#gunung prau
Explore tagged Tumblr posts
Text
Gunung Prau via Dwarawati
04.01.2023
Sedih deh pas denger Basecamp wates kebakaran... dan juga info nya pendakian ke gunung di tutup sampai dengan 17 Februari 2023.
Ini cerita ku beberapa bulan yang lalu yah gengs.
Well, karena ini pertama kali nya saya summit... pemilihan jalur via Dwarawati seperti nya sudah tepat karena banyak sekali bonus nya (jalan landai) dan enak nya via Dwarawati.. jalurnya tidak seramai Patak Banteng.. yang konon katanya jalur favorit pendakian ke gunung prau.
Jadi ada lima jalur pendakian untuk menuju gunung prau yaitu Dieng, Patakbanteng, Kalilembu, Dwarawati, dan Wates.
Rencana pendakian gunung prau ini dadakan banget… karena tiba-tiba aja pak suami dijadwalkan dinas ke Jogjakarta selama seminggu. Terus muncul ide yah kan… bagaimana kalau naik ke gunung prau sekalian. Tinggal sewa motor di Jogja, cusss ke dieng deh yang kalau dilihat di google maps itu Jogja-Dieng kurang lebih 100 km (if I am not mistaken). Dan pertimbangan biaya juga nih, secara tiket pak suami kan ditanggung kantor hihihii (Cuma modalin tiket kereta aku Jkt-YK pulang pergi deh, hemat)
Dan akhirnya ku kudu rela cuti di hari Jumat hikss… karena estimasi pak suami baru kelar urusan dinas nya sehabis Jumatan (dinas start Senin). Pengennya sih jalan dari Jakarta itu Kamis malam, tapi apa daya pak suami nggak ACC karena kasihan ninggalin anak-anak kelamaan kalau jalannya dari Kamis malem hihihihi. Yowes, nurut aja yah kan. Jumat pagi ke stasiun gambir naik kereta jurusan Jogjakarta (saran ku yah, jangan pernah beli tiket dadakan ke Jogja, karena pasti kehabisan… apalagi tiket eksekutif. Maklum, Jogja termasuk destinasi favorit). Jempol deh pokoknya sama KAI sekarang… selain on time, kereta eksekutifnya pun nyaman banget. Pas berangkat aku naik kereta Argo Dwipangga dengan tarif 540ribu one way yah. Tiba di Jogja pas jam 3 siang. Pak suami sudah standby di stasiun Jogjakarta. Nggak pake ba bi bu be bo lagi yah kan, kita langsung cusss tuh motoran ke dieng… dengan banyak barang bawaan pastinya.
Kenapa motoran sih? Emang nggak cape? Emang ngga ada bis kesana? Alasan pertama nya kenapa kita motoran.. yah karena kalau motoran, lebih fleksibel waktu nya, kita yang atur sendiri. Cape? Yah sudah pasti pegel…. Tapi sebelumnya kita sudah pernah motoran 6 jam lebih ke Sukabumi one way hihihii *sombong* jadi apalah arti 2-3 jam hihihihi.
Karena kita jalannya santai, jadi jam 7an malem baru sampai di Dieng. Sebelumnya saya sudah contact admin basecamp Prau via Dwarawati dengan mas Ghozy (ada no HP mas ghozy di foto paling bawah) untuk tanya-tanya porter dan juga penginapan di Dieng. Jadi pas kita tiba di Dieng malam hari, langsung diarahkan ke penginapan oleh mas Ghozy. Hanya 200ribu aja semalam (kamar mandi dalam). Sangat recommend karena penginapannya bersih dan juga dekat dengan tempat makan serta indomaret. Lumayan kan yah saya dan pak suami masih ada waktu 1 malem untuk istirahat sebelum mendaki gunung Prau. Dan rencana nya pun besoknya kita startnya sehabis sholat Dzuhur, pertimbangannya karena hanya butuh waktu 2-3 jam untuk sampai ke sunrise camping area gunung Prau. Kalau kita start nya pagi-pagi kan… bingung juga yah kelamaan diatas gunung, secara tidak ada toilet :D
Esok hari nya, sebelum berangkat.. kita makan siang dulu di warung makan deket basecamp, sekalian bungkus nasi buat makan malam di atas gunung Prau nanti. Sampai basecamp pak suami sholat Dzuhur dulu, aku skip karena sedang halangan (hari-hari terakhir untungnya). Sebisa mungkin kosongin perut, kalau bisa hihihiiii…. Karena jujur aja aku bingung kalau mesti pup di gunung… apalagi gunung Prau itu rameeee banget… beneran deh, udah kayak kampung aja di atas gunung.
Jam 1an siang kita start pendakian dari basecamp Dwarawati. Karena terlalu banyak barang yang dibawa dan kita cuma berdua :D kita sudah putuskan jauh-jauh hari sih akan gunakan porter, karena jujurly aku nggak akan kuat kalau bawa tas yang terlalu berat hihihihii. Btw sewa porter di sini biaya nya 400ribu/porter dengan maksimal beban 20kg yah, kalau lebih dari itu kemungkinan kena biaya tambahan. Porter akan ikut menginap juga dengan kita, mereka biasa nya bawa tenda sendiri sih, hanya saja makan porter kita yang menyediakan. Dan tentu saja term and condition setiap gunung berbeda yah… sebaiknya cari tahu dahulu secara online sebelum ke tujuan.
Start awal lumayan yah banyak nanjaknya hihihiiii… tapi tenang aja, jalur pendakian gunung Prau via Dwarawati juga banyak bonus nya kok… cocok banget buat pemula kayak saya. Enaknya mendaki sama pasangan (bukan orang lain) yah kalau cape, istirahat. Begitu aja terus hihihihii…. Nggak perlu sungkan atau pun nggak enakan hihihi. Seinget saya ada 3 pos untuk mencapai gunung prau. Menurut hitungan jam pak suami... start basecamp Dwarawati sampai ke camping area itu perkiraan 3jam-an dengan jarak tempuh 5,3km yah... secara kan kita naik gunung yang mengulir-ngulir... jadi ngitungnya jangan ketinggian gunung prau dikurangi ketinggian basecamp hihihii.
Kurang lebih jam 4 atau 4.30 kita sampai di sunrise camping area... nggak tau kenapa pas sampai di sunrise camping area, kepala tuh sakit bangettttt... sampai minum obat neuralgin pun nggak mempan, pak suami dan mas ghozy (porter) prepare tenda dll... karena aku pusing, yah aku pilih rebahan. Seperti hal nya perjalanan ke pegunungan, sepanjang jalan.. kita disuguhkan sama pemandangan indah... Oh ya, di puncak gunung Prau, ada area sinyal loh hihihii... lumayan banget bisa ngabar-ngabarin orang rumah.
bukitnya
suasana malam hari di camping area
Akhirnya tengah malem ku bangun dong, dan alhamdulillah pusing ku udah ilang hihihihi, obat nya emang tidur. Aniwei, beruntung banget kita pas mendaki ke gunung prau, cuaca lagi bersahabat banget... cerah. Bintang-bintang bertaburan dong... ini adalah hal langka buat ku yang tinggal di kota Jakarta sonoan dikit hihihiii.
Untuk ciwi-ciwi yang nggak pernah naik gunung kayak aku hihihi... pasti hal pertama yang dipikirin adalah toilet hihihii. Usahain sih sebelum jalan, kosongin perut dulu, H-1 jangan makan terlalu banyak (sewajarnya aja) dan jangan makan makanan dengan bumbu yang kira nya bakal bikin perut mules hihihii. Menurutku yah, sunrise area camping di gunung prau itu hampir seperti lapangan.. ada beberapa semak-semak namun tidak banyak... kalau pas tengah hari, pasti kurang nyaman hihihii karena jujur, peminat gunung prau itu buanyakkkk sekali. Bahkan saya melihat lebih banyak orang di atas gunung prau ketimbang di sekitaran dieng hihihihii. Udah macem perkampungan aja sih menurut ku hahahaaa. Positifnya, nggak ada suasana mistis di gunung prau, aman-aman aja alhamdulillah. Yang penting berdoa dan tetap sopan dimana pun berada, tutur kata dijaga pastinya. Ah iya, balik lagi ke urusan toilet... kalau aku sih kemarin selama camping di gunung prau, aku selalu pipis di dalam tenda (bagian luar yang tertutup) menggunakan pispot portable buat cewek, lalu bilas seperti biasa.. kalau pake celana agak susah, yah ganti sarung dulu aja hihihiii... dan jangan lupa yah, bawa kembali sampah nya (tisue dll).
Pagi hari nya kita kurang dapat sunrise nya.. karena agak berkabut pagi nya, tapi nggak apa kok... terbayar sama pemandangan gunung-gunung lain disekitaran prau. ada sindoro dan sumbing yang kelihatan waktu itu. Aniwei, karena kami harus mengejar kereta malam di hari yang sama hihihiii... jadi begitu sarapan, beberes... kita langsung siap-siap lagi untuk turun.
Seru banget sih walau harus kejar-kejaran sama waktu hihihi... kalau kalian ragu akan kuat atau engga.... yakin deh, kuat kok... karena ketinggian gunung prau hanya 2.565mdpl sangat cocok untuk pemula. Dan pas turun cuma butuh waktu 2jam-an saja.
Buat kami, perjalanan belum selesai... karena masih harus motoran lagi ke Jogja hahahaa. Pegel? bangetttt sih tapi bahagia.... Dan tahu nggak? Besok pagi nya, kita berdua langsung ngantor wkwkwkwkk dari stasiun langsung menuju kantor, numpang mandi dikantor dan tentu saja sudah prepare baju kerja sebelumnya.
Kalau ada yang tanya budget naik gunung berapa sih?
Murah aja selama kamu sudah punya peralatan mendaki nya. Kalau memang masih berat untuk membeli, mungkin bisa pinjam atau sewa dulu. Usahakan pake celana, baju dan sepatu yang nyaman... karena akan jalan kaki lumayan kan yah, dan durasi yang lumayan juga.
Next nya insya Allah pengen ke gunung merbabu deh :)
#hiking#gunung prau#gunungprau#mendaki#mendakigunungprau#travel#traveling#praumountain#prau mountain#trekking
2 notes
·
View notes
Text
youtube
#pendakiangunung#wisataalam#asmr video#gunung prau#prau mountain#hiking#yukjadijalan#alamnesia#Youtube
1 note
·
View note
Text
Anak Gunung yang (Belum) Pernah Naik Gunung
Begitulah kurang lebih seloroh Pattara kepadaku, dulu. Sekarang pun masih sama. Kalimat "Mendaki Gunung Semeru" masih bersih tanpa coretan di kertas life planner ku. Belum pernah ku ganti ava twitter, profpict Instagram/WA/FB dengan diriku sedang memegang plakat bertuliskan "sekian mdpl". Nama-nama gunung belum menghiasi Highlight Instagramku. Belum ada footage-footage yang kemudian dirangkai menjadi sebuah video pendakian yang kemudian diposting di sosmed dengan caption "Indonesia itu indah, jangan di rumah aja" (padahal mah seharian di rumah juga enak xD).
Ya, aku masih belum naik gunung. Sampai Prau menjadi cukup overrated saat ini dan Mahameru bukan lagi menjadi impian utama, aku masih belum naik gunung. Belum juga menemukan partner sehidup sesurga yang mampu meluluhkan hati ibunda untuk mengizinkan anaknya naik gunung h e h e h e :D.
Tapi aku masih suka gunung. Melihat dari kejauhan pun tak mengapa. Aku masih suka gunung dan orang-orang yang dengan kreatifnya membuat video pendakian. Aku masih suka gunung dan orang-orang yang membagikan keindahannya lewat foto di Instagram. Dan akan tetap mengagumi gunung walau belum berkesempatan menikmati keindahannya dari puncak.
Selamat Hari Gunung Internasional!
5 notes
·
View notes
Text
Gunung Prau dan Postingan Tumblr Pertama Sasa
Ketika kebanyakan orang berlibur kala long weekend Kamis hingga Minggu, 23-26 Mei lalu, berbeda denganku yang justru berlibur di hari Senin setelah libur panjang akhir pekan. Sejak masa kampanye atau bahkan jauh sebelum kampanye keinginan untuk mendaki gunung selalu terlintas dan terbayang-bayang, tapi soal kapan akan terlaksana tidak ada bayangan sama sekali. Mengingat waktuku yang selalu tentatif, tidak tentu kapan bisa libur dan kapan bekerja.
Sehingga, postingan pertamaku di sini aku buka dengan cerita pendakian Gunung Prau di Kawasan Dieng, sekitar Wonosobo-Banjarnegara-Kabupaten Batang. Pendakian yang sangat mendadak tanpa perencanaan panjang.
Jakarta
Minggu siang, Mbak Jihan pergi ke Jogja karena ada kunjungan kerja. Aku sebenarnya tidak ditawari untuk ikut, khususnya karena aku juga masih belum ingin mengingat Kota Jogja. Tapi tiba-tiba terpikir untuk mewujudkan keinginan lamaku: naik Gunung Prau.
Karena tidak mungkin minta kakakku untuk menemani mendaki, aku bergegas mengambil smartphone dan membuka aplikasi hijau. Aku mencari nama temanku yang tinggal di Jogja untuk menemani mendaki. Tidak lama kemudian dia menyetujui, aku pun menambah syarat ditemani dengan salah satu teman perempuannya. (Dalam perjalanan aku baru tahu, si teman perempuan ini namanya Ekka dan sudah pernah naik Gunung Prau)
Jogja
Singkat cerita, aku sampai di Jogja Minggu siang pukul 16.00 WIB. Bersama Mbak Jihan, kami menuju ke sebuah hotel sekitar satu kilometer dari Tugu Jogja. Aku benar-benar tidak niat berlama-lama di Jogja-Dieng, hanya bawa satu ransel yang berisi perlengkapan mendaki.
Sore hingga malam aku sempatkan bertemu kakak tingkatku yang kebetulan adalah sahabat dari kakakku. Teman lama yang tidak berjumpa tentu menimbun segudang cerita, cerita seputar FK Unila hingga kehidupan PPDS yang sebenarnya tidak semenyeramkan kabar burung di luar sana. Karena setiap jurusan tentu punya tingkat kesulitannya masing-masing.
Sesuai rencana sebelumnya, pukul 21.00 kami menuju Dieng melalui Kulon Progo. Belanja keperluan pendakian lalu menjemput satu orang teman dan melengkapi kelompok pendakian ini menjadi 3 orang.
Karena perjalanan panjang seharian, badanku cukup lelah dan tertidur selama perjalanan. Beberapa kali terbangun hanya sekedar memastikan temanku yang menjadi supir malam itu tidak mengantuk hehe. Sekitar pukul 01.28 kami sampai di Basecamp Pendakian Gunung Prau via Dieng, awalnya kita berencana untuk mengejar sunrise di puncak tapi sepertinya tidur lebih nikmat dibanding kedinginan diluar akhirnya kita putuskan untuk tidur saja hingga azan subuh.
Dieng-Pendakian
Perjalanan dimulai pukul 05.00 WIB, pilihan pendakian via Dieng karena ini jalur yang paling nyaman, meski bukan paling populer. Jalur yang paling populer dengan view paling bagus adalah lewat jalur Patak Banteng.
Karena masih pagi buta tentu perjalanan sepi dan gelap. Apalagi long weekend sudah selesai. Barang bawaan kami pun hanya sedikit, tanpa carier besar. Kami merencanakan pendakian naik lalu langsung turun tanpa nge-camp (istilahnya tektok).
Pukul 05.17 kami sampai di Pos 1. Jaraknya sebenarnya cukup dekat, tapi karena menanjak jadi terasa jauh. Total pendakian kita harus melewati 3 Pos dengan jarak masing-masing Pos sekitar 1 km.
Gunung Prau cukup bersahabat untuk beginners seperti saya ini, karena jarak ke puncak yang masih dalam batas normal dan cukup banyak jalur landai. Selama pendakian, aku jadi teringat perjalanan ke Ranu Kumbolo di lereng Semeru beberapa tahun lalu. Di sana terdapat Tanjakan Cinta memiliki mitos kalau kita mendaki tanjakan tersebut dan dan melihat ke belakang tidak akan bertemu dengan jodoh kita. Ya tapi ngapain ketemu jodoh di gunung, saya kan maunya di pelaminan, hehe….
Nah, di Gunung Prau ini ada titik yang Bernama Akar Cinta…. tebarkanlah virus-virus cinta (nyanyi). Akar ini cukup cantik dipandang, sangat panjang, dan berkelok-kelok, aku sendiri tidak tahu sebenarnya ini akar dari pohon apa. Tapi yang pasti ini adalah gabungan akar beberapa pohon yang satu jenis dan berjejer sehingga menyatukan banyak akar. Struktur Akar Cinta cukup membantu para pendaki tidak terpleset karena menjadi semacam anak tangga alami di jalur pendakian.
Puncak Prau
Setelah berbagai tantangan dan jalur yang terjal, akhirnya kami sampai di Puncak Prau pukul 07.00. Tepat sesuai perkiraan dua jam pendakian. Di ketinggian 2590 mdpl view Gunung Sindoro, Sumbing dan beberapa gunung lainnya terhampar. Saat itu sunrise sudah lewat, berganti dengan pemandangan Kaldera Dieng yang kebetulan saat itu cukup cerah.
Semua kelelahan dan kantuk terbayar. Kesejukan dan pemandangan luar biasa indah setelah perjalanan dadakan, justru sulit didapatkan kalau direncanakan sejak jauh-jauh hari. Bagian paling paling aku suka ketika tadabur alam adalah tubuh dan kulitku terasa sehat. Berbeda dengan wisata kota yang biasanya membuatku harus pakai make-up, kadang membuat kulitku justru berjerawat.
Kembali ke pendakian, Puncak Prau sebagai titik tertinggi berbeda dengan Sunrise Camp yang paling populer dengan pemandangannya. Karena kami mendaki via Dieng maka kami sampai di Puncak Prau. Lalu untuk melihat dengan jelas gunung-gunung di sekitar Jawa Tengah, kami harus berjalan menuju Sunrise Camp. Jaraknya cukup jauh tapi dapat ditempuh dalam 15 menit jika berjalan kaki, jarak yang pantas untuk ditempuh karena medan cukup landau, disempurnakan dengan bunga-bunga cantik dan view Bukit Teletubbies yang memikat mata.
Bunga Daisy warna-warni menghiasi perjalanan kami dari Pos 1 hingga puncak dan Sunrise Camp. Aku berkali-kali ambil foto sampai puas di sekitar semak-semak berbunga ini. Entah sejak kapan aku menyukai bunga, setiap ada bunga aku merasa cantik dan menjadi perempuan. Tapi kenapa ya bunga selalu identik denga perempuan? Kenapa tidak dengan laki-laki? Entahlah aku tidak tahu juga.
Sunrise Camp
Sunrise Camp tempat di mana para pendaki dari jalur Patak Banteng bermalam punya pemandangan yang luar biasa cantik. Gunung Sindoro dan Sumbing serta beberapa gunung di sekitarnya terlihat sangat jelas dan cantik, seolah mereka sedang bermain berkumpul bersama.
Aku juga tidak menyangka akhirnya bisa sampai di atas puncak ini, mungkin kalau aku masih tinggal di kampungku dulu, aku tidak bisa sampai diatas puncak ini. Mungkin sebatas melihat pemandangan ini di botol Aqua atau maksimal hanya di YouTube dan medsos.
Kalau mengingat susahnya zamanku kecil dulu, aku jadi merasa tidak pantas untuk mengeluh lagi karena sekarang hidupku jauh lebih mudah dan penuh kenikmatan. Terimakasih Ya Allah, Gusti, atas kenikmatan yang sangat berlimpah ini.
Tidak lama kami di Sunrise Camp. Hanya menikmati pemandangan, mengabadikan momen berfoto-foto cantik, lalu minum dan makan snack untuk mengisi energi. Kami lalu begegas turun karena rencana aku harus kembali ke Jakarta dengan kereta pukul 17.00.
Perjalanan Turun
Baru jalan beberapa langkah, aku merasa ada yang tidak beres dengan perutku, tapi aku coba paksakan jalan mungkin karena tadi pagi aku hanya makan buah dan belum makan berat, sehingga asam lambung naik ke esofagus. Perkiraan kita akan sampai di basecamp pendakian pukul 10.00 sepertinya tidak akan terwujud, karena semakin lama, perutku makin perih dan nyeri. Berjalan tiga langkah pun terasa nyeri sampai membuatku berkali-kali harus istirahat.
Biasanya aku membawa obat lambung, tapi kali ini aku kecolongan. Sialnya, beberapa kali bertemu dengan pendaki semuanya tidak membawa obat lambung. Perjalanan pulang cukup menyiksa, tapi namanya Sasa, walaupun nyeri perut tetap saja sempat tertawa dan foto-foto.
(Ini adalah batas wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Batang. Aku mengerti beberapa kabupaten di Jawa Tengah karena sempat bersekolah di Kendal selama 4 tahun jadi masih familiar dengan daerah-daerah Jawa Tengah.)
Setelah bertemu 6-7 kelompok pendaki dan melewati Pos 1, akhirnya kami bertemu dengan pendaki yang membawa obat lambung. Setidaknya bisa menurunkan sedikit rasa nyeri yang aku tahan dari puncak. Mereka kelompok dari Jakarta yang baru mulai pendakian dan berencana stay 2 hari di puncak.
Tidak lama kemudian, kami sampai di Basecamp Dieng. Makan, tidur, dan bersih-bersih sebelum menutup pendakian dan kembali ke Jogja. Sejujurnya ini kali pertamaku tektok naik gunung. Ternyata sangat seru dan menyenangkan karena tidak perlu membawa banyak perlengkapan. Perjalanan menjadi simpel dan tidak merepotkan.
Terimakasih Gunung Prau yang begitu indah, ingin aku ulang kembali mendaki Puncakmu.
Langkapura, 2 Juni 2024
1 note
·
View note
Text
Belajar dari Pengalaman Naik Gunung
Si paling anak Gunung? eitss ga kok...ini baru ketiga kalinya aku naik gunung dan gunung ini lebih tinggi dari gunung yang sebelumnya pernah aku naikin (Gunung Prau).
Pertama, persiapan itu penting. Pengalaman naik gunung membuatku belajar untuk mempersiapkan segala hal ketika ingin berpergian dengan seperti fisik, mental, dan kebutuhan lainnya. Kalau dibagian ini aku pegang prinsip "Little things are matter", hal-hal kecil yang ga kita sadari itu penting banget. Misal kalau mau naik gunung harus siapin fisik dengan rajin olahraga supaya ga gampang capek, blackout atau dizzy. Lihat deh, semisal ga latihan fisik bakalan ga bisa bangun dan kena radang otot seperti aku dulu waktu naik Prau tanpa persiapan fisik.
Kedua, berani melawan ketakutan. Banyak orang pintar sulit memulai sesuatu karena takut akan ancaman yang mereka ciptakan sendiri. Bahkan terkadang ada stimulus-stumulus dari lingkungan sekitar yang membumbui rasa takut menjadi semakin besar. Awalnya aku pikir naik gunung itu menyeramkan, apalagi aku takut ketinggian. Tapi setelah mencari tahu dan melihat berbagai pengalaman orang lain naik gunung. Aku rasa semua kekhawatiran ada solusinya. Jadi aku lawan rasa takutku dan pada akhirnya aku jadi berani pergi ke tempat-tempat tinggi. Kalau aku ga memulai, mungkin rasa takut ini akan terus ada di dalam diriku. Just do it! sederhana sih, tapi aku jadi lebih banyak menangkap peluang jauh lebih cepat dalam banyak hal.
Ketiga, semuanya tentang proses. Semua itu butuh proses ga ada yang instan. Naik gunung memberikanku pelajaran hidup "turn your life into process" dimana aku menyadari bahwa setiap detail kehidupan adalah proses. Proses mengumpulkan, proses membentuk dan proses berbagi. Orang yang memandang hidup sebagai sebuah proses sudah pasti sabar dan ga akan takut untuk mencoba hal baru. Tau sendirikan? setiap proses pasti ada fase uji coba, perbaikan dan penyempurnaan. Itulah kenapa meskipun kemarin waktu naik Prau ada beberapa kesalahan yang aku lakukan, aku belajar dan aku mencoba memperbaikinya lalu menyempurnakannya untuk pengalaman selanjutnya. Begitu pula dengan hidup.
Terakhir! Bersyukur. Kalau sudah di atas pasti bersyukur banget banget banget. Bisa liat karya ciptaan Tuhan yang luar biasa. Sekalipun ada rintangan, capek, rasanya dada sesak, dan haus. Tapi kalau sudah di atas semuanya hilang. Bersyukur diberi kehidupan di dunia yang Indah ini, bersyukur dan selalu bersyukur. Setiap waktu yang kuhabiskan di atas, membuatku tersadar bahwa manusia itu hanya makhluk yang sangat kecil di luasnya semesta ini. Luar biasa kagumnya kepada sang pencipta.
9 notes
·
View notes
Text
Tetap dari Allah
Tulisan kali ini masih mengambil momen naik Gunung Prau baru-baru ini. Siapa yang tak tahu jika Desember sedang kelabu? Cuaca tak menentu, bahkan isu badai angin mulai diumumkan. Memanfaatkan momen “mumpung”, rombongan tetap berangkat hehe.
Hari mendaki sudah dimulai dengan gerimis sendu, namun tak menyurutkan semangat kami untuk mendaki. Sesampainya di basecamp jalur pendakian Dieng, kami isi bahan bakar diri dulu. Kemudian, mulai mengencangkan sabuk pengaman. Apa sabuk pengaman yang kami kencangkan? Do’a :) Sambil berdiri melingkar, seseorang mulai memimpin do’a. Dan ada kalimat yang saya ingat, “Kita niatkan perjalanan kali ini untuk tafakkur alam”, memikirkan dan merenungi keagungan Allah lewat fenomena alam.
Alhamdulillah, hujan turun sebentar saja selama perjalanan. Hanya bekas kobangannya yang cukup licin dan menodai sepatu kami, jadi sepatu celup coklat :D. Semakin malam, angin mulai berisik dan udara mulai kurang bersahabat. Semalaman saya menggigil kurang nyenyak beristirahat, salah sendiri juga kurang persiapan outfit yang benar wkwk.
Pagi hari kami disambut dengan kabut dan angin ribut :D. Gunung Prau yang terkenal dengan sunrise ciamiknya, sedang malu-malu tak menunjukkan guratan sinarnya. Rasa pendakian yang tak ada Prau Praunya :D. Namun tak apa, mari ingat kembali niat awal perjalanan: tafakkur. Tafakur adalah cara kehidupan mendidik jiwa kita untuk kembali ke watak aslinya. Semoga kita benar-benar semakin mendekat, dan semakin meyakini,
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلً "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.” (QS 3: 191)
Saatnya turun, kami kembali kencangkan sabuk do’a. Dan ada satu kalimat yang cukup menyentuh saya,
“Apapun yang kita dapatkan, itu semua tetaplah dari Allah..”
Tak sampai hati kan jika terbesit kekecewaan karena tak melihat sunrise? Hehe. Segala yang dari Allah itu, mari kita syukuri agar perjalanan jadi lebih dapat dinikmati ^^
Tak semua dalam hidup berjalan sesuai kemauan kita, namun inshaa Allah itu yang Allah mau. Kalimat dalam do’a di atas juga mengingatkan saya pada salah satu pesan Ustadz Syatori di kajian.
“Senang atau susahnya hidup itu sama-sama rahmat dari Allah, bagian dari kasih sayang-Nya. Jadikan senang/susah tersebut sebagai kesempatan untuk beramal baik.”
Amal baik? Kalau senang ya bersyukur, kalau susah ya bersabar. Begitu hehe. Kata seorang guru juga, pergiliran senang dan susah itu tak lain dan tak bukan untuk mencari pesan cinta-Nya. Semoga Allah karuniai kita kesempatan untuk menangkap pesan cinta itu, ya!
-------------------
Yogyakarta, 30/12/2022 | 7:23 WIB
12 notes
·
View notes
Text
Impian Kecil
Ga tau lagi gimana cara mengungkapkannya, aku sangat amat bersyukur dikasih kesempatan buat memenuhi wishlistku yang dua ini. Ketika bingung pilih salah satu jalan-jalan di Wonosobo atau ndaki Gunung Prau, tapi Allah kasih kesempatan memenuhi keduanya, plus dapet bonus ke Temanggung dan dibersamakan dengan orang orang baik yang bantu ngejaga aku. Ya begitulah, aku minta dua tapi Allah kasih banyakkk. Maasyaa Allah Alhamdulillah🥹🤍
Terimakasih teman-teman perjalananku yang gak ku sangka sama sekali, dengan perencanaan yang singkat tapi jelas. Aku gak tau sebenarnya apa yang buat mereka tergerak untuk mau ikut perjalanan ini, tapi ku anggap sajalah mereka memang mau menemaniku memenuhi impian-impian kecilku yang dua ini hehe. Bener benar sayang, beribu ungkapan terimakasih juga kayanya ga bakal mewakilkan rasa haruku sama mereka, ini jujur, tapi terlalu gengsi untuk mengungkapkan secara langsung hahahaha🥹 Suatu saat pasti aku bakal rinduw momen ini hahaha love you guys!🤍
Batam, 30 Juli 2023
2 notes
·
View notes
Text
Eksplorasi Dieng Setelah Mendaki Gunung Prau
Ivermectinh - Gunung Prau itu terkenal banget sama julukan "gunung seribu bukit." Dari puncaknya, kita bisa lihat sunrise keren banget, seperti warna emas gitu, terus ada pemandangan gunung-gunung lain seperti Sindoro, Sumbing, sampai Merapi. Pendakian ke Gunung Prau juga tidak terlalu susah, jadi cocok buat siapa aja, termasuk yang baru pertama kali naik gunung. Suasana yang sepi dan damai, ditambah padang rumput luas, dan kalau malam, langit dipenuhi bintang yang cantik. Pokoknya, perjalanan ke sini tuh bikin pikiran jadi rileks! Setelah puas di Gunung Prau, Dieng adalah destinasi yang pas banget buat lanjutin liburan. Ada Telaga Warna yang cantik banget, airnya warna-warni seperti lukisan, terus ada Candi Arjuna yang penuh cerita sejarah. Setiap sudut Dieng tuh punya pesona sendiri. Jadi, kalau sudah lelah naik gunung, main ke Dieng tuh seperti bonus seru yang tidak boleh dilewatkan!
Pendakian Gunung Prau
Pendakian Gunung Prau terkenal cukup ramah buat pendaki pemula. Treknya tidak terlalu panjang, biasanya bisa ditempuh 2-3 jam tergantung jalur yang dipilih, seperti jalur Patak Banteng atau Dieng. Meski ada tanjakan yang bikin lelah, pemandangan yang bisa kita lihat sepanjang jalan bikin semuanya terasa ringan. Saat sampai di puncak, kita bakal disambut hamparan padang rumput luas dan bukit-bukit yang sering disebut mirip "Bukit Teletubbies." Apalagi kalau naik pas cuaca cerah, pemandangan gunung-gunung lain seperti Sindoro, Sumbing, dan Merbabu bikin makin keren! Yang bikin Gunung Prau spesial adalah golden sunrise-nya. Matahari perlahan muncul di balik gunung, warnanya seperti emas bercampur jingga, benar-benar memukau. Buat persiapan, pastikan bawa perlengkapan hiking dasar, seperti jaket tebal karena udaranya dingin banget, air minum yang cukup, dan headlamp buat jaga-jaga kalau trekking malam. Jangan lupa cek ramalan cuaca biar pengalaman mendaki makin seru tanpa gangguan hujan!
Eksplorasi Wisata Dieng Setelah Mendaki
Selesai menikmati sunrise yang epic di puncak Gunung Prau, masih banyak yang bisa dijelajahi, jadi jangan langsung pergi! Kawasan Dieng punya banyak destinasi seru yang sayang banget kalau dilewatkan. Mulai dari danau-danau cantik seperti Telaga Warna, hingga situs bersejarah seperti Candi Arjuna, semuanya bisa jadi pelengkap petualanganmu. Dieng bukan cuma soal pemandangan, tapi juga punya vibes yang bikin hati adem. Jadi, habiskan waktu lebih lama di sini, karena ada banyak keindahan yang menunggu untuk dieksplorasi! Telaga Warna Telaga Warna itu salah satu tempat yang paling keren di Dieng! Yang bikin unik, air telaga ini bisa berubah-ubah warnanya loh, dari hijau, biru, sampai kekuningan. Ini karena kandungan belerang yang ada di dalam air, yang bikin warnanya bisa kelihatan beda-beda tergantung cahaya matahari. Jadi, kalau cuaca lagi cerah, pemandangannya bakal super keren banget! Bener-bener seperti di dunia fantasi deh! Selain menikmati pemandangan telaga, kita juga bisa naik ke Batu Pandang buat lihat Telaga Warna dari atas. Dari sini, kita bisa lihat pemandangan dua telaga sekaligus, Telaga Warna dan Telaga Pengilon, yang warnanya juga beda-beda. Pemandangannya asyik banget buat foto-foto, jadi jangan lupa bawa kamera atau ponsel ya, biar bisa capture momen keren ini! Candi Arjuna Bangunan ini adalah salah satu tempat bersejarah yang ada di Dieng. Candi ini dibangun sejak abad ke-8 dan dibuat untuk menghormati dewa-dewa Hindu. Nama "Arjuna" diambil dari tokoh terkenal di cerita Mahabharata, yang merupakan salah satu dari Pandawa. Di kompleks ini ada beberapa candi kecil, dan Candi Arjuna adalah yang paling besar dan paling utama di antara semuanya. Saat kita jalan-jalan ke tempat ini, kita bakal ngerasain suasana yang agak misterius karena dikelilingi pegunungan dan udara yang dingin. Arsitektur candi yang udah tua dan keren, dengan batu-batu yang penuh detail, cocok banget buat di foto. Pemandangannya yang keren banget, gabungan antara alam dan sejarah, bikin kita berasa seperti lagi masuk ke dunia zaman dulu!
Kombinasi Petualangan Alam dan Budaya
Pendakian Gunung Prau memberikan pengalaman alam yang luar biasa, dengan trek yang menantang dan pemandangan yang tidak kalah memukau. Saat mencapai puncak, kita bisa menikmati sunrise yang epik dan hamparan bukit yang hijau banget. Sensasi melihat pemandangan dari ketinggian ini pasti bikin kita ngerasa puas dan seger lagi. Setelah capek mendaki, suasana yang tenang dan sejuk di puncak Gunung Prau bikin perjalanan jadi sangat berkesan. Di sisi lain, Dieng juga kaya dengan destinasi wisata budaya dan sejarah yang menarik. Candi Arjuna dan Telaga Warna, misalnya, tidak cuma indah tapi juga penuh dengan cerita dan tradisi. Kita bisa belajar banyak tentang sejarah Hindu kuno dan menikmati keindahan alam yang unik. Kombinasi antara petualangan alam di Gunung Prau dan wisata budaya di Dieng bikin perjalananmu jadi semakin lengkap dan seru!
Nikmati Kuliner Lokal Gunung Prau dan Dieng
Setelah capek mendaki Gunung Prau, tidak ada yang lebih nikmat daripada menikmati kuliner khas Dieng yang menggugah selera. Salah satunya adalah Mie Ongklok, mie khas Dieng yang disajikan dengan kuah kental yang gurih dan nikmat. Mie ini biasanya dipadukan dengan sayuran segar, tahu, dan tempe, memberi sensasi rasa yang unik dan lezat. Rasanya yang hangat dan pedas juga cocok banget buat mengisi perut setelah perjalanan panjang. Selain Mie Ongklok, jangan lupa juga coba Tahu Tempe Dieng yang terkenal dengan rasa gurih dan tekstur yang kenyal. Tahu dan tempe di Dieng seringkali disajikan dengan sambal yang bikin rasanya makin enak. Kuliner khas ini tidak cuma enak, tapi juga bisa bikin kita lebih dekat dengan budaya lokal. Jadi, sambil menikmati makanan, kita juga bisa merasakan kehangatan dan keramahan warga Dieng.
Tips untuk Wisatawan Gunung Prau
Untuk menikmati pendakian Gunung Prau dan semua keindahan yang ada di Dieng, kita bisa merencanakan perjalanan selama 2-3 hari. Hari pertama, kita bisa mulai dengan pendakian Gunung Prau di pagi hari untuk menikmati sunrise yang spektakuler. Setelah turun, lanjutkan dengan mengunjungi destinasi wisata seperti Telaga Warna dan Candi yang bernama Arjuna. Hari kedua, kita bisa eksplor lebih banyak tempat di Dieng atau hanya bersantai menikmati kuliner lokal. Pastikan juga untuk menyisakan waktu untuk membeli oleh-oleh seperti carica yang terkenal di Dieng. Soal tempat menginap, kita bisa memilih penginapan yang nyaman di sekitar kawasan Dieng yang cocok untuk wisatawan, mulai dari homestay hingga hotel dengan pemandangan alam yang keren. Untuk makanan, selain Mie Ongklok dan Tahu Tempe Dieng, kita wajib coba juga Sate Sapi Dieng dan Soto Dieng yang hangat dan mengenyangkan. Jangan lupa beli carica, buah khas Dieng yang rasanya manis dan segar, sebagai oleh-oleh. Kalau kita mencari suvenir lain, ada banyak kerajinan lokal yang bisa dijadikan kenang-kenangan dari perjalanan seru ini. Kesimpulan Jadi, intinya perjalanan ke Gunung Prau dan Dieng itu super seru dan tidak boleh dilewatkan! Di Gunung Prau, kita bakal dapet pemandangan alam yang keren banget, mulai dari sunrise yang kece banget sampai bukit-bukit hijau yang bikin hati adem. Setelah capek mendaki, Dieng punya banyak tempat kece seperti Telaga Warna dan Candi Arjuna yang tidak cuma indah, tapi juga punya sejarah menarik. Selain itu, kuliner khas Dieng seperti Mie Ongklok dan Tahu Tempe juga enak banget dan pas banget buat ngisi perut setelah seharian jalan-jalan. Kalau kita rencanakan perjalanan dengan baik, Gunung Prau dan Dieng bakal jadi petualangan yang tidak cuma seru, tapi juga membuat kita belajar banyak tentang budaya dan sejarah. Jadi, tunggu apalagi? Ayo jelajahi Dieng dan nikmati semua keindahannya! Read the full article
0 notes
Text
Memeluk Takut
Gunung Merbabu merupakan gunung ketiga yang aku daki setelah setelah Gunung Andong dan Gunung Prau. Excitednya jelas beda, pun persiapannya juga.
Sebulan sebelum hari h, teman mendaki sudah dapat. Selanjutnya adalah persiapan fisik. Selain jalan pagi dan sore, jaga asupan makan tidak lupa diperhatikan. Meluruskan niat tiap hari juga dilakukan. Intinya biar fit saat hari h dan siap lahir batin.
Selama itu juga aku merasa takut dan ragu. Gunung Merbabu adalah gunung yang tampak saat aku berangkat di awal pekan perjalanan Solo-Jogja. Jika cuaca cerah, Merbabu dan Merapi bak dua saudara yang menyapa tiap-tiap jiwa yang menatapnya. Ia tampak gagah. Aku selalu menatapnya penuh, hati ku luluh.
Aku berkata "kaki kecil ini akan menapaki sisimu yang begitu luas dan panjang. Apa iya aku mampu?". Nyali ku menciut. Serasa latihanku tiap pagi tak dihargai oleh diriku sendiri, niat yang agung pun aku lucuti--oleh ketakutanku.
Tapi, dalam payah itu, dalam kesadaran diri--tapak kaki sekecil ini akan mendaki gunung segagah itu, aku menguatkan tekad. Latihan fisik kutambah lagi. Persiapan pembagian akomodasi dengan tim dikuatkan. Komunikasi dengan orang-orang terkait juga diintensifkan -- jangan sampai saat naik gunung dg kondisi penuh keterbatasan ada hal hal urgen yang perlu dikerjakan. Niat pun juga diperbaharui tiap hari. Yup, serapi itu. Persiapan terniat daripada naik gunung sebelum-sebelumnya.
Aku takut tapi aku berkompromi dengannya.
Kondisi itu berkali-kali terjadi. Dan ku berkali-kali bangkit. Jatuh mental yang terparah adalah saat hari h, sudah disekitar Kopeng--beberapa km lg dari basecamp Thekelan. Merbabu tampak gagah sekali. MasyaAllah. Aku haru, tapi aku juga ciut. Aku takut, takuut sekali. Lagi-lagi, dalam diam aku berkompromi. Finally, atas izin-Nya, Allah mampukan.
Rasa takut itu, Ia basuh peralahan dengan keyakinan. Diingatkan dengan persiapan-persiapan dan sikap saling menguatkan teman perjalanan. Dengan jalan setapak dan berbagai kejadian saat perjalanan, Allah mampukan sampai puncak Pemancar. Belum puncak utama, tapi berhasil membantu aku untuk bilang "takut itu fitrah. selama tidak pencundangi diri dengan pasrah. Apalagi dengan keluhan tidak terarah. Kamu sedang berjuang, dan sudah berjuang". Haa...Rabb, Merbabu itu...yang aku lihat dari jauh, yang aku takutkan, aku sampai di punggungnya. Ia cantik sekali. Ia hangat sekali.
Aku pulang dengan hangat, memeluk rasa takut.
Dan kini, aku sedang mendaki. Sedang berkompromi dengan takut dan bangkit. Membincangkan tentang niat. Belum sampai puncak, masih di pos 2. Beberapa pos lagi, ku akan melihat lautan awan dengan semburat mentari. Udara segar tiada banding. Sedikit lagi. Aku akan turun dengan hangat, memeluk rasa takut. Dan mendaki ternyata tidak selamanya di gunung.
0 notes
Text
Gunung Prau , gunung Mayit
Penamaan ini terkait dengan bentuk gunungnya yang menyerupai mayit atau jenazah yang sedang berbaring. Ini karena secara topografi, Gunung Prau memiliki bentuk yang memanjang.permatabet88
0 notes
Text
3 Daya Tarik Wonosobo, Ada Festival Balon Udara Lho!
Wonosobo yang dijuluki Kota Seribu Awan atau Kota Di atas Awan memang cocok menyandang nama tersebut. Sebab sebagian besar area Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan sehingga terselimuti awan. Terdapat dua gunung berapi di sini yakni Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Di bagian utaranya merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prau, Telaga Menjer, dan Danau Cebong. Tak salah bila kota ini didominasi dengan tempat wisata alam Wonosobo dengan hawa sejuk menentramkan hati.
#DayaTarikWonosobo#WisataWonosobo#ExploreWonosobo#WonosoboTravel#WonosoboTourism#KeindahanWonosobo#DestinasiWonosobo#WonosoboAdventure#WonosoboTrip#JalanJalanWonosobo#WisataAlamWonosobo#WonosoboVacation#TempatWisataWonosobo#WonosoboNature#TravelWonosobo
0 notes
Text
Sampai Habis Rasa (part 1)
Menulis surat setiap hari, bercerita tentang apa yang terjadi, kemudian seluruh kertas itu disimpannya dalam amplop putih. Hari ini dia punya waktu untuk berkunjung ke rumah sakit, bertemu dengan lelaki yang masih dia tunggu pulihnya. Kondisinya masih sama, terbaring setengah sadar hampir dua pekan.
“Tante udah makan belum?”
“Udah tadi. Sheryl kamu apa kabar? Kok kurusan kayaknya…”
“Iya tante, aku lagi ngerjain skripsi. Sebentar lagi selesai. Minta doanya ya…”
“Tante doain selalu kok. Makasih banyak ya perhatiannya buat Ega, surat kamu yang minggu lalu udah tante bacain. Gak apa apa kan?”
Sheryl tercekat, sungguh malu rasanya.
“Hehehe gak apa apa, tante. Ooiya ini nitip lagi buat Ega… semoga gak bosen ya tante.”
“Makasih ya Sher. Kamu satu satunya temen Ega yang masih sering ke sini…”
Lebih tepatnya satu satunya perempuan yang masih mau tau kondisi Ega. Setelah beberapa bulan terakhir lelaki itu ngedrop kondisi kesehatannya, harus perawatan intensif dan sekarang cukup kritis. Sheryl tidak diberi tahu kondisi pastinya. Mamanya Ega sempat bilang bahwa setelah fase ini, Ega harus kemoterapi untuk kankernya. Masih ada harapan, pikir Sheryl.
“Oiya tante, aku pamit mau naik gunung ya pekan depan. Titip salam buat Ega, semoga pas aku pulang dia udah sehat ya!”
Mamanya Ega cuma bisa manggut manggut menahan haru. Gadis di hadapannya punya harapan dan nyali yang begitu besar.
*
Skripsi selesai, sidang pun sudah. Sheryl lulus dari fakultas komunikasi dan tinggal menunggu kabar wisuda. Sayang, dia harus menerima kenyataan bahwa Ega harus cuti dari perkuliahan karena sakit parah yang dideritanya.
Agenda naik gunung bareng teman kuliah akhirnya tiba, Sheryl bersama lima teman dan dua seniornya berangkat ke Gunung Prau. Gadis itu suka tantangan, dia suka mencoba hal baru dan berharap bisa menceritakannya pada Ega nanti.
Namun, rupanya Sheryl sangatlah menarik bagi Firyal—seniornya. Selama pendakian lelaki itu menyimak setiap cerita Sheryl dan mencoba mencari tau setiap detil tentang gadis itu. Hingga hari terakhir mereka bertemu.
“Sher, nanti di Jakarta ketemu lagi ya?”
“Boleh. Janjian aja ya Kak, sama yang lain juga.”
Sheryl nggak mengira apapun bisa terjadi dalam tiga hari. Dia bukan polos, tapi dia merasa dia bisa berteman dengan siapa saja. Dia berpikir dia hanya sudah jatuh hati pada seorang Geova Megantara alias Ega, teman SMAnya yang banyak fansnya.
Dua hari setelah pulang dari gunung, Firyal dan Sheryl kembali bertemu. Lelaki ini mahasiswa luar negeri yang sedang berlibur ke Tanah Air. Dia senior Firyal di kampus tadinya, yang secara random diajak oleh seorang teman untuk mendaki.
“Eh, kok cuma kita berdua doang yang ngopi?” Sheryl celingak celinguk melihat sekitar coffee shop. Dia tidak melihat temannya yang lain. “Lo ngerjain gue yaa?”
“Honestly bukan ngerjain, gue mau ngobrol sama lo.”
“Oh.. sok atuh silakan,”
“Sher sebenernya gue suka sama lo,” kata Firyal. “Maaf ya norak banget ngungkapinnya…” Sheryl diam karena bingung. “Gu-gue pengen deket sama lo.”
“Gue nggak ngerti, Kak…”
“Ini kecepetan sih, tapi gimana ya…” Firyal pun bingung bagaimana memperjelas perasaannya. “Gue gak minta dijawab sekarang sih. Bisa besok kok.”
“Oke,”
“Hehehe maafin gue yah…” Firyal merasa awkward sendiri ketika menyadari aura wajah Sheryl berubah. Lalu mereka lanjut makan siang dan pulang masing-masing.
*
Dear Ega,
I don’t know what’s going on, ada cowok nembak gue Ga. Tapi gue nggak tau harus gimana. Seneng juga enggak, kaget sih iya.. yaelah dia nggak kenal gue. Lebih tepatnya sih baru kenal ya, dia kuliah di luar negeri, pinter, ganteng juga sih. Tapi not my type. Kalo gue nolak nggak apa apa kan ya?
Satu cerita dia tulis untuk melegakan pikirannya. Sheryl menolak secara halus dan jelas niat baik Firyal yang berakhir dengan diblokirnya semua kontak Sheryl. Well done.
*
“Sher, rencana kamu habis lulus ini mau ngapain?” Tanya Papa saat makan malam bersama. “Udah punya planning kerja di mana?”
“Papa tenang aja, aku udah milih mau kerja di mana. Mudah mudahan segera dipanggil interview.”
“Ega gimana kabarnya?”
“Masih di rumah sakit, Pah…” Sheryl berat melanjutkan kata-katanya. “Doain ya Pah,”
Papa tau Sheryl sangat menyayangi Ega, sejak pertama kali kenal dengan lelaki itu. Sebenarnya Papa turut bersedih, karena Ega cowok populer yang menganggap Sheryl teman biasa. Sementara itu banyak perempuan yang menyukai Ega, Sheryl terkesan hanya bayangan.
Ada kalanya Sheryl merenung, terutama ketika di perjalanan dari satu interview ke interview berikutnya. Mencari pekerjaan ternyata tidak mudah. Sesekali dia juga mulai mencari peluang usaha, buka jasa titip beberapa barang branded untuk dijual ke luar kota.
Dia tau dirinya bukan tipe perempuan yang diidamkan Ega selama ini. Sheryl cukup mandiri, supel, tidak jaim, sedikit tomboy dan jarang make up.
Suatu hari, mama Ega kirim pesan: Sheryl jaga kesehatan ya.. kalau nggak sibuk main ke rumah, Ega udah nggak di rumah sakit nih.
Alhamdulillah, begitu pikirnya. Ega sudah berhasil melalui masa kritis. Kemoterapi katanya menyakitkan, tapi keluarganya ingin terus berusaha sampai lelaki itu benar-benar pulih.
*
Sheryl memasuki dunia kerja, dia menggeluti bidang jurnalistik. Hal baru buatnya selalu seru, mengejar narasumber, menulis berita, menerbitkannya, mengantarkan ia dari satu tokoh ke tokoh lainnya sedikit membuat lupa pada Ega. Ya, biasanya dia selalu ingin tau kabar Ega. Tapi kini Sheryl mulai pasrah ingin melepaskan perhatiannya.
“Mbak Sheryl, saya punya keponakan.. mau nggak saya kenalin? Kayaknya sepantaran sama kamu.” Ujar Pak Ardi, seorang tim humas di kementerian yang sudah satu minggu ini jadi rekan Sheryl untuk kebutuhan berita. “Dia baru kerja juga sih, belum punya pacar.”
“Pak Ardi repot repot banget.. saya kan juga baru kerja Pak.”
“Nanti saya suruh dia DM di instagram ya, Mbak.”
“Hehehe, boleh deh..” jawab Sheryl sekenanya. Ya karena nggak enak menolak, Pak Ardi baik kalau kasih informasi seputar pariwisata dari kementerian. “Makasih ya, Pak. Udah sore saya pamit pulang dulu..”
“Hati-hati di jalan, Mbak…”
Sheryl pulang ke rumah dengan TransJakarta, sore yang mendung dan lalu lalang kendaraan membawanya melamun keluar jendela. Kadang ia lupa saat ini kakinya berpijak di masa depan, barangkali memang Ega tidak ditakdirkan untuknya. Ega dan ceritanya bukankah hanya masa lalu? Lelaki itu dan kehidupannya pun punya alur sendiri. Sheryl perlu menyapa dunia yang baru, yang tak ada Ega-nya. Semoga Ega pulih dan mengejar mimpinya yang tertunda.
Dear, Ega..
Meskipun akhirnya kita punya jalan cerita masing-masing. Kamu telanjur tau semua perasaanku. Makasih ya, udah bolehin aku di dekatmu, jadi temanmu, mungkin itu mengganggu. Suatu hari, mungkin kita ketemu lagi.. aku dan keluargaku, kamu dan mimpi mimpimu. Lekas pulih.
Surat terakhir. Tak lupa, Sheryl juga berpamitan pada mama Ega, dan berpesan mungkin akan semakin jarang bertemu karena pekerjaannya akan sering membawanya keliling Indonesia.
*
Bima, keponakan Pak Ardi—benar menghubungi Sheryl lewat DM Instagram. Entah karena disuruh juga atau memang ingin kenalan dengan gadis itu. Sheryl biasa saja menanggapinya, di usia yang sekarang dia tau bisa berteman dengan siapa saja dan kalau mau serius juga bisa.
“Sher, kalau ngajak ketemu di mall gimana?”
“Boleh aja. Weekend atau weekday?”
“Dua duanya bisa, mau yang mana?”
“Weekday tapi aku nggak libur, Bim.”
“Oke, pulang kerja bisa?”
“Oke.”
Bima orang baik, dia juga menunjukkan ingin berteman. Bukan ingin dijodohkan. Bima banyak bertanya tentang kehidupan dan keluarga Sheryl, tapi belum sekalipun menyinggung keberlanjutan.
Pulang kerja, makan malam di mall, Bima dan Sheryl akhirnya bertemu untuk pertama kali. Obrolan yang mengalir dan nyambung, Bima mulai menunjukkan kalau dia tertarik.
“Ini kita ketemuan nggak ada yang marah kan?”
“Marah lah bokap, kalau kelamaan. Hahaha.” Sheryl bercanda. “Mas Bima sendiri?”
“Iya, sendiri.”
“Heh bukan.. maksudnya ada yang marah nggak?”
“Nggak ada. Jomblo banget lah pokoknya…”
“Hoo, gitu..”
Tapi di pertemuan pertama ini, Bima nggak menawarkan diri untuk mengantar pulang. Sheryl juga bilang dia dijemput papanya. Dan Bima belum punya nyali untuk kenalan. Hari demi hari berlalu, keduanya semakin dekat dan sudah saling mengenal. Namun, lelaki itu masih ragu untuk membicarakan keseriusan. Sebab sepertinya ia tidak sepenuhnya cocok dengan Sheryl.
*
“Jadi gimana hubungan kamu sama Bima?” Tanpa basa basi Papa membuka percakapan. Sheryl baru saja duduk dan selesai meneguk air dingin.
“Nggak tau Pah, aku nggak gimana gimana juga.”
“Emang dia nembak?”
“Nggak.”
“Aneh anak sekarang ini…” kata Papa. “Jadi nggak jelas suka apa nggak? Pacaran atau nggak? Mau diserusin apa nggak?”
“Hahahaha,” Sheryl tertawa. “Papa ngapain pusing sih? Biarin aja lah.”
“Ya, kalau kamu nggak diseriusin, temen Papa ada yang mau ngenalin anaknya lho…”
“Ya kenalan aja, aku juga mau aja kok.”
“Tuh aneh, kan…” Papa melirik Mama. “Gimana sih, Ma.. anakmu.”
“Udah deh, udah malem.. Sheryl tidur duluan ya.” Gadis itu beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.
Bagi Sheryl rasanya suka sama cowok itu udah nggak ada. Bisa dibilang hambar. Mau kenalan sama siapa aja boleh, silakan. Mau dijodohin juga nggak apa-apa. Nggak ada rasa ingin menolak karena nggak suka, memilih lelaki? Mana mungkin.
Ada hal yang Bima nggak tahu, hari ulang tahun Sheryl. Setelah dekat selama tiga bulan belakangan ini, mereka baru tiga kali jalan bareng. Pertemuan pertama, makan malam. Pertemuan kedua, menemani Bima beli sepatu. Dan ketiga, jemput adik Bima di Terminal 3 Soetta.
“Hai, aku Sheryl.” Sambil mengulurkan tangan, ia menyebutkan nama. Tapi uluran tangannya tak disambut oleh adik Bima. “Gimana flightnya Tessa?”
“Biasa aja.” Gadis bernama Tessa menjawab pendek.
Gelagatnya terkesan sinis pada Sheryl, padahal ini pertemuan pertama dan Sheryl suda mencoba friendly. Menyadari hal itu, Sheryl pun tidak banyak bertanya, dia rasa cukup basa basinya. Tessa baru saja kembali dari Malaysia, dia kuliah di sana. Hari ini Sheryl sengaja cuti untuk menemani Bima menjemput adiknya.
Tiba di parkiran, Tessa langsung membuka pintu depan lalu duduk di kursi depan. Bima tidak bereaksi apa-apa, Sheryl bergegas masuk ke kursi tengah. Entah rasanya suasana menjadi lain. Bima menjadi canggung, Tessa juga tidak mengobrol, sibuk dengan ponselnya.
“Mas Bima, nanti aku turun di halte depan ya…” kata Sheryl setela Bima keluar dari jalan tol.
“Lho, bukannya tadi kita mau makan dulu? Ini udah jam 12 lho.”
“Oh, maaf ya… Papaku barusan whatsapp, ada keperluan.” Kata Sheryl sambil menunjukkan layar ponselnya. “Makasih ya, Mas, see you next Tessa.” Dan Tessa kembali tidak menjawab.
Bima menepikan mobil di dekat halte. “Take care ya, Sher.”
“Sip. Daaah!”
Sheryl turun, ia melambaikan tangan lalu duduk di halte. Nggak nyaman, kayak mau nangis. Ngeselin banget sih Tessa. Ogah gue punya ipar kayak gitu. Tau sih capek, jet lag kali ya? Ya masa salaman aja nggak mau. Hih. Gerutu Sheryl dalam hati.
Kemudian ponselnya berdenting, satu chat whatsapp masuk.
Geovani Megantara
Have a good day today! Happy Birthday Sheryl Syafiqa, all best wishes for u ❤️
Setelah membaca chat itu, kaki Sheryl mendadak kaku. Hampir tidak percaya, barusan chat dari Ega, pakai gambar love?
Sheryl terdiam, cukup lama. Ega? Benarkah Ega atau mamanya yang mengetik? Balas atau nggak usah ya?
Tapi nggak lama kemudian satu chat masuk lagi, dan kali ini benar dari mamanya Ega.
Mama Ega
Sheryl semoga pjg umur.. baik baik ya dimanapun skrg berada. Tnte tunggu kabar mampirnya hehe
Dan ketikannya beda!
0 notes
Text
Tips Mendaki Gunung Prau
Momenwisata.com – Apakah Anda berniat mendaki ke gunung Prau.
Baca selengkapnya :
0 notes
Text
Ini Pilihan Penginapan Murah di Dieng
INI pilihan penginapan murah di Dieng, yang dapat dipesan atau dibeli lewat aplikasi atau media sosialnya seperti instagram dan whatsappnya (WA). Dieng tengah naik naik daun sebagai destinasi wisata karena sejumlah lokasi yang menawan. Sebut saja, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Gunung Prau, Telaga Warna dan sebagainya. Dieng merupakan daerah dataran tinggi, menawarkan pemadangan dan udara segar.…
View On WordPress
0 notes
Text
Babinsa Koramil 05/Kejajar Bersama KKN UGM Melaksanakan Konservasi Gunung Prau
Tidak kurang dari 500 pohon, yang terdiri dari pohon damar, cemara, pucuk merah ditanam oleh Serda Kusno bersama mahasiswa KKN UGM, Dinas Lingkungan Hidup (LH), Karang Taruna Desa Dieng, Dieng Bersatu Adventure, dan Siswa SMP N 2 Kejajar melaksanakan konservasi penanaman pohon di kawasan gunung Prau. (29/1/2024)
Saat melaksanakan penanaman Serda Kusno menyampaikan menjaga alam adalah tanggung jawab kita semua sebagai umat manusia. Apalagi generasi muda harus tahu dan paham akan kelestarian lingkungan disekitar kita.
“Kegiatan menanam ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat mulia, karena dengan menanam pohon di gunung akan membawa dampak yang sangat baik bagi kelangsungan hidup manusia. Flora dan fauna yang ada disana akan bisa lestari” kata Serda Kusno.
Alam yang terjaga dengan baik membawa manfaat bagi manusia salah satunya adalah terjaganya kesediaan air. Karena dengan kondisi hutan yang baik, mata air akan bisa mengalir dengan lancar baik musim penghujan maupun kemarau.
"Alam merupakan titipan anak cucu kita, oleh sebab itu agar bisa diserahkan kepadanya maka saat ini kita diwajibkan tidak merusaknya. Kita harus menjaga agar alam ini terpelihara dengan baik. Banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya adalah dengan cara merawat dan menanam kembali" Kata Babinsa.
Karena itu merupakan kegiatan yang sangat baik maka TNI khususnya Koramil mendukung kegiatan konservasi hutan, seperti di Gunung Prau ini. Dengan menjaga dan memelihara hutan maka hutan akan menjaga kita, membawa manfaat yang sangat banyak seperti tersedianya air, menjadi habitat hewan dan sebagainya.
“Apalagi Gunung Prau saat ini menjadi tujuan pendakian bagi para wisatawan, tiap harinya ada orang yang naik kesana. Apalagi jika hari Sabtu , Minggu atau hari libur jumlah bisa mencapai ribuan orang. Maka sudah sepatutnya kita menjaga agar alam tetap lestari dan wisatawan senang mengunjunginya” ujar Serda Kusno.
Yoga ketua kelompok KKN menyampaikan sangat berterima kasih telah dilibatkan dalam kegiatan konservasi. Ini menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga karena banyak ilmu yang didapat. Disamping itu juga bisa berwisata sambil belajar menjaga alam.
“Kami sebagai generasi muda akan mengajak dan menjaga kepada teman – teman yang lain untuk bersama – sama menjaga lingkungan disekitar kita tinggal” pungkas Yoga.
Pendim0707
0 notes
Text
TURISIAN.com - Sekarang, ada banyak tempat seru yang bisa kamu kunjungi buat camping, tanpa perlu jalan kaki jauh-jauh. Salah satu tempat kece yang bisa jadi pilihan adalah Merbabu 360. Disini, kalian bisa camping asik dan gak perlu kesusahan mendaki. Bahkan, mereka yang bawa sepeda motor dan perlengkapan bisa camping sendiri. Biaya masuknya juga gak bikin kantong bolong, cuma Rp 50.000 buat sewa tempat dan Rp 25.000 buat tiket masuk. Merbabu 360 ini ada di Dusun Cunthel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasinya di lereng utara Gunung Merbabu, jadi pasti bakal ada pemandangan keren dari atas sana. BACA JUGA: Ingin mendaki Gunung Merbabu? Ada Baiknya Kalian Ikuti Panduan Ini Guys Yang unik, di sini kamu bisa masukin kendaraan, jadi buat yang suka campervan atau motocamp juga bisa banget. Soalnya, pemandangan di sini emang gak main-main, bro. Ada Gunung Telomoyo dan Andong yang bikin mata kamu dimanja. Sementara itu, di sisi barat juga ada panorama keren, kayak Gunung Sindoro-Sumbing-Prau dan sunset. Sayangnya, waktu itu cuaca di ufuk barat lagi mendung, jadi gak bisa liat panorama ke arah barat. BACA JUGA: Keindahan Tersembunyi Gunung Gajah, Bikin Terpesona Peserta Gajah Trail Run 2023 Pos Pemancar Di sisi selatan, kamu bisa liat Gunung Merbabu yang tinggi banget. Dari sini juga bisa liat Pos Pemancar yang biasanya dilalui pendaki dari jalur Thekelan, Cunthel, dan Wekas. Malam hari, kamu bisa nikmatin lampu-lampu dari dataran rendah sebelah utara Gunung Merbabu. Tapi, hati-hati, udara di sini bisa bikin kamu kedinginan, jadi pastiin bawa jaket. BACA JUGA: Embung Kleco, Waduk Buatan di Kulon Progo yang Sajikan Pesona Alam nan Eksotik Tempat camping di Merbabu 360 udah cukup lengkap fasilitasnya. Ada toilet, warung makan, mushala, dan ada colokan listrik juga, jadi gak perlu khawatir kehabisan daya buat nge-charge alat elektronik. Admin wisata Merbabu 360, Astri, bilang kalau tempat ini buka tiap hari. Kalau kamu mau camping, datangnya gak boleh lewat dari jam 11 malam, ya. Jadi, siap-siap buat petualangan camping seru di Merbabu 360! ***
0 notes