#jadi bijak sekali
Explore tagged Tumblr posts
arioagio Β· 3 months ago
Text
Tumblr media
--- Berhenti mengandalkan kemampuan diri sendiri ya. β˜€οΈ
β €
------------------
β €
πŸ‘‰πŸ» Mau dapat π’•π’–π’π’Šπ’”π’‚π’-π’•π’–π’π’Šπ’”π’‚π’ π’Žπ’†π’π’‚π’“π’Šπ’Œ π’π’‚π’Šπ’π’π’šπ’‚? Follow @π™–π™§π™žπ™€π™–π™œπ™žπ™€ yah.
β €
πŸ§’πŸ» Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
β €
πš†πš’πšπš‘ πšπš˜πš—πšœ 𝚘𝚏 πš•πš˜πšŸπšŽ,
α—©α–‡IO α—©. ᘜIO
0 notes
kurniawangunadi Β· 9 months ago
Text
Cara Pandang Baru Saat Dewasa
Menuju dewasa yang kemudian melihat kehidupan ini bergeser Point of View-nya " 1. Mulai memahami kalau nggak ada yang terlambat dalam hidup, selama kita masih hidup. Itu adalah takdir terbaik yang kita miliki, kalau kita baru memulainya sekarang karena memang sekarang saatnya, bukan karena kita terlambat. Namun, itulah perjalanan hidup kita. Jadi, jangan takut kalau orang lain udah sampai mana, kitanya baru mulai
2. Belajar untuk merasa cukup. Dunia ini nggak ada ujungnya kalau dikejar. Nasihat terbaik yang kudapatkan di umur 34 ini adalah kalau kita gagal satu dua hal terkait urusan dunia, kita masih bisa ngulang. Tetapi kalau gagal di akhirat, ngak akan bisa ngulang buat memperbaikinya.
Rezeki kita itu cukup, tapi nggak akan cukup buat ambisi dan ketakutan kita akan kemiskinan. Ya Allah, kita berdoa setiap hari biar dikasih hati yang benar-benar terus bisa merasa cukup. Biar nggak hasad sama orang, nggak iri sama rezeki orang lain, dan lebih bersyukur sama apa yang kita miliki sekarang.
3. Pondasi agama sangat penting. Sebagai generasi yang tumbuh di lingkungan yang biasa-biasa aja dalam beragama, dulu di sekolah negeri juga agama tidak menjadi materi yang prioritas. Di umur sekarang dan menjadi orang tua, baru ngerasa banget kalau pondasi agama sedari kecil itu penting sekali sebagai panduan hidup. Agar melihat dunia ini lebih bijak dan prioritas hidup lebih benar dan terarah.
Mungkin itu yang bikin sebagian besar orang tua di generasiku sekarang yang milih anaknya sekolah di sekolah berbasis agama. Sebab di fase dewasa ini, sadar jika pemahaman hidup atas landasan spiritual ini yang benar-benar menyelamatkan diri dari masalah-masalah anxiety (kecemasan), feeling lonely (kesepian), depresi, dan beragam isu kejiwaan lain. Itu yang kurasain.
4. Belajar jujur sama diri. Badan itu pasti punya sinyal tertentu sebagai respon terhadap situasi/hal yang lagi jadi beban pikiran. Jangan sampai dzalim sama diri sendiri karena hal-hal yang sebenarnya bisa diputus tapi tetap dipertahankan karena rasa nggak enakan. Dan berujung pada langganan IGD, obat antidepresan, dan segala macam.
Jangan lupa menolong diri sendiri dengan kejujuran. Dan jangan takut buat minta tolong ke orang lain, ke profesional, dsb. (c)kurniawangunadi
944 notes Β· View notes
semutmerahlagi Β· 10 months ago
Text
Tumblr media
Terperangkap Dalam LiftπŸ’¦
.
Lift kat kolej aku memang selalu rosak. Aku pernah sekali dulu terperangkap dalam lift kira-kira 15 minit. Memang sesak nafas aku. Lampu terpadam. Air-con juga mati. Aku hampir lemas lebih-lebih lagi dengan bau perfume sorang budak pompuan yang kuat menusuk hidung.
Aku rasa cam nak pengsan. Aku rasa memang aku dah tak boleh nak bertahan. Nasib baik tak lama lepas tu pintu lift terbuka semula. Bila aku keluar aku jalan macam nak melayang. Penung student berkerumum tengok pak guard tu cuba bukak lift.
Pagi tadi sekali lagi kejadian tu berulang. Nasib tak baik kene pulak kat aku. Tapi air-con masih ada dan lampu tak terpadam. Hampir satu jam aku terperangkap. Aku tekan loceng kecemasan banyak kali tapi tak ada respon dari sesiapa. Lepas 20 minit baru ada suara dari intercom yang mintak aku bersabar. Dalam tu Cuma aku dan sorang lagi budak kolej aku. Aku tak kenal dia.
Aku tanya dia macam mana ni? Dia jawab, entah. Makin lama makin panas. Aku dah tak tahan. Nafas pun makin sesak. Budak lelaki tadi dah bukak baju sebab tak tahan panas. Sape suruh pakai baju sejuk tebal berlagak macam kat London! Aku duduk sandar kat dinding lift. Aku lunjurkan kaki. Aku dah tak larat lagi. Hampir setengah jam pintu lift masih tak terbukak. Suara dari intercom asyik bertanya kami ok ke tak. Aku tak tahan aku jerit kuat-kuat cepatlah sikit
Aku mula la nak naik angin. Bukan sekali dua lift ni rosak. Walaupun aku baru kena 2 kali, tapi lift ni memang dah banyak kali rosak. Dah ramai yang pengsan sebab tak boleh bernafas dalam lift ni dekat 2 jam.
Tengah aku merungut-rungut tiba-tiba budak lelaki tu datang dekat kat aku terus pegang tetek aku. Aku tercengang. cantik breast awak, saya suka… aku rasa nak terajang budak tu. Aku tengah panas, sesak nafas macam ni dia boleh buat macam tu.
Memang badan budak tu berketul-ketul. Sexy. Tapi keadaan dalam lift tu buat aku takde rasa ghairah. Aku abaikan aje dia lantak la dia nak bukak baju ke ape. Tapi ni dah sampai sentuh-sentuh tetek aku ni ape cerite!!!
Dia masukkan tangan dia dalam baju aku dari atas. Memanglah ruang dada aku terdedah. Bila dia ramas tetek aku, tiba-tiba aku rasa ghairah. Aku rapatkan bibir aku kat bibir dia. Nasib baik dia paham. Sempat jugak kami kulum lidah sebelum suara kat intercom tu tanya lagi awak berdua ok ke?
Sambil jawab ˜okβ„’ tu budak tu (sampai sekarang aku tak tau nama dia, lupa nak tanya) makin berani. Kami terus bergomol. Dia tanggalkan kancing bra aku supaya senang nak selak. Dia nyonyot tetek aku dengan gigitan lembut kat puting. Lidah dia bermain disekitar puting aku.
Memang pro budak ni. Gayanya bukan pertama kali. Mesti kaki mantat ni. Aku biarkan je dia buat ape-ape sebab aku pun dah naik syok. Pantat aku pun dah mula basah. Aku tanggalkan seluar dalam aku, masukkan dalam beg. Dia paham. Cantik la tu! Dia bukak zip seluar dia keluarkan batang dia. Nampak kelakar. Pakai seluar siap dengan tali pinggang harley Davidson, tapi konek terkeluar.. hehehe….
Dia pusingkan aku kebelakang. Aku tonggeng sikit dan selak skirt keatas. Dia tujah aku dari belakang. Main sambil berdiri pun jadi la. Asal dapat.. hahah..
Dalam posisi dia yang kat belakang aku tu, tangan dia sempat lagi peluk aku dari belakang. Makin lama makin turun tangan dia kebawah. Sambil tujah lubang pantat dari belakang sambil gentel bijik kelentit aku.
Bijak! Dia bisik kat aku… banyak air awak…. aku diam je. Malas nak borak. Dia goncang kuat sampai aku tertunduk-tunduk. Kami projek tanpa suara takut orang boleh dengar dari intercom. Confirm la takde camera, kalau ade tak kan la dorang kat luar tu tanya berapa orang kat dalam tadi. Kejap je. Tak sampai 10 minit dia goncang dah pancut. Kelam kabut dia tarik keluar konek dia dari lubang pantat aku pancut kat penjuru lift. Pekat keputihan air dia. Berketul-ketul. Lama tak dapat kot
Suara dari intercom tanya lagi Ε“awak berdua ok ke? macam tadi jugak kami jawab la ok. Ok sangat. Dekat 45 minit dah terperangkap dalam lift bodoh ni. Siap satu round pun tak bukak-bukak lagi lift ni. Aku diamkan diri. Aku malu nak pandang dia apalagi nak berborak tanya nama atau contact number. Dia pun lepas zip seluar, pakai balik baju dia, lepas tu sandar kat dinding, cangkung tanpa sepatah kata.
Dekat-dekat 10 minit lepas projek tu lift pun terbukak. Kawan-kawan semua serbu aku. Ada yang bagi mineral water sebab tau aku panas dan dahaga (sape penah terperangkap dalam lift taulah macam mana rasa). Aku masuk kelas macam biasa, lupakan peristiwa tu dan aku tak tau pun dia kelas mana, nama sape, duduk mana, umur berapa, lantaklah…. Janji sedap
-Tamat-
286 notes Β· View notes
milaalkhansah Β· 1 month ago
Text
to do point
Entah aku aja yang kayak gini, atau kalian pun merasakan, di umur sekarang, udah paling males sama yang namanya basa-basi. Contoh paling kecilnya saat mengirim dan menerima pesan.
Sekarang jauh lebih asertif, apa yang aku butuhkan ke orang lain langsung aku sampaikan. Gak pakai bertele-tele. Rumusnya saat mengirim pesan: mengucapkan salam + menyampaikan butuh apa dengan bahasa yang jelas. Selesai. Gak ada lagi rasa sungkan, atau apalah. Kapan pun dijawab sama si penerima terserah. Kalau emang lagi urgent banget biasanya langsung telpon. Gak diangkat? Yaudah. Mungkin mereka lagi sibuk atau gak bisa jawab pesan saat itu juga.
Makin tua makin belajar menurunkan ekspetasi sama orang lain supaya gak gampang sakit hati. Karena gak semua hal harus kita baperin.
Menjadi orang dewasa harus belajar menyampaikan keinginan dengan baik dan tahu apa yang diinginkan dari orang lain. Udah gak kebanyakan bingung lagi. Harus biasa sat-set.
Kalau mau ngobrol pun lebih milih nelpon langsung atau ngajak ketemuan. Meski di umur segini jarang banget yang sekali ngajak atau nelpon langsung nyambung atau bersedia karena semua orang udah punya kesibukan masing-masing, yang kadang saling berbentrokkan. Kuncinya emang harus belajar legowo. Udah harus berbesar hati untuk menerima bahwa diri kita bukan lagi prioritas di hidup sebagian orang. Pun seringnya orang lain bukan gak merasa kita penting, tetapi karena keadaannya aja yang gak memungkinkan untuk ketemu saat itu juga.
Dan kadang ya, seberapa besar rasa sayang kita kepada seseorang bisa dilihat dari seberapa sering kita memberinya udzur atau memaklumi keadaannya.
Hal ini aku terapkan juga saat menerima pesan dari laki-laki. Aku paling kesal saat mendapatkan pesan hanya berupa salam, tanpa kejelasan niat dan tujuan mengapa mereka mengirim pesan terutama dari orang-orang yang tak kukenal dekat. Kek..., apa susahnya sih langsung sekalian mengutarakan maksud di pesan yang sama, setelah mengucapkan salam? Aku lebih kesal lagi saat menerima pesan yang hanya memanggil nama aja.
Kenapa sih orang-orang gak suka to do point aja?
Makin ke sini, energiku makin gak ada buat meladeni basa-basi atau hal-hal tidak jelas. Jadi, untuk tipikal pesan seperti itu biasanya aku abaikan atau langsung aku hapus. Malas mikirin jauh-jauh. Toh, kalau memang mereka butuh, nanti pasti nge-chat lagi.
Makin dewasa seseorang seharusnya semakin menghindari segala ketidakjelasan. Mengabaikan ketidakjelasan dari orang lain, serta jangan sampai memberikan ketidakjelasan kepada orang lain. Makin dewasa seseorang, seharusnya makin bijak menggunakan waktu dan energinya hanya untuk hal-hal yang benar-benar penting. Karena di umur yang sekarang, basi-basi bukan lagi makanan kita. Jadi, baiknya to do point aja.
38 notes Β· View notes
mamadkhalik Β· 4 months ago
Text
Gumregah Tarbiyah
Gumregah artinya bangkit dan tarbiyah adalah dakwah yang menitikberatkan agenda pembinaan menuju ketakwaan dan potensi terbaiknya.
Tumblr media
Maka slogan Gumregah Tarbiyah adalah bentuk ikhtiar untuk membangkitkan kembali agenda pembinaan agar lebih dinamis dan muntijah untuk masa depan dakwah.
Sebelum itu, kita perlu mengingat kembali apa itu dakwah ammah dan dakwah khos.
Tak bisa dipungkiri, kajian-kajian anak muda hari ini begitu kreatif lagi mengasyikan. Ini baik agar dakwah tetap relevan dengan mad'u sekaligus menjadi ajang fastabiqul khairat antar harokah dakwah. Dakwah model ini masuk kategori dakwah ammah.
Sedangkan kalau kita berbicara tentang keberlanjutan dakwah, perlu adanya 'penggerak' dakwah yang memiliki pemahaman dan kemauan bergerak. Membentuk kader dakwah tak cukup dengan kajian-kajian klasikal saja, perlu adanya sistem pembinaan yang berkesinambungan dan rutin.
Kita mengenalnya dengan halaqah/mentoring/MK Khos. Dakwah seperti ini masuk kategori dakwah khos (khusus).
Sebagai awalan, bisa nonton video ini dulu :
youtube
Gumregah Tarbiyah ini adalah semangat Para Asatidz untuk menghidupkan kembali semangat membina di momentum Hari Kebangkitan Nasional Mei lalu.
Ada beberapa hal penting yang bisa saya tangkap :
1. Perubahan Zaman
Perubahan zaman tak boleh menjadi kambing hitam dari perubahan karakter manusia. Kita harus beradaptasi.
Menyikapi perubahan itu harus dibangun dengan pemahaman yang dalam, dimulai dari komunikasi generasi agar tak muncul pernyataan seperti :
"Generasi hari ini tak semilitan dulu"
"Generasi lama itu kolot, tak tahu kondisi lapangan"
Pernyataan seperti itu hanya memunculkan friksi generasi dan dakwah tidak menjadi muntijah.
Lebih lengkapnya baca disini :
2. Perkuat Literasi
Memang literasi (membaca buku dan menulis) adalah harga mati. Dengan terbiasa melakukan itu, analisis dakwah menjadi bijak, memunculkan keresahan bergerak, dan kita tidak gumunan atau fomo untuk menyesuaikan metode dakwah.
3. Agar Semangat Membina
Di buku Gumregah Tarbiyah, Ust. Cahyadi Takariawan menjelaskan 2 hal penting agar kita semangat membina : Kemauan dan Skill.
Soal skill itu bisa dibangun dari dauroh tematik atau pelatihan eksternal. Tapi kalau tidak dibarengi dengan kemauan ya sama saja.
Untuk menumbuhkan kemauan harus dibangun dengan literasi dan sehatnya kelompok pembinaan kita juga. Literasi untuk memunculkan keresahan, pembinaan kita sendiri sebagai sarana penguatan. Bagaimana mau membina kalau tidak dibina?
Kalau urusan kemauan sudah selesai, soal skill bisa learning by doing. Tinggal kapan kita mau memulai.
Ustadz Sholikin dalam buku Back To Tarbiyah menekankan mulailah dari lingkaran terkecil, satu, dua orang, tiga orang, namun produktif.
Kita tidak akan tahu dari sedikit orang itu jadi apa di masa depan. Kalau bingung mau menyampaikan apa, mulailah dengan nasihat para alim terdahulu, sirah nabawiyah, pengingat amal yaumi, atau cukup dengarkan keluh kesah mereka. Barangkali mereka hanya ingin didengar.
Dimulai saja, niatkan hati ikhlas, ingatkan untuk senantiasa dekat kepada Allah dan RasulNya.
Terakhir, mengutip dari kredo Gontor :
Metode itu lebih penting dari materi ajar, dan guru lebih penting dari metode, tetapi ruh (jiwa) seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri.
Jadi, selamat membina, selamat membangun peradaban!
28 notes Β· View notes
nonaabuabu Β· 1 year ago
Text
Hidup yang Begini-Begini Saja
Aku sering berpikir, sepertinya poin paling besar yang menjadi pembeda seseorang dengan orang lain adalah dirinya sendiri; ceritanya, perjalanannya dan kompleksitas cara berpikirnya. Itu kenapa aku sering sekali merasa seharusnya aku menuliskan ceritaku, perjalananku, dan semua huru-hara hidup yang membuat jatuh bangun.
Namun di sisi lain, masih sering sekali skeptis sama diri sendiri; 'Memang apa yang kau tawarkan dari cerita itu? Hei, lihat dirimu, masih saja terlunta-lunta urusan hidup.' Tapi, itu menariknya kan? Kita sering melihat, cerita duka hanya dibaca jika disampaikan oleh orang yang sudah bersuka ria. Cerita sedih dilirik jika sudah ada titik bahagia. Kegagalan didengarkan saat ada kesuksesan yang turut bisa dijual. Lalu kenapa kita yang seringnya merasa masih begini-begini saja, bersusah payah untuk didengarkan dengan berbagai strategi dan upaya, padahal kisah sendiri adalah kisah yang tiada duanya.Β  Tapi sebenarnya apa itu menjadi begini-begini saja?
Uang? Kekuasaan? Kecantikan? Popularitas? Semua itukah yang membuat kita menjadi seseorang? Atau terlalu naif kita untuk memahami, bahwa banyak hal yang terjadi dalam hidup ini meski tanpa semua itu.
Aku tak cukup bijak untuk mengambil kesimpulan, tak cukup lainnya untuk didengarkan, namun ayolah, untuk diri sendiri setidaknya kita mau menerima dan mengerti, bertahan sejauh ini menjadi seseorang yang memahami kebaikan bukankah sebuah pencapain? Mari sama-sama hitung orang di sekitar kita, berapa hati yang menghilangkan kebaikan dalam dirinya demi semua hal yang sifatnya materi itu? Bahkan tanpa sadar kita sering melakukannya.
Pemahaman ini, pelajaran ini, bisa jadi sesuatu yang diketahui banyak orang. Tapi ada saja alasan yang digunakan untuk memaklumi bahwa adil menjalani kehidupan yang penuh kelicikan dan kepura-puraan demi semua pencapaian yang hingar bingar. Sehingga hadirlah sentimen bahwa menjadi seseorang yang berintegrasi dengan kejujuran, kebaikan dan prinsip menjalani hidup tidak seperti orang kebanyakan menjadi sebuah pilihan yang terlalu naif. Sayangnya aku juga pernah percaya itu.
Pada satu titik aku juga pernah menjadi si orang paling stress bahkan depresi akan hidup yang masih begini-begini saja. Melihat kiri kanan yang penuh dengan pencapaian, mendengar depan belakang yang penuh tekanan. Titik yang akhirnya membuat diri tak hanya stagnan dalam bergerak namun juga berhenti dalam berpikir. Hanya karena agar sama dengan orang lain, agar diterima di semua kalangan, dan agar-agar lain yang kalau kupikirkan sekarang, untuk apa?
Mungkin jika tidak melalui semua itu tak banyak yang kupelajari soal hidup. Mungkin hidup yang begini-begini saja adalah pengalaman yang tidak sembarang orang miliki, jadi kenapa harus merasa bahwa tak ada hal yang bisa kuceritakan sebab aku masih begini-begini saja?
Aceh, 02 Mei 2024
116 notes Β· View notes
nurazisramadhan Β· 2 months ago
Text
Puasa, untuk fomo dan ikut-ikutan saja ?
Dua kali terlihat postingan menarik dari media sosial, tentang pendapat orang soal berpuasa, saat diriku tengah berpuasa pula.
Yang pertama tentang seorang yang berpendapat bahwa pikirannya terbuka usai membaca sebuah buku filsafat dan enggan fomo untuk berpuasa .
"Negara kita udah tertinggal jauh, entah sampai kapan kalo kek gini terus, kapan ya negara kita kek di Amerika kebebasan berekspresi." Tulisnya dengan penuh percaya diri.
Tumblr media
Yang kedua tentang seseorang yang mengaku tidak berpuasa lagi sejak beberapa tahun belakangan karena gak mau fomo dan hanya mengejar lapar dan haus semata. Sayangnya postingan dari akun aslinya telah terhapus sebelum sempat didokumentasikan.
Lantas, bagaimana menyikapi kedua pendapat tersebut?
Benarkah kita berpuasa hanya karena fomo semata?
Benarkah karena berpuasa kita jadi sulit menjadi sebuah negara adidaya?
Yang pertama, tentu saja kedua pernyataan tersebut akan terbantahkan dengan satu ayat dalam Q.S Al Baqarah 183 yang artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Bahwa, mereka yang dipanggil untuk berpuasa adalah orang-orang yang memiliki iman dalam dadanya.
Artinya hanya mereka yang memiliki keyakinan akan ketetapan dan perintah oleh Sang Pencipta.
Artinya hanya, mereka yang memiliki kepercayaan akan tingginya nilai dari ibadah shaum di bulan Ramadhan.
Maka tentang mereka, yang menganggap bahwa puasa hanya sekadar ikut-ikutan atau fomo belaka, maka memang tidaklah termasuk dalam golongan yang wajib berpuasa.
Lalu soal mereka, yang menganggap bahwa puasa hanya sekadar menahan lapar dan dahaga saja, memang hanya sekelompok orang yang tidak mengetahui keistimewaan Ramadhan dan ganjaran pahala di baliknya.
Padahal, jika mereka benar-benar mengetahui, arti dari ayat tadi bahwa outcome dari perintah berpuasa pada bulan Ramadhan adalah meraih predikat "taqwa".
Sebuah predikat yang berpeluang besar mendapat ganjaran surga-Nya.
Padahal jika mereka mau coba mempelajari, bahwa Ramadhan, tak hanya sekadar aspek ibadah semata, tapi ia dapat membersihkan tubuh kita dari segala macam racun yang kita selama 11 bulan sebelumnya.
Yang kedua, tentang pernyataan terkait korelasi Ramadhan dengan perkembangan negara. Sepertinya pernyataan yang disampaikan tentu sangat keliru dan berkebalikan tentunya.
Sebab, pada periode Ramadhan, justru menjadi momen dalam mengungkit roda perekonomian masyarakat. Karena konsumsi yang dikeluarkan banyak tersalur ke berbagai industri dan usaha rumah tangga.
Sebab, dalam periode Ramadhan, justru memutar roda perekonomian lewat momen mudik dan lebaran, yang tentu berdampak langsung pada bidang transportasi serta akomodasi. Lebih besar dibandingkan dengan perayaan hari besar lainnya.
Lantas, bagaimana bisa mengdiskreditkan sebuah bulan suci yang mampu menggerakkan perekonomian kita?
Jikapun mau mendebar terkait dengan negara dengan berpuasa, tidakkah mereka tahu bahwa ada begitu banyak negeri muslim yang sejahtera namun tetap berpuasa.
Seperti turki, uni emirat arab, qatar, bahrain, dan sebagainya.
Dan ada berapa banyak pula negara non muslim yang tidak melaksanakan puasa namun tetap miskin dan krisis juga ?
Seperti Zimbabwe, Moldova, Ukraina, Albania dan sebagainya.
Oleh karenanya, tidaklah bijak mengkorelasikan ibadah berpuasa dengan kondisi perekonomian suatu negara.
Tersebab, ada begitu banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi perekonomian tersebut. Dan, tentu saja sebagian besarnya terjadi di negeri kita.
Maka, mari kembali meningkatkan iman dan amal dalam Ramadhan ini, agar kelak kita tak termasuk dalam orang-orang yang merugi
Maka, mari meluruskan kembali niat kita dalam berpuasa di bulan Ramadhan, agar kelak kita dapat menjadi golongan mereka yang mendapat predikat taqwa.
9 notes Β· View notes
herricahyadi Β· 4 months ago
Note
Mas Herri, bagaimana menjaga komunikasi dengan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan dan pemahaman yang berbeda dengan kita, sehingga percakapan tetap nyambung dan nyaman?
KOMUNIKASI DENGAN LATAR BELAKANG DAN PENDIDIKAN YANG BERBEDA
Saya jawab cukup panjang ya.
Bagi saya, dua hal paling penting dalam komunikasi itu terletak pada β€œkemampuan” dan β€œkemauan”. Kemampuan itu artinya kita memahami teknik, strategi, etika, kosakata, juga hal-hal yang bersifat interaktif. Kemampuan ini dipelajari atau setidaknya pernah dialami lalu dijadikan pelajaran. Sementara kemauan artinya kita punya ketertarikan untuk membangun komunikasi. Modalnya hanya niat.
Ada orang yang kemampuan komunikasinya bagus, tapi dia tidak mau, ya percuma. Kapabilitas komunikasi dia tidak akan maksimal. Sementara ada yang punya kemauan tinggi, tapi tidak punya kemampuan, ini jadinya blabbering dan sering kali disebut β€œtidak nyambung”. Tidak nyambung itu bukan melulu soal topik pembicaraan, tapi koherensi antara kemauan dan kemampuan. Namun, tidak punya kemampuan ini masih lebih baik ketimbang tidak punya kemauan.
Kalau diturunkan, ada dua hal yang saya selalu pegang teguh agar komunikasi bisa nyambung meski berbicara dengan orang yang punya latar belakang atau pemahaman yang berbeda. Pertama, mendengarkan. Kemampuan dan kemauan untuk mendengarkan ini jadi kunci paling penting dalam komunikasi. Dengarkan apa yang orang sampaikan hingga tuntas; jangan memotong pembicaraan; jangan merasa sok tahu meski sebenarnya kita sudah tahu; berikan wajah yang serius dan antusias; beri respons yang menunjukkan kita benar-benar mendengarkan dengan penekanan seperti sisipan. Orang akan memahami gestur yang kita berikan dan dia akan memberikan respek kembali. Di situ, etika dan komunikasi akan berjalan meski berbeda pandangan atau tidak nyambung sekalipun.
Kedua, merespons. Berikan umpan balik yang memancing rasa ingin tahu atau mencoba mendapatkan jawaban. Meski kita tidak tahu topik tersebut, tidak mengerti istilah-istilahnya, atau sama-sekali blank. Minimal dengan pertanyaan 5W1H. Bahkan, pada topik yang kita sudah kuasai sekalipun, tidak perlu arogan menunjukkan atau bahwa mengoreksi omongan orang lain jika itu tidak diperlukan. Tetapi berikan respons positif dan anggap kita baru belajar akan hal tersebut.
Saya belajar banyak dari bertemu dengan warga, pemuda, dan anak-anak di pelosok. Saya paham betul bahwa kita punya banyak perbedaan latar belakang. Semakin saya mendengarkan mereka, semakin saya sadar bahwa perbedaan itu bukan soal β€œtinggi”, β€œrendah”, β€œjauh”, β€œdekat”. Tapi memang kita berasal dari dunia yang berbeda. Saya harus bisa menggunakan β€œbahasa” komunikasi mereka, bukannya justru saya berharap mereka menyesuaikan dengan apa yang saya pahami. Saya jadi lebih banyak mendengarkan dan terus memberikan respons ketertarikan. Ternyata ini membuat saya makin bijak dan voila mendengarkan itu ternyata seasyik itu. Kita tidak perlu merasa paling tahu, tidak perlu menghakimi, atau bahkan tidak sempat berpikir merendahkan lawan bicara.
Pernah suatu hari, di momen pembukaan relawan saya dengan masyarakat Lombok Utara. Ada satu mahasiswa yang terpilih sebagai koordinator rombongan relawan. Sewaktu interview memang dia yang paling cakap bicaranya, antusias, dan bisa memoles kata-kata. Nilainya juga paling tinggi, sering ikut kegiatan volunteer, dan dapat peluang fully funded. Di momen sebelum acara dimulai, saya dan dia duduk bersebelahan. Saya ingat betul dia bilang begini, β€œBang, ajak ngobrol (kepala desa), ya! Saya takut ga nyambung.” Kaget saya. Dia jauh-jauh datang dari Jakarta, katanya ingin mengembangkan diri, mengabdi, dan berkontribusi. Tapi berbicara dengan warga takut tidak nyambung. Di momen itu saya langsung menghakimi, β€œSalah pilih orang ini kayaknya.” Jujur, saya tidak butuh anak muda yang mentalnya begini. Saya lebih respek dengan mereka yang mau belajar dan inisiatif untuk mengambil pelajaran. Bukan tipikal arogan begini. Alih-alih dia mengambil sisi positif dengan berbincang dengan kepala desa, dia memilih untuk lari. β€œTakut ga nyambung,” searogan itu.
Itu yang saya maksud di awal bahwa secakap apapun kemampuan berkomunikasi, kalau tidak punya kemauan dia akan jadi menyebalkan.
Mungkin segini dulu jawaban saya untuk Anon. Maaf cukup panjang karena memang semenarik itu.
11 notes Β· View notes
sorotbalik Β· 1 year ago
Text
Dapat Amanah? Bawa Happy ajaa :D
Tumblr media
Oiya, disclaimer:Β saya berlatar belakang HRM, bukan seorang psikolog, tulisan dibawah tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat profesional. Hanya pov dari kacamata praktisi HR. Selamat membaca!
Statement "Dapat amanah? Dibawa happy aja!" rasa-rasanya mulai rutin saya gaungkan saat berkesempatan mengisi di forum-forum upgrading pengurus baru. Lebih khususnya kepengurusan organisasi pasca pandemi.
Gen Z yang seringkali mendapat stereotipe "strawberry" (terlihat indah dari luar tapi lembek dari dalam) menjadi pembenaran generasi lama dalam menyoroti fenomena 'menolak amanah' ketika mencari sosok penerus mereka.
Amanah yang sering kali identik dengan satu momok yang berat; dari menyita tenaga, waktu, bahkan biaya, seringkali menjadi ketakutan tersendiri (bahkan termasuk mereka yang baru saja dilantik). Tidak heran, jika banyak yang akhirnya menolak ketika ditawarkan, meskipun di sisi lain dari dunia ini ada yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Just another case :D
Memang, amanah pada dasarnya satu hal yang berat, bukan hanya pada saat proses saat menjalankannya yang seringkali menuntut banyak hal, tetapi juga pada saat pertanggungjawaban baik yang dunia maupun akhirat. Akan tetapi, bukan berarti ketika qadarullah 'kehendak' itu sudah sampai pada diri, harus dijalani dengan penuh ketegangan sampai akhir periode, kan? I mean, let's go with the flow and just enjoy the moment :D
Salah satu fenomena yang sering kali saya jumpai ketika pengurus baru telah dilantik biasanya mereka mengalami yang namanya inferiority complex.
101 Inferiority Complex
WHAT - Apa sih Inferiorty Complex itu?
Istilah ini mulai dikenalkan seorang psikolog ternama Alfred Adler asal Austria pada awal abad 20, merujuk pada perasaan 'tidak mampu' atau 'kurang' dibandingkan dengan orang lain. Fenomena ini terjadi di awal masa kepengurusan 1-3 bulan pertama bahkan hampir masuk 1 semester! Fenomena tersebut, salah satunya termanifestasi dalam ucapan "Harusnya dia mbak atau mas, bukan aku". Satu kondisi atau curhatan yang begitu lumrah saya dapati selepas mereka dilantik.
Kata Alfred Adler, "Setiap orang memiliki perasaan inferioritas. Perasaan ini normal dan sehat. Yang menjadi masalah adalah ketika perasaan ini menjadi berlebihan dan mencegah kita untuk mencapai tujuan kita." nah ini yang jadi PR!
WHY - Faktor penyebabnya?
Alfred Adler berpendapat, bahwa perasaan ini muncul karena kurangnya pengalaman menguasai tugas atau mencapai tujuanΒ di masa lalu. Bisa juga karena trauma masa lalu, ekspektasi berlebihan terhadap diri sendiri, gaya asuh yang kurang, dsb. Sehingga menjadikan apapun (teurtama hal baru) menjadi sesuatu yang seolah 'mustahil' untuk diraih dengan sempurna.
Oleh karenanya, meskipun (dalam konteks organisasi) hal ini menjadi satu hal yang wajar atau normal, tetapi harus segera disikapi. Bukan hanya tentang 'nasib organisasi' tetapi juga tentang kamu, tentang dirimu dan masa depan.
HOW - Bagaimana caranya?
Pada beberpa kasus, mungkin hal ini bisa diselesaikan diri sendiri, semisal coba untuk lebih fokus pada eksplorasi kelebihan atau nilai yang kita miliki, mengurangi pikiran-pikiran negatif, membangun relasi positif, dsb.
Atau kenapa tidak bangun mindset bahwa dengan amanah ini justru menjadi sarana eksplorasi diri? Mencari missing dots dalam kehidupan ini lalu connect them each other?
Yah, meskipun sekali lagi saya tekankan, jika ini berlanjut menghubungi profesional semacam psikolog atau psikiater menjadi opsi bijak yahh.
Conlusion - Jadi apa intinya?
Seringkali kita ini terjebak pada asumsi-asumsi diri yang tak bertepi, konotasinya seolah selalu buruk pada setiap capaian diri. Belum mencoba sudah takut duluan. Padahal apa yang salah dengan kegagalan? Bukankah kegagalan adalah sebab terbaik untuk kita ingin berubah lebih baik?
Terkadang kita ini terlalu keras dengan diri sendiri. Pada kesalahan orang lain kita maklumi, sedang pada diri sendiri kita begitu sukarnya memaklumi. Secara tidak langsung kita seolah menihilkan ruang untuk berbuat salah dan evaluasi, padahal itu merupakan serangakain fase belajar dan bertumbuh.
Maka dari itu, ketika amanah sudah 'diberikan', tugas selanjutnya adalah cukup jalankan semampumu. Itu saja. Kita tetap sadar, bahwa kita punya kekurangan, tetapi setidaknya biarkan kita mencobanya dulu, sembari kita berbenah pada hal-hal 'teknis' di tengah jalan.
Pun sebenarnya, tawaran itu diberikan bukan ditunjuk ala kadarnya, tetapi betul-betul dipertimbangkan karena track recordmu, kapabilitasmu, dsb. So kalau mereka saja percaya kamu, kenapa kamu enggak? ~ Jadi semangat!
23 notes Β· View notes
projectmenetas Β· 7 months ago
Text
Kejamnya Ibu Tiri, Tak Sekejam Pay Later!
Sebuah Bom Waktu,
Duluu, orang-orang nggak punya duit buat beli beras, dia datang ke warung. Kas bon, Beres, bawa pulang beras.Β  Begitu Juga garam, gula, minyak. Daripada anak-anak tidak makan, ndak apa-apalah kas bon dulu. Terdesak.
Tapi pada hari ini, dengan kemajuan teknologi, kas bon berubah wujud menjadi: pay later. Dan lebih massif dampaknya. bukan hanya buat beli sembako. Tapi Orang-orang bahkan bisa 'kas bon' buat beli HP baru β€œpadahal HP lama masih bagus”, beli baju yang padahal ndak perlu-perlu amat, sepatu-sendal, beli tiket buat plesiran juga bisa, dan semua keperluan konsumtif-gaya hidup. Bahkan sampai perkara jajan dan makan. β€œIngat itu tidak terdesak!”
Tapi sadarilah, Kawan. Mau apapun istilahnya, pay later ini utang.
Dan serius kawan, semoga kita tidak perlu mengalaminya, ketika pay later ini dengan kejam mengubah hidup kita semua. memang ini bukan pinjol, tapi daya rusaknya sama. Jika kita tidak bijak, tidak berhati-hati, sibuk klak-klik sana-sini, tiba-tiba penghasilan bulanan kita habis begitu saja untuk bayar pay later. Pay later itu pinjaman atau ngutang dengan suku bunga tinggi.Β 
Wahdeeh, kita tertipu sekali jika merasa cicilannya ringan, ada promo, dan diskon-diskon menarik lainnya. Perkara paylater itu ngaweri, sesungguhnya nggak sesimpel itu rumusnya.Β 
β€œMemangnya dikira yg punya duit baik hati gitu? Endaak!.”
Traveloka misalnya, bunga pay later: 2,55% sampi 4,8% per bulan.Β 
Alias, bisa tembus 50% per tahun. Jika kita utang 10 juta, kita cicil setahun, itu sama saja dgn beli barang itu 15 juta. Belum lagi jika aplikasi mengenakan biaya admin 2%, layanan 2%, dll. Maka, diskon di awal yang seolah menggiurkan, dapat 10% misalnya, sama saja bohong.
Jadi, singkat cerita, berhati-hatilah menggunakan pay later.Β 
Asal pakai paylater berarti sama saja sedang sadar "menggadaikan masa depan". Iya kalau masa depan kita lebih baik, gaji naik, karir naik, jika ternyata dipecat, PHK, gaji mentok, harga-harga naik? Kita justru menimbun bom waktu. β€œmeledak”
TerusΒ  apa solusinya kalau terlanjur? Segera lunasi pay later itu. Bila perlu makan nasi-garam saja, yg penting pay later lunas. Setelah lunas, jangan lagi suka ngutang. Tahan semua keinginan konsumtif-mu. Kita itu ndak akan mati gara-gara ndak ganti HP, beli ini, beli itu kok.
Kalau pun perlu uninstall sekalian aplikasinya, larisin toko tetangga saja. Luweh manfangat!Β 
18 notes Β· View notes
diksifaa Β· 1 year ago
Text
Perspektif bermedia sosial
Sejatinya hidup ini dipenuhi dengan kepingan-kepingan perspektif tentang semua yang ada dihadapan kita. Pastinya berbeda orang, berbeda pula perspektif atau pandangannya terhadap sesuatu. Dan dorongan perspektif itu banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan teknologi.
Zaman semakin canggih, semakin maya, semakin tidak nyata, dan semakin luas. Kehadiran teknologi digital khususnya berbagai platform media sosial tentunya menimbulkan banyak perspektif tentang media sosial itu sendiri.
Menurutku, Perspektif itu lahir sesuai kebutuhan dan keimanan individu.
Dalam kasus media sosial ini, Ada yang berpandangan positif, ada juga yang negatif. Ada yang memanfaatkan dengan baik media sosial untuk perkembangan diri, ada juga yang anti sosial media. Ada yang membranding diri di semua sosmed, ada yang tidak punya akun sosmed sama sekali. Ada yang dijadikan ladang cuan, ada yang tidak percaya bisa berpenghasilan dari sosial media. Ada yang memanfaatkan jadi konten kreator, bisnis, sampai vlog kehidupan, Ada juga yang sangat anti kamera, yang hidupnya tidak tersentuh media sosial. Ada yang memanfaatkan menjadi ladang berkarya, dakwah, belajar, Ada juga yang memanfaatkan untuk hal-hal buruk seperti menyebar hoax, nonton ... dll. Ada yang sebagai market kebaikan seperti sedekah dll, Ada juga yang kebalikannya seperti pinjol, judol. Ada yang hanya untuk sekedar hiburan, screen time, self healing, Ada juga yang bermedia sosial untuk penipuan dsb.
Semua ini, tergantung dengan bagaimana setiap dari kita melihat media sosial, Karena semua kembali pada kebutuhan dan keimanan kita masing-masing.
Semoga kita memiliki kebutuhan dan keimanan yang baik sehingga melahirkan perspektif yang bijak dalam bermedia sosial.
Jadikan media sosial sebagai ladang berkarya, berdakwah, bersyiar sesuai bidang kita masing-masing dengan mengharap ridho Allah ta'ala
~Faa
16 notes Β· View notes
arioagio Β· 5 months ago
Text
Tumblr media
--- Peluk untuk mereka yang jauh, sapa untuk mereka yang dekat. β˜€οΈ
β €
------------------
β €
πŸ‘‰πŸ» Mau dapat π’•π’–π’π’Šπ’”π’‚π’-π’•π’–π’π’Šπ’”π’‚π’ π’Žπ’†π’π’‚π’“π’Šπ’Œ π’π’‚π’Šπ’π’π’šπ’‚? Follow @π™–π™§π™žπ™€π™–π™œπ™žπ™€ yah.
β €
πŸ§’πŸ» Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
β €
πš†πš’πšπš‘ πšπš˜πš—πšœ 𝚘𝚏 πš•πš˜πšŸπšŽ,
α—©α–‡IO α—©. ᘜIO
2 notes Β· View notes
kurniawangunadi Β· 11 months ago
Text
Tumblr media
Nostalgia Kenal 4 ( @prawitamutia @satriamaulana @academicus @ceritanovieocktavia ) orang lainnya yang menulis bareng di buku ini sejak zaman masih kuliah. Dulu, masih single semua. Sekarang masing-masing menempuh jalannya, keren-keren menurutku. Berarti kalau dihitung-hitung, kurang lebih kenal mereka hampir 10 tahun bahkan ada yang lebih. Dan semuanya berawal dari platform ini, tumblr - meski sekarang tidak semuanya aktif di sini lagi. Pertemanannya awet sampai sekarang meski kalau WA mungkin setahun sekali, seperlunya. Hal yang bisa kupelajari dari bertahun-tahun ini, refleksi yang mungkin bisa kutulis lebih general di sini. Berikut : Coba perhatikan teman-temanmu yang masih awet hingga saat ini. Mungkin yang benar-benar kenal sejak kalian masih nggak tahu apa-apa tentang dunia ini, masih galau dengan masa depan, nggak tahu bakal kerja apa, nggak tahu siapa jodohnya. Dan sebagainya. Perhatikan bagaimana proses bertumbuhnya. Bagaimana dulu mereka membuat keputusan dan pilihan hidup. Bagaimana dulu mereka menjalani risiko masing-masing. Bagaimana mereka tumbuh dari remaja yang sembrono menjadi bijak seperti saat ini. Bahkan orang-orang yang tak kamu sangka bakal berlaku lembut pun kini mungkin jadi ayah/ibu yang sangat lembut ke anak-anaknya. Mereka yang dulu setiap kali kalian bertemu, nggak tahu tujuan hidupnya apa. Kini menjalani kehidupannya dengan sangat tertata. Coba perhatikan bagaimana mereka bertumbuh. Lihat juga dirimu sendiri, kamu juga telah bertumbuh. Mungkin ada perasaan ini kembali ke masa lalu. Jika itu bisa terjadi, maka satu-satunya hal yang seharusnya kamu lakukan kepada dirimu di masa lalu adalah berterima kasih.
oh ya, buku ini tinggal sedikit, super terbatas karena memang cetakan terakhir dan tidak diproduksi lagi : klik sini kalau mau beli
80 notes Β· View notes
deeply4u Β· 2 years ago
Text
π•Άπ–Žπ–˜π–†π– π•Ύπ–ˆπ–†π–“π–‰π–†π–‘ πŸ”ž:
Perbuatan ku bersama kak Timah tidak berakhir di situ. Sekali-sekala, kak Timah datang ke rumah ku dan kami akan bermesra-mesra hingga air mani ku membasahi kain batiknya. Kadang kala aku tidak melancap di bontotnya, tetapi kak Timah melancapkan batang ku dengan menggoncangkan batang ku menggunakan tangannya yang dibaluti kain batik lusuhnya yang lembut. Namun, lumrah manusia, diberi betis nak peha. Akhirnya kak Timah berzina juga dengan ku.
Persetubuhan yang kami lakukan memang sungguh menikmatkan. Dapat juga aku merasa tubuh montok bini orang kampung yang berbontot besar dan montok itu. Walau pun kami tidak pernah bersetubuh telanjang, hanya dengan menyelak baju dan kain batiknya sahaja sudah cukup membuatkan persetubuhan kami hangat. Kak Timah tahu aku meminatinya kerana bontotnya. Akhirnya dapat juga ku nikmati dubur kak Timah dan membenihkan lubang najisnya yang empuk berlemak itu. Pertama kali aku melakukannya, air mani ku keluar tidak sampai seminit. Ianya gara-gara terlalu ghairah kerana mendapat apa yang selama ini aku idamkan. Setakat air mani ku memenuhi lubang nonoknya sudah menjadi perkara biasa. Malah, seorang bayi turut terhasil dari perbuatan sumbang kami berdua.
Kak Timah yang sentiasa sudi melayan nafsu ku dan curang kepada suaminya semakin hangat di atas ranjang. Dia semakin bijak mengetahui apakah keinginan ku dalam permainan nafsu. Bontotnya yang aku idam-idamkan dan selalu ku puji dan stim kepadanya menjadi medan persetubuhan yang paling kerap aku nikmati. Malah sekiranya masa tidak mengizinkan atau kami kesuntukan masa, tetapi tetap inginkan persetubuhan, kak Timah tahu bagaimana hendak melakukannya.
Dia akan hisap batang ku dulu dan kemudian dia akan menonggeng di mana-mana saja yang sempat dan tersembunyi, selak kain batiknya dan aku pun jolok duburnya. Pernah kami melakukannya di majlis gotong royong di balairaya. Kami sempat melencong di dalam kebun pisang. Pokok pisang kebun Haji Jamil menjadi tempat kak Timah berpaut sementara aku menikmati lubang bontot lebarnya yang sedap dan berlemak itu. Bergegar lemak-lemak yang melebarkan dan membesarkan bontot bini orang tu. Memang sedap. Tak hairanlah setiap kali main bontot memang tak pernah pancut luar. Sedap sangat lepas dalam.
Selain kak Timah aku juga dah merasa tubuh montok dan gebu milik kak Esah. Bini orang yang selalu gersang itu aku nikmati tubuhnya sewaktu aku dalam perjalanan ke rumah ketua kampung melalui jalan pintas yang melalui kebun-kebun. Kak Esah kira sudah berumur juga. Di dalam lingkungan 50-an. Anak-anaknya juga sudah besar-besar dan ada yang lebih tua dari ku. Suami kak Esah terperap di rumah lantaran sakit angin ahmar. Jadi hanya kak Esah dan anak-anaknya yang mencari rezeki dengan membuka kedai makan di tepi jalan besar yang dibuka setiap malam hingga awal pagi.
Biar aku cerita macam mana tubuh gempal kak Esah yang montok tu aku nikmati. Sewaktu aku melalui denai yang merupakan salah satu jalan pintas, aku terserempak dengan kak Esah yang juga sedang melalui jalan yang sama dan juga hendak pergi ke rumah ketua kampung. Jadi kita orang pun berjalan bersama-sama perlahan-lahan sambil berborak-borak. Sewaktu tiba di denai yang kecil, aku biarkan kak Esah jalan dahulu di depan sementara aku mengikutnya di belakang. Semasa tu lah aku tengok bontot kak Esah yang berkain batik tu nampak licin tanpa seluar dalam.
Bontotnya yang besar dan nyata sungguh berlemak lebar itu membuatkan aku geram. Melenggok-lenggok bersama pehanya yang besar. Sambil aku mengikutnya aku merocoh batang aku yang keras dalam seluar sambil mata aku tak henti menontot lenggokan bontot kak Esah. Kak Esah cakap apa pun aku tak perasan sampaikan dia menoleh ke belakang tengok aku sebab aku tak ambil endah apa yang dia katakan. Aku sedar kak Esah menoleh kepada aku yang sedang khusyuk pegang batang dan tengok bontot dia. Aku tengok muka kak Esah, dia senyum je kat aku. Lepas tu aku pun senyum balik kat dia dan akhirnya kita orang pun tiba kat rumah ketua kampung.
Kak Esah memeluk ku dan menarik tubuh ku rapat kepadanya. Dia berbisik bertanyakan adakah sedap menyontot tubuh gemuknya. Aku memberi respon dengan mengatakan ianya sungguh melazatkan. Kak Esah mendesah nikmat dan menyuarakan kesedapannya di jolok batang ku. Suara kak Esah semakin tersekat-sekat.
Kak Esah semakin kuat memeluk ku dan akhirnya tubuhnya terangkat-angkat membuatkan tubuh ku yang lebih slim darinya turut terangkat. Jelas dia sudah mencapai kepuasan batinnya. Bau peluh kak Esah semakin semerbak menusuk hidung ku. Aku bangun dari menindih tubuhnya. Aku minta kak Esah menonggeng di atas tanah yang beralaskan rumput. Kak Esah menonggeng dan aku lihat kain batik di bontotnya basah dengan air nafsunya. Aku selak kainnya dan aku ramas daging bontot kak Esah yang berlemak.
Aku sumbat batang ku ke dalam lubang cipap kak Esah. Aku celup batang aku sekali dua hingga ke pangkal dan aku keluarkan kembali. Aku ludah simpulan lubang dubur kak Esah yang berwarna gelap itu. Aku kuak belahan bontotnya yang berlemak itu bagi membolehkan air liur ku masuk ke dalam duburnya. Aku halakan kepala batang ku ke simpulan dubur empuk bini orang yang berumur itu dan aku tekan sedikit demi sedikit hingga tenggelam kepala batang ku.
Kak Esah merengek dan bertanya kepada ku adakah boleh melakukan persetubuhan melalui jalan najis itu. Aku memberitahunya bahawa sudah tentu boleh dan sememangnya aku bernafsu kepadanya gara-gara bontotnya. Kak Esah memberitahu ku bahawa dia tidak pernah di liwat dan agak takut untuk melakukannya. Aku memujuk kak Esah agar tenang dan biarkan aku saja yang bertungkus lumus. Aku minta kak Esah berikan saja duburnya untuk ku nikmati. Kak Esah agak gugup, namun dia membenarkan.
Aku tekan batang ku hingga seluruhnya masuk ke dalam dubur kak Esah. Melentik tubuh gebunya mungkin sebab pedih sebab pertama kali duburnya di liwat. Aku hayun batang aku di lubang najisnya yang sempit itu. Sungguh sedap rasanya meliwat dubur perempuan berumur yang berlemak itu. Kain batik kak Esah aku selak lagi hingga seluruh bontotnya yang putih dan lebar itu menampakkan gegarannya. Bagaikan belon berisi air, bontot berlemak kak Esah berayun ketika aku menghayun batang ku. Setiap kali batang ku menujah dubur empuk berselulit perempuan kampung itu, semakin sedap ku rasa. Aku menghayun bagai nak gila.
Kak Esah merengek tak henti-henti. Melentik bontot kak Esah dijolok batang aku. Aku hilang kawalan. Bontot berlemak yang lebar itu semakin membuatkan aku ghairah. Aku jolok bontot tonggek bini orang itu semakin laju. Kak Esah mengerang semakin kuat. Akhirnya aku benamkan batang ku dalam-dalam dan ku lepaskan air mani yang berkhasiat dan subur ke dalam dubur kak Esah. Kak Esah merengek sewaktu dia merasakan air mani terpancut-pancut dari batang ku yang tersumbat sedalam-dalamnya di dalam duburnya. Aku perah seluruh air mani ku agar keluar memenuhi lubang bontot bini orang yang kegersangan itu.
Selepas puas memenuhkan lubang bontotnya, aku tarik batang ku keluar. Serentak itu, tanpa aku duga kak Esah mengeluarkan gas aslinya dari lubang bontotnya yang ternganga. Berkali-kali kak Esah terkentut-kentut hingga anginnya dapat ku rasa kuat menghembus batang ku yang sudah terkeluar dari duburnya. Kemudian mengalirlah benih ku keluar dari duburnya setelah ianya sesat tidak menjumpai lubuk peranakan yang boleh dibuntingkannya, sebaliknya hanya najis-najis yang bakal diberakkan sahaja yang dijumpainya. Kak Esah tersipu-sipu malu. Dia berdiri dan membetulkan tudung serta kain batiknya. Ketika itu kak Esah memanggilku dan mengangkat kainnya. Kak Esah menunjukkan sesuatu kepada ku. Dari kainnya yang diangkat, aku lihat air mani ku mengalir turun dari duburnya ke peha dan betisnya. Kak Esah kata air mani ku banyak dan dia kata aku seakan-akan kencing di dalam duburnya.
51 notes Β· View notes
chocohazel Β· 6 months ago
Text
Ternyata, Lewat Dia
Satu pagi di pertengahan tahun lalu, aku memulai hari dengan kelas pekanan ba’da subuh. Lalu guruku menyebutkan nama seseorang. Kemudian dari nama itu kutemukan banyak informasi β€” yang ternyata menyakiti diriku sendiri.
Di usia yang sama bagaimana bisa dia telah begini dan begitu? Apa salahku sehingga hidupku terhenti dan semua sisi seolah terus menghimpitku?
Di sudut kamar itu aku menangis sejadi-jadinya, baru kusadari bahwa pencapaian manusia bisa sebegitu menyakitkan untuk dibaca.
Lalu nama itu menjadi nama yang kuhindari.
Namun pena telah diangkat dan lembaran telah kering. Aku dan nama itu kembali beririsan. Kali ini irisan yang amat dekat dan tak mungkin kuhindari.
Perasaan kerdil itu muncul lagi, seolah-olah aku dan dia sedang berlomba dan aku yang kalah.
Padahal aku tidak sedang berlomba dengan siapapun kecuali diriku sendiri.
Tapi pertemuan demi pertemuan membuat kami saling mengenal hingga jadilah kami bersaudara.
Ternyata, lewat dia ada banyak sekali pertanyaan yang terjawab. Lewat dia, aku tersadar bahwa keresahan apapun yang kupunya tidak pernah mendefinisikan siapa diriku sebenarnya.
Lewat dia aku jadi kembali bertanya kepada diriku sendiri, jika benar tujuannya adalah ridho Allah, jalurnya boleh apa saja kan?
Maka aku hanya perlu terus bergerak dan berdoa semoga gerakku membawa dampak.
Tulisan ini akan kututup dengan nasihat seorang bijak;
β€œdiantara indikator capaian salimul aqidah adalah kita tidak lagi terpenjara di dalam jeruji ketakutan akan masa depan.”
Aulia kepada Aulia
6 notes Β· View notes
dindarahmaniar Β· 7 months ago
Text
Tumblr media
Hampir dua puluh tujuh tahun bersama keluarga inti, tidak ada pengaruh terbesar dalam sifat dan karakter kecuali mereka. Sekalipun harus diakui mulai SMA sampai kuliah, lingkungan sekolah memberi banyak perubahan hidup, tapi dasar diri sudah jelas ada di rumah, di keluarga inti, bersama penanam benih utama (bapak dan ibuk) dan juga penyiram pupuk (mbak dan adek).
Jadi, setelah memutuskan menikah seharusnya sudah sangat sadar bahwa diri sendiri dan orang lain yang dipilih itu juga memiliki hal dasar yang juga fundamental, dari rumahnya masing-masing. Tetapi itu hanya keyakinan belaka, saat dijalani ya sering lupa haha. Oh dia begini, aku begitu, gapapa nanti bisa disesuaikan.. (sebuah sugesti yang sering gagal). Ternyata memang sesulit itu yang namanya penerimaan dan pengaplikasian komunikasi efektif. Yhaa, namanya juga menikah, susah susah senang.. kadang senang senang susah..
Hampir dua puluh tujuh tahun pula tidak ada laki-laki asing yang berani berbagi hal personal padaku sampai pada orang terpilih itu. Awal-awal rasanya susah payah menerima, melihat saja kadang masih suka ragu wkwk, pemalu ulung kalau sudah masuk personal relationship.
Aku adalah orang yang cukup detil dalam melihat kebiasaan kecil, seperti cara makan, cara berpakaian, bahkan cara menjawab pertanyaan, pilihan katanya ku perhatikan. Dan untungnya aku tidak tau semua itu dengan cukup rinci pada suami, kalau sudah tau duluan, mungkin aku akan berpikir ratusan kali memilihnya haha (maafkaaan). Tapi, dari hal ini ada betulnya, bahwa ya memang yang terpenting bukan itu, bukan hal-hal kecil yang memang sudah dua puluh tujuh tahun dia lakukan dan diteladankan oleh orang tua dan saudaranya di rumah.
Yang terpenting adalah hal-hal prinsip yang terus dipegang untuk diri dan keluarganya kelak, itu adalah iman dan ilmu. Dan memang dua hal ini yang banyak kita berdua bahas sebelum menikah. Tentang seberapa pondasi keimanan yang dimiliki, kedalaman ilmunya, yang tentunya keduanya dibawa ke arah yang bagaimana kedepan, sesuaikah dengan mimpi diri atau tidak.
Adab dan akhlak yang baik harusnya sudah masing-masing tau ketika iman dan ilmu cukup kuat (sekalipun kadang masih belum mampu melakukan). Kriteria kuat disini ya kita sendiri yang setting, apa perlu sampai hafal Qur'an, tidak pernah marah seumur hidup misal, atau ya cukup berhijab aja pokoknya (bagi yang perempuan) tanpa perlu embel-embel kriteria lain. Poinnya, mau saling menerima kurang lebihnya itu atau tidak. Hmm seperti ringan dan bijak kalimatnya yaa, padahal tidak sesederhana itu anak muda hehe. Katanya memang fase awal pernikahan adalah keterkejutan, iya beneran dar derr dorr rupanya >.<
Berjalan hampir empat tahun, ketika kebiasaanku dengan hal-hal kecil itu berulang, sudah cukup bisa mengendalikan diri (sepertinya), dari yang awalnya nahan bahkan lepas emosi, sampai cukup tarik nafas aja, ingat-ingat hal baik dan prinsip lain yang masih banyak untuk disyukuri. Sekalipun kadang ya memantik konflik duluan haha.
Tiga puluh tahun memiliki emosi dalam diri, tapi rasanya baru empat tahun ke belakang benar-benar tau apa itu gunanya proses regulasi emosi. Bagaimana emotional stability itu penting sekali. Gak mudah, tapi katanya banyak pahala, maulah pahala banyak meskipun ya Allah ya Allah dalam perjalanan kan. Alhamdulillah, sekarang bertiga terasa lebih ringan, siapa lagi kalau bukan karena pertolonganNya yang maha melembutkan hati :)
A random note,
Helsinki, 2024
8 notes Β· View notes