Tumgik
tulisankidal · 26 days
Text
Datang dan Pergi
Seiring dewasa, aku semakin memahami atas satu hal: pemandangan dan perasaan kala saat orang lain datang dan pergi di kehidupan kita. Kalau kamu berpikir ini hanya perihal pasangan, kamu salah. Orang tua, teman, saudara, kerabat, bahkan orang asing yang kita jumpai dan ajak bicara saat naik bus menuju tempat kerja juga termasuk di dalamnya.
Seiring dewasa, aku semakin mengerti bahwa waktu bukan milik kita selamanya. Setiap yang kita temui dari yang paling asing hingga yang sudah dianggap sebagai "rumah" akan habis masa pada waktunya.
Jadi jika masih membersamai, beri perhatian sepenuhnya karena waktu takkan berbelas kasihan untukmu mengulang. Namun, jikalau sudah tidak pun tak perlu bersedih teramat dalam, cukup beri doa untuk saling peluk tak mengenal batas. Sebab itu masih bisa diusahakan, bahkan dilangitkan berkali-kali.
Pahami bahwa kedatangan dan kepergian ini akan berlangsung sepanjang hidup kita, jadi berdamailah.
6 notes · View notes
tulisankidal · 28 days
Text
Perih
Malam Ahad kala itu
Dingin dan sunyi jadi sendu.
Perih yang kurasa
Bagai duri mawar yang menusuk jiwa.
Kepergianmu hadir bak mimpi
Aku tak percaya.
Tersadar pun tak berdaya
Benar menghujam relung hati.
Raga ini bagai jiwa mati
Hanya diam dan meratap.
Bertanya di ujung hari
Mampukah diri ini berjalan sendiri.
Wahai kasih,
Insanku tetap berdiri menanti.
Hingga maut menghampiri
Harap kau kembali.
2 notes · View notes
tulisankidal · 29 days
Text
Disayangi-Nya
Perihal Tuhan, sang Maha dan Dzat segala-galanya,
Ia dengan lembut menaruh setitik cahaya untukku "kembali". Tak peduli hitamnya hati dan jiwaku oleh lumuran dosa selama perjalanan hidup.
Kusadari lelah, gelisah, dan perasaan buruk sebab langkahku sudah terlalu jauh. Mengejar kesenangan duniawi yang tiada habisnya hingga lupa diri bahwa diri ini hanya sebatas hamba.
Lalu Ia berikan bentuk kasih-Nya berwujud teguran dan pelajaran di berbagai keadaan yang menyadarkan jika sekuat-kuatnya manusia, tetap membutuhkan Penciptanya.
Tak langsung menghakimi meski tahu perbuatanku tak selalu berjalan lurus. Mengampuni walau tahu kesalahanku selalu sama juga berulang. Mendengarku bercerita dan mengadu.
Aku disayangi-Nya. Sungguh.
9 notes · View notes
tulisankidal · 29 days
Text
Kepadamu
Kepadamu. Yang jantungnya tak lagi berdebar, semoga tetap dianugerahkan sabar.
Kepadamu. Yang hatinya tak lagi berbalas, semoga lekas ditemukan ikhlas.
Kepadamu. Yang genggamannya tak lagi erat, semoga senantiasa dihadirkan kuat.
Kepadamu. Yang raga dan jiwanya tak lagi butuh, semoga selalu diberi utuh.
───
Kepadamu, aku hanya berpesan satu; pulihlah, sungguh. Pahami jika ini hanya perihal waktu. Memang tak ada yang tahu ― entah berlangsung hari, minggu, atau kehabisan waktu.
14 notes · View notes
tulisankidal · 29 days
Text
Zamrud Merah
"Aku tak secantik perempuan lain, tuan. Aku pun tak pandai berdansa." ucap wanita itu.
"Lantas apa itu alasan untuk tak mencintaimu? Aku tak peduli, zamrud merah pun kalah cantik dan berharga dibandingmu." tuannya menjawab.
"Kau milikku, kau kepunyaanku. Kemarin, kini, dan seterusnya."
10 notes · View notes
tulisankidal · 1 month
Text
Negeri Seberang
Alkisah, ada seorang pemuda yang memutuskan pergi berkelana jauh dari rumah bersama kuda tua peninggalan kakeknya. Ia meninggalkan ibu beserta dua saudaranya. Berat dan melelahkan.
Setelah beberapa waktu, ia berhenti dibawah pohon beringin untuk sejenak rehat. Tak jauh dari situ, terlihat seorang pria penempa besi yang sedang mengumpulkan rongsok untuk diolah.
Kontak mata diantara mereka pun bertemu dan saling melempar keramahan. Tak lama pria tersebut membuka perbincangan.
"Mau pergi kemana, nak?" ujarnya.
"Aku ingin pergi ke negeri seberang untuk berdagang agar keluargaku di desa dapat makan dan hidup enak" jawab si pemuda.
"Apa kau punya kekasih?" pria tersebut bertanya lagi.
"Ya, dia adalah wanita yang sangat kukagumi. Tak hanya indah rupanya tapi juga tangguh hatinya. Ia bagaikan telaga di tengah sabana. Tapi sekarang aku pergi darinya untuk berjuang, tak hanya untuk keluargaku tapi untuknya kelak." jawabnya.
"Bagaimana jika ada saudagar kaya yang baik hati lebih dulu datang padanya dan meminangnya? Apa kau tidak kecewa?" tanya penempa besi yang makin penasaran.
Mendengar itu, si pemuda terdiam sejenak. Ia paham betul konsekuensi buruk itu sangat bisa terjadi padanya. Dengan nada suara berat, si pemuda menjawab.
"Tak munafik, itu jelas membuat jiwa dan hatiku sangat sakit bak dihunus lima bilah pisau. Tapi aku tak mampu membencinya."
"Kenapa begitu?" tanya penempa besi.
"Sebab aku tahu itu yang terbaik untuknya. Aku menyayanginya. Rasa yang sedalam palung di luasnya samudera. Meski yang ia tangkap mungkin hanya sebatas permukaan." ucap pemuda dengan penuh keyakinan.
"Aku merelakannya. Namun aku akan tetap dan selalu menyayanginya, dari jauh, dalam diam" tutupnya.
6 notes · View notes
tulisankidal · 1 month
Text
Siomay
Rabu siang yang terik di kampus.
Ben dan Kareem, dua sejawat yang tak terpisahkan sejak kecil. Keduanya mulai menjadi sohib karena sering berenang bersama di sungai kampung setiap pulang mengaji.
Sambil menunggu kelas selanjutnya, dua pemuda rantau ini memilih pergi ke kantin dan membeli makan siang.
Ben memilih siomay tanpa pare satu porsi penuh. Sedangkan Kareem dengan siomay lengkap setengah porsi, lagi diet katanya. Untuk minuman, mereka bersepakat.
"Apapun makanannya, minumannya tetap air putih hangat. Selain menyehatkan, gratis pula tentunya." ucap mereka. Tipikal mahasiswa.
Tak lama, pesanan mereka pun tiba. Tanpa ba bi bu, mereka melahapnya dengan segenap nafsu namun tak lupa berdoa.
Namun ada raut yang tak biasa di wajah Ben. Ia tampak tak terlalu menikmati siomaynya.
Kareem yang penasaran dengan sahabatnya ini sontak bertanya,
"Kenapa bro? Bukannya kau sangat menyukai siomay ini hingga terbawa mimpi? Kudengar kalau siomay disini juara satu seantero kampus." ucap Kareem keheranan disertai logat Banjar khasnya.
Ben yang mendengar pertanyaan itu seketika merenung, lalu tersenyum tipis.
"Ya bro siomay ini enak, sungguh. Bumbu kacangnya manis dan kental. Siomay dan kentangnya juga dimasak empuk. Tapi menurutku ada yang kurang." ujarnya.
"Apa itu?" Kareem penasaran.
"Rasa kasih dan tawa kecil diwajahnya saat makan bersama sepulang sekolah. Aku merindukannya."
6 notes · View notes
tulisankidal · 1 month
Text
Bulan
Malam itu,
Langit seakan ingin memamerkan eloknya.
Jutaan bintang unjuk diri siapa paling menawan,
Namun senyuman sang bulan membius atensi.
Mendekapku kedalam tenang.
Wahai Tuan dan Puan,
Bolehkah aku merindukan bulan?
Sebab cahayanya mengisi relung jiwa, hangatnya mencairkan dingin malam.
Bulan yang kini tak lagi digenggam.
9 notes · View notes
tulisankidal · 1 month
Text
Berlayar
Sore hari. Di pinggir pantai biru.
Sang putri mengantarkan tuannya pergi berlayar mencari rezeki dari Sang Kuasa.
Hanya ada tangisan sedu yang disertai peluk hangat diantara keduanya.
Sungguh, saling rekat. Tak ingin berpisah. Keharuan.
Tak lama, perahu sudah bergerak terbawa ombak tanda tuan mulai meninggalkan pantai.
Dari kejauhan pria paruh baya dengan janggut putih tipisnya menghampiri sang putri yang berdiri terisak-isak, sendirian. Rupanya dia adalah nelayan disana.
Ia yang seakan tahu dan tak asing dengan pemandangan perpisahan, datang mendekat dan bertanya.
"Bagaimana kalau tuanmu pergi sangat jauh dan melupakanmu, nona? Jelas itu sangat menyakitkan untukmu" ucap pria itu.
Sang putri terdiam sejenak. Entah apa yang ia renungkan usai mendengar pertanyaan itu. Sorot matanya kosong, jantungnya berdegup tak karuan, tangan dan seluruh jiwanya bergetar.
Tak perlu diberitahu, bahwasanya ia sedang menahan semua kepedihan. Entah sesakit apa.
Lalu sang putri menjawab sesenggukan sambil menyeka sisa air matanya yang sedari tadi keluar tak berhenti.
"Tak apa, nelayan. Bila hal itu membuatnya bahagia, aku pun akan turut senang atasnya" kata sang putri dengan senyum di wajahnya.
"Tetapi aku tetap berdiri disini dan berdoa segala hal baik untuknya. Menunggunya pulang. Aku sangat mencintainya" lanjutnya.
Mendengar ucapan itu, si nelayan pun hanya bisa tersenyum. Ia tahu betul senyuman di wajah sang putri hanyalah kepalsuan, berbohong, dan menipu diri. Ia tak baik-baik saja.
Meski sakit, ia tetap menanti. Menunggunya kembali, cinta tulus sejatinya.
5 notes · View notes