#carlo capello

[fideidefenswhore]

This King's predecessor had a revenue of some 400,000 ducats, and whilst I was in England, the present King, what with new taxes, and these wardships, and by other means, may have increased this sum to 700,000 ducats, of which Secretary Cromwell was and is in great part the author; and now lately by these annats, and by the church benefices which he has absorbed, that sum will have been doubled; so at this present his annual revenue amounts well nigh to a million and a half. This Cromwell was a person of low origin and condition; he is now Secretary of State, the King's prime minister, and has supreme authority.

'Venice: June 1535', in Calendar of State Papers Relating To English Affairs in the Archives of Venice, Volume 5, 1534-1554, (London, 1873) pp. 23-28. British History Online.

[whynot-movies]

Take the Ball Pass the Ball: The Making of the Greatest Team in the World (2018)

[pinky-the-polar-bear]

[thinkwinwincom]

Los fanáticos de USMNT no se preocupen, Inglaterra ha estado más últimamente

Los fanáticos de USMNT no se preocupen, Inglaterra ha estado más últimamente

El entrenador de Inglaterra, Gareth Southgate, está tratando de averiguar qué diablos hará con su equipo contra Italia.imagen: imágenes falsas Como comentamos ayerLa primera mitad del conjunto final de amistosos de USMNT no podría haber sido peor o más frustrante. Contra la versión del equipo B de Japón, un escuadrón que está más o menos en el mismo plano que el USMNT, los Yanks pusieron un…

[hellopanda69]

Sejarah Liga Champions: Perjalanan Klub Legendaris

Liga Champions UEFA (UEFA Champions League) adalah salah satu kompetisi sepak bola paling bergengsi di dunia. Turnamen ini telah menjadi panggung di mana klub-klub terbaik dari Eropa berkompetisi untuk meraih trofi supremasi. Seiring berjalannya waktu, Liga Champions tidak hanya menjadi ajang adu strategi, tetapi juga saksi dari perjalanan klub-klub legendaris yang mencatatkan sejarah tak terlupakan. Berikut adalah ulasan sejarah singkat dan perjalanan beberapa klub legendaris yang telah meninggalkan jejak mendalam di kompetisi ini.

Awal Mula Liga Champions

Liga Champions UEFA pertama kali didirikan pada tahun 1955 dengan nama European Champion Clubs' Cup atau Piala Champions Eropa. Pada awalnya, hanya juara liga dari setiap negara yang diizinkan untuk berpartisipasi. Namun, seiring perkembangan kompetisi, formatnya berubah menjadi Liga Champions seperti yang kita kenal sekarang pada tahun 1992, memungkinkan klub-klub dari posisi teratas liga-liga top Eropa untuk berpartisipasi.

Sejak kelahirannya, Liga Champions telah menjadi ajang pertemuan raksasa-raksasa sepak bola dari seluruh Eropa, dengan sejumlah klub yang berhasil meraih status legendaris melalui prestasi mereka di kompetisi ini.

Real Madrid: Raja Liga Champions

Tidak dapat dipungkiri bahwa Real Madrid adalah klub paling sukses dalam sejarah Liga Champions. Klub asal Spanyol ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan kompetisi ini, setelah memenangkan trofi 14 kali hingga 2023. Dominasi Real Madrid dimulai pada tahun-tahun awal Liga Champions, ketika mereka memenangkan lima gelar berturut-turut dari 1956 hingga 1960 di era Alfredo Di Stéfano dan Ferenc Puskás.

Kebangkitan Real Madrid berlanjut di era modern, dengan tiga gelar berturut-turut dari 2016 hingga 2018, dipimpin oleh pelatih Zinedine Zidane dan pemain bintang Cristiano Ronaldo. Prestasi ini menjadikan Real Madrid sebagai klub yang paling banyak memenangkan gelar Liga Champions dan simbol kejayaan kompetisi ini.

AC Milan: Kekuatan Italia di Panggung Eropa

AC Milan adalah klub lain yang memiliki sejarah panjang di Liga Champions. Dengan 7 trofi, Milan menjadi klub dengan gelar Liga Champions terbanyak kedua setelah Real Madrid. Era kejayaan Milan di kompetisi ini terutama terjadi pada 1980-an dan 1990-an, di bawah kepelatihan Arrigo Sacchi dan kemudian Fabio Capello.

Generasi pemain seperti Paolo Maldini, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard membawa Milan ke puncak kejayaan Eropa, termasuk memenangkan gelar pada tahun 1989 dan 1990 secara berturut-turut. Mereka juga berhasil menambah koleksi trofi pada 2003 dan 2007 di bawah manajer Carlo Ancelotti.

Liverpool: The Reds dan Malam-Malam Eropa yang Memukau

Liverpool FC juga menjadi klub yang selalu diingat ketika berbicara tentang Liga Champions. Klub asal Inggris ini telah memenangkan 6 gelar, dengan kemenangan terakhir mereka diraih pada 2019 di bawah manajer Jürgen Klopp.

Salah satu momen paling legendaris dalam sejarah kompetisi ini terjadi pada final 2005 di Istanbul, di mana Liverpool menghadapi AC Milan. Meski tertinggal 0-3 di babak pertama, Liverpool berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 dan akhirnya menang melalui adu penalti. Ini dikenal sebagai "The Miracle of Istanbul" dan menjadi salah satu final Liga Champions paling dramatis dalam sejarah.

Bayern Munich: Dominasi Jerman

Bayern Munich adalah raksasa Jerman yang juga memiliki catatan gemilang di Liga Champions. Bayern telah memenangkan 6 gelar hingga 2020, termasuk kemenangan pada tahun 2020 di mana mereka meraih treble (Bundesliga, Piala DFB, dan Liga Champions) di bawah manajer Hansi Flick.

Bayern juga dikenal dengan dominasi mereka pada 1970-an, ketika mereka memenangkan tiga gelar Liga Champions berturut-turut dari 1974 hingga 1976 dengan tim yang dihuni oleh legenda seperti Franz Beckenbauer dan Gerd Müller. Kekuatan dan konsistensi Bayern di Liga Champions membuat mereka menjadi salah satu klub yang selalu difavoritkan di setiap musim kompetisi.

Barcelona: Era Kejayaan Messi dan Tiki-Taka

FC Barcelona telah memenangkan 5 gelar Liga Champions, dan salah satu periode paling sukses mereka adalah di bawah pelatih Pep Guardiola pada akhir 2000-an dan awal 2010-an. Di era Lionel Messi, Barcelona menerapkan gaya permainan tiki-taka, yang menekankan pada penguasaan bola dan umpan pendek cepat.

Barcelona memenangkan Liga Champions pada 2006, 2009, 2011, dan 2015, dengan tim yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah sepak bola. Pemain seperti Xavi, Andrés Iniesta, dan Messi sendiri menjadi simbol dominasi Barcelona di kancah Eropa.

Manchester United: Kebangkitan Inggris

Manchester United telah memenangkan 3 gelar Liga Champions, dan mereka adalah salah satu klub Inggris paling ikonik di kompetisi ini. Di bawah kepelatihan Sir Alex Ferguson, United meraih gelar Liga Champions pada 1999 dengan kemenangan dramatis atas Bayern Munich dalam final yang tak terlupakan, di mana mereka mencetak dua gol pada waktu tambahan untuk menang 2-1.

Manchester United kembali meraih trofi pada 2008 setelah mengalahkan Chelsea melalui adu penalti di final yang digelar di Moskow. Klub ini juga dikenal karena pengaruh besar Ferguson dalam membangun tim-tim yang tangguh di kancah Eropa.

Klub-Klub Lain yang Mencetak Sejarah

Selain klub-klub besar tersebut, banyak klub lain yang telah mencatatkan sejarah penting di Liga Champions, seperti:

Ajax Amsterdam yang memenangkan 4 gelar, terutama pada era Johan Cruyff dan filosofi Total Football.

Inter Milan, dengan 3 gelar, termasuk treble bersejarah pada 2010 di bawah José Mourinho.

Chelsea FC, yang memenangkan gelar pertama mereka pada 2012 dan mengulanginya pada 2021.

Kesimpulan

Liga Champions UEFA bukan hanya kompetisi sepak bola, tetapi juga pertempuran antara raksasa-raksasa Eropa yang penuh dengan sejarah dan momen legendaris. Setiap klub besar yang meraih kesuksesan di kompetisi ini telah meninggalkan jejak yang mendalam, baik melalui permainan indah, comeback dramatis, maupun dominasi mereka di lapangan. Seiring waktu, Liga Champions terus menjadi ajang yang mempertemukan klub-klub terbaik dunia untuk memperebutkan supremasi sepak bola Eropa, dengan para penggemar selalu menantikan siapa yang akan menambah cerita legendaris dalam perjalanan panjang kompetisi ini.

[monkeyssalad-blog]

Enna Saredo by Truus, Bob & Jan too! Via Flickr: Vintage Italian postcard. Ed. A. Traldi, Milano, 605. Phot by Pinto Roma. Enna Saredo (?-?) is a lesser known actress of Italian silent cinema, who still acted in 60 films. Enna Saredo was a Neapolitan actress who started to act at the Roman film studio Cines in 1909, immediately playing leads (e.g. Bianca Capello and L'amorino, both 1910; San Sebastiano, 1911), also in long features such as Due vite per un cuore (1912) and Malía (1913). While few titles of her are known of 1909-1911, she for sure made one film a month at Cines, acting opposite other Cines regulars such as Amleto Novelli and Gustavo Serena. In Il trabocchetto punitore (1912) a bandit (Amleto Novelli) is punished after having killed a farmer. Hunting the farmer's son for the money, it is instead his own daughter (Saredo) who, helping the son, falls down a trapdoor and is killed. In La rupe del Malconsiglio (1913) Saredo played an unfaithful shepherdess who forgets her oath and marries a landowner. Her beloved (Amleto Novelli) takes an awful revenge. Prints of both films exist in the Desmet Collection of the Dutch Eye Filmmuseum, while Eye also possesses a print of L'amorino. After intermezzi at Roma Film and Di Luggo, Saredo moved to Napoli Films where she was leading actress, often directed by Alberto Carlo Lolli (e.g. Amore e morte a Sorrento, 1914). End of 1914 Saredo moved to Latium Film where she acted in the last films of the company directed by Ubaldo Pittei (Angoscia and Conchita). Early 1915 she moved again to the Roman company Helios, where she starred in several dramas which would be released in 1916. But already in 1915 she had moved again, now to the company Augusta, where she starred in several patriotic films such as Come morí Miss Cavell, directed by Amleto Palermi and Oreste Gherardini. Pier da Castello praised her natural and sober performance as the British nurse killed by the Germans for being a spy. In 1916 Saredo also acted in a major part in Il suicidio by Lollo for the Neapolitan company Meridio. In 1917 Saredo was hired by the Roman Caesar Film, where she acted as supporting actress, e.g. in the The Cheat rip-off Malìa (Alfredo De Antoni 1917) starring Francesca Bertini. Major parts at Caesar she had in the serial Parigi misteriosa by Gustavo Serena and Le due orfanelle by Edoardo Bencivenga. In 1918 she worked for Armenia Film in films mostly directed by Romolo Bacchini, such as La dama misteriosa (1918). In 1919-21 Saredo worked again at Caesar as protagonist opposite Amleto Novelli in various dramas by Bencivenga but also in comedies by Camillo De Riso. In 1921 she was paired with Livio Pavanelli in the adventure film Il mistero di Roccabruna. In 1919 she worked for a wide range of companies: Novissima, Cines, Libertas, Palatino. By then her star was descending. Her last part was in Le vie del mare by one of her regular directors, Torello Rolli. Saredo acted in 60 films, marked by prestige and a lack of the excesses of the divas. Sources: IMDB, Aldo Bernardini, Cinema muto italiano protagonisti.

[buzzmaxsports]

Capello Praises Ancelotti's Unstoppable Winning Streak Across Clubs

Former Real Madrid coach Fabio Capello has come out in strong defence of current boss Carlo Ancelotti. In response to criticism of Ancelotti, Capello labelled the sceptics as ‘jealous’, praising Ancelotti’s skills as a manager who understands his players and knows how to extract the best performances from them. Ancelotti is about to steer Real Madrid into the Champions League final against…

[kiki-de-la-petite-flaque]

Di tutto è rimasto un poco

Della mia paura. Del tuo ribrezzo.

Dei gridi blesi. Della rosa

è rimasto un poco.

È rimasto un poco di luce

captata nel cappello.

Negli occhi del ruffiano

è restata un po’ di tenerezza

(molto poco).

Poco è rimasto di questa polvere

che ti coprì le scarpe

bianche. Pochi panni sono rimasti,

pochi veli rotti,

poco, poco, molto poco.

Ma d’ogni cosa resta un poco.

Del ponte bombardato,

delle due foglie d’erba,

del pacchetto

— vuoto — di sigarette, è rimasto un poco.

Ché di ogni cosa resta un poco.

È rimasto un po’ del tuo mento

nel mento di tua figlia.

Del tuo ruvido silenzio

un poco è rimasto, un poco

sui muri infastiditi,

nelle foglie, mute, che salgono.

È rimasto un po’ di tutto

nel piattino di porcellana,

drago rotto, fiore bianco,

di rughe sulla tua fronte,

ritratto.

Se di tutto resta un poco,

perché mai non dovrebbe restare

un po’ di me? nel treno

che porta a nord, nella nave,

negli annunci di giornale,

un po’ di me a Londra,

un po’ di me in qualche dove?

nella consonante?

nel pozzo?

Un poco resta oscillando

alla foce dei fiumi

e i pesci non lo evitano,

un poco: non viene nei libri.

Di tutto rimane un poco.

Non molto: da un rubinetto

stilla questa goccia assurda,

metà sale e metà alcool,

salta questa zampa di rana,

questo vetro di orologio

rotto in mille speranze,

questo collo di cigno,

questo segreto infantile…

Di ogni cosa è rimasto un poco:

di me; di te; di Abelardo.

Un capello sulla mia manica,

di tutto è rimasto un poco;

vento nelle mie orecchie,

rutto volgare, gemito

di viscere ribelli,

e minuscoli artefatti:

campanula, alveolo, capsula

di revolver… di aspirina.

Di tutto è rimasto un poco.

E di tutto resta un poco.

Oh, apri i flaconi di profumo

e soffoca

l’insopportabile lezzo della memoria.

Ma di tutto, terribile, resta un poco,

e sotto le onde ritmate,

e sotto le nuvole e i venti

e sotto i ponti e sotto i tunnel

e sotto le fiamme e sotto il sarcasmo

e sotto il muco e sotto il vomito

e sotto il singhiozzo, il carcere, il dimenticato

e sotto gli spettacoli e sotto la morte in scarlatto

e sotto le biblioteche, gli ospizi, le chiese trionfanti

e sotto te stesso e sotto i tuoi piedi già rigidi

e sotto i cardini della famiglia e della classe,

rimane sempre un poco di tutto.

A volte un bottone. A volte un topo.

Carlos Drummond de Andrade, Tr. Antonio Tabucchi, Residuo in “Sentimento del mondo”

[partidosdeburgosclubdeftbolcontr]

¿Cuál es la historia del AC Roma FC y cuántos títulos ha ganado en la Serie A?

🎰🎲✨ ¡Obtén 500 euros y 200 giros gratis para jugar juegos de casino con solo un clic! ✨🎲🎰

¿Cuál es la historia del AC Roma FC y cuántos títulos ha ganado en la Serie A?

Historia del AC Roma FC

El AC Roma FC, también conocido como Associazione Calcio Roma, es un club de fútbol italiano con una rica historia y una base de seguidores apasionados en todo el mundo. El equipo fue fundado en 1927 y desde entonces ha sido un símbolo de la ciudad de Roma y una importante institución en el fútbol italiano.

A lo largo de los años, el AC Roma FC ha disfrutado de períodos de éxito y ha tenido grandes jugadores que han dejado una marca imborrable en la historia del club. Entre ellos se encuentran leyendas como Francesco Totti, el máximo goleador del equipo y uno de los jugadores más emblemáticos del fútbol italiano.

El club ha ganado varios títulos a lo largo de su historia, incluyendo la Serie A, la Coppa Italia y la Supercoppa Italiana. La afición del AC Roma FC es conocida por su pasión y lealtad inquebrantable, llenando el Estadio Olímpico de Roma en cada partido para apoyar a su equipo.

A pesar de los altibajos en el rendimiento del equipo, el AC Roma FC sigue siendo uno de los clubes más reconocidos y respetados en el fútbol italiano y europeo. Con una historia rica en emociones, triunfos y desafíos, el club continúa inspirando a generaciones de aficionados y jugadores de todo el mundo. La historia del AC Roma FC es un testimonio de la pasión y el orgullo que representa el fútbol para la ciudad de Roma y para sus seguidores en todo el mundo.

Títulos Serie A AC Roma FC

Los Títulos de la Serie A del AC Roma FC son parte fundamental de la rica historia del club italiano. El AC Roma ha logrado ganar la Serie A en un total de 3 ocasiones a lo largo de su trayectoria. Estos títulos fueron conquistados en las temporadas 1941-42, 1982-83 y 2000-01. Cada uno de estos campeonatos representó momentos de gloria y celebración para los aficionados romanistas.

El primer título de la Serie A para el AC Roma llegó en la temporada 1941-42, bajo la dirección del entrenador Alfred Schaffer. Este logro marcó un hito importante en la historia del club, consolidando su presencia en la élite del fútbol italiano. Más tarde, en la temporada 1982-83, el AC Roma conquistó su segundo título de la Serie A, liderado por figuras destacadas como Bruno Conti y Carlo Ancelotti.

El título más reciente del AC Roma en la Serie A se produjo en la temporada 2000-01, con Fabio Capello al mando del equipo. Jugadores emblemáticos como Francesco Totti y Gabriel Batistuta fueron fundamentales en la consecución de este campeonato, que llenó de orgullo a la afición romanista.

Los títulos de la Serie A del AC Roma FC son parte de la rica historia de un club con una gran tradición y una base de seguidores apasionados. Estos logros han contribuido a forjar la identidad y el prestigio del AC Roma en el panorama del fútbol italiano y a nivel internacional.

Logros AC Roma FC

El AC Roma FC es uno de los clubes de fútbol más emblemáticos y exitosos de Italia. A lo largo de su historia, ha logrado numerosos logros tanto a nivel nacional como internacional que lo han consolidado como uno de los equipos más destacados en el mundo del fútbol.

En cuanto a sus logros nacionales, el AC Roma FC ha conquistado la Serie A en varias ocasiones, demostrando su dominio en el fútbol italiano. Además, ha ganado la Coppa Italia en múltiples ocasiones, mostrando su constancia y competitividad en el ámbito local.

A nivel internacional, el AC Roma FC ha tenido un desempeño destacado en competiciones europeas como la UEFA Champions League y la UEFA Europa League. A lo largo de los años, ha llegado a semifinales y finales de estos prestigiosos torneos, dejando huella en el continente y compitiendo con los mejores clubes de Europa.

Además de sus logros en competiciones oficiales, el AC Roma FC también cuenta con una sólida base de seguidores y una rica historia que lo convierten en un club de gran relevancia en el panorama futbolístico mundial.

En resumen, los logros del AC Roma FC reflejan su trayectoria de éxito y su compromiso con la excelencia en el fútbol. Con un legado lleno de títulos y reconocimientos, este club continúa siendo un referente para sus aficionados y para el mundo del deporte en general.

Plantilla AC Roma FC

La plantilla de la AC Roma FC es un grupo de jugadores profesionales que conforman el equipo de fútbol de la ciudad de Roma, Italia. Este equipo, fundado en 1927, ha sido uno de los más reconocidos en la Serie A y en competiciones europeas como la Liga de Campeones de la UEFA.

La plantilla actual de la AC Roma FC está compuesta por jugadores talentosos y experimentados, así como por jóvenes promesas que buscan hacerse un nombre en el fútbol internacional. Entre los jugadores más destacados se encuentran figuras como Edin Dzeko, capitán del equipo y goleador prolífico, Lorenzo Pellegrini, centrocampista creativo, y Gianluca Mancini, defensa sólido y aguerrido.

El entrenador de la AC Roma FC, José Mourinho, es un técnico con amplia experiencia en el fútbol europeo y ha sabido guiar al equipo hacia el éxito en diversas competiciones. Bajo su dirección, se espera que la plantilla de la AC Roma FC continúe compitiendo al más alto nivel y luchando por títulos tanto a nivel nacional como internacional.

En definitiva, la plantilla de la AC Roma FC es sinónimo de calidad, talento y pasión por el fútbol. Con jugadores de primer nivel y un cuerpo técnico experimentado, este equipo italiano se mantiene como uno de los favoritos de los aficionados y promete dar muchas alegrías a sus seguidores en cada temporada. ¡Forza Roma!

Trayectoria AC Roma FC

La Associazione Calcio Roma FC, también conocida como AC Roma, es un club de fútbol italiano con una rica trayectoria en el fútbol profesional. Fundado en 1927, el club ha sido un pilar en la Serie A italiana y ha competido a nivel nacional e internacional.

A lo largo de los años, la AC Roma ha contado con grandes figuras en su equipo, como Francesco Totti, considerado uno de los mejores jugadores italianos de todos los tiempos y símbolo del club. Otros jugadores icónicos incluyen a Daniele De Rossi, Bruno Conti y Aldair, quienes han dejado su huella en la historia del equipo.

El club ha logrado importantes triunfos a lo largo de su historia, incluyendo varios títulos de Serie A, Copas de Italia y Supercopas italianas. Además, ha tenido destacadas participaciones en competiciones europeas como la Liga de Campeones de la UEFA.

La afición de la AC Roma es conocida por ser apasionada y fiel, llenando el estadio Olimpico para apoyar a su equipo en cada partido. La rivalidad con la SS Lazio, otro club de la ciudad de Roma, es una de las más intensas en el fútbol italiano y añade emoción a cada enfrentamiento entre ambos equipos.

En resumen, la AC Roma FC es un equipo con una trayectoria destacada en el fútbol italiano y europeo, con una historia llena de éxitos y pasión que lo convierten en uno de los clubes más emblemáticos de Italia.

[dan6085]

Football has always been a sport that has captured the hearts of people all over the world. And behind the success of every great football team is a great football manager. Here are 20 of the greatest football managers of all time, in no particular order, along with a brief overview of their achievements and why they are considered among the best.

1. Sir Alex Ferguson - Sir Alex Ferguson, who managed Manchester United for 26 years, is widely regarded as one of the greatest football managers of all time. Under his leadership, Manchester United won 38 trophies, including 13 English Premier League titles, 2 UEFA Champions League titles, and 5 FA Cups.

2. Pep Guardiola - Pep Guardiola is one of the most successful football managers of the modern era. He has managed some of the world's biggest clubs, including Barcelona, Bayern Munich, and Manchester City. Guardiola has won numerous titles, including 10 league titles, 2 Champions League titles, and 7 domestic cups.

3. Jose Mourinho - Jose Mourinho is a Portuguese football manager who has managed some of the world's most successful clubs, including Chelsea, Real Madrid, and Manchester United. He has won numerous titles, including 3 Premier League titles, 2 Champions League titles, and 8 domestic cups.

4. Carlo Ancelotti - Carlo Ancelotti is an Italian football manager who has won numerous titles throughout his career. He has managed some of the world's biggest clubs, including AC Milan, Chelsea, Real Madrid, and Bayern Munich. Ancelotti has won 3 Champions League titles, 1 Premier League title, and 4 domestic cups.

5. Arrigo Sacchi - Arrigo Sacchi is an Italian football manager who is widely regarded as one of the greatest managers of all time. He led AC Milan to two consecutive European Cup titles in 1989 and 1990.

6. Johan Cruyff - Johan Cruyff was a Dutch football manager who was known for his innovative tactics and style of play. He managed Barcelona, Ajax, and the Dutch national team. Cruyff won 11 league titles and 3 European Cups as a player and manager.

7. Bob Paisley - Bob Paisley is a former Liverpool manager who led the club to 20 trophies during his nine-year reign. He won three European Cups, six First Division titles, and three League Cups.

8. Bill Shankly - Bill Shankly is a Scottish football manager who is best known for his time at Liverpool. He led Liverpool to three First Division titles, two FA Cups, and one UEFA Cup.

9. Rinus Michels - Rinus Michels was a Dutch football manager who is considered the father of Total Football. He led Ajax to three European Cups and the Netherlands to the World Cup final in 1974.

10. Vicente del Bosque - Vicente del Bosque is a Spanish football manager who led Spain to their first-ever World Cup victory in 2010. He also won two Champions League titles and two La Liga titles with Real Madrid.

11. Ottmar Hitzfeld - Ottmar Hitzfeld is a German football manager who has won numerous titles throughout his career. He managed Borussia Dortmund and Bayern Munich, winning two Champions League titles, seven Bundesliga titles, and four DFB-Pokal cups.

12. Ernst Happel - Ernst Happel is an Austrian football manager who won numerous titles throughout his career. He led Feyenoord to their first-ever European Cup triumph in 1970 and then went on to win the European Cup with Hamburg in 1983.

13. Fabio Capello - Fabio Capello is an Italian football manager who has won numerous titles throughout his career. He has managed some of the world's biggest clubs, including AC Milan, Real Madrid, and Juventus. Capello has won 7 league titles and 1 Champions League title.

14. Louis van Gaal - Louis van Gaal is a Dutch football manager who has won numerous titles throughout his career. He has managed Barcelona, Ajax, Bayern Munich, and Manchester United, winning seven league titles and one Champions League title.

15. Arsene Wenger - Arsene Wenger is a French football manager who is best known for his time at Arsenal. He led the club to three Premier League titles and seven FA Cups during his reign.

16. Brian Clough - Brian Clough is a former English football manager who led Nottingham Forest to two European Cup titles in 1979 and 1980. He also won two League Cups and one First Division title with the club.

17. Jupp Heynckes - Jupp Heynckes is a German football manager who has won numerous titles throughout his career. He has managed Bayern Munich and Real Madrid, winning three Champions League titles, two Bundesliga titles, and one La Liga title.

18. Giovanni Trapattoni - Giovanni Trapattoni is an Italian football manager who has won numerous titles throughout his career. He has managed Juventus, Inter Milan, and Bayern Munich, winning seven leaguetitles and one Champions League title. Trapattoni also led the Italian national team to the 2002 World Cup.

19. Marcello Lippi - Marcello Lippi is an Italian football manager who has won numerous titles throughout his career. He managed Juventus, winning five Serie A titles and one Champions League title. Lippi also led the Italian national team to the 2006 World Cup victory.

20. Guus Hiddink - Guus Hiddink is a Dutch football manager who has won numerous titles throughout his career. He has managed PSV Eindhoven, Chelsea, and the South Korean national team, leading them to the semifinals of the 2002 World Cup. Hiddink also led the Australian national team to the second round of the 2006 World Cup.

These 20 football managers have all achieved great success throughout their careers and have left their mark on the sport. They have won numerous titles and have proven themselves to be some of the best managers of all time. Their innovative tactics, leadership skills, and ability to motivate their teams have made them legends in the football world.

[fideidefenswhore]

Despite Katherine of Aragon's popularity, large crowds of people made their way onto the streets to witness Anne's coronation procession, though whether this represented support, coercion, or curiosity is impossible to know. Hall claimed that spectators so crowded the river banks that 'he that saw it would not believe it' and that in the city 'all the windows were replenished with ladies [and] gentlewomen to behold the queen and her train as they should pass by'; claims that are substantiated by Leland and the Venetian ambassador Carlo Capello. John Spelman recounted how the judges had to travel through 'a great press of people' to get to the Tower where they were to join the procession [...] Chapuys, perhaps predictably, reported that the coronation had been dismal and the people unwilling, and was probably responsible for the scathing account that claimed that the audience had been forced to congratulate Anne.

The Oxford Handbook of Tudor Drama; The Coronation of Anne Boleyn, Tracy Sowerby

[goodthoughts001]

Seminggu adalah waktu yang lama dalam bursa303.city! Ulasan

Ini klise lama yang melelahkan, tetapi seminggu adalah waktu yang lama dalam sepak bola dan terasa sedikit lebih lama bagi John Arne Riise. 4thegame.com memperhatikan cerita yang membuat berita dan bertanya: "Apakah dia akan mencetak gol yang lebih baik dari itu di ujung kanan?" bursa303.city

SENIN

Kemarin adalah hari derby di Liga Premier, dan Newcastle United serta Aston Villa muncul sebagai pemenang besar. Michael Owen menjadi bahan pembicaraan setelah mencetak kedua gol dalam kekalahan 2-0 The Magpies atas Sunderland di St James 'Park, sementara Villa mencetak lima gol melewati Birmingham City dalam pertarungan Second City di Villa Park. Berita bagus untuk Martin O'Neill dan Fabio Capello, yang menyaksikan duo Inggris Ashley Young dan Gabriel Agbonlahor mencetak gol, apalagi Alex McLeish, yang timnya sekarang berada di bawah Bolton di klasemen. Bolton! Aduh Buyung...

Ini juga semakin ketat di puncak klasemen menyusul penampilan rapuh lainnya dari Manchester United di Blackburn. Pasukan Sir Alex Ferguson membutuhkan sundulan Carlos Tevez di menit terakhir untuk membatalkan gol Roque Santa Cruz di babak pertama untuk membawa pulang satu poin dari Ewood Park. Itu membuat mereka hanya unggul tiga gol dari Chelsea, tetapi Ferguson setidaknya dalam suasana hati yang baik, menyebut penampilan itu sebagai penampilan sang juara. Akan jauh lebih mudah untuk menganggapnya serius dalam hal itu, tentu saja, jika bukan karena kembalinya selebrasi boneka Tevez. Bagaimana dia bisa mempertahankan benda itu selama pertandingan?

Sementara itu, kehebohan media yang biasa telah dimulai karena semua orang (baik, penggemar Liverpool dan Chelsea) bersiap untuk bentrokan raksasa antara kedua pihak yang bertikai. Rafa Benitez membuat bola menggelinding dengan mengatakan bahwa Chelsea belum benar-benar berubah sejak Avram Grant tiba dan bahwa dia tidak merindukan Jose Mourinho, tetapi itu tidak menghentikan langkah Special One. kompetisi dan setidaknya memenangkan piala," katanya. "Jika tidak, semua orang akan mengatakan musim ini gagal. Setelah uang yang dihabiskan Liverpool, mereka akan mengerti itu." Apakah Jose dibayar untuk ini, atau apakah dia hanya bergerak karena dia mendapat tendangan darinya...

SELASA

Bisa ditebak, itu semua berlanjut hari ini. Rafa Benitez berpendapat bahwa Chelsea "terluka secara psikologis" oleh kekalahan mereka sebelumnya di Anfield, tetapi John Terry menegaskan bahwa masa lalu tidak akan berpengaruh pada pertandingan ini, dan bahwa timnya hanya berkonsentrasi untuk lolos ke final dan membuat sejarah. Sementara itu, Stevie G mengatakan dengan caranya yang agak menipu seperti biasanya: "Tim ini tidak pernah tahu kapan akan dikalahkan. Beberapa tim akan layu dan membuangnya saat keadaan menjadi sulit. Tidak demikian halnya dengan kami." Tidak, Stevie. Anda hanya layu dan membuangnya saat permainan hampir menang ...

Yap, jauh ke menit tambahan dan dengan timnya unggul satu gol dan mengambil langkah penting menuju final Liga Champions ketiga mereka dalam empat tahun, John Arne Riise memutuskan bahwa semuanya menjadi sedikit dapat diprediksi dan menyundul umpan silang yang tidak berbahaya dari Salomon Kalou ke gawang. belakang jaringnya sendiri. Netral di mana-mana berpesta karena sesuatu yang menarik terjadi dalam pertandingan Liverpool vs Chelsea lainnya yang mengerikan, tetapi Rafa Benitez kurang terkesan. Tapi siapa yang harus disalahkan? Diri? Pemainnya? Naaah...

"Tentu saja saya kecewa dengan kinerja ofisial," lolong si berjanggut. "Sangat sulit untuk dipahami karena ada 94 atau 95 menit dan saya terkejut. Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi pada kami dan kami benar-benar kecewa." Kecewa dengan kinerja wasit Liga Champions, ya? Kami yakin penggemar Arsenal akan memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang itu ...

RABU

Jelas ingin membuktikan para pakar salah dan menunjukkan bahwa mereka juga bisa memainkan sepak bola membosankan yang menyedot kehidupan para penggemar, Manchester United melakukan snoozer di Barcelona di semifinal kedua, dan itu semua salah Cristiano Ronaldo. Pemain sayap Portugal, yang telah mencetak lebih banyak gol musim ini daripada makan malam panas kami, membuktikan bahwa dia adalah manusia dengan melakukan tendangan penalti yang sangat tinggi dan melebar dari gawang Victor Valdes di menit kedua pertandingan di Nou Camp.

Seandainya masuk, United akan berada di kursi kotak untuk leg kedua, tetapi Ronaldo telah berjanji untuk memastikan dia dan timnya tidak menyesalinya. "Saya tahu saya akan mencetak gol pada pertandingan kedua di Manchester Selasa depan," jelasnya usai pertandingan. "Saya selalu percaya diri. Saya mencetak 38 gol musim ini jadi tidak masalah jika Anda melewatkan satu atau dua gol. Saya tidak mengubah gaya saya mengambil penalti. Saya mencetak gol di sudut atas itu sebelum musim ini." Jika saya mendapat penalti lagi di Manchester, saya akan mencetak gol."

Dan untungnya, dia mungkin memiliki kesempatan untuk melakukan itu, karena Sir Alex bersikeras bahwa dia akan membiarkan timnya menyerang di leg kedua. "Tentu saja, tidak ada pertanyaan tentang itu. Pertandingan sekarang dimulai di Old Trafford - ini adalah pertandingan penentuan,' katanya. "Barcelona memiliki banyak penguasaan bola di semua pertandingan, terutama di kandang, dan saya puas dengan clean sheet - itu adalah pertunjukan profesional." Tidak, Sir Alex, itu pertunjukan yang membosankan.

[lamilanomagazine]

Milano, Botteghe storiche: il sindaco Beppe Sala e l’assessora Capello premiano 35 attività

Milano, Botteghe storiche: il sindaco Beppe Sala e l’assessora Capello premiano 35 attività. Il Sindaco di Milano Giuseppe Sala e l’assessora allo Sviluppo Economico Alessia Cappello hanno premiato oggi 35 Botteghe storiche cittadine in Sala Alessi a Palazzo Marino, nel corso della tradizionale cerimonia di consegna della pergamena e della targa (ideata appositamente dall’architetto Bob Noorda). “Le Botteghe storiche sono eccellenze che contribuiscono all’attrattività e al lustro, anche internazionale, della nostra città – ha detto l’assessora Cappello salutando i presenti – e sono emblema di quel saper fare che è un tratto fortemente distintivo del nostro Paese. Per i nostri quartieri rappresentano qualcosa di più, sono il loro tessuto vitale, capace di sviluppare una comunità ed essere punto di riferimento e di relazione. Le attività commerciali e artigiane che premiamo oggi, così come quelle che l’Amministrazione comunale ha insignito in questi anni, sono un patrimonio che vogliamo valorizzare anche attraverso momenti come questo. Ma soprattutto intendiamo sostenerle con i bandi, come Prossima Impresa 2022 che stiamo per aprire e che destina 1 milione e duecentomila euro agli investimenti da parte di micro e piccole imprese di prossimità e ai negozi di vicinato”. Vengono riconosciute Botteghe storiche le attività commerciali (vendita al dettaglio, produzione artigiana, fornitura di servizi, somministrazione) che operano da almeno 50 anni nello stesso comparto merceologico. Quest’anno se ne contano quattro con oltre cent’anni di esercizio. Dal 2004 ne sono state premiate 589, cui si aggiungono le 35 di oggi. “Una giornata importante, quella di oggi, per tanti imprenditori del terziario che resistono e si innovano; le imprese storiche rappresentano un punto di forza e di eccellenza per Milano. Un valore aggiunto espresso con esperienza e competenza, fidelizzazione dei clienti e forza del brand – afferma Alfredo Zini, presidente del Club Imprese Storiche di Confcommercio Milano (oltre 350 imprese tra negozi, pubblici esercizi e attività di servizio). “Le Botteghe Storiche sono un simbolo di resilienza milanese. Hanno resistito alle crisi economiche e sociali dagli anni ‘70 e ad almeno tre passaggi generazionali. Sono rimasti spesso piccole ma hanno dimostrato che la tradizione a Milano può essere forte come l'innovazione se riesci a trasmettere competenze, passione e il saper fare artigiano, con un'adeguata formazione e il coinvolgimento dei giovani. Il tutto mantenendo una forte identità che significa essere concretamente presidio e punto di riferimento del territorio – dichiara Marco Accornero, Segretario Generale di Unione Artigiani. A seguire l’elenco delle Botteghe storiche premiate oggi: Borsalino (Galleria Vittorio Emanuele II 92) 1883 Pompe funebri Turati Niguarda (Via de Calboli 18) 1892 Drogheria Radrizzani Enoteca (Viale Piave 20) 1910 Co.Fa. Farmacie di Milano (Via Orefici 2) 1920 Macelleria Maggio di Biassoni (Viale Monza 78) 1922 Edicola Mannelli (Piazza del Duomo 21) 1928 Panarello (P.za San Nazaro in Brolo 15) 1930 Il Frutteto di Via Ciovasso   (Via Ciovasso 5) 1933 Porro Orafo   (Via Fiori Chiari 16) 1938 Pederzani (Via Manzoni 29) 1947 Armeria Buzzini (Via Antonio Salieri 6) 1947 Fusetti (Via Francesco Sforza 43) 1948 Frutteto Garibaldi (Corso Garibaldi 18) 1950 Panificio Carlo e Rita (Via San Benigno 4) 1950 Comb & Scissors Barber Shop (Via Montegani 66) 1953 Gelateria Floriana (Via Novara 139) 1954 Barbiere D'Elia (Via Losanna 36) 1959 Acconciature Colangelo (Via Celestino IV 11) 1960 Tipografia Pezzini (Largo Della Crocetta 2) 1960 Ristorante da Rita e Antonio (Via Puccini 2) 1961 Pregiate Carni Piemontesi  (Via Montepulciano 8) 1962 Cartoleria Susanna Brioschi (Viale Monza 112) 1963 Sacchi Bottega di Restauro (Piazza Bertarelli 4) 1963 Lanfossi Orologi Gioielli (Viale Argonne 1) 1966 Panetteria Mercato (Via Mercato 24) 1968 Libreria Claudiana (Via Francesco Sforza 12/A) 1968 Robertaebasta (Via Fiori Chiari 2) 1969 Ottica Crisafulli (Galleria del Corso 4) 1969 Salumeria Gastronomia Cerioli (Via Negroli 55) 1969 Sabino Zagaria (Via Bergamo 22) 1969 Risani Marmi (Via Giuseppe Govone 94) 1969 Osteria della Conca Fallata (Via della Chiesa Rossa 113) 1969 Luccini Orologeria Gioielleria (Via Luigi Canonica 87) 1970 Tintoria Laura di Silvana Pizzamiglio (Via delle Forze Armate  246) 1971 La Giara (Viale Monza 10) 1972... Read the full article

[ghostys-originals]

Doodles from yesterday while I waited for walls to be painted

[heroesoffootball]