#Pendidikan
Explore tagged Tumblr posts
fiindjpg · 8 months ago
Text
Banyak hal yang ingin kita skip dari kehidupan, hal-hal yang tak pernah kita inginkan, hal-hal yang selalu kita takutkan, maka dari itu, kita selalu berdoa kepada allah agar dijauhkan dari perkara tersebut.
Salah satunya adalah perceraian. Perceraian kerap kali terjadi entah karena adanya pihak ketiga, perselisihan yang terus menerus, atau bahkan faktor ekonomi. Begitu menakutkan sekali fenomena ini, maka dari itu betapa pentingnya mempersiapkan diri sebelum menempuh peran yang baru, baik itu pada laki-laki ataupun perempuan.
Salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah ILMU.
Ilmu adalah alat yang akan mengunci agar semua faktor pemicu tersebut nggak pada keluar di kehidupan kita. Dengan ilmu, berbagai hal akan tersaring, kita pun tau bagaimana cara menghadapi perseteruan yang datang, dan kita akan tetap memiliki tujuan kehidupan yg kekal sehingga tidak ada celah untuk merusak sesuatu yang telah kita bangun sebelumnya.
Berbicara tentang perceraian, perceraian adalah salah satu hal yang allah tak suka. Dan nggak ada seorang pun yg mengharapkan hal itu, namun... tetap saja, kita harus mengetahui ilmu tentang hal tersebut. Agar apa? Agarr ya..itu tadi, kita terjauhkan dari hal hal yag mendekati perceraian.
Aku baru tahu, kalo talaq itu ada urutan dan aturan yang di dalamnya pun allah masih memberikan kesempatan agar dua insan terus bersatu, dalam talaq satu aja, allah kasih kesempatan masa iddah yang cukup lama agar dua insan bisa tetap bersatu menemukan titik terang untuk melanjutkan pernikahannya,begitupun pada talaq dua. Hingga sampai pada talaq tiga barulah allah berii aturan yang lebih berat lagi. Dan lagii, allah memberikan himbauan kepada kaum laki-laki agar hati hati dalam berucap kepada istrinya.
Untuk full pembahasannya, mentemen bisa kunjungi channel youtube ustadz felix siauw yaa :)
Semoga, allah selalu melindungi dan membantu kita untuk tetap taat beribadah kepadaNya, mendapatkan pasangan hidup yang bertemu karena tujuan yang sama, berakhir pun bersama pada tujuan yang sama.
#fidinadiaries #hanyakata #pernikahan
49 notes · View notes
arsalrmdhann23 · 4 months ago
Text
Tumblr media
Menjaga, merawat itu jauh lebih sulit dibanding menanam atau memulai...
Bersabar pada prosesnya itu jauh lebih bijak dibanding fokus pada hasilnya...
Terkadang hasil hanya sebagai pameran atau branding yang penuh intrik dan keghaiban...
Menghafal atau menambah hafalan qur'an itu boleh jadi mudah, biidznillah..
Namun, yang sulit darinya itu adalah menjaga atau muroja'ahnya.
Hafalan tanpa di jaga atau diulang-ulang hanyalah kedustaan yang dibuat antara hati dengan lisan, dan lisan dengan perbuatan.
Allahummarhamnaa bil Qur'an 🤲🏼
19 notes · View notes
bayuvedha · 2 months ago
Text
"Sekolah Is Bulshit??"
Potret Buram Pendidikan Kita: "Ketika sekolah tak lagi menjadi tempat belajar, tapi ladang profit, siapa yang sebenarnya dicerdaskan?"
Sebagai seorang guru yang juga seorang konten kreator, saya sering merasa gemas dengan wajah pendidikan Indonesia yang—alih-alih berkembang—justru terjebak di antara aturan kaku dan mentalitas yang tidak relevan dengan kebutuhan generasi saat ini. Pendidikan seharusnya membimbing dan membuka potensi anak-anak kita, tapi kenyataannya sistem pendidikan Indonesia malah sering berfokus pada kekurangan, bukan kelebihan anak. Setiap siswa diukur dengan standar yang sama meskipun keunikan mereka berbeda. Misalnya, ada anak yang luar biasa berbakat di bidang fotografi dan videografi, tetapi sistem mewajibkan mereka untuk mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam pelajaran menggambar. Bukannya didorong untuk mendalami potensi, mereka malah dicap "gagal" hanya karena bakat mereka tidak ada di jalur akademik konvensional.
Lebih parahnya, saya juga melihat anak-anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan realitas dunia kerja. Bayangkan saja, di SMK misalnya, mereka dipersiapkan untuk dunia kerja yang penuh tekanan deadline, disiplin tinggi, dan tuntutan kualitas, tapi banyak guru yang enggan memberikan latihan seperti itu karena khawatir akan Undang-Undang Perlindungan Anak. Ironisnya, akibat ketakutan itu, anak-anak malah tumbuh dengan mental "tempe" dan merasa mereka tidak perlu bekerja keras atau menerima teguran. Sejujurnya, dunia kerja tidak akan memperlakukan mereka sebaik itu, dan sikap menghindar ini tidak mendidik mereka untuk siap menghadapi tantangan hidup yang nyata.
Lalu ada lagi "jaminan" naik kelas yang dianggap seolah wajib, bahkan ketika siswa tersebut tidak memenuhi kualifikasi. Sebagai seorang guru, saya pernah tidak meluluskan sembilan siswa dan tidak menaikkan dua belas siswa lainnya—tentu saja ini kontroversial. Keputusan saya membuat beberapa siswa merasa malu, bahkan mereka akhirnya pindah sekolah. Kenapa ini jadi masalah besar? Karena banyak sekolah yang takut prosentase kelulusan mereka turun. Kenyataannya, sistem dapodik dan akreditasi sekolah masih sangat bergantung pada statistik kelulusan yang 100%. Jika anak tidak naik kelas atau lulus, sekolah bisa terancam nilainya, dan dampaknya, sekolah lebih memilih "memaksa" anak naik kelas, terlepas dari apakah mereka sudah layak atau belum.
Sekolah swasta, terutama, sering kali lebih mirip bisnis keluarga daripada lembaga pendidikan. Fokus utama mereka bukan lagi mencerdaskan bangsa, melainkan mengejar profit. Guru dituntut untuk bergelar S1, bahkan S2, tetapi gaji yang mereka terima jauh di bawah UMR. Dana BOS yang seharusnya untuk operasional guru, sering kali hanya lewat tanpa sampai pada guru yang benar-benar mengajar. Guru akhirnya harus bekerja sambilan, membuka les, atau bahkan berjualan online hanya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup selama satu bulan. Bagaimana kita bisa berharap pendidikan berkualitas jika guru-gurunya justru harus membagi pikiran antara mengajar dan mencari penghasilan tambahan?
Selain itu, kita juga menghadapi tantangan dari orang tua yang terlalu campur tangan. Berdasarkan analisis pribadi saya, banyak orang tua yang lahir di tahun 70-an hingga 90-an tampaknya memiliki “dendam terpendam” terhadap pengalaman mereka dulu yang penuh disiplin keras. Mereka pernah merasakan hukuman fisik dari guru, yang saat itu dianggap wajar. Kini, ketika anak mereka mengalami masalah di sekolah, orang tua ini sering menolak pendekatan serupa, bahkan mendampingi anaknya secara berlebihan, dan guru pun jadi sulit mengambil sikap tegas.
Banyak variabel yang membuat sistem pendidikan kita kompleks dan berat untuk berkembang. Sekolah terjebak pada kebutuhan mencari keuntungan, guru harus berjibaku untuk bertahan hidup, dan pemerintah terus merumuskan kebijakan yang sayangnya tidak berbasis kondisi lapangan. Tanpa perubahan mendasar, pendidikan kita akan terus jalan di tempat. Pendidikan seharusnya membebaskan, tapi realitas yang terjadi malah sebaliknya.
12 notes · View notes
aisndry · 8 months ago
Text
Mesin Perubahan
Tumblr media
Pepatah Arab lama mengatakan
"Anak muda adalah sebagian kegilaan".
Generasi muda menyimpan cita-cita sekaligus ambisi. Ia punya langkah-langkah hebat jika dituntun dengan baik yaitu agama. Menuntunnya berarti melaksanakan satu langkah hebat untuk membuat perubahan.
Anak muda berekspresi dengan bebas atas apa yang diinginkannya itulah yang disebut idealis. Paulo Freire menyampaikan dalam bukunya, bahwa:
"Esensi pendidikan seharusnya membebaskan dan pendidikan harus bisa membentuk kesadaran kritis anak-anak muda."
Sejatinya, seperti diungkapkan oleh Dr. Aidh al-Qarni, wujud yang paling remeh dan hina di dalam ini adalah manusia yang hanya makan, minum, dan tidur. Sumber kemanfaatan dirinya sudah tidak mengeluarkan air lagi, lembah kebaikannya telah kering, dan dia berhak untuk tidak dianggap eksistensinya. Dia sama saja telah berada di alam kematian, hanya saja dia masih makan dan minum.
Imam Syafi'i memberi sebuah nasihat, bahwa:
"Demi Allah, hidup seorang pemuda hendaklah dengan ilmu dan takwa. Jika tiada keduanya, kematian lebih baik bagi mereka".
Kita sebagai umat pertengahan belajar menempah kemampuan, beradaptasi dan belajar lingkungan dengan menyatukan diri dengan alam. Membiarkan kebebasan diri untuk mengeksplor keingintahuan namun juga sadar terhadap kebatasan nalar manusia.
24 notes · View notes
syadhira · 2 years ago
Text
Pendidikan yang sebenarnya adalah pada prilaku bukan pada lembar kertas , orang boleh saja banyak gelar namun ternyata pendidikannya tak nampak dalam kehidupannya.
- Tulisan seseorang hafidzahullah
244 notes · View notes
arwasimiya · 1 year ago
Text
Bagaimana kita mengajar, sebagaimana kita belajar.
Pelajaran menarik hari ini. Mencoba hal baru, menaklukkan ragu, memang selalu mencetak kesan tersendiri. Tadinya, aku merasa cukup mampu dan tak seburuk itu. Ternyata, aku mah masih pemula, puhh ajarin dong puhh sepuhh!
Menyadari bahwa mengajar tak se-sederhana itu. Ada banyak sekali kompetensi yang perlu kita penuhi. Problem solving dalam kelas salah satunya. Menjadi catatan untuk diri kedepannya. Teknik membuka kelas, mereview materi, menciptakan interaksi, hingga menutup kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang pengajar.
Bagaimana mengatasi anak yang tidak mau menjawab pertanyaan? Bagaimana jika ada anak yang lari kesana kemari selama pembelajaran?
Cukup dua pertanyaan untuk melihat seberapa jauh kemampuanku. Wah diuji abis-abisan ini mah. Pake ada pertanyaan, "Itu gambar petanya kenapa tersenyum, kak?" apa ga nangiss muter otakk buat ngejawab itu semwah. Tapi jadi ingatan manis tersendiri bahwa aku sudah berada di titik ini.
Dapet feedback mahal tapi gratisan kalo kata Mba Anja. Benerr ajaa baru kali ini ditolak tapi malah makin semangat memperbaiki buat mengulang lagi di kesempatan selanjutnya. Seneng banget jadi paham letak kekurangan kita dimana.
Big thanks to Kak Ray Ilahude yang sudah menyambut dengan sangat baik, mempersilakan, menilai, dan melepas kita untuk kembali belajar. Merasa sangat dihargai berada satu ruang dengan pembicaraan berisi. Satu penyesalan karena tak memanfaatkan kesempatan bertanya dengan baik.
Takjub dengan caranya melepas tanpa membuatku merasa buruk. Yang aku rasakan bahwa ini bukanlah penolakan. Aku justru diberikan waktu untuk benar-benar mempersiapkan diri menjadi layak berperan untuk pendidikan anak muslim di Indonesia. See you di microteaching batch selanjutnya, kak!
Catatan untuk diri agar lebih melibatkan murid sepanjang pembelajaran, konsisten sejak awal hingga akhir.
Tadi ada temennya ya sebelum ini? Kelihatan bahwa kalian berdua punya latar belakang pemahaman yang padat tapi letak kekurangannya sama. Murid tidak banyak dilibatkan, tidak banyak bertanya, dsb. Tadi sudah bagus diawal Kak Arwa meminta untuk mengulang setelah dibacakan, tapi di akhir terutama bagian himārun dan khimārun full penjelasan tanpa melibatkan murid sama sekali. Akan lebih baik misalkan murid diminta mengulang atau diberi pertanyaan pemantik.
Baiklaahh mari kita taklukkan ketidaknyamanan berproses demi progres yang apikk! emang lupa bgt sii tadi pas udah akhir buat melibatkan anak-anak dan baru sadar juga pas dikasih feedback wkwk ga nyesell ikut mt kali ini walaupun belum keterima.
edit: lupa bgt masukin point tertera di judul :) kayaknya jadi blog baru aja nanti deh ya.
39 notes · View notes
sabrina25daisy · 7 months ago
Text
Menjadi Guru
Aku menyadari tidak mudah menjadi guru. Selain harus memahami bidang yg diajarkan, pentingnya memiliki kepiawaian dalam menyampaikan materi dan membawakan pesan atau hikmah kehidupan.
Lebih dari itu guru dituntut harus memiliki kesabaran yg luas, mental yg kuat, kemampuan mengelola emosi dan amarah, memiliki rasa peduli dan kepekaan yg dalam, tapi juga tegas dan tegaan.
Guru juga harus kreatif & mampu berinovasi. Ia harus mampu memahami kondisi siswa dan beradaptasi dengannya. Karena mau bagaimana pun bandelnya murid, guru tetap memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan mencari solusi terbaik bagi permasalahan siswa.
Ah, iya.. Aku ngerasa kalau jadi guru jangan pernah berekspektasi terhadap murid. Cukup berikan peran terbaik sebagai guru. Ajarkan apa yg perlu diajarkan. Sampaikan, bimbing, ingatkan dan bantu murid untuk terus mengevaluasi hasil kerja dan pencapaian mereka. Sampaikan kebenaran dan tegur mereka jika berbuat kesalahan.
Ajarkan mereka tentang moral dan akhlak. Ajarkan mereka cara menghargai orang lain dan menghargai diri mereka sendiri. Ajarkan tentang nilai juang dan proses itu lebih berharga. Dan ajarkan mereka tentang kasih sayang Allah dan pentingnya selalu berharap kepadaNya (berdoa & beribadah).
Jika mereka gagal hari ini, ingat mereka masih anak-anak. Mereka masih akan bertumbuh dan berproses menuju masa kedewasaannya. Masih ada waktu untuk mereka belajar tentang kehidupan. Mereka gagal hari ini bukan karena mereka nakal atau tidak pandai. Bukan juga karena kita kurang upaya atau bukanlah guru yg menyenangkan. Dan jangan pernah pula menyalahkan diri sendiri dan merasa gagal menjadi seorang guru.
Setiap anak atau pun kita memiliki masanya. Ada proses yg dilalui. Bagaimana pun mereka memiliki rangkaian takdir mereka sendiri. Tugas kita sebagai guru hanya memastikan kita telah memberikan peran terbaik sebagai perantara untuk mendidik mereka menjadi generasi penerus bangsa yg cerdas dan bermoral nantinya.
Mereka seorang siswa. Mereka sedang belajar. Dan jika mereka gagal, ingat! "Gagal adalah bagian dari proses belajar". Sertakan doa terbaik untuk mereka akan lebih baik dari pada menjustifikasi kegagalan mereka sebagai kebodohan atau ketidakmampuan mereka.
Tapi, tetap jadi guru gak mudah. Apalagi menghadapi siswa dengan tingkah yg hiperaktif, minus adab, sulit dikontrol, dan sebagainya. Memang mau gimana pun, jika dah terlanjur kesal, "Kontrol emosi dan luaskan sabar!" 😂 (Hiks..Tidak semudah itu! 🙃) Tapi, yah begitulah seorang guru dituntut.
Serius!! Guru adalah profesi terkeren!!!😌😎🤟
Salut untuk semua guru Indonesia yg memberikan pengabdian terbaiknya demi anak bangsa. 💐🤍
12 notes · View notes
tkimpianku · 6 months ago
Text
Pentingnya Adab Sebelum Ilmu: Pondasi Etika dalam Pendidikan
Adab, atau etika, adalah prinsip-prinsip perilaku yang baik yang membentuk dasar dari interaksi manusia. Sebelum seseorang memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, memiliki adab yang baik adalah hal yang esensial. Dalam konteks pendidikan, pentingnya adab sebelum ilmu sangatlah signifikan, karena adab adalah fondasi yang kuat bagi pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Artikel ini akan membahas mengapa adab sebelum ilmu sangat penting dalam pendidikan, bagaimana adab memengaruhi pembelajaran, dan bagaimana kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai adab ke dalam lingkungan pendidikan.
Mengapa Adab Sebelum Ilmu Penting dalam Pendidikan?
Membentuk Karakter yang Baik: Adab membantu membentuk karakter individu. Sebelum seseorang memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, memiliki karakter yang baik adalah hal yang penting. Adab mencakup nilai-nilai seperti kesopanan, kerendahan hati, kejujuran, dan empati, yang merupakan landasan bagi karakter yang baik.
Membangun Lingkungan Belajar yang Positif: Adab menciptakan lingkungan belajar yang positif di mana setiap orang merasa dihargai dan dihormati. Ketika siswa, guru, dan staf pendidikan mempraktikkan adab yang baik, suasana di dalam kelas dan di sekolah secara keseluruhan menjadi lebih harmonis dan produktif.
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran: Ketika siswa mempraktikkan adab, mereka menjadi lebih fokus dan terlibat dalam pembelajaran. Mereka belajar untuk mendengarkan dengan baik, berbicara dengan sopan, dan menghormati pendapat orang lain, yang semuanya merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Membantu Menciptakan Hubungan yang Baik: Adab membantu dalam membangun hubungan yang baik antara siswa dan guru, serta antara siswa satu sama lain. Ketika setiap individu mempraktikkan adab yang baik, hubungan di antara mereka menjadi lebih saling menghargai dan menguntungkan.
Persiapan untuk Kehidupan di Masyarakat: Mengajarkan adab sebelum ilmu membantu menyiapkan siswa untuk kehidupan di masyarakat. Keterampilan sosial dan emosional yang mereka pelajari melalui adab membantu mereka berinteraksi dengan baik dengan orang lain di berbagai situasi, baik di sekolah maupun di luar.
Menanamkan Kesadaran Etis: Adab juga mencakup kesadaran etis, yaitu kesadaran tentang apa yang benar dan salah. Memiliki kesadaran etis yang kuat membantu siswa membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Bagaimana Adab Memengaruhi Pembelajaran?
Menciptakan Kehadiran Mental yang Positif: Ketika siswa mempraktikkan adab, mereka menjadi lebih terbuka terhadap pembelajaran dan memiliki kehadiran mental yang positif. Mereka merasa nyaman dan aman dalam lingkungan belajar, yang memungkinkan mereka untuk fokus pada pembelajaran.
Meningkatkan Partisipasi: Adab yang baik mendorong partisipasi aktif dalam kelas. Siswa yang menghormati pendapat orang lain dan berbicara dengan sopan lebih cenderung untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas dan berbagi ide-ide mereka.
Memperkuat Komunikasi: Adab yang baik memperkuat komunikasi antara siswa dan guru. Ketika siswa menggunakan bahasa yang sopan dan menghargai waktu dan ruang belajar guru, komunikasi antara keduanya menjadi lebih efektif dan produktif.
Meningkatkan Kolaborasi: Adab yang baik juga membantu meningkatkan kolaborasi di antara siswa. Ketika siswa menghargai pendapat dan kontribusi satu sama lain, mereka lebih mungkin bekerja sama dalam proyek-proyek kelompok dan mencapai hasil yang lebih baik.
Membangun Keterampilan Sosial dan Emosional: Praktik adab membantu membangun keterampilan sosial dan emosional siswa, seperti empati, pengendalian diri, dan kerjasama. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Integrasi Nilai-Nilai Adab ke dalam Lingkungan Pendidikan
Program Pembinaan Karakter: Sekolah dapat mengembangkan program pembinaan karakter yang melibatkan pelatihan adab sebagai bagian integral dari kurikulum mereka. Program semacam itu dapat mencakup pelatihan dalam hal-hal seperti sopan santun, kerendahan hati, kejujuran, dan empati.
Pendidikan Etika: Sekolah juga dapat memasukkan pendidikan etika ke dalam kurikulum mereka, yang mencakup pemahaman tentang prinsip-prinsip etika dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Model Perilaku Positif: Guru dan staf pendidikan dapat berperan sebagai model perilaku positif dengan mempraktikkan adab yang baik dalam interaksi mereka dengan siswa dan sesama staf.
Penghargaan dan Pengakuan: Sekolah dapat memberikan penghargaan dan pengakuan kepada siswa yang menunjukkan adab yang baik. Ini dapat menciptakan insentif tambahan bagi siswa untuk mempraktikkan adab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Partisipasi Orang Tua: Orang tua juga dapat berperan dalam mengajarkan adab kepada anak-anak di rumah. Mereka dapat memberikan teladan yang baik dan mendukung upaya sekolah dalam membangun budaya adab yang positif.
Untuk artikel lain, silahkan kunjungi website KB-RA Impianku Malang
7 notes · View notes
ariutt · 9 months ago
Text
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sebuah cara untuk menuntun tumbuh kembang  anak agar mereka dapat menjadi manusia dan masyarakat yang memiliki keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan  dari masa ke masa,baik dari segi kurikulum yang diterapkan ataupun cara pendidikan disampaikan.
Sebelum saya mempelajari makna pendidikan menurut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara,saya memiliki sudut pandang bahwa murid sudah seyogyanya diberi pembelajaran yang sesuai dengan teori atau buku teks yang di selenggarakan oleh pemerintah.Mereka harus bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan oleh masing-masing sekolah . Murid idaman bagi seorang guru menurut pemikiran saya  adalah apabila ada anak yang rajin datang ke sekolah,mengerjakan tugas dengan rapi dan baik ,aktif bertanya dan selalu mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal.Menjadi seorang murid menurut saya juga lebihbaik mendengarkan guru menjelaskan daripada bertanya terlalu berlebih yang diluar konteks pembelajaran.
Ternyata,selama ini saya telah abai terhadap karakter anak yang harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman menurut Ki Hajar Dewantara.Bagaimana bisa seorang guru hanya menjadi guru yang mampu mencerdaskan murid tanpa memikirkan budi pekertinya atau tanpa mengetahui kebutuhannya?Saya merasa bersyukur mendapat pengetahuan baru  sehingga saya berharap saya belum terlambat mempelajari bagaimana menjadi guru yang tidak hanya mampu mengajar  namun juga mampu mendidik sesuai kodrat zaman dan kodrat alam.Kodrat alam sesuai dengan kondisi alam mereka tinggal,dan kodrat zaman sesuai dengan perkembangan anak agar mereka  menjadi anggota masyarakat yang mampu berguna di masa depannya.
Beberapa hal yang bisa diterapkan didalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu dengan membuat iklim belajar yang lebih interakitf dan kondusif serta berpusat kepada siswa .Kondusif dalam artian tidak hening namun aktif dalam sebuah diskusi yang menyenangkan dan dapat memberi makna bagi murid.Mengajar sesuai dengan kodrat zaman anak-anak yaitu dengan selalu berinovasi terhadap perkembangan teknologi contohnya.Selain hal tersebut,sebagai  seorang guru yang telah mempelajari makna pendidikan dan pengajaran menurut KHD,tentunya budi pekerti merupakan hal yang tidak , dapat  dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran.Tidak hanya kecapakan kognitifnya saja yang penting melainkan guru harus bisa mengajarkan budi pekerti yang baik seperti  kejujuran,saling tolong menolong,toleransi,kerjasama dan lain sebagainya.Semoga,kelak kita bisa menjadi guru yang sesuai dengan yang murid butuhkan.
11 notes · View notes
projectmenetas · 1 month ago
Text
"LET'S TALK ABOUT NJIPLAK IDE BISNIS"
Singkat, padat, mangstab!
Jadi gini, kadang itu ide bisnis datangnya tiba-tiba, dan kita langsung merasa ini adalah
“the next big thing.”
Tapi muncul juga rasa khawatir,
“Kalau ide ini aku bagi ke orang lain, nanti malah dijiplak gimana?”
Memang di dunia bisnis, rasa takut ide dicuri atau didahului oleh orang lain itu wajar. Namun, perlu kita ingat bahwa,
"Bisnis itu 99% aksi, 1% ide."
So, Ide hanyalah awal yang baik, tapi kesuksesan sejati datang dari eksekusi yang matang. Betapapun brilian sebuah ide, jika tidak dieksekusi, yo bakalan hanya akan jadi angan-angan.
Dalam Islam, berbagi ilmu atau ide justru dianjurkan, sebab bisa menjadi sarana kebaikan. Rasulullah SAW bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).
Ketika kita berbagi ide bisnis, sebenarnya kita sedang membuka diri untuk mendapatkan masukan baru, pandangan yang lebih luas, bahkan bisa saja pintu rezeki.
Seperti bahasa Jawa-nya, dengan berbagi, kita bisa “tek-tokan,” saling mengasah ide, menemukan konsep yang lebih matang, bahkan mungkin rekan untuk berkolaborasi.
Dari 1.000 orang yang kita ajak berbagi, mungkin hanya 1 yang benar-benar menjalankannya. Sisanya? Bisa jadi hanya menambah pengetahuan kita atau memberi sudut pandang baru yang berguna.
Lalu, bagaimana soal menjiplak bisnis yang sudah berjalan?
Nah, di sinilah etika dan amanah menjadi kunci. Dalam Islam, menjaga amanah sangatlah penting, termasuk menjaga orisinalitas dalam berbisnis. Sebagaimana hadits yang berbunyi,
"Barang siapa menipu maka ia bukan dari golongan kami." (HR. Muslim).
Meniru habis-habisan konsep, desain, atau cara orang lain berbisnis tentu melanggar etika ini. Berbeda jika kita hanya melakukan
benchmarking,
yaitu melihat dan belajar dari keberhasilan bisnis lain tanpa menjiplak seutuhnya, sekadar untuk mendapatkan inspirasi atau meningkatkan kinerja bisnis kita agar lebih baik.
Jadi, kalau punya ide bisnis, jangan ragu untuk berbagi. Bisa jadi itu malah jadi ladang amal dan sarana kita untuk berkembang.
Dan kalau ingin mengembangkan bisnis, belajarlah dari yang terbaik tanpa perlu meniru mentah-mentah.
Sebab dalam setiap langkah, kita tidak hanya mencari rezeki, tapi juga menjaga nilai-nilai kejujuran dan amanah yang Allah ridhoi.
3 notes · View notes
fiindjpg · 7 months ago
Text
Ketakutan adalah hasil dari ketidak tahuan, kalo ga mau takut ya belajar!
Banyak hal yang kita takuti, karena kita tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Dan, kalo kita belajar lebih jauh lagi, pasti selalu ada cara bagaimana menghadapinya.
Simple aja sih sebenernya, allah kan udah kasih ujian sama jalan keluarnya juga. Dan jalan keluar itu udh tertera dalam al-qur'an. Asal mau belajar aja!
15 notes · View notes
arsalrmdhann23 · 3 months ago
Text
Bergerak(!)
Berjalan dalam sebuah perjalanan. Di payungi langit biru yang tak bertiang. Membawa hentakan pada setiap tujuan. Hingga sesekali berlari bebas membawa mimpi. Pada riak yang teruji.
Meski hidup adalah rahasia waktu; Namun, Bergerak lah(!) Karna tubuh berat mu butuh di gerakan. Berpangku lah pada niat dan keyakinan. Bukan pada tangan dan hiasan yang melalaikan.
Nabi Nuh yang membuat kapal di musim panas dan jauh dari laut. Siti Hajar yang bolak-balik Shafa dan Marwah untuk mencari air. Hingga Al-Fatih dan pasukannya menarik kapal laut ke atas bukit galata untuk bisa masuk ke selat golden horn.
Ada banyak berkah dan pertolongan pada keyakinan, doa, ikhtiar dan tawakal.
4 notes · View notes
bayuvedha · 1 month ago
Text
“NGERTENI GAYANE GUSTI ALLAH”
"Allah knows and you do not know".
Hidup sering kali berjalan dengan cara yang tidak kita duga. Orang yang kita pikir akan selamanya bersama, tiba-tiba menjauh. Orang yang dulu hanya kenal sebatas nama, kini menjadi bagian penting dalam hidup kita.
Semua ini membuat hati bertanya, “Kenapa semua ini terjadi?” Jawabannya sederhana, tapi mendalam: Allah punya caranya sendiri.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini seperti alarm yang mengingatkan, bahwa kita manusia hanya mampu berencana, tetapi Allah yang menentukan. Perjalanan hidup yang penuh liku ini adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna, meski sering kali tak terlihat oleh mata manusia yang terbatas.
Ada saatnya Allah menjauhkan kita dari sesuatu yang kita inginkan. Tapi, pernahkah kita berpikir, mungkin Allah menjauhkan untuk mendekatkan yang lebih baik? Ketika sebuah pintu tertutup, itu bukan tanda kegagalan, melainkan sinyal bahwa ada pintu lain yang lebih cocok untuk kita. Mahfudzot Arab berkata, “Man jadda wajada, wa man shabara zhafira” (Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya, dan siapa yang bersabar akan menang). Sungguh, tidak ada perjuangan yang Allah biarkan berlalu sia-sia.
Maka, berhentilah mengira bahwa segalanya harus sesuai dengan keinginan kita. Kehidupan ini lebih besar dari apa yang kita rencanakan. Percayalah, Allah tidak pernah keliru dalam meletakkan takdir. Dia tahu kapan waktu terbaik untuk mempertemukan, memisahkan, mendekatkan, atau bahkan menjauhkan. Tugas kita hanya berusaha sebaik mungkin, lalu bersandar sepenuhnya pada-Nya.
Hiduplah dengan keyakinan bahwa setiap langkah, baik atau buruk di mata kita, adalah bagian dari kasih sayang-Nya. Sebab, yang tertakar tak akan tertukar. Apa yang ditetapkan Allah akan selalu menjadi yang terbaik, bahkan jika saat ini kita belum bisa memahaminya.
19 notes · View notes
nabilahkenza-23 · 10 days ago
Text
Peran Pendidikan Karakter Pada Siswa Untuk Menciptakan Dedikasi Tinggi Terhadap Efektivitas KBM
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada siswa yang tampak begitu mudah menyerap pelajaran, sementara yang lain berjuang keras? Di balik perbedaan itu, seringkali bukan hanya terletak pada kecerdasan bawaan, tetapi juga pada karakter yang mereka bangun. Salah satu karakter yang memegang peranan penting adalah dedikasi. Bayangkan sebuah mesin yang canggih. Sehebat apapun mesin tersebut, tanpa bahan bakar yang tepat, ia tidak akan berfungsi dengan optimal. Begitu pula dengan proses belajar mengajar. Kurikulum yang dirancang dengan baik, guru yang kompeten, dan fasilitas yang memadai, ibaratnya mesin tersebut. Lalu, di mana letak "bahan bakarnya"? Jawabannya ada pada karakter siswa, khususnya dedikasi mereka terhadap proses pembelajaran. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana dedikasi seorang siswa, sebagai "bahan bakar" utama dan menjadi kunci keberhasilan, mampu menggerakkan dan memaksimalkan efektivitas proses belajar mengajar supaya membuka tabir rahasia di balik prestasi akademik yang gemilang.
Pendidikan karakter, atau yang sering disebut juga pendidikan budi pekerti, adalah cara menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada siswa melalui pembelajaran. Nilai-nilai ini diterapkan dalam interaksi siswa dengan diri sendiri, teman, guru, lingkungan, dan juga dengan Tuhan. Di Indonesia, kita juga mengenal istilah Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Moral Pancasila. Sebenarnya, pendidikan di seluruh dunia punya dua tujuan utama: membuat manusia cerdas dan pintar (smart) serta menjadikan mereka pribadi yang lebih baik (good). Namun, membentuk manusia yang baik dan bijak seringkali lebih sulit. Itulah sebabnya masalah moral selalu menjadi persoalan penting yang dihadapi manusia di mana pun dan kapan pun.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan karakter bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Namun, Indonesia dinilai gagal dalam menghasilkan manusia berkarakter, diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta pada tulisannya yang berjudul “Pendidikan yang Memekarkan Rasa” dalam (Novan Ardy Wiyani, 2014)  berpendapat bahwa pendidikan kita terlalu fokus pada kecerdasan berpikir (otak) dan mengabaikan kecerdasan rasa, budi, dan batin. Akibatnya, kita menghasilkan orang-orang pintar secara akademik, tapi kurang dalam hal budi pekerti, mandiri, dan sering bergantung pada orang lain.
Pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendiri tanpa usaha yang terencana dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), khususnya Pasal 6 ayat (1), pelaksanaan PPK harus melibatkan tiga pihak utama: sekolah (kelas), lingkungan sekolah, dan masyarakat, dengan pendekatan yang terintegrasi.
Peran Pendidikan     Karakter        Pada   Mata Pelajaran
Menurut (Marzuki, 2015), Kurikulum 2013 semakin memperjelas bahwa pendidikan di Indonesia berfokus pada pendidikan karakter. Kurikulum ini mewajibkan semua mata pelajaran menyertakan dua kompetensi utama: spiritual (KI 1) dan sosial (KI 2). Artinya, guru harus merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran semua mata pelajaran dengan mengintegrasikan pendidikan karakter. Caranya, materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai harus dikembangkan, dijelaskan secara gamblang, dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar nilai-nilai karakter tersebut tidak hanya dipahami secara teori, tetapi juga dihayati dan dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat (Muslich, 2018).
Peran Pendidikan Karakter Pada Motivasi Belajar
Menurut (Sardiman, 2006) bahwa motivasi berawal dari kata motif, yaitu dapat diartikan sebagai daya upaya atau daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “Motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan (Hamzah B Uno, 2017).Motivasi dapat diamati secara langsung maupun dengan mengambil kesimpulan dari perilaku atau sikap yang ditunjukkan. Menurut (Uno & Nurdin Mohamad, 2013) ,indikator motivasi yaitu:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan.
Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).
Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugastugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sosial yang ingin dicapai kemudian).
Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Salah satu cara untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif adalah melalui kegiatan literasi, yaitu membaca dan menyimak (Purwo, 2017) .Dengan literasi, siswa terpapar pada berbagai ide, informasi, dan sudut pandang baru, sehingga pengetahuan mereka bertambah dan rasa ingin tahu mereka meningkat. Rasa ingin tahu ini penting karena mendorong dedikasi dalam belajar. Semakin banyak siswa tahu, semakin besar pula keinginan mereka untuk belajar lebih banyak. Singkatnya, literasi dan karakter siswa yang berdedikasi tinggi saling berhubungan erat dan saling menguatkan. Literasi membantu membentuk karakter yang berdedikasi, dan dedikasi yang tinggi akan memaksimalkan hasil pembelajaran.
Kesimpulan
Karakter siswa yang berdedikasi tinggi memegang peranan krusial dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dedikasi, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, ketekunan, tanggung jawab, dan disiplin, bukan hanya sekadar atribut personal, tetapi juga fondasi yang kuat bagi tercapainya tujuan pendidikan, penguatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dan peningkatan motivasi belajar siswa.
2 notes · View notes
monicaftr · 17 days ago
Text
Perihal Ikhlas
Dalam salah satu kajian seorang guru penah mengatakan, "syarat diterimanya ilmu salah satunya adalah ikhlas. Ikhlas ini bisa diartikan dalam dua sisi, keikhlasan murid menerima ilmu dan keikhlasan guru menyampaikan ilmu." Setelah itu aku selalu sampaikan ini kepada murid-muridku agar mereka memahami adab-adab menuntut ilmu.
Hari ini aku selesai mengoreksi seluruh jawaban ASAS (Asesmen Sumatif Akhir Semester) siswa. Minggu ini sudah masuk minggu-minggu penutup semester ganjil. Agak kaget dengan hasil koreksianku. Nilai-nilai mereka anjlok dan hanya sedikit sekali yang di atas rata-rata. Ada perasaan sedih dan kecewa. Merasa bahwa soal yang kubuat sudah terbahas sepenuhnya dalam pembelajaran, tetapi kenapa mereka tidak bisa menjawab soal yang kuberikan? Kemudian aku menemukan satu hal, "kayaknya gue ngga ikhlas deh pas ngajar mereka." Aku mengatakan hal ini saat curhat dengan teman sesama pengajar mengingat aku sering marah-marah karena mereka sering tidak memperhatikan ataupun melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan saat pembelajaran.
Di level 8 tahun ini aku merasakan ada vibes yang berbeda dengan anak-anak. Mereka cenderung sulit diatur dan guru-guru sudah lelah dengan berbagai tingkah yang menyebabkan banyak pemanggilan orang tua dalam satu semester. Jadi, kami sangat amat mengeluhkan performa mereka dalam pembelajaran.
Hal ini aku korelasikan dengan pernyataan Ustadz Felix Siauw dalam Close The Door Podcast. Orang-orang cenderung salah dalam penggunaan peruntukkan ayat dan hadits. Deg. Ternyata yang aku sampaikan di awal kepada murid itu lebih kepada menakut-nakuti agar mereka memperhatikan penjelasanku walau nyatanya tidak dilakukan. Dan keikhlasan yang aku tekankan seharusnya keikhlasan yang dilakukan murid. Bukan penekanan tentang kemarahan guru yang membuat ilmu yang disampaikan tidak diterima. Yang harus aku pegang erat-erat adalah adab seorang guru: bersikap lembut, tenang, tidak takabur.
Oh Allah, luaskanlah kesabaran kami para guru
Berikanlah kami keikhlasan dalam mengajar
Mudahkanlah lisan kami dalam mengucap kebaikan
Jagalah niat kami dalam mendidik
Jernihkan akal kami untuk menuntun dalam kebenaran
4 notes · View notes
sazzadiyatan · 1 year ago
Text
Haru
kalau  dulu punya uang ayah juga bakal sekolahkan kamu di sekolah bagus, biar kamu mendapatkanpendidikan terbaik, apalah waktu itu ayah cuma mampu menyekolahkan disana
ayah dengan muka datarnya 2023
semakin dewasa aku menyadari ternyata menjadi orangtua merupakan sebuah tanggungjawab yang begitu besar, semakin melihat sekitarku baik saudara, teman seumuran yang sudah banyak berada pada fase memilihkan tempat pendidikan terbaik untuk buah hati mereka.
didukung posisiku sebagai pendidik, pernah disuatu hari aku bercerita ke ayah bagaimana semakin mahalnya dana pendidikan yang dikeluarkan oleh banyak orang, dan di saat itu aku masih merasa apakah memang seharusnya perlu menyekolahkan anak dengan dana sebanyak itu di tingkat Taman kanak kanak.
dengan wajah datarnya ayah mengatakan “siapa sih yang gak mau anaknya dapat sekolah terbaik, apalagi dia mampu, dulu kalau punya uang ayah juga pingin kamu mendapatkan pendidikan terbaik di sekolah yang bagus, tapi ayah waktu itu cuma mampu menyekolahkan kamu disana”
aku terdiam mendengarnya, mungkin aku belum berperan menjadi orangtua saat ini, sehingga aku berstatement demikian, mungkin saja nanti akan berubah jika Allah mentakdirkan aku menjadi orangtua, bahkan saat mendengar perkataan ayah tersebut aku mengaminkan dalam hati.
dahulu  saat  setingkat SD ayah menyekolahkanku di madrasah yang memiliki yayasan untuk membantu anak yatim dan kurang mampu, kata ayah dibanding dengan lainya sekolah tersebut tergolong terjangkau biaya pendidikanya, kata ayah juga madrasah tersebut memperbolehkan para wali murid menunggak membayar spp jika belum mampu membayar. didukung lagi saat tahun 2000an madrasah tempatku bersekolah sudah memiliki program fullday yang saat itu hanya sekolah sekolah bagus dengan biaya mahal yang memilikinya.
tapi aku bersyukur dengan pilihan ayah, dengan upayanya waktu itu ayah mampu menyekolahkanku di madrasah, Taman Pendidikan Al-qur’an, memberikanku les tambahan saat kelas 5 dan 6, memasukkanku ke pesantren hingga sanggup membawa gelarku hingga detik ini.
mungkin kalau ayah tahu akan ada drama saat aku menyelesaikan sarjana pasti akan memperbolehkan aku kemana saja waktu itu, sehingga aku tidak akan membenci kota kelahiranku sendiri, Qodarullah wa maa shaa Faala.
pengalaman serupa juga diceritakan rekan kerja yang duduk di sebelah mejaku, katanya dia dulu ingin masuk SMA favorit di kota kami, namun dengan pertimbangan biaya adik-adiknya sang ibu memintanya untuk sekolah di dekat rumah saja dengan biaya transportasi dan uang saku yang mampu untuk dibayarkan biaya sekolah adik adiknya. lalu aku berkaca kaca mendengan selorohanya
kayaknya orangtua kita juga pengenya dan maunya kita kuliah ke luar negeri us, ciputra misalnya,  atau kemanapun kita mau, setidaknya kita punya privilage yang tidak semua orang memilikinya, dan orangtua kita masih mengusahakanya.
ternyata memang menjadi orangtua tidak mudah, terimakasih ayah ibuk yang sudah memberikan pendidikan terbaik untukku, meski ada luka pengasuhan yang aku rasakan hingga detik ini--maafkan anakmu yang belum bisa mendapatkan beasiswa untuk bisa kuliah dengan gratis , maafkan belum bisa membanggakan, maafkan juga aku yang masih menjadi beban pikiran kalian. entah berapa materi yang sudah kalian keluarkan untuk pendidikanku dan sampai saat ini kalian tidak meminta apapun kecuali agar aku tetap menjaga sholat fardhu, tahajud dan puasa sunnah
terimakasih sudah bersabar dengan anakmu yang masih menjadi manusia manusia biasa hingga detik ini :)
Gresik, 27 Juli 2023 dengan air mata terbendung menuliskannya
Sazzadiyatan
24 notes · View notes