#berdansa
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kau tahu apa yang paling lucu setelah aku pergi darimu? Puisi-puisimu yang biadab itu. Berdiksi luka menjadikan aku antagonis yang kau cipta.
Sungguh aku meradang membacanya. Ingin aku balas dengan bar-bar dan tak perlu belas kasihan, bahwa kau adalah tuba dalam kisah kita. Tapi semua untuk apa?
Akan kubiarkan kau menyala dalam tawa yang pura-pura. Berdansa dan berpesta-poralah dengan semua aksara yang kau punya. Aku sudah tidak di sana, tidak di mana saja kau ingin aku menderita.
Selamat tinggal tuan.
193 notes
·
View notes
Note
Lama tak bersua. Tidak, maksudku lama kau tak bersuara. Aku menantikan tulisanmu setiap harinya. Mencoba menerka kata makna dibaliknya. Kemana saja puan? Sibukmu membuatku kehilangan.
Suara.
Entah bagaimana, tetapi sudah sangat lama, suara menjadi hal yang cukup sensitif bagi perasaanku. Hingga, kadangkala aku berpikir, mungkin Tuhan menciptakan hatiku di telinga.
Aku tidak antiberisik. Aku bisa berdansa, mengantuk, dan terlelap saat memutar musik-musik beraliran keras. Namun, di hari-hari random, bahkan detak jantungku pun bisa terdengar terlalu bising sampai aku ingin membekap diri atau menghilang dari muka bumi.
Sesekali aku berkhayal. Andai saja, kepekaanku pada suara ini, menghadiahi aku dengan kemampuan bernyanyi. Mungkin aku bakal menjadi perempuan yang lebih riang, menawan, dan mudah dirindukan. Kenyataannya, senandung paling merdu bagiku justru adalah ketenangan. Ketenangan yang ternyata tak selalu bersumber dari keramaian atau kesunyian, tapi pasti membosankan bagi orang-orang yang hanya senang bicara.
Lihatlah! Rupanya kau berbeda. Terima kasih, sebab pesanmu membuatku merasa didengar dan ada. Semoga hari-harimu menyenangkan seperti kebaikanmu yang sudah bikin aku gembira sekarang.
8 notes
·
View notes
Text
Zamrud Merah
"Aku tak secantik perempuan lain, tuan. Aku pun tak pandai berdansa." ucap wanita itu.
"Lantas apa itu alasan untuk tak mencintaimu? Aku tak peduli, zamrud merah pun kalah cantik dan berharga dibandingmu." tuannya menjawab.
"Kau milikku, kau kepunyaanku. Kemarin, kini, dan seterusnya."
10 notes
·
View notes
Text
Kau yang sudah jauh melebihi tempatku berdiri di pelataran senja, bagaimana gerangan senandung nyali-nyalimu di sana? apa kau bersenang-senang dengan bintang dan teman lainnya? apa kau sedang berdansa dengan serius bersama bulan juga cahaya syahdunya? atau kau tengah bahagia menceritakan keberhasilan kecilmu?
Kiranya dapat aku saksikan lebih dekat dan menggenggam walau seperempat bagian pandang matamu agar tak mengarah kemana-mana selain kepada orang yang kau kasihi. Akan aku biarkan begitu hingga rahmat tak henti memberi kasih yang lebih, terutama dari Tuhan hingga dapat menyelamatkanmu dari belenggu kesusahan.
Merawat ingatan, Bandung 01 Mei 2024.
17 notes
·
View notes
Text
JANGAN REDUPKAN CAHAYAKU
Jangan redupkan cahayaku,
Aku masih mau hidup,
Walau kamu banyak drama, aku masih mau tetap hidup, disisimu, menapak kaki dimuka bumi,
Berdansa denganmu adalah hal terindah yang pernah aku lakukan, di pesta dansa kala itu,
Ku mohon jangan ambil aku, aku masih mau tetap hidup, bersamamu selamanya, melihat taman bunga, berbaring bersama, sambil aku melihat wajahmu dan kamu melihat wajahku.
Menua adalah hal yang pasti, apa yang mesti kita khawatirkan, yang aku khawatirkan adalah jika aku berhenti bersamamu. Karena kamu adalah segalanya yang aku punya.
Hanya kamu satu-satunya.
"Inspired by the film Howl's Moving Castle by Studio Ghibli."
Semburat Sore,
12.10.24
#puisi cinta#puisi#sajak#sajak kehidupan#kehidupan#poems on tumblr#puisi kehidupan#poetry#cinta#sajak cinta#senandika
4 notes
·
View notes
Text
Berdansalah, Karir Ini Tak Ada Artinya
Ship: Charles Leclerc/Max Verstappen
Tags : Alternate Universe - Non-Famous, Drugs Use, Hallucinations, Implied/Referenced Suicide, Mental Health Issues, Family Issues, Drug Addiction
Summary:
Tidak peduli Charles tahu dari mana obat-obatan tersebut, yang dipikirkannya hanya bagaimana membuat sebuah ilusi sementara kala Ayahnya di belakang sana berselingkuh. Charles lebih memilih berdansa sampai teler, sampai otaknya terbuang, sampai tubuhnya terkapar dan harus dipapah.
Charles memberi jeda dalam perkataannya, ia menghela napasnya sebelum melanjutkannya lagi. “Kalau menurut Bapak, Chalres lebih rendah dari sampah biasa, lalu Bapak apa?" Ayahnya masih terduduk lemas di lantai, Charles senang karena merasa lebih tinggi. "Beri harapan pada seluruh keluarganya bahwa akan menjadi Ayah dan suami bertanggung jawab, nyatanya bahkan Bapak selingkuh."
3 notes
·
View notes
Text
Saudade
Kumenanti di sela lagu Payung Teduh berirama Rindu menari Alunan nada dan kata syahdu berdansa Merdu Mengetuk resah di ujung malam yang membeku
Doa-doa dipanjatkan Namun jiwa kian bertanya tentang kehadiran Angin bertiup, pelan Menggoda ingatan akan rengkuhan
Diantara gelap dan sunyi Bulan tersenyum cantik Memamerkan cahaya semu
Bulan bertanya apa aku mengingatnya Bagaimana aku lupa Yogyakarta Saat itu ia lembut menyatu dengan senja Di atas Laut Diantara kata yang tak terucap Menghadirkan suasana mesra
Jemari menahan diri Mata mengalihkan pandangan Takut akan perasaan yang sedang siaga Aroma gairah sukma yang hangat di dada
Kini tubuh kita telah berbagi hangat Bibir menyentuh perasaan yang lama terpendam Namun waktu Mengapa masih sulit untuk kita bertemu
Sunyi mendayu Merengek untuk kau bertamu
Tak bisakah kita kembali ke Laut itu Dikilaunya gelombang Dihangatnya dekap langit malam Kuingin menatapmu dengan perasaan dan mengatakan Betapa cantik bulan sabit di matamu Tuan
#curhat#puisi#kata#quotes#cinta#kumpulan puisi#luka#sajak#sastra#quote#puisi cinta#puisi rindu#kata kata#sajak rindu#rindu#patah hati#prosa#tulisan#cerita#spotify#hujan#senja#puisi pendek#sajak patah#curahanhati#nasihat#kehidupan#renungan#motivasi hidup
19 notes
·
View notes
Text
Derai Rindu
Oleh @kanal-imaji & @by-u
Saat kubuka lembar-lembar kenangan, kerinduan menjelma gugur hujan yang lembut mengetuk-ngetuk jendela kaca, berharap lekas sampai ke lantai kamarmu, meski kau 'kan segera mengeringkannya.
Namun, izinkan aku sekali lagi sejenak singgah pada huruf-huruf yang rutin menulis namamu dalam helai-helai sajak basah, untuk sekadar mengingat senyuman indah yang pernah mewarnai sore yang remuk, malam yang peluk.
Pada gemuruh rintik kali ini, kembali kudapati engkau tersenyum manis di sela-sela guyurannya. Aku teringat saat kita berdansa berdua dalam alunan musik semesta kala itu. Aku dengan segenap cinta untukmu; engkau dengan segenap rasa untukku.
Engkau kembali terkenang dalam hujan yang menggenang di pelipis mataku. Tak pernah 'ku tahu mengapa begitu, tapi nyatanya kau tetap menjadi pemilik hatiku.
Ingatkah engkau dulu, kita adalah butir-butir hujan yang riang berkejaran memeluk tanah; adalah dua burung pipit yang lupa senja saat mengitari sawah; adalah bait-bait sajak yang bersahut menyuarakan bunyi paling rindu, sebelum angin meniupkan pesan musim paling dingin, mengantarku pada himne kesepian panjang.
Hingga pada akhirnya, aku hanya sanggup memandangmu, tanpa punya keberanian untuk menyapamu kembali.
Maka sebelum segenap tekadku memudar, bolehkah aku bertanya "Apa kabar?"
Mukomuko—Gresik, 18 Januari 2023
60 notes
·
View notes
Text
Tentang kegelapan dan semua yang menyuruhku melarikan diri darinya;
Sungguh! Bagiku kegelapan seperti teman baik.
Ia mengerti aku; tak pernah menghakimi, ia menyentuhku dengan hangat, ia sering mengajakku bicara ini-itu-- juga mengajakku s e m b u n y i.
Gelap telah mengenalku sedari kecil. Ia membelaiku lembut, tak ada rasa sakit, tak ada luka; hanya ada aku dan kesunyian.
Gelap seringkali memelukku; rasanya teduh dan jauh dari seluruh yang terlihat. Disana aku dapat melihat diriku sendiri tengah memeluk juga bertarung. Gelap menjaga rahasiaku rapat-rapat. Ia dapat ku percaya.
"Keluar dari sana!" Suara itu terus menyuruhku berpisah dengan gelap, seakan gelap adalah hewan buas yang kerap melenyapkanku dari dunia! Aku sering menangis karena didalam sini, aku seperti aku seharusnya; tidak terlihat, tidak terjamah, tidak menyentuh apapun lalu merusaknya.
Gelap adalah teman baikku, ia sering menyanyikan lagu tentang pelarian. Jiwaku yang ingin terbang diajaknya berdansa. Gelap sering bersenandung; dan aku terlelap didalamnya.
Melinda Risa
Jakarta, 15 Desember 2022
#poetry#poet#poem#puisi#sastra#mental health#mental illness#mental awareness#quiet borderline#borderline personality disorder
59 notes
·
View notes
Text
Berdansa di Puncak Gunung
Menari dengan angin. Tanpa disadari aku telah melakukannya, bahkan sering, terutama saat bunyi telah tersembunyi. Sunyi, sepi.
Tak ada orang yang bisa kuajak berdansa, hingga tatanan kata terucap begitu saja guna melengkap suasana yang hanya diisi suara buana.
Irama hembusannya begitu bersahaja, tak jarang pesonanya mengundang derai air mata karena dimanja sempurna oleh romansa aroma indahnya. Terima kasih sabana.
Berdiam cukup lama di sini tak pernah membuatku merasa risih, berada di kaki langit entah dengan suasana hujannya atau meganya. Sebelum lembayung senja datang, maka tak ada tindak untuk berpulang.
Tak ada kata pisah karena masih banyak sabana lainnya yang belum dan harus kupijak. Karena setiap gunung memiliki penggalan cerita yang harus ditata dengan sempurna.
5 notes
·
View notes
Text
kita pernah menjadi pemarah, menyikapi sayatan di setiap derap langkah sebagai cara bertahan. hari ini saja, untuk hari ini saja.
kita pernah belajar memaki takdir, mengolok-olok kenyataan seolah ia bukan bagian dari kita. sekali saja, di masa ini saja.
itu pertama kali aku merasakan bagaimana ditemani dalam murka, seperti sedang diberikan nyala obor ketika tersesat di gua. jadi mana mungkin aku tak menginginkan itu menjadi selamanya.
tapi kau bilang, hanya ini saja, sekali saja, hari ini saja.
kupikir setelah itu kita akan berdansa di bawah hujan. menikmati pendar surya kala lembayung menjelang di langit barat. ternyata aku terlalu berangan-angan.
kau benar-benar datang untuk masa itu saja.
aku berhenti marah, kepada apa saja. membiarkan segala hidup berjalan apa adanya. seperti orang-orang penuh penerimaan.
hingga suatu pagi saat rumahku terbakar, aku berdiri di depan cermin dan mendapati diriku dilahap api tanpa perasaan apa-apa.
—nonaabuabu
136 notes
·
View notes
Text
Di balik layar kata-kata bermain, Dalam dunia abstrak, makna pun berdansa. Kau, tinta yang tak tertampak, Aku, hanya tulisan dalam imaji yang tercipta. Kau dan aku, dalam permainan unik, Tak pernah bersua, tak pernah bertemu. Namun kata-kata, jembatan di antara kita, Menyelaraskan makna, menyatu dalam jiwa. Dalam sunyi tinta, kau bersembunyi, Aku hadir dalam mata yang membaca. Kita berdansa dalam kesunyian yang harmoni, Kau pembuat cerita, aku penghuni cerita.
#bersuaralewatulisan
8 notes
·
View notes
Text
#ceritakepadaibu
Bu, beberapa sekat yang aku rapihkan sekian lama hancur begitu saja pada jurang kecerobohan. Menjelma menjadi penyesalan-penyesalan yang tak akan dapat aku hapuskan.
Bu, peta yang aku bangun untuk dapat merasa hidup lebih lama ternyata harus aku rubah sedemikian rupa. Aku sesuaikan dengan banyak bentuk gagal yang kemarin berdatangan. Aku atur kembali agar dapat seirama dengan segala pencapaian dan warna yang aku dapatkan.
Bu, saat mencerna semua kejadian yang aku lewati mungkin ini akan menjadi hal yang paling sulit aku hapuskan. Jejaknya tidak akan hilang walau aku menua, ia akan ikut mati bersama banyak hal yang aku pertanggung jawabkan pada Allah.
Bu, kiranya mungkin do'amu akan menutup semua kekurangan yang aku miliki, maka mohon haturkanlah pada Allah lebih jauh lagi. Aku ingin do'a-do'a itu datang bersamaan dengan jawaban Allah paling agung dan bijak untuk semua hal yang ingin aku wujudkan karena-Nya.
Bu, kiranya dalam perjalanan ini memang hanya ada aku dan Ibu juga semua do'a-do'a orang terkasih yang kita miliki dan tak ada sesuatu selain daripada itu. Maka aku mohon untuk lebih kuat dan lebih mengeratkan tangan kita. Genggam lebih lama. Aku tak ingin lebih jauh sendiri jika tidak bersama Ibu. Aku tidak akan dapat kuat berdiri jika tidak bersama rengkuh hatimu yang maha luas itu.
Bu, sedikit ingin aku ceritakan bagaimana mimpiku yang saban hari sering aku ceritakan sedang banyak berjalan jika aku tengah sendirian. Mimpi itu berlari mengitari semua ruang pikiran. Banyak berdansa menyerukan semua keinginannya agar terwujud. Mereka berbisik untuk aku dapat bertahan lebih lama lagi. Mereka menyeru untuk aku dapat bekerja sama lebih jauh dengan semua kesulitan yang aku miliki. Bu, jika itupula inginmu dan Allah merestuinya, akan aku sanggupkan sampai Allah memintaku pulang pada tempat peristirahatan paling akhir.
Bu, kiranya hari ini aku memang masih diberikan waktu serta kesempatan untuk dapat berbuat lebih banyak juga lebih baik. Memperbaiki segala kurang dan cacat walau tak akan sempurna, membersihkan segala yang kotor walau tak akan kembali seperti semula, menyusun segala yang berantakan walau mungkin akan memakan banyak waktu sebab aku akan memilah dan mempertimbangkan segalanya, bahkan untuk menjadikan diriku yang baru agar tak kusut dan luruh kembali.
Aku akan menjadikan diriku yang mekar seperti kata Ibu.
Aku akan menjadikan diriku punya hati cantik seperti do'a-do'a Ibu.
Bu, restui aku.
Bandung, saat rindu Ibu. 27 Oktober 2023
14 notes
·
View notes
Text
aku ingin berdansa dengan angin malam, meminum kopi bersamanya, lalu menelaah hari yang kemarin datang.
6 notes
·
View notes
Text
Bocah dengan napas tersengal akibat tarikan udara yang begitu menyakitkan melintasi hidung hingga rasanya ada hujan paku di paru-parunya, kini telah berusia cukup untuk kekar menyembunyikan sesak-sesak yang lain.
Selamat bertambah rasa cukup untuk pemilik jari-jari yang pandai berdansa dalam meromantitasi semua luka beserta tawa-tawa kecilnya. Betapa doa-doa 'menyederhanakan' usia hanya sampai sembilan belas tidak memiliki aamiin yang menembus langit. Entah bertebaran dan bertengger di mana sehingga kesederhanaan itu justru menjadi jalan atas kehidupan sampai (±) 3 tahun setelahnya (hari ini).
10 notes
·
View notes
Text
Membasuh - Hindia, Rara sekar
i impromptly wrote this while listening to Membasuh, one of my fave song (please listen to it i'm begging you 🔪)
Sembari mata memandang langit yang memancarkan gradasi biru dan jingga, angin sore menghembuskan nafasnya menuju insan yang tengah bersandar di samping pohon, jauh dari pedesaan tempat ia tinggal.
Pria tersebut memejamkan matanya sejenak, menikmati momen yang sedang ia rasakan saat ini. Angin mengelus rambut hitamnya dengan manja. beberapa burung tengah berdansa bersama awan. momen ini tidak akan hadir di dunia untuk selamanya. keindahan dalam kesederhanaan yang tuhan ciptakan seharusnya diberikan kepada orang yang lebih pantas daripada bajingan seperti dia.
Seorang bajingan yang tidak mampu mensyukuri sebuah nikmat sekecil kehidupan. seorang bajingan yang ingin menemui tuhannya tanpa takdir bercampur tangan. ia ingin melakukan itu semua karena rasa muak yang menimbun dan membebani kepalanya. cukup pesat dan cukup ramai, membuat seseorang seperti nabi bisa menggila.
Namun disinilah ia sekarang, membiarkan raganya seakan menyatu dengan ibu pertiwi. oh rasanya ingin sekali memeluk semua rerumputan ini, rerumputan yang menyadari pikirannya yang ternodai tanpa iman.
Ia menemukan makna hidupnya disini, bersyukur karena tuhan masih memaafkannya.
#song#lyrics#maybe a poem#or not#idk#indonesia#writing#swear words#death mention#enjoying nature#did i write this?#not proofread
5 notes
·
View notes