people can only meet you as deeply as they've met themselves �� -constructive inner dialogue-
Last active 3 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
"The best man among you is the one who contributes the most to the mankind."
Waktu itu ada salah satu temen SMA pulang ke Indonesia sebentar dari studinya di Mesir dan lagi main ke Solo. Akhirnya beberapa temen angkatan yang ada di Solo janjian buat ketemu. Biasanya, kami memang antusias banget kalau ada temen angkatan yang studi keislaman di Timur Tengah lagi pulang ke Indonesia. Rasanya kaya momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, momen konsultasi seputar kehidupan dan diskusi seputar keagamaan yang eksklusif itu akhirnya tiba, hehe, maaf yaa malah jadi sesi konseling :')
Di salah satu obrolan kami kala itu, temenku ini bilang, "lagian kalo uang sebanyak itu disimpen terus-terusan tuh bikin hati ga tenang, malah kepikiran terus, khawatir terus bawaannya". Konteksnya adalah ketika itu ada seseorang yang diberi keberlimpahan harta dan ada orang lain yang membutuhkan. Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya seseorang itu memberikan hartanya yang berharga ke orang lain yang membutuhkan tersebut. Setelah memberi dia malah jadi tenang, jadi lebih mudah merasa cukup atas rezeki yang ada.
Saat itu aku ga paham sama ucapannya karena ga relate. Ga relate karena saat itu juga belum pernah punya uang lebih yang banyak yang sampe bisa disimpen lama. Tapi sekarang, walau belum seberapa banyak, aku baru paham ucapannya.
Iya, lebihan uang yang banyak itu kalau engga kita gunakan sebermanfaat mungkin buat orang-orang sekitar yang membutuhkan, ternyata emang bikin hati ga tenang, khawatir terus-terusan, lebih sulit merasa cukupnya. Padahal secara materi ada banyak, tapi nyatanya tetep aja ga membawa ketenangan, justru malah kepikiran dan khawatir terus-terusan.
Benarlah bahwa ketenangan itu cuma bisa didapat dengan mengingat Allah dan melaksanakan perintah Allah. Hati nurani kita ga bisa dibohongi, bukan seberapa banyak harta/materi yang menentukan ketenangannya. Harta banyak kalau ga kita pergunakan dengan benar dan membawa manfaat, ya buat apa, apa yang kita dapet dari nimbun harta.
5 notes
·
View notes
Text
Dulu tiap mau foto makanan, bapak pernah menegur kalau fotonya lebih baik disimpan sendiri saja, tidak perlu dibagikan ke media sosial, "kasihan misal yang lihat kondisinya kekurangan". Sejak saat itu, aku ga pernah membagikan foto makananku di media sosial, mengabadikan untuk dokumentasi pribadi pun nyaris ga pernah juga.
Kalau makan bareng temen dan mereka tag aku di postingan stories makanan yang kita makan, aku bilang dulu ke temenku kalo aku ga bisa posting dan bahkan meminta maaf yang mungkin sebenarnya ga perlu. Alhamdulillah mereka menghargai pandanganku dan walaupun kita berbeda pandangan soal ini, aku pun menghargai pandangan mereka juga karena kita punya nilai masing-masing yang dipegang, yang insyaaAllah sama-sama baiknya, hanya beda wujud saja.
Entah karena terlalu berempati atau bagaimana, tapi sampai detik ini aku konsisten memegang nilai-nilai yang diajarkan bapak. Aku cuma gamau orang lain sedih atau merasa kekurangan ketika melihat nikmat yang belum pernah mereka rasakan.
Selain itu, di keseharianku, bagaimanapun wujud makanannya, alhamdulillah Allah karuniai rasa cukup. Tidak menginginkan apa yang tidak dipunyai pun tidak merasa kekurangan kalau harus makan yang tidak seperti biasanya. Menurutku semua makanan sama saja, yang berbeda hanya rasa cukup dan syukurnya.
Menjaga perasaan orang lain mungkin memang bukan kewajiban kita sepenuhnya, karena setiap orang bertanggung jawab atas perasaannya masing-masing. Tapi menurutku, begini juga tidak ada salahnya, hatiku juga merasa lebih tenang dan damai seperti ini.
9 notes
·
View notes
Text
"namanya juga anak, gimanapun orangtuanya ya tetap dibela terus"
Kalimat itu pernah aku dengar secara langsung dan tidak langsung. Sakit, sakit sekali ketika mendengarnya. Seolah sikapku untuk tetap berbuat baik dan berbakti kepada orangtua adalah suatu sikap yang salah. What do they expect me to do, yaa? Apakah ketika orangtua salah, aku harus ikut mereka menggibahi, membenci, mencaci, dan menjauhi?
Padahal aku hanya sedang melakukan apa yang aku tau, hal mendasar yang diajarkan dalam Al-Quran, di masa-masa sebelumnya sudah pernah dicontohkan, dan darinya bisa dijadikan pedoman dalam bersikap.
"Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan." Luqman : 15
Yang level orangtuanya memaksa untuk menyekutukan Allah saja, kita tetap harus pergauli orangtua dengan baik. Apalagi jika urusannya bukan urusan keimanan semacam itu.
Semakin dekat engkau dengan Allah, semakin lembut engkau terhadap orangtuamu. - Buya Yahya
Dan ketika mengingatkan orangtua (mengingatkan siapapun itu) juga ada adabnya.
"What's loving advice and judgmental advice. Well, number one, are you giving advice for the sake of that person's good, or are you giving advice for the sake of your own ego? Many times when we give advice, it's to make ourselves feel better, not to make the other person feel better.
Apa itu nasihat yang penuh kasih dan nasihat yang menghakimi? Pertama-tama, apakah kamu memberikan nasihat demi kebaikan orang tersebut, atau demi ego kamu sendiri? Seringkali ketika kita memberi nasihat, tujuannya adalah untuk membuat diri kita merasa lebih baik, bukan untuk membuat orang lain merasa lebih baik.
So the point is that if while I'm giving advice, I'm giving advice on the basis that I am better than you and I'm telling you that I'm better than you and I'm looking down upon you, then I'm not giving you advice, I'm ridiculing you, I'm doing something that's a major sin instead of something that the Prophet Peace be upon him described as the entire religion which is sincere advice for the sake of your betterment and bringing you close to Allah Subhanahu wa ta'ala and making things easier for you. Has there ever been somebody that you sincerely wanted to give advice to?
Jadi intinya adalah, jika saat saya memberi nasihat, saya melakukannya dengan dasar bahwa saya lebih baik dari kamu, dan saya memberi tahu bahwa saya lebih baik darimu serta memandang rendah dirimu, maka sebenarnya saya tidak sedang memberi nasihat. Saya sedang mengejekmu, dan itu merupakan dosa besar. Bukannya melakukan sesuatu yang Nabi Muhammad SAW jelaskan sebagai inti dari agama ini, yaitu nasihat yang tulus untuk kebaikanmu, mendekatkanmu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan mempermudah urusanmu. Pernahkah ada seseorang yang benar-benar ingin kamu beri nasihat dengan tulus?" - Imam Omar Suleiman
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#life lessons#nasehat#orangtua#omar suleiman
2 notes
·
View notes
Text
Seorang Ibu adalah perpanjangan cinta terbesar dari Allah untuk kita
Seorang wanita paling kuat yang ku kenal itu adalah Ibu. Kekuatan mentalnya, kesabarannya, pikirannya, hatinya, dan tenaganya tak ada yang bisa menandingi. Setiap hari, beliau memastikan keluarganya tercukupi dan terlindungi. Dulu, sebelum menjadi Ibu, Ibu juga sama sepertiku, seorang anak muda yang penuh cita-cita. Tapi kemudian beliau meninggalkan semua itu untuk menjadi Ibu Rumah Tangga, menghabiskan waktu sehari-harinya memikirkan dan merawat kami semua. Jangan tanya apakah seorang Ibu pernah sedetikpun memikirkan dirinya sendiri.
Setiap Ibu memang punya bahasa cintanya masing-masing, tapi satu hal yang pasti: cinta dan kasih sayangnya unconditionally.
Aku baru bertemu ibuku setelah beliau dewasa. Ingin sekali aku mendengar semua kisah perjalanan hidupnya, dari beliau kecil sampai akhirnya aku ada di dunia. Aku ingin mengenal setiap sisinya, memahami segala yang ada padanya.
Yang aku tau, Ibu adalah seseorang paling tulus di muka bumi, satu-satunya orang selain bapak yang ingin melihat kami lebih baik daripada mereka. Tidak hanya berkeinginan, mereka juga mengupayakan semaksimal yang mereka bisa dengan segala keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki saat itu.
Ada satu pertanyaan yang ingin sekali kutanyakan pada Ibu,
"Bu, apakah kehidupan Ibu sekarang sudah seperti apa yang Ibu harapkan dulu sewaktu masih muda?" dan apapun jawabannya, aku hanya ingin memeluknya dalam-dalam, agar Ibu merasa hangat dan tidak kedinginan. Terima kasih, Ibu.
#catatan#journaling#menulis#tulisan#kehidupan#renungan#motivasi#selfreminder#life lessons#nasehat#ibu
14 notes
·
View notes
Text
Sandwich Generation
Letting someone know that I’m part of sandwich generation when someone wants to get serious with me isn’t exactly easy. But from what I’ve learned, it’s something that needs to be done before things go too far or too deep.
It’s just my way of protecting my heart—a gentle reminder that being with me isn’t always a carefree stroll through a garden full of butterflies, but maybe more like climbing a rocky hill to gain and feel His love. I know it won’t be easy, and that’s why I’m upfront about it from the start.
3 notes
·
View notes
Text
Petunjuk
Yaa Allah, sebelum memulai langkah ini, aku memastikan bahwa dari awal hingga akhir prosesnya aku mengikuti petunjukMu. Engkau tau bagaimana aku memohon petunjuk atas kebingunganku, bagaimana akhirnya aku mendapatkan keyakinan, dan menetapkan keputusanku.
Kini aku sudah melangkahkan kakiku, yaa Allah. Di jalan yang aku imani di sinilah petunjukMu berada. Maka jika di tengah perjalanan ini aku mulai merasa takut dan khawatir, ingatkan dan yakinkan aku kembali, yaa Allah, bahwa petunjukMu tidak pernah salah, bahwa Engkau selalu membimbingku ke jalan yang penuh dengan cinta kasihMu, ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Dari awal hingga akhir perjalanan ini, biarkan aku mengikuti petunjukMu, yaa Allah, dan mampukan aku berjalan dengan keteguhan iman di atas petunjukMu. Beri aku kejernihan pikiran dan kemurnian hati agar bisa melihat dan memaknai setiap petunjukMu dengan benar. Agar aku tenang berjalan di sini, terlepas dari apapun yang kutemui dan apapun yang terjadi.
#catatan#renungan#menulis#journaling#kehidupan#tulisan#selfreminder#motivasi#petunjuk#nasehat#life lessons
13 notes
·
View notes
Text
Aku mulai ngerti, kenapa Rasulullah nggak over-reacting saat orang-orang yang menyebabkan traumanya terus menerus melakukan hal-hal yang men-trigger "alarm" emosi itu. Jawabannya, kata Ust. Nouman Ali Khan, adalah tahajjud.
Ada banyak emosi yang terus menerus diarahkan kepada Rasulullah. Makian, kemarahan, perendahan harga diri, pembunuhan orang tersayang, tuduhan tidak benar, pemboikotan satu kaum, penganiayaan verbal dan fisik, serta perilaku biadab lainnya, nggak mungkin hal-hal kaya gitu nggak meninggalkan bekas trauma.
Aku, kalau jadi Rasulullah, kayanya nggak tahan untuk tetap diam. Kita sama-sama tahu, Rasulullah juga manusia, punya hati dan emosi untuk merasakan. Tapi kenapa, hal-hal traumatis itu nggak jadi penyakit hati? Nggak jadi bikin pengen balas dendam?
Rasulullah rutin me-release semua rasa sedih, rasa nggak terima, rasa pengen membalas, dan kemarahan itu dengan tahajjud. Beliau juga rutin membersihkan dirinya dari penyakit hati dengan istighfar. Beliau mampu menahan diri dari ledakan emosionalnya. "Alarmnya" nggak sesenggol bacok itu sebab ditahan oleh pemahaman yang baik tentang Allah dan manusia, dan hatinya tidak sempit karena ucapan-ucapan manusia.
"Tahajjud itu ibadahnya da'i dan orang-orang shalih."
Kenapa? Shalih artinya lurus, konsisten. Benar pikirannya, benar ucapannya, benar tindakannya. Ketiganya selaras dan sinkron, dan da'i memang seharusnya begitu. Mereka tidak akan mengucapkan apa yang tidak mereka perbuat.
Dan itu dimulai dengan tahajjud, yakni ibadah yang dilakukan di saat sendiri. Saat kita memang hanya ingin dilihat oleh Allah saja. Kalau udah jujur kepada Allah, artinya akan punya integritas untuk kemudian jujur dalam tindakan-tindakan yang akan dilihat manusia, sehingga meskipun tindakannya dilihat manusia, mereka tidak melakukannya untuk mengesankan manusia.
Maka diam itu benar-benar emas ketika hati ingin menjelaskan berlebihan hanya untuk membersihkan nama baik kita. Ketika kita mungkin ingin mengeluarkan muntahan emosional yang justru kadang malah merugikan martabat kita. Hanya orang-orang yang bertahajjud yang mampu tetap menahan diri dan memelihara kehormatannya saat satu dunia menyalahpahami dan mendzoliminya.
Diamlah, biarkan kekuasaan Allah yang bicara untuk meluruskan pemikiran dan ucapan orang lain yang bengkok. Diamlah, yang terpenting adalah kedudukanmu di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. Diamlah, manusia tidak menginginkan penjelasan darimu, tetapi Allah senantiasa menginginkan perbaikan darimu. Manusia mencemarkan nama baikmu sedangkan Allah selalu menjaga aib-aibmu.
— Giza, kali ini tolong lanjutkan perjalanan sambil hanya ingin dilihat Allah
691 notes
·
View notes
Text
Buat kita yang gaji bulanannya jadi sumber utama penghasilan keluarga, pasti gak kenal kata 'tanggal muda'. Alias gaji cuman 'numpang' masuk di rekening, terus keluar lagi dalam sekian detik wkwk.
✓ kirim ke orang tua
✓ bayar sekolah adik
✓ bayar kos
✓ belum lagi kalau ada hutang yang harus dibayar dan buat kebutuhan kita yang lainnya
Kerja udah bertahun-tahun, dan sering banget dapat pertanyaan:
"Kok belum punya tabungan?"
"Kok belum bisa beli motor?"
"Kok belum beli rumah?"
Padahal, jangankan buat punya ina itu. Uangnya cukup sampe sebulan aja udah alhamdulilah.
Seringkali dicap boros, atau tidak pandai ngatur duit. Padahal apa yang mau diatur? Kalau setelah bayar ina itu, nyisa buat jajan seblak aja bahkan gak ada?
Buat anak-anak yang saat ini diberikan 'keistimewaan' menjadi seorang generasi 🥪 semoga apa yang kita usahakan untuk keluarga kita, dibalas berkali-kali lipat sama Allah 🤍
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu, Rasullullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "(Antara) satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau gunakan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau belanjakan untuk menafkahi keluargamu: yang paling besar pahalanya adalah dinar yang engkau belanjakan untuk untuk menafkahi keluargamu." (H.R. Muslim, no. 995)
Jangan pernah minta dikurangi beban, tapi mintalah agar punggung kita dikuatkan-Nya
Jika lelah, ingat-ingat saja pahalanya, semoga bisa kembali semangatnya.
Dalam buku Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa.
Klik di sini untuk pembelian
119 notes
·
View notes
Text
When do we actually rest?
Imam Ahmed rahimahullah, his son comes to him and his son sums to him,
"after all this prison, all this torture, all this slander, all this humiliation, Ya abati, matarraha? Oh my father, when do we actually rest? When is work over? When do we get to go home? When do we get to be a real family? When do we get to enjoy our lives?" The way that children and parents and families want to enjoy their lives.
And he says, "Oh my son, bi awwali khutwa, akhtuha fil jannah. With the very first step that we take into paradise, that's when we rest, inshallah ta'ala."
— Dr. Omar Suleiman
May Allah subhanahu wa ta'ala count us amongst them. Allahumma ameen.
#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#life lessons#nasehat#catatan#omar suleiman#life quotes#islamdaily
2 notes
·
View notes
Text
Trust Allah the way that the dead body trusts the washer
"Ibn al-Qayyim rahimahullah says very beautifully that the dead body is turned in whatever direction the washer sees fit in order to purify you and cleanse you. And the dead body does not express any objections."
Waktu SD, jarang berdoa serius minta suatu hal, karena dulu ga tau kebutuhan dan keinginanku apa. Kemudian waktu SMA, pengen banget bisa deket sama orang tua, tiap sehabis sholat ga pernah luput minta ke Allah biar bisa deket sama orang tua. Waktu SMA aku anaknya social butterfly, keliatannya punya banyak temen, temen ada di mana-mana, padahal kenyataannya deep down inside sering ngerasa sendirian dan kesepian. Karena itu, dulu waktu SMA juga sering doa ke Allah minta dikasih temen, intinya gitu, deh. Dulu emang ga tau harus mintanya yang kaya gimana, wkwkw. Apakah kemudian doaku dikabulin saat itu juga? Engga wkwkw, bahkan ketika aku ngerasa butuhnya saat itu juga, sama Allah ga dikasih.
But, Allah gave me more than I asked for, and I know He always will.
Walaupun seingetku di SD aku ga pernah minta apa-apa ke Allah, di SMP pun begitu, tapi Allah ngasih nikmat dan berkah luar biasa yang ga pernah aku duga dengan ngasih kesempatan bisa sekolah di sebuah SMP-SMA yang menurutku hal itu adalah sebuah life-changing opportunities and experiences yang manfaatnya masih bisa aku rasain sampe sekarang. Ini yang pertama.
Kedua, di bangku kuliah aku udah ga jadi social butterfly lagi, Allah ngasih aku temen-temen yang itu-itu aja dari awal semester sampe lulus, yang bisa memahami keadaanku, ngajak aku ke pengalaman-pengalaman baru, bikin aku ngerasa punya temen, yang setelah ku pikir ternyata saat itu memang waktu yang tepat buat Allah ngabulin doaku. Terlepas aku pernah ngerasa kehidupanku stuck di masa itu, ternyata setelah aku inget-inget lagi di masa itu Allah ngasih nikmat dan berkah yang banyak buat aku. Temen-temen yang asik, baik, pengalaman magang ke Bandung (yang ga pernah kubayangin dan bahkan ga pernah minta), dsb.
Di semester akhir sampe saat ini, pelan-pelan hubunganku sama orang tua membaik dan kami berangsur-angsur punya hubungan yang jauh lebih deket daripada dulu waktu SMA. Bahkan sampe di level aku nyaman dan ga canggung buat diem aja tanpa obrolan kalo duduk berdua sama salah satu dari mereka, aku ga ngerasa perlu ada obrolan kalo emang ga ada hal yang mau diobrolin. What a magic bisa di level ini. Setelah aku pikir-pikir, ternyata saat ini memang waktu yang tepat dan terbaik juga buat Allah ngabulin doaku.
Kapan hari aku juga ngerasa ketinggalan waktu ngeliat temenku bisa lebih bijaksana daripada temen-temen seumurannya, ngerasa ketinggalan buat lebih memperdalam dan belajar ilmu agama, ngerasa ketinggalan buat memperbaiki diri dan amal. Tapi setelah kusadari, ternyata saat-saat ini Allah ngasih aku banyak banget waktu dan kesempatan buat lebih deket sama Allah, buat lebih memperdalam dan belajar ilmu agama, buat lebih memperbaiki diri dan beramal sebagai hambaNya, buat lebih belajar memahami hikmah kehidupan.
Ternyata bener kata Dr. Omar Suleiman,
"The other ni'm in your life all have a timeline. The other blessings all have a timeline. And they're moving towards a sense of expiration." Nikmat dan berkah dalam hidup kita punya waktunya masing-masing. Ga ada yang bisa mempercepat ataupun memperlambat, ketetapan Allah akan datang di saat yang tepat.
Jadi, buat apa khawatir? coba liat kembali ke belakang, tanpa kita minta pun, Allah udah banyak ngasih nikmat dan berkah yang engga terduga. Buat apa tergesa-gesa? Seolah mendikte Allah harus saat ini, harus saat itu, ngerasa paling butuh sekarang. Coba liat kembali ke belakang, Allah yang Maha Tau kapan waktu yang tepat, Allah yang Maha Tau kapan kita membutuhkannya.
There is no reason for us not to trust in Allah's plan and His timeline. Kita, manusia biasa, penuh keterbatasan dan kelemahan, seringnya memang hanya sok tau saja.
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#hidup#life lessons#nasihat#nasehat#omar suleiman#cerita
6 notes
·
View notes
Text
Kepikiran quotesnya Kak Sholah Ayub,
"…ada saja seseorang yang akan jauh menggungguli kita pada apapun, sebagaimana ada seseorang yang kita ungguli pada apapun, dan semua itu wajar."
Setelah dipikir-pikir, akhirnya menyadari bahwa semua itu memang wajar. Kalaupun ada seseorang yang kita ungguli pada apapun, bukan berarti seseorang tersebut kurang hebat atau kurang-kurang lainnya daripada kita, sesederhana karena ada banyak latar belakang kita yang berbeda, yang sudah Allah atur sedemikian rupa di luar kendali kita. Maka dari itu kita tidak boleh sombong atau berbangga diri.
Kemudian ketika ada seseorang yang jauh mengungguli kita pada apapun, tidak semestinya kita berkecil dan bersedih hati, tidak perlu juga merasa rendah diri, karena memang semua itu wajar-wajar saja.
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#life lessons#nasihat#nasehat#sholahayub
9 notes
·
View notes
Text
"Kasih sayang orang tua ke anak itu sepanjang masa, tapi kasih sayang anak ke orang tua hanya sepanjang hasta"
Begitu kira-kira kata salah satu orang yang paling aku sayangi di dunia ini. Seketika mataku langsung berkaca-kaca, menyadari betapa besar kasih sayangnya kepada anak-anaknya hingga rela mengorbankan segalanya.
Dan kata-kata itu masih terus terngiang di kepalaku. Kenakalan-kenalakan kita sebagai seorang anak, kesalahan yang seringkali kita perbuat dan meninggalkan luka di hati mereka, dan saat seluruh dunia rasanya tidak memihak kita, pada akhirnya orang tua tetap membuka lebar kedua tangan mereka untuk menyambut kita apa adanya dan memeluk kita dengan hangat juga terus mendukung kita tanpa batas.
Bagaimana bisa hati mereka selapang itu? Bagaimana bisa mereka tetap mau menerima kita dan tetap mengusahakan yang terbaik untuk kita? Padahal ada begitu banyak cela yang ada pada diri kita sebagai seorang anak.
Kemudian seorang teman lama juga pernah berkata,
"Sebagai seorang anak, kita seringkali tidak sengaja melakukan kesalahan dan masih banyak kurangnya, yang tak jarang menyakiti hati orang tua. Kenapa? Karena ini pertama kali bagi kita untuk menjadi seorang anak. Wajar jika masih ada kesalahan. Pun begitu juga dengan orang tua, mereka baru pertama kalinya di hidup ini jadi orang tua. "
Ga ada yang mudah dalam menjadi anak ataupun orang tua. Tapi kita sama-sama mengusahakan dan memberikan yang terbaik yang kita bisa. Dan kenyataannya, kita memang sama-sama masih belajar. Dalam proses belajar itu, alangkah lebih baik jika kita bisa saling memaafkan atas apa yang telah terjadi dan move on untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya.
#orangtua#anak#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#hidup#life lessons#nasehat#nasihat
25 notes
·
View notes
Text
Mengaku-aku
Ampuni kami yang keinginan dan ikhtiarnya masih sering tidak sejalan, yaa Allah. Mengaku ingin berhasil menjadi sebaik-baik hambaMu di dunia, tapi kemalasan masih sering datang dan kami pun menyambutnya. Mengaku ingin mendapat ridhaMu, tapi masih pilah pilih dengan apa yang Engkau tetapkan. Sedih ketika tidak mendapat apa yang diharap, tidak lapang ketika mendapat kesulitan. Padahal ridhaMu tidak terletak hanya pada apa yang menurut kami baik dan memudahkan. Mengaku ingin masuk surga, tapi diuji sedikit saja mengeluhnya sudah tiada kira. Amalan pun masih begini-begini saja, banyak sekali compang campingnya. Walaupun begitu, kami masih tidak tau malu untuk meminta kepadaMu, lagi dan lagi. Ampuni kami, yaa Allah.
💌 Or do you think that you will enter Paradise while such [trial] has not yet come to you as came to those who passed on before you? They were touched by poverty and hardship and were shaken until [even their] messenger and those who believed with him said, "When is the help of Allāh?" Unquestionably, the help of Allāh is near. 2:214
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#hidup#life lessons#nasihat#nasehat
5 notes
·
View notes
Text
Manusia itu kompleks
Manusia itu kompleks. Ada banyak hal yang mempengaruhi cara mereka dalam berpikir, merespons, berkomentar, atau bertindak terhadap sesuatu. Dan dalam hidup ini, pasti kita pernah menemui beberapa orang yang terkadang bikin hati kita kesel karena kita merasa bahwa sebenernya ada cara berpikir yang lebih baik, cara merespons yang lebih tepat, cara berkomentar yang lebih positif, dan cara bertindak yang lebih bijak.
Tapi sebelum kekesalan kita semakin larut, coba kita bertanya-tanya dulu, "kenapa kira-kira mereka lebih memilih cara berpikir yang kaya gitu?" "kenapa kira-kira mereka lebih memilih respons seperti itu?" "kenapa kira-kira mereka lebih memilih berkomentar yang kurang baik?" "kenapa kira-kira mereka lebih memilih tindakan yang kurang bijak?"
Dan akhirnya kita bisa nemu berbagai kemungkinan jawaban. Mungkin bisa jadi karena lingkungannya, kebiasaannya, latar belakangnya, pengalaman hidupnya yang mungkin belum pernah ada di posisi kita, dan masih ada banyak kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Jadi alih-alih kita kesel, lebih baik kita coba memaklumi atau bahkan memahami. Biar rasa keselnya berkurang atau bahkan ga ada sama sekali. Karena yang bisa kita kendalikan cuma diri kita sendiri, bukan orang lain.
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#life lessons#motivasi#hidup#nasehat
9 notes
·
View notes
Text
Semua Hanya Titipan
Ga ada satu hal pun di dunia ini yang jadi milik kita, bahkan diri kita sendiri pun milik Allah semata. Tapi ga jarang manusia 'merasa' punya, sedihnya bukan main ketika diuji atau diambil sama Pencipta. Padahal dari awal, semua emang cuma titipan, harusnya kita manut-manut aja. Pernah denger cerita temen lama waktu berdoa, "Ya Allah, lepaskanlah keterikatan hatiku pada dunia, pada apa-apa yang bukan hakku dan bukan milikku". Dan sejak itu, doa itu jadi doaku juga. ✨
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik" QS. Ali 'Imran Ayat 14.
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#life lessons#nasihat#nasehat
9 notes
·
View notes
Text
Happiness
Beberapa waktu lalu baru berkesempatan nonton film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia. Di akhir film, tiba-tiba bertanya-tanya. Kenapa yaa Allah bikin manusia berbeda-beda? Ada yang fisik dan mentalnya normal, ada yang sakit-sakitan, ada yang kelebihan harta, ada yang kekurangan, ada yang lingkungannya sempurna untuk tumbuh kembang, ada yang harus struggle belajar mandiri buat pertumbuhan, dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya. Kenapa tidak Allah ciptakan saja semua manusia dalam keadaan yang sama?
Beralih dari pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, pikiranku sudah lompat dan aku menyadari sesuatu. Bahwa dengan latar belakang yang sengaja Allah ciptakan berbeda-beda tersebut, tidak adil sekali rasanya apabila manusia menetapkan standar hidup ideal yang sama untuk semua orang. Ga ada acuan mutlak hidup yang ideal itu bagaimana karena situasi, kondisi, dan keadaan tiap orang berbeda-beda. Idealnya bagaimana, hanya kita sendiri yang berhak menentukannya.
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." Al Hujurat 13
Perbedaan Allah ciptakan agar manusia bisa saling menghargai dan menghormati, mengasihsayangi, dan menjalin tali silaturahmi. Dan dengan keadilanNya, Allah tidak melihat harta benda, rupa, dan latar belakang kita untuk menilai kita. Derajat kita di hadapanNya sama. Hanya iman, takwa, dan amal yang membedakan.
Barangkali, keadaan yang berbeda-beda Allah ciptakan agar manusia juga dapat mempelajari dan memahami bahwa letak kebahagiaan bukan terletak pada segala sesuatu yang dapat dilihat oleh mata, bukan terletak pada yang fana seperti harta, tahta, dan gemerlap dunia lainnya. Karena sungguh tidak adil bagi mereka yang tidak memilikinya. Jika manusia menyandarkan bahagia pada hal-hal tersebut dan kemudian salah satunya hilang, maka hilang jugalah kebahagiaannya.
Seperti kata Ust. Nouman Ali Khan, "Allah does not call you to empty happiness. Allah calls you to meaning. Because if you have meaning, you have happiness. Happiness is an effect of purpose and meaning. You can't pursue happiness alone. You pursue purpose, and purpose breeds happiness. It's fulfillment. It's knowing why you here, knowing what you're doing. That's why Allah SWT never actually uses this word in the Quran as a pursuit. You're not pursuing happiness, you're pursuing purpose. The happiness will come. Happiness is byproduct of a life well lived."
#catatan#journaling#menulis#renungan#tulisan#kehidupan#selfreminder#motivasi#life lessons#noumanalikhan#nasihat#nasehat#kebahagiaan#makna hidup#miracle#happiness
8 notes
·
View notes
Text
Don't just submit yourself to Allah's plan. Submit yourself to Allah's timing
Submit yourself to His schedule. And stop seeing the delay as deprivation. It's not deprivation. Stop seeing the delay as denial. It's not Allah telling you no. Many times it's Allah telling you not yet. And it's for your own good.
And by the time you come around to realize that if you were not observing the lessons of that delay, then the delay would have gone to waste. I'm sure Zakariya at some point asked, well, when? Right? But no, there was a submission. I'm sure at some point Yusuf wondered, but when? How much longer? There's a submission to that schedule, a submission to that time slot to say that every single delay that Allah is giving to me is a not yet, not a no. And that not yet could mean after this life is already over. But it's there. It's there. Allah will not let you ask without giving you. It's there. But you have to wait. And submitting yourself to that time.
...
The blessing of that pause is your reconnection with Allah subhanahu wa ta'ala. Because there are very few people that will call upon Allah subhanahu wa ta'ala with more sincerity and more connection and more devotion and more love in their times of comfort as they will in their times of desperation.
And the thing that you asked for, should it be halal and in proper means, will surely be given to you in a way that Allah subhanahu wa ta'ala knows is even better for you. But slow down. Don't just submit yourself to Allah's plan. Submit yourself to Allah's timing. Don't just say, I know Allah is able. Say, I know Allah knows when. When it's better for me.
May Allah make us amongst those that are pleased with His planning, that are pleased with His timing, that see the blessings that are around them when they are obvious and when they are hidden. May Allah grant us fresh hearts and fresh lenses that are always able to appreciate the present.
— Dr. Omar Suleiman
#omar suleiman#journaling#catatan#kehidupan#menulis#motivasi#selfreminder#life quotes#life lessons#tulisan#renungan
5 notes
·
View notes