Tumgik
#berawan
herupras · 11 months
Text
Tumblr media
jam dua lewat tujuh menit
seperti yang sudah-sudah, aku merayakan berkurangnya umur di dunia sekali lagi. kali ini 27, perayaan atau perenungan masih abu-abu aku masih belum bisa menafsirkan ini secara sempurna. konon, 27 menjadi angka sakral dalam fase kehidupan. tapi ya sudah hidup harus terus berjalan, tanpa atau dengan makna.
tadi pagi sebagian cuaca cerah sebagian berawan mendung, aku berangkat pagi sekali ke kantor. mengemas dan membawa kecemasan yang berulang. tapi apa yang tidak berulang? semua berulang, luka berulang, kesedihan berulang, perasaan-perasaan berulang. hari ini tahun kembali berulang. 6 november juga berulang.
waktu berlari, cepat sekali. rencana-rencana kemarin beberapa masih lalai terlaksana. aku berencana kembali. semoga-semoga yang kemarin masih sama dengan hari ini. dengan sepotong harapan aku bersikeras melanjutkan perjalanan, berharap suka cita bersemai di sisa-sisa waktu. ya, walaupun badai kadang bisa datang menerjang kapan saja.
terima kasih atas segala hal, berguna atau tidak. banyak do’a, tapi yang selalu tak henti aku beri amiin: semoga kuat selalu, dalam hal apapun. apapun.
hbd btw.
– bdg, 06 Nov 23.
22 notes · View notes
duniasoputra · 10 months
Text
i k h l a s
Perihal bagaimana sikap manusia lain terhadapmu: biarlah.
Hidup ini sudah sulit, tak usah memperumit segalanya dengan pikiranmu yang pelik.
Berawan, 23 November 2023
15 notes · View notes
fitriaal · 8 days
Text
Masih awal September.
Hari ini, langit sedang cantik-cantiknya. Cuaca cerah, tak berawan. Namun, tiba-tiba langit berubah, awan mulai berkumpul, menutupi matahari yang tadi bersinar terang, diiringi gemuruh yang mulai terdengar dari kejauhan. Namun hingga sore menyapa hujan tak kunjung datang. Sekarang langit kembali cerah dan matahari kembali bersinar.
Malam sebelumnya, hujan datang tanpa diduga. Pohon-pohon bergoyang dalam gemuruh angin yang meraung, seakan ikut merayakan kedatangan hujan yang selama ini dirindukan oleh penduduk bumi. Hujan turun membawa kesejukan, menyusup di antara celah-celah dahaga setelah berbulan-bulan, cuaca cerah namun membuat peluh mengalir deras, siang dan malam.
Ya, begitulah cuaca. Seperti hidup, yang tak selalu cerah. Kadang berawan, kadang berawan disertai gemuruh, kadang hujan gerimis, kadang hujan disertai angin kencang, disertai gemuruh kilat dilangit. Dan terkadang langit tampak cerah namun gerimis membasahi bumi.
Maka, biarkanlah hujanmu tumpah. Sebab, setelah hujan berakhir, udara akan terasa lebih segar, lebih sejuk, dan akan muncul perasaan lega.
Tumblr media
6 notes · View notes
lamyaasfaraini · 8 months
Text
Day 3 - Clouds
30 days photography challenge
Tumblr media
Bingung milih foto awan. Dari sekian banyak foto langit ada yg berawan ada yg ngga. Foto ini diambil pas kita hiking ke gunung putri lembang, kabut udah mulai menipis karena udah mulai siang, sekitar jam 7an lebih kayanya. Kata suami ini "negeri diatas awan" haha baru ketinggian segini ya, apalagi ya yg tingginya ribuan kali lipat dari ini negeri diatas awannya kaya gimana~. Gradasi warna langit dan awannya cantiqqq bingitttt..
1 foto lagi ah~
Tumblr media
Foto langit dan awan di Jogja, dan terlihat candi Prambanan dari jauh. Karena ini siang hari terik sekali, kami menikmati pemandangan ini sambil maksi dari cafe wanawatu dan destinasi berikutnya ke candi prambanan. Langit ini sesaat sebelum hujan badai di Prambanan, derassssss bgttt.. Padahal dari terik dan gerah bgt taunya ujan sampe sore, tapi pas sesorean enakeun jalan2 tifis di Malioboro jadinya adem~
5 notes · View notes
sebeningembun-world · 6 months
Text
*Day 1:*
Berkenalan dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam...
*Yang tampan!*
📜 Dari Jabir ibn Samurah, dia berkata: Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ pada suatu malam yang tak berawan terang karena cahaya bulan. Aku menatap Rasulullah ﷺ dan rembulan bergantian sedang beliau mengenakan pakaian berwarna merah kala itu. Sungguh di mataku beliau lebih indah dari rembulan.(HR. Tirmidzi)
*Sekarang kamu tahu...*
Bahwa Rasul kamu tampan! Dikatakan ketampanan beliau melebih Nabi Yusuf alaihissalam 😮
Jika kamu penasaran bagaimana rupa beliau, kamu bisa cek deskripsi para sahabat yang pernah bertemu langsung dengan beliau sebagai berikut:
Wajah beliau bundar, tapi pipi beliau tidak tembam. Wajah beliau tidak tajam seperti pedang, melainkan bundar seperti rembulan. Dahi beliau lebar, selaput pelangi mata beliau hitam pekat, bulu mata beliau panjang, alis beliau tipis, panjang, melengkung sempurna dan tidak menyambung, di antara keduanya terdapat urat yang nampak saat beliau marah. Hidung beliau mancung, janggut beliau tebal. Terdapat celah antara gigi depan Rasulullah ﷺ. Menurut sahabat Ibn Abbas, ketika beliau berbicara seakan ada cahaya yang keluar dari mulut beliau. Beliau sangat sering tersenyum.
Kulit beliau putih tapi tidak terlalu putih, tidak juga sawo matang. Dikatakan bahwa kulit beliau putih dengan rona kemerahan.
Rambut beliau tebal, tidak keriting dan tidak juga lurus, melainkan bergelombang. Panjang rambutnya biasanya hingga cuping telinga beliau, ada riwayat yang mengatakan rambut beliau sampai menyentuh pundaknya. Jika rambut beliau panjang maka sangat mudah dibelah, namun biasanya rambut beliau tidak melebihi cuping telinga. Ketika Rasulullah ﷺ meninggal dunia, rambut putih di kepala dan janggut beliau tidak sampai dua puluh helai.
Postur tubuh beliau tidak terlalu tinggi, tidak juga terlalu pendek. Kata sahabat Hind ibn Abi Halah, beliau lebih tinggi dari rata-rata, namun lebih pendek dari orang yang jangkung. Tubuhnya bagus, badan beliau sedang, berisi namun tidak gemuk. Perut beliau rata, dada beliau lebar dan bidang.
Telapak tangan beliau lebar dan sangat lembut, lebih lembut dari sutera kalau kata sahabat Anas ibn Malik. Kaki dan tangan beliau panjang. Kata sahabat al-Aswad, tangan beliau lebih dingin dari salju dan lebih wangi dari minyak kasturi.
Bicara tentang aroma, beliau ﷺ sangatlah wangi. Sahabat Anas ibn Malik berkata: Aku belum pernah mencium suatu aroma atau wewangian yang lebih harum dari aroma atau wangi Nabi ﷺ.
Untuk deskripsi terakhir, lebih dari satu orang sahabat yang berkata: Aku tidak pernah melihat yang serupa dengan beliau sebelum maupun sesudah beliau. Seistimewa itu beliau.
❣️Semoga kita menjadi bagian dari umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mengenal dan mencintai beliau, yang mendapat syafaat beliau, yang beliau banggakan kelak saat kita berjumpa di akhirat nanti, aamiin 🤲🏻
#RamadhanMubarak
#RamadhanOneDayOneChallenge
#RODOC
#SmallStepsForABetterMuslim
2 notes · View notes
sekadarnyasaja · 9 months
Text
Aku tidak tahu bagaimana cara agar aku tidak menulismu. Meskipun itu perihal kesedihan dan kepedihan.
Terkadang aku ingin engkau abadi di hidupku. Tapi, aku mengingat apa yang kupilih kala itu. Aku mengingkari kebahagiaan dan menolak kegembiraan persis seperti yang dituliskan oleh Aan Mansyur untuk Anna yang muncul di kotak masuk email-ku.
Aku tidak tahu bagaimana cara agar aku tidak menulismu. Meskipun harus sedu sedan dan penuh kepayahan.
Aku ingin engkau berbahagia selalu. Tidak harus bersamaku atau aku bersamamu. Tidak harus selaras inginku dan inginmu. Melainkan, apapun itu berbahagialah selalu, Kekasihku. P.s. ditulis di kala hujan gerimis berawan mendung selepas membaca tulisan mas Aan Mansyur berjudul 1 Januari 2024 - untuk Anna.
2 notes · View notes
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Perantara Mengitari Bahari
Membawa ratusan raga secara bersamaan Mengelilingi buana menuju tempat haluan Tidak peduli langit terang ataupun berawan Tugas utama memastikan segala jiwa tiba pada tujuan dengan aman Agar tak hanya menjadi wacana seluruh perjalanan Mentari belum menampakkan terang sinarnya Akan tetapi tugasku telah lebih dulu menyapa Mengantarkan satu rombongan bersama Menuju satu pulau di ujung Nusantara Menikmati liburan akhir tahun yang istimewa Bangku depan pada barisan yang nampak silau Terlihat dua sejoli sedang asyik bersenda gurau Menanti waktu keberangkatan menuju kota rantau Memulai perjalanan baru sebagai pasangan tanpa ada risau Lantaran kini dua raga telah menjadi satu tanpa rasa galau Kursi hitam di pojok jendela kanan Nampak lelaki paruh baya dengan kertas bertumpukan Terlihat terlena dengan artikel yang saling berserakan Tak ada pertanda untuk memulai percakapan Bahkan dengan wanita jelita yang sedang bersandingan Sebagai perantara akan ratusan raga yang hendak pergi Menjadi salah satu dari banyaknya alat transportasi Meskipun tak seperti kawanan yang lain berada di bumi Namun tugasku tetaplah sama meski berada pada dirgantara yang tinggi Aku adalah pesawat terbang dengan tubuh bak gergasi Selalu mengudara mengitari laut bahari
3 notes · View notes
yasmijn · 2 years
Text
Romanticizing pieces of NL
Tadi pagi mendung di Jakarta Barat (mepet Selatan). Langit abu-abu penuh awan, sedikit rintik, dan hawa tidak panas. Sebenarnya suasananya muram, tapi waktu aku naik ojek ke kantor sambil lihat langit, aku kayak lagi lihat langit familiar di Belanda. Negara dengan cuaca labil (kadang mereka sendiri suka bilang kalau di Belanda itu you’ll experience four seasons in a day). Tapi sering tiba-tiba berawan, berangin. Ya kayak langit tadi pagi. Rasanya jadi pengen ngecek Buienradar.
Hari Minggu kemarin main ke IKEA Kota Baru Parahyangan sama Mama. Waktu mulai masuk area display, aku kayak lagi ada di IKEA Olof Palmestraat. Tempatku nyari kotak bekel - karena jadi mahasiswa duit ngepas maka tiap hari harus banget bawa makanan sendiri ke kampus untuk nanti di-microwave. Tempat aku dan teman-teman bela-belain naik sepeda di hari Minggu pagi hari karena waktu dulu masih ada 1 euro breakfast yang isinya telur, croissant, butter, dan hot drink. Tempat melipir ketika mulai berganti musim karena harus beli printilan ini dan itu.
Waktu pertama kali mampir ke McD Joglo dan nyobain mesen pake mesin self service, ya rasanya sama aja kayak lagi mesen McD di Eropa. Pencet-pencet menu sendiri, bayar sendiri (ya walau kartunya harus dicolokin ke card reader dan nggak bisa dipindai doang kayak kalau pake kartu debit Belanda), ambil nomor dan nunggu makanannya jadi. Bedanya kalau disini ya sampah makanannya gausah dibuang sendiri juga gak papa.
Untuk berpindah antar gedung kantorku, disediakan sepeda. Jaraknya deket sih mungkin cuma puluhan-dua ratusan meter aja. Tapi ya itu udah cukup banget untuk bikin aku mengingat, entah, mungkin ribuan kilometer jarak yang udah kutempuh dengan sepeda yang kubeli 60 euro aja (tapi abis itu harus aku benerin remnya sih). Nggak lupa tentunya untuk kasih sen dengan tangan sebelum belok-belok. Ya walau kalau sepedaan di jalan raya aku nggak berani sih. Takut keserempet truk atau bis. Mengerikan banget padatnya jalan di Jakarta. 
Naik bis, angkot, dan kereta (ya public transport in general) juga jadi pengingat untuk masa dimana, saking nggak pernah naik mobilnya pas di Eropa (kecuali pas road trip), waktu pertama kali pulang ke Indonesia dan naik mobil di kursi penumpang aku sampe mabuk darat dan mual😭😭😭 Apalagi kalau duduknya di kursi belakang. Hiks. 
Memang perlu banget nih kemampuan meromantisasi hal-hal kecil agar supaya hidup yang sebenernya begini-begini aja selalu dipenuhi dengan kesenangan-kesenangan kecil, kenangan-kenangan manis, menyenangkan, dan penuh rasa yang akan muncul kembali ketika kita melihat hal-hal yang kita asosiasikan dengan momen tertentu. Hal yang membuat bahagia itu ada dimana-mana.      
16 notes · View notes
arifahsatria · 1 year
Text
Selamat berlayar
"Dan berlayarlah kita renda keluarga..." -nasyid
Dulu bingung sekali dengan diksi berlayar, berlabuh dan sebagainya tersemat bagi orang-orang yang memulai hidup barunya. Akhir-akhir ini sepulang dari perjalanan sering bingung di atas motor dan pikirannya random sekali. Tepat sekali! Memikirkan diksi berlayar. Hahaha.
"Selamat berlayar!"
"Akhirnya kamu berlabuh jua!"
Handeh. Kenapa sih harus yang lautan gitu? Kenapa ndak 'selamat take off!' 'wah dah landing niih..'. Atau ndak, 'weh dah mau parkir hati nih?' dan sebagainya.
Dan randomnya lagi, "kalau parkir hati, nanti ada petugas parkir liar pula. Di lautan mana ada parkir liar." Ya begitulah.
serius mode on dimulai
Nah, gini, ehem.
Jadi, kalian tau tidak?
Di lautan, ndak ada orang jualan ditepi jalan. Ndak ada lampu merah, ndak ada rambu-rambu lalu lintas, kita ndak paham cuaca seperti apa ditengah lautan, apakah badai, cerah dan berawan, kita ndak paham ombak dilautan nanti bagaimana apakah tenang apakah sedang ngamuk, ndak ada orang jual bahan bakar dipertengahan jalan, dsb.
Kalau kendaraan darat, kita bisa berhenti kapanpun kita mau. Mau buang air, bisa berhenti dulu. Mau lapar, bisa mampir dulu.
Kalau kendaraan udara, kita bisa pantau bagaimana cuaca hari ini, apakah bisa terbang apa delay untuk sementara waktu? *dapat nasi kotak *eh skip. Berkat bantuan satelit, pilot bisa memperkirakan penerbangan akan berjalan mulus atau sebaliknya, didalam pesawat pun kita bisa atur suhu udaranya.
Namun, di lautan, kita mesti menyiapkan bekal. Siapkan baju hangat, kalau malam dingin sangat *makan pop mie enak. Mesti menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan saat mengarungi lautan luas, dibutuhkan nakhoda yang paham dengan samudera.
Makanya saya pikirkan dengan pernikahan. Pernikahan ibarat mengemudikan sebuah kapal. Kita butuh nakhoda yang paham tentang misteri laut (read: kehidupan). Sebelum berlayar, kita butuh bekal. Entah itu iman, ilmu, materi, dsb. Karena di lautan luas yg dapat menolong diri hanyalah kita sendiri. Kita ndak paham badai apa didepan sana, makanya dibutuhkan kerjasama nakhoda dan awak kapal. Dan yang utama sekali, siapkan pelampung, entah sewaktu-waktu kapal bisa oleng dihantam karam.
Penumpang yang diatas kapal kadang merasa mabuk oleh guncangan lautan. Tapi dilain waktu suguhan pemandangan lautan juga menyejukan pandangan mata. Memang lautan tidak selalu menjadi kontonasi buruk, disaat bersamaan lautan banyak menyimpan kejutan bahagia.
Nah, dari berlayar, nakhoda dan awak kapal beserta penumpang memang harus satu tujuan. Jadi mereka saling bahu membahu untuk mencapai tepian.
Sedikit menyisipkan quote dari Buya Hamka, "nakhoda yang baik bukanlah yang pandai mengemudikan kapal, namun yang paham rahasia lautan.."
Sekilas kerandoman belakangan ini
Padang, 20 September 2023
4 notes · View notes
fnurulistiqamah · 1 year
Text
Tumblr media
Pagi itu, kita jalan bergandengan. Setelah rakaat ibadah usai kita tunaikan. Udara dingin, kita pun saling berbagi kehangatan. Lewat sela jemari yang bertautan. Kita memandangi semburat arunika di langit yang berawan. Sambil menghitung mundur waktu untuk hadapi kembali rutinitas harian. Menghimpun semangat agar kuat menjalani hari dengan beragam kejutan.
Di penghujung hari kita kembali bertatapan. Setelah menuntaskan beragam peran. Membiarkan tubuh rebah setelah lelah hadapi kepenatan. Menyiapkan telinga dan hati untuk saling mendengarkan; tentang pengalaman baik, pun kisah geram lagi menyesakkan. Lalu berupaya memungut hikmah yang masih berserakan. Tak lupa sisipkan hal lucu nan remeh yang bisa kita tertawakan.
Semoga dengan itu, terhimpun kekuatan untuk hadapi masa depan yang buram. Semoga dengan itu, kita merelakan masa lalu yang menyisakan penyesalan. Dan semoga dengan itu pula, kita tengah berupaya menjaga ikatan dan mengali-lipat kasih sayang.
Bpn, 120923
6 notes · View notes
bungajurang · 1 year
Text
Day5 - Departure
Cuaca pagi ini cerah. Aku masih sempat melihat matahari terbit dari halaman depan penginapanku. Warna langit perlahan menjadi lebih terang dan membiru, disusul matahari yang mulai naik. Kaka Restu sampai di penginapan pukul 06.35 WIT, seperti biasa, ia selalu tepat waktu. Ia membantu menaikkan barang bawaanku dan kolega ke bak terbuka mobil. Sambil mengingat-ingat jika ada sesuatu yang tertinggal, aku mengecek ramalan cuaca hari ini. Aplikasi peramal di ponselku bilang cuaca hari ini akan cerah dan sedikit berawan. Ada bagian kecil hatiku yang kecewa mendengar itu, kenapa tidak mendung dan berpotensi hujan deras saja, sih. Sebelum aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, kolegaku menarik lengan bajuku, mengajak untuk segera naik mobil karena semua orang sudah di dalam. Aku mendongak ke atas dan memandang langit lagi sebelum masuk mobil. Kami berangkat ke bandara. 
Tumblr media
Langit yang cerah sesuai prakiraan cuaca kemarin
Sepertinya, aku punya penyakit akut attachment issue pada ruang dan seisinya setelah tinggal di dalamnya untuk beberapa waktu. Singkatnya, aku mudah merasa emosional (atau sentimental, ya?) pada benda, tempat, dan suasana tertentu. Hal lain yang lebih masuk akal adalah aku tidak siap kembali ke rumah–tempat yang semrawut, dan ingin lebih lama berada di pulau ini–tempat yang lebih damai. Di lain sisi, aku ingin kembali ke tempat yang memberikan rasa hangat dan familiar yaitu rumah. 
Jika dilihat secara lebih rasional lagi, mungkin aku merasa nyaman di pulau ini karena aku seorang outsider. Enam hari tidaklah cukup untuk mengenal pulau ini dan orang-orang yang tinggal di atasnya. Kenyamananku adalah keistimewaan yang dirasakan seorang tamu. Aku tinggal di penginapan yang menawarkan akomodasi lengkap, kecuali air minum isi ulang. Tiap hari aku dijemput dan diantar oleh pegawai instansi menggunakan mobil plat merah. Aku tidak perlu memutar otak memikirkan bagaimana caranya agar bisa makan, semuanya sudah disediakan oleh penginapan dan kantor. Aku…tidak perlu melakukan pekerjaan domestik seperti cuci baju, cuci piring, setrika, masak, dan bersih-bersih.
Tumblr media
Bekas botol minum selama tiga hari (ada yang tidak masuk foto karena sudah dibuang). Total dalam enam hari kami (dua orang) menghabiskan dua kali jumlah botol minum yang ada di foto. Aku merasa berdosa. Forgive me God for I have sinned.
Jika aku tinggal lebih lama di pulau ini, di rumah warga lokal, ke mana-mana sendiri, bekerja di sini, dan pada dasarnya hidup sebagaimana warga lain yang tinggal di sini, apakah aku tetap merasa nyaman? Entahlah. Aku merasa nyaman dan baik-baik saja karena tidak mengalami kesulitan yang dialami warga di pulau ini. Sistem birokrasi yang masih carut-marut, kkn, fasilitas pendidikan yang masih kurang, transportasi publik yang minim (hanya ada bus DAMRI dan ojek yang tidak aku anggap sebagai transum)–semua ini juga terjadi di rumah, tapi aku punya lebih banyak pilihan untuk menjangkau akses dan fasilitas lain yang lebih baik. Aku tidak mau meromantisir keindahan pulau ini. Bagaimanapun, pulau ini hidup bersama orang-orang di atasnya. 
Sekitar pukul 08.15 WIT kami tiba di bandara. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, kami pergi ke warung di area bandara. Warung-warung ini buka di hari penerbangan saja, yaitu Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selain hari itu, tidak ada penerbangan dari/ke Serui dan otomatis warung-warung ini tidak buka. Aku beli pisang goreng. Pisang jenis raja ini dimasak dalam keadaan masih mentah dan tidak dilumuri tepung, hanya diberi sedikit garam. Rasa pisang goreng ini gurih dan sedikit alot namun masih bisa dikunyah. Penjualnya menyarankan untuk makan pisang goreng bersama sambal tomat. Aku sudah pernah mencobanya dan perpaduan rasanya tidak sesuai dengan lidahku. Bagiku pisang goreng itu makanan manis jadi sebaiknya tidak dimakan bersama sambal.
Pesawat tiba pukul 09.00 WIT kurang sedikit. Kami beranjak dari warung, berjalan ke tangga menuju pintu masuk bandara dan berhenti. Kami berpamitan dengan Kaka Restu dan Kaka Adi yang mengantar ke bandara serta menemani kami bekerja selama lima hari terakhir. Sampai jumpa. 
Tumblr media
2 notes · View notes
duniasoputra · 5 months
Text
Basa-basi yang Basi Biasa
Acara keluarga; pernikahan saudara, syukuran, halal bi halal hari raya merupakan acara yang istimewa. Bagaimana tidak, pasti banyak saudara jauh yang datang mendekat, bukan?
Setidaknya, akan ada satu dua orang yang menanyai kabarmu, menanyai pekerjaanmu, dan satu pertanyaan yang paling klise; kapan kamu nikah?
Booom!
Tidak ada yang salah dengan berbagaimacam pertanyaan tersebut. Kau juga tak perlu untuk menjawabnya dengan jawaban yang justru nantinya akan menyakiti hati si penanya.
"Do'akan yang terbaik saja, ya." jawaban seperti itu justru lebih enak untuk didengar.
Mungkin dari beberapa pertanyaan akan membuatmu kepikiran, tak apa. Kau punya kemampuan untuk tidak merasa tersinggung. Tak usah menyalahkan mereka. Kau harus selalu percaya bahwa tak ada satupun dari mereka yang sengaja bertanya begitu supaya kau sakit hati. Sama sekali tidak! Pertanyaan tersebut hanya basa basi biasa.
Kau juga tahu, kan? kalau kau tidak bisa mengendalikan pertanyaan mereka. Kau juga tidak bisa membuat mereka melakukan hal seperti yang kau suka.
Jadi, tak masalah. Apapun pertanyaannya, bagaimanapun basa basi nya. Tak usah diambil hati, ya.
Berawan, 19 April 2024
3 notes · View notes
l-edelweis · 2 years
Text
Pesan-pesan
Ada kata yang tidak sempat terucap dan tersampaikan. Ada perasaan-perasaan yang tidak bisa diutarakan. Ada harap-harap yang sulit diungkapkan.
Di antara manusia-manusia yang sulit mengutarakan apa yang ingin disampaikan, beruntunglah masih ada angin dan langit yang bisa menjadi perantara.
Beruntunglah kadang semesta menjadi perantara terbaik pada setiap hal-hal yang harus disampaikan. Atau setidaknya yang sebaiknya perlu disampaikan.
_____________
Kontemplasi semesta hari ini katanya gadis kecil hilang ceria hujan jadi tangisnya tiadakan pelangi harinya bukan hari ini
kontemplasi semesta hari ini gadis kecil harus berjalan sendiri tidak ada yang menunggui roda di atas harus berputar berputar ke bawah hari ini
hari ini semesta berkontemplasi pemuda itu duduk di sebelah gadis kecil dan semesta dengarkan apa yang mereka harus katakan tentang hujan tentang mengapa langit berawan tentang kesedihan tentang analogi-analogi yang tidak masuk akal
hari ini semesta berkontemplasi pemuda itu guratkan luka di hati gadis kecil seiris saja seujung jari saja kecil saja namun cukup untuk memperingatinya
hari ini semesta berkontemplasi kepulan asap dari secangkir teh pahit udarakan pilu bawa pergi semua rindu dan biarkan hangatnya semesta memeluk gadis itu
kontemplasi semesta hari ini mengantar gadis kecil pada puisi ini
jangan menangis lagi...
-- Satu Keping by @theladybug
4 notes · View notes
nopanpanpan · 2 years
Text
17 Desember 2022 Sabtu 09.10 cuaca berawan
2 notes · View notes
pergimelaut · 2 years
Text
A Little Bit of Everything.
Salah satu lagu di special-nya Bo Burnham ada baris yang berbunyi begini, "I swear to God, that all I ever wanted was a little bit of everything." Kadang-kadang saya memilih lirik itu untuk saya senandungkan dalam perjalanan ke tempat kerja. Kadang-kadang juga, saya memilih untuk merenungkan artinya, menertawakan sisa-sisa keangkuhan yang masih ada pada saya, kok ya bisa-bisanya lho, masih berharap untuk impian-impian yang melampaui dari apa yang kamu punya sekarang, melampaui apa yang mampu kamu lakukan sekarang.
Anyway.
Mungkin saya nggak bisa S-2. Jadi mari nggak usah S-2, nggak usah dipaksa kalau nggak bisa diupayakan. Dilihat-lihat, dari hari ke hari kalau dipikirkan makin bingung dan berawan(?) saja rasanya. Kenapa masih ngoyo ngejar S-2 kalau artinya harus melepaskan apa yang kamu punya di sini, sekarang? Sekarang, kamu bisa bekerja, pulang ke rumah, dan bernapas di akhir pekan. Kalau napasnya panjang, kamu bahkan bisa pancal beli tiket kereta dan ke luar kota, kayak pas kamu dadakan ke Solo menemui kawan baikmu. Dilepas dulu keinginannya ya. Punya cita-cita yang kamu pegang teguh itu bagus, tapi buat sekarang, keinginan "mau S-2" ini menjadi racun yang menghalangimu melihat hal-hal baik yang sudah kamu punya saat ini. Damaging. Jadi, dilepas dulu.
Hei, hei. Sekarang kamu bisa menabung. Kamu bisa nabung biar nanti bisa menghajikan kedua orang tua. Atau setidaknya, biar bisa melengkapi kebutuhan ini-itu. Kalau memikirkan harga haji atau tanah, rasanya cuma bisa sedih karena mahal pol, jadi ya nggak usah dipikirin daripada malah susah sendiri! :D Pikirkan saja kesenangan kecil punya tabungan yang membuatmu bisa meringankan perekonomian keluarga. Melakukannya pun, kamu senang kan? Rasanya hangat. Itu cukup kan? Dipertahankan dulu. Disyukuri dulu.
Besok kamu kerja lagi. Dan malam ini masih ada beberapa tulisan yang menunggu diselesaikan.
Cita-cita saya apa ya? (Ini dalam past tense.) Saya mau bilang kalau pekerjaan saya sekarang, secara spesifik, bukanlah apa yang saya cita-citakan (saya bahkan nggak kepikiran jenis pekerjaan dan unit usaha seperti ini ada), tapi saya merasa sekarang saya sedang menjalani cita-cita saya lho. Aneh nggak sih? :D
Tapi, mungkin cita-cita saya tuh selama ini adalah ... mmm. Ya, itulah. :D Hahahah, susah jelasinnya, tapi rasanya cita-cita saya adalah sebuah perasaan. Perasaan kalau keluarga saya, kawan baik saya, diri saya dan orang-orang di sekitar saya, dalam keadaan yang baik-baik saja, aman, dan hidup nyaman.
Beberapa rentetan kejadian akhir-akhir ini adalah adikku pengin beli sepatu, ibuku butuh dompet, ayahku kecelakaan, kucing-kucingku butuh stok makan tujuh kiloan lagi, listrik bulanan, internet bulanan, dan heiiii, lihat-lihat, aku bisa! Aku juga bisa segera gas ke tempat servis laptop dan bengkel ketika laptop dan motorku kenapa-kenapa. Aku juga bisa ke toko buku dan beli novel yang kuinginkan walaupun belum segera kubaca. Aku bisa pulang ke rumah dan mampir minimarket sambil mengingat-ingat apakah roti, sambal, kecap, dan lainnya masih ada atau sudah habis. Ini rutinitas yang menyenangkan. Melalui hari sambil menghitung hingga Jumat, dan menyebutnya sebagai kebahagiaan sekedipan sebelum kembali ke Senin lagi, lalu melaluinya lagi.
Per minggu lalu, aku habis ambil online course setelah sekian lama aku nggak mengakses MOOC. Ini pun bisa kulakukan setelah perlahan aku bisa mengatasi beban kerjaku. Kalau ini pun lancar kulakukan, aku mau kembali membaca & belajar, mencari kesempatan yang bisa menjadi caraku berkembang. Sejauh ini, pengalaman kursusku menyenangkan, aku bisa melewati Week 1 yang terdiri dari 5 lessons dengan lancar.
Mungkin, cita-citaku nggak terletak pada pekerjaan atau aktivitas keseharian yang mendominasi jam kerja. Tapi justru apa yang kulakukan di luar kegiatan itu: membaca buku, menulis, mendengarkan lagu, bertemu dengan kawan, makan bersama keluarga, menonton film, atau menikmati perjalanan jauh.
Ah, ya, aku juga ingin bersahabat dengan emosi-emosi yang selama ini bisa meledak dan pergi secepat ia datang. Rasa senang, rasa sedih, rasa kecewa, rasa marah, rasa hangat. Aku ingin menerima dan memastikan mereka-mereka hadir berdampingan di dalam diriku, tanpa saling mengusir & menghardik keberadaan yang lain. Dengan sehat dan sesuai kadarnya masing-masing.
And I swear to God, that's a little bit of everything I ever want. :D
Heee ayo dikelarin tulisannya! Pindah tab, pindah tab!
4 notes · View notes
citrarudyanto · 2 years
Text
KECIL
Kini si kecil sudah pintar berteriak-teriak di tengah hening malam Isak tangis menggenang Pinta jatuh ke pelukan Didekap erat biar hangat Biar tenang Biar sirna takut dan cemasnya Kini si kecil sudah pintar tertawa riang di pagi sampai petang Imaji meliar Dia meliuk-liuk memperagakan jagoan Menunjuk-nunjuk ke langit-langit yang tak berawan Merangkai serunya sendiri Kini si kecil sudah pintar merengek meminta senior-nya pulang Digenggam erat daun jendela Bola matanya bulat dan bersih tak pernah letih menanti pagar rumah terbuka Saat itu tiba; lalu dia bergegas berkata: "Papa!"
2 notes · View notes