#Pendidikan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Janganlah minta mangga dari pohon rambutan. Tetapi mari sebisa mungkin kita rawat dan jadikan setiap pohon, —pohon apapun itu, menghasilkan buah yang berkualitas tinggi.
—unknown
Tugas dan fungsi utama pendidikan bukan untuk membentuk anak sesuai dengan selera kita, atau menjadi manusia dengan cara berpikir, maupun sudut pandang yang seragam, melainkan membantu mereka untuk mengenali dan mengembangkan potensinya sedini mungkin, membentuk karakter kuat, sehingga mereka mampu membangun diri menjadi manusia yang berkualitas prima sesuai dengan fitrah yang ia terima dari Sang Khalik.
14 notes
·
View notes
Text
“NGERTENI GAYANE GUSTI ALLAH”
"Allah knows and you do not know".
Hidup sering kali berjalan dengan cara yang tidak kita duga. Orang yang kita pikir akan selamanya bersama, tiba-tiba menjauh. Orang yang dulu hanya kenal sebatas nama, kini menjadi bagian penting dalam hidup kita.
Semua ini membuat hati bertanya, “Kenapa semua ini terjadi?” Jawabannya sederhana, tapi mendalam: Allah punya caranya sendiri.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini seperti alarm yang mengingatkan, bahwa kita manusia hanya mampu berencana, tetapi Allah yang menentukan. Perjalanan hidup yang penuh liku ini adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna, meski sering kali tak terlihat oleh mata manusia yang terbatas.
Ada saatnya Allah menjauhkan kita dari sesuatu yang kita inginkan. Tapi, pernahkah kita berpikir, mungkin Allah menjauhkan untuk mendekatkan yang lebih baik? Ketika sebuah pintu tertutup, itu bukan tanda kegagalan, melainkan sinyal bahwa ada pintu lain yang lebih cocok untuk kita. Mahfudzot Arab berkata, “Man jadda wajada, wa man shabara zhafira” (Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya, dan siapa yang bersabar akan menang). Sungguh, tidak ada perjuangan yang Allah biarkan berlalu sia-sia.
Maka, berhentilah mengira bahwa segalanya harus sesuai dengan keinginan kita. Kehidupan ini lebih besar dari apa yang kita rencanakan. Percayalah, Allah tidak pernah keliru dalam meletakkan takdir. Dia tahu kapan waktu terbaik untuk mempertemukan, memisahkan, mendekatkan, atau bahkan menjauhkan. Tugas kita hanya berusaha sebaik mungkin, lalu bersandar sepenuhnya pada-Nya.
Hiduplah dengan keyakinan bahwa setiap langkah, baik atau buruk di mata kita, adalah bagian dari kasih sayang-Nya. Sebab, yang tertakar tak akan tertukar. Apa yang ditetapkan Allah akan selalu menjadi yang terbaik, bahkan jika saat ini kita belum bisa memahaminya.
23 notes
·
View notes
Text
Indonesia Gelap
Indonesia emas, rakyatnya cemas.
This is an emergency about my country. I draw this to show my protest against the new politics and my president's choice. I just know it everything is going to be mess and went wrong if everyone vote Prabowo as the new president, like haven't y'all learn what he did in past?? But it doesn't mean our old president, Jokowi are any better. He's the same but not till making this mess. Now I'm scared about Indonesia future and my own future. AYO LAWAN!!!
Please pray us, Indonesian safety. GOVERNMENT IS NOTHING WITHOUT US.
#indonesia#indonesia gelap#artist bersuara#spread awareness#indonesian#koruptor#makan siang gratis#pendidikan#digital art#cuphead#menuju Indonesia cemas
18 notes
·
View notes
Text

Menjaga, merawat itu jauh lebih sulit dibanding menanam atau memulai...
Bersabar pada prosesnya itu jauh lebih bijak dibanding fokus pada hasilnya...
Terkadang hasil hanya sebagai pameran atau branding yang penuh intrik dan keghaiban...
Menghafal atau menambah hafalan qur'an itu boleh jadi mudah, biidznillah..
Namun, yang sulit darinya itu adalah menjaga atau muroja'ahnya.
Hafalan tanpa di jaga atau diulang-ulang hanyalah kedustaan yang dibuat antara hati dengan lisan, dan lisan dengan perbuatan.
Allahummarhamnaa bil Qur'an 🤲🏼
20 notes
·
View notes
Text
Banyak hal yang ingin kita skip dari kehidupan, hal-hal yang tak pernah kita inginkan, hal-hal yang selalu kita takutkan, maka dari itu, kita selalu berdoa kepada allah agar dijauhkan dari perkara tersebut.
Salah satunya adalah perceraian. Perceraian kerap kali terjadi entah karena adanya pihak ketiga, perselisihan yang terus menerus, atau bahkan faktor ekonomi. Begitu menakutkan sekali fenomena ini, maka dari itu betapa pentingnya mempersiapkan diri sebelum menempuh peran yang baru, baik itu pada laki-laki ataupun perempuan.
Salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah ILMU.
Ilmu adalah alat yang akan mengunci agar semua faktor pemicu tersebut nggak pada keluar di kehidupan kita. Dengan ilmu, berbagai hal akan tersaring, kita pun tau bagaimana cara menghadapi perseteruan yang datang, dan kita akan tetap memiliki tujuan kehidupan yg kekal sehingga tidak ada celah untuk merusak sesuatu yang telah kita bangun sebelumnya.
Berbicara tentang perceraian, perceraian adalah salah satu hal yang allah tak suka. Dan nggak ada seorang pun yg mengharapkan hal itu, namun... tetap saja, kita harus mengetahui ilmu tentang hal tersebut. Agar apa? Agarr ya..itu tadi, kita terjauhkan dari hal hal yag mendekati perceraian.
Aku baru tahu, kalo talaq itu ada urutan dan aturan yang di dalamnya pun allah masih memberikan kesempatan agar dua insan terus bersatu, dalam talaq satu aja, allah kasih kesempatan masa iddah yang cukup lama agar dua insan bisa tetap bersatu menemukan titik terang untuk melanjutkan pernikahannya,begitupun pada talaq dua. Hingga sampai pada talaq tiga barulah allah berii aturan yang lebih berat lagi. Dan lagii, allah memberikan himbauan kepada kaum laki-laki agar hati hati dalam berucap kepada istrinya.
Untuk full pembahasannya, mentemen bisa kunjungi channel youtube ustadz felix siauw yaa :)
Semoga, allah selalu melindungi dan membantu kita untuk tetap taat beribadah kepadaNya, mendapatkan pasangan hidup yang bertemu karena tujuan yang sama, berakhir pun bersama pada tujuan yang sama.
#fidinadiaries #hanyakata #pernikahan
49 notes
·
View notes
Text
Mesin Perubahan

Pepatah Arab lama mengatakan
"Anak muda adalah sebagian kegilaan".
Generasi muda menyimpan cita-cita sekaligus ambisi. Ia punya langkah-langkah hebat jika dituntun dengan baik yaitu agama. Menuntunnya berarti melaksanakan satu langkah hebat untuk membuat perubahan.
Anak muda berekspresi dengan bebas atas apa yang diinginkannya itulah yang disebut idealis. Paulo Freire menyampaikan dalam bukunya, bahwa:
"Esensi pendidikan seharusnya membebaskan dan pendidikan harus bisa membentuk kesadaran kritis anak-anak muda."
Sejatinya, seperti diungkapkan oleh Dr. Aidh al-Qarni, wujud yang paling remeh dan hina di dalam ini adalah manusia yang hanya makan, minum, dan tidur. Sumber kemanfaatan dirinya sudah tidak mengeluarkan air lagi, lembah kebaikannya telah kering, dan dia berhak untuk tidak dianggap eksistensinya. Dia sama saja telah berada di alam kematian, hanya saja dia masih makan dan minum.
Imam Syafi'i memberi sebuah nasihat, bahwa:
"Demi Allah, hidup seorang pemuda hendaklah dengan ilmu dan takwa. Jika tiada keduanya, kematian lebih baik bagi mereka".
Kita sebagai umat pertengahan belajar menempah kemampuan, beradaptasi dan belajar lingkungan dengan menyatukan diri dengan alam. Membiarkan kebebasan diri untuk mengeksplor keingintahuan namun juga sadar terhadap kebatasan nalar manusia.
25 notes
·
View notes
Text
OPINI: Refleksi Pendidikan Guru Penggerak dan Kehidupan Setelahnya

Sebagai alumni Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 9 di Kabupaten Garut, saya cukup terkejut ketika menerima Surat Edaran beberapa waktu yang lalu yang menyatakan bahwa Program Sekolah Penggerak secara resmi dihentikan. Padahal, sejak diangkat menjadi kepala sekolah, saya sudah memupuk ambisi untuk mendaftarkan sekolah saya agar menjadi bagian dari program tersebut jika programnya dibuka kembali. Di awal masa transisi pemerintahan, saya sempat optimis bahwa kebijakan pendidikan di era Presiden Prabowo tidak akan mengalami perubahan besar, mengingat adanya beberapa kesinambungan visi dengan pemerintahan sebelumnya. Apalagi, penunjukan menteri pendidikan dari kalangan akademisi sempat menumbuhkan harapan bahwa arah reformasi pendidikan yang telah dirintis akan tetap berlanjut. Namun, kenyataan berkata lain—perubahan yang terjadi terasa begitu drastis, bahkan bertolak belakang dengan ekspektasi.
Meski demikian, saya tetap memandang bahwa setiap kebijakan baru pasti hadir dengan pertimbangan dan tujuan tersendiri. Hal yang menarik selama mengikuti program PGP adalah beragamnya motivasi dari para peserta. Ada yang ingin mencari tantangan baru, ada pula yang sekadar ingin mengisi waktu luang, atau bahkan tertarik dengan peluang pengembangan diri yang ditawarkan. Di balik semua alasan itu, satu benang merah yang saya temukan adalah keinginan untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik—baik sebagai individu, guru, maupun pemimpin. Keragaman motivasi ini menjadi kekuatan tersendiri yang menciptakan dinamika pembelajaran yang kaya dan bermakna.
Program PGP memperkenalkan pembelajaran dengan kerangka MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, Aksi nyata) yang sangat kontekstual dan aplikatif. Salah satu momen paling berkesan dalam program ini adalah ketika saya memulai modul pertama: “Mulai dari Diri”. Saya diajak untuk merenungi alasan saya ada di sini, apa mimpi saya, dan bagaimana saya ingin bertumbuh. Bagi saya, ini bukan sekadar refleksi biasa. Ini adalah perjalanan ke dalam diri sendiri—sebuah percakapan batin yang selama ini mungkin tertunda. Momen ini menjadi ruang refleksi yang kuat—sebuah titik awal untuk memahami motivasi terdalam sebelum benar-benar melangkah. Diskusi-diskusi yang terjadi dalam sesi tersebut membentuk semacam ikatan emosional dan intelektual antara peserta dan fasilitator. Inilah yang membuat pembelajaran menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan; ia menjadi pengalaman yang mengubah cara pandang dan sikap. Saya melihat langsung bagaimana pendekatan ini mampu menumbuhkan makna, bukan hanya pengetahuan.
Setiap kelebihan, tentu ada kekurangan.
Bagi saya, pengalaman ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang paling bermakna adalah yang berakar pada realitas. Ketika peserta bisa melihat hubungan langsung antara modul yang dipelajari dan tantangan yang mereka hadapi, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga tumbuh. Itulah mengapa sesi-sesi reflektif seperti ini sangat penting, karena memberikan ruang untuk peserta mengenali diri, memahami motivasi, dan menautkannya dengan tujuan jangka panjang mereka.
Tidak ada kebijakan yang sempurna, bukan? Seperti halnya PGP. Salah satu kritik yang cukup sering saya dengar adalah soal kebijakan pengangkatan kepala sekolah yang mewajibkan peserta berasal dari alumni PGP. Bagi sebagian kalangan, ini dianggap sebagai ketidakadilan, terlebih bagi mereka yang telah lama melalui proses seleksi kepala sekolah yang sah sebelum program ini ada. Saya bisa memahami keresahan itu. Bahkan secara pribadi, saya pun setuju bahwa pemimpin, apalagi kepala sekolah, tidak bisa dibentuk hanya dalam waktu singkat. Dibutuhkan perjalanan panjang, pembelajaran nyata, dan proses pembinaan berkelanjutan untuk mencetak pemimpin yang matang, visioner, dan berdampak.
Tapi di sisi lain, saya juga tidak menutup mata terhadap kontribusi positif PGP dalam membangun kompetensi kepemimpinan yang reflektif dan adaptif. Program ini menawarkan ruang belajar yang luas, sekaligus menanamkan semangat transformasi pendidikan dari dalam. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan kolaboratif, para peserta dibekali keterampilan untuk menjadi penggerak di lingkungan masing-masing, baik dalam pembelajaran maupun dalam pengelolaan sekolah secara menyeluruh. Hanya saja, hal ini masih perlu adaptasi untuk merespon sebagian orang yang tidak memiliki pandangan yang sama tentang PGP.
Walau kini kebijakan berganti, saya percaya bahwa pengalaman dalam program PGP akan tetap relevan dan berdaya guna. Apa yang saya pelajari, refleksikan, dan praktikkan dalam program ini telah menjadi bagian dari proses tumbuh saya sebagai pendidik.
Untuk itu, meski arah kebijakan berubah, semangat untuk terus mengembangkan diri dan memberikan kontribusi terbaik dalam dunia pendidikan harus tetap menyala. Karena sejatinya, pendidikan tidak pernah statis. Ia adalah proses panjang yang dibentuk oleh dedikasi, keberanian untuk berubah, kemauan untuk terus belajar, dan dapat menjadi salah satu upaya untuk menciptakan pendidikan yang lebih inovatif dan relevan. Bagi kita yang terlibat di dunia pendidikan, memahami pro dan kontra dari kebijakan semacam ini adalah langkah penting untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kini, meskipun jalan yang saya tuju tak lagi searah dengan rencana awal saya, saya tahu bahwa mimpi untuk membawa perubahan di dunia pendidikan belum selesai. Justru di sinilah tantangannya—melangkah meski peta telah berubah, berjuang meski arah tak lagi sama. Karena sejatinya, pendidik adalah mereka yang tak pernah berhenti belajar dan menyalakan harapan.
Terakhir, tulisan ini murni lahir dari pengalaman pribadi dan sudut pandang yang terbentuk dari proses panjang dalam dunia pendidikan. Tidak ada maksud sedikitpun untuk menyinggung pihak manapun. Justru, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi semangat dan mengajak kita semua untuk terus berupaya memperbaiki dan memajukan pendidikan dari tempat kita masing-masing.
Mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas bukanlah perkara instan. Ia menuntut komitmen, ketekunan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Terlebih lagi, jika arah pendidikan yang kita cita-citakan adalah pendidikan yang melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara spiritual—paham agama, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salam hangat,
Eko Puspito
*) Kepala Sekolah SDTQ Al-Furqan Garut | Mahasiswa S2 IAI PERSIS Garut Prodi MPAI
3 notes
·
View notes
Text
Bagaimana kita mengajar, sebagaimana kita belajar.
Pelajaran menarik hari ini. Mencoba hal baru, menaklukkan ragu, memang selalu mencetak kesan tersendiri. Tadinya, aku merasa cukup mampu dan tak seburuk itu. Ternyata, aku mah masih pemula, puhh ajarin dong puhh sepuhh!
Menyadari bahwa mengajar tak se-sederhana itu. Ada banyak sekali kompetensi yang perlu kita penuhi. Problem solving dalam kelas salah satunya. Menjadi catatan untuk diri kedepannya. Teknik membuka kelas, mereview materi, menciptakan interaksi, hingga menutup kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang pengajar.
Bagaimana mengatasi anak yang tidak mau menjawab pertanyaan? Bagaimana jika ada anak yang lari kesana kemari selama pembelajaran?
Cukup dua pertanyaan untuk melihat seberapa jauh kemampuanku. Wah diuji abis-abisan ini mah. Pake ada pertanyaan, "Itu gambar petanya kenapa tersenyum, kak?" apa ga nangiss muter otakk buat ngejawab itu semwah. Tapi jadi ingatan manis tersendiri bahwa aku sudah berada di titik ini.
Dapet feedback mahal tapi gratisan kalo kata Mba Anja. Benerr ajaa baru kali ini ditolak tapi malah makin semangat memperbaiki buat mengulang lagi di kesempatan selanjutnya. Seneng banget jadi paham letak kekurangan kita dimana.
Big thanks to Kak Ray Ilahude yang sudah menyambut dengan sangat baik, mempersilakan, menilai, dan melepas kita untuk kembali belajar. Merasa sangat dihargai berada satu ruang dengan pembicaraan berisi. Satu penyesalan karena tak memanfaatkan kesempatan bertanya dengan baik.
Takjub dengan caranya melepas tanpa membuatku merasa buruk. Yang aku rasakan bahwa ini bukanlah penolakan. Aku justru diberikan waktu untuk benar-benar mempersiapkan diri menjadi layak berperan untuk pendidikan anak muslim di Indonesia. See you di microteaching batch selanjutnya, kak!
Catatan untuk diri agar lebih melibatkan murid sepanjang pembelajaran, konsisten sejak awal hingga akhir.
Tadi ada temennya ya sebelum ini? Kelihatan bahwa kalian berdua punya latar belakang pemahaman yang padat tapi letak kekurangannya sama. Murid tidak banyak dilibatkan, tidak banyak bertanya, dsb. Tadi sudah bagus diawal Kak Arwa meminta untuk mengulang setelah dibacakan, tapi di akhir terutama bagian himārun dan khimārun full penjelasan tanpa melibatkan murid sama sekali. Akan lebih baik misalkan murid diminta mengulang atau diberi pertanyaan pemantik.
Baiklaahh mari kita taklukkan ketidaknyamanan berproses demi progres yang apikk! emang lupa bgt sii tadi pas udah akhir buat melibatkan anak-anak dan baru sadar juga pas dikasih feedback wkwk ga nyesell ikut mt kali ini walaupun belum keterima.
edit: lupa bgt masukin point tertera di judul :) kayaknya jadi blog baru aja nanti deh ya.
43 notes
·
View notes
Text
Kuesioner Gambaran Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Ruang Instalasi Rawat Inap Anak
Petunjuk Pengisian : 1. Bacalah petunjuk pengisian sebelum anda mengisi lembar kuisioner. 2. Isilah lembar kuisioner ini dengan singkat dan jelas, lingkari pilihan yang tersedia yang anda anggap sesuai dengan jawaban anda. 3. Isilah lembar kuis ini tanpa meminta bantuan dari orang lain kecuali peneliti, dan diharapkan tidak mencontek jawaban dari responden lainnya. 4. Data dari kuisioner ini akan dirahasiakan.
No. Responden :
Tanggal : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Pendidikan a. SD b. SLTP c. SMU d. PERGURUAN TINGGI
II. PENGETAHUAN 1. Apakah yang dimaksud dengan diare ? a. Diare adalah penyakit buang air besar > 3 kali dalam sehari, berbentuk cairan b. Diare adalah buang air besar pada bayi dalam bentuk cair. c. Diare adalah berak darah atau lendir.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan diare ? a. Kurangnya penyediaan air bersih b. Kurangnya sosial ekonomi c. Faktor musim hujan dan seterusnya ............... (lebih lengkap silahkan klik Download)
I. PERTANYAAN SIKAP Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang pada jawaban yang menurut anda benar, jika : SS : Sangat Setuju S : Setuju R : Ragu-ragu TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Sikap Jawaban Jumlah SS S R TS STS 1 Diare adalah buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air sebanyak 3 kali atau lebih dalam 1 hari 2 Diare pada balita tidak berbahaya karena dapat sembuh sendiri dan seterusnya ............... (lebih lengkap silahkan klik Download)
Silahkan download selengkapnya 25 pertanyaan Kuesioner KTI Skripsi Judul
"Gambaran Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Ruang Instalasi Rawat Inap Anak" klik dibawah
© Kuesioner Gambaran Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Ruang Instalasi Rawat Inap Anak (kode041) | KUESIONER Sumber: https://4kuesioner.blogspot.com/2013/07/kuesioner-gambaran-pendidikan-pengetahuan-dan-sikap-ibu-terhadap-kejadian-diare-pada-balita-di-ruang-instalasi-rawat-inap-anak.html

2 notes
·
View notes
Text
Menjadi Perempuan
Jadi perempuan itu susah. Walau bukan tumpuan keluarga, tapi ekspektasi yang tumpah di pundak perempuan ngga kalah banyak sama yang dipikul laki-laki. Harus selalu berdandan rapi, tidak terlihat kusam dan kumal. Harus jadi pendiam, pemalu, lemah lembut, tidak banyak membantah, blabla and the list goes on.
Di lingkungan profesional, gue sering banget denger cerita temen dibilang ngga bisa kerja. Padahal ya mungkin yang ngomong tidak lebih baik kerja nya dari perempuan yang dia katain. Kata mereka, perempuan itu lebih lemah fisik nya. Harus diakui memang kodrat perempuan punya fisik yang tidak sebaja laki-laki, tapi bukan berarti ngga bisa kerja kan ya?
Tapi gue bukan mau ngomong tentang mereka-mereka yang ngomong jelek. Ini keresahan yang hadir dan menghampiri, ketika kami, perempuan, mulai bermimpi tinggi.
Terutama, dalam konteks pendidikan dan pekerjaan.
Inget banget, gue pernah liat story temen yang dibilangin "kalau nanti S2 makin susah cari jodoh nya lho, laki-laki pada minder". Sounds familiar? Iya banyak laki-laki yang gitu. Temen gue wawancara salah satu beasiswa dan sempat ditanya "kalau kamu keluar negeri, gimana suami? Nanti minta pulang ngga, kan perempuan mau nya dekat dengan suami" and my friend got rejected just because of this question. "Kerja nya di tempat bagus sih, jadi ga ada yang berani". Yaaa you all know what I mean. Makin besar mimpi nya, makin sering diasosiasikan dengan jodoh yang makin sulit. Gue bahkan pernah kepikir karna omongan itu, apa iyaya belum ada jodoh nya karena pasang kriteria yang lebih baik dari diri sendiri itu ngga ada makhluk nya? I end up drowning in my toxic mind hahaha. Yaaa sebenernya as simple as belum dikasih ketemu Allah aja jodoh nya.
Jadi perempuan bermimpi tinggi itu susah. Tapi bukannya ngga bisa. Poin utama nya adalah untuk tidak lupa peran wanita di dalam rumah. Siapa pun ia diluar rumah, di dalam rumah ia jadi istri, ibu, and also the lady of the house (ya case gue masih anak ya). Kudos to all the amazing woman! Banyak kok yang punya mimpi besar, banyak juga yang berhasil tercapai. Ada yang berhasil jadi direktur dan tetap jadi ibu yang hebat di rumah. Ada yang sampai menggendong anak ke dalam kelas dan jungkir balik menyelesaikan studi nya. Ada juga yang berhasil menjadikan rumah nya sebagai tempat kembali terbaik untuk keluarga nya. No one has the right to judge and stop you.
At the end, semua dikembalikan ke niat. Gue pernah nulis tentang perempuan yang bekerja, tentang betapa rawan nya ambisi wanita dengan niat nya. Untuk apa mau lanjut pendidikan? Jangan karena mau membuktikan kalau perempuan lebih hebat dari laki-laki, begitu tujuan itu tercapai courage lanjut studi nya bubar jalan. Masih banyak kok opsi-opsi niat baik yang bisa membawa ke surga.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya." {HR Bukhari dan Muslim}
Untuk kakak-kakak dan ibu-ibu, you'll do great. No, it should be, you have done amazingly well and will do even better in the future. Kalau ada yang ngomongin mimpi-mimpi kita biar aja, diemin aja. What matter most itu kan ridho nya Allah. Semoga Allah selalu mengiringi langkah kaki kita kemanapun ia diayunkan. Barakallah fiikum.
Ohiya, tulisan ini subjektif, tidak mewakili siapapun, dan berdasarkan pengalaman serta cerita yang pernah gue denger ya, semoga bisa diambil pelajaran😊
21 notes
·
View notes
Text
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sebuah cara untuk menuntun tumbuh kembang anak agar mereka dapat menjadi manusia dan masyarakat yang memiliki keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa,baik dari segi kurikulum yang diterapkan ataupun cara pendidikan disampaikan.
Sebelum saya mempelajari makna pendidikan menurut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara,saya memiliki sudut pandang bahwa murid sudah seyogyanya diberi pembelajaran yang sesuai dengan teori atau buku teks yang di selenggarakan oleh pemerintah.Mereka harus bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan oleh masing-masing sekolah . Murid idaman bagi seorang guru menurut pemikiran saya adalah apabila ada anak yang rajin datang ke sekolah,mengerjakan tugas dengan rapi dan baik ,aktif bertanya dan selalu mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal.Menjadi seorang murid menurut saya juga lebihbaik mendengarkan guru menjelaskan daripada bertanya terlalu berlebih yang diluar konteks pembelajaran.
Ternyata,selama ini saya telah abai terhadap karakter anak yang harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman menurut Ki Hajar Dewantara.Bagaimana bisa seorang guru hanya menjadi guru yang mampu mencerdaskan murid tanpa memikirkan budi pekertinya atau tanpa mengetahui kebutuhannya?Saya merasa bersyukur mendapat pengetahuan baru sehingga saya berharap saya belum terlambat mempelajari bagaimana menjadi guru yang tidak hanya mampu mengajar namun juga mampu mendidik sesuai kodrat zaman dan kodrat alam.Kodrat alam sesuai dengan kondisi alam mereka tinggal,dan kodrat zaman sesuai dengan perkembangan anak agar mereka menjadi anggota masyarakat yang mampu berguna di masa depannya.
Beberapa hal yang bisa diterapkan didalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu dengan membuat iklim belajar yang lebih interakitf dan kondusif serta berpusat kepada siswa .Kondusif dalam artian tidak hening namun aktif dalam sebuah diskusi yang menyenangkan dan dapat memberi makna bagi murid.Mengajar sesuai dengan kodrat zaman anak-anak yaitu dengan selalu berinovasi terhadap perkembangan teknologi contohnya.Selain hal tersebut,sebagai seorang guru yang telah mempelajari makna pendidikan dan pengajaran menurut KHD,tentunya budi pekerti merupakan hal yang tidak , dapat dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran.Tidak hanya kecapakan kognitifnya saja yang penting melainkan guru harus bisa mengajarkan budi pekerti yang baik seperti kejujuran,saling tolong menolong,toleransi,kerjasama dan lain sebagainya.Semoga,kelak kita bisa menjadi guru yang sesuai dengan yang murid butuhkan.
13 notes
·
View notes
Text
6 LANGKAH BELAJAR YANG SERING KITA SEKIP SENDIRI.
Kadang kita merasa sudah belajar dengan maksimal. Kita hafal teori, tahu konsep, bahkan bisa menjelaskan ke orang lain. Tapi, benarkah itu cukup? Apa kita sudah benar-benar memahami esensi dari ilmu yang kita pelajari?
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim."
(HR. Ibnu Majah)
Namun, bagaimana cara kita memastikan ilmu itu benar-benar bermanfaat? Menggali dari Taksonomi Bloom, ada 6 level pendidikan yang seringkali kita skip. Padahal, jika diikuti dengan benar, ilmu akan lebih melekat, berbuah amal, dan membawa keberkahan dunia akhirat.
1. Menghafal (Memorizing)
Menghafal adalah langkah awal. Namun, hafalan tanpa pemahaman hanya seperti burung beo. Islam pun mengajarkan bahwa ilmu yang tidak diamalkan akan sia-sia.
"Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah."
Hafalkanlah ayat-ayat, hadis, atau ilmu duniawi, tapi jangan berhenti di level ini saja. Karena menghafal hanyalah pintu masuk dari perjalanan ilmu.
2. Memahami (Understanding)
Setelah hafal, kita harus memahami maknanya. Al-Qur’an tidak hanya untuk dihafalkan, tapi juga direnungkan. Allah SWT berfirman:
"Apakah mereka tidak memikirkan Al-Qur’an? Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan banyak hal yang bertentangan di dalamnya."
(QS. An-Nisa: 82)
So, memahami ilmu adalah proses untuk menghidupkan akal dan hati agar tidak sekadar tahu, tetapi juga paham.
3. Menerapkan (Applying)
Ilmu yang sejati adalah yang membawa manfaat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."
(HR. Ahmad)
Maka itu, ilmu yang diterapkan, baik dalam amal duniawi maupun ibadah, akan menjadi pahala yang terus mengalir. Jangan hanya jadi kolektor teori, tetapi jadilah pelaku.
4. Menganalisis (Analyzing)
Di level ini, kita mulai membedah, mengkritisi, dan memahami alasan di balik sesuatu. Islam pun mengajarkan pentingnya analisis, seperti yang terlihat dalam perintah Allah untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Nya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an) agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan."
(QS. An-Nahl: 44)
Analisis mendalam membuat kita bijak dalam mengambil keputusan dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
5. Mengevaluasi (Evaluating)
Kita sering lupa mengevaluasi apa yang telah kita pelajari. Padahal, evaluasi adalah inti dari pembelajaran. Sebuah hadis menyatakan:
"Orang yang cerdas adalah yang selalu menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati."
(HR. Tirmidzi)
Evaluasilah diri, apakah ilmu yang kita pelajari sudah membawa perubahan ke arah yang lebih baik?
6. Menciptakan (Creating)
Level tertinggi dalam pembelajaran adalah menciptakan sesuatu yang baru. Inilah wujud kreativitas yang lahir dari proses panjang belajar. Sebagaimana Allah menciptakan manusia dengan kemampuan berpikir:
"Dialah yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu berketurunan dan berbesan."
(QS. Al-Furqan: 54)
Menciptakan bukan hanya soal inovasi duniawi, tetapi juga tentang menciptakan amal kebaikan yang berdampak luas.
Terakhir sebagai refleksi. Bener, seringnya kita itu cuma hafal, tapi lupa memahami. Kadang ngerti, tapi lupa mengamalkan. Kadang evaluasi, tapi lupa menciptakan sesuatu dari ilmu itu.
Maka. Itu, benahi proses belajar kita, supaya ilmu jadi manfaat, bukan sekadar penghias otak.
#
11 notes
·
View notes
Text

20240125 Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia — Nelson Mandela.
2 notes
·
View notes
Text
janganlah mencela hujan!
Dialog Iman
Di waktu kepulangan santri, Allah turunkan Rahmat-Nya berupa air hujan untuk memberikan manfaat bagi makhluk-makhluk-Nya di bumi.
Di sela-sela hujan tersebut, Sembari santri-santri menunggu dijemput orangtuanya, keluarlah nasihat-nasihat indah dari lisan mungil mereka.
S : Hujannya gede ya, takut nanti pulangnya kehujanan dan sakit. A : Ihh gapapa, gaboleh mencela hujan, hujan itu rahmat dari Allah untuk semua makhluk nya di bumi. N : iya, hujan itu kasih sayang Allah yang harus kita syukuri dan harus banyak berdo'a ketika turun hujan. A : Aku inget kata Ustadz, kalo hujan turun itu menumbuhkan tumbuhan yang kering, kalo Al-Qur'an itu menumbuhkan hati yang kering. N : Oh iya bener, yaudah sambil kita nunggu di jemput, kita muraja'ah aja dulu yuk.
Maa syaa Allaah tabarakarrahman, begitulah Allah siram tunas-tunas kebaikan dalam hati mereka, Fitrahnya yang sangat dekat dengan kebaikan, membawa tiap apa yang terlontar dari lisannya menjadi sebuah nasihat yang indah bagi kita yang mendengar dan melihatnya.
Barakallah fiikum anak-anak sholih dan sholihah ✨
11 notes
·
View notes
Text
Ketakutan adalah hasil dari ketidak tahuan, kalo ga mau takut ya belajar!
Banyak hal yang kita takuti, karena kita tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Dan, kalo kita belajar lebih jauh lagi, pasti selalu ada cara bagaimana menghadapinya.
Simple aja sih sebenernya, allah kan udah kasih ujian sama jalan keluarnya juga. Dan jalan keluar itu udh tertera dalam al-qur'an. Asal mau belajar aja!
15 notes
·
View notes