Tumgik
#disyukuri
palupiyuliyani · 2 months
Text
"Barangkali rasa khawatirmu terhadap kehidupan dan masa depan, adalah cara Allah untuk menjagamu agar tetap taat"
Alhamdulillah. Jalani, nikmati sambil terus disyukuri :)
449 notes · View notes
fajarsbahh · 2 months
Text
Jika direnungkan, nyatanya ada jauh lebih banyak hal manis yang mesti disyukuri dibanding hal pahit yang harus diikhlaskan. Tapi kita memang makhluk yang suka berkeluh kesah, pelupa atau bahkan mungkin pendusta, sampai-sampai puluhan kali Allah mempertanyakan; "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”.
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
205 notes · View notes
kurniawangunadi · 4 months
Text
Berdamai
"Ini harus diminum seterusnya ya," ujar dokter. "Seterusnya itu berarti nggak boleh putus ya, Dok?" tanyaku. "Iya, seumur hidup." tegas beliau. * * * * * Lain waktu, ketika kumpul sama walimurid anak-anak lainnya. "Wah, saya ya minum obat itu mas udah dari umur 25 malah. Dah sepuluh tahun!" ujarnya. "Walahhh," sahutku. "Dibawa santai aja mas," tambahnya. * * * * * Lainnya lagi. "Lhoo masgun, sama kayak bapaku, dari sebelum aku ada ya beliau udah konsumsi obatnya. Diminum terus yaa jangan putus." katanya. "Wahh begitu yaa?" aku menimpali. "Yoiii, semangat masgun!" jawabnya. * * * * *
Tumblr media
Kini juga bersahabat sama tensimeter. Beberapa hari sekali ngecek. Bela-belain beli, agar lebih mudah kontrol kondisi hipertensi ini. Awal-awal periksa, dulu, masih denial :"Kok bisa!", "Apa? Diminum seumur hidup obatnya?" dan lain-lain. Sekarang udah bisa menerima dengan baik, lebih legowo. Kondisi ini justru memberikanku semangat baru untuk memperbaiki pola hidup lebih baik. Berusaha bertahan lebih lama dalam hidup ini meskipun kita tahu bahwa umur itu rahasia Allah. Tapi, melihat anak-anak yang masih kecil, semakin menguatkan doa : "Semoga aku dimampukan menjadi ayah yang baik, mendampingi mereka tumbuh dewasa, menikahkan mereka, hingga mereka menjadi menjadi orang tua yang amanah." Mulai juga bisa memilah mana hal-hal yang penting dan prioritas dalam hidup. Ada hal-hal yang perlu dilepaskan dan direlakan. Seperti kopi yang selama ini kuminum, kini enggak lagi. Proses menata ulang ini seperti mereset kembali kehidupan di umur 33. Rasanya bagaimana? Seru. Dinikmati dan disyukuri saja. Kini, alarm pun bertambah satu selain pengaturan alarm lainnya yang sudah ada. Alarm buat minum obat. Buat yang masih muda, saranku lebih aware lagi soal kesehatan. Kalau suka naik asam lambung apalagi sampai gerd. Sering sakit kepala. Dan berbagai respon tubuh lainnya. Segera medical checkup, baik cek fisik maupun cek psikis. Ini sangat penting. Harganya bisa jadi lumayan, tapi lebih mahal lagi kalau sakit. Hati-hati dengan hal-hal yang sering kita konsumsi setiap hari. Perhatikan aktivitas hidup kita. Cermati apa yang sering kita pikirkan setiap harinya.
Jika nanti ketemu sama takdir berkeluarga, anak-anak kalian akan membutuhkan kalian lebih lama hidup di dunia ini. Membutuhkan energi kalian untuk mengejar-ngejarnya berlarian tanpa henti. Dijaga baik-baik anugrah Tuhan berupa badan ini. Semangat yaa!
258 notes · View notes
andromedanisa · 10 months
Text
Meminta sebuah tenang..
Kebaikan itu ada pada rasa tenang dalam menjalani. Ketika seseorang telah merasa tenang atas hidupnya, maka ia menjalani kehidupannya dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab akan hidup yang telah Allaah berikan kepadanya.
Kehidupan baik adalah salah satu nikmat yang patut disyukuri. Kehidupan yang baik tak lantas seseorang tidak Allaah uji. Kehidupan baik ataupun tidak, ia akan tetap Allaah uji sesuai kadar imannya. Sejauh mana rasa yakinnya kepada Allaah, sejauh apa rasa syukurnya atas segala nikmat yang telah ia terima.
Rasa syukur akan melahirkan rasa tenang. Dan rasa tenang ini adalah sebuah karunia yang tidak semua orang merasakannya. Rasa tenang itu begitu berharga sebab ia memahami hakikat bahwasanya Allaah sudah mengatur dengan baik sebagaimana mestinya. Berapa banyak kita lihat pada hari ini, orang beramai-ramai mencari ketenangan kesana kemari yang mungkin hanya sesaat saja.
Bila saat ini jalan hidup kita sedang Allaah mudahkan, Allaah beri ketenangan dalam menjalaninya. maka itu adalah sebuah karunia. Semoga Allaah karuniahkan rasa itu hingga akhir hidup kita
Namun bila saat ini kita sedang mencari sebuah ketenangan. maka jalan keluarnya tidak lain tidak bukan adalah terus mendekat kepadaNya seraya mengupayakannya dalam doa-doa kita, dalam lamanya sujud-sujud kita, dan dalam lamanya tangisan kita. Sejengkal kita mendekat kepada Allaah, maka Allaah akan datang kepada kita sehasta. Demikianlah kasih sayang Allaah yang begitu luasnya.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Kehidupan yang tenang itu sungguh lapang. Orang-orang yang hidup dengan rasa tenang bukan berarti mereka tidak pernah bersedih, tidak pernah kecewa, mereka juga merasakan sedih dan juga kecewa. Namun hakikatnya mereka kembalikan lagi kepada Allaah pemilih semesta ini. Mereka kembalikan kepada Allaah, Dzat yang tidak akan mengkhianati titipan.
Demikianlah rasa tenang itu mereka raih dengan memahami hakikat bahwasanya apa yang menimpa hidup mereka adalah terbaik untuknya. Allaah karuniahkan ketenangan kepada mereka sebab keyakinan mereka yang begitu utuh akan janji Allaah..
"Allaah, jika pada hari ini aku disibukkan pada hal-hal yang aku sendiri tidak tahu sedang mengejar apa, maka hadirkan lah rasa tenang dalam diriku. agar aku paham kapan aku harus berhenti, kapan harus berupaya, kapan akan harus terus berjuang. Karuniakan aku rasa tenang dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti ini. agar aku tidak begitu takut pada apa-apa yang belum aku gapai, pada apa-apa yang memang tidak menjadi bagianku. aku hanya ingin menjadi hamba yang banyak syukur atas segala kebaikan Engkau kepada diriku ini."
menatap langit || 19.42
340 notes · View notes
esbatubulet · 3 months
Text
Jika doamu belum dikabulkan, coba diingat-ingat lagi, barangkali nikmat yg kemarin kurang atau bahkan lupa disyukuri..
57 notes · View notes
hellopersimmonpie · 3 months
Text
Jiwa
Hari ini gue lari sore dengan rute kost ke Galaxy Mall. Cukup struggle karena Surabaya bukan kota yang ramah pejalan kaki. Sebenernya gue bisa lari ke KONI atau ITS. Tapi karena gue pengen menikmati jalanan kota sore hari, gue akhirnya random aja lari ke GM.
Setelah sekian minggu tenggelam dalam pekerjaan, sore ini pertama kalinya gue hidup dengan pelan. Dari pagi gue bersih-bersih kost dan meal prep. Sore harinya gue lari ke Galaxy Mall dan nyari buku di Periplus. Udah lama juga gue nggak baca buku. Gue beli Edible Economics-nya Ha Joon Chang. Masih gue baca beberapa halaman sampai kemudian gue harus sholat maghrib. Ini semua gue lakuin tanpa memegang HP.
Senin pagi tuh list kerjaan gue udah banyak banget. Gue udah mikir hari ini bakal ke kafe buat nyiapin kerjaan besok sampai hati gue sendiri bilang:
"Kamu mending istirahat biar besok fit. Udah lama banget kamu nggak istirahat"
And yes, gue akhirnya istirahat.
Lalu apa yang gue rasain di fase istirahat hari ini?
Selama gue bekerja cepat beberapa minggu ini, gue nggak burn out. Tapi mulai ada kebiasaan-kebiasaan baik yang gue skip seperti baca buku, minum vitamin, olahraga kardio, dan masak.
Mana yang lebih nyaman hidup slow living atau fast pace? Dua-duanya boleh asalkan berkah. Asal kita tidak jauh dari Allah.
Gue pelan-pelan masuk ke fase yang demikian. Tidak terlalu memikirkan mau dikasih kehidupan yang slow atau fast. Yang penting Allah ngasih kenyamanan untuk beribadah wkwk karena gue bukan orang yang tahan diuji dalam ketidaknyamanan ~XD
Menata jiwa agar selalu terhubung kepada Allah itu butuh hidayah. Kadang hidayah itu datang di saat kita hidup dengan lambat. Lewat perenungan-perenungan tentang diri kita. Tapi tidak jarang juga hidup yang lambat membuat pikiran kita kemana-mana.
Ada hal menarik yang gue temui ketika gue rutin treatment untuk ADHD. Bahwa memahami jiwa itu sangat bermanfaat untuk tazkiyatun nafs. Dulu gue banyak skeptis karena khawatir pendekatan psikologis itu sekuler. Tapi setelah gue belajar banyak hal, sama sekali tidak. Psikolog itu membantu kita untuk merawat jiwa, memproses trauma, juga memproses emosi. Hingga kita menjadi manusia yang bisa berpikir sehat dan menata kehidupan kita pelan-pelan.
Kehidupan serba cepat terkadang membuat kita kehilangan hubungan dengan diri sendiri. Tapi tidak jarang juga di kehidupan yang serba cepat ini membantu kita untuk memberikan manfaat ke banyak orang.
Jadi mau bagaimanapun fasenya memang perlu disyukuri.
Tapi kalau kelak gue ditakdirkan bisa membuka lapangan kerja sendiri..... gue berharap bisa ngasih gaji yang banyak, ngasih waktu istirahat yang proper, karena kita tidak akan mungkin membantu manusia untuk berkembang tanpa memberi mereka ruang yang cukup dalam memahami diri sendiri. Karena sebesar apapun usaha manusia merawat dirinya sendiri, ia tidak akan bisa terlepas dari pengaruh lingkungan. Semoga Allah menganugerahkan lingkungan yang membantu kita menjadi manusia yang baik dan damai.
48 notes · View notes
gizantara · 4 days
Text
Mengekalkan Terima Kasih
Kita sering mengambil momentum kebersamaan bersama keluarga atau teman lalu mengunggahnya di media sosial. Tak jarang pula dilakukan ketika kita menerima hadiah atau pujian sebagai bentuk apresiasi atau terima kasih.
Nabi Daniel pun demikian. Beliau diselamatkan dua kali oleh singa. Pertama, ketika beliau baru saja lahir lalu disembunyikan ke dalam hutan karena raja mengincar bayi laki-laki dalam mimpinya (kisah ini mirip seperti mimpi Namrudz dan Fir'aun). Kedua, ketika beliau sudah menjadi nabi dan berdakwah kepada Nebukadnezar, Raja Babel, kemudian ditentang dan hendak dijadikan makanan untuk singa-singa yang kelaparan.
Atas izin Allah, singa-singa itu menjadi tunduk dan tidak liar. Seperti api Nabi Ibrahim yang menjadi dingin dan menyelamatkan. Seperti ikan Nun yang isi perutnya tidak menghancurkan Nabi Yunus. Oleh karenanya beliau mengabadikan nikmat dari Allah dalam satu cincin bergambar singa agar ia senantiasa bersyukur. Cincin itulah yang ditemukan di kemudian hari, ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah.
Itu hanya salah satu bentuk. Sedangkan nikmat Allah yang beragam rupa ini tentu sangat layak kita syukuri sepenuh hati. Bentuk syukur terbaik adalah mempergunakan pemberian sebagaimana keinginan Sang Pemberi.
Syukur = Memberdayakan
Dan ketika Allah sudah mengaruniakan kita nikmat iman dan Islam, kita pada akhirnya akan memikirkan bentuk terima kasih yang baik.
"Allah ingin saya berbuat apa terhadap Islam?"
"Apa versi terbaik diri saya yang bisa saya persembahkan dalam penghambaan ini?"
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim 14: 7)
Sekarang jadi ngerti, kenapa nikmat akan bertambah jika disyukuri. Karena:
Selama seseorang memberdayakan sesuatu, resource memang harus tetap bertambah agar proses pemberdayaan tetap berjalan
Selama resources terus bertambah (melimpah) maka kapasitas dan kualitas seseorang sebagai pemberdaya pun akan senantiasa meningkat
Semisal pabrik, semakin pandai/canggih mesinnya dalam proses pengolahan, maka perlu semakin banyak lagi bahan mentah (resource) yang ditambah agar mesin (tools) tidak sia-sia. Di sisi lain, semakin banyak bahan mentah, mesin juga akan terus di-upgrade agar mampu melakukan pengolahan secara efektif dan efisien.
Maka tiap-tiap diri manusia sudah merupakan paket tools dan resource, dengan fungsi input-proses-output, ditambah lagi dengan adanya resource di luar diri. Pantaslah Allah mengatakan, manusia sedikit sekali yang bersyukur. Soalnya, boro-boro memberdayakan resources dengan tools yang ada, kesadaran akan resources dan tools-nya pun kadang belum utuh (resource awareness, self awareness) sebab belum reading comprehensive (iqra).
Mudah-mudahan kita dikaruniai kemampuan menyadari sumber daya dari Allah serta senantiasa terpandu dalam mengalokasikannya.
— Giza, belajar menjadi manusia
27 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Disakiti?
Barangkali ia sedang terkena Mental Illness
Kalau kita selama ini sudah berbuat baik pada orang lain, tapi ternyata dia malah jahatin kita, percayalah tidak apa-apa. Sebab, orientasi kita berbuat baik itu Allah, bukan manusia, mungkin kita sedang diingatkan saat itu. Jangan sampai membalasnya, even though kita tau aib-aibnya.
Kalau kita memahami value diri, kita tidak perlu repot-repot mencari validasi, menjelaskan diri kita pada orang lain yang termakan hasutannya, apalagi membalas perbuatannya. Tidak perlu. Cukup diam dan fokus pada hal-hal penting yang kita kerjakan saat ini. Orang yang mengenal dirinya sendiri, dia tidak akan goyah ketika orang lain berkata buruk padanya.
Satu, dua, tiga kali, dst okelah. Tapi kalau sudah keterlaluan dan berkali-kali mengganggu kita, that's enough. Manusia punya batas; manusia punya hak untuk memberi batasan pada orang lain. Sampai akhirnya Allah ciptakan batas itu sendiri, subhaanallah walhamdulillaah
Ya. Salah satu nikmat yang patut disyukuri ialah ketika Allah menjauhkan kita dari orang yang jahat, bermuka dua dan manipulatif. Tidak perlu takut memutus tali pertemanan, terlebih lagi bila ia berbuat zalim dan menusuk dari belakang.
Sok baik di depan, busuk di belakang. Inilah kenapa akhlak selalu menjadi yang pertama sebelum ilmu. Betapa banyak orang berilmu, tapi lupa cara berakhlak pada sesama manusia. Dia menutupi kekurangannya, dengan cara menjatuhkan orang lain. Na'udzubillahi min dzaalik..
Kadang nggak habis pikir sih, dan tidak pernah menyangka, punya teman yang setega ini. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang suka menjelekkan temannya sendiri, supaya dia terlihat paling baik. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang merasa kita ialah saingannya. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang suka berpikir negatif dan menyakiti. Subhaanallah. Semoga menjadi pengalaman yang pertama dan terakhir.
"Orang kayak gitu sakit nggak sih?" Iya. Sakit. Psikisnya terserang, namun ia mungkin tidak menyadarinya. Sebenarnya rasa sakit yang dulunya pernah ia terima, di kemudian hari berpotensi menyakiti orang lain kalau tidak serius diobati.
Namun kita sebagai manusia, berbaiksangkalah, bahwa apapun yang terjadi tentu atas izin Allah. Barangkali memang karena dosa-dosa kita sendiri, Allah hadirkan orang yang demikian. Allah tegur kita karena ingin kita lebih dekat, dan lebih mengingat-Nya.
Semoga ini menjadi pelajaran hidup untuk diri kita sendiri, berkaca dari apa yang orang lain perbuat terhadap kita. Bahwasannya, saat kita disakiti oleh orang lain, berdamailah dengan diri. Jikalau tidak, suatu saat kita akan berpotensi menyakiti orang lain, dengan cara yang sama, seperti yang orang itu lakukan terhadap kita.
Pandai-pandailah menata hati, dan memperbaikinya; demi kebaikan diri kita sendiri. Jangan remehkan penyakit mental, ia butuh dua sisi untuk disembuhkan; jasmani dan rohani.
Pena Imaji
152 notes · View notes
avrindah · 2 months
Text
Ada kalanya aku iseng membaca tulisanku yang tersebar di berbagai media -belum lagi di laptop atau yang di gdrive segala akun email. Meski paling banyak ya di buku tulis, sih.
Lantas aku terpikirkan, ternyata sudah melalui banyak hal.
Begitulah hidup, kehidupan berjalan. Masih sempat tertulis, tertuang dalam kata-kata yang akhirnya menyadarkan ada banyak hal yang harus disyukuri dan layak dikenang.
Aku sendiri bersyukur bisa menulis. Setidaknya -meskipun jauh dari kata "tulisan yang layak dibaca"- setidaknya aku bisa menemukan diriku di masa lalu dari apa yang kutulis. Merasa hidupku itu "hidup".
Sampai akhirnya, titik tertinggi dalam menulis -yang aku rasakan- adalah aku bersyukur menjadi hamba Allah -hamba daei Dzat yang Maha Sempurna termasuk dalam menciptakan jalan hidup makhluk-Nya.
26 notes · View notes
coretanly · 1 month
Text
Bersyukur dulu
Allaah itu sudah tahu apa yang kamu rasakan dan kamu butuhkan, bahkan yang kamu sendiri tidak pahami Allaah jelas jauh lebih memahami sebab kamu hamba-Nya, tetaplah berdo'a untuk segala keadaan yang dihadapkan padamu, tetaplah berdo'a meski mungkin kadang kamu merasa berdosa dan tidak layak meminta pada-Nya, tetap cerita pada-Nya meski hal yang ingin kamu ceritakan terdengar sepele sekalipun, ya tetaplah berdo'a, ceritakan semua yang ingin kamu ceritakan meski dengan sesak atau bahagia yang sedang dirasa, sebab kita tidak tahu do'a² mana yang akan segera dikabulkan, sebab kita tidak tahu rasa syukur mana yang akan menambah berkah hidup kita, tapi satu hal yang patut sangat disyukuri adalah kamu diizinkan berdo'a bersimpuh bersujud pada-Nya, itu berkah dunia akhirat, bukankah itu salah satu kenikmatan dari-Nya?, Bersyukurlah ketika tanganmu masih diberi mampu menengadah pada-Nya, tubuhmu ringan beribadah, pikiranmu hanya tertuju pada-Nya, dan kamu masih diberikan keyakinan hati terhadap-Nya
Kadang, kita disibukkan meminta ini itu sampai lupa bahwa dimudahkan dalam ibadah adalah sebuah nikmat yang sudah seharusnya disyukuri lebih dulu. Semoga harapan²mu pada-Nya tidak pernah memudar sedikitpun ya.
Ly
20 notes · View notes
kurniawangunadi · 4 months
Text
Memaknai Sakit
Untuk pertama kalinya dalam hidup, opname karena ada gejala hipertensi. Tekanan darah cenderung tinggi, sebenarnya hal ini sudah diketahui dari beberapa bulan lalu karena memang ada "bakat". Saran dari dokter untuk melakukan perubahan gaya hidup ternyata kini memang harus diiringi dengan obat-obatan yang mungkin akan dikonsumsi terus menerus untuk menjaga agar tidak melebar ke hal-hal lainnya. Selain dikontrol dengan obat-obatan, jenis asupan makanan juga berubah. Aktivitas juga dimodifikasi. Dan banyak sekali hal yang intinya: diatur ulang. Beberapa refleksi dari keadaan ini pun silih berganti bermunculan. Mau ku tangkap satu persatu. 1. Kalau kita bisa sangat mudah bahagia, itu hal yang sangat baik. Pertanyaannya jadi ke diri sendiri, apakah aku mudah bahagia? Atau untuk bisa bahagia, syaratnya banyak? Misal harus punya uang dulu, harus ada pasangan dulu, harus punya anak dulu, harus pulang kampung, harus jalan-jalan, banyak! Nah, kemudahan kita untuk bisa bahagia itu patut sekali disyukuri karena itu menjaga pikiran kita tetap sehat. Alih-alih dipenuhi dengan beban pikiran entah pekerjaan, cicilan, perkataan orang, dsb. 2. Kesehatan itu mahal banget. Jadi proses penjagaan kesehatan ini jadi ilmu yang penting bagi kita yang akan menjadi orang tua. Karena kesehatan anak-anak kita nanti dimulai dari bagaimana kita menjadi orang tuanya. Aku teringat dulu waktu kecil, sering sekali konsumsi mie instan yang mana itu kandungan natriumnya sangat tinggi. Karena keadaan saat itu yang memang edukasinya berbeda dsb, bukan untuk disesali, tapi jadi pelajaran berharga bagiku saat ini jadi orang tua untuk benar-benar telaten dan memperhatikan apa yang dikonsumsi sama anak-anak. Jujur, ini proses yang melelahkan bagi orang tua terkait kontrol makanan. Tapi, sering kan lihat berita bagaimana faktor makanan saat ini berpengaruh bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak? 3. Jangan takut sama rezeki. Tadi pas berkendara, dengerin kajiannya UAH tentang rumus ketentraman hati. Mungkin nanti jika diberi sakit, ada hal-hal yang harus kita tiadakan dalam hidup kita dan kita ganti dengan baru, misal pekerjaan, makanan, dsb. Karena kondisi tertentu, kamu tidak bisa bekerja lagi dengan model pekerjaan kemarin. Takut buat ganti karena selama ini merasa kran rezekinya di situ. Merasa pesimis bisa bekerja di tempat lainnya misal. Atau mungkin hasilnya khawatir tidak sama dengan hasil yang kemarin. Jangan khawatir. Di kajian tadi di jelaskan, justru saat kita merasa kayak diujung, dititik nadir, itu tanda-tanda dan isyarat dari Allah buat kita berkomunikasi langsung dengan Dia, Dia yang tanpa batas, yang bisa mengabulkan segala permohonan kita. Dan lain-lain. Nanti malah jadi panjang sekali. Mungkin teman-teman yang berprofesi di bidang kesehatan di laman tumblr ini juga bisa memberi saran/edukasi dengan reply. Agar kita-kita yang mungkin masih semangat-semangatnya mengejar mimpi, tidak lupa menjaga diri, menjaga kesehatan badan, pikiran, dan hati <3
142 notes · View notes
irawanyusuf · 1 year
Text
Tumblr media
Sesibuk apapun kamu berkirim pesan dan bertukar kabar dengan sahabat, sedekat bagaimanapun kamu dengan pasangan atau calon kekasih.
Pada akhirnya seseorang yang paling mengenal dan mengetahui sisi terdalam kamu adalah diri kamu sendiri. Ketika mereka pergi, diri kamu yang tetap ada dan tidak beranjak.
Sayangi dirimu melebihi apapun, jangan pernah benci diri sendiri. Terbayang tidak bagaimana sedihnya hidup jika kamu menjadi musuh buat diri sendiri?
Berdamai dengan diri sendiri adalah kenikmatan yang patut disyukuri.
Jakarta, 23 Mei 2023. Permulaan sore.
210 notes · View notes
andromedanisa · 9 months
Text
Apa salah ya kalau belum hamil?
Tumblr media Tumblr media
Atas pertolongan Allaah sudah memasuki pernikahan empat tahun. Memasuki tahun keempat pertanyaan yang menghampiri lebih tajam dibandingkan dengan awal-awal pernikahan. Di awal aku tidak terlalu memikirkan, namun selalu saja aku jatuh perihal bagaimana dengan perasaan suami, orangtuaku, dan juga mertuaku. aku pikir seiring berjalannya waktu pertanyaan itu akan hilang dengan sendirinya, rupanya tidak .
Ada satu hari dimana aku dinyatakan hamil, saat memasuki pernikahan satu tahun sepuluh bulan. aku tahu benar bagaimana perasaan dan wajah-wajah bahagia dari suami, orangtua, dan mertua. Lalu sampai pada titik, Allaah berkehendak lain. Janin tersebut gugur.
Lalu hamil kembali saat usia pernikahan dua tahun sembilan bulan. Qadarullaah harus gugur dan menjalani kuretase.
"Gugur mulu" komentar yang pernah ku dapatkan..
Sedih? Jelas. aku sangat terpukul. Dan komentar lebih sangat tajam bila dibandingkan dengan sebelum hamil.
aku pikir tidak hanya yang belum hamil saja yang mendapatkan pertanyaan demikian. Yang belum menikah dan bertemu jodohnya juga sering mendapatkan pertanyaan yang kurang lebih sama. Kapan?
Hanya karena Allaah menetapkan sebuah takdir sampai detik ini masih menunggu perihal anak. Dulu pun tak luput dari pertanyaan "Kapan menikah" seolah semua keadaan harus sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Menatap kasian, mencibir dibelakang, bahkan menanyai didepan umum dengan kondisi diiringi dengan tawa agar tidak terlihat menyakitkan kemudian memberi nasehat-nasehat yang tidak perlu. Kalau tidak diabaikan dilabeli orang yang tidak bisa menerima nasihat.
Ditatap kasihan lalu sejurus pertanyaan pamungkas, kasihan ya belum jua ketemu jodohnya. Kasihan ya belum jua punya anak nanti siapa yang akan mendoakan kita kalau kita telah tiada. Dan sebagainya, dan sebagainya yang terlalu panjang untuk dituliskan kembali
Sebetulnya ini sedikit kurang nyaman. Apa yang harus dikasiani ? Hanya karena masih sendiri? Hanya karena belum punya anak? Kedua keadaan bukan berarti diri ini kekurangan kasih sayang. Ada Allaah yang Maha Penyayangnya tidak bisa diukur dengan apapun yang senantiasa menyayangi hambanya tiada batas, ada kedua orang tua yang dengan izin Allah menyayangi dengan tulus tanpa tapi.
Hanya karena Allaah mengehendaki sebuah takdir belum menikah atau belum punya anak bukan berarti Allah tidak sayang. Melainkan setiap orang diuji dengan ujiannya masing-masing. Setiap orang sedang berusaha berdamai dengan takdir yang telah ditetapkan untuknya.
Kini, memasuki usia pernikahan empat tahun lebih sembilan bulan. aku berada di titik biar Allaah yang menentukan jalan doa kita, agar kita paham bagaimana rasanya menyerah menjadi seorang hamba. aku hanya ingin menjalani kehidupan ini dengan tenang bersama orang-orang yang ku sayangi. Kehidupan yang mungkin tidak semua orang berada dititik ini. Kehidupan yang tenang..
Menikah, dan mempunyai anak tidak menjamin sebuah kebahagiaan. Sungguh, ini bukan semata karena pembelaanku saja. Menikah dan mempunyai anak adalah salah satu anugerah Allaah yang patut diupayakan dan disyukuri dengan penuh syukur.
Keduanya bukan tolak ukur untuk bahagia. Karena pada hari ini ada yang menikah namun berpisah, ada yang memiliki anak juga berpisah. Rumah tangga sakinah mawadah warahmah adalah sebuah karunia Allaah. Dan tolak ukurnya bukan dengan ukuran dunia.
Pada akhirnya tak lupa pada setiap do'a apa pun selalu menyertakan "Terbaik menurut engkau Ya Allaah". Jadi ketika sesuatu yang aku minta belum Allaah kabulkan. Hal itu tak lantas membuat ku berburuk sangka pada Allaah.
Sebagaimana buku pertama lahir karena telah banyak kesedihan yang terlewatkan. Dalam Sedihmu Berbaik Sangkalah Kepada Allaah. Semoga pada akhirnya hanya rasa syukur yang akan dilangitkan. Tidak ada didunia ini yang abadi, sekalipun itu kesedihan dan beratnya sebuah penantian. Jangan jauh-jauh dari Allaah, biar Allaah yang kuatkan saat semua orang telah menyerah dan berhenti berupaya.
Lalu kalau ditanyai sebuah pertanyaan yang diawali dengan kapan? Apa yang harus dijawab?
Setiap kali merasa capek sama pertanyaan kapan ini kapan itu, aku yakin, aku belum seberapa dibandingkan dengan mereka yang penantiannya jauh lebih lama. Perihal jodoh ataupun buah hati.
Maka jawabku, tidak semua takdir harus kita pahami maksud dan tujuannya mengapa Allaah menguji kita dengan demikian dan demikian. Pada akhirnya tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Maryam meski beliau tidak menikah. Dan tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan ibunda Aisyah radhiyallahu anha meski beliau tidak memiliki buah hati.
Urgensi hidup bukanlah perihal pencapaian melainkan beribadah kepada Allaah sebagaimana para Nabi, para sahabat yang tetap beriman sekalipun takdir itu terasa tidak menyenangkan. Manisnya sebuah takdir tidak terletak pada apa yang telah kita capai, melainkan keridhoan Allaah.
Tak selamanya hujan akan terus turun, tak selamanya malam akan terus bergulir. Kehidupan ini pun demikian, tidak selamanya. Sebab Allaah yang telah menetapkan semuanya sesuai dengan kadar kemampuan kita sebagai seorang hamba..
Menuju penghujung, 21 Desember 2023
272 notes · View notes
rumelihisari · 10 months
Text
Punya pasangan yang sama dia obrolan kita jadi berkualitas, salahsatu hal patut banget disyukuri. nggak cuma ngomongin urusan perut, harta, tahta, tapi tentang udah sejauhmana kebermanfaatan pernikahan kita, tentang pengembangan diri, improve skill, saling dukung buat bertumbuh, kerja sama soal ngasuh dan ngedidik, jadi pelindung ketika pasangan diserang orang lain soal pengasuhan, belajar bareng soal rumah tangga, soal gizi halal baik, bantu untuk saling terus terkoneksi ke pencipta, itu another level menuju kehidupan yang tenang.
Dewasa ini udah jarang banget ngomongin soal bahagia. Karena sebagai muslim aku sadar banget kalo hidup bukan tentang itu. akan ada banyak musim dan itu silih berganti. Setelah sadar akan hal itu, rasanya yang perlu dikencengin rasa sabar, syukur, dan juga ilmunya. Karena itu yang membuat kita mampu bertahan.
70 notes · View notes
Text
Hidup yang Tak Hidup
@coklatjingga
Ia hidup tapi tak hidup. Begitu orang menyebutnya saat tangan-tangan besinya menyasar hidup banyak orang. Seakan tak ada hidup yang layak dijalani oleh selainnya. Ia, yang hidup tapi tak hidup.
Di matanya ada ruang kosong, yang tak memancarkan apa-apa selain kehampaan. Ia merasa hidup dalam geraknya, dan aku melihatnya mata dalam jiwanya.
Ia hidup, tapi tak mau mengaku tak hidup. Hidup yang ia jalani hanyalah sekumpulan perpindahan hari tanpa arti yang bisa disyukuri. Hidupnya tak lagi hidup. Dan kini matanya semakin redup.
Ia hidup, tapi tak tahu jika ia hidup.
51 notes · View notes
coretanthuf · 13 days
Text
untuk kamu yang sebagian kecil, atau bahkan sebagian besar gajinya habis untuk membiayai hidup orang tua, semoga surga jadi balasan terbaik untukmu.
ada perspektif lain yang menarik mengenai privelege dalam mengelola keuangan.
kebanyakan orang beranggapan kalo punya ortu yang kaya sehingga mampu menanggung biaya hidup anaknya sampe dewasa, dan dapat memenuhi kehidupan masa tuanya sendiri,
itu adalah privilege keuangan bagi si anak.
dengan begitu si anak dapat mengelola gaji untuk memenuhi kebutuhan & keinginan dirinya sendiri tanpa harus menyisakan sebagian (besar) gajinya untuk membiayai hidup orang tuanya.
apakah perspektif ini benar? belum tentu.
dalam perspektif lain, justru mereka yang masih harus membiayai hidup orang tua & keluarganya adalah orang-orang pilihan yang diberikan privelege oleh Allah. karena bisa jadi dengan cara tersebut keberkahan datang dan sebagai perantara terbukanya pintu surga.
analoginya begini, jika keluarga kita serba berkecukupan. belum tentu kita sebagai anak berpikir untuk menyisakan sebagian besar gaji untuk orang tua. artinya kita masih harus effort lebih mencari jalan lain masuk surga dan istiqomah di jalan tersebut.
beda kondisi jika orang tua masih membutuhkan, tanpa harus mencari jalan
surga jauh-jauh, dia sudah dipaksa oleh keadaan untuk membiayai hidup keluarganya. karena mau tidak mau dia harus membantu bahkan jika itu terpaksa membuat hidupnya jadi lebih irit, bersabar di atas keterbatasan dan ga leluasa memenuhi keinginan pribadi.
berat memang. tapi surga jadi balasan.
keren kan?
tentu bukan hal yang mudah, di saat temen yang lain ngajak pergi liburan, kulineran, bisa belanja ini itu, kita lagi lagi cuma bisa menahan diri dan bersabar karena ada hidup keluarga yang harus ditanggung. harus lebih sabar, harus lebih kuat.
bayangin,
sholat berantakan.
ngaji ga pernah.
dakwah apalagi.
tapi kita dibukain jalan untuk berbakti dengan orang terdekat. bukankah sedekah ke orang terdekat termasuk orang tua adalah sedekah terbaik? bukannya ini privelege akhirat kita?
kalo mau, Allah bisa saja angkat masalahmu. tanpa nanti, tanpa tapi.
tapi bukankah dengan begini kita jadi hamba yang lebih bersyukur, lebih kuat. Satu hal yang harus disyukuri, kita masih bisa sedikit berguna untuk orang tua kita, punya kesempatan mendapat ridho mereka sebagai anak yang berbakti.
semoga Allah mudahkan kita untuk bersabar dan ikhlas. dan semoga kita bisa nikmatin previlege ini di akhirat kelak sebagai perantara ke surga :)
13 notes · View notes