Kalau dengar kata “bank”, apa yang ada di pikiranmu? Lalu, kalau dengar kata “sampah”, bagaimana? Bisakah mereka bersatu?
Kini, sampah menjadi momok mengerikan bagi bumi, terutama sampah rumah tangga (termasuk plastik). Bagaimana tidak, sekitar 26 juta ton sampah plastik berakhir di laut setiap tahun. Lalu kondisi sampah di daratan? Rupanya tidak lebih baik. Menumpuk, bau, dan merusak pemandangan, sungguh mencemarkan lingkungan. Sampah yang seharusnya bisa di daur ulang dan punya nilai, justru berakhir di tempat yang tidak seharusnya karena banyak dari kita yang kurang bertanggung jawab. Ditambah kondisi pandemi COVID-19 yang menghimbau kita untuk beraktivitas di rumah saja, mungkinkah sampah rumah tangga kita berkurang atau malah bertambah?
Di samping masalah sampah, mencari kerja pun sulit, bahkan PHK besar-besaran di mana-mana. Bisa jadi penghasilan turun, tetapi waktu di rumah bertambah. Ayo manfaatkan ini!
Ambil sampahmu, jadikan rupiah! Mari kita ramaikan bank sampah!
Aku menabung sampah-sampahku sejak April 2019. Sebenarmya, keinginan sudah ada lama sekali sebelum itu, yaitu saat mengunjungi sebuah Bank Sampah di Jambangan saat masih aktif sebagai sukarelawan Earth Hour Surabaya. Aku lupa kapan tepatnya, mungkin sekitar tahun 2016-2017. Keinginan ini tertahan karena di lingkungan tempat tinggalku tidak ada fasilitas seperti di Jambangan itu. Di sana ibu-ibu PKK yang mengelola sampah secara kolektif untuk kemudian disalurkan ke pihak bank sampah. Belakangan aku tahu, menabung di bank sampah ternyata bisa dilakukan secara individu. Jadi, tempat macam apa bank sampah itu?
Apa Itu Bank Sampah?
Sebelumnya, aku jelaskan dulu ya tentang konsep bank sampah itu sendiri. Seperti halnya bank konvensional yang kita kenal, bank sampah ini fungsinya sama, untuk tempat menabung, bahkan ada buku tabungannya juga. Bedanya, yang ditabung bukan uang, melainkan sampah. Tenang, hasilnya nanti tetap uang kok. Kalau kata Wikipedia, Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.
Kalau kamu ingin tahu lokasi bank sampah terdekat dari rumahmu, kamu bisa cek di sini.. Kebetulan, rumahku dekat dengan Bank Sampah Induk Surabaya (BSIS). Jadi, aku setornya di sana. Lalu, bagaimana caranya untuk jadi nasabah bank sampah?
Cara Menabung di Bank Sampah
Informasi terkait prosedur menabung di bank sampah sudah banyak bertebaran di internet. Sebelum menabung, aku pun banyak mencari tahu dari internet, khususnya di akun Instagram BSIS sendiri (@banksampahinduksurabaya). Di sana, sudah tertera kontak WA humas BSIS yang bisa dihubungi di jam kerja BSIS. Kalau masih bingung, bisa langsung bertanya saja via WA atau datang langsung. Dijamin, stafnya ramah-ramah dan sangat helpful.
Kalau berdasarkan pengalamanku pribadi, untuk menabung di bank sampah sangat mudah. Berikut prosedurnya untuk nasabah individu
Buat Buku Tabungan
Hal pertama yang harus kamu miliki saat hendak menabung di bank sampah adalah buku tabungan. Saat itu aku hanya menyertakan KTP, mengisi formulir nasabah, dan menebus buku tabungan sejumlah Rp 3.000.
COVER
ISI
Serahkan Sampah
Selanjutnya, tentu saja kamu butuh sampah untuk disetorkan. Sampah-sampah itu harus disetorkan dalam kondisi terpilah sesuai dengan kategorinya.
Apa saja jenis sampah yang bisa disetorkan bank sampah?
Jenis sampah yang bisa ditabung sendiri sudah ada di highllight story Instagram Bank Sampah Induk Surabaya. Kurang lebih seperti gambar di bawah.
Selain itu, pastikan sampahmu sudah terpilah dengan benar, ya. Hal ini karena masing-masing jenisnya memiliki harga yang berbeda-beda. Bahkan, untuk jenis botol plastik saja terbagi menjadi beberapa jenis lagi.
Kalau sampah di rumahku kebanyakan adalah kemasan makanan dan minuman, bungkus sabun, wadah kosmetik, karung bekas beras, kardus bekas online shop, dan kertas-kertas bekas.
Sedikit tips dari aku berdasarkan yang aku lakukan, begini caranya memilah
Botol plastik bekas minuman, dipisahkan dari label dan tutupnya. Buang labelnya, kumpulkan tutupnya. Lalu, pisahkan botol antara yang benar-benar bening dengan yang agak kebiruan (BN). Kalau botol kaca, jelas dikategorikan sampah kaca/beling, ya.
Botol Plastik BN
Untuk plastik cukup banyak kategorinya. Biasanya aku pilah menjadi: plastik bening, kantong plastik (kresek), kemasan tipis (bungkus mie instan, saset sabun deterjen, dan lainnya yang kemasannya tipis tanpa aluminium foil), kemasan tebal (bungkus tebal atau yang dalamnya ada aluminium foilnya, seperti bungkus minyak goreng, bungkus ciki, bungkus deterjen besar, bungkus deterjen cair, bungkus sabun cuci piring cair, dan sebagainya). Ada juga plastik tebal (bak), seperti botol pemutih pakaian, botol pembersih lantai, botol kosmetik, dan sejenisnya.
Plastik Kemasan Tebal
Plastik Kemasan Tipis
Plastik Bening
Bak
Untuk kardus kemasan yang tipis, aku gabungkan dengan kardus makanan dan kertas duplek. Sedangkan kardus besar dan tebal (biasanya dari packing kalau belanja di online shop, kardus elektronik rumah tangga, dan kardus air mineral) aku sendirikan. Di bank sampah, ini biasanya dihitung perlembar.
Kardus Tipis
Kalau kertas, aku biasanya pisahkan jadi dua kategori saja: HVS dan duplek. Duplek ini merupakan jenis kertas glossy yang biasanya untuk brosur. Tetapi supaya lebih mudah, aku hanya memisahkan HVS, sisanya aku gabungkan jadi satu. Ini karena HVS memiliki nilai yang paling tinggi dibanding jenis kertas lainnya.
Setelah terpilah, aku pisahkan mereka di kantong plastik (kresek) sesuai jenisnya. Kardus, kertas, dan karung ditali rafia saja. Kemudian aku angkut menggunakan trash bag yang besar.
Penimbangan Sampah
Sebelum ditimbang, sampah kita akan dicek satu-persatu. Jadi, kalau kita sudah memilah dengan benar, proses penimbangan sampah akan lebih cepat selesai. Jumlah sampah kita akan tercatat dengan detil di nota dan jumlah saldonya tercatat di buku tabungan kita. Kalau sudah selesai, jangan lupa ambil nota dan buku tabungannya, ya! Selesai, deh! Sampahnya sudah jadi rupiah!
Nota
Bagaimana? Cari uang itu mudah, bukan? Bahkan bisa dari benda yang kita anggap tidak berharga yang berakhir di tempat sampah (atau parahnya, di selokan atau laut).
Nggak hanya berkontribusi menjaga kebersihan lingkungan, memilah dan menabung sampah bisa jadi aktivitas untuk mengisi kegiatan di rumah saja, sekaligus menghasilkan uang. Semua bisa dilakukan tanpa modal, yang penting telaten.
Yuk! Mulai menabung sampah dari sekarang dan ajak teman-temanmu untuk menabung sampah juga dengan bagikan artikel ini.
Oh ya, edukasi terkait bank sampah lebih lengkap juga bisa kamu cari tahu di akun Instagram @banksampahinduksurabaya (BSIS). Kalau masih bingung terkait caranya, atau mungkin punya informasi dan ingin cerita pengalaman menabung di bank sampah, boleh lah ditanyakan dan dibagikan di kolom komentar.
Terima kasih sudah membaca~
BANK APA YANG BISA MENGUBAH SAMPAH JADI RUPIAH? Kalau dengar kata “bank”, apa yang ada di pikiranmu? Lalu, kalau dengar kata “sampah”, bagaimana? Bisakah mereka bersatu?
0 notes