#gunungprau
Explore tagged Tumblr posts
Text
Gunung Prau dan Postingan Tumblr Pertama Sasa
Ketika kebanyakan orang berlibur kala long weekend Kamis hingga Minggu, 23-26 Mei lalu, berbeda denganku yang justru berlibur di hari Senin setelah libur panjang akhir pekan. Sejak masa kampanye atau bahkan jauh sebelum kampanye keinginan untuk mendaki gunung selalu terlintas dan terbayang-bayang, tapi soal kapan akan terlaksana tidak ada bayangan sama sekali. Mengingat waktuku yang selalu tentatif, tidak tentu kapan bisa libur dan kapan bekerja.
Sehingga, postingan pertamaku di sini aku buka dengan cerita pendakian Gunung Prau di Kawasan Dieng, sekitar Wonosobo-Banjarnegara-Kabupaten Batang. Pendakian yang sangat mendadak tanpa perencanaan panjang.
Jakarta
Minggu siang, Mbak Jihan pergi ke Jogja karena ada kunjungan kerja. Aku sebenarnya tidak ditawari untuk ikut, khususnya karena aku juga masih belum ingin mengingat Kota Jogja. Tapi tiba-tiba terpikir untuk mewujudkan keinginan lamaku: naik Gunung Prau.
Karena tidak mungkin minta kakakku untuk menemani mendaki, aku bergegas mengambil smartphone dan membuka aplikasi hijau. Aku mencari nama temanku yang tinggal di Jogja untuk menemani mendaki. Tidak lama kemudian dia menyetujui, aku pun menambah syarat ditemani dengan salah satu teman perempuannya. (Dalam perjalanan aku baru tahu, si teman perempuan ini namanya Ekka dan sudah pernah naik Gunung Prau)
Jogja
Singkat cerita, aku sampai di Jogja Minggu siang pukul 16.00 WIB. Bersama Mbak Jihan, kami menuju ke sebuah hotel sekitar satu kilometer dari Tugu Jogja. Aku benar-benar tidak niat berlama-lama di Jogja-Dieng, hanya bawa satu ransel yang berisi perlengkapan mendaki.
Sore hingga malam aku sempatkan bertemu kakak tingkatku yang kebetulan adalah sahabat dari kakakku. Teman lama yang tidak berjumpa tentu menimbun segudang cerita, cerita seputar FK Unila hingga kehidupan PPDS yang sebenarnya tidak semenyeramkan kabar burung di luar sana. Karena setiap jurusan tentu punya tingkat kesulitannya masing-masing.
Sesuai rencana sebelumnya, pukul 21.00 kami menuju Dieng melalui Kulon Progo. Belanja keperluan pendakian lalu menjemput satu orang teman dan melengkapi kelompok pendakian ini menjadi 3 orang.
Karena perjalanan panjang seharian, badanku cukup lelah dan tertidur selama perjalanan. Beberapa kali terbangun hanya sekedar memastikan temanku yang menjadi supir malam itu tidak mengantuk hehe. Sekitar pukul 01.28 kami sampai di Basecamp Pendakian Gunung Prau via Dieng, awalnya kita berencana untuk mengejar sunrise di puncak tapi sepertinya tidur lebih nikmat dibanding kedinginan diluar akhirnya kita putuskan untuk tidur saja hingga azan subuh.
Dieng-Pendakian
Perjalanan dimulai pukul 05.00 WIB, pilihan pendakian via Dieng karena ini jalur yang paling nyaman, meski bukan paling populer. Jalur yang paling populer dengan view paling bagus adalah lewat jalur Patak Banteng.
Karena masih pagi buta tentu perjalanan sepi dan gelap. Apalagi long weekend sudah selesai. Barang bawaan kami pun hanya sedikit, tanpa carier besar. Kami merencanakan pendakian naik lalu langsung turun tanpa nge-camp (istilahnya tektok).
Pukul 05.17 kami sampai di Pos 1. Jaraknya sebenarnya cukup dekat, tapi karena menanjak jadi terasa jauh. Total pendakian kita harus melewati 3 Pos dengan jarak masing-masing Pos sekitar 1 km.
Gunung Prau cukup bersahabat untuk beginners seperti saya ini, karena jarak ke puncak yang masih dalam batas normal dan cukup banyak jalur landai. Selama pendakian, aku jadi teringat perjalanan ke Ranu Kumbolo di lereng Semeru beberapa tahun lalu. Di sana terdapat Tanjakan Cinta memiliki mitos kalau kita mendaki tanjakan tersebut dan dan melihat ke belakang tidak akan bertemu dengan jodoh kita. Ya tapi ngapain ketemu jodoh di gunung, saya kan maunya di pelaminan, hehe….
Nah, di Gunung Prau ini ada titik yang Bernama Akar Cinta…. tebarkanlah virus-virus cinta (nyanyi). Akar ini cukup cantik dipandang, sangat panjang, dan berkelok-kelok, aku sendiri tidak tahu sebenarnya ini akar dari pohon apa. Tapi yang pasti ini adalah gabungan akar beberapa pohon yang satu jenis dan berjejer sehingga menyatukan banyak akar. Struktur Akar Cinta cukup membantu para pendaki tidak terpleset karena menjadi semacam anak tangga alami di jalur pendakian.
Puncak Prau
Setelah berbagai tantangan dan jalur yang terjal, akhirnya kami sampai di Puncak Prau pukul 07.00. Tepat sesuai perkiraan dua jam pendakian. Di ketinggian 2590 mdpl view Gunung Sindoro, Sumbing dan beberapa gunung lainnya terhampar. Saat itu sunrise sudah lewat, berganti dengan pemandangan Kaldera Dieng yang kebetulan saat itu cukup cerah.
Semua kelelahan dan kantuk terbayar. Kesejukan dan pemandangan luar biasa indah setelah perjalanan dadakan, justru sulit didapatkan kalau direncanakan sejak jauh-jauh hari. Bagian paling paling aku suka ketika tadabur alam adalah tubuh dan kulitku terasa sehat. Berbeda dengan wisata kota yang biasanya membuatku harus pakai make-up, kadang membuat kulitku justru berjerawat.
Kembali ke pendakian, Puncak Prau sebagai titik tertinggi berbeda dengan Sunrise Camp yang paling populer dengan pemandangannya. Karena kami mendaki via Dieng maka kami sampai di Puncak Prau. Lalu untuk melihat dengan jelas gunung-gunung di sekitar Jawa Tengah, kami harus berjalan menuju Sunrise Camp. Jaraknya cukup jauh tapi dapat ditempuh dalam 15 menit jika berjalan kaki, jarak yang pantas untuk ditempuh karena medan cukup landau, disempurnakan dengan bunga-bunga cantik dan view Bukit Teletubbies yang memikat mata.
Bunga Daisy warna-warni menghiasi perjalanan kami dari Pos 1 hingga puncak dan Sunrise Camp. Aku berkali-kali ambil foto sampai puas di sekitar semak-semak berbunga ini. Entah sejak kapan aku menyukai bunga, setiap ada bunga aku merasa cantik dan menjadi perempuan. Tapi kenapa ya bunga selalu identik denga perempuan? Kenapa tidak dengan laki-laki? Entahlah aku tidak tahu juga.
Sunrise Camp
Sunrise Camp tempat di mana para pendaki dari jalur Patak Banteng bermalam punya pemandangan yang luar biasa cantik. Gunung Sindoro dan Sumbing serta beberapa gunung di sekitarnya terlihat sangat jelas dan cantik, seolah mereka sedang bermain berkumpul bersama.
Aku juga tidak menyangka akhirnya bisa sampai di atas puncak ini, mungkin kalau aku masih tinggal di kampungku dulu, aku tidak bisa sampai diatas puncak ini. Mungkin sebatas melihat pemandangan ini di botol Aqua atau maksimal hanya di YouTube dan medsos.
Kalau mengingat susahnya zamanku kecil dulu, aku jadi merasa tidak pantas untuk mengeluh lagi karena sekarang hidupku jauh lebih mudah dan penuh kenikmatan. Terimakasih Ya Allah, Gusti, atas kenikmatan yang sangat berlimpah ini.
Tidak lama kami di Sunrise Camp. Hanya menikmati pemandangan, mengabadikan momen berfoto-foto cantik, lalu minum dan makan snack untuk mengisi energi. Kami lalu begegas turun karena rencana aku harus kembali ke Jakarta dengan kereta pukul 17.00.
Perjalanan Turun
Baru jalan beberapa langkah, aku merasa ada yang tidak beres dengan perutku, tapi aku coba paksakan jalan mungkin karena tadi pagi aku hanya makan buah dan belum makan berat, sehingga asam lambung naik ke esofagus. Perkiraan kita akan sampai di basecamp pendakian pukul 10.00 sepertinya tidak akan terwujud, karena semakin lama, perutku makin perih dan nyeri. Berjalan tiga langkah pun terasa nyeri sampai membuatku berkali-kali harus istirahat.
Biasanya aku membawa obat lambung, tapi kali ini aku kecolongan. Sialnya, beberapa kali bertemu dengan pendaki semuanya tidak membawa obat lambung. Perjalanan pulang cukup menyiksa, tapi namanya Sasa, walaupun nyeri perut tetap saja sempat tertawa dan foto-foto.
(Ini adalah batas wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Batang. Aku mengerti beberapa kabupaten di Jawa Tengah karena sempat bersekolah di Kendal selama 4 tahun jadi masih familiar dengan daerah-daerah Jawa Tengah.)
Setelah bertemu 6-7 kelompok pendaki dan melewati Pos 1, akhirnya kami bertemu dengan pendaki yang membawa obat lambung. Setidaknya bisa menurunkan sedikit rasa nyeri yang aku tahan dari puncak. Mereka kelompok dari Jakarta yang baru mulai pendakian dan berencana stay 2 hari di puncak.
Tidak lama kemudian, kami sampai di Basecamp Dieng. Makan, tidur, dan bersih-bersih sebelum menutup pendakian dan kembali ke Jogja. Sejujurnya ini kali pertamaku tektok naik gunung. Ternyata sangat seru dan menyenangkan karena tidak perlu membawa banyak perlengkapan. Perjalanan menjadi simpel dan tidak merepotkan.
Terimakasih Gunung Prau yang begitu indah, ingin aku ulang kembali mendaki Puncakmu.
Langkapura, 2 Juni 2024
1 note
·
View note
Text
Eksplorasi Dieng Setelah Mendaki Gunung Prau
Ivermectinh - Gunung Prau itu terkenal banget sama julukan "gunung seribu bukit." Dari puncaknya, kita bisa lihat sunrise keren banget, seperti warna emas gitu, terus ada pemandangan gunung-gunung lain seperti Sindoro, Sumbing, sampai Merapi. Pendakian ke Gunung Prau juga tidak terlalu susah, jadi cocok buat siapa aja, termasuk yang baru pertama kali naik gunung. Suasana yang sepi dan damai, ditambah padang rumput luas, dan kalau malam, langit dipenuhi bintang yang cantik. Pokoknya, perjalanan ke sini tuh bikin pikiran jadi rileks! Setelah puas di Gunung Prau, Dieng adalah destinasi yang pas banget buat lanjutin liburan. Ada Telaga Warna yang cantik banget, airnya warna-warni seperti lukisan, terus ada Candi Arjuna yang penuh cerita sejarah. Setiap sudut Dieng tuh punya pesona sendiri. Jadi, kalau sudah lelah naik gunung, main ke Dieng tuh seperti bonus seru yang tidak boleh dilewatkan!
Pendakian Gunung Prau
Pendakian Gunung Prau terkenal cukup ramah buat pendaki pemula. Treknya tidak terlalu panjang, biasanya bisa ditempuh 2-3 jam tergantung jalur yang dipilih, seperti jalur Patak Banteng atau Dieng. Meski ada tanjakan yang bikin lelah, pemandangan yang bisa kita lihat sepanjang jalan bikin semuanya terasa ringan. Saat sampai di puncak, kita bakal disambut hamparan padang rumput luas dan bukit-bukit yang sering disebut mirip "Bukit Teletubbies." Apalagi kalau naik pas cuaca cerah, pemandangan gunung-gunung lain seperti Sindoro, Sumbing, dan Merbabu bikin makin keren! Yang bikin Gunung Prau spesial adalah golden sunrise-nya. Matahari perlahan muncul di balik gunung, warnanya seperti emas bercampur jingga, benar-benar memukau. Buat persiapan, pastikan bawa perlengkapan hiking dasar, seperti jaket tebal karena udaranya dingin banget, air minum yang cukup, dan headlamp buat jaga-jaga kalau trekking malam. Jangan lupa cek ramalan cuaca biar pengalaman mendaki makin seru tanpa gangguan hujan!
Eksplorasi Wisata Dieng Setelah Mendaki
Selesai menikmati sunrise yang epic di puncak Gunung Prau, masih banyak yang bisa dijelajahi, jadi jangan langsung pergi! Kawasan Dieng punya banyak destinasi seru yang sayang banget kalau dilewatkan. Mulai dari danau-danau cantik seperti Telaga Warna, hingga situs bersejarah seperti Candi Arjuna, semuanya bisa jadi pelengkap petualanganmu. Dieng bukan cuma soal pemandangan, tapi juga punya vibes yang bikin hati adem. Jadi, habiskan waktu lebih lama di sini, karena ada banyak keindahan yang menunggu untuk dieksplorasi! Telaga Warna Telaga Warna itu salah satu tempat yang paling keren di Dieng! Yang bikin unik, air telaga ini bisa berubah-ubah warnanya loh, dari hijau, biru, sampai kekuningan. Ini karena kandungan belerang yang ada di dalam air, yang bikin warnanya bisa kelihatan beda-beda tergantung cahaya matahari. Jadi, kalau cuaca lagi cerah, pemandangannya bakal super keren banget! Bener-bener seperti di dunia fantasi deh! Selain menikmati pemandangan telaga, kita juga bisa naik ke Batu Pandang buat lihat Telaga Warna dari atas. Dari sini, kita bisa lihat pemandangan dua telaga sekaligus, Telaga Warna dan Telaga Pengilon, yang warnanya juga beda-beda. Pemandangannya asyik banget buat foto-foto, jadi jangan lupa bawa kamera atau ponsel ya, biar bisa capture momen keren ini! Candi Arjuna Bangunan ini adalah salah satu tempat bersejarah yang ada di Dieng. Candi ini dibangun sejak abad ke-8 dan dibuat untuk menghormati dewa-dewa Hindu. Nama "Arjuna" diambil dari tokoh terkenal di cerita Mahabharata, yang merupakan salah satu dari Pandawa. Di kompleks ini ada beberapa candi kecil, dan Candi Arjuna adalah yang paling besar dan paling utama di antara semuanya. Saat kita jalan-jalan ke tempat ini, kita bakal ngerasain suasana yang agak misterius karena dikelilingi pegunungan dan udara yang dingin. Arsitektur candi yang udah tua dan keren, dengan batu-batu yang penuh detail, cocok banget buat di foto. Pemandangannya yang keren banget, gabungan antara alam dan sejarah, bikin kita berasa seperti lagi masuk ke dunia zaman dulu!
Kombinasi Petualangan Alam dan Budaya
Pendakian Gunung Prau memberikan pengalaman alam yang luar biasa, dengan trek yang menantang dan pemandangan yang tidak kalah memukau. Saat mencapai puncak, kita bisa menikmati sunrise yang epik dan hamparan bukit yang hijau banget. Sensasi melihat pemandangan dari ketinggian ini pasti bikin kita ngerasa puas dan seger lagi. Setelah capek mendaki, suasana yang tenang dan sejuk di puncak Gunung Prau bikin perjalanan jadi sangat berkesan. Di sisi lain, Dieng juga kaya dengan destinasi wisata budaya dan sejarah yang menarik. Candi Arjuna dan Telaga Warna, misalnya, tidak cuma indah tapi juga penuh dengan cerita dan tradisi. Kita bisa belajar banyak tentang sejarah Hindu kuno dan menikmati keindahan alam yang unik. Kombinasi antara petualangan alam di Gunung Prau dan wisata budaya di Dieng bikin perjalananmu jadi semakin lengkap dan seru!
Nikmati Kuliner Lokal Gunung Prau dan Dieng
Setelah capek mendaki Gunung Prau, tidak ada yang lebih nikmat daripada menikmati kuliner khas Dieng yang menggugah selera. Salah satunya adalah Mie Ongklok, mie khas Dieng yang disajikan dengan kuah kental yang gurih dan nikmat. Mie ini biasanya dipadukan dengan sayuran segar, tahu, dan tempe, memberi sensasi rasa yang unik dan lezat. Rasanya yang hangat dan pedas juga cocok banget buat mengisi perut setelah perjalanan panjang. Selain Mie Ongklok, jangan lupa juga coba Tahu Tempe Dieng yang terkenal dengan rasa gurih dan tekstur yang kenyal. Tahu dan tempe di Dieng seringkali disajikan dengan sambal yang bikin rasanya makin enak. Kuliner khas ini tidak cuma enak, tapi juga bisa bikin kita lebih dekat dengan budaya lokal. Jadi, sambil menikmati makanan, kita juga bisa merasakan kehangatan dan keramahan warga Dieng.
Tips untuk Wisatawan Gunung Prau
Untuk menikmati pendakian Gunung Prau dan semua keindahan yang ada di Dieng, kita bisa merencanakan perjalanan selama 2-3 hari. Hari pertama, kita bisa mulai dengan pendakian Gunung Prau di pagi hari untuk menikmati sunrise yang spektakuler. Setelah turun, lanjutkan dengan mengunjungi destinasi wisata seperti Telaga Warna dan Candi yang bernama Arjuna. Hari kedua, kita bisa eksplor lebih banyak tempat di Dieng atau hanya bersantai menikmati kuliner lokal. Pastikan juga untuk menyisakan waktu untuk membeli oleh-oleh seperti carica yang terkenal di Dieng. Soal tempat menginap, kita bisa memilih penginapan yang nyaman di sekitar kawasan Dieng yang cocok untuk wisatawan, mulai dari homestay hingga hotel dengan pemandangan alam yang keren. Untuk makanan, selain Mie Ongklok dan Tahu Tempe Dieng, kita wajib coba juga Sate Sapi Dieng dan Soto Dieng yang hangat dan mengenyangkan. Jangan lupa beli carica, buah khas Dieng yang rasanya manis dan segar, sebagai oleh-oleh. Kalau kita mencari suvenir lain, ada banyak kerajinan lokal yang bisa dijadikan kenang-kenangan dari perjalanan seru ini. Kesimpulan Jadi, intinya perjalanan ke Gunung Prau dan Dieng itu super seru dan tidak boleh dilewatkan! Di Gunung Prau, kita bakal dapet pemandangan alam yang keren banget, mulai dari sunrise yang kece banget sampai bukit-bukit hijau yang bikin hati adem. Setelah capek mendaki, Dieng punya banyak tempat kece seperti Telaga Warna dan Candi Arjuna yang tidak cuma indah, tapi juga punya sejarah menarik. Selain itu, kuliner khas Dieng seperti Mie Ongklok dan Tahu Tempe juga enak banget dan pas banget buat ngisi perut setelah seharian jalan-jalan. Kalau kita rencanakan perjalanan dengan baik, Gunung Prau dan Dieng bakal jadi petualangan yang tidak cuma seru, tapi juga membuat kita belajar banyak tentang budaya dan sejarah. Jadi, tunggu apalagi? Ayo jelajahi Dieng dan nikmati semua keindahannya! Read the full article
0 notes
Photo
Tell me what you want ! What you really really want
The first hiking, september 2017.
Untuk newbie seperti saya, Gn. Prau adalah pendakian gunung permulaan yang sangat baik. Tanjakannya tidak terlalu curam. Pos gunung cuma ada 10 (kalo tidak salah), dan jarak antara satu pos dengan pos lainnya cukup terbilang dekat menurut saya.
Mendaki gunung sangat membuat ketagihan. Betapa tidak, saya sangat menikmati setiap perjalanannya. Dan membuat saya menghargai setiap proses yang harus dilalui. Karna saya adalah orang yang menggilai hasil daripada proses, dengan mendaki gunung, saya jadi lebih menghargai proses daripada hasil, karna hasil hanyalah bonus, tentu saja prosesnya yang paling menentukan. Mengapa demikian?
Karna saya merasakan sendiri bahwa hasil dari pendakian tersebut tidak sesuai ekspetasi saya. Saya dan rekan lainnya tiba di puncak gunung pada maghrib jam 6 sore. Setibanya di puncak, kita sudah disambut oleh angin badai dan hujan. Dingin kah? Sebenarnya saya adalah orang yang sangat menyukai cuaca dingin, tapi pada saat itu, saya menyerah.
Alhamdulillah, proses tersebut bisa dilalui dengan tibanya esok pagi. Namun sayangnya saya tidak bisa mengabadikan moment MILKY WAY lewat kamera saya, karna saya lebih memilih didalam tenda sambil meminum jahe merah dan memakan nasi putih serta ikan kaleng yang dihangatkan daripada saya diluar membeku kedinginan. Namun saya sempat melihat dengan mata saya betapa indahnya MILKY WAY tersebut. Dan itu salah satu alasan yang membuat saya ketagihan untuk mendaki.
Besok paginya, saya melihat keluar tenda, dan pemandangannya sangat indah. Jauh dari hiruk pikuk ibukota, dan polusi udara kendaraan. Disana sangat tenang dengan suara angin berhembus dan cuacanya yang sangat menyejukkan hati, pikiran, dan jiwa. Waktu yang sangat singkat untuk bisa merasakan aroma pegunungan, sapa salam hangat bersama rekan lainnya yang bertemu pada saat itu.
Pada saat sekolah, sebenarnya saya sangat ingin mendaki sampai ingin bergabung dengan ekskul pendaki di sekolah, namun orang tua saya sangat melarang karna saya seorang perempuan. Namun, sepupu perempuan saya bisa bergabung dalam ekskul tersebut. Adilkah? Sangat iri melihat sepupu perempuan saya bisa sesuka hati melancong mengeksplore dari satu gunung ke gunung lainnya. Tapi, dewasa ini akhirnya saya bisa merasakannya. Terlambatkah? Semoga tidak ada kata terlambat untuk merasakannya.
Dan tahun ini, saya sangat ingin pergi ke Gn. Papandayan karna penasaran dengan Hutan Mati dan Bunga Edelweis nya. Sebenarnya di Gn. Gede Pangrango juga ada Bunga Edelweis, tapi sepertinya masih sangat ramai untuk bisa kesana. Sebenarnya saya tidak terlalu suka jika terlalu ramai. Namun sepertinya di Gn. Papandayan juga sudah ramai. Saya jadi agak bingung sih (hehehehe). Tapi tekad saya sudah bulat seperti tahu bulat yang digoreng dadakan cuma lima ratusan (yang sekarang sudah seribuan), opsi pertama saya adalah Gn. Papandayan, jika tidak memungkinkan mungkin beralih ke opsi kedua, yaitu Gn. Gede. Semoga tahun ini bisa di realisasikan. AMIN.
Tapi, the one and only.. namanya manusia pasti ada keinginan untuk pergi ke suatu tempat sebelum benar-benar pergi meninggalkan dunia ini. Ya, saya sangat ingin mendaki Gn. Rinjani. 10 tahun yang lalu, saya pernah membaca buku tentang Gn. Rinjani dan saya sangat mengaguminya sampai saat ini. Saya sangat ingin mengeksplore Indonesia daripada luar Indonesia. Kenapa? Karna Indonesia ini sangat kaya akan sumber daya alamnya (kata dosen saya juga seperti itu), jadi saya hanya ingin mengelilingi Indonesia karna saya cinta negeri Indonesia, bukan dengan politiknya.
sekian, dan tararengkyou..
1 note
·
View note
Text
Gunung Prau via Dwarawati
04.01.2023
Sedih deh pas denger Basecamp wates kebakaran... dan juga info nya pendakian ke gunung di tutup sampai dengan 17 Februari 2023.
Ini cerita ku beberapa bulan yang lalu yah gengs.
Well, karena ini pertama kali nya saya summit... pemilihan jalur via Dwarawati seperti nya sudah tepat karena banyak sekali bonus nya (jalan landai) dan enak nya via Dwarawati.. jalurnya tidak seramai Patak Banteng.. yang konon katanya jalur favorit pendakian ke gunung prau.
Jadi ada lima jalur pendakian untuk menuju gunung prau yaitu Dieng, Patakbanteng, Kalilembu, Dwarawati, dan Wates.
Rencana pendakian gunung prau ini dadakan banget… karena tiba-tiba aja pak suami dijadwalkan dinas ke Jogjakarta selama seminggu. Terus muncul ide yah kan… bagaimana kalau naik ke gunung prau sekalian. Tinggal sewa motor di Jogja, cusss ke dieng deh yang kalau dilihat di google maps itu Jogja-Dieng kurang lebih 100 km (if I am not mistaken). Dan pertimbangan biaya juga nih, secara tiket pak suami kan ditanggung kantor hihihii (Cuma modalin tiket kereta aku Jkt-YK pulang pergi deh, hemat)
Dan akhirnya ku kudu rela cuti di hari Jumat hikss… karena estimasi pak suami baru kelar urusan dinas nya sehabis Jumatan (dinas start Senin). Pengennya sih jalan dari Jakarta itu Kamis malam, tapi apa daya pak suami nggak ACC karena kasihan ninggalin anak-anak kelamaan kalau jalannya dari Kamis malem hihihihi. Yowes, nurut aja yah kan. Jumat pagi ke stasiun gambir naik kereta jurusan Jogjakarta (saran ku yah, jangan pernah beli tiket dadakan ke Jogja, karena pasti kehabisan… apalagi tiket eksekutif. Maklum, Jogja termasuk destinasi favorit). Jempol deh pokoknya sama KAI sekarang… selain on time, kereta eksekutifnya pun nyaman banget. Pas berangkat aku naik kereta Argo Dwipangga dengan tarif 540ribu one way yah. Tiba di Jogja pas jam 3 siang. Pak suami sudah standby di stasiun Jogjakarta. Nggak pake ba bi bu be bo lagi yah kan, kita langsung cusss tuh motoran ke dieng… dengan banyak barang bawaan pastinya.
Kenapa motoran sih? Emang nggak cape? Emang ngga ada bis kesana? Alasan pertama nya kenapa kita motoran.. yah karena kalau motoran, lebih fleksibel waktu nya, kita yang atur sendiri. Cape? Yah sudah pasti pegel…. Tapi sebelumnya kita sudah pernah motoran 6 jam lebih ke Sukabumi one way hihihii *sombong* jadi apalah arti 2-3 jam hihihihi.
Karena kita jalannya santai, jadi jam 7an malem baru sampai di Dieng. Sebelumnya saya sudah contact admin basecamp Prau via Dwarawati dengan mas Ghozy (ada no HP mas ghozy di foto paling bawah) untuk tanya-tanya porter dan juga penginapan di Dieng. Jadi pas kita tiba di Dieng malam hari, langsung diarahkan ke penginapan oleh mas Ghozy. Hanya 200ribu aja semalam (kamar mandi dalam). Sangat recommend karena penginapannya bersih dan juga dekat dengan tempat makan serta indomaret. Lumayan kan yah saya dan pak suami masih ada waktu 1 malem untuk istirahat sebelum mendaki gunung Prau. Dan rencana nya pun besoknya kita startnya sehabis sholat Dzuhur, pertimbangannya karena hanya butuh waktu 2-3 jam untuk sampai ke sunrise camping area gunung Prau. Kalau kita start nya pagi-pagi kan… bingung juga yah kelamaan diatas gunung, secara tidak ada toilet :D
Esok hari nya, sebelum berangkat.. kita makan siang dulu di warung makan deket basecamp, sekalian bungkus nasi buat makan malam di atas gunung Prau nanti. Sampai basecamp pak suami sholat Dzuhur dulu, aku skip karena sedang halangan (hari-hari terakhir untungnya). Sebisa mungkin kosongin perut, kalau bisa hihihiiii…. Karena jujur aja aku bingung kalau mesti pup di gunung… apalagi gunung Prau itu rameeee banget… beneran deh, udah kayak kampung aja di atas gunung.
Jam 1an siang kita start pendakian dari basecamp Dwarawati. Karena terlalu banyak barang yang dibawa dan kita cuma berdua :D kita sudah putuskan jauh-jauh hari sih akan gunakan porter, karena jujurly aku nggak akan kuat kalau bawa tas yang terlalu berat hihihihii. Btw sewa porter di sini biaya nya 400ribu/porter dengan maksimal beban 20kg yah, kalau lebih dari itu kemungkinan kena biaya tambahan. Porter akan ikut menginap juga dengan kita, mereka biasa nya bawa tenda sendiri sih, hanya saja makan porter kita yang menyediakan. Dan tentu saja term and condition setiap gunung berbeda yah… sebaiknya cari tahu dahulu secara online sebelum ke tujuan.
Start awal lumayan yah banyak nanjaknya hihihiiii… tapi tenang aja, jalur pendakian gunung Prau via Dwarawati juga banyak bonus nya kok… cocok banget buat pemula kayak saya. Enaknya mendaki sama pasangan (bukan orang lain) yah kalau cape, istirahat. Begitu aja terus hihihihii…. Nggak perlu sungkan atau pun nggak enakan hihihi. Seinget saya ada 3 pos untuk mencapai gunung prau. Menurut hitungan jam pak suami... start basecamp Dwarawati sampai ke camping area itu perkiraan 3jam-an dengan jarak tempuh 5,3km yah... secara kan kita naik gunung yang mengulir-ngulir... jadi ngitungnya jangan ketinggian gunung prau dikurangi ketinggian basecamp hihihii.
Kurang lebih jam 4 atau 4.30 kita sampai di sunrise camping area... nggak tau kenapa pas sampai di sunrise camping area, kepala tuh sakit bangettttt... sampai minum obat neuralgin pun nggak mempan, pak suami dan mas ghozy (porter) prepare tenda dll... karena aku pusing, yah aku pilih rebahan. Seperti hal nya perjalanan ke pegunungan, sepanjang jalan.. kita disuguhkan sama pemandangan indah... Oh ya, di puncak gunung Prau, ada area sinyal loh hihihii... lumayan banget bisa ngabar-ngabarin orang rumah.
bukitnya
suasana malam hari di camping area
Akhirnya tengah malem ku bangun dong, dan alhamdulillah pusing ku udah ilang hihihihi, obat nya emang tidur. Aniwei, beruntung banget kita pas mendaki ke gunung prau, cuaca lagi bersahabat banget... cerah. Bintang-bintang bertaburan dong... ini adalah hal langka buat ku yang tinggal di kota Jakarta sonoan dikit hihihiii.
Untuk ciwi-ciwi yang nggak pernah naik gunung kayak aku hihihi... pasti hal pertama yang dipikirin adalah toilet hihihii. Usahain sih sebelum jalan, kosongin perut dulu, H-1 jangan makan terlalu banyak (sewajarnya aja) dan jangan makan makanan dengan bumbu yang kira nya bakal bikin perut mules hihihii. Menurutku yah, sunrise area camping di gunung prau itu hampir seperti lapangan.. ada beberapa semak-semak namun tidak banyak... kalau pas tengah hari, pasti kurang nyaman hihihii karena jujur, peminat gunung prau itu buanyakkkk sekali. Bahkan saya melihat lebih banyak orang di atas gunung prau ketimbang di sekitaran dieng hihihihii. Udah macem perkampungan aja sih menurut ku hahahaaa. Positifnya, nggak ada suasana mistis di gunung prau, aman-aman aja alhamdulillah. Yang penting berdoa dan tetap sopan dimana pun berada, tutur kata dijaga pastinya. Ah iya, balik lagi ke urusan toilet... kalau aku sih kemarin selama camping di gunung prau, aku selalu pipis di dalam tenda (bagian luar yang tertutup) menggunakan pispot portable buat cewek, lalu bilas seperti biasa.. kalau pake celana agak susah, yah ganti sarung dulu aja hihihiii... dan jangan lupa yah, bawa kembali sampah nya (tisue dll).
Pagi hari nya kita kurang dapat sunrise nya.. karena agak berkabut pagi nya, tapi nggak apa kok... terbayar sama pemandangan gunung-gunung lain disekitaran prau. ada sindoro dan sumbing yang kelihatan waktu itu. Aniwei, karena kami harus mengejar kereta malam di hari yang sama hihihiii... jadi begitu sarapan, beberes... kita langsung siap-siap lagi untuk turun.
Seru banget sih walau harus kejar-kejaran sama waktu hihihi... kalau kalian ragu akan kuat atau engga.... yakin deh, kuat kok... karena ketinggian gunung prau hanya 2.565mdpl sangat cocok untuk pemula. Dan pas turun cuma butuh waktu 2jam-an saja.
Buat kami, perjalanan belum selesai... karena masih harus motoran lagi ke Jogja hahahaa. Pegel? bangetttt sih tapi bahagia.... Dan tahu nggak? Besok pagi nya, kita berdua langsung ngantor wkwkwkwkk dari stasiun langsung menuju kantor, numpang mandi dikantor dan tentu saja sudah prepare baju kerja sebelumnya.
Kalau ada yang tanya budget naik gunung berapa sih?
Murah aja selama kamu sudah punya peralatan mendaki nya. Kalau memang masih berat untuk membeli, mungkin bisa pinjam atau sewa dulu. Usahakan pake celana, baju dan sepatu yang nyaman... karena akan jalan kaki lumayan kan yah, dan durasi yang lumayan juga.
Next nya insya Allah pengen ke gunung merbabu deh :)
#hiking#gunung prau#gunungprau#mendaki#mendakigunungprau#travel#traveling#praumountain#prau mountain#trekking
2 notes
·
View notes
Text
10 Gunung di Pulau JAWA cocok untuk pendaki pemula.
#gunungindonesia#pendakian#pendakipemula#rekomendasigunung#gunungprau#gunungpapadayan#gunungandong#nature#jalurpendakian#gunung favorit
2 notes
·
View notes
Text
Minggu, 20 juni 2021
Gunung Prau - Wonosobo
Aku dapat 1 hal berharga dalam perjalanan kali ini yakni, dalam hal berketuhanan doa adalah salah satu tali penyambung hamba dan sang pencipta. Tentu semua org tau akan itu, tapi pada nyatanya "aku sering lupa bahwa fungsi doa itu meminta, bukan memaksa".
Matur suwun kh.dimyati bin sihab wonosobo (lahul fatihah)
2 notes
·
View notes
Text
#reffinyunita#reffin#travelling#hunting#riding#touring#gunungprau#mountains#temanggung#wonosobo#dieng#wates
1 note
·
View note
Text
Kembali Mendaki Gunung
Masa-masa perkuliahan adalah masa yang tidak lengkap kalau tidak digunakan untuk menjajal banyak hal baru. Hal baru yang saya lakukan saat itu adalah Mendaki Gunung, kalau ditanya “apakah itu keinginan sendiri?” tentu jawabannya adalah “bukan (sambil senyum-senyum simpul)”. Karena pada kenyataan mendaki gunung saat itu adalah ajakan yang ceritanya sangat mengesankan tapi terlalu panjang jika dijabarkan pada tulisan ini.
“mendakilah, maka kamu akan tau rasanya lega setelah terengah dan lelah.”
Pertama kali mendapat ajakan otomatis setengah hati mengiyakan, dengan porsi badan yang tidak ideal dan sejak kecil memang tidak terlalu suka dengan lari cepat sungguh membutuhkan dorongan yang cukup kuat. Beruntungnya saat diajak pertama kali, dorongannya memang kuat dan hanya tersisa sedikit persen untuk menolak (saya menulisnya saja sambil senyum-senyum, jadi bisa dibayangkan sendiri betapa kuatnya dorongan yang saya punya saat itu :)). Persiapan tidak hanya daftar menu dan bawaan, tapi juga fisik, saat itu usaha dengan jogging hampir setiap sore selama satu minggu, tetapi terapi itu akan menghilang seiring berjalanannya waktu ketika naik gunung tak lagi punya banyak persiapan.
-----Jadi skip sajalah awal mulanya, mari kita langsung menulis cerita tentang Kembali Mendaki Gunung---------
Awalnya Bercanda tapi Diseriusin
Sabtu, 27 Mei 2019.
Kebiasaan libur, nongkrong di Kedai Kriwil (kedai punya temen nih, bisa dicek nih di instagramnya https://www.instagram.com/kedai_kriwil/ ) diskusi, cerita, curcol, supaya gak kaku-kaku banget dalam menjalani hidup setelah Senin sampai Jumat kita disibukkan dengan aktivitas kerjaan. Sambil bercanda ada yg membahas “ayo munggah..” lalu kalimat itu berlalu dan kembali lagi di gaungkan “kapan iki sidone munggah” setelah itu baru disusun rencana dan pilihan jatuh pada Gunung Prau. Alasan awal sih yang tidak terlalu tinggi dan rumit, karena sudah dekat waktu puasa, dan libur juga hanya waktu weekend saja. Setelah itu kesepakatan hari, antara berangkat Kamis atau Jumat, tapi pada akhirnya karena di Hari Jumat ada beberapa orang yang masih punya tanggungan kerja dijadwalkanlah berangkat mendaki pada Jumat 3 Mei 2019.
Hari demi hari dilalui dengan menanti hari-H mendaki, tentunya ditambah dengan pertanyaan dalam hati “siap nggak ya? atau yakin nggak ya?”. Ya, bagaimana tidak terjadi rasa ragu, sementara terakhir naik gunung itu sekitar pertengahan 2016, sekarang sudah 2019, hampir 3 tahun vakum mendaki, meski saya pendaki abal-abal karena bukan mahir tapi rasanya senang juga ternyata bisa mengoleksi daftar gunung yang sudah didaki. Gunung Prau juga sudah pernah saya daki sebelumnya, dengan cerita yang begitu romantis dan hangat, tetapi memang saat itu belum bertemu sunrise yang hangat.
Tidak ada waktu untuk melakukan pemanasan, seperti jogging karena kesibukan di kantor baru (ceila... hehehe). Eh, btw itu serius karena masih jadi pegawai baru jadi otomatis berangkat pagi pulang hampir petang (ditambah jarak rumah ke kantor yang juga lumayan, karena butuh waktu 30 menit kalau ngebut 45-60 menit kalau santai dan padat).
Hari-H Berangkat Mendaki
Jumat 3 Mei 2019. (tapi, sayangnya lupa mendokumentasikan nih hehehe)
Jam 15.00 WIB masih berada di kantor dan baru mau siap-siap pulang, lalu mampir ke pasaraya sebentar untuk belanja beberapa kebutuhan. Sampai rumah sudah menjelang magrib, dan belum packing sama sekali (hehehehe tenang wan-kawan, memang kebiasaan gitu, di kantor sebelumnya sudah terlatih packing simple dan kilat wkwkw, karena pernah packing cuma 30 menit sebelum jam berangkat ke stasiun untuk dinas, jangan tanya rasanya, yang jelas panik sekali). Kami janjian berkumpul di kedai jam 20.00 WIB, tapi karena fisik yang cukup lelah saya baru keluar rumah jam 20.30 WIB dan masih muter-muter mencari barang yang kurang, sampai kedai sudah pukul 21.15 WIB jika saya tidak salah ingat. Di kedai masih menunggu beberapa teman, selanjutnya kami sepakat berangkat pukul 23.00 WIB.
Sepanjang perjalanan lancar, tapi ketika setengah perjalanan ada salah satu motor kawan yang ban-nya bocor, lalu kami menepi dan menunggu, sekitar pukul 01.00 WIB Sabtu, 4 Mei 2019, kami kembali malanjutkan perjalanan. Ngantuk-Sepi-Dingin wah semua jadi satu datang, terutama untuk saya yang jarang bonceng, pokoknya berusaha melek-melekin mata dengan susah payah.
Sampai di Basecamp
Sabtu, 4 Mei 2019.
Untuk menghemat baterai ponsel, terpaksa tak berfoto, sepertinya ada tapi didokumentasikan oleh Khusnul. Jam 02.30 kami mulai mendaki, waktu berjalan sangat cepat, ini adalah 24 jam yang sangat-sangat dimanfaatkan untuk beraktivitas. WELCOME TO THE MOUNTAIN... :)))
Mendaki “Prau”
masih Sabtu, 4 Mei 2019
Perjalanan mendaki, usaha mengatur napas sangat susah payah, saya mendaki bersama kawan-kawan baik saya: Khusnul, Yogi, Ilham, Ilu, Agung, Aer dan teman baru-Pak Dedi. Beruntungnya mendaki bersama mereka, terasa spesial, ketika mereka melihat saya kesusahan, si Ilham langsung menawarkan menggendongkan tas punggung saya (terharulah, padahal tas yang saya gendong tidak lebih berat dari tas untuk naik Gunung Lawu). Perjalanan begitu penuh arti bagi saya, saya banyak terdiam, saya termenung, saya mengenang pertama kali kaki saya melangkah di tanah Gunung Prau, tawa-canda-cemas dan akhirnya rindu. Karena kesulitan mengatur napas saya lebih banyak diam, sambil menata ingatan yang datang. Pos 1, Pos 2, dan Pos 3, berhasil terlewati dengan sabarnya kawan-kawan semua menunggui saya, menasihati untuk terus semangat dan atur napas dengan baik. Semakin tinggi rasanya napas semakin sulit, semakin sesak, dan seperti akan berhenti saja :”).
Foto menjelang subuh, pemandangannya sudah menakjubkan sejak kami naik karena langit cerah bertabur bintang. (beruntungnya saya :)))
Di perjalanan yang sudah hampir sampai puncak, saya berkali-kali takjub, terharu, berkaca-kaca, melantukan doa baik pada semesta raya, matahari terbit mulai mengintip.
Warna merah orange sudah di depan mata, rasanya makin tak sabar sampai, tapi napas benar-benar terengah seperti hampir habis. Saat mengambil foto ini, rasanya luar biasa sekali, masyaallah.
Hello, sunrise!!!!
(Foto dari Kamera Khusnul)
Rasanya nangis di batin, nggak nyangka dikasih kesempatan sama semesta berkunjung lagi ke Gunung Prau dan dikasih kesempatan juga nonton sunrise secara hangat, terharu aku tuu sampai nggak lagi bisa berkata-kata.
selfie dulu gan.... muka apa adanya, dinginnya mantap... yeay.
Tim dibalik layar Anggik naik gunung, terimakasih...
Akhirnya sepatu gunungnya naik gunung lagi, sama tas gendong yang dibeli niatnya buat dinas-dinas, akhirnya dia beneran jadi tas gunung :))). Tidak perlu jaket tebal, cukup pakai Jaket Jurusan kesayangan yang sudah buluk :)).
Duo gondrong Agung dan Iluk....
Terimakasih tim yang akhirnya merelalisasikan akhirnya Kembali Mendaki Gunung :))) Tiada kesan tanpa kalian semua guys. Terimakasih sudah memaksa untuk ikut, meski perasaan campur aduk datang saat mau kembali naik. Terimakasih sudah sangat caring hingga sulit menyembunyikan -senangnya naik gunung sama kalian semua-. Pulangnya kita semua mampir makan mie ongklok, sayangnya mie ongklok langganan sedang libur berjualan, jadi makan mie ongklok opsi dua deh heehehe, gapapa yang penting tempe kemul tidak ketinggalan.
24 jam di 4 Mei 2019, sama seperti 24 jam di 4 Mei 2014 dimana hari itu dulu juga merupakan kali pertama saya naik gunung selama hidup, Gunung Lawu dengan begitu banyak cerita serta memori indahnya.
Semesta tidak pernah tidur untuk mengabulkan meski banyak harapan yang hanya sampai pada buku diary atau dalam hati ketika melamun panjang. Terimakasih semesta mendengar doaku, terimakasih telah mengizinkanku menyaksikan sunrise yang indah sekali. Akhirnya kali kedua naik Prau berhasil mengabadikan cahaya langit yang indah, dah bunga cantik yang dulu tidak sempat diabadikan karena kamera ponselnya belum sebaik hari ini hehe.
Akhir kalimat, See you in another mountain yaa guys.. hehehe
6 notes
·
View notes
Video
instagram
Ngepost di ig tv malah kepotong jd kurang puas Post sini aja lagi slide duanya buat kenang2an #mtprau #prau #prauindah #praumountain #dieng #diengindah #pendakian #gunungprau (di Pasar Minggu Jakarta Selatan) https://www.instagram.com/p/B0m71nTFhto/?igshid=1v254ah6xu1jl
1 note
·
View note
Video
instagram
Tag temen cowo kalian yang suka masak guys 😃 Sumber: @pendaki_hiitz - - 🔥Follow @sahabat_pendaki 🔥Follow @sahabat_pendaki 🔥Follow @sahabat_pendaki - Web : bramakha.com #explorependaki #pendakigunung #instagunung #exploregunung #pendakikusam #gunung #gunungbromo #pendaki_id #pendakigunungindonesia #pendakiwanita #jaketgunung #gununggede #pendakilawas #gunungindonesia #jejakpendaki #id_pendaki #sahabatpendaki #pendakiindonesia #gunungprau #visitindonesia https://www.instagram.com/p/CdTEa5NBg-B/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#explorependaki#pendakigunung#instagunung#exploregunung#pendakikusam#gunung#gunungbromo#pendaki_id#pendakigunungindonesia#pendakiwanita#jaketgunung#gununggede#pendakilawas#gunungindonesia#jejakpendaki#id_pendaki#sahabatpendaki#pendakiindonesia#gunungprau#visitindonesia
0 notes
Text
Sunrise di Gunung Prau
Jalan-Jalan KeNai menikmati sunrise di gunung Prau
0 notes
Text
Kesimpulan Untuk sobat yang ingin mendaki Gunung Prau Via Dieng dari Jakarta, untuk estimasi biaya transportasi PP perkiraan sebesar Rp. 350.000,-
#pendakiangunung#gunungprau#viadieng#estimasibiayatransportasi#darijakarta#mendakigunungprau#naikbus#transpotasikedieng#biayakeprau#transpotasikeprau#alamnesia
1 note
·
View note
Photo
Mount Prau is a perfect place for nature lovers in Wonosobo, Central Java,
#Indonesia#beautifulindonesia#gunungprau#mountprau#camping#hikingparadise#wonosobo#exploreindonesia#wonderfulindonesia#dametraveler#pesonaindonesia#dametravelerindonesia#tourtheplanet#wanderlust#wanderlustindonesia#instatravel
8 notes
·
View notes
Video
instagram
Setelah semalam bertadabbur dgn alam dan mengasilkan keputusan bahwa Allah memang Maha Baik Bayangkan, dilangit yg tinggi dan samar dengan cahaya redup sang bulan, dikelilingi bintang yg bertabur indah setia menemani sang bulan, kamera hp gue mencoba mengabadikan momment milkyway tsb, tp apalah daya kamera cuman 12mp, dan teman nanjak gue bang @gunawanaje93 jg mencoba menangkap keindahan malam kala itu dengan kamera pocketnya yg 19mp..tp lagi-lagi cuma hitam dan tak nampak samasekali meski setitik cahaya dilangit, akhirnya ya sudah..momment malam indah bertabur bintang dan redup cahaya bulan malam itu hanya bisa dinikmati dengan mata telanjang kita sambil menahan dingin! Mata..! Masyaallah kita gk pernah minta sama Tuhan berapa mega pixel utk kedua bola mata ini?? Yg ajibnya dengan sesuatu yg gk kita pinta sekalipun kedua bola mata ini lebih canggih dr tekhnologi kekinian, bola mata yg sanggup menatap langit gelap beserta taburan bintang dan cahaya redup rembulan dengan jelas, mampu membedakan warna dgn sangat baik.. Masyaallah sekali lagi takjub dengan penciptaan dua bola mata ini. Thanks to Allah yg sangat sayang kpd hambanya biar sering dipake buat maksiat tp alhamdulillah tak pernah sekalipun Engkau menarik kembali ciptaanmu ini Malam kita disini, sambil merenungi keagungan ciptaanMu ya Rabb.. #tadabburalam #tadabburdaily #alam #prauindah #praumountain #gunungprau #milkyway #prau #prau2565mdpl #sunrise #sunriseprau https://www.instagram.com/p/B0AyBvzlQaU/?igshid=eael8vi3ek8p
#tadabburalam#tadabburdaily#alam#prauindah#praumountain#gunungprau#milkyway#prau#prau2565mdpl#sunrise#sunriseprau
1 note
·
View note
Photo
. . . Kadang kita memaksakan target pencapaian, namun tidak yakin bahwa pemberian terbaik adalah dari-Nya. Tidak selalu sama dengan rencana-rencana. *mungkin ada hikmahnya, mama abah masih pengen kumpul sama anaknya sampai lebaran 😂 #exploredieng #gunungprau #kuliahwajibjalan2janganlupa #ehudahganti #kerjawajibjalan2janganlupa
1 note
·
View note
Video
instagram
Penampakan Horor di Gunung yang sesungguhnya 😱😱😱 . . Pos 5 Gede Via Putri . Video by @renooo.rf_ . https://bramakha.com/6-cerita-misteri-gunung-gede-pangrango/ - - 🔥Follow @sahabat_pendaki 🔥Follow @sahabat_pendaki 🔥Follow @sahabat_pendaki - - #idpendaki #pendakisantai #pendakiindonesia #explorependaki #gunungprau #instagunung #visitindonesia #pendakicantik #pendakiwanita #pendakikusam #sepatugunung #instapendaki #pendaki_id #exploregunung #gununggede #pendaki #pendakihijabers #jaketgunung https://www.instagram.com/p/CdSyoL7hDp-/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#idpendaki#pendakisantai#pendakiindonesia#explorependaki#gunungprau#instagunung#visitindonesia#pendakicantik#pendakiwanita#pendakikusam#sepatugunung#instapendaki#pendaki_id#exploregunung#gununggede#pendaki#pendakihijabers#jaketgunung
0 notes