#inklusif
Explore tagged Tumblr posts
Text
PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Tuli.
Didalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus cenderung menggunakan media berbentuk visual agar materi lebih dimengerti oleh anak. Terutama pada anak dengan hambatan pendengaran (Tuli), mereka sangat senang jika ada materi ajar yang dilihat. Terlebih jika ditambahkan media games dan video penunjang pembelajaran.
Link berikut adalah salah satu media pembelajaran berbasis PPT yang saya buat untuk anak Tuli dengan Tema Kenampakan Rupa Bumi/Pembelajaran Laut.
3 notes
·
View notes
Text
Ismail Tegaskan, Program Pendidikan Inklusif Sangat Penting
Hargo.co.id, GORONTALO – Guna mewujudkan pendidikan inklusif yang lebih merata tanpa membeda bedakan apapun, Dinas Pendidikan Kota Gorontalo menyelenggarakan bimbingan teknis (Bimtek) terkait program pendidikan inklusif bagi guru jenjang sekolah dasar (SD) se-Kota Gorontalo tahun 2024, Kamis (24/10/2024). Kegiatan yang dilaksanakan di Grand Q Hotel itu, dihadiri langsung oleh penjabat (Pj) Wali…
#Bimbingan Teknis#Bimtek#Dinas Pendidikan#Inklusif#Ismail Madjid#Kota Gorontalo#Pemkot Gorontalo#Pendidikan#Penjabat Wali Kota#Program
0 notes
Text
Gebyar Pilar Sosial Kota Bengkulu 2024: Upaya Bersama Menuju Kota Inklusif dan Sejahtera
Gebyar Pilar Sosial Kota Bengkulu 2024: Upaya Bersama Menuju Kota Inklusif dan Sejahtera KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Gebyar Pilar Sosial Kota Bengkulu 2024 berlangsung dengan meriah dan penuh semangat. Malam puncak acara ini dihadiri oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Sosial RI, Robben Rico, yang memberikan apresiasi besar terhadap upaya Pemerintah Kota Bengkulu dalam…
#Gebyar Pilar Sosial#inklusif#Pengentasan kemiskinan#Program sosial#Sekjen Kemensos#Sinergi Kemensos#Kota Bengkulu#Pemkot Bengkulu
0 notes
Text
Lebaran Inklusif
HIMPUN.ID – Setelah berpuasa sebulan penuh, umat Islam merayakan Idul Fitri atau dalam literasi budaya kita dikenal dengan lebaran. Lebaran memiliki terminologi hampir sama di setiap daerah, bahkan istilah lebaran sudah dikenal dalam literasi Hindu yang menjadi salah satu agama yang dianut bangsa ini. Lebaran dalam tradisi Betawi berasal dari kata lebar atau luas. Definisi yang sama dalam bahasa…
View On WordPress
0 notes
Text
Ratusan Guru di Kebumen Ikuti Bimtek Penguatan Pendidikan Inklusif
KEBUMEN, Kebumen24.com – Pemerintah Kabupaten Kebumen melalui Dinas Pendidikan, Kepemudaan Dan Olahraga menggelar Bimtek penguatan pendidikan inklusif bagi guru dan pengawas tingkat TK, SD dan SMP sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Bimtek berlangsung di Hotel Mexolie, Sabtu 21 September 2024. Continue reading Ratusan Guru di Kebumen Ikuti Bimtek Penguatan Pendidikan Inklusif
0 notes
Video
Pesan dari Gus Dur untuk pemilu 2024
#youtube#Pesan dari Gus Dur untuk pemilu 2024 mungkin akan mencakup pentingnya partisipasi yang damai inklusif dan bertanggung jawab dalam proses dem
0 notes
Text
Sekolah Luar Biasa: Peluang dan Tantangan
Sekolah Luar Biasa: Peluang dan Tantangan
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). ABK adalah individu yang memiliki hambatan dalam salah satu atau lebih dari aspek fisik, intelektual, mental, sosial, atau emosional sehingga mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sekolah Luar Biasa memiliki peran penting dalam memberikan…
View On WordPress
#Anak Berkebutuhan Khusus#Disabilitas#Jenis SLB#Pendidikan Inklusi#Pendidikan Luar Biasa#Sekolah Inklusif#Sekolah Luar Biasa#Siswa Berkebutuhan Khusus
0 notes
Text
Adnan Ajak Seluruh Kades Bertemu Ganjar, Bahas MoU Pemkab-Kagama Terkait Desa Inklusif - Gosulsel
GOWA, GOSULSEL.COM — Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan bersama Wakil Bupati Gowa, Abd Rauf Malaganni dan jajaran Forkopimda beserta seluruh kepala desa, lurah se-Kabupaten Gowa melakukan studi tiru di Provinsi Jawa Tengah, Kamis (22/06/2023). Kegiatan studi tiru dilakukan dalam rangka tindak l...
http://gosulsel.com/2023/06/23/adnan-ajak-seluruh-kades-bertemu-ganjar-bahas-mou-pemkab-kagama-terkait-desa-inklusif/
#Kagama #PemkabGowa #ProgramDesaInklusif
0 notes
Video
youtube
Bimtek Pendidikan Inklusif di Kabupaten Karawang Tahun 2022
#youtube#bimtek pendidikan inklusif#bimtek pendidikan inklusif 2022#gemasik#disdikporakarawang#pendidikan
1 note
·
View note
Text
Sesak, syok, kecewa
Sesak; karena tau kasus ini melibatkan seseorang yang Allah titipkan hafalan quran pada dirinya
Syok; karena masih denial kenapa bisa peristiwa ini terjadi
Kecewa; karena merasa gak berdaya dan berfikir "apakah selama ini kita cuma asik berbicara di forum eksklusif tapi lupa untuk lebih inklusif"
Klo denger kaya gini tu, rasanya pengen marah, nangis, dan ya bener bener se sesak itu dadanya, kaya gak rela orang orang seperti mereka harus menjalani hal-hal semacam ini
Semoga Allah menjaga kita semua😭🙏
48 notes
·
View notes
Text
Gagap Palestina
Pasca aksi Solo Peduli Palestina 2021, terjadi perbincangan yang menarik oleh salah satu kawan saat forum evaluasi. Kurang lebih ada 70 elemen gerakan yang bergabung saat aksi, namun yang hadir dan konfirmasi hanya 5 lembaga.
Tanpa bermaksud suuzon, gerakan massa Islam hari ini masih tergolong momentum dan nafas pendek. Perlu ada pembahasan serius mengenai ini, terkhusus para pemuda dan pelajar. Saya pun mengamininya.
Aksi Palestina akan berhenti di aksi massa, simbolik, galang dana, dan doa bersama. Setelah itu, dikit demi sedikit kita lupa dan kembali ke hidup masing-masing.
Akan tetapi, Thufaan Al-Aqsha berbeda. Hemat saya perang ini adalah pemicu eskalasi gerakan terlama sekaligus termasif dalam di ruang lingkup lokal. Tidak hanya dari segmen aktivis dakwah tetapi juga masyarakat umum.
Setidaknya ada beberapa cara agar eskalasi gerakan menjadi konsisten dan jangka panjang.
1. Aksi Massa
Aksi Massa dalam momentum tertentu sangatlah penting untuk mobilisasi massa untuk memberikan tekanan terhadap zionist dan elemen yang mengikutinya.
Aksi massa juga tak boleh sempit dimaknai dengan teriak-teriak di pinggir jalan. Aksi ini bisa divariasikan dengan kajian akbar atau penguatan ruh dalam menambah ghiroh masing-masing dari kita.
2. Aksi Yang Entertaint
Aksi ini begitu masif seiring berkembangnya fitur-fitur medsos dan karateristik Gen-Z hari ini. Tujuan dari aksi adalah tersampaikanya isu yang diangkat dan massif. Selain tercerdaskan, kebutuhanya juga berupa hiburan.
Konten-konten keseharian yang dikemas dalam video, foto, story ini menambah awareness masyarakat lebih luas akan memahami isu Palestina.
3. Gerakan Intelektual Akademik
Ada sebuah kredo yang mengatakan, "Kita harus bergerak atas kepahaman bukan taklid..."
Eskalasi tak boleh disandarkan dengan perasaan emosi atau reaktif yang akhirnya menjadi sporadis. Pemahaman tentang A-Z Palestina begitu penting untuk menambah wawasan dan landasan bergerak.
Gerakan SJP internasional dan BDS telah menjadi contoh gerakan intelektual menghasilkan output massa yang solid, strategi yang terarah, dan hasil yang terukur.
Pun kehadiran SJP dan BDS harusnya dapat memacu kita untuk belajar lebih dalam tentang Palestina sekaligus menjadi inklusif terhadap isu global dengan beberapa elemen.
***
Gerakan-gerakan yang ada hari ini muncul biasanya hadir dari ciri khas diatas. Poinya adalah sebagai mahasiswa, perlu untuk memacu diri ini dengan mempelajari gerakan secara konstruktif agar Isu Palestina tidak berhenti secara reaktif dan gagap untuk eskalasi lanjutan.
Isu Palestina adalah isu abadi. Tidak akan berhenti hingga akhir zaman. Itu menjadi indikator keimanan.
Maka, jangan lupakan amalan ibadahnya, jangan lupa untuk merapikan barisan dan menjaganya dari kaum munafik.
Sekali lagi, ini adalah perjuangan untuk mencapai kemenangan atau kesyahidan.
Tabik.
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#menujukemerdekaanpalestina#freepalestine
13 notes
·
View notes
Text
"Peran pendidikan agama islam dalam menangkal radikalisme di kalangan generasi muda”
Radikalisme merupakan ancaman nyata yang semakin berkembang di era globalisasi, terutama di kalangan generasi muda. Ideologi radikal, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama Islam yang rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam), menyasar generasi muda melalui berbagai cara, termasuk media sosial dan forum-forum diskusi daring. Pendidikan agama Islam memiliki peran strategis dalam menangkal radikalisme, dengan mengajarkan nilai-nilai moderasi (wasathiyyah), toleransi, dan kasih sayang yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Artikel ini akan membahas peran pendidikan agama Islam dalam menangkal radikalisme di kalangan generasi muda, meliputi pendekatan kurikulum, metode pembelajaran, dan strategi yang dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Radikalisme dapat diartikan sebagai paham atau ideologi yang menginginkan perubahan mendasar secara cepat dan sering kali menggunakan cara-cara ekstrem untuk mencapai tujuan. Dalam konteks agama, radikalisme sering kali ditandai oleh sikap intoleransi, eksklusivisme, dan penggunaan kekerasan untuk memaksakan pandangan Radikalisme tidak hanya mengancam individu tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dampaknya meliputi:
Isolasi Sosial: Orang yang terpengaruh radikalisme sering kali memisahkan diri dari masyarakat umum.
Konflik Antar-Komunitas: Radikalisme dapat memicu konflik horizontal, terutama di masyarakat yang beragam seperti Indonesia.
Ancaman Terhadap Keamanan Nasional: Dalam kasus ekstrem, radikalisme dapat mengarah pada terorisme.
Konsep Wasathiyyah (Moderasi) Islam mengajarkan konsep moderasi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan..." (QS. Al-Baqarah: 143).Konsep ini menekankan keseimbangan dalam beragama, menjauhkan umat dari sikap berlebihan (ghuluw) dan ekstremisme. Pendidikan agama Islam dapat menangkal radikalisme melalui penanaman nilai-nilai berikut:Tauhid: Pemahaman tauhid yang benar membantu siswa memahami bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan keadilan.Akhlak Karimah: Mengajarkan akhlak yang baik, seperti toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan empati terhadap sesama.Persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Basyariyah): Pendidikan Islam menanamkan persaudaraan antarumat manusia, tanpa membedakan suku, bangsa, atau agama.Kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah dan perguruan tinggi harus dirancang untuk menangkal radikalisme dengan memasukkan: Kajian Sejarah Islam: Menampilkan tokoh-tokoh Islam yang mempromosikan perdamaian dan toleransi.Studi Kasus Radikalisme: Mengajak siswa untuk menganalisis penyebab dan dampak radikalisme serta bagaimana Islam mencegahnya.Pendidikan Multikultural: Menekankan pentingnya menghargai keberagaman sebagai bagian dari ajaran Islam. 1. Metode Pembelajaran Dialog dan Diskusi: Mendorong siswa untuk berdialog tentang isu-isu kontemporer, seperti radikalisme, dalam lingkungan yang terbuka dan aman.Pendekatan Kontekstual: Mengaitkan nilai-nilai Islam dengan realitas kehidupan sehari-hari agar siswa lebih mudah memahami relevansinya.Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan media digital untuk menyebarkan konten pendidikan yang moderat, seperti video, podcast, dan e-learning.2. Pelatihan Guru,Guru agama perlu diberikan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang Islam yang moderat dan cara menyampaikannya kepada siswa. Guru juga harus menjadi teladan dalam perilaku dan sikap.3. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan seperti diskusi lintas agama, seminar tentang bahaya radikalisme, dan pelatihan kepemimpinan dapat membantu memperkuat pemahaman siswa tentang Islam yang damai dan inklusif. Peran Keluarga dan Masyarakat Keluarga Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Orang tua harus memberikan teladan yang baik dalam beragama dan aktif mendampingi anak dalam memahami ajaran Islam. Selain itu, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat mencegah anak terpapar ideologi radikal.Masyarakat Tokoh agama dan organisasi masyarakat memiliki peran penting dalam menangkal radikalisme. Mereka dapat menyelenggarakan kegiatan seperti pengajian, seminar, atau kampanye publik yang menekankan pentingnya nilai-nilai moderasi dalam Islam.
Beberapa tantangan dalam upaya menangkal radikalisme melalui pendidikan agama Islam antara lain: Minimnya Pemahaman Agama: Masih banyak guru atau pendidik yang belum memiliki pemahaman yang memadai tentang Islam moderat. Akses Informasi yang Tidak Terkontrol: Generasi muda sering kali terpapar informasi radikal melalui media sosial tanpa bimbingan. Kurangnya Dukungan dari Lingkungan Sosial: Lingkungan yang kurang mendukung dapat menghambat upaya pendidikan agama dalam menangkal radikalisme.
Rekomendasi untuk Meningkatkan Efektivitas Revitalisasi Kurikulum Pemerintah perlu merevisi kurikulum pendidikan agama Islam agar lebih relevan dengan tantangan kontemporer, seperti isu radikalisme.Penguatan Peran Guru,Guru agama perlu dilatih secara intensif untuk memahami dan mengajarkan Islam moderat.Kampanye Digital Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memproduksi konten digital yang mempromosikan Islam sebagai agama yang damai dan moderat.Kolaborasi Antar lembaga Kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat harus diperkuat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung nilai-nilai moderasi.
Pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam menangkal radikalisme di kalangan generasi muda. Dengan mengajarkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kasih sayang, pendidikan agama dapat menjadi benteng yang kuat melindungi generasi muda dari pengaruh ideologi radikal. Melalui pendekatan kurikulum yang tepat, pelatihan guru, dan kerjasama antara berbagai pihak, pendidikan agama Islam dapat membantu menciptakan generasi yang tidak hanya religius, tetapi juga toleran, inklusif, dan berkontribusi bagi perdamaian dunia.
Referensi:
Amin, A. (2017). Islam Moderat dan Tantangan Radikalisme di Era Globalisasi. Yogyakarta: LKiS.
Departemen Agama RI. (2020). Panduan Pendidikan Agama Islam dan Moderasi Beragama. Jakarta: Kemenag RI.
Wahid, A. (2018). Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamin. Jakarta: PT Gramedia.
Hidayat, N. (2021). “Peran Pendidikan dalam Menangkal Radikalisme.” Jurnal Pendidikan Islam, 15(2), 23-34.
Yusuf, M. (2019). Strategi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Radikalisme. Bandung: Alfabeta.
2 notes
·
View notes
Text
Budiyanto: Sekolah RAIS, Solusi untuk Menghadapi Tantangan Pendidikan Saat Ini
Hargo.co.id, GORONTALO – Bagi penjabat sementara (Pjs) Bupati Bone Bolango, Budiyanto Sidiki sekolah ramah anak, inklusif, dan sehat (RAIS) sangat relevan dengan tantangan pendidikan yang dihadapi sekarang. Artinya, bisa menjadi solusi dalam menghadapi berbagai tantangan dunia pendidikan saat ini. “Harus ada keyakinan bahwa Sekolah RAIS ini menjadi cita-cita kita bersama. Sebab, saya sudah lihat…
#Budiyanto Sidiki#Kabupaten Bone Bolango#Pemkab Bone Bolango#Pendidikan#Pjs Bupati#Ramah Anak Inklusif dan Sehat#Sekolah RAIS#Solusi#Tantangan
0 notes
Text
APBD Pontianak 2025: Fokus SDM, Infrastruktur dan Ekonomi Inklusif
APBD Pontianak 2025: Fokus SDM, Infrastruktur dan Ekonomi Inklusif KANTOR-BERITA.COM, KOTA PONTIANAK|| Dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pontianak Tahun Anggaran 2025, Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak, Edi Suryanto, menegaskan pentingnya fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), peningkatan infrastruktur, dan ekonomi inklusif. Hal ini ia…
#APBD Pontianak 2025#Edi Suryanto#Ekonomi inklusif#Keuangan Daerah#Kota Pontianak#pembangunan SDM#Pengelolaan Keuangan#PJ WaliKota Pontianak#Rancangan APBD#infrastruktur
0 notes
Text
Pasca ikut pertemuan sama Pak Anies di hari Selasa itu, aku gabisa langsung menelan bulat-bulat semua nasehatnya. Nggak kok, nggak salah dan ga bertentangan, ini cuma bentuk kehati-hatianku aja. Kita ga pernah tau seberapa kuat seseorang mempengaruhi pemikiran orang lain, iya ga si? Iyaa aku tau kok beliau tokoh publik, akademisi, politisi yang namanya selalu dipandang besar sama orang-orang. Iyaa the rill udah menginspirasi kalo kata kita mah, tapi tetep aja. Hmm, menempatkan sesuatu pada porsinya? Atau bentuk kehati-hatian karena pada dasarnya setiap manusia pasti punya baik dan buruk? Atau sebenernya lagi denial aja sama narasinya?
Ah gatau, sebenernya bukan itu yang mau aku ceritain. Intinya, aku sadar ketika aku belum bisa menerima suatu narasi, pemahaman, pemikiran dari orang lain sesusah itu buat menyampaikan kembali. Entah itu lewat tulisan atau sekedar cerita. Kayak, ini terlalu banyak dan cepat buat aku terima. Kayak, posisinya kita lagi maunya makan mi ayam nih, tapi saat itu juga disuruh ngabisin bakso 50 butir dalam satu lahapan. Yang bener aja, gua bukan Po, Master of Kungfu yang bisa makan bakso tanpa berhenti wkwk.
Terjadi lagi kemarin, pasca ikut seminar WPS (Women Peace and Secure) aku cuma bisa hmmm hmmm. Kayak, otak tuh pengennya mencerna, tapi hati tu kayak "aih, apasi, wait², kok gini sih, emg iya ya". Tentu bukan ide saya untuk datang dengan sukarela ke dialog tokoh praktisi feminisme (tapi mereka gamo di framing gitu) dan ikut mendengarkan hal-hal baru yang menurutku kalo buat orang awam emang akan cukup mindblowing dan candu buat dikulik lebih dalam. Kalo ga karena nyamperin sepupu yang kerjanya justru di AMAN ya aku juga gaakan kesana sih. But, ya mungkin emang ini yang terbaik. Mungkin emang Allah mau aku rada sedikit lebih paham tentang dunia isme-isme yang sebenarnya aku juga pusing dan kadang overwhelmed dengan semua proses filtrasi di pikiran dan hatiku sendiri (wkwk alay bgt si lu Rin)
Sumpah kalo aku ditanya tentang pemikiran-pemikiran kek gitu, aku mending cuma jawab "gatau" dan lebih milih apa-apa yang udah jelas dan termaknai betul dari Alquran. Iya mesti habis tu dibilang strict lah, saklek lah, pragmatis lah. Yaa maksudnya kek, enakan gitu ga si heu. Hidup udah sulit, jangan dipersulit lagi dengan isi pikiran yang liar. Liar dalam artian worldview yang dianutnya, pemaknaan tafsir yang dibuat-buat sendiri. Kalo mo milih juga mending udah hidup mah adem ayem tentrem aja, selama masih menjalankan syariat - syariat agama dengan baik, dan mengusahakan selalu berpedoman pada Rasulullah, masih kurang kah?
Tapi, tapi nii kadang terbebani juga ga sih kalo misal ditanya, atau lagi dialog sama orang-orang yang ga jelas keberpihakannya dimana, gamau dongg kalo keliatannya kita kayak gitu juga. Maksudnya, mungkin dengan pengalaman belajar agama bertahun-tahun di pondok(?) masa ga bikin kita yang hari ini makin kokoh sih sama iman kita? Iman ga tuh:v
Lucu banget, sejak awal dibuka dialognya sama salah satu pembicara ni aku dah menemukan ke anomali an, yang apasih harus banget ya di mention gitu. Kita tau kalo mayoritas kita emang muslim, otomatis emang kulturnya kita bakal salam pakai assalamualaikum dong. Ya masa salam tuhan Yesus, ya gapapa juga sebenernya kalo dia emang bukan muslim. La ini namanya aja masih cantik banget pake nama-nama islam. Tapi yang dibilang malah, "Assalamualaikum, shalom, dan salam-salam lainnya. Yang kita tau banyak dan beragam, tapi ya gimana lagi, kita biasanya assalamualaikum gini kan ya" Yaa intinya gitu. Satu, oh apakah menjadi seseorang yang paling inklusif juga harus menghilangkan identitas keagamaannya? Heu, kocak. Ibuknya ga jilbaban btw, tapi yaa gitu iya aja bawa narasi tentang keperempuanan yang berdaya.
Lanjut ke pembicara ke 2, oh dari awal liat foto beliau di pamflet aku dah ancang-ancang, ya Allah keknya gua tau isi alur pikirannya. Wkwk, ya ga bole suudzon sih, tapi lagi - lagi. Kenapa ya di usia segini aku jadi makin banyak hati-hatinya? Apalagi terkait worldview, beh kuat banget keknya efeknya kalo gua ga mikir distrkasinya. Bakal terus-terusan mempertanyakan dan mencari pembenaran. Iya aku nyadar, aku ada sisi kayak gininya, makanya harus di jagain biar apa-apa yang emang butuh dibenarkan tu ya emang yang bener dan salahnya jelas. Yang penting meng-ilmu-i suatu ilmu yang benar dengan baik aja sih.
Oiya, pembicara ke-2, yang bikin aku amaze adalah dia yang melek banget urusan keumatan. Tapi bagian perpecahannya wkwk. Kita tau kalo umat muslim akan terbagi-bagi ke banyak golongan. Apalagi hari ini yang makin banyak alirannya. Kita juga tau kalo yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-sunah. Aku ga ngerti ya ibuknya udah memahami konteks keberagaman jamaah sampai sini belum. Tapi beliau cerita tentang satu kasus pendeta perempuan yang berusaha menyelamatkan posisi gereja yang disana ditolak mentah-mentah sama masyarakat mayoritas, ya berati mau gamau kita bakal bilang orang muslim nya dong yang menolak. Aku belum tau banyak tentang kasus itu, tapi sepanjang aku ikut alur cerita yang disampaikan sama pembicara ke-2 ini tu kayak apa yaa, seolah-olah menjadi mayoritas adalah salah(?).
Seriuss aku kayak lagi dengerin cerita perjuangan nabi muhammad mengislamkan kaum quraisy tapi ini posisinya dibalik, kaum quraisynya malah justru umat muslim mayoritas hari ini, terus tim minoritynya sodara-sodara kristen protestan yang nyari pengakuan akan keberadaannya di tempat itu. Sebenernya yaa lucu aja sih. Yaa karena aku belum tau banyak tentang kasus ini, aku juga gamau repot-repot mengidentifikasi siapa yang salah, siapa yang bener. Tapi cara menyampaikan dari pembicara ke-2 ini seolah-olah dia membenarkan dan menyetujui upaya dakwah versi masyarakat kristennya di cerita itu. Yaa aku juga menyetujui kokk, maksudnya yang dinamakan dakwah fardiyah kan emang gitu dari satu pintu ke pintu lainnya. Tapi tu kayak, beliau nyampeinnya kek enteng banget, semisal ada sodara kita yang muslim jadi terpengaruh terus malah log in agama sebelahnya, yaa its okeey. Pola pikir macam apa itu, heu.
Terus ini, beliau juga ada cerita tentang masyarakat ahmadiyah di tasikmalaya. Aku pas denger pertama udah rada-rada awas nih. Walaupun aku juga baru searching di tempat tentang jamaah ahmadiyah ini wkwk. Yang aku tangkep dari hasil searchku kan yaa emang mereka jamaah dengan pemahaman akidah yang salah kan. Masa iya ada nabi setelah nabi muhammad, yaitu pembesarnya mereka. Wah itu mah udah penyimpangan besar sih. Tapi apa yang kemudian di narasikan si ibuk pembicara ke-2 ini? "Kasian teman-teman kita yang Ahmadiyah mereka diasingkan. Mereka dikucilkan" Astagaa. Yang bikin aku tambah nyut-nyut an lagi gara-gara di closing statementnya gini, "Tantangan kita hari adalah kultur masyarakat dan pemahaman tafsir keagamaan yang konservatif"
Woylaa, capek banget. Berasa makin berat pundak ini. Beban dakwah kita banyak mentemen. Habis ini ga kebayang kalo misal udah berapa ribu mahasiswa yang udah diajak dialog tentang ini terus bener-bener meyakini sepenuh hati. Jadi tugas kita buat kembali memurnikan islam di pemikiran-pemikiran mereka yang kacau.
Aku gatau, tapi aku berusaha buat cari tau pelan-pelan. Aku gamau merasa paling benar, tapi aku berusaha buat meyakini diri sendiri dan memahamkan mana sih yang beneran bener tu. Wallahu'alam bishowab:)
2 notes
·
View notes
Text
Hal yang Membuat Masa Depan Menyenangkan!
Dalam era yang penuh dengan tantangan, manusia terus menapaki perjalanan menuju masa depan yang cerah dan penuh harapan. Inovasi teknologi, perubahan sosial, dan kesadaran global telah membuka pintu menuju kemungkinan-kemungkinan baru yang memancarkan optimisme dan kegembiraan.
1. Inovasi Teknologi Membuka Pintu Menuju Perubahan Positif
Dengan percepatan teknologi, manusia mengalami lonjakan inovasi dalam berbagai sektor. Dari kecerdasan buatan yang mengubah cara kita bekerja hingga penemuan medis yang merevolusi pengobatan, inovasi membawa perubahan positif yang dapat membentuk masa depan yang lebih baik.
2. Peningkatan Kesadaran Lingkungan dan Keberlanjutan
Masyarakat semakin sadar akan dampak lingkungan dan pentingnya keberlanjutan. Inisiatif global untuk mengatasi perubahan iklim, menggunakan energi terbarukan, dan melindungi keanekaragaman hayati menandai langkah-langkah positif menuju masa depan yang berkelanjutan.
3. Perubahan Sosial yang Membawa Kesetaraan dan Keadilan
Perubahan sosial yang mendukung kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan keadilan telah memberikan fondasi yang kuat bagi masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Masa depan yang menyenangkan adalah masa depan di mana semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
4. Pendidikan dan Akses Informasi yang Luas
Dengan teknologi informasi yang semakin merata, akses terhadap pendidikan dan informasi menjadi lebih mudah. Masyarakat yang teredukasi adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang cerdas, kreatif, dan berkembang.
Melalui inovasi, kesadaran lingkungan, perubahan sosial, dan pendidikan yang luas, masa depan menjanjikan kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua. Dengan kerja sama global dan tekad untuk mencapai perubahan positif, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik dan menyenangkan.
Bersama dengan Lejel Labs Global, kami mengajak kamu untuk bisa maju dalam tujuan yang sama. Dengan bersama kita akan lebih menikmati perjalanan yang tidak akan kita lupakan. Mari sambut masa depan dengan penuh suka cita dan banyak uang!
17 notes
·
View notes