#menggema
Explore tagged Tumblr posts
langitawaan · 5 months ago
Text
194.
Nak, saat pertama Mama tahu kamu ada di dalam rahim menyatu dengan tubuh Mama tangis Mama pecah tak tertahankan.
Nak, saat pertama kali Mama mendengar detak jantungmu air mata Mama juga tak terbendung.
Sejak itu, Mama tahu, Mama tidak boleh egois. Ada kamu yang harus Mama jaga dan prioritaskan. Ada makanan yang harus Mama hindari meski sangat ingin.
Nak, kemarin tepat Tanggal 21 September 2024 kamu lahir ke dunia. Melalui proses yang panjang dan tak tertahankan.
Saat tangismu menggema di dalam ruang persalinan segala kesakitan Mama luruh, hilang dalam sekejap berganti tangis haru. Akhirnya Mama bisa melihat tubuh mungilmu. Sosok yang selama ini menendang di dalam perut Mama. Si mungil yang selama 9 bulan Mama bawa kemana-mana.
Nak, terima kasih sudah berjuang bersama melewati persalinan. Nak, tumbuh dan sehatlah selalu. Jadi baik untuk sekelilingmu. Mama sayang Sakha❤.
Rumah, 15.55 | 26 September 2024.
133 notes · View notes
kurniawangunadi · 8 months ago
Text
Menggema Seumur Hidupmu
Suatu saat akan ada masanya kamu membuat pilihan-pilihan besar. Pilihan yang sekali kamu mengambilnya, ia akan menggema seumur hidupmu bahkan hingga anak keturunanmu. Lalu dari pilihan itu, mungkin akan kamu temui pilihan yang mengantarkanmu pada hal-hal yang paling tidak kamu inginkan dalam hidup. Sesuatu yang sebenarnya kamu sudah sangat hati-hati dalam memilihnya. Hal terbaik yang bisa kamu miliki saat tumbuh dewasa dan membuat pilihan adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu adalah yang terbaik dan menyadari bahwa mungkin dirimulah yang belum bisa memahami maksud-Nya. Dan untuk memahami itu, perlu waktu yang dilewati. Akhirnya kamu juga akan diminta untuk sabar. Dan dalam kesabaran yang akan kamu jalani, kamu tidak pernah berputus asa. (c)kurniawangunadi
314 notes · View notes
seventheaventh · 1 month ago
Text
Tumblr media
Kelak, aku akan membuka kembali lembar-lembar kisah yang pernah kurangkai; di mana penaku menari indah di atas kenangan yang telah berlalu. Saat mataku menyusuri tiap barisnya, mungkin rasa itu tak lagi sama—entah berupa kelegaan yang patut kusyukuri, atau justru penyesalan yang meresap, menyayat hati yang dulu pernah kuberikan padamu.
Aku akan mengenang lagi pahitnya penolakan yang kau suguhkan, juga alasan-alasan yang kau bisikkan sebagai pembenaran. Kata-kata itu masih menggema, tak lekang oleh waktu, menjadi luka yang tak terlihat tapi selalu terasa.
Mungkin, di lembaran-lembaran itu pula, aku akan mendapati diriku yang dulu tersesat dalam ilusi yang kau ciptakan, memerangkapku dalam bayanganmu. Untuk terbangun darinya, aku harus bertarung melawan keinginan hati, melawan hasrat yang tak pernah rela untuk pergi. Sebuah perjuangan sunyi, antara melepaskanmu atau terus tenggelam dalam pesonamu.
48 notes · View notes
ceritajihan · 11 days ago
Text
Tumblr media
Kau selalu menjadi maha adil atas segala ketidakadilan di dunia ini, maka dari itu kau lebih tau apa yang tersirat di balik ke tersembunyian sunyi.
Tangis, rintihan dan harap-harap ku menggema di langit-langit kasih mu. Hanya padamu jiwa ini kau terima begitu lapang nya.
@ceritajihan
Luwuk Banggai 7 Februari 2025
45 notes · View notes
tanyahati · 3 months ago
Text
Dan benar ada lelah yang tidak bisa dijelaskan, ada perasaan yang tak bisa diungkapkan, selain hanya dapat diselesaikan sendiri.
Membisunya keadaan seolah membawa jiwa di ruang renung yang panjang, hingga hanya bisa merayakan pulang dengan sejenak menikmati lamunan.
Dan yang paling mengerti adalah sang sepi, walau ia tak bersuara, meski ia tak bernada. Namun menggema di dalam hati.
Semakin larut dikeheningan, kepasrahan menjadi jawaban.
🍁☘🍁Penaku✍
Tumblr media
23 notes · View notes
dandeliondanserpihannya · 4 days ago
Text
Suara yang berisik di Malam hari
Malam ini menuju peraduan, kepalaku berisik sekali, apa kamu juga merasakannya hal serupa kawan?
Apalagi jika kamu anak perempuan pertama dikeluarga, si tulang rusuk yang lemah ini, harus merangkap juga menjadi tulang punggung, harus terlihat kuat didepan semuanya, semangat yah untuk para anak pertama, apalagi perempuan, kamu hebat banget loh
Kamu tahu, Banyak suara suara berisik yang terdengar setiap malamnya, menggema sampai membuatku sulit memejamkan mata
Suara berisik ini memantul ke dalam jiwaku, hingga tak terasa ada butiran air yang jatuh dari kedua retina, membasahi bantalku, entahlah, aku hanya berani menumpahkannya pada malam hari, tak ingin ada orang lain yang mengetahui, apa kamu juga sering merasakan hal yang sama kawan?
Entahlah kenapa suara suara berisik itu selalu menghantuiku tiap malam, banyak hal yang kukhawatirkan
Si perempuan yang ingin terlihat kuat ini, disetiap malamnya hanya bisa bermunajat dengan RabbNya, karena hanya disana ditemukan ketenangan, iya hanya disana, setelah menceritakan semuanya, matanyapun terpejam, kemudian dengan penuh semangat menyambut fajar esok harinya, seperti biasa selalu ceria didepan semua orang, seperti tak memikul beban apapun
Pesanku untuk perempuan sok kuat ini, tetap semangat, tak mengapa jika sesekali terlihat lemah, namanya juga manusia kan, tapi ingat selama semuanya kau serahkan ke Rabbmu, aku yakin tak lama lagi akan datang kabar gembira menyambutmu, semua air mata kesedihan itu akan berganti dengan air mata haru, kemudian dirimu berkata " Terima kasih ya Allah ini lebih dari yang aku doakan"
Tetap semangat dan tersenyum yah untuk para tulang rusuk yang merangkap menjadi tulang punggung saat ini, semoga tahun ini tulang punggung yang sesungguhnya bisa menemani menjadi teman hidup bersama melalui suara suara berisik yang menggema itu
22 notes · View notes
kkiakia · 2 years ago
Text
Tumblr media
Ada banyak hal yang menakutkan dari kehilangan, namun salah satu yang menyedihkan adalah...pelan-pelan waktu akan membuat banyak kenangan yang telah dilalui bersama terlupakan.
Rupanya, ingatan yang perlahan-perlahan terhapus itu adalah hikmah dari Tuhan, agar kita dapat menerima kenyataan...bahwa kehidupan harus terus berjalan meski kita telah ditinggilkan.
Namun, akan selalu ada suaranya yang terus hidup menggema. Akan selalu ada wajahnya yang begitu tak asing lalu menjadi kolase penuh haru dalam kepala. Ada begitu banyak buncahan rasa yang mengiringi memori tentangnya yang begitu berharga.
Kini, hanya ada sedikit potongan cerita yang tersisa, namun pada yang sedikit itu...ada banyak iringan rindu yang dilangitkan bersayap menyentuh jantung waktu. Rindu-rindu yang selalu penuh tanya: pada masa yang manakah kesempatan bertemu akan ada? Dan pada masa yang manakah pertemuan yang dahulu sementara akan menjadi selamanya?
Mendung, 6 Juni 2023 13.32 wita
276 notes · View notes
azurazie · 11 months ago
Text
SEBENARNYA APA YANG SEDANG KITA RAYAKAN?
Di iringi dengan sahut-sahutan takbir yang menggema, aku merenung. Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?
Rasanya untuk merayakan menyambut lebaran itu akan lebih bermakna, akan lebih mengena, atau lebih diperuntukkan bagi mereka yang sejak hari pertama hingga akhir Ramadhan konsisten bersungguh-sungguh dalam mengisinya, sepanjang siang dan malam. Mengisi dengan amalan-amalan terbaik. Dalam bilangan-bilangan yang terbanyak. Dengan tingkat kekhusuan yang teruji. Sungguh-sungguh menjalaninya. Sungguh-sungguh dalam mengupayakan keberkahannya. Mengejar keutamaan-keutamaan yang ada pada Ramadhannya.
Maka, akan pas sekali apabila mereka menyambut merayakan lebaran dengan suka cita. Setelah bersusah payah dalam ketaatan, untuk meraih gelar ketakwaan.
Sedangkan kita? Apa yang sejauh ini sudah kita kerjakan? Yang sejauh ini sudah kita upayakan? Yang bisa kita banggakan oleh diri kita sendiri?
Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan? Jangan-jangan kita cenderung sedang merayakan kepergian Ramadhan. Yang selama satu bulan penuh, merasa dipaksa untuk bangun malam, karena diharuskan sahur. Merasa dipaksa untuk menahan lapar dan dahaga, karena diharuskan berpuasa. Merasa dipaksa untuk membuka mushaf Al-Qur'an, karena ada target harian. Dan amalan-amalan ibadah lain yang sifatnya masih harus dipaksa, agar kita lebih rutin untuk mengerjakannya.
Tentang shalat wajib yang masih harus dipaksa untuk berjamaah. Tentang menambah shalat-shalat sunnah yang masih harus dipaksa untuk mengerjakannya. Dan tentang rutinitas ibadah lain selama bulan Ramadhan yang kita kerjakan bukan sekadar memang didasari oleh kebutuhan, tetapi masih sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
Maka, rasa-rasanya yang sedang kita rayakan adalah tentang kepergian Ramadhan. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Merayakan dengan suka cita karena esok hari sudah kembali bebas melakukan ini itu. Tidak lagi harus berpuasa, tidak lagi harus bangun malam, tidak lagi harus membuka mushaf secara rutin. Naudzubillah..
Atau kita sudah mulai merenungi banyak hal, ternyata tanpa Ramadhan, kualitas ibadah kita bukanlah apa-apa. Kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Dan mulailah kita merasa berduka, takut setelah kepergiannya tidak adalagi kendali atas perbuatan-perbuatan kita yang suka melampaui batas. Yang banyak lalainya. Yang banyak ditunda-tundanya. Ya, Rabb betapa nestapa rasanya.
Dan mulailah kita berdoa secara sungguh-sungguh, berharap dalam-dalam, semoga masih diberi kesempatan di tahun depan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan. Dengan kesiapan diri yang lebih baik dari tahun ini. Dengan kesehatan yang paripurna, kesempatan yang lebih leluasa. Umur yang barokah dan keluarga besar kita yang masih utuh. Aamiin ya Rabbal'alamin.
@azurazie
36 notes · View notes
kevinsetyawan · 4 days ago
Text
Gema
Oleh: Kevin setyawan
Tumblr media
Suaramu adalah nyanyian terindah yang ingin aku dengarkan ditiap paginya, bak kicauan burung yang saling bersahutan membuat irama yang sesuai dengn harmoni.
Aromamu adalah wewangian paling harum yang ingin rasanya bisa aku hirup di tiap harinya.
Matamu adalah binar paling terang yang terangnya bisa melebihi kala sang surya yang perlahan mulai naik dari ufuk timur.
Namun dibalik semua itu apakah engkau juga memiliki rasa yang sama? Karena dirimu sudah menggema dalam sukmaku.
24 notes · View notes
edyyanu · 8 months ago
Text
Mudah Hilang
Jangan hanya investasi di hal-hal yang mudah terlihat oleh mata, hal-hal yang bersifat materialistik, hal-hal yang mudah sekali hilang.
Investasikan pada hal-hal yang manfaatnya menggema untuk jangka panjang, yang menjadikamu kaya pengetahuan, kaya pemahaman, dan kaya pengalaman.
22 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year ago
Text
Menutup Tahun
Tumblr media
2023 berlalu, satu persatu resolusi mulai dicoret namun akan selalu ada yang gagah berdiri, mempertanyakan kapan ia dibumihanguskan dari diary. Seharusnya semuanya sudah tapi ternyata hanya beberapa yang sanggup diwujudkan dalam nyata. Kenapa? Menjadi satu-satunya kata yang kupatut dalam cermin refleksi.
Berulang kali, berkali-kali dan untuk kesekian kali, aku memastikan tak ada bias yang kujadikan pembelaan kenapa pada akhirnya banyak rencana yang tinggal hanya sekedar wacana.
2023 mungkin adalah perjalanan yang seharusnya kujadikan naik kelas dalam segala aspek hidup yang kupikir telah aku taklukkan. Tapi ternyata aku masih belum mahir memainkan peran sebagai perempuan dewasa yang tak lagi terluka oleh setiap bilah yang datang dari berbagai arah.
Hilang kawan, hilang saudara, hilang kerja dan hilang pula rasa percaya, kurasa bagian ini pernah aku kenali dengan seksama, tapi semua itu tak seberapa saat mereka bukan hilang tapi menikam dengan tawa yang menggema.
Jika nasib pernah mengajariku untuk hidup sendirian, aku begitu tergugah dengan perasaan memiliki sepasang tangan yang mengulurkan saat aku pernah terjatuh. Jika cinta akhirnya kupahami dalam spektrum yang lebih luas, maka luka datang pula dari segala penjuru mata angin, tak peduli aku siap atau tidak.
Sekarang aku kembali bertanya, dan barangkali aku tak akan berhenti bertanya. Hidup seperti apa yang mendatangkan kedamaian? Bukankah aku sudah belajar memaafkan, ikhlas dan rela untuk setiap mereka yang pernah menusukkan duri tajam. Lalu saat sekarang pedang yang sudah menembus tubuhku, mampukah membuatku pulih seperti yang lalu?
Barangkali tidak, atau akan memakan waktu ribuan hari lamanya, tapi aku akan tetap keras kepala untuk melanjutkan hidup seperti sedia kala.
2024, dengan kaki berdarah, terima aku sebagai pejuang.
31 Desember 2023
59 notes · View notes
mutiarafirdaus · 10 months ago
Text
Ingat baik-baik buncah bahagia hari ini. Mengajar Quran semenyenangkan itu ya! Apalagi ketika Allah fasilitasi dengan teman-teman yang memiliki visi dan corak belajar yang sama seperti saat ini. Dijaga ya jangan sampai kufur nikmat. Dan kalau kamu capek, ingat terus buncah bahagia hari ini.
Dulu Syaikh Hasan Al Banna keliling rumah-rumah juga untuk mengajak masyarakat menunaikan shalat subuh. Sekarang, ayo kita ketuk pintu rumah tetangga untuk melingkar membaca Quran bersama di tempat mereka. Agar di rumah-rumah mereka juga menggema ayat-ayatNya.
Memang ilmu itu harusnya didatangi, tapi ingat juga bahwa kewajiban seorang da'i adalah mendatangi. Kalau menunggu untuk didatangi, dengan pola masyarakat yang belum kondusif, yang ada lagi-lagi kita temukan hening di majelisnya.
Hitung-hitung biar mencapai target juga target jalan kaki hari ini hohoo
Ngga hanya itu, apalagi sekarang Allah telah bukakan "pintu kemana saja". Dari lintas pulau hingga benua pun bisa kamu sapa meski raga tidak berangkat kesana. Dari yang tak dikenal hingga teman lama bisa melingkar karena mau pelajari kitab suci yang sama.
Buat kawan-kawan Tumblr Akhwat/Perempuan yang belum punya kelas belajar Quran pekanan, gimana kalau kita buat halaqah Quran pekanan bersama?🌻✨
36 notes · View notes
seventheaventh · 5 months ago
Text
Tumblr media
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤ #hiraetheorèjaz — Layaknya dersik sangkala yang tak luruh bahari, lagi Nirmala hadir sebagai bayang-bayang pada chandraprabha, menari di atas riak memori pawana si adhikari. Tiap lekuk sasmita sang empu meretas batas senggang realitas dan ilusi – mencita tapak denai keabadian yang bernaung di sudut terdalam benak. Manik adikara puspa milikmu, pelias penaka pandang. Lerungan nan lembut, namun menembus, bak sorot lembayung yang membenam cakrawala, merayu esensi asa yang selesa terpatri di sanubari.
Adyakala, di setiap nishkala malam, kula pujangga maksih menjejaki bisikan sang Laksmi – lirih mengalun, melantas sekat jumantara fana. Engkau bak puisi yang tak jangkap, terurai dalam aksara tak berafal, namun menggema dalam sukma. Menating nuansa manyapada yang tak pernah benar-benar sirna, menyadikkan akan karsa yang sempat kita ikrarkan di bawah purnama – menyertaimu hingga batas akhir semesta, merajut benang amorfati dalam kerangka harsa dan amerta .
20 notes · View notes
fitryharahap · 2 months ago
Text
Aku adalah perempuan yang memanggul langit di pundak, terus menerus, meski retak kecil mulai berceloteh di sepanjang jalan. Kekasihku seperti angin, menyelinap keluar dari celah pintu yang kubuka lebar dengan kesabaran.
Aku belajar mencintainya di ruang jeda, di mana keberanian adalah benang tipis yang kuanyam untuk menjaga kami tetap utuh. Seperti angin yang sering berpaling, Ia menghindari pelukan yang kuyakini bisa menjadi jangkar di samudera hatinya.
Mencintainya adalah mengalah. Mengalah, tapi bukan menyerah, bukan juga kehilangan diri di tengah keramaian yang tak pernah menggema.
Kepada kekasihku yang penuh luka, aku tak akan menjadi api yang membakarmu, aku akan jadi cahaya yang hangat, menantimu tanpa menghakimi.
Dan jika suatu saat kau ingin pulang, temui aku, di sini.
11 notes · View notes
ifsjourneypages · 2 months ago
Text
Semalam, sebelum terlelap, saya merenung panjang—menutup lembaran terakhir tahun 2024 dengan menatap segala yang telah dilalui. Ada banyak hal yang terjadi: tawa, air mata, kelelahan, bahkan kemenangan kecil yang mungkin tak terlihat oleh siapa pun. Tapi di balik semuanya, ada satu pertanyaan yang terus menggema dalam hati: apa yang sebenarnya saya pelajari dari tahun ini?
Refleksi itu membawakan kesadaran bahwa hidup tak pernah lepas dari pembelajaran. Ada masa ketika harus berhenti sejenak dan bertanya: ke mana langkah ini sebenarnya menuju? Berlari hanya karena semua orang tampak bergerak lebih cepat bukan lagi tujuan. Ritme hidup tak harus ditentukan oleh orang lain. Ada kebebasan yang dirindukan—kebebasan yang hadir saat melepaskan apa yang tak lagi seharusnya digenggam.
Melepaskan ekspektasi dari orang lain adalah salah satu kebebasan itu. Betapa sering kekecewaan muncul, bukan karena orang lain salah, tetapi karena harapan yang diletakkan terlalu tinggi. Harapan itu seharusnya dititipkan pada yang tak pernah mengecewakan: Allah. Ketika ekspektasi dilepaskan, hati terasa lebih ringan. Memberi tanpa berharap kembali menjadi lebih bermakna, bahkan kepada mereka yang tak menyadari kebaikan yang diterima. Bukankah doa yang tulus untuk mereka cukup menjadi bukti cinta yang sesungguhnya?
Kesibukan yang tak berujung pernah terasa seperti satu-satunya cara untuk membuktikan diri. Namun, apa artinya kesuksesan jika hati terasa hampa dan tubuh mulai kehilangan daya? Bekerja sesuai batas waktu bukanlah sebuah kemunduran. Itu adalah cara untuk memberi penghormatan kepada diri sendiri. Hidup ini lebih dari sekadar mengejar pencapaian; ia juga tentang menciptakan ruang untuk bernapas, merenung, dan menyadari bahwa hidup tak melulu soal produktivitas.
Dalam perjalanan ini, batasan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Tidak semua orang berhak mengetahui setiap sisi diri. Ada ruang yang hanya layak menjadi milik pribadi, tempat untuk berlindung dari hiruk-pikuk dunia luar. Menjauh dari hal-hal yang melelahkan jiwa bukanlah tanda menyerah, melainkan cara untuk menjaga energi agar tetap utuh.
Melakukan sesuatu hanya demi menyenangkan orang lain sering kali berujung kelelahan. Hidup terasa lebih damai ketika langkah diambil karena panggilan hati dan keinginan untuk mencari ridho-Nya. Setiap upaya terasa lebih ringan ketika tujuan akhirnya hanya untuk-Nya.
Kini, mimpi-mimpi yang pernah tertinggal di sepanjang jalan mulai memanggil lagi. Pendidikan, peran yang lebih bermakna, dan kehidupan yang lebih stabil bukan lagi sekadar angan. Semuanya terasa mungkin ketika langkah ditemani keyakinan dan doa. Setiap pencapaian nantinya bukan sekadar ambisi, melainkan wujud syukur atas amanah yang telah diberikan.
Ah, hidup memang seperti tarikan napas. Ada saatnya terasa sesak, tetapi selalu ada momen untuk mengembuskan rasa syukur lebih dalam. Dalam setiap hembusan itu, makna hidup ditemukan, sedikit demi sedikit.
Cerita ini adalah perjalanan panjang untuk bertumbuh. Setiap langkah mengajarkan kita cara melepaskan, menerima, dan melangkah dengan lebih tenang. Dalam perjalanan ini, cinta kepada diri sendiri, mimpi-mimpi, dan terutama kepada-Nya harus selalu menjadi dasar dari setiap keputusan.
| 1 Januari 2025 |
7 notes · View notes
lilanathania · 2 months ago
Text
Yang Terlupakan
Di zaman sekarang, orang berlomba-lomba untuk menjadi terkenal dan punya banyak followers. Selain uang dan pekerjaan mentereng, ketenaran menjadi salah satu tujuan hidup yang didambakan banyak generasi muda. Apakah Anda salah satunya?
Tumblr media
Saya tumbuh dengan beberapa impian besar. Salah satunya, ingin berdampak bagi orang lain dan sesama, dikenang lama setelah meninggal. Saya mau menghasilkan sesuatu yang baik, kemudian meninggal dengan puas dan lega. Namun, belakangan saya mulai mempertanyakan ulang tujuan hidup itu. Benarkah ini impian yang baik?
Sudah lama saya merasa terusik. Keinginan untuk dikenang ini sepertinya lebih menekankan pada ego. Sebetulnya buat apa peduli bahwa 10 atau 50 tahun setelah saya mati, masih ada orang yang mengingat? Bukankah hal itu tidak penting? Mengapa kita terobsesi untuk selalu 'ada', bahkan ketika hal itu sudah benar-benar tak berpengaruh bagi kita yang berwujud tanah?
Saya kemudian tersadar bahwa impian untuk berdampak ini terlalu egosentris. Jika saya memang ingin berkarya dan berbuat baik, selayaknya tak perlu mencari pamrih.
Lalu.. impian macam apa yang dapat dipupuk?
Dulu saya bermimpi untuk membawa perubahan besar, nyatanya apa yang bisa dilakukan oleh seorang individu tak signifikan pengaruhnya. Mungkin kita berangan bisa membuat keputusan penting, mempengaruhi masyarakat, atau mendonasikan banyak uang untuk menjadi pemicu kebaikan. Nyatanya, sering kali kita hanyalah seorang manusia yang terbatas dan berdampak kecil.
Tidak banyak orang bisa menjadi seperti Greta Thunberg. Satu suara bocah yang lantang menggema ke seluruh dunia. Lalu, apakah sebuah aksi kebaikan menjadi tak perlu? Tidak juga. Yang perlu kita ubah adalah perspektif dalam melihat sesuatu.
Mungkin idealnya melakukan kebaikan dan kebenaran bukanlah supaya dikenang atau diingat orang lain. Berbuatlah baik karena itu adalah sesuatu yang baik. Mengapa? Tak perlu ada syarat atau sebabnya. Ya karena itu hal yang baik. Sudah sewajarnya kita mengikuti hati nurani dan memilih yang benar.
Mungkin idealnya kita bekerja dan menjalani hari-hari dengan integritas bukan supaya dipandang hebat oleh orang lain. Hidup dengan bahagia dan penuh syukur, karena untuk apa sekadar memenuhi ego dan pengakuan orang lain?
Kita mengenang Einstein, Darwin, Gandhi, Aristoteles, dan jutaan orang-orang hebat di sepanjang sejarah dunia. Namun, selain nama-nama hebat tadi, saya yakin ada milyaran orang baik yang tak kalah hebat. Mereka mungkin mengorbankan diri untuk komunitas, memilih tidak mematenkan penemuan yang bermanfaat, atau melakukan hal-hal mulia lain tanpa memikirkan penghargaannya.
Mungkin orang-orang anonim ini lebih hebat dari para tokoh tersohor yang kita tahu, tapi kisahnya tenggelam begitu saja karena mereka tak haus pengakuan. Hidup untuk dirinya sendiri. Menjadi baik demi tanggungjawab pribadinya sebagai manusia. Tanpa perlu ditulis sebagai sejarah atau menjadi laman Wikipedia.
Di tengah dunia yang makin mengagungkan kepopuleran ini, siapkah kita untuk menjadi terlupakan?
7 notes · View notes