#menikahlah
Explore tagged Tumblr posts
in-syirah · 4 months ago
Text
Menikahlah dengan dia yang takut kepada Allaah
Seorang laki-laki yang takut kepada Allaah, ketika dia menjadi seorang suami dia pasti akan takut mendzholimi istri, anak dan keluarganya. Begitupun seorang perempuan yang takut kepada Allaah, ketika dia menjadi seorang istri, dia akan takut mendzholimi suami, anak, dan keluarganya.
"Menikahlah dengan seseorang yang tidak akan pernah memaksamu untuk meminta hak-hakmu, yang rela memberikanmu seluruh hakmu karena mereka takut kepada Allah ﷻ"—Julaibib hafidzahullah on tumblr
Nasehat pernikahan di atas, adalah salah satu nasehat yang bisa kita jadikan salah satu tolak ukur dalam memilih pasangan, carilah dan mintalah diberi pasangan yang takut kepada Allaah, semoga kelak dia juga takut untuk mendzholimi diri kita.
Seseorang yang meniatkan menikah karenan ibadah, dia akan paham bahwa dalam menjalani kehidupan rumah tangga, tidak hanya cukup bermodalkan perasaan tertarik saja pada sisi-sisi kebaikan diri yang membuat kita kagum, namun ada yang lebih penting dari itu, yaitu ilmu tentang pernikahan, dan salah satu ilmu pernikahan adalah dia paham bahwa sebaik-baiknya seseorang adalah yang paling baik dengan keluarganya.
Semoga kelak, kita dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar ingin menjalani ibadah terpanjang dengan kita, dengan membawa serta perasaan takut kepada Allaah dalam dirinya, sehingga tidak mudah mendzholimi kita sebagai pasangannya, justru dia paham bagaimana Islam mengajarkan cara memperlakukan pasangan dengan baik dan mulia, tanpa perlu ada hati yang terluka dan tersakiti.
Semoga Allaah karuniakan kita keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, dengan siapapun yang Allaah pilihkan untuk kita menjalani ibadah terpanjang. Aamiin Allaahumma Aamiin
449 notes · View notes
ulvafdillah · 10 months ago
Text
Menikahlah dengan ia yang tidak hanya mampu mendengar cerita-ceritamu, namun juga mampu memberi respon positif atas apa yang kamu kisahkan.
Menikahlah dengan ia yang tidak hanya mampu menemani dirimu, namun juga paham dan mampu terkait apa yang kamu butuhkan saat itu.
Menikahlah dengan ia yang telah selesai dengan dirinya, dengan kesenangannya. Sehingga tanpa kamu minta pun, ia sudah paham dan tahu bahwa kamu adalah tanggung jawabnya, prioritasnya.
Menikahlah dengan ia yang mampu melihat keletihan-keletihan dari sudut matamu, yang paham perihal lelahmu meski hanya lewat embusan napas. Sehingga tanpa kau minta, ia menjadi lebih peka untuk mengulurkan bantuan.
Menikahlah dengan ia yang ketika kakinya melangkah memasuki pintu rumah, semua urusan yang ia miliki di luar sana, ia tanggalkan di depan pintu.
Menikahlah dengan ia yang banyak bercerita. Dengan dia yang lebih senang bercengkrama denganmu dibanding dengan rekan sejawatnya, dibanding dengan ponsel miliknya.
Karena seumur hidup itu sangat panjang, begitu lama. Maka kau perlu dibersamai dengan seseorang yang paham dan mengerti caranya membangun kehangatan rumah tangga.
Sepanjang usia itu terlalu jauh. Maka kamu perlu menemukan pasangan yang tidak hanya hangat di luar rumah, saat orang-orang melihat dengan mata kepala mereka, namun juga hangat di dalam rumah. Ketika kamu dan dia hanya berdua.
Sebab berbuat baik di depan khalayak ramai adalah mudah. Namun tetap keukeh dengan sikap yang sama adalah kesulitan yang tidak semua orang bisa.
Maka menikahlah. Dengan dia yang tidak hanya mampu memelukmu kala kau sedih dan terjatuh. Namun menikahlah dengan dia yang paham dan mampu menenangkan risaumu.
Karena menikah adalah pengorbanan. Maka menikahlah dengan ia yang rela menanggalkan segala senangnya, demi menyenangkanmu.
10.13 p.m || 06 Maret 2024
881 notes · View notes
taufikaulia · 10 months ago
Text
Gak semua orang layak didorong untuk segera menikah. Bahkan beberapa orang perlu diingatkan agar sabar dan tidak gegabah.
Menikah itu baik dan utama, tapi gak semua orang bisa dipukul rata. Alih-alih didorong buat menikah, ada yang justru lebih perlu didorong untuk giat belajar dan bekerja dulu. Karena menikah itu bukan cuma perkara hari ini, tapi juga soal masa depan.
Jangan cuma senang karena berhasil memotivasi seseorang untuk menikah. Momen akad dan resepsi pasti bahagia. Tapi hari-hari setelahnya amat panjang dan pasti ada ujiannya.
Ada orang lebih memilih nikah muda karena broken home tapi kondisinya gak punya pekerjaan, pendidikan, dan ilmu yang cukup terus jarak kelahiran anak-anaknya terlalu dekat. Dikiranya menikah itu jalan keluar dari semua permasalahan, ternyata malah membawa permasalahan baru.
Lantas apa tidak boleh menikah? Bukan begitu. Boleh, tapi menikahlah dengan penuh kesadaran atas situasi hari ini dan kemungkinan-kemungkinan di masa depan, menikahlah dengan penuh tanggung jawab, menikahlah dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. jangan gegabah.
Kalau kondisi ekonomi kurang baik, gak usah maksain diri, gaya hidup yang sesuai saja, dan pandai-pandai mengatur jarak kelahiran anak. Ini penting disadari buat pasangan-pasangan muda.
Sekian.
@taufikaulia
492 notes · View notes
dinisuciyanti · 3 months ago
Text
Jangan sampai
Beberapa kali aku mendengar dari adik-adik under 29:
"Ah tehdin masih single di 30an hepi-hepi aja tuh"
Jangan ya. JANGAN SAMPAI kalian mengalami se-usia ku: perempuan dan masih single. Ujiannya berat. Kalo gak gila, minimal stress. Yang feeling content? ada, setelah beberapa fase mengambil "hikmah".
Kalau bisa menikah sebelum 30, menikahlah. Mengurangi adu mulut dengan orangtua, saudara, tetangga, teman, dan netizen. Tapi kalo mau dicobain, ya gapapa. Kali aja penasaran yekan.
Di negara yang enggak ramah single usia 30 ini, memang harus "pintar" me-menej emosi, dan wajib bodo amat. Gak dikit-dikit overthinking dan blaming yourself "oh ada yang salah sama aku, makanya aku menarik orang yang salah terus".
Jadi apa? jangan sampai kalian mengikuti jejak aku dan para mbak yang lain. Nikah sebelum 30 udah paling bener: dengan catatan kamu mau menikah sama dia, dia pun begitu, dan orangtua merestui.
7 Oktober 2024
100 notes · View notes
kurniawangunadi · 8 months ago
Text
Bagaimana Aku Bisa Percaya Kepadamu?
Semisal kita berhasil melewati semua ini. Apakah kita akan pasti bahagia? Bersanding tanpa perkara, tanpa seteru yang membuat kita kehilangan rasa percaya? Semisal kita berhasil melewati semua ini? Apakah bisa kamu berjanji untuk setia? Karena satu-satunya yang kutakutkan darimu adalah itu. Dengan semua trauma hidup yang kumiliki hingga saat ini, aku perlu waktu untuk belajar percaya pada kesetiaanmu. Karena satu-satunya hal yang tak kupercayai saat ini adalah kesetiaan. Apakah kamu akan marah jika aku terlalu pencemburu, menanyaimu kabarmu setiap waktu? Bagaimana caranya aku bisa percaya kepadamu? Bagaimana aku tahu kamu akan menepati janjimu, takkan menyakiti dan meninggalkan? Bagaimana aku bisa sepenuhnya yakin bahwa kamu takkan ubah kesetiaanmu seumur hidup? Lalu jawabmu hanya sebaris kata, "Caranya? Menikahlah denganku? Bagaimana?" (c)kurniawangunadi
234 notes · View notes
milaalkhansah · 3 months ago
Text
It's better to wait long than marry wrong
No matter how long or early we get married as long as we end up with the right one.
Tumblr media
Salah satu bentuk neraka dalam hidup adalah salah memilih pasangan.
Nggak ada orang yang mati hanya karena belum menikah, namun banyak sekali yang harus merenggang nyawa hanya karena menikah dengan orang yang salah.
Persoalan tentang pilihan mana yang lebih baik antara menikah lebih cepat & menikah lebih lama agaknya sudah menjadi hal yang terlalu basi untuk diperdebatkan. Namun karena pernikahan juga merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan seseorang, membuat kita mau gak mau juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan menjadi lebih aware tentang pernikahan.
Sehingga yang menjadi masalah bukanlah seberapa cepat atau seberapa lambat kelak kita akan menikah, namun seberapa kenal kita dengan diri kita sendiri, seberapa siap kita dengan segala resiko yang akan kita jalani, dan seberapa yakin kita dengan pilihan yang kita ambil. Karena jika itu semua sudah kita perjelas, kita akan dengan mudah menentukan orang seperti apa yang kita butuhkan alih-alih inginkan untuk menjadi pasangan kita kelak.
Pernikahan bukanlah salah satu trophy kita dalam hidup. Sehingga cepat atau lama kita memperolehnya menentukan seberapa bernilai diri kita. Meskipun tidak bisa juga kita pungkiri bahwa keberhasilan sebuah pernikahan yang kita miliki dan menemukan orang yang tepat sebagai pasangan adalah salah satu bentuk privelege yang nggak semua orang miliki.
Menjalani pernikahan ibaratnya memilih sebuah permasalahan yang bersedia kita terima seumur hidup. Memilih pasangan ibaratnya pula kita memilih seseorang yang akan menemani kita menghadapi banyak peperangan bersama.
Allah menyebutkan tujuan pernikahan dalam surah Ar-Rum ayat (30:21):
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Jangan menikahi seseorang hanya karena kita mencintainya. Namun menikahlah dengan seseorang yang dengannya kita merasa tentram. Bersama dengannya kita memperoleh ketenangan. Karena banyak orang yang menikah karena cinta, namun ketenangan dalam rumah tangga tidak mereka temukan di dalamnya.
Di hidup yang singkat dan berat untuk dijalani sendirian ini, semoga kelak kita saling dipertemukan dengan sebaik-baik pasangan, dan diri kita bisa menjadi sebaik-baik jawaban dari doa seseorang.
•••
Yuk jangan lupa beli buku aku yang berjudul, "Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa" di Official store dan marketplace resmi @bukumojok atau klik di sini
Tumblr media
Dukung & bantu penulis untuk terus berkarya dengan membaca & membeli karya-karya original kami 🌷
@milaalkhansah
44 notes · View notes
sastrasa · 8 months ago
Text
Menikahlah dengan seseorang yang mau mempelajari keseluruhan dan keutuhan dirimu.
- Sastrasa
73 notes · View notes
coklatjingga · 7 months ago
Text
Jika Takdir Kita Bukan di Dunia#1
"Bagaimana jika aku tidak berakhir dengan siapa-siapa?"
Pantulan kemuramanku di cermin hanya bergeming. Sama seperti aku yang kini hening. Pertanyaan itu selalu berhasil mengalihkan pikiranku dari harapan masa depan.
"Bagaimana?"
Sekali lagi aku menagih jawaban, entah dari siapa. Apakah itu tertuju pada Tuhan? Atau pada ketakutan yang sama sekali tak sepatutnya kurasakan?
Orang bilang, menikahlah. Sebab menua sendirian itu menyedihkan. Tapi, kusaksikan alm.kakekku hidup puluhan tahun sendirian, selepas nenekku pergi duluan. Dan ia baik-baik saja. Masih tertawa bersama anak cucunya. Ataukah kakek hanya pura-pura? Berusaha menutupi luka yang ia tahu sudah tak ada obatnya.
Orang bilang, menikahlah, jika tidak kau tak mengerjakan sunnah yang dicontohkan Rasulullah. Sampai kusaksikan banyak yang dipanggil Tuhan sebelum sempat menunaikan ibadah pernikahan. Apakah ia telah keluar dari yang diajarkan? Ah, itu kan sudah takdir yang Tuhan tetapkan.
Lalu, bagaimana dengan yang masih sendirian bukan karena pilihan. Bukankah ini juga ketetapan? Saat telah berbagai usaha digerakkan dan berbaris-baris doa dipintakan. Namun, Tuhan masih menahan semua jawaban.
"Bagaimana?"
"Bagaimana jika memang akhirnya aku akan terus sendirian?"
  "Ya   Tuhanku    janganlah Engkau  membiarkan  aku  hidup  seorang  diri  dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik." (Qs.21:89)
08062024
44 notes · View notes
kayyishwr · 10 months ago
Text
Sudah lama untuk tidak membicara soal cinta, dan cenderung menjauhi soal ini; karena secara pandangan subjektif pribadi, membahas hal tersebut membuat kita terlena dan lupa, bahwa ada hal-hal lain yang bisa kita bicarakan
Tidak sepenuhnya salah membicarakan cinta, bahkan hidup tanpa cinta, ya tidak akan bewarna, hanyasaja, persoalan cinta di mayoritas kita hanya berkutat soal mencintai dia, sehingga lupa Dia
Padahal secara ilmu, cinta adalah makhluk ciptaanNya juga. Sebagaimana sifat wajib Allah yaitu Qidam, yg berarti yang Paling Awal, maka yang datang setelahnya adalah makhluk. Maka sejatinya kita serahkan perkara ini kepada Yang Menciptakan dan Memilikinya
Lalu kenapa dibahas? Karena ada kepentingan merapikan pikiran sebelum dituangkan di presentasi, yang kedua sebagai seorang kakak laki-laki yang sering jadi tempat curhat adiknya, maka sekiranya perlu belajar lagi.
Ya cinta; satu kata yang menggerakan, bahkan bisa jadi membawa perubahan. Karena cinta itu membuat jiwa menggelora, akal pikiran terus bergerilya, hingga akhirnya perbuatan yang memutuskan; sekali cinta harus diperjuangkan
Cinta, sebenernya netral. Maka tergantung konteks yang membuatnya muncul, dan pada tulisan ini kita coba diskusikan soal konteks kita kepada lawan jenis kita masing-masing; pr kepada lk, lk kepada pr.
Itu fitrah! Yaps, lagi-lagi cinta adalah makhluk Allah yang dihadirkan agar kita bisa merasakan kasih sayang, sebagaimana Sang Pencipta; Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang
Tapi terkadang fitrah cinta ini, terlalu besar kendalinya dalam diri kita, hingga kita melampaui batas. Ada yg kemudian melanggar batas-batas dalam adab komunikasi, hingga muncul prasangka satu sama lain, hingga melanggar fitrah itu sendiri, ya menjadi kaum yang terlaknat.
Lalu bagaimana kita menyikapi cinta?
1. Bersyukurlah Allah masih karuniakan cinta dalam diri kita, yang dengan itu, lagi-lagi kita bisa merasakan kasih sayang satu sama lain
2. Kendalikan cinta dengan ilmu. Lagi-lagi pengikat agar tak melampaui batas adalah ilmu yang sudah Allah jabarkan untuk kita; lewat quran, hadist, ataupun sejarah
3. Jika memang ikhtiar ilmu sudah semaksimal mungkin kita lakukan; coba kita tengok, kira-kira cinta yang kita rasakan apakah positif menuju ridhonya atau semakin membuat kita jauh dari hal tersebut
4. Beberapa amalan untuk mengendalikan cinta; berpuasa, jika tak sanggup maka menikahlah, semoga lebih menentramkan hati kita masing-masing
Sebenernya ada yg ingin banyak ditulis, tapi ini point-point saja, semoga berkenan
Lalu apakah saya sedang jatuh cinta? Biarlah Allah dan keluarga terdekat saya yang tahu, yang terpenting jangan lelah terus mencari ilmu🫡🌾🔥
70 notes · View notes
avrindah · 8 months ago
Text
Butuh Keberanian
Ada ungkapan menarik, "Jodoh itu jangan dicari, tapi dijebak." Dalam hal pernikahan, ada modal keberanian yang begitu besar. Termasuk untuk "menjebak" dengan keputusan-keputusan yang mungkin sebelumnya selalu berpikir "Apakah aku mampu?"
Selalu ada ketakutan. Inilah poinnya. Dalam keputusan besar (baca: menikah) ada sekelompok makhluk yang juga punya rencana besar. Sebut saja ia syaitan. Salah satu rencananya adalah menghembuskan ketakutan yang tidak sederhana.
Deretan pertanyaan penuh keraguan berjejer memenuhi pikiran. Tapi, Allah yang Maha Baik menguatkan insan yang tulus, ikhlas, dan berani untuk menikah. Allah menguatkan hati, memudahkan jalan.
Salah satu ketakutannya adalah meragukan apakah dirinya mampu menjadi pasangan yang baik? Mampu mendidik anak dengan baik?
Allah kuatkan dengan kisah-kisah dalam Al-Qur'an.
Sungguh, inilah yang menarik. Akan kita jumpai puluhan ayat tentang keluarga. Amat menarik lagi ketika kita pikirkan bahwa setiap keluarga yang Allah ceritakan dalam Al-Qur'an memiliki ujiannya masing-masing.
Keluarga Imron dengan harapan akan keturunan laki-lakinya.
Keluarga Luth as dan Nuh as dengan istri dan anaknya.
Keluarga Asiyah binti Muzahim dengan pasangannya.
Keluarga Yakub as dengan anak-anaknya.
Keluarga Musa as dengan keputusan penguasanya.
Keluarga Ibrahim as dengan ujian keimanannya.
Keluarga Zakaria as dengan umur tuanya.
Itu yang menguatkan. Sekaligus menjadi penyadaran bahwa orang istimewa ujiannya pasti tidak sederhana.
Jadi, menikahlah. Kumpulkan keberanian. Selagi engkau dalam koridor syariat Allah, jangan takut, Allah yang akan menunjukkan jalan untukmu.
36 notes · View notes
ulvafdillah · 4 months ago
Text
Menikahlah dengan ia yang mengerti bahwa setiap amarah yang kau keluarkan, selalu memiliki alasan. Bukan malah memaksanya reda dengan pelukan. Namun tidak menawarkan solusi yang melegakan agar tidak lagi terulang.
Menikahlah dengan ia yang mau menerima tiap keluh dan kesah. Yang tidak hanya sekadar berjanji ingin berbenah tapi benar-benar menunjukkannya dengan ragam upaya.
Karena rasanya melelahkan sekali jika inginmu tidak dituruti. Sedang inginnya selalu minta dipenuhi.
Karena menikah itu saling memahami dan mengerti. Bahwa banyak hal-hal yang tidak dapat melegakan dada meski dengan pelukan.
07.01 p.m || 18 Agustus 2024
241 notes · View notes
jurnalweli · 9 months ago
Text
Pesan dariku bagi para perempuan singlelillah,
Menikahlah dengannya karena surga terasa lebih dekat.
Menikah adalah ibadah terpanjang di sisa usia sebab setelah akad berlangsung setelahnya akan dihitung sebagai ibadah. Maka sudah selayaknya bahwa dengan menikah dengannya, surga akan terasa lebih dekat. Suami dan istri akan nyaman dan tenang karena bisa beribadah bersama-sama untuk meraih ridhoNya. Suami dan istri akan memotivasi satu sama lain agar lebih dekat hubungan padaNya. Suami dan istri akan bertambah taat padaNya. Jika dalam hal sederhana yang tidak bisa didapat oleh mereka yang belum menikah saja bisa bernilai ibadah apalagi dalam hal yang betul-betul ibadah. Maka carilah ia seorang lelaki yang mampu menuntun, mengajak, dan bergandengan tangan meraih ridho Allah.
Memang tidak ada laki-laki yang sempurna, maka carilah ia yang kekurangan atau keburukannya bisa kamu toleransi.
Tidak ada laki-laki yang sempurna, hanyalah ekspektasi kita yang ingin kesempurnaan. Maka susunlah kriteria laki-laki yang kamu inginkan sehingga memudahkan. Carilah ia yang kekurangan dan keburukannya bisa kamu terima dan toleransi. Sebab kehidupan rumah tangga ke depannya sangat berharga dan sangat disayangkan apabila hanya dihabiskan oleh perkara-perkara yang mudah membuat marah. Misalnya, kamu tidak ingin menikah dengan laki-laki perokok maka teguhlah terhadap keyakinanmu. Jika dirasa kamu akan bisa mengubahnya maka bersiaplah untuk proses yang mungkin tidak sesuai dengan yang kamu bayangkan. Tidak ada laki-laki yang sempurna, maka tentukan poin prinsipil yang tak bisa diganggu gugat. Teguhlah terhadapnya dan hindari bermain cinta di awal. Terlebih jika dirasa kita bukanlah sosok Asiah istri Firaun, salah satu perempuan yang dijamin surga olehNya.
Menikahlah karena iman dan akhlak lebih utama daripada teperdaya oleh cinta.
Perkara cinta, ia akan tumbuh seiring berjalannya waktu jika terus dipupuk dan disirami. Bukanlah cinta yang dibutuhkan untuk melangsungkan pernikahan. Maka pandai-pandailah mengelola perasaan sebelum akad dilaksanakan dan kata 'sah' didengarkan. Ialah perasaan 'klik' satu sama lain bisa menjadi salah satu modal tambahan keyakinanmu padanya.
Menikahlah karena bagaimana visi misinya dan bukan hanya terbuai oleh siapa orangnya.
Tentu ingin usia pernikahan yang panjang, demikian sama halnya dengan visi misi. Ia akan terus diupayakan di sisa usia kita. Namun jika hanya melihat siapa orangnya, mungkin ia akan cepat berubah dan purna. Maka jika kamu menolak dan tertolak, bukan karena siapa kamu tapi karena visi misi yang tidak sejalan. Janganlah berkecil hati. Akan ada hati yang siap mengisi. Percayalah pada Sang Ilahi.
26 notes · View notes
fibyginan · 1 month ago
Text
Aku punya ex teman kost di bilangan kota jakarta selatan, dimana usia beliau ini 6thn lebih tua dariku, dan beliau ini bkn hny sosok perempuan karir, tp juga berpendidikan S3 , beliau juga pny bisnis yg ia bangun bersama ke 3 sahabatnya.
Keren yaa? Banget. aku bersyukur bsa di pertemukan dgn beliau, walau kedekatan kita singkat hny 4bln. And btw singkat cerita, sebelum kita berpisah, beliau memberi pesan padaku.
"Kamu kalo besok memutuskan untuk menikah, menikahlah dengan laki-laki, yg tidak membuat kamu kehilangan jati dirimu, dan duniamu". karena menurutku , menikah itu hny akan menjadi beban bagi kita perempuan. kita di tuntut wajib taat sama suami, wajib bereskan rumah, mengandung , melahirkan, ngurus anak dsb. Sedangkan tugas laki" hny 1 apa itu? bekerja.
So, pastikan laki" yg kelak kamu pilih utk jadi suamiMu bukan laki-laki patriaki. Yg hanya memberi nafkah 100rbu/minggu tp banyak menuntut.
5 notes · View notes
dardawirdhaa · 2 years ago
Text
Menikahlah
Jika kamu telah menemukan orang yang bisa kamu patuhi seumur hidupmu :))
62 notes · View notes
pintu-ajaib · 7 months ago
Text
Bukan tentang siapa, tapi apa dan kenapa?
Kemaren sewaktu cuti lebaran, terus lagi ngobrol deep talk sama ortu perihal alasan atas setiap pilihan hidup yang gue pilih dan rencana-rencana ke depan. Tiba-tiba mamah tu nanya "Kaka, kamu punya pacar ga si? Kamu pernah suka sama orang ga si? Mamah tu takut kamu takut nikah! Hahaha".
Wajar si rasanya ketika nyokap nanyain hal tersebut, bahkan ini bukan yg pertama, waktu wisuda pun ga ditanyain abis ini mau kerja kemana, tapi nanyanya "Kaka kamu punya pacar ga si?" 🤣 soalnya gue tu tipe org yg selalu punya rencana hidup buat diri gue sendiri, tapi gue ga pernah cerita ke nyokap soal urusan cinta-cintaan atau mau nikah umur berapa haha. Jadi ya jelas dia nanya sesuatu hal yg ga pernah gue omongin 😂
Setelah banyak nya hal yang gue alami dalam hidup, pelajaran-pelajaran yg bisa gue ambil, pemikiran-pemikiran yang gue yakini, serta prinsip-prinsip hidup yang selalu gue pegang teguh. Wajar aja nyokap mempertanyakan hal tersebut, karena ya di keluarga besar gue (yg ga agamis2 amat) pacaran itu sesuatu hal yang diwajarkan, dan sejujurnya gue juga prinsip awal gamau pacaran bukan karena takut dosa, tapi ya karena logika gue aja yg mikir ngapain buang-buang waktu sama orang yg ga jelas, orang yang ga punya tujuan sama kita arahnya mau kemana. Kalaupun dia punya tujuan jelas sama kita (I mean pernikahan) ya gausah lama-lama. Maybe just a year aja cukup. Dan ranahnya udah bukan lagi pacaran anak ABG perihal ngasih bunga tiap waktu, temen menghilangkan sepi, atau hal-hal remeh temeh lainnya.
Hal yang gue pikirkan dari menjalin hubungan di kala dewasa adalah tentang menemukan orang yang bisa menjadikan kita versi yang lebih baik dari diri kita sebelumnya. Tentang menemukan orang yang visi misi dirinya ataupun visi misi pernikahan yang dia ingin tuju, sejalan dengan visi misi hidup dan pernikahan yang gue punya. Juga tentang menemukan seseorang yang bisa jadi teman dalam kondisi terendah ataupun tertinggi, sembari terus menerus memperbaiki diri. Juga tentang menemukan seseorang yang kekurangannya paling bisa kita Terima. Serta yang bersamanya membuat kita semakin mendekat ke Allah dan menjauhi setiap larangannya.
Temen gue pernah bilang ke gue, katanya "Ketika kamu menikahi seorang, menikahlah dengan orang yang kekurangannya paling bisa kamu Terima. Sehingga yang harus kamu kenal pertama kali adalah diri kamu sendiri, u should know what is your bounderies and yourself first".
Most of people ketika suka sama orang yang pertama kali dilihat adalah kelebihannya, bayangan hidup ideal menua bersamanya, percintaan yang romantis, hidup yang haha hihi. Dan romantisme lainnya yang muncul dalam benak.
Padahal ketika kita memutuskan untuk menikah, hidup bukan hanya tentang senang-senang semata, akan banyak badai suka dan duka yang dilewati berdua. Akan banyak hal tidak ideal yang ga pernah kita alami sebelumnya tapi Allah kasih ujiannya.
Makannya mengapa memilih labuhan yang tepat menjadi sesuatu hal yang membutuhkan kehati-hatian dan kesabaran. Makannya kenapa penting untuk mengenal diri kita sendiri dan pasangan kita luar dan dalam. Makannya mengapa menguatkan fondasi mengapa kita perlu menikah dan mengapa harus bersamanya juga menjadi hal yang perlu kita jawab.
Temenku pernah cerita ketika dia sedang berproses taaruf dengan seseorang, ketika dia dihadapkan pada dua pilihan orang, yang satu dari keluarga yang berada, terpandang, dan kaya raya. Yang satu dari keluarga yang biasa-biasa aja. Tapi karena dia udah tahu dia butuh sosok yang seperti apa, dia jadi bisa lebih wise dalam memutuskan, dia bilang "Aku kalau membandingkan si A dan si B secara material dan duniawi memang si A lebih baik dan terjamin, tapi aku mikir apa dia mau punya pasangan yang membiarkan anaknya main sama anak-anak di jalanan? Apa dia mau bikin program yang interaksi sama pemulung? Apa dia mau membersamai cita-cita dan mimpi-mimpi yang aku punya? Apa visi misi hidupnya sejalan dengan visi misi hidup yang aku punya? Jadi ya aku pada akhirnya yakin untuk lebih memilih B dibandingkan A karena nilai-nilai hidup yang sama dan visi misi yang sejalan". Dan ada salah satu kalimat yang menurut ku deep bgt dari nasehat temen ku ini, dia bilang "Gapapa kalau dunia ku diambil, aku gabisa se luwes dan se bebas dulu, yang penting akherat ku jangan :')"
Dari obrolan bersama beberapa orang yang ku kenal, aku jadi sadar bahwa penting untuk tahu visi hidup yang kita punya. Penting untuk tahu nilai-nilai hidup apa yang kita pertahankan. Penting untuk tahu batas kekurangan apa yang paling bisa kita Terima. Sehingga sebab itulah kita tahu pasangan seperti apa yang paling kita butuhkan dan layak untuk kita perjuangan.
Karena hubungan pernikahan orang dewasa, bukan hanya tentang romantisme semata. Tapi sebuah ikatan dan janji kita kepada Allah yang melaluinya kita mampu menjadi hamba yang lebih baik. Yang bersamanya, kita mampu mengoptimalkan potensi diri kita dengan maksimal. Yang bersamanya, kita mampu bersama-sama masuk ke dalam surga. Sungguh rasanya terlalu remeh temeh ketika sebuah ikatan suci yang kita sampaikan kepada ilahi rabbi, hanya untuk memuaskan hasrat duniawi semata. :')
Semoga, aku mampu untuk tetap teguh pendirian dalam mempertahankan prinsip dan mengutamakan Allah diatas segalanya. Semoga aku mampu dibersamakan dengan seseorang, yang bersamanya surga semakin mendekat, yang bersamanya ketenangan dan kebaikan hidup selalu lekat. Semoga Allah jaga diri aku dan dirinya dalam sebaik-baiknya penjagaan yang Allah Ridho di dalamnya.
6 notes · View notes
ingarbingar · 5 months ago
Text
Beberapa hari yang lalu ada seorang teman bertanya kepadaku, “tanda-tanda dia jodoh kita tuh apa?” Sebagai perempuan yang belum menikah, justru aku juga mempertanyakan hal yang serupa. Kalau boleh jawab sotoy, mungkin salah satu tandanya berupa kecocokan. Namun, jawaban itu mengundang pertanyaan lainnya; cocok itu yang bagaimana?
Lalu aku teringat kisah cinta Najmuddin Ayyub. Seorang pemimpin Tikrit yang belum menikah dalam waktu yang lama. Saudaranya yaitu Asadudin Syirkuh pun bertanya, “wahai saudaraku, mengapa kamu belum menikah?” Najmuddin menjawab, “aku belum menemukan seseorang yang cocok.”
Asadudin Syirkuh kemudian menawarkan bantuan melamarkan perempuan untuk Najmuddin. Perempuan yang ditawarkan Asadudin pun merupakan anak seorang sultan dan putri menteri agung dari para menteri agung zaman Abbasiyah. Namun Najmuddin berkata, “mereka tidak cocok untukku.”
Asadudin Syirkuh yang bingung mendengar jawaban tersebut lalu bertanya, “lantas, siapa yang cocok bagimu?” Dengan lantang Najmuddin menjawab, “aku menginginkan istri yang salihah. Seseorang yang bisa menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yang ia tarbiyah dengan baik hingga menjadi ksatria yang mampu mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin.”
Asadudin tidak heran dengan pernyataan saudaranya tersebut, tapi ia bertanya-tanya, “di mana kamu bisa mendapatkan orang seperti itu?” Dan jawaban Najmuddin adalah, “barang siapa ikhlas niat karena Allah, akan Allah karuniakan pertolongan.”
Suatu hari, Najmuddin berbincang dengan seorang Syaikh di masjid Tikrit. Kemudian datanglah seorang gadis memanggil Syaikh dari balik tirai dan ia berbicara pada gadis itu. Tanpa sengaja Najmuddin mendengar perkataan Syaikh kepada gadis tersebut, “kenapa kau tolak utusan yang datang ke rumahmu untuk melamarmu?”
Sang gadis menjawab, “wahai Syaikh. Ia adalah sebaik-baik pemuda yang mempunyai ketampanan dan kedudukan. Tetapi ia tidak cocok untukku.” Syaikh kemudian bertanya, “siapa pemuda yang kau inginkan?”
Gadis tersebut pun menjawab pertanyaan Syaikh dengan lantang, “aku ingin seorang pemuda yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak darinya yang menjadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin.”
Bagai tersambar petir Najmuddin mendengar jawaban gadis itu. Bagaimana mungkin gadis itu menjawab dengan jawaban yang persis sama dengan apa yang pernah Najmuddin ungkapkan kepada saudaranya. Sungguh semuanya tidak mungkin terjadi bila tanpa campur tangan Allah.
Seketika Najmuddin berdiri dan memanggil sang Syaikh, “aku ingin menikah dengan gadis ini. Aku ingin istri seperti dia. Seseorang yang salihah. Seseorang yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak yang ia didik dan kelak menjadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis kepada kaum muslimin.”
Karena kesamaan visi tersebut, menikahlah mereka. Dan dari pernikahan tersebut, lahirlah Salahuddin Al-Ayyubi, seorang pemuda yang mampu menaklukkan banyak peperangan.
Cerita tersebut membuatku semakin mengimani, al-arwahu junudun mujannadah. Sebuah sabda dari Nabi Muhammad SAW. Jiwa-jiwa manusia itu seperti sepasukan. Berada dalam satu barisan dan komando yang sama. Setiap jiwa akan selalu mengajak untuk berkumpul dengan jiwa lainnya yang memiliki kecenderungan yang sama. Baik prinsip, ideologi ataupun keyakinan yang sama.
Sama seperti jiwa Najmuddin dan sang gadis yang sama-sama memiliki impian dan visi yang sama. Maka Allah pertemukan dan satukan mereka dalam pernikahan. Menerbitkan dan menenggelamkan matahari saja Tuhan mampu, apalagi perkara menggerakkan hati dan kaki manusia.
Ada berjuta-juta manusia di muka bumi ini. Dan setiap harinya ada beribu-ribu kesempatan dan juga kemungkinan kita bertemu satu atau dua dari jutaan manusia tersebut. Pertanyaannya, dari jutaan manusia tersebut, bagaimana caranya kita menemukan seseorang yang cocok?
Mungkin jawabannya adalah dengan menemukan diri sendiri. Mengetahui apa yang jiwa kita inginkan, apa yang sebenarnya dibutuhkan. Berpegang teguh dan berperilaku selayaknya kebutuhan atau mimpi tersebut.
Dan meyakini bahwa Tuhan akan membimbing kita dalam pertemuan dan penemuan. Bahkan tanpa kita mencari berlari kesana-kemari.
Sebaik-baiknya cara mencari adalah dengan menjadi. Karena ruh-ruh yang sama akan mengenali satu sama lain….
-Lampung, November 17th 2023
2 notes · View notes