#berawan
Explore tagged Tumblr posts
Text

jam dua lewat tujuh menit
seperti yang sudah-sudah, aku merayakan berkurangnya umur di dunia sekali lagi. kali ini 27, perayaan atau perenungan masih abu-abu aku masih belum bisa menafsirkan ini secara sempurna. konon, 27 menjadi angka sakral dalam fase kehidupan. tapi ya sudah hidup harus terus berjalan, tanpa atau dengan makna.
tadi pagi sebagian cuaca cerah sebagian berawan mendung, aku berangkat pagi sekali ke kantor. mengemas dan membawa kecemasan yang berulang. tapi apa yang tidak berulang? semua berulang, luka berulang, kesedihan berulang, perasaan-perasaan berulang. hari ini tahun kembali berulang. 6 november juga berulang.
waktu berlari, cepat sekali. rencana-rencana kemarin beberapa masih lalai terlaksana. aku berencana kembali. semoga-semoga yang kemarin masih sama dengan hari ini. dengan sepotong harapan aku bersikeras melanjutkan perjalanan, berharap suka cita bersemai di sisa-sisa waktu. ya, walaupun badai kadang bisa datang menerjang kapan saja.
terima kasih atas segala hal, berguna atau tidak. banyak do’a, tapi yang selalu tak henti aku beri amiin: semoga kuat selalu, dalam hal apapun. apapun.
hbd btw.
– bdg, 06 Nov 23.
23 notes
·
View notes
Text
Jejak Cerita di Rumah Merah Salak
Di tengah malam, tepat pukul dua dini hari, aku dan empat sahabat berkumpul di Rumah Merah Salak. Suasana dingin dan berkabut menyelimuti area camp ground yang baru dibuka setahun lalu—sebuah tempat yang jarang dijamah karena trek yang curam, terutama di musim hujan. Di antara kami, ada Dimas, Ahmad—yang sering disapa Udin—Ranu, dan Rija. Meja kayu tua yang dipenuhi rokok dan secangkir kopi menjadi saksi bisu percakapan mendalam kami tentang dunia yang kian terasa asing.
Di bangku kayu yang sederhana, kami pun memulai perdebatan ringan tentang hubungan. Aku membuka dengan pertanyaan yang menggelitik,
"Kalian, kalau soal hubungan, lebih pilih terbuka sejak awal atau nanti ketika menikah? Apakah harus mengungkapkan aib atau keburukan, atau sebaiknya tidak sama sekali? Ingat, kita tak menyangkut agama, karena jelas di luar sana agama pun melarang walaupun sudah menikah."
Dimas, dengan nada tegas, menjawab,
"Kalo gua, jelas ga perlu diberitahu sama sekali. Hal-hal seperti itu cuma bisa bikin oasangan sedih atau kecewa, dan kadang, kita cuma perlu membiarkannya begitu saja."
Ahmad menimpali dengan suara yang seolah menguatkan pendapat Dimas,
"Iya, kita ini ga tau, Mir, dia bakal nerima atau ngga. Mendingan kita cari aman aja, selagi dia belum tahu, yang ga usah dikasih tau. Buat apa repot-repot? Kita focus aja buat hari yang berjalan."
Tak tinggal diam, aku pun mengemukakan pendapat aku,
"Gua, pasti terbuka dari awal, entah aib atau keburukan. Soalnya gua punya rasa bersalah tinggi. Kalau disembunyikan, rasanya jadi nggak nyaman. Gua juga mau pake empati, karena kalau dia ga bisa nerima, ya udah, sebelum hubungan ke arah yang serius, mendingan kita berpisah. Tapi kalau dia terbuka juga tentang sisi buruk masa lalu, kita lihat apakah gua pure cinta atau bukan. Kalo iya, gua bakal nerima apa pun itu, asal nggak berlebihan. Lagian, setiap manusia pasti pernah salah, termasuk gua. Gua cuma pengen tahu seberapa kuat gua atau dia dalam menahan emosi. Cinta itu ikhlas dan tanpa syarat, jadi gua yakin hal itu bisa diterima oleh kita jikalau itu benar cinta."
Meski argumen kami bertebaran, satu hal yang terasa pasti: kami saling menghargai pendapat masing-masing tanpa ada emosi yang memanas.
Setelah topik itu usai, aku mencoba mengangkat isu mistis. Dalam keheningan malam yang pekat, ketika aku menyebut kata "setan", Dimas langsung menyela,
Tak lama kemudian, Dimas menyela dengan nada serius,
"Wah, anj, dah tidur lah! Tidur, tidur, serem!"
Rasa takut sejenak menyusup; mendengar itu, Dimas dan yang lainnya segera kembali ke tenda. Setelah itu, kami pun terbagi ke dalam dua kelompok: satu kelompok berisi aku, Ahmad, dan Ranu, sedangkan kelompok lainnya menampung Rija dan Dimas. Namun, karena kebanyakan dari kami segera kembali ke tenda, sayapun ikut masuk—meskipun hati masih terasa kurang.
Tak mampu menutup mata, aku pun melangkah keluar, menginjak rerumputan hijau yang masih basah oleh sisa-sisa hujan. Di bawah langit berawan yang masih menyimpan aroma hujan, aku larut dalam keheningan malam yang merdu. Angin malam menyelinap lembut, membelai wajahku sambil membawa bisikan rintik gerimis,
"Oh, gadis hujan, hoekkk cuih."
Pikiranku pun terhanyut oleh bayang-bayang masa lalu yang seakan enggan dilupakan. Aku menghisap rokok signature dengan tenang, mataku terus mengintip sekeliling dengan rintikan hujan membasahi pipi. Namun, di antara siluet pohon yang tersamar oleh remang kabut, aku melihat sesosok kain putih yang melayang—seolah sosok misterius hendak menjelma dari balik kegelapan malam, menyerupai bayangan pocong yang samar namun nyata.
"Din, itu apaan tuh? Ada putih-putih di sebelah sana, dekat Rumah Merah Salak."
Ahmad segera bangkit dan mendekat, lalu dengan nada mengejek berkata,
"Mana-mana? Anjir, serius lu? Itu daun pisang, lu cuma suggest doang."
Setelah gua amati lebih dekat, ternyata memang benar—hanya sehelai daun pisang yang tersapu angin, menari di antara bayang-bayang.
Aku pun tertawa , dan akhirnya kami kembali masuk ke tenda. Kami berjanji untuk tak melewatkan momen pagi, terutama keindahan matahari terbit yang selalu berhasil mencuri hati aku.
Momen di Rumah Merah Salak itu bagai lembaran rahasia yang terlukis dengan warna hitam pekat dengan pena yang kotor. Di sana, di antara desis asap rokok yang menari di udara dan aroma kopi hitam yang pekat, kami menyulam kisah—kisah tentang pemikiran yang terpatri di setiap kata, dan perdebatan yang membara.
Di antara tawa, gelak, dan diam yang mengalun, seakan keheningan itu punya suara sendiri, menceritakan rahasia yang tak terucap. Kami, yang berkumpul dalam pelukan malam, menyadari bahwa meski dunia ini kian berubah dan terasa asing, seolah seperti lirik lagu "You know, you know where you are with" dari Radiohead yang teramat relate.
Pada akhirnya kami berhasil tertidur dan menikmati matahari terbit.

2 notes
·
View notes
Text
i k h l a s
Perihal bagaimana sikap manusia lain terhadapmu: biarlah.
Hidup ini sudah sulit, tak usah memperumit segalanya dengan pikiranmu yang pelik.
Berawan, 23 November 2023
15 notes
·
View notes
Text
Masih awal September.
Hari ini, langit sedang cantik-cantiknya. Cuaca cerah, tak berawan. Namun, tiba-tiba langit berubah, awan mulai berkumpul, menutupi matahari yang tadi bersinar terang, diiringi gemuruh yang mulai terdengar dari kejauhan. Namun hingga sore menyapa hujan tak kunjung datang. Sekarang langit kembali cerah dan matahari kembali bersinar.
Malam sebelumnya, hujan datang tanpa diduga. Pohon-pohon bergoyang dalam gemuruh angin yang meraung, seakan ikut merayakan kedatangan hujan yang selama ini dirindukan oleh penduduk bumi. Hujan turun membawa kesejukan, menyusup di antara celah-celah dahaga setelah berbulan-bulan, cuaca cerah namun membuat peluh mengalir deras, siang dan malam.
Ya, begitulah cuaca. Seperti hidup, yang tak selalu cerah. Kadang berawan, kadang berawan disertai gemuruh, kadang hujan gerimis, kadang hujan disertai angin kencang, disertai gemuruh kilat dilangit. Dan terkadang langit tampak cerah namun gerimis membasahi bumi.
Maka, biarkanlah hujanmu tumpah. Sebab, setelah hujan berakhir, udara akan terasa lebih segar, lebih sejuk, dan akan muncul perasaan lega.

#katahati#katakata#katakatabijak#motivasi#quoteoftheday#sajak puisi#puisi#puisiindonesia#catatan#renungan#menulis#cerita#sajak rindu#sajak patah#self love#selfreminder#self improvement
6 notes
·
View notes
Text
PERMATA YANG MENCAHAYAINYA VI
aku lah sang rembulan. malam di langit yang berawan. evolusi yang di dewasakan. lambaian hilang dalam perjalanan
rasa yang tersimpan. angan yang tak di sampaikan. hari demi hari. malam yang penuh materi. akan pikiran yang tersimpan di memori. walau hati sedang terobsesi. atas hadirmu yang menjadi misteri
tetapi itu hanya angan izinkan ku untuk menyampaikan
Jakarta, 17 Januaribut 2022
3 notes
·
View notes
Text
Day 3 - Clouds
30 days photography challenge

Bingung milih foto awan. Dari sekian banyak foto langit ada yg berawan ada yg ngga. Foto ini diambil pas kita hiking ke gunung putri lembang, kabut udah mulai menipis karena udah mulai siang, sekitar jam 7an lebih kayanya. Kata suami ini "negeri diatas awan" haha baru ketinggian segini ya, apalagi ya yg tingginya ribuan kali lipat dari ini negeri diatas awannya kaya gimana~. Gradasi warna langit dan awannya cantiqqq bingitttt..
1 foto lagi ah~

Foto langit dan awan di Jogja, dan terlihat candi Prambanan dari jauh. Karena ini siang hari terik sekali, kami menikmati pemandangan ini sambil maksi dari cafe wanawatu dan destinasi berikutnya ke candi prambanan. Langit ini sesaat sebelum hujan badai di Prambanan, derassssss bgttt.. Padahal dari terik dan gerah bgt taunya ujan sampe sore, tapi pas sesorean enakeun jalan2 tifis di Malioboro jadinya adem~
5 notes
·
View notes
Text

Pagi itu, kita jalan bergandengan. Setelah rakaat ibadah usai kita tunaikan. Udara dingin, kita pun saling berbagi kehangatan. Lewat sela jemari yang bertautan. Kita memandangi semburat arunika di langit yang berawan. Sambil menghitung mundur waktu untuk hadapi kembali rutinitas harian. Menghimpun semangat agar kuat menjalani hari dengan beragam kejutan.
…
Di penghujung hari kita kembali bertatapan. Setelah menuntaskan beragam peran. Membiarkan tubuh rebah setelah lelah hadapi kepenatan. Menyiapkan telinga dan hati untuk saling mendengarkan; tentang pengalaman baik, pun kisah geram lagi menyesakkan. Lalu berupaya memungut hikmah yang masih berserakan. Tak lupa sisipkan hal lucu nan remeh yang bisa kita tertawakan.
Semoga dengan itu, terhimpun kekuatan untuk hadapi masa depan yang buram. Semoga dengan itu, kita merelakan masa lalu yang menyisakan penyesalan. Dan semoga dengan itu pula, kita tengah berupaya menjaga ikatan dan mengali-lipat kasih sayang.
Bpn, 120923
#journaling#carita#cerpen#refleksi#menulis#harapan#ntms#arunika#relationship#relationship goals#sajak
7 notes
·
View notes
Text
*Day 1:*
Berkenalan dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam...
*Yang tampan!*
📜 Dari Jabir ibn Samurah, dia berkata: Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ pada suatu malam yang tak berawan terang karena cahaya bulan. Aku menatap Rasulullah ﷺ dan rembulan bergantian sedang beliau mengenakan pakaian berwarna merah kala itu. Sungguh di mataku beliau lebih indah dari rembulan.(HR. Tirmidzi)
*Sekarang kamu tahu...*
Bahwa Rasul kamu tampan! Dikatakan ketampanan beliau melebih Nabi Yusuf alaihissalam 😮
Jika kamu penasaran bagaimana rupa beliau, kamu bisa cek deskripsi para sahabat yang pernah bertemu langsung dengan beliau sebagai berikut:
Wajah beliau bundar, tapi pipi beliau tidak tembam. Wajah beliau tidak tajam seperti pedang, melainkan bundar seperti rembulan. Dahi beliau lebar, selaput pelangi mata beliau hitam pekat, bulu mata beliau panjang, alis beliau tipis, panjang, melengkung sempurna dan tidak menyambung, di antara keduanya terdapat urat yang nampak saat beliau marah. Hidung beliau mancung, janggut beliau tebal. Terdapat celah antara gigi depan Rasulullah ﷺ. Menurut sahabat Ibn Abbas, ketika beliau berbicara seakan ada cahaya yang keluar dari mulut beliau. Beliau sangat sering tersenyum.
Kulit beliau putih tapi tidak terlalu putih, tidak juga sawo matang. Dikatakan bahwa kulit beliau putih dengan rona kemerahan.
Rambut beliau tebal, tidak keriting dan tidak juga lurus, melainkan bergelombang. Panjang rambutnya biasanya hingga cuping telinga beliau, ada riwayat yang mengatakan rambut beliau sampai menyentuh pundaknya. Jika rambut beliau panjang maka sangat mudah dibelah, namun biasanya rambut beliau tidak melebihi cuping telinga. Ketika Rasulullah ﷺ meninggal dunia, rambut putih di kepala dan janggut beliau tidak sampai dua puluh helai.
Postur tubuh beliau tidak terlalu tinggi, tidak juga terlalu pendek. Kata sahabat Hind ibn Abi Halah, beliau lebih tinggi dari rata-rata, namun lebih pendek dari orang yang jangkung. Tubuhnya bagus, badan beliau sedang, berisi namun tidak gemuk. Perut beliau rata, dada beliau lebar dan bidang.
Telapak tangan beliau lebar dan sangat lembut, lebih lembut dari sutera kalau kata sahabat Anas ibn Malik. Kaki dan tangan beliau panjang. Kata sahabat al-Aswad, tangan beliau lebih dingin dari salju dan lebih wangi dari minyak kasturi.
Bicara tentang aroma, beliau ﷺ sangatlah wangi. Sahabat Anas ibn Malik berkata: Aku belum pernah mencium suatu aroma atau wewangian yang lebih harum dari aroma atau wangi Nabi ﷺ.
Untuk deskripsi terakhir, lebih dari satu orang sahabat yang berkata: Aku tidak pernah melihat yang serupa dengan beliau sebelum maupun sesudah beliau. Seistimewa itu beliau.
❣️Semoga kita menjadi bagian dari umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mengenal dan mencintai beliau, yang mendapat syafaat beliau, yang beliau banggakan kelak saat kita berjumpa di akhirat nanti, aamiin 🤲🏻
#RamadhanMubarak
#RamadhanOneDayOneChallenge
#RODOC
#SmallStepsForABetterMuslim
2 notes
·
View notes
Text
Aku tidak tahu bagaimana cara agar aku tidak menulismu. Meskipun itu perihal kesedihan dan kepedihan.
Terkadang aku ingin engkau abadi di hidupku. Tapi, aku mengingat apa yang kupilih kala itu. Aku mengingkari kebahagiaan dan menolak kegembiraan persis seperti yang dituliskan oleh Aan Mansyur untuk Anna yang muncul di kotak masuk email-ku.
Aku tidak tahu bagaimana cara agar aku tidak menulismu. Meskipun harus sedu sedan dan penuh kepayahan.
Aku ingin engkau berbahagia selalu. Tidak harus bersamaku atau aku bersamamu. Tidak harus selaras inginku dan inginmu. Melainkan, apapun itu berbahagialah selalu, Kekasihku. P.s. ditulis di kala hujan gerimis berawan mendung selepas membaca tulisan mas Aan Mansyur berjudul 1 Januari 2024 - untuk Anna.
2 notes
·
View notes
Text
Perantara Mengitari Bahari
Membawa ratusan raga secara bersamaan Mengelilingi buana menuju tempat haluan Tidak peduli langit terang ataupun berawan Tugas utama memastikan segala jiwa tiba pada tujuan dengan aman Agar tak hanya menjadi wacana seluruh perjalanan Mentari belum menampakkan terang sinarnya Akan tetapi tugasku telah lebih dulu menyapa Mengantarkan satu rombongan bersama Menuju satu pulau di ujung Nusantara Menikmati liburan akhir tahun yang istimewa Bangku depan pada barisan yang nampak silau Terlihat dua sejoli sedang asyik bersenda gurau Menanti waktu keberangkatan menuju kota rantau Memulai perjalanan baru sebagai pasangan tanpa ada risau Lantaran kini dua raga telah menjadi satu tanpa rasa galau Kursi hitam di pojok jendela kanan Nampak lelaki paruh baya dengan kertas bertumpukan Terlihat terlena dengan artikel yang saling berserakan Tak ada pertanda untuk memulai percakapan Bahkan dengan wanita jelita yang sedang bersandingan Sebagai perantara akan ratusan raga yang hendak pergi Menjadi salah satu dari banyaknya alat transportasi Meskipun tak seperti kawanan yang lain berada di bumi Namun tugasku tetaplah sama meski berada pada dirgantara yang tinggi Aku adalah pesawat terbang dengan tubuh bak gergasi Selalu mengudara mengitari laut bahari
3 notes
·
View notes
Text
Selamat berlayar
"Dan berlayarlah kita renda keluarga..." -nasyid
Dulu bingung sekali dengan diksi berlayar, berlabuh dan sebagainya tersemat bagi orang-orang yang memulai hidup barunya. Akhir-akhir ini sepulang dari perjalanan sering bingung di atas motor dan pikirannya random sekali. Tepat sekali! Memikirkan diksi berlayar. Hahaha.
"Selamat berlayar!"
"Akhirnya kamu berlabuh jua!"
Handeh. Kenapa sih harus yang lautan gitu? Kenapa ndak 'selamat take off!' 'wah dah landing niih..'. Atau ndak, 'weh dah mau parkir hati nih?' dan sebagainya.
Dan randomnya lagi, "kalau parkir hati, nanti ada petugas parkir liar pula. Di lautan mana ada parkir liar." Ya begitulah.
serius mode on dimulai
Nah, gini, ehem.
Jadi, kalian tau tidak?
Di lautan, ndak ada orang jualan ditepi jalan. Ndak ada lampu merah, ndak ada rambu-rambu lalu lintas, kita ndak paham cuaca seperti apa ditengah lautan, apakah badai, cerah dan berawan, kita ndak paham ombak dilautan nanti bagaimana apakah tenang apakah sedang ngamuk, ndak ada orang jual bahan bakar dipertengahan jalan, dsb.
Kalau kendaraan darat, kita bisa berhenti kapanpun kita mau. Mau buang air, bisa berhenti dulu. Mau lapar, bisa mampir dulu.
Kalau kendaraan udara, kita bisa pantau bagaimana cuaca hari ini, apakah bisa terbang apa delay untuk sementara waktu? *dapat nasi kotak *eh skip. Berkat bantuan satelit, pilot bisa memperkirakan penerbangan akan berjalan mulus atau sebaliknya, didalam pesawat pun kita bisa atur suhu udaranya.
Namun, di lautan, kita mesti menyiapkan bekal. Siapkan baju hangat, kalau malam dingin sangat *makan pop mie enak. Mesti menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan saat mengarungi lautan luas, dibutuhkan nakhoda yang paham dengan samudera.
Makanya saya pikirkan dengan pernikahan. Pernikahan ibarat mengemudikan sebuah kapal. Kita butuh nakhoda yang paham tentang misteri laut (read: kehidupan). Sebelum berlayar, kita butuh bekal. Entah itu iman, ilmu, materi, dsb. Karena di lautan luas yg dapat menolong diri hanyalah kita sendiri. Kita ndak paham badai apa didepan sana, makanya dibutuhkan kerjasama nakhoda dan awak kapal. Dan yang utama sekali, siapkan pelampung, entah sewaktu-waktu kapal bisa oleng dihantam karam.
Penumpang yang diatas kapal kadang merasa mabuk oleh guncangan lautan. Tapi dilain waktu suguhan pemandangan lautan juga menyejukan pandangan mata. Memang lautan tidak selalu menjadi kontonasi buruk, disaat bersamaan lautan banyak menyimpan kejutan bahagia.
Nah, dari berlayar, nakhoda dan awak kapal beserta penumpang memang harus satu tujuan. Jadi mereka saling bahu membahu untuk mencapai tepian.
Sedikit menyisipkan quote dari Buya Hamka, "nakhoda yang baik bukanlah yang pandai mengemudikan kapal, namun yang paham rahasia lautan.."
Sekilas kerandoman belakangan ini
Padang, 20 September 2023
4 notes
·
View notes
Text
Day5 - Departure
Cuaca pagi ini cerah. Aku masih sempat melihat matahari terbit dari halaman depan penginapanku. Warna langit perlahan menjadi lebih terang dan membiru, disusul matahari yang mulai naik. Kaka Restu sampai di penginapan pukul 06.35 WIT, seperti biasa, ia selalu tepat waktu. Ia membantu menaikkan barang bawaanku dan kolega ke bak terbuka mobil. Sambil mengingat-ingat jika ada sesuatu yang tertinggal, aku mengecek ramalan cuaca hari ini. Aplikasi peramal di ponselku bilang cuaca hari ini akan cerah dan sedikit berawan. Ada bagian kecil hatiku yang kecewa mendengar itu, kenapa tidak mendung dan berpotensi hujan deras saja, sih. Sebelum aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, kolegaku menarik lengan bajuku, mengajak untuk segera naik mobil karena semua orang sudah di dalam. Aku mendongak ke atas dan memandang langit lagi sebelum masuk mobil. Kami berangkat ke bandara.

Langit yang cerah sesuai prakiraan cuaca kemarin
Sepertinya, aku punya penyakit akut attachment issue pada ruang dan seisinya setelah tinggal di dalamnya untuk beberapa waktu. Singkatnya, aku mudah merasa emosional (atau sentimental, ya?) pada benda, tempat, dan suasana tertentu. Hal lain yang lebih masuk akal adalah aku tidak siap kembali ke rumah–tempat yang semrawut, dan ingin lebih lama berada di pulau ini–tempat yang lebih damai. Di lain sisi, aku ingin kembali ke tempat yang memberikan rasa hangat dan familiar yaitu rumah.
Jika dilihat secara lebih rasional lagi, mungkin aku merasa nyaman di pulau ini karena aku seorang outsider. Enam hari tidaklah cukup untuk mengenal pulau ini dan orang-orang yang tinggal di atasnya. Kenyamananku adalah keistimewaan yang dirasakan seorang tamu. Aku tinggal di penginapan yang menawarkan akomodasi lengkap, kecuali air minum isi ulang. Tiap hari aku dijemput dan diantar oleh pegawai instansi menggunakan mobil plat merah. Aku tidak perlu memutar otak memikirkan bagaimana caranya agar bisa makan, semuanya sudah disediakan oleh penginapan dan kantor. Aku…tidak perlu melakukan pekerjaan domestik seperti cuci baju, cuci piring, setrika, masak, dan bersih-bersih.

Bekas botol minum selama tiga hari (ada yang tidak masuk foto karena sudah dibuang). Total dalam enam hari kami (dua orang) menghabiskan dua kali jumlah botol minum yang ada di foto. Aku merasa berdosa. Forgive me God for I have sinned.
Jika aku tinggal lebih lama di pulau ini, di rumah warga lokal, ke mana-mana sendiri, bekerja di sini, dan pada dasarnya hidup sebagaimana warga lain yang tinggal di sini, apakah aku tetap merasa nyaman? Entahlah. Aku merasa nyaman dan baik-baik saja karena tidak mengalami kesulitan yang dialami warga di pulau ini. Sistem birokrasi yang masih carut-marut, kkn, fasilitas pendidikan yang masih kurang, transportasi publik yang minim (hanya ada bus DAMRI dan ojek yang tidak aku anggap sebagai transum)–semua ini juga terjadi di rumah, tapi aku punya lebih banyak pilihan untuk menjangkau akses dan fasilitas lain yang lebih baik. Aku tidak mau meromantisir keindahan pulau ini. Bagaimanapun, pulau ini hidup bersama orang-orang di atasnya.
Sekitar pukul 08.15 WIT kami tiba di bandara. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, kami pergi ke warung di area bandara. Warung-warung ini buka di hari penerbangan saja, yaitu Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selain hari itu, tidak ada penerbangan dari/ke Serui dan otomatis warung-warung ini tidak buka. Aku beli pisang goreng. Pisang jenis raja ini dimasak dalam keadaan masih mentah dan tidak dilumuri tepung, hanya diberi sedikit garam. Rasa pisang goreng ini gurih dan sedikit alot namun masih bisa dikunyah. Penjualnya menyarankan untuk makan pisang goreng bersama sambal tomat. Aku sudah pernah mencobanya dan perpaduan rasanya tidak sesuai dengan lidahku. Bagiku pisang goreng itu makanan manis jadi sebaiknya tidak dimakan bersama sambal.
Pesawat tiba pukul 09.00 WIT kurang sedikit. Kami beranjak dari warung, berjalan ke tangga menuju pintu masuk bandara dan berhenti. Kami berpamitan dengan Kaka Restu dan Kaka Adi yang mengantar ke bandara serta menemani kami bekerja selama lima hari terakhir. Sampai jumpa.

2 notes
·
View notes
Text
Basa-basi yang Basi Biasa
Acara keluarga; pernikahan saudara, syukuran, halal bi halal hari raya merupakan acara yang istimewa. Bagaimana tidak, pasti banyak saudara jauh yang datang mendekat, bukan?
Setidaknya, akan ada satu dua orang yang menanyai kabarmu, menanyai pekerjaanmu, dan satu pertanyaan yang paling klise; kapan kamu nikah?
Booom!
Tidak ada yang salah dengan berbagaimacam pertanyaan tersebut. Kau juga tak perlu untuk menjawabnya dengan jawaban yang justru nantinya akan menyakiti hati si penanya.
"Do'akan yang terbaik saja, ya." jawaban seperti itu justru lebih enak untuk didengar.
Mungkin dari beberapa pertanyaan akan membuatmu kepikiran, tak apa. Kau punya kemampuan untuk tidak merasa tersinggung. Tak usah menyalahkan mereka. Kau harus selalu percaya bahwa tak ada satupun dari mereka yang sengaja bertanya begitu supaya kau sakit hati. Sama sekali tidak! Pertanyaan tersebut hanya basa basi biasa.
Kau juga tahu, kan? kalau kau tidak bisa mengendalikan pertanyaan mereka. Kau juga tidak bisa membuat mereka melakukan hal seperti yang kau suka.
Jadi, tak masalah. Apapun pertanyaannya, bagaimanapun basa basi nya. Tak usah diambil hati, ya.
Berawan, 19 April 2024
6 notes
·
View notes
Text
Cek Prakiraan Lengkap Cuaca Jabodetabek Minggu, 20 April 2025
JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan lengkap cuaca Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) pada hari ini, Minggu (20/4). Menurut prakiraan BMKG, cuaca di Jabodetabek pada pagi hari ini bakal cerah berawan hingga berawan. Namun ada potensi hujan ringan di sebagian Kab. Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Kemudian pada…
0 notes
Text
Sab, 19 Apr 2025
Vol. I
Awali pagi dengan duduk di teras rumah
Langitnya masih sendu, belum ada tanda-tanda hari baik akan datang
Terus menunggu
Mata mulai pusing, sedari tadi melirik kendaraan bermotor bolak balik, kesana kemari
Mulai berpikir, kenapa mereka begitu sibuk?
Aku masih saja menunggu, tidak beranjak, malah melamun
Tarik nafas panjang panjang, buang perlahan lahan, bukannya rileks malah tambah sesak
Sepertinya kurang tenang
Katanya, coba ulangi sekali lagi
Baik, kali ini berhasil
Sepertinya bumi sedang mengeluarkan magnet positif untuk menarik magnet negatif pada diri yang ribet ini
Sabar menunggu tidak selalu menghasilkan hal-hal yang baik, contohnya nunggu berjam-jam terik muncul, malah makin sendu, ternyata prakiraan cuaca hari ini memang berawan hmmm
Salah dugaan, salah waktu
Lain kali cek dulu prakiraan cuacanya, tidak harus lama lama menunggu, nasib cucian bagaimana ini :"))
#ketikankata tuliskatamu romansakata21#writers#writers on tumblr#writing#writerscommunity#popular posts
1 note
·
View note
Text
Dear ikan, hari ini langit berawan dan pemandangan berkabut di pegunungan.
0 notes