#syiarklik
Explore tagged Tumblr posts
Text
Separuh Ketenangan Itu adalah
Kadang kita lupa, sebagian besar keresahan kita datang dari hal-hal yang sebenarnya sudah Allah tetapkan.
Mulai dari rezeki yang tak kunjung datang, sampai masa depan yang terasa buram. Kita sibuk merancang skenario sendiri, berangan-angan dan membayangkan, hingga akhirnya justru terjebak dalam kekhawatiran. Padahal,
“Separuh dari ketenangan adalah tidak mengkhawatirkan apa yang sudah Allah tetapkan.”
Misalnya saja, soal rezeki. Ada saatnya kita berusaha sekuat tenaga, tapi hasilnya jauh dari yang diharapkan. Mulai muncul pikiran-pikiran tentang nasib buruk, bahkan sampai iri melihat orang lain yang tampaknya lebih “dimudahkan.”
Kita lupa, bahwa rezeki itu urusan Allah—datangnya bisa dari arah yang tak disangka, dan kapan pun Dia kehendaki. Bukan hasil yang harus kita pusingkan, melainkan usaha terbaik yang bisa kita lakukan.
Kemudian perihal jodoh.
Kita sering gundah soal siapa yang bakal jadi pendamping hidup atau kapan waktunya tiba. Seolah-olah kita punya kendali penuh atas pertemuan itu.
Padahal, bukankah Allah yang sudah menetapkan siapa dan kapan? Lagi-lagi, kekhawatiran kita hanya membuat langkah makin berat. Daripada resah, lebih baik kita serahkan pada-Nya, sambil mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Kita mungkin tak punya kuasa atas apa yang telah Allah tetapkan. Tapi yang pasti, kita punya kuasa untuk memilih: ingin terjebak dalam rasa khawatir atau belajar melepaskan. Sebab, ketenangan hanya datang ketika kita berani menyerahkan hal-hal di luar kendali kepada-Nya.
Dan benar adanya, separuh dari ketenangan adalah tidak mengkhawatirkan apa yang sudah Allah tetapkan.
41 notes
·
View notes
Text
"LET'S TALK ABOUT NJIPLAK IDE BISNIS"
Singkat, padat, mangstab!
Jadi gini, kadang itu ide bisnis datangnya tiba-tiba, dan kita langsung merasa ini adalah
“the next big thing.”
Tapi muncul juga rasa khawatir,
“Kalau ide ini aku bagi ke orang lain, nanti malah dijiplak gimana?”
Memang di dunia bisnis, rasa takut ide dicuri atau didahului oleh orang lain itu wajar. Namun, perlu kita ingat bahwa,
"Bisnis itu 99% aksi, 1% ide."
So, Ide hanyalah awal yang baik, tapi kesuksesan sejati datang dari eksekusi yang matang. Betapapun brilian sebuah ide, jika tidak dieksekusi, yo bakalan hanya akan jadi angan-angan.
Dalam Islam, berbagi ilmu atau ide justru dianjurkan, sebab bisa menjadi sarana kebaikan. Rasulullah SAW bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).
Ketika kita berbagi ide bisnis, sebenarnya kita sedang membuka diri untuk mendapatkan masukan baru, pandangan yang lebih luas, bahkan bisa saja pintu rezeki.
Seperti bahasa Jawa-nya, dengan berbagi, kita bisa “tek-tokan,” saling mengasah ide, menemukan konsep yang lebih matang, bahkan mungkin rekan untuk berkolaborasi.
Dari 1.000 orang yang kita ajak berbagi, mungkin hanya 1 yang benar-benar menjalankannya. Sisanya? Bisa jadi hanya menambah pengetahuan kita atau memberi sudut pandang baru yang berguna.
Lalu, bagaimana soal menjiplak bisnis yang sudah berjalan?
Nah, di sinilah etika dan amanah menjadi kunci. Dalam Islam, menjaga amanah sangatlah penting, termasuk menjaga orisinalitas dalam berbisnis. Sebagaimana hadits yang berbunyi,
"Barang siapa menipu maka ia bukan dari golongan kami." (HR. Muslim).
Meniru habis-habisan konsep, desain, atau cara orang lain berbisnis tentu melanggar etika ini. Berbeda jika kita hanya melakukan
benchmarking,
yaitu melihat dan belajar dari keberhasilan bisnis lain tanpa menjiplak seutuhnya, sekadar untuk mendapatkan inspirasi atau meningkatkan kinerja bisnis kita agar lebih baik.
Jadi, kalau punya ide bisnis, jangan ragu untuk berbagi. Bisa jadi itu malah jadi ladang amal dan sarana kita untuk berkembang.
Dan kalau ingin mengembangkan bisnis, belajarlah dari yang terbaik tanpa perlu meniru mentah-mentah.
Sebab dalam setiap langkah, kita tidak hanya mencari rezeki, tapi juga menjaga nilai-nilai kejujuran dan amanah yang Allah ridhoi.
3 notes
·
View notes
Photo
Pernahkah kau merasa kecewa karena doa mu tidak dikabulkan? Pernahkah kau merasa kesal ikhtiar mu tidak membuahkan hasil seketika? Pernahkah kau merasa lebih berhak mendapatkan sesuatu hal dibandingkan orang lain? Sahabat, dalam kondisi demikian ada baiknya bila kita berfikir kembali. Apakah permintaan itu sesungguhnya memang baik untuk kita. Merenung, apakah memang ikhtiar kita sudah cukup kuat untuk mendapatkan hal tersebut. Berkaca, apakah amal perbuatan kita sudah pantas untuk meminta hal sedemikian rupa. Karena Allah berfirman, وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216). Maka dari itu saat menerima ketetapan dari-Nya, yuk kita berlapang dada. Berhusnudzon kepada Allah bahwa memang ini yang terbaik atau justru Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik dari ini untuk kita. Berlapang dadalah menerima ketetapan Allah dan jangan lupa untuk senantiasa bersyukur.... . #KlikSurabayaEdisiRamadhan #30HariPosterRamadhan #30HPRLapangdada #project #savejomblo #syiarklik #quotes #quotesoftheday #quotesbaper #baper #jomblo @save_jomblo @kliniknikahmalang @kliksurabaya @kliniknikahmedan @klikponorogo @kliniknikahsemarang @klikjakarta @klik.jember @maksumjannah (di Detasemen TNI-AU Raci, Pasuruan)
#syiarklik#quotes#jomblo#project#baper#quotesoftheday#30hprlapangdada#savejomblo#kliksurabayaedisiramadhan#30hariposterramadhan#quotesbaper
0 notes
Photo
@Regrann from @klikjakarta - Niat itu laksana perahu. Jika kokoh dan kuat, ia akan mampu mengarungi hidup dan mendapatkan nikmatnya sampai tujuan. Namun jika ia lemah dan rapuh, ia akan tenggelam dan karam oleh keserakahan, kedengkian dan kekufuran. Beda niat beda rasa beda berkahnya. . . #KlikSurabayaEdisiRamadhan #30HariPosterRamadhan #30HPRNiat #project #savejomblo #syiarklik #quotes #quotesoftheday #quotesbaper #baper #jomblo - #regrann
#baper#project#syiarklik#savejomblo#30hariposterramadhan#quotesoftheday#kliksurabayaedisiramadhan#jomblo#regrann#30hprniat#quotesbaper#quotes
0 notes
Text
SESUAI PORSI
Pernahkah merasa iri saat melihat orang lain terlihat begitu mudah mencapai puncak? Seolah hidup mereka penuh keberuntungan, sementara kita harus tertatih menghadapi tantangan. Tapi, ada satu hal yang sering kita lupa: setiap orang punya jalan yang berbeda, cerita yang berbeda, bahkan ujian yang tak bisa dibandingkan.
Di atas setiap orang yang berpengetahuan, ada lagi yang lebih mengetahui (QS Yusuf: 76). Begitu pula perjalanan hidup. Allah memberi porsi sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Pohon yang besar tak mungkin tumbuh dalam semalam. Ia memerlukan akar yang kuat, waktu, dan musim yang silih berganti.
Dalam proses ini, ada satu kunci: ridha terhadap takdir. Rasulullah ﷺ bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian; itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, dengan bersyukur atas apa yang kita jalani, kita akan menemukan bahwa proses itu adalah berkah, bukan beban.
Secara ilmiah, proses bertumbuh itu seperti membangun otot. Tubuh perlu latihan yang teratur, waktu istirahat, dan nutrisi yang cukup. Kalau otot dipaksakan tumbuh terlalu cepat, yang terjadi justru cedera. Sama halnya dengan kehidupan: terburu-buru hanya akan membuat kita lelah dan kehilangan esensi dari perjuangan itu sendiri.
Setiap detik perjalanan kita, Allah sedang merajut sesuatu. Maka nikmati setiap langkah. Proses yang panjang, meski penuh duri, adalah cara Allah mempersiapkan kita untuk masa depan yang lebih baik.
"Wa tawakkal 'ala Allah; innallaha yuhibbul mutawakkilin." Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal. (QS Ali Imran: 159)
Sebuah pohon besar selalu dimulai dari benih yang kecil. Begitu pula dengan kita. Biarkan akar kita menghunjam, biarkan cabang kita menjulang. Kelak, akan tiba saatnya buah kita memuliakan kita. 🌱
28 notes
·
View notes
Text
Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.
Pernahkah kena panict attack? tiba-tiba tidak bisa menguasai diri, tubuh terasa berat, napas tersengal, dan pikiran tak lagi jernih? Panik itu, meski terlihat sederhana, bisa menjadi akar dari banyak masalah kesehatan, baik fisik maupun mental.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kita melalui sebuah kebijaksanaan, “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.” Ucapan ini tak hanya sarat nilai spiritual, tetapi juga selaras dengan temuan ilmiah modern.
Kepanikan sebagai Separuh Penyakit
Dalam dunia medis, kepanikan dikaitkan dengan peningkatan hormon stres, yaitu kortisol dan adrenalin. Ketika kita panik, detak jantung meningkat, tekanan darah melonjak, dan sistem kekebalan tubuh melemah. Studi yang dipublikasikan di Journal of Psychosomatic Medicine menyebutkan bahwa stres berkepanjangan dapat meningkatkan risiko gangguan jantung, pencernaan, hingga kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Namun, Islam mengajarkan kita untuk menjadikan ketenangan sebagai tameng. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan sebagai Separuh Obat
Ketenangan adalah penawar alami bagi gejolak emosi dan fisik. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Harvard Health Publishing, teknik pernapasan dalam, dzikir, dan meditasi terbukti mampu menurunkan kadar kortisol dalam tubuh, meredakan kecemasan, dan meningkatkan konsentrasi.
Rasulullah ﷺ juga memberikan contoh untuk selalu tenang dalam menghadapi situasi sulit. Ketika para sahabat merasa ketakutan saat hijrah, Rasulullah dengan tenang berkata kepada Abu Bakar: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)
Kesabaran sebagai Awal Kesembuhan
Kesabaran bukan sekadar pasrah, melainkan sebuah langkah aktif untuk menerima, bertahan, dan berusaha mencari solusi. Dalam psikologi modern, kesabaran berhubungan dengan resilience atau ketangguhan, yakni kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit. Rasulullah ﷺ bersabda: “Kesabaran adalah cahaya.” (HR. Muslim)
Kesabaran membawa kita pada pengendalian diri, memberikan ruang bagi pikiran jernih, sehingga tubuh dan jiwa memiliki waktu untuk menyembuhkan diri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Maka itu,
Kepanikan boleh jadi separuh penyakit, tetapi ketenangan adalah setengah dari perjalanan menuju kesembuhan. Dan kesabaran? Itulah awal dari segala solusi. Dalam menghadapi hidup, belajarlah untuk menenangkan hati, mengingat Allah dalam setiap keadaan, dan bersabar atas segala ujian.
Nikmati prosesnya. Karena seperti kata Ibnul Qayyim: “Sabar itu seperti kepala bagi tubuh. Jika kepala hilang, maka tubuh pun mati. Begitu pula jika kesabaran hilang, maka seluruh amalan akan hancur.” 🌿
20 notes
·
View notes
Text
Kalau tujuanku memang Allah, harusnya rasa ikhlas sudah bukan lagi sesuatu yang sekadar harus dipelajari, tapi sebuah keniscayaan untuk ditumbuhkan.
Kalau tujuanku adalah Allah, harusnya ada kamu atau pun tidak, aku akan tetap bahagia.
11 notes
·
View notes
Text
Be the New You!
Oleh: Bayu Vedha
Hidup kita bagaikan sebuah tarikan waktu. Tiba-tiba, tiba-tiba..
Tiba-tiba lahir. Tiba-tiba, kita bayi, kemudian bocah kecil, remaja, dewasa, lalu tua, dan akhirnya tiba-tiba hilang dari peredaran dunia ini. Kita ini kecil, kita itu fana, kita itu sementara. Hanya dengan izin-Nya, hidup kita bisa bermakna. Hanya dengan izin-Nya, kita bisa memberikan manfaat bagi dunia.
Melihat begitu singkatnya umur kita, mari kita merenung sejenak. Sudah sebaik apa diri kita di dunia ini?
Apa yang menjadi tolak ukur kebaikan kita di dunia? Ternyata, sebaik-baiknya kita terletak dalam tiga hal utama ini:
Khoirunnas anfauhum linnas – Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Khoirukum khoirukum li ahlihi – Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya.
Khairukum man ta'allama al-Qur'ān wa 'allamahu – Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya
Maka, jadikan awal tahun adalah momen yang tepat untuk merenung dan memulai perjalanan menuju diri yang lebih baik. Jadikan kesempatan ini sebagai titik awal untuk memperbaiki niat, memperbaharui tekad, dan mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih bermanfaat. Mulailah dengan menetapkan tujuan yang jelas: lebih banyak memberi manfaat bagi orang lain, menciptakan keharmonisan dalam keluarga, dan semakin dekat dengan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Semua itu bisa dilakukan dengan langkah kecil yang konsisten dan penuh kesungguhan.
Kini saatnya untuk bergerak dan memulai! Jadikan awal tahun nanti sebagai momentum kebangkitan diri. Perkuat iman, tambah ilmu, dan bangun kebiasaan-kebiasaan baik yang akan mengantarkan kita pada hidup yang penuh makna. Jangan tunggu waktu yang sempurna, karena waktu terbaik untuk berubah adalah sekarang. Be the new you! Mari bersama menanam kebaikan di dunia, agar kelak kita menuai keberkahan di akhirat.
13 notes
·
View notes
Text
“NGERTENI GAYANE GUSTI ALLAH”
"Allah knows and you do not know".
Hidup sering kali berjalan dengan cara yang tidak kita duga. Orang yang kita pikir akan selamanya bersama, tiba-tiba menjauh. Orang yang dulu hanya kenal sebatas nama, kini menjadi bagian penting dalam hidup kita.
Semua ini membuat hati bertanya, “Kenapa semua ini terjadi?” Jawabannya sederhana, tapi mendalam: Allah punya caranya sendiri.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini seperti alarm yang mengingatkan, bahwa kita manusia hanya mampu berencana, tetapi Allah yang menentukan. Perjalanan hidup yang penuh liku ini adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna, meski sering kali tak terlihat oleh mata manusia yang terbatas.
Ada saatnya Allah menjauhkan kita dari sesuatu yang kita inginkan. Tapi, pernahkah kita berpikir, mungkin Allah menjauhkan untuk mendekatkan yang lebih baik? Ketika sebuah pintu tertutup, itu bukan tanda kegagalan, melainkan sinyal bahwa ada pintu lain yang lebih cocok untuk kita. Mahfudzot Arab berkata, “Man jadda wajada, wa man shabara zhafira” (Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya, dan siapa yang bersabar akan menang). Sungguh, tidak ada perjuangan yang Allah biarkan berlalu sia-sia.
Maka, berhentilah mengira bahwa segalanya harus sesuai dengan keinginan kita. Kehidupan ini lebih besar dari apa yang kita rencanakan. Percayalah, Allah tidak pernah keliru dalam meletakkan takdir. Dia tahu kapan waktu terbaik untuk mempertemukan, memisahkan, mendekatkan, atau bahkan menjauhkan. Tugas kita hanya berusaha sebaik mungkin, lalu bersandar sepenuhnya pada-Nya.
Hiduplah dengan keyakinan bahwa setiap langkah, baik atau buruk di mata kita, adalah bagian dari kasih sayang-Nya. Sebab, yang tertakar tak akan tertukar. Apa yang ditetapkan Allah akan selalu menjadi yang terbaik, bahkan jika saat ini kita belum bisa memahaminya.
19 notes
·
View notes
Text
Jebakan kemudahan dan kelapangan!
"Kok dia hidupnya enak ya? Pantes aja bisa punya ini itu, dapat previlege ini itu, dapat achievement ini itu, padahal dianya begini begitu"
Pernah merasa hidup penuh kemudahan, padahal jarang beribadah? Atau mungkin, melihat orang lain yang tak henti-hentinya berbuat salah tapi tetap diberi kemewahan dan kekuasaan? Bisa jadi, itu bukanlah tanda keberuntungan atau kemuliaan—melainkan istidraj.
Istidraj itu kenikmatan yang Allah berikan kepada orang yang sering lalai beribadah dan malah berkubang dalam maksiat.
Tapi hati-hati, karena istidraj sebenarnya adalah ujian yang halus dari Allah, yang bisa menjerumuskan seseorang dalam kelalaian hingga lupa pada Sang Pencipta.
Istidraj sering muncul dalam bentuk kenikmatan dunia—harta, kesehatan, kekuasaan, bahkan kedudukan. Seseorang bisa saja merasa bahwa rezeki yang datang adalah tanda kemuliaan dari Allah, padahal justru bisa jadi Allah tengah menunjukkan murka-Nya.
Bahaya dari istidraj ini adalah membuat seseorang terlena, makin jauh dari tobat, dan merasa nyaman dalam kenikmatannya. Sampai akhirnya, ketika saatnya tiba, Allah mencabut semua kesenangan itu, meninggalkan penyesalan yang sudah terlambat.
Agar tidak terjebak dalam jebakan istidraj ini, kita bisa mulai dengan introspeksi diri, meningkatkan takwa, dan menafkahkan sebagian harta untuk yang membutuhkan.
Dengan begitu, kita senantiasa ingat bahwa rezeki bukan sekadar kenikmatan, melainkan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
18 notes
·
View notes
Text
Ya Allah, jangan haramkan kami dari melihat wajah-Mu.
Jika ciptaan Allah saja begitu indah, maka Allah yang menciptanya pasti lebih indah.
Lalu mengapa Allah tidak bisa kita lihat di dunia ini?
Karena memandang wajah Allah adalah kenikmatan yang berharga yang tak didapat kecuali oleh mereka yang masuk ke dalam surganya-Nya.
Dan itu adalah puncak kenikmatan di akhirat kelak.
14 notes
·
View notes
Text
"Tidak Mungkin Dua Hal Berlawanan Tinggal dalam Hati yang Sama"
Bayangkan sebuah hati. Di dalamnya ada dua dorongan besar yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, keinginan untuk bangun malam, bersujud dengan khusyuk, merasakan ketenangan dalam ibadah kepada Allah. Di sisi lain, ada motivasi yang menggoda untuk terjerumus dalam maksiat.
Bisakah keduanya tinggal bersama dalam hati yang sama?
Jawabannya jelas: tidak mungkin.
Seperti air dan minyak yang tak pernah bersatu, hati manusia tidak diciptakan untuk menampung dua hal yang bertentangan.
Allah berfirman,
“Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya”
(QS. Al-Ahzab: 4).
Tafsir ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia hanya memiliki satu hati, dan dari hati itulah muncul kehendak atau keinginan. Karena itu, tidak mungkin di satu sisi ia beriman dan takut kepada Allah, namun di sisi lain ia juga takut kepada selain Allah. Hati yang terpecah antara iman dan kebatilan tidak akan pernah meraih kedamaian.
Ketika maksiat berakar dalam hati, ia akan mendominasi pikiran, merusak kemurnian niat, dan menjauhkan seseorang dari ketenangan ibadah. Sebaliknya, ketika hati dipenuhi iman, rasa takut kepada Allah, dan cinta kepada-Nya, dorongan maksiat akan melemah hingga akhirnya menghilang.
Namun, mari kita jujur pada diri sendiri. Konflik ini sering kali nyata. Ada saat-saat ketika kita ingin menjadi lebih baik, tetapi godaan duniawi terasa begitu kuat. Kita merasa tidak layak, merasa berat untuk bangun malam, atau bahkan merasa munafik. Tapi di sinilah kuncinya: hati kita hanya dapat mendukung satu dominasi. Maka, pilihannya ada pada kita. Apakah kita ingin hati kita dikuasai cahaya iman atau gelapnya maksiat?
Solusinya sederhana tapi mendalam. Mulailah dengan berkaca, membersihkan hati.
Perbanyak istighfar, tinggalkan dosa, dan isi hati dengan zikir. Fokuskan pikiran pada Allah dan akhirat. Saat hati kita bersih, dorongan untuk beribadah akan tumbuh, dan maksiat perlahan akan kehilangan daya tariknya.
Hidup ini adalah pilihan. Tidak mungkin kita merasa khusyuk dalam ibadah jika hati kita juga mengundang maksiat. Jadilah seperti tanah subur yang hanya menumbuhkan tanaman yang baik, bukan lahan yang dikuasai oleh gulma.
Karena hati yang bersih adalah syarat utama untuk mendekat kepada Allah. Mari kita pilih cahaya. Mari kita pilih Allah.
9 notes
·
View notes
Text
ENJOY EVERY PROCESS
Pernahkah merasa kecewa karena harapan tak sesuai kenyataan? Impian yang direncanakan dengan hati-hati tiba-tiba pupus oleh takdir yang tak terduga. Tapi, bukankah hidup adalah serangkaian misteri yang sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa?
Imam Syafi’i pernah berkata, “Apabila sesuatu yang kamu senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi.” Ucapan ini bukan sekadar kalimat bijak, melainkan cara pandang yang penuh makna. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Setiap proses yang Allah tentukan membawa hikmah tersembunyi. Dalam dunia psikologi, konsep acceptance atau penerimaan sering disebut sebagai kunci kebahagiaan. Ketika kita belajar menerima keadaan dengan lapang dada, tubuh dan pikiran kita lebih mampu menghadapi tekanan. Hormon stres seperti kortisol menurun, dan kita pun menjadi lebih tenang.
Rasulullah ﷺ juga mengajarkan untuk selalu ridha dengan takdir Allah. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan itu tidak dimiliki oleh seorang pun kecuali orang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika dia ditimpa kesulitan, dia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Proses hidup ibarat perjalanan mendaki gunung. Jalan yang terjal dan licin terkadang membuat kita ingin menyerah. Tapi puncak yang indah hanya bisa dicapai oleh mereka yang tidak berhenti melangkah. Nikmatilah setiap langkah itu. Jangan buru-buru mengeluh, karena mungkin Allah sedang menanamkan kekuatan dalam hati kita yang lemah.
"Innallaha ma’ash-shabirin." Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)
Hidup ini bukan hanya tentang hasil, tapi juga tentang bagaimana kita menjalani prosesnya. Tetaplah yakin, setiap langkah yang kita ambil adalah cara Allah menuntun kita menuju kebaikan yang hakiki. Tetaplah tersenyum, dan cintai setiap fase yang sedang kamu jalani. 🌿
17 notes
·
View notes
Text
“Jangan bilang saya ndak mencari, cuma belum ketemu aja…”
Kadang kita lupa, mencari pasangan itu bukan sekadar soal usaha, tapi soal seberapa kita melibatkan Allah dalam pencarian itu. Ada yang bertanya dengan penuh keraguan, “Saya lo sudah pol-pol an cari jodoh yang saleh/salehah, tetapi kok gak ketemu-ketemu sih?” Pertanyaan yang wajar, tapi mungkin jawabannya ada pada bagaimana kita mempersiapkan diri, bukan hanya sekadar mencari. Sebab, suami atau istri yang saleh bukanlah buah dari pencarian semata, melainkan rezeki dari Allah bagi mereka yang senantiasa bertakwa. Bukankah Allah telah berfirman, "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. At-Talaq: 2).
Jodoh yang saleh itu seperti cermin. Jika kita ingin memiliki pasangan yang taat, kita juga harus memperbaiki diri agar pantas berada di sisi orang seperti itu.
Rasulullah SAW bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari & Muslim).
Nasihat ini tak hanya berlaku bagi pria yang mencari wanita, tapi juga sebaliknya. Mencari pasangan yang saleh berarti menjadikan agama sebagai prioritas utama, bukan sekadar tambahan.
Namun, ada satu hal yang sering terlewat. Jodoh itu tak melulu tentang “menemukan,” tapi juga tentang kesabaran dan keyakinan.
Sebagaimana rezeki lainnya, jodoh punya waktunya sendiri untuk datang. Jika kita merasa sudah berusaha maksimal, tinggal serahkan sisanya pada Allah. Sebab, pasangan yang saleh bukan datang dari hasil memaksa, tapi dari doa yang terus mengalir dan hati yang ikhlas menunggu.
"Dan bersabarlah. Sungguh, Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik." (QS. Hud: 115).
Jadi, daripada hanya sibuk bertanya “kenapa belum ketemu?” lebih baik kita sibuk memantaskan diri dan mendekat kepada-Nya.
Sebab pasangan yang saleh tak hanya hadir untuk melengkapi, tapi juga untuk bersama-sama menuju ridha Allah. Ketika waktunya tiba, ia akan datang sebagai rezeki yang tak pernah kita sangka, bukti kasih sayang Allah bagi mereka yang sabar dan tawakal.
8 notes
·
View notes
Text
Q: tadz, izin tanya..
Apa bener tugas laki laki: Lahir - kerja -mati???
A: Mau apa lagi..
Emang apa ada tugas lain selainnya yg lebih utama dari pada itu?
Sebelum menikah dia harus menafkahi orang tuanya, dan setelah menikah dia harus menafkahi istri dan anak anaknya, setelah semua cukup laki² akan pergi meninggalkan dunia.
Bahkan setelah wafat saja laki-laki masih harus bertanggung jawab atas perbuatan istri dan anak nya di akhirat nanti
Q: speechless 😟
11 notes
·
View notes
Text
Mengelola Diri Sendiri Dahulu.
Pulang dari studio hari itu hujan deras. Sama sekali ndak kepikiran bawa jas hujan—mesti aja basah kuyup!
Baju, celana, tas, bahkan helm ikut mengucur air. Helm yang siangnya tak jemur untuk mengeringkan, eh, malamnya malah jadi teko tampung hujan karena lupa!
Kata orang sini "Lali sak plengan" a.k.a Teledor.
Lain cerita,
Ini cerita tentang selepas selesai kajian.
Dapat gethuk dari buibu kajian, yang ada di kepala dan terpikir ya untuk disantap nanti. Pas sampai di rumah, dibuka, ternyata penuh semut.
Lagi-lagi lali sak plengan, lupa kalau semut suka manis. Padahal sudah masuk tas dengan aman.
Dari sini kita bisa merenung, kok ya bisa manusia gampang teledor untuk urusan kecil seperti helm dan gethuk, tapi merasa bisa mengendalikan hidup sepenuhnya?
Duh, padahal mengurus hal-hal sederhana saja kadang masih sering lupa.
Apa nggak lucu kalau kita bergaya sok mampu mengatur segalanya? padahal perkara gampang teledor saja belum lulus ujian.
Di sinilah Islam ngajak kita untuk mulai dari yang kecil dulu—ngelola diri, ngurus amanah sederhana, sebelum ngebayangin hal-hal besar. Biar gak mudah lupa, biar nggak keburu sok tahu, mulai dari mengingat Allah lewat langkah-langkah kecil.
Dari hal-hal sepele itu, kita diajari Allah bahwa hidup itu bukan sekadar jalan lurus tanpa tantangan. Kadang-kadang ada udan deres, helm kebes banyu, semut penuh di gethuk.
Tapi justru dari situ kita disadarkan bahwa hal kecil yang kita abaikan bisa bikin urip berasa makin ribet.
7 notes
·
View notes