#ketidaktahuan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Benang Kusut yang Tersembunyi
Jangan pernah tertipu dengan apa yang di depan mata dan Jangan pernah cepat menilai atau menjudge orang sesuka hatimu...
Karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi dan sedang diperjuangkan olehnya...
Sejak beberapa hari lalu, ketika mulai memasuki bulan syawal, untuk umat Islam, akan ada banyak sekali orang yang menggelar pernikahan. Seperti Rasullullah yang menikahi Aisyah di bulan syawal. Tapi, bukan itu poin disini...
Pernikahan merupakan salah satu keputusan besar dalam hidup seseorang. Akan ada banyak perubahan nanti dalam hidupnya. Bagi sebagian orang akan berpikir berjuta kali untuk menentukan pilihannya menikah. Tapi sayangnya, sebagian orang lagi, yang merasa tahu segalanya atau hanya sekadar basa basi menganggap pernikahan adalah hal yang enteng dan semua orang harus segera menikah seperti dirinya. Pernahkah mereka berpikir sebelum mengajukan pertanyaan “kapan nikah?”
Tahukah kamu, orang yang kamu beri pertanyaan seperti itu mungkin dia yang sedang menjadi tulang punggung keluarga. Dia si Anak Sulung yang masih memiliki banyak adik yang harus dia hidupi. Ada orang tuanya yang tak lagi mampu mencari nafkah sehingga menggantungkan hidup pada anak sulungnya. Dia harus memikirkan keluarganya terlebih dulu, agar semua tercukupi sehingga dia mengabaikan tentang dirinya sendiri. Dia tak sempat untuk memikirkan masa depan untuk berkeluarga sendiri. Dia rela menghabiskan masa mudanya untuk bekerja keras demi keluarganya, dan tak jarang mengesampingkan kepentingannya sendiri.
Tahukah kamu, orang yang kamu beri pertanyaan seperti itu mungkin dia adalah harapan terakhir orang tuanya yang telah sendiri. Dia hidup menemani salah satu orang tuanya yg masih tersisa. Membaktikan dirinya,tak ingin melawan restu orang tua. Dia rela mengorbankan segala cita-citanya demi menjadi orang tua yg tersisa. Tak terpikirkan lagi tentang rencana masa depannya, dia hanya memaksimalkan sisa waktu yg dimiliki bersama orang tuanya.
Tahukah kamu,orang yang kamu beri pertanyaan itu mungkin dia adalah seorang perempuan yang sudah berulang kali merasakan kecewa. Terhianati, terabaikan, dan tak kunjung juga bertemu dengan orang yang tepat. Menjadi seorang perempuan itu tak mudah untuk menentukan pilihannya, karena sisa hidupnya akan bergantung pada imam keluarganya nanti. Segala ketaatan seorang perempuan akan beralih dari orang tua kepada suaminya nanti. Bagaimana jika dia terburu-buru menentukan pilihan? Karna hanya dikejar usia? Pertaruhannya tak segampang itu.
Ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang orang lain.
Ada banyak benang kusut yang tersembunyi.
Ada banyak kisah yang mungkin tidak ingin mereka tampakkan, tak ingin mereka mengiba rasa kasihan, dan berusaha setegar mungkin untuk tetap berdiri menghadapinya. Jangan samaratakan nasib setiap orang, karena segala sesuatunya telah diatur Sang Maha Kuasa.
Lebih baik kita mendoakan dalam diam, mendoakan segala kebaikan untuk mereka-mereka tanpa menyakiti hati mereka dengan segala pertanyaan kekepoan kita. Bukankah doa diam-diam dengan tulus akan cepat terkabul?
Tentunya,bersihkan kembali hati kita, bahwa segala sesuatu tidak semua dalam kendali kita, maka bantulah dengan mendoakan kebaikan.....
6 notes
·
View notes
Text
Buramnya masa depan dan ketidaktahuan kita soal hari esok itu harusnya mendatangkan prasangka baik pada-Nya, menghadirkan tawakkal sepenuhnya setelah ikhtiar kita dalam berencana. Dan sedihnya, kita selalu lupa untuk tawakkal dan berprasangka baik untuk masa depan.
Bukannya tidak ada jaminan ya, kalau tempat bekerja kita itu akan menjadi tempat kerja selamanya? Atau soal pasangan yang kita pun tidak tahu kapan usianya, bisa saja ia meninggalkan kita sewaktu-waktu, sebab dia pun juga milik Allah, kan?
Bukan maksudku membuatmu takut atau khawatir, aku hanya ingin berbagi rasa agar kita sama-sama belajar. Bahwa masa depan itu bukan untuk kita pusingkan sehingga menghadirkan prasangka buruk.
Live in the Present, kita menyebutnya dengan itu. Waktu dimana kita berusaha menikmati hari yang sedang kita jalani, ya hari ini. Bukankah Rasul juga menyampaikan, andai kita bangun pagi hari ini dengan badan yang sehat, kita juga punya tempat tidur dan tempat tinggal hari ini, dan ada pula makanan untuk hari ini, maka kita sebenarnya memiliki dunia seutuhnya. Rasul tidak menyampaikan hari besoknya, lusanya, esok lusanya, tapi hari itu saja.
Yaa Rab.. Mudahkan lisanku untuk memuji semua nikmatmu, lapangkan hatiku untuk menerima setiap pemberianmu, dan kuatkan imanku agar syukur dan tawakkalku selalu ada untukmu.
Kuningan, 2 Januari 2024
Menanti Hujan.
@jndmmsyhd
304 notes
·
View notes
Text
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kami kekuatan untuk terus menjaga komitmen ditengah naik turunnya keadaan, perasaan, dan segala dinamika yang terjadi selama delapan tahun terakhir. Saya mengawali perjalanan ini di umur 26 tahun, rasanya masih sangat muda kalau dilihat dari POV saat ini.
Dipikir-pikir lagi, jika saya melihat kembali ke diri saya di umur itu delapan tahun yang lalu, rasanya terlalu nekat. Banyak hal yang saya rasa belum siap, tapi entah kenapa berani. Mungkin, ada berkah dari ketidaktahuan, yaitu menjadi berani. Allah-lah yang menganugerahkan keberanian.
Rasanya sekarang-sekarang ini, pembahasan terkait pernikahan semakin ke sana ke mari. Marriage is Scary jadi tagline dimana-mana. Sementara yang pernikahannya berjalan baik-baik saja, lebih banyak diam menikmati momen kehidupannya. Jangan salah memilih referensi, itu penting.
Saya di umur itu, dengan segala kekurangannya, sangat terbantu oleh para guru dan mentor yang pernikahannya berjalan dengan sangat baik hingga hari ini. Belajar dari mereka tentang mengapa perlu untuk menikah, apakah menurut mereka sudah cukup siap, dan lain-lain di kala itu. Dengan segala keterbatasan yang kumiliki saat itu, ternyata saya bisa mengambil keputusan tersebut.
Benar juga kata mentor dan guruku saat ini, hampir sebagian besar kebaikan yang akan kita temukan sepanjang hidup misal terkait pekerjaan, finansial, spiritual, dsb. Salah satu cara untuk mencapai sana diawali dengan memilih pasangan hidup yang baik. Bersyukur sekali berjodoh dengan @ajinurafifah, delapan tahun yang lalu dibanding dengan hari ini, pertumbuhan rasanya berlipat eksponensial.
Saya yakin seyakin-yakinnya kalau sebenarnya banyak di antara teman-teman di sekitar saya atau mungkin pembaca di sini yang sudah siap untuk menikah, tapi rasa siap itu tidak bisa diyakinkan oleh diri sendiri karena salah satunya melihat pernikahan ini dari perspektif yang kurang tepat. Tidak mudah untuk yakin bahwa pernikahan membuka pintu rezeki, tidak mudah untuk meyakini bahwa pernikahan itu bernilai separuh agama, dan banyak ketidak mudahan lainnya.
Tapi, apakah tidak mudah itu berarti tidak bisa? :) Terima kasih untuk teman-teman online juga yang turut serta dalam proses bertumbuhku di sini, dari single remaja kuliahan yang galau, bikin suaracerita, buku pertama Hujan Matahari rilis, dan seterusnya hingga hari ini :)
149 notes
·
View notes
Text
Jangan terlalu mencari tau
Ketidaktahuan mu saat ini mungkin adalah sebuah ketenangan yang harus kamu syukuri.
@ceritajihan
Luwuk banggai 05-Juli-2024
187 notes
·
View notes
Text
Taat
Biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Maka taat adalah prioritas yang kadang membuat perasaan perasaan terkibas.
Belajar agar cinta kita berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Karena kita tau, menaati Allah dalam hal yang tak kita suka adalah peluang bagi gelimang pahala. Karena kita tau, seringkali ketidaksukaan kita hanyalah terjemah kecil ketidaktahuan. Ia adalah bagian dari kebodohan kita.
Dalam buku Jalan Cinta Para Pejuang - Salim A Fillah
97 notes
·
View notes
Text
Rasa Takut
Aku pernah takut akan suatu masalah yang terlihat besar, namun saat melewatinyanya, ternyata aku bisa, ini bukan masalah besar.
Aku pernah trauma akan sebuah peristiwa di masa lalu, namun saat melewatinya, aku sadar bahwa itu semua bukan untuk dilupakan, tapi diikhlaskan.
Aku pernah takut melangkah sendiri, namun aku menyadari, seminimalnya akan ada satu orang, entah keluarga, teman, atau orang yang tak pernah kita duga datang dari mana, memberikan afirmasi positif yang membuatku sedikit lebih kuat.
Rasa takut terkadang muncul karena ketidaktahuan. Namun dari rasa takut, mau tidak mau aku belajar untuk tahu dan mengikis rasa takut itu.
Tidak ada kata terlambat dalam perjalanan hidup. Setiap manusia pernah takut dan pernah salah. Selama masih ada waktu, itu adalah takdir terbaik yang dimiliki untuk berbenah.
Jadi, jangan takut. Mari mulai awal yang baru dengan keberanian dan sedikit senyuman.
17 notes
·
View notes
Text
Masih kuputar-putar kau di dalam kepalaku bertahun-tahun. Bukan aku memeliharamu sebagai objek khayalan dan obsesi, melainkan betapa aku ingin melihat dirimu dengan cara yang lebih benar; merdeka dari segala bayangan ideal dan tipuan harapanku terhadap kita yang, aku sadar, sulit terwujud sejak awal.
Tapi, mungkin aku hanya menggilai sensasi ketidaktahuan yang aku alami setiap mengingatmu. Mungkin juga, aku sudah rindu jatuh cinta namun kelewat penakut untuk memulai. Lebih mungkin lagi, aku terlalu ngoyo untuk menihilkan bibit-bibit luka, bahkan sebelum mata kita benar-benar berjumpa.
Ha-ha-ha. Sebegini kerasnya hatiku menjaga degup yang nyaris dibunuh orang-orang terkasih dulu yang, aku khawatir, selanjutnya adalah dirimu.
60 notes
·
View notes
Text
Ada rasa lelah yang tidak semua orang bisa memahami. Ada rasa harap yang tidak semua orang peduli. Ada rasa takut yang tidak semua orang mengerti. Lalu dirimu merasa tidak ada tempat untuk pulang dan bersandar? Dirimu merasa paling berat untuk membawa beban. Dirimu juga merasa sudah berupaya semaksimal mungkin tapi tetap tidak ada hasil. Lalu kau mengutuk takdir yang kau lalui? Kenapa aku? Kenapa begini? Harusnya aku dulu tidak begini dan begitu, kau sibuk dengan narasi-narasi ketidakterimaanmu.
Tapi dirimu lupa, bahwa Allah lah yang tidak salah memberi semua rasa itu padamu, hanya untuk apa? Untuk kembali pada-Nya. Untuk berharap, takut, tawakal, cinta, cemas hanya pada-Nya, kembali meminta bantuan dan memohon pertolongan pada-Nya. Kembali bersandar pada-Nya.
Sslama ini sudah kah dirimu benar-benar mengenal Allah? Jangan-jangan ketidaktahuan kita membuat semua ibadah kita hanya sekedar perintah, ilmu yang kita dapat hanya dalam otak bukan hati? Hanya tahu tapi tidak diamalkan?
Tunggu..., jangan-jangan selama ini dirimu lebih mengenal dan akrab dengan manusia tapi tidak dengan Penciptamu? Lebih mencari pertolongan manusia lupa penolong yang sesungguhnya. Jangan lagi ya..., waktumu terlalu singkat dipola yang sama. Benahi dan akhiri.
_Masjid Agung Karanganyar, Jawa Tengah , kota kelahiran, apa juga jadi kota kematian untukku?
_______Renungan untuk diriku sendiri, yang selalu lupa dan kalah dengan rasa futur.
24 notes
·
View notes
Text
List Kegagalanku di Tahun 2023
Di luar arus umumnya, aku ingin berbagi kegagalan apa saja yang ditakdirkan di tahun 2023. Hehe. Panjang.
Januari
Tentunya skenario mengawali tahun baru dengan sakit.. tidak pernah ada dalam bayanganku.
Bukan. Bukan karena harus dirawat inap selama 6 hari dengan 3 dokter spesialis, sampai harus izin ganti jaga IGD karena masih berstatus dokter internsip. Bukan karena diagnosisnya cukup langka jadi ragam tes harus dilakukan. Bukan.
Agaknya aku lebih ingin menggarisbawahi bahwa 6 hari itu mengubah persepsiku tentang 24 tahun hidupku.
Dan kegagalan pertamaku adalah sempat menyalahkan diri, bahkan.. sempat mempertanyakan Allah: kenapa aku?
Sikap kontraproduktif.
Ternyata manusia memang tempatnya mengeluh, tempatnya ketidaktahuan ya.
Siapa sangka, sakitku itu justru membawa banyak keberkahan di kemudian hari. Membuka pintu-pintu unik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Februari
Kegagalan keduaku adalah gagal mengkomunikasikan dengan baik terkait pekerjaanku sebagai asisten penelitian.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan sampinganku untuk fokus ke internsip dan pemulihan sakit. Di momen ini aku malu, karena rasanya gagal membina hubungan baik dengan dosen. Gagal pula manajemen diri dan waktu dengan baik. Sampai bertanya-tanya, kok bisa ya saat S1 dan koass kuat? Apa tidak pernah diuji sedemikian fisikku dan mentalku?
Tapi justru di titik ini aku belajar, suatu pelajaran penting. Ingatkah kisah tentang contoh mastatha’tum seorang syaikh, yang berlari sampai pingsan?
Di sini Allah sedang mengingatkan pertanyaanku ke seorang ustadz 2018 silam: bagaimana kita mengetahui batas kita dalam mastatha’tum ustadz?
Maret
Aku gagal menyelesaikan amanahku di komunitas yang kuikuti dengan baik. Adabku nampaknya perlu ditilik kembali.
Aku tidak bisa ikut rihlah dan menyelesaikan tugas akhirku di kelas tersebut. Pasalnya, setelah ke beberapa dokter di Indonesia, akhirnya orang tua membawaku ke Singapura untuk check up. Dan seperti cerita-cerita yang sering viral di sosial media, dokter di sana berbeda pendapat dengan dokter di Indonesia.
Aku dinyatakan berstatus “saat ini Anda sehat, tapi perlu pengawasan.” Suatu diagnosis abu-abu. Tidak dapat tegak, tapi juga tidak dapat dieksklusi. Menarik.
Siapa sangka, sebagai dokter aku justru jadi pelaku health tourism sebagai pasien? Ayah dan ibu berkata: kelak perjalanan ini pasti akan bermanfaat bagi kamu. Aamiin.
Oh ya di sisi lain, aku merasa gagal juga membuat orang tuaku bangga. Jadi sedih karena merepotkan. Terharu karena melihat sedemikian khawatirnya mereka.
April
Ternyata dalam bab ber-Qur’an pun, aku gagal mencapai target. Aku tertinggal jauh.
Kebanyakan alasan. Kebanyakan bermalas-malasan. Jaga lah, capek lah, badan sakit lah.
Tapi Allah kasih rezeki berupa Ramadhan. Dan Allah karuniakan rasa di hati: bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirku? Itikaf terakhirku?
Rasa yang membuat bulan mulia itu begitu sulit dilepas. Alhamdulillah. Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang mahjura terhadap Al-Qur’an.
Di kegagalan ini aku belajar tentang adab izin ke Allah: bahwa keikhlasan pun perlu diminta, keistiqomahan pun perlu diminta.. dan ternyata Qur’an memang jadi obat terbaik untuk sakitku.
Mungkin memang sebenarnya jiwaku ini yang banyak penyakitnya, ya.
Mei
Laju hidupku berubah ketika internsip periode rumah sakit selesai dan beralih ke puskesmas. Layaknya testimoni teman-teman, periode puskesmas akan lebih luang dan tidak melelahkan (dan membuat naik berat badan).
Tapi aku gagal menaikkan berat badan. Haha (naik sih, tapi turun lagi)
Memang tiga hari setelah pindah stase dari RS aku tidak nafsu makan. Aku hanya banyak menangis dan mencoba alihkan pikiran dengan game kucing. Haha.
Kenapa? Aku merasa gagal manajemen code blue dengan baik, di jaga malam terakhirku. Aku kehilangan seorang pasienku. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Kepergiannya, kelak menjadi kebaikan bagiku (dan untuk almarhum lah, aku dedikasikan sertifikat ACLS-ku). Terima kasih Pak, semoga Allah lapangkan kuburmu. Al fatihah.
Juni
Lagi-lagi gagal untuk mengelola stress. Haha. Di bulan Juni aku mendaftar tes TOEFL iBT. Setelah memantapkan hati mendaftar LPDP. Tentunya belajarnya H-10 karena mepet. Akhirnya gejala sakit kemarin muncul lagi. Duh, Hab.
Sedih juga, karena gagal mendapat nilai yang kutargetkan, kurang 4 poin.
Tapi alhamdulillah, memenuhi syarat. Walau ujian sambil merasakan macam-macam gejala efek samping obat.
Juli
Gagal mengumpulkan berkas LPDP sebelum deadline.
Terbukti benar kata Ibu, perjalanan sakitku dari Januari membawa hikmah. Itulah yang menjadi kisah latar belakang di esai kontribusi, yang seakan Allah tunjukkan: ini nih my calling.
Tapi aku mengulur waktu, dan akhirnya baru mengumpulkan berkas di beberapa jam sebelum tenggat. Di mobil. Saat aku perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Haha. Terbayang betapa tingginya adrenalin malam itu.
Agustus
Gagal juara 1 di lomba yang kuikuti.
Sakitku.. selain menghantarkanku untuk daftar S2 (ketimbang langsung PPDS/ kerja), juga menghantarkanku untuk mencoba banyak hal untuk menambah pengalaman di CV untuk persyaratan S2.
Termasuk ingin ikut berbagai mentorship dan lomba. Aku gagal daftar mentorship dan training Cochrane. Tapi aku akhirnya memberanikan diri mengikuti MIT Hacking Medicine di Bali.
Alhamdulillah, walau gagal juara 1, mendapat juara 3 dan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga dari piala itu sendiri. Oh ya dan mendapat teman-teman internasional juga.
September
Gagal rasanya ketika sempat ditegur konsulen karena scientific poster ku perlu berulang kali revisi.
Pengalaman pertama mengirimkan case report
Lalu kelelahan setelah lomba. Dan akhirnya September penuh dengan bolak-balik check up kembali.
Aku pun gagal manajemen emosi ketika harus sulit mengurus rujukan ke RS dan mengorbankan banyak hal.. lalu ketika di sana.. diperlakukan kurang sesuai ekspektasi oleh dokter.
Ternyata kekecewaan itu menjadi pengingat terbaik: oh ya, kalau jadi dokter, jangan seperti ini ke pasien.
Oktober
Gagal pakai software asli non-bajakan untuk mini project di Puskesmas. Huhu.
Ketika mini project, aku berkali-kali gagal menganalisis data. Bahkan beberapa jam menjelang presentasi, aku baru menyadari kesalahan krusial yang membuatku mengulang seluruh pekerjaanku haha. Panik.
Akhirnya aku refleksi dan istighfar, mungkin ini akibat SPSS bajakan. Jadi tidak berkah. Teringat peristiwa serupa saat skripsi, akhirnya menggunakan free trial (yang legal) baru berhasil.
November
Gagal menulis rutin di Tumblr. Gagal mengajar Quranic Arabic sampai tuntas.
Nampaknya bulan November merupakan bulan yang butuh ruhiyah yang lebih kuat. Segala persiapan S2, perpisahan, pindah kembali ke Jakarta setelah internsip, adaptasi hidup bersama orang tua lagi..
Dan aku rasa futur iman-ku, terbukti dari writer’s block yang cukup lama. Pun semangat mengajar juga redup. Meng-sedihkan diri ini.
Oh ya tapi ternyata tentang kegagalanku di Maret.. Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan mengizinkan aku ikut kembali komunitas tersebut kembali. Menebus kesalahanku yang lalu. Ya Allah. Alhamdulillah. Semoga diridhai Allah dan guru-guru kami.
Desember
Dan kurasa kegagalan terbesarku adalah sempat merasa kehilangan arah. Kehilangan diri yang dulu.
Aku ingat ketika pertama kali dengar diagnosisku, duniaku seperti dalam kondisi pause. Aku takut bercita-cita. Aku takut menulis mimpiku lagi. Aku takut membuat rencana.
Di akhir tahun ini, akhirnya aku beranikan diri menulis kembali: cita-cita, rencana, dan mimpi. Dan yang utama, cita-cita bersama Al-Qur’an.
Guru kami berkata: untuk Al-Qur’an, jangan pernah takut bermimpi
Maka aku coba kembali, tertatih-tatih sekali pun. Dan ternyata dengan memberanikan diri merapikan rencana ziyadah, murajaah, tilawah, tadabbur.. menghidupkan kembali semangat diri untuk cita-cita yang lain.
Allahummarhamna bil Qur’an..
..Sepertinya masih banyak. Kegagalan-kegagalanku.
Tapi dengan segala kegagalan, aku bersyukur Ditipkan pelajaran bersamanya.
Dan bukankah itu kesuksesan? Ketika segala tinggi dan rendahmu, menghantar kepada syukur dan sabar ke Allah.
Semoga dimampukan ya, Hab.
Selamat mensyukuri “kegagalan”, semoga Allah takdirkan setelah dosa ada taubat, setelah kegagalan ada pelajaran.
-h.a.
Kalau kamu juga berbagi kegagalanmu, sertakan #perjalanankegagalan ya, siapa tau kita saling menemukan bahwa kita semua memang hanya manusia biasa
83 notes
·
View notes
Text
Ini Khusus Buat UMMI!
Suatu ketika di ruangan sekre BEM UNS, aku beranikan diri membuka obrolan dengan seseorang yang saat itu membawa pacarnya ikut rapat -ya sebenernya ini gak sekali aja, aku suka mensurvey kenapa orang memilih untuk pacaran, dan jawabannya beragam, lain kali aja dibahasnya- lalu percakapan terjadi, dan aku beranikan diri dan InsyaAllah- semoga Allah mampukan juga-memegang prinsip itu sampai hari ini; saya katakan pada orang itu "kalau aku si gak pacaran yak wkwk, soalnya masih punya ibu, mba perempuan, dan adik perempuan juga; perempuan-perempuan yang lebih berhak untuk dikasih perhatian dsb"
Ya, untuk apa kita memberi perhatian yang bahkan bertemu kita saat sudah besar; apakah dia memberi perhatian saat kita kecil?
Ah rasa-rasanya sebermanfaat apapun punya pacar, tetep tidak bisa dibanding dengan kasih sayang seorang Ibu
Ini ku tulis khusus buat UMMI!
Ya walaupun kalau diingat-ingat rasanya masih kurang memberikan sesuatu yang bisa membalas jasa beliau, semoga kelak ini bisa menjadi saksi bahwa aku berikhtiar untuk berbakti kepada orang tua
UMMI! Yang disebut tiga kali baru kemudian ayah, betapa dahsyat doa dan ridho jika kita mendapatkannya
Yakinilah dan buktikan; karena iman tak sekadar di hati atau di lisan;butuh juga untuk dibuktikan "ridho Allah bersama ridho orang tua" pembahasan soal ridho, paling mudah dimaknai sebagai membuat senang; maka buatlah orang tua kita senang
Suatu waktu, aku pun baru tau cerita ini setelah mba cerita, abah sampai bilang "emang ya, doa seorang ibu itu ga bisa dikalahkan; konteksnya ummi pengen aku di kedokteran, abah pengen aku di LIPIA"
Banyak keajaiban lain yang aku rasakan, tapi masih ku simpan, rilis tunggu di waktu yang tepat
Berbaktilah, buatlah orang tua kita senang, terutama ibu kita; walaupun kita rasa pola pendidikan yang salah, kurang tepat, tidak seperti teman-teman yang lain atau prasangka-prasangka buruk yang muncul; doakanlah dan mintakan maaf atas ketidaktahuan dan kesalahan mereka, dan tidakkah kau ingat, kau ada hari ini dengan segala yang kau capai, karena kau lahir dari seoang ibu?
"Jika seorang anak tak pernah mendoakan kedua orang tuanya" begitu aku baca sebuah hadist di buku Bahagia Merayakan Cinta yang diriwayatkan oleh Hakim, "niscaya rejekinya akan berhenti"
Dan aku tutup dengan sebuah nasihat dari Ibu Harsini, perawat di RSUD Moewardi di Poli Bedah Anak, "mas, berbaktilah pada ibumu yak. Saya gini-gini sebagai menantu, tetep ngasih ruang buat suami saya berduaan sama ibunya, kenapa? Karena saya itu ketemu suami saya pas udah besar, udah sukses, nah yang mendidik suami saya bisa jadi seperti itu siapa? Ya ibunya!"
Ah, terima kasih Ibu Harsini, nasihat yang sangat hangat, buat aku yang jarang pulang, dan selalu rindu dengan masakan UMMI!
Jadi, ini khusus buat UMMI!; semoga Allah ridho!
136 notes
·
View notes
Text
Kepakan
Pelukan kolase itu begitu menghangatkannya. Namun, nafas-nafas merengut melihat seorang Pria yang tertelan cinta dengan kenangannya.
Hembusan itu mengatakan, bahwa belantara rasa telah menyesatkan seorang Pria tanpa peta dan ketidaktahuan arah mata angin, membuat roman yang muncul pada kolase selalu dielusnya dengan penuh kasih.
Ketersesatannya membawa Pria itu pada sebuah pertemanan logis dengan akar pohon, membangun rumah di bawah tanah bersama kekasihnya dengan penuh bahagia.
Nafas-nafas logis keluar dengan penuh penghakiman, tanpa tahu tentang kepakan umpatan pria itu dengan dasar pemikirannya.
©By Migynous-Dec 13th, 2024.
13 notes
·
View notes
Text
A Worthy Crisis
Kurasa, krisis yang sedang kualami ini dapat kulihat sebagai sesuatu yang berharga untuk kualami. Tanpa krisis, mungkin aku akan terus terbelenggu pada keputusan-keputusanku sebelumnya yang semakin memberatkan hidupku. Mungkin aku akan hidup dengan jalan yang sama sampai mati, tidak berani untuk mencari kehidupan lainnya yang lebih baik.
Mungkin aku akan berhenti di tempat karena ketakutan dan ketidaktahuan. Pemikiranku tak berani memikirkan hal-hal terbaik yang mungkin kumiliki, karena aku terlalu takut untuk membuat keputusan baru.
Krisis ini pun membuatku semakin mengenal diri dengan lebih mendalam, memahami hal-hal yang penting dan esensial dalam hidup. Mengenal mimpiku yang lama kukubur karena takut mewujudkannya.
Krisis ini memaksaku untuk berpikir, berani, dan bertindak. Krisis ini telah mengoptimalkan semua hal yang kumiliki, hal yang sempat kuragukan dari diriku sendiri. Kini kurasa saatnya aku membuat keputusan besar, untuk hal-hal yang kutuju dalam hidup dan menenangkan pikiranku yang riuh selama ini.
Bahkan krisis ini berhasil membuatku terpaksa utk berani berjalan maju meski dengan segenap rasa takut. Rasa takut yang telah bertahun-tahun membelenggu langkahku.
(c)kurniawangunadi
82 notes
·
View notes
Text
Malu
Pernah nggak merasa malu banget sama Allah. Malu ketika Dia udah baik banget ngasih berbagai kebaikan dan kemudahan dalam hidup kita. Tapi kita dengan kurang ajarnya masih gini-gini aja.
Gini-gini aja ibadahnya. Gini-gini aja imannya. Gini-gini aja takwahnya. Gini-gini aja rasa takut pada-Nya.
Pernah nggak merasa malu banget sama Allah. Malu ketika Dia udah sering menunjukkan kebesaran-Nya. Menunjukkan ke Maha Besarannya. Tapi kita masih aja berbuat dosa. Masih aja nggak ada rasa takut dan merasa diawasi oleh-Nya.
Malu ketika Dia udah sering membangunkan kita—dengan berbagai tanda dan cara, di sepertiga malam untuk berdoa, meminta apa pun pada-Nya. Kita dengan berbagai alasan lebih memilih untuk menunda dan mengabaikannya.
Malu ketika manusia sering menganggap kita sebagai yang seseorang yang baik hatinya, bijak perkataannya tetapi yang paling mengetahui apa adanya kita hanyalah Dia saja.
Pernah nggak merasa malu banget sama Allah?
Saat kita melakukan kesalahan pada manusia, atau ketika mereka mengetahui hal memalukan dari kita. Kita pasti memilih untuk membuang buka, bersembunyi dan menjauh dari mereka.
Namun, mengapa kita melakukan hal yang sama kepada Allah juga?
Bukankah saat kita merasa malu, seharusnya kita malah semakin mendekat pada-Nya? Mengakui rasa malu kita, mengakui ketidaktahuan diri kita sebagai hamba-Nya, meminta maaf atas semua dosa-dosa kita kepada-Nya.
Namun, mengapa kita malah menghindari-Nya?
Mengapa kita masih begini-begini saja?
70 notes
·
View notes
Text
Semakin kesini, semakin melihat; bahwa masalah di luar sana adalah masalah yang begitu kompleks.
Mulai dari anak muda yang banyak dan dengan berbangga-bangga meninggalkan syari'at, menanggalkan ilmu, mengagungkan pemikiran kekinian dari barat, juga menyepelekkan waktu. Buku dianggap kuno, ketidaktahuan menjadi tameng untuk berlindung, yang sebenarnya mereka bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu.
Mulanya dari segi pengasuhan terhadap anak, banyak ibu yang melupakan perannya. Merasa perlu bersaing dengan kaum laki laki, merasa tidak cukup, maka perlu meninggalkan rumah untuk merasa tercukupkan. Anak ditelantarkan, ilmu tidak diajarkan, tumbuh kembang dan kasih sayang terlupakan. Padahal sebenarnya rumah adalah singgasana jihad terbaik untuknya.
Keteladanan kepada orangtua akhirnya turun, merasa tidak iba, meninggalkan bakti dan santun diri. Yang bermula pada kurangnya peran dari kedua orangtuanya, anak generasi saat ini tumbuh subur dengan demoraslisasi, kesenangan sesaat menjadi aksi, tanpa memikirkan akhirat dan hidup setelah mati.
Mau dibawa kemana? Padahal fitrah sudah tertulis, peran sudah terlukis, apakah akan meninggalkan fakta dengan hanya menangis? Urgensi peran menjadi kunci setelah ilmu.
Maka, sibukkan diri dengan ilmu dan perbaikan. Lakukan aksi, minimal apabila tidak sanggup, lakukan sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi. Dari ilmu, lalu pengamalan diri, yang nantinya akan memberikan contoh. Barangkali memang tidak seberapa aksi, tapi ini baru permulaan. Lanjut dengan memberikan sumbangsih, untuk terus berdiskusi dengan khayalak muda mudi, bahwa sejatinya kitalah pemegang kebaikan untuk generasi setelah ini.
Maka, sibukkan diri dengan kiprah yang pasti. Konsep dakwah profesi. Sebagai seorang dokter, mampu menggabungkan ilmu kedokteran dengan ilmu surgawi. Bahwa, sejatinya, semua itu adalah samudra ilmu Allah, yang wajib diselami dengan niat dan kokoh motivasi. Memberikan pelayanan terbaik, dengan niat memperbaiki baik dari segi kesehatan maupun kemakmuran juga modal untuk kebaikan generasi. Generasi yang sehat dari segi dzahir dan batin. Kebaikan demi kebaikan terwujud untuk ummat madani. Dengan ridha juga ilmu Allah, semoga hal itu dapat terwujud.
Pelajari ilmu dengan niat juga prinsip yang kokoh. Bahwa, suatu saat, saat gelar dokter mengawali nama, maka kewajibanmu adalah implementasi ilmu, bukan lagi anak koass yang banyak salah juga berlindung di belakang punggung konsulen. Engkau yang dianugerahi Allah kesempatan untuk berilmu kedokteran juga mengilmui ilmu-ilmu agama, maka gunakanlah kesempatan saat ini dengan baik. Lewat perantara kebaikan Allah, tangan-tangan mu itu yang mampu menenangkan pasienmu, membantu pasienmu, memberikan pasienmu pelayanan juga nasehat-nasehat terbaik, agar mereka pulang dengan senyum merekah, dan mengucap, "Terima kasih banyak dokter". Walaupun kata kata itu sebenarnya perlu untuk diluruskan, diteruskan, bahwa sejatinya itu adalah pujian dan ucapan untuk mengucap keagungan kepada Sang Pemberi Petujuk, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
Semoga bisa terfokus dengan apa yang menjadi tujuan, apa yang sedang diperjuangkan, juga apa yang menjadi cita-cita. Selagi, Allah berikan anugerah kesempatan, lalu untuk apa menggalaukan hati, berperisangka, merasa sendiri, yang padahal Allah sudah menuliskan nama untuk bersanding di Lauhul Mahfuz. Nama untuk saling mengikat mistaqan galidzha yang mengetuk langit. Yang sudah tertulis, sudah tertakar, juga sudah tersimpan.
Maka, berikanlah hamba Mu ini hati yang tenang yaAllah, hati yang mudah menerima, dan hati yang mengikhlaskan sedalam dan seluas samudra. Dan titik kepasrahan menjadk titik akhir.
15 notes
·
View notes
Text
hal yang paling bijak dari pengetahuan adalah ketika mengetahui bahwa ada banyak hal tentang tidak tahunya
memunculkan rasa penasaran dan mendorongnya untuk besar rasa ingin tahunya
barang tentu sebuah tanya akan mendapat jawaban, terus-menerus demikian, kemudian semoga akan sampai pada sesuatu yang disebut batas puncak pengetahuan itu sendiri
itulah dimulainya ketidaktahuan
8 notes
·
View notes
Text
SIKAP YANG BENAR DALAM MENYIKAPI KETIDAKTAHUAN KITA TERHADAP HIKMAH DARI SESUATU TAKDIR ATAU SYARI'AT
Segala sesuatu yang Allah takdirkan dan syari'atkan pasti ada hikmah di dalamnya, meskipun seandainya seluruh manusia tidak mengetahui hikmahnya. Namun yang perlu kita yakini pertama kali adalah meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui lagi Bijaksana.
𝗞𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝘁𝗮𝗵𝘂𝗮𝗻 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗲𝗿𝗶𝗻𝗰𝗶𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗸𝗺𝗮𝗵 𝗶𝘁𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗯𝘂𝗮𝘁𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝗶𝗸𝗺𝗮𝗵𝗻𝘆𝗮, 𝗱𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝘁𝗮𝗵𝘂𝗮𝗻 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗮𝘁𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗮𝘁𝘂 𝗶𝘁𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮.
Imam Ahmad رَحِمَهُ اللهُ berkata:
"Barangsiapa yang tidak mengetahui tafsir hadits (tentang takdir karena tidak menemukan hikmahnya) maka yakinilah bahwa dalil-dalil tersebut sudah cukup dan (wajib) taslim dengannya."
Kaidah ini sangat penting bagi orang yang tidak mengetahui sesuatu dari Al Qur'an dan As Sunnah hendaknya tidak menolaknya, karena ketidaktahuan kita terhadap ilmu tersebut tidak melazimkan bahwa ilmu tersebut salah.
Maka kewajiban kita ketika tidak mengetahui tentang hikmah dari suatu takdir atau syari'at adalah dengan mengimaninya dahulu selanjutnya tanyakan kepada ahlinya.
*Faedah telah dikoreksi oleh Ustadz Ali Yuslam Dahdah hafidzahullahu
Faedah Kajian Ustadz Ali Yuslam Dahdah hafidzahullahu - Al Minna Fi Syarh Ushul As Sunnah "Takdir adalah Rahasia Allah" karya Syaikh Abdul Aziz Ar Rayyis hafidzahullah
4 notes
·
View notes