Tumgik
#bus umum di kuala lumpur
angrenimayas · 6 months
Text
Hello Singapore!
Tumblr media
Bersih dan nyaman.
Hal yang ingin aku ucapkan pada semua orang saat pertama kali aku menginjakkan kaki ke Singapore.
Perjalanan untuk ke Singapore aku tempuh dari Kuala Lumpur menggunakan Bus. Tiket bus bisa kau dapatkan diaplikasi Easy Book. Pemesanan tiket bus bisa dipesan saat kita berada di Indonesia. Untuk harganya bisa dibilang cukup murah dengan perjalanan kurang lebih 4-5 jam kita mengeluarkan kocek IDR 242.249.
Busnya cukup nyaman dilengkapi dengan AC, stop kontak personal, lampu baca, kursi empuk yang bisa buat tiduran dan tempat selonjoran kaki. Tapi sayang warnanya sangat ngejreng aaaa :D
Tumblr media
Tiba di Singapore kita bisa menemukan tulisan ini. Warga negara Singapore terlihat suka jalan kaki untuk kemana2. Makannya disini disediakan pedestrian yang nyaman banget buat pejalan kaki.
Tumblr media
Saat di Singapore penginapan yang aku gunakan terletak di jalan Dickson dekat dengan Little India. Aku pilih hotel ini selain karena lebih murah juga dekat dengan transportasi umum dan kampung arab jadi banyak pilihan makanan halal. Namanya Hotel 81 Dickson Singapore, dengan harga 1.440.000/Night .
Di Singapore harga hotel lumayan lebih pricey dari pada tiket pesawatnya. Jadi pastikan kamu sudah yakin untuk membeli tiket liburanmu :D
Ruangannya bersih dan fasilitas standard tanpa breakfast. Ada wifi, AC, water heater, sabun shampo, handuk, jug pemanas air, dan penggantian handuk tiap harinya. Untuk gambarnya kira-kira seperti dibawah ini.
Tumblr media
Lanjut makan malam, disekitaran hotel ada rumah makan halal bernama Al Mubin. Disana banyak menjual menu-menu arab dan indonesia. Jangan bandingan harga di Singapore dengan Malaysia. Karena, beda jauh 3x lipat haha. Jika membeli sesuatu aku pasti kali dengan harga IDR 11.000.
Seporsi Nasi ayam goreng sayur dan segelas teh tarik disana dihargai sekitar IDR86.000.
Tumblr media
Malam ini aku hanya berkeliling disekitar hotel yaitu Little India. Kenapa bisa disebut little India? inilah jawabannya.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Di sekitar Little India terdapat tempat perbelanjaan yang super gede namanya Mustafa Centre. Disana banyak menjual berbagai macam oleh-oleh seperti coklat, pakaian, perhiasan, dan barang pecah belah dengan harga yang lebih miring dibandingkan dengan toko lainnya. Cukup puas banget untuk mengelilingi satu toko ini, karena memang guedenya minta ampun.
Tumblr media Tumblr media
Keesokan paginya aku segera bergegas tidak mau melewatkan waktu singkatku di Singapore ini.
Perjalanan pertama. Icon Singapore, Merlion I'm comming! Perjalanan dimulai dari seberang hotel. Dilarang manja kalau di Singapore. Bagi yang sering kemana-mana pakai ojol rasain di Singapore deh. Selain jalan kaki disini orang kebanyakan memakai transportasi umum seperti bus, MRT, dan LRT. Kunci sukses kamu jadi raja jalanan di Singapore, kamu harus punya EZ Link card. Kartu ini mirip e-money bisa kamu gunakan untuk pembayaran semua transportasi umum di Singapore. Kartu EZ Link bisa di beli di mini market 7Eleven terdekat dengan harga SGD10 (SGD 5 harga kartu, SGD 5 isi saldonya).
Pemandangan indah banget Singapore di pagi hari. Kaya di luar negeri.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
EMANG INI LUAR NEGERI WOY!
Kalian harus hafal peta untuk menjelajahi singapore. Cukup take picture peta dipapan besar di tempat pemberhentian bus.
Tumblr media
Tiba di Merlion, ternyata perutku lapar. Butuh asupan makan. Yuk, cari makan. Aku menemukan 7Eleven di Bawah jembatan dekat patung Merlion, harganya cukup murah untuk seporsi mac n cheese, kalo ga salah SGD 4, lupa 😅. Untuk menghangatkan makanan disediakan microwave juga di mart nya. Sendok garpu udah include ya. Ini enak bangetttt!
Tumblr media
Hal wajib, POTOO!
Tumblr media
Poto lagiiiii! Ini lokasinya diantara patung Merlion dan 7Eleven.
Tumblr media
Waktu sehari ini nggak boleh aku lewatkan sedetik pun untuk mengunjungi tempat-tempat ikonik Singapore. Setelah dari merlion aku melanjutkan perjalanan menuju Universal Studio. Seperti biasa perjalanan aku tempuh menggunakan busway dan MRT.
MRT terasa penuh membludak, karena libur panjang imlek. Banyak turis yang datang ke Singapore, terutama India dan Bangladesh.
Tumblr media Tumblr media
Akhirnya tiba jug di Universal studio. Biaya yang aku keluarkan disini IDR 0 karena tanpa masuk wahana. Kalau pingin masuk ke wahana tinggal bayar IDR 968.942. Tiket ke universal studio bisa dipesan lewat aplikasi travel di Indonesia seperti Tiket.com dan lainnya.
Tumblr media
Panasnyaaa di Universal Studio.
FYI, Universal Studio terletak di pulau Sentosa Singapore. Untuk kesana kita bisa menggunakan kereta gantung/gondola, kapal ferry, kereta penghubung Singapore dengan pulau Sentosa, atau bisa juga jalan kaki lewat Sentosa Boardwalk.
Asli, kalau jalan kaki kamu bisa melihat view cantik banget di Sentosa Boadrwalk. Sayangnya cuma satu, 'CAPEK!'
Tumblr media
Lanjut dari Universal Studio menyempatkan untuk ke bandara. walaupun nggak terbang dari sana :D.
Kece parah ini bandara Singapore!! Suka banget sama nuansa tropical gini :D
Tumblr media
Aku ke Singapore pas tahun baru imlek, jadi disini perayaannya sangat meriah. Disetiap sudut jalanan terpasang lampion dan aneka accecories khas imlek lainnya. Pada gambar di bawah aku sedang jalan-jalan disekitar bugis street. Banyak masyarakat sedang melakukan ibadah. Uniknya mereka ibadah dengan menggunakan persembahan bunga bungaan. Bunga lotus menjadi icon pada persembahan ini. Konon katanya bunga lotus ini menjadi lambang keindahan dan kesempurnaan bagi orang tionghoa. Cantik banget kan :')
Tumblr media Tumblr media
Mengelilingin Bugis Street ternyata menguras energy. Aku harus makan dulu hehe. Sate ini aku beli di kedai Indonesia.
Tumblr media
Coconut shake yang virall, 9/10 🤗
Tumblr media
Poto dulu sama Mr. Hersey’s
MRT di Singapore saat liburan imlek rame banget yah. Udah kaya stasiun Manggarai aja.
Ini jus jeruk enak bangett. Harganya cuma SGD2. Terbuat dari 4 buah jeruk Australia. Namanya ijooz.
Tumblr media
Pemandangan ketika kamu jalan di malam hari
Tumblr media
Malam terakhir di Singapore dan terlihat hujan. Sebelum ambil gambar ini, hujan sangat derasss.
Aku menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan sebentar diluar dan jajan mie instant di 7Eleven. Mini market 7Eleven banyak banget disini, jadi ga usah takut kelaparan. Kira-kira aku keluar jam 21.30 waktu Singapore. Jalannya udah agak sepi dan tidak ada perempuan-perempuan yang diluar. Ini menakutkan bagiku, karena yang jalan-jalan malam hanya laki2 dan kebanyakan India.
Tumblr media
Yeayy masak mie instant di Hotell.
Tumblr media
Note 1: Disini aku nggak menerapkan bacpacker budget, karena waktu aku terbatas dan harus explore semua yg aku temui. Beli makanan juga yang penting mengenyangkan dan kalau ada yang murah ya langsung gass. Kalau dilihat aku makan dalam sehari bisa menghabiskan uang IDR 200.000an, karena ya itu yang aku temukan yang aku makan. Untuk kalian yang on budget sebaiknya riset lagi makanan murah di Singapore. Banyak traveler di luar sana bisa menemukan makanan seharga SGD 2 atau IDR 22.000 doang. Selagi kalian mampu untuk selektif membandingkan harga malah lebih baik 🫶🏻🤗
Note 2: FYI TULISAN AKU YG INI BELUM SELESAI😂
Tapi aku upload dulu. Biar bisa lanjut ke Budgeting 🙏🏻🤗
1 note · View note
meng-u-las · 1 year
Text
Cerita Perjalanan Tiga Negara - Part 1
Tumblr media
Photo by Ismael Bashiri on Unsplash
Saya mendapatkan rezeki bisa mengalami sendiri tour tiga negara belum lama ini bersama keluarga kecil saya, tour tersebut mencakup Malaysia, Singapore dan Thailand, tidak pernah saya sangka sebelumnya, letak ketiga negara tersebut yang dalam satu daratan, membuat perjalanan antar negara tersebut menjadi memungkinkan, membayangkan yang demikian sebelumnya agak sulit untuk saya pribadi, karena selama ini perjalanan darat terjauh yang bisa saya tempuh hanya perjalanan darat dari ujung pulau Jawa sebelah barat ke ujung pulau Jawa sebelah timur, kurang lebih berjarak 1,000KM, itupun masih dalam cakupan wilayah Indonesia, dengan jarak yang kurang lebih sama, dalam tour ini saya bisa menjelajahi Tiga negara yang tentunya banyak hal unik yang saya jumpai sepanjang perjalanan, namun tulisan ini mungkin hanya sebatas tulisan umum tentang kekaguman saya melihat atau mengalami sendiri perjalanan yang cukup seru ini.
Mengawali perjalanan dengan mendarat di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, kami sekeluarga dijemput oleh tim Tour dari Malaysia lengkap dengan armada Bus yang menemani perjalanan dari awal hingga akhir, sebelumnya mungkin saya berkesempatan mengunjungi masing-masing negara dengan jalur udara, namun kali ini dengan pengalaman yang berbeda kami menjelajahi setiap wilayah menggunakan Bus. Hal yang baru saya ketahui, ternyata di benua asia terdapat sebuah jalan toll dengan nama "Asian Highway Network", kalau mengutip penjelasannya dari situs Wikipedia, jalan toll ini dibangun atas inisiatif dari beberapa negara di Asia dan ESCAP (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific), untuk meningkatkan konektivitas atau keterhubungan antar wilayah, salah satu jalan Toll yang menghubungkan negara-negara tersebut adalah AH2 (Asian Highway 2), yang kembali baru saya ketahui, ini menghubungkan Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Myanmar, India, Bangladesh, Nepal, Pakistan dan Iran dalam sebuah jalan Toll, meskipun mungkin di Indonesia sendiri jalan toll ini masih terpisah dengan jalur laut, melalui jalur ini juga perjalanan kami lalui.
Malaysia sendiri merupakan negara federal yang terdiri dari tiga belas negeri (Negara bagian) dan tiga wilayah federal, masing-masing negeri memiliki Sultan atau rajanya, dan secara bergiliran, masing-masing berkesempatan untuk menjadi Raja malaysia, Ibu Kotanya ada di Kuala Lumpur dan pusat pemerintahannya sendiri di Putrajaya, pemisahan wilayah tersebut kembali mengingatkan dengan rencana Indonesia untuk memindahkan Ibu Kota Negara ke IKN Nusantara di Kalimantan, namun untuk Putrajaya sendiri sudah mulai didirikan pada 19 Oktober 1995, menjadi sangat berkesan karena penataan dan arsitektur wilayah Putrajaya ini seperti sudah dipikirkan matang-matang dan sangat indah, dari peletakkan gedungnya, sarana prasarana umum nya, semua terlihat rapi dan tertata baik, melihat hal tersebut saya pun menyimpan harapan agar IKN nanti bisa menjadi Ibu Kota yang Indah, tentunya terlepas siapapun yang akan memimpin Indonesia nantinya.
Meneruskan perjalanan hingga ke wilayah negeri Johor, kami menuju ke perbatasan antara Malaysia dengan Singapore, dari info yang saya dapatkan terdapat dua jalur darat untuk mencapai SIngapore dari Malaysia, yaitu melalui Johor Bahru (Johor-Singapore Causeway) ataupun melalui daerah Gelang Patah, yang lebih kecil. Karena waktu kami melewati perbatasan merupakan hari kerja, perbatasan tersebut biasanya dipadati oleh orang-orang yang melaju dari Malaysia untuk bekerja di Singapore, jadi hal ini baru kali ini saya saksikan, bagaimana padatnya perbatasan tersebut pada jam-jam sibuk, entah itu pagi hari ataupun sore hari waktu para pekerja tersebut pulang dari Singapore, hal ini lah yang baru bisa saya saksikan ketika menjalani Tour ini melalui jalan darat. Ada kesan yang unik, melihat para pekerja yang berlarian untuk melalui proses Imigrasi, tujuannya adalah agar tidak terlambat mendapatkan tumpangan untuk pulang ataupun untuk pergi, tidak heran terjadi antrian mengular panjang orang-orang yang menunggu bus, hal ini memang mengingatkan akan padatnya pergerakan pekerja dari wilayah BoDeTaBek setiap hari untuk mengais rejeki di Jakarta, tapi lagi-lagi di Indonesia para pekerja tidak harus menembus perbatasan antara negara, sedangkan disini orang-orang benar-benar menunjukkan betapa perjuangan mereka mengais rejeki di negara orang.
Yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh saya adalah kita bisa pergi ke Negara lain menggunakan kendaraan yang bukan dari negara tujuan, karena saya berangkat dari Kuala Lumpur menggunakan bus, otomatis bus tersebut bukan merupakan bus Singapore, namun dengan menyaksikan dan mengalaminya sendiri, ternyata beberapa perusahaan transportasi memang sudah memiliki izin untuk melakukan perjalanan tersebut, izinnya sendiri dikeluarkan oleh Land Transport Authority (LTA) dari Singapore, begitupun mungkin dengan para pekerja yang melaju dari wilayah Malaysia ke Singapore setiap harinya, dan memang saya sebelum-sebelumnya tidak pernah memperhatikan, bahwa ternyata banyak kendaraan dari Malaysia yang berlalu lalang di wilayah Singapore, begitupun sebaliknya, karena wilayah darat yang terhubung tersebut.
0 notes
mputandini · 7 years
Text
Agen Bus Harga Bus Tiket Bus Po Bus Umum
Kepala Operasional Bus Brilian Burhan Prabowo mengatakan, pihaknya ingin menampilkan konsep terbaru dari moda transportasi bus. Ia juga ingin memberikan kenyaman bagi para penumpang bahwa bus Brilian memiliki akomodasi seperti hotel berbintang.
Moda transportasi darat seperti bus saat ini mengalami kemajuan pesat. Produk anyar bus Brilian memiliki fasilitas akomodasi mewah seperti TV LCD di setiap bilik, tempat tidur, makan dan minum serta fasilitas lain layaknya sebuah hotel.
“Kami ingin mencoba menampilkan konsep yang berbeda dari bus daripada sebelumnya. Kami juga ingin menghilangkan mindset orang kalau naik bus tidak nyaman. Untuk itu, pihak perusahaan ingin ada perubahan dalam memberikan kenyaman bagi para penumpang,” kata Bowo saat dihubungi merahputih.com melalui sambungan telpepon, Selasa (5/7).
Bowo menambahkan, bus Brilian dilengkapi dengan akomodasi tempat tidur, bilik, wifi, dan personal entertaiment seperti TV LCD di masing-masing ruangan.
“Jadi penumpang pun nyaman saat melakukan perjalanan jarak jauh sehingga mereka tidak bosan,” tuturnya.
Bowo mengaku, terobosan ini baru pertama kali dan belum pernah ada bus yang menggunakan konsep kamar tidur di setiap ruangan bus. Kapasitas bus ini mampu menampung 20 orang dan masing-masing orang satu tempat bilik serta tempat tidur.
“Kita baru launching kemarin, setahu kita baru kita yang betul-betul dibuatkan bed untuk para penumpang agar dapat beristirahat dengan nyaman saat melakukan perjalanan dan memiliki kapasitas 20 orang,” ucapnya.
Rute perjalanan bus Brilian meliputi Jakarta – Purwokerto – Purbalingga. Untuk tarif di hari normal sebesar Rp250 ribu, untuk Lebaran sekarang Rp350 ribu.
“Harga sangat terjangkau dan target market kami untuk kalangan menengah ke atas. Untuk saat ini, kami baru menyediakan rute perjalanan itu sembari melihat respons pasar,” jelasnya.
Agar menghindari hal negatif, lanjutnya, pihaknya akan memasang CCTV di setiap sudut bus agar dapat memantau kegiatan para penumpang. Selain itu, ada pramugara yang mengikuti standard operating procedure (SOP) setiap seperempat jam dia kontrol.
“Kalau ada ketahuan penumpang berbuat mesum, maka pihak bus akan menurunkan penumpang di tempat. Karena tujuan kita menyediakan fasilitas kenyamanan ini pastikan bukan untuk itu. Jadi kita harus mengambil tindakan tegas bagi penumpang nakal,” terangnya.
Ke depannya, bus Brilian akan dilengkapi dengan fasilitas toilet dan mini kitchen agar memudahkan saat di perjalanan. Untuk saat ini, baru dua yang beroperasi.
“Ke depannya kita berencana ingin menambah fasilitas lagi seperti toilet, kitchet set agar lebih sempurna saja dalam memberikan pelayanan bagi para penumpang. Kami yakin fasilitas bus Brilian banyak diminati oleh masyarakat,” pungkasnya. (Abi)
Tim Pemungutan Retribusi Pantai Parangtritis Bantah Isu Kenaikan Tarif
Kemenhub Temukan Bus Tak Laik Beroperasi di Cirebon
Asyik, Lebaran Tiba Bus Tingkat Werkudara Kembali Beroperasi
Jelang Mudik Lebaran, Terminal Kampung Rambutan Periksa Kesiapan Bus AKAP
Tarif Bus Tak Sesuai Peraturan, Jonan: Saya Cabut Izinnya
Ritual pulang kampung ala mahasiswa tidak hanya dilakukan saat lebaran, tetapi diusahakan setiap weekend atau setiap ada hari kosong yang dosennya nggak masuk kelas. Berbicara tentang pulang kampung, pasti ada hubungannya sama jenis kendaraan yang dipakai. Kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Kalau untuk yang rumahnya nggak terlalu jauh, pasti pilih naik kendaraan pribadi. Tapi untuk rumahnya yang jauh, lintas provinsi misalnya, pasti naik kendaraan umum. Yang jauh banget naiknya peswat, yang agak jauh bisa naik kereta api, travel, shuttle bus yang khusus ada di agen-agen, atau bus biasa yang harus naik dari terminal umum. Nah, masalahnya, anak jaman sekarang paling males kalau disuruh naik bus umum sendirian. Banyak banget alasannya. Takut dicopet lah, takut dihipnotis, takut ketiduran di jalan, sumpek, dan segudang alasan manja lainnya. Padahal sebenernya ada banyak alasan juga kenapa kita harus naik bus umum dan itu sendirian. Mau tahu? Ini dia!
Mahasiswa yang duit masih minta orang tua jangan belagu sok milih kendaraan yang nyaman. Dengan jurusan yang sama, kalau dibandingkan travel atau kereta api, bus umum pasti yang tarifnya paling murah. Pengalaman saya sendiri, pulang dari Jogja ke Ponorogo (Jawa Timur), kalau naik kereta sampai Madiun lanjut naik bus ke Ponorogo habisnya minimal Rp. 95.000,00, tergantung tarif kereta api pas hari itu. Kalau naik travel Rp. 90.000,00. Tapi kalau naik bus umum cuma Rp. 37.000,00. Nah, lumayan kan selisihnya?
Kalau pulang kampung naik kereta, turun stasiun, terus dijemput bapak mah cemen banget. Apalagi kalau naik travel. Dijemput di rumah, tinggal tidur, eh tahu-tahu udah sampai kos. Duh, anak SD juga bisa begitu. Jadi mahasiswa kan berarti udah gede, harus berani lah naik bus umum sendiri. Memang ribet, harus ke terminal, naik busnya rebutan, harus berdiri kalau kehabisan tempat duduk, panas, sumpek, dan yang paling nyebelin adalah kemungkinan untuk oper-oper ke bus lain. Nggak enak ya? Tapi itu yang bikin greget. Percaya deh. Setelah kalian bisa melewati tantangan itu, pasti kalian akan merasa bangga. Karena kalian berarti lebih berani dan lebih mandiri daripada para mahasiswa cupu bin manja.
Cuma anak lebay yang suka takut naik bus umum sendirian. Percayalah padaku, gaes. Dari SD naik bus umum sendirian nggak pernah membuat diriku celaka seperti yang kalian bayangkan. Buktinya sampai hari ini masih bisa kuliah dan tetep naik bus. Kejahatan itu bisa terjadi dimana saja, nggak cuma di bus atau terminal. Orang-orang atau pengamen yang ada disana biasa-biasa aja kok. Cuma di film aja yang kayaknya mereka itu serem banget, tato disana sini, terus di pipinya ada codet gitu. Yang penting jaga diri baik-baik. Berdoa dulu sebelum berangkat, jangan bawa tas kebanyakan, jangan suka main handphone, jangan pakai perhiasaan yang mencolok, tetep berpikiran positif, dan jangan kelihatan kalau kalian takut. Itu kuncinya. Kalau kalian nggak aneh-aneh, pasti nggak ada yang mau berbuat jahat.
Kelemahan naik bus umum adalah lama dan bikin capek di jalan. Apalagi kalau sendirian, pasti bosan banget. Tapi jangan salah, ada cara biar happy selama perjalanan. Caranya adalah pilih tempat duduk pas di samping jendela, pasang headset, putar lagu-lagu favoritmu, kepala hadap keluar jendela, nikmati apapun yang kalian lihat selama perjalanan. Karena naik busnya lama, pasti lama-lama kalian akan merasa rileks dan terbawa suasana. Itulah enaknya sendiri. Nggak perlu peduli sama orang-orang di sebelah. Kalau lagi jatuh cinta, bisa senyum-senyum sendiri terus. Kalau lagi galau. bisa baper gitu Tapi jadi lupa sama bosennya naik bus kan? Kalau buat aku yang berimajinasi tinggi sih, pas suasana syahdu di bus kayak gini, rasanya jadi kayak lagi syuting FTV. Hehehe
Dengan naik bus umum sendirian, tanpa disadari, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Yang pasti belajar mandiri dan jadi pemberani. Nggak usah ngaku mahasiswa deh, kalau naik bus umum sendirian aja takut. Kedua, belajar sabar karena naik bus itu emang sering bikin kesel. Entah itu kondekturnya yang suka godain, sopir yang ugal-ugalan, penumpang lain yang rese, pengamen dan pedagang asongan yang ganggu, dan lain-lain. Dari mereka kita belajar tahan emosi. Apalagi kalau mereka itu orang tua yang harus dihormati. Nggak mungkin kan mau marah-marah? Ingat, udah mahasiswa. Ketiga, belajar bersyukur. Dengan melihat banyak orang yang harus bekerja keras, kepanasan, naik turun bus, kita belajar buat lebih bersyukur sama yang kita punya sekarang. You’ll know how blessed you are. Dan yang terakhir, belajar untuk tidak mempercayai stereotype tentang orang lain. Kalau ada yang bilang pokonya orang-orang yang ada di terminal atau bus umum itu orangnya kriminal, kasar, atau sangar, jangan mudah percaya terus jadi takut. Kalau ketemu langsung sama mereka, kalian akan tahu kalau mereka tidak seseram itu. mereka juga baik dan punya rasa sopan
bus umum,
bus umum termewah di indonesia,
bus umum di bali,
bus umum jakarta,
bus umum antar kota,
bus umum ke pangandaran,
bus umum ke puncak,
bus umum di jepang,
bus umum di kuala lumpur,
bus umum jakarta pangandaran,
bus umum tempo dulu
bus umum termewah di dunia
bus umum jakarta bandung
bus umum ke karawaci
bus umum di yogyakarta
bus umum ke anyer
bus umum bali
bus umum ke ancol
bus umum terbaik di indonesia
bus umum termewah
bus umum di singapura
gambar bus angkutan umum
bus angkutan umum termewah di indonesia
bus angkutan umum
sewa bus angkutan umum
umum angkutan bus antarkota tts
bus angkutan umum dijual
bus umum bandung
bus umum bandung pangandaran
bus umum di johor bahru
balapan bus umum
pengertian bus bank umum syariah
bisnis bus umum
bus umum termewah diindonesia
bus umum terbagus di indonesia
gambar bus umum
game bus umum
harga bus umum
bus umum mewah indonesia
bus umum paling mewah di indonesia
bus umum jepara
rute bus umum jakarta
trayek bus umum jakarta
jalur bus umum jogja
rute bus umum jogja
jalur bus umum yogyakarta
jadwal bus umum
angkutan umum bus kota
kelebihan bus umum
kecelakaan bus umum
bus umum ke lippo karawaci
ke pangandaran naik bus umum
bus umum mewah
manfaat bus umum
bus umum paling mewah
modifikasi bus umum
pengertian bus umum
permainan bus umum
rute bus umum
rute bus umum yogyakarta
sewa bus umum
fungsi saluran bus secara umum
transportasi bus umum
trayek bus umum
tarif bus umum
tarif bus umum 2013
Agen Bus Harga Bus Tiket Bus Po Bus Umum
Agen Bus Harga Bus Tiket Bus Po Bus Umum Kepala Operasional Bus Brilian Burhan Prabowo mengatakan, pihaknya ingin menampilkan konsep terbaru dari moda transportasi…
Agen Bus Harga Bus Tiket Bus Po Bus Umum Agen Bus Harga Bus Tiket Bus Po Bus Umum Kepala Operasional Bus Brilian Burhan Prabowo mengatakan, pihaknya ingin menampilkan konsep terbaru dari moda transportasi…
0 notes
nurfitriaha · 5 years
Text
Marathon 2 Hari di Singapore
Empat hari tiga malam jadi perjalanan yang sangat singkat bagiku dan dua orang temanku buat eksplore Negeri Singapore dan Malaysia bulan lalu. Dari yang belum ada rencana ke sana dalam waktu dekat, sampai akhirnya tawaran tiket promo mengubah niat kami.
Long story short, kami sudah pesan tiket ke Singapore di tanggal 25 Juli hari kamis, pun tiket baliknya sudah kami pesan di tanggal 28 Juli dari Kuala Lumpur. Dua hari kami habiskan di Singapore dan dua hari selanjutnya di Malaysia. And this is marathon 2 hari di Singapore. 
How did I get there?
Penerbangan ke Singapore (dari Juanda) kami tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam dengan maskapai Jetstar yang kami pesan di paltform favoritku traveloka. First impression sebuah maskapai menurutku bisa dinilai dari delay atau tidaknya flight kita. I have to say Jetstar made a good first impression since there was no delay for my flight. Pesawatnya enak dan murah lagi hihi. 
What we do first.
Sesampai di Changi Airport yang sudah ku nantikan sedari lama karna tau kalo Changi jadi salah satu bandara terbaik di dunia jadi ingin ku segera melihatnya. Ditambah kabarnya di tahun 2019 ini ada yang baru di Changi Airport, tak lain adalah Changi Jewel. Fakta-fakta lain tentang Changi Airport singkatnya ada di web ini https://singaporeguidebook.com/12-fakta-tentang-bandara-changi-yang-belum-anda-ketahui/ .
What we do first adalah nyari koneksi internet! Begitu keluar dari imigrasi kami langsung menuju money changer terlebih dahulu karna seorang teman masih perlu SGD. Lokasi money changer sangat mudah ditemukan, terlebih di Changi petunjuk ke arah manapun sangat jelas dan mempermudah turis menemukan arah kemana harus pergi. Petugas bandara atau penjaga-penjaga counter apapun di Changi juga sangat ramah kalau kita nanya-nanya. 
Buat internetan di SG kami pakai prepaid Sim Card Starhub dengan kuota 100GB local data for 7 days, 1GB roaming data, 30 mins IDD 018 calls, 100 local SMS, 500 mins local outgoing calls, Unlimited local incoming calls and local data for social messaging. Kami beli simcard nya di aplikasi Klook (https://www.klook.com/id/) yang kebetulan saat itu ada promo juga. Selain di Klook, untuk keperluan simcard maupun card-card lainnya yang dibutuhkan sewaktu eksplore SG bisa pesan di https://www.changirecommends.com/ atau traveloka pun karena traveloka juga sedia semuanyah. Untuk menghemat pengeluaran, kami hanya membeli 1 simcard buat di SG dan 1 simcard buat di Malaysia. Dua orang lainnya menggunakan thetering karna kuotanya berlimpah dan kami tidak ada rencana bepergian terpisah-pisah, jadi theteringan masih aman. Toh sewaktu jalan-jalan kami cuman butuh buat google maps dan update ig kalo sempet hehe. (budgeting akan ditulis dalam postingan lain)
Oiya, sewaktu ke Singapore jangan lupa beli Ez-Link card. Ez-Link card itu semacam kartu e-money yang dipake buat pembayaran MRT, LRT, bus, dan beberapa outlet lainnya, macem flash atau e-Toll card kalo di Indonesia. Ez Link card kami beli di traveloka dan kami tukar vouchernya di Changi Airport. 
Where do we go?
Changi Airport is too big for me dan bagusss banget dari segi interior, kebersihan, arsitektur bangunannya, dan semuanya estetis plus mix match nya oke punya. Nggak bakalan nyesel kalo pas lagi transit di Changi, bisa banget mengelilingi Changi ke setiap sudutnya. Cukup duduk-duduk santai, kami lanjut explore bagian Changi yang lain. 
>> Changi Jewel <<
Masih di area Changi Airport, kabarnya Changi Jewel yang merupakan area ruang terbuka, mall dan ada instalasi-instalasi menarik baru dibuka April 2019 lalu. Instalasi paling menyegarkan mataku waktu itu adalah HSBC Rain Vortex. Air terjun indoor tertinggi di dunia kurang lebih tingginya 40 meter ini superbbb keren abisss. Jantungnya Jewel ini mah, eye catching bgttt. Zzzzuwegeerrrr! abis terbang dari indo trus begitu sampe liat air terjun sekeren itu ditambah sekelilingnya tanaman asli ijo-ijoo tapi masih di area indoor bandara. Di bagian atas sekeliling air terjun ada canopy dan ada jembatan yang mengelilingi, Canopy Bridge namanya. Ada view keretanya juga yang jadi makin menarik. Semacam kengerian perpaduan teknologi dan alam yang warbiyasahh ciamik!
Tumblr media Tumblr media
Gorgeous kan?
Selain air terjun indoor, mata kami juga dimanjakan dengan kesegaran Shiseido Forest Valley yang tanemannya asli semua dan seger-seger. Instalasi lain di Changi Jewel ada Canopy Park, Manulife Sky-Net Walking, Hedge Maze, Mirror Maze, Discovery Slides, Changi Experience Studio dan masih banyak lagi. Kalo mau puas ke semua instalasi kira-kira butuh waktu 4 jam kali ya.
Karna udah niat selama di Singapore bakal naik transport umum kemanamana, setelah puas eksplore Changi, kami memutuskan istirahat di hotel dulu. Akses ke hotel kami harus ke terminal mrt dulu dari changi. Jadi dari terminal 2 kalau ngga salah kami naik kereta ke terminal mrt. Dari situ kami naik mrt turun di Bugis Station (kalo ngga salah) lalu jalan menuju hotel di daerah Arab Street. Sepanjang jalan kaki menuju hotel, kami mampir makan malam di sebuah restoran arab. Kebetulan menunya campur juga sama masakan Indonesia. Untuk sebuah nasi briyani dihargai kurang lebih 3 SGD. Pun nasi goreng sayur diharga kurang lebih 2,5 SGD. Alhamdulillah rasanya masih aman di lidah dan porsinya yang besar cukup membuat kami kekenyangan.
>> Masjid Sultan <<
Sengaja kami bangun pagi-pagi sekali karna pasti lebih enak dibuat foto kalo jalanan masih sepi. Dari hotel ke Masjid Sultan hanya butuh waktu 5-7 menit. Seperti namanya, kuba masjidnya dilapisi emas (tapi taktau emas beneran apa engga), ditambah arsitekturnya temanya turki turki gitu. Perpaduan warnanya putih dan emas. Oiya fyi jalanan di daerah hotel kami kalau malem yang buka banyak Club nya, tapi kalau pagi-siang-sore ada yang berganti jadi perdagangan dan jasa. 
Tumblr media Tumblr media
Ku lagi nginti-ngintip Masjid Sultan, sapatau ada Sultannya beneran
>> Arab Street <<
Tak jauh dari Masjid Sultan, kami menjelajah koridor Arab Street. Warna warninya lucu dan instagramable. Kami puas foto-foto karena lagi sepi-sepinya. Fyi, sewaktu malam hari koridor ini jadi rame kayak pasar malem gitu. Di koridornya dibuka counter-counter makanan dilengkapi lampu-lampu dan musik. Bisa beli oleh-oleh juga di koridor ini.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
>> Haji Lane <<
Masih di area Arab Street, tak jauh dari situ ada jalanan terkenal namanya Haji Lane. Jalanan ini terkenal jadi spot foto-foto karena artistik dan banyak muralnya. Tembok-tembok bagian belakang dicat warna warni tapi masih serasi. Pertokoan di jalanan ini baru dibuka pukul 11.00 a.m jadi kalau mau dapet banyak foto yang sepi, better pagi-pagi sih.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
>> Little India <<
Bertolak dari kawasan kampung Arab, Bugis Street dan kawan-kawannya, kami melanjutkan perjalanan ke Little India. Sesampai di kawasan tersebut, wewangian orang India yang sedang ibadah mulai tercium aromanya. Di kawasan tersebut ada tempat ibadah namanya Sri Veeramakaliamman Temple. Tempatnya unik, cantik, dan terlihat religius, sayang ngga sempet moto. Di sepanjang koridor jalanannya banyak toko-toko jual perhiasan, bunga-bunga yang biasa dipake kalung sama orang India dan properti-properti yang India banget. Kami sempat nyoba samosa dan kopi susu di sana. 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
>> Gardens by The Bay <<
Sebelumnya kami membeli tiket masuk GBB di traveloka (Traveloka dulu, jalan-jalan kemudian). Harganya kurang lebih 250rb rupiah sudah bisa masuk ke Flower Dome dan Cloud Forest. Tapi kalo mau masuk di salah satunya juga bisa beli tiket offline di entrance GBB nya. Kalau ke Cloud Forest aja harganya kurang lebih 15SGD. 
Sebelumnya sempet gugling dan yutubing GBB ini ternyata guwedeeee bangeettt. Banyak spot bagus-bagus tak berbayar yang bisa kita nikmati. Salah satunya GBB Supertree. Sebelum ke Supertree, otw masuk-masuk ke GBB banyak juga yang bisa kita nikmati seperti jembatan awal masuk setelah entrance GBB, di situ bisa foto-foto kliatan Gondola yang gede itu sama bangunan-bangunan kota yang gede-gede di Singapore plus ada view sungainya juga. 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Waterfall Again!
Inilho air terjun yang favorit juga di Singapore. Di sini juga zzuwegeerrr padahal waktu siang itu lagi panas banget di luar. Entah di situ dinginnya karna ada AC nya juga atau hanya karena tumbuhan ijo-ijonya. Setiap yang masuk ke Cloud Forest pasti foto di air terjun ini, we did it so hehe, syukur kalo lagi sepi. Tapi kemarin karna hari Jum’at jadi agak rame. 
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
motoin adekadek ini karna lucu bgtt dan putihputih ampuun
Selain waterfall hitsnya, di dalem Cloud Forest banyak bunga-bunga yang cantik dan view dari skybridge yang bagus pollll!
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sudah cukup lelah mengelilingi Cloud Forest yang terdiri dari 7-8 lantai, kami lanjut ke Flower Dome dengan sedikit foto hihi. Di Flower Dome jenis bunga dari berbagai negara dan variannya buwanyak banget. Warna warni cantik bangettt, aku minder kalah cantik sama bunganya jadi ga foto (alesan wkw).
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
>> Sentosa Island <<
Udah cukup ngosngosan jalan mulu dari pagi. Hu ha hu ha huh! Sekalian saja kami bertolak ke Sentosa Island demi pingin foto sama tulisan Universal Studio Singapore haha. Masih dengan MRT dan turun di Vivo City, setelahnya kami kudu jalan dengan bantuan mesin eskalator horizontal ke Sentosa Island. Siang itu sungguh terik tapi jadinya langitnya keliatan biru banget. Super shining.
Tumblr media
Sepanjang jalan nyebrang ke Sentosa Island
Tumblr media Tumblr media
Karna foto temen lebih bagus jadi yang dipajang foto temen hehe
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sentosa Island dari kejauhan
Di Sentosa Island ketemu teteh-teteh ibu-ibu Bandung yang lagi liburan tapi pake travel. Sempat si Ibu cerita gini “Saya pake travel mbak, tapi sama travelnya disuruh naik MRT” so saddd. Trus ibunya pergi, panas katanya, adem di Bandung. For sure panas bangett memang kalau siang di Singapore, ya sama kayak Indonesia, tapi polusinya ngga sebanyak di negri kita tercinta ini :(
Balik dari Sentosa Island kami bisa mengakses mrt gratis. Kalo dari vivo city ke Sentosa Island naik mrt berbayar, tapi kami milih jalan sambil santai liat-liat lautan. 
Fyi untungnya liburan kami kali ini orientasi kami bukan untuk berbelanja seperti kebanyakan orang kalau ke Singapore hehe, jadi spare waktu kami habisnya buat jalanjalan dan foto-foto bukan buat belanja ^^
 >> Clarke Quay, Merlion Park, dan sekitarnya <<
Tenaga kami hampir habis tapi kami tetep jalan sampe semua checklist kami tercapai haha ambis bgt kudu ke semua tempat dalam waktu yang singkat. Gapapa, namanya juga semi semi backpackeran jadi kudu mau capek dan keringetan. Jalan dari pemberhentian mrt sampe ke tempat-tempat berikut cukup melelahkan karena panasnya itu lho. It’s a hot hot hot hot day, it’s a sunny sunny day. When the sun ups there. ~~~~ *sing a song dulu
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dari Clarke Quay masih naik mrt dulu buat ke Merlion Park. Kami sambil jajan-jajan biar ngga lemes lemah gemulai tak bertenaga.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Marathon kami berakhir di sini, setelah itu kami kembali ke daerah Bugis Street lalu ke Masjid Sultan lagi, jalan-jalan malam di Arab Street dan beli sedikit oleh-oleh. Istirahat sholat ashar di Masjid Sultan sekalian selonjoran dan nunggu maghrib. Ba’da maghrib kami ambil barang di hotel lalu ngegrab ke tempat keberangkatan bis ke Kuala Lumpur. Fyi, hati-hati sama berkas-berkas seperti paspor, embarkation card, ktp, uang, dan lain-lain, terutama embarkation card dan paspor yang nanti akan dicek lagi di imigrasi perbatasan Singapore-Malaysia.
Sampai sini dulu gaessss, yang ngetik ikut capek lagi kayak pas marathon liburan kemarin wkwk. Soal bis SG-KL, budgeting, dan behind the scene akan dilanjut di lain waktu. Semoga bermanfaat :)
2 notes · View notes
thenocturnotes · 7 years
Text
Traveler’s Guide to Japan (Low Budget!) – Part 3: Osaka-Kyoto-Wakayama/Kansai Area
5 Januari 2018
Saya dan teman-teman yang bergabung dalam trip ini: Alvi, Jatu, dan Randy berangkat ke bandara Juanda sebelum subuh karena pesawat kami berangkat pukul 5 pagi. Kesalahan saya lagi hahaha, bodo banget pesen tiket pesawat jam 5. Karena sudah terlanjur ya sudah mau bagaimana lagi kan ya…
Sekitar jam setengah 9 kami mendarat di Kuala Lumpur. Transit di sini selama kurang lebih 6 jam. Alhamdulillah sekitar pukul setengah 10 malam akhirnya kami tiba di Kansai Airport, Osaka. Saya pun bersiap-siap menyambut udara dingin di luar bandara. Begitu saya keluar dari area bandara, saya agak kaget dengan perubahan suhu udara yang cukup drastis. Rasanya seperti menghirup udara dari dry ice yang ada di kotak es krim. Hidung tiba-tiba terasa kering dan napas mengeluarkan uap air. Emang udik ckck. Saya segera merapatkan resleting coat.
Tempat pertama yang dituju adalah loket penjualan Kansai Thru Pass (5200 yen) yang berfungsi sebagai kartu sakti kami selama 3 hari ke depan dan tiket kereta Nankai Express (920 yen) yang akan membawa kami ke Namba Station. Loket ini tersebar di beberapa tempat di Kansai Airport. Yang saya tuju waktu itu adalah loket yang berada tepat di depan gerbang railway station di dalam bandara. Ojiisan yang melayani pembelian tiket berkata kepada saya bahwa jangan sampai Kansai Thru Passnya diaktifkan hari itu karena sudah pukul 10 malam, bakalan rugi karena tinggal 2 jam lagi menjelang tengah malam. Siap, Ojiisan!
Namba Station adalah stasiun pemberhentian paling akhir, sehingga perjalanan dengan kereta ini menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Sampai di Namba Station, beberapa pintu keluarnya sudah ditutup karena sudah pukul 11 malam. Kami bergegas membuka google maps untuk mencari arah menuju apartemen (apato) yang terletak di gedung Itopia Kozu, Osaka. Apato ini disewakan lewat airbnb. Untungnya jarak Namba ke Apato hanya sekitar 1 km sehingga kami tidak membeku di tengah jalan. 
Apato kami terletak di lantai 7, memiliki fasilitas 1 buah double bed, 2 buah futon, microwave, mesin cuci, wifi, dapur lengkap dengan alat masak, serta kamar mandi yang dilengkapi dengan bath tub. Malam itu semua lelah dan langsung tertidur setelah mandi dengan air hangat.
6 Januari 2018
Pagi ini kami berencana pergi ke Arashiyama. Setelah dicek, ternyata ada stasiun yang posisinya lebih dekat daripada Namba, yaitu Nippombashi. Akhirnya kami menjadikan stasiun ini sebagai base kami. Arashiyama terletak di Kyoto, jadi perjalanannya agak jauh, memakan waktu sekitar 1 jam dengan kereta. Sesampainya di stasiun Arashiyama, saya langsung jatuh cinta dengan suasana peaceful dan tenang dari lingkungannya.
Tumblr media
Stasiunnya sangat cantik, dengan lampu-lampu temaram berwarna kuning yang menggantung di langit-langit peron.
Dalam perjalanan menuju Arashiyama, kami berjalan di tepi Katsura river. Ada banyak burung dara gemuk yang berjalan di atas kerikil-kerikil kecil di tepi sungai. Kami menyeberangi Togetsukyo bridge yang membentang di atas Katsura river, melewati toko-toko yang menjual pernak-pernik omiyage (souvenir) dan jajanan seperti fried octopus dan matcha ice cream. Ternyata sebagian besar matcha ice cream yang dijual di Jepang tidak halal, hal ini kami ketahui dari obaasan yang menjual ice cream ini. Agak sedih sih, tapi karena tahu ada restaurant halal yang menjual matcha ice cream di Osaka dan Tokyo, akhirnya kami agak legowo.
Tumblr media
Pagi itu Arashiyama sangat ramai. Cukup susah mencari spot foto yang sepi dari photo bomb orang-orang yang melintas di belakang. Saat perjanan kembali ke stasiun, kami sempat nyasar di gang-gang kecil dengan rumah-rumah penduduk yang asri di kanan dan kiri jalan.
Setelah puas berjalan-jalan di hutan bambu, kami melanjutkan perjalanan ke tengah kota Kyoto menuju ke kuil Kiyomizudera. Dari Arashiyama, kami naik kereta hingga Kyoto Station lalu mengambil bus yang menuju ke arah kuil. Kami turun di halte Kiyomizu-michi, berjalan di sepanjang Matsubara Dori dengan kanan kiri jalan yang dipenuhi toko dan restaurant, hingga sampai pada Kiyomizudera di ujung jalan.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sedihnya, ternyata kuil ini sedang dalam tahap renovasi sehingga ditutupi oleh terpal. Kami gagal melihat kemegahan arsitekturnya. Dari kiyomizudera, perjalanan dilanjutkan ke Kyoto Tower untuk menumpang sholat. Prayer room banyak tersebar di tempat-tempat wisata di Jepang sehingga kalian tidak perlu kuatir kalau ingin sholat.
Setelah sholat kami berjalan menuju ke sebuah restaurant ramen halal bernama Ayam Ya. Tempat ini tidak jauh dari Kyoto Station. Saya sangat merekomendasikan tempat ini karena harga makanannya cukup terjangkau dan enak, sekitar 700 yen untuk semangkok besar spicy chicken ramen yang saya pesan.
Tumblr media
 Puas makan siang-merangkap malam, kami berjalan-jalan sebentar di mall yang ada di sekitar wilayah itu. 
Tumblr media
Mampir ke uniqlo sebentar, lalu hati tergerak untuk membeli kaos heat tech seharga 1000 yen karena saya cuma membawa 2 potong longjohn. Dari sana kami melanjutkan perjalanan menuju ke T-site di daerah Hirakata, Osaka. T-site ini memiliki toko buku dan stationary yang sangat cozy dan bikin betah berlama-lama. 
Tumblr media
Mereka memiliki café di dalam toko. Buku-bukunya bebas untuk dibaca sambil minum kopi atau teh :’) kapan ada tempat seperti ini di Surabaya ya. Sayangnya buku-bukunya pakai huruf kanji semua, saya roaming. Ada satu spot di toko buku ini yang memiliki rak buku menempel dinding setinggi 3 lantai, tapi ternyata spot itu ditutup untuk umum di atas pukul 8 malam hiks. Dari T-site, kami memutuskan untuk pulang ke apato karena sudah hampir tengah malam.
7 Januari 2018
Hari ini kami berencana pergi ke Fushimi Inari Taisha di Kyoto. Sebuah kuil yang terkenal dengan patung rubah dan gate (torii) berwarna oranye yang berjejer mengular sampai ke atas bukit. Sebenernya sih ekspektasinya memang ga gede-gede amat. Kami tahu kalau hari minggu itu Fushimi akan ramai karena keesokan harinya adalah tanggal merah untuk orang Jepang, yaitu coming of age day. Sebuah hari di mana mereka merayakan dan memberi selamat kepada muda-mudi yang baru melewati usia 20 tahun sebagai tanda maturitas. Banyak mba-mba Jepang berkimono pergi ke kuil bersama teman-temannya.
Tumblr media
Saking ramenya, mau jalan pun susah karena depan belakang kanan kiri diapit oleh orang-orang. Kami sempat kesulitan mencari spot foto, tapi ternyata Randy menemukan suatu spot di dekat pintu keluar yang ternyata sepi yeay!
Tumblr media
Puas foto-foto bareng tiang berwarna oranye, kami berjalan kembali ke stasiun. Sebelumnya kami sempat membeli beberapa souvenir berbentuk rubah dan taiyaki, kue berbentuk ikan yang berisi kacang merah. Saking enak (dan laparnya) sampai lupa difoto haha.
Entah kenapa sepulang dari Fushimi ternyata hari sudah sore. Kami lupa kalau saat winter, matahari terbenam lebih awal yaitu pukul 5 sore. Kami segera bergegas menuju ke tempat wisata selanjutnya, yaitu Kinkakuji, The Golden Temple. Ternyata lokasinya nyempal saudara-saudara….apalagi kami pergi kesana naik bus, sehingga dari pusat kota Kyoto pun ternyata butuh waktu sejam untuk sampai di sana.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Saya dan Randy belum sholat dhuhur dan ashar…… Kami kelimpungan mencari prayer room yang ternyata tidak ada, nihil, di lokasi itu. Menyesal kenapa tadi tidak mampir Kyoto Tower untuk sholat seperti kemarin. Di sinilah saya merasa keimanan saya diuji. Jatu dengan idenya yang out of the box menyarankan untuk sholat di sebuah spot di depan kamar mandi yang dikelilingi oleh kursi untuk melepas lelah. Saya lihat ada beberapa wajah Asia dan seorang Kaukasia yang duduk di sana. I got no better option and couldn’t think of any. Saya segera ambil air wudhu di wastafel yang rasanya seperti air es campur es batu, intinya dingin banget. Lalu saya menggelar sajadah di atas lantai, memakai mukenah berwarna abu-abu gelap, dan segera sholat. Sebelumnya saya berdoa supaya tidak dicurigai sebagai teroris.
Kata Alvi dan Jatu yang tidak ikut sholat tapi menemani saya sholat, people stared, but that’s it. Setelah nengok mereka langsung melengos kembali ke aktivitas masing-masing. I wonder what kind of thoughts they possibly had after seeing me praying in public like that. Tapi masa bodo, yang penting saya berhasil sholat tanpa gangguan, dan saya juga berharap kalau saya tidak mengganggu mereka dengan ibadah saya.
Setelah sholat, kami setengah berlari masuk ke kuil karena setengah jam lagi kuilnya akan tutup wk. Tiketnya sebesar 400 yen per orang. Saya tidak menyesal sudah datang ke kuil ini walaupun lokasinya agak jauh dari kota. Kuilnya benar-benar terbuat dari emas, berdiri di atas sebuah kolam cantik yang dikelilingi taman. Setengah jam itu kami manfaatkan sebaik-baiknya.
Tumblr media
Karena lapar, begitu kuil tutup kami langsung cabut kembali ke Osaka. Kali ini kami memutuskan makan di halal restaurant bernama Halal Matsuri di daerah Yoshino, Osaka. Mereka menjual banyak variasi makanan. Kami memesan takoyaki dan okonomiyaki sebagai snack. Menariknya, mereka mengizinkan kami memasak takoyaki sendiri di atas loyang berbentuk bulat-bulat. Setelah kenyang makan kami langsung kembali ke apato dengan hati senang!
Tumblr media
8 Januari 2018
Kami agak kesiangan hari ini, baru keluar dari apato pukul 10 pagi. Rencananya sih mau ke Wakayama Prefecture untuk mengunjungi Mount Koya (Koyasan) dan Nara Prefecture untuk melihat rusa. Sampai di Namba station kami menaiki kereta menuju Gokurakubashi. Ternyata ada kabar buruk. Dikarenakan sebuah typhoon pada bulan Oktober 2017, railway tracknya ada yang rusak sehingga perjalanan menggunakan kereta hanya bisa sejauh stasiun Hashimoto. Dari sana, kami disarankan untuk melanjutkan perjalanan dengan bus. Oke challenge accepted, kami tetap berangkat.
Sepanjang perjalanan, saya sangat berharap kami bisa melihat salju. Ini sudah hari ke-4 kami di Jepang tapi belum ada tanda-tanda bahwa salju akan tampak. Sampai di stasiun Hashimoto, ternyata kami cukup berjalan ke luar stasiun, dan sebuah bus yang sangat nyaman ternyata sudah disiapkan oleh pihak perusahaan kereta untuk mentranspor turis yang ingin ke Koyasan. How considerate they were :’) Doa saya terkabul, ada sisa-sisa salju yang semalam turun, teronggok di pinggir jalan. My first snow *kembali udik*.
Sampai di Koyasan, kami transfer ke bus lain yang membawa kami menuju lokasi wisatanya. Ada banyak tempat wisata di sini. Tapi yang memancing rasa ingin tahu saya adalah Okunoin Cemetery. Sebuah pemakaman yang ternyata adalah pemakaman terbesar di Jepang, tempat bersemayamnya 200.000 biksu Buddha. This place is eerily beautiful.
Tumblr media
Patung dengan kain merah ini diletakkan oleh orangtua yang kehilangan anak-anaknya.
Pukul 2 siang, hujan turun. Cuaca terasa sangat dingin dan kami kebasahan. Karena tidak ingin kemalaman, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Berharap masih ada waktu untuk bisa mengunjungi Nara. Setelah mengecek lokasi dan estimasi waktu tempuh, ternyata kami tidak akan sempat berkunjung ke sana karena matahari sudah akan terbenam. Sedih sih, karena saya sudah membayangkan akan bermain-main dengan rusa yang cukup jinak di Nara Park. Untuk mengurangi rasa sedih, akhirnya kami memutuskan untuk pergi menikmati Osaka di malam hari.
Dotonbori adalah suatu area yang dipenuhi dengan berbagai macam toko di kanan kiri jalan. Apa saja ada. Saya membeli sebuah scarf berwarna merah-hijau seharga 1000 yen. Yeay diskon lagi. Buat penggemar skincare, di sini juga ada salah satu cabang dari Lush. Di sini kalian bisa berfoto dengan latar belakang lampu-lampu neon dari toko di sepanjang jalan, termasuk foto dengan latar Glico Man yang sangat iconic.
Tumblr media Tumblr media
Lalu kami makan malam di Honolu Halal Ramen di daerah Motomachi, Osaka. Semangkok ramen yang saya pesan harganya 1050 yen. Sesungguhnya lidah saya lebih cocok dengan ramen milik Ayam Ya, tapi ramen punya Honolu ini oke juga. Setelah kenyang kami pulang ke apato.
Tumblr media
9 Januari 2018
Hari ini saya berpakaian sedikit berbeda. Sok-sokan pakai rok selutut, legging, sweater, coat, dan scarf merah yang baru saya beli kemarin malam. Ceritanya mau cosplay ala-ala jadi murid Hogwarts. Yak, hari ini kita pergi ke USJ!
Kami sampai kurang lebih jam setengah 9 pagi, gerbang dibuka tepat pukul 9. Hari itu tidak begitu ramai, tapi ramalan cuaca mengatakan kalau hari itu akan berangin. Hilang sudah ekspektasi untuk naik bermacam-macam wahana.
Well, yang pertama kami datangi tentu saja The Magical World of Harry Potter. Sejak masuk ke gerbangnya, saya merasa terharu, karena imajinasi yang selama ini hanya ada di otak menjadi kenyataan. Hogsmeade dipenuhi oleh toko-toko yang saya kenal baik namanya; Honeydukes, The Three Broomsticks, Ollivander…serasa mimpi. Untuk masuk ke dalam kastil, antriannya panjang tapi tidak lama karena kami terus bergerak. Di dalam kastil, kita bisa melihat ruangan milik Dumbledore, lengkap dengan lukisan-lukisan yang bisa berbicara, ruang kelas Defense Against The Dark Arts, dan Gryffindor’s Common Room. Jiwa kekanakan saya rasanya pingin teriak saking senengnya!
Tumblr media Tumblr media
Setelah memasuki ruangan itu, kita dipersilakan menaiki ride 4D simulator-nya: Harry Potter and The Forbidden Journey. Walaupun ride tersebut ada di dalam ruangan, entah bagaimana rasanya seperti merasakan sensasi naik sapu terbang. Kita diajak main quidditch, dengan kecepatan tinggi mencoba untuk menangkap snitch, terbang berputar-putar untuk lari dari kejaran naga yang menyemburkan real fire(!), lalu menukik melewati kastil untuk menghindari kepungan dementor yang ternyata serem kalau dilihat dari dekat hih. Semua yang saya baca, mulai dari buku 1 hingga 7, terangkum semua di sana. I was that happy.
Tumblr media
Jangan lupa untuk berfoto di sekitar danau Hogwarts.
Tumblr media
Lalu minum warm butterbeer (sebenernya ini bukan punya saya, cuma pinjem buat foto hahaha). Saya ga beli karena rasanya manis, campuran antara caramel dan cinnamon, 2 sips were enough.
Hari itu memang benar-benar berangin sehingga saya hanya bisa mencoba 2 wahana lain yaitu Spiderman dan Minion. Untuk yang lainnya dengan terpaksa di-skip karena memang tutup hiks.
Tumblr media
Jangan lupa coba kalkun yang dijual di sini ya. Harganya 880 yen. It was hugeee. 1 untuk berdua deh, kalau bawa nasi bisa sekalian dijadikan lauk tuh. Kalian juga bisa mencoba popcorn minion seharga 450 yen. Dan kalau kalian pingin membeli dengan wadahnya yang berbentuk seperti minion asli, ada tambahan beberapa ribu yen, tepatnya saya lupa berapa.
Setelah having fun di USJ, kami mampir Osaka Station untuk membeli tiket kereta JR Limited Express Thunderbird (7450 yen) karena besok kami sudah harus meninggalkan Osaka dan pergi ke Kanazawa.
Sebelum balik ke apato, kami makan malam di restaurant halal bernama Tsuki no Odori di Dotonbori, Osaka. By far ini adalah makan kami yang paling nggenah selama di Jepang. We ordered a lot and the food was uhmazing. Dan senengnya lagi, mereka menjual matcha ice cream yang halal.
Tumblr media
Setelah makan, saya dan Alvi memutuskan untuk berbelanja sebelum balik apato. Di sini saya baru menyadari kalau scarf saya sudah tidak melingkar di leher. Saya balik ke restaurant juga tidak ada. Dengan berat hati saya mengingkhlaskan scarf yang umurnya cuma sehari semalam itu :( sepertinya tertinggal di kereta saat perjalanan balik dari USJ. Being impulsive, saya kembali ke toko yang sama dan membeli scarf lain berwarna kelabu yang juga seharga 1000 yen.
Setelah membeli scarf kami mengunjungi Don Quijote. Sebuah toko serba ada yang menjual beraneka macam barang mulai dari kosmetik, skincare Jepang, makanan, dan souvenir dengan harga yang rata-rata diskon! Ini adalah tempat yang bisa kalian kunjungi kalau ingin membeli oleh-oleh. Selesai berbelanja, kami pun pulang.
Next akan saya ceritakan perjalanan kami ke Kanazawa-Shirakawa-Takayama. See ya!
1 note · View note
raihudiana · 4 years
Text
Rindu Ke Negeri Orang
Puasa kali ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Gak ada tarawih di masjid, bukber bareng temen-temen di luar, ataupun ngabuburit sambil beli takjil keliling naik motor. Untuk membunuh waktu di rumah dengan hal yang tidak sia-sia (semoga ya wkwk), saya iseng-iseng nonton youtube tentang orang asing yang jadi muallaf dan tentang keseharian orang-orang Indonesia yang menetap di luar negeri. 
Awalnya saya sangat tertarik dengan channel youtube Kimbab Family dan Kiki Desu Ne. Mereka keluarga blasteran Indonesia Korea dan Indonesia Jepan yang menetap di luar negeri. Kesan pertama saya, kok bisa ya ada orang Indonesia yang nikah sama orang luar dan menetap di sana dalam waktu yang lama. Pastinya ngajarin anak-anak buat ngomomg dan ngerti bahasa itu susah. Pake bahasa apa ya mereka. Pastinya ada salah satu yang dikorbankan.
Setelah nonton beberapa video mereka (banyak sebenernya wkwk), saya jadi rindu jalan-jalan ke luar negeri. Meskipun selama ini saya baru ke tiga negara, itu pun negara-negara tetangga (Singapura, Filipina, Malaysia), saya merasa sangat berkesan. Saya belajar tentang budaya yang berbeda dan tata kelola kota yang cukup bagus. Semoga rasa rindu ini bisa jadi doa supaya saya ada yang ngajakin lagi ke luar negeri dengan cuma-cuma hahah. 
Oiya, ini juga semoga jadi penyemangat saya biar berani untuk kuliah di luar negeri. Selama ini saya cemen banget, mimpi kuliah di luar negeri aja ga berani. Alasannya ga punya duit lah, ga bisa bahasa inggris lah, ga harus muluk-muluk kaya orang lain lah. Astagfirullah.. bilang aja males belajar.
1. Singapura
Jalan-jalan ke Singapura jadi jalan-jalan terjauh yang paling nekat bareng temen-temen asrama. Iya terjauh bagi saya. Bermodalkan tabungan uang bulanan asrama yang ga seberapa, ditambah tuntutan Bang Bach supaya anak-anak asrama tau dunia luar, akhirnya dengan Bismillah kita putuskan berangkat. Btw waktu itu modal saya cuma 1,6 juta wkwk. Uang segitu udah termasuk biaya pesawat pulang pergi. Ya kira-kira hidup selama 5 hari di sana bermodal uang 500rb aja. Tapi uang segitu harus dibackup dengan beli pop mie yang banyak di Indonesia dulu ya supaya kalau laper tinggal bikin mie sendiri aja, hya.
Ini yang bikin geleng-geleng kepala sampe sekarang. Apa alasan ke Singapur? Kagak ada. Pengen aja tau negeri orang kaya gimana. Biar kita biar ada kerjaan di Singapura, kita bilang ke orang-orang kalau kita pergi karena ada ‘project social’ wkwk. Kita mau tau tingkat kebahagiaan orang Singapura yang meskipun secara ekonomi terbilang diatas rata-rata warga dunia, tapi kabarnya orang sana banyak yang kurang bahagia. Ceilah, padahal mah begitu doang.
Tumblr media
Setelah melakukan ‘social project’ ternyata kita salah cari sample data wkwk. Kita nanya responden di depan Patung Merlion, yang mana di sana banyaknya orang asing non Singapura. Akhirnya hasil akhirnya gak falid. Gak bisa juga dapet kesimpulan apakah bahagia atau engga.
Well, meskipun social project kita ga berhasil (karena memang bukan tujuan utama wkwk), kita di Singapura cukup banyak jalan-jalan ke berbagai tempat. Selain ke Patung Merlion, kita juga jalan-jalan ke Nanyang Technological University (NTU), Marina Bay The Bay, Masjid Sultan, Bugis Street, dll. Ini berasa mimpi bagi saya hahah, maklum ya wong deso.
Di NTU kita ketemu salah satu mahasiswa Indonesia yang berkuliah di sana. Mas Wildan namanya. Beliau ngambil S1 di NTU karena beasiswa setelah lulus SMA. Meskipun dapet beasiswa, Mas Wildan ini hidup prihatin di Singapura, ia musti cari-cari uang jajan dengan ngajar les di sana kalau-kalau uang kiriman beasiswa telat dikirim. Saya kaget, ada juga nge-les-in di sana yaa. 
Kesan saya di Singapura, kota ini kecil banget. Sekali naik MRT, satu negara bisa selesai dikelilingi. Tapi buat pelancong kere kaya kita, buat pindah ke satu tempat ke tempat lain kudu jalan kaki. Alhamdulillah meskipun jalan berkilo-kilo meter, kenangannya masih terasa sampe sekarang. 
Keren lah Singapura, negara kota yang bisa dikelola jadi macan Asia Tenggara, bahkan Asia dan Dunia. Padahal kalau liat sejarahnya negara ini cuma sebagian wilayah Malaysia yang lepas karena ada tarik menarik dengan Inggris.
2. Filipina
Pergi ke Filipina lebih gak disangka daripada pas pergi Singapura. Awalnya karena Bu Ida (dosen) tiba-tiba nanya punya pasport atau engga. Trus saya bilang iya, dan Alhamdulillah ternyata disuruh nemenin beliau untuk riset soal hukum penodaan agama (blasphemy law) di Manila, Filipina dan Kuala Lumpur, Malaysia. Alasan beliau ngajak saya karena ga berani kalau ke luar negeri cuma bareng satu mahasiswi. Padahal dia ga tau aja saya kalau jalan-jalan begimana wkwk.. Baiklah rezeki emang ga kemana ya.
Filipina ini negara asing banget buat saya. Selain karena bukan negara yang punya latar belakang etnis melayu (sama kaya Indonesia), juga karena mayoritas penduduk di sana bukan beragama Islam. Hal ini karena Filipina adalah negara bekas jajahan Spanyol dan Amerika Serikat. Alhasil buat nyari makanan halal agak susah di sana. Kita kudu muter-muter jauh. Sekalinya ketemu, itu pun makanannya ga terlalu enak.
Oiya ada satu hal norak buat saya. Saya baru pertama kali ke negara yang jalur kendaraan ada di sebelah kanan jalan. Trus saya bingung dan jadi agak pusing juga. Dasar aku.
Tumblr media
Meskipun sejarahnya Filipina bekas jajahan Spanyol dan USA, kalau ditarik garis lebih jauh, ternyata di Filipina punya relasi dengan Indonesia dalam hal penyebaran agama Islam. Agama islam masuk ke Filipina, khususnya di Pulau Mindanau salah satunya berkat orang Palembang. Ini ada di salah satu dokumen di Museum Nasional Filipina.
Singkat cerita, saya di Manila, Filipina tujuan utamanya untuk mewawancarai Akademisi dan Pemuka Agama untuk dimintai keteranganmengenai hukum penodaan agama di Filipina. Di sana saya dan tim ketemu pendeta, salah satu penduduk muslim, dan dosen di salah satu universitas.
Hasil wawancara kami menyimpulkan bahwa meskipun Filipina bisa dibilang negara sekuler yang memisahkan urusan agama dan negara, mereka tetap mengatur mengenai hukum penodaan agama di peraturan perundan-undangan (criminal code article 132-133). Ketentuan hukum ini sudah pernah menjerat salah satu warga negara karena ia melakukan teror di Gereja.
Selama di Manila saya jalan-jalan ke Universitas Santo Thomas, pergi ke  Gereja Basilika dan Golden Mosque, nyobain ke pasar malem, pergi ke Jose Rizal Park, Museum Nasional, naik Jipni, MRT dll. Sungguh sangat menyenangkan bisa belajar dari negeri orang.
Syukur Alhamdulillah atas kesempatan ini.
Tumblr media Tumblr media
3. Malaysia
Perjalanan ke Kuala Lumpur, Malaysia terhitung dua kali. Pertama, riset bareng Bu Ida dan kedua Conference ICUW di University Technology of Malaysia (UTM). Dua-duanya masih dalam misi yang sama, sama-sama menuntaskan kewajiban dosen soal luaran Hibah Riset. Bedanya perjalanan yang kedua ini saya harus mikir lebih banyak karena harus nyiapin materi untuk disampaikan saat Conference. 
Dengan modal bismillah, saya baru bisa nyiapin materi ppt buat dipresentasikan satu malam sebelum dipresentasikan. Di Conference itu saya bahas aturan hukum mengenai ojek online di Indonesia. Saat presentasi, kerasa banget bodohnya saya berbahasa inggris, banyak materi yang harusnya tersampaikan tapi karena sulit jelasin jadi kikuk-kikuk. Well, tidak ada yang sempurna di percobaan yang pertama.
Tumblr media
Saat pertama kali ke Kuala Lumpur, saya langsung jatuh hati dengan kota ini. Kotanya bersih, tertata dengan baik, banyak bangunan-bangunan tinggi menjulang. Selain secara fisik, Malaysia ini menarik dalam hal sistem ketatanegaraannya. Saya baru beneran paham soal pergiliran Sultan yang berkuasa berdasarkan kerajaan, ada negara bagian yang punya bendera masing-masing yang khas, dll. Semenjak hari itu saya jadi ter-triggered untuk belajar banyak soal ketatanegaraan melayu. Semoga bisa nyobain kuliah di Malaysia ya. Aamiin YRA.
Ada satu penyesalan saya yang masih terasa sampai sekarang. Saya ketemu buku bagus di sana, tapi saya engga jadi dibeli karena harganya mahal. Andai waktu itu saya beli.
Tumblr media
Singkat cerita, saya di Malaysia ketemu Prof. Siti Zubaidah Ismail, Akademisi University of Malaya dan Cik Azril Amin, Lawyer Malaysia. Beliau berdua menjelaskan banyak soal hukum penodaan Agama di Malaysia. Mereka menjelaskan bahwa di malaysia punya aturan yang ketat tentang larangan penodaan agama yang diatur di dalam tiga peraturan perundang-undangan sekaligus, yaitu Jinayat Syariat yg khusus dikenakan bagi orang Islam dan Section 298 Kanun Kesiksaan Malaysia serta Akta Komunikasi dan Multimedia Malaysia yg dikenakan bagi warga negara secara umum.
Setelah kewajiban selesai, saya dan tim pergi ke KLCC, Bukit Bintang, Petaling Street, Masjid Negara, Dataran Merdeka, dll. Ketika saya kunjungi beberapa tempat tersebut, ada hal yang telintas di pikiran. Malaysia meskipun mayoritas muslim, tapi dalam hal pengaturan muamalah sehari-hari tidak benar-benar menjamin terpenuhinya hak-hak orang islam. Saya banyak temui tempat yang dengan bebas menjual makanan non halal, minuman keras diperjualbelikan, dll. Khusnudzan saya, mungkin karena ras, agama, etnik mereka di sana sangat beragam dan punya wilayah yang tidak terlalu luas.
Malaysia ini negara melayu panutan, semoga di lain kesempatan saya bisa ke negara ini lagi. Aamiin YRA.
Tumblr media Tumblr media
0 notes
topofthemountain · 7 years
Text
Urip Iku Mung Sawang Sinawang
Orang Jawa mengatakan, “Urip iku mung sawang sinawang” atau kalau diterjemahkan artinya “hidup itu hanya melihat apa yang terlihat”. Kalau mau dimaknai ini seperti pepatah rumput “tetangga memang selalu terlihat lebih hijau”. Ya, kira-kira seperti itulah, kita selalu menganggap apa yang dimiliki orang lain itu lebih baik daripada milik kita, padahal mungkin orang lain juga menganggap apa yang kita miliki itu lebih baik.
Ini cerita perjalanan singkat saya mengunjungi dua negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia. Kebetulan saya mendapat dana hibah dari orang tua untuk menemani traveling adek saya. Meskipun awalnya Ibu menyuruh kami pergi dengan travel agent karena khawatir, tapi kami menolak, bukan semata-mata alasan ekonomis, tapi juga alasan pembelajaran. Dengan ikut travel agent kita akan lebih sedikit belajar, mulai dari merencanakan hingga tersesatnya. Seperti kebanyakan orang tua lainnya, pasti khawatir ketika melepas kedua anaknya pergi jauh. Untungnya adek saya cukup istiqomah dalam memberikan live report ke orang tua.
Tumblr media
Hal pertama yang kami lakukan begitu sampai di Singaura adalah membeli paket data internet dan kartu Singapore Tourist Pass (STP). Begitu dua barang ini didapat, kita langsung jalan menuju hostel di daerah Little India. Kartu sakti STP ini berguna sekali untuk traveler yang hobi nyasar dan ga punya tujuan jelas macam saya, karena dengan kartu ini kita bisa naik moda transportasi dari MRT sampai Bus secara gratis. Kesan pertama dengan transportasi di Singapura adalah, rapi, cepat, nyaman, informatif. Tapi konsekuensi dari itu adalah kita harus lebih banyak jalan kaki dan lebih mandiri. Ya, di Singapura semuanya serba self service, petugas di tempat umum untuk tempat bertanya itu minim sekali. Satu-satunya tempat bertanya adalah papan informasi dan Google. Atau ketika di rumah makan, kalau kita biasa meninggalkan meja makan kita masih dengan piring kotor kita, di Singapura selalu tertulis untuk kita membuang sampah kita sendiri dan memastikan meja kita bersih sebelum ditinggal. Bahkan di hostel saya, kita diminta untuk membuat sarapan sendiri serta mencuci piring dan gelas yang kita pakai.
Tumblr media
Negara Singapura ini adalah negara yang benar-benar multikultural. Kita bisa melihat orang Cina, India, Melayu, dan Bule dalam satu tempat tanpa kita tahu mana diantara mereka yang orang asli sini atau turis. Harga barang-barang di sana relatif lebih mahal dari di Indonesia, apalagi untuk masuk tempat wisata. Tapi banyak juga tempat wisata dan hiburan gratis yang super kece. Destinasi kami disana tidak terlalu muluk, hanya memenuhi yang wajib saja seperti di Merlion Park, Marina Bay, Garden by The Bay, Sentosa Island, Botanic Garden, Mount Faber, Clarke Quay, dan apalagi ya, lupa. Ditambah dengan tempat belanja dan menemukan tiga masjid yang cukup langka di sana. Secara keseluruhan pengelolaan tempat tadi keren, bersih dan nyaman, hanya saja nampak ada yang kurang rasanya, kurang alami. Kalau disuruh memilih antara Pantai Palawan di Sentosa Island atau Pantai Siung di Gunung Kidul, saya tetap memilih pantai Siung, meskipun banyak sampahnya.
Tumblr media
Meninggalkan Singapura, destinasi kami selanjutnya adalah ke Melaka, Malaysia. Menurut info di internet perjalan dari Singapura ke Melaka hanya memakan waktu 4 jam naik bus, tapi nyatanya kami kemarin hampir 6 jam. Jadilah kami sampai Melaka sudah jam 15.30. Oiya bicara soal jam, Singapura dan Malaysia ini memiliki waktu yang berbeda dengan Indonesia. Meskipun secara geografis mereka hampir sejajar dengan Sumatera, tapi nyatanya jam mereka lebih cepat 1 jam dari Jogja. Wah bikin aturan sendiri ini pikirku. Tapi setelah saya cari tahu di internet memang mereka melakukan itu untuk alasan ekonomi, juga masalah mental. Jadi sah-sah saja kalau jam 6:40 saya baru sholat subuh. Hehe. Melaka ini seperti Jogjanya Malaysia, kota yang terjebak masa lalu. Maksudnya hampir semua wisata disana adalah wisata sejarah. Banyak peninggalan bangunan-bangunan bersejarah disana. Disini semuanya juga lebih murah. Karena hanya sebentar, kami hanya sempat ke River Cruise dan menara Taming Sari saja, yang kebetulan jaraknya tidak sampai 2 KM dari penginapan kami.
Tumblr media
Besoknya kami menuju Kuala Lumpur. Perjalanan naik bus ke Kuala Lumpur memerlukan waktu sekitar 2 jam. Naik bus di Malaysia ini serasa naik peswat, terminalnya bersih, bahkan di Terminal TBS Kuala Lumpur sampai ada papan jadwal departure bus segala, dan semuanya serba on time. Tempat wajib yang hendak kami kunjungi cuma Batu Caves dan Menara Petronas, sisanya sunah karena memang fisik kami juga sudah lelah. Kami justru banyak menghabiskan waktu di Masjid Negara, tidur siang di sana karena Nadia masuk angin dan kami tidak menyewa penginapan di Kuala Lumpur. Anehnya Masjid Negara ini,tiap hari banyak turis yang rela memakai jubah untuk bisa melihat kemegahan masjid ini, mungkin sampai ribuan. Tapi pas waktu sholat fardhu, jamaahnya hanya 1 shaf. Transportasi publik disini sama kerennya dengan di Singapura, bahkan ada bus gratisnya juga yang beroperasinya sepenuh hati. Dan malam di Kuala Lumpur kami habiskan dengan menonton film gratis di HP memanfaatkan fasilitas wifi gratis di bandara KLIA2.
Tumblr media
Ya bisa dibilang secara umum kalau kedua negara tetangga kita ini lebih rapi, lebih teratur, lebih bersih, lebih nyaman, dan lebih-lebih lainnya. Tapi, urip iku mung sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang. Ya jangan hanya melihat yang terlihat saja. Mungkin memang rumput negara tetangga kita lebih hijau, tapi mungkin saja itu rumput sintesis, sementara rumput kita memang belum lama kita tanam, makanya kita yang perlu merawat dan menyiraminya sampai hijau. Banyak kok hal sederhana yang bisa kita syukuri dari negeri ini, sesederhana es teh yang masih 2000 dan kemudahan melaksanakan sholat ketika sedang bepergian.
1 note · View note
mhmmdzulyadri · 8 years
Text
Naik Angkutan Umum atau Naik Angkutan ‘Umum’?
Tulisan ini lahir karena kegelisahan saya sebagai warga Bandung yang menginginkan transportasi massal hadir di kota ini dan karena semakin maraknya transportasi online (ojek online dan taksi online), jadi tulisan ini akan sangat berbeda dari tulisan-tulisan yang biasanya.
Langsung saja ke point-nya, mengapa gelisah? Tidak perlu dijelaskan kalau Bandung semakin macet jalanannya, bisa dilihat sendiri setiap hari pada jam berangkat kerja, pulang kerja, dan akhir pekan. Lalu dengan transportasi online, apa gelisahnya? Untuk hal ini lebih tepatnya saya bukan gelisah, melainkan khawatir kalau minat masyarakat menggunakan transportasi umum yang memang sudah rendah terus dimanjakan dengan keberadaan transportasi online.
Bukankah ojek online dan taksi online juga transportasi umum? Ya, itulah dalih yang biasanya digunakan oleh masyarakat pengguna transportasi online. Pada kenyataannya, menurut saya, transportasi online bukanlah solusi transportasi umum di wilayah metropolitan. Ya, jangan lupa, Bandung ini wilayah metropolitan, Bandung Raya namanya, dan Kota Bandung menjadi pusat perniagaannya, setiap harinya didatangi kaum penglaju (commuter) dari daerah sub-urbannya, yang mana mereka pun membawa kendaraan pribadi dari tempat tinggalnya menuju tempat kerjanya (mau bagaimana lagi, mereka pun tak punya pilihan yang lebih ekonomis dan tepat waktu), dan hal ini tentunya sangat membebani ruas-ruas jalan.
Lebih keras lagi (atau kaku), di dalam kepala saya, saya berpendapat kalau transportasi online bukanlah transportasi umum. Kenapa? Saya kemukakan alasannya, setidaknya (lagi-lagi di dalam kepala saya) ada 2 alasan mayor: Pertama, meskipun transportasi online digunakan oleh ‘umum’, armadanya tetap kendaraan pribadi (minibus, city car, sepeda motor), bukan alat angkut massal, sehingga sekarang, setiap orang yang sanggup membayar tarif transportasi online, tak ubahnya seperti pemilik kendaraan pribadi, malah beserta dengan supirnya sekaligus. Ke-dua, transportasi online tidak memiliki rute yang ditentukan sebelumnya, alias jalur bebas. Ketentuan rute kendaraan akan lewat jalan mana dan jalan seperti apa, ada pada si pengemudi, penumpang, atau persetujuan keduanya, itu artinya transportasi online bisa membebani ruas jalan manapun, sama halnya dengan kendaraan pribadi. Berbeda dengan angkutan massal, dimana rutenya telah ditentukan, sehingga hanya membebani ruas-ruas jalan yang oleh pemerintah telah ditentukan sanggup untuk dibebani.
Sekarang mari kita bandingkan transportasi online dengan transportasi massal yang sudah ada dan beroperasi di Bandung. Sebagai catatan, saya beritahu kalau saya tidak akan membandingkan dengan angkot, karena angkot, meskipun hanya melewati rute yang telah ditentukan, (menurut saya) armadanya tidak efektif lagi memobilisasi pergerakan warga kota ini, selain karena kapasitas angkutnya kecil, jumlahnya pun terlalu jauh di atas kebutuhan, sehingga di beberapa titik keramaian malah angkot yang seringkali jadi penyebab kemacetan karena kebiasaannya ngetem, ngetem karena sepi penumpang, karena penumpangnya tersebar ke armada sesama (karena jumlahnya terlalu banyak tadi), banyak yang memilih kendaraan pribadi, dan banyak yang beralih ke transportasi online. Sedikit menyakitkan juga, kota ini terlalu senang ‘membenahi’ angkot, atau lupa bahwa yang harus diutamakan adalah masyarakatnya, bukan juragan angkot, entahlah, saya tidak tahu pasti.
Membahas peliknya angkot tak akan ada habisnya, maka dari itu, saya akan bandingkan transportasi online dengan….. Bus kota.
Di Bandung sudah ada bus kota yang beroperasi sejak lama, yang semua koridornya dioperasikan oleh BUMN dengan logo roda bersayap. Tapi sayang pengoperasiannya masih jauh dari optimal; klaimnya BRT (Bus Rapid Transit) tapi tidak bisa transit antar koridor, pembayarannya masih tunai dan dilakukan onboard (di dalam bus) sehingga tetap harus membayar ongkos jika berganti rute (padahal operatornya sama, di manakah integrasi?). Sampai terakhir kali saya menggunakan bus kota pun (masih di bulan ini), bus masih bisa diminta berhenti di sembarang tempat dan pembayarannya masih tunai onboard. Namun, meski pengoperasiannya belum optimal, bus adalah salah satu moda transportasi yang potensial untuk menjadi solusi pemecah kemacetan. Bus memiliki daya angkut yang masif, satu unit bus kota yang beroperasi di Bandung (ukuran besar, non-articulated) berkapasitas 30 tempat duduk dan 50 berdiri, 80 orang. Sekarang bayangkan jika kedelapanpuluh orang ini adalah orang yang mampu membayar tarif transportasi online dan malas atau sedang tidak ingin naik bus kota, asumsikan setengahnya memilih ojek online dan setengahnya memilih taksi online, maka keinginan mereka harus diakomodasi oleh 40 unit sepeda motor dan 40 unit mobil. “40 unit mobil? Tidakkah terlalu banyak? Kapasitas mobil setidaknya kan 3 orang penumpang?” Saya yakin 40 orang yang memilih menggunakan taksi online tersebut akan memesan taksinya satu-satu melalui akunnya masing-masing, tidak mungkin tercetus pikiran di kepala mereka untuk memesan satu unit taksi untuk digunakan bersama-sama, kecuali mereka saling kenal dan sudah janjian sebelumnya. 40 unit sepeda motor dan 40 unit mobil tentunya sangat membebani jalan, belum lagi mereka bebas memilih mau membebani jalan yang mana.
Ada juga solusi lain yang lebih efektif dalam memecah kemacetan di wilayah metropolitan, ketepatan waktunya bisa diandalkan, dan kapasitas angkutnya lebih masif lagi….. Kereta metropolitan, atau di seluruh dunia biasa dikenal dengan sebutan singkatnya, Metro.
Metro, atau Mass Rapid Transit, atau Subway, atau Tube Train, atau apapun sebutannya, adalah sistem transportasi umum kapasitas besar di wilayah urban atau metropolitan yang memiliki lintasan sendiri, baik itu di bawah tanah atau jalur layang. Variasinya bisa berupa light metro (MCS, LRT) atau people mover. Metro bisa juga terkoneksi degan kereta komuter, begitulah definisinya menurut Wikipedia. Di sini saya tidak akan jelaskan apa itu MCS, LRT, dan people mover, lalu bagaimana perbedaan antara metro dan komuter, silakan pelajari sendiri. Saya akan sederhanakan di sini bahwa apapun armada keretanya, jika beroperasi di wilayah metrpolitan maka itu adalah metro system.
Tidak perlu dijelaskan lagi soal efektivitas kereta dalam mengangkut penumpang, di samping itu kereta juga tidak menggunakan jalan raya, akan sangat jauh mengurangi beban jalan raya. Coba cek, kota metropolitan mana di dunia ini yang tidak memiliki metro system? London menjadi yang pertama kali memiliki transportasi massal dengan dibukanya London Underground pada 1863; New York City punya metro system terbesar di dunia, NYC Subway; Chicago punya Chicago L; Buenos Aires punya Subterráneo de Buenos Aires; Toronto punya Toronto Subway; Paris punya Paris Métro; Berlin punya Berlin U-Bahn; Delhi punya Delhi Metro; Roma punya Metropolitana di Roma; Tokyo punya Tokyo Metro, Toei Subway, dan Rinkai Line; Seoul punya Seoul Subway; Kuala Lumpur punya RapidKL, Singapura punya MRT yang terkenal itu, Bangkok punya Skytrain dan MRT; dan masih banyak lagi kota-kota di dunia yang mempunyai metro system dengan namanya yang macam-macam.
Di Indonesia, pembangunan metro system sedang berlangsung di Jakarta (MRT dan LRT) dan Palembang (LRT), di sini saya hanya bisa berharap Bandung juga segera kebagian dibuatkan metro system (Setahu saya MRT dan LRT Jakarta, juga LRT Palembang didanai oleh pemerintah pusat). Kabar terbaru Bandung juga akan dibuatkan metro system berupa Metro Kapsul (Termasuk LRT tapi armadanya menggunakan kapsul, bukan kereta yang dirangkai), sebagian besar sumber dananya akan berasal dari perusahaan kontraktor plat merah. Tentunya sebagai warga Bandung yang sedang gelisah karena tidak ada transportasi umum massal di sini, saya sangat senang mendengar kabar tersebut, semoga saja Bandung tidak kena harapan palsu lagi.
Kembali ke pernyataan saya di paragraf ke-2 soal kekhawatiran akan kondisi masyarakat yang di masa mendatang tentunya akan semakin dimanjakan dengan keberadaan transportasi online (setidaknya kalau bisnis itu belum redup), apa hubungannya dengan kehadiran transportasi massal nanti? Saya khawatir kalau masyarakat terbiasa diberi pelayanan sekelas mobil pribadi dan diantarkan dari point-to-point, dari pintu rumah ke pintu lobby kantor, dari pintu rumah ke pintu rumah kerabat yang dituju, sebagus apapun pemerintah menyediakan transportasi publik massal, masyarakat tetap akan malas menggunakannya karena tidak mau jalan dari/ke halte/stasiun (alasannya sudah bisa ditebak: kalau halte atau stasiunnya tepat berada di depan pintu rumah dan pintu kantor, baru mau naik) dan malas berdesakan dengan puluhan penumpang lain di satu bus atau kereta. Padahal katanya terbiasa naik angkutan umum, ya terbiasanya angkutan ‘umum’ online, yang tak ubahnya angkutan pribadi.
Memang menggunakan angkutan massal bukan tanpa pengorbanan, harus berjalan ke halte atau stasiun. Dua bulan lalu saya berkesempatan mengunjungi negara tetangga, Singapura, kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan hanya untuk berjalan-jalan, tapi juga saya ingin merasakan bagaimana transportasi massal di sana, maka dari itu saya agak bersikeras untuk naik MRT ke mana-mana, dan memang betul, jalan menuju ke stasiun bisa cukup melelahkan, selain karena cuaca yang panas, juga harus turun-naik tangga. Yang saya rasakan cukup banyak pengorbanannya kalau stasiun terletak di bawah tanah. Sebagai contoh, waktu itu saya menginap di daerah Bugis, stasiun MRT yang terdekat adalah stasiun Bugis (kira-kira 300 meter dari tempat menginap). Stasiun Bugis melayani 2 jalur: Downtown Line dan East West Line, kalau saya mau ke stasiun Promenade berarti harus naik MRT Downtown Line. Di stasiun Bugis, peron Downtown Line ada di 5 lantai ke bawah tanah, jadi saya harus turun 5 lantai untuk naik kereta, menggunakan eskalator atau tangga (lift hanya diperuntukkan bagi kaum difabel). Sesampainya di Promenade, peron Downtown Line malah lebih dalam lagi, 7 lantai di bawah tanah, jadi untuk mencapai jalan raya harus naik 7 lantai, lagi-lagi menggunakan eskalator/tangga biasa dan melewati lorong stasiun yang panjang. Kalau stasiun yang di jalur layang biasanya tidak terlalu bertumpuk jalurnya, tapi tetap saja, naik-turun tangga itu pasti ada. Sekali lagi, maka dari itulah wajar saya khawatir kalau masyarakat terbiasa dimanjakan diantar dari pintu ke pintu, masyarakat tetap akan malas naik angkutan umum massal.
Lalu apakah saya sudah sepenuhnya menggunakan transportasi massal? Saya sendiri (dengan malu, tapi harus mengaku) masih menggunakan kendaraan pribadi (sepeda motor) untuk bepergian, namun saya masih tak punya pilihan, ketepatan waktu masih menjadi pertimbangan utama. Makanya saya sangat mengidamkan keberadaan transportasi massal yang reliabel hadir di Bandung, yang rutenya menjangkau hingga daerah sub-urban, dan tarifnya bisa dibeli oleh semua kalangan masyarakat.
Dan apakah saya sangat menentang keberadaan transportasi online? Saya bukan menentang, tapi melihat perilaku masyarakat masih seperti yang saya jelaskan di atas, keberadaan transportasi online bagaikan menyuapkan makanan ke mulut bayi yang sedang menangis kelaparan, mengenyangkan hasrat masyarakat Indonesia, yang ingin diantar-antar dan dijemput-jemput sampai ke gerbang, khususnya Bandung (Orang Bandung malas berjalan kaki, angkot berhenti lebih 20 meter dari tempat yang diinginkan pun sudah ngomel ke supirnya). Tapi untuk kualitas pelayanan, saya apresiasi, hanya saja saya tetap meyakini bahwa bisnis transportasi online lahir bukan karena ingin melayani masyarakat, bagaimanapun usaha mereka adalah usaha komersil yang tujuan utamanya adalah profit, primanya pelayanan diberikan semata-mata untuk memaksimalkan profit, walaupun saya pernah dengar bahwa mereka sangat mengutamakan pelanggan dan baru-baru ini ada kejadian di Bandung dimana ada pengemudi ojek online dipecat karena dianggap mengecewakan pelanggan, padahal setelah saya baca, permintaan pelanggannya yang keterlaluan, ya itulah, pengandaian bayi yang menangis kelaparan sepertinya tepat menggambarkan si pelanggan, dan si perusahaan transportasi online tetap menyuapkan ‘makanan’ buatnya, dengan butanya. Apalagi kalau ditanya apakah keberadaan bisnis tersebut lahir karena ingin membantu pemerintah mengurangi kemacetan, rasanya tidak sedikitpun terpikirkan ke sana (di dalam kepala saya), atau setidak-tidaknya ada 0,1% keyakinan di dalam kepala saya yang menyatakan bahwa bisnis tersebut memang bertujuan untuk membantu pemerintah mengurangi kemacetan.
Belum lagi transportasi online melayani pengantaran makanan. Gila, apakah warga kota ini sudah terlalu malas menggerakkan pantatnya? Lalu kenapa komplain soal kenaikan berat badan? Berjalan tidak mau, makanan ingin diantar.
Saya juga bukan ingin bersikap naif dengan menulis tulisan ini. Dilayani dari pintu ke pintu memang enak, tapi sepertinya akan lebih baik jika masyarakat menggunakan transportasi online secara bijak, misal, hanya sebagai feeder. Apa itu feeder? Feeder adalah transportasi yang mengantar/menjemput penumpang di lokalitas tertentu. Contohnya begini, seseorang bekerja di Cicaheum dan bertempat tinggal di Setra Duta, untuk pulang dari tempat kerjanya dia naik bus kota jurusan Cicaheum-Sarijadi, karena halte terminus rute tersebut hanya sampai Flat Sarijadi, untuk melanjutkan perjalanan pulang dari Flat Sarijadi ke Setra Duta dia memesan ojek online. Kurang lebih begitulah maksudnya feeder. Kalau begini tentunya lebih bijak ketimbang memesan taksi online untuk mengantarkan pulang dari Cicaheum sampai depan pintu rumah di Setra Duta. Dengan begini, Jalan Surapati, Pasteur, dan Surya Sumantri tidak akan bertambah bebannya.
Sekali lagi, tulisan ini hanya pendapat dan kegelisahan, saya tidak mengklaim diri sepenuhnya benar, dan saya juga bukan ahli transportasi. Semoga Bandung segera memiliki transportasi massal dan saya bisa segera meninggalkan kendaraan pribadi dan tidak usah capek mengemudikannya di tengah kemacetan, dan warga Bandung mau menggunakannya. Maaf kalau ada yang merasa tertampar, saya juga sedang menampar diri sendiri. Enak.
21/02/2017
1 note · View note
agnizeeyolo-blog · 6 years
Text
Bagian pertama tersedia di sini.
Pukul 7 pagi, beberapa dari kami sudah check-out dari hotel dan langsung menuju KL Sentra dengan monorel. Sampai di sana, kami langsung naik bus meskipun bus-nya masih ngetem, sekaligus menunggu rombongan lainnya juga. Bus mulai penuh, delegasi juga sudah lengkap di satu bus yang sama, lalu bus berangkat. Kali ini perjalanan menuju bandara lebih cepat, mungkin hanya satu jam saja. Di foodcourt KLIA kami sarapan. Aku menjatuhkan pilihan pada masakan Indonesia, yakni nasi goreng karena harganya hanya RM4. Tapi, sedih juga karena sudah siang, nasinya sudah dingin dan agak keras. Tapi karena lapar, ludes juga, deh.
Pukul 11.30 kami terbang menuju Terengganu. Hanya butuh 40 menit kami mendarat dengan selamat di Bandar Udara Sultan Mahmud. Bandara ini kecil dan sangat sepi. Pesawat yang kami tumpangi langsung mengangkut lagi penumpang dari Terengganu. Begitu keluar, kami disambut oleh mahasiswa Unisza. Setelah itu kelompok dibagi dan setiap lima dari kami didampingi oleh seorang LO. Berkomunikasi dengan mereka juga mudah, dalam Bahasa Indonesia atau Melayu saja sudah saling memahami. Bahasa Inggris hanya digunakan untuk kosakata tertentu saja. Dengan bus yang disediakan pihak Unisza, kami bertolak menuju Mydin Mall untuk makan siang dan membeli kebutuhan sehari-hari. Mallnya hanya terdiri dari dua lantai dan lantai bawahnya itu berupa swalayan (sejenis Hero dan Carrefour). Aku pun membeli beberapa keperluan mandi, seperti handuk, sabun, dan shampoo. Setelah belanja, kami makan di foodcourt. Ada banyak pilihan, bahkan ada yang menjual nasi kandar dan makanan khas Malaysia lainnya, tetapi antriannya panjang membuatku malas. Jadi, pilihanku jatuh pada nasi yang dibumbui, dengan lauk paha ayam goreng ukuran besar, sambal, dan kuah sup yang sangat enak seharga RM6. Dengar-dengar memang di sana harga daging ayam sangat murah karena peternakannya besar. Tidak heran Mail menjual ayamnya dengan harga dua seringgit (meskipun aku belum menemukan ayam semurah ayam Mail itu). Minumnya teh tarik hangat terenak seharga RM2 yang pernah kurasakan seumur hidupku!
gerbang kedatangan Bandar Udara Sultan Mahmud
selasar bandara yang sepi
menu makan siang
teh tarik terenak
Kami menginap di asrama Unisza yang tak jauh (tapi juga tidak dekat) dari mall tadi. Universitasnya sangat besar dan jauh dari pusat keramaian (bahkan kota ini sangat sepi, universitasnya lebih sepi lagi). Dari pintu masuk menuju asrama sangat jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Benar-benar 180 derajat dari Kuala Lumpur. Di sinilah segala drama dimulai. Aku tidak akan menceritakan detilnya untuk menjaga nama baik semua instansi, hehehe. Intinya, miskomunikasi menjadi akar permasalahan dan toleransi semua pihak sedang diuji. Terlebih, dompetku. Sementara drama dijeda karena kami butuh istirahat. Kami beristirahat di asrama yang satu kamarnya berisi dua orang. Untuk yang perempuan berada di lantai lima, dan betapa perkasanya teman-temanku itu menaiki tangga dengan koper mulai dari tiga hingga belasan kilo. Beruntungnya aku hanya membawa satu backpack dan membantu membawakan beberapa barang perintilan mereka. Kamarnya luas dengan dua dipan, dua meja dan kursi belajar, dua lemari, dan sebuah kipas angin, standar kamar asrama. Kebetulan aku dan seorang temanku mendapat kamar yang view dari jendelanya bagus, tidak buruk dengan harga RM18 per malamnya. Kami diberi waktu sampai pukul 18.00 bersiap-siap untuk ke acara welcoming dinner di sebuah restoran seafood. Hanya makan-makan, sambutan-sambutan, dan foto bersama, acara berjalan lancar dan menyenangkan meski harus mundur beberapa menit, karena sebelumnya ada kelanjutan drama. Pukul 21.00 kami sudah kembali ke asrama. Sebelum tidur, kami membentuk forum “drama-masih-berlanjut”. Akhirnya, drama menemui jalan tengah setelah melalui negosiasi yang alot.
gedung asrama putri Unisza yang kutinggali
suasana welcoming dinner
Keesokan harinya, kami bangun pagi untuk bersenang-senang seharian penuh. Saat itu hari Jumat, yang mana merupakan weekend atau hari libur di Malaysia. Kami sarapan di warung pinggir jalan. Ada dua warung yang direkomendasikan, yaitu nasi Lemak dan canai. Aku memilih canai karena tidak terbiasa makan berat di pagi hari. Harganya sangat murah, untuk canai hanya RM1 dan minumnya teh manis hangat juga RM1. Selesai sarapan, kami menuju ke tempat penukaran uang, tentu saja untuk menukarkan uang. Karena tidak ada kepentingan menukarkan uang, aku menunggu di bus yang saat itu parkir di terminal dan iseng ke toilet umum (tidak iseng juga, memang kebelet). Kondisi toiletnya kurang lebih sama seperti di terminal Indonesia pada umumnya, mungkin agak lebih bersih dan sepi. Bayarnya 30 sen saja.
kedai canai
sarapan canai dan teh
Setelah kurang lebih satu jam ngetem di terminal, bus berjalan menuju tempat bowling. Tempatnya berada di sekitar masjid terapung, danau, dan pacuan kuda. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok, yakni satu landasan (apa ya nama area bowling itu?) berisi tujuh orang. Itu pertama kalinya aku bermain bowling dan tidak kuduga aku menjadi top scorer-nya, hehehe. Setelah dua jam kami bermain, tiba saatnya sholat Jumat. Lokasi sholat Jumat-nya tidak jauh, di masjid terapung. Selagi yang laki-laki sholat, aku mengincipi aneka jajanan yang banyak dijual di sekitar masjid, di antaranya rujak buah, sosis bakar, dan sebagainya, aku lupa. Aku sendiri hanya membeli teh beng, rasanya seperti Thai tea (beng/peng artinya dingin), yang harganya RM2. Jajanan yang kuincipi gratis karena mengambil sedikit punya teman-teman, hehehe. Setelah itu aku tidur di bus karena rupanya, Jumatan di sana tergolong lama juga, mungkin ada satu jam lebih.
tempat bowling
layar skor bowling
lapangan pacuan kuda
penjual jajanan
Dari masjid terapung, kami bertolak menuju Pasar Payang. Di sana, kami diberi kesempatan untuk membeli oleh-oleh. Hanya saja, banyak toko yang tutup karena itu hari Jumat, hari di mana orang-orang biasanya berkumpul dengan keluarga di rumah. Selain itu, banyak pakaian dan jajan pasar yang juga ditemukan di Indonesia. Bentuk pasarnya seperti pasar DTC (Darmo Trade Center). Jadi, aku dan teman-temanku tidak membeli apa-apa di sana. Tetapi, kami tidak pulang dengan tangan kosong. Jalan menuju ke sana sangat instagramable sehingga setidaknya kami bisa kembali membawa foto, hehehe.
pedestrian
I heart KT
jalan raya yang sepi
gedung berwarna-warni
Pecinan yang sedang tutup
gembok cinta
kafe Uncle Chua
I heart I(?)
sungai dekat Pasar Payang
jalanan sekitar Pasar Payang
Pukul 16.00 kami pergi ke Pantai Batu Burok dan kembali ke asrama saat petang.
Layang-layang di Pantai Batu Burok
Pantai Batu Burok
Saat melewati kantin, aku tersadar bahwa seharian itu perutku hanya diisi oleh sepiring canai. Sebelum kembali ke kamar, aku menyempatkan diri untuk makan di kantin dan wow! Harganya murah sekali. Untuk nasi dan (lagi-lagi) ayam goreng ukuran besar hanya RM3,5 dan air mineral ukuran sedang RM1. Setelah kenyang, aku kembali ke kamar, bersih-bersih, menulis konten sebentar, lalu tidur.
Berlanjut di bagian ketiga.
Berkunjung ke Malaysia: Terengganu dan Segala Drama Bagian pertama tersedia di sini. Pukul 7 pagi, beberapa dari kami sudah check-out dari hotel dan langsung menuju KL Sentra dengan monorel.
0 notes
cybitmedia · 6 years
Photo
Tumblr media
KUALA LUMPUR: Barisan Nasional (BN) Wilayah Persekutuan menawarkan 65 inisiatif dalam manifesto pilihan raya umum ke-14 yang memfokuskan usaha mengurangkan kos sara hidup rakyat dan mewujudkan persekitaran bandar raya yang kondusif bagi Kuala Lumpur, Putrajaya dan Labuan. Pengerusi BN Wilayah Persekutuan, Datuk Seri Tengku Adnan Tengku Mansor dalam ucapan pelancaran berkata, manifesto bertemakan “Aspirasi Rakyat Agenda Kami” setebal 24 muka surat itu perlu diteliti secara bersama dengan 364 inisiatif terkandung dalam manifesto BN Pusat. Berikut merupakan inisiatif yang ditawarkan BN Wilayah Persekutuan dalam manifesto yang diperincikan melalui 5 teras utama. Teras 1 – Wilayahku Maju: Ekonomi, peluang perniagaan dan pekerjaan. 01. Mengawal penglibatan warga asing yang bekerja dan berniaga di premis perniagaan milik DBKL/PPJ/PL. 02. Menstruktur semula permohonan lesen perniagaan bagi memberi peluang kepada peniaga muda. 03. Penyusunan semula gerai penjaja supaya lebih teratur, seragam dan bersih. 04. Memperbanyakkan pusat jualan terus daripada pembekal dan pengedar. 05. Program padanan pekerjaan dan “internship” kepada 100,000 belia. 06. Melahirkan 10,000 usahawan “foodtruck”. 07. Memastikan sekurang-kurangnya 30% pemilikan premis perniagaan kepada Bumiputera. 08. Menyediakan 3 pusat penyembelihan unggas berpusat dan berteknologi tinggi. 09. Mewujudkan “startup business centre” dan “digital business hub”. 10. Memastikan pulangan maksimum bagi setiap pembangunan semula kampung baharu kepada pemilik atau pewaris. 11. Membina sekurang-kurangnya 3,000 unit Rumawip/PPA1M/PPR/PA. 12. Menganjurkan 2 acara bertaraf antarabangsa setahun di Labuan untuk merangsang ekonomi. 13. Mewujudkan sekurang-kurangnya 1 pusat beli-belah premium outlet dan sebuah gudang perabot berjenama antarabangsa. 14. Halal hub Labuan dijadikan sebagai pusat pengagihan produk halal ke seluruh dunia. 15. Penghantaran barangan dari Semenanjung terus ke Labuan. 16. Meningkatkan produk pelancongan seperti aktiviti “scuba diving”, “snorkeling” dan menggalakkan agro pelancongan. 17. Labuan sebagai wilayah industri pertanian. Teras 2 – Wilayahku Sejahtera: Sosial dan Pendidikan 01. Memperluaskan kemudahan Tuisyen 1Wilayah. 02. RM50 juta untuk tabung pendidikan. 03. Pembangunan jati diri remaja dan pencarian Ikon Remaja Wilayah Persekutuan. 04. Memperluaskan kemudahan Kad Ceria. 05. Membenarkan kafe siber hanya beroperasi di kawasan terkawal. 06. Menyediakan geran tahunan kepada persatuan ibu bapa dan guru. 07. Menganjurkan majlis perkahwinan berkelompok percuma. 08. Meningkatkan penyertaan sukarelawan. 09. Menambah bilangan bas sekolah percuma kepada 12,000 pelajar di PPR dan PA. 10. Sasaran 80% gelandangan mendapat pekerjaan dan kembali kepada komuniti. Teras 3 – Wilayahku Selesa: Perumahan dan Penyelenggaraan 01. Penyediaan dana RM50 juta bagi kerja penyelenggaraan di “common property” melalui Tabung Penyelenggaraan 1Wilayah untuk rumah kos rendah dan kos sederhana rendah swasta. 02. Menambah kemudahan orang kelainan upaya, mesra warga emas dan ibu mengandung. 03. Membina 20,000 unit Rumah Wilayah Persekutuan (Rumawip) untuk golongan pertengahan. 04. Menambah bilangan perumahan awam (PA) untuk disewakan, meliputi “council home”, rumah transit dan rumah belia. 05. Melaksanakan konsep “rent-to-own” untuk menggalakkan pemilikan perumahan bagi skim Projek Perumahan Rakyat (PPR). 06. Menyediakan tadika, taska dan tabika di skim perumahan Rumawip/PPR/PA/Perumahan Penjawat Awam 1Malaysia (PPA1M). 07. Membangunkan semula kawasan perumahan, pasar awam, pasar besar dan menaik taraf masjid/surau usang. 08. Menyediakan kawasan rekreasi di kawasan terbiar. 09. Menaik taraf atau mengganti lif usang serta memasang CCTV dalam lif dan ruangan lobi PPR dan PA. 10. Menyelaraskan semula unit Rumah Ibadah Bukan Islam. 11. Pembukaan tanah perkuburan Islam yang baru. 12. Menyediakan ruang pengurusan jenazah bukan Islam (Laman Kenangan) di kawasan perumahan PPR dan PA yang bersesuaian. Teras 4 – Wilayahku Aman : Mewujudkan kejiranan yang selamat dan meningkatkan tahap kesihatan 01. Pelaksanaan ke arah memusatkan aktiviti hiburan di zon tertentu. 02. Memberi insentif bagi menggalakkan pembangunan kejiranan berpagar dan berpengawal. 03. Memastikan penggunaan produk biodegradasi untuk kelestarian alam sekitar. 04. Memperluaskan penggunaan sistem pemantauan bandar selamat di kawasan hotspot jenayah dan taman perumahan, termasuk di kawasan perumahan elit. 05. Menyediakan sistem amaran awal banjir. 06. Memasang 10,000 tiang lampu LED di taman awam, jalan, lorong dan laluan awam. 07. Membenarkan pembinaan pagar di kawasan perumahan Putrajaya. 08. Membanteras kewujudan koloni warga asing melalui operasi bersepadu secara berkala. 09. Menambah bilangan kemudahan transit bagi waris pesakit warga Wilayah Persekutuan yang mendapatkan rawatan hospital di Kuala Lumpur dan Putrajaya. 10. Sifar warga asing menduduki unit PPR dan PA. 11. Menyediakan ruang untuk pusat jaya diri di kawasan perumahan PPR dan PA. Teras 5 – Wilayahku Ceria: Prasarana 01. Memperluaskan perkhidmatan “feeder bus” dari kawasan perumahan ke stesen LRT dan MRT. 02. Menyediakan “water taxi” di bawah projek “River of Life”. 03. Memperbanyakkan parkir bertingkat, terutama di kawasan perumahan. 04. Membina tambahan 30km laluan pejalan kaki berbumbung termasuk perhentian bas dan teksi. 05. Menaik taraf jaringan dan capaian internet berkelajuan tinggi secara percuma di kawasan PPR dan PA. 06. Menambah laluan khas berbasikal. 07. Menaik taraf sistem perparitan di kawasan hotspot banjir di Kuala Lumpur. 08. Membina jalan penghubung sebagai jalan alternatif bagi mengurangkan kesesakan. 09. Menambah tong sampah kitar semula bagi tujuan mengurangkan 50% sisa pepejal dan meningkatkan kekerapan kutipan sampah domestik. 10. Memperluaskan perkhidmatan bayaran secara online bagi setiap perkhidmatan PBT. 11. Menambah parkir bertingkat di kawasan kuarters, bangunan pentadbiran dan perniagaan. 12. Menambah sistem pengangkutan awam melalui kaedah bersesuaian dan lebih efektif. 13. Menggantikan paip air usang di Labuan. 14. Membina jambatan menghubungkan Labuan-Menumbok, Sabah untuk merancakkan ekonomi dan pembangunan di Labuan. #BersamaBN #HebatkanNegaraku #DahulukanRakyat #TolakPakatan #TolakMadey #DosaMahathir https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=800036860206576&id=272693526274248
0 notes
0caa · 7 years
Text
8 Hari, 7 Malam, 5 Negara
Suatu hari, saya mendapat broadcast message dari Alvan, sesepuh saya di dunia travelling. Mas Alvan lagi open trip backpackeran 5 negara (Singapore – Vietnam – Cambodia – Thai �� Malaysia) di tanggal 24-31 Mei 2014. Biayanya kurang lebih 7jutaan sudah termasuk tiket pesawat, hotel, dan makan pagi. Kenapa bisa murah? Karena perjalanan dari Ho Chi Minh, Vietnam sampai Kuala Lumpur, Malaysia melalui jalur darat, naik bus! Tanpa basa-basi, saya dan mama langsung ikutan. Kapan lagi bisa mengisi passport dengan banyak cap dalam sekali perjalanan? Ditambah lagi, cuma butuh cuti 3 hari saja karena hari libur nasional yang sili berganti di periode tanggal tersebut. Mulailah kami bersiap, mulai dari perpanjang passport, kirim data ke mas Alvan yang bantu pesankan tiket pesawat kami melalui Traveloka, juga menukar rupiah dengan USD, Bath, dan Ringgit (untuk di Vietnam dan Cambodia bisa tukar Dong dan Riel dengan USD on the spot).
Sabtu, 24 Mei 2014 pagi di terminal 2 Soekarno Hatta, kami siap menuju Changi untuk transit dan lanjut ke Ho Chi Minh, Vietnam. Berkenalan dengan peserta lainnya, total ada 16 orang termasuk Mas Alvan selaku tour leader kami. Yang termuda ada Keenan, umurnya sekitar 10 tahun, peserta tertua adalah oma Keenan, sekitar 70 tahun umurnya. Hari itu merupakan hari yang agak tinggi mobilitasnya. Saya sarapan di Jakarta, lalu makan siang nasi lemak yang enak tapi mahal di Changi Airport Singapore (kurs rupiah sekitar delapan puluh ribu rupiah), dan makan malam seporsi besar pho (baca : fè) di Ho Chi Minh, Vietnam. Setibanya kami di Ho Chi Minh, kami langsung menuju Basilika Notre-Dame dan Kantor Pos yang letaknya bersebelahan. Setelah itu kami ke penginapan, Ngoc Linh Hotel, makan malam, lalu belanja oleh-oleh di Night Market. Proses tawar menawar yang cukup sengit, bertukaran kalkulator dengan Mba penjual baju, akhirnya kami dapat beberapa helai kaos seharga 70.000 Dong, setara dengan 35.000 rupiah. Maklum, bukan orang Indonesia namanya kalau tidak sadis nawarnya. Teman saya yang kurang jago nawar, harus puas dengan 4 helai baju yang dibelinya dengan harga 500.000 Dong. Malam itu diakhiri dengan kongkow asik dengan teman-teman baru di Trung Nguyen Coffee, kedai kopi lokal Vietnam.
Esoknya 25 Mei 2014 kami berangkat naik Mekong Express Limousine Bus ke Kamboja. Bus ini unik sebab selain pak sopir, ada seorang kenek yang bertugas sebagai pramugara/pramugari. Mereka menelaskan akan berangkan dari A ke B, waktu tempu sekian lama, dan sebagainya. Bus melaju, siang hari tiba di Phnom Penh, lalu lanjut ke Siem Reap. Bus sempat berhenti 2 kali. Pertama lantaran ban bocor di tengah jalan yang entah-dimana-aku-tak-tahu. Kedua, saat makan malam di pinggir jalanan yang masih antah berantah. Menu makan malam yang seadanya, nasi pulen dengan sop ikan seharga 2USD saja, cukup mengenyangkan dan menghangatkan hati kami. Udara panas di siang hari hingga AC bus tidak terasa, jalanan berdebu dan agak rusak di beberapa ruas jalan, bus berjalan lambat lantaran ada aturan speed limit (maksimum 60km/jam), diakhiri dengan hujan di malam hari. Akhirnya kami tiba di Siem Reap jam 10 malam hari. Turun dari bus, naik tuk-tuk sebentar, akhirnya tiba juga kami di penginapan kami, Home Sweet Home Guest House.
26 Mei 2014, pagi-pagi sekali kami menuju kawasan candi Angkor Wat.  Ada banyak candi di sana, namun yang kami kunjungi hanya Angkor Wat (untuk hunting sunrise), Angkor Thom, dan Ta Prohm, tempat syuting Tomb Rider. Candi yang lain dilewati saja dengan alasan “sama saja bentuknya kok”. Hihihi.. Cuacanya juga agak labil, dari yang awalnya amat sangat terik, tiba-tiba hujan, hingga kami berlarian mencari tempat untuk berteduh, lalu kembali terik. Sempat nyasar juga lantaran tuktuk kami menunggu di pintu A dan kami malah keluar melalui pintu B. Perjalanan yang penuh drama ya? Berhubung pesertanya didominasi para wanita yang hobi belanja, kegiatan explorasi Angkor Wat disudahi lebih cepat. Siang itu, kami request ke Old Market untuk belanja lagi. Di sana ada streetfood  berupa kerang nan spicy, pedas dan enak sekali. Padahal cuaca terik, jadilah saya belanja, tawar-menawar sambil berkeringat dan hidung meler karena kepedasan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini strateginya saya yang nawar, setelah mencapai harga yang mufakat, teman-teman ikutan belanja borongan. Hehehe.. Setelah selesai, kami kembali ke penginapan, malamnya berlanjut ke Night Market. Kami mencicipi beberapa jajanan khas Kamboja, snack tarantula dan jangkrik. Ternyata rasanya enak, rahasianya mungkin karena bumbunya yang spicy itu, sehingga rasanya mirip seperti ikan goreng.
27 Mei 2014, hari itu lagi-lagi kami habiskan sepanjang hari di bus menuju Bangkok. Sawadee kha! Sore hari kami tiba di Bangkok. Penginapan kami di kawasan Khao San Road, Roof View Place. Sesuai namanya, dari jendela kamar kami, view/pemandangannya atap rumah penduduk (Roof). Hihi. Malam hari kami keluar untuk cari makan, namun karena saat itu pasca kudeta di Bangkok, jam 10 malam hingga jam 4 pagi tidak ada warga ataupun turis yang boleh berkeliaran di jalan. Khao San Road pun sudah sepi jam 8 malam karena dibubarkan polisi. Mencekam dan sepi rasanya, malam itu kami habiskan kongkow minum bir lokal di lobby penginapan. Tenang, kami yang minum sudah 21 tahun ke atas kok.
28 Mei 2014, Yuhuuuu Grand Palace kami dataaang! Biar panas, kami tetap semangat! Kuil-kuil di sana cetar mentereng menyilaukan mata. Didominasi warna emas, megah dan cantik sekali. Kemudian kami lanjut ke Wat Pho, ada Sleeping Buddha nan besar lagi megah, tapi mama malah lebih memilih menunggu di luar, asik foto-foto di kolam ikan depan kuil. Hihihi.. Setelah itu kami ke Wat Arun, demi hasil foto yang oke, saya rela naik turun tangga Wat Arun tanpa pakai sunblock di siang hari nan cerah itu. Akibatnya, kulit saya merah dan perih. Meski perih, kami masih semangat belanja dan berburu oleh-oleh di MBK sebelum sorenya kami ke terminal untuk naik bus ke Phuket.
29 Mei 2014, semalaman kami tidur di bus tingkat alias double decker, tiba di Phuket pagi hari dan segera kami naik angkutan umum semacam mikrolet menuju penginapan, Journey Guesthouse. Setelah meletakkan tas dan barang bawaan kami yang lain, berangkatlah kami ke Maya Bay, snorkeling, lalu ke Phi Phi Don untuk makan siang cantik, diakhiri dengan bermain di pantai. Ini kali kedua saya ke Phi Phi Island ini. Yang pertama tahun 2011, kami naik kapal yang agak besar, sehingga tidak menepi ke Maya Bay, hanya memandang dari kejauhan saja. Kali kedua ini kapalnya agak kecil, dan merapat  ke Maya Bay yang cantik sekali. Tak heran selalu ramai oleh turis. Sorenya kami kembali ke guesthouse, bersih-bersih badan, istirahat, makan malam, kemudian lanjut bermalam di bus lagi. Kali ini menuju Hat Yai, perbatasan Thailand dan Malaysia.
30 Mei 2014 subuh kami tiba di Hat Yai. Udara masih dingin sekali, matahari pun belum tampak. Di sana kami sarapan dimsum enak nan murah (satu keranjang kalau dikurs ke rupiah hanya sekitar tujuh ribu rupiah saja). Selesai sarapan, kami kembali ke kantor agen bus,  lalu naik bus berangkat ke Kuala Lumpur. Perjalanannya cukup lama ternyata, namun tak apa, kami disuguhi pemandangan indah sepanjang perjalanan. Saya baru tahu bahwa kota Kuala Lumpur itu dibangun di dataran tinggi. Takjub juga mengingat jalur daratnya agak berkelok, bagaimana mengangkut bahan material untuk membangun peradaban di atas gunung seperti itu ya? Kami tiba di KL jam 10 malam waktu setempat. Tubuh sudah lelah, namun masih ada saja kejadian nyasar mencari penginapan kami yang letaknya di China Town (banyak kios, tapi yang berjualan justru kebanyakan orang India). Setelah akhirnya tiba di penginapan kami, Bunc @ Radius, kami keluar lagi untuk cari makan malam, lalu  lanjut (lagi-lagi) belanja oleh-oleh di toko yang belum tutup, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.30.
31 Mei 2014 hari terakhir! Agenda hari itu hanya ke KLCC untuk bernarsis ria di bawah Menara Petronas. Setelah itu, saya dan mama berpamitan dengan peserta lain karena kami masing-masing beda penerbangan. Kami dengan mas Alvan menuju ke KLIA, dan pesawat kami transit dulu ke Changi Singapore, baru kemudian kami pulang ke Jakarta.
Sungguh perjalanan yang amazing! Dari perjalanan ini, saya makin bersyukur dilahirkan sebagai orang Indonesia. Memang tidak semaju negara Singapore dan Malaysia, namun toh tidak seburuk negara lain. Contoh di Cambodia, di sana anak-anak mengemis sampai minta es krim ke kami saat jalan malam ke Night market.  Seorang teman juga sempat membagi roti untuk anak-anak pengemis saat perjalanan dari Vietnam ke Cambodia. Mereka yang kebagian roti terlihat senang sekali. Kalau kata Mas Alvan, Vietnam itu seperti Indonesia tahun 80an. Sedangkan Cambodia itu seperti Indonesia saat tahun 70an. Ternyata benar! Saat jalan malam di Ho Chi Minh, ada banyak anak muda berkumpul di taman dan bermain sepatu roda, persis seperti saat mama saya muda dulu. Dan di Siem Reap, Cambodia, angkutan umum yang banyak terlihat di jalan adalah tuk-tuk, seperti becak bermotor atau bemo seperti jaman dulu. Hehehe.. Itulah yang saya suka dari traveling. Seperti quote dari Ibn Battuta yang pernah saya baca “Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller”. 
0 notes
rumahinjectssh · 7 years
Text
Banding Bandingkan Megawati Dengan Aung San Suu Kyi Dandhy Dwi Laksono Dipolisikan - FROM SUARASOSMED
SUARASOSMED - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Relawan Perjuangan (Repdem) Jawa Timur bereaksi keras atas posting-an opini yang menyudutkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dalam posting-an di Facebook dari akun Dandhy Dwi Laksono tersebut, menyamakan kepemimpinan Megawati dengan Penasehat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi. Utamanya dalam mendukung kekerasan terhadap rakyat. "Kalau Bu Mega disudutkan dengan pernyataan mendukung adanya kekerasan terhadap masyarakat Papua saat memenangkan Jokowi dalam Pilpres. Ini jelas menghina dan memfitnah. Kami sebagai organisasi sayap partai tidak bisa menerima," terang Abraham Edison, Ketua DPD Repdem Jatim. Dia menjelaskan, dalam alur tulisan, Dandhy memulai paragrafnya dengan menyandingkan kedua tokoh perempuan itu. "Pada paragraf berikutnya, Dandhy menuliskan kegeraman atas peristiwa pembantaian terhadap etnis Rohingnya. Lalu mencari persamaan dengan gaya kepemimpinan Megawati," terang dia. Laporan ujaran kebencian tersebut disampaikan oleh sekitar 25 orang perwakilan DPD Repdem Jatim di Cyber Crime, Polda Jawa Timur. Mereka juga membawa print out dari akun sosmed yang dilaporkan. Edison berharap agar polisi segera mengusut dan menangkap pelaku tersebut Pasalnya dengan dugaan ajaran kebencian ini, marwah Megawati sebagai Ketua Umum partai sudah dijatuhkan," tegas Edison. (win/end/jpnn) Ini Dia Tulisan Dandhy Sulit untuk tidak ikut geram dengan mantan peraih Nobel Perdamaian (1991), Aung San Suu Kyi atas apa yang terjadi pada warga Rohingya. Mantan tahanan politik 15 tahun di masa junta militer itu dianggap tak cukup bersikap untuk mencegah pembantaian Muslim etnis Rohingya yang dilakukan tentara Myanmar dan kelompok garis keras Budha. Padahal Suu Kyi dianggap punya kekuasaan dan pengaruh setelah partainya (NLD) memenangi pemilu pada November 2015. Selain pemimpin partai pemenang pemilu, ia adalah Penasihat Negara (State Counselor) dan Menteri Luar Negeri. Penasihat Negara adalah jabatan setara Perdana Menteri yang berlaku lima tahun. Tentu dalam negara yang memiliki barisan para jenderal, kajian politik tak boleh naif. Tak jarang anasir-anasir militer memiliki agenda sendiri yang tak selalu sejalan bahkan menjebak pemerintahan sipil yang berkuasa. Presiden John F Kennedy merasa kewalahan dengan agenda para jenderalnya di Pentagon dan CIA dalam krisis misil Kuba dan invasi Teluk Babi (1961) yang seakan segera menyuruhnya memulai perang nuklir dengan Uni Soviet. Atau bagaimana Soeharto dan kawan-kawan jenderalnya membangun kontak secara diam-diam dengan pihak Sekutu di Kuala Lumpur dan Singapura, saat Presiden Sukarno justru sedang berkampanye “ganyang Malaysia” tahun 1963. Kekecewaan pada Suu Kyi dalam kasus Rohingya harus selalu membuka kemungkinan hal-hal semacam ini. Terutama karena secara historis, Myanmar dikuasai rezim militer selama 53 tahun dan punya catatan pernah menewaskan 3.000 orang dalam peristiwa demonstrasi berdarah 8888. (“Angka cantik” ini diambil dari tanggal 8 Agustus 1988. Gerakan perlawanan juga punya “angka cantik” lain 7777 di mana rangkaian unjukrasa dimulai pada 7 Juli 1977). Tapi tampaknya Suu Kyi tidak mengirim sinyal seperti Kennedy yang merasa sedang dikerjai para jenderal garis kerasnya. Sebaliknya, Suu Kyi terkesan menjadi bagian dari itu. Ia selalu menyebut kasus Rohingya adalah kekerasan antar-etnis yang juga terjadi pada etnis-etnis lain seperti Karen. Kekecewaan pada Suu Kyi makin jelas ketika Mei 2017 lalu pemerintah Myanmar menolak dan membantah laporan PBB tentang apa yang terjadi terhadap warga Rohingya di Rakhine. Bahkan pada Juni 2017 pemerintah Myanmar menutup akses investigator PBB. [ads-post] Suu Kyi bahkan pernah membuat komentar yang dianggap bernada rasis usai diwawancarai reporter BBC, Mishal Husain tahun 2013 yang mencecarnya dengan pertanyaan seputar kasus Rohingya: “Tidak ada yang bilang saya akan diwawancarai oleh seorang muslim,” kata Suu Kyi dalam sebuah buku biografi yang ditulis Peter Popham. Apalagi ada kutipan pidato Suu Kyi yang menunjukkan tekadnya untuk mengakumulasi kekuasaan setelah ia memenangi pemilu: “Aku yang akan membuat semua keputusan, karena akulah pemimpin partai yang memenangi pemilu”. (Suu Kyi, dikutip The Independent, 11 Oktober 2015). Semua orang tahu, konteks pidato itu adalah penegasan dari Suu Kyi, meski kelompok militer menghadangnya dengan konstitusi yang membuatnya tak bisa jadi presiden (karena dua anaknya memegang paspor Inggris), ia akan lebih berkuasa dari presiden. Lalu apa hubungannya dengan Megawati? Dalam konteks dan detail yang berbeda, kita juga pernah punya pengalaman di mana ikon pejuang demokrasi yang pernah direpresi Orde Baru (dan puncaknya pada peristiwa 27 Juli 1996) tak selalu dapat diandalkan atau menjadi tumpuan harapan untuk menyelesaikan persoalan tanpa kekerasan. Meski telah memenangi pemilu Juni 1999 dengan 33 persen suara, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri sadar ia belum tentu bisa menjadi presiden karena saat itu presiden masih dipilih MPR. Maka dalam pidato kemenangannya di Lenteng Agung, 29 Juli 1999, ia masih melanjutkan kampanye sambil berurai air mata: “Untuk rakyat Aceh, jika saya dipercaya untuk memimpin negeri ini, percayalah, Cut Nyak tidak akan membiarkan setetes pun darah tumpah menyentuh Tanah Rencong yang begitu besar jasanya dalam menjanjikan Indonesia merdeka. Pada kalian, saya akan berikan cinta saya. Saya akan berikan hasil Arun-mu agar rakyat dapat menikmati betapa indahnya Serambi Mekkah jika dibangun dengan cinta dan tanggung jawab atas sesama warga bangsa Indonesia.” Tak hanya terhadap rakyat Aceh yang mengalami Operasi Jaring Merah yang berdarah-darah antara 1988-1998, calon presiden Megawati juga mengatakan sesuatu tentang Papua: “Begitu pula yang akan saya lakukan terhadap saudara-saudaraku di Irian Jaya dan Ambon tercinta. Datangnya hari kemenangan itu tidak akan lama lagi, Saudara-saudara.” Tapi jalannya sejarah sudah sama-sama kita ketahui. Setelah menggantikan Gus Dur yang justru mengambil jalan damai dan diplomasi budaya dengan Aceh, pada 19 Mei 2003, Presiden Megawati mengirim 40.000 tentara dan mengumumkan status Darurat Militer di Aceh yang berdarah-darah. Ia mengikuti irama kendang para jenderal dan diplomatnya yang mengkondisikan perang di Aceh dengan membuat rangkaian perundingan internasional menemui jalan buntu, bahkan menangkapi para jururunding GAM, persis Jenderal De Kock menangkap Diponegoro saat berunding. Sebagai produser di Liputan6 SCTV saat itu, rekaman pidato Megawati di Lenteng Agung, 29 Juli 1999 inilah yang pertama saya cari di video library saat membuat ulasan tentang Darurat Militer di Aceh. Dalam katalog digital, rekaman ini ada dalam sebuah kaset Betacam, namun saat dicari di rak kaset, nomor tersebut tidak ada. Kawan-kawan petugas library bingung karena juga tidak ada di dalam daftar peminjaman. Saya berkeras agar barang itu segera ditemukan. Para senior membisiki saya, berdasarkan pengalaman, rekaman-rekaman berisi materi sensitif selalu bernasib seperti itu di library-library televisi Indonesia. Apalagi ini rekaman pidato politisi yang kini menjadi presiden. Mendengar itu, saya dan kawan-kawan library makin giat mencarinya. Pencarian dilakukan secara fisik di setiap sudut library dan ruang editing dengan keyakinan, tidak mungkin barang itu diselundupkan keluar karena Darurat Militer baru diumumkan dini hari, dan saya baru menyinggung tentang rekaman itu di rapat siang harinya. Setelah berjam-jam mencari, akhirnya kaset itu ditemukan di atas rak yang hanya bisa dilihat setelah petugas library naik kursi. Tak ada kaset lain di sana, dan hanya kaset itu dan ketika di-playback persis di bagian pidato Megawati. (Satu kaset berdurasi hingga 90 menit biasanya terdiri dari berbagai rekaman peristiwa). Beruntung, di Youtube ada yang mengunggah pidato bersejarah itu meski tidak lengkap. Bagian pidato tentang Aceh ada di menit 03:00. Bagi hasil lapangan gas Arun yang ia sebut-sebut, baru termaktub dalam UU Pemerintahan Aceh setelah perundingan damai Helsinki, Agustus 2005. Perundingan yang dipaksa oleh tsunami, bukan atas peristiwa politik. Untuk Papua, Gus Dur yang tak pernah berkampanye menjadi presiden dan menangis di depan kamera, justru yang menerapkan diplomasi kemanusiaan di Papua. Bendera Bintang Kejora boleh dikibarkan sebagai simbol budaya, dan ia mengizinkan digelarnya Kongres Rakyat Papua. Namun ketika digantikan Megawati, pendekatan terhadap Papua sontak berubah. Jenderal-jenderal yang menggurutu di masa Gus Dur, kembali mendapat angin untuk mengekspresikan sahwat “nasionalisme dan patriotismenya”. November 2001, di masa Megawati menjadi presiden, justru terjadi pembunuhan politik terhadap Theys Hiyo Eluay yang sebenarnya sedang memimpin transformasi di Papua, dari perlawanan fisik ke diplomasi politik. Maka hingga kini, apa yang disebut “datangnya hari kemenangan yang tak akan lama lagi” itu, berwujud menjadi penangkapan besar-besaran yang belum terjadi sebelumnya dalam sejarah. Tepat setelah Megawati kembali berkuasa lewat kemenangan PDIP dan terpilihnya Presiden Joko Widodo yang disebutnya sebagai “petugas partai” (sebagaimana Suu Kyi menegaskan kekuasaannya), jumlah penangkapan warga di Papua tembus 1.083 orang, mengalahkan statistik tertinggi di era Presiden SBY (2013) yang berjumlah 548 orang. Bahkan menurut catatan LBH Jakarta dan Tapol, antara April hingga Juni 2016 saja, ada 4.198 warga Papua yang ditangkap di berbagai tempat di Indonesia karena mengekspresikan aspirasi politiknya.[] Dandhy Dwi Laksono adalah pendiri ACEHKITA.COM Berita Atau Informasi Diatas Sudah Terlebih Dahulu Tampil Dan Ditayangkan Di Halaman Berikut Sumber Berita : JPNN // ACEHKITA // DANDHY Judul Asli :
Terima Kasih Telah Menggunakan Dan Menyebarkan Kembali Berita Dari suarasosmed-Media Informasi Terkini Yang Senantiasa Dan Selalu Terbuka Untuk Umum - Bookmark Wartabali.net Dan Dukung Terus Perkembangan Kami - Wartabali-Media Informasi Kita 
from Media Informasi Kita http://www.suarasosmed.com/2017/09/banding-bandingkan-megawati-degnan-aung.html
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
JK: Jangan karena Alasannya Macet Ibu Kota Pindah
JK: Jangan karena Alasannya Macet Ibu Kota Pindah
“Jangan karena alasannya macet itu kita mau pindah, jangan. Kalau macet ya selesaikan macetnya, bukan selesaikan ibu kotanya,” kata JK di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (7/7/2017).
Harianpublik.com, Jakarta – Wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke wilayah lain, salah satunya Palangkaraya di Kalimantan Tengah, terus bergulir. Pemerataan perekonomian dari Jawa ke luar Jawa, banjir, dan kemacetan, menjadi beberapa pertimbangan perlunya memindahkan ibu kota yang kini tengah dikaji Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Bappenas pernah menyebut salah satu indikator pindahnya Ibu Kota ialah Jakarta saat ini sudah macet parah. Selain itu, muka tanah juga terus mengalami penurunan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla atau akrab disapa JK mengatakan, jika alasannya dipindah karena macet, sebaiknya diurungkan niat tersebut. Karena menurut dia, itu tidak tepat.
“Jangan karena alasannya macet itu kita mau pindah, jangan. Kalau macet ya selesaikan macetnya, bukan selesaikan ibu kotanya,” kata JK di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (7/7/2017).
Dia mengatakan, seharusnya segera mempercepat pembangunan MRT dan LRT. Selain itu juga, harus segera perbanyak kendaraan umum massal yang memadai.
“Perbaiki dan percepat MRT, LRT, percepat bus (angkutan umum),” kata JK.
Dia menuturkan, jika masalah karena banjir. Juga harus dicari solusinya. Dengan pindah, tanpa memperbaiki maka Jakarta akan tetap banjir.
“Kalau banjir ya perbaiki drainase. Karena kalau pindah pun pasti tetap banjir juga, kalau kita tidak perbaiki drainase dengan cepat,” ungkap JK.
Butuh 10 Tahun
JK menyatakan tak mudah memindahkan ibu kota. Bahkan dia menyebut butuh waktu 10 tahun lebih.
“Wah itu butuh persiapan. Negara-negara lain itu butuh persiapan lama. 10 tahun persiapannya. Karena kita tidak bisa pindah sebelum semua lengkap. Tidak mungkin hanya 2 departemen saja yang pindah ke sana, ke Kalimantan. Enggak mungkin lah. Mesti lengkap betul, baru pindah. Karena saling berhubungan pemerintah ini,” kata JK.
Dia menyebut DPR juga harus ikut pindah, kalau memang ibu kota jadi digeser. Pasalnya bagaimana bisa berkomunikasi dengan baik, jika saling berjauhan.
“DPR mesti pindah. Karena bagaimana kalau tidak pindah? Kalau ada jajak pendapat, hiring (Rapat Dengar Pendapat) dengan DPR, menterinya ada di sana bagaimana? Jadi mesti lengkap, baru bisa pindah,” tegas JK.
Karena itu, dia kembali menegaskan, butuh waktu lama untuk memindahkan ibu kota. Bahkan dirinya menuturkan, jika  Indonesia mencontoh bagaimana Malaysia, justru bisa lebih mudah.
“Malaysia hanya pindah 30 Kilo (KM) dari ibu kota. Tapi yang pindah hanya kantor Kementerian. DPR tetap di Kuala Lumpur, Angkatan Bersenjata di Kuala Lumpur. Yang lain-lain, Mahkamah Agung tetap di Kuala Lumpur. Hanya Perdana Menteri dan Menteri-menterinya saja. Nah itu jauh lebih mudah,” JK memungkas. Sumber: Liputan6 Sumber : Source link
0 notes
itewfsmd-blog · 7 years
Text
Equityworld Futures
Equityworld Futures, Pemerintah Malaysia mengutuk sekeras-kerasnya serangan bom di terminal bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu malam (24/5).
“Kejadian ini telah mengorbankan nyawa dan mendatangkan cidera pada orang umum yang tidak berdosa,” kata Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Malaysia Datin Nirvana Jalil Gani di Kuala Lumpur, Kamis.
Ia mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada warga…
View On WordPress
0 notes
agnizeeyolo-blog · 6 years
Text
Bulan November lalu, aku bersama beberapa delegasi Universitas Airlangga mendapat kesempatan untuk mengunjungi Malaysia dalam rangka Lawatan Akademik, tepatnya mulai tanggal 8-13 November. Acara utama dilaksanakan di Terengganu dan Penang, sehingga pada tanggal 7, saat itu jatuh pada hari Rabu, kami berangkat menuju Kuala Lumpur di pagi buta agar bisa explore ibukota Malaysia itu terlebih dahulu sebelum acara serius. Pesawat take off dari Bandara Juanda pukul lima pagi dan landing di KLIA sekitar pukul delapan pagi waktu Malaysia (satu jam lebih cepat dari WIB). Setelah selesai mengurus bagasi dan sebagainya, kami harus membeli kartu SIM untuk memudahkan komunikasi. Untuk kartu SIM turis di bandara harganya standar saja, karena banyak provider lain yang menawarkan harga beragam mulai dari RM20 hingga RM65. Dengan harga RM 25 atau Rp 90.000-an (kurs RM1=Rp 3.600), seingatku, sudah mendapat 7GB paket data internet, 10GB akses sosial media, dan unlimited data untuk Whatsapp, WeChat, dan Twitter untuk satu minggu. Mungkin itu sedikit bagi yang hobi update, tetapi sudah banyak bagiku.
Setelah itu, kami diberi kesempatan sekitar satu setengah jam untuk keliling KLIA sekaligus makan siang. Waktu 90 menit itu sangat singkat untuk mengelilingi KLIA yang memang didesain seperti mall (tapi memang mall, sih). Tetapi, kami santai saja karena di pusat kota nanti ada mall yang sangat besar dan ada kesempatan lebih lama untuk berbelanja. Aku sendiri tidak membeli makan di bandara saat itu, hanya memakan sisa Sari Roti yang kubawa dari Surabaya. Pun ketika teman-temanku berbelanja, aku hanya mengekor saja. Syukurlah, aku sudah sangat senang dengan window shopping yang mana ini mendukung kesehatan kantongku, hehehe. Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 siang, kami harus berkumpul di titik yang sudah ditentukan dan bersiap menuju penginapan.
proses membeli SIM card
mall KLIA
mall KLIA
mall KLIA
Kami menginap semalam di OYO Grid 9 Hotel di daerah Maharajalela, Kuala Lumpur. Untuk menuju ke sana, kami harus naik bus bandara menuju KL Sentral dengan ongkos RM12, kemudian dilanjutkan dengan naik monorel tujuan Maharajalela dengan ongkos RM2,2. Dari bandara menuju KL Sentral ternyata cukup jauh, hampir 2 jam dengan bus dan belum ada transportasi umum selain itu langsung dari bandara. Di tengah perjalanan, sejauh mata memandang hanya terlihat pepohonan sawit, tetapi terlihat juga beberapa proyek jalan raya (mungkin tol) dan gedung pencakar langit (seperti apartemen). Begitu sampai di KL Sentral, terlihatlah kehidupan ibukota yang begitu ramai dan sibuk. Memang tidak seramai Surabaya, namun jangan coba-coba bersantai sambil memenuhi eskalator. Beri jalan di sisi kanan eskalator untuk orang-orang sibuk ini, ya!
suasana KL Sentral
Papan petunjuk arah di KL Sentral
stasiun monorel Maharajalela yang serba canggih
stasiun monorel Maharajalela
stasiun monorl Maharajalela
rute monorel
Tidak sampai lima menit, kami sampai di stasiun monorel Maharajalela. Ternyata, hotel kami begitu dekat dengan stasiun ini, tinggal menyeberang saja. Stasiun ini lebih kecil, seperti halte, tidak sebesar dan sepadat KL Sentral yang juga merupakan tempat pemberhentian bus dan stasiun MRT, LRT, dan sebagainya. Kami datang satu jam lebih cepat daripada waktu check-in yaitu pukul dua. Saat itu, hujan juga turun dengan derasnya. Untung saja, hotel yang tidak terlalu besar itu memiliki ruang yang cukup bagi kami ber-30 untuk beristirahat dan berkoordinasi. Ruangan ini dan lobby hotel terletak di lantai 1, sedangkan di lantai G atau yang paling dasar adalah kafe. Untuk harga kamar standar yang muat hingga dua orang hanya Rp310.000 per malam apabila memesan di Traveloka. Tetapi, di sana kami masih harus membayar pajak turis sebesar RM10 per kamar dan deposit kunci kamar RM50. Hotel ini terdiri dari 6 lantai dan tersedia lift. AC-nya sangat dingin karena kamarnya juga sangat kecil. Tempatnya bersih, namun lampunya remang-remang. Apesnya, shower air hangatnya tidak berfungsi di kamar mandiku. Ada TV di depan tempat tidur dan satu meja kecil beserta kursinya di samping tempat tidur. Di meja ada satu lampu tidur, telepon, dan di tembok depannya ada satu colokan, sedang di samping ada cermin. Oh iya, untuk colokan di Malaysia ini berbeda dengan Indonesia, bentuknya kaki tiga. Jadi, jangan lupa membawa travel adaptor dan colokan T, ya!
suasana dari atas jembatan penyeberangan Maharajalela
suasana di depan hotel
suasana di depan hotel
ruang kumpul hotel
ruang kumpul hotel
Setelah unpacking dan bersih diri, aku baru merasakan perutku meraung-raung kelaparan. Aku memutuskan untuk mencari makan di luar meskipun masih gerimis. Kafe di lantai bawah kurang menarik karena lumayan pricey, hehehe. Lokasi hotelku tidak begitu strategis selain dekat dengan stasiun monorel. Setelah berjalan sejauh kurang lebih 500 meter, aku dan seorang temanku tidak menemukan tempat makan yang meyakinkan dan minimarket, sehingga akhirnya aku hanya membeli sebuah roti seharga RM3,8 di sebuah toko kelontong di pinggir jalan. Rotinya enak tetapi sangat besar, bahkan tidak habis meski sampai keesokan harinya dan sudah kubagi dengan teman-temanku. Untuk minumnya aku tidak perlu membeli karena hotel menyediakan free flow air mineral di lobby. Setelah itu, aku kembali ke kamar dan beristirahat sejenak.
roti RM3,8
mencari makan dekat hotel
Sore menjelang petang, teman-teman mengajak makan malam di Alor Street yang letaknya di kompleks pusat perbelanjaan Bukit Bintang. Menerobos hujan deras, kami naik monorel menuju stasiun Bukit Bintang. Jaraknya lumayan, selisih tiga stasiun. Alor Street memang terkenal dengan kedai-kedai untuk berwisata kuliner. Pilihan kami jatuh pada sebuah kedai masakan Cina. Aku memesan sebuah Stir-Fried Noodle in Gravy Sauce yang tersedia dalam dua varian, ayam dan seafood (aku memilih yang kedua). Tenang saja, alat untuk mengolah atau menggoreng yang mengandung babi dan yang halal dibedakan, mengingat pembeli muslim di Malaysia juga banyak. Harganya RM11 tapi porsinya sangat banyak, bahkan aku hanya mampu makan setengahnya. Untuk minumnya, aku memesan es teh seharga RM1.
Hujan di Bukit Bintang
Alor Street
Tempat makan (Halal & Non-Halal Chinese Food)
Menu yang kupesan
Hujan di Alor Street
Nah, setelah energi kami penuh, petualangan dimulai. Saat itu, hari mulai gelap dan hujan tak kunjung reda. Bukti Bintang adalah tempat yang sangat cocok untuk menghambur-hamburkan uang, jika punya. Kalau tidak punya? Ya, minimal bisa untuk berolahraga dan melatih kesabaran. Aku sendiri pun tidak tahu keluar-masuk mall apa saja, asal mengikuti rombongan saja. Memang megah tempat ini, gerai barang branded sepertinya lengkap, meskipun banyak yang asing di telingaku. Berdasarkan testimoni teman-temanku, beberapa produk harganya sedikit lebih murah daripada di Indonesia, meskipun bagiku masih tetap mahal, hehehe. Sangat disayangkan, aku tidak membuat anggaran untuk belanja atau membuka jasa titip. Mungkin ada sekitar tiga jam kami mengelilingi surganya shopaholic itu, mulai dari Lot 10 hingga Pavilion, dan rasanya masih banyak sudut yang belum kami jamah. Temanku berhasil membawa pulang tas yang harganya jutaan, ada juga yang mencoba jajanan hits, dan aku berhasil mendapatkan sebuah sandal jepit seharga RM5,9 di Daiso dan mencoba-coba lipstik tester, hehehe. Oh iya, karena di Malaysia banyak orang India-nya, saat itu begitu ramai perayaan Hari Diwali.
Bukit Bintang di malam hari
tester roti gratis
tidak tahu ini mall apa (sepertinya Lot 10)
Bukit Bintang di malam hari
Bukit Bintang di malam hari
Bukit Bintang di malam hari
Perayaan Diwali
Belum ke Malaysia kalau belum ke Petronas Twin Tower. Meski kaki rasanya sudah mau copot, kami menyempatkan pergi ke sana sebelum kembali ke penginapan karena besoknya kami sudah harus meninggalkan Kuala Lumpur. Siapa mengira di tengah gerimis, di suatu malam di tempat yang asing, dan dalam kondisi yang lelah luar biasa, kami menjadi korban Google Maps. Jaraknya tidak sampai 2 km dan hanya setengah jam dengan berjalan kaki, begitu yang kami analisis dari Google Maps. Dengan kekuatan irit uang transport dan dengan sok idenya, kami memutuskan jalan kaki ke sana. Guys, 2 km itu bukan jalan lurus, melainkan naik turun stasiun monorel dan masuk ke gedung-gedung hanya untuk menyeberang jalan. Kalau sudah berada di dalam gedung rasanya seperti tersesat dalam labirin. Butuh 45 menit dan 1001 keluhan hingga kami berhasil sampai di Petronas Twin Tower. Yang aku maksud di sini adalah halaman depannya karena gedungnya sudah pasti tutup karena hampir pukul 10 malam. Setelah berfoto ria, kami bertolak menuju Bukit Bintang lagi untuk naik monorel menuju hotel. Masih dengan kekuatan irit transport dan sok ide, kami naik bus gratis! (berdasarkan riset namanya bus Go KL) HOREEE!!! Meskipun harus berdesakan karena jam pulang kerja dan di luar sedang hujan, kami senang karena gratis dan sampai di Bukit Bintang tanpa kesasar.
Bangunan di seberang Twin Tower
bus gratis nan nyaman
selfie di depan Twin Tower
Setelah itu, kami langsung ke stasiun monorel dan tidak lama mendarat di hotel dengan selamat. Setelah packing sebentar, aku langsung tertidur pulas karena besoknya harus check-out pagi-pagi untuk bertolak ke Terengganu.
Berlanjut di bagian kedua.
  Berkunjung ke Malaysia: Tersesat di Kuala Lumpur Bulan November lalu, aku bersama beberapa delegasi Universitas Airlangga mendapat kesempatan untuk mengunjungi Malaysia dalam rangka Lawatan Akademik, tepatnya mulai tanggal 8-13 November.
0 notes
ariefr · 7 years
Text
Paper Pemasaran Internasional - Sebuah Laporan Atas Pengamatan Turkey dan Islamic Marketing
DUA belas hari di DUA benua
Merupakan perjalanan yang amat sangat “seru” bagiku...
Tak hanya tentang pemasaran, namun juga banyak hal yang bisa saya pelajari. Seru dalam hal positif, juga seru dalam hal negatif. Melancong ke negara yang berada di dua benua dan dalam jangka waktu dua belas hari membuat hal ini tak mungkin pantas untuk dilupakan. Inilah kisah Arief, seorang Mahasiswa FEB UI kelas Pemasaran Internasional Pak Sofjan Assauri, yang melangkahkan kakinya ke Turki pada 27 April hingga 9 Mei 2017.
Day-to-day Summary
Hari 1: Keberangkatan                                              
Cerita ini saya mulai dari pukul 19.30 WIB tanggal 27 April 2017, terhitung pada saat check-in maskapai Air Asia menuju Kuala Lumpur. Ya, saya ke KL dulu sebelum ke Istanbul. Soalnya dari survey harga yang telah saya lakukan, biaya yang bisa saya tekan jika terlebih dahulu ke KL baru pesan penerbangan ke Istanbul adalah lebih dari 2 juta rupiah. Lumayan sekali, bukan?
 Hari 2: Kuala Lumpur
Sampai Kuala Lumpur International Airport, bingung mau ngapain. Waktu setempat menunjukkan sekitar pukul 00:00 AM. Penerbangan berikutnya (menuju tujuan utama saya, Istanbul) masih sekitar 23 jam lagi. Setelah beberapa pertimbangan (read: biaya), akhirnya saya mengemper di kursi-kursi panjang bandara. Mencari tempat yang agak nyaman untuk tidur, meskipun bukan di kasur dan tidak ada selimut untuk suhu udara yang cukup dingin di malam hari itu. Tapi tentunya hal ini tidak berjalan dengan baik, selalu terbangun karena waswas juga dengan koper dan tas. Paginya terpaksa hanya bisa cuci muka dan sikat gigi di WC umum di Bandara. Sarapan pun hanya roti kecil dan air mineral yang dijual di minimarket bandara.
Bosan, saya putuskan untuk menghabiskan waktu dengan cara pergi keliling-keliling Kota Kuala Lumpur. Hhm tapi bagaimana caranya, pikir saya saat itu. Akhirnya dengan modal nekat saya naik bus yang bertujuan ke KL Sentral. Setelah sampai di KL Sentral, saya menemukan cara untuk berkeliling dengan cara yang praktis yaitu Hop-on Hop-off, hanya menghabiskan RM 24 atau sekitar 70 ribu rupiah untuk pelajar, bisa keliling sekitar 20an lokasi wisata.
 Hop-On Hop-Off KL, di tempat-tempat wisata Indonesia bisa nih nerapin bus kayak gini....
  Lalu saya melanjutkan penerbangan pada pukul 22.40 waktu bagian KL.
 Hari 3: Kuala Lumpur – Bangkok - Amman - Istanbul
Menggunakan maskapai Royal Jordan, berangkat ke Istanbul dengan terlebih dahulu transit di Bangkok selama kurang lebih setengah jam dan Amman selama kurang tiga jam. Satu hal yang unik adalah Jordanian Dinar memiliki kurs yang lebih kuat dibanding US Dollar meskipun ekonomi nya terhitung lemah. Hal ini membuktikan bahwa sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW memang Dinar dan Dirham merupakan mata uang yang powerful, bahkan cenderung aman dari inflasi. Mata uang Dinar dan Dirham ini juga diprediksi akan menjadi mata uang yang digunakan secara global pada saat mendekati Dooms Day.
Finally sampai di Istanbul, kota penuh sejarah peninggalan Konstantinopel yang terkenal itu, yang juga menjadi tempat shooting film Box Office Taken 2 dan Skyfall, yang berada persis pada dua benua terbesar di dunia - Asia dan Eropa-, negara dengan sebutan negeri kebab. Ah, sudah tak sabar ingin mendapat banyak pelajaran di sini, pikirku. Sampai bandara sholat dulu, namun uniknya tempat sholat di Bandara Atatürk ini tidak tersedia tempat wudhu sehingga harus effortful dengan berwudhu di WC umum.
Untuk menuju ke pusat kota, saya menggunakan Metro (Underground Train) dan Tram (Cable Car). Kedua kendaraan ini bisa diakses dengan modal Istanbulkart.
Di Istanbul, saya menginap di hotel Arife Sultan di daerah Sultanahmet (old city). Lokasinya sangat strategis karena dekat dengan banyak restoran, tempat wisata, kendaraan umum, dan masjid Blue Mosque yang terkenal itu.
Pada hari pertama di Turki ini saya mendapat teman, namun dari teman ini juga saya mendapat pengalaman buruk, saya ditipu sebesar 900 TL atau sekitar 4 juta rupiah. Karena keterbatasan waktu dan untuk efisiensi makalah, kejadian lengkapnya tidak bisa saya tulis di sini. Intinya kita harus belajar bahwa memilih-milih memang tidak boleh, tapi memilih-milih musuh yang berkedok teman yang akan menjerumuskan kita itu perlu. Ada quotes yang sangat pas untuk menggambarkan kondisi saya saat itu, “Experience is the best teacher, but it sends us terrific bills”.
 Hari 4: Istanbul
Saya keliling-keliling old city nya Istanbul dengan berjalan kaki karena cuacanya sangat sejuk untuk teman berjalan kaki (read= menghemat). Istanbul memiliki beberapa museum yang terkenal, salah satunya adalah Haghia Sophia. Haghia Sophia ini dulunya adalah gereja yang kemudian diubah fungsinya menjadi masjid semenjak ditaklukannya Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II. Namun begitu, saya hanya menikmati kemegahannya dari luar gedung. Pasalnya, jika ingin masuk bangunan maka harus membayar 40TL atau 85TL untuk membeli museum card yang memiliki akses 5 hari ke beberapa museum di Istanbul.
       Foto di Area Topkapi Palace                                                                           Foto Haghia Sophia (termasuk di dalamnya Haghia Sophia)                                                     (sumber: travelandleisure.com)
 Selain berkeliling di Sultanahmet, saya juga ke Istiklal Caddesi. Ini adalah pasar yang berkonsep jalanan panjang dengan toko-toko berderet. Sempat membeli sweater dengan harga 10TL atau sekitar 35 ribu rupiah, sangat murah bahkan jika dibandingkan dengan di Indonesia. Di jalan ini saya mengamati bahwa banyak sekali orang Turki yang modis. Rupawan dan sangat baik seleranya dalam hal fashion.
 Hari 5: Istanbul - Antalya
Memulai pagi dengan sholat subuh berjamaah di Masjid Biru (Blue Mosque). Di pagi hari ini setelah sholat saya mengelilingi kawasan Blue Mosque, melihat beberapa tempat/bangunan bersejarah seperti Hippodrome dan merasakan betapa masih kental sekali nuansa sejarah yang terjadi di sana. Membayangkan bagaimana kondisi persis di tempat itu, ratusan tahun ke belakang.
Siang hari saya harus check out dari hotel, namun ada insiden mati lampu yang menyebabkan saya menjadi tidak bisa mandi dan beres-beres dengan proper. Hal ini perlu dijadikan pertimbangan serius oleh pemerintah Istanbul karena akan berdampak pada nama baik dunia pariwisata Turki. Saya berniat berkeliling Istanbul sebelum berangkat ke Antalya dalam rangka konferensi, sehingga dua tas saya dititipkan ke kasir hotel.
Setelah check out, saya mengunjungi Grand Bazaar, one of the largest and oldest covered markets in the world, yang juga merupakan tempat shooting adegan action film Skyfall dan Taken 2. Pasar ini memiliki 61 lorong dan pintu masuk. Barang-barang di sini memiliki harga yang bersaing dan sangat diverse mulai dari kerajinan tangan, karpet, selendang, pakaian, restoran, barang oleh-oleh, hingga jasa foto digital menggunakan pakaian khas Turki.
Uniknya, mereka sudah paham dengan tipikal wajah orang Melayu, beberapa kali saya sempat dipanggil dengan panggilan “Malaysia”. YAK. Tapi Malaysia bukan Indonesia. Mungkin karena memang orang Malaysia banyak yang berkunjung kesini jauh lebih banyak dibanding orang Indonesia.
           Inside Grand Bazaar                                                  Cuplikan Shooting Skyfall
Setelah keluar dari Grand Bazaar saya sempat bertemu dengan rombongan orang Indonesia yang sedang berkunjung ke Istanbul sebelum melakukan perjalanan umroh. Di tengah perjalanan pulang, saya masuk ke sebuah bangunan yang dulunya merupakan madrasah Islam. Di sana saya bertemu dengan dua orang Islam yang sangat menyambut saya dengan ramah, menawarkan teh khas Turki, berbincang-bincang dan memberikan saya dua buah buku untuk dibaca, ternyata salah satu dari mereka memiliki teman yang juga akan mengikuti konferensi di Antalya, dia adalah orang Syria.
Setelah itu saya kembali ke hotel untuk mengambil tas dan berangkat ke stasiun bus di Taksim dan berangkat ke Antalya menggunakan bus. Uniknya, di perjalanan bus kami sempat dicegat oleh polisi untuk mengecek identitas. Mungkin hal ini dilakukan menyusul terjadinya isu-isu teror dan pemberontakan yang terjadi di Turki akhir-akhir ini.
 Hari 6: Antalya
Singkat cerita, sampailah saya di Antalya, tepatnya di distrik Alanya pada pagi hari. Alanya ini sudah beda benua dengan Turki. Ya, saya telah kembali ke Benua Asia. Saya telah memesan hotel via Agoda dan mendapat hotel dekat dengan lokasi konferensi dan harga yang relatif terjangkau dibanding hotel sejenis di lokasi tersebut, Mysea Hotel namanya.
Hari itu saya habiskan dengan berkeliling pantai sekitar hotel dan menggunakan fasilitas kolam renang hotel, lumayan sudah lama tidak berenang. Namun memang tidak lama karena saya butuh istirahat agar keesokan harinya bisa bugar mengikuti konferensi. Di Antalya ini juga saya mulai merasakan beberapa perbedaan, terutama adalah pengetahuan Bahasa Inggris orang-orangnya yang agak lebih buruk dibanding di Istanbul.
Hari 7: Antalya, Conference Day 1
Di hari ini konferensi dimulai, di Hotel Lonicera. Nama konferensi yang saya ikuti adalah Global Islamic Marketing Conference 8 yang diselenggarakan dengan tempat berpindah-pindah, juga oleh panitia yang merupakan gabungan dari berbagai negara dengan kantor pusat di United Kingdom. Konferensi ini diikuti oleh banyak sekali profesor dari macam-macam negara juga. Menggunakan 4 bahasa, yaitu Inggris, Turki, Arab, dan Prancis.
Di hari ini saya bertemu dengan orang Indonesia untuk kedua kalinya di Turki. Mereka adalah Pak Hendy, Anas, dan Mbak Namira. Senang rasanya, karena dari suasana yang intimidatif yang selama ini saya rasakan ketika berada di sekitar orang Turki, bertemu dengan orang Indonesia yang padahal beda kota pun serasa bertemu keluarga. Memiliki latar belakang yang berbeda, sama-sama belum pernah bertemu juga sebelumnya. Pak Hendy adalah lulusan S2 di salah satu universitas Islam di Malaysia, kini sedang mencari beasiswa untuk S3 nya. Pak Anas sedang menyelesaikan karya akhir S3nya di Brisbane, Australia dengan bantuan beasiswa LPDP. Mbak Namira sedang struggling dengan perkuliahan (yang juga dibantu LPDP) nya di Durham University, Inggris.
Setelah selesai conference, kami makan malam dulu sebelum kembali ke Mysea Hotel. Di sini saya bertemu dengan cukup banyak orang dari macam-macam negara, macam-macam latar belakang pendidikan, macam-macam latar belakang pekerjaan, berbicara banyak hal, dan bertambahlah pengetahuan global saya malam itu. Lalu kembali ke hotel dan istirahat.
 Foto yang diambil di sebuah meja makan malam pada saat saya bersama beberapa orang peserta conference.
     Hari 8: Antalya, Conference Day 2
Pada konferensi hari ini, mulainya sedikit lebih lama. Konsepnya tetap seperti hari pertama, presentasi paper dan diberi tanggapan oleh audiens. Sesuatu yang beda yang saya rasakan adalah jalan-jalan Alanya. Saya mendapat seorang teman, Mustafa namanya. Ia adalah warga asli Turki namun memiliki rumah yang sebenarnya jauh dari lokasi conference itu. Di Antalya dia menginap di rumah temannya, namun membawa mobil. Sehingga saya dan beberapa teman yang saya temukan di konferensi itu juga diajak untuk sejenak jalan-jalan di Alanya dan mengunjungi sebuah mall di sana.
Mall ini cukup kecil, namanya sih Grand Mall, tapi harga barang di dalamnya lebih mahal dibanding barang-barang yang dijual di pasar-pasar Istanbul. Yah namanya juga mall. Setelah jalan-jalan kami kembali ke hotel dan makan siang, seperti biasa dengan porsi yang banyak sekali. Setelah itu konferensi dilanjutkan hingga selesai. Kabar baiknya, juara 1 paper terbaik berasal dari Indonesia. Dari sekian banyak paper yang dikumpulkan itu, dari sekian banyak profesor di dunia Islamic Marketing dari negara-negara Timur Tengah. Tebak siapa hayo?? Saya?? Haha bukan, saya tidak mengumpulkan paper. Dia adalah Pak Hendy Mustiko Aji lulusan S2 salah satu universitas di Malaysia dan S1 Universitas Brawijaya. Ini adalah sebuah bukti, bahwa sesungguhnya akademisi Indonesia memang punya daya saing yang hebat di tingkat Internasional. It was an honor to know him.
Akhirnya konferensi ini selesai dan saya kembali ke hotel. Tapi sebelum kembali ke hotel saya makan malam terakhir dengan Pak Hendy itu, karena esoknya ia harus kembali ke Indonesia. Sedangkan saya, masih ada waktu satu hari setengah di Antalya.
 Hari 9: Antalya, Sea Sightseeing with Alanya Pirate Boat
Hari ini beberapa peserta konferensi mengikuti tur laut menggunakan perahu besar yang didesain seperti perahu bajak laut, berlabuh di Alanya Harbor. Perjalanan ini menghabiskan waktu sekitar 5 jam, mendapat fasilitas berupa buffet lunch, musik, mengunjungi gua-gua, foam party, dan berhenti di beberapa titik (termasuk pantai terkenal, Kleopatra Beach) untuk berenang. Biaya perjalanannya adalah 40TL atau sekitar 140 ribu rupiah.
Setelah kembali ke darat, kami kembali pulang ke Lonicera Hotel. Saya memesan (lagi-lagi) bus untuk ke Istanbul untuk perjalanan esok hari yang tentunya akan memakan waktu 15 jam lagi nanti dalam perjalanannya. Tapi karena memang suasananya sedang travelling dan bisa melihat-lihat suasana lintas kota di Turki (read: menghemat), saya menghadapinya dengan enjoy. Harga busnya cukup murah dibandingkan transportasi lainnya, hanya 100TL atau sekitar 350 ribu rupiah.
 Hari 10: Antalya - Istanbul
Hari ini adalah hari terakhir saya di Antalya, Bali nya Turki lah kalau saya boleh menyimpulkan. Bus berangkat sekitar pukul 13.00, saya berpamitan juga kepada teman se-hotel saya yaitu Pak Anas. Di perjalanan pulang ini saya jauh lebih susah berkomunikasi karena sekitar 95% orang di bus itu tidak bisa ber-Bahasa Inggris. Makan malam pun saya harus amat sangat buru-buru hingga sempat membuang makanan karena takut ditinggal bus, saya tidak bisa bertanya sampai kapan bus itu akan singgah karena hambatan bahasa. TV yang tersedia di setiap tempat duduk di bus pun berbahasa Turki, bahkan untuk film luar negeri sekalipun, tidak ada subtitle Bahasa Inggrisnya. Di sini menjadi sebuah poin dimana pemerintah Turki harus memperhatikan kenyamanan turisnya, karena yang menggunakan bis ini tentunya bukan hanya warga Turki saja, kan.
 Hari 11: Istanbul, Injury Time
Memasuki jam-jam terakhir saya di Turki. Sampai di Istanbul pagi hari, dan harus terbang pada malam harinya. Sisa waktu itu saya manfaatkan untuk kembali jalan-jalan dan membeli buah tangan dengan uang yang telah saya sisihkan dengan berbagai cara (pernah satu hari cuma makan sekali padahal jalan-jalan mulu ngabisin tenaga, sampai bibir pecah-pecah gak ada nutrisi dan cuacanya dingin).
Beberapa barang yang saya beli diantaranya adalah: Ottoman Ice Cream; Turkish Delight; Blue Evil Eye; Turkish Scarf. Saya juga sempat hampir mencoba spa khas Turki yaitu Turkish Bath. Namun karena biaya nya amat sangat mahal (sekitar 500 ribu rupiah), maka niat itu saya urungkan. Sebelum berangkat ke Istanbul Atatürk Airport, saya makan sekaligus menikmati pemandangan sore di Galata Bridge, benar-benar ambience dan view yang sangat indah (tapi nyesel gak foto). Sampai di bandara, lalu pesawat berangkat pukul 22.10. Bye, Istanbul! Thanks for all the memories.
 Hari 12: Istanbul – Amman – Bangkok – KL – Jakarta
Ya, dalam sekitar satu hari itu saya sempat berada 5 kota, luar biasa melelahkan. Tapi sebenarnya tidak 24 jam, lebih dari itu, mengingat perbedaan waktu yang ada di Asia Barat dan Asia Tenggara. Rute seperti ini memang harus saya tempuh atas dasar biaya. Tapi tak apa, kan cap di paspor saya jadi semakin banyak hehe. Di Kuala Lumpur juga sempat tidur beberapa jam. Laluu yeay, kembali ke Indonesia. Benar-benar perjalanan yang berharga. Ketika kembali ke Indonesia dan melihat turis-turis yang kebingungan di bandara rasanya ingin membantu sebisanya, saya paham betul rasanya jadi turis yang berkelana sendiri, insecure akan terjadi hal-hal tidak menyenangkan pada dirinya, bahkan harus merasakan susahnya berkomunikasi.
  Halal Tourism
Sebelum melakukan kunjungan ke Turki, saya mengira bahwa Halal Tourism adalah suatu daerah yang dilabeli daerah pariwisata halal (oleh pemerintah setempat atau suatu lembaga) atas fasilitasnya yang terverifikasi halal, misal berbentuk gapura berlogo halal di pintu masuk dan keluarnya, logo halal pada setiap produk yang memang halal. Namun memang sempat ragu apakah konsep ini benar-benar sama seperti pada kenyataannya.
Halal tourism is any tourism object or action which is permissible according to Islamic teachings to use or engage by Muslims in tourism industry (Battour, M., & Ismail, M.N., Halal tourism: Concepts, practises, challenges and future, Tourism Management Perspectives (2015)).
Ternyata setelah observasi, halal tourism hanyalah sebuah konsep yang tak tampak tentang suatu daerah pariwisata, di mana daerah ini adalah daerah yang diusahakan agar mampu membuat masyarakat muslim yang hanya diperbolehkan mengkonsumsi barang-barang halal sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits terpenuhi kebutuhannya. Di Turkey bahkan pada produk-produknya tidak dilabeli logo halal. Memang, ada lembaga khusus yang mengatur tentang standarisasi kehalalan produk, TSE (Türk Standardları Enstitüsü) namanya. Namun lembaga ini tidak mengeluarkan logo khusus seperti yang dilakukan oleh MUI di Indonesia. Mereka hanya melakukan kajian-kajian dan kontrol tentang peredaran barang-barang yang dijual di Turki agar selalu halal. Jika pun ada yang tidak halal, produsennya harus menyatakan bahwa produknya tidak halal untuk Muslim.
Dari kondisi tersebut, saya kemudian berpikir bahwa sesungguhnya nama yang cocok untuk ini adalah Muslim-Friendly Tourism bukan Halal Tourism. Namun okelah, kita pakai saja istilah ini agar simpel.
Halal Tourism sendiri bisa dikategorikan ke dalam beberapa kategori, yaitu food, finance, dan lifestyle.
1.      Food: Kategori ini meliputi makanan, minuman, farmasi atau obat-obatan, dan perawatan tubuh & kosmetika. Pada tahun 2010, permintaan akan halal food ini mencapai sekitar US$2.3 Triliun per tahun di dunia. Hal ini perlu dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia sebagai salah satu destinasi halal dunia. MUI sudah cukup baik dalam membuat sistem produk-produk halal, namun nampaknya MUI butuh pengakuan yang lebih luas lagi, mengingat di beberapa negara logo halal yang dikeluarkan MUI ini belum diakui (liputan6.com).
2.      Finance: meliputi retail banking, investment banking, wealth management, project financing. Dalam berekonomi, Islam memiliki ciri khas juga. Dalam agama Islam, terdapat aturan-aturan yang diatur oleh Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang keras hal-hal seperti riba, gambling, dan lain-lain.
3.      Lifestyle: Setelah makanan dan keuangan, kaum muslimin juga membutuhkan gaya hidup secara menyeluruh yang sesuai syariah. Terdapat nilai-nilai kehidupan yang berkembang dan sejalan dengan nilai-nilai yang Islam tanamkan yaitu kebaikan. Oleh karena itu, kini kaum muslim membutuhkan produk lifestyle yang sesuai syariah juga. Produk lifestyle syariah itu meliputi wisata, hotel, tempat rekreasi, dan perawatan rumah sakit.
  Mengapa Halal Tourism?
Halal Tourism ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas. Banyak faktor yang menunjukkan bahwa bahkan dari segi bisnis (read: kapitalisme), pasar Halal Tourism ini merupakan sesuatu yang eksotis, sangat potensial. Mengapa? Mari lihat pada beberapa poin di bawah ini.
1.      Generation M : Young Muslims. Hermawan Kertajaya dalam seminar Marketing Insight Seminar and Training tahun 2017 di Jakarta sempat mengatakan bahwa ada hal yang menjadi potensi di dunia bisnis saat ini. Setelah generasi baby boomer, generasi X, generasi Y, generasi Z, dan generasi alpha / millenial, ada generasi baru yang belum banyak dibahas oleh marketer dunia, yaitu generasi M.
 Menurut Shelina yang juga Vice President Ogilvy Noor, agensi branding dan periklanan Islam, Generasi M adalah mereka yang bangga dengan kepercayaan mereka, bersifat antusias, dinamis, aktif, kreatif, namun demanding. Keberadaan mereka ini akan mengubah budaya dengan cara yang “lembut”.
 2.      Halal Tourism merupakan suatu blue ocean strategy dimana pelaku bisnis menciptakan dan menangkap peluang bisnis sendiri. Dalam blue ocean strategy, kuncinya adalah inovasi. Masih banyak hal yang bisa dikembangkan di pasar ini. Bahkan Turki yang merupakan negara Islam pun belum sepenuhnya menerapkan daerah wisata yang ramah terhadap turis muslim. Sebagai contoh, dari dua (2) hotel yang telah saya kunjungi di Turki, keduanya tidak memiliki penunjuk kiblat di kamarnya dan tempat sholat khusus. Kolam renang yang tersedia juga masih berbaur antara kolam renang pria dan wanita.
 3.      Populasi muslim di dunia sebanyak 1,57 miliar atau sekitar 23 persen dari total populasi dunia sebesar 6,8 miliar yang tersebar lebih dari 148 negara dengan kemampuan daya beli (purchasing power) yang meningkat secara luar biasa. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa apabila ajaran Islam (syariah) diimplementasikan dalam bisnis pariwisata atau perdagangan, tidak akan menghambat kemajuan usaha-usaha yang sudah berjalan bahkan justru lebih meningkatkan keunggulan komparatifnya.
Apa yang bisa Indonesia pasarkan di sana?
Sebagai esensi utama dari observasi ini, tentunya saya harus memikirkan hal-hal apa saja yang bisa marketer Indonesia pasarkan di sana. Setelah mengamati selama 9 hari di Turki, maka saya bisa simpulkan bahwa marketer Indonesia bisa pasarkan beberapa hal di bawah ini:
1.      SEPATU. Ayakkabı dalam Bahasa Turki. Saking optimisnya, judul poin ini saya tulis dengan huruf kapital semua. Bayangkan, untuk negara subtropis seperti Indonesia saja sepatu menjadi kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh semua orang. Turki, memiliki suhu udara yang dingin. Pada saat saya sightseeing di Istanbul, jalan-jalan keluar ruangan, almost 100% percents masyarakat Turki menggunakan sepatu. Bahkan untuk  pergi ke Masjid yang pasti harus copot sepatu pun (tentunya memiliki tingkat keribetan yang lebih tinggi dibanding menggunakan sendal) mereka tetap menggunakan sepatu. Pindah dari tempat wudhu ke tempat sholat juga sepatunya dipakai, tidak seperti di Indonesia yang pakai sendal masjid atau bakiak.
 Di jajaran pasar-pasar besar seperti beyazıt kapalı çarşı atau İstiklal Caddesi pun banyak sekali toko yang menjual sepatu. Artinya, behaviour masyarakat Turki adalah lebih banyak menggunakan sepatu dibanding sendal.
 Indonesia, memiliki banyak industri sepatu yang besar. Cibaduyut contohnya, terletak di Jawa Barat dan sudah menjadi rahasia umum bahwa perdagangan di Cibaduyut ini didominasi sepatu-sepatu yang murah namun berkualitas.
 Atau tak perlu jauh menilik ke Cibaduyut, kota tetangga pun punya kualitas produksi sepatu yang tak kalah terkenal. Ya, Tangerang. Untuk produk-produk sepatu olahraga, Tangerang jagonya. Bahkan Nike pun bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan sepatu di Tangerang dalam pembuatan sepatu-sepatu mewahnya itu.
 Dari poin ini, Indonesia sudah memiliki peluang bisnis yang cukup besar apabila sepatunya bisa dipasarkan di negara yang juga cukup padat penduduknya dan merupakan jalur perdagangan yang cukup strategis yaitu Turki.
 2.      Indomie, mie sedaap, sarimi, atau mi instan lainnya. Yah, meskipun mungkin sudah umum dijadikan senjata terakhir tiap mahasiswa yang diminta untuk memasarkan produk Indonesia di luar negeri, namun memang Indomie akan laris di sana. Konsumen Turki cukup familiar dan menyenangi makanan berbahan baku pasta. Maka Indomie lah jawabannya. Selain itu, memang produk-produk Indofood seperti Cup Mie atau Indomie tersedia di beberapa minimarket. Namun memang dengan harga yang agak mahal, sekitar Rp 15 ribu jika dikonversi dalam rupiah.
 3.      Batik. Barang warisan milik Indonesia ini memang menjadi daya tarik khusus. Selain bisa menjadi kebanggaan, batik juga bisa menjadi uang. I mean, we can make money buy selling this inherited stuff. Menurut saya, warna pakaian di Turki agak monoton jika hanya menggunakan warna pakaian-pakaian seperti saat ini. Batik memiliki otentisitas yang sebenarnya digemari oleh warga Turki. Karena tone/motif warna batik yang bercampur-campur seperti itu juga sebenarnya mirip dengan selendang-selendang atau karpet-karpet yang dihasilkan oleh masyarakat Turki. Sebagai gambaran, ada teman konferensi saya yang saat itu menggunakan batik dan berinteraksi dengan orang Turki, orang Turki ini sangat tertarik bahkan sampai meminta berfoto bersama karena teman saya ini memiliki pakaian yang tidak biasa.
 4.      Rempah-rempah. Hhmm kalau yang satu ini mungkin akan terkendala di pengirimannya. Saya pribadi tak tahu bagaimana tingkat ketahanan dan biaya yang harus dikeluarkan jika Turki harus mengimpor rempah-rempah dari Indonesia. Sudah seperti zaman VOC saja haha. Tapi, I’m serious. Masyarakat Turki mungkin hanya merupakan one of few (karena keterbatasan pengetahuan, maka saya kira seperti ini) masyarakat di Eropa yang memiliki bahan makanan yang beragam. Bayangkan, untuk satu roti yang dijual di pinggir jalan saja bumbunya sudah bermacam-macam rasanya di lidah saya saat itu.
 5.      Promosi tentang pariwisata dalam negeri. Nah, kalau yang ini agak beda, bukan produknya langsung yang dijual, tapi pesannya. Karena memang produk ini tidak bisa dibawa ke Turki.
 Indonesia memiliki potensi besar sekali terhadap pariwisatanya, terutama untuk menjadi destinasi turis Muslim. Indonesia memiliki 8 World Heritage Cultural Sites dan bisa menjadi tempat penyelenggaraan Pameran dan Festival Internasional dan industri kreatif yang kuat. Bahkan pada Halal Tourism Award 2016 yang diselenggarakan di Abu Dhabi, Indonesia memenangkan 12 kategori dari 16 kategori Halal Tourism yang ada.
  Adakah yang bisa dipelajari?
Mengingat negara ini termasuk negara yang sudah lebih maju dibanding Indonesia, sebenarnya saya justru seperti ingin melakukan benchmarking. Banyak hal yang bisa Indonesia tiru untuk menjadi bangsa yang semakin baik lagi atau produk Turki yang bisa dipasarkan di Indonesia. Namun saya jabarkan sedikit, sebatas penglihatan saya semasa observasi 9 hari itu.
1.      Secara pariwisata, Indonesia sebenarnya bisa belajar banyak dari Turki. Mulai dari visa yang sangat dipermudah dan terhitung murah dengan tersedianya e-visa yang hanya one-click-away dari manapun, Bandara Internasional yang tersedia di 35 titik (Istanbul Atatürk Airport bahkan menjadi yang tersibuk ke-11 di Dunia menurut BusinessInsider), industri pariwisata syariah (Crescent Tours, perusahaan pariwisata asal Turki yang tekemuka di dunia yang menawarkan paket wisata syariah), dan tempat wisata yang amat sangat banyak dengan berjuta cerita dibaliknya.
 Hal-hal tersebut kemudian membuat Turki bisa unggul dalam pariwisatanya sehingga menjadikan Turki sebagai negara nomor 7 di dunia dengan kunjungan turis terbanyak (UNWTO, 2010).
 2.      Satu hal yang sangat mendasar yaitu bahasa. Terkait juga dengan poin nomor 1, setelah saya observasi, memang tingkat kemampuan masyarakat asli Turki terhadap Bahasa Inggris cukup rendah. Namun untuk pedagang yang dekat dengan wisatawan seperti di pasar-pasar Istanbul, pedagang sewa kapal di Antalya, dan tempat-tempat ramai turis lainnya, mereka lihai dalam Bahasa Inggris, padahal mungkin tingkat pendidikannya rendah. Hal ini menjadi hal yang perlu dianggap penting juga oleh perpariwisataan di Indonesia. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata haruslah memastikan bahwa para pedagang yang berpotensi berinteraksi dengan turis fasih dalam ber-Bahasa Inggris.
 3.      Jodoh. Dengan kualitas fisik dan kepribadian yang dimiliki orang-orang Turki (campuran ras terbaik Asia dan Eropa), sangat menarik jika Indonesia mengimpor jodoh dari sini :D
 4.      GRATIS. Perlu juga nih diimpor yang gratis-gratis gini. Banyakin kalo perlu. Hehe becanda dikit Pak/Kak... Oke lanjut serius.
 5.      Sistem transportasi. Sistem transportasi yang ada di Turki sudah cukup baik, ramah turis, nyaman, dan murah. Bahasa Inggris tersedia di signages yang ada, sistem yang terintegrasi dengan satu kartu multifungsi yaitu Istanbulkart. Istanbulkart dapat digunakan untuk angkutan bus, funikular, LRT, subway, kereta komuter, kapal feri, dan trem yang dioperasikan oleh Munisipalitas Metropolitan dan perusahaan-perusahaan swasta di Istanbul.
 Metro bus yang ada di Turki bahkan disebut-sebut salah satu bus rapid transport (BRT) terbaik di dunia. Metro bus menggunakan jalur tersendiri, layaknya bus transjakarta, mampu mengangkut lebih dari 530.000 penumpang dan mampu mengurangi 70.000-80.000 pemakaian kendaraan pribadi (kompas.com).
    Tram (Cable Car)                                                       Metro (Underground Train)
   Metrobus                                                                     Kapal Feri
      Penutup
Saya cukupkan sampai sini laporan saya atas observasi yang ditugaskan. Banyak pelajaran yang selalu bisa kita dapatkan setiap kita mau berusaha untuk belajar. Terkadang, pelajaran itu membutuhkan biaya yang tidak murah dan tenaga yang tidak sedikit, bahkan pada beberapa kasus membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tentunya laporan saya ini juga terbatas pada apa yang saya tangkap, di luar sana mungkin masih banyak fakta yang orang lain bisa ungkap.
Terima kasih atas segala pelajaran yang saya dapat melalui mata kuliah ini dan dosen serta asistennya yang luar biasa baik dan sabar. Jika belasan atau puluhan tahun lagi saya ditanya tentang mata kuliah apa yang paling berkesan dari masa kuliahmu di UI dulu, mungkin saya akan dengan yakin mengatakan “Pemintal”. Saking antusiasnya perjalanan ini, saya mendokumentasikan dan merekam banyak momen. Saya berniat untuk membuat video akhir juga sebenarnya, namun karena keterbatasan waktu maka belum bisa saya buat.
Mohon maaf jika dalam penulisan terdapat banyak sekali bahasa yang tidak baku atau bahasan yang melenceng dari koridor. Itu memang sesuatu yang saya sengaja, tapi karena saya tahu bahwa dalam bercerita memang diperlukan seni, namun jika ternyata hal itu menurut penilai menyalahi aturan maka saya sekali lagi memohon maaf. Akhir kata, saya ingin menutup dengan sebuah kiasan seperti ini.
Saint Augustine pernah berkata, “the world is a book, and those who do not travel read only one page”, dan ya, kini saya telah membaca halaman kedua ketiga dan keempat dari buku itu.
Sekian dan terima kasih.
         Referensi  
https://studipariwisata.com/referensi/peringkat-destinasi-wisata-halal-dunia-gmti-2016/
Battour, M., & Ismail, M.N.,  Halal tourism: Concepts, practises, challenges and future, Tourism Management  Perspectives (2015)
Sofyan, Riyanto. 2012. Prospek  Bisnis Pariwisata Syariah. Jakarta: Buku Republika.
http://bisnis.liputan6.com/read/2019161/sertifikasi-halal-indonesia-belum-diakui-dunia
http://www.republika.co.id/berita/kemenpar/berita-kemenpar/16/12/08/ohun4l374-indonesia-sapu-bersih-12-kategori-world-halal-tourism-award-2016
http://www.businessinsider.co.id/16-busiest-airports-in-the-world-2016-4/?r=US&IR=T#y5drQ1AGqxfSV9Y3.97
http://marketeers.com/mengenal-generasi-m-muslim-muda-modern/
http://lifestyle.kompas.com/read/2011/04/06/09081793/berguru.pada.london.dan.istanbul.
http://cdn-image.travelandleisure.com/sites/default/files/styles/1600x1000/public/1486404755/hagia-sophia-istanbul-turkey-HAGIA0217.jpg?itok=k9mCM-1g
0 notes