#bangun rumah di hutan
Explore tagged Tumblr posts
jasakontraktormedan · 2 months ago
Text
Penyusunan Rencana Membangun Rumah secara Profesional
Tumblr media
Membangun rumah adalah perjalanan besar yang memerlukan perencanaan yang matang dan profesional. Agar proyek berjalan dengan lancar dan hasil akhir sesuai dengan ekspektasi, penyusunan rencana yang terstruktur sangat penting. Dalam artikel ini, kami akan membahas langkah-langkah yang perlu diambil dalam penyusunan rencana membangun rumah secara profesional, mulai dari perencanaan awal hingga manajemen proyek.
1. Perencanaan Awal yang Matang
Tumblr media
Mengidentifikasi Kebutuhan dan Anggaran
Langkah pertama dalam menyusun rencana membangun rumah adalah mengidentifikasi kebutuhan spesifik Anda, seperti jumlah ruang yang diperlukan, fungsi masing-masing ruangan, serta gaya dan desain rumah yang diinginkan. Selain itu, penting untuk menetapkan anggaran yang realistis dan sesuai dengan kapasitas finansial Anda. Endymion Construction, sebagai kontraktor terpercaya di Medan, dapat membantu Anda dalam merancang anggaran yang efisien berdasarkan kebutuhan dan prioritas Anda.
2. Desain dan Arsitektur Rumah
Perencanaan Desain yang Sesuai dengan Kebutuhan
Desain rumah adalah inti dari seluruh proyek pembangunan. Dalam tahap ini, memilih desain yang tidak hanya estetis tetapi juga fungsional sangat penting. Endymion Construction memiliki tim arsitek berpengalaman yang mampu merancang rumah sesuai dengan keinginan Anda tanpa mengabaikan aspek kenyamanan dan efisiensi. Desain yang baik memastikan bahwa ruang yang ada dapat dimanfaatkan dengan optimal.
3. Pemilihan Material Berkualitas
Menjamin Keawetan dan Kualitas Rumah
Material yang digunakan dalam membangun rumah harus berkualitas tinggi agar rumah tahan lama dan aman. Dalam proses penyusunan rencana, pastikan memilih material yang sesuai dengan kebutuhan, mulai dari bahan untuk dinding, lantai, hingga atap. Endymion Construction hanya menggunakan material berkualitas tinggi yang sudah teruji untuk memastikan hasil yang optimal.
4. Manajemen Proyek yang Efisien
Pengelolaan Proyek dengan Jadwal yang Terstruktur
Manajemen proyek merupakan aspek penting dalam pembangunan rumah. Dari perencanaan awal hingga tahap penyelesaian, pengelolaan yang baik memastikan bahwa semua aspek berjalan sesuai dengan waktu dan anggaran yang telah ditentukan. Dengan Endymion Construction, Anda mendapatkan manajemen proyek yang terorganisir, dengan jadwal yang jelas dan komunikasi yang efektif sepanjang proses.
5. Perizinan dan Regulasi
Tumblr media
Mematuhi Peraturan dan Persyaratan Hukum
Penting untuk memastikan bahwa seluruh proses pembangunan rumah mematuhi peraturan dan perizinan yang berlaku. Endymion Construction membantu dalam mengurus semua aspek perizinan dan memastikan proyek berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku di Medan.
6. Konsultasi dan Dukungan Profesional
Layanan Konsultasi yang Komprehensif
Penyusunan rencana membangun rumah secara profesional melibatkan banyak detail teknis dan keputusan yang kompleks. Dengan Endymion Construction, Anda mendapatkan layanan konsultasi yang komprehensif dari tahap awal hingga penyelesaian. Tim kami akan memberikan saran terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda, memastikan bahwa setiap keputusan diambil dengan pemahaman yang matang.
7. Penyelesaian Proyek yang Berkualitas
Hasil Akhir yang Sesuai dengan Harapan
Dalam setiap tahap pembangunan, dari struktur hingga dekorasi, Endymion Construction berkomitmen untuk memberikan hasil akhir yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan ekspektasi. Proyek Anda akan diselesaikan dengan presisi dan dedikasi penuh, menjadikan rumah Anda tidak hanya nyaman tetapi juga bernilai investasi.
Kesimpulan
Tumblr media
Penyusunan rencana membangun rumah secara profesional memerlukan perencanaan yang cermat dan kolaborasi dengan mitra yang terpercaya. Endymion Construction adalah pilihan terbaik untuk mewujudkan hunian impian Anda di Medan dengan layanan arsitek dan kontraktor yang berpengalaman. Dengan bantuan kami, Anda dapat merasakan proses yang efisien, transparan, dan bebas hambatan.
Kontak: KOMP. SETIA BUDI POINT Jl. Setia Budi No.15 BLOK C, Tj. Sari, Kec. Medan Selayang Admin: 0838 2352 0252
0 notes
carinameow · 10 months ago
Text
Halimah dan Sidek tinggal menyewa di sebuah kampung.
Sidek yang berumur 51 tahun dan bekerja sebagai buruh kontrak menebang hutan,seringkali masuk ke hutan sehingga berhari-hari lamanya,malah kadang-kala sehingga sebulan tak balik ke rumah.
Manakala Halimah pulak,berumur 48 tahun,menjadi suri rumahtangga sepenuh masa menjaga anaknya Shidah yang masih bersekolah rendah.
Anaknya Meon,yang berumur 20 tahun bekerja sebagai seorang mekanik di bengkel motorsikal yang terletak selang 2 buah rumah dari rumahnya.Jarak umur Meon dengan adiknya memang jauh,malah Halimah dan Sidek sendiri tidak menyangka bahawa mereka masih boleh menimang cahaya mata setelah sekian lama disangkakan hanya Meon sahajalah anak tunggalnya.
Kerja Meon sebagai mekanik bermula sejak dia habis sekolah.Lantaran masalah kewangan keluarganya,dia tidak dapat menyambung pelajaran ke peringkat universiti.Demi membantu keluarga,Meon bekerja di bengkel Abu.Bermula sebagai budak suruhan,Meon kini sudah pandai membaiki motorsikal,hasil didikan Abu yang percaya dan yakin dengan kebolehan Meon.Wang gajinya lebih kepada membantu Ibu dan adiknya mengalas perut lantaran bapaknya,Sidek yang jarang pulang ke rumah akibat bertugas di pedalaman dan jauh dari rumah.
Halimah yang merupakan suri rumahtangga sepenuh masa,masih cantik orangnya.Berwajah putih berseri dengan tahi lalat di kiri dagunya,sering memakai tudung ketika keluar rumah,menyembunyikan rambutnya yang pendek paras bahu.Selalu jugak Halimah merasakan dahaga dan kegersangan menikmati hubungan seks suami isteri lantaran hidupnya yang selalu ditinggalkan suami.Namun apakan daya,dia tetap teruskan hidup bersama anak-anaknya.Malah,Halimah jugakpernah terniat untuk curang demi tuntutan kegersangan nafsu seksnya yang seringkali sukar untuk dibendung,namun tiada siapa yang ingin mengoratnya lantaran statusnya sebagai isteri orang.Halimah tahu,hanya bontot tonggeknya yang besar dan lebar itulah sahaja senjatanya lantaran bentuknya yang memang tonggek dan melentik,namun walaupun dia cantik,tetapi tubuhnya tidak terlalu seksi untuk dipertontonkan kepada masyarakat.Bertubuh yang berisi,kedua-dua teteknya yang sederhana besar malah sedikit melayut,perut yang buncit,peha dan bontot tonggek yang lebar memberi kemungkinan bahawa tiada siapa yang bernafsu seks kepadanya.Ini mendorong Halimah untuk memendamkan sahaja kegersangan nafsu seksnya sendirian.Sejak suaminya masuk ke hutan 2 minggu lalu,dia tidak pernah merasakan kenikmatan hubungan seks.Pernah jugak dia melancapkan lubang cipapnya sendirian,tidak seronok rasanya,jadi,terpendamlah sahaja perasaan berahinya.
Namun,sudah hendak menjadi cerita,pada satu pagi yang indah,Shidah menyertai rombongan sekolahnya pergi ke Kuala Lumpur dan esok baru pulang ke rumah,tidur di sekolah di Kuala Lumpur,menurut kata gurunya.Jadi hanya tinggal Halimah dan Meon sahajalah di rumah.Oleh kerana hari itu adalah hari Ahad dan bengkel motorsikal ditutup,maka Meon mengambil keputusan untuk bangun lewat pada pagi yang indah itu.Halimah yang sendirian menonton rancangan “Selamat Pagi Malaysia” merasa boring kerana tiada teman borak,lantaran Shidah sudah pergi mengikuti rombongan sekolahnya.Lantas dia teringatkan Meon yang sedang tidur di biliknya.
Halimah kemudiannya terus masuk ke dalam bilik Meon,dilihatnya anaknya itu masih berselimut di atas katil.Digerakkan kaki Meon supaya bangun dari tidur.Dengan mata yang kelat,Meon membukakkan matanya.Terlihat Emaknya sedang berdiri di tepi katil memerhatinya.
“Meon,dah pukul 9:00 pagi ni…!!!Nape tak bangun lagi ni,Sayang…!!!Mak boring la sorang-sorang…!!!”kata Halimah.
“Hmmm…jap lagi Meon bangun…!!!”balas Meon sambil kembali melelapkan matanya.
“Bangun tau,Sayang…!!!Kejap lagi kalau Mak datang tak bangun,Mak siram dengan air…!!!”kata Halimah sambil tersenyum dan berlalu dari bilik anak bujangnya.
Meon,yang terjaga itu sukar hendak melelapkan matanya kembali.Namun dia cuba jugak melelapkan matanya tetapi sukar.Terlalu saying rasanya hendak meninggalkan katil di pagi hari Ahad yang dingin itu.Kabus yang masih menerawang menyejukkan suasana.Batang kote Meon yang semulajadi keras sendiri selepas bangun tidur menongkat selimut yang di pakainya.Perlahan-lahan diurut-urut batang kotenya dari luar selimut,fikirannya terbayangkan Nor,anak Haji Ali yang selalu menjadi modalnya melancapnya itu.
Tiba-tiba Emaknya muncul kembali.Meon pun pura-pura tidur kerana takut Emaknya perasan kelakuannya yang sedang mengurut-urut batang kotenya yang sedang mencanak menongkat selimut itu.
“Ish…ish…ish…masih tak bangun lagi si bujang ni…!!!”bisik hati Halimah.
Namun,perhatiannya tertarik kepada bonjolan yang menongkat tinggi selimut anaknya.Serta-merta perasaannya berdebar.Naluri keberahian seorang wanita yang dahagakan sentuhan nafsu seks itu terus bangkit melihat kain yang menyelimuti anaknya di tongkat oleh batang kote anaknya yang sedang keras itu.Niatnya yang hendak mengejutkan Meon serta-merta mati.Apa yang ada difikirannya adalah gelora keinginan nafsu seks ingin melihat batang kote keras milik anaknya.
Halimah yang menyangka anaknya masih tidur itu perlahan-lahan duduk di tepi katil.Tangannya terasa ingin sekali memegang batang kote yang sedang keras menegak itu.Sudah lama rasanya dia tidak dapat memegang batang kote suaminya.Keinginannya telah mendorong Halimah untuk memberanikan diri memegang batang kote Meon.Batang kote Meon dipegangnya dengan lembut.Kekerasan otot batang kote anaknya menambah keberahian Halimah untuk melihatnya dengan lebih dekat lagi.Perlahan-lahan Halimah menyelak selimut Meon,maka terpampanglah tubuh Meon yang tidur tanpa seurat benang di hadapan matanya.Batang kote Meon yang sudah tidak tertutup itu diusapnya dengan lembut.Hampir sama dengan batang kote milik suaminya.Halimah mengusap-usap batang kote Meon dengan perasaan berahi.Keinginan nafsu seksnya yang merindukan batang kote suaminya itu telah menghilangkan kewarasannya dan membuatkannya lupa bahawa dia sebenarnya sedang bernafsu seks memegang batang kote anaknya sendiri.
Meon yang pura-pura tidur itu,berdebar-debar merasakan batang kotenya dipegang oleh Emaknya.Dia tidak menyangka bahawa Emaknya tergamak dan berani memegang batang kotenya.Hendak dibukak matanya,takut Emaknya memarahinya pulak kerana lambat bangun tidur dan menipu berpura-pura tidur.Jadi Meon mengambil keputusan membiarkan sahaja perlakuan Emaknya terhadap batang kotenya.
Sentuhan lembut tapak tangan dan jari-jemari Halimah di batang kote Meon membangkitkan kenikmatan kepada Meon.Batang kotenya menegang dengan secukup-cukupnya dan ini memberikan perasaan sensasi kepada Halimah untuk memegangnya dengan lebih kuat lagi.Halimah kemudiannya terus melancapkan batang kote Meon dengan nafasnya yang semakin terburu-buru.Bukan senang nak merasa batang kote lelaki,jadi,peluang dah ada depan mata,inilah masanya…
Meon yang masih berpura-pura tidur itu benar-benar menikmati kesedapan batang kotenya dilancapkan oleh Emaknya sendiri.Dia membiarkan Emaknya terus melancapkan batang kotenya dan difikirannya terbayangkan Nor anak Haji Ali yang sedang melancapkan batang kotenya.Keberahiannya akhirnya memuncak dan membuatkan air maninya memancut keluar dari batang kotenya yang keras dan sedang dilancapkan oleh Emaknya Halimah.
Halimah yang teruja dengan pancutan demi pancutan air mani anaknya Meon itu terus melancapkan batang kote anaknya sehingga tiada lagi air mani yang keluar.Aroma air mani yang sudah lama tidak menusuk ke hidungnya memberikannya satu perasaan yang melambangkan sedikit kepuasan.Air mani anaknya yang melekit di tangannya diciumnya dan dihirupnya sedikit demi sedikit dengan penuh bernafsu seks.Meon yang terkejut mendengar bunyi hirupan itu membuka sedikit matanya dan terlihat olehnya bahawa Emaknya Halimah sedang menjilat air maninya yang berlumur di tangan.Berdebar-debar perasaan Meon ketika itu.Dia tidak menyangka bahawa Emaknya Halimah mampu bertindak dengan sebegitu rupa.
Halimah yang puas merasa air mani anaknya yang melekit di tangannya kembali bangun dari katil dan menyelimuti anaknya.Dia kemudian keluar dari bilik Meon dan kembali ke ruang tamu menonton TV.Terasa saying hendak mencuci tangannya.Bau air mani lelaki yang dirindui itu terasa sayang hendak dihilangkan dari tangannya.Kalau boleh,dia ingin tangannya terus melekat dengan air mani anaknya itu buat selama-lamanya.Perasaan bersalah ada sedikit bersawang dalam mindanya,namun baginya ia tidak perlu dirisaukan kerana perbuatannya itu langsung tidak disedari oleh anaknya.Dia melakukannya ketika anaknya sedang lena.
Namun berbeza pulak bagi Meon,dia benar-benar tidak menyangka bahawa batang kotenya dilancapkan oleh Emaknya sendiri.Malah,air maninya jugak dinikmati oleh Emaknya dengan penuh nikmat di hadapan matanya sendiri.Meon terasa malu kepada dirinya sendiri,jugak kepada Emaknya.Namun begitu,kenikmatan yang baru sahaja dinikmati secara tiba-tiba membangkitkan seleranya dan kalau boleh dia ingin Emaknya melakukannya lagi, tetapi perasaan hormatnya sebagai anak serta-merta mematikan hasratnya.Baginya,yang lebih baik adalah,merahsiakan perkara ini dan membiarkan Emaknya masih menganggap bahawa dirinya sedang tidur ketika perkara itu berlaku.
Hari itu,mereka anak-beranak berlagak seperti tiada apa-apa yang berlaku.Masing-masing buat hal sendiri.Namun di hati masing-masing,hanya Tuhan saja yang tahu…
Pada petangnya,Halimah yang selesai mengangkat pakaian di ampaian terlihat kelibat anaknya yang sedang terbaring di sofa.Bunyi TV masih kedengaran namun tidak pasti adakah anaknya sedang tidur atau tidak.Perlahan-lahan dia menghampiri anaknya dan dia melihat mata anaknya terpejam rapat.Terlintas di fikirannya ingin mengulangi kembali saat-saat indah menikmati batang kote keras anaknya di dalam genggamannya.
Sementara itu,Meon yang terbaring di sofa sebenarnya tidak tidur.Dia sebenarnya ingin memancing Emaknya kerana kenikmatan batang kotenya dilancapkan pagi tadi mendorongnya untuk menikmatinya sekali lagi.Dia tahu bahawa Emaknya terhendap-hendap memastikan adakah dirinya sedang tidur.Jadi Meon sengaja mematikan dirinya di atas sofa.
Halimah sedar,inilah masanya yang paling sesuai untuk melepaskan giannya.Tanpa segan silu,Halimah terus menyelakkan seluar pendek sukan anaknya.Batang kote anaknya yang gemuk dan panjang itu dipegang dan terus dilancapkannya.Tidak sampai seminit,batang kote anak bujangnya itu sudah pun mengeras di dalam genggamannya.Halimah berkali-kali menelan air liurnya melihatkan batang kote yang keras di hadapan matanya itu diusap-usap dan dirocoh-rocoh oleh tangannya yang gebu.Semakin dilancap semakin galak kerasnya.Kepala takuk batang kote Meon yang kembang berkilat bak kepala cendawan itu dimainkan dengan ibu jarinya.Meon sedikit menggeliat kerana ngilu.Serta-merta Halimah memperlahankan rentaknya kerana takut Meon akan terjaga.
Halimah sedar,seleranya kepada batang kote anak lelakinya itu semakin meluap-luap di lubuk keinginan nafsu seksnya.Dia tahu apakah risiko melakukan perkara terkutuk itu,lebih-lebih lagi bersama darah dagingnya sendiri.Halimah menggigit bibirnya kegeraman.Halimah tidak peduli,tekaknya seolah-olah berdenyut ketagihan melihatkan batang kote tegang anaknya di depan matanya sendiri.Nafasnya semakin laju.Halimah akhirnya membuat keputusan nekad.Keberahiannya yang sudah semakin hilang pedoman itu membuatkan dia berani membenamkan batang kote anaknya ke dalam mulutnya yang lembap itu.
Meon sekali lagi menggeliat kesedapan.Batang kotenya yang sedang dipegang oleh Emaknya tiba-tiba merasakan memasuki lohong yang hangat dan basah.Perlahan-lahan dia membukak matanya kecil.Dilihatnya batang kotenya kini sudah separuh hilang di dalam mulut Emaknya.Terlihat olehnya raut muka Emaknya yang masih cantik itu sedang mengulum-ngulum batang kotenya dengan matanya yang tertutup.Hidung Emaknya kelihatan kembang-kempis bersama deruan nafas yang semakin laju.Inilah pertama kali Meon merasai bagaimana sedapnya batang kotenya dinikmati oleh mulut seorang wanita.Kenikmatan yang dirasai membuatkan dia tidak peduli siapakah wanita yang sedang mengulum-ngulum batang kotenya itu,lebih-lebih lagi ianya bukan dilakukan secara paksa.Meon cepat-cepat kembali memejamkan matanya apabila dilihat Emaknya seakan ingin membukak mata.
Halimah yang yakin anaknya tidur mati,perlahan-lahan menghisap batang kote anaknya.Perlahan-lahan dia menghirup air liurnya yang meleleh di batang kote anaknya.Penuh mulut Halimah menghisap-hisap batang kote Meon.Semakin lama Halimah menghisap-hisap batang kote Meon,semakin dia lupa bahawa dia sedang menghisap-hisap batang kote anaknya sendiri.Perasaan Halimah yang diselubungi keinginan nafsu seks membuatkan dia semakin galak menghisap-hisap batang kote anaknya.Batang kote keras yang penuh menujah lelangit mulutnya dirasakan sungguh mengghairahkan,air mazi anaknya yang sebati dengan air liurnya dirasakan sungguh menyelerakan.Sudah lama benar dia tidak menikmati batang kote suaminya.Dirinya seolah seorang budak kecil yang sedang kemaruk setelah mendapat barang pemainan baru.
Meon semakin tidak dapat tahan.Hisapan Emaknya di batang kotenya yang keras menegang itu membuatkan Meon semakin tak keruan.Dia nekad,apa nak jadi,jadilah.Dia tak dapat bertahan lagi berpura-pura tidur sebegitu.Akhirnya di saat air maninya hendak meledak,Meon memberanikan dirinya memegang kepala Emaknya Halimah.Kepala Emak Kandungnya yang sedang galak turun-naik menghisap-hisap batang kotenya itu dipegang dan ditarik rapat kepadanya,membuatkan batang kotenya terbenam jauh ke tekak Halimah,Emak Kandungnya sendiri.Halimah terkejut,jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.Serta-merta dia merasakan teramat malu apabila disedarinya anaknya sedar dengan perbuatannya.Malah,anaknya memegang kepalanya sementara batang kote anaknya itu semakin terbenam jauh ke dalam mulutnya.Halimah cuba menarik kepalanya dan cuba mengeluarkan batang kote anaknya dari dalam mulutnya namun dia gagal.Meon menarik kepala Halimah serapat mungkin ke tubuhnya dan serentak itu,memancut-mancut air mani Meon memenuhi mulut Halimah.Meon benar-benar kenikmatan.
Halimah yang sedar batang kote anaknya itu sedang memuntahkan air mani di dalam mulutnya terus diam tidak meronta.Dia membiarkan sahaja mulutnya menerima pancutan demi pancutan padu air mani anaknya sehingga tidak dapat ditampung oleh mulutnya yang comel itu.Halimah tiada pilihan,dia tidak dapat menolak kepalanya agar batang kote anaknya memancut di luar mulutnya.Maka,dalam keterpaksaan,berdegup-degup Halimah meneguk air mani anaknya yang menerjah kerongkongnya.Cairan pekat yang meledak dari batang kote anak bujangnya yang dihisap itu ditelan sepenuhnya bersama air mata yang mula mengalir ke pipinya.
Pautan tangan Meon di kepala Emaknya Halimah semakin longgar,seiring dengan air maninya yang semakin habis memancut dari batang kotenya.Halimah mengambil peluang itu dengan terus menarik kepalanya sehingga tercabut batang kote Meon dari mulutnya.Segera Halimah bangun dan berlari menuju ke dalam biliknya.Meon yang tiba-tiba merasakan penyesalan itu segera bangun menuju ke bilik Emaknya.Pintu bilik Emaknya terkunci dari dalam.Meon mengetuk pintu perlahan berkali-kali sambil suaranya lembut memanggil-manggil Emaknya.Namun hanya suara esakan Emaknya di dalam bilik yang didengarinya.
“Makk…Maaf,Makk…!!!Meon minta maaf,Mak…!!! Meon tak sengaja,Makk…!!!Makkkkk…!!!”rayu Meon di luar bilik Emaknya.
Sementara di dalam bilik,Halimah sedang tertiarap di atas katil,memekup mukanya di bantal dengan air matanya yang semakin berjujuran di pipinya yang gebu.Rasa penyesalan akibat pengaruh keinginan nafsu seksnya sendiri telah membuatkan dirinya seolah-olah hilang harga diri sehingga sanggup melakukan perkara terkutuk itu dengan anak kandungnya sendiri.Halimah benar-benar menyesal atas segala perbuatannya.Dia sedar,ini semua bukan salah anaknya.Ini semua salahnya.Halimah tersedu-sedan mengenangkan kesilapannya di atas katil sendirian,membiarkan anaknya,Meon sendirian memujuknya di luar biliknya…
“Meon,mari makan,Sayang…!!!”ajak Halimah kepada Meon di pintu bilik Meon.
Meon yang sedang termenung di tebing katil seolah tidak menghiraukan Emaknya.Fikirannya merasa bersalah dan malu atas apa yang telah berlaku pada petang tadi.Halimah sedar perubahan anaknya.Dia terus duduk rapat di sebelah Meon.Jari-jemarinya kemas memegang telapak tangan Meon.Diramas dengan lembut jari-jemari Meon.
“Mak,Meon rasa bersalah sangat kat Mak…!!!Meon nak minta maaf banyak-banyak,Mak…!!!”kata Meon sambil matanya masih terus menatap kosong ke lantai.
“Meon,Mak yang sepatutnya minta maaf,Sayang…!!! Meon tak salah langsung,Sayang…!!!Kalau bukan Mak yang mulakan dahulu,perkara ni takkan terjadi,Sayang…!!!”kata Halimah.
Mereka terdiam seketika.Suasana sepi malam yang mula menjelma seolah memberikan ruang untuk dua beranak itu berbicara secara peribadi dari hati ke hati.Halimah menarik tangan Meon yang digenggamnya ke atas pehanya yang gebu.Jari-jemari anaknya diramas dengan lembut,penuh kasih sayang dari seorang Emak kepada anaknya sendiri.
“Kenapa Mak buat macam tu…???Mmmm…boleh Meon nak tahu tak,Mak…???”tanya Meon sedikit gugup.
Halimah terdiam sejenak.Otaknya ligat mencari jawapan bagi soalan yang terlalu sensitif dari anaknya itu.Secara tak langsung,dia gugup hendak menjawabnya.Tangannya yang kemas memegang tangan anaknya di atas pehanya yang lembut itu semakin ditarik ke arah tundun lubang cipapnya.Fikirannya bercelaru,buntu.
“Kenapa,Mak…???”sekali lagi Meon bertanyakan kepada Halimah.
“Susah Mak nak cakap la,Sayang…!!!Hal orang perempuan la,Sayang…!!!Nanti Meon tahu la,Sayang…!!!”kata Halimah ringkas dan dia terus berdiri lalu keluar dari bilik Meon,meninggalkan anaknya diam sendirian.
Meon keliru dengan jawapan Emaknya.Akal mentahnya tidak berapa memahami objektif jawapan Emaknya.Dia hanya mampu melihat Emaknya berlalu keluar dari biliknya meninggalkannya sendiri bersama seribu satu persoalan di kepala.Bontot tonggek lebar Emaknya yang tonggek itu kelihatan melenggok ketika melangkah keluar.Daging bontot tonggeknya yang bulat dan montok kelihatan membonjol di kain batik lusuh yang dipakai Emaknya.Meon menelan air liur melihat harta berharga milik Emaknya Halimah.Hatinya berdebar,perasaannya tiba-tiba bercelaru.Rasa kasihan dan sayang kepada Emaknya Halimah yang sebelum ini terbit dari hatinya secara tiba-tiba di selinap masuk oleh perasaan nafsu seks yang terlalu malu bagi dirinya untuk memikirkan.Meon lantas bangun menuju ke dapur,terlihat Emaknya sedang duduk mendagu di meja makan.Mata Emaknya seolah-olah merenung kosong hidangan makan malam yang telah disediakan di atas meja.Perlahan-lahan Meon menghampiri Emaknya,dipegangnya kedua-dua bahu Emaknya lembut.Meon menunduk dan mulutnya menghampiri telinga Emaknya.
“Meon berjanji pada Mak yang cuma kita berdua aje yang tahu pasal ni,Mak…!!!Mak jangan la risau apa-apa pun…!!!Meon teramat sangat sayangkan Mak…!!!”bisik Meon di telinga Emaknya.
Halimah merasakan sejuk hatinya mendengar kata-kata Meon yang lembut itu.Jari-jemari Meon yang sedang memegang bahunya terasa sungguh selesa.Haba dan hembusan nafas dari Meon di telinganya membangkitkan bulu roma Halimah.Perasaan terus berdebar-debar menyelinap ke dadanya bersama selautan rasa sayang yang tinggi menggunung kepada anak bujangnya itu.Halimah menoleh perlahan memandang wajah Meon yang hampir rapat di pipinya.Layanan dan sikap Meon kepadanya seolah-olah mengisi sedikit kekosongan batinnya yang merindukan belaian lelaki,iaitu suaminya.
Wajah mereka saling berhadapan.Meon mengukir senyuman yang ikhlas di bibirnya,begitu jugak dengan Halimah.Pipi gebu Halimah diusap oleh Meon dengan lembut.Halimah memejamkan matanya.Bibirnya yang lembap dan comel terbukak sedikit.Meon yang seperti dipukau dengan paluan gendang syaitan itu pun tanpa ragu-ragu terus membenamkan mulutnya mengucup bibir Emaknya.Mereka berdua kemudiannya terus saling berkucupan bibir dan mulut,penuh kasih sayang.Perasaan yang sejak mulanya lambang kasih sayang antara Emak dan anak akhirnya bertukar menjadi perasaan kasih sayang yang berlambangkan seks yang saling memenuhi dan memerlukan.
Tangan Halimah kemudiannya dengan perlahan-lahan mengusap rambut anak bujangnya yang sedang hangat mencumbui bibirnya.Bibir Halimah ligat meneroka mulut Meon yang nampaknya masih tidak mahir dalam permainan manusia dewasa itu.Nafas masing-masing saling bertukar silih-berganti.Degupan jantung dua insan itu semakin kencang,seiring dengan deruan keinginan nafsu seks yang semakin bergelora.Halimah semakin lemah,dia terus memeluk tubuh Meon.Tertunduk Meon dipeluk oleh Emaknya,mulutnya masih mengucup bibir Emaknya.Ghairah Meon kembali bangkit,lebih-lebih lagi apabila bayangan Emaknya menghisap batang kotenya di pagi dan petang hari itu silih-berganti di kotak fikirannya.Meon semakin berani memulakan langkah,tangannya yang tadi memegang bahu Emaknya kini menjalar ke kedua-dua tetek Emaknya yang masih berbalut t-shirt.Kekenyalan kedua-dua tetek Emaknya yang tidak memakai coli itu dirasakan sungguh mengasyikkan.Puting kedua-dua tetek Emaknya yang semakin keras dan menonjol di permukaan t-shirt digentel lembut berulang kali,Halimah semakin terangsang dengan tindakan anaknya itu.Ini mendorong Halimah untuk meraba dada anaknya yang bidang itu.Tangannya kemudian turun ke pinggang anaknya dan seterusnya dia menangkap sesuatu yang keras dan membonjol menujah kain pelikat yang dipakai oleh anaknya.Batang kote Meon yang semakin keras di dalam kain pelikat digenggam oleh Halimah.
Dirocoh-rocoh batang kote anaknya dengan penuh bernafsu seks.Perasaan penuh bernafsu seks yang melanda Halimah mendorongnya untuk mengulangi sekali lagi perbuatannya seperti di waktu siang tadi.Halimah kemudiannya terus melepaskan kucupan di bibir anaknya.Senyuman terukir di wajahnya,mempamerkan rasa keberahian yang tiada selindung lagi.Halimah kemudiannya terus melucutkan kain pelikat Meon,maka luruhlah kain pelikat yang Meon pakai ke lantai dan sekaligus mendedahkan batang kotenya yang sasa dan berotot itu tegak mengeras menghala muka Emaknya.Halimah tahu kehendak Meon.Malah,dia jugak sebenarnya menginginkannya jugak.Perlahan-lahan Halimah membenamkan batang kote keras Meon ke dalam mulutnya.
Meon memerhatikan sahaja perbuatan Emaknya tanpa selindung lagi.Sedikit demi sedikit batang kotenya dilihat tenggelam ke dalam mulut Emaknya yang comel.Tahi lalat di dagu Emaknya menambahkan lagi kecantikan wajah Emaknya yang sedang menghisap-hisap dengan perlahan-lahan batang kotenya.
Halimah semakin galak menghisap-hisap batang kote anaknya.Perasaan keibuan yang sepatutnya dicurahkan kepada anaknya sama sekali hilang.Keinginan nafsu seks dan kerinduan batinnya menguasai akal dan fikiran membuatkannya hilang pertimbangan sehingga tergamak bermain keinginan nafsu seks bersama dengan anak kandungnya sendiri.Halimah benar-benar tenggelam dalam arus gelora keinginan nafsu seks.Batang kote anaknya yang dihisap-hisap dan keluar-masuk di dalam mulutnya benar-benar memberikan sensasi kelazatan menikmati batang kote lelaki yang dirindui selalu.Setiap lengkok batang kote anaknya disedut dan dinikmati dengan penuh perasaan.Tangan kirinya mengusap-usap lubang cipapnya dari luar kain batik.Sungguh bertuah dirinya dirasakan pada ketika itu,kedahagaan batin dan nafsu seksnya yang selama ini membelenggu jiwanya terasa seolah-olah terbang jauh bersama angin.Dirinya merasakan begitu dihargai.Jiwanya semakin tenteram dalam gelora keinginan nafsu seksnya sendiri.
Meon pulak benar-benar menikmati betapa lazatnya merasakan batang kotenya dihisap-hisap oleh mulut Emaknya.Wajah Emaknya yang sedang terpejam mata menikmati batang kotenya dengan penuh bernafsu seks itu memberikan satu kenikmatan yang sukar untuk diucapkan.Matanya tertancap kepada tangan Emaknya yang sedang menggosok-gosok lubang cipap.Kain batik yang dipakai oleh Emaknya kelihatan terperosok ke bawah kelengkang akibat kelakuan Emaknya itu.Peha gebu Emaknya yang kelihatan lembut dan menyelerakan membangkitkan selera nafsu seks Meon.Serta-merta Meon menarik batang kotenya keluar dari dalam mulut Emaknya.Meon kemudiannya terus tunduk mengucup Emaknya dan sekaligus dia memeluk tubuh Emaknya.Halimah membalas perlakuan Meon dengan kembali mengucupinya.Sambil bibirnya mengucup bibir Emaknya,Meon menarik Halimah agar berdiri dan Halimah terdorong untuk mengikut sahaja kemahuan Meon.Mereka pun kemudiannya sama-samaberdiri dan berpelukan erat,dengan bibir masing-masing yang saling berkucupan penuh keberahian.Meon kemudiannya terus mengusap-usap kelangkang Emaknya.Kain batik lusuh yang menutupi lubang cipap Emaknya terasa basah akibat lendir nafsu seks yang semakin banyak membanjiri lohong kewanitaan Emaknya Halimah itu.Meon kemudiannya terus menyelakkan kain batik Emaknya ke atas,batang kote mudanya yang tidak pernah memasuki mana-mana lubang cipap wanita kekok untuk memulakan langkah yang berani itu.
Halimah tahu kelemahan yang dihadapi oleh anaknya.Sambil tersenyum,dia terus menyingkap kain batiknya ke atas dan berpusing menghadap meja makan,mempamerkan bontot tonggeknya yang tidak dilindungi sebarang seluar dalam kepada anaknya.Meon seperti terpukau menatap bontot tonggek Emaknya yang putih berseri dan bulat menggebu di hadapan matanya.Bontot tonggek lebar Emaknya diusap-usap dan diramas-ramas dengan penuh bernafsu seks.Usapannya kemudian semakin penuh bernafsu seks,dari pinggang turun ke peha,kelentikan bontot tonggek Emaknya yang tonggek benar-benar membakar keinghinan nafsu seksnya.Sementara itu Halimah mencapai batang kote Meon yang terpacak di belakangnya.Tanpa segan silu,Halimah kemudiannya terus menarik batang kote Meon agar mengambil posisi yang memudahkan untuk mereka menjalankan misi yang seterusnya.Batang kote Meon ditarik sehingga terselit di celah kelengkangnya.Meon yang membiarkan sahaja tindakan Emaknya itu terdorong ke hadapan memeluk belakang tubuh Emaknya dan batang kotenya terus menyelinap ke celah kelengkang Emaknya yang sememangnya sudah terlalu licin dan becak dengan lendiran nafsu seks.Halimah kemudiannya terus menonggekkan tubuhnya dan tubuhnya maju-mundur menggesel-geselkan batang kote Meon di celah kelengkangnya.Bunyi lagaan dan geselan batang kote Meon yang keras di kelengkangnya berdecup-decup di ruang dapur.Meon yang pertama kali menikmati pengalaman yang mengasyikkan itu terangsang yang teramat sangat.Tangannya tak henti-henti meraba-raba dan meramas-ramas bontot tonggek lebar Emaknya yang tonggek menyentuh perutnya.
Halimah sudah tidak sabar-sabar lagi,tangannya segera mencapai batang kote Meon yang keras di alur kelengkangnya dan memandunya masuk ke mulut lubang cipap segala kenikmatan miliknya.Dia sudah tidak peduli batang kote siapa yang sedang dipegangnya itu.Baginya,peluang menikmati batang kote lelaki bagi mengubati kesakitan keinginan nafsu seks dan batinnya tidak seharusnya dilepaskan begitu sahaja.Dengan sekali lentik sahaja,lubang cipapnya dengan mudah menerima seluruh batang kote keras anaknya menceroboh terowong lubang cipapnya yang sudah lama dahagakan tujahan batang kote lelaki buat kali pertama.Halimah hanya membiarkan batang kote hangat Meon terendam di lubuk lubang cipapnya.Statusnya sebagai Emak kepada anak lelakinya itu sudah hilang begitu sahaja.Keinginan nafsu seksnya benar-benar menghilangkan kewarasannya sebagai seorang Emak,sehingga sanggup menyerahkan seluruh tubuhnya,malah mahkota kewanitaan yang selama ini hanya dinikmati oleh suaminya seorang,dinikmati oleh anaknya atas keinginannya dan kerelaannya sendiri.Halimah benar-benar khayal menikmati batang kote anaknya menunjal-nunjal pangkal lohong lubang cipap nikmatnya.Dia kemudiannya terus mengemut-ngemut batang kote anaknya semahu hatinya,terasa seperti ingin sahaja dia melumatkan batang kote itu di dalam lubang cipapnya.
Manakala Meon pulak benar-benar menikmati kemutan yang dirasakan oleh batang kotenya yang terendam di dalam lubang cipap Emaknya yang hangat itu.Seluruh otot batang kotenya yang mengembang keras terasa dihimpit oleh dinding lubang cipap Emaknya yang lembut dan licin itu.Terasa seolah-olah batang kotenya disedut-sedut oleh lubang cipap Emaknya.Meon kemudian perlahan-lahan menujah-nujahkan batang kotenya di dalam lubang cipap Emaknya Halimah itu sehingga kepala cendawannya yang berkembang pesat itu menghenyak-henyak pangkal lubang cipap wanita yang seharusnya disanjung sebagai ibu.Perasaan sayang Meon yang sebelum itu sekadar antara anak kepada ibu semakin dihantui keinginan nafsu seks yang membara.Keberahian yang diciptakan Emaknya Halimah itu telah mendorong Meon untuk menyayangi Emaknya Halimah itu seolah-olah seorang kekasih,yang rela untuk memberikan kenikmatan hubungan seks sumbang mahram antara darah daging.Meon tahu,dari lubang cipap yang sedang ditujahnya dengan batang kotenya itulah dirinya keluar satu masa dahulu.Namun kini lubang cipap itu sekali lagi dia masuki dengan penuh kerelaan,hanya cara dan permainan perasaan sahaja yang berlainan.
Begitu jugak dengan Halimah.Terfikir jugak di benaknya bahawa batang kote lelaki yang sedang dinikmati di liang lubang cipapnya itu adalah milik seorang bayi yang keluar dari liang lubang cipap yang ditujah itu dahulu.Namun kini,bayi itu sudah besar dan kembali memasuki liang lubang cipapnya atas desakan keinginan nafsu seksnya dan batinnya sendiri.Perasaan berahi Halimah yang selama ini terpendam terasa seolah-olah ingin meletup di perutnya.Peluh semakin timbul di dahi dan tubuhnya bersama nafasnya yang semakin laju dan sempit.Halimah sudah lama tidak merasakan perasaan sebegini.Naluri kewanitaannya semakin merangsang agar perasaan itu semakin memenuhi akalnya.Halimah semakin tidak keruan.Batang kote yang semakin galak menujah lubang cipapnya semakin menenggelamkan Halimah dalam lautan keinginan nafsu seks.Akhirnya Halimah menikmati puncak kenikmatan seksnya sendiri.Tubuhnya bergegar bersama ototnya yang mengejang.Batang kote anaknya yang menujah lubang cipapnya dari arah belakang buat kali pertamadihimpit penuh kegeraman.Bontot tonggeknya semakin dilentikkan agar batang kote anaknya itu semakin kuat menghentak dasar lubang cipapnya.Halimah benar-benar hilang akal.Dia benar-benar di puncak segala nikmat yang selama ini dirindukan.
Meon hanya memerhati perubahan demi perubahan pada tubuh Emaknya.Dia tahu bahawa Emaknya baru sahaja mengalami satu kenikmatan yang terlalu nikmat.Belakang baju t-shirt Emaknya nampak basah dengan peluh.Begitu jugaklah dengan bontot tonggek Emaknya yang terdedah,terasa perutnya akan peluh Emaknya yang membasahi bontot tonggek Emaknya itu.Kemutan yang begitu sedap dirasakan jugak semakin longgar.
“Meon…terima kasih,Sayanggg…!!!Mak teramat sangat cintakan dan sayangkan Meon sekarang ni,Sayanggggg…!!!”kata Halimah sambil menoleh kebelakang melihat Meon yang masih berdiri gagah.
Meon hanya tersenyum,tangannya meramas-ramas lembut daging lembut di pinggul Emaknya.Lemak-lemak yang menambah kegebuan dan kebesaran bontot tonggek Emaknya diusap-usap dengan penuh kasih sayang.Halimah tahu bahawa Meon perlukan kenikmatan seperti dirinya.Halimah kemudiannya terus melentikkan tubuhnya,sambil menekankan batang kote Meon agar tenggelam lebih dalam dan menghenyak-henyak dasar lubang cipapnya.Bontot tonggeknya digelek-gelekkan seperti penari dangdut di kelab malam,membuatkan batang kote Meon menikmati lebih geseran dengan dinding lubang cipapnya.Meon merintih kecil menahan gelora kenikmatan.Halimah tahu,Meon menikmati perbuatannya.
“Sedap,Sayanggg…???”tanya Halimah dengan penuh manja.
“Uuuhhh…Seee…Sedap Mmm…Makkk…!!! Ooooohhhhh…!!!”jawab Meon tersekat-sekat.
Batang kotenya semakin ditekan ke dalam lubang cipap Emaknya Halimah itu.Bontot tonggek Emaknya yang tonggek itu ditatap dengan penuh bernafsu seks.Halimah sekali lagi menoleh melihat Meon yang sedang penuh bernafsu seks menatap bontot tonggeknya.
“Mak cantik tak,Sayanggg…???”tanya Halimah menggoda anaknya.
“Ooohhh…Mak cantikkk…!!!Mmm…Mmakk…Meon… Ttt…tak tahannn…!!!”rintih Meon tak tahan di goda oleh Emaknya Halimah itu.
“Nanti kalau Mak nak lagi boleh tak Meon tolong buatkan,Sayanggg…???”Tanya Halimah penuh kelembutan dan godaan kepada anaknya yang sudah semakin di ambang puncak kepuasan nafsu seks.
“Ooohhh…Makkkk…!!!”rintih Meon.Meon semakin tidak tahan melihat Halimah tak henti-henti menggodanya.
Tubuh Halimah yang menonggeng di tepi meja itu memberikan sensasi keberahian yang meluap-luap kepada Meon.Dia benar-benar tidak menjangka dirinya telah menyetubuhi lubang cipap Emaknya Halimah itu buat kali pertama.Bontot tonggek Emaknya yang tonggek itu semakin menaikkan keinginan nafsu seks Meon.Keinginan nafsu seks dan keberahian Meon semakin kritikal.Dia tidak mampu bertahan lagi.Malah,dia ingin meluahkan perasaannya kepada Emaknya Halimah itu tentang apa yang diingininya,demi perasaannya yang benar-benar ingin menikmati kepuasan nafsu seks yang terlalu sukar untuk diungkapkan itu.
“Ooohhhhh…Makkk…Meon nak selalu,Makkkkk…!!! Meon…sss…stim…ppp…pada…bbb…bontot tonggek Makkk…!!!”akhirnya Meon meluahkan perasaannya yang ingin sekali diluahkan.
“Sayanggg…Meon anak Makkk…!!!Meonnn Sayangg…!!!”Halimah jugak menikmati perasaan berahi yang sedang melanda Meon.
“Makkk…Ahhhhhhh…!!!”rintih Meon.
Cuurrrrrr…Cruuuttttt…Cruttttt…akhirnya terpancutlah air mani jantan anak muda itu ke dalam lubang cipap dan rahim Emak kandungnya Halimah sendiri itu buat kali pertama.
Meon menikmati betapa sedapnya melepaskan air mani di dalam liang lubang cipap Emaknya Halimah itu buat kali pertama.Air maninya yang banyak memancut keluar dari batang kotenya yang keras meleding di dalam lubang cipap Emaknya itu memancut-mancut dengan sepuas-puasnya.Halimah memejamkan mata menikmati air mani anaknya yang hangat memenuhi lubang cipapnya.Dasar lubang cipapnya terasa disirami air mani yang hangat yang memancut–mancut memenuhi segenap rongga lubang cipapnya yang sepatutnya hanya untuk suaminya seorang sahaja.Namun akibat desakan keinginan nafsu seksnya yang kegersangan,rongga lubang cipapnya yang biasanya disirami oleh air mani suaminya kini dipenuhi oleh air mani anaknya atas kerelaannya sendiri.
Mereka berdua kelesuan,namun masih lagi di kedudukan yang sama.Halimah masih terpejam matanya,menonggeng berpaut di tepi meja makan.Kain batiknya yang diselakkan ke atas pinggang masih mendedahkan bontot tonggeknya yang sedang dihimpit rapat oleh anaknya yang sedang terpejam matanya,menikmati saki-baki keindahan dan kenikmatan menyetubuhi lubang cipap Emaknya Halimah itu sendiri.Batang kote Meon masih terendam di dalam lubuk lubang cipap Halimah,seolah-olah begitu sayang untuk melepaskan saat-saat manis itu hilang begitu sahaja.Perasaan kasih dan sayang yang selama ini diperuntukan untuk seorang ibu hilang bersama angin malam,diganti oleh perasaan kasih dan sayang yang sepatutnya hanya dimiliki oleh seorang kekasih.Halimah kepuasan,dahaga keinginan nafsu seksnya dan batinnya yang selama ini mencengkam akhirnya terurai sudah.Kenikmatan yang dialami sebentar tadi sama sekali tidak disesali,malah dia benar-benar menghargainya.Bagaikan harga sebuah maruah kepada seorang suami,bukan lagi kepada seorang anak.Halimah merelakannya,disetubuhi lubang cipapnya oleh darah dagingnya sendiri,demi kepentingan keinginan nafsu seknya dan batinnya sendiri.Dia tahu,dirinya kini bukan lagi dimiliki oleh suaminya seorang,malah anaknya sendiri jugak,yang sudah menikmati tubuhnya.Anaknya kini ‘suami’nya,yang didambakan belaian penuh bernafsu seks untuk dinikmati melebihi dari suaminya.Demi keinginan nafsu seks dan kasih saying yang semakin membara,Halimah kini mencintai ‘suami’ barunya…iaitu anak lelaki kesayangannya Meon…
*************************************************
Pada satu pagi,selepas beberapa bulan bermulanya hubungan seks sulit di antara dua beranak itu,Halimah sedang menjemur kain di belakang rumah.Beberapa meter dari tempat menjemur pakaian,sepasang mata sedang galak meratah seluruh pelusuk tubuh Halimah yang sedang berkemban kain batik sahaja,mendedahkan bahagian atas dadanya serta keseluruhan bahunya yang putih melepak itu.Rambutnya yang kering,tanda masih belum mandi terikat di belakang,mempamerkan wajahnya yang cantik.Meon bersandar di bingkai tingkap dapur merenung tubuh Emaknya Halimah itu yang selalu diratah sejak beberapa bulan yang lalu.
Halimah sedar Meon sedang memerhatikannya.Dia hanya membiarkan sahaja,malah kadangkala sengaja dia menonggeng sehingga melentik-lentik bontot tonggeknya di hadapan Meon.Biar Meon stim dan terus setia berkhidmat untuknya.Baginya,taraf Meon kini sudah lebih tinggi di ranjang berbanding suaminya.Asal ada sahaja peluang,tak dapat banyak,sikit pun jadilah buat stim-stim dan lepaskan rindu.Terutama ketika suaminya pulang dan berada di rumah.
Dah seminggu suaminya berada di rumah.Esok suaminya akan kembali bertugas di hutan.Projek penebangan balak masih belum selesai di kawasan itu.Banyak lagi kawasan yang masih belum dijelajah.Sepanjang minggu itu,Sidek dan Halimah kerap melakukan hubungan seks suami isteri bersama.Maklumlah,Sidek dah lama tak dapat,paling kuat pun cuma dapat dilancap oleh perempuan Indonesia yang bekerja di pondok kantin pekerja.Itu pun kena modal.
Oleh kerana keadaan tak clear untuk buat projek,maka Meon hanya kerap menikmati batang kotenya dihisap-hisap dan dilancap oleh Emaknya Halimah itu sahaja.Biasanya ketika Sidek keluar ke kedai membeli rokok ataupun ketika hanya mereka berdua sahaja berada di dapur.Jadi Meon sedikit berasa bosan kerana tak dapat nak buat lebih-lebih dengan Emaknya Halimah itu.Malah,kadangkala malam-malam dia sendirian melancapkan batang kotenya di atas katil sambil mencuri dengar suara rengekan Emaknya Halimah yang kedengaran perlahan.Cemburunya mula bangkit,namun apakan daya.
Tetapi pada pagi itu,mereka berpeluang menikmati kembali keghairahan hubungan seks sumbang mahram terlarang.Ianya terjadi sewaktu Sidek keluar minum di warung kopi setelah diajak oleh kawannya.
Selesai menjemur pakaian,Halimah terus masuk ke dalam rumah.Dilihatnya kasut anaknya Shidah tiada di depan rumah.Matanya melilau mencari kelibat Shidah di rumah jiran,ternampak sekumpulan kanak-kanak sedang bermain batu seremban di serambi rumah.Salah seorang dari mereka adalah anaknya,Shidah.Nampak macam baru sampai kerana Halimah nampak anaknya Shidah sedang menanggalkan kasut dan naik ke serambi.Di hatinya berbisik gembira,ada peluang keemasan menanti.
Segera Halimah menuju ke dapur dan terlihat Meon masih berdiri di tingkap,kali ini dia melemparkan pandangan yang jauh ke luar tingkap.
“Hai…merenung jauh nampak…???Teringat kat siapa tu,Sayang…???”tanya Halimah,mengejutkan Meon dari lamunan.
“Teringat kat Mak la…!!!”jawab Meon ringkas.
Sambil meletakkan bakul pakaian yang kosong ke atas lantai,Halimah kemudiannya terus membongkokkan tubuhnya dan mengambil peluang melentikkan bontot tonggeknya,biar dijamu mata anaknya.Meon hampir terbeliak menonton aksi menggoda Emaknya Halimah itu.Tubuh gebu yang sedang berkemban itu ditatap penuh bernafsu seks.Bontot tonggek Emaknya Halimah yang bulat dan lebar itu ditatap penuh minat.Terus sahaja Meon mendapatkan Emaknya Halimah itu dan mereka berdua kemudiannya terus saling berpelukan dan jugak saling berkucupan penuh bernafsu seks,cuba menghilangkan kerinduan yang meronta-ronta.Tubuh dua beranak itu saling memeluk-meluk dan jugak saling meraba-raba seluruh tubuh pasangan seolah kegersangan yang begitu mendalam sedang melanda naluri keberahian masing-masing.
Halimah sudah tidak sabar-sabar lagi.Lubang cipapnya sudah basah akibat keghairahan ingin menikmati batang kote anaknya.Perasaan berahinya yang mengundang rasa cinta sehingga merelakan seluruh tubuhnya disetubuhi oleh anak kandungnya semakin menguasai diri.Halimah pun kemudiannya terus memusingkan tubuhnya dan berdiri sambil berpaut pada tepi mesin basuh.Bontot tonggeknya yang sudah memang tonggek itu semakin dilentikkan ke arah Meon yang sedang mengurut-urut batang kotenya yang sudah terjulur keluar dari celah tuala yang masih terlilit di pinggang.Halimah kemudiannya terus menyingkap kainnya ke atas pinggang,mempamerkan bontot tonggeknya yang montok dan lebar itu kepada anaknya.Meon stim,lancapan di batang kotenya semakin laju sehingga ianya benar-benar keras agar mudah menyelinap masuk ke dalam lubuk syurgawi lubang cipap Emaknya Halimah itu sendiri,tetapi matanya tertarik kepada sesuatu.Ada sesuatu di celah bontot tonggek Emaknya Halimah itu. Meon kemudiannya terus menunduk dan mencolet sedikit dan baru dia tahu,ianya adalah air mani bapaknya yang masih melekat di celah bontot tonggek Emaknya Halimah itu,tetapi kenapa di lubang bontot tonggeknya…???Ah,Meon tak kisah.Cairan yang melekat di hujung jarinya dipalitkan di kain batik kemban Emaknya Halimah yang terselak di pinggang.Meon kemudiannya terus menjulurkan kepala takuk batang kotenya di muara lubang cipap Emaknya Halimah itu.Halimah kemudiannya terus membantu batang kote Meon untuk masuk ke dalam lubang cipapnya buat kali pertama pada hari tersebut ( kali secara keseluruhannya).Lubang cipapnya penuh dengan batang kote anaknya.Tubuhnya yang menonggeng di mesin basuh mempamerkan lubang cipapnya sendiri sedang dijolok oleh batang kote anaknya dari arah belakang.
Meon kemudiannya terus menghayun-hayunkan batang kotenya di dalam lubang cipap Emaknya Halimah itu,dari perlahan kepada laj dan sebaliknya.Halimah benar-benar tak tahan. Dia tak macam ini ketika bersama dengan suaminya.Mungkin seleranya sudah lebih kepada anaknya,Meon.
“Ooooohhhhh…Ooooohhhhh…Meonnnn…!!!Erghhh…Sedapnyaa,Sayanggg…!!!Ooooohhhhh…!!!”rengek Halimah.
Meon terus memacu lubang cipap Emaknya Halimah itu dengan batang kotenya dengan sekuat kuderat anak muda itu.Emaknya Halimah itu benar-benar tenggelam dalam gelora keinginan nafsu seksnya sendiri.Keberahian Halimah akhirnya memuncak.Melengkung tubuhnya bagai udang,bersama dengan peluh yang terbit kecil di tubuhnya.
Meon tahu bahawa Emaknya Halimah itu gemar jika dia meneruskan permainan non-stop.Maka dia terus memacu batang kotenya di dalam lubang cipap Emaknya Halimah itu dengan penuh bernafsu seks meskipun ketika itu Emaknya Halimah itu sedang kelelahan setelah puas menikmati puncak kenikmatan.
“Meonn suka pada Mak tak,Sayanggg…???”tanya Halimah dengan lembut,menggoda anaknya yang sedang memacu lubang cipapnya yang selesa menonggeng di tepi mesin basuh.
“Suka sangat,Makkk…!!!Ooohhh…Mak seksi sangat laaa…!!!Ooooohhhhh…!!!”Meon bersuara penuh bernafsu seks.
“Seksi sangat ye,Sayanggg…Tang mana…???Bontot Mak ni ker,Sayanggg…???Mmmmmm… Aaaaahhhhh…!!!”goda Emaknya Halimah sambil melenggok-lenggokkan bontot tonggeknya.
“Uuuhhh…Uuuhhh…Uuuuuhhhhh…!!!Seksinyaa… bontot Makkkkk…!!!Ooooohhhhh…!!!”desah Meon dalam keadaan yang penuh bernafsu seks.
“Meon nak pancut dah ker sekarang ni,Sayanggg…???”tanya Halimah.
“Ye,Makkk…!!!Ooooohhhhh…tak tahan lagi, Makkkkk…!!!Ooooohhhhh…!!!”rengek Meon dengan muka yang semakin berkerut menahan sesuatu yang semakin ingin meledak keluar dari batang kotenya.
“Ooohhh…kerasnyaaa…!!!Aaaaahhhhh…da… dalammm,Sayanggg…!!!”pinta Halimah ghairah.
“Aaahhh…!!!Aaahhh…!!!Makkkkk…!!!”rengek Meon bersama air maninya yang pekat memancut laju dan banyak memenuhi segenap rongga lubang cipap Emaknya Halimah itu buat kali pertama pada hari tersebut ( kali secara keseluruhannya).
“Ooohhh Meonnn…!!!Ooohhh…banyaknya, Sayanggg…!!!Ooohhh…banyaknya air mani, Sayanggggg…!!!”rengek Halimah merasakan batang kote sasa anaknya berdenyut-denyut melepaskan air mani di dalam lubang cipapnya.
Setelah puas,mereka berdua terus menjalankan aktiviti masing-masing.Halimah kemudiannya terus masuk ke dalam bilik air dan mandi,sementara Meon pulak terus menuju ke biliknya,memakai pakaian dan duduk menonton TV di ruang tamu.Dihati masing-masing bermain soalan yang sama berulang kali.Bilalah Sidek nak balik bertugas…???
*************************************************
Pagi tadi,awal-awal lagi Sidek telahpun keluar pergi bertugas.Kali ini perginya agak lama, mungkin sebulan ataupun 2 bulan.Halimah berlagak sedih di saat-saat pemergian suaminya,sedangkan di hatinya bersorak kegirangan.Setelah pemergian Sidek,Halimah kemudiannya terus masuk ke dalam bilik air untuk mandi dan membersihkan dirinya.Sisa-sisa air mani Sidek yang masih pekat di celah bontot tonggeknya dibersihkan.Begitu jugak dengan kesan air mani Sidek yang kering dan melekat di perutnya yang buncit itu.
Selesai mandi,Halimah terus masuk ke dalam biliknya.Rambutnya dikeringkan dengan menggunakan tuala.Seluruh tubuhnya dilap sehingga kering.Tangannya kemudiannya terus membukak almari pakaian,memilih pakaian apa yang hendak dipakai pada hari itu.Kain batik merah dipilihnya.Tanpa memakai seluar dalam,dia pun terus menyarungkan kain batik di tubuhnya.Lilitan di pinggang diikat kemas.Kemudian dia memilih baju apa yang hendak dipadankan.Matanya tertarik dengan baju t-shirt kuning cair yang terlipat kemas.Terus dicapainya dan dibelek-belek.Nampak kecil baju itu,pasti ianya akan sendat di tubuhnya.Malah, agak singkat.Pasti tundun lubang cipapnya dan perutnya yang buncit itu akan jelas kelihatan.Halimah terus memakai coli berwarna hitam dan disarungkan baju t-shirt itu ke tubuhnya.Tubuhnya ibarat sarung nangka yang sendat dibalut baju t-shirt kuning cair yang ketat dan singkat.Seluruh lengkuk dan bonjolan di tubuhnya jelas kelihatan.Dia kelihatan seksi berpakaian sebegitu.Meskipun tubuhnya tidak ramping lagi seperti di usia muda,namun kemontokan tubuhnya yang mengembang seiring dengan usianya benar-benar terserlah.Lengannya yang montok dan gebu kelihatan sendat,begitu jugak dengan tubuhnya yang sendat dibaluti bau t-shirt itu.Coli hitam yang dipakai dapat dilihat dengan jelas dari baju yang dipakai.Perutnya yang buncit serta tundun lubang cipapnya yang membukit tembam terpampang di balik kain batik yang katat membalut dirinya.Apatah lagi bontot tonggeknya.Tubuhnya yang lentik itu semakin menyerlahkan bontot tonggeknya yang tonggek lantaran baju t-shirt dan kain batik yang dipakai amat sendat.Kemontokan bontot tonggek lebarnya yang besar itu tidak mampu disembunyikan oleh baju t-shirtnya.Baju t-shirtnya terselak ke pinggang,menyerlahkan seluruh bontot tonggeknya yang sendat dibaluti kain batik merah itu.Halimah mengambil tudung berwarna kuning,dipakai di kepalanya dan kemudian dia terus keluar menuju ke bengkel tempat Meon bekerja.
Suasana di bengkel tersebut tidak terlalu sibuk.Bos Meon keluar minum di kedai kopi di hujung sana.yang tinggal hanyalah Meon dan seorang pelanggan yang sedang menunggu motorsikalnya siap dibaiki oleh Meon.Halimah berjalan menuju ke arah Meon yang sedang mencangkung membaiki sesuatu di bawah enjin motorsikal.Mata pelanggan yang sedang menunggu motorsikalnya siap dibaiki itu terpukau melihat seluruh tubuh montok Halimah yang sedang berjalan menuju ke arah Meon.Kedua-dua tetek Halimah yang sederhana dan sedikit melayut itu ditatap dengan penuh geram.Perut buncit Halimah yang sendat dibaluti t-shirt itu ditatap dengan penuh bernafsu seks sehingga pandangannya turun ke tundunnya yang tembam.
Halimah kemudiannya terus menghampiri Meon.Meon yang sedar akan kehadiran Emaknya Halimah itu serta-merta menghentikan tugasnya sebentar.Pandangan matanya seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Seluruh tubuh montok Halimah ditatapnya dari atas dan sampai ke bawah.
“Eeerrrr,Mak…!!!Ada apa,Mak…???”tanya Meon kepada Emaknya Halimah itu.
“Takde apa-apa…!!!Mak cuma nak cakap aje…!!!Jom balik rumah kejap…Mak ada buat sarapan sikit…!!!Kamu belum sarapan lagi tadi kan…???”kata Halimah cuba nak memancing anaknya.
“Eeemmm…kejap lagi,ye Mak…!!!Meon nak tunggu Bos datang dulu la,takut tak siap motor Pakcik ni…!!!”jawab Meon.
“OK,tapi cepat sikit ye…!!!”kata Halimah sambil berlalu meninggalkan Meon.
Mata Meon dan mata pelanggan itu bulat memerhatikan lenggokkan bontot tonggek Halimah yang montok dan sendat dibaluti oleh kain batik merah itu.Kemudian Meon menyambung kembali tugasnya.
“Nak,itu Mak kamu ye…???”tanya pelanggan yang menunggu motorsikalnya siap itu.
“Ye,Pakcik…!!!Kenapa,Pakcik…???”jawab Meon.
“Takde apa-apa…!!!Eeehhh…kamu buat dulu la ye,Pakcik nak beli rokok kejap…!!!”kata Pakcik itu.
Meon mengangguk sahaja sementara lelaki itu terus berlalu dari situ.Tujuannya bukanlah ke kedai rokok tetapi mengikut Halimah pulang dari jauh.Kemudian dia nampak Halimah masuk ke rumah melalui pintu dapur.Lelaki itu pun terus menuju ke sana.Pintu dapur yang tidak tertutup itu membolehkan dia melihat kelibat Halimah menyusun juadah sarapan pagi di atas meja makan.
“Eeehhh…Pakcik,buat apa kat situ…???”tanya Halimah setelah disedarinya dirinya diperhatikan oleh seseorang dari luar rumah.
“Takde apa-apa…!!!Pakcik saja nak jalan-jalan…!!!Kamu tinggal kat sini ye…???”tanya lelaki itu.
“Ye,Pakcik…!!!Eeerrr…Pakcik yang ada kat bengkel tadi,kan…???”tanya Halimah.
“Ye…!!!Ooohhh…boleh kita berbual kejap tak…???Boleh tak saya nak masuk ke dalam…???”tanya lelaki itu sambil kakinya terus melangkah masuk sebelum dipelawa oleh Halimah.
“Eeerrr…ooohhh…masuk la…!!!”jawab Halimah serba tak kena.
Kemudian lelaki itu terus berdiri dekat dengan Halimah yang sedang menunduk-nunduk menyediakan sarapan di atas meja makan.Bontot tonggek Halimah yang tonggek dan sendat berkain batik itu ditatapnya geram.
“Adik,saya suka tengok Adik ni dari bengkel tadi…!!!”kata lelaki itu kepada Halimah.
“Suaminya mana…???”tanya lelaki itu kepada Halimah pulak.
“Dia keluar pergi buang air besar…!!!Itu hah…kat jamban belakang rumah…!!!”kata Halimah menipu lelaki itu sambil jarinya menunjuk kepada tandas di belakang rumah yang sebenarnya sudah tidak digunakan lagi.
“Ooohhh…dia ada kat sini ye…!!!OK la…Pakcik pun nak cepat ni…!!!Tapi sebelum suami Adik tu keluar dari jamban,boleh tak Adik tolong Pakcik sekejap…???”kata lelaki itu.
“Tolong apa,Pakcik…???”tanya Halimah.
Tanpa berkata apa-apa,lelaki itu pun terus mengeluarkan batang kotenya yang sudah tegang dari zip seluar yang sudah dibukaknya.Dilancapkan batang kotenya sendiri di hadapan Halimah sambil matanya melahap seluruh kemontokan tubuh Halimah.
Halimah tahu kehendak lelaki itu,tetapi dia tidak berselera dengan lelaki yang sudah tua itu.Dilihatnya batang kote lelaki itu sudah tegang namun tak semantap kepunyaan anaknya,Meon.
“Dik,Pakcik suka sangat pada badan Adik tu…!!!Tolong buatkan Pakcik ye…!!!Tolong ye…!!!”kata lelaki itu sambil menghulurkan batang kotenya kepada Halimah.
“Apa ni,Pakcik…???Baik Pakcik keluar sebelum saya jerit kuat-kuat,biar suami saya belasah Pakcik sampai mati…!!!Cepat,keluar…!!!”bentak Halimah sambil terus menolak lelaki itu keluar dari rumah.
Menyedari peluangnya untuk menikmati tubuh wanita montok itu tidak kesampaian,lelaki itu terus melancap laju,dengan harapan air maninya sempat menyembur keluar selagi tubuh montok yang sendat dibaluti pakaian-pakaian yang sendat itu masih di depan mata.Sambil dia berundur ke belakang akibat ditolak oleh Halimah,sambil itulah dia mengambil kesempatan untuk menjamu matanya sambil melancap memerhati tubuh seksi itu.
Akhirnya memancut-mancut air mani lelaki itu terus ke perut,tundun lubang cipap dan peha Halimah.Habis bertompok baju t-shirt dan kain batik Halimah dengan lendir pekat lelaki tua itu.Halimah semakin geram,ditolaknya tubuh lelaki itu lebih kuat.Lelaki itu pun mengambil kesempatan menyimpan batang kotenya yang semakin mengecil kembail ke dalam seluar.
“OK,saya keluar…!!!OK…terima kasih ye,Dik…!!!”kata lelaki tua itu sambil terus keluar dari rumah,sambil tangannya mengambil peluang meramas pinggul Halimah dan terus berlalu keluar dari situ.
Halimah berdebar-debar.Selama ini disangkakan tubuhnya tidak menarik lagi,tetapi nampaknya dia silap.Rupa-rupanya masih ada orang yang mengharap untuk menikmati tubuhnya.Mungkin cara pemakaian yang harus dititikberatkan untuk menampilkan tubuhnya agar kelihatan lebih seksi.Jika sebelum ini,hanya baju kurung yang longgar selalu menyarung tubuhnya untuk keluar rumah,kini Halimah tahu,dia harus lebih berani mengenakan pakaian yang lebih mendedahkan kemontokan tubuhnya.Halimah terus masuk ke dalam biliknya,menanggalkan seluruh pakaiannya.Halimah berbogel mencari pakaian di dalam almari pakaian.Matanya tertumpu kepada sepasang kebaya Jawa yang terlipat kemas di almarinya.Itu baju yang dipakai sewaktu Meon masih kecil dahulu.Tak tahulah samada masih muat atau tidak.Dengan berhati-hati Halimah menyarungkan kain batik lepas itu di tubuhnya.
“Hhhmmm…masih ketat jugak…!!!Tak la teruk sangat,selesa juga…!!!”bisik hati Halimah sambil memusing-musingkan tubuhnya bergaya di hadapan cermin.
Bontot tonggeknya kelihatan sendat dibaluti kain batik lepas itu.Tundun lubang cipapnya semakin jelas ketembamannya bersama perutnya yang buncit.Kakinya dihulurkan ke hadapan.Kulit betisnya yang putih dan licin itu terserlah kelihatan dari belahan kainnya.Kainnya diselakkan lagi belahannya dan seluruh kakinya,dari hujung kaki sehingga ke peha jelas kelihatan.
Kemudian Halimah memakai baju kebaya berwarna merah yang jarang dan bersulam bunga-bungaan itu.Agak sendat juga membalut tubuhnya tetapi masih boleh selesa dipakai.Halimah bergaya di depan cermin.Seluruh tubuhnya sendat dibaluti kebaya Jawa yang ketat.Bajunya yang jarang jelas mempamerkan coli hitam yang terikat di tubuhnya yang putih melepak.Lurah kedua-dua teteknya kelihatan jelas di celah bukaan dada baju kebaya itu.Baju kebayanya kelihatan singkat di paras pinggang,mendedahkan seluruh bentuk bontot tonggeknya yang tonggek dan besar itu terserlah kegebuannya di sebalik kain batik lepas yang sendat.Halimah kemudian terus keluar dari bilik dan menuju ke dapur.Ketika itu dia mendengar suara Meon memberi salam dan kelibat Meon masuk ke dapur mencuri tumpuannya.
Meon terpaku melihat Emaknya Halimah itu bergaya sebegitu.Keberahiannya serta-merta bangkit dan segera dia memeluk tubuh Emaknya Halimah itu,kemudiannya terus saling berkucupan penuh bernafsu seks sambil tangannya meraba-raba seluruh pelusuk tubuh Emaknya Halimah itu.Halimah membiarkan segala perbuatan anaknya,dia suka diperlakukan begitu oleh anaknya.Halimah sedar,Meon tak tahan melihat dirinya berpakaian sebegitu,lalu dua pun terus berlutut di hadapan Meon.Batang kote Meon yang keras itu ditarik keluar dari seluar pendek yang Meon pakai.Halimah kemudiannya terus menghisap-hisap batang kote anaknya yang sedang bernafsu seks itu.
Meon sungguh terangsang melihat Emaknya Halimah itu yang lengkap berbaju kebaya yang sendat itu sedang berlutut menghisap-hisap batang kotenya.Dia membiarkan sahaja Emaknya Halimah itu melahap-lahap seluruh batang kotenya.Batang kotenya terasa hangat keluar-masuk di mulut comel Emaknya Halimah itu.
Halimah jugak sudah terangsang.Lalu dia terus bangun berdiri dan memeluk tubuh sasa Meon.Batang kote Meon yang keras dihimpit di perutnya yang lembut.Terasa kehangatan batang kote anaknya seolah-olah menyerap masuk ke daging dan lemak perutnya yang buncit.
“Meon sayang pada Mak tak…???”tanya Halimah sambil tangannya mula merocoh-rocoh batang kote anaknya.
“Sayang sangattttt…!!!Kenapa Mak pakai baju lawa-lawa macam ni…???”tanya Meon.
“Hari ni hari istimewa,Sayang…!!!Mak rindu sangat kat Meon la,Sayanggg…!!!”kata Halimah.
Mereka kembali saling berkucupan seperti sepasang kekasih.Masing-masing saling meraba-raba tubuh di antara satu sama lain dengan penuh bernafsu seks.Halimah yang tahu keinginan Meon kemudiannya terus menonggeng sambil berpaut di tepi meja makan.Bontot tonggeknya digelek-gelek menggoda.Meon kemudiannya terus menyelakkan kain batik lepas Emaknya Halimah itu dan terus menusuk batang kote kerasnya masuk jauh ke dalam lubuk lubang cipap gatal Emaknya Halimah yang sedang kebanjiran itu buat kali pertama pada hari tersebut ( kali secara keseluruhannya).Tangannya memegang pinggul Emaknya Halimah itu dan dia terus memacu sekuat hatinya.
Terjerit-jerit Halimah kesedapan menikmati tubuhnya dan jugak lubang cipapnya dibelasah oleh anaknya dalam keadaan menonggeng di meja makan.Halimah kemudiannya melentikkan tubuhnya dan ini membuatkan Meon semakin tak boleh tahan.Tubuh Emaknya Halimah yang gebu dan sendat berbaju kebaya itu menggoncang keinginan nafsu seksnya.Batang kotenya semakin meleding keras mengembang pesat di dalam lubang cipap Emaknya Halimah itu.Nafasnya semakin terburu-buru seiring dengan peluh jantannya yang semakin timbul di dahinya.Akhirnya…
Crrruuutttt…crrruuutttttt…memancut-mancut air mani Meon membanjiri liang lubang cipap Emaknya Halimah itu buat kali pertama pada hari tersebut ( kali secara keseluruhannya).
Halimah kemudiannya terus mengemut-ngemutkan batang kote Meon dengan lubang cipapnya agar mereka menikmati saat-saat indah itu dengan lebih lama.Setelah selesai,mereka berdua kemudiannya terus bersarapan pagi bersama-sama.Selepas selesai bersarapan pagi,Meon kembali ke bengkel dan menyambung kerjanya,sementara Halimah pulak terus mengemaskan meja makan dan dapur.
Tiba-tiba,kedengaran suara lelaki memberi salam.Dia kenal akan suara itu.Segera dia menuju ke pintu dapur.Terlihat suaminya Sidek tersenyum-senyum berjalan menuju ke arahnya dari kereta yang diletakkan di halaman rumah.
“Eeehhh…Abang…!!!Ada apa-apa yang tertinggal ker,Bang…???”tanya Halimah sambil tersenyum ke arah suaminya.
“Mesin gergaji tertinggal la,Mah…!!!Eeehhh… cantiknya Mah hari ni…???Kenapa ni…???”tanya Sidek sambil terus masuk ke rumah.
“Alah…tadi Mah belek-belek baju-baju lama kat almari tu dan ternampak pulak la baju kebaya ni,tu yang Mah cuba pakai ni…!!!OK tak,Bang…???”tanya Halimah kepada suaminya.
“Hmmm…OK jugak…!!!Tak tahan Abang tengok sarung nangka ni…!!!”kata suaminya sambil tangannya meraba perut dan tundun lubang cipap isterinya.
Mereka berdua kemudiannya terus masuk ke dalam bilik.Halimah memulakan langkah mengucup bibir suaminya.Sidek tak tahan memeluk tubuh Halimah.Tangannya meramas setiap inci tubuh isterinya yang montok berlemak itu.Halimah terus menanggalkan seluar suaminya dan terus menangkap batang kote suaminya yang keras menegak.Dilancapkan batang kote suaminya sehingga Sidek menggeliat kesedapan.
“Tolong hisap batang kote Abang ni,Mah…!!!”pinta Sidek kepada isterinya.
Halimah menurut.Dia terus melabuhkan bontot tonggeknya di tepi katil.Sidek berdiri merapati isterinya.Batang kotenya yang keras itu didekatkan ke muka isterinya.Halimah kemudiannya terus mengulum-ngulum batang kote Sidek.Mulutnya menghisap-hisap batang kote Sidek dengan penuh perasaan,sehingga matanya terpejam menikmati batang kote lelaki yang keras menongkah mulutnya.
“Ooohhh…sedapnya,Mahhh…!!!Hisap kuat lagi,Sayanggg…!!!”pinta Sidek penuh nafsu.
Halimah semakin galak menghisap-hisap batang kote suaminya.Kepala takuk batang kote Sidek yang berkilat itu dinyonyot kuat.Sesekali lidahnya menyapu seluruh kepala batang kote Sidek dengan penuh bernafsu seks.Sidek tak tahan diperlakukan sebegitu.Dia benar-benar merasakan nikmat diperlakukan sebegitu.Halimah mahu Sidek puas di mulutnya.Dia mahu Sidek cepat-cepat pergi kerja.Lagi cepat Sidek meninggalkan rumah lagi bagus.Hatinya berdebar-debar jugak.Nasib baik Sidek balik bukan sewaktu dia dan anaknya sedang asyik berasmara dan saling melakukan hubungan seks sumbang mahram di dapur tadi.Jika tidak,pasti buruk padahnya.
Sidek semakin tak tahan,hisapan dan kuluman Halimah di batang kotenya semakin laju dan menyedapkan.Bunyi air liur yang Halimah sedut menambah keberahian Sidek.Akhirnya,memancut-mancut air mani Sidek menyembur di dalam mulut Halimah.Halimah seperti biasa,meneguk setiap air mani yang ditakungnya.Berdegup-degup tekaknya meneguk air mani Sidek yang pekat dan kental itu.
Sidek kepuasan,terduduk di tepi Halimah yang menyandarkan kepala di bahunya.Tangan Sidek sibuk meramas seluruh bontot tonggek Halimah.Halimah hanya membiarkan sahaja.
“Abang,nanti tak terlewat ker nak pergi ke tempat kerja…???Dah pukul 10:00 pagi ni…!!!”kata Halimah.
“Alah…sabar la,Sayang…!!!Kalau dapat lagi seround dua ker apa salahnya…!!!”kata Sidek sambil tangannya mula menjalar masuk ke belahan kain batik lepas Halimah.
Tangan Sidek mengusap-usap peha Halimah yang licin dan gebu itu.Kemudian tangannya meraba bulu-bulu halus di tundun lubang cipap Halimah yang tembam dan seterusnya jarinya menjalar ke belahan kelengkang Halimah yang becak itu.
Sidek bermain-main jarinya di lubuk lubang cipap Halimah.Halimah terangsang.Jari hantu Sidek masuk menerobos ke lubang cipap berahinya,sehingga diselaputi cairan yang licin dan melekit.Berulang-ulang kali Sidek menjolok lubang cipap Halimah dengan jarinya.Halimah hanya membiarkan penuh rela.Matanya terpejam menikmati lubang cipapnya dilancapkan suaminya.
Sidek mengeluarkan jarinya dari lubang cipap Halimah,jarinya yang berlumuran dengan lendir itu dicium.Serta-merta mukanya berubah.
“Mah,cuba bagitahu pada Abang macam mana boleh ada air mani kat dalam lubang cipap Mah ni…???”tanya suaminya dalam nada sedikit marah.
“Alah…Abang ni,bukan ker itu air mani Abang sendiri…???Bukan ker pagi tadi kita main…???”kata Halimah sambil terus bangun berdiri melindungi lubang cipapnya dari disentuh lagi oleh Sidek.
“Hey…mana ada…!!!Bila masa pulak Abang pancut lepas kat dalam lubang cipap Mah ni…???Bukan ker pagi tadi Mah yang mintak Abang pancut lepas kat dalam lubang bontot Mah tu…???Lebih baik Mah cakap,air mani siapa ni…!!!Jangan fikir Abang tak kenal baunya…!!!”marah Sidek.
Halimah serta-merta kaget.Wajahnya pucat lesi,peluh dingin mula menitik di dahinya.Dia terlupa bahawa pada pagi itu dia sendiri yang menginginkan lubang bontotnya disetubuhi oleh batang kote suaminya.Halimah sudah tiada alasan lagi yang hendak diberikan.Dia terus diam membisu.
“Mah…Abang tak sangka yang Mah sanggup berlaku curang kat belakang Abang…!!!Ini baru sekejap aje Abang tinggalkan…!!!Entah macam mana kalau dah kena tinggal berbulan-bulan lamanya nanti…!!!Abang kecewa sangat,Mah…!!!Abang sangat kecewa,Mah…!!!”herdik Sidek.
“Baiklah,Abang nak Mah bagitahu sekarang jugak siapa punya kerja ni…???”tanya Sidek.
Halimah diam.Walau mati pun dia tidak akan beritahu siapa punya angkara.Pasti teruk nanti kalau suaminya tahu itu adalah hasil hubungan seks sumbang mahram sulit antara dia dan anaknya,Meon.Sidek terus bertanyakan soalan yang sama,malah semakin keras.Namun setelah bosan dengan sikap Halimah yang membisu seribu bahasa.
Akhirnya Sidek mengalah.Dia kemudian membawa masalah itu ke pengetahuan Pejabat Agama Islam Daerah.Akhirnya Halimah diceraikan dengan talak 1 bersaksikan hakim dan hak penjagaan anak diserahkan kepada Sidek.Di Mahkamah Syariah,Halimah hanya diam membisu tidak berkata-apa-apa.Hatinya bagai menanti detik kegembiraan yang sekian lama dinantikan.Selepas sah dirinya diceraikan,dia bagaikan terlepas dari belenggu.Shidah tidak lagi menetap bersamanya.Dia dijaga oleh neneknya,ibu mertuanya yang jugak ibu bekas suaminya,Sidek.Tetapi Meon mengambil keputusan untuk menetap bersama dengan Halimah atas alasan sudah lebih had umur penjagaan dan sudah bekerja serta mampu menjaga diri sendiri.Lebih-lebih lagi dia memberikan alasan supaya dapat menjaga Emaknya Halimah itu yang kini menjanda dan sendirian.
“Meon,Abah nak cakap sikit…!!!”kata Sidek sambil menarik Meon ke satu sudut yang tiada orang di luar Mahkamah Syariah.
“Abah nak kau jaga Mak kau tu baik-baik…!!!Shidah biar Abah yang jaga sebab Abah dapat hak untuk jaga dia…!!!Kau perhatikan sikit Mak kau tu…!!!Kalau kau nampak ada lelaki lain dengan dia,terpulang la pada kau nak pelupuh belasah sampai cacat ataupun mampus…!!!Aku dah tak ada hati lagi dengan Mak kau tu…!!!Tapi kalau dia cakap nak kahwin lagi,kau suruh dia kahwin cepat-cepat…!!!Faham tak…???”terang Sidek kepada Meon.
Meon mengangguk tanda faham akan setiap permintaan ayahnya.Di hatinya berdebar-debar membayangkan bagaimanakah agaknya nanti bila hanya tinggal dia dan Emaknya Halimah itu sahaja yang hidup bersama.Malah ada jugak rasa bersalah di hatinya kerana akibat keterlanjurannya bersama dengan Emaknya Halimah itulah ibubapa dia bercerai-berai.Nasib baik ayahnya tak tahu air mani siapakah yang dipersoalkan lantaran Emaknya Halimah itu yang mengambil sikap tutup mulut dan berdiam diri demi melindungi hakikat sebenar hubungan seks sumbang mahram sulit mereka dua beranak.
Sepanjang perjalanan pulang dari Mahkamah Syariah,Halimah yang membonceng di belakang Meon memeluk rapat anak bujangnya.Sesekali jika ada peluang,batang kote anaknya diusap-usap.Meon membiarkan sahaja perbuatan gatal Emaknya Halimah itu.Di bibirnya terukir senyuman kemenangan untuk memiliki Emaknya Halimah itu.Baginya,tiada perempuan lain yang mampu memberikan kenikmatan seks sehebat Emaknya Halimah itu.Malahan,baginya seluruh tubuh Emaknya Halimah itu sudah cukup lengkap dan sudah cukup seksi untuk dirinya.Meon sudah mula terfikir,apakah perkara pertama yang ingin dilakukan setibanya di rumah nanti.
Halimah rapat memeluk Meon.Kedua-dua teteknya sengaja ditekan ke tubuh anaknya.Tangannya menyeluk kelengkang Meon sebaik sahaja mereka memasuki halaman rumah mereka.Rasa cintanya kepada Meon semakin meluap-luap.Perasaan Halimah ibarat seorang pengantin yang baru pulang dari bernikah.Tidak sabar-sabar lagi rasanya ingin mempersembahkan tubuhnya kepada maharaja yang masih muda dan gagah.Malah baru lepas memenangi tubuhnya di medan perang.
Halimah kemudiannya terus membawa Meon masuk ke dalam bilik.Meon kemudiannya terus memaut pinggang Emaknya Halimah itu dan meramas-ramas bontot tonggek Emaknya Halimah yang lembut dan berlemak itu.Bibir mereka berdua kemudiannya terus mula memagut sesama sendiri setibanya di tepi katil di dalam bilik Halimah.Benteng yang selama ini menjadi pemisah untuk selalu bersama akhirnya runtuh sudah.Tiada lagi halangan,tiada lagi gangguan.Setiap masa dan setiap hari adalah detik bersama yang terlalu sukar untuk diucapkan.Bagaikan pengantin baru mereka berkelakuan sewaktu berdua-duaan di dalam rumah.Sampaikan sanggup Meon mengambil cuti seminggu demi menikmati peluang menyetubuhi tubuh dan lubang cipap seorang wanita yang hamper pencen,yang sentiasa ketagihkan batang kotenya dan benar-benar memuaskannya.
Cukuplah masa seminggu,tubuh Meon yang sasa menjadi semakin susut,Halimah pulak sampai demam-demam.Semuanya gara-gara kemaruk menikmati setiap inci tubuh di antara satu samal lain.Maklumlah bagaikan pengantin baru.Terciptalah sebuah kasih sayang yang penuh bernafsu seks dan tidak kenal jemu,sepasang kekasih yang terlalu sebati laksana suami isteri,hidup di alam nan nyata bertopengkan watak sepasang ibu dan anak…
95 notes · View notes
hnfield55 · 2 years ago
Text
NASIB IMAH 8: PERTUNJUKAN KHAS
Sesudah minum Pak Dir mengajak Imah turun ke tanah. Imah memakai sarong dan baju T tanpa lengan itu mengikut saja. Mereka meninggalkan Mama Som, Atan dan Jimie dengan kemeriahan mereka yang tersendiri.
"Kita nak ke mana bah"
"Marilah ikut abah, kita tengok sesuatu yang special dalam kampung ni"
Mereka telah berjalan hampir dua puluh minit meredah hutan. Badan Imah berpeluh. Bajunya basah di bahagian dada dan belakang. Jelas kelihatan puting teteknya dan sebahagian buah dadanya yang melekat pada baju yang nipis. Banyak yang dibualkan oleh Pak Dir dengan Imah terutamanya kesediaan Imah untuk membantu merawat Jimie membaiki balaknya yang hendak dibesarkan dengan Tok Cu Toh.
"Berapa hari Abang Jimie kena rawat di sana tu?" tanya Imah. sambil mengesat peluh di dahinya dengan bajunya.
"Biasanya tiga hari"
"Habis apa yang Imah kena buat bah?" tanya Imah lagi.
"Imah kena jadi isteri Tok Cu Toh selama tu"
"Isteri?"
"Ye lah, Imah kena masak, sediakan makan minum untuk TokCu Toh dan juga Jimie"
"Imah kena tidur dengan dia ke bah?"
"Gitulah syaratnya"
"Mama dulu kena gitu ke bah?" tanya Imah lagi
"Mama pun kena gitu jugalah dan Abah pun kena terima kalau mama nak buat dengan orang selepas pada tu"
"Abah tahu ke mama buat dengan Ah Chong?"
"Tahu.." jawabnya rengkas.
"Patutlah abah tak marah sebab syarat perubatan abah. Mama tahu ke syarat ni?"
"Emm dia tak tahu"
"Kalau gitu Abang Jimie takleh marahlah kalau Imah nak buat dengan sapa-sapa saja?"
Hutan semakin tebal, matahari panas makin redup dek rimbunan pokok besar. Dari celah-celah pokok kelihatan dua orang lelaki dari arah yang berbeza tetapi menju lalun yang sama.
"Pak Dir" tegur mereka
"Em Rambai , Suji kau pun ada sama" Tegur Pak Dir.
"Ni sapa ni Pak Dir" Tanya Rambai sambil matanya merenung tubuh Imah ke atas dan ke bawah.
"Menantu aku" Jawab Pak Dir jalan bersama.
Tentu Imah di belakang Pak Dir dan dikuti oleh Rambai dan Suji. Imah merasakan pahanya bergetah sebab berjalan jauh dalam cuaca yang semakin hangat. Menyesal juga dia sebab tidak memakai seluar dan baju dalam. Tak sangka pulak yang mertuanya akan membawanya berlajan begini jauh. Tiba-tiba mereka berhadapan dengan sebuah anak sungai. Airnya sangat jernih. Pak Dir berhenti seketika.
"Emm dalam pulak air ni hari ni" Sungut Pak Dir. "Malam tadi hujan ka hulu sana tu" sahut Suji. 'Paras pinggang je Pak Dir" Sambung Rambai.
Tiba-tiba mereka berdua membuka seluar masing-masing. Memang mereka tak berbaju dengan kulit yang hitam pekat. Mereka cuma meloloskan seluar sahaja. Imah lihat mereka memang tidak berseluar dalam. Dalam hati Imah rasa nak tergelak sebab bukannya dia seorang saja yang tidak berseluar dalam. Imah lihat balak dia orang separuh tegang, berjuntai panjang dan besar. Hitam berkilat.
"Kau orang lintas dulu" Arah Pak Dir.
Pak Dir duduk bersandar di sebatang pokok besar di tepi sungai. Menyalakan rokok daunnya. Memerhati lelaki berdua tu melintas. Memang air hanya paras pinggang.
"Imah boleh melintas air tu?" Tanya Pak Dir.
"Boleh Bah" Jawab Imah.
"Nak buka baju atau tidak ni" Tanya Pak Dir lagi.
"Imah buka kain sajalah Bah. Air tu tak dalam sangat"
"Elok jugak tu nanti tak lah Imah duduk dalam kain basah" dengan itu Pak Dir membuka seluarnya. Berjuntailah balaknya yang besar panjang.
"Orang sini anu mereka besar-besar belaka ke bah"
"Tu kerja Tok Cu Toh lah tu"
"Oooo" Imah juga melepaskan ikatan kainnya. Menyerlahkan tubuh putih dan montok .
Pak Dir merenung tubuh menantunya tu dengan ghairah. Balaknya mengembang sedikit. Imah sempat memerhatikan perkembangan balak mertuanya itu.
"Bangun dia bah?" Gurau Imah.
"Emmm patut kita selesai dulu di rumah tadi" jawab Pak Dir
"Abah nak ke? Kita buat kat belakang pokok tu" cadang Imah.
"Tu dia orang dok tunggu, nanti tak sempat pulak nak tengok pertunjukan tu."
"Pertunjukan apa ni bah?"
"Nantilah Imah tengok"
Pak Dir melangkah masuk ke sungai. Imah ikut dari belakang. Terasa sejuk air menyentuh kulitnya sedikit demi sedikit.. Segar rasa badan apa bila masuk air yang dingin begini. Terasa ingin sekali ia untuk terus mandi sahaja, Sampai di tengah sungai Imah membuka bajunya
"Bah" Dia memanggil Pak Dir.
Pak Dir berpaling melihat Imah yang terlanjang bulat dengan buah dadanya bulat dan tegak. Imah mengangkat pakaiannya tinggi dan merendahkan badannya hingga tenggelam seluruh tubuh kecuali tangannya yang memegang pakaian.
Pak Dir menanti menantunya timbul kemudian dia terus berjalan mengharungi sungai . Imah mengikutinya dari belakang. Hampir sampai di seberang Imah mengenakan bajunya. Tubuh basah menyebabkan baju itu terus melekat pada badan Imah. Rambai dan Suji terus memerhati tubuh Imah dari masa menyeberang lagi. Imah perasan yang empat mata tu terus tertumpu ke arah tubuhnya tetapi dia buat tak tahu saja. Selepas mengikat kain mereka teruskan perjalanan. Turun disebalik tebing kelihatan sebuah rumah atap rumbia yang kecil sahaja. "Kita dah sampai" Kata Pak Dir.
Imah melihat sekeliling, selain rumah atap rumbia tu nampaknya tidak ada lagi yang menarik kecuali kandang lembu dan sedikit kebun sayur dan jagong. Mereka berempat menuruni tebing ke arah rumah tersebut. Di hadapan rumah kelihatan seorang lelaki sedang membelah kayu. Sasa tubuhnya. Dia hanya berseluar pendek. Orang itu berhenti dari kerjanya dan datang mendapatkan Pak Dir dan yang lain. Sampai pada Imah orang tu berdiri dan perhati ke atas dan ke bawah kemudian dia berjalan dapatkan Pak Dir semula. Mereka berbincang seketika. Ada kala Pak Dir mengeleng kepala, ada kala orang tu yang mengeleng kepala.
Rambai dan Suji terus sahaja mencari bangku yang dibuat dari buluh di anjung rumah dan duduk. Imah pula duduk di atas tangga hampir dengan mereka.
"Mereka bincang fasal apa tu" Tanya Imah.
"Bayaran pertunjukanlah tu" jawab Rambai.
"Petunjukan apa?"
"Ini pertunjukan special cikk, nanti cik tengok" sambung Rambai lagi.
Suji cuma tersengeh. Kemudian Pak Dir datang mendapatkan Imah.
"Apa hal Bah?" Tanya Imah.
" Susah sikit hari ini.. kalau nak tengok pertunjukan itu"
"Kenapa bah?" Tanya Imah lagi.
"Biasanya kami bayar, RM50 seorang tapi hari ini dia tak nak pulak"
"Kenapa?" Tanya Imah lagi.
"Dia nak main dengan Imah dulu" bisik Pak Dir.
Merah padam muka Imah. Dalam pada itu kelihatan tersembul perempuan agak rendah dari Imah membimbit sebaldi air dari sungai. Tubuhnya agak montok, buah dadanya berisi, ponggong bulat dan cuma memakai sehelai kain batik lusuh yang basah kuyup. Imah memerhati lelaki tuan rumah tu.Berkulit cerah macam orang Cina tetapi berambut kerinting halus macam orang Negro.
"Dia nak main dengan Imah?"Pak Dir menganggukkan kepalanya.
"Abah..apa specialnya pertunjukan ni?"
"Imah nampak perempuan tu?" Imah menganggukkan kepala.
"Dia main dengan binatang" Bisik Pak Dir lagi.
"Oooo" Imah tak dapat banyangkan bagaimana tetapi matanya bulat sambil tersenyum. Ini dia mesti tengok.
Sekali lagi Imah menoleh ke arah lelaki tuan rumah yang sedang menanti. Nampak lebih tampan lagi daripada Muthu di perumahannya.
"Bolehlah bah" tersembul jawapan Imah.
Pak Dir mengangguk kepala kepada lelaki berkenaan. Kemudian semua masuk ke dalam rumah. Isteri orang tu duduk sahaja dekat pintu dapur.
Dalam rumah cuma ada satu pelantaian dan satu medan sebagai ruang tamu. Semua bersila di atas tanah di medan berkenaan yang di alas dengan daun-daun rimbia yang di anyam. Imah bertimpuh di sebelah Pak Dir. Rambai dan Suji menyeluk poket masing-masing dan mengeluarkan duit lalu dihulurkan kepada tuan rumah.
Pak Dir berbisik sesuatu kepada Imah. Semua mata tertumpu kepada Imah yang bangun berdiri dan berjalan ke tengah ruang. Tuan Rumah menyerahkan wang kepada isterinya yang menyimpannya di celah dinding di belakangnya. Imah berdiri di tengah ruang, memandang kepada pak Dir yang bersandar ke dinding. Pak Dir nampaknya memberi isyarat kepada Imah dengan itu Imah membuka bajunya lalu dicampakkan ke tepi.
Terserlah buah dada Imah yang bulat membusut. Rambai dan Suji melopong tetapi tidak berganjak dari tempat duduk masing-masing Imah berpaling ke arah tuan rumah dan didapatinya tuan rumah juga telah terlanjang bulat. Seluar pendeknya bulat di sebelah isterinya.
"Ohhhhh!!" Keluh Imah melihat balak tuan rumah yang masih belum dikenali namanya itu.
Balak yang besar dan panjang itu nampaknya menegang ke hadapan teranguk-angguk kepala yang berkilat.
Tuan rumah mengenggam pangkal balaknya dan mengosoknya beberapa kali menyebabkan balaknya mendongak ke atas keras macam batang kayu. Dia melangkah mendapatkan Imah ditengah gelanggang. Imah membuka ikatan kainnya dengan matanya tidak berkelip melihat balak yang makin hampir dengannya. Terdengar bunyi berdesit dari mulut penontonnya dan Imah tidak peduli lagi. Fikiran dan tumpuannya hanya kepada balak yang kini dalam capaiannya. Dia menggengam balak tuan rumah dan berpaling ke arah bapa mertuanya. Sekali lagi Pak Dir menganggukkan kepala.
Imah melutut dan diikuti oleh tuan rumah yang menolak Imah untuk berbaring perlahan-lahan. Imah tidak mengharapkan sabarang ransangan sebelum bersetubuh dan agak terkejut juga apabila tuan rumah mula menunduk antara dua pahanya dan menjilat cipapnya.
"Ohhhh emmmm" Keluh Imah.
Tangannya memegang kepala tuan rumah yang terus menjilat dan menghisap kelentiknya. Dari penjuru mata dia melihat dua orang tetamu sedang merocoh balak besar, panjang dan hitam masing-masing dengan seluar mereka terlondeh sampai ke lutut. Tiba-tiba dia merasakan dirinya kian ghairah dan seronok. Mukanya yang putih kelihatan merah dan basah berpeluh. Rambutnya tidak menentu lagi. Hampir dua puluh minit dia terlentang dan terkangkang dihenjut oleh tuan rumah dengan balaknya yang luar biasa panjang dan besarnya.
"Oughhhh!!!!!! Oughhhhhh emmmmmmhhhhh!!!!" suaranya terus meninggi. Dia dah klimeks dan klimeks lagi.
Pak Dir cuma melihat dengan keghairahan terhadap menantunya yang sedang digumuli oleh tuan rumah. Dia juga meloloskan seluar treknya dan dikeluarkan balaknya yang tidak kurang hebatnya.
Apabila Imah dibalikkan untuk disetubuhi secara menyereng kelihatan belakang dan ponggongnya kemerahan berbalam berbekas anyaman rumbia yang menjadi alas perjuangan mereka. Orang itu mengangkat paha kanan Imah tinggi sedang Imah mengereng ke kiri.
Balak yang besar itu terus sahja menerjah cipapnya dari belakangnya. Ponggong Imah yang bulat dapat merasai bulu lebat yang tidak terurus yang menutupi ari-ari serta bawah perut tuan rumah. Tangannya yang kasar dan keras memegang memeluk Imah dari bawah kepala melalui atas bahu kiri dan terus sahaja meramas buah dada Imah sebelah kanan.
Tangan kiri Imah bermain dengan kelentitnya untuk merangsang lagi persetubuhan yang sedang dinikmatinya sekarang, manakala sebelah tangan lagi digunakan untuk memaut ponggong orang itu untuk terus menghayun, menjolok balaknya ke dalam tubuh Imah.
Dalam kepayahan sempat Imah melihat Rambai dan Suji terus melancap di hadapannya. Balak mereka yang besar, panjang dan hitam itu kelihatan berkilat basah keras mencanak ke atas melangkaui pusat masing-masing. Di hujung kakinya kelihatan Pak Dir , bapa mertuanya juga mengurut balaknya yang besar panjang. Memang hari ini nasibnya dikelilingi oleh balak yang besar panjang belaka.
Orang yang menyetubuhinya mula berhenti, sekali lagi Imah ditelentangkan. Ketika perubahan ini sempat Imah melihat isteri tuan rumah yang sudah tidak berbaju lagi, kainnya terbuka duduk bersandar ke dinding rumah dengan kakinya sedikit terkangkang. sebelah tangannya sedang membelai buah dada dan sebelah lagi sedang membelai cipapnya yang berbulu hitam.
Tuan rumah menaiki tubuh Imah sekali lagi. Dia menekan balaknya terus rapat ke dalam menghentak mulut rahim Imah yang keras dan licin di dalam vagina. Cipap Imah yang licin tidak lagi memberikan sebarang rintangan kecuali kelicinan, kehangatan dan kemutan yang meramas batang balak dari masa ke semasa. Tuan rumah menghayun laju. Imah tahu yang orang yang menyetubuhinya itu mahu klimeks. Imah mengayak ponggongnya memberikan ransangan. Dia juga kian hampir dengan klimeks untuk kali ke..... entah dia pun tak terbilang lagi.
"Yeaaahhhhh emmm m bagiii lagiiii...emmmmhhhh, kuat lagiii yeah kuaaaaaattttt!!!!!" jerit Imah. Kepalanya terangkat-angkat berselang seli dengan dadanya. Dia klimeks sekali lagi dan tuan rumah juga klimeks dengan memancut banyak ke dalam rahim Imah
Das demi das, panas dan melimpah. Imah semput nafas, Tangannya terkulai mendepang kiri dan kanan. Tuan rumah juga terkulai ditertiarap di atas tubuh Imah. ponggongnya masih lagi menghenjut perlahan-lahan melepaskan pancutannya yang terakhir ke dalam rahim Imah. Imah cuma menahan dengan mengangkang. Tidak larat untuk Imah untuk menolak lelaki berkenaan lalu terus dibiarkan balak besarnya berendam sehingga beberapa minit.
Imah dapat merasakan balak yang kian mengecil dan orang itu pun menarik balaknya keluar. Imah dapat merasakan udara menerjah masuk menyentuh mulut cipapnya yang masih lagi ternganga dan melelehkan air mani. Perlahan-lahan Imah bangkit dan mendekati Pak Dir lalu memeluk Pak Dir. Pak Dir memeluk menantunya dengan penuh mesra. Tangannya membelai rambut Imah dan mencium dahi Imah.
"Imah tak apa-apa?" tanya Pak Dir.
"Emmmm Abah peluk Imah" Pinta Imah.
Kepalanya disandarkan ke dada Pak Dir. Tangannya memeluk pinggang mertuanya dan sebelah lagi terus memegang balak mertuanya yang menjulur ke lantai. Air mani yang ada dalam cipapnya terus meleleh ke atas daun rumbia di bawah ponggongnya.
26 notes · View notes
lilanathania · 1 year ago
Text
Mengapa Alam?
Ke alam adalah pulang. Memperkuat relasi dengan seluruh bumi dan juga diri. Merasakan dan merenungkan segala hal yang biasanya tenggelam atau terlupakan dalam kesibukan sehari-hari. Apakah harus alam? Ya.
Tumblr media
Pergi ke alam bukanlah sekadar melepaskan penat dan menghibur mata dengan yang ijo-ijo. Mendaki gunung dan berenang di lautan adalah menemukan ketenangan dan berbincang dengan diri sendiri. Dalam perjumpaan dengan alam, kita diingatkan kembali tentang betapa lemahnya manusia. Kalau Anda mencoba mengalahkan hujan badai di pegunungan atau arus lautan yang dasyat, bagaimana rasanya? Kita kerap merasa begitu hebat dan penting. Namun, di hadapan alam yang berkekuatan besar, kita hanya menjadi satu bagian mungil.
Salah satu hal favorit saya di alam adalah menjadi pendengar. Ketika menyelami lautan dan memasuki hutan, saya senang mencoba menerka dari mana datangnya suara-suara unik. Sering sekali saya salah, apa yang saya kira burung ternyata serangga atau bahkan kera. Begitu juga dengan suara-suara laut. Tahukah Anda suara terumbu karang? Kertak (crackle) dan kersak (rustle) yang khas, sangat sulit dideskripsikan. Suara yang mungkin terdengar seperti audio rusak bagi kebanyakan orang, namun menunjukkan betapa lively kehidupan hewan-hewan di terumbu karang (kalau Anda sama sekali tak bisa membayangkannya, mungkin video ini dapat membantu ☺️).
youtube
Betapa banyaknya hal yang perlu kita pelajari untuk memahami alam ini. Betapa jauhnya kita mencoba memetakan tata surya yang luas, padahal Bumi saja belum diselami seutuhnya.
Di alam, kita juga menjadi versi diri yang lebih tulus. Perbincangan terjadi tanpa beban. Saling bantu dilakukan tanpa banyak pertimbangan. Tempat ini seakan secara instan mengubah kita menjadi orang yang lebih baik. Rasakanlah sendiri naik gunung dan bertemu pendaki lain. Bisakah sebuah percakapan acak dengan orang asing terjadi semudah itu jika tidak di gunung? Tak peduli apa merek pakaian atau latar belakangmu, semua di gunung adalah teman seperjalanan. Sama-sama mendaki menuju puncak yang sama.
Pergi ke alam juga mengajari kita untuk dekat dengan makhluk hidup lain. Masuk ke ‘rumah’ yang berbeda dengan segala aturan yang harus dihormati. Perjumpaan dengan hewan-hewan lain, sekecil atau sebesar apapun, seharusnya mengingatkan kita bahwa manusia hanyalah satu spesies di bumi. Relasi yang hendaknya kita bangun bukan didasari rasa ingin menguasai atau mendominasi, melainkan saling menghargai. Di teritori mereka, kita mungkin merasa rapuh dan lemah. Terkadang bahkan merasa tidak aman. Pernahkah Anda mencoba berpikir, seperti itu jugakah yang dirasakan hewan-hewan di Bumi yang kian hari makin tak ramah bagi mereka? Seperti itukah rasanya masuk ke tempat yang asing dan penuh dengan hal-hal yang tidak kita ketahui?
Segala hal di alam merupakan guru yang tidak mengajari dengan teori, tetapi praktik yang perlu kita telaah dan resapi dengan perlahan. Seperti cerita-cerita di film jadul, seorang murid harus mengikuti gurunya 24 jam sehari dan melihat bagaimana cara melakukan berbagai hal. Begitu juga dengan alam. Makin banyak kita melihat lebih dekat, makin banyak pula petuah yang ia berikan. 
Nilai-nilai moral bertebaran di setiap lengkung akar dan buih air. Kita belajar bahwa segala sesuatu ada masanya dari buah yang berproses dengan sabar dari sebutir biji hingga ranum. Kita belajar bahwa badai sebesar apapun akan berlalu dan berganti dengan hangat pijar matahari. Kita belajar bahwa tanaman tak saling iri dengan bunga lain, justru keberagaman menjadikan semua indah. Setiap jengkal alam mengajarkan nilai-nilai yang baik bagi siapapun yang peka dalam mengindra.
Melupakan alam sama dengan membuang kulit kita. Identitas dan dasar keberadaan kita.
Bila Anda merindu alam, sudah sewajarnya.
Dekapannya memang selalu memanggil kita pulang.
15 notes · View notes
ambuschool · 5 months ago
Text
What i love about rising kids in Melb
Tadi malam jam 10an gitu masih main sama Hannah soalnya aku masih nyiapin makan buat mas mogi yang shift jam 2 pagi. Terus aku ngeliat Hannah dan Alhamdulillaah banget udh much much better rasanya raising kids berdua aja tanpa co-parenting sama siapapun. Terus aku mencoba merefleksikan kenapa parenting disini lebih gak struggle
1. Tidak terburu-buru kuliah dan kerja
Pagi tuh aku gak perlu bangun yang pagi banget dan menyiapkan semuanya dgn terburu-buru. Sebagai orang yang bukan morning person, bangun pagi tuh struggle banget buatku. Kebetulan di dua semester ini gak ada kelas yang pagi banget kaya waktu di UI jam 8an gitu. Paling pagi tuh jam 10.30. Jadi pagiku cukup santai, abis subuh masih bisa masak dengan tenang sambil nyiapin anak yang kadang susah kan disuruh berangkat sekolah. Mas mogi pun kerja masuknya either jam 10 atau jam 12 siang atau bahkan jam 2 pagi sekalian 😂
2. Tidak diburu-buru sekolah
Kalau tadi tidak terburu-buru waktunya di sisi aku yg kuliah, di sisi Hannah yang childcare juga sebenernya bebas mau masuk jam berapa aja. Jadi gak ada kata “terlambat”, pun kalau nanti (aamiin) Allah kasih kesempatan lagi buat Hannah sekolah primary school disini, anak-anak sekolah tuh masuknya jam 9 pagi, nggak gila kaya di jakarta jam 6.30 atau di NTT waktu itu jam 5 pagi 😭😭👊
3. Tidak co-parenting juga ternyata ada baiknya.
Anak kita beneran kita yang shape. Kaya misalkan nilai benar salah. Terus bahkan respon terhadap perilaku anak, bisa kita atur berdua. Mas mogi menegur aku kl lg gak mindful, atau sebaliknya.
Ya walaupun sebenernya sepertiga hari Hannah dihabiskan di childcare, Alhamdulillah childcare nya kan mengajarkan hal yang baik, dan disini kan kalau mau jd guru childcare harus ikut sertifikasi yang panjang, di assess sm pemerintah apakah eligible untuk working with children jd most likely aman. Walau PR banget masalah keimanan dan ketauhidan anak
4. Fasilitas yang ramah anak
Park untuk anak lari-lari atau cuman buat nafas aja, ada dimana-mana. Belum lagi playground yang ada hampir di setiap jalan. Jadi ortu tuh nggak bingung harus bawa anak kemana.
Ohiya mengenai ini aku pernah ngobrol sama org ATR/BPN kenapa di Indonesia gak banyak park/playground, ternyata cara berpikir org2 pemerintah kaya businessman banget “Untungnya apa buat pemerintah bikin taman atau playground?” Buset. Ya keuntungan tangible lah, kesehatan mental, anak2 yang belajar risky play dari playground yang dibikin bener. Katanya banyak pemda yg juga bingung apakah taman atau playground ini ditarikin retribusi aja biar ada balik modal Ke pemda? Ucetttt ngeri amatt, pantes pasir dikeruk, hutan dibabat, pikirannya duit mulu!
5. Tentu tentang Melbourne atau daerah Australia mayoritas yang ramah pejalan kaki juga menjadi alasan.
Bawa stroller/pram gak susah, gak harus punya mobil pribadi kalau mau kemana-mana sama anak. Misalkan aku pulang dari childcare Hannah ke rumah, biasanya harus jalan sekilo dari turun tram. Biasanya aku dorong pram aja karena jalannya lurus mulus tanpa rintangan.
6. Kegiatan untuk anak disubsidi negara
Udah sebulan ini Hannah ikut les berenang di Brunswick Baths (kolam renang umum deket rumah). Keputusan ikut les renang ini juga atas obrolan sm temenku yang masa kecilnya pernah di Oz dan US, bahwa salah satu kenangan masa kecil yang paling nempel saat dia di luar negeri adalah mengenai skill! Ditambah harganya yang lumayan affordable dan dapet subsidi dari pemerintah membuat kita semakin kuat untuk lesin Hannah.
Bukan cuman itu, kegiatan di Library atau Community centre buat anak itu BUANYAK BANGET. Tapi aku sendiri emang belum pernah ikut karena anakku full time di childcare, tapi untuk temen-temen yang anaknya tidak childcare ini life saving banget!
—-
Ya walaupun baru ngerasa enjoy bgt rising kids tanpa bantuan siapapun di 2 bulanan ini (astaga adpatasinya 8 bulan 😂) Alhamdulillah Allah berikan kemudahan. Kehadiran childcare membantu banget sihhh, jadi aku ktm anak ya cuman jam 18.00 -22.00 terus tidur, bangun jam 08.00 -10.00.
Buat temen2 yang udh punya anak dan mau kuliah di OZ pertimbangkanlah Australia Awards Scholarship!
2 notes · View notes
ikakuinita · 2 years ago
Text
Sangatta
Namanya bepergian lintas pulau, Sangatta termasuk daerah yang paling sering kudatangi. Bukan... Bukan karena ada gunung atau pantai pasir putih pun destinasi alam lainnya seperti air terjun yang menjulang tinggi. Semua itu tak ada. Bahkan sampai saat tulisan ini kubuat masih bingung di Sangatta tu bisa main ke mana yaa 😅. The only one reason is ada banyak keluarga di sana. Ada 3 orang adeknya mama yang merantau dan berkeluarga di sana, banyak sepupu dan sekampungnya mama. Pada intinya termasuk sasaran rantauan para pencari nafkah karena di sana ada tambang batu bara.
Menurutku area rekreasi di sana suatu kebutuhan. Namanya orang kerja di tambang yaaa tekanan kerja lumayan tinggi. Ada sih sebenarnya tempat seru di sana, sebatas taman. Jadi kaya ada taman bintang, taman matahari, pokoknya tema tata surya. Buat nongki-nongki aja yang kalau sering dipake tanpa di rawat yaaaahh. Pernah diajak sama Om dan spupuku ke pantai. Sampai sana yaa ampun pantainyaaa 😅😅😅 apa mungkin limbah perusahaan sampai segitunya. Sejak saat itu gak mau lagi di ajak-ajak ke pantai mending kulineran, jajan sore-sore. Lumayan kok makanannya enak-enak.
So... I wanna talk about how to get there. Biasanya naik kapal dari Pare-Pare ke Samarinda atau Bontang lanjut naik mobil. Tapi kali ini jalurnya beda. Saya berangkat dari Tarakan karena waktu itu lagi Solo travelling ke Sebatik (Perbatasan Indonesia-Malaysia) pas mau pulang di telpon sama tante disuruh lanjut ke Sangatta. "Ika... Temani kakakmu lahiran di sana" karena masih ada waktu libur cusss lah ke sana.
Di Tarakan ini kan banyak keluarga mama juga, pas tau saya mau ke Sangatta. Ya ampun tadinya outfit udah kece, barang bawaannya cuma 1 ransel sambil nenteng gopro. Eh tapi keluarga di Tarakan titipannya banyak cuyyy. Akhirnya saya jalan dengan beberapa karung ikan, udang, kepiting, milo, daaann banyak lagi tentengan lainnya. Serasa perantau lama yang baru mudik 😄.
Arahnya dari dermaga ambil tiket perahu ke Tanjung Selor (waktu tempuh kurang lebih 2 jam) dibumbui adegan perahu macet ditengah sungai terus klakson dibunyikan 3x di daerah tertentu, kata penumpang yang duduk di sebelahku yaaa memang begitu tiap kali lewat sana. Sebagai anak baru di jalur itu manggut-manggut aja. Dari Tanjung Selor tinggal ambil mobil ke Sangatta, di dermaga juga banyak buruh yang tawarin travel ke sana.
Jaraknya sekitar 450 km melewati Muarawahau dengan waktu tempuh 11-12 jam. Mobil berangkat sore Ba'da Ashar tiba di Sangatta pukul 04.00 subuh. Perjalanannya wuuihhh jangan ditanya lagi. SIM supir harusnya gak kaleng-kaleng, tanjakan turunan belokan ckckckc. Tantangan utamanya adalah jalanan berkabut, tebal pula kabutnya. Sampai gak bisa tidur loh pas tengah malam saking takutnya. Kebetulan saya duduk di tengah. Jantung sampai dagdigdug karena laju mobil kencang sekali. Dalam hati membatin, supir lewat mana sih. Atau sudah hapal tiap belokannya kan gsk mungkin. Jarak pandang pendek sekali, salah sedikit waduh bahaya.
Rumah penduduk juga jarang, mayoritas kanan kiri jalan hutan. Wuihhh ngeri euyyy. Hatiku baru lega saat mobil singgah di warung. Huufhhh Allah masih selamatkan. Sekitar 2-3 rombongan mobil penumpang singgah di sana, warungnya keciiill sekali, jendelanya cuma ditutupi kain. Daerah pedalaman, udaranya sangat sejuk tapi jalurnya bikin degdegan. Pas mobil jalan lagi tetap gak bisa tidur. Lewat sana ngantuk tu hilang. Mobil melaju kencang di kabut tebal.
Menjelang adzan subuh Alhamdulillah... Alhamdulillaaah sekali sudah tiba di rumah tante dengan segambreng tentengan. Huufhh perjalanan panjang yang menegangkan. Habis shalat subuh gak mikir apa-apa lagi langsung tidur saaampai siang. Memang tuh yang namanya tidur nyenyak cuma bisa pas pikiran dan hati lagi tenang. Pas bangun langsung kusamperin spupuku. Dia tengah bahagia menggendong anak pertamanya. Gak kerja apa-apa banyak keluarga yang bantu. Waktu dapat telpon disuruh ke Sangatta saya bingung juga mau bantu apa 😅, toh tante-tante yang berpengalaman banyak di sana. Yaaahh mungkin euforia calon nenek baru. Saya yang harusnya sudah pulang tetap di suruh ke sana. Yaahh kusempatkanlah ganti popok 1x hehehe sambil kupandang-pandangi bayi itu. Duhh nak demi ketemu kamu, bertaruh nyawa loh diperjalanan 😅.
Daripada bingung mau ngapain di Sangatta setelah ketemu keluarga, bikin acara, makan-makan. Sekalian kulanjutlah perjalananku ke Sangkulirang atau Sandaran. Yaaaakali meskipun mutar-mutar siapa tau dapat jalur sampai Berau 🤭.
.
.
.
2 notes · View notes
horrorbanget · 2 months ago
Text
Elemento
PRANGGGGG “BERANI BERANINYA KAMU MENGINJAKAN KAKI KE RUMAH INI!!!” “MAU APALAGI KAMU DENGAN KELUARGA INI?” “KELUARGA INI HANCUR KARENA ULAHMU!!!” “DASAR JALANG!!!” Kembali sang tuan rumah melemparinya dengan piring-piring di sekitarnya.
Tahun ini, menjadi tahun terberat yang ia pernah rasakan selama hidupnya. Tahun yang menjadi titik terendah untuk karir yang selama ini ia buat. Setelah kepergian suaminya, banyak desas desus yang menyebar dengan cepat akan kutukan-kutukan yang berasal dari kedua orangtuanya.
Jenuh dengan segalanya, ia memutuskan untuk mengasingkan diri di sebuah hutan, San Quirico. Dengan sisa sisa sihir yang diturunkan dari kedua orangtuanya ia berubah menjadi “pohon selamat datang” yang menyapa siapapun yang akan masuk kedalamnya.
“VICTORIAA BANGUN NAKK BANGUNNN” “Aku Victoria, oh bukan aku-” “HUHH HAH HUHH HAHH” ia terbangun dari mimpinya. Sembari bernafas dengan cepat ia berlari menuju kamar sang anak, Lucas. Ia tertidur, batinnya.
“Ma, apakah bekalku sudah mama masukkan?” tanyanya manis “Sudah sayang” Lucas berangkat sembari ditemani Victoria yang mengendarai mobilnya menuju Hutan San Quirico untuk mengantar Lucas untuk pengenalan lingkungan. Ia ingat ia pernah ditemukan pingsan di hutan itu dan mewanti wanti Lucas untuk tidak bersikap sembarangan ketika di dalamnya.
“WAHHH SI ANAK MAMA SUDAH DATANGGG” ejek teman teman Lucas ketika melihat isi tasnya yang penuh. Dengan sengaja Lucas menghiraukan mereka dan segera menuju tenda untuk mengabsen kehadirannya. Pengenalan Lingkungan pun dimulai, baru 5 Menit berjalan sang Ibu menelepon Lucas untuk sekedar bertanya bagaimana keadaannya. Lucas yang malu memutuskan untuk pergi menjauh dengan izin ia ingin pergi ke toilet.
Ia marah dengan sang Ibu karena terus menanyakan kabarnya setiap 5 menit. Telepon ditutup. Dengan segera “ia” pergi ke barisan para anak untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di tenda. Anak yang sebelumnya mengejek Lucas, Dyrothy kembali mengejek ketika Lucas baru saja membuka kotak bekalnya yang berisi makanan-makanan berat yang enak “Lihat si anak mama, ia membawa begitu banyak makanan” Lucas menjawab sembari tersenyum “Coba lihat pipimu”
Bagai angin siklon tropis parah yang menyapu ribuan rumah dalam 5 detik, pipi Dyrothy tiba tiba saja memunculkan darah segar dari luka seperti bentuk cakaran harimau yang tidak terlalu besar tapi membuat siapapun merinding ketakutan melihatnya.
Kejadian itu berlalu, dengan ibu Lucas yang dipanggil Kepala Sekolah untuk segera menemuinya. Lucas dijemput ibunya di sekolah dan memutuskan untuk sekalian menemui Kepala Sekolah.
“Itu bu, kemarin Lucas dibully oleh temannya dan tiba tiba saja pipi teman yang membully Lucas terkena cakaran yang kami sendiri tak tau itu dari mana, dan setelah kami cek di jari Lucas tak ada bukti darah” Dengan aneh ibu Lucas mendengarkan penjelasan Kepala Sekolah yang sama sekali tidak masuk akal “Mungkin ada binatang yang datang dan tidak sengaja tergores” “Lucas saja tidak mampu bu untuk melihat darah, apalagi menyakarnya itu mustahil”
Lucas di rumah, ia makan ditemani Bam-Bam sang anjing kesayangannya. Namun tak tahan dengan suara gonggongan Bam–Bam Lucas membawanya ke halaman belakang.
Ibu Lucas mulai melihat gelagat aneh dari anaknya, mulai dari suara anak anak yang berlarian yang dating dari kamar Lucas, dan masih banyak keanehan lainnya.
Tak tahan dengan keanehan itu, ia melihat ke jendela kamarnya, betapa terkejutnya ia melihat anak anak yang sedang berlarian kesana kemari. Dari sudut matanya ia menangkap seseorang, Lucas dan Bam-Bam. Tapi tunggu apa itu yang ada di bulu Bam-Bam? DARAH? Segera ia berlari keluar kamar, dan…
“Ada apa ibu? Mengapa kamu sangat takut? Apa yang membuatmu takut? Apa ini?” Lucas menarik lengan belakangnya yang menunjukan bilah pisau yang tajam, tak lupa darah segar Bam-Bam. “SIAPA KAU!!!” “AKU ANAKMU VICTORIA, HAHAHAHAHAHA”
Victoria berlari sekuat tenaga menembus “Lucas” menuju rumah tetangganya. Tetangga yang sudah mengetahui tingkah laku Lucas yang aneh mengatakan “Tak apa Vic, kau aman” “Buuu, itu bukan Lucas anakku, dia siapa?” tanya Victoria sambil menangis “Dia Elemento, di dalam Elemento terdapat tambal, yang menggantikan Lucas adalah tambal jahat, kamu harus mencari batu kayu pemberianku, itulah penangkalnya”.
BRAKKKK SHATTTT Pisau tertancap lurus di leher Bi Angmo. Bagai air mancur, darah segar memuncrat tak kenal arah Victoria ketakutan segera ia pergi dari rumah dan berlari menjauh dari kawasan rumahnya, sambil menelepon temannya, Antoni untuk mengantarkannya ke Hutan untuk mencari Lucas.
Sesampainya di hutan terdapat seorang Pasutri dengan Lucas dirangkulnya. Mereka tahu. “LUCASS ANAKKUUU” Lucas berlari memeluk ibunya “IBUUUUUUU” “Victoria, kamu telah mendapatkan anakmu, sekarang waktunya kau kembali kepada kami Victoria” “Apa maksud kalian? Aku?” “Kau, Elemento pertama dari Hutan ini”
Victoria yang selama ini ada adalah sebuah Tambal, dan kejadian di awal adalah pertama kalinya Victoria menjadi seorang “manusia”
Tumblr media
0 notes
afisena · 5 months ago
Text
Lamunan Dini Hari
Aku membayangkan menulis buku pertamaku dan menyelesaikannya sambil berjalan menikmati keindahan alam sebagai latar belakang pemandangan bangun pagiku atau menulis sambil menikmati kopi dan langit yang mulai merekah merah karena matahari akan tenggelam
Aku sadar aku bisa banyak menulis ketika pikiranku sedang carut marut, kalut dan sebagian besar berantakan. Entah karena patah hati, overthinking, perasaan yang terlalu menggebu dan sulit untuk aku kendalikan dan hal-hal yang berjalan diluar perencanaan. Seperti dini hari ini
Pikiran liarku berpetualang terlalu jauh, sampai-sampai aku sendiri takut menghadapinya jika itu benar-benar terjadi
Aku membayangkan berada di tengah hutan di sebuah rumah terpencil dengan udara yang sangat lembab, dedaunan basah dan langit yang sangat mendung serta kabut tebal yang turun menyelimuti pohon tinggi yang menjulang
Aku hanya duduk terdiam di balkon menatap jauh dan menyadari kesalahan besar yang telah ku lakukan. Tapi tunggu, kenapa jika itu sebuah kesalahan besar, aku justru mensyukurinya? Aku merasa seperti telah memenangkan sesuatu. Aku merasa apa yang aku lakukan bukan kesalahan, aku hanya memilih diriku
Bayanganku kembali ke saat aku memutuskan masa depanku beberapa bulan yang lalu. Memantapkannya dan berjanji pada diriku sendiri, ini jalan yang akan aku lalui. Aku bekerja keras, bertaruh pada diriku sendiri untuk mempersiapkannya. Bekal materi yang aku siapkan aku pikir akan membawaku pada masa depan yang lebih baik
Namun nyatanya, saat ini, detik ini. Aku mengalaminya. Bayangan berada di sebuah rumah terpencil di tengah hutan dengan udara lembab dan kabutnya benar-benar terjadi. Membawa seluruh bekal materi yang aku persiapkan dan dengan laptop menampilkan naskah tulisanku yang belum selesai serta seluruh kehidupan lamaku yang sudah aku tinggalkan
Apakah ini yang sebenar-benarnya aku inginkan? Jawabannya sangat jelas
Lagi-lagi aku memilih menyelamatkan diriku sendiri
0 notes
senandikaseseekor · 6 months ago
Text
Kalau Cuma Jadi Sampah,
sisa sepah tebu dan sayur mayur yang habis kau olah atau tulang belulang yang dagingnya telah rakus kau mamah juga bisa. ***
Untuk ukuran seseorang yang perasa, aku punya kesulitan mengekspresikan beberapa hal. Salah satunya adalah, amarah. Bagiku rasa marah itu tabu. Kesedihan, benci, dan amarah, sering kali dipercaya masyarakat sekitar kita sebagai emosi negatif yang sebaiknya dilawan dengan berpasrah, bersabar, mengikhlaskan, dan memaafkan. Kadang dengan terpaksa. Padahal, meninggalkan luka-luka basah berdarah, kadang bernanah, serta bekasnya ada sampai kapan pun hidup yang sial dan untungnya harus tetap berjalan. Mungkin itulah alasannya kemarahanku banyak yang terkubur jauh di ingatan atau semerta aku biarkan menguap tapi masih terikat kuat di gravitasi bumi yang aku pijak. Alasan lainnya, menurutku rasa marah dan ekspresinya itu memakan banyak energi. Atau bisa jadi, aku lelah dan benci melihat amarah-amarah sekitar yang meluap dengan destruktif dan melukai yang tidak berdosa di dalamnya.
Lucu rasanya ketika pada saat remaja hingga usia kepala dua dimulai, aku mengira hidup akan rapi tertata di angka dua puluh lima. Sementara, dua tahun belakangan ini rasanya seperti hidup baru dimulai. Kadang hari-hari yang bahkan untuk bangun saja masih sulit, langsung seperti diajak paksa menyusur hutan dengan wahana halilintar atau terbang mental di langit penuh jajaran awan menggunakan pesawat ulang alik armada lama yang siap meledak atau hancur kapan saja di udara. Namun, tanpa kejadian demi kejadian di dua tahun belakangan dan berbagai manusia di dalamnya, rasanya aku tidak akan pernah mengenal diri dan api yang tertidur di dalamku.
Setiap sosok yang aku kenal menghadirkan masing-masing peranan dengan porsi mereka. Ada yang menjadi labuhan. Sebagian lekat bak saudara sedarah. Sebagian menjadi kawan yang bertahan. Sebagian (mungkin) menjadi lawan. Sebagian menjadi pelajaran. Sisanya, hanya lalu-lalang seperti biasa.
Salah satu yang menjangkar dan mendarah di ingatan, yakni sebuah perjalanan panjang untuk mengemis buah kata serta janji manis dari bibir pihak yang tak bertanggung jawab. Untukku yang pada saat itu terlalu bodoh dan lugu, mungkin terlalu nyaman rasanya diperlakukan bak mandi madu yang ternyata racun menyaru, sekian lama memanipulasi isi kepala agar percaya dan setia. Sementara yang akhirnya kupetik, adalah dusta dan buah fitnah yang akhirnya membuatku terbuang dari kenyamanan yang sebelumnya kuusahakan. Hanya karena, lagi-lagi kuizinkan rumah yang mulai tertata untuk dimasuki kaki dan hati baunya.
Sisanya, pertemuan-pertemuan dan pelajaran dari manusia-manusia hipokrit. Mereka yang membombardir dengan jala lapis gula untuk kemudian menjaring mangsa. Mereka yang gemar tertawa di atas derita orang lainnya. Mereka yang merasa paling tersakiti padahal paling melukai. Mereka yang gemar mencaci dan mengajak orang untuk membenci. Mereka yang memutar balikkan kata dan mencari paling benar. Mereka yang menggigit tangan yang memberi makan. Mereka yang egois, apatis, dan selalu merengek untuk diisi gelasnya oleh orang-orang agar senantiasa penuh padahal sudah bocor dan tak bisa, sementara membagi air dengan orang lain setitik pun enggan. Dan, banyak. Banyak lainnya.
Dari sana, aku belajar bahwa amarah bisa dan patut tumbuh. Karena berbagai hal. Dalam berbagai bentuk. Atas nama maaf yang bahkan tak pernah tersampaikan atau hanya gulali melapis lisan semata sementara torehan luka tetap dicacah habis hingga intinya, untuk orang yang sama atau terulang di lainnya. Dari sana, aku belajar bahwa aku tak lagi memerlukan validasi siapa pun untuk merayakan bahagiaku, mencerna sedihku, serta menyesapi atau memuntahkan amarahku. Hanya aku yang paling memahami apa yang aku rasakan, dan tak perlu menggantungkan pada siapa yang belum tentu bisa dipercaya. Dari sana pula, untung dan sialnya, aku belajar bahwa amarah adalah perasaan yang aneh. Serupa merayakan duka dan lima fasenya, langkah yang ada bukan dijalani secara berurutan dan bisa jadi berbeda-beda tiap individunya. Terkadang hanya perlu satu dua langkah, untuk sampai pada tahap menerima. Terkadang harus melompat-lompat, maju mundur ke belakang. Atau bahkan, bisa saja akhirnya penerimaan mungkin memang bukan sebagaimana yang digaungkan untuk semua serta merta menghilang. Rasa marah akan suatu kejadian, sosok, atau ketidakadilan yang pernah hingga sedang terjadi bisa saja muncul tiba-tiba. Seperti pada saat pikiran sedang kosong-kosongnya di siang bolong melamunkan kerja, saat bersih-bersih menyapu-mengepel rumah, atau saat pelatuknya tepat tertekan atas hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa. Aneh, bukan.
***
Sebuah perjalanan panjang untuk mungkin, pada akhirnya aku telah sampai pada menerima. Tentu saja, bekasnya masih ada. Kadang perih dan gatal. Kadang mati rasa. Namun, setidaknya aku merasa jauh lebih baik-baik setelah berdamai dengan kenyataan bahwa penerimaanku mungkin bukan dalam bentuk maaf yang dipaksakan dengan lapang dada. Melainkan, menerima dengan kapasitas secukupnya di dada; bahwasanya aku berdamai dengan tidak apa sewaktu-waktu marah di tengah kehidupan yang memang tidak bisa melulu baik-baik saja (dan bagaimana regulasi ekspresi dan penyalurannya untuk tidak melukai siapa pun). Bersamaan dengan itu, aku pun berdamai pula dengan realita untuk tidak akan melupa dan memaafkan secara paksa, untuk siapa pun itu yang tidak sepantasnya.
Akan kurawat dan kusembuhkan luka ini perlahan, walau kadang perih, gatal, bahkan tergaruk atau tertumpuk luka baru yang lebih kecil. Biar saja bekas-bekasnya tetap tinggal, sementara aku dan bahagia yang terus datang tumbuh lebih besar dari luka-luka itu. Biar mereka jadi bukti untuk harga-harga yang harus kubayar dalam perjalananku hidup.
Namun, untuk semua yang selamanya tak akan kumaafkan. Bisa jadi kamu, bisa jadi bukan. Bisa jadi siapa saja, tetapi jika kamu merasa dan beruntung, bisa jadi kamu yang dimaksud, bisa jadi bukan juga. Karena dunia tidak berputar hanya di sekitarmu dan isinya melulu tentangmu. Karena untuk aku yang terlalu sering memaafkan, dan orang-orang yang tak pernah merasa salah bahkan berulang atau memutarbalikkan, hati-hati yang mati, ikhlas dan maaf adalah hal yang terlalu mahal harganya apalagi beberapa tak sepatut itu dimanusiakan untuk menerimanya. 
*** Karena kalau cuma jadi sampah, sisa sepah tebu dan sayur mayur yang habis kau olah atau tulang belulang yang dagingnya telah rakus kau mamah juga bisa. Tak perlu jadi manusia.
0 notes
kisahpedia · 9 months ago
Text
Kalender Liturgi 02 Jul 2024
Selasa Pekan Biasa XIII
Warna Liturgi: Hijau
Bacaan I: Am 3:1-8; 4:11-12
Mazmur Tanggapan: Mzm 5:5-6.7.8
Bait Pengantar Injil: Mzm 129:5
Bacaan Injil: Mat 8:23-27
Bacaan I
Am 3:1-8; 4:11-12
Tuhan Allah telah bersabda, siapakah yang tidak bernubuat?
Bacaan dari Nubuat Amos:
Hai orang Israel,
Dengarkanlah sabda Tuhan tentang dirimu ini,
tentang segenap kaum
yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir.
Beginilah sabda-Nya,
"Hanya kalian yang Kupilih dari segala kaum di muka bumi.
Sebab itu Aku akan menghukum kalian karena kesalahanmu.
Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum berjanji?
Mengaumkah seekor singa di hutan apabila tidak mendapat mangsa?
Bersuarakah singa muda dari sarangnya,
jika belum menangkap apa-apa?
Jatuhkah seekor burung ke dalam perangkap di tanah,
apabila tidak ada jerat di sana?
Membingkaskah perangkap, jika tidak ada yag ditangkap?
Adakah sangkakala ditiup di suatu kota,
dan orang-orang tidak gemetar?
Adakah terjadi malapetaka di suatu kota,
dan bukan Tuhan yang melakukannya?
Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu
tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.
Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut?
Tuhan Allah telah bersabda, siapakah yang tidak bernubuat?
Aku telah menjungkirbalikkan kota-kotamu seperti Allah
menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora,
sehingga kalian menjadi seperti puntung
yang ditarik dari kebakaran.
Namun kalian tidak berbalik kepada-Ku.
Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel.
Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu,
maka bersiap-siaplah untuk bertemu dengan Allah, hai Israel."
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 5:5-6.7.8
R:9a
Tuhan, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu.
*Engkau bukanlah Allah yang berkenan akan kefasikan;
orang jahat takkan menumpang pada-Mu.
Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu;
Engkau benci terhadap semua orang yang melakukan kejahatan.
*Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong,
Tuhan jijik melihat penumpah darah dan penipu.
*Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar,
aku akan masuk ke dalam rumah-Mu,
sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus
dengan takut akan Engkau.
Bait Pengantar Injil
Mzm 129:5
Aku menanti-nantikan Tuhan,
Jiwaku mengharapkan sabda-Nya.
Bacaan Injil
Mat 8:23-27
Yesus bangun, menghardik angin dan danau,
maka danau menjadi teduh sekali.
Inilah Injil Suci menurut Matius:
Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu,
dan murid-murid-Nya mengikuti Dia.
Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,
sehingga perahu ditimbus gelombang.
Tetapi Yesus tidur.
Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya,
"Tuhan, tolonglah, kita binasa!"
Yesus berkata kepada mereka,
"Mengapa kalian takut, hai orang-orang yang kurang percaya!"
Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau.
Maka danau menjadi teduh sekali.
Dan heranlah orang-orang itu, katanya,
"Orang apakah Dia ini,
sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"
Demikianlah sabda Tuhan.
Tumblr media Tumblr media
0 notes
rainilamsari · 9 months ago
Text
Hujan
waktu SMA dulu, saya berhasil melekatkan image sebagai penyuka hujan. sebegitu identiknya. yah, memang sesuka itu. sampai sekarang pun.
dulu, kalau langit mulai gelap saat masuk jam pulang sekolah, bukan buru-buru pulang malah saya tunggu hujannya turun. karena jarak tempuh ke rumah tidak begitu jauh, jadi saya semangat menyambutnya tanpa takut jatuh sakit, wkwk. saya bahkan hampir nggak pernah bawa jas hujan. bcz i know i'll be fine. i'm always that fine.
belakangan saya menyadari satu hal. ternyata rasa suka saya bersyarat.
mungkin kamu pernah dengar, atau bahkan jadi pelakunya, yang menuduh hujan sebagai penyebab banjir. dih, playing victim lu wahay manusya. siapa yang buang sampah sembarangan, bangun gedung ga perhatikan resapan, tebang sana-sini hutan dan lahan hijau untuk dimonetisasi, dan sebagainya, dan seterusnya. bukan salah hujan, oi. gatau malu lu pada.
sementara,
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” —QS. Qaaf : 9
jadi, saya nggak ada isu dengan banjir, karena bukan salah hujan. ok.
lalu syarat apa maksudnya?
saat hujan dipertemukan dengan salah satu hobi saya. mendaki saat hujan itu merepotkan, ckck. saya malas pakai jas hujan, kalau masih gerimis biasanya masih bisa saya nikmati derainya. tapi pas kemarin di Rinjani, setelah hujan-hujanan sekitar 1 jam di bukit penyesalan, saya jadi menyesal betulan, wkwk. ngerasa tanggung-tanggung, sebentar lagi sampai Plawangan Sembalun untuk camp, jadi makin malas pakai jas hujan semantara dia menderas, wkwk. akhirnya mau gamau pakai dan ada yang rembes ke tas, kena beberapa helai pakaian yang, ah elah, bikin gabisa dipakai dan berat2in aje, ck.
sebetulnya tetap bukan salah hujannya, sih, tapi saya tentu lebih senang kalau cuacanya cerah berawan. cloudy gapapasih, depend on, sih. eh, gimana sih?!
lalu rilis ini saya jadikan cermin dalam merasa-rasa. apakah rasa suka yang saya pelihara lainnya juga bersyarat-syarat, ya? apakah dengan bersyarat begini artinya rasa saya tidak tulus, ya?
habis itu jadi sedih sendiri :( wkwk.
habis itu jadi impulsif memutuskan check-out ensiklopedia tentang air, bumi, dan alam semesta. saya berharap kesedihan ini bisa agak produktif, ya, gitulah, hahah.
1 note · View note
jasakontraktormedan · 2 months ago
Text
Faktor-Faktor dalam Rencana Membangun Rumah
Tumblr media
Membangun rumah adalah langkah besar yang memerlukan pemikiran matang dan perhatian terhadap berbagai faktor. Agar proses pembangunan berjalan lancar dan sesuai dengan anggaran, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Dalam artikel ini, kami akan membahas faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam rencana membangun rumah.
1. Anggaran dan Keuangan
Faktor Utama dalam Rencana Keuangan
Faktor pertama yang harus dipertimbangkan adalah anggaran atau keuangan. Menentukan anggaran yang realistis adalah langkah awal yang sangat penting. Anggaran ini harus mencakup berbagai aspek, mulai dari desain hingga material, tenaga kerja, dan biaya tak terduga lainnya. Endymion Construction, sebagai kontraktor terpercaya, menyediakan layanan konsultasi untuk membantu Anda mengelola anggaran pembangunan rumah dengan efisien.
2. Desain Rumah
Pemilihan Desain yang Tepat
Desain rumah adalah faktor kunci yang mempengaruhi kenyamanan dan fungsionalitas rumah. Pemilihan desain harus mencakup kebutuhan ruang yang memadai sesuai dengan jumlah anggota keluarga, serta mempertimbangkan gaya hidup dan preferensi pribadi. Endymion Construction memiliki tim arsitek yang siap membantu dalam merancang rumah yang sesuai dengan keinginan Anda.
3. Lokasi dan Tata Letak
Penentuan Lokasi dan Fungsi Ruang
Lokasi adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan biaya pembangunan. Lokasi yang baik akan memudahkan akses dan meningkatkan nilai properti. Selain itu, tata letak rumah juga perlu dirancang dengan baik untuk memastikan fungsi ruang yang optimal. Endymion Construction memperhatikan aspek ini dengan menyediakan desain tata letak yang efektif dan efisien.
4. Material dan Konstruksi
Pemilihan Material yang Berkualitas
Material adalah komponen utama dalam membangun rumah, dan pemilihan material yang berkualitas sangat penting untuk memastikan keawetan dan keamanan rumah. Endymion Construction menggunakan material berkualitas tinggi untuk memastikan rumah yang kokoh dan tahan lama.
5. Tenaga Kerja dan Manajemen Proyek
Peran Tenaga Kerja yang Terlatih
Tenaga kerja yang profesional dan terlatih sangat berperan dalam kesuksesan pembangunan rumah. Manajemen proyek yang baik juga akan memastikan setiap tahap berjalan sesuai jadwal dan anggaran. Dengan Endymion Construction, Anda mendapatkan tenaga kerja yang berpengalaman dan pengelolaan proyek yang terstruktur.
6. Perizinan dan Regulasi
Kepatuhan Terhadap Perizinan dan Regulasi
Perizinan dan regulasi terkait pembangunan rumah harus dipatuhi agar proses berjalan lancar dan legal. Endymion Construction memastikan setiap proyek mematuhi semua peraturan dan mendapatkan perizinan yang diperlukan dengan cara yang efisien.
7. Dukungan dan Konsultasi Profesional
Layanan Konsultasi Berpengalaman
Mendapatkan dukungan dari jasa arsitek dan kontraktor terpercaya sangat penting untuk memastikan bahwa semua aspek pembangunan rumah dapat dikelola dengan baik. Endymion Construction menyediakan layanan konsultasi lengkap yang mencakup desain, perencanaan, dan pengelolaan proyek dengan profesionalisme tinggi.
Kesimpulan
Tumblr media
Dalam membangun rumah, memperhatikan berbagai faktor seperti anggaran, desain, lokasi, material, dan tenaga kerja sangat penting untuk memastikan hasil yang sesuai dengan harapan. Dengan Endymion Construction sebagai mitra terpercaya, Anda akan mendapatkan solusi terbaik dalam mewujudkan hunian impian yang nyaman dan berkualitas. Kontak kami untuk konsultasi lebih lanjut:
Alamat: KOMP. SETIA BUDI POINT Jl. Setia Budi No.15 BLOK C, Tj. Sari, Kec. Medan Selayang Admin: 0838 2352 0252
0 notes
shine-share · 10 months ago
Text
Liat berita bukannya jadi tahu dunia malah jadi kesel. Ya Allah manusia makin kesini makin kayag setan:
1. Serakah (kontra antara petugas lahan parkir yg katanya dikasi mandat dari pemilik bangunan untuk ngelola atas nama pribadi eh tapi pake stempel RT vs penyewa bangunan yg udah kasih fee sebenernya diawal tahun pertama 12 juta dan naik terus di tahun berikutnya hingga diminta 25/30juta untuk tahun 2025 oleh pak RT tadi untuk bangun rumah pribadi 😭);
2. Rakus (hutan di Papua mau dibabat untuk lahan kebun sawit padahal belum kesampaian main kesana yg katanya alamnya masih asri belum banyak terjamah dimana SDM disana masih agak primitif yg sangat mengandalkan SDA yg asri);
3. Dholim (berita ttg palestina Rafah😭 dan Tapera yg gaji dipotong beberapa % untuk membantu pemerintah belikan rumah orang yg ga punya rumah bagi yg sudah punya rumah, like whattt?? Orang yg punya rumah aja belum lunas cicilannya disambi nahan beli ini itu lahh ini disuruh bantuin orang lain😭).
Mereka berTuhan ga sih? Padahal tadi habis baca Qur'an surat Ar- Ruum di salah satu ayatnya lupa ayat berapa yg menuliskan bahwa manusia itu diciptakan untuk mempercayai agama tauhid (cmiiw)
0 notes
page-ard · 10 months ago
Text
rayu pada rembulan
kau tahu, lara tak bisa temui rumah, ia di belantara hutan dan angkasa
jika saja lihat di sebelahmu, itu aku bukan khayalan bukan mustahil menjadi nyata
rayu pada tautan kata menyatukan arti, membaur terang dan gelap
petuahmu pada nestapa, sudahi laju pada lintasan, lerai kekacauan bangun kembali dinding yang tak utuh untuk apa? untuk menyandarkan lelah
kau tahu, temui yang memiliki denah, ia di sana.. satu langkah di depanmu
ideard, 25.03.2024
0 notes
desykurniapujiasari · 1 year ago
Text
Hallo Bogor..
Minggu sore sampai, sekarang rabu sore oh udah 3 hari di sini :)
Tumblr media Tumblr media
Mereka jadi teman main setiap hari, jarang berantem udah pd besar sekarang 💙
ya alloh ajari aku untuk mencintai kedua anakku karenaMu, ajari aku mencintai mereka dengan setulus hati, ajari aku hanya membeci perbuatannya bukan dirinya,
3 hari di Bogor, kakang lebih jarang main sama ayah makanya ga berantem, ayah juga ga banyak melibatkan diri untuk deket sama Mansa karena anaknya juha sibuk main sm nuna, ayah sekarang lagi mikirin pos pos salary dan THR, Alloh ar rozaaq mencukupi setiap kebutuhan tapi kenapa hati "masih" merasa kurang..
semoga hati ini Alloh bimbing untuk selalu qona'ah.. merasa cukup atas apa yg Alloh beri, karena memang selalu kok cukup untuk penuhi segala kebutuhan, memang masih ada yg jd keinginan tapi Alloh yg maha tau apakah keinginan itu adalah juga kebutuhan (?)
Walau tabungan tahunan rasanya ga bertambah tapi alhamdulillah masih bisa qurban, bisa infaq, masih bisa jajan kadang juga jalan, kemana-mana bisa naik kendaraan ga keujanan, walau tabungan mungkin "rasanya" ga bertambah Alloh pasti kasih banyak berkah...
Jangan sampai dikasih berlimpah tapi menyempitkan hati, menggelincirkan diri , maunya dikasih cukup dikasih lapang dan mendekatkan diri.
kalo doa pengen punya rumah suka langsung inget pengen juga ke mekah,madinah dan al aqso 😢😔 oh belum layak belum terundang.
oia, alloh maha baiiiik selalu beritahu aku apa yg mungkin ayah rasain..
kalo di bojonglongok ayah terganggu dengan kakek nenek, di sini ibu juga terusik sama respon uyut, katanya seperti di hutan papua, kata uyut rebus aja ,🥴
mansa bangun tidur mau manis² akhirnya mau kemtal manis, maunya dibuatin ibu tp gamau nunggu dasar ama mau dipukul aja amanya, bikin lama aja harusnya ama bukan disimpen dibanting aja biar cepet.
0 notes
Text
Perumahan Mewah Surabaya Timur Desain Modern
Tumblr media
Perumahan Mewah Surabaya Timur View Bagus menawarkan pengalaman hunian yang luar biasa dengan pemandangan yang menakjubkan di sekitarnya. Hunian ini memberikan kesempatan bagi penghuninya untuk menikmati panorama alam yang indah dan mempesona setiap hari.
Salah satu keunggulan utama dari Perumahan Mewah dengan View Bagus di Surabaya Timur adalah lokasinya yang strategis di daerah yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan. Dengan demikian, penghuni dapat menikmati pemandangan pegunungan, hutan, sungai, atau bahkan pantai, tergantung pada lokasi perumahan yang dipilih.
Kehadiran pemandangan alam yang indah dapat memberikan penghuni perasaan kedamaian dan kebahagiaan yang mendalam. Bangun pagi-pagi dan melihat matahari terbit di balik pegunungan atau duduk di teras rumah sambil menikmati pemandangan hijau di sekitar bisa menjadi pengalaman yang sangat memuaskan.
Tidak hanya itu, memiliki Perumahan Mewah Surabaya Timur View Bagus juga dapat meningkatkan nilai investasi properti. Pemandangan yang menarik dan memukau dapat menarik minat pembeli potensial dan meningkatkan nilai jual properti di masa depan.
Namun, penting untuk diingat bahwa memiliki Perumahan Mewah dengan View Bagus di Surabaya Timur juga dapat berarti membayar harga yang lebih tinggi daripada properti yang tidak menawarkan pemandangan yang sama. Oleh karena itu, penting bagi calon pembeli untuk mempertimbangkan anggaran mereka dan memastikan bahwa mereka benar-benar bernilai untuk investasi tersebut.
Dalam memilih Perumahan Mewah Surabaya Timur View Bagus, penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor seperti lokasi, jenis pemandangan yang diinginkan, dan ketersediaan fasilitas di sekitar. Misalnya, beberapa orang mungkin lebih memilih pemandangan laut yang menakjubkan, sementara yang lain mungkin lebih suka pemandangan pegunungan yang menyejukkan.
Selain itu, perlu juga untuk mempertimbangkan aspek praktis seperti aksesibilitas dan keamanan lingkungan sekitar. Meskipun memiliki pemandangan yang indah adalah hal yang memikat, tidak boleh diabaikan juga faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kenyamanan dan keamanan hidup sehari-hari.
Dengan demikian, jika Anda sedang mencari Perumahan Mewah dengan Pemandangan Bagus di Surabaya Timur, pastikan untuk melihat berbagai pilihan yang tersedia dan memilih hunian yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Anda. Dengan begitu, Anda dapat menikmati kehidupan mewah dengan pemandangan yang spektakuler setiap hari.
0 notes