#buku agama
Explore tagged Tumblr posts
Text
[Book Review] Berbicara Tentang Perempuan - Buya Hamka
🧮Skor: 4.3/5.0
■ Penulisan HAMKA tak pernah menghampakan. Great mind produced great book, Allahumma Barik! Buku ini seemingly light tapi impactful. Kalau belum ada, saya teringin dan berharap sangat buku ini diterbitkan ke dalam bahasa-bahasa lain, terutama dalam bahasa masyarakat majoriti yang bukan Islam. English version is a must! Agar hujah & mesej beliau dapat dimanfaatkan oleh lebih ramai orang.
■ Gaya bersahaja beliau pasti menarik hati orang untuk lebih tahu kebenaran, inshaAllah. Disamping mendidik dan mengingatkan kita sebagai orang Islam atas kebagusan ajaran yang dianjurkan Islam, isi buku ini pastinya menjawab banyak kesalahfahaman utama orang ramai terhadap martabat Wanita kononnya ditindas di mata Islam. Dan, membuka pekung tamadun barat yang sebenarnya lebih mundur and their uncontrollable retaliations.
■ Mukadimah setiap bab baru biasanya dimulakan dengan potongan ayat Quran yang berkaitan. Pengolahan beliau sungguh bernas membuatkan kita sangat bangga sebagai wanita Islam dan rasa dihargai & dicintai! Beliau juga menegur para lelaki yang mungkin telah menyalahgunakan “hak” kerana kecetekan ilmu agama.
■ Terima kasih kepada pihak Jejak Tarbiah atas semakan hadis-hadis dan sumber rujukan bukti-bukti yang dikemukakan, dibentangkan dalam hujah HAMKA. Semua dituliskan di nota kaki. Sangat membantu.
■ Memang wajarlah buku ini jadi BESTSELLER! Belilah buku ini untuk diri sendiri dan juga untuk dihadiahkan kepada orang lain. . ---- ● Beli di Book Cafe
#buku agama#Islamic book#reviu buku#book review#ulasan buku#buya HAMKA#HAMKA#Jejak Tarbiah#Berbicara Tentang Perempuan#motivasi#ilmu perkasa bangsa
1 note
·
View note
Text
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kami kekuatan untuk terus menjaga komitmen ditengah naik turunnya keadaan, perasaan, dan segala dinamika yang terjadi selama delapan tahun terakhir. Saya mengawali perjalanan ini di umur 26 tahun, rasanya masih sangat muda kalau dilihat dari POV saat ini.
Dipikir-pikir lagi, jika saya melihat kembali ke diri saya di umur itu delapan tahun yang lalu, rasanya terlalu nekat. Banyak hal yang saya rasa belum siap, tapi entah kenapa berani. Mungkin, ada berkah dari ketidaktahuan, yaitu menjadi berani. Allah-lah yang menganugerahkan keberanian.
Rasanya sekarang-sekarang ini, pembahasan terkait pernikahan semakin ke sana ke mari. Marriage is Scary jadi tagline dimana-mana. Sementara yang pernikahannya berjalan baik-baik saja, lebih banyak diam menikmati momen kehidupannya. Jangan salah memilih referensi, itu penting.
Saya di umur itu, dengan segala kekurangannya, sangat terbantu oleh para guru dan mentor yang pernikahannya berjalan dengan sangat baik hingga hari ini. Belajar dari mereka tentang mengapa perlu untuk menikah, apakah menurut mereka sudah cukup siap, dan lain-lain di kala itu. Dengan segala keterbatasan yang kumiliki saat itu, ternyata saya bisa mengambil keputusan tersebut.
Benar juga kata mentor dan guruku saat ini, hampir sebagian besar kebaikan yang akan kita temukan sepanjang hidup misal terkait pekerjaan, finansial, spiritual, dsb. Salah satu cara untuk mencapai sana diawali dengan memilih pasangan hidup yang baik. Bersyukur sekali berjodoh dengan @ajinurafifah, delapan tahun yang lalu dibanding dengan hari ini, pertumbuhan rasanya berlipat eksponensial.
Saya yakin seyakin-yakinnya kalau sebenarnya banyak di antara teman-teman di sekitar saya atau mungkin pembaca di sini yang sudah siap untuk menikah, tapi rasa siap itu tidak bisa diyakinkan oleh diri sendiri karena salah satunya melihat pernikahan ini dari perspektif yang kurang tepat. Tidak mudah untuk yakin bahwa pernikahan membuka pintu rezeki, tidak mudah untuk meyakini bahwa pernikahan itu bernilai separuh agama, dan banyak ketidak mudahan lainnya.
Tapi, apakah tidak mudah itu berarti tidak bisa? :) Terima kasih untuk teman-teman online juga yang turut serta dalam proses bertumbuhku di sini, dari single remaja kuliahan yang galau, bikin suaracerita, buku pertama Hujan Matahari rilis, dan seterusnya hingga hari ini :)
149 notes
·
View notes
Text
Catatan:
Buku Yang Berbahagia ini berisi catatan persiapan dan perjalanan menikah. Meskipun bukan buku how-to, di dalamnya cukup banyak nasihat praktikal. Meskipun bukan buku agama, isinya mengandung sentuhan Islami.
Oya, bagi yang ingin membaca buku saya yang lainnya, Bertumbuh dan Teman Imani bisa dipesan melalui Tokopedia, yaitu di toko buku LangitLangit.YK.
Sekali lagi terima kasih karena berkenan membaca tulisan-tulisan saya. Semangat dari teman-teman sangatlah tak ternilai.
161 notes
·
View notes
Text
Ada orang ekonominya nampak biasa saja, tapi kehidupannya penuh makna. Rumah tangganya sederhana tapi bahagia, keluarganya faham agama, berkah hartanya, soleh anak anaknya, setiap waktunya berpahala tak pernah terbuang percuma. Diibaratkan pohon kecil yang berbuah lebat dan manis
Sebaliknya ada orang yang nampak mapan, punya jabatan dan kekuasaan, dunia dalam genggaman. Tapi rumah tangganya berantakan, hartanya sumber kegelisahan, Anak-anaknya urakan. Kerja keras tanpa tujuan berkekalan, waktunya dia sia-siakaan, akhirat dia lalaikkan. Ibarat pohon besar yang buahnya sedikit lagi masam
"Hidup manusia itu memang seperti buku ada yang menipu kita dengan covernya ada yang mengejutkam kita dengan isiinya" (bangga menjadi muslim)
#selfreminder#sabar#islamic quotes#syukur#inspiration#ikhlas#islamic reminders#surga#neraka#tawakal#nasihat#motivasiislami#motivasi islami#motivasi#pernikahan#jodoh#bahagia#rezeki#berkah#maut#kematian#dosa#istiqomah
230 notes
·
View notes
Text
Untuk siapa pun yang akan menikah,
pesanku, belajarlah ilmu agama. Belajarlah tentang aqidah yang benar. Belajarlah tentang ilmu mengenal Allah (ilmu tauhid). Dan pilihlah laki-laki yang juga sudah belajar tentang hal-hal di atas.
Karena anak-anakmu berhak lahir dari seorang Ibu yang shalihah dan paham agama. Juga berhak memiliki Ayah yang shalih, yang paham agama, dan bertakwa kepada Allah.
Bukan salahmu jika kau terlahir dari keluarga yang tak paham agama. Tapi salahmu adalah ketika kau pilihkan Ayah untuk anak-anakmu, laki-laki yang buruk akhlak dan agamanya.
{dalam buku “Pilihlah Ia Yang Layak Kau Taati Seumur Hidup}
Order bukunya di sini ya 👇
399 notes
·
View notes
Text
Pesan cinta untuk saudara suadara ku para Akhwat.
Sedikit kutipan dari laman kak @laksmi2001
izin mengutip beberapa ya kak.
Berpikirlah rasional wahai mas, mbak!
1. Se-dekat atau se-lama apapun hubungan kisah asmara yang dijalin tanpa adanya ikatan yang suci itu tidak menjamin akan mengantarkan kita kepada pelaminan. Walaupun antara dua pihak sama- sama paham agama, tetapi kalau nyatanya tidak ada kesungguhan di antara keduanya, maka pernikahan itu tidak akan terjadi. Saya tidak bisa menilai bahwa kedua sejoli ini sama sama paham agama, karena ini sudah bukan hak saya, melainkan hak Allah. Saya hanya melihat dari background mereka berdua yang sama sama pernah menjadi aktivis dakwah, sering menghadiri majelis ilmu, dan sering membaca buku buku berbau religi.
2. Wahai lelaki, jangan mudah tebar jaring. Sungguh, saya sangatlah geram dengan tipe lelaki demikian. Laki laki yang mudah sekali tebar pesona, lelaki yg mudah menebar janji manis, laki laki yang mudah memberi harapan, apalagi laki laki yang mudah membuat hati wanita terbang setinggi awan kemudian menjatuhkan hati wanita itu ke dasar lautan. Bagi saya, laki laki seperti itu sangat tidak pantas diperjuangkan, buang saja ke dasar lautan, tenggelamkan! Mohon maaf, saya sedikit emosi ketika menuliskan ini. Tetapi sungguh, saya sangat geram terhadap laki laki bermodel buaya seperti ini, baiknya diapakan ya? Tendang saja kali ya? Hahaha
3. Kepada wanita termasuk saya, saya akan utarakan pesan ini kepada kalian semua termasuk saya. Tolong jangan bego² amat ketika sedang jatuh cinta. Maaf, saya pakai kata 'bego' alias bodoh karena saking geramnya saya mendengar kisah ini. Wanita itu harus punya standar nilai nilai yang dipegang, harus bisa menentukan batasan, harus tegas, jangan menye², jangan mudah luluh. Ingat, dia bukan siapa siapa kamu. Dia bukanlah suami kamu, bukan ayah kamu. Lalu mengapa kamu se-penerurut ini padanya? Tolong, berpikirlah rasional, Mba! Tolong lah mba, sayangi dirimu. Saya itu kasihan dengan wanita wanita seperti ini. Kita itu terlalu berharga gais. Kita adalah mutiara, kita adalah berlian. Sama seperti kita tahu bahwa berlian itu susah sekali didapatkan. Maka, kita juga seperti itu. Untuk laki laki bisa bersanding dan memberi kasih sayang seutuhnya kepada kita itu memang butuh perjuangan, butuh ikatan yang suci, alias butuh dihalalkan dulu. Ingatlah, kita se-ber-har-ga itu!
4. Kepada wanita, tolong jangan polos polos amat ketika ada seorang lelaki yang sedang berupaya mendekatimu. Gunakanlah intuisimu, feelingmu, firasatmu, kecenderungan batinmu, perhatikan dengan saksama bagaimana tingkah laku lelaki tersebut, apakah ada potensi untuk menuju jenjang serius atau hanya main main? Kalau hanya main-main, sebaiknya tendang saja ke laut lepas sana, hehe. Ya ga gitu juga kali Mba. Kejam sekali dong saya, hehe. Yang pasti, kita harus pintar dalam menilai. Bila pun kelihatannya tidak ada upaya pendekatan tetapi kalian memang sedang terlibat dalam suatu projek atau kolaborasi, ya berhati hatilah. Tetaplah bersikap elegan dan sewajarnya. Intinya, untuk perkara yang tidak ada faedahnya, tinggalkan saja. Waktu kita terlalu berharga mba kalau hanya dihabiskan untuk chattingan dengan seorang lelaki yang main-main.
5. Kepada wanita, tolong jangan merasa rendah diri. Jangan merasa nggak punya kelebihan, nggak punya skill, nggak punya pengalaman, dsb. Wahai mba mba, semua hal itu tadi bisa kita bentuk, kita ciptakan citra kita sendiri. Di waktu penantian ini, bagi saya ini adalah masa emas untuk kita membenahi segala yang kurang, memperbaiki diri, mengupgrade kualitas diri, memperbanyak ilmu, memperbanyak diskusi dengan orang yang lebih pengalaman, dan juga berkarya. Mumpung waktu luang kita saat single masih banyak mba, maka jangan sampai kita menyia nyiakan kesempatan emas ini.
6. Kepada lelaki dan wanita, sebelum memutuskan tuk lanjut ke fase kehidupan 'berumah tangga', alangkah lebih baik kita perbaiki komunikasi kita dengan orangtua. Kita bangun hubungan yang lebih harmonis lagi dengan orangtua. Kita sempurnakan bakti kita ke orangtua. Kita senangkan orang tua kita dulu. Boro boro mau nyenengin anak orang, orangtua aja belum dituruti maunya apa, belum bisa nyenengin orang tua. Duarr!! Jleb banget gak tuh?! Komunikasi yang baik antara kita dengan orangtua ini sangatlah berguna banget untuk kita di lini apapun, tak terkecuali ketika kita sudah berumah tangga. Ketika belum berumah tanggapun juga berguna, salah satunya adalah ketika kita memohon doa dari ibu. Seperti yang sudah kita tahu bahwa doa ibu kepada anaknya menjadi salah satu doa yang mudah dikabulkan oleh Allah. Maka dari itu, mari sempurnakan bakti kita dulu kepada orang tua kita.
7. Kepada lelaki dan wanita, termasuk saya (wanita), saya ingin berpesan bahwa memperjuangkan cinta butuh biaya. Ya, saya ulangi sekali lagi bahwa memperjuangkan cinta butuh biaya. Memperjuangkan cinta butuh biaya waktu yang tidak sebentar, butuh biaya perasaan yang tidak sedikit, juga biaya dalam arti yang sebenarnya yaitu materi yang tidak sedikit. Maka dari itu, berpikir rasional lah mas mba, terutama kepada Mba. Ya memang, biaya pernikahan perempuan biasanya orangtua perempuan atau orangtua laki laki yang menanggung, tetapi tidakkah kita malu kalau kita tidak menyumbang sepeserpun untuk biaya pernikahan kita sendiri? Maka Mba, mumpung sudah dibekali pendidikan dari orangtua sampai perguruan tinggi, maka manfaatkanlah itu. Yang semangat gitu lho mba, jangan mudah menyerah. Kesempatan di depan itu masih banyak jika mba mau membuka mata lebar lebar.
8. Kepada lelaki dan wanita, ingatlah bahwa hidup ini bukanlah perlombaan siapa yang paling cepat menikah. Sing sabar tho (yang sabar). Lihatlah, masih banyak peran peran yang belum kamu isi. Kok buru buru mau nikah tho? Sedangkan lihat, bagaimana keadaanmu sekarang? Memang sudah ada yang benar benar niat ingin serius? Atau lebih penting lagi, memang sudah mempersiapkan ilmunya? Atau sudah mempersiapkan bekal materinya? Maka, ingatlah itu mas mba. Berpikir yang rasional gitu lho. Kita tidak sedang berlomba dengan siapapun. Tenang saja, semua sudah Allah atur. Yang penting kita tetep bertakwa dan biarlah kuasa Allah yang bekerja.
Jazakillah khairan kak @laksmi2001 untuk reminder kita semua, khususnya bagi akhwat. Jangan percaya hanya karena dia sudah mengenal sunnah atau sudah paham ilmu agama, postingan dan semua sosmed nya tentang dakwah, karena kata @kang-islah, yang ditampilkan di sosmed belum tentu sama dengan kenyataannya.
Alhamdulillah jika Allah masih menjaga, melindungi dan menyelamatkan kita dari ikhwan ikhwan bakwan. Cara Allah memberi sinyal kepada hamba-Nya itu sangat menakjubkan, begitu maha baiknya Allah, jadi para akhwat di luar sana hati hati ya. Jangan mudah luluh, mudah mengagumi apalagi mudah percaya.
point pentingnya, jangan mudah kagum dengan apa yang orang lain tuliskan, posting, atau tampilan atau tutur kata nya, karena Allah lah yang menutupi semua keburukan atau kekurangan apa yang kita kagumi tersebut.
Semoga Allah selalu menjaga kita dan mendekatkan kita kepada yang baik baik. Dipertemukan dengan yang baik.
Aamiin.
78 notes
·
View notes
Text
Dimulai dari Aku
Aku tidak perlu menyalahkan keadaan, bagaimanapun kondisi saat ini, kondisi keluarga saat ini adalah takdir terbaik, saat ini.
Buah dari keputusan-keputusan di masa lalu, pemikiran, pemahaman kita dan orang tua kita membentuk kondisi kita saat ini.
Jika aku dulu tidak dibekali ilmu agama secara dalam, tidak apa-apa, itu bisa dimulai dari aku, atas rahmat Allah, Allah mudahkan untuk belajar memperdalam ilmu agama.
Jika dikeluargaku tidak ada yang menempuh pendidikan tinggi, tidak apa-apa, itu bisa dimulai dari aku, atas rahmat Allah, Allah mudahkan menempuh pendidikan tinggi.
Jika aku dulu tidak dibesarkan dengan keluarga yang cinta literasi dan keilmuan, tidak apa-apa, itu dimulai dari aku, atas rahmat Allah dimudahkannya untuk cinta literasi, cinta ilmu pengetahuan.
Aku tidak mengatakan keluargaku kurang ideal, tetapi bahasa cinta orang tua kepada anak itu berbeda, dibesarkan dengan cara yang berbeda-beda,
Ketika memasuki usia remaja hingga sampai usia dewasa, kita banyak belajar dan kita bisa menentukan mau seperti apa kehidupan yang ingin kita jalani. Proses yang panjang memang, kadang perlu pembimbing, perlu mentor atau banyak belajar dari buku-buku yang kita baca.
Kalau ada yang kurang, bisa diperbaiki.
Semua dimulai dari aku, tapi tidak berhenti di aku, tapi untuk keluarga yang kubentuk kelak.
24 notes
·
View notes
Text
Novel Terbaru: Janji untuk Ayah
Akhirnya, setelah tiga tahun, novel ini selesai dan akan segera terbit.
Momen kehilangan segalanya, sering kali menjadi momen untuk menemukan diri sendiri.
∞
Setelah kematian ibu, Elang tinggal sebatang kara dan kehilangan alasan untuk hidup.
Hari-harinya berjalan tanpa tujuan hingga datang kabar mengejutkan tentang keberadaan ayah yang tidak pernah ia kenal.
Bermodalkan sebuah alamat, Elang memulai perjalanan tak terduga. Rintangan demi rintangan menghadang, namun tekadnya tak tergoyahkan.
Ia telah berjanji akan menemukan ayahnya.
Kisah petualangan yang mendebarkan sekaligus menghangatkan hati dari penulis novel best-seller Seribu Wajah Ayah.
---------
Kata Mereka, Pembaca Pertama
"Novel ini page turner abis. Alurnya sangat flowly, konfliknya jelas dari A sampai Z, tersusun rapi. Karakter para tokohnya juga balance. Aku paling suka sama Aral dan Lintang, yang mengajarkan bahwa hidup adalah medan petualangan yang sesekali perlu dirayakan. Buku yang unik, keren, mendebarkan, sekaligus menghangatkan hati pembaca. Worth reading and worth buying. Rate: 5/5" - Ahmad (@im.yaannn_)
“Healing fiction ini penuh dengan kritik sosial. Emosinya dapet, rangkaian katanya indah, kental dengan nilai agama. Pembaca bakal dibikin penasaran sama cara Elang menghadapi cobaan yang datang silih berganti. Tapi, seperti yang dibilang sama buku ini: kalau kita fokus sama rasa sakitnya, kita bakalan menderita. Kalau kita fokus sama pembelajarannya, kita bakal bertumbuh.” - Syarif (@menceriakan)
“Novel ini tipis tapi isinya padat banget. Setiap perjalanan ada maknanya. Elang bukan sekedar mencari ayahnya, tapi justru mencari jati dirinya sendiri. Cerita fiksi yang penuh dengan pelajaran hidup, disampaikan dengan sangat halus. A must-read, sih!” - Keiko Siahaan (@keikoas)
"Saya hanyut ke dalam dunia yang diciptakan penulis. Ikut merasakan perjalanan Elang menggunakan motor supra, sampai mendaki gunung. Pesan-pesan inspiratif dan kehangatan hubungan antar tokoh di novel ini precious banget. Buat kamu yang lagi butuh bacaan inspiratif yang mengandung bawang, novel ini salah satu yang terbaik." - Wildan (@welldonemusthofa)
23 notes
·
View notes
Text
Bismillah
Saat MI dulu, saya ingat sekali setiap buku tulis dan buku paket pelajaran, pasti saya awali dengan menulis kalimat mulia ini. Bismillahirrahmanirrahim.
Waktu SMP sampe masa akhir SMA, kebiasaan itu mulai saya tinggal karena memang nggak ada pelajaran bahasa arab-agama dan udah agak nakal juga sih wkwk.
Baru pas UN dan ujian kenaikan kelas, apalagi mapel matematika, fisika, kimia yang bikin pusing, lembar jawaban pasti saya awali dengan tulisan Bismillah. Pun sama saat SBM dan ujian mandiri masuk kampus.
Intinya kalau udah pake tulisan itu, brarti memang momen penting dalam hidup.
Baru masuk kuliah, saya merasa apa yang ditulis itu nggak terlalu penting, semua kembali keniatnya. Percuma kalau ditulis tapi ga diresapi. Gitu.
Sampai fase pasca kampus, saya baca buku Atomic Habbits karya James Clear. Secara singkat menjelaskan untuk merubah habbits itu perlu media yang terlihat, juga komitmen yang kuat dalam hati.
Maka dari itu, saya coba mengulang kembali kebiasaan saya saat MI, menulis Bismillah di beberapa catatan, juga tulisan. Agar apa? Agar diberkahi agendanya, dapat motivasi, juga energi lebih untuk menjalani sesuatu.
Intinya, Bismillahirrahmanirrahim.
Lulus S1 Ekstensi, lancar amanah, kerjaan, jadi qudwah yang baik, teratur dalam segala urusan, dan semua yang baik-baik dalam hidup ini.
Ditutup dengan kata-kata pamungkas ;
Agar silaturrahmi tak terputus, bolehkan bersama terus? Eh gimana.
60 notes
·
View notes
Text
72 Kisah Para Nabi yang Tidak Boleh Dijadikan Hujah
“...Mereka beranggapan ia kisah yang sahih dan mengandungi pengajaran yang boleh dijadikan teladan. Kisah-kisah sebegini sewajarnya dijauhi kerana ia bukan sahaja menjatuhkan martabat para nabi, bahkan juga boleh menyebarluaskan amalan khurafat dalam masyarakat…” . Kisah-kisah diketengahkan yang pada saya menarik: ▪︎Kisah 24 ▪︎Kisah 27 ▪︎Kisah 33 ▪︎Kisah 52 . Pandangan saya, buku ini lebih sesuai untuk “para penuntut ilmu” yang baru berjinak ataupun veteran yang mahu ulangkaji, sebelum ceramah atau kuliah. . • Carousell: https://carousell.app.link/iW42bdS3jyb • Karangkrafmall : https://www.karangkrafmall.com/72-kisah-para-nabi-yang...
#bahasa melayu#buku agama#Malaysia#Karya Bestari#Kulit Lembut#Para Anbiya#72 Kisah Para Nabi Yang Tidak Boleh Dijadikan Hujah
1 note
·
View note
Text
Only those who are patient shall receive their reward in full, without reckoning
Ketika sedang mengalami suatu kejadian yang kurang menyenangkan hingga membuat hati berkata,
"kok begini, ya?"
"kok begitu, ya?"
Tiba-tiba saja teringat kutipan dari buku Pelajaran Agama Islam karya Prof. Dr. Hamka:
Tidak ada yang tidak adil. Semuanya ini baik. Semua indah. Bahkan Ibnu Sina filsuf, berani mengatakan sebagai hasil daripada renungan filsafatnya: "Tuhan Allah tidak menjadikan yang jahat". Menurut beliau, kalau ada yang tampak jahat, adalah karena renungan pikiran kita belum matang terhadapnya.
Kemudian aku bertanya-tanya, kebaikan apa yang kira-kira ingin Allah berikan dari kejadian yang 'terlihat' kurang menyenangkan menurut sudut pandangku saat itu. Kurang menyenangkan dan bahkan aku merasa tidak ada kebaikan yang bisa didapat.
Setelah kusadari, dari kejadian-kejadian kurang menyenangkan tersebut, misalnya, disalahpahami orang lain, dimarahi orang lain, dijadikan bahan ghibah orang lain, dan masih banyak contoh lainnya, ternyata di balik itu ada pahala kesabaran.
Ketika ditimpa kejadian yang kurang menyenangkan, sekarang mindsetnya menjadi, "oh, ini Allah mau ngasih pahala kesabaran nih buat aku kalo aku bisa melaluinya". Sedangkan pahala kesabaran itu ga main-main besarnya, utuh-penuh-tanpa ada pengurangan, diberikan secara langsung oleh Allah SWT tanpa perlu ditimbang atau dihitung seperti pahala dari amalan lainnya.
#al quran#islam#renungan#catatan#motivasi#tulisan#kehidupan#hidup#selfreminder#journaling#nasehat#nasihat#menulis
17 notes
·
View notes
Text
Semakin kesini, semakin melihat; bahwa masalah di luar sana adalah masalah yang begitu kompleks.
Mulai dari anak muda yang banyak dan dengan berbangga-bangga meninggalkan syari'at, menanggalkan ilmu, mengagungkan pemikiran kekinian dari barat, juga menyepelekkan waktu. Buku dianggap kuno, ketidaktahuan menjadi tameng untuk berlindung, yang sebenarnya mereka bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu.
Mulanya dari segi pengasuhan terhadap anak, banyak ibu yang melupakan perannya. Merasa perlu bersaing dengan kaum laki laki, merasa tidak cukup, maka perlu meninggalkan rumah untuk merasa tercukupkan. Anak ditelantarkan, ilmu tidak diajarkan, tumbuh kembang dan kasih sayang terlupakan. Padahal sebenarnya rumah adalah singgasana jihad terbaik untuknya.
Keteladanan kepada orangtua akhirnya turun, merasa tidak iba, meninggalkan bakti dan santun diri. Yang bermula pada kurangnya peran dari kedua orangtuanya, anak generasi saat ini tumbuh subur dengan demoraslisasi, kesenangan sesaat menjadi aksi, tanpa memikirkan akhirat dan hidup setelah mati.
Mau dibawa kemana? Padahal fitrah sudah tertulis, peran sudah terlukis, apakah akan meninggalkan fakta dengan hanya menangis? Urgensi peran menjadi kunci setelah ilmu.
Maka, sibukkan diri dengan ilmu dan perbaikan. Lakukan aksi, minimal apabila tidak sanggup, lakukan sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi. Dari ilmu, lalu pengamalan diri, yang nantinya akan memberikan contoh. Barangkali memang tidak seberapa aksi, tapi ini baru permulaan. Lanjut dengan memberikan sumbangsih, untuk terus berdiskusi dengan khayalak muda mudi, bahwa sejatinya kitalah pemegang kebaikan untuk generasi setelah ini.
Maka, sibukkan diri dengan kiprah yang pasti. Konsep dakwah profesi. Sebagai seorang dokter, mampu menggabungkan ilmu kedokteran dengan ilmu surgawi. Bahwa, sejatinya, semua itu adalah samudra ilmu Allah, yang wajib diselami dengan niat dan kokoh motivasi. Memberikan pelayanan terbaik, dengan niat memperbaiki baik dari segi kesehatan maupun kemakmuran juga modal untuk kebaikan generasi. Generasi yang sehat dari segi dzahir dan batin. Kebaikan demi kebaikan terwujud untuk ummat madani. Dengan ridha juga ilmu Allah, semoga hal itu dapat terwujud.
Pelajari ilmu dengan niat juga prinsip yang kokoh. Bahwa, suatu saat, saat gelar dokter mengawali nama, maka kewajibanmu adalah implementasi ilmu, bukan lagi anak koass yang banyak salah juga berlindung di belakang punggung konsulen. Engkau yang dianugerahi Allah kesempatan untuk berilmu kedokteran juga mengilmui ilmu-ilmu agama, maka gunakanlah kesempatan saat ini dengan baik. Lewat perantara kebaikan Allah, tangan-tangan mu itu yang mampu menenangkan pasienmu, membantu pasienmu, memberikan pasienmu pelayanan juga nasehat-nasehat terbaik, agar mereka pulang dengan senyum merekah, dan mengucap, "Terima kasih banyak dokter". Walaupun kata kata itu sebenarnya perlu untuk diluruskan, diteruskan, bahwa sejatinya itu adalah pujian dan ucapan untuk mengucap keagungan kepada Sang Pemberi Petujuk, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
Semoga bisa terfokus dengan apa yang menjadi tujuan, apa yang sedang diperjuangkan, juga apa yang menjadi cita-cita. Selagi, Allah berikan anugerah kesempatan, lalu untuk apa menggalaukan hati, berperisangka, merasa sendiri, yang padahal Allah sudah menuliskan nama untuk bersanding di Lauhul Mahfuz. Nama untuk saling mengikat mistaqan galidzha yang mengetuk langit. Yang sudah tertulis, sudah tertakar, juga sudah tersimpan.
Maka, berikanlah hamba Mu ini hati yang tenang yaAllah, hati yang mudah menerima, dan hati yang mengikhlaskan sedalam dan seluas samudra. Dan titik kepasrahan menjadk titik akhir.
15 notes
·
View notes
Text
ridhonya Allah
Kata orang, hidup ini isinya mencari ridho Allah dengan beribadah. Jika Allah ridho, sesuatu itu akan terjadi. Namun, kalau dipikir-pikir, bukankah semua yang terjadi dalam hidup ini adalah atas izin dan ridho Allah? Semua takdir baik dan takdir yang menurut manusia kurang baik, bukankah semuanya adalah karena ridho Allah? Seperti kata seorang guru, tidak ada sehelai daun pun yang jatuh dan hanyut bersama aliran sungai dalam gelapnya malam tanpa ridho Allah.
Mungkin, ternyata ridho Allah itu tidak untuk dicari. Ridho Allah adalah semua takdir yang sudah dan yang masih akan terjadi. Oleh karena itu, ridho Allah hanya perlu dijalani. Justru, yang perlu dicari dan diusahakan itu adalah ridho diri kita sendiri. Kita ridho atas Tuhan kita, agama kita, nabi kita. Kita ucapkan itu berkali-kali dan kita mengupayakannya.
Kerap kita tertukar antara ikhlas dan ridho—atau menganggap keduanya sama. Ikhlas itu dari dalam ke luar. Ikhlas itu melakukan segala sesuatu karena Allah dan untuk Allah. Ikhlas itu tidak mengharapkan balasan apa-apa selain kebaikan dari Allah. Ikhlas adalah soal apa-apa yang bisa kita upayakan.
Sementara, ridho itu dari luar ke dalam. Ridho itu adalah soal bagaimana kita menerima yang terjadi kepada kita. Takdir dari Allah, perlakuan dari orang lain. Apakah kita ridho? Ridho adalah perihal yang di luar kendali kita. Ridho adalah tentang bagaimana yang ada di luar kita itu kita bawa ke dalam diri kita.
Kita harus ikhlas memperjuangkan keridhoan diri kita sendiri. Selanjutnya, kita harus ikhlas memperjuangkan keridhoan dari orang-orang terkasih kita, yang dari sanalah kasih dan sayangnya Allah akan tersulur. Terakhir, kasih dan sayang Allah itulah yang kita cari. Semoga kita mendapatkannya.
Terhadap hal-hal yang bisa kita kendalikan, ikhlaslah. Terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, ridholah. Selamat memperjuangkan hati yang selalu ridho dengan ikhlas. *
[Tulisan di atas merupakan salah satu tulisan dari draf buku Yang Berbahagia]
prompt 4.
adakah hal-hal di dunia ini yang belum kamu ridhoi? kira-kira, apa upayamu agar bisa ridho?
234 notes
·
View notes
Text
Menulis dan Mensitasi Karya Sendiri
Pagi tadi aku mengikuti kuliah intensif Islamic Worldview Dr. Adian Husaini di At Taqwa College Depok. Satu hal yang membuatku terkesima adalah betapa beliau sangat produktif melahirkan artikel, tulisan, dan buku. Tidak sekali dua kali, ketua Dewan Dakwah Islamiyah ini mereferensikan jamaah untuk membaca karyanya untuk pembahasan lebih lanjut.
“Saya sudah tulis di novel Kemi. Nanti baca dialognya di sana.”
“Lengkapnya nanti baca di buku saya 10 Kuliah Agama Islam.”
“Ketika Denny JA menulis buku bermuatan pluralisme, saya buat saja karya bantahannya.”
dan seterusnya.
Peneliti INSISTS ini di usia 58 tahun telah menulis sekitar 1800 artikel di websitenya, puluhan buku, dan karya tulis yang tak terhitung sitasinya. Menariknya, sebagai sarjana kedokteran hewan beliau pernah menekuni profesi jurnalis. Dan Allah memang memberikan beliau kemampuan dan taufiq untuk berdakwah lewat karya-karyanya.
“Lihatlah para pendiri bangsa ini, tokoh-tokoh ini luar biasa! Bahkan dari sebelum kemerdekaan itu Allah takdirkan.. Mereka sudah beradu gagasan-gagasan, dan ini dapat kita lihat di media massa pada saat itu yang memuat buah pikir tokoh nasional. Saling membantah, tapi ketika berjumpa sangat akrab dan hangat.”
Ujar beliau menceritakan tradisi keilmuan ulama, tokoh Indonesia mulai dari Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Natsir, dan seterusnya.. yang nampaknya tradisi intelektual ini beliau teladani betul.
Singkat cerita di akhir kelas, aku menghadap meminta nasihat beliau terkait menuntut ilmu di Barat. Beliau menyimak dan berpesan:
“Terus belajar.. dan biasakan untuk tuangkan lewat tulisan, ya.. Mana kamu sudah mulai menulis belum?”
MasyaAllah. Tertohok rasanya. Dari segi kualitas saja jauh, masa kuantitas juga jauh, Hab.
Semoga Allah jadikan kita wasilah dalam menyebarkan keindahan Diinul Islam, lewat lisan, tulisan, dan pancaran akhlaq kita. Semoga Allah pinjam diri kita untuk kebaikan dan kebermanfaatan ummat lewat pos masing-maaing. Semoga Allah tidak membiarkan kita wafat dengan tidak meninggalkan karya bermanfaat untuk ummat. Selamat menulis. Selamat berkarya.
-h.a.
Ditulis sebagai semangat untuk diri sendiri agar mulai menulis lagi, di hari di mana aku bersyukur seorang @fayzakamalia dilahirkan. Kata Dr. Adian, “wah iya kita butuh ahli di bidang psikologi, masih sedikit sekali (penjaga pos ummat di sana).” Semoga Allah kuatkan, barakallahu fii umriiki.
28 notes
·
View notes
Text
Mati Syahid
Aku punya sebuah pengakuan. Sebenarnya umrohku tuh seperti “tiba-tiba.” Kalau boleh jujur, sebenarnya umroh bukan my biggest dream. Kalau diajak umroh mah mau. Tapi kalau pakai uang sendiri, (dulu) aku lebih memilih untuk traveling ke UK atau negara benua Eropa lainnya😭🔫
Jauh sebelum berangkat umroh, aku tiba-tiba into belajar agama islam. Tiba-tiba ngaji lagi. Sampe niat banget beli asbabun nuzul dan nontonin video-video tafsir Qur’an. Tiba-tiba senang baca kisah-kisah rasul. Sampai berniat beli buku Sirah Nabawiyah.
Bahkan buku Sirah Nabawiyah yang aku punya didapat dari cara yang tak disangka-sangka: dibayarin oleh orang asing. Dan itu semua bukan karena aku mau umroh.
Rasanya seperti Edi biasa yang memang tiba-tiba suka into something. Tiba-tiba suka belajar hal baru. Seperti Edi yang tiba-tiba suka dan menekuni catur.
Nahhh karena baca Sirah Nabawiyah, aku jadi tau tentang Perang Uhud. Cerita para pejuang Uhud yang tidak takut mati. Bahkan menyongsong kematian mereka dengan sukacita karena mereka mencium bau surga😭😭😭
Sejak itu, dalam hatiku tuh aku ingin sekali seperti mereka. Ingin sekali mati syahid.
Ketika di Madinah, kami ziarah di sekitar Masjid Nabawi. Di akhir kegiatan tersebut, muthowifnya bilang, “di sebelah sana ada Pemakaman Baqi. Tempat dimakamkannya sahabat-sahabat rasul. Tapi hanya laki-laki yang boleh masuk.”
Aku yang mendengarnya kesal sekaliiiiii! Memang kenapasih cuma laki-laki yang boleh masuk?! Kan aku juga ingin melihat makam sahabat-sahabat rasul yang aku baca ceritanya di buku. Pokoknya aku sedih sedih bangettttt.
Nah sejak itu, selama di Madinah di tiap sujud terakhirku aku berdoa allhuma inni asaluka khusnul khotimah dan mati syahid ya Allah (maav ga tau bahasa arabnya jd pake bahasa indonesia🙏)
Aku mungkin tidak bisa masuk Pemakaman Baqi karena aku perempuan. Aku mungkin tidak bisa melihat makam sahabat-sahabat rasul. Tapi akan aku usahakan bisa langsung bertemu mereka melalui jalur mati syahid.
Doa itu pokoknya selalu ada di sujud terakhirku. Terus! Pas lagi city tour di Makkah, kami melalui pemakaman gitu. Salah satunya makam Siti Khaddijah. Lalu tiba-tiba, muthowifnya bahas tentang mati syahid.
Muthowifnya berkata. Ada 3 jenis mati syahid.
Syahid Dunia (Seperti mati ketika perang tapi berperangnya tidak diniatkan untuk jalan Allah).
Syahid Dunia Akherat (Seperti para syuhada Uhud. Orang yang mati syahid ini, jasadnya tidak wajib dimandikan, dikafani disholatkan langsung dikubur).
Syahid Akherat (Nah syahid yang ini jasadnya masih bisa dimandikan, dikafani dan disholati. Seperti meninggal ketika menimba ilmu, melahirkan).
Terus aku mikir. Ya Allah, ternyata doa hamba kurang lengkap yaa😂😭 akhirnya sejak itu doaku jadi diperlengkap:
allahuma inni asaluka khusnul khotimah dan mati syahid akherat ya Allah.
Hal-hal seperti yang membutku nangis sekali karena akhirnya tersadar bahwa Allah memang maha pengasih ya.
Allah memberi aku kesempatan untuk berdoa sebaik-baiknya. Terlepas nanti apakah akan mati syahid atau tidak. The fact bahwa Allah membimbing aku sampai berdoa secara lengkap saja aku sangat sangat bersyukur.
Umar bin Khattab was right:
“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.”
Ternyata bagian terbaik dari berdoa adalah berdoa itu sendiri.
20 notes
·
View notes
Text
Evidence Based
Semasa kuliah dulu, salah satu hal yang paling ditekankan adalah tentang bagaimana menerapkan prinsip evidence based medicine dalam kehidupan menjadi dokter di masa depan.
Yang kemudian membedakan praktek dokter dengan dukun, salah satunya adalah tentang bagaimana sebuah keputusan klinis diambil hingga referensi mana yang digunakan, dan yang paling penting keabsahan dari referensi tersebut. Karena barangkali, ada beberapa dukun yang juga menggunakan referensi, walaupun referensi tersebut hanya bermodalkan katanya dan testimoni.
Dalam pengambilan hukum agama pun, ada kaidah usul fiqh bagaimana sebuah keputusan diambil. Dari pengambilan dalil, derajat pengambilan dalil tersebut, sampai siapa saja yang berhak untuk mengeluarkan sebuah fatwa. Serupa tapi tak sama, mengajarkan bahwa beragama bukan hanya mengikuti "menurut saya" saja.
Hingga akhirnya semasa berkecimpung di organisasi, saya mengenal lagi bagaimana evidence based policy, bagaimana sebuah kebijakan publik diambil dengan riset yang baik, kajian yang mendalam, dan assesment terpadu tentang kebutuhan masyarakat. Hal ini acapkali terlupa, karena sering sibuknya kita membahas satu dan dua paslon hanya dari popularitas dan kabar burung belaka.
Berbicara tentang takwa, berarti berbicara tentang berhati-hati dalam memilih jalan, jalan apapun itu. Maka evidence based memilih jalan itu semoga bisa kita terapkan, agar bisa benar dalam memilih langkah, agar tidak salah dalam menentukan arah.
Lalu masalahnya, jikalau belajar dan membaca buku kita tak mau, berkumpul di majelis ilmu kita mudah jemu, bersosialisasi dengan ulama cendekia dan ilmuwan kita pun malu, lantas darimana kita akan bertemu dengan referensi untuk memilih jalan itu?
10 notes
·
View notes