#cabacas

[livelysonletour]

Thankfully, we made it to Lisbon only a day late. Our flight took off from London without any further meddling from Gerrit.

We arrived at our Airbnb around noon, and Garrett was starving so we walked down to the Time Out Market for some food (similar to Armature Works in Tampa or Ponce City Market in Atlanta). It was nearly impossible to find a place to sit and the food was underwhelming. I think we fell for a tourist trap. We did have a really good pavlova for dessert.

We then spent about 40 minutes trying to buy a bus pass so we could go visit the Jeronimos Monastery. Up to this point in the trip, the people we had interacted with had not been very friendly or helpful. (With the exception of our Airbnb host, who was wonderful.)

We finally make it to the monastery, only to find that there is a super long line and the ticket office was closed. It felt like another bust. We walked down to the river and then stopped at a little cart that was selling oysters and grabbed a half dozen for pretty cheap.

Feeling like the day was being wasted, I wanted to stop at a modern art museum that was nearby. We both were getting pretty sleepy from the jet lag, but we powered through the museum. It probably wasn’t worth it because the museum turned out to be pretty mediocre. Overall, the day was an unfortunate pursuit of sightseeing. Even the best laid plans, as they say. We went back to the Airbnb and napped for three hours before waking up for a late dinner.

Dinner was at a tiny hole in the wall restaurant that our host recommended to us called Restaurante Cabacas. We cooked our steaks on a hot stone and enjoyed the cured meats, cheese, olives, and bread they included as an appetizer. Garrett cooked his meat perfectly, while I overcooked a few pieces of mine. Our server was a really sweet guy, and he restored our faith in the hospitality of the people in Lisbon.

(I’m probably scolding Gare for something here. Who knows?)

Don’t worry, although our first day was mostly fine, our second day in Lisbon was awesome! I can’t wait to share more about it.

[emivieiraworld]

Peças de cerâmica moldadas tem cabaças #cabacas #gourds #gourdes#calabazas #ceramica #keramik #ceramique (em Belo Horizonte, Brazil) https://www.instagram.com/emivieira_ceramica/p/BvXkMVoAGd6/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1qsex3yjd7bch

[myrepontodemare]

Entrega feita, esse é um tambor feito em Cabaça muito bonito e percussivo. Informações e cotações 11 962686604 #cabacas #cabaças #artesanato #artesanatodeluxo #artesanatobrasil #escoladesamba #escolademusica #aprendendopercussao #percussion #percussivo #passistas #carnavalsalvador #salvadorbahia #bahia #berimbau #berimbaubrazil #gunga #biriba #capoeira #abadacapoeira #cdo #cordaodeouro #gope #redenção #batuque #batucada #angola #benguela #olodum #xequere #xequebum #repomtodemare #repontodemaré #reponto #fontedogravatá #cmcabeça #cuica #pandeiro #atabaques (em Reponto de Maré Artigos Para Capoeira) https://www.instagram.com/p/BzzEaAwpnTD/?igshid=1pl0b015aiorx

[contradanzagranada]

[pacienciaras]

"La Ertzaintza mató a nuestro hijo y luego nos vigiló a nosotros".

Arranca el juicio por la muerte de Iñigo Cabacas, el aficionado del Athletic de Bilbao que falleció tras recibir un pelotazo de goma disparado por la Ertzaintza. Sus padres denuncian que han sido víctimas de seguimientos y critican el silencio de las autoridades...

[ladychasm]

SIXTH SENSE LOVE

I was talking about my first published story the other day, right? Now, let me tell you about Sixth Sense Love.

Sixth Sense Love is a horror/mystery/fantasy story with a dash of romance. It was about an orphan named Siska who can see ghosts (or you can say spirits too). She lived in an orphanage for about sixteen years, until a single mother finally adopted her. When she was adapting with her new family--which consists of Ulfa (mom), Aiden (little brother)--she met a spirit of a teenage boy. He was following Aiden before he realized that Siska can see him. He introduced himself as Daniel, and started to befriend her, telling her things about medium, the other world, kinds of spirits, etc..

At first, Siska was not interested with Daniel and all of his stories about things only certain people can experience. However, she cannot help but to be dragged into a bizarre adventure of spirit hunting. From that event, her feelings and bonds towards Daniel started to grow. She, although unspoken, agreed to follow Daniel's instructions and become a medium. She started to realize that all of these spirits are actually asking for her help.

I forgot to tell you that beside Daniel, Siska was accompany with another guy (a living one!) named Samuel. He was a dentist at the local hospital, and met Siska for the first time when he was going home from his work and accidentally almost hit Siska with his car. The second time he met her was at a bookstore where he was almost accused as a molester by Siska's adopted mom.

Anyway, the story became a lot more interesting when Siska learned that Samuel was actually Daniel's older brother. She also learned that Daniel was NOT a spirit who were assigned to guide Siska in her journey of becoming a medium. Instead, he was actually a ghost, a wandering spirit who can't cross the border between the dead and the living because he killed himself and still had unsolved problems with his family.

Oh, also, there's this evil entity who were after Siska's soul, and Siska almost died, and Samuel almost died, and Daniel almost become the evil entity, but... Well, you get the point, right?

It was a very amateur and childish horror story, even though I already did my best to perfect it. Now, if I had the chance, I would love to really polish and perfect it..., turn it into a not-so-cringey story so a lot more people can enjoy it.

Still, it has a special place in my heart.

I hope one day you read Sixth Sense Love too! Because Siska, Daniel, and Samuel would love to be friends with you! <3

[girlandherthing]

Adrian bersedia melakukan apa pun untuk membawa Elle kembali padanya. Bahkan dia sudah mempersiapkan segalanya. Namun, kenyataan pahit lain harus diterimanya pagi itu. Bab 24 sudah tayang Hanya di @cabacaapp Bab baru terbit setiap Rabu 🎶 Bab ini paling enak dibaca sambil mendengarkan lagu Crying Alone dari Jurrivh. . 📷 Image by Canva 💻 Made with love at Canva.com . #cabaca #cabacaapp #atrani #amalfi #italia #italy #travel #music #musik #musician #musisi #biola #violin #fiddle #ebook #enovel #bukudigital #penulisindonesia #bukuindonesia #love #romance #family #penulisjogja #bukujogja #bukuonlinejogja #bukumurahjogja #promojogja #promosemarang (at Salerno) https://www.instagram.com/p/CJan8VkncBf/?igshid=14vqv0o2bl2ji

[lenitacahya]

Review Unpredictable Wedding by Ria Indria

Keyna Patricia :

“Bagaimana mungkin gue menikah secepat ini, tanpa persiapan sama sekali? Ini gila!”

Revan Aditya :

“Gue menikah? Kapan gue ngerencanain ini semua? Ahhh… gue sama sekali nggak inget! And, who is she?”

Menikah. Mungkin itu adalah kata yang sangat menyenangkan. Tapi tidak bagi mereka. Pernikahan yang seharusnya menjadi hal yang sakral, terjadi sekali seumur hidup dan tentunya dinanti oleh semua orang yang saling mencintai, kini menjadi suatu hal yang sangat aneh dan menyedihkan. 

Betapa tidak, berawal dari persahabatan menyenangkan, kini menjadi kehidupan pernikahan yang sulit. Keyna diharuskan menikah dengan sahabat dekatnya sendiri, Revan. Revan dengan keterbatasan memori dan fisiknya, serta Keyna dengan sifat workaholic dan kesempurnaan yang dimilikinya, menjadikan konflik demi konflik mulai menyapa rumah tangga mereka. Akankah keduanya menyerah? Atau… akankah bertahan dengan unpredictable wedding ini? 

Unpredictable Wedding by Ria Indria

Publisher : Cabaca.id

*****

Aku adalah salah satu orang yang percaya bahwa persahabatan antara lelaki dan perempuan bisa menumbuhkan benih cinta dan mungkin saja berakhir di atas pelaminan. Tapi, aku benar-benar kaget saat membaca Unpredictable Wedding. Pasalnya, Keyna dan Revan sama sekali tidak ada perasaan khusus dengan satu sama lain. Hubungan mereka memang hanya sebatas teman – tidak lebih. 

Tentu saja aku agak kesal dan mulai mengerti jalan pikiran Keyna di sinopsis cerita : “Ini gila!”

Kukira mereka pada awalnya memang saling mencintai, dan saat memasuki jenjang pernikahan ada banyak sekali konflik. Ternyata…😤😤😤

Tokoh kesukaanku, sejauh ini, tentu saja Revan! Pria mapan nan tampan yang semasa SMA merupakan atlet basket. Duh, siapa pula yang nggak jatuh hati! Tapi, lagi-lagi aku kaget dan kesal saat tahu bahwa Keyna tidak merasakan hal tersebut! Dia memang menyadari bahwa Revan tampan, tapi dia sama sekali tidak ada rasa terhadap sahabatnya itu! 

Cerita karya kak Ria Indria ini memang baru memasuki bab ketiga. Tapi, kak Ria sudah sukses membuat aku dan para pembaca lain terombang-ambing dalam berbagai macam rasa saat membaca ceritanya! Gaya menulisnya santai dan enak dibaca – sangat khas anak muda masa kini. Alurnya santai dan terkesan tidak terburu-buru (pasti dari awal sudah disiapkan ‘bumbu-bumbu penyedap’ racikan kak Ria sendiri untuk cerita ini). 

Aku secara pribadi sudah me-rekomen cerita ini ke sahabat-sahabatku. Ceritanya benar-benar unpredictable dan seru!!! 

Nggak sabar menunggu bab selanjutnya!!!

Hwaiting, kak Ria!!! 😍😘🙏💪

*****

Bagi kalian yang ingin tahu cara mengakses cerita kak Ria, silahkan download aplikasi Cabaca di Google Play Store, lakukan registrasi, dan voila…! Kalian bisa membaca cerita kak Ria Indria sepuas hati! 

Untuk tiga bab pertama, kalian bisa membacanya secara gratis. Di bab 4 dan seterusnya, kalian harus membelinya terlebih dahulu dengan kerang. 

Bagaimana cara mendapatkan kerang? Kalian bisa membelinya dengan harga terjangkau. Dan pembayarannya bisa via transfer bank atau pulsa. Gampang kan? 

Yuk, buruan download Cabaca. Ada ceritaku juga lho! Dan tentu saja masih banyak cerita yang lain yang tidak kalah seru!!! 

Oh ya, jangan lupa vote dan comment kami ya!!! Dukungan kalian sangat berarti bagi kami!!!

*****

Nah, kukira cukup sampai disitu saja. Maaf bila ada kekurangan. Maklum, pertama kalinya nge-review😅

Terima kasih banyak sudah membaca review-ku!

Love, 

~LC~

[myrepontodemare]

Chegou mais um lote de madeiras na loja galera material de primeira. Informações e cotações 11 962686604 #berimbaubag #berimbaubrazil #berimbau #berimbaus #berimbauviola #gunga #cabacas #capoeira #cdo #abada #abadacapoeira #candeias #repomtodemare #repontodemaré #reponto #capoeiranaveia #xequere #xequerê #agbe #maracas #reidosorixas #paranaue #cordaodeouro #fontedogravatá #viladosremedios #artesanato #atabaques #caxixi #percussão https://www.instagram.com/p/BzoZSz8pBKh/?igshid=bsgiebbsu8tn

[ikarinosuke]

Dalam rangka Tour Bookstagram dari @cabacaapp . Aku mau review novel young adult dari @fujasagita yang berjudul The Place You Are Not Belong. • Geser buat baca blurb Di awal bab udah di suguhin pelajaran kimia, otakku langsung bingung karena obrolan koloid, pendispersi dan terdispersi, tapi lumayan buat ilmu baru. Haha. Dari sini, aku pikir Olin ini jago kimia. . Karakter Olin ini humble, tegas, pinter. Cuman sayang kok bisa dibodohi ama pacarnya Marva, dan Olin ini di cap tukang gonta ganti pacar. . Selain menyajikan kisah romansa anak SMA, buku ini juga menyajikan isu keluarga toxic dimana dalam kasusnya Olin, dia tidak pernah merasa diterima di dalam keluarganya sendiri. Dia selalu dimarahi, disalahkan, dan malah dianggap tidak ada. Terutama oleh Nenek Kalani. Memang ibu dan ayahnya selalu ada buat Olin, tapi ibunya tidak pernah bisa membela anaknya di depan neneknya, dan ayahnya jarang ikut berkumpul karena bekerja. Olin melampiaskannya dengan belajar, berteman, dan gonta ganti pacar. Beruntung, sahabatnya Siska selalu ada buat dia. . Aku salut sama karakter Olin karena dengan memiliki keluarga yang isinya racun semua kayak gini, Olin masih tetap memiliki prestasi. Nilainya bagus, sering menang lomba dan mendapat uang dari sana. Walaupun Olin juga sering gonta ganti pacar, tapi itu cuma sekedar agar mendapat sedikit perhatian lebih untuk dirinya yang tidak bisa didapatkan di rumah. Tapi jangan salah mengira soal gonta ganti pacar ini ya. Olin ini punya tujuan yang jelas, dia ingin bersekolah dengan baik, ketika lulus dan bekerja, dia bisa mendapatkan uang sendiri dan keluar dari rumah Nenek Kalani, cinta-cintaan buat Olin itu ga penting. . Inilah yang bisa kita ambil dari cerita Olin, walaupun dia punya keluarga yang kurang memperhatikan dia, tapi dia punya tujuan yang jelas. Tidak melulu cinta-cintaan, Olin punya prinsip bersekolah itu lebih penting untuk masa depan yang lebih baik. . Rate buat eBook ini "Love it! ❤" . #ikarireads #cabacaapp #bookreview #youngadultnovel #reviewbuku #fujasagita #theplaceyouarenotbelong #cabaca #bookstagram #bookstagramtour https://www.instagram.com/p/CGd92lMg14L/?igshid=bmn7365nlzrx

[papermoonloveslucy]

RECONVERSION

February 3, 1946

By ERSKINE JOHNSON, NEA Staff Correspondent 

HOLLYWOOD, Feb. 3 (NEA) ~ Lucille Ball is reconverting and we do not mean her hair is changing color again. It is natural blonde and not the shocking pink which M-G-M insisted upon for Technicolor and which caused prop boys and junior scenarists to wear blinkers last season. 

Reconversion is necessary even in Hollywood, Lucille said, when a gal's husband gets out of uniform. Lucille's just did. He's the Cuban conga cut-up, Dezi* Arnaz, now beating maracas, cabacas, bongos and people's ears to pieces every night as the leader of his own band at Ciro's. 

Things have changed at the Ball-Dezi manse since Dezi came home from three years in the army. Among other things, Lucille moaned: "He gets out of the army and what happens? I have to get dressed up, put on orchids and pay a cover charge to talk to him." But when she is working it is another story.

Lucille gets up at 5:30, gets home at 7 at night. Dezi sleeps all day, goes to work at 7:30 p.m. and gets home at 3:30 a.m. 

"We meet at the door," Lucille said. 

There are other things, too. 

Lucille sleeps with all the windows open. Dezi sleeps with them down. They are now down. Dezi likes hot Cuban dishes and cooks them himself. Lucille doesn't like them. They are now eating hot Cuban dishes. Dezi likes to go fishing. Lucille gets seasick. "But," said Lucille, "here we go fishing." 

As for her movie career, Lucille said that had been reconverted, too. Or will be when M-G-M gets around to releasing a new comedy, "Easy to Wed”. Lucille has the role she has been waiting 10 years for - a wacky, fast-talking, hip-swinging actress. 

She's now working in a new 20th Century-Fox flicker, "Dark Corner." 

We were amazed to discover that both Lucille and Dezi are a couple of very sentimental people. They go every year on their wedding anniversary to the same booth in a Hollywood restaurant where they met. 

Learned the Hard Way 

They say in Hollywood that Lucille is the gal who knows all the answers. She ought to. She learned them the hard way, working as a New York model before Hollywood discovered her. A photographer sent her to Hattie Carnegie. Lucille was wearing something pink and all wrong. Hattie took one look and said, "Good grief." But she hired her. Lucille's first job was to model a mink coat. 

"I slinked that mink all over the place," Lucille recalled, and Hattie thought I was wonderful. "But she fired me five times while I worked for her - but always called the next day to bawl me out for not coming to work." Finally Lucille had to tell her she had a film offer from Sam Goldwyn. He had seen her photograph in a cigarette poster. 

"Hattie was wonderful about it," Lucille said. "She fired me again, saying, 'You're fired, Lucille, and this time I mean it. I won't be calling you in the morning.'”

_____________

*The article consistently misspells Desi’s name as ‘Dezi’. 

Lucy and Desi weren’t far from wrong. Although they were consistently trying to get pregnant, they had no luck until late 1950 - five years after this column was printed! 

[chitradyaries]

(Opini) Lebih Menguntungkan Jadi Penulis Cetak atau Digital?

Lebih menguntungkan jadi penulis cetak atau digital? Keduanya punya kekurangan dan kelebihan, lho.

Di era digital saat ini, profesi penulis tak lagi seasing dahulu. Berkat kemunculan berbagai platform menulis digital—sebut saja: Cabaca, Storial, Wattpad, Novelme—banyak yang tergiur menjajal profesi ini, mulai dari remaja sampai ibu rumah tangga. Hobi coret-coret bisa jadi ladang mencari laba yang menjanjikan. Platform digital dalam maupun luar negeri bersaing meraup pengguna sebanyak-banyaknya dengan menawarkan fitur-fitur menarik. Mencari uang dari menulis pun semakin mudah. Dengan mengandalkan promosi di media sosial dan pengikut setia, penulis bisa meraup puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Namun, maraknya platform digital ini menimbulkan dilema bagi penulis, mana yang lebih menguntungkan, jadi penulis cetak atau digital?

Isu tersebut sering diperbincangkan di banyak komunitas menulis. Penulis-penulis yang telah menjajal berbagai platform digital gencar membagikan pengalamannya mendapat royalti melimpah dari platform tertentu. Masa pandemi dan new normal yang berimbas pada industri perbukuan cetak menambah keyakinan mereka bahwa memanfaatkan platform menulis adalah jalan terbaik untuk menjadi penulis produktif dan terkenal.

Di sisi seberang, penulis yang bekerja sama dengan penerbit dan memasarkan tulisannya lewat toko buku dalam bentuk cetak, meragukan kualitas tulisan-tulisan pada platform digital. Mereka yakin, kualitas tulisan yang utama. Dengan promosi dan produktif menghasilkan karya secara konstan, laba akan mengikuti sepak terjang mereka. Lagi pula, bekerja sama dengan penerbit, membuka kesempatan-kesempatan lain dan nama mereka akan mudah naik di mata pembaca secara luas.

Jika pengukur kesuksesan seorang penulis hanya dari uang, maka banyak penulis fenomenal yang karyanya harum sampai hari ini tidak masuk kategori itu. Sebut saja, Edgar Allan Poe sang pengembang aliran detektif; Oscar Wilde pengarang The Picture of Dorian Gray; H.P Lovecraft yang terkenal akan tulisan horornya yang intimidatif; dan O. Henry yang sangat produktif menulis cerita pendek dengan gaya luar biasa. Mereka meninggal dalam keadaan miskin sebelum menikmati buah kerja kerasnya.

Terlalu sempit jika kegiatan menyebarkan manfaat melalui tulisan hanya dijadikan salah satu cara mendulang rupiah. Penulis-penulis dengan tujuan kuat di balik proses menulis justru memiliki kualitas tulisan lebih baik dan mampu mendatangkan keuntungan lebih dari segi kebermanfaatan dan uang. Namun, penulis juga harus bersikap realistis. Terlebih di era pandemi. Lebih menguntungkan jadi penulis cetak atau digital sebenarnya relatif, tergantung si penulis. Jangan menjustifikasi pihak lain. Penulis yang cerdas adalah yang memanfaatkan segala kesempatan yang bisa ia raih dan berusaha sebaik mungkin menyebarkan tulisan seluas-luasnya.

Indonesia memiliki penulis-penulis yang aktif baik di platform maupun industri cetak. Sebut saja, Titi Sanaria, Eve Shi, Honey Dee, Wulanfadi, Erisca Febriani. Mereka adalah contoh penulis-penulis yang fleksibel dalam memanfaatkan perkembangan zaman.

Semakin banyak penulis yang fleksibel dan memanfaatkan peran platform menulis dan penerbit buku cetak secara maksimal, perihal lebih menguntungkan jadi penulis cetak atau digital tak perlu lagi diperdebatkan. Jika penulis mampu mengambil kedua jalan: menjadi penulis cetak dan digital, akan jauh lebih bagus bagi perkembangan kariernya. Penulis jadi lebih dikenal pembaca platform maupun pembaca cetak. Dari bertemunya dua tipe pembaca ini, baik penerbit maupun platform akan saling diuntungkan karena pembaca setia akan mengikuti ke mana pun penulis menerbitkan karyanya.

Pada akhirnya, menjadi penulis produktif dan terkenal akan memperluas rantai literasi di Indonesia mengikuti pola perkembangan zaman tanpa mengurangi yang sudah ada. Yang perlu penulis tekankan pada dirinya hanya tetap berkarya apa pun yang terjadi saat ini dan di masa depan, tetap menulis apa pun atau di mana pun media penyampaiannya.

Sumber gambar: Pinterest.

[ecuadoretxea]

Una manifestación recorre las calles de Bilbao desde el Palacio de Justicia hasta el Gobierno Vasco para denunciar que tras 6 años de impunidad nadie va a pagar por la muerte de Iñigo Cabacas 16/12/2018 https://bit.ly/2S4RDD9

[girlandherthing]

Hari yang dinanti Adrian akhirnya tiba, tetapi Elle yang selama ini dikenal Adrian berbeda dengan Elle yang ditatapnya pagi itu. Bab 23 sudah tayang Hanya di @cabacaapp Bab baru terbit setiap Rabu 🎶 Bab ini paling enak dibaca sambil mendengarkan lagu Angels dari Tyler Shamy. 🎤 I hope you're running wild and free/in the clouds//Up with the angels where you're meant to be//Cause you're an angel/And sometimes angels have to leave// . 📷 Image by Canva 💻 Made with love at Canva.com . #cabaca #cabacaapp #atrani #amalfi #italia #italy #travel #music #musik #musician #musisi #biola #violin #fiddle #ebook #enovel #bukudigital #penulisindonesia #bukuindonesia #love #romance #family #penulisjogja #bukujogja #bukuonlinejogja #bukumurahjogja #promojogja #promosemarang (at Salerno) https://www.instagram.com/p/CJM_ZdVHzFp/?igshid=16aolam2198de

[liviafernandacomosefaz]

View this post on Instagram

A post shared by Atelier via Iluminata (@atelierviailuminata)

São Francisco de Assis. Sempre foi meu preferido e de muitos clientes tbm. @inkwayoficial 💗💖🐕🐶🐱🐺🐩🐒🐈🐂🐃🐄🐖🐏🐪🐐#sãofrancisco #gordinhos #gourds #artesanatobrasil #artecomamor #vemprainkway #massasdebiscuit #massasinkway #cabacas #cabaçasdecoradas #artesanatobrasileiro (em Atelier Via Iluminata)