#berdansa
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kau tahu apa yang paling lucu setelah aku pergi darimu? Puisi-puisimu yang biadab itu. Berdiksi luka menjadikan aku antagonis yang kau cipta.
Sungguh aku meradang membacanya. Ingin aku balas dengan bar-bar dan tak perlu belas kasihan, bahwa kau adalah tuba dalam kisah kita. Tapi semua untuk apa?
Akan kubiarkan kau menyala dalam tawa yang pura-pura. Berdansa dan berpesta-poralah dengan semua aksara yang kau punya. Aku sudah tidak di sana, tidak di mana saja kau ingin aku menderita.
Selamat tinggal tuan.
199 notes
·
View notes
Text
Di hari paling biasa, berkesiur aroma tanah sebab langit yang basah. Siapa sangka, aku duduk dihadapan seseorang tapi layaknya sedang berkaca. Bahu kanannya memikul beban peran yang sama, banyak bagian jiwanya yang memar dan berdarah, sedang batinnya juga babak belur dihabisi harapan besar sejak lama. Bedanya, dia mampu menyampaikannya lewat serangkaian kata.
Dia seperti aku yang lain. Setiap ucap resahnya seperti deretan lagu tentangku bertalu-talu. Mengalun berirama isak paling kelesah. Aku mampu merasakan denyut nyeri kesepian dan perasaan dingin berwarna biru itu. Harusnya alir pilu akan dengan mudah berdansa di ujung mataku. Tapi kini rasa bangga meruah lebih hebat dalam dada. Aku ingin menjadi teman dengar segala rintih laranya yang sejak lama didekap sunyi itu. Inginku membenamkannya dalam perasaan paling tenang se-palung mungkin.
“Kamu nggak sendiri, kamu sudah sangat hebat, terima kasih sudah bertahan sampai saat ini”. Kurapal sebuah mantra yang bahkan turut serta menguatkanku.
“Aku ingin bebas, tapi kurasa memang belum saatnya tiba. Jadi, akan kuusahakan dengan sangat menciptakan bahagiaku di sela-selanya”. Jawabnya lirih.
Dua simpul senyum saling beradu, menciptakan teduh yang beredar di udara. Satu mantra lainnya berbisik dalam dengarku, “Kamu juga bisa, kamu harus bahagia”
—s
#tulisan#sajak#catatan#prosa#puisi#quotes#renungan#quoteoftheday#selfreminder#reminder#self love#motivation#motivasi
25 notes
·
View notes
Note
Lama tak bersua. Tidak, maksudku lama kau tak bersuara. Aku menantikan tulisanmu setiap harinya. Mencoba menerka kata makna dibaliknya. Kemana saja puan? Sibukmu membuatku kehilangan.
Suara.
Entah bagaimana, tetapi sudah sangat lama, suara menjadi hal yang cukup sensitif bagi perasaanku. Hingga, kadangkala aku berpikir, mungkin Tuhan menciptakan hatiku di telinga.
Aku tidak antiberisik. Aku bisa berdansa, mengantuk, dan terlelap saat memutar musik-musik beraliran keras. Namun, di hari-hari random, bahkan detak jantungku pun bisa terdengar terlalu bising sampai aku ingin membekap diri atau menghilang dari muka bumi.
Sesekali aku berkhayal. Andai saja, kepekaanku pada suara ini, menghadiahi aku dengan kemampuan bernyanyi. Mungkin aku bakal menjadi perempuan yang lebih riang, menawan, dan mudah dirindukan. Kenyataannya, senandung paling merdu bagiku justru adalah ketenangan. Ketenangan yang ternyata tak selalu bersumber dari keramaian atau kesunyian, tapi pasti membosankan bagi orang-orang yang hanya senang bicara.
Lihatlah! Rupanya kau berbeda. Terima kasih, sebab pesanmu membuatku merasa didengar dan ada. Semoga hari-harimu menyenangkan seperti kebaikanmu yang sudah bikin aku gembira sekarang.
11 notes
·
View notes
Text
Barangkali, pangeran.
Bukan istanaku yang satu - satunya kau tuju, bukan pintuku satu - satunya ketukmu, bukan hatiku satu - satunya yang kau rayu.
Dan itu bukan masalah buatku. Sebab sepertinya kakiku pun masih kuat berdansa sendirian. Sepertinya tamanku pun masih elok kuwarnai sendirian. Sepertinya tidak akan masalah pun kalau yang mengetuk istanaku adalah bongkahan batu nisan.
Barangkali, pangeran. Aku hanya bunga matahari. Yang datang di kehidupan menghiasi tamanmu bersama permaisuri yang kau pilih.
Barangkali, pangeran. Belatimu pun tercipta untuk menghunus keberadaanku, kuning menyala yang tak ada harumnya. Tidak ada gunanya.
Barangkali, pangeran. Aku hanya akan jadi sesuatu yang senantiasa menanti untuk merayakanmu. Dengan percaya atau tidak percaya. Dengan dusta atau fatamorgana. Dengan rahasia atau permainan tebak kata.
Aku senantiasa menunggu bila kau butuh rayaku, pangeran.
Kairo, 27 Desember 2024
9 notes
·
View notes
Text
Kau yang sudah jauh melebihi tempatku berdiri di pelataran senja, bagaimana gerangan senandung nyali-nyalimu di sana? apa kau bersenang-senang dengan bintang dan teman lainnya? apa kau sedang berdansa dengan serius bersama bulan juga cahaya syahdunya? atau kau tengah bahagia menceritakan keberhasilan kecilmu?
Kiranya dapat aku saksikan lebih dekat dan menggenggam walau seperempat bagian pandang matamu agar tak mengarah kemana-mana selain kepada orang yang kau kasihi. Akan aku biarkan begitu hingga rahmat tak henti memberi kasih yang lebih, terutama dari Tuhan hingga dapat menyelamatkanmu dari belenggu kesusahan.
Merawat ingatan, Bandung 01 Mei 2024.
21 notes
·
View notes
Text
Berlayar Mendatangi Tiga; Satu Pergi, Satu Ragu, Satu Terlalu Sulit Dibaca
Mahkota rona merah
Berdansa dengan angin
Berpayung langit cerah
Menyambut pagi yang dingin
Siangnya mungkin terik
Lalu malam kelabu
Bila bermaksud baik
Tak perlu ragu-ragu
Mengetahui nasib benih
Tak selamanya tumbuh
Meski ditanam rapi
Meski dirawat penuh
Masa depan Tuhan yang tau
Depok, 5 Januari 2025 | Faiz Kurn
4 notes
·
View notes
Text
Zamrud Merah
"Aku tak secantik perempuan lain, tuan. Aku pun tak pandai berdansa." ucap wanita itu.
"Lantas apa itu alasan untuk tak mencintaimu? Aku tak peduli, zamrud merah pun kalah cantik dan berharga dibandingmu." tuannya menjawab.
"Kau milikku, kau kepunyaanku. Kemarin, kini, dan seterusnya."
10 notes
·
View notes
Text
Tuhan, aku takut sekali. Seperti berjalan di lorong panjang yang samar, di ujungnya ada cahaya yang mengintip, tapi aku tak tahu apakah itu pintu keluar atau hanya bayangan semu. Langkahku berat, meski seharusnya aku merasa lega. Bukankah ini yang aku tunggu-tunggu? Bukankah ini kesempatan untuk membuang semua beban yang menempel di dadaku selama ini?
Namun, Tuhan, semakin aku mendekat, semakin asing rasanya. Ada sesuatu yang berdesir di dalam tubuhku, bercampur antara harapan dan ketakutan. Aku senang, karena sebentar lagi mungkin aku bisa bernapas lega, hidup seperti yang lain, tanpa rasa sakit yang terus mencengkeramku. Tapi ada sisi lain yang lebih gelap, lebih dalam, yang menggigit perlahan-lahan di dasar hatiku. Sisi yang bertanya: bagaimana jika semuanya tidak berjalan seperti yang aku bayangkan? Bagaimana jika cahaya itu bukan penyembuhan, melainkan akhir?
Aku menghitung waktu, Tuhan. Satu bulan lalu aku berdiri jauh dari titik ini, melihatnya dari kejauhan. Tapi bulan itu perlahan mencair menjadi minggu, minggu menjadi hari, dan hari-hari itu kini hanya tinggal hitungan jam. Rasanya seperti berjalan di atas garis tipis yang memisahkan harapan dan keputusasaan. Setiap detik yang berlalu adalah pengingat akan sesuatu yang tak bisa kuhindari.
Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa aku akan melewati ini dan melihat hari baru. Tapi Tuhan, aku manusia, dan hatiku lemah. Aku takut kehilangan, takut terlambat, takut meninggalkan dunia ini sebelum sempat menikmati apa yang selama ini aku rindukan.
Ada momen-momen di mana aku merasa ingin berhenti, ingin mundur, ingin lari dari semuanya. Tapi waktu terus berjalan, tidak peduli seberapa keras aku ingin menggenggamnya.
Tuhan, apakah ini normal? Ketakutan yang berdiri berdampingan dengan harapan. Aku ingin percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi bayangan gelap selalu membayangi pikiranku. Aku merasa seperti sedang berdansa dengan ketidakpastian, dan setiap langkah yang kuambil semakin mendekatkan aku pada sesuatu yang tidak bisa kulihat.
Tuhan, aku takut. Tapi di balik ketakutan itu, ada harapan yang kecil, seperti lilin yang gemetar di tengah badai. Aku ingin lilin itu tetap menyala, meskipun aku tahu angin bisa kapan saja memadamkannya. Aku hanya bisa berjalan, meskipun aku tidak tahu apa yang menungguku di depan sana. Aku hanya bisa berdoa, agar langkahku membawa aku ke arah yang Engkau kehendaki.
Aku takut, Tuhan. Tapi aku juga berharap.
6 notes
·
View notes
Text
JANGAN REDUPKAN CAHAYAKU
Jangan redupkan cahayaku,
Aku masih mau hidup,
Walau kamu banyak drama, aku masih mau tetap hidup, disisimu, menapak kaki dimuka bumi,
Berdansa denganmu adalah hal terindah yang pernah aku lakukan, di pesta dansa kala itu,
Ku mohon jangan ambil aku, aku masih mau tetap hidup, bersamamu selamanya, melihat taman bunga, berbaring bersama, sambil aku melihat wajahmu dan kamu melihat wajahku.
Menua adalah hal yang pasti, apa yang mesti kita khawatirkan, yang aku khawatirkan adalah jika aku berhenti bersamamu. Karena kamu adalah segalanya yang aku punya.
Hanya kamu satu-satunya.
"Inspired by the film Howl's Moving Castle by Studio Ghibli."
Semburat Sore,
12.10.24
#puisi cinta#puisi#sajak#sajak kehidupan#kehidupan#poems on tumblr#puisi kehidupan#poetry#cinta#sajak cinta#senandika
4 notes
·
View notes
Text
—Kepada Chrysanthemum
Kau adalah keajaiban yang lahir dari senja, merekah lembut di antara embun pagi. Setiap helai kelopaknya seperti bisikan rahasia malam, membawa harapan pada cakrawala. Aku terpikat pada caramu berdansa dalam angin, menebarkan harum yang mengusik jiwa.
Dalam mimpi, aku melihatmu memeluk bintang—bercahaya, namun tetap anggun. Kau adalah nyanyian sunyi yang menenangkan, menggugah hati untuk merindu.
Chrysanthemum, jadilah kekal dalam pelukan malam, karena aku akan selalu menantimu, di batas antara nyata dan mimpi.
Dengan segala rasa,
Aku yang tak pernah letih memujamu.
Apallemo, 26/11/24
6 notes
·
View notes
Text
kita pernah menjadi pemarah, menyikapi sayatan di setiap derap langkah sebagai cara bertahan. hari ini saja, untuk hari ini saja.
kita pernah belajar memaki takdir, mengolok-olok kenyataan seolah ia bukan bagian dari kita. sekali saja, di masa ini saja.
itu pertama kali aku merasakan bagaimana ditemani dalam murka, seperti sedang diberikan nyala obor ketika tersesat di gua. jadi mana mungkin aku tak menginginkan itu menjadi selamanya.
tapi kau bilang, hanya ini saja, sekali saja, hari ini saja.
kupikir setelah itu kita akan berdansa di bawah hujan. menikmati pendar surya kala lembayung menjelang di langit barat. ternyata aku terlalu berangan-angan.
kau benar-benar datang untuk masa itu saja.
aku berhenti marah, kepada apa saja. membiarkan segala hidup berjalan apa adanya. seperti orang-orang penuh penerimaan.
hingga suatu pagi saat rumahku terbakar, aku berdiri di depan cermin dan mendapati diriku dilahap api tanpa perasaan apa-apa.
—nonaabuabu
137 notes
·
View notes
Text
Berdansalah, Karir Ini Tak Ada Artinya
Ship: Charles Leclerc/Max Verstappen
Tags : Alternate Universe - Non-Famous, Drugs Use, Hallucinations, Implied/Referenced Suicide, Mental Health Issues, Family Issues, Drug Addiction
Summary:
Tidak peduli Charles tahu dari mana obat-obatan tersebut, yang dipikirkannya hanya bagaimana membuat sebuah ilusi sementara kala Ayahnya di belakang sana berselingkuh. Charles lebih memilih berdansa sampai teler, sampai otaknya terbuang, sampai tubuhnya terkapar dan harus dipapah.
Charles memberi jeda dalam perkataannya, ia menghela napasnya sebelum melanjutkannya lagi. “Kalau menurut Bapak, Chalres lebih rendah dari sampah biasa, lalu Bapak apa?" Ayahnya masih terduduk lemas di lantai, Charles senang karena merasa lebih tinggi. "Beri harapan pada seluruh keluarganya bahwa akan menjadi Ayah dan suami bertanggung jawab, nyatanya bahkan Bapak selingkuh."
3 notes
·
View notes
Text
Saudade
Kumenanti di sela lagu Payung Teduh berirama Rindu menari Alunan nada dan kata syahdu berdansa Merdu Mengetuk resah di ujung malam yang membeku
Doa-doa dipanjatkan Namun jiwa kian bertanya tentang kehadiran Angin bertiup, pelan Menggoda ingatan akan rengkuhan
Diantara gelap dan sunyi Bulan tersenyum cantik Memamerkan cahaya semu
Bulan bertanya apa aku mengingatnya Bagaimana aku lupa Yogyakarta Saat itu ia lembut menyatu dengan senja Di atas Laut Diantara kata yang tak terucap Menghadirkan suasana mesra
Jemari menahan diri Mata mengalihkan pandangan Takut akan perasaan yang sedang siaga Aroma gairah sukma yang hangat di dada
Kini tubuh kita telah berbagi hangat Bibir menyentuh perasaan yang lama terpendam Namun waktu Mengapa masih sulit untuk kita bertemu
Sunyi mendayu Merengek untuk kau bertamu
Tak bisakah kita kembali ke Laut itu Dikilaunya gelombang Dihangatnya dekap langit malam Kuingin menatapmu dengan perasaan dan mengatakan Betapa cantik bulan sabit di matamu Tuan
#curhat#puisi#kata#quotes#cinta#kumpulan puisi#luka#sajak#sastra#quote#puisi cinta#puisi rindu#kata kata#sajak rindu#rindu#patah hati#prosa#tulisan#cerita#spotify#hujan#senja#puisi pendek#sajak patah#curahanhati#nasihat#kehidupan#renungan#motivasi hidup
19 notes
·
View notes
Text
Berdansa di Puncak Gunung
Menari dengan angin. Tanpa disadari aku telah melakukannya, bahkan sering, terutama saat bunyi telah tersembunyi. Sunyi, sepi.
Tak ada orang yang bisa kuajak berdansa, hingga tatanan kata terucap begitu saja guna melengkap suasana yang hanya diisi suara buana.
Irama hembusannya begitu bersahaja, tak jarang pesonanya mengundang derai air mata karena dimanja sempurna oleh romansa aroma indahnya. Terima kasih sabana.
Berdiam cukup lama di sini tak pernah membuatku merasa risih, berada di kaki langit entah dengan suasana hujannya atau meganya. Sebelum lembayung senja datang, maka tak ada tindak untuk berpulang.
Tak ada kata pisah karena masih banyak sabana lainnya yang belum dan harus kupijak. Karena setiap gunung memiliki penggalan cerita yang harus ditata dengan sempurna.
6 notes
·
View notes
Text
#ceritakepadaibu
Bu, beberapa sekat yang aku rapihkan sekian lama hancur begitu saja pada jurang kecerobohan. Menjelma menjadi penyesalan-penyesalan yang tak akan dapat aku hapuskan.
Bu, peta yang aku bangun untuk dapat merasa hidup lebih lama ternyata harus aku rubah sedemikian rupa. Aku sesuaikan dengan banyak bentuk gagal yang kemarin berdatangan. Aku atur kembali agar dapat seirama dengan segala pencapaian dan warna yang aku dapatkan.
Bu, saat mencerna semua kejadian yang aku lewati mungkin ini akan menjadi hal yang paling sulit aku hapuskan. Jejaknya tidak akan hilang walau aku menua, ia akan ikut mati bersama banyak hal yang aku pertanggung jawabkan pada Allah.
Bu, kiranya mungkin do'amu akan menutup semua kekurangan yang aku miliki, maka mohon haturkanlah pada Allah lebih jauh lagi. Aku ingin do'a-do'a itu datang bersamaan dengan jawaban Allah paling agung dan bijak untuk semua hal yang ingin aku wujudkan karena-Nya.
Bu, kiranya dalam perjalanan ini memang hanya ada aku dan Ibu juga semua do'a-do'a orang terkasih yang kita miliki dan tak ada sesuatu selain daripada itu. Maka aku mohon untuk lebih kuat dan lebih mengeratkan tangan kita. Genggam lebih lama. Aku tak ingin lebih jauh sendiri jika tidak bersama Ibu. Aku tidak akan dapat kuat berdiri jika tidak bersama rengkuh hatimu yang maha luas itu.
Bu, sedikit ingin aku ceritakan bagaimana mimpiku yang saban hari sering aku ceritakan sedang banyak berjalan jika aku tengah sendirian. Mimpi itu berlari mengitari semua ruang pikiran. Banyak berdansa menyerukan semua keinginannya agar terwujud. Mereka berbisik untuk aku dapat bertahan lebih lama lagi. Mereka menyeru untuk aku dapat bekerja sama lebih jauh dengan semua kesulitan yang aku miliki. Bu, jika itupula inginmu dan Allah merestuinya, akan aku sanggupkan sampai Allah memintaku pulang pada tempat peristirahatan paling akhir.
Bu, kiranya hari ini aku memang masih diberikan waktu serta kesempatan untuk dapat berbuat lebih banyak juga lebih baik. Memperbaiki segala kurang dan cacat walau tak akan sempurna, membersihkan segala yang kotor walau tak akan kembali seperti semula, menyusun segala yang berantakan walau mungkin akan memakan banyak waktu sebab aku akan memilah dan mempertimbangkan segalanya, bahkan untuk menjadikan diriku yang baru agar tak kusut dan luruh kembali.
Aku akan menjadikan diriku yang mekar seperti kata Ibu.
Aku akan menjadikan diriku punya hati cantik seperti do'a-do'a Ibu.
Bu, restui aku.
Bandung, saat rindu Ibu. 27 Oktober 2023
17 notes
·
View notes
Text
Di balik layar kata-kata bermain, Dalam dunia abstrak, makna pun berdansa. Kau, tinta yang tak tertampak, Aku, hanya tulisan dalam imaji yang tercipta. Kau dan aku, dalam permainan unik, Tak pernah bersua, tak pernah bertemu. Namun kata-kata, jembatan di antara kita, Menyelaraskan makna, menyatu dalam jiwa. Dalam sunyi tinta, kau bersembunyi, Aku hadir dalam mata yang membaca. Kita berdansa dalam kesunyian yang harmoni, Kau pembuat cerita, aku penghuni cerita.
#bersuaralewatulisan
8 notes
·
View notes