publik, ia bertukar peran menjadi ibu rumah tangga sejati. Hidupnya lebih bahagia dengan anak-anak lucu dan suami yang menyayanginya. Ia berusaha maksimal menjalani peran barunya. Namun ternyata itu semua tidak berlangsung lama, ia bukan ibu dan istri yang sebenarnya bagi keluarga itu. Dia kebingungan menentukan apa yang terbaik untuk anak-anak di keluarga tersebut.
Akhirnya penyesalan menghadirkan penyesalan lainnya,
Mereka menyadari bahwa peran terbaik bagi mereka adalah d ranah masing-masing. Semua tidak bisa saling menjatuhkan, menyepelekan atau iri dengan pencapaian. Tidak mudah menjadi ibu rumah tangga penuh waktu dan tidak mudah pula menjadi wanita karir. Segala peran yang dipilih adalah sebuah prioritas hidup yang menuntut pertanggungjawaban. Tanggung jawab itu menuntut ilmu dan kesungguhan hati dalam menjalaninya.
Rumput tetangga mungkin lebih terlihat hijau, namun semua tak hanya bicara soal rumput. Kita masih memiliki ruang tamu yang bersih, dapur dan kamar tidur yang nyaman. Tidak adil bila kita melihat hidup hanya dari apa-apa yang tampak di “halaman” atau luar rumah. Lebih baik fokus dengan rumah sendiri, rawat rumput di halaman, kebersihan di dalam rumah dan bahagiakan orang-orang seisi rumah. Hal ini dilakukan bukan untuk membandingkan atau menunjukan bahwa rumah kita lebih baik dari yang lain.
Selamat menikmati dan menghargai peran masing-masing.
2 Januari 2020 Tulisan ke-1 di bulan Januari
#kelasliterasiibuprofesional #KLIP2020 #mulaidarilangkahkecil
50 notes · View notes
jurnalweli · 9 months ago
Text
Sudahkah kamu mendoakan suamimu?
Tidak ada manusia yang sempurna termasuk pasangan kita. Sebelum memutuskan untuk menikah, ada tahapan yang perlu dilakukan yaitu perkenalan untuk mengetahui satu sama lain. Perkenalan ini tidak hanya dilakukan oleh 2 manusia yang akan menikah saja tapi juga melibatkan 2 keluarga karena pernikahan tidak hanya menyatukan 2 manusia melainkan menyatukan 2 keluarga. Perkenalan ini perlu disepakati untuk saling jujur dan terbuka sebagai bekal dalam berumah tangga. Alangkah baiknya jika dalam perkenalan mengikuti syariat Allah sebab ibadah panjang ini perlu diawali dengan kebaikan agar berlimpah berkah, insyaaAllah.
Tidak dapat dipungkiri kita tentu menginginkan pasangan dalam artian suami (karena saya perempuan, hehe) yang paham agama, rajin ibadah sunnah, sholat wajib di awal waktu, cepat dalam mengambil keputusan, sosok pemimpin yang bijaksana, tanggung jawab, tegas, murah hatinya, lembut tutur katanya, perhatian terhadap pasangan, kaya raya, pekerjaan yang mapan dan kriteria sempurna lainnya namun mustahil untuk menemukan suami demikian. Percayalah bahwa suami kita juga bertumbuh seiring berjalannya waktu dan tantangan kehidupan. Adaptasi dalam pernikahan memang perlu dilakukan seumur hidup, tidak cukup hanya di perkenalan awal sebelum menikah. Kesalahan, kekurangan, ketidaksempurnaan, kebaikan, kebenaran akan benar-benar muncul ketika hidup bersama. Jika kebaikan yang muncul akan sangat membahagiakan. Namun jika kesalahan atau kekurangan yang terlihat seolah sirna semua kebaikannya. Sungguh, banyak sekali wanita seperti ini.
Maka jika dalam berumah tangga kita temukan hal yang tidak sesuai dengan perkenalan dahulu, maka itu adalah bagian dari tidak sempurnanya manusia. Coba perhatikan kesalahan atau kekurangan suami kita, apakah dalam hal maksiat dan dosa ataukah dalam hal keseharian yang umum dan tidak merupakan dosa? Lalu jika kita sebagai istri menemukan suami kita tidak sesuai dengan harapan kita bagaimana menasehatinya? Perlukah istri marah?
Ada 2 hal yang menjadi perhatianku setelah mendengar kajian dari Ustadz Oemar Mita tentang cara menasehati suami.
Pertama, ini adalah hal dasar yang harus selalu diyakini bahwa Allah-lah yang mengendalikan hati manusia.
Meyakini bahwa Allah-lah yang berhak memberi hidayah pada manusia yang Dia kehendaki.
Hal ini sangat penting karena seringkali manusia lupa akan hal ini seolah segala yang kita upayakan terhadap suami harus berhasil dan ujungnya suami akan menjadi baik.
Ingatkah kisah Nabi Nuh terhadap istrinya? Istrinya bukanlah istri yang baik. Nabi Nuh berdakwah kepada istrinya sendiri. Sebelum terkena banjir, Nabi Nuh juga mengajak istri dan anaknya menaiki kapal namun tidak mau.
Seperti yang tercantum dalam QS Qasas ayat 56.
إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ
Artinya : Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Ayat tersebut turun ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam merasa gagal dalam mendakwahi Abu Thalib.
Kedua,
doakan suami.
Bisa jadi kurang atau salahnya suami karena kurang tulus dan sungguh-sungguhnya doa kita terhadap suami. Jika ada pertanyaan mana yang lebih dulu untuk didoakan antara suami kita ataukah anak kita? Jawabannya adalah suami. Seperti pola doa dalam QS Furqan ayat 74 yang berbunyi,
وَٱلَّذِینَ یَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَ ٰ⁠جِنَا وَذُرِّیَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡیُنࣲ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِینَ إِمَامًا
Artinya : Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
Dalam ayat tersebut yang disebutkan lebih dulu adalah pasangan lalu anak-anak. Bukan tanpa maksud polanya demikian. Dalam doa kita tidak bisa menyebutnya sekaligus, melainkan ada urutannya dan ada yang didahulukan.
Demikian 2 poin penting sebagai dasar yang masih sering kuabaikan. Padahal dampaknya bisa lebih tenang apabila berhadapan dengan suami. Semoga kita bisa menjadi sebaik-baik istri untuk suami kita.
Terakhir,
Mintalah pada Allah agar sabarmu lebih besar daripada kesalahan dan kekurangan suami.
14 notes · View notes
jurnalweli · 2 months ago
Text
Paket dari Ibu
Aku mendapat pesan dari kurir salah satu ekspedisi. "Kak, paketnya saya taruh di depan rumah ya", katanya. Tidak lupa disertai dengan bukti foto. "Wah, iya benar. Dari siapa ya?", batinku sambil memikirkan bahwa aku sedang tidak ada transaksi pembelian online begitu juga suami. Lalu aku mengirim pesan kepada suamiku tentang paket tersebut barangkali ia mengetahui darimana asalnya. Aku memang tidak langsung mengecek di depan pintu rumah karena sedang makan siang bahkan ingin membiarkan sampai sore saja atau ketika ada keperluan keluar. Tapi karena penasaran, selesai makan aku beranjak ke depan untuk mengambil paket. Dengan keadaan berdiri, aku langsung bisa mengenali darimana asal paket tersebut dari tulisan penerima dan alamat tujuan. Iya, dari ibuku. Itu tulisan tangan ibuku. Masih sangat sama persis ketika dulu aku sekolah di pesantren sering kali dikirim paket.
Sambil membawa paket tersebut ke dalam rumah aku berpikir, "Paket apa ini, kok tumben ibu ngga bilang mau berkirim paket. Apa paket yang mau dikirim ke ipar di Tangerang tapi dikirim dulu ke Jogja ya seperti saranku waktu itu." Tanpa berlama-lama dengan pikiran yang bertanya-tanya, kubuka paket tersebut. Paketnya cukup berat dan kurang lebih sebesar kotak sepatu. Ternyata isinya adalah kaleng makanan yang pernah kami bicarakan sebelumnya dan pisang. Sayangnya, pisang tersebut sampai di Jogja sudah sangat busuk. Sebenarnya aku juga tidak habis pikir mengapa ibu mengirim pisang ke Jogja. Tapi namanya seorang ibu barangkali ia memang hanya ingin mengirim putrinya makanan dan tentunya ibu pasti sudah mempertimbangkan. Aku langsung mengabarkan kepada suami bahwa ternyata paket tersebut dari ibu.
Aku langsung video call dengan ibu. Langsung berbalas tidak seperti biasanya. Cepat diangkat, alhamdulillah. Usai salam tanpa bertele-tele kusampaikan dan kutanyakan juga berterima kasih.
"Lho, Bu kok tumben kirim paket. Makanan ini kan bisa kapan-kapan dikasihkan ngga harus sekarang."
"Kapan-kapan itu kapan? Ibu belum bisa ke sana. Paketnya baru sampe?"
"Iya baru siang ini sampai. Di wa kurir sempat heran ini paket darimana ya. Ya, kalau misalkan aku pulang kan bisa. Ini juga kenapa kirim pisang? Pisangnya busuk sampai di sini", kataku tapi bukan dengan penyesalan. Aku tetap memahami barangkali ibu memang ingin memberikannya padaku. Kusambung, "Ibu kirim pisangnya dalam keadaan mentah?"
"Iya, mentah banget."
"Mmm, sampai sini tapi benar-benar busuk. Sudah ngga ada lagi yang bisa dimakan jadi kubuang semua", aku menyampaikan ini sebenarnya sebagai pemberitahuan dan peringatan kepada ibu untuk tidak sembarang mengirim buah apalagi termasuk jenis makanan yang cepat busuk. Kusambung juga, "Makasih ya Bu, jajanku yang kemarin ibu titipkan juga sudah habis." Jadi, sepekan lalu karena ada saudara yang tinggal di Jogja dan sedang pulang ke Kudus, ibu menitipkan makanan padanya ketika ia akan kembali ke Jogja. Hanya saja ibu tidak bisa menitipkan banyak karena bawaannya sendiri sudah banyak dan ia menaiki kendaraan umum yaitu bis.
Beberapa pekan silam ibu memang menyampaikan bahwa ibu menyimpan 2 kaleng sisa lebaran untuk diberikan padaku. Mendengarnya saja sudah merasa bahwa ternyata sampai kapanpun ibu akan selalu ingat dengan anaknya. Ibu akan selalu menganggap anaknya adalah anak yang masih kecil. Ibu akan selalu merindukan anaknya.
Bu, maaf ya anakmu belum bisa pulang. Tapi akan tetap berusaha untuk berkabar dan menelponmu. Meskipun ibu belum bisa melihat lagi cucunya secara langsung, akan ku video call agar ibu tetap bisa melihat dan merasakan perkembangan cucumu. Ya Allah ampunilah kedua orang tua kami, berkahilah usianya, sehatkanlah mereka, dan jagalah mereka kapanpun dan dimanapun.
2 notes · View notes
jurnalweli · 3 months ago
Text
Peringatan Darurat
instagram
Aku di sini hanyalah seorang ibu biasa yang sebenarnya tidak begitu melek terhadap politik. Sesekali dan sekilas saja mengikuti berita perpolitikan dan biasanya yang diikuti berita besar yang viral. Tapi, bersyukurnya aku menikah dengan suami yang erat dengan berita, yang obrolan dan kecondongan kita ternyata banyak bedanya cukup menguntungkan buatku. Lebih-lebih ia mau menjelaskan dengan sabar setiap kejadian dan menjawab pertanyaan-pertanyan polosku. Seperti yang terjadi baru-baru ini di akhir Agustus. Tiba-tiba di suatu pagi ia mengutarakan dan mengekspresikan kemarahannya terhadap beberapa hal yang terjadi terkait perpolitikan negeri kita ini. Aku yang melihat dan mendengarnya sebenarnya cenderung tidak peduli. Masuk telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Begitulah kiranya. Barulah setelah melihat kondisinya langsung di media sosial karena banyak yang membagikan info dan keresahan tersebut akhirnya memancing rasa ingin tahuku. Aku yang praktis ini karena berita di luar sana cukup beragam dan sulit kupahami akhirnya meminta penjelasan kepada suamiku. Dijelaskannya dengan sabar dan pelan-pelan. Diawali dengan kalimat, "Jadi kita perlu samakan persepsi dari awal yaa..." Lalu ia menceritakan kronologi dari awal yang ternyata tidak kuketahui juga.
Ia menjelaskan dari KIM, KIM+, perubahan putusan MK sampai pada dianulir oleh DPR. Iya, 21 Agustus lalu, tiba-tiba saja ada perubahan UU terkait pilkada. Kita sebenarnya bingung terhadap batasan setiap lembaga dalam merubah UU. Manakah yang lebih tinggi kewenangannya. Tapi, itu bisa pelan-pelan dicari, semoga beneran dicari hehe. Selain itu, memang begitu banyak followersku yang membagikan banyak hal terkait yang akhirnya membuatku melek terhadap apa yang terjadi. Meski di lain sisi banyak hal yang kupertanyakan karena begitu rumitnya, lucu dan mudahnya negara ini diotak-atik. Selalu terbersit, "Sekuat apa si sosok Bapak Presiden dari Solo ini? Setakut apa mereka-mereka terhadap Bapak ini sampai sebegitu takluk?". Entahlah. Banyak pertanyaan. Terlepas dari itu, banyak kejadian menggemaskan di era kepemimpinan si Bapak ini. Ya salah satunya semudah itu mengubah UU demi kepentingan pribadi.
Ah, gemas sekali rasanya. Padahal Agustus adalah bulan kemerdekaan negara ini, 17 lalu baru dilaksanakan upacara bendera. Di tanggal tersebut juga tentu sekaligus mengenang perjuangan orang-orang terdahulu demi Indonesia merdeka. Tapi rasanya saat ini Indonesia masih jauh dari merdeka. Miris lihatnya. Sampai-sampai tak habis pikir, "Si Bapak ini beneran ngga punya rasa takut ya? Jabatan ini bukan sekedar jabatan yang akan lepas begitu saja setelah selesai. Tapi ada pertanggungjawabannya. Bukankah di awal juga sudah berikrar di bawah Al Quran. Sampai-sampai ngga habis pikir gimana nanti jika Bapak ini meninggal sedangkan di masanya banyak sekali kegaduhan banyak sekali yang dirugikan demi kepentingan pribadi. Rakyat ini tidak sedikit. Yang turun demo juga masih sebagian. Yang nuntut terhadap perbuatannya masih banyak. Ah. Kenapa pula aku berpikir begini."
Ya Allah tolonglah negara ini, jauhkanlah dari pemimpin yang dholim dan tidak amanah.
2 notes · View notes
jurnalweli · 7 months ago
Text
Untukmu, anak pertamaku...
[Doa, Harapan dan Ikhtiar]
Tahun lalu di hari ini, 6 April adalah hari lahir anak pertama kami. Banyak doa dan harapan yang pelan-pelan kami ikhtiarkan diwujudkan dengan memberikan pendidikan terbaik semampu kami untuknya. Tentu semua atas pertolongan dan izinNya. Hasil bukan menjadi ranah kami, maka mudah-mudahan jika tidak sesuai dari apa yang kami harap dan upayakan kami tak perlu berlarut sedih dan berkecil hati sebab perkara bagaimana anak kami nanti akan menjadi apa adalah ranah Allah. Tugas kami sebagai orang tua hanyalah menjaga amanah Allah dengan memaksimalkan proses pendidikan terbaik untuk anak kami karena hadirnya saja adalah rejeki tiada tara yang tak ternilai harga.
Sebelum kepada anakku, aku ingin mengingatkan kepada diriku bahwa Allah yang berkehendak atas segalanya.
Kami tahu bahwa kami bukanlah sesiapa tanpaMu, namun kami sering lupa. Ampuni kami Ya Allah.
Oh Allah, segala puja dan puji hanya bagiMu. Tanpa karunia, pertolongan, dan kuasaMu segala yang kami ikhtiarkan untuk anak kami tak berarti apa-apa.
Oh Allah, terimakasih telah selalu memberi kami ketenangan di saat kami sebagai orang tua baru banyak khawatir terhadap keadaan anak kami.
Oh Allah, terimakasih atas segala cinta dan kasih sayangmu pada kami baik dari nikmat ataupun ujian yang Kau berikan. Banyak pembelajaran dan hikmah yang kami dapatkan, bersamai kami selalu Ya Allah.
Nak, terimakasih telah menjadi murid sekaligus guru bagi kami satu tahun ini. Ternyata benar kata kebanyakan orang, justru kamilah yang belajar banyak darimu dari berbagai aspek. Terlebih tentang sabar, tenang dan manajemen emosi.
Nak, terimakasih untuk terus semangat dalam belajar atas stimulasi yang kami berikan dalam memaksimalkan tumbuh kembangmu.
Nak, sebagai anak pertama tentu kami memiliki harap dan doa baik yang banyak. Kami memang ingin kamu menjadi anak sholih dan mushlih, hafidz quran, ulama, imam masjid besar, penulis. Kami juga ingin kamu cerdas emosi, tenang di setiap keadaan, paham finansial di usia aqil baligh, selalu berbuat baik kepada orang tua, memuliakan ibumu, amanah, jujur, bertanggung jawab, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, mandiri, dan karakter baik lainnya. Namun, terasa banyak ya jika disebutkan semua karena doa dan harapan baik itu tak pernah habis.
Nak, kamu hanya perlu berpegangan dengan ini maka insyaaAllah kamu akan mengupayakan yang lainnya.
Cintailah Allah, Rasul dan Al Quran maka kelak mudah-mudahan dengan cinta itu kamu paham dan akan terinternalisasi dalam dirimu sebagai sebaik-baik hamba Allah.
Nak, tanpa jauh-jauh menyebutkan banyak hal di atas, namamu adalah doa kami. Jadilah orang yang beradab. Ambillah sebanyak-banyaknya kebaikan dan semangat dari sosok Buya Hamka. Jadilah kamu orang yang mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah.
Maafkan kami, nak. Kami masih jauh dari maksimal dan optimal dalam memberikan pengasuhan, pendidikan dan teladan bagimu. Bahkan sangat berbeda jauh jika dibandingan dengan doa dan harapan kami. Tapi kami masih akan terus mengupayakan yang terbaik dan maksimal semampu kami sebagai bentuk syukur dan penjagaan amanah Allah pada kami. Kita belajar bersama lagi ya, nak.
Mudah-mudahan tak ada luka yang kami berikan padamu. Maafkan kami, nak.
4 notes · View notes
jurnalweli · 7 months ago
Text
Ujian bagi laki-laki adalah wanita, dan ujian bagi wanita adalah harta.
Sering ngga sih menemukan perempuan yang suka belanja pakaian, tas, sepatu, skincare, perhiasan, atau sekedar jajan pinggiran jalan? Bahkan mungkin ini ditemukan pada mayoritas perempuan atau kamu termasuk salah satunya? Jika iya tak perlu heran karena ternyata memang hal itu termasuk ujian bagi para perempuan. Mungkin di telinga kita lebih sering mendengar ujian bagi laki-laki namun kita sendiri sebagai perempuan tidak tahu apa yang menjadi ujian bagi perempuan. Iya, harta. Harta itu banyak wujudnya. Entah dalam bentuk uang ataupun bermacam-macam barang. Setelah tahu jadi tidak heran, bukan?
Jika kamu telah menjadi istri yang banyak menghabiskan waktu di rumah saja tanpa pekerjaan sampingan setelah sebelumnya ketika single kamu adalah perempuan yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja dan bersosialisasi maka akan terasa berat. Yang mana sebelumnya kamu memiliki pendapatan tetap setiap bulannya namun setelah menikah menjadi berbeda. Kondisi seperti ini tidak bisa disama ratakan karena akan berbeda di setiap rumah tangga.
Ujian masing-masing rumah tangga di awal pernikahan juga beragam. Salah satunya adalah ujian keuangan atau finansial keluarga. Barangkali suamimu masih berjuang dalam mencukupi kebutuhan hidupmu, tak mengapa. Selama ia masih berjuang dan bertanggung jawab menghidupimu maka bersyukurlah karena memang demikian lelaki yang dibutuhkan dalam rumah tangga. Bukan ia yang memiliki pekerjaan dan gaji tetap tapi ia yang bertanggung jawab dalam memaksimalkan perannya. Jika kamu dihadapkan dengan kondisi ini, bersabarlah. Saling mendukung dan menemani setiap proses yang sedang diupayakan.
Setiap keluarga pasti memiliki cerita perjuangannya masing-masing. Setiap keluarga juga telah tertakar dan terukur rejekinya. Tak perlu khawatir. Sebagai istri dan ibu, tanpa bekerja pun ia memiliki jatah rejekinya. Jika rejeki hanya dirasakan bagi mereka yang bekerja maka tidak akan berlaku bagi ibu rumah tangga. Namun, tidak demikan konsep rejeki. Ia berupa banyak hal di sekitar kita. Mampu belanja mingguan juga merupakan rejeki, bukan?
Tak mengapa jika harus menahan banyak hal yang sebelumnya mudah kamu dapatkan. Hal-hal yang disebutkan di atas misalnya. Keinginan untuk berbelanja banyak hal. Dengan taat pada Allah dan suami, atas izin Allah rejeki di sekitarmu akan membawa keberkahan padamu dan keluarga. InsyaaAllah.
Bersabarlah, karena memang demikian ujianmu wahai wanita!
Kamu akan diuji atas hal yang kamu senangi. Bahwasanya harta adalah ujian bagi wanita.
4 notes · View notes
jurnalweli · 8 months ago
Text
Perluas syukurmu, bahwa rezeki tak hanya tentang materi. Hadirkanlah perasaan cukup atas segala nikmat yang telah diberi. Semoga keberkahan selalu menyertai.
Katanya, banyak anak banyak rezeki. Nyatanya, bertambahnya anggota keluarga bertambah pula pengeluaran setiap bulannya. Eits, apakah benar begitu? Apakah keadaanmu juga begitu?
Banyak anak banyak rezeki jika didefinisikan dengan benar sesuai kalimat tersebut adalah
Pertama, setiap manusia yang hidup di muka bumi pasti memiliki jatah rezekinya masing-masing sehingga sebenarnya tidak perlu khawatir jika Allah amanahkan seseorang tumbuh dalam keluarga kita baik anak biologis kita ataupun ideologis.
Kedua, perluas definisi tentang rezeki sebab rezeki tak hanya berupa materi. Setuju, kan? Dalam KBBI rezeki memiliki arti segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk memelihara kehidupan); keuntungan; kesempatan mendapat makan.
Diberikan kesehatan, teman yang baik, keluarga yang hangat, dimudahkan segala urusan, makan yang cukup, pekerjaan yang mudah adalah bagian dari rezeki. Sama halnya dengan memandang kalimat banyak anak banyak rezeki. Kita perlu memperluas definisi rezeki sehingga tidak hanya berbatas materi. Dikaruniai anak yang sehat, penuh semangat, selalu ceria merupakan rezeki yang tak terkira. Jadi jangan hanya terpaku bahwa jika Allah amanahkan buah hati maka akan berbanding lurus dengan pendapatan yang bertambah. Tidak ada hukum seperti itu.
Aku jadi teringat suatu peristiwa ketika melahirkan anak pertama kala itu di usia pernikahan kami yang baru akan menginjak genap 1 tahun. Kondisi ekonomi keluarga kami memang belum stabil bahkan suami belum memiliki pekerjaan tetap. Selanjutnya, diterimanya suami saat melamar pekerjaan dan beberapa bulan kemudian resign berada di waktu yang pas menurutku. Tentu ada campur tangan Allah di dalamya. Suami juga seorang mahasiswa S2 di salah satu universitas negeri di Jogja sehingga ketika mencari pekerjaan ia lebih memilih yang mampu dan sanggup untuk multiperan. Ternyata, ada.
Sejak aku hamil, kami mulai menabung dan menyisihkannya untuk biaya persalinan. Qadarullah, hasil tabungan kami seketika habis untuk keperluan lain yang lebih penting untuk saat itu. Kami masih merasa tenang jika akhirnya ada tagihan pembayaran maka bisa menggunakan pos tabungan yang lain jika benar-benar harus dilakukan. MaasyaaAllah alhamdulillah siapa sangka biaya persalinanku adalah 0 rupiah. Aku hanya mengeluarkan Rp50.000,00 untuk membayar kendil yang digunakan sebagai penyimpanan plasenta atau ari-ari.
Bukankah hal itu bagian dari rezeki yang nyata?
Kita mungkin tak memiliki uang yang banyak tapi kita selalu berusaha untuk memiliki rasa yang cukup atas segala nikmat yang Allah beri. Itu sudah lebih dari cukup.
Kita dimampukan untuk menggali hikmah dari setiap keadaan. Itu juga lebih dari cukup.
Semua itu adalah tinggal bagaimana kita bersyukur. Allah akan menambah nikmat kepada kita apabila bersyukur seperti yang disebutkan dalam ayat berikut ini yang memiliki arti berikut ini
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
[QS Ibrahim : 7]
5 notes · View notes
jurnalweli · 6 months ago
Text
Cerita Toilet Training
Akhir-akhir ini setelah anakku berusia 1 tahun aku mulai sering kepikiran tentang toilet training. Meski aku belum tahu pasti kapan ingin mempraktikkan ke anakku tapi aku mengawali dengan mengumpulkan pengalaman dari teman-teman sekitar maupun youtube. Karena kepikiranku itu beberapa kali sudah kumulai sounding pelan-pelan. Kali ini aku ingin menuliskan hasil tontonanku dari youtube barangkali menjadi bekal dan pengingatku ketika ingin benar-benar mempraktikkan di kemudian hari.
Berikut link yang aku tonton
youtube
Dari thumbnail jelas menjelaskan sekilas bahwa ibu ini baru berhasil menjalankan toilet training setelah 2 kali gagal. Berdasarkan kesimpulanku atas 2 kali gagalnya si ibu adalah karena anak dan ibu belum siap.
Sebenarnya kunci dari suksesnya toilet training adalah ketika anak dan ibu sudah siap.
Kapan anak dikatakan siap? Sebelumnya kembali dulu, aku ingin membahas mengapa gagal 2 kali?
Kegagalan pertama adalah ketika di usia ± 1,5 tahun. Anak si ibu sempat mengalami ISK dan alhamdulillah sembuh tanpa khitan. Namun, si ibu memiliki keinginan untuk mengkhitan anaknya. Saat itu ibu melihat perubahan pada si anak bahwa ia mulai jarang pipis terlebih ketika malam. Lalu si ibu berkeinginan untuk toilet training. Ketika luka benar-benar sembuh dan kering ternyata si anak kembali ke pola sebelumnya bahkan ketika basah pun anak tidak menyampaikan kepada ibu. Sampai akhirnya ibu menyerah.
Kegagalan kedua. Meskipun menyerah, si ibu tetap melakukan sounding kepada anak, "nanti di usia 2 tahun, adik tidak pakai popok lagi, ya. Pipis dan pupnya di kamar mandi." Lalu si ibu kembali mempraktikkan toilet training. Cuaca saat itu sedang musim hujan dan cukup terasa dingin jika anak sering terkena air. Singkat cerita akhirnya gagal.
Si anak akhirnya benar-benar lepas popok sebelum berusia 3 tahun dengan cara yang cukup mudah dan tanpa disadari oleh si ibu. Karena sounding yang terus-menerus dan tetap diajak untuk pipis dan pup di kamar mandi akhirnya si anak berhasil lepas popok dan di 3 hari pertama lulus dengan sangat memuaskan.
Lalu, apa tipsnya dan bagaimana anak dikatakan siap toilet training?
Lakukan toilet training saat anak siap, bukan hanya berpatokan dengan umur saja karena kesiapan tiap anak berbeda-beda. Jika melihat dari kesiapan anak maka semua akan terasa jauh lebih mudah. Tidak perlu dipaksakan dan diambil pusing.
1. Popok tetap kering saat bangun tidur. Selain itu, popok tetap kering setelah 1-2 jam ganti popok. Jadi, anak hanya pipis ketika ganti popok.
2. Waktu BAB yang teratur dan dapat diprediksi.
3. Mampu mengomunikasikan keinginannya meskipun secara singkat. Jika diajak pipis dan ingin pipis bilang mau dan jika tidak bilang tidak. Karena berdasarkan pengalaman ibu, ketika si anak ditanya ingin pipis atau tidak dijawab tidak padahal setelahnya ia ngompol juga.
4. Menunjukkan ekspresi tertentu saat ingin BAB atau pun BAK.
5. Anak mampu melepas dan memakai pakaiannya sendiri.
6. Menunjukkan tanda tidak nyaman ketika popoknya basah dan mampu menyampaikan untuk ganti yang baru.
7. Lebih memilih memakai celana dalam daripada popok.
8. Menghentikan aktivitasnya saat ingin BAB atau pun BAK.
Untuk poin 6-8 adalah poin umum dan tidak terjadi pada anak si ibu.
Dari pengalaman si ibu aku jadi belajar untuk menikmati proses setiap anak. Tidak perlu dipaksakan dan diambil pusing sampai stres. Kita tetap bisa menerapkan kepada anak kita tapi balik lagi kepada kesiapannya. Pun bukan hanya kesiapan anak tapi juga ibu. Maka, jika gagal coba lagi dan jangan menyerah.
2 notes · View notes
jurnalweli · 6 months ago
Text
Wahai wanita, carilah lelaki yang memperlakukan baik dan lembut orang tuanya terutama ibunya untuk menjadi pasanganmu kelak
sebab begitulah ia akan memperlakukanmu kelak sebagaimana ia memperlakukan ibunya. InsyaaAllah.
Sebelum memutuskan untuk menerima pinangan seorang laki-laki yang akan menjadi suamimu, pastikan dulu bahwa ia mampu memperlakukan dengan baik dan lembut terhadap ibunya. Dengan izin Allah, begitu pula ia akan memperlakukanmu kelak. Baik dan lembut di sini jangan disalah artikan bahwa laki-laki tersebut sangat memprioritaskan orang tuanya tanpa melihat kita ataupun sangat tunduk terhadap orang tuanya tanpa peduli perasaan kita sebagai istri. Bukanlah begitu. Ia yang memperlakukan baik ibunya harapannya adalah ia yang mampu memperlakukanmu dengan baik dan paham bagaimana memposisikan diri setelah menjadi suami.
Lalu bagaimana cara mengetahui bahwa ia adalah laki-laki yang baik dan lembut terhadap ibunya. Apa yang bisa kita lakukan sebagai calon istri. Bagaimana mendapat informasi sebaik mungkin?
Lakukanlah berbagai cara baik olehmu sendiri sebagai orang pertama atau mencari tahu melalui orang ketiga. Tanyakanlah dan mintalah untuk menjelaskan atau menulis tentang semua anggota keluarga baik ayah, ibu, dan saudara kandungnya. Dengan begitu kamu akan mengetahui bagaimana hubungannya terhadap keluarganya.
Jika ada pertanyaan lanjutan jangan sungkan untuk bertanya kembali. Bisa juga memastikan jawaban tersebut dengan jawaban orang ketiga yaitu kepada ibu dan atau saudara kandungnya.
Selain itu, untuk mengetahui bagaimana ia memposisikan diri sebagai suami bisa ditambah dengan contoh kasus dan bagaimana ia menyikapinya.
Banyak kemungkinan cara yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan informasi yang benar tentang calon suami kita jika kita mau. Mungkin memang tidak seutuh ketika telah menikah dengannya tapi harapannya informasi tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan kita terhadap kriteria calon suami. Ialah bersikap baik dan lemah lembut terhadap ibu dan saudara kandung perempuannya.
Atau dalam kondisi yang lain apabila calon adalah orang yang kita kenal kita bisa observasi sikap dan perilakunya pada perempuan di sekitarnya. Kita bisa mengajak diskusi untuk beberapa kasus bahkan jauh sebelum berniat untuk serius. Upaya ini bisa sebagai tambahan informasi bagi kita.
Jika ia baik terhadap ibunya, maka besar harapan begitulah ia akan baik terhadap kita.
Ia tidak meninggikan suaranya bahkan ketika marah. Ia tahu bahwa urusan rumah tangga tidak hanya urusan perempuan dan ia akan membantunya. Ia tahu jika telah menikah mana yang harus didahulukan, ibu atau istrinya. Kita tak perlu khawatir jika kondisinya harus mendahulukan ibunya. Ia mampu bersabar terhadap kondisi orang tuanya yang telah menua, begitupun ia bisa sabar terhadap kita dan menularkan kesalingan itu. Begitupun sikap baik lainnya yang membuat kita tenang didekatnya tanpa khawatir akan melukai kita dengan mulut, sikap maupun perilakunya. Tanpa kita merasa tidak aman dan nyaman apabila di dekatnya.
Mudah-mudahan kelak laki-laki baik dan lembut itulah yang akan menjadi suamimu dan mempimpin rumah tanggamu sehingga sakinah mawaddah dan rahman senantiasa meliputi keluargamu. Bagi yang sudah menikah, mudah-mudahan selalu sabar dan rukun dalam menggapai ridhoNya menuju surga bersama anak keturunannya. Aamiin.
2 notes · View notes
jurnalweli · 9 months ago
Text
Lifelong Learner
Setelah menikah rutinitasku tak lagi sama. Banyak adaptasi baru yang kulakukan sebab tambahnya peran sebagai istri. Mungkin bagi sebagian orang peran perempuan sebelum dan setelah menikah tidak jauh berbeda tapi bagiku aku benar-benar dipaksa oleh keadaan untuk mampu memaksimalkan peran. Misalnya, sebelum menikah aku tidak berteman akrab dan hangat dengan urusan dapur. Jikapun aku membantu ibu, aku hanya membantu sekedarnya dan yang paling mudah. Jikapun aku telah berkali-kali bertanya tentang perbedaan jahe, lengkuas, kunyit, kunci, ketumbar, merica dan meminta untuk ditunjukkan tetap saja besok sudah lupa lagi. Seringkali aku membatin, "Besok kalau aku nikah gimana ya? Aku bisa masak ikan ngga ya? Aku bisa bersihin ayam ngga ya?" Tapi pikiran itu nihil membuatku berteman dengan dapur. Hingga menikah mengubah lebih banyak dari diriku. Iya, aku akhirnya mau tidak mau suka tidak suka secara sadar tetap ingin memaksimalkan peran sebagai istri dan ibu dengan menyediakan makanan bergizi untuk keluargaku sehingga pelan-pelan aku belajar perdapuran. Ini baru satu hal, tapi aku tidak akan membahas ini lebih dalam.
Setelah menikah, menyandang peran sebagai istri dan ibu membuatku banyak merenungi diri. Tentu aku tidak ingin sama seperti ketika masih sendiri. Setelah menikah aku hidup dengan suami dan anak-anakku maka aku ingin tetap aktif dan produktif meski di rumah saja. Aku juga ingin tetap berdaya yang bahagia meski dari rumah saja. Aku resign dari tempat kerjaku sebelum menikah. Lalu, setelah menikah aku merantau ikut suami. Aku sempat bekerja di daerah domisili baruku hanya 1 bulan sebelum keadaan tubuhku melemah. Aku memutuskan resign lagi dengan alasan hamil muda. Sejak saat itu aku menghabiskan banyak waktuku untuk memikirkan jika nantinya bayi ini lahir ke dunia dan menambah peranku sebagai ibu.
Aku ingin menjadi ibu bagaimana dan aku ingin mendidik anakku bagaimana.
Keresahan ini yang menemukan ujungnya bahwa aku ingin belajar. Aku ingin menjadi ibu pembelajar. Aku mencari tempat belajar dan bertemulah dengan salah satu komunitas untuk para perempuan yang digagas oleh Pak Dodik dan Bu Septi. Ibu Profesional, namanya. Di sini aku menemukan banyak wadah dan tema belajar sehingga cukup memudahkan untuk meningkatkan kualitas diri.
Konsekuensi dari mengikuti sebuah komunitas belajar adalah kesungguhan dan komitmen. Terkadang aku menyisipkan jadwal belajar pada daily plan namun tak jarang pula aku sengaja mencari tema tertentu di youtube untuk kudengarkan sendiri meskipun dengan menyambi menyelesaikan domestik.
Aku memiliki cita-cita sebagai ibu pembelajar. Maka, segala hal yang dirasa cocok dengan apa yang ingin aku tahu dan atau yang menjadi keresahan ataupun sesuatu yang aku tertarik aku akan mengambil kesempatan itu, insyaaAllah.
Semoga Allah ridhoi proses belajar ini.
Karena dengan ilmu aku menjadi tenang.
4 notes · View notes
jurnalweli · 7 months ago
Text
Karena tujuan menikah itu bukan hanya untuk bersatu melainkan mendekatkan diri kepada Allah
Ini adalah pesan pernikahan kesekian yang utamanya adalah mengingatkan diri sendiri. Pesan pernikahan dari kami yang masih terus mengupayakan sakinah mawaddah wa rahmah di umur pernikahan yang baru menuju 2 tahun. Pesan ini murni sebagai nasehat untuk kebaikan saudara-saudari kami agar lebih fokus dalam meniatkan tujuan pernikahan ini. Barangkali di pertengahan proses berkenalan ada hal yang menggangu niat sehingga bersikeras mengupayakan bersatu dan mengabaikan syarat prinsip maka kembali ingatlah satu pesan ini ; bersatulah untuk menambah kedekatan padaNya. Pesan ini sebenarnya didapatkan dari template capcut yang menjadi pengingat untuk pernikahan kami. Mudah-mudahan kelak teman-teman yang belum menikah Allah segerakan di waktu yang tepat dengan kesiapan yang sangat cukup. Pun yang sedang berproses berkenalan dengan calon pasangannya agar selalu melibatkan dan meminta petunjuk Allah dalam mendapatkan pasangan terbaik menurutNya. Begitu pula, bagi yang telah menikah mudah-mudahan Allah kuatkan kasih dan sayang diantara kalian sehingga kelak Allah perkenankan berkumpul bersama hingga surga. Aamiin.
Sudah semestinya bahwa pernikahan memang mempersatukan, tidak hanya sepasang manusia yaitu laki-laki dan perempuan namun juga 2 keluarga.
Maka sudah barang tentu hal itu bukanlah tujuan utamanya. Seperti dalam pesan pernikahan sebelumnya bahwa menikahlah karena bersamanya surga terasa lebih dekat sama halnya dengan menikahlah untuk menambah kedekatan kita kepada Allah. Pernikahan adalah cinta segitiga. Bukan hanya cinta seorang laki-laki pada perempuan dan/atau sebaliknya namun di dalamnya juga melibatkan Allah. Sudut segitiga paling atas adalah Allah dan sudut kanan kiri adalah suami atau istri. Semakin dekat hubungan suami atau istri kepada Allah maka semakin dekat pula hubungan diantara mereka berdua. Namun, begitu sebaliknya jika hubungan suami atau istri semakin jauh dari Allah maka semakin jauh pula hubungan diantara mereka berdua. Maka, sangat disayangkan jika meniatkan menikah hanya untuk bersatu karena pernikahan merupakan ibadah yang waktunya sangat panjang sekali hingga akhir hayat dan berharap Allah persatukan di surgaNya.
Menikahlah dengan seorang yang mampu mendekatkanmu pada penciptamu, Allah.
Dia mungkin bukanlah orang yang sempurna termasuk dalam hal ibadah atau ketaatan padaNya. Namun bisa jadi itu adalah bumbu manis pernikanan untuk saling mengingatkan dalam taat selagi kesalahan itu bukanlah prinsipil dan bagian kecil yang masih bisa diupayakan untuk diperbaiki. Tugas pasangan adalah saling mengingatkan dan menguatkan dengan penuh cinta dan kelembutan.
Sungguh indah dan menenangkan bukan jika di dalam rumah tangga kita dipenuhi dengan segala hal yang mendekatkan kita pada Allah. Kita saling berlomba dalam kebaikan, saling mengajak pada kebaikan, saling mencegah pada keburukan, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
MaasyaAllah, insyaaAllah diliputi sakinah mawaddah wa rahmah. Aku jadi teringat dengan sebuah doa, begini bunyinya,
اللِهُمَّ إِنِِي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَ حُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرّبُنِي إِلَى حُبَّكَ
Artinya : "Ya Allah, aku mohon padaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu serta cinta terhadap amal yang dapat mendekatkan diriku pada cintaMu."
2 notes · View notes
jurnalweli · 8 months ago
Text
Day 17 #Ramadhan1445H
[Bermakna atau sia-sia]
Ramadhan adalah bulan mulia sehingga ia sangat berharga. Bukankah termasuk orang yang merugi jika tak bisa memanfaatkannya?
Ramadhan adalah bulan mulia karena ia bertabur pahala. Bukankah merugi jika kita melewatkannya?
Ramadhan adalah bulan mulia karena setan sedang dibelenggu. Bukankah menjadi mudah untuk memaksimalkan ibadah?
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia dan penuh keberkahan. Setengah bulan telah berlalu, masih ada setengah bulan sisanya. Maka, di pertengahan Ramadhan ini, bagaimanakah Ramadhanmu yang lalu? Bagaimanakah kamu mengupayakan sisanya?
Begitu banyak keistimewaan yang Allah berikan pada bulan Ramadhan, namun apakah kita termasuk yang mengambil kesempatan ini atau mengabaikan dan menganggap bulan Ramadhan biasa saja ataukah hanya puasa dan sholat taraweh yang membedakannya dengan 11 bulan lainnya?
... احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ ...
"Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah."
(HR Muslim)
Hadist di atas mengingatkan kepada kita untuk bersemangat dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ketika merasa lemah di tengah perjalanan maka hendaknya meminta pertolongan pada Allah karena barangkali kita akan menemukan ujian dan tantangan dalam perjalanan sehingga terkadang membuat goyah. Secara tidak langsung, dalam hadist tersebut Allah meminta kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan dalam melakukannya diminta untuk bersemangat. MaasyaAllah.
Penguat lainnya ialah
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”
(HR. Tirmidzi)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al-Fawaid berkata,
اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا
“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Dari 2 hadist dan perkataan Ibnul Qayyim di atas bahwa sebagai orang islam yang beriman kepada Allah dan Rasul dianjurkan untuk menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan sangat tidak dianjurkan untuk menyia-nyiakan waktu.
Seharusnya begitu pula kita memaksimalkan Ramadhan tahun ini. Jika waktu kita tidak dihabiskan dalam hal yang bermanfaat maka akan habis dalam hal hal yang sia-sia. Apakah teman-teman setuju?
Aku sering merasa demikian.
"Yah, kaan aku ngga ngaji malah nonton youtube."
Perasaan itu yang membuatku semakin merasa bahwa benar ya jika kita tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat maka akan dihabiskan oleh sesuatu yang percuma. Astaghfirullah, semoga Allah ampuni kami dan Ia ijinkan memaksimalkan kembali Ramadhan. Aamiin.
2 notes · View notes