#cara menuju dieng
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cara Menuju Kawasan Wisata Dieng di Wonosobo
CARA menuju kawasan wisata Dieng di Wonosobo, yang paling memungkinkan adalah dengan melalui jalur. Belum ada bandara di Wonosobo, Jawa Tengah ini. Kawasan Wisata Dieng dikenal sebagai Dataran Tinggi Dieng, berada di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Siapkan baju hangat, jaket atau semacamnya sebelum meluncur ke Dieng. Kalau naik angkutan umum, silakan tujuan ketibaan…
View On WordPress
#cara ke dieng#cara ke wonosobo#cara menuju dieng#dataran tinggi dieng#festival dieng#kawasan wisata dieng#terminal wonosobo
0 notes
Text
Wisata Dieng: Surga di Atas Awan yang Penuh Misteri
Dieng, sebuah kawasan dataran tinggi yang terletak di Jawa Tengah, sering disebut sebagai "negeri di atas awan." Dengan ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, Dieng menawarkan pemandangan alam yang memukau, udara sejuk, dan sejarah budaya yang kaya. Dieng tidak hanya menarik wisatawan karena keindahan alamnya, tetapi juga karena berbagai fenomena alam unik dan warisan budayanya yang memikat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih jauh tentang pesona wisata Dieng dan aktivitas yang bisa kamu lakukan di sana.
1. Kawah Sikidang
Kawah Sikidang adalah salah satu destinasi paling terkenal di Dieng. Ini adalah kawah aktif yang mengeluarkan uap panas dan lumpur mendidih dari tanah. Yang unik dari Kawah Sikidang adalah letaknya yang dapat berpindah-pindah di area kawah, seperti kijang (kidang), yang menjadi asal usul namanya. Kawah ini dikelilingi oleh pagar pengaman, jadi kamu bisa melihat aktivitas vulkanik dari dekat dengan aman.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Kawah Sikidang:
1. Menyaksikan aktivitas vulkanik dan uap panas yang keluar dari kawah.
2. Mengambil foto dengan latar asap kawah yang unik.
3. Membeli telur yang direbus langsung di kawah.
4. Mencoba masker lumpur vulkanik yang dipercaya baik untuk kulit.
5. Berjalan-jalan di sekitar area kawah dan menikmati pemandangan yang menakjubkan.
2. Candi Arjuna
Dataran tinggi Dieng juga terkenal dengan kompleks candi Hindu tertua di Indonesia, yaitu Candi Arjuna. Dibangun pada abad ke-7, candi ini adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dan berfungsi sebagai tempat ibadah umat Hindu pada masa itu. Candi Arjuna terletak di kawasan yang sangat asri dengan latar belakang pegunungan yang indah, membuatnya menjadi salah satu spot favorit wisatawan yang ingin menyaksikan perpaduan sejarah dan alam.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Candi Arjuna:
1. Berkeliling kompleks candi dan belajar tentang sejarahnya.
2. Berfoto di antara candi-candi dengan latar pegunungan Dieng.
3. Mengikuti tur sejarah untuk memahami lebih dalam tentang peran candi ini pada masa lalu.
4. Menyaksikan upacara tradisional Dieng seperti Ruwatan Anak Gimbal.
5. Piknik santai di taman sekitar candi yang hijau dan teduh.
3. Telaga Warna
Telaga Warna adalah salah satu keajaiban alam Dieng yang paling terkenal. Danau ini memiliki air berwarna-warni yang berubah sesuai dengan cuaca dan sudut pandang, dari hijau, biru, hingga kuning keemasan. Fenomena ini terjadi karena kandungan sulfur di dalam air yang memantulkan cahaya matahari dengan cara berbeda. Pemandangan di sekitar Telaga Warna sangat mempesona, terutama saat kabut tipis menyelimuti danau.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Telaga Warna:
1. Menikmati pemandangan danau dari beberapa titik pandang yang tersedia.
2. Mengambil foto dengan latar air danau yang berubah warna.
3. Berjalan-jalan di sekitar danau sambil menikmati suasana tenang.
4. Mengunjungi gua-gua kecil di sekitar Telaga Warna yang sering digunakan untuk meditasi.
5. Bersantai di gazebo yang disediakan sambil menikmati udara segar pegunungan.
4. Bukit Sikunir
Bagi pencinta sunrise, Bukit Sikunir adalah destinasi yang wajib dikunjungi saat ke Dieng. Bukit ini terkenal dengan panorama matahari terbit yang spektakuler. Dari puncak Bukit Sikunir, kamu bisa melihat pemandangan gunung-gunung di sekitarnya, termasuk Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Merapi. Pendakian menuju puncak Sikunir cukup mudah dan memakan waktu sekitar 30-45 menit, sehingga cocok untuk semua kalangan.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Bukit Sikunir:
1. Mendaki bukit untuk menyaksikan sunrise yang indah.
2. Berfoto di puncak dengan latar pemandangan pegunungan.
3. Menikmati kopi hangat di warung yang ada di sekitar area bukit setelah turun.
4. Camping di area sekitar Bukit Sikunir bagi yang ingin bermalam di alam.
5. Mengagumi hamparan kabut pagi yang menyelimuti lembah di bawah bukit.
5. Telaga Cebong
Telaga Cebong adalah danau alami yang terletak tidak jauh dari Bukit Sikunir. Telaga ini memiliki air yang jernih dengan pemandangan perbukitan hijau di sekitarnya. Tempat ini juga sering digunakan oleh para pendaki sebagai area perkemahan karena lokasinya yang strategis dekat dengan Bukit Sikunir.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Telaga Cebong:
1. Camping di tepi telaga dengan pemandangan yang menenangkan.
2. Berjalan-jalan santai mengelilingi telaga sambil menikmati keindahan alam.
3. Memancing di telaga yang penuh dengan ikan air tawar.
4. Mengambil foto dengan latar telaga dan perbukitan hijau yang asri.
5. Menikmati suasana tenang dan damai sambil bersantai di tepi danau.
6. Dieng Plateau Theater
Untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah, budaya, dan fenomena alam di Dieng, kamu bisa mengunjungi Dieng Plateau Theater. Di sini, kamu bisa menonton film dokumenter singkat yang menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya Dieng, geografi, hingga adat dan budaya masyarakat setempat. Tempat ini sangat cocok bagi wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang Dieng sebelum menjelajahi kawasan ini.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Dieng Plateau Theater:
1. Menonton film dokumenter tentang sejarah dan geografi Dieng.
2. Belajar tentang fenomena alam seperti kawah dan anak rambut gimbal.
3. Berfoto di area luar theater dengan pemandangan alam Dieng.
4. Mengunjungi toko suvenir di sekitar theater.
5. Menikmati pemandangan Dieng Plateau dari area sekitar theater.
7. Sumur Jalatunda
Sumur Jalatunda adalah sebuah kawah besar yang berbentuk seperti sumur dengan kedalaman lebih dari 100 meter. Tempat ini dikelilingi oleh mitos dan legenda setempat, yang membuatnya semakin menarik untuk dikunjungi. Banyak pengunjung yang melempar koin ke dalam sumur ini, berharap agar keinginan mereka terkabul.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Sumur Jalatunda:
1. Mengagumi fenomena alam sumur raksasa yang unik.
2. Mendengarkan cerita dan legenda seputar Sumur Jalatunda.
3. Melempar koin ke sumur sambil membuat harapan.
4. Berjalan-jalan di sekitar area yang rindang dan sejuk.
5. Mengambil foto dari titik pandang di sekitar sumur.
8. Batu Pandang Ratapan Angin
Batu Pandang Ratapan Angin adalah spot favorit bagi para fotografer dan pencinta pemandangan. Dari sini, kamu bisa menikmati pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas bukit. Tempat ini memiliki batu besar yang menjadi titik pandang utama untuk menikmati panorama Dieng yang luar biasa.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Batu Pandang Ratapan Angin:
1. Mengambil foto Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari ketinggian.
2. Duduk bersantai sambil menikmati udara segar dan pemandangan indah.
3. Berjalan-jalan di area sekitar yang menawarkan banyak spot foto menarik.
4. Mengunjungi beberapa spot selfie yang telah disediakan oleh pengelola.
5. Mendaki bukit kecil di sekitar area untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda.
Penutup
Dieng menawarkan berbagai pengalaman wisata yang tidak akan terlupakan. Dari keindahan alamnya, peninggalan sejarah, hingga keajaiban alam yang unik, setiap sudut Dieng memiliki pesonanya sendiri. Bagi kamu yang ingin mencari ketenangan sambil menikmati keindahan alam dan budaya, Dieng adalah destinasi yang sempurna. Jadi, jangan ragu untuk menjadikan Dieng sebagai tujuan liburanmu berikutnya!
Semoga artikel ini sesuai dengan keinginanmu! Jika ada revisi atau tambahan yang perlu dilakukan, silakan beri tahu saya!
0 notes
Text
TURISIAN.com - Pemandian Air Hangat Banyu Alam, permata tersembunyi di Dataran Tinggi Dieng, kini tengah menjadi perbincangan hangat para pelancong. Seperti namanya, tempat ini menawarkan pengalaman berendam di air panas yang langsung bersumber dari perut bumi. Menciptakan sensasi relaksasi yang tak tertandingi. Terletak di kaki Gunung Sipandu, area ini memanjakan pengunjung dengan pemandangan kawah yang terus mengeluarkan asap. BACA JUGA: Sukses Event Dieng Trail Run, Lomba Lari Bakal Ramai Tahun Depan Menandai aktivitas geothermal yang memanaskan air pemandian. Selain itu, panorama alam yang mengelilingi tempat ini—dengan bukit-bukit hijau yang menjulang—membuat mata serasa dimanjakan. Sementara itu, keunikan lainnya, meski berada di kawasan wisata alam, harga tiket masuk terbilang ramah di kantong. Hanya dengan Rp 15.000 per orang, pengunjung sudah bisa menikmati kehangatan air alami ini. Yang menarik, tak ada biaya tambahan untuk parkir kendaraan. BACA JUGA: Telaga Menjer Terluas di Wonosobo dengan Pesona Alam nan Indah Sedangkan, bagi yang ingin merasakan sensasi lebih, tersedia pula wahana gondola atau kursi terbang yang bisa dijajal dengan tarif Rp 20.000 per orang. Pemandian Air Hangat Banyu Alam ini buka dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB setiap hari. Namun, khusus di malam Sabtu dan Minggu, wisatawan bisa menikmati suasana hingga pukul 23.00 WIB. BACA JUGA: Mirip Santorini Yunani Pemandian Air Panas Guci Tegal lagi Hits Nih.. Merasakan Suasana Malam "Kami memperpanjang jam buka di akhir pekan untuk memfasilitasi pengunjung yang ingin merasakan suasana malam di Dieng," ujar Waluyo, pengelola tempat ini. Untuk menuju Pemandian Air Hangat Banyu Alam di Dataran Tinggi Dieng, ada beberapa cara yang dapat ditempuh: Menggunakan Kendaraan Pribadi: Dari Wonosobo: Ambil rute menuju kawasan wisata Dieng yang memakan waktu sekitar 1–1,5 jam perjalanan. Ikuti rambu-rambu menuju Dieng Plateau hingga tiba di Pemandian Air Hangat Banyu Alam. Dari Banjarnegara: Perjalanan ke Dieng dari Banjarnegara memakan waktu sekitar 2–2,5 jam. Anda bisa melalui jalur yang sama menuju Dieng, mengikuti petunjuk jalan hingga sampai ke lokasi. BACA JUGA: Dataran Tinggi Dieng Siap Sambut Libur Nataru 2024, Bagaimana Harga Tiketnya? Menggunakan Transportasi Umum: Dari Terminal Mendolo, Wonosobo: Naik bus kecil atau minibus dengan tujuan Dieng. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 1–1,5 jam. Setelah tiba di Dieng, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan ojek atau berjalan kaki jika lokasi tidak terlalu jauh. Dari Kota Banjarnegara: Anda bisa menaiki bus menuju Wonosobo, kemudian melanjutkan perjalanan ke Dieng dengan bus kecil seperti di atas. Menggunakan Jasa Tur Wisata: Banyak agen perjalanan yang menawarkan paket wisata ke Dieng, termasuk kunjungan ke Pemandian Air Hangat Banyu Alam. Paket ini biasanya sudah termasuk transportasi, tiket masuk, dan pemandu wisata. Pastikan kendaraan dalam kondisi baik karena medan menuju Dieng cenderung berkelok dan menanjak.
0 notes
Text
Wrap Up
Hai! Katanya sebagai tanda comeback, harus membuat 1 post. Hmmm...setelah kupikir-kupikir, tulisan tentang wrap up apa yang dilakukan selama hiatus dari Tumblr adalah yang paling cocok.
Mari kita mulai dengan mengkonsistenkan kata ganti orang. Sebelumnya aku lebih senang menulis dengan kata ganti "saya" sebagai kata ganti pertama. Di keseharian, karena dulu zaman-zamannya masih kuliah, lebih sering memakai kata ganti "gue". Namun, perubahan lingkungan ternyata ikut mempengaruhi hal ini. Saat ini aku lebih senang menggunakan kata "aku" baik di keseharian maupun di tulisan. Jadi, mari pakai kata "aku".
Apa saja yang sudah terjadi selama tahun 2017-2020 kemarin?
Setelah pulang internship di sebuah perusahaan riset dan klinik kanker di Tangerang Selatan, serta tidak lolos seleksi Indonesia Mengajar angkatan 14, aku menerima tawaran dari dosen pembimbingku untuk melakukan penelitian di kampus. Masih mengenai biomedik, tentu saja. Statusku sebagai asisten membuat aku banyak belajar dengan dunia administrasi dan riset kampus, membuat konferensi internasional, dan alhamdulillah di tahun 2017 aku menulis 2 buah paper (walau yang 1 sebagai penulis ketiga) yang dipresentasikan di konferensi tersebut, di Yogyakarta, sambil liburan 🙂.
Di penghujung 2017 aku mulai merasakan krisis hidup, kebingungan apa yang sebenarnya ingin dilakukan, layaknya orang-orang di sekitar usia seperempat abad lainnya, katanya. Kalau sudah begitu, siapa lagi yang bisa dimintai pertolongan selain Allah, kan? Minta ditunjukkan jalan. Minta diatur hidupnya.
Dan, aku yang sudah tidak terpikir untuk daftar IM lagi, ternyata merasa diarahkan jalannya untuk menuju ke sana. Aku mencoba kembali seleksi Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan 16. Ya, benar saja. Aku merasa semua prosesnya begitu mudah. Kali ini aku lolos.
Tahun 2018 kuawali dengan jalan-jalan ke Dieng bersama 3 sahabatku. Sebuah rutinitas awal tahun. Cukup untuk menambah memori bersama dengan mereka, hehe.
Masih di awal tahun, aku melakukan operasi FAM, sebuah tumor jinak yang sebenarnya tidak begitu berbahaya. Tapi ya kenapa tidak jika masih bisa diatasi sebelum aku berangkat ke penempatan nanti.
Awal April aku sudah memulai pelatihan intensif Pengajar Muda di Jatiluhur, Purwakarta. Beberapa kali ke daerah Burangrang untuk survival di hutan. Pengalaman yang...capek tentu saja, tapi sangat berkesan. Aku selalu bilang, 2 bulan pelatihan adalah 2 bulan terlelah dalam hidupku dan 2 bulan ter-tidak menyangka aku akan bisa melewatinya, dengan tetap sehat 😂. Jadwal pelatihan yang padat, menguras fisik dan pikiran, menerima banyak hal baru dan bertemu dengan pemateri-pemateri hebat, pelatihan semi militer, bertahan hidup di hutan, dan ah banyak sekali. IM memang seserius itu menyiapkan Pengajar Muda yang akan dikirim ke daerah penempatan.
Aku mendapatkan penempatan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, bersama 5 orang temanku lainnya. Desa penempatanku bernama Desa Lalowata, sebuah desa di pegunungan Konawe. Banyak sekali yang terjadi tentu saja. Tidak akan kuceritakan disini. Yang pasti, satu tahun menjadi Pengajar Muda merupakan pengalaman hidupku yang paling berbeda dengan pengalaman-pengalaman hidupku lainnya. Bolehkah kubilang itu merupakan keputusan terbaikku?
Oh ya, akhir 2018 aku pun kehilangan sosok Kakek. Saat mendengar kabar duka, aku langsung terbang dari penempatan menuju Tasikmalaya. Alhamdulillah masih diizinkan oleh IM untuk "pulang" sejenak. Tapi tidak lama, aku pun segera kembali ke penempatan dan melanjutkan peranku disana.
Akhir Mei 2019 aku kembali pulang ke Bandung, dengan berbagai perspektif hidup yang berkembang, yang aku peroleh selama penempatan. Mengambil jeda sejenak, untuk kembali menata hidup, menata tujuan dan rencana ke depan, beradaptasi kembali dengan kehidupan perkotaan.
Akhirnya kuputuskan melanjutkan sekolah. S2 di ITB dengan jurusan yang masih sama. Ya, walau nama jurusan S2-ku adalah Instrumentasi dan Kontrol, bukan lagi Teknik Fisika. Tapi ya intinya sama saja, aku melanjutkan bidang S1-ku. Pendaftaran dan seleksi aku lakukan di batas-batas akhir, bahkan beberapa persyaratan harus menyusul karena belum selesai sebelum batas-batas pendaftaran. Tapi lagi-lagi, kuminta Allah mengarahkan jalanku, dan kurasa Allah mengarahkan ke jalan tersebut, rasa-rasanya selalu saja dimudahkan.
Menjelang perkuliahan, ternyata kondisi psikologisku tidak mendukung. Aku lelah dan belum siap. Maka aku putuskan untuk benar-benar mengambil jeda, yang lebih panjang. Ah, benar saja, kenapa harus tergesa-gesa?
Aku pun akhirnya menunda masuk kuliah selama 1 semester.
6 bulan mengambil jeda, aku berhasil menyelesaikan kelas Bahasa Isyarat Indonesia dan menjadi pengisi seminar-seminar kerelawanan. Tidak terbayangkan sebelumnya. Namun ternyata cukup untukku bersiap kembali menjalani kehidupan. Selain mendapatkan ilmu dan teman-teman baru tentu saja.
Awal 2020 akhirnya aku benar-benar berstatus kembali sebagai mahasiswa (dan asisten riset, dan asisten dosen, dan asisten dekan 😂). Menjalani kembali perkuliahan setelah 4 tahun lulus tentu bukan hal yang mudah. Beradaptasi kembali dengan simbol-simbol, istilah-istilah matematis dan fisika, textbook dan jurnal, tugas-tugas, penelitian, tesis, nemeriksa tugas dan ujian mahasiswa S1, administrasi fakultas, dan ya....segala hal yang berkaitan dengan kampus.
Baru 3 bulan kuliah, ternyata pandemi melanda. Segala perkuliahan dan pekerjaan berganti dari offline menjadi online. Beradaptasi kembali. Ya, sebenar-benarnya cara survival manusia itu dengan beradaptasi kan? Dan aku yakin, Allah sudah menciptakan manusia dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa.
Menjalani kuliah dan "kerja" dari rumah tentu membuatku banyak bergemul dengan diri sendiri. Kelelahan di awal-awal WFH karena aku yang ekstrovert membutuhkan energi dari orang-orang sekitar, ternyata hal tersebut tidak bisa terpenuhi. Tapi ya, ya sudah, lagi-lagi hanya bisa meminta Allah untuk dikuatkan.
Ternyata lama-lama aku menikmati perkuliahan dari rumah (walaupun jika memikirkan struggle mengerjakan Tesis karena pandemi ini...ya...tidak usah dipikirkan saja boleh tidak? 😂). Prestasi akademisku sejauh ini baik. Penelitian sedikit tersendat, tapi akan kuusahakan lebih keras. Pekerjaan masih aman,sudah mulai terbiasa dengan polanya. Alhamdulillah. Aku akan terus belajar, dan menerima.
2021, banyak kehilangan orang-orang terdekat, juga guru-guru. Di tahun ini, ada tanggung jawab-tanggung jawab yang harus kuselesaikan. Tidak banyak berharap, yang paling utama, seperti harapan kebanyakan orang lainnya, ingin terus diberi kesehatan dan kelapangan hati. Berharap bisa menjalani kehidupan dengan kuat dan tetap bermakna.
Oh ya, awal 2021 aku telah berhasil menerbitkan buku Fisika untuk anak-anak, bersama tim dosenku, sebagai program pengabdian masyarakat dari ITB. Pencapaian yang baik di awal tahun. Cukup menambah semangat untuk aku menjalani hari-hari ke depan 🙂
Ternyata banyak juga yang sudah kualami 3-4 tahun ke belakang. Mari apresiasi diri yang sudah melangkah sejauh ini. Terima kasih, ya. Yuk, lanjutkan lagi.
11 notes
·
View notes
Text
KE AKU AKUAN
Faiq,boncel,irsyad selebihnya sesuka kalian tapi 3 nama itu yang sering silih berganti untuk membuatku menoleh, menatap , dan bersikap. Bukan sombong tetapi memang dr dulu tinggal di lingkukan luar negri yak tul karena swasta semua wk, sd ku pindah nyaris 3 kali dari mulai di bully gara gara umur ku terlalu muda harus tinggal kelas dan karena sering keblandang karena tidur di bis saat pulang karena capek sekolah ku jauh dari rumah 6 ke 6.
Tidak jauh beda, smp aku sudah di expor orang tua ku ke jogja banyak penolakan dari ku tetapi banyak pengharapan dari orang sekelilingku sma pun demikian tidak jauh berbeda sepertinya aku pun juga bukan anak istimewa yang melewatkan masa sma dengan ini itu.
Homo sapiens kecil atau bahasa keren nya balita di atas, aku dan adik ku 23 tahun bersama termasuk 9 bulan di kandungan. Katanya si dari kecil kami ga pernah akur, dan lebih dari 23 tahun masi mencari cara menjadi kakak yang baik. Dan 1 homo sapiens kecil lain adik ku yang terakhir tinggi, kumisan hingga bisa buat nyaring energen,
AGPGS rumah ku, antara gunung prau dan gunung sindoro terdengar indah kan dan aneh. Katanya si jalan menuju dieng alias tempat para dewa. Abi, umi abati dan ummahat mengemban misi jalan ninja konohakuree sebagai tenaga pengajar dan tenaga medis. Tp yang ku tau mereka luar biasa karena ke 3 anaknya kuliah di kampus luar negeri,mungkin akan sedikit bisa bernafas ketika 2 orang dari kami akan lulus bersama.
Episode pendek, selamat datang dan mari kita membaca tulisan dari seorang yang bahkan belum pernah tamat membaca novel.
2 notes
·
View notes
Video
youtube
Cara kita Jakarta menuju Dieng dengan budget seadanya.
0 notes
Text
Lelénggér
Digdaya budaya Indonesia perlahan mulai ditinggalkan secara sadar, lalu ditanggalkan tanpa kabar. Kesempatan hak paten atas keserupaan negara tetangga akan budaya nusantara beberapa kali menghasilkan pemerhati budaya karbitan di Indonesia. Setelahnya, keagungan hak paten sering disebut sebagai kemenangan mutlak akan budaya tersebut. Padahal, perjuangan turun-temurun atas warisan budaya patut dilaksanakan untuk menghindari budaya tersebut mati tanpa abu.
Bukan hanya melawan penjajah budaya, cidukan dari dalam kudu pula diwaspadai. Sejarah kelam salah satu budaya kesenian endemik nusantara, Tari Lengger, merupakan cermin bersama untuk meningkatkan objektifitas laku berbudaya masyarakat Indonesia. Pada tahun 1965, bertepatan dengan 15 tahun didirikannya Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) oleh D.N. Aidit dan A.S. Dharma, tarian tersebut dipandang mendukung pergerakan kiri hingga sejekap penyap dari panggung pertunjukkan. Hal ini merupakan bunga akibat dari geyol gemes pinggul dan gerakan erotis lainnya yang diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sampai pada tahun 1972, Lengger akhirnya kembali menyeruak bebas melalui celah politik oleh Partai Golongan Karya (Partai Golkar) yang kebetulan sedang mengkampanyekan misinya tentang pembangunan masif di Indonesia pada saat itu.
Foto 1. Seorang penari lengger menunggu lawan mainnya yang sedang mempersiapkan topeng.
Lengger merupakan salah satu senjata dalam kampanye pada saat itu lantaran sifat tariannya yang sangat merumput dengan para petani atau sering disebut agricultural performance. Tarian ini menjadi penting karena dipercaya sanggup mendatangkan kesuburan tani di panen yang akan datang melalui limpahan Dewi Sri sebagai dewi pertanian. Adapun sebenarnya niatan dari para penanggap atau penyelenggara tarian ini yaitu kesadaran akan pentingnya terlibat langsung dalam sebuah proses kesuburan bertani demi menjaga keseimbangan alam sekitarnya.
Jauh sebelum keterikatannya dengan kesan agraris, lengger memiliki banyak legenda. Ada yang mengatakan bahwasannya lengger secara etimologis yaitu leng yang berarti lubang dan ngger dari kata jengger yang berarti pial ayam jantan. Terkenal dengan istilah travesty gender atau cross gender, lengger dahulunya ditarikan oleh laki-laki yang mengenakan topeng sembari berlenggok selayaknya penari wanita. Tak ayal, pada periode pimpinan Sultan Hamengkubuwana V, dibentuklah Abdi-Dalem Bedhaya Kakung sebagai kumpulan penari lengger laki-laki. Hal ini terpaksa dilakukan karena untuk upacara formal, masih dianggap tabu untuk wanita tampil dengan gaya erotis dan menari secara intim dengan berbeda jenis kelamin di atas ajang pementasan.
Selain itu ada pula lang dari kata, ”Lang lang buwono,” yang berarti mengembara dan enggar yang berarti menghibur hati. Pula dipopulerkan oleh para pemuka pada saat penyebaran agama Islam, lengger merupakan leburan kata eling yang berarti ingat dan ngger yang berarti sebutan untuk anak perempuan maupun laki-laki. Diyakini persebarannya dilakukan oleh Sunan Kalijaga, lengger menjadi kendaraan baginya untuk menyebarkan ajaran Islam. Hal ini dilakukan dengan cara memberhentikan pertunjukkan pada saat adzan berkumandang dan melakukan ajakan untuk menunaikan sholat terlebih dahulu, “Elin ngger, elinga.” Saking populernya, istilah “Langgar” pada surau atau musala konon muncul karena kepopuleran persebaran agama Islam melalui pentas lengger.
Ada juga cerita dari Tumenggung Jogonegoro yang sedang beristirahat dikala menjalankan utusan dari Pangeran Diponegoro. Dengan perlengkapan perang seadanya, musik dan tarian dadakan oleh prajurit laki-laki menjadi satu-satunya hiburan yang bisa diadakan. Le yang berarti anak laki-laki dan geger yang berarti ramai diyakini menjadi asal usul kata Lengger dengan legenda tersebut. Alhasil dari sekian banyak cerita yang beredar, beberapa bukti empiris yang terdapat pada candi-candi serta kakawin menunjukkan bahwa Lengger terkadang bersifat sakral dan menjadi tuntutan, namun sering juga bersifat profan dan hanya menjadi tontonan.
Foto 2. Sajen Kopi Jembawuk yang dibakar menjadi salah satu permintaan para indhang.
Diperkirakan menjadi candi yang tertua di Jawa, Kompleks Candi Dieng yang dibangun pada abad ke-8 memamerkan patung wanita yang sedang menari tapi bukan sebagai ritual keagamaan. Begitu juga dengan Candi Prambanan maupun Borobudur, relief pada dinding-dinding yang tegak pada kisaran abad ke-9 itu mengisyaratkan para penari yang disinyalir merupakan penari lengger atau oleh warga setempat lebih populer dengan sebutan ronggeng. Lalu pada kakawin Nagarakretagama yang naskahnya selesai pada abad ke-14 oleh Mpu Prapanca, disebutkan bahwa beberapa orang yang menari dan menyanyi, pesindhen tledhek, dalam suatu pesta panen selama 7 hari akan terpilih untuk mendapatkan gelar sebagai Juru Angin.
Buncah akan asal mula lengger, Pigeaud dalam bukunya yang bertajuk Javaanse Volksvertonigen (1938) menyebutkan adanya penari topeng keliling yang disebut mbarang. Tari topeng jalanan inilah yang diduga menjadi media persebaran lengger di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Dus dalam satu kesatuan lengger, banyak julukan lain dari berbagai daerah: Tayub, Tledhek, Ronggeng, Joged, Gandrung, dan Kledhek. Dengan serba-serbi akulturasi budaya antardaerah, penari lengger yang dahulunya sempat dimainkan oleh para pria saat ini sudah hampir ditelan masa. Pula kibasan modernisasi melabelkan travesty gender atau cross gender dalam tarian ini sebagai banci, yang mana terkesan negatif. Untungnya, dengan penuh cinta terhadap budaya yang ada, salah satu kelompok kesenian lengger di Kabupaten Wonosobo, menjadi saksi hidup degradasi tarian tersebut.
Lengger khas Wonosobo mengacu pada cerita dari kisah cinta Raden Panji. Dewi Galuh Condro Kirono, putri dari Prabu Lembu Ami Joyo meninggalkan Kerajaan Jenggolo Manik akibat selir raja yang tidak setuju dengan perjodohan sang putri dengan Raden Panji Asmoro Bangun. Pada pelariannya, sang putri menyaru sebagai penari lengger. Walakin, pada saat pertunjukkan untuk menghibur para penggawa praja, topeng yang digunakan sang putri tak mampu menghambat perjumpaannya dengan Raden Panji Asmoro Bangun, sang calon suami. Sekian lama membumi, kisah tersebut menginspirasi kelompok kesenian Panji Putro untuk mengepakkan eksistensi seni budaya lengger.
Foto 3. Kedua penari yang sedang tersenyum, berusaha membumbungkan kisah cinta Raden Panji Asmoro Bangun dengan Dewi Galuh Condro Kirono.
Sudah hampir 7 dekade bertengger, kelompok kesenian Panji Putro menghidupi geliat Lengger di kaki Gunung Sindoro. Bersemayam pada hawa menggigil di kawasan Desa Tambi, para adam dan hawa yang menjadi penarinya tidak kehilangan asa. Dengan 52 anggota yang dianggap masih aktif, Iswal, menjabat sebagai ketua Panji Putro, telah mengabdi selama kurang lebih 15 tahun lamanya dalam mengayomi para awaknya. Dipayungi oleh Mbah Naspu, Mbah Sa’i, dan Mbah Warno sebagai pelindungnya, anak dan para cucu warga di Desa Tambi, khusunya di Dusun Tegalrejo, sibuk mengindahkan dan mempelajari kesenian tersebut. “Keluarga saya tidak ada yang absen, semuanya ikut menjadi anggota,” ujar Sa’i yang dulu jua menjadi penari Lengger di Panji Putro.
‘Keluarga Lengger’ juga terwujud di keluarga Suryanto. Didapuk sebagai pelatih, Suryanto beserta seluruh rombongan familinya turut berkontribusi dalam kesenian ini tanpa terkecuali. Istri Suryanto, Mak Nirna, adalah seorang sinden unggulan di Kecamatan Kejajar, khususnya Desa Tambi, dan sekitarnya. “Saya dulunya lenggeran Mas, tapi karena usia dan alasan kesibukan dalam kerja, sekarang saya menjadi pesinden,” ucapnya dengan penuh nostalgia. Mengenal dan menekuni dunia Lengger sejak tahun 70-an, mereka berdua pula bersua dan menjalin kasih karena pusaran koneksi antarpelaku kesenian Lengger. Dengan tanah kelahiran mereka yang berbeda, Temanggung dan Wonosobo, beberapa kreasi tari lengger telah diciptakan dengan latar belakang budaya masing-masing yang unik. Walaupun begitu, diakui oleh keduanya bahwa ada beberapa hal yang sifatnya tidak bisa disentuh, pakem, sakral, karena berhubungan dengan lain dimensi.
Foto 4. Mak Nirna dengan suami terkasih, Suryanto.
Seperti kesenian yang lain, soul atau jiwa dalam berkesenian memang tidak dapat diganggu gugat. Kontras dengan mengada-ada dalam kreasi seni biasanya, sebuah kultur seni yang turun-temurun terkadang melibatkan hal-hal yang dalam proses terwujudnya tidak hanya melibatkan alam duniawi. Trance, kesurupan, atau oleh masyarakat sana popular dengan sebutan ndedi, adalah hal yang wajib terjadi dalam perhelatan lengger. Para penari akan menjadi indhang sebagai wadah untuk para Endang masuk dan memecahkan keheningan duniawi. “Lhoh, para pemain itu sudah mempunyai pos dengan Endangnya masing-masing Mas. Mereka sudah bisa berkomunikasi dengan Endangnya di luar pementasan,” timpal Ardianto, anak pertama dari Sa’i.
Endang yang dimaksud tak dipungkiri merupakan makhluk astral yang menjadi kompanyon para penari lengger. Beberapa Endang dipercayai dahulunya sebagai raden dan berdarah biru, sehingga pada saat trance penari terlihat sangat berwibawa, menari dengan gagahnya, dan berlaku layaknya masih pada zaman kebesarannya. Rentak kaki yang buas dan mbeling juga terjadi pada saat Endang yang menyerupai binatang sekelebat masuk ke dalam tubuh sang penari. “Ya ada celeng, macan, kethek. Biasanya kaya gitu tinggalnya ya di atas pohon, di semak-semak, opo malah meneng ndekem wae di batu besar sekitar jalan dusun ini,” ujar Iswal.
Tidak hanya penari, dalam pementasan tidak jarang para penonton juga ndedi dan membuat suasana mistis makin mencekam. Dalam observasi yang penulis lakukan, pada satu jam terakhir pementasan menuju klimaks, setidaknya ada 20 penonton yang mengalami kerasukan dan mesti dipaksa keluar oleh pawang-pawang yang selalu sedia. Dengan kebut kabut pekat yang tiba-tiba turun pada temaram malam itu, latar pementasan berukuran 9 x 12 meter seakan sesak dengan kengerian dan ketengangan yang merasuk ke para penonton di bibir latar pementasan. Tidak jarang para Endang meminta sesajen favoritnya sebagai simbol penyambutannya di dimensi manusia. Gerak-geriknya akan terlihat, para indhang berjalan tegap agak kaku lalu membisiki para pawang yang ada di sekitarnya untuk menuturkan detil sajen dan hal-hal yang dituntutnya. Menurut pengakuan Iswal, Kopi Jembawuk yang merupakan campuran kopi, santan, dan gula, serta Rokok Klembak Menyan yang merupakan lintingan rokok lengkap dengan kemenyan, adalah dua sajen yang paling diminati para Endang. Untuk Endang yang menyerupai binatang, kelapa segar yang masih utuh dan hewan yang masih hidup terkadang menjadi santapannya saat singgah di tubuh para indhang.
Foto 5-9. Topeng, sesajen, dan selendang yang membaluti topeng turut menemani pementasan.
Foto 10. Menuju klimaks pertunjukkan, diyakini indhang telah trance oleh para arwah yang berdarah biru.
Tidak hanya berupa benda, terkadang Endang akan meminta lagu pamungkas mereka untuk dimainkan beserta tempo yang pula mereka kehendaki. “Kalo lagu itu kan memang pakem dan tidak bisa dikreasikan, Mas. Juga yang sering mendatangkan para Endang itu lagu Sontoloyo, terutama lagu Gondhang Keli. Gak ngerti kenapa, mereka suka banget sih,” celetuk Adrianto sebagai salah satu generasi muda penerus lengger Panji Putro Desa Tambi. Tempo musik merupakan panutan para penari dalam melakukan cuthat yaitu gerakan melempar sampur ke luar tubuh dengan punggung tangan, kebyok yaitu melempar sampur ke arah dalam tubuh hingga menunpang di sekitar pergelangan tangan. Selain itu, tepukan kendang sebagai tempo juga akan mengatur penari dalam melakukan lumaksana yaitu melangkah dengan meluruskan kaki, ngejojor, kemudian melangkah sembari mengangkat dan menekuk kaki yang lain.
Menjadi sang penghibur dalam lengger memang bukanlah hal yang sepele. Layaknya frontman dalam sebuah grup musik, sang ronggeng atau penari utama memiliki daya tarik tersendiri dan patut diberi sorotan. Ialah Mbak Yeni, seorang penari utama dengan stamina melimpahruah yang mampu melenggokkan tubuhnya dalam sebuah perhelatan berkisar 12 jam tanpa jeda. “Saya pernah waktu itu ditanggap mulai dari jam 8 malam sampai 8 pagi, hampir tanpa henti. Berhenti sebentar toh karena ada adzan aja,” tuturnya. Yeni memulai perjalanan lenggernya pada sekitar tahun 2015, berlatih dengan giat pada sebuah sanggar tari di daerah Ngelo selama kurang lebih satu tahun. Renjana yang tak bisa dibendung membawanya debut di daerah Watumalang, pentas kecil pertamanya yang traumatis. Puncak klimaks Lengger biasanya akan ditutup dengan seorang penari utama yang berdiri diatas pundak seorang indhang seraya menari mengelilingi latar. “Nah pas itu saya jatuh mas, kesungkur gitu. Awale aku wis wedi, tapi mau gimana lagi,” tuturnya dengan memegang kepala sambal mengingat rasa sakit yang dideritanya dahulu.
Rasa sakit yang dideritanya tidak lama kemudian sirna dengan kepercayaan diri yang meningkat di pentas lengger setelahnya. Tidak hanya Yeni, para ibu yang menjadi penonton juga mempercayai bahwa penyakit anak-anaknya bisa dicegah dengan adanya berkah dari lengger. Sudah menjadi tradisi bahwa para penari utama akan mengusapkan bedak dengan telunjuknya pada jidat anak-anak tersebut. Adagium lokal mengatakan, “Nggolet indhang, ngilangi sawan.” Sawan yang berarti penyakit atau sial akan buyar dengan berkah Lengger melalui media bedak oleh penari utama. Pada zaman dahulu, media untuk penghilang sial adalah ludah sang penari utama. Namun seiring perkembangan kultur dan kesadaran tentang kesehatan yang meningkat, ludah sudah disubstitusi.
Foto 11. Kolaborasi aksi oleh kedua penari generasi muda ini bak mencerminkan proyeksi lengger di masa depan.
Selain ludah, calung yang berupa alat musik dari bambu pun sudah digantikan oleh gamelan pelog dan slendro. Dengan lagu yang masih pada pakemnya, gamelan merupakan pengganti yang klop dengan nuansa musik yang sarat akan makna. Namun sayangnya di Panji Putro sendiri, tidak banyak penari yang mengerti akan pesan yang disampaikan dalam setiap lirik yang dilantunkan. Sama seperti Iswal yang sedang meragukan kelompok kesenian ini untuk terus muncul di permukaan, “Anak dan cucu memang banyak yang ikut, namun setelah mereka nanti mendapatkan pekerjaan di luar sana, apa jadinya kesenian ini, Mas.” Sejalan dengan pemikiran para Sunan, mungkin sebetulnya kita semua sudah dinasehati sejak lama, “Eling Ngger, Elinga.”
Salam seni lestari, karena kultur diukur pada kesenian yang kita perjuangkan.
Gondhang Keli
Ana tangis layung-layung (Ada suara tangis keras keras)
Tanguse wong wedi mati (Tangisnya orang takut mati)
Kancanana gendhong ana (Ditemani dan digendong)
Wong mati mangsa urunga (Manusia pasti akan mati)
Dilurubi di anjang-anjang (Ditutupi dan disandarkan)
Dikucuri disawur kembang (Disirami ditaburi bunga)
Tangga pada nyawang (Tetangga semua melihat)
Karo nangis kaya wong nembang (Dengan menangis seperti orang menyanyi)
Sandang ane diganti putih (Pakaiannya diganti warna putih)
Tanda wis ora iso mulih (Pertanda sudah tidak dapat kembali)
Tumpakane kereta Jawa (Kendaraannya kereta Jawa)
Roda papat roda manungsa (Roda empat roda manusia)
Jujuganne omah guwa (Yang dituju rumah goa)
Tanpa bantal tanpa klasa (Tanpa bantal tanpa tikar)
Sing ora ana lawange (Juga tidak ada pintunya)
Turu dhewe ora ana kancane (Tidur sendiri tanpa teman)
1 note
·
View note
Text
Ini Pilihan Penginapan Murah di Dieng
INI pilihan penginapan murah di Dieng, yang dapat dipesan atau dibeli lewat aplikasi atau media sosialnya seperti instagram dan whatsappnya (WA). Dieng tengah naik naik daun sebagai destinasi wisata karena sejumlah lokasi yang menawan. Sebut saja, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Gunung Prau, Telaga Warna dan sebagainya. Dieng merupakan daerah dataran tinggi, menawarkan pemadangan dan udara segar.…
View On WordPress
0 notes
Text
Catatan Perjalanan Pendekar Ngirit ke Negeri di Atas Awan
Oleh: Putri Diana
Ketika membaca kata bertuliskan Negeri di Atas Awan apa yang terlintas dalam pikiran kalian?… Awan… Ketinggian.. Penduduk.. Pemandangan yang indah… dingin… sejuk?.. aahhhh… Sebuah negeri di atas awan pasti mengundang banyak orang penasaran untuk pergi mengunjunginya…
Rasanya ingin sekali merebahkan diri di atas tumpukan kapas?gulali…? hehe… Tidak-tidak itu adalah kumpulan titik air yang mengalami kondensasi.. berkumpul menjadi suatu bentuk padat yang kita sebut AWAN… terlihat seperti hamparan kasur putih yang bisa kita naiki… bahkan seakan ingin berlari di atasnya… Seandainya bisa seperti itu… sayangnya semua keindahan itu hanya untuk kita nikmati… golden sunrise pertanda kebesaranNya untuk kita agar tidak lupa bersyukur… Oke sebelum bercerita mengenai negeri di atas awan… kita mulai dari permulaan kisah ini terjadi…
Sekelompok prajurit dari daerah BeJak (Bekasi dan Jakarta) prajurit yang sedang merasakan kebosanan atas pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari… penat akan hal-hal yang terjadi di sekitarnya… dalam hati ingin sekali mereka mulai menjelajah… melihat indahnya negeri di luar sana… mencari cari apa yang harus mereka lakukan… Tujuan yang sama… ingin merehatkan pikiran sejenak sebelum kembali ke rutinitas… mengumpulkan pendekar tersebut dalam suatu kelompok… Halan hantik… biar ala-ala anak gaul gituh…
Sekitar 4 bulan sebelum perjalanan … kelompok itu terbentuk… mulai berkenalan satu sama lain… beberapa orang mungkin sudah saling kenal sebelumnya… tetapi beberapa orang lainnya belum berkenalan ‘secara resmi’ . Banyak sudah percakapan untuk membaurkan suasana.. hingga akhirnya berburu dengan waktu… berburu kendaraan yang akan mengantar mereka lebih dekat ke Negeri di Atas Awan… berburu dengan banyak orang agar mendapat bagian dan tidak tertinggal.. Ya… 2 bulan sebelum hari H keberangkatan mereka mengantongi tiket perjalanan… dengan menggunakan kereta bertenaga listrik… andai ada pintu doraemon, mungkin akan digunakan.
Berkumpul dari berbagai tingkatan… dipilihlah perjalanan yang ekonomis… karena kita semua pendekar ngirit… yang akan bertemu dengan kawannya Traveler Ngirit di dekat negeri tujuan. Perjalanan ekonomis sekitar 11 jam mengantarkan kita pada perjalanan panjang… memberi jeda waktu pada kita agar semakin mengenal satu sama lainnya… dari yang bersemangat…. Ngobroll ini itu hingga akhirnya lelah dan tertidur… ketika bangun? Ternyataa belum sampai :’)… bangku dengan sedikit busa menemani perjalanan kita kala itu… dengan posisi lutut bertemu lutut…. dan ditemani angin semilir yang kadang terasa.. kadang tidak.. hingga mentari pun mulai menampakkan dirinya… kami pun berburu untuk mendokumentasikannya… tak lupa mendokumentasikan diri kami.
Karena Foto / video adalah cara terbaik untuk merekam memori… menyimpan memori untuk mengingatkan kita, ketika semua hal itu sudah terlewat… bahkan sekedar untuk menertawai diri sendiri ketika mengingatnya…
Waktu pun menujukkan pukul 8 kala itu 6 pendekar dari BeJak tiba di kotane Rika… dimana tata bahasa mulai berubah menjadi ngapak.. hehe.. Oh iya lupa belum di sebutin siapa aja personel pendekar BeJak
1. Bunda yang memancarkan cahaya surge ‘Jannah’ … ia mommy nya kita semua… tegas… cerewet :p… perhatian dan penuh kasih sayang
2. Hilda Silfia a.k.a idoot… seorang wanita yang sedang terus memperbaiki dirinya… untuk berhijrah.. wanita strong.. sekuat macan.. pesan.. jangan kasih kasih php.. maunya yg jelas jelas ajaa..
3. Vina Noviyanti… a.k.a tata na… panggilan kesayangannya… adik paling kecil , yg polos… ceplas ceplos.. dan banyak tingkahnya yg selalu bikin kita tertawa… jangan di boongin … nanti dia gampang percaya.. belajar biar ‘peka’ ya adee…
4. aku… Putri Diana… a.k.a Pidi… yg punya panggilan Uti seorang wanita keras kepala.. galak sebenarnya.. pendiem.. boong deng cerewet kalo sudah mengenal ku lebih dalam .. baik dan mandiri… saking baiknya hingga ia meninggalkanku memilih yang lain… kata orang gitu.. lagi belajar lebih baik dan semoga istiqomah..
5. Adam Komara… baby hui nya kita… bayi besar.. dede adam baik… tapi gampang baperan… hehe.. kalo ga ada dia ga rame.. terimakasih sudah bantu ngumpulin kita kita.. kadang kadang gitu sih suka jalan sendiri… mana teledoran.. segera butuh di dampingi kayanya.. takut licin.. iyalah wong sendale wis aus..
6. M. Khoir… we called him coir… yg bisa siap sedia untuk ngebantuin kita-kita… pekerja keras.. videographer yg handal.. karena dr dia kita baru tau guna nya timelapse.. yg merekam indahnya perjalanan kita. 1 lagi.. takut ketinggian… untung tidak pucat pasi saat perjalanan.
Di kotane Rika… ada 2 tambahan personil yg menemani perjalanan.. agen bantuan dari Traveller Ngirit
7. Indra Wardani … mamas indra… abangnya kita kita… yg hebat… kordinir perjalanan kita.. berkesan sangat… baik.. hehe tapi ya kalo lg moodnya jelek terlihat sekali… makasih sudah capek capek antar kita.. jago masak lagii..
8. Yono747… untung bukan 212..V^^.. pendiem.. tapi boong haha… harus melakukan perjalanan yg lama.. biar tau kalau dia.. lebih rame di media sosial… tertawa… terus.. karna tertawa menyebar keceriaan ..
Beberapa di antara kita baru 1 kali bertemu… tapi apa yg terjadi setelah perjalanan ini? Seakan bertemu saudara yang lama terpisah
Purwokerto, melepas rindu, bersilaturahmi
Sesampainya di sana… perut kami mulai bergejolak… mungkin seperti ada suara ayam berkokok… tanda harus berhenti sejenak untuk mencoba makanan khas di daerah Purwokerto.. soto jadi menu sarapan kali itu.. Soto apa ya? Lupa namanya.. khas sekali banyak daun bawangnyaa… tp enak kok segerr… dari sana pun menyempatkan diri untuk mampir mengunjungi teman di base camp.. BS (Biodiversity society) ketemu sama salah satu org hebat Purwokerto… nyong ngapak… mamas Apris.. semoga selalu menginspirasi… Silaturahmi lah kamu untuk menambah saudara… umur… menambah kebahagiaan tentunya…
Kebumen
Oke kita lanjutan perjalanan ke daerah Kebumen terlebih dahulu… deket lampu merah… ga jauh dr stasiun kebumen… Kala itu Jumat sang sekitar setengah 12 siang.. kalau dr peta ya ga jauh kita bisa sampai di persinggahan ke- 2… kampong halamannya bunda.. tapi apalah daya… Allah menguji kesabaran kita… kala itu teriknya matahari di atas kepala… ditemani asap kendaraan dan jalanan berdebu.. seorang warga baik hati memberitahukan bahwa ban mobil yg kami naiki bocor… melipirlah… berusaha untuk mengganti dengan ban cadangan… ujian kembali datang.. ban cadangan tidak ada.. mau tak mau.. harus mencari tambal ban… saat itu adzan berkumandang.. Jumat… bagi muslim laki laki harus melaksanakan solat Jumat… toko-toko pun tutup.. harus menunggu hingga ibadah jumatan selesai.. perjuangan prajurit laki laki mendorong menenteng ban mencari tempat tambal..
Tik tok tik tok.. waktu terus berjalan.
Ban yang di tunggu-tunggu pun belum usai di perbaiki.. di putuskanlah.. untuk menaiki angkutan umum untuk sampai lebih dahulu di lokasi ke 2. Dengan barang bawaan kami… ransel.. cariel pun kami angkut… dan bapak yg baik hati mengantaran hingga sampai lokasi.. Mamas hebat traveller ngirit menyusul belakangan menunggu selesai perbaikan. . *ini sungguh menguji kesabaran.. sabar ya mas mass
Pantai Karang Bolong Setelah beristirahat.. menghilangkan dahaga.. mengisi tangki tangki perut yang sudah mulai kosong kembali.. memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.. mencari keindahan pantai dan memburu sunset di pantai daerah Kebumen.. Pantai Menganti… tujuan utama kita.. ternyata… Alam berkata lain… perjalanan yg cukup ekstrim.. ala ala off road perjalanan menuju sana.. membuat kitaa….tak bisa..sampai… huft kita kalah dengan waktu.. mungkin malam kan tiba lebih dulu sebelum sampai di tujuan.. Tapi.. kita pun tak mau kalah, prajurit pemburu sunset.. akhirnya menganti haluan.. melipir ke Pantai Karang Bolong… menikmati lembayung senja… gradasi warna.. sebelum kegelapan datang… ditemani hembusan angin yang membawa ombak bergulung … memejamkan mata sejenak untuk menyimpan banyak cerita dan kenangan.. mendokumentasikan indahnya alam dan kebersamaan..
Malam pun datang.. pertanda kita harus kembali dan bersiap untuk perjalanan utama kita ..Negeri di Atas Awan… belanja… packing persiapan untuk summit esok malam.. menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak sebelum pagi buta melanjutkan perjalanan..
Waktu menunjukkan pukul 1 pagi… hari Sabtu… ditemani langit bertabur bintang.. perjalanan pun berlanjut… Negeri di Atas Awan tujuan kita berada di Daerah Jawa Tengah. Kawasan Dieng Plateau yang termasuk dalam 2 kabupaten… Banjarnegara dan Wonosobo menjadi tujuan utama pendekar Bejak dalam waktu long weekend di minggu ke 2 April. Mas Indra terbaik yang mengantarkan kita… padahal kita tertidur lelap di perjalanan kala itu..
Bukit Sikunir Sekitar jam 5 pagi sudah sampai di kawasan Dieng … Bukit Sikunir menjadi tujuan utama… golden sunrise yang di harapkan dan didoakan semoga bisa memiliki kesempatan melihat kebesarannya. Tapi kamu tau… ketika long weekend.. ternyata banyak prajurit darii berbagai daerah yang menuju daerah sana.. Parkir penuh.. untuk masuk ke Telaga Cebong-Bukit Sikunir bisa di tempuh dengan berjalan kaki atau menaiki ojek setempat. Ojek menjadi pilihan kita… ditemani semilir angin menyapu wajah… dingin… mulai terasa… bahkan saat berbicara keluar asap!!!.. seakan kita berada di luar Indonesia..
Menapaki jalan setapak demi setapak… menaiki entah berapa anak tangga… berburu dengan waktu sebelum mentari benar-benar bangun dari peraduannya… Belum terlalu jauh menapaki jalan menuju puncak Bukit Sikunir… mentari sudah mulai muncul memancarkan semburatnya… membuat banyak mata terpukau… menghentikan langkah dan berusaha untuk mengabadikannya.. Pos satu sudah di lewati… pendekar masih bersemangat untuk mencapai puncak bukit untuk benar benar melihat Golden sunrise sang primadona.. Bisa kah kamu bayangkan bagaimana kondisi di atas? . Ramai? Ya.. ramai oleh manusia yang haus akan suasana baru.. para pemburu sunrise dadakan sudah mulai standby di posisi terbaiknya… kami pun ikut mencari posisi terbaik.. mengambil dokumentasi … entah itu foto.. video maupun dalam bentuk timelapse.
Dari banyak sekali orang berkerumun memburu sunrise.. hingga bukit menjadi sepi dan hanya menyisakan beberapa kelompok saja.. kami masih di sana untuk mengabadikan moment berharga… menambah keakraban di antara kami… sekitar jam 7 pagi kami pun menuruni bukit… melewati anak tangga kembali … ingat.. berhati-hatilah kalau kamu melangkah.. pastikan alas kaki yang di gunakan tidak licin… dan fokus.. “karna saya pun sempat terpleset saat menuruni tangga -.-“. Di ujung jalan menurun sebelum bertemu dengan kios yang menjajakan makanan cemilan dan oleh-oleh, seperti tempe kemul.. cilok kentang dan manisan carica yang tak mungkin tertinggal… ada seniman yang selalu memainkan musiknya disana.. menemani wisatawan yang berkunjung untuk mendengarkan alunan melodinya… bahkan hingga mereka ikut bergoyang bersama terbawa suasana.
Perjalanan berlanjut, kami pun sarapan di salah satu warung makan dekat dengan tulisan Welcome to DIENG yang seringkali dijadikan objek foto bagi wisatawan. Mencoba makanan khas dieng… mie ongklok… teman kami ada yang memesan… yang lain icip-icip… karena berpikir akan summit nanti malam … jadi mengurangi konsumsi mie… Ciri khas mie ongklok… adalah kuahnya… kuah yang membedakannya dengan mie mie lainnya… kuah yang kental dengan cita rasa tersendiri… menjadikannya primadona.. ingat makannya pas hangat ya… kalau tidak makanan atau minuman panas sekalipun akan dengan cepat berubah menjadi dingin. Tak lupa mengabadikan moment kebersamaan dengan meminta tolong difotokan oleh abang siomay di depan tulisan Welcome to DIENG… menginvasi… bergeser… jadi deh foto tanpa ada pengunjung lainnya V^^. Terimakasih aban somay yang telah bantu kita…
Kompleks Candi Arjuna
Perut wis wareg… lanjut lagi ke marathon wisata selanjutnya.. Kompleks Candi Arjuno yang merupakan kompleks candi Hindu yang terletak di dataran Tinggi Dieng. Candi yang menarik, karena sebenarnya Candinya tidak terlalu luas, lebih luas taman berbalut rumput hijau, yang di temani beberapa tanaman bunga dan cemara. Candi ini kerap kali dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Galungan dan ruwatan anak gimbal, yang bisa disaksikan saat rangkaian Dieng Culture Festival, Agustus nanti. Rumput di sana menarik perhatian kami, hingga akhirnya kami merebahkan diri diatas permadani hijau membentuk lingkaran, melakukan selfie seperti anak kekinian… padahal matahari di atas sedang terik teriknya. Bahkan apa yang kami lakukan, menarik pengunjung lain untuk ikut berfoto bersama kami. Sesion foto di kompleks candi Arjuna menjadi salah satu favorite kami, bunda dan mas indra melakukan sesi foto levitasi, ala aktor laga yang sedang berkelahi, tak lupa Choir pun ikut menunjukkan aksi… #adeganhanyabolehdilakukanolehprofesional, tak lupa sesi foto dengan gaya Yoga, agar orang-orang terinspirasi, dan kami terinspirasi untuk tak lupa olahraga.
Kawah Sikidang
Setelah melihat yang hijau-hijau, selanjutnya menuju kawasan sumber belerang. Kawah Sikidang, salah satu lokasi favorit yang dikunjungi, karena mudah diakses… berada di tanah yang cukup datar. Warna tanah kapur menjadi pemandangan di sekitar sana, letupan air di kawah dan gas sulfur menjadi pemandangan yang taka sing. Menuju sana kita akan melewati toko oleh-oleh terlebih dahulu, lalu jalan yang sudah di konblok. Kini, kawah Sikidang sudah ramai sekali dengan orang yang berjualan, menjajakan makanan untuk disantap langsung atau untuk oleh oleh bagi orang tercinta di rumah. Tapi banyak sekali yang berubah di sana… Kini banyak spot foto dadakan, seperti yang ngetrend di sosial media … kekinian.. Ada rumah Hobbit, foto dengan background bermacam-macam (tulisan MTMA, frame love ataupun foto dengan hiasan Gorila..) , bahkan ada spot foto duduk di ayunan, seperti Maribaya… Kalo aku pribadi, lebih suka kunjungan pertama ku… belum ada spot foto dadakan itu, yg membuat terlihat tidak alami… tapi membuat bebrapa pengunjung senang, untuk sekedar mengupdatenya..
Batu Ratapan Angin
Batu Ratapan Angin, merupakan batu pandang yang berada di dekat Dieng Plateau Theater. Dari atas Batu, bisa didapati pemandangan 2 buah telaga, yaitu Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Ada kisah menarik mengenai Batu Ratapan Angin… Disana ada beberapa spot foto… ada lokasi yang Bertuliskan Dieng Negeri di Atas Awan, yang hits di IG, tapi kalian haus membayar biaya retribusi tambahan untuk berfoto di sana… Selain itu bila turun sedikit dari Batu Ratapan Angin, Ada batu lainnya juga, yang lebih datar bisa untuk duduk dan spot foto yang bagus, ada juga ayunan, bila ada yang ingin berfoto diatas ayunan, bagaikan kita diwaktu kecil.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Telaga warna, merupakan danau vulkanik yang mengandung belerang. Disebut sebagai telaga warna, karena warna nya dapat berubah saat terpantul cahaya matahari. Kini di telaga warna, ada flying fox bagi yang ingin mencobanya. Telaga Pengilon berada di sebelah Telaga warna, diameter telaga nya lebih kecil dibanding telaga warna. Kedua telaga ini dapat ditelusuri dengan mengikuti batu konblok yang ada, karena konblok disusun teratur untuk memudahkan pengunjung berkeliling. Saat menuju telaga Pengilon dari Telaga Warna ada hutan lumut yang dilalui, bagus untuk lokasi foto. Tidak hanya dapat melihat Telaga, pengunjung juga dapat melihat 3 Goa yang berada di sekitar lokasi, yaitu: Goa Semar, Goa Sumur dan Goa Jaran. Di sana ada mata air, bila pengunjung membasuh wajahnya, maka akan awet muda, menurut kepercayaan orang sana. Tetapi, kini sumber air sudah di kunci.
Pos Pendakian Patak Banteng
Perjalanan yang menjadi tujuan utama pendekar Bejak datang ke Negeri di Atas Awan adalah melakukan summit. Ingin menikmati indahnya sunrise, ketinggian, membuat kita mendekat pada Tuhan. Ya… Summit Prau adalah tujuan utama nya kita… ibaratnya friendship goal gitu… hehe. Ada beberapa jalur yang dapat di lalui untuk menuju puncak Prau. Kami memilih jalur Patak Banteng, jalur yang umum di lalui, dikenal dengan trek nya yang dahsyat… karena Jalur yang lebih landai, ndak ketemu pos pendakiannya T.T… Sebelum pendakian kami mampir terlebih dahulu di pos pendakian patak banteng, tak lupa solat, merebahkan diri, beristirahat, mengisi perut, memastikan barang dan perlengkapan yang akan di bawa nanti. Tak lupa, untuk semua yang akan mendaki gunung, lapor simaksi yaa… lapor berapa orang dalam satu rombongan yang akan naik, berapa orang dan membayar biaya retribusi pendakian.
Pesan bunda…. Sebelum mendaki alangkah baiknya memijat kaki tangan punggung sendiri… hehe antisipasi… balur balur minyak tawon hehe… ampuh loh… Jangan lupa kalau mau mendaki jangan mendadak ga pakai pemanasan… Usahakanlah olahraga, melemaskan otot-otot di badan…
Summit Prau
Yey finally, puncak dari perjalanan pendekar BeJak dimulai. Malam itu, di temani cahaya rembulan, dan langit bertabur bintang, angin pun malu-malu, hanya ada nyanyian alam yang didendangkan hewan di sepanjang perjalanan.
Pendakian kami mulai sekitar pukul set 10 malam, diawali dengan berdoa bersama… mentaati aturan, menjaga lingkungan, menjaga omongan. Karena, tidaklah kamu menjumawakan diri, karna semua yang terjadi dalam hidup kita atas izin Tuhan. Pendakian dimulai dari melewati anak tangga dari pos pendakian patak banteng… di ujung anak tangga, akan sampai pada jalan yang lebih lebar, ternyata menuju perkebunan, perkebunan sayur. Sebelum melewati perkebunan, kami pun di periksa kembali, apakah sudah melapor atau belum, kalau belum lapor diri tidak diizinkan melanjutkan perjalanan.
Selangkah demi selangkah melalui jalan sambil membawa beban… di awal awal… ternyata terasa cukup melelahkan. Beberapa saat pun kami berhenti di tepian jalan.. sekedar mengatur pola pernafasan. Jalan yang lebar pun lama-kelamaan mengecil, menjadi jalan yang hanya dapat dilalui oleh 2 orang yang berdampingan… jalan terus menanjak, tetapi diawal perjalanan akan ada beberapa warung kecil yang dapat di jadikan sebagai tempat peristirahatan, atau sekedar berbelanja mengisi amunisi perjalanan. Ditemani bulan purnama kala itu, hutan yang dilalui pun seakan menjadi terang. Pendakian di malam hari ternyata mengasyikkan, karena kita hanya fokus akan jalan di depan, tidak melihat seberapa jauh, tinggi atau curam perjalanan di atas. Perjalanan terus berlanjut, menelusuri hutan pinus. Setelah menelusuri hutan pinus, akan dihadapkan dengan jalur yang lebih menanjak dan curam, serta licin, terutama ketika musim hujan. Terus melangkahkan kaki naik ke atas, hingga bertemu jalan setapak yang landai, pertanda kita akan segera sampai. Ternyata, selama perjalanan, yang awalnya bersama sama… kita sempat terpisah menjadi beberapa bagian. Adam dan Coir di barisan paing belakang, di tengah ada Pidi, Idot dan Vina.. disusul mas yono, nah kalau Mas Indra menemani kanjeng bunda di depan. Tidak terasa, sekitar jam set 12 kami pun sampai… Alhamdulillah cepat, selamat dan ditemani cuaca yang cerah. Setelah semua tim berkumpul kembali, mas indra pun mulai mencari spot untuk 2 tenda yang akan kami dirikan. Weekend, apalagi long weekend, Gunung Prau menjadi salah satu tujuan yg ramai dikunjungi, begitu banyak tenda sudah didirikan di area bukit teletubies-puncak Prau. Tak lama setelah beberapa menit berlalu, akhirnya kami menemukan spot, meski di lahan yang aga aga miring hehehe. Tenda pun segera didirikan.. Ternyata eh ternyata semakin lama dingin mulai terasa, selama pendakian tak menggunakan Jaket, tapi pas di puncak baru terasa suhu sekitar berubah… ujung ujung jemari pun mulai membeku, tetapi mencoba bertahan… hingga semua selesai di bangunnn…
Bunda langsung masuk ke dalam tenda, sedangkan anak anaknya… ya kami kami masih berbincang memandangi indahnya layar alam bertabur bintang… ribuan jumlahnya… ingin rasanya merebahkan diri sambil memandang ke atas, mencoba menghitung bintang? Melihat rasi bintang? Mencoba mengirimkan salam rindu pada yang terkasih, bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk melihat indahnya ciptaan Tuhan. Kompor portable pun mulai menjalankan peran, untuk memenuhi keinginan yang haus akan kehangatan.
Di Puncak banyak sekali ceritanya, bunda ternyata mengalami kedinginan hebat hingga memanggil nama suaminya… Sebagian tidur di selasar tenda…yang awalnya sih sok kuat, tapi lama-kelamaan dingin semakin menusuk ketika waktu sudah menujukkan pukul 3 pagi. Langsung pindah ke dalam tenda, mencoba memejamkan mata, ternyata pengunjung lain mulai berteriak gaduh, sunrise kan muncul -.-… Tak lupa saat waktu subuh datang, tanda waktu bagi kami untuk beribadah… Pengalaman pertama beribadah di ketinggian mendekat pada Tuhan… memori yang akan selalu di kenang… berharap suatu saat akan bisa seperti itu didampingi imam… eh hehe. Setelah puas mengabadikan moment sunrise… ternyata ada mas-mas siap siaga yang sudah mulai memasak roti untuk sarapan (Mas Indra) da best… Lanjutlah, 2 cewek kakak tertua… membantu memasak.. tahu, tempe, sop, sarden, plus nasi jadi menu kami di Puncak Prau… berbeda dengan kebanyakan pendaki lain yang membawa makanan instan (mie) , kami menghindari hal ituu…Seru juga.. lama ga masak di alam… Indahnya kebersamaan diselingi canda tawa… semakin mengenal karakter diri dari masing-masing diantara kita… diantara pendekar pendekar yang sedang melakukan perjalanan. Indahnya melakukan perjalanan, bisa menjalankan sistem perekonomian barter.. hehe barter bahan makanan dengan air… yuhu… itulah indahnya berbagi. Tak lupa setelah makan, berkemas… sebelum turun mengabadikan jejak denganberfoto bersama… dan perjalanan pulang pun kembali di lanjutkan… tak lupa semua perlengkapan di cek, dan sampah sampah diangkut, di bawa turun. Karena, GUNUNG BUKAN TEMPAT SAMPAH… jadi bawa turun sampahmu. Selama perjalanan menuruni Gunung Prau, terlihatlah indahnya dieng dari atas…. Sebanding dengan usaha atas perjalanan untuk mencapainya. Baru terlihat ternyata jalur seperti apa yg di lalui, karena saat malam tak terlihat… Licin, jadi lebih berhati-hati … memanfaatkan otot kaki untu bekerja lebih keras… mungkin hingga ujung jemari .. jempol misalnya, mengalami keram. Ada hal lain yang tak terlupkan, selama perjalanan ternyata yang jadi primadonanya Bunda kesayangan, 3 anak gadis nya ga ada yang di lirik :’(… hanya bunda yang diperhatikan… hehe pertanda bunda nya kita kita memang awet muda, atau kita yang tua?? Hehe…
Berburu dengan waktu, kami pun mulai mempercepat langkah karena harus kembali ke kota BeJak, menghadapi kenyataan bahwa besok hari Senin dan harus kembali bekerja. Sesuatunya perjalanan pulang kami dari stasiun Kebumen… hehe .. terbalik dengan awal perjalanan.. datang stasiun PWT tapi trus lanjut Kebumen.. eh pulang malah dr Stasiun Kebumen, padahal tidak mampir-mampir lagi.. lelah tapii pikiran senang.. akhirnya sampai di Jakarta.. tepatnya Stasiun Jatinegara jam 00:45.. lalu jam 7 harus sudah di kantor kembali…
Tapii… dibalik semua rasa lelah yang ada, terimakasih teruntuk pendekar-pendekar tersayangku… perjalanan bersama kalian merupakan memori yang tak terlupakan. Sampai bertemu di trip-trip selanjutnya… pendekar ngirit… Bekasi, 15 Mei 2017 PD yang merindukan perjalanan.
2 notes
·
View notes
Text
Tadabur Alam
Latepost banget sepertinya. Masih menyambung petikan hikmah safar saat ke Jogja dulu. Terpending karena satu dan lain hal,hehe. Hari berikutnya aku psrgi bersama 2 sahabatku menuju tempat yang sangat berbeda suasana dengan kota. Cuaca yg dingin menelusup hingga ke tulang. Perjalanan yang ditempuh dengan mengandalkan motor dapat menyajikan suasana alam yang indah. Kiri kanan hijau semua. Kami bermalam di tempat ini. Tepatnya di Dieng. Kota dengan suasana dingin yang memenjara. Ada banyak yang protes dan entah itu refleks atau apa adanya, terus mengeluh karena dinginnya. Kami melakukan berbagai alternatif untuk menghangatkan badan. Namun,udaranya memang tidak dapat di dirubah.
Esok hari, safar kami menuju suatu tempat yang luar biasa indahnya. Aku terkagum kagum dengan ciptaanNya. Bukti bahwa maha besar Dia yang telah menjadi arsitek terbaik muka bumi ini.
Sedikit penyejuk dari seorang kawan saat kami menikmati keindahan alamnya.
Tahukah kenapa alam ini begitu indah? Karena batu, air, pohon, burung-burung dan semua yang ada disini tunduk dan takluk patuh pada perintahNya. Mereka tidak pernah membangkang Allah sehingga bisa menciptakan perpaduan alam yang indah. Begitupun dengan manusia, fitrah dari setiap kita adalah baik. Coba ketika semua manusia dapat tunduk dan patuh dengan semua perintahNya, dia akan mendapatkan keindahan hidup.
Pesan ini sangat menancap saat ruas kata dan keadaan berada dalam waktu yang sama. Semoga dapat berbulir hikmah. Sarat akan makna. Petikan hikmahnya adalah terkadang kita banyak menuntut dan bnyak ingin ini itu tapi susah sekali untuk patuh dan tunduk kepadaNya. Allah selalu memberi apa yang kita butuhkan, apa yang kita mau, tapi kadang kita lupa cara berterimakasih kepadaNya.
Kemudian diingatkan juga ketika kami menikmati malam dengan sedikit komentar kalau tempatnya dingin sekali. Bukankah keseimbangan alam ini sudah Allah atur, jika kita protes berarti telah menolak ketetapan Allah untuk kita. Dikasih hujan, protes. Dikasih panas, protes. Dikasih dingin tetap aja ada yang bilang 'ah...' atau 'duh...' Terkadang kita terlalu banyak protes juga terhadap apa yang memang sudah harus terjadi pada kita. Maka selanjutnya baiknya kita lebih banyak bersyukur dan bersabar. Mungkin Allah sengaja celupkan kita dalam keadaan itu untuk menguji sejauh mana kita akan dapat melewatinya.
Wahai Rabbku, maafkan dan tetap bimbing hambaMu.
0 notes
Text
NININMENULIS.COM – Setiap tahun masyarakat Dieng menyelenggarakan pesta budaya yang diberi nama Dieng Culture Festival. Untuk tahun ini, Dieng Culture Festival 2019 telah diselenggarakan untuk yang ke-10 kali. Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Dieng Culture Festival dimeriahkan dengan berbagai sesi acara seperti Pentas Seni Budaya, Pergelaran Wayang Kulit, Festival Film, Pertunjukan Jazz atasAwan, dan masih banyak lagi lainnya. Ada satu acara yang menjadi ‘gong’ di Dieng Culture Festival, yakni acara ruwatan atau pemotongan rambut anak gimbal Dieng yang diselenggarakan di kompleks Candi Arjuna.
Sebagai pecinta pantai hanya Dieng Culture Festival yang dapat membuat saya ke gunung. Meskipun tidak bisa tidur karena suhu Dieng yang membuat saya gemetaran sepanjang malam namun semuanya terbayar saat menyaksikan seluruh rangkaian Dieng Culture Festival secara langsung. Ya, Dieng Culture Festival buka sekedar pesta budaya Dieng tetapi ada keelokan alam, keunikan budaya yang bercampur dengan mistis warga setempat, dan yang pasti kelezatan kuliner yang tersaji di Dieng.
Baca juga: 6 Obyek Wisata di Dieng yang Wajib Dikunjungi
Apa itu Dieng Culture Festival?
Dieng Culture Festival adalah festival budaya yang menggabungkan budaya masyarakat, wisata alam Dieng serta pemberdayaan masyarakat lokal. Dieng Culture Festival digagas oleh Kelompok Sadar Wisata dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan Dinas Kepariwisataan yang terkait di Dieng.
Sajen yang dipersiapkan sebelum ruwatan dimulai di Dieng Culture Festival
Dieng Culture Festival pertama kali diselenggarakan pada 2010. Sebelum Dieng Culture Festival pernah diadakan acara serupa yang lebih dikenal dengan sebutan Pekan Budaya Dieng. Baru ketika memasuki tahun ketiga, masyarakat lokal Dieng dan Kelompok Sadar Wisata berinisiatif untuk mengubah nama even tersebut menjadi Dieng Culture Festival.
Baca juga: Anak Rambut Gimbal Dieng, Bob Marley-nya Indonesia
Ada Apa di Dieng Culture Festival?
Rangkaian acara utama dalam Dieng Culture Festival yakni ruwatan atau prosesi penyucian yang melekat dengan kebudayaan dan adat di Jawa. Ruwatan anak rambut gimbal Dieng kurang lebih memiliki maksud yang sama, yakni suatu upacara atau ritual yang bertujuan untuk mengusir nasib buruk atau kesialan baik pada si anak rambut gimbal Dienga maupun masyarakat Dieng Pada umumnya.
Anak rambut gimbal Dieng yang turut dalam ruwatan di Dieng Culture Festival
Anak rambut gimbal Dieng sendiri merupakan sebuah fenomena unik yang sudah ada di Dieng sedari dahulu kala, Di mana anak-anak tertentu yang berusia antara 40 hari hingga 6 tahun tumbuh rambut gimbal di kepalanya secara alami.
Sebelum acara pemotongan rambut dalam Dieng Culture Festival, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat, di antaranya adalah Candi Dwarawati, Komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatotkaca, Telaga Balaikambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, Gua di Telaga Warna, Kali Pepek dan tempat pemakaman Dieng. Keesokan harinya baru dilakukan kirab menuju tempat pencukuran. Selama berkeliling desa anak rambut gimbal Dieng dikawal para sesepuh, tokoh masyarakat, kelompok paguyuban seni tradisional, serta masyarakat.
Untuk diketahui anak rambut gimbal Dieng yang dapat diruwat yakni yang telah memiliki permintaan dan keinginan sang anak untuk diruwat. Apapun permintaan anak rambut gimbal Dieng ini harus dipenuhi agar semua nasib sial hilang. Permintaan anak rambut gimbal Dieng ini bermacam-macam mulai dari seekor kambing hingga hanya minta dibelikan minuman kemasan anak-anak yang banyak dijual. Ya namanya juga anak-anak, permintaannya juga khas anak-anak.
Baca juga: Review Buku: 3 Buku Wisata Bali
Dieng Culture Festival 2019
Selain pemotongan rambut anak gimbal Dieng, Dieng Culture Festival juga dimeriahkan acara-acara lain seperti jalan sehat dan minum purwaceng (minuman khas asli Dieng), pertunjukan seni tradisi, pemutaran nominator festival film dieng, pagelaran wayang kulit, pesta lampion dan kembang api, pagelaran jazz atas awan. Dinginnya Dieng ternyata membuat acara ini makin terasa spesial. Gimana tidak spesial, di suhu yang tembus -4 derajat celcius dan ketinggian 2000 meter, ada lantunan musik Jazz Atas Awan yang syahdu.
Pagelaran wayang kulit dalam Dieng Culture Festival
Pelepasa balon udara sebagai pertanda dimulainya Dieng Culture Festival
Panggung di Dieng Culture Festival
Tenda yang menjual makanan, kerajinan, dan pernak-pernik khas Dieng
Mainan anak Dieng yang turut di jual
Setelah 10 tahun, Dieng Culture Festival masih konsisten jadi festival budaya yang berhasil menyedot puluhan ribu massa. Event Dieng Culture Festival 2019 ini rencananya akan digelar pada tanggal 2-4 Agustus 2019 di Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara. Mengapa Agustus dipilih? Mungkin di bulan Agustus suhu di Dieng mencapai puncak terdinginnya.
Bagi kamu yang ingin mengunjungi Dieng Culture Festival, ada dua opsi untuk datang. Cara pertama ikutan trip dengan membeli paket wisata ke salah satu travel organizer yang menyediakan paket Dieng Culture Festival. Biasanya sudah disiapkan semuanya, mulai tiket, homestay, makan, wisata, dan juga transport. Udah ada guidenya juga yang bakal bikin kamu lebih mudah menikmati wisata di Dieng. Cara kedua, mengatur perjalanan sendiri mulai transport, homestay, tiket, dan lain sebagainya. Resiko mengatur perjalanan sendiri yakni kamu bisa kehabisan homestay dan tiket Dieng Culture Festival di mana sangat terbatas.
Besarnya animo wisatawan untuk hadir menyaksikan Dieng Culture Festival
Ayo pesan dan atur perjalanan kamu untuk menyaksikan Dieng Culture Festival dari sekarang jangan sampai kehabisan karena besarnya animo pengunjung ke Dieng Culture Festival bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri loh.
Dieng Culture Festival, Pesta Budaya Masyarakat Dieng NININMENULIS.COM – Setiap tahun masyarakat Dieng menyelenggarakan pesta budaya yang diberi nama Dieng
#Anak Rambut Gimbal Dieng#Dataran Tinggi Dieng#Dieng Culture Festival#Dieng Culture Festival 2019#Dieng Culture Festival adalah#featured
0 notes
Text
Rem Pakem
Terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Gunung Lawu adalah gunung api yang berstatus non aktif. Letusan terakhirnya tercatat pada tahun 1885. Puncak tertingginya, yaitu Hargo Dumilah, berada di ketinggian 3265 mdpl. Gunung Lawu adalah gunung tertinggi ke tiga di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet dan Gunung Sumbing. Ia masuk ke dalam wilayah administratif tiga kabupaten yaitu Karanganyar di Provinsi Jawa Tengah serta Ngawi dan Magetan di Jawa Timur.
Jumat, 29 September 2017.
Seperti biasanya, pagi selalu menawarkan kesejukan. Cuaca begitu bersahabat. Dingin. Matahari tak menyengatkan teriknya. Membuat saya yang sudah terbangun subuh itu memutuskan untuk kembali tidur. Setiap Jumat pagi terasa begitu berarti. Hanya di hari itu saya bisa leluasa untuk tidur lagi tanpa memikirkan kegiatan perkuliahan yang menanti. Jadi….. Yaudaaalahyaaa tidur lagi aja duluuuuuu… pikir saya kala itu.
Tak disangka, pagi itu benar-benar menyajikan kenyamanan yang hqq. Terlalu lelah berkegiatan di hari Kamis lalu mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pagi itu saya tidur dengan amat nyenyak. Jam menunjukkan pukul 8 pagi ketika saya terbangun. Tanpa menunda-nunda lagi, saya beranjak mandi dan sarapan. Setelah semuanya selesai. Saya berangkat menuju Stasiun Lempuyangan. Tiket kereta yang sudah dipesan adalah Prameks keberangkatan pukul 09.10 pagi dan itu tandanya saya harus sedikit bergegas agar tidak terlambat.
Sampai di Lempuyangan, saya segera menitipkan motor di tempat penitipan yang ada di sepanjang jalan depan stasiun. Setelah itu saya segera masuk ke dalam peron. Untunglah masih ada waktu sekitar 15 menit sebelum jam keberangkatan. Saya bertemu dengan teman-teman yang sudah menunggu di dalam. Mereka adalah Adzkia, Bang Rafly, Bang Genta, dan Bang Amal. Tak begitu lama menunggu, kereta Prameks yang mengantarkan kami menuju Stasiun Solo Balapan datang. Kami segera masuk ke gerbong dan mencari tempat duduk yang kosong. Fyi, pembelian tiket kereta Prameks (Prambanan Ekspress) bisa dilakukan melalui 2 cara, yaitu memesan terlebih dahulu dengan mengisi formulir (kalo saya nggak salah info, bisa dilakukan mulai seminggu sebelum hari keberangkatan) atau membeli tiket secara langsung di loket yang tersedia, yang mulai dilayani 3 jam sebelum keberangkatan. Mengingat banyaknya masyarakat yang menggunakan transportasi ini dan jumlah kursi di kereta Prameks yang terbatas, saran saya lebih baik memesan tiket terlebih dulu agar tidak kehabisan, terutama apabila keberangkatan di hari-hari libur dan weekend :D #cmiiw
Enam puluh enam menit berlalu sejak kami meninggalkan Stasiun Lempuyangan. (iyaaaaa diitung banget sampe ke menit2nya heeeheeee…. :d) Kereta yang kami tumpangi sampai di Stasiun Solo Balapan. Dari sana kami berjalan sekitar tujuh belas menit melewati skybridge yang menghubungkan Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi. Menurut saya pribadi fasilitas yang tersedia baik di stasiun maupun terminal sudah cukup lengkap dan nyaman. Seperti mushola, toilet umum, tempat makan, kursi tunggu, televisi, dan juga para petugas yang siap membantu para penumpang. Lingkungannyapun cukup bersih. Sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp Cetho, kami mengisi tenaga terlebih dulu di warung makan yang ada di terminal. Warung-warung yang berderet disana menyajikan menu yang beragam, seperti nasi rames, pecel, soto, bakso, dll.
Untuk menuju basecamp Cetho dari Terminal Tirtonadi, pertama-tama kami menggunakan bus Putri Sahabat (Putra Lawu) turun di Terminal Karang Pandan. Ongkosnya sebesar 10 ribu rupiah per orang. Perjalanan kala itu ditempuh selama 1 jam 39 menit. Mayoritas penumpangnya adalah siswa-siswi SD hingga SMA yang akan pulang ke rumahnya masing-masing. Karena bertepatan dengan jam pulang sekolah, waktu itu bus penuh sesak. Mungkin jika dihitung jumlah penumpangnya bisa mencapai 80+ orang. Sesampainya di Terminal Karang Pandan, kami disambut oleh kondektur bus yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami sampai ke basecamp Cetho. Kamipun naik ke bus itu (sorry aku lupa nama bisnya). Tak seperti bus Putra Lawu, bus kali ini berukuran kecil, kira-kira hanya muat untuk membawa 20-25 penumpang saja. Hujan deras menyertai perjalanan kami menuju basecamp. Membuat hati menjadi terasa lebih sejuk setelah berpanas-panasan di bus Putra Lawu tadi. Jalan menuju bc berupa tanjakan dan turunan yang berkelok cukup curam. Kami juga melewati perkebunan teh Kemuning sebelum pada akhirnya sampai di bc. Perjalanan dari Terminal Karang Pandan menuju basecamp Cetho menempuh waktu sekitar 43 menit. Ongkos bus sebesar 25 ribu per orang. Sampai di Candi Cetho kami beristirahat terlebih dulu di basecamp warga yang terletak tepat di sebelah candi. Di basecamp ini para pendaki dapat memesan makanan, minuman, ataupun membeli keperluan pendakian yang tertinggal. Seperti baterai cadangan, ponco plastik, dll.
Pukul 3 sore kami memulai langkah kami mendaki Gunung Lawu. Pos perizinan pendakian tepat berada di sebelah kiri Candi Cetho. Sebelum mendaki, kami terlebih dulu mengisi form pendakian dan membayar biaya simaksi sebesar 15 ribu per orang. Karena akan turun lewat basecamp Cemoro Kandang, maka petugas di bc Candi Cetho memfoto kartu identitas seluruh anggota tim kami (KTP atau SIM) untuk keperluan pendataan. Setelah urusan registrasi selesai. Kami melanjutkan perjalanan. Yaakkk… here we are~ kamilah lima orang remaja yang melabeli diri sebagai para pecinta kemping… yang kalo disingkat jadi Rem Pakem :v saking cintanya ama kemping hampir aja tiga hari ngecampnya :v Sekitar 10 menit berjalan, kami sampai di Candi Kethek. Kami tidak berhenti dan memilih untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju pos 1 Mbah Branti memerlukan waktu sekitar 1 jam. Di pos 1 ini terdapat shelter yang terbuat dari seng dan kayu. Di sekitarnya terdapat tanah lapang namun tidak begitu luas. Hanya cukup untuk mendirikan kira-kira 2 dome kapasitas 4p. Medan dari pos 1 menuju pos 2 berupa tanah menanjak yang tidak begitu nanjak (nah loh… gimana nih? :v) dan di kanan kirinya dikelilingi oleh pepohonan yang masih rimbun. Perjalanan kami lanjutkan menuju pos 2. Hujan rintik sempat turun. Namun karena pepohonan yang masih lebat, kami terlindung dari air hujan yang menetes. Waktu yang diperlukan untuk sampai di pos 2 adalah 44 menit. Sesampainya di pos 2 (Brakseng) kami memutuskan untuk mendirikan dome karena hari sudah sore dan gelap. Yhhaaaa namanya juga pecinta kemping :D Pos 2 ini bisa digunakan untuk membangun kira-kira 4 dome kapasitas 4p. Setelah dome berdiri kami segera memasak logistik yang kami bawa. Menu malam itu adalah nasi, karage, french fries, mihun kuah, dan special omelet with chicken sausage and extra oil karena waktu ngegorengnya lupa ngurangin minyaknya jyahaha… :v siapa sih ini yang masak?! wkwkwk… Segelas kopi hangat tak ketinggalan untuk diseduh. Lumayan untuk menghangatkan dinginnya Lawu malam itu. Kopi favorit saya adalah kopi goodday varian carribian nut. Cukup nyaman bagi lambung saya yang memiliki riwayat maag. Kopi favorit sejak empat tahun lalu, yang selalu menjadi dopping ketika harus ngelembur laporan volumetri, gravimetri, mikrobiologi spektrofotometri, dll… sampe sekarang udah ganti topik bahan lemburan. Sama kopi aja aku setia, apalagi sama kamyuuuuuu~ #okeeehhabaikaan~
Sabtu 30 September 2017
Pukul 9 pagi kami melanjutkan perjalanan menuju Hargo Dalem. Sepanjang perjalanan tak banyak rombongan pendaki lain yang kami temui. Mungkin tidak lebih dari 12 tim yang kami temui sepanjang pendakian ini, baik ketika naik lewat jalur Candi Cetho maupun turun lewat Cemoro Kandang. Sepi beeett dah. Padahal mah di puncaknya rame. Berjalan 65 menit kami sampai di sumber air dekat pos 3. Sumber air ini berupa kran dari pipa. Di sumber air ini kami berhenti untuk mengisi kembali botol-botol yang telah kosong dan mencuci peralatan masak yang kotor. Tujuh menit berjalan dari sumber air, kami sampai di pos 3 Cemoro Dowo. Pos ini kira-kira dapat menampung 8 dome kapasitas 4p. Setelah 71 menit berjalan dari pos 3, kami sampai di pos 4. Perjalanan dari pos 3 menuju pos 4 ini adalah perjalanan ter-PR menurut saya pribadi. Medan menanjak dan hanya ada sedikit bonus. Namun teduhnya jalur menjadi nilai plus tersendiri karena membuat kami tidak merasakan terik matahari yang menyengat. Oiya, jalur pendakian via Candi Cetho ini masih sangat asri. Pepohonan yang lebat ada di sepanjang kanan dan kiri jalur. Suara burung-burung berkicau juga masih sering terdengar. Cobain kesini deh, nggak bakal nyesel pokoknya! :D
Jam menunjukkan sekitar pukul 12 siang kala itu. Kami beristirahat di pos 4, snacking, sholat, dan sebelum melanjutkan perjalanan ke pos 5 kami menyempatkan diri untuk ………………………… main kartu dulu wkwkw… ada kaliiii satu setengah jam haha… sembari memasak salah satu makanan terkane di dunia a.k.a indomie goreng #generasimicin. Dan dari permainan 7skop yang kami mainkan ini, saya jadi tau nama-nama lapangan yang dimiliki oleh teman sependakian saya ini lengkap beserta artinya! haha lucu deeeh! :D
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan. Kurang lebih satu jam berjalan dari pos 4, kami sampai di sabana. Beeuuuhhh indah banget deh sabananyaaa… namun sayangnya saya tidak bertemu dengan rusa-rusa yang ada disana huhu :(
Kabut datang menyambut kami. Beberapa pendaki yang turun menginfokan bahwa diatas cuaca hujan deras dan angin cukup kencang. Namun beruntungnya kami ketika kami sampai diatas hujan dan angin itu telah berhenti. Jadi kami sama sekali tidak merasakan cuaca yang demikian. Alhamdulillaaahh berkat doa mama nihh kyknyaaa :) Hari semakin sore. Pukul 15.20 kami baru saja beranjak dari Pos 5 Bulak Peperangan. Konon dinamai Bulak Peperangan karena pada jaman penjajahan dulu tempat ini digunakan untuk berperang.
Perjalanan dari pos 5 sampai ke Pasar Dieng membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Medan landai dan tidak ada tanjakan yang berarti. Rasa lelah dan dingin setelah berjalan seharian terbayar oleh sunset yang menyambut kami di Pasar Dieng. Di Pasar Dieng ini terdapat batu-batu kecil yang tersusun vertikal. Namun anehya batu-batu ini tidak roboh meski angin disana cukup kencang. Para pendaki dihimbau untuk tidak merobohkan batu-batu tersebut karena konon batu-batu yang ada di Pasar Dieng ini memiliki nilai sejarah tersendiri. Tak begitu lama berjalan dari Pasar Dieng, kami sampai di Hargo Dalem. Disana terdapat rumah-rumah warga dan juga warung pecel legendaris Mbok Yem. Beeuuuhhh salut yaaaa sama warga disana yang bisa tinggal di tengah-tengah dinginnya udara Lawu :)
Kami mendirikan dome di sebelah warung Mbok Yem. Setelah dome berdiri saya langsung berganti pakaian hangat karena baju yang saya pakai basah oleh keringat yang mengucur setelah berjalan seharian, dan juga karena tidak tahan dengan dinginnya udara disana. Cukup Lawu aja yang dingin. Sikap kamu ke aku jangan! Saking dinginnya Lawu kala itu, saya yang sebelumnya tidak pernah merasakan alergi dingin ketika naik gunung, akhirnya kena juga. Alergi itu sudah saya rasakan sewaktu camp di pos 2. Semula saya mengira bahwa gatal-gatal itu diakibatkan oleh gigitan serangga karena memang disana banyak nyamuk-nyamuk hutan. Mana jumbo-jumbo lagi nyamuknya-_- Namun setelah disarankan untuk minum obat anti alergi oleh Bang Genta, ternyata gatal-gatal itu kempes juga. Tapi alergi masih berlanjut lagi sampai saya turun di basecamp Cemoro Kandang. Alergi… Digaruk jadi luka, ga digaruk tapinya gatal bettt u,u
Selesai masak dan makan malam, saya memutuskan untuk masuk ke dome karena tidak tahan dengan udara dingin yang ada. Sementara teman-teman yang lain masih asyik dengan permainan kartunya. Karena menyadari bahwa saya tidak tahan terhadap udara dingin, saya membawa berlapis-lapis pakaian untuk membantu menghangatkan tubuh. Saya memakai 4 lapis celana. 1 legging, 2 celana lapangan, dan 1 celana double polar. 5 lapis baju. 1 manset, 2 kaos lengan panjang, 1 sweater, dan 1 jaket gunung inner polar. Berlapis kaos kaki, kaos tangan, dan full face beanie yang menutup sampai ke wajah. Setelah itu saya masih memakai sleeping bag double polar. Meskipun sudah memakai banyak baju seperti itu, namun kedinginan tetap saja tidak bisa terhindarkan. Terlebih lagi Lawu dikenal sebagai gunung yang dingin. So bwt yang mau ke Lawu janlupz bawa jaket yg banyaaaakkk biar ga hipo *hahahaudahkykemak2aja~
Minggu, 1 Oktober 2017
Sunrise… Satu hal yang tak pernah bisa saya lewatkan ketika mendaki gunung. Entah selelah apapun, ketika pagi datang saya selalu bangun. Yaaaa walaupun setelah itu kadang saya tidur lagi siihh. Hehe... Setelah selesai subuh, saya dan Bang Amal berjalan-jalan ke depan warung Mbok Yem untuk menunggu sunrise. Capeeee nunggu doi mulu. Sedangkan Bang Genta, Adzkia, dan Bang Rafly masih merajut mimpi-mimpi. Pagi itu sudah banyak pendaki yang berkegiatan di seputar Hargo Dalem. Banyak yang baru tiba dari pos sebelumnya untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Hargo Dumilah, banyak juga yang sedang sarapan di warung Mbok Yem.
Belum afdol rasanya jika mendaki ke Lawu namun tak mencicipi pecel Mbok Yem. Saya memesan nasi pecel untuk sarapan pagi itu. Selain menjual pecel, warung Mbok Yem juga menyajikan soto ayam, gorengan, beragam minuman hangat, dan sachetan-sachetan lainnya. Oiya, selain warung Mbok Yem, ada juga warung-warung lainnya yang menjual minuman dan makanan ringan di Hargo Dalem. Kalau makanan besar seperti pecel dan soto ini saya kurang tau apakah warung lain juga menjualnya.
Pukul tujuh pagi kami bergegas menuju summit. Seluruh barang bawaan kami tinggal di dome. Cukup banyak juga pendaki yang kami temui, baik yang akan naik maupun turun. Sesampainya di puncak, banyak pendaki sedang berfoto-foto. Bahkan ada juga yang ngecamp disana.
Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak, berfoto, dan menikmati surga bocor a.k.a mincak, kami bergegas turun ke camp, lalu undooming dan repacking seluruh bawang bawaan yang kami bawa.
Pukul 10.15 pagi kami bergegas turun. Kali ini kami memilih untuk turun lewat jalur Cemoro Kandang. Sebelum turun, terlebih dulu kami berjalan menuju Sendang Drajat, sumber air yang berada di pos 5 Cemoro Sewu untuk mengambil air. Setelah itu kami kembali ke Hargo Dalem :d lalu melanjutkan turun lewat Cemoro Kandang. Hahahhh udeeh ga usah bingung :p
Kabut menemani perjalanan turun kami menuju basecamp. Membuat udara menjadi lebih dingin dan bahkan panas mataharipun sama sekali tak terasa di kulit. Medan dari Hargo Dalem sampai di Pos 5 berupa jalan landai berbatu. Di kanan kirinya terdapat pepohonan kecil yang kering. Medan serupa sampai di pos 4. Sampai di pos 4 Cemoro Kandang terdapat lahan yang cukup luas untuk mendirikan dome. Buat kemping seRT juga cukup deh ini kyknya. Perjalanan kami lanjutkan. Medan selepas pos 4 berupa turunan dari tanah yang cukup padat. Jalur cukup landai dan terdapat pula banyak jalur tikus yang dapat dilalui oleh pendaki yang ingin mempersingkat waktu. Namun tidak semua jalur tikus ini aman untuk dilewati karena beberapa diantaranya memiliki kemiringan sangat curam dan juga tipikal tanahnya yang licin rentan membuat pendaki terpeleset. Jalur dari pos 3 menuju pos 2 adalah jalur terpanjang di Cemoro Kandang. Waktu tempuh kami saat itu sekitar 1 jam 22 menit. Di sisi kanan jalan terdapat jurang dan di sisi kiri terdapat tebing yang rawan longsor. Perjalanan kami lanjutkan menuju pos 1. Waktu yang kami butuhkan untuk sampai di pos 1 sekitar 47 menit. Kondisi jalur masih berupa tanah yang licin. Di pos 1 kami beristirahat sejenak menikmati teh hangat yang dijual oleh seorang kakek disana. Oiya. Just fyi, disepanjang jalur pendakian Cetho tidak ada warung yang menjual beragam keperluan pendaki. Warung terdapat di Hargo Dalem, dan di jalur pendakian Cemoro Kandang warung hanya ditemui di pos 1.
Pukul 5 sore kami baru sampai di basecamp Cemoro Kandang. It means… kami kesorean!!! sudah tidak ada lagi angkutan umum ke Tawangmangu. Jyahaha gokiel banget sih ini -_- namanya juga pecinta kemping~ kemping lagi nih di Lawu? wkwk..
Ketimbang bersedih hati, saya memilih untuk segera mandi biar wangi~ Membersihkan diri dari tanah-tanah yang menempel di badan hasil dari beberapa kali kepleset waktu turun tadi. Tidak ada kata tidak terpeleset setiap kali turun gunung -_-
Kamipun segera memasak karena perut yang sudah kelaparan. Sembari bermain kartu dan menyeruput kopi kami mecoba untuk menikmati malam itu. Selesai makan saya memilih untuk masuk ke dalam hammock yang kami bawa dari Jogja. Lalu memutar lagu-lagu kesukaan dan memandangi indahnya bintang-bintang yang bertaburan di langit. Hmmmm…. Syahduuuu… Entah mengapa, di dalam hati ini ada rasa ingin untuk mengulang kembali perjalanan kali ini. Lawu via Cetho punya ruang tersendiri di hati J Aahh, sepertinya bukan Cuma Lawu ajaaa… Setiap perjalanan memang selalu menghasilkan kenangan yang sulit untuk dilupakan~
Disela keasyikan bermain bridge, sekitar pukul 9 malam ada satu rombongan pendaki yang baru saja turun di basecamp. Ternyata mereka berasal dari Solo dan membawa kendaraan pribadi. Akhirnya kami menumpang mobil mereka untuk sampai di Solo. Alhamdulillaaahhhh :”) Terimakasih banyak untuk mas Risa Sugiyanto dan teman-teman yang sudah membantu kami untuk sampai di Oslo :) Sukses terus yaah!! :D
Karena hari yang sudah malam dan tempat penitipan motor di Lempuyangan yang sudah tutup, sesampainya di Solo kami menginap di rumah kerabat teman-teman pendakian saya ini sebelum keesokan harinya pulang ke Jogja.
Senin, 2 Oktober 2017
Pukul tujuh pagi, saya, Adzkia, dan Bang Genta berangkat menuju Terminal Tirtonadi. Kami pulang ke Jogcaja menunggangi Bus Suharno dengan ongkos 15 ribu rupiah perorang. Sedangkan Bang Amal dan Bang Rafly masih menunggu di Oslo untuk kembali pulang ke Jakarta menggunakan kereta api lewat Stasiun Solo Jebres di sore harinya.
Melakukan pendakian dengan mengendarai angkutan umum memberi satu nilai keasyikan tersendiri bagi saya. Saya jadi bisa memahami tentang budaya yang ada di daerah yang saya kunjungi dan mengetahui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan secara lebih dekat. Aaah, semoga suatu saat nanti saya bisa merasakan kembali sensasi melakukan pendakian menggunakan sarana transportasi umum! :D
Selesaaiiii~
0 notes
Text
Hal Yang Harus Diketahui Saat Membuat Program Tour di Yogyakarta
Hal Yang Harus Diketahui Saat Membuat Program Tour di Yogyakarta
Hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta. Sesuaikan program tour di Yogyakarta yang sesuai dengan kondisi anggota keluarga dan budget keuangan secara efisien. Sebagai contoh apabila kita mengajak anak-anak atau orang yang lebih tua, tidak mungkin kita membuat program tour ke tempat tujuan wisata alam yang kondisi menantang dan extrem. Kita harus mencari tempat wisata yang mudah dikunjungi seperti jalan-jalan ke museum, mengunjungi kraton jogja atau menikmati keindahan hutan pinus Mangunan dan masih banyak lagi.
Dalam merencanakan ada hal yang harus diketahui saat membuat Program tour di Yogyakarta, agar sesuai keinginan semua orang yang anda ajak liburan. Maka simak artikel ini, yang akan mengulas cara membuat program tour di Yogyakarta secara efisien : 1. Rencanakan berapa hari anda akan berlibur di Yogyakarta. 2. Kumpulkan data dan informasi tempat wisata yang akan anda kunjungi. 3. Buat anggaran biaya untuk tiket pesawat, hotel dan sewa mobil selama berada di Yogyakarta 4. Pastikan tanggal liburan di Yogyakarta.
Dengan membuat program tour dan itinerary berfungsi agar perjalanan tour di Yogyakarta akan lebih efisien dan akan lebih menyenangkan. Untuk itu anda perlu mengumpulkan informasi melalui internet, apabila anda belum pernah berlibur di Yogyakarta. Atau anda perlu minta referensi dari teman anda yang sudah melakukan perjalanan liburan di Yogyakarta sebelumnya.
Berapa Lama Anda akan Berlibur di Yogyakarta ?
Sesudah menentukan tanggal liburan di Yogyakarta, ada hal yang harus anda ketahui saat membuat program tour di Yogyakarta adalah memastikan berapa lama liburan di Yogyakarta. Kami menyarankan apabila anda melakukan liburan singkat pada waktu weekend sebaiknya anda memesan hotel selama 2 hari. Jadi anda dapat berangkat hari Jumat dan pulang hari Minggu untuk liburan di Yogyakarta.
Yogyakarta sebagai salah satu tempat wisata terfavorit di Indonesia memiliki ratusan objek wisata. Dan memiliki aneka ragam wisata yang menarik, seperti wisata alam, wisata budaya, edukasi dan wisata kuliner yang menarik untuk dikunjungi. Oleh sebab itu, sebaiknya anda dapat membuat program tour selama 5 hari untuk berlibur di Yogyakarta. Anda dapat tentukan pada saat liburan sekolah atau liburan akhir tahun. Pasti liburan anda akan berkesan bersama keluarga anda dengan lebih banyak tempat wisata yang dapat anda nikmati selama waktu liburan di Yogyakarta
Pilih Akomodasi Hotel di Yogyakarta
Yogyakarta juga memiliki banyak pilihan hotel berbintang dan guesthouse yang dapat anda pilih sesuai budget keuangan dan selera anda. Inilah salah satu kelebihan wisata di Yogyakarta, apabila anda merencanakan liburan di Yogyakarta. Anda dapat lebih mudah memilih hotel yang anda inginkan di Yogyakarta. Anda tinggal pilih di lokasi yang anda inginkan misalkan hotel di sekitar jalan Malioboro atau hotel di tengah kota Jogja dan Hotel di sekitar airport. Pengeluaran biaya akomodasi hotel adalah komponen terpenting dalam merencanakan program wisata di Yogyakarta.
Anda sebaiknya memesan hotel terlebih dahulu, setelah menentukan tanggal keberangkatan liburan anda. Karena pada saat weekend dan musim liburan sangat tidak mudah mendapatkan kamar hotel di Yogyakarta. Apabila anda memerlukan jumlah kamar yang lebih banyak. Jangan sampai liburan anda tidak nyaman karena tidak mendapat hotel yang sesuai keingan anda. Atau anda dapat kamar hotel, namun terpisah di lokasi hotel yang berbeda. Hal ini sering terjadi yang di alami banyak wisatawan yang sedang berlibur di Yogyakarta, pada saat musim liburan berlangsung.
Ini merupakan hal yang harus diketahui saat membuat program wisata di Yogyakarta untuk memesan hotel di Yogyakarta terlebih adahulu. Dan yang terpenting anda harus tahu bulan tertentu untuk mendapatkan kamar hotel murah di Yogyakarta. • Dari Bulan Februari sampai Maret. • Mulai Bulan September sampai November.
Dengan mengetahui bulan-bulan yang sepi ini untuk menginap hotel di Yogyakarta. Tentunya anda akan mendapatkan harga murah. Untuk penginapan murah anda dapat temukan di sekitar kawasan Malioboro. Seperti di losmen di jalan pasar kembang, jalan sosrowijayan dan daerah jalan dagen. Kisaran harga losmen dan penginapan di daerah itu sekitar Rp.100.000 sampai Rp.300.000 per kamar untuk satu hari. Dengan memilih penginapan di Yogyakarta dengan harga murah, maka durasi liburan di Yogyakarta akan lebih lama lagi tanpa menguras isi dompet anda.
Booking Tiket Pesawat
Cara cerdas untuk mendapatkan program wisata murah di Yogyakarta adalah booking Tiket Pesawat pada saat ada Promo. Hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta, apabila anda menginginkan perjalanan liburan murah. Untuk kedatangan dengan pesawat, anda dapat memilih untuk mendarat di bandar udara Adisucipto Internasional Airport Yogyakarta.Namun ada alternative tranportasi umum untuk menuju Yogyakarta selain dengan menggunakan jalur udara seperti pesawat terbang. Anda dapat memesan tiket kereta api atau bus malam menuju ke Yogyakarta.
Biaya Transportasi
Biaya sewa Mobil untuk tranportasi merupakan hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta. Ini penting untuk anda perhatikan karena hal ini yang sangat diperlukan sebagai sarana mobilisasi ke tempat wisata yang ingin anda tuju. Kebutuhan transportasi yang terbaik saat liburan di Yogyakarta lebih baik menggunakan transportasi mobil pribadi. Alasanya, karena transportasi umum yang menuju ke objek wisata di Yogyakarta belum banyak tersedia. Jadi lebih baik anda melakukan pemesanan sewa mobil dengan sopir untuk mendukung perjalanan wisata anda bisa berjalan dengan lancar.
Sebagai tambahan informasi tentang harga sewa mobil di Yogyakarta bahwa harga tersebut tergantung oleh jenis mobil dan kondisi. Kami merekomendasikan bagi wisatawan yang belum pernah berlibur di kota Jogja untuk sewa mobil dengan supir di Yogyakarta. Bnyak perusahaan rental mobil di Jogja menawarkan layanan sewa mobil dengan sopir dan tanpa sopir.
Berikut ini daftar harga rental mobil di Yogyakarta dengan sopir untuk jenis mobil :
1. All New Avanza
Design intior kabin yang apik dan modern juga mendambah daya tarik tersendiri di dalam mobil Toyota Avanza. Anda tidak akan rugi untuk sewa mobil yogyakarta dengan mengunakan mobil Toyota Avanza. Salah satu mobil minibus dengan kapasitas mesin 1300 cc ini memiliki jumlah tempat duduk 6 penumpang. Toyota All New Avanza ini memang sangat cocok dengan kondisi jalan menuju ke tempat wisata di Yogyakarta. Dan salah satu kelebihan mobil ini adalah hemat bahan bakar karena menggunakan sistem VVTi yaitu sistem pembakaran injeksi yang diterapkan di mobil ini.
Sewa Mobil Toyota Avanza Tahun Pembuatan 2013 – 2015 Rp.500.000
Rental Mobil Toyota Avanza Tahun Pembuatan 2016-2017 Rp.600.000
Harga dalam durasi pemakaian 12 Jam per Hari
2. Toyota Innova
Banyak konsumen memilih menggunakan mobil Toyota Innova, salah satunya mobil ini memiliki design interior yang mewah dikelasnya. Tempat duduk yang empuk dengan jumlah 7 penumpang. Design kabin yang lebih lega dengan fitur yang lebih modern dengan sistem audio yang lebih canggih. Toyota Innova mempunyai kapasitas mesin untuk bahan bakar bensin 2000cc dan bahan bakar solar memiliki kapasitas mesin 2500cc. Mobil Minibus terbaik ini anda dapat temukan untuk anda sewa di perusahaan rental mobil di Jogja. Karena mobil toyota Innova juga menjadi salah satu pilihan favorit oleh konsumen sewa mobil di yogyakarta.
Sewa Mobil Toyota Innova Tahun Pembuatan 2013 – 2015 Rp.600.000 Rental Mobil Toyota Innova Tahun Pembuatan 2016-2017 Rp.800.000 Sewa mobil ini dalam durasi 12 Jam dengan supir yang ramah
3. Honda Mobilio
Mobil minibus dengan 7 tempat duduk ini mempunyai kenyamanan yang anda dapat rasakan dengan kelebihan suspensi yang berkualitas. Honda Mobilio merupakan varian mobil terbaru yang dikeluarkan oleh pabrik mobil Honda pada tahun 2013 yang silam. Design intirior juga yang lebih elegant dan modern nampak dibagian stir kemudi mobil dan dasboard mobil ini yang lebih sportif. Yang lebih menariknya lagi mobil Honda Mobilio ini sangat irit bahan bakar karena menggunakan tehnologi suplai bahan bakar yang menggunakan mesin PGM-FI dengan kapasitas mesin 1500cc atau 15L SOHC. Selain irit bahan bakar juga mempunyai tenaga dongkrak mesin yang luar biasa pada kondisi mdan manapun.
Sewa Mobil Honda Mobilio Rp.600.000 Untuk pemakaian dalam durasi 12 jam per hari
4. Suzuki Ertiga
Suzuki Ertiga sendiri memiliki kapastitas mesin dengan 1400cc dengan menggunakan jenis mesin K14B DOHC yang lebih hemat bakar namun lebih bertenaga walaupun itu dikondisi jalan tanjakan. Juga dilengkapi Airbag system di bdasboard bagian depan yang lebih canggih dan suspensi yang lebih empuk dari generasi sebelumnya. Suzuki Ertiga memiliki jumlah tempat duduk yang sama dengan toyota Avanza sebanyak 7 penumpang. Memiliki body mobil yang lebih stylish dengan bentuk grill yang lebih futuritik dikelasnya.
Sewa Mobil Suzuki Ertiga Rp.600.000 Rental mobil ini dalam durasi 12 Jam dengan supir yang berpengalaman
5.Isuzu Elf
Salah satu mobil yang sangat tangguh dan mempunyai daya tampung penumpang lebih dari 12 orang termasuk barang bagasi. Isuzu Elf juga memiliki kelebihan di mesin yang sangat tangguh di jalan tanjakan. Dimana jalan tanjakan banyak dijumpai di berbagai tempat wisata di Yogyakarta seperti di dataran tinggi dieng dan Gunungkidul. Isuzu elf menggunakan mesin dengan kapasitas 2800cc dengan tenaga mesin 120 PS. Kendaraan ini salah satu mobil terlaris yang digunakan sebagai mobil penumpang. Dari sisi kenyamanan Isuzu Elf juga mempunyai suspensi yang empuk dan intirior yang mewah yang dibuat oleh karoseri “Adiputro” di Malang. Dengan jok tampilan mewah dan dasboar kabin yang dibuat futuristik yang membuat nyaman bagi penumpang untuk perjalanan wisata di kota Jogja.
Harga Sewa Mobil Isuzu Elf di Jogja Rp.900.000 Sewa mobil sudah termasuk supir dan Bahan Bakar Solar
6. Toyota Hiace Commuter
Banyak perusahaan rental mobil di Yogyakarta memilih mobil ini sebagai mobil yang banyak disewa oleh wisatawan. Dimana memiliki kelebihan design mobil yang panjang dengan pintu sleding dibagian samping yang sangat memudahkan penumpang keluar masuk mobil ini. Kelebihan menyewa mobil Hiace di Yogyakarta salah satunya mempunyai kenyamanan yang sempurna yang tidak tertandingi dengan mobil dikelasnya. Kabin mobil Toyota Hiace juga mempunyai bangku tempat duduk yang empuk dan intirior mobil yang mewah. Salah satu mobil yang paling laris disewa oleh wisatawan yaitu rental mobil toyota hiace commuter. Mobil mini bus besar ini mempunyai kapasitas tempat duduk sebanyak 16 orang. Namun apabila anda mempunyai banyak barang dan bagasi, hanya dapat di isi sekitar 12 -14 orang saja. Toyota Hiace Commuter memiliki kabin barang yang agak sempit dan harus melipat satu baris bangku belakang, apabila jumlah koper banyak sekali. Dilengkapi sistem pendingin di mobil yang sangat dingin karena menggunakan sistem plasmateur yang tercanggih dari pabrik mobil Toyota.
Harga Sewa Mobil Toyota Hiace di Yogyakarta Rp.1.500.000 Rental mobil ini dalam durasi 12 Jam dengan supir
List Tempat Wisata
Hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta yaitu membuat list tempat wisata yang akan dikunjungi. Setelah kita buat list tempat wisata yang akan dikunjungi, kemudian kita susun acara ke tempat wisata tersebut hari demi hari. Berikut ini beberapa program tour di Yogyakarta yang banyak diminati wisatawan yang sedang berlibur di Jogja. Dengan program tour ini , anda dapat padukan dengan sewa mobil di Yogyakarta. Program tour ini bertujuan agar perjalanan wisata di Yogyakarta akan semakin efisien dari waktu dan efektif dari sisi biaya.
1. Borobudur Tour : Candi Borobudur – Merapi – Candi Prambanan
Sewa Mobil di Yogyakarta untuk mengunjungi Candi Borobudur,salah satu World Heritage Site dan Candi terbesar agama Budha. Setelah itu perjalanan tour untuk melihat salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia adalah Gunung Merapi. Kemudian mengunjungi candi agama Hindu terbesar yaitu candi Prambanan.
2. Jogja Tour : Kraton-Taman Sari-Kampung Batik- Pantai Parangtritis
Sewa Mobil di Yogyakarta untuk menjemputan anda di Hotel. Perjalanan langsung menuju Kraton,sebagai Kerajaan Mataram itu dibangun di 1757 dan pusat kebudayaan Jawa. Tujuan berikutnya kunjungan ke Taman Sari, di mana salah satu tempat dengan arsitektur unik di Jogja.Kemudian mengunjungi ke kampung Batik dan diakhiri ke pantai Parangtritis.
3. Gunung Kidul Tour : Goa Pindul-Pantai Baron-Pantai Indrayanti
Langsung menuju Goa Pindul,petualangan menyusuri sungai di dalam Goa. Menikmati sensasi petualangan kemudian menuju Pantai Baron dengan pemandangan pantai yang unik. Acara kemudian diakhiri di Pantai Indrayanti, salah pantai favorit dengan pantai yang bersih dengan pasir putih dan sunset yang begitu indah.
4. Dieng Tour : Kawah Sikadang-Telaga Warna-Komplek Candi Hindu
Sewa Mobil di Yogyakarta untuk berangkat langsung menuju ke Dataran Tinggi Dieng, di jalan dapat melihat lembah Sumbing yang indah, berhenti pada titik pandang perkebunan teh Tambi dan perkebunan tembakau di Dataran Tinggi Dieng dengan hutan yang rimbun, danau/telaga Warna dan sisa-sisa tempat suci dari candi Hindu pada ketinggian 6.000 kaki.
5. Solo Tour : Kraton Mangkunegaran-Triwindu Pasar Antik- Laweyan
Sewa Mobil di Yogyakarta untuk berangkat menuju ke Solo,langsung menuju Kraton Solo Mangkunegaran melihat bangunan bersejarah. Kemudian berbelanja barang antik di Pasar Triwindu. Setelah itu mengunjungi surga belanja batik di home industry batik di Laweyan. Kembali ke Jogja.
Kisaran Harga Sewa Mobil di Yogyakarta
Program Wisata All New Avanza All New Innova Isuzu ELF Hiace Commuter Borobudur Rp.600.000 Rp.700.000 Rp.900.000 Rp.1.500.000 Yogyakarta Rp.600.000 Rp.700.000 Rp.900.000 Rp.1.500.000 Gunung Kidul Rp.700.000 Rp.800.000 Rp.1.000.000 Rp.1.600.000 Dieng Rp.800.000 Rp.900.000 Rp.1.200.000 Rp.1.700.000 Solo Rp.700.000 Rp.800.000 Rp.1.000.000 Rp.1.600.000
Harga Sudah Termasuk: Sewa Mobil dalam durasi 12 Jam, Sewa Mobil dengan Sopir. Harga Tidak Termasuk: Tiket Wisata, Tour Guide, Parkir, Retribusi dan Tip Driver
Budget Makan dan Wisata Kuliner di Jogja
Sesuatu hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta yang ridak boleh dilewatkan yaitu membuat anggaran budget makan. Anda tidak perlu kuatir untuk itu karena di yogyakarta terdapat rumah makan yang lebih murah daripada di kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Surabaya, Bali, Bandung. Di Yogyakarta yang terkenal dengan predikat kota Gudeg ini memiliki daya tarik tersendiri yang wajib anda coba selama berlibur di Yogyakarta.
Tidak hanya masakan Gudeg, banyak masakan khas Jawa lainnya yang legendaris seperti nasi pecel, bakmi Jawa atau Soto khas Jogja yang seger rasanya. Harga berkisar dari Rp.5000 sampai Rp.15.000 per porsi. Harga tersebut lebih murah daripada anda pergi makan ke restaurant atau di Hotel. Biasanya banyak tempat kuliner terdapat di sekitar hotel atau di sekitar Malioboro. Anda bisa tanyakan resepsionis hotel, mereka lebih tahu masakan kuliner khas Jogja yang terkenal di sekitar hotel anda menginap.
Apabila anda menggunakan jassa rental mobil dengan sopir di Yogyakarta. Anda dapat menanyakan kepada sopir dan meminta saran kepada sopir. Dimana sopir lebih mengenal mengenai tempat makan yang murah atau tempat kuliner yang terkenal yang banyak dicari oleh nitizen saat ini. Sopir akan menginformasikan kepada anda mengenai menu masakan dan harga.
Travel Tip :
Sesuatu hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta dan tidak mudah untuk menentukan tanggal keberangkatan liburan anda. Hal itu perlu perencanaan yang lebih matang dan tidak boleh mendadak. Setidaknya 1 tahun sebelum tanggal liburan ditentukan anda sudah harus mengajukan waktu liburan. Karena jadwal liburan anak sekolah terkadang tidak sama dengan jadwal libur di kantor. Anda dapat mengajukan cuti terlebih dahulu dan anak –anak anda dapat menyusuaikan waktu tersebut. Asal tidak waktu ujian anak sekolah. Alangkah baiknya ambil waktu liburan pada saat musim sepi di Yogyakarta.
Ada banyak keuntungan yang akan anda dapatkan apabila berlibur pada saat musim sepi, diantaranya : • Lebih Nyaman menikmati keindahan di tempat wisata • Mendapatkan harga murah untuk tiket pesawat dan hotel • Tidak menemukan kemacetan lalu lintas menuju tempat wisata dan lebih efisin waktu. • Tidak ada antrian di tiket masuk wisata dan aktivitas wisata lainnya • Mendapatkan layanan prima dari staff hotel, restaurant, tempat wisata dan jasa wisata lainnya.
Demikian artikel hal yang harus diketahui saat membuat program tour di Yogyakarta, semoga menjadi referensi terbaik liburan anda di Yogyakarta
The post Hal Yang Harus Diketahui Saat Membuat Program Tour di Yogyakarta appeared first on Sewa Mobil di Yogyakarta ke Borobudur // Rental Mobil Jogja.
from Sewa Mobil di Yogyakarta ke Borobudur // Rental Mobil Jogja https://www.jogjasewamobil.com/hal-yang-harus-diketahui-saat-membuat-program-tour-di-yogyakarta/
0 notes
Text
Promo Rental Mobil Cilacap Termurah Lepas Kunci
buat keperluan rental mobil cilacap, kami ada segudang pengetahuan mulai dari carter mobil ekonomis buat hajat pribadi, darmawisata, atau memindahkan, hingga atas rental mobil glamor buat hajat rapat, bidang usaha terlebih hingga event-event besar serupa rapat buat para pebisnis serta administratur dalam serta luar negeri. bila kamu pula menggemari mobil daihatsu xenia serta berencana buat menyewanya, lekas hubungi persewaan surabaya balazha. daftar harga carter mobil bandung teranyar bakal kamu peroleh atas bertamu komunikasi kita langsung. terlebih, enggak sedikit dari pengemudi kita yang sudah berpuluh kali mengantar penumpang ke luar pulau. persewaan mobil purwokerto-sewa mobil purwokerto-sewa elf purwokerto betul, 2016 kini terdapat cara carter mobil online yang efisien, gampang, ekonomis. keterangan buat ialah bayangan dari kontribusi pengunjung serta fasilitas kita, serta diperlakukan atas rasa khidmat.
rental mobil cilacap yang kita sewakan ialah mobil isuzu elf keluaran teranyar serta senantiasa dalam hal terunggul buat disewakan pada kamu. kamu bisa carter mobil ini kini pula atas harga ekonomis. carter elf di bali buat berekreasi dapat dikendarakan sekeliling 10-12 orang penumpang. ini dapat disewakan balik ketika Idulfitri, ” bicara dede. aku terdapat agenda mencari alat transportasi elf 15 seat ke garut tanggal 26 februari 2016 ataupun tanggal 4 maret 2016. angkat kaki jam 21. 00 wib (jumat malam) balik ke jakarta minggu siang sebaliknya di garut belakang kita terdapat agenda ke kawasan bagian pass, curug bayi serta alun2 garut. berapa harga bila di jumlah 2 hari (2x24 jam) include driver serta bbm bersama tanpa bbm.
kita pula ada sebagian alternatif antaran darmawisata, bagus darmawisata dalam kota purwokerto atau antaran darmawisata luar kota purwokerto. jalan keluar terunggul buat memadati keinginan pemindahan kamu, percayakan pada kita asa tour & travel. kita sedia menjamu kamu atas alat transportasi yang bersih, terawat bersama disupport oleh supir yang ringan lidah, profesional serta ahli dalam menjamu pengunjung dari dalam ataupun luar kota madiun. di bawah ini sebagian daftar serta type bagian alat transportasi yang dapat kamu samakan atas kapasitas penumpang selaku selanjutnya.
sering-kali dalam hal karier, kamu mesti pergi pergi kota atau masuk ke dalam kota surabaya di ketika durasi yang enggak terkaji. apapun yang bakal kamu lakukan serupa kisaran melayangkan pandang kota jakarta, membeli-beli, menikmati kuliner ataupun mendatangi sebagian obyek darmawisata, segala dapat kamu lakukan atas maksimum atas carter mobil jakarta. carter elf bandung 1 hari ceduk kawasan ialah layanan persewaan elf bandung dari kita dimana kamu bakal dijemput di hostel atau pool shuttle atau bandara atau stasiun sepur api serta langsung menuju lokasi darmawisata kondang di kawasan ceduk serta sekelilingnya serupa floating market, farm house, halaman bunga begonia, the lodge maribaya, de ranch ceduk, halaman darmawisata alam gunung tangkuban arombai, biang ater atau ciater hot spring, desa ampel bersama lokasi darmawisata lainnya yg menarik di area ceduk.
rental mobil cilacap, sebangsa toyota camry, ford fusion, chevrolet impala, hyundai sonata. jok komponen depan dicukupi atas karakteristik sliding seat buat memberi kenyamanan serta kebebasan pada juru mudi. dapat kamu pikirkan bila kamu mau berekreasi ke tempat atas hal itu. bila kamu enggak ada akun di lokasi kita, janganlah ragu buat memasukkan akun anyar dengan cara bebas. bila kamu belum dapat mengendari mobil kala akan carter mobil, hening aja karna kebanyakan para fasilitator pelayanan persewaan mobil mempersiapkan bermacam antaran.
harga rental mobil cilacap ekonomis dian persewaan buat memahami lebih jelasnya berhubungan harga persewaan mobil di cirebon, jakarta, bandung, cilacap, sendiri, jogja, semarang, surabaya, kadipaten, karangampel harga carter mobil innova 2016. semisal aja satu buah delegasi pegawai industri yang bakal melaksanakan ekspedisi darmawisata di kota makassar, ataupun keluarga besar yang bakal bersambang ke ahli familinya, dapat pula delegasi akad nikah, kunjungan ke lokasi bertuah, serta keperluan-keperluan lainnya kini telah enggak repot bimbang mencari ataupun membeli elf.
bila telah enggak terdapat aktifitas lagi sehingga hendaknya tidur sebabmasih terdapat lagi satu skedul pokok yang jadi sesuatu keharusan bila anda ke dieng ialah memandang golden sunrise di busut sikunir. pelayanan persewaan mobil berikut driver pribadi ialah alternatif yang persisnya buat mudik keluarga kamu. shopback memintakan bermacam jenis promo serta korting dari gerai online kesayangan kamu. harap informasi alat transportasi yang ready pada tgl 5-10 juli 2016. harap ampun aku mau ngerental mobil avanza 1 bagian buat pergi dari cikarang ke banten pesisir sawarna. tanpa supir. karna aku telah memiliki supir.
kita bakal hadir sehabis kamu melaksanakan pemesanan atas persisnya durasi. sehabis menginap, pengunjung bakal memasok ingat kita berhubungan era bermalam mereka. kamu bisa carter buat koran ataupun bulanan atas supir atau tanpa supir. fortuner moreno persewaan purwokerto persewaan mobil purwokerto buat area semua indonesia hubungi carter mobil fortuner jakarta barat kita ada buat kamu hubungi,
kita ada buat rental mobil cilacap indonesia: toyota fortuner 25 mar 2016 home minicooper persewaan mobil avanza purwokerto ekonomis adryan fitra.
Sumber : http://www.adirentcar.com/
0 notes
Text
Informasi Dan Alamat Rental Mobil Cilacap
Pro dan mahasiswa di seluruh dunia akan mengikuti untuk pertama kalinya oleh rental mobil cilacap internet platform yang seminar Eropa ini diadakan di Spanyol. Pikiran ini badan bantuan bencana harian pelaksana (BPB) Cilacap Supriyanto meminta masyarakat sadar tanah longsor. Mobil kami menyewa keluar Berikat bersih, kami memastikan bahwa jika mobil dari garasi untuk menjemput klien kemudian berlalu review untuk kebersihan variabel yang berkisar dari berlapis-lapis, tujuan dari kualitas dalam pondok sebelum faktor-faktor keselamatan seperti keadaan ban, kemudi kinerja sistem, kemudi dan motor.
Pada jujur, pemilik muncul menguntungkan, Restoran lantai bawah ini cocok, rental motor agak sederhana dan tempat ini benar-benar benar-benar hebat, tapi thats benar-benar tentang hal itu. Sepertinya cocok untuk seseorang yang ingin minimal, juga berusaha untuk menjadi tepat di pantai. rental mobil cilacap adalah titik di mana sewa mobil di Surabaya itu Penyewaan kendaraan di surabaya Innova per 12 jam per hari lengkap harian Penyewaan Penyewaan Mobil dan sewa Elf Kijang Innova di Jakarta sewa dan sewa mobil Toyota Innova mobil keluarga favorit mitos Indonesia.
Rental mobil cilacap menjamin bermanfaat dapat menjadi lebih murah daripada kami sewa bulanan yang Anda perlu membeli unit forklift Anda sendiri dengan biaya yang sangat mahal dan perlu untuk mengacaukan dengan pemeliharaan dalam bahaya. Langkah pertama: memberikan nasabah individu silakan telepon langsung ke jumlah kami. Sebelum pergi tidur, pastikan bahwa ruang yang Anda punya di kamar tidur telah cukup untuk memiliki yang ideal tidur yang Anda ingin. Dan aksen besar cukup kita menyaksikan Wisata Pentingsari pemandangan pantai yang tidak sederhana untuk menjelaskan hehe. Memilih kendaraan di Cilacap membuka seluruh dunia kemungkinan, dan mengambil ketegangan dari mencari daerah baru.
Mari kita memesan tiket feri hari online hanya di jalan tersedia untuk pulau-pulau indah seperti Pulau Pari pulau Pramuka Pulau Tidung Pulaut, bidadari, Pulau Ayer dan pulau-pulau lain. Delhi ke noida toyota innova taksi TARIF, mempekerjakan tempo traveller auto rental mobil cilacap innova taksi tarif. Setelah mencapai surga Ratu tahan mengikuti kursus cisolok-yg cilograng menuju bayah tinggal mengikuti cara aja koq (turunya dan memanjat melebihi di Kampung cikidang hehe). Bahwa saya akan mencoba untuk mengungkapkan bahwa kemungkinan luar biasa yang sebelum kita ketika kita hanya berjalan melewati pintu kesempatan yang tersedia. Benar-benar telah ada ada Resort dipentaskan di Dieng, bukan inns atau cottages, tapi tetap nyaman. Prioritas pertama kami untuk mendapatkan harga sewa murah untuk dapat dicapai oleh berbagai kelompok masyarakat.
Purwokerto terletak 50 km dari Kota Cilacap dan ada banyak angkutan umum di sini, yang berkisar dari bus untuk rental mobil cilacap. Biaya toyota forklift 3 tumpukan merek baru, tcm forklift, forklift sewa cikarang, harga pembelian peralatan berat forklift Penyewaan citeureup, Penyewaan truk engkel, forklift, excavator, alat berat Beli Jual bekas forklift, forklift biaya sewa satu bulan, harga pembelian sewa alat berat, gas pipa menjual murah, Jual tangan tas, harga pembelian forklift baru 3 tumpukan , dan Jual forklift, alat berat pembiayaan, leasing sewa forklift forklift jakarta, sewa forklift sentul, cikarang, biaya digunakan forklift.
Anda akan menemukan sekolah semua derajat di Cilacap dan Asosiasi lebih tinggi-belajar banyak, tetapi tidak ada kuliah. Atraksi yang menyediakan petualangan tindakan dalam karakter adalah wisata desa sulit. PRIMA mobil sewa Soweto harian, tahunan, di dan luar kota. Kami sudah tersedia bagi Anda untuk perjalanan di kota misalnya: wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan juga membawa Anda ke tempat yang jauh dari kota misalnya: wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi area daerah daerah daerah, Bandung puncak. Telepon rental mobil cilacap dan bergabung dengan kami dan menerima kualitas layanan terbaik dan harga terendah hanya dengan kami.
Sumber : http://www.adirentcar.com/
https://en.wikipedia.org/wiki/Car_rental
0 notes
Text
Prau
Awal Juli, suatu siang. Di tengah kepulan asap rokok dan rasa bosan yang mencekik, telepon seluler saya melengking. Satu pesan WhatsApp (WA) masuk. Seorang teman mengajak naik gunung. Ini ajakan yang kedua kali darinya. Ajakan pertama—sudah berlalu cukup lama dari ajakan kedua--tak terlalu saya gubris dan saya anggap hanya sebatas guyon. Yang kedua pun awalnya masih kuanggap sama sehingga kubalas dengan balik bertanya dan sedikit bercanda nyaris mengejek, “Serius arep munggah Gunung? Vino ora tau munggah gunung lho.” Tak seperti dugaan saya, ternyata bajingan yang selalu merasa mirip Vino G Bastian ini memang serius ingin mendaki. Seperti pengakuannya, dia sebenarnya sudah lama ingin naik gunung, tapi selalu terhalang kesibukan kerja.
Setelah memastikan keseriusannya dan mengetahui niatnya untuk ijin tidak masuk kerja sehari, saya tak berpikir panjang untuk mengiyakan. Selain mumpung sedang jadi pengangguran, panggilan gunung juga sudah sayup-sayup terdengar. Rasanya saya butuh menghibur diri setelah kehilangan pekerjaan dan tempat pelarian dari hari-hari suntuk. Menjalani rutinitas pekerjaan saja bisa menjadikan diri terbunuh jenuh, apalagi jika menganggur. Pikiran seperti terteror harus ke mana dan melakukan apa yang pada akhirnya tetap saja berujung pada bermalas-malasan sepanjang hari.
Sebenarnya ada sedikit “hikmah” di balik nasib menjadi penggangguran yang mungkin patut disyukuri. Tangan tergerak untuk merapikan buku-buku yang lama dibiarkan menumpuk dan berdebu. Terlanjur sudah merapikan, mata kemudian terpaksa mulai melahap satu-dua buku hingga tuntas. Ya, terpaksa, karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan dan pada dasarnya saya adalah pemalas dan pengeluh dalam hal apapun.
Obrolan via chatting WA dengan teman tadi pun berlanjut keesokan harinya untuk memastikan waktu berangkat. Dia meminta list perlengkapan pendakian yang harus dibawa karena ini merupakan kali pertama ia mendaki gunung. Gunung Prau di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, jadi pilihan kami, setelah sempat menimbang Gunung Slamet. Ketinggiannya yang “hanya” 2.565 meter di atas permukaan laut pikir saya cocok untuk pendaki pemula seperti teman saya.
Selain teman saya yang tinggal di Purwokerto itu, saya juga mengajak seorang teman yang sudah pernah sekali mendaki Gunung Prau. Dia berangkat dari Kabupaten Temanggung sehingga kami janjian bertemu di dekat pos pendakian (base camp) Patak Banteng. Salah satu dari dua base camp pendakian Gunung Prau ini berlokasi di kanan jalan sebelum gerbang masuk kawasan wisata Dieng jika dari datang arah kota Wonosobo.
Bersepeda motor sebelum azan Dhuhur, kami baru sampai di base camp sekitar pukul 15.00 WIB karena sempat salah memilih jalan menuju Dieng. Setelah melapor petugas base camp, mengisi perut yang keroncongan dan ngopi sebentar di warung yang ada di sekitar base camp, mendekati pukul 16.00 WIB kami mulai naik.
Kebun lombok dan kubis milik warga, kawasan hutan yang masih rimbun, kami lewati dengan kaki melangkah pelan. Sesekali terdengar burung-burung memekik di pepohonan seperti orkestra pengiring langkah. Dari ketinggian lereng-lereng curam, kawasan Dieng tampak mulai bersiap-siap terlelap dalam selimut kabut.
Di jalur Patak Banteng, ada tiga pos yang harus dilalui. Pos-pos itu hanya ditandai dengan plang dari kayu. Jarak antar pos sekira satu hingga dua kilometer. Hingga setengah perjalanan, trek yang dilewati tak terlalu menyulitkan kaki menapak. Mulai dari pos 2 hingga puncak, trek baru mulai lebih sering menanjak, sempit dan terjal oleh bebatuan. Di beberapa titik terdapat trek yang sudah dibuat semacam undakan agar pendaki tak terpeleset. Meski begitu, tetap saja tenaga saya cepat terkuras.
Perjalanan dari base camp hingga puncak kami tempuh hampir empat jam dari normalnya tiga jam. Kami beristirahat beberapa menit di tiap pos dan menjelang sampai pos. Jika tak terlalu banyak berhenti, mungkin waktu tempuh tak sampai selama itu. Selain terlalu sering menyelonjorkan kaki dan mengatur nafas, cukup lamanya perjalanan juga karena kami mudah menyerah pada hasrat narsis yang menggedor-gedor ketika melihat deretan pinus yang ditimpa selarik tipis cahaya matahari, dan senja yang menyembul di antara kumpulan awan dan kabut. Siapa yang tidak tergoda pada puisi sendu yang dideklamasikan alam itu?
Mungkin karena tak terlalu tinggi dan medan yang relatif mudah, Gunung Prau seperti menjadi pilihan favorit untuk pendakian santai. Bahkan ada sejumlah pendaki yang membawa serta anak kecil, dan balita. Sore itu, kami sempat menjumpai satu keluarga dengan empat bocah--satu di antaranya saya taksir berumur kurang dari lima tahun--yang hendak turun dari puncak. Mereka mulai naik pagi hari, dan langsung turun sore harinya.
“Sebenarnya ingin lebih lama, tapi ini anak sudah minta turun terus. Tidak tahan dinginnya katanya,” ucap ibu si anak dengan nada yang masih terdengar bersemangat, saat kami bertegur sapa dengannya. Selain mereka, kami juga bertemu dengan beberapa rombongan pendaki dari Jakarta, Solo, dan Jawa Timur.
Kami menginjakkan kaki di puncak saat Gunung Sindoro dan Sumbing masih tampak jelas kemegahannya di antara temaram malam. Dua gunung yang berdekatan itu seperti terpacak tegak di atas tumpukan awan tebal. Puncak Merapi dan Merbabu samar-samar mengintip dari kejauhan. Langit pun tak sepenuhnya berselubung gelap. Bulan memancarkan cahaya bulat penuh. Bintang-bintang mengelilinginya malu-malu. Membuat siapapun akan berharap malam tak lekas berganti pagi.
Kami menikmati semua suguhan alam itu sembari menyeruput kopi di depan tenda hingga kantuk menyerang saat malam beranjak menua. Keesokan harinya, mata langsung disambut semburat kilau sunrise di cakrawala begitu melongokkan kepala dari dalam tenda. Selagi mentari perlahan naik menjalarkan sinar hangat, kami memuaskan diri menyesap udara sejuk, memandangi perbukitan hijau dan padang sabana yang ditumbuhi bunga daisy baru mekar. Dua hari itu semesta sangat bersahabat dengan kami.
Dari cerita teman, saat ramai, puncak Gunung Prau yang konon disebut sebagai kawasan puncak gunung terluas di Indonesia bak lautan tenda dan sesak oleh pendaki yang ingin berburu golden sunrise dari spot terbaik. Mungkin karena bukan akhir pekan, saat kami ada di sana, tak banyak tenda yang kami lihat. Kami pun bisa leluasa memilih spot untuk mendirikan tenda. Menjelang siang, kami berkemas untuk kembali turun dan pulang sembari tak lupa mencangking sampah.
Melakukan perjalanan ke gunung, menyesapi tiap detik yang berlalu, tiba di titik akhir langkah, dan kembali ke titik mula bagi saya adalah cara untuk menguapkan semua kesuntukan dan kegelisahan, meski sejenak. Mencoba menyapa alam tanpa berpikir menaklukkan, atau memikirkan perkara menang dan kalah. Sebab alam bukanlah sejenis soal-soal matematika atau perlombaan.
Selama menempuh pendakian itu, benak juga mencoba bersembunyi dari ingatan tentang kenangan yang harus dihapus, dan hasrat mustahil yang harus dicerabut dari pikiran dan hati. Namun gagal!
0 notes