Tumgik
chocobanuuna · 5 days
Text
Aku mulai ngerti, kenapa Rasulullah nggak over-reacting saat orang-orang yang menyebabkan traumanya terus menerus melakukan hal-hal yang men-trigger "alarm" emosi itu. Jawabannya, kata Ust. Nouman Ali Khan, adalah tahajjud.
Ada banyak emosi yang terus menerus diarahkan kepada Rasulullah. Makian, kemarahan, perendahan harga diri, pembunuhan orang tersayang, tuduhan tidak benar, pemboikotan satu kaum, penganiayaan verbal dan fisik, serta perilaku biadab lainnya, nggak mungkin hal-hal kaya gitu nggak meninggalkan bekas trauma.
Aku, kalau jadi Rasulullah, kayanya nggak tahan untuk tetap diam. Kita sama-sama tahu, Rasulullah juga manusia, punya hati dan emosi untuk merasakan. Tapi kenapa, hal-hal traumatis itu nggak jadi penyakit hati? Nggak jadi bikin pengen balas dendam?
Rasulullah rutin me-release semua rasa sedih, rasa nggak terima, rasa pengen membalas, dan kemarahan itu dengan tahajjud. Beliau juga rutin membersihkan dirinya dari penyakit hati dengan istighfar. Beliau mampu menahan diri dari ledakan emosionalnya. "Alarmnya" nggak sesenggol bacok itu sebab ditahan oleh pemahaman yang baik tentang Allah dan manusia, dan hatinya tidak sempit karena ucapan-ucapan manusia.
"Tahajjud itu ibadahnya da'i dan orang-orang shalih."
Kenapa? Shalih artinya lurus, konsisten. Benar pikirannya, benar ucapannya, benar tindakannya. Ketiganya selaras dan sinkron, dan da'i memang seharusnya begitu. Mereka tidak akan mengucapkan apa yang tidak mereka perbuat.
Dan itu dimulai dengan tahajjud, yakni ibadah yang dilakukan di saat sendiri. Saat kita memang hanya ingin dilihat oleh Allah saja. Kalau udah jujur kepada Allah, artinya akan punya integritas untuk kemudian jujur dalam tindakan-tindakan yang akan dilihat manusia, sehingga meskipun tindakannya dilihat manusia, mereka tidak melakukannya untuk mengesankan manusia.
Maka diam itu benar-benar emas ketika hati ingin menjelaskan berlebihan hanya untuk membersihkan nama baik kita. Ketika kita mungkin ingin mengeluarkan muntahan emosional yang justru kadang malah merugikan martabat kita. Hanya orang-orang yang bertahajjud yang mampu tetap menahan diri dan memelihara kehormatannya saat satu dunia menyalahpahami dan mendzoliminya.
Diamlah, biarkan kekuasaan Allah yang bicara untuk meluruskan pemikiran dan ucapan orang lain yang bengkok. Diamlah, yang terpenting adalah kedudukanmu di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. Diamlah, manusia tidak menginginkan penjelasan darimu, tetapi Allah senantiasa menginginkan perbaikan darimu. Manusia mencemarkan nama baikmu sedangkan Allah selalu menjaga aib-aibmu.
— Giza, kali ini tolong lanjutkan perjalanan sambil hanya ingin dilihat Allah
401 notes · View notes
chocobanuuna · 1 month
Text
Buat kita yang gaji bulanannya jadi sumber utama penghasilan keluarga, pasti gak kenal kata 'tanggal muda'. Alias gaji cuman 'numpang' masuk di rekening, terus keluar lagi dalam sekian detik wkwk.
✓ kirim ke orang tua
✓ bayar sekolah adik
✓ bayar kos
✓ belum lagi kalau ada hutang yang harus dibayar dan buat kebutuhan kita yang lainnya
Kerja udah bertahun-tahun, dan sering banget dapat pertanyaan:
"Kok belum punya tabungan?"
"Kok belum bisa beli motor?"
"Kok belum beli rumah?"
Padahal, jangankan buat punya ina itu. Uangnya cukup sampe sebulan aja udah alhamdulilah.
Seringkali dicap boros, atau tidak pandai ngatur duit. Padahal apa yang mau diatur? Kalau setelah bayar ina itu, nyisa buat jajan seblak aja bahkan gak ada?
Buat anak-anak yang saat ini diberikan 'keistimewaan' menjadi seorang generasi 🥪 semoga apa yang kita usahakan untuk keluarga kita, dibalas berkali-kali lipat sama Allah 🤍
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu, Rasullullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "(Antara) satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau gunakan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau belanjakan untuk menafkahi keluargamu: yang paling besar pahalanya adalah dinar yang engkau belanjakan untuk untuk menafkahi keluargamu." (H.R. Muslim, no. 995)
Jangan pernah minta dikurangi beban, tapi mintalah agar punggung kita dikuatkan-Nya
Jika lelah, ingat-ingat saja pahalanya, semoga bisa kembali semangatnya.
Dalam buku Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa.
Klik di sini untuk pembelian
Tumblr media Tumblr media
117 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
When do we actually rest?
Imam Ahmed rahimahullah, his son comes to him and his son sums to him,
"after all this prison, all this torture, all this slander, all this humiliation, Ya abati, matarraha? Oh my father, when do we actually rest? When is work over? When do we get to go home? When do we get to be a real family? When do we get to enjoy our lives?" The way that children and parents and families want to enjoy their lives.
And he says, "Oh my son, bi awwali khutwa, akhtuha fil jannah. With the very first step that we take into paradise, that's when we rest, inshallah ta'ala."
— Dr. Omar Suleiman
May Allah subhanahu wa ta'ala count us amongst them. Allahumma ameen.
2 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Trust Allah the way that the dead body trusts the washer
"Ibn al-Qayyim rahimahullah says very beautifully that the dead body is turned in whatever direction the washer sees fit in order to purify you and cleanse you. And the dead body does not express any objections."
Waktu SD, jarang berdoa serius minta suatu hal, karena dulu ga tau kebutuhan dan keinginanku apa. Kemudian waktu SMA, pengen banget bisa deket sama orang tua, tiap sehabis sholat ga pernah luput minta ke Allah biar bisa deket sama orang tua. Waktu SMA aku anaknya social butterfly, keliatannya punya banyak temen, temen ada di mana-mana, padahal kenyataannya deep down inside sering ngerasa sendirian dan kesepian. Karena itu, dulu waktu SMA juga sering doa ke Allah minta dikasih temen, intinya gitu, deh. Dulu emang ga tau harus mintanya yang kaya gimana, wkwkw. Apakah kemudian doaku dikabulin saat itu juga? Engga wkwkw, bahkan ketika aku ngerasa butuhnya saat itu juga, sama Allah ga dikasih.
But, Allah gave me more than I asked for, and I know He always will.
Walaupun seingetku di SD aku ga pernah minta apa-apa ke Allah, di SMP pun begitu, tapi Allah ngasih nikmat dan berkah luar biasa yang ga pernah aku duga dengan ngasih kesempatan bisa sekolah di sebuah SMP-SMA yang menurutku hal itu adalah sebuah life-changing opportunities and experiences yang manfaatnya masih bisa aku rasain sampe sekarang. Ini yang pertama.
Kedua, di bangku kuliah aku udah ga jadi social butterfly lagi, Allah ngasih aku temen-temen yang itu-itu aja dari awal semester sampe lulus, yang bisa memahami keadaanku, ngajak aku ke pengalaman-pengalaman baru, bikin aku ngerasa punya temen, yang setelah ku pikir ternyata saat itu memang waktu yang tepat buat Allah ngabulin doaku. Terlepas aku pernah ngerasa kehidupanku stuck di masa itu, ternyata setelah aku inget-inget lagi di masa itu Allah ngasih nikmat dan berkah yang banyak buat aku. Temen-temen yang asik, baik, pengalaman magang ke Bandung (yang ga pernah kubayangin dan bahkan ga pernah minta), dsb.
Di semester akhir sampe saat ini, pelan-pelan hubunganku sama orang tua membaik dan kami berangsur-angsur punya hubungan yang jauh lebih deket daripada dulu waktu SMA. Bahkan sampe di level aku nyaman dan ga canggung buat diem aja tanpa obrolan kalo duduk berdua sama salah satu dari mereka, aku ga ngerasa perlu ada obrolan kalo emang ga ada hal yang mau diobrolin. What a magic bisa di level ini. Setelah aku pikir-pikir, ternyata saat ini memang waktu yang tepat dan terbaik juga buat Allah ngabulin doaku.
Kapan hari aku juga ngerasa ketinggalan waktu ngeliat temenku bisa lebih bijaksana daripada temen-temen seumurannya, ngerasa ketinggalan buat lebih memperdalam dan belajar ilmu agama, ngerasa ketinggalan buat memperbaiki diri dan amal. Tapi setelah kusadari, ternyata saat-saat ini Allah ngasih aku banyak banget waktu dan kesempatan buat lebih deket sama Allah, buat lebih memperdalam dan belajar ilmu agama, buat lebih memperbaiki diri dan beramal sebagai hambaNya, buat lebih belajar memahami hikmah kehidupan.
Ternyata bener kata Dr. Omar Suleiman,
"The other ni'm in your life all have a timeline. The other blessings all have a timeline. And they're moving towards a sense of expiration." Nikmat dan berkah dalam hidup kita punya waktunya masing-masing. Ga ada yang bisa mempercepat ataupun memperlambat, ketetapan Allah akan datang di saat yang tepat.
Jadi, buat apa khawatir? coba liat kembali ke belakang, tanpa kita minta pun, Allah udah banyak ngasih nikmat dan berkah yang engga terduga. Buat apa tergesa-gesa? Seolah mendikte Allah harus saat ini, harus saat itu, ngerasa paling butuh sekarang. Coba liat kembali ke belakang, Allah yang Maha Tau kapan waktu yang tepat, Allah yang Maha Tau kapan kita membutuhkannya.
There is no reason for us not to trust in Allah's plan and His timeline. Kita, manusia biasa, penuh keterbatasan dan kelemahan, seringnya memang hanya sok tau saja.
6 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Kepikiran quotesnya Kak Sholah Ayub,
"…ada saja seseorang yang akan jauh menggungguli kita pada apapun, sebagaimana ada seseorang yang kita ungguli pada apapun, dan semua itu wajar."
Setelah dipikir-pikir, akhirnya menyadari bahwa semua itu memang wajar. Kalaupun ada seseorang yang kita ungguli pada apapun, bukan berarti seseorang tersebut kurang hebat atau kurang-kurang lainnya daripada kita, sesederhana karena ada banyak latar belakang kita yang berbeda, yang sudah Allah atur sedemikian rupa di luar kendali kita. Maka dari itu kita tidak boleh sombong atau berbangga diri.
Kemudian ketika ada seseorang yang jauh mengungguli kita pada apapun, tidak semestinya kita berkecil dan bersedih hati, tidak perlu juga merasa rendah diri, karena memang semua itu wajar-wajar saja.
9 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
"Kasih sayang orang tua ke anak itu sepanjang masa, tapi kasih sayang anak ke orang tua hanya sepanjang hasta"
Begitu kira-kira kata salah satu orang yang paling aku sayangi di dunia ini. Seketika mataku langsung berkaca-kaca, menyadari betapa besar kasih sayangnya kepada anak-anaknya hingga rela mengorbankan segalanya.
Dan kata-kata itu masih terus terngiang di kepalaku. Kenakalan-kenalakan kita sebagai seorang anak, kesalahan yang seringkali kita perbuat dan meninggalkan luka di hati mereka, dan saat seluruh dunia rasanya tidak memihak kita, pada akhirnya orang tua tetap membuka lebar kedua tangan mereka untuk menyambut kita apa adanya dan memeluk kita dengan hangat juga terus mendukung kita tanpa batas.
Bagaimana bisa hati mereka selapang itu? Bagaimana bisa mereka tetap mau menerima kita dan tetap mengusahakan yang terbaik untuk kita? Padahal ada begitu banyak cela yang ada pada diri kita sebagai seorang anak.
Kemudian seorang teman lama juga pernah berkata,
"Sebagai seorang anak, kita seringkali tidak sengaja melakukan kesalahan dan masih banyak kurangnya, yang tak jarang menyakiti hati orang tua. Kenapa? Karena ini pertama kali bagi kita untuk menjadi seorang anak. Wajar jika masih ada kesalahan. Pun begitu juga dengan orang tua, mereka baru pertama kalinya di hidup ini jadi orang tua. "
Ga ada yang mudah dalam menjadi anak ataupun orang tua. Tapi kita sama-sama mengusahakan dan memberikan yang terbaik yang kita bisa. Dan kenyataannya, kita memang sama-sama masih belajar. Dalam proses belajar itu, alangkah lebih baik jika kita bisa saling memaafkan atas apa yang telah terjadi dan move on untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya.
24 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Mengaku-aku
Ampuni kami yang keinginan dan ikhtiarnya masih sering tidak sejalan, yaa Allah. Mengaku ingin berhasil menjadi sebaik-baik hambaMu di dunia, tapi kemalasan masih sering datang dan kami pun menyambutnya. Mengaku ingin mendapat ridhaMu, tapi masih pilah pilih dengan apa yang Engkau tetapkan. Sedih ketika tidak mendapat apa yang diharap, tidak lapang ketika mendapat kesulitan. Padahal ridhaMu tidak terletak hanya pada apa yang menurut kami baik dan memudahkan. Mengaku ingin masuk surga, tapi diuji sedikit saja mengeluhnya sudah tiada kira. Amalan pun masih begini-begini saja, banyak sekali compang campingnya. Walaupun begitu, kami masih tidak tau malu untuk meminta kepadaMu, lagi dan lagi. Ampuni kami, yaa Allah.
💌 Or do you think that you will enter Paradise while such [trial] has not yet come to you as came to those who passed on before you? They were touched by poverty and hardship and were shaken until [even their] messenger and those who believed with him said, "When is the help of Allāh?" Unquestionably, the help of Allāh is near. 2:214
5 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Manusia itu kompleks
Manusia itu kompleks. Ada banyak hal yang mempengaruhi cara mereka dalam berpikir, merespons, berkomentar, atau bertindak terhadap sesuatu. Dan dalam hidup ini, pasti kita pernah menemui beberapa orang yang terkadang bikin hati kita kesel karena kita merasa bahwa sebenernya ada cara berpikir yang lebih baik, cara merespons yang lebih tepat, cara berkomentar yang lebih positif, dan cara bertindak yang lebih bijak.
Tapi sebelum kekesalan kita semakin larut, coba kita bertanya-tanya dulu, "kenapa kira-kira mereka lebih memilih cara berpikir yang kaya gitu?" "kenapa kira-kira mereka lebih memilih respons seperti itu?" "kenapa kira-kira mereka lebih memilih berkomentar yang kurang baik?" "kenapa kira-kira mereka lebih memilih tindakan yang kurang bijak?"
Dan akhirnya kita bisa nemu berbagai kemungkinan jawaban. Mungkin bisa jadi karena lingkungannya, kebiasaannya, latar belakangnya, pengalaman hidupnya yang mungkin belum pernah ada di posisi kita, dan masih ada banyak kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Jadi alih-alih kita kesel, lebih baik kita coba memaklumi atau bahkan memahami. Biar rasa keselnya berkurang atau bahkan ga ada sama sekali. Karena yang bisa kita kendalikan cuma diri kita sendiri, bukan orang lain.
8 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Semua Hanya Titipan
Ga ada satu hal pun di dunia ini yang jadi milik kita, bahkan diri kita sendiri pun milik Allah semata. Tapi ga jarang manusia 'merasa' punya, sedihnya bukan main ketika diuji atau diambil sama Pencipta. Padahal dari awal, semua emang cuma titipan, harusnya kita manut-manut aja. Pernah denger cerita temen lama waktu berdoa, "Ya Allah, lepaskanlah keterikatan hatiku pada dunia, pada apa-apa yang bukan hakku dan bukan milikku". Dan sejak itu, doa itu jadi doaku juga. ✨
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik" QS. Ali 'Imran Ayat 14.
8 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Happiness
Beberapa waktu lalu baru berkesempatan nonton film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia. Di akhir film, tiba-tiba bertanya-tanya. Kenapa yaa Allah bikin manusia berbeda-beda? Ada yang fisik dan mentalnya normal, ada yang sakit-sakitan, ada yang kelebihan harta, ada yang kekurangan, ada yang lingkungannya sempurna untuk tumbuh kembang, ada yang harus struggle belajar mandiri buat pertumbuhan, dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya. Kenapa tidak Allah ciptakan saja semua manusia dalam keadaan yang sama?
Beralih dari pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, pikiranku sudah lompat dan aku menyadari sesuatu. Bahwa dengan latar belakang yang sengaja Allah ciptakan berbeda-beda tersebut, tidak adil sekali rasanya apabila manusia menetapkan standar hidup ideal yang sama untuk semua orang. Ga ada acuan mutlak hidup yang ideal itu bagaimana karena situasi, kondisi, dan keadaan tiap orang berbeda-beda. Idealnya bagaimana, hanya kita sendiri yang berhak menentukannya.
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." Al Hujurat 13
Perbedaan Allah ciptakan agar manusia bisa saling menghargai dan menghormati, mengasihsayangi, dan menjalin tali silaturahmi. Dan dengan keadilanNya, Allah tidak melihat harta benda, rupa, dan latar belakang kita untuk menilai kita. Derajat kita di hadapanNya sama. Hanya iman, takwa, dan amal yang membedakan.
Barangkali, keadaan yang berbeda-beda Allah ciptakan agar manusia juga dapat mempelajari dan memahami bahwa letak kebahagiaan bukan terletak pada segala sesuatu yang dapat dilihat oleh mata, bukan terletak pada yang fana seperti harta, tahta, dan gemerlap dunia lainnya. Karena sungguh tidak adil bagi mereka yang tidak memilikinya. Jika manusia menyandarkan bahagia pada hal-hal tersebut dan kemudian salah satunya hilang, maka hilang jugalah kebahagiaannya.
Seperti kata Ust. Nouman Ali Khan, "Allah does not call you to empty happiness. Allah calls you to meaning. Because if you have meaning, you have happiness. Happiness is an effect of purpose and meaning. You can't pursue happiness alone. You pursue purpose, and purpose breeds happiness. It's fulfillment. It's knowing why you here, knowing what you're doing. That's why Allah SWT never actually uses this word in the Quran as a pursuit. You're not pursuing happiness, you're pursuing purpose. The happiness will come. Happiness is byproduct of a life well lived."
5 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Don't just submit yourself to Allah's plan. Submit yourself to Allah's timing
Submit yourself to His schedule. And stop seeing the delay as deprivation. It's not deprivation. Stop seeing the delay as denial. It's not Allah telling you no. Many times it's Allah telling you not yet. And it's for your own good.
And by the time you come around to realize that if you were not observing the lessons of that delay, then the delay would have gone to waste. I'm sure Zakariya at some point asked, well, when? Right? But no, there was a submission. I'm sure at some point Yusuf wondered, but when? How much longer? There's a submission to that schedule, a submission to that time slot to say that every single delay that Allah is giving to me is a not yet, not a no. And that not yet could mean after this life is already over. But it's there. It's there. Allah will not let you ask without giving you. It's there. But you have to wait. And submitting yourself to that time.
...
The blessing of that pause is your reconnection with Allah subhanahu wa ta'ala. Because there are very few people that will call upon Allah subhanahu wa ta'ala with more sincerity and more connection and more devotion and more love in their times of comfort as they will in their times of desperation.
And the thing that you asked for, should it be halal and in proper means, will surely be given to you in a way that Allah subhanahu wa ta'ala knows is even better for you. But slow down. Don't just submit yourself to Allah's plan. Submit yourself to Allah's timing. Don't just say, I know Allah is able. Say, I know Allah knows when. When it's better for me.
May Allah make us amongst those that are pleased with His planning, that are pleased with His timing, that see the blessings that are around them when they are obvious and when they are hidden. May Allah grant us fresh hearts and fresh lenses that are always able to appreciate the present.
— Dr. Omar Suleiman
4 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Learning to Trust Allah's Timing
"And there's something very profound about this because as Ibn al-Jawzi said, if Yusuf focused on only getting out of prison, then he wouldn't have benefited from what was actually happening within the prison. And so when you're in a trial or a hardship, a person becomes so eager for that hardship to end. Ya Allah, when is this going to be lifted?"
"that if they don't pay attention, they're missing out on the unique opportunities of that hardship to come close to Allah . As he said, one of the Salaf, one of the pious predecessors asked Allah in a dream, Ya Allah, how come this dua has not been fulfilled yet? And the answer was, Ya Abdi, O my servant, I love to hear your voice."
"I love to hear your voice in du'a. And what you were getting out of those moments of du'a as the delay was happening was better than what you were seeking in the immediate moment. The delay became good for you because what you attained in terms of faith and character in that delay was far greater than what Allah could have hastened for you in the moment. When you're in the midst of the trial,"
"Allah pushes you towards certain things or offers you the potential to push yourself towards certain things. The entire time you're saying, when, when, when? And it's important to take a step back and say, you know what? While I'm asking Allah for this trial to come to an end, let me pay attention to the unique opportunities that exist within this trial. As the scholars mentioned, when you're pursuing a blessing,"
"Sometimes, subhanAllah, in the process of pursuing a particular blessing, we neglect the blessings that already exist around us. And I'm not just talking about the idea of health and the idea of, you know, the concept of gratitude and shukr for what you have."
"But while you're in the pursuit of this particular thing, if you develop tunnel vision, when is this going to happen? When am I going to get this? When am I going to get that? The other ni'm in your life all have a timeline. The other blessings all have a timeline. And they're moving towards a sense of expiration."
— Dr. Omar Suleiman
4 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Only those who are patient shall receive their reward in full, without reckoning
Ketika sedang mengalami suatu kejadian yang kurang menyenangkan hingga membuat hati berkata,
"kok begini, ya?"
"kok begitu, ya?"
Tiba-tiba saja teringat kutipan dari buku Pelajaran Agama Islam karya Prof. Dr. Hamka:
Tidak ada yang tidak adil. Semuanya ini baik. Semua indah. Bahkan Ibnu Sina filsuf, berani mengatakan sebagai hasil daripada renungan filsafatnya: "Tuhan Allah tidak menjadikan yang jahat". Menurut beliau, kalau ada yang tampak jahat, adalah karena renungan pikiran kita belum matang terhadapnya.
Kemudian aku bertanya-tanya, kebaikan apa yang kira-kira ingin Allah berikan dari kejadian yang 'terlihat' kurang menyenangkan menurut sudut pandangku saat itu. Kurang menyenangkan dan bahkan aku merasa tidak ada kebaikan yang bisa didapat.
Setelah kusadari, dari kejadian-kejadian kurang menyenangkan tersebut, misalnya, disalahpahami orang lain, dimarahi orang lain, dijadikan bahan ghibah orang lain, dan masih banyak contoh lainnya, ternyata di balik itu ada pahala kesabaran.
Ketika ditimpa kejadian yang kurang menyenangkan, sekarang mindsetnya menjadi, "oh, ini Allah mau ngasih pahala kesabaran nih buat aku kalo aku bisa melaluinya". Sedangkan pahala kesabaran itu ga main-main besarnya, utuh-penuh-tanpa ada pengurangan, diberikan secara langsung oleh Allah SWT tanpa perlu ditimbang atau dihitung seperti pahala dari amalan lainnya.
Tumblr media
15 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
"kamu terlalu memendam apa-apa sendirian"
Bukan, aku hanya ingin memastikan Allah yang paling pertama menjadi tempatku menumpahkan segala keluh kesah dan kesedihan. Karena bagaimanapun juga, Dia-lah yang Maha Bijaksana, Dia-lah yang Maha Memahami luar dan dalamku, Dia-lah yang Maha Mengetahui jatuh bangunku, perjalanan masa lalu hingga masa kiniku.
Aku hanya ingin memastikan Allah yang paling pertama kucari ketika aku ingin 'pulang'. Sampai gemuruh di dada mereda, sampai tidak ada kata yang tersisa, sampai aku cukup hanya dengan Allah saja, sampai aku akhirnya merasa lega sepenuhnya.
20 notes · View notes
chocobanuuna · 2 months
Text
Sebelum mengambil keputusan, seseorang itu pasti sudah memikirkan dulu matang-matang kenapa dia begini, kenapa dia begitu. Ada banyak alasan-alasan yang kita tidak tau. Tidak perlu menjadi penonton yang seakan paling tau segalanya, menghakimi kenapa seseorang tersebut mengambil keputusan A, kenapa tidak B, dan lain sebagainya. Kaca mata yang dipakai berbeda, pun sepatu yang digunakan juga tidak sama. Jelas kita tidak tau apa-apa, hanya memandang luarnya saja.
8 notes · View notes
chocobanuuna · 3 months
Text
Life is not meant to be easy
"Setelah bersumpah, Allah menyampaikan pesan penting yang hendak dikemukakan-Nya yang karena itu Ia perlu terlebih dahulu bersumpah. Pesan itu adalah bahwa manusia terlahir dalam kesulitan. Maksudnya, manusia tidak bisa lagi hidup tanpa susah payah sebagaimana dialami oleh nenek moyang mereka, Adam dan Hawa, di surga, karena semuanya tersedia. Tetapi mereka harus hidup dengan terlebih dahulu bersusah payah: berusaha, mencari rezeki, mengatasi berbagai rintangan, dan sebagainya. Berdasarkan perjuangan itulah, Allah menilai manusia tersebut. Semakin besar perjuangan yang dilakukan manusia dan semakin besar manfaat yang diberikan hasil perjuangannya itu bagi umat manusia, semakin tinggi nilai manusia itu dalam pandangan Allah. Begitu pulalah Nabi Muhammad di kota ini, beliau perlu berjuang agar kebenaran menjadi nyata dan kebatilan menjadi sirna. Demikian pula seluruh manusia. Oleh karena itu, manusia mati seharusnya meninggalkan jasa." Tafsir Tahlili QS. Al-Balad : 4
Ada satu hal yang aku harap bisa kupahami sejak dini, yaitu memahami bahwa kehidupan memang tempatnya ujian, kesulitan, dan penderitaan. Bahkan salah satu teman dekat berkata, "lulusnya nanti waktu sudah meninggal". Selama belum memahaminya dengan baik, aku mengira kehidupan yang ideal adalah kehidupan yang selalu penuh dengan suka cita dan canda tawa, tanpa beban dan penderitaan. Kemudian ketika mendapati hal-hal tidak sesuai dengan perkiraan, aku merasa terpukul, sedih, bahkan kecewa. Padahal bukan, memang bukan seperti itu semestinya hidup ini.
Tumblr media
Bahwa sesungguhnya, manusia memang diciptakan dalam kesulitan dan penderitaan yang panjang. Dengan pemahaman ini, maka ketika dihadapkan dengan kesulitan dan ujian kita tidak merasa canggung dan kaget lagi karena memang demikianlah semestinya hidup ini.
Ketika menyadari bahwa kehidupan memang tempatnya bersusah payah, maka hati akan lebih mudah menerima dan lapang atas segala kesulitan dan ujian yang ada. Kemudian membuat langkah menjadi lebih ringan dalam menjalani hari dan merasa cukup atas apapun yang terjadi.
Memang ekspektasi kita sendirilah yang membuat kita menderita, yang menganggap bahwa life is always about sunshine and rainbows, but it's not.
Source:
Quran NU, Quran.com, Pelajaran Agama Islam Jilid 3 Prof. Dr. Hamka
1 note · View note
chocobanuuna · 3 months
Text
Ketika ada seseorang yang meninggal dunia, yang mungkin semasa hidupnya dianggap 'banyak melakukan perbuatan kurang terpuji', daripada mengkritik, menggunjing, atau bahkan mencela yang bisa mencederai amal perbuatan kita sendiri, alangkah lebih baiknya kita lihat dari sudut pandang lain bahwa dengan meninggalnya seseorang tersebut maka artinya ia sudah berhenti melakukan perbuatan kurang terpuji, sudah tidak melakukan dosa-dosa yang dilakukan semasa hidupnya lagi, sudah berakhir perbuatan kurang baiknya.
Siapa kita yang menghakimi orang lain? Yang tidak tau isi hati, amalan tersembunyi, ataupun taubat sunyi yang hanya ia dan Tuhannya yang tau. Siapa kita yang seolah tau betul apakah seseorang akan masuk surga atau neraka? Surga atau neraka tidak ditentukan dari penilaian dan penghakiman manusia. Urusan surga atau neraka hanya Allah yang tau. Siapa yang tau bisa jadi Allah meridhai taubat sunyinya karena Allah Maha Pengampun?
0 notes