Text
Dan, nasihat ummi masih sama..
Jangan menaruh nama siapapun dalam hati sebelum akad terjadi..
Sebelum fajar. 05.05 CLT Merayu-Mu.
6 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/42e55785916602a932324f9cc1307440/b0c8256215e7c024-66/s540x810/ba8cd67cfc27a6e7148740caf458ca0563875bd1.jpg)
Duhai Allah, di masa depan yang penuh misteri. Aku titipkan satu pinta ini, terserah Engkau, baik-Mu, rahasia cinta-Mu.
Di banyaknya kemungkinan dan kemustahilannya yang menghiasi, aku meminta ini..
3 notes
·
View notes
Text
Menumbuhkan secercah keyakinan.
Biarkan waktu yang menjawab harapan.
5 notes
·
View notes
Text
Dalam kondisi tenang gini, gue keinget saat gue depresi dan disuruh banyak ibadah. Pada saat itu, gue marah banget sama yang nyuruh gue ibadah. Gue ngerasa mereka nggak bisa berempati ke gue dan jadinya judgemental.
Sekarang gue jadi menyadari bahwa perasaan marah semacam itu cuma sementara aja. Akan hilang kalau luka batin kita sembuh.
Gue pernah ada di fase ketika ditanya:
"Kenapa kamu milih beragama?"
"Karena islam nggak bertentangan dengan value gue. Gue males belajar soal value lebih jauh"
"Berarti kamu nggak beriman?"
"Gue beriman sama Tuhan. Tapi gue berpikir bahwa gue bisa menjangkau Tuhan dari jalur manapun. Kebetulan gue belajar Islam dari kecil dan gue cukup malas untuk switching belajar sistem value yang yang lain"
Sekarang sudut pandang gue udah beda.
I love my mundane life karena hal yang mundane semacam ini ngasih gue ketenangan. Ngasih gue ruang dan waktu buat mengeksplore banyak hal dengan hati yang tenang dan tidak gelisah.
Pada akhirnya gue sama seperti Muslim lainnya. Insya Allah sepenuhnya memilih islam dengan sadar. Bukan karena males nyari value 😅
Gue masuk di fase "males nyari value" tuh bukan karena gue "kritis". Tapi karena gue capek banget. Depresi setelah Ibu berpulang. Depresi karena bingung sama ritme hidup yang berantakan. Pengen nyari ketenangan dengan berbagi ke orang lain. Sementara jawaban-jawaban orang yang gue harapkan justeru membuat hati gue semakin sakit.
Gue lalu memutuskan untuk telaten ke psikiater, sementara waktu pasang boundary dari nasihat-nasihat yang berpotensi membuat diri gue semakin down, mengambil jarak dari kajian yang biasa gue ikuti 😂
Tapi di situ justeru keluar pertanyaan dari temen gue yang memilih jadi atheis:
"Kenapa kamu tetep jadi orang yang beragama kalau agama ga bisa bikin kamu nyaman?"
Pertanyaan itu nggak langsung gue jawab. Gue mikir kenapa gue tetep beragama?
"Karena agama terlalu familiar buat gue"
"Karena gue males nyari value yang lain"
.... dan banyak karena-karena yang lain. Dari yang paling make sense sampai yang paling nggak make sense.
Sampai gue berkesimpulan:
"Karena gue percaya sama Allah. Gue percaya Allah menurunkan panduan pada hamba-Nya. Lewat Al Quran, lewat akal, lewat keteraturan di alam semesta dan banyak lagi"
Lantas setelah menemukan keyakinan tersebut, apakah gue menjadi orang yang menggebu buat hijrah?
Saat ini tidak 😂 Karena nyatanya personality asli gue tuh ya klemar-klemer, kalem, bukan yang menggebu banget. Jadi sekarang lebih menikmati belajar lagi.
Apakah masih marah ke temen-temen gue yang ga berempati saat gue depresi?
Udah enggak 😅 Tapi jadinya sekarang pelan-pelan nyari kajian yang kalem dan empatik biar pas gue lagi down, gue ga trauma sama kajian 😂
Gue juga belajar lebih jauh tentang psikologi dan tazkiyatun nafs. Karena gue ngerasain ketidakpahaman kita tentang cara kerja emosi, memori, logika dan perasaan manusia kadang ngebawa kita ke mental yang tidak sehat. Padahal kita pasti pengen pas kita berpulang kelak, Allah manggil kita sebagai jiwa yang tenang (Nafs mutmainnah), kembali sebagai jiwa yang ridho dan diridhoi oleh Allah.
Gue nulis ini udah dalam kondisi cukup damai 😂 Dulu tuh otak sama perasaan gue cukup chaotic. Gimana ya? Orang sekitar gue dulu tahunya gue cukup alim dan sering ngisi kajian. Habis itu gue depresi dan trauma sama kajian 😂 Mengutarakan hal semacam ini dengan terus terang di ruang publik malah ga menyelesaikan masalah. Yang ada gue malah makin ribut dan lama sembuhnya wkwk. Sekarang gue ada di tengah-tengah. Masih trauma sama kajian, nggak mau punya image alim kayak dulu, nggak pengen ikut kajian yang ada harakahnya, tapi pelan-pelan mengkondisikan diri untuk belajar lagi 😂😂😂
35 notes
·
View notes
Text
Nak, istirahatkanlah hatimu dari berharap pada keridhaan manusia
Nak, istirahatkanlah hatimu dengan mengharap hanya keridhaan Allah
48 notes
·
View notes
Text
tidak semua..
tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
beberapa waktu ini berseliweran tulisan di media sosial seperti ini,
otak: gak harus dia.
hati: gak, harus dia!!
dan aku jadi teringat dengan beberapa kejadian waktu lalu, tentu cerita ini aku tulis sudah atas persetujuan kedua belah pihak. berawal dari suami yang sering dimintai temannya laki-laki untuk dibantu dicarikan jodoh. sejak awal suami tidak ada niatan untuk menjadi perantara seseorang mencari jodoh. namun entah mengapa suami berubah pikiran dan mau membantu temannya mencarikan jodoh.
suami melihat keseharian temannya ini yang Masya Allaah sekali. mulai dari keilmuannya tentang agama, adab, akhlaknya ia yang sopan, lemah lembut, serta secara fisik teman suami ini tergolong tinggi, kulit bersih terawat untuk ukuran laki-laki, berjenggot, dan teduh.
lalu suami membicarakan ini denganku, bertanya kepadaku apakah aku punya teman perempuan yang juga mencari jodoh. aku terpikirkan dengan seorang teman, aku kenal baik sebelum aku menikah bahkan sampai aku telah menikah. dia perempuan yang baik, lemah lembut sekali, tutur bicaranya lembut namun tidak lebay. dia cantik, berpendidikan tinggi (S2), agamanya baik, selama bermuamalah dia orang yang amanah. menurut pandanganku dia akan cocok dengan teman suami.
singkat cerita, aku dan suami bersepakat untuk membantu keduanya menjembatani proses ta'aruf. barangkali Allaah takdirkan mereka berjodoh,. karena akan Masya Allaah, sekali jika memang mereka bersatu. pertukaran biodata keduanya sama-sama ada ketertarikan, cocok dan bersepakat untuk lanjut ditahap berikutnya. tahap berikutnya mereka bertemu untuk nadzor. kedua belah pihak pun setuju, proses ta'aruf berjalan dengan baik.
selama proses ta'aruf berlangsung aku dibuat takjub oleh kedua pasangan ta'aruf ini. mereka benar-benar menjaga diri mereka dari hal-hal kecil selayaknya bermudah-mudahan berkirim pesan tanpa udzur. mereka berdua bahkan tidak tahu nomer satu sama lain. komunikasi dilakukan benar-benar melalui kami selaku perantara. komunikasi berjalan dengan baik, bahkan pertanyaan yang diajukan ketika proses bertemu benar-benar berbobot, tidak menya-menye, point penting ekonomi, pengasuhan anakpun mereka bicarakan dengan baik. keduanya bersepakat untuk lanjut ke proses khitbah dan bersepakat untuk menikah.
ujian dimulai.
ketika kedua belah pihak bersepakat untuk menuju jenjang pernikahan. mereka diuji satu sama lain. orangtua teman perempuanku jatuh sakit, ayahnya stroke. ketika ayahnya sakit, tanggal pernikahan yang sudah ditentukan terpaksa dimundurkan dari rencana. sebab temanku ingin melakukan baktinya sebagai anak sebelum menjadi istri orang. laki-lakinya setuju untuk menunggu beberapa bulan sampai ayahnya sembuh atau setidaknya bisa beraktivitas dengan tidak dibantu.
selama proses perawatan ayahnya, mereka berdua tidak ada komunikasi. benar-benar menjaga satu sama lain. lalu ujian berikutnya datang di pihak laki-laki. ibu dari pihak laki-laki memiliki calon yang ingin dikenalkan ke anak laki-lakinya. awalnya teman laki-laki suamiku ini menolak, sebab ia sudah berjanji akan menunggu ayah calonnya ini sembuh. namun ibunya sudah tidak sabar ingin melihatnya segera menikah, mengingat usianya sudah tidak muda lagi menurut pandangan sang ibu. "35 tahun umur yang sudah seharusnya bisa meanugerahi ibumu ini cucu"
meski teman suamiku ini sudah ngaji, sudah paham, namun ia mengatakan bahwa ia masih perlahan-lahan memahamkan Islam di keluarganya terutama ibu bapaknya. aku memahami ini, bahwa tidak semuanya dari kita cukup beruntung bisa lahir dan tumbuh di keluarga yang paham nilai-nilai dasar agama Islam.
sampailah pada putusan final, suami mendapat undangan langsung dari teman laki-lakinya tersebut. suamiku cukup kaget dan menanyakan bagaimana dengan proses ta'aruf yang ia jalani. sebab dari kabar terakhir keduanya memutuskan untuk ditunda, menunggu dan saling menjaga ditempatnya masing-masing. belum ada salah satu pihak yang memutuskan untuk diakhiri.
pada akhirnya teman suami merangkul suami dengan meminta maaf dan menangis. ia siap pergi menemui teman perempuanku untuk mengakhiri proses ta'aruf nya dan meminta maaf sebab memutuskan sepihak. dia tidak menjelaskan kenapa akhirnya ia memutuskan memberikan. undangan ke suamiku. namun setiba dirumah suami bercerita dan akhirnya kita mencoba memahami sudut pandang satu sama lain, bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan akan cocok. tidak semua ikhtiar baik yang dilakukan akan berakhir dengan kesepakatan. bahwa tidak semua rencana manusia akan berjalan sesuai dengan kemauannya. manusia boleh berencana bagaimanapun, pada akhirnya Allaah yang menentukan takdir untuk kita semua.
singkat cerita, aku, suami, dan teman laki-laki suami bertandang kerumah teman perempuanku. untuk meminta maaf, untuk meminta kelapangan hatinya, untuk memutuskan proses ta'aruf ini. aku meminta maaf kepada temanku dan ikut menangis dengannya ketika selesai, dan suamiku juga menenangkan temannya yang menangis dimobil. rasanya semua merasakan sakit tak berdarah satu sama lain.
baru kali ini, aku merasakan sakitnya dari berakhirnya prosesi ta'aruf. bukan karena perempuan ini temanku, atau laki-laki itu teman suami. melainkan sedihnya melihat perpisahan kedua orang yang menurut pandanganku keduanya ini baik, dan akan cocok bila bersatu. namun sekali lagi Allaah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
aku dan suami menghadiri pernikahan teman suami. kami berdua hadir di acara ijab qobulnya. berlangsung khidmat. aku berada diruang tunggu mempelai pengantin wanita. aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang jika dilihat usianya seperti ibuku sendiri. rupanya benar, beliau adalah orangtua dari calon pengantin. aku memberikan tisu dan minum untuk menenangkannya, dan tak terasa aku dan beliau terlibat obrolan yang mendalam.
selama perjalanan pulang aku terdiam sambil ku takjubi apa yang sedang aku rasakan. aku bercerita kepada suami bahwa aku bertemu dengan ibu pengantin temannya. rupanya si A (inisial nama pengantin) ini sudah yatim sejak umur 5tahun, ibunya membesarkan dia dan kedua saudaranya sendiri. si A ini lulusan terbaik di LIPIA ditahun itu. seorang hafidzah, S2, dan dia punya yayasan tempat untuk anak-anak mempelajari Al-Qur'an. dan disaat yang sama aku mendapat kabar di Wa dari teman perempuanku. bahwasanya ada seorang kakak kelasnya datang kerumah dan memitanya langsung ke orangtuanya. dia menerimanya dan bersepakat bulan depan untuk menikah. sebab calonnya yang juga kakak kelasnya ini sedang menempuh study S3nya ini di Malaysia.
ya Allaah, lalu aku menangis. kedua orang baik ini bertemu dengan pasangannya masing-masing dengan caranya masing-masing. selama perjalanan pulang pembicaraanku dan suami hanya tentang mereka berdua. kami mencoba menelusuri satu per satu yang membuat masing-masing dari kami berpikir tentang bagaimana jodoh itu berjalan. bagaimana ketetapan Allaah itu terjadi.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Barangkali kita pernah. menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalananya. meski pada akhirnya ketetapan Allaah yang jadi pemenang.
barangkali kita pernah. melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
barangkali kita pernah. dibuat takjub atas perjalan yang Allaah kehendaki. sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
pada akhirnya kita akan paham bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
akhirnya aku memahami kembali, benar ya, seseorang yang begitu menjaga dirinya akan Allaah jodohkan dengan seseorang yang juga terjaga dengan baik. dan akupun juga menyadari bahwa sesuatu yang kita tangisi kelak akan kita syukuri pada akhirnya. Allaah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah bersabar tanpa memberikan kabar gembira.
menuliskan ini dengan perasaan masih haru, dan berkaca-kaca, lalu hujan turun. || 19 Januari 2025
289 notes
·
View notes
Text
Pasti... kita pernah punya satu orang yang kita simpan dalam hati, namun tak pernah benar-benar kita perjuangkan.
Sebab dia hanya membingungkan��seperti hadir tapi tak utuh, seperti dekat tapi juga jauh.
377 notes
·
View notes
Text
Barangkali, pangeran.
Bukan istanaku yang satu - satunya kau tuju, bukan pintuku satu - satunya ketukmu, bukan hatiku satu - satunya yang kau rayu.
Dan itu bukan masalah buatku. Sebab sepertinya kakiku pun masih kuat berdansa sendirian. Sepertinya tamanku pun masih elok kuwarnai sendirian. Sepertinya tidak akan masalah pun kalau yang mengetuk istanaku adalah bongkahan batu nisan.
Barangkali, pangeran. Aku hanya bunga matahari. Yang datang di kehidupan menghiasi tamanmu bersama permaisuri yang kau pilih.
Barangkali, pangeran. Belatimu pun tercipta untuk menghunus keberadaanku, kuning menyala yang tak ada harumnya. Tidak ada gunanya.
Barangkali, pangeran. Aku hanya akan jadi sesuatu yang senantiasa menanti untuk merayakanmu. Dengan percaya atau tidak percaya. Dengan dusta atau fatamorgana. Dengan rahasia atau permainan tebak kata.
Aku senantiasa menunggu bila kau butuh rayaku, pangeran.
Kairo, 27 Desember 2024
9 notes
·
View notes
Text
Nak, jadikan dirimu dekat sedekat-dekatnya dengan Allah. Sehingga tidaklah mendekat kepadamu kecuali yang hatinya juga dekat kepada Allah. Karena telah Allah tetapkan fitrah bagi setiap ruh (jiwa), kecenderungan hati untuk mendekati yang sefrekuensi.
Pesan Ibunda tercinta, semoga Allah selalu merahmatinya.✨❤
@rizqan-kareema.
281 notes
·
View notes
Text
Kupu - kupu menari di raga.
"Selain membuat cerpen apakah kau bisa menari tuan? diiringi dengan daftar nyanyian yang aku tunjukkan." Tanya permaisuri pada pangeran.
"Bunganya sudah layu?" "Terima kasih sudah menjaga bunganya." "Kalau kamu tidak menjaganya pasti sudah sirna." Lirih pangeran. Susun kalimat sederhana penuh kehati - hatian, menghindar dari pisau yang seringkali ia bawa tanpa sadar..
"Tenang tuan, bunganya mungkin tidak abadi, tapi rasanya abadi."
Kairo, 24 Desember 2024.
5 notes
·
View notes
Text
“Yang tampak indah belum tentu membawa kebaikan.”
Terkadang, keindahan hanyalah selubung dari ujian yang harus kamu lewati. Kamu mungkin tergoda memilih mawar karena pesonanya, namun durinya membuatmu terluka.
Sementara, bunga asoka yang sederhana mungkin luput dari pandangan, tapi ia hadir dengan kehangatan yang tulus.
Jangan biarkan mata menguasai hati. Sebab perihal memilih pelengkap jemari, biarkan hatimu menilai dengan bijaksana, juga perhatikan sinyal dariNya.
Ruang semesta, 9/12/24.
150 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/38727872ebe2621798b418c14d1a2fdd/5cb9144349973ef2-5b/s540x810/1d0e64dca01634485ede78e04c76bfd011c69e17.jpg)
Run away from sins as if you're running away from fire
482 notes
·
View notes
Text
Hei, Allah udah ngasih “sign” tuh.
Sangat tidak bijak kalau kamu malah pura-pura engga peka.
Jangan ya dek ya, jangan.
74 notes
·
View notes
Text
Sayang buang - buang support buat orang yang not deserve tuh 🙂↕️.
Cewek pinter
Kalau tipe cewek yang pinter dan bisa support kayak gini, bang Raymond siap ga dengan kemungkinan kalau istrinya punya ambisi sendiri, jadi suami bisa jadi harus kompromi? Karena cewek yang bisa support, bisa diskusi, dan ngerti gini biasanya pinter. Dan yang pinter biasanya punya tujuan sendiri.
Adalah reply komen masprim di X, yang aku setuju banget.
Indikator "pinter" nya terserah masing-masing, entah cumlaude, juara olimpiade, lolos tes asn/bumn, atau pinter milih skinker misalnya.
"Pinter" yang gak iya-iya aja tanpa tau alasan/diskusi sebelumnya.
Sejauh ini, belum nemu yang bisa support goal ku, ya, semoga ada.
26 November 2024
44 notes
·
View notes
Text
Tembok itu adalah dirimu sendiri
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/8cf48f3f5cb72ada1ac8b085cad0c5da/cfb557b3c2f94b0b-36/s540x810/d56b62ef36b4458f22d7d053f962db585d798e9f.jpg)
Ternyata di kehidupan ini, bukan soal menjadi pemenang atau pecundang, tetapi tentang memilih; bertahan lalu melanjutkan perjalanan atau menyerah sebelum sampai pada akhir terhadap; takdir-takdir sulit atau pahit yang sedang di jalani; mimpi atau harapan yang sedang berusaha di wujudkan; serta kayuhan ikhtiar, doa-doa dan prasangka baik yang sedang di perjuangkan.
Ternyata di kehidupan ini, musuh nyata kita bukanlah orang lain. Tetapi diri sendiri. Bagaimana kita mampu terus meluruskan niat, menaklukan ketakutan, meredam keraguan, juga membersihkan prasangka yang ada.
Selalu ada tembok besar yang menguji tekad kita, ketika kita ingin berubah menjadi lebih baik atau memulai sesuatu kebaikan. Selalu ada keragu-raguan yang menguji keyakinan kita, ketika kita ingin memperjuangkan kebaikan. Pun selalu ada prasangka buruk ketika apa yang kita perjuangkan belum jua menjadi kenyataan.
Tetapi jika kita meyakini itu adalah suatu kebaikan maka petunjuk-Nya akan selalu melapangkan dada kita untuk terus melanjutkan pilihan atau keputusan yang sudah di ambil. Maka teruslah bertahan dan berjalan. Sebab tanpa harapan, pertolongan dan kemudahan dari sisi-Nya, kita bukanlah apa-apa dan takkan mampu mencapai apa yang sedang kita perjuangkan.
Suatu pagi, 11 Agustus 2024 07.57
249 notes
·
View notes
Text
Nyaman banget kek gini. Gaada seseorang yang gila - gilaan dikagumi, dicari - cari, perhatiannya dinanti.
Nyaman banget fokus sama diri sendiri.
8 notes
·
View notes