Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Wangi Bunga Cempaka
Bagiku, tinggal di suatu kompleks perumahan cukup menyenangkan. Perumahan yang tertata rapi termasuk lingkungannya, beda jauh saat tinggal di desa. Meski hanya menempati rumah dengan tipe 45, bagiku itu sudah lebih dari cukup. Aku merasa naik status.
Aku tinggal berdua dengan adikku, Denok panggilannya. Nama sebenarnya Dwi Astuti. Ia baru saja lulus dari SMA dan lebih memilih tinggal bersamaku ketimbang bersama orangtuaku. Ada tiga alasan, pertama alasan finansial, orangtuaku sudah tidak mampu membiayai sekolahnya, kedua ia lagi mencari perguruan tinggi di kota dan yang ketiga memang kepenginnya tinggal bersamaku. Enak tinggak di kota, katanya.
Sebenarnya, umurku sudah berkepala tiga, namun belum berkeinginkan untuk berkeluarga. Secara finansial, pendapatan dari warung bakso melebihi gaji pegawai pemerintah golongan tiga. Warung baksoku di kompleks perumahan laris manis. Padahal resepnya biasa-biasa saja. Bakso sapi yang aku buat resepnya aku peroleh dari internet. Hasilnya empuk, gurih, dan sangat lezat.
Jujur, aku belum menemukan wajah gadis impianku. Aku sangat terpesona dengan wajah-wajah gadis idamanku, para bintang iklan lux pada jamannya. Foto-fotonya terpampang di kamarku: Desy Ratnasari, Tamara Bleszynski, Ira Wibowo, Ida Iasha, Nadya Hutagalung, Luna Maya, Dian Sastrowardoyo, dan Maudy Ayunda. Dua diantaranya: Desy Ratnasari dan Bunga Citra Lestari aku pasang tepat di depan meja kerjaku. Setiap saat aku dapat memandang wajahnya dengan tidak merasa jemu, berkhayal dapat istri yang wajahnya mirip salah satu bintang iklan tersebut. Pernah temanku, Agus, yang tinggal di kompleks menanyakan kepadaku tentang pacar. Aku jawab apa adanya. Mendengar jawabanku, Agus tertawa ngakak, sampai keluar air matanya.
“Juno…, ngaca lu! Apa aku tidak salah dengar, engkau itu hanya tukang bakso dengan wajah ndeso lagi.” Apakah aku salah dengan wajah gadis idamanku? Mungkin aku terlalu muluk, tapi ya… nggak apa-apa. Siapa tahu mimpiku dapat terwujud. Banyak gadis desa yang wajahnya cantik, hanya saja mereka tidak dipoles seperti halnya bintang iklan tersebut.
Ada satu kembang desa yang menjadi rebutan para jejaka yang ada di desa termasuk yang berada di komplek. Euis Ratnasari, namanya. Wajahnya mirip Desy Ratnasari. Jika mereka memakai make up, aku yakin kecantikannya tidak kalah. Aku sendiri belum sempat berkenalan dengannya, hanya melihat sepintas ketika Euis bersama temannya jalan di depan warungku. Setiap jalan di depan warung bakso, Euis selalu menoleh ke warung. Suatu saat kami bertatapan. Entah mengapa jantungku berdetak dengan cukup keras, dheg…, dheg…, dheg…, ditambah hatiku berbunyi ser…, ser,…, ser… Ini pertama kalinya jantung dan hati berbunyi ketika bertatap dengan gadis.
Aku yakin suatu saat Euis akan mampir ke warungku. Benar, malam Minggu itu, Euis bersama temannya yang belakangan aku tahu namanya Iin mampir ke warungku. Jam masih menunjukkan pukul 20.00, namun bakso tinggal terakhir. Kami pun berkenalan.
“Juno.” Aku ulurkan tanganku kepada Euis. “Euis.” “Juno.” Aku ulurkan tanganku kepada Iin. “Iin.” Itulah perkenalan pertama dengan Euis. Sempat ngobrol sebentar sebelum warung aku tutup.
“Euis, bagaimana kalau malam Minggu depan, setelah warung tutup kita kumpul-kumpul dengan teman-teman di taman kompleks. Nanti aku kenalkan dengan teman-teman kompleks.” Euis pun mengangguk…
Tidak terlalu jauh dari rumahku terdapat sebuah taman yang lumayan luas, mungkin sekitar setengah hektar. Layaknya taman, ada tempat duduk, ayunan, jalan setapak, kolam ikan dan tentu saja berbagai tanaman bunga-bungaan yang ditata cukup rapi dan indah. Kalau siang hari, apalagi pas hari libur taman tersebut dijadikan tempat bermain anak-anak bukan hanya anak-anak kompleks tetapi juga anak-anak desa sebelah bahkan anak-anak dari tempat lainnya.
Di taman tersebut terdapat tiga pohon besar, satu pohon beringin dan dua pohon cempaka. Pohon beringin berada tepat ditengah taman. Berdiri dengan angkuhnya. Batangnya sangat besar, mungkin 3-5 orang baru bisa memeluknya. Pohon dengan dedaunan yang rimbun menjulang ke atas, ingin menggapai langit. Melihat besarnya, dapat dipastikan pohon tersebut sudah ada sebelum kompleks perumahan dibangun. Umurnya, dapat diduga puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun. Konon, cerita yang berkembang dari desa sebelah, pohon beringin tersebut angker, sering ada penampakan. Saat pembangunan perumahan, pohon beringin tersebut pernah dicoba untuk ditebang oleh pengembang. Namun, beberapa orang yang mencoba menebang, esoknya jatuh sakit. Bukan hanya itu, ada yang meninggal karena jatuh ketika memanjat pohon untuk menebang batangnya. Pohon beringin tersebut diapit dua pohon cempaka putih. Kedua pohon itu pun tidak kalah tingginya, hanya batangnya tidak sebesar pohon beringin. Pada saat berbunga, memberikan aroma harum khas cempaka disekitar taman. Di Jawa bunga tersebut dikenal dengan nama kantil.
Malam Minggu, dapat dipastikan banyak remaja kompleks, laki-laki dan para gadis duduk-duduk di taman sambil main gitar, nyanyi-nyanyi ditemani minuman kopi dan kudapan ala kadarnya. Sering aku gabung bersama mereka, ikut main gitar dan menyediakan kudapan ala kadarnya: kacang rebus, pisang goreng, singkong rebus dan kopi panas.
Malam Minggu itu, aku bersama Euis ikut bergabung setelah warung tutup. “Mas Juno, nggak apa-apa Euis ikut bergabung.” “Ya…, nggak apa-apa, nanti Mas Juno kenalkan dengan teman teman yang ada. Mereka selalu menghabiskan malam Minggu di taman. Hiburan yang murah meriah.”
“Cielee.., tumben Juno bersama gadis cantik. Kenalkan donk.” “Agus, ini Euis dari desa sebelah. Euis, ini Agus, teman dekat Mas Juno.” “Juno…, rupanya cita-cita terkabul, mendapatkan gadis yang wajahnya mirip dengan Desy Ratnasari.” Sejak itu, aku bersama Euis sering gabung dengan teman-teman di komplek menghabiskan malam Minggu. Sesekali jalan bergandengan tangan ke mall atau nonton biskop atau hanya sekedar jalan menikmati kuliner di kaki lima. Hari-hari yang indah bersama Euis.
—
Malam itu, malam Selasa Kliwon, konon menurut primbon Jawa malam yang menyeramkan dibandingkan dengan malam-malam lainnya termasuk malam Jum’at Kliwon. Ini mitos menurutku. Bagiku malam satu dengan malam lainnya sama saja.
Awan hitam menyelimuti bulan dan bintang yang ingin menampilkan kecantikannya. Sepertinya akan turun hujan. Dentangan jam di dinding terdengar satu kali. Ini menunjukkan bahwa hari sebenarnya sudah berpindah ke hari berikutnya. Sebenarnya, aku ingin tidur, tapi mataku tidak mau menuruti perintah otakku. Ini gara-gara dua cangkir kopi hitam untuk mempertahankan mataku tetap terbuka menikmati pertandingan liga Inggris antara Manchester City lawan Manchester United. Kedua kesebelasan yang berasal dari kota yang sama, Manchester. Pertandingan derby selalu menarik untuk menunjukkan siapa yang menjadi penguasa di kota tersebut. Dulu, jamannya Manchester United dilatih Alex Ferguson, selama beberapa tahun Manchester dikuasasi Manchester United. Namun, sejak Alex Ferguson pensiun dan Manchester City dilatih oleh Pep Guardiola, penguasa Manchester berpindah ke Manchester City.
Demikian gerahnya, kaos yang aku kenakan basah karena keringat yang tiada henti keluar dari badanku. Aku buka pintu untuk merasakan sejenak udara di luar. Antara sadar dan tidak, lamat-lamat terdengar suara yang memanggilku dari arah taman, suara itu sangat kukenal. Seperti ada yang menuntun, aku menuju taman. Benar, hawa di taman jauh lebih sejuk. Aku menuju tempat duduk yang hanya diterangi lampu dengan cahaya remang-remang. Malam demikian sepi dan sunyinya, tiada warga yang keluar rumah. Pak Satpam yang seharusnya patroli menjaga kompleks juga tidak kelihatan.
Aku lihat ke atas, awan hitam masih setia menggelatung, sepertinya ingin menumpahkan air yang disangganya. Hembusan angin yang biasanya setia memberikan kesejukan kini berhenti. Tanaman bagai patung, diam tanpa nafas. Jangkerik, kodok, burung hantu dan binatang malam lainnya bagai dikomando, tidak mau mengeluarkan suaranya yang merdu. Ada sesuatu yang tidak biasa, mereka semua lebih memilih bersembunyi diantara rimbunan tanaman dan bebatuan. Malam yang sempurna bagi yang senang kesendirian.
Keheningan malam terusik adanya suara burung hantu dari rimbunnya pohon beringin. “Huuuhk…, huuuhk…, huuuhk…” “Huuuhk…, huuuhk…, huuuhk…” “Huuuhk…, huuuhk…, huuuhk…” Dan tidak berapa lama terdengar suara ayam jago berkokok dan lolongan anjing yang bersautan dari desa sebelah. “Aauuuu…!” “Aauuuu…!” “Aauuuu…!” Malam yang aneh. Suasananya cukup mencekam, ada sedikit ketakutan. Sempat berpikir akan masuk ke rumah, tapi keinginan itu aku tahan, aku ingin mengetahui apa yang akan terjadi.
Dalam kesendirian dan keheningan malam, tiba-tiba angin dingin menerpaku dari samping kanan. Bulu kuduk dan bulu-bulu di tanganku berdiri tanpa aku suruh. Aku diam sesaat. Kembali rasa takut hinggap di hatiku. Tidak berapa lama, untuk kedua kalinya, angin dingin menerpa mukaku dari sebelah kanan. Ketika aku tengok.
“Astagfirullah…,” dari mulutku secara spontan keluar kata tersebut. Disebelahku duduk seorang perempuan, wajahnya tertutup rambut. Dari mana datangnya? Hantu atau perempuan yang sedang mencari hawa sejuk seperti halnya aku? Kalau orang, kedatangannya pasti aku ketahui. Kembali rambut-rambut bulu kuduk dan tanganku berdiri. Aku cubit tanganku cukup keras, sakit. Jadi aku tidak mimpi. Aku mencoba berdiri, tetapi kakiku seperti ada yang memegangnya. Aku coba menenangkan diri, mengatur nafas, mengendalikan otakku. Tercium aroma wangi bunga cempaka demikian tajamnya, aroma mistis. Aku hanya diam, mulutku tidak bisa bersuara. Pasrah.
“Juno…, itu namamu kan.” Katanya. “Juno…, engkau sedang apa?” Katanya lebih lanjut.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Apakah pertanyaan tersebut harus aku jawab, atau aku biarkan saja. Akhirnya dengan keberanian yang aku paksakan, dan setelah rasa takutku bisa ketekan, aku putuskan untuk menjawabnya dan akan kulayani apa keingginannya.
“Seperti yang engkau lihat, aku sedang duduk. Udara di kamar demikian gerahnya, aku kesini sekedar mencari kesejukan.” “Apakah kitab bisa ngobrol?” “Ngobrol? Ngobrol apa?” “Ya…, ngobrol apa saja. Tapi lebih asyik kalau kita ngobrol tentang gadis impianmu. Bukankah engkau berkhayal dapat pacar atau malahan dapat istri yang wajahnya menyerupai Desy Ratnasari atau Bunga Citra Lestari?” “Darimana engkau tahu?” “Hi…, hi…, hi…, ya…, dari foto-foto yang engkau pajang di kamarmu.”
“Siapa dirimu?” Sunyi, tiada jawaban. “Siapa dirimu?” Untuk kedua kalinya aku bertanya. Sunyi, tiada jawaban. “Siapa dirimu?” Kembali, untuk ketiga kalinya aku bertanya. “Hi…, hi…, hi…” Aku kaget mendengar suara ketawanya. “Engkau pasti hantu. Kita berbeda alam. Aku tidak pernah menggangu dan aku berharap engkau pun tidak akan menggangguku.” “Hi…, hi…, hi…, Juno, belum apa-apa engkau sudah berprasangka buruk kepadaku.” “Engkau belum jawab pertanyaanku, siapa dirimu.” “Juno, kalau yang engkau maksud, namaku, sebenarnya engkau sudah mengenalku.” “Engkau itu suka mengada-ngada saja.” “Ya…, betul. Namaku Desy Ratnasari.” “Kembali, engkau suka mengada-ngada.”
“Juno, baiklah, aku akan menatapmu, jangan kaget kalau engkau melihat wajahku.” Hantu itu pun menghadapku. “Astagfirullah,” untuk kedua kali mulutku menyebutkan kalimat tersebut. Betul wajah Desy Ratnasari berada dihadapku. Aku gosok-gosokkan tanganku ke mataku untuk menyakinkan bahwa perempuan yang didepanku adalah Desy Ratnasari. Jantungku berhenti sesaat, kemudian detak jantungku bagai berlari cepat. Dheg… dheg… dheg. Setelah itu aku tidak ingat apa yang terjadi.
“Mas Juno…, Mas Juno…” Lamat lamat mendengar suara memanggilku. Aku buka mataku, terlihat Denok sedang mengoyang-goyangkan badanku. “Mas Juno…, bangun.” Aku lihat disekitarku selain Denok juga beberapa tetangga mengelilingi.” “Mas Juno…, apa yang terjadi?” Aku diam sesaat. Setelah kesadaranku pulih kembali, aku coba menerangkannya.
“Tadi malam setelah nonton sepak bola, hawa di kamar demikian sumuk, makanya aku cari hawa yang sejuk di taman. Tidak terasa aku malahan tertidur.” Sengaja pertemuan dengan hantu Desy Ratnasari tidak aku ceritakan.
“Mas Juno, ketika Denok bangun, kamar Mas Juno terbuka, tapi Mas Juno tidak ada. Denok cari tidak ada. Denok sangat khawatir, makanya Denok minta tolong sama Pak Satpam untuk mencari Mas Juno.” “Mas Juno tidak apa-apa. Hanya ketiduran. Hawa di kamar demikian gerahnya.” “Terus kenapa Mas Juno, menggemgam bunga cempaka?” Tanya Denok. “Mungkin bunga cempaka jatuh tepat di tangan Mas Juno saat Mas Juno tertidur.” Sejatinya aku heran juga. Soalnya bunga tersebut dalam keadaan tergemgam.
0 notes
Text
Hantu Pohon Pisang
Sudah satu bulan ini aku masih diganggu oleh hantu hantu yang ada di rumah ini, lebih tepatnya hantu pohon pisang yang berada di samping rumahku. Mereka sering sekali menampakkan dirinya dengan berbagai bentuk yang kadang membuatku kaget dan takut, aku berusaha mengabaikan mereka semua, namun tetap saja mereka mengangguku, sepertinya mereka tahu kalau aku bisa melihat mereka.
Aku tidak tahu kalau ternyata mereka terus mengangguku sampai sekarang, aku fikir aku diganggu karena aku baru saja membeli rumah baru milik orang lain tapi ternyata mereka terus mengangguku sampai detik ini.
“Pantas saja pemilik rumah sebelumnya menjual rumah ini dengan harga yang murah ternyata karena ini”
Aku memutuskan menghubungi pemilik rumah sebelumnya namun ternyata dia tidak lagi bisa dihubungi, aku yakin pasti dia sudah menganti nomor ponselnya agar tidak bisa lagi aku hubungi. Aku juga yakin kalau dia pasti tau kalau rumah ini berhantu dan pemiliknya pasti diganggu kalau tinggal di sini, namun aku masih berusaha untuk tetap tinggal di rumah ini karena hantu hantu itu tidak memiliki hak untuk tinggal di tempat ini.
Walaupun sering diganggu oleh para hantu aku tetap bertahan tinggal di rumah ini, sebenarnya aku yakin hantu itu berasal dari pohon pisang yang cukup banyak di daerahku ini.
0 notes
Text
Rumah Belanda
Di kota kecil itu, hampir semua orang sudah mengenal cerita tentang rumah tua yang dihuni oleh makhluk halus yang sangat berbahaya. Sejak zaman dahulu kala, rumah tersebut selalu ditinggalkan oleh penduduk setempat karena takut akan kekuatan gaib yang ada di dalamnya.
Kisah menyeramkan tentang rumah itu terus saja bergema hingga zaman modern seperti sekarang. Banyak orang yang mencoba untuk membuktikan keberadaan makhluk halus di dalamnya, namun hasilnya selalu sama, mereka selalu gagal dan bahkan ada yang kehilangan nyawa.
Tidak sedikit orang yang percaya bahwa arwah jahat yang ada di dalam rumah itu adalah sosok pemimpin bengis yang hidup pada zaman kolonial Belanda. Konon, pada masa itu, rumah itu dihuni oleh seorang lelaki keturunan Belanda yang terkenal kejam dan suka melakukan ritual-ritual mistis yang mengerikan.
Menurut desas-desus yang terdengar, bahwa lelaki itu suka mengorbankan warga sekitar untuk menjadi tumbal untuk ritualnya. Entah apa tujuannya, banyak yang berkata bahwa lelaki itu ingin selalu berkuasa.
Beberapa orang di sekitar rumah itu mengaku pernah melihat si pemilik rumah itu melakukan ritual-ritual tersebut di halaman rumahnya, yang diwarnai dengan darah dan bau busuk yang sangat menusuk hidung. Konon, ia memanggil arwah jahat dan mengorbankan hewan-hewan bahkan manusia untuk memenuhi keinginan gaib tersebut.
Namun, cerita yang paling terkenal tentang pemilik rumah itu adalah tragedi kematian yang menimpa dirinya sendiri. Konon, suatu malam, pemilik rumah itu mendengar suara-suara aneh yang berasal dari dalam rumahnya. Ia mulai merasa takut dan panik, lalu berlari ke luar rumah untuk mencari bantuan.
Sayangnya, saat ia berusaha keluar, tiba-tiba sebuah benda yang tidak terlihat menyeretnya masuk ke dalam rumah kembali. Ia berteriak histeris meminta tolong, namun tak ada yang bisa membantu. Tak lama kemudian, suara jeritan dan tangisannya terdengar semakin redup dan akhirnya hilang.
Saat ditemukan keesokan harinya, pemilik rumah itu ditemukan tewas dengan kondisi yang sangat mengerikan. Seluruh tubuhnya terpotong-potong dan tersusun dengan rapi di dalam kamar utama, sementara kepala dan anggota tubuh lainnya ditemukan terpisah di berbagai sudut rumah.
Sejak saat itu, banyak orang yang menganggap bahwa pemilik rumah itu menjadi korban dari makhluk halus yang selama ini diikutinya
Beberapa orang bahkan berani mengaku pernah melihat sosok putih yang menyeramkan di sekitar rumah itu. Ada yang merasa mendengar suara jeritan lelaki, bahkan ada yang merasa ada yang memperhatikan mereka dari balik jendela, dan ada pula yang merasakan hembusan napas dingin di lehernya ketika melewati rumah itu di malam hari.
0 notes
Text
Kejadian Horor Di Pesawat
Saat pesawatku mengudara di malam yang gelap, aku merasa seperti ada yang aneh. Aku tidak bisa menggambarkan rasanya, tapi perasaan itu membuatku merinding. Kemudian, terdengar suara aneh yang berasal dari belakang pesawat. Suara itu sangat aneh dan tidak lazim. Aku mencoba untuk tenang dan berpikir bahwa itu hanya suara angin yang mengalir melalui celah-celah pintu pesawat.
Namun, suasana semakin mencekam ketika tiba-tiba cahaya di dalam pesawat mati. Aku merasa sangat takut dan gelap itu begitu mencekam. Saat itulah aku merasa ada yang duduk di sampingku. Namun, ketika aku melihat ke sekeliling, tidak ada siapa-siapa. Aku terkejut dan takut, tapi aku mencoba untuk mengabaikan perasaan itu.
Tiba-tiba, pesawat terjatuh dengan cepat. Aku merasa seperti ada sesuatu yang menarik pesawat ke bawah. Pesawat itu bergoyang-goyang dan akhirnya pesawat jatuh. Saat pesawat jatuh, aku merasa seperti aku akan mati. Namun, pesawat itu berhasil menghindari bencana dan mendarat dengan aman.
Setelah pesawat mendarat, aku mencoba untuk menanyakan kejadian aneh itu pada para kru penerbangan. Namun, para kru penerbangan nampak seperti tidak mengalami kejadian aneh apapun. Aku merasa sangat takut dan tidak mengerti mengapa mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan.
Saat aku turun dari pesawat, aku melihat seorang wanita yang mengenakan gaun putih berdiri di ujung landasan pacu. Wanita itu memandangku dengan tatapan kosong dan tanpa ekspresi. Aku merasa bahwa wanita itu memiliki sesuatu yang aneh, dan aku tidak ingin mendekatinya. Ketika aku mencari tahu tentang siapa wanita itu, para petugas bandara mengatakan bahwa tidak ada yang melihatnya.
Hingga sekarang, aku masih merasa ketakutan dan tidak tahu mengapa semua kejadian aneh itu terjadi pada pesawatku. Aku tidak tahu apa yang membuat pesawatku menjadi seperti itu dan siapa wanita yang mengenakan gaun putih itu. Aku berharap aku tidak perlu mengalami kejadian yang serupa lagi.
0 notes
Text
Hotel Seram Di Jogja
Aku PIAN lelaki berumur 30 tahun dan temanku ARDI lebih muda dariku 2 tahun. Kami berdua bekerja di perusahaan teknik kelistrikan yang beralamat di kota bandung. Tapi pekerjaanku mobile, sering berpindah pindah kota sesuai dengan orderan client. Kadang kami di jawa tengah, kadang di jawa timur, banten, bahkan pernah hampir setahun kami berpindah pindah kota sekitar pulau sumatera.
“Beep beep” (notifikasi WA) “BOS BESAR” … tulisan yang muncul pada notifikasi WA hapeku. Langsung saja kubuka pesan WA itu. “gak jauh pasti soal pekerjaan” dalam benakku. Bos mengirim detail pekerjaan dan perjalanan dinas luar kota. Setelah membaca dan memahami detail pekerjaan, aku langsung membalas pesan bos “haaaah, mau gimana lagi, tugas negara, baru juga 2 hari di bandung udah berangkat dinas” (sedikit kesal) “nolak ga bisa, Cuma aku dan ardi yang standby” “itung itung nyari pahala aah, bantuin client, kasian ada gangguan kelistrikan. Ga bisa produksi tuh pabriknya”
Tak lama aku telpon partner kerjaku si ardi.. “tuuttuutuut” nada dering telpon. “klek” (suara angkat telpon) “halo, Indonesia negara hukum, assalamualaikum” sapa ardi “jalan jalan nikmatin alam, walaikumsalam.. suka aneh aneh aja kamu diii salamnya” jawab ku “wkwkwkw, biar happy trus suasana hati bang piaan.. ada apa nih nelpon, ada kerjaan dadakan ya” ujar ardi “betul tebakanmu dii, besok kita berangkat ke jogja. Pagi aja yah lewat jalur selatan” kataku “gaaslah, hajar bang… eh eh berapa lama kita dinasnya, mau nyiapin bajunya” kata ardi “kurang lebih seminggu diiii. Besok kita berangkat jam 07 pagi ya dari kantor.. biar santai di jalannya” ujarku “oke siap bang… kadal naik penyu — see youuu” kata ardi Begitulah kira kira ardi, teman ceria suka becanda. Selalu semangat kerja gak pernah ngeluh akan beratnya kerjaan.. Cuma satu, suka emosian kalo jam makannya terlewat.. gampang lapar dia..
Tiba keesokan hari, sesuai janji jam 7 pagi kami bertemu di kantor. Mempersiapkan alat kerja dan kendaraan untuk pekerjaan di Jogjakarta. Perjalanan bandung ke jogja lewat jalur selatan jawa menghabiskan waktu sekitar 10 jam. Memasuki kota jogja, tepat pukul 5 sore. Kami mencari penginapan untuk beristirahat dan sekaligus jadi basecamp kami selama bekerja di jogja. Sudah sering kami ke jogja dan suka ganti ganti hotel agar tidak bosan. Untuk kali ini kami berniat mencari hotel bernuansa alam atau tempo dulu.
Si ardi sudah menemukan hotel yang kami inginkan. Segera ardi melakukan checkin online dan membayar hotel melalui aplikasi berwarna merah. Tak berselang lama kami tiba di hotel tersebut. Tampilan luarnya modern, banyak patung patung. tapi dalamnya bernuansa tempo dulu. bahan kursi meja pintu dipan jendela semuanya kayu jati. banyak tanaman dan di tengah hotel ada gasibu ala jawa kuno. setelah melakukan reservasi kami langsung masuk kamar untuk beristirahat. kamar kami twin bed, dengan dipan kasur berbahan kayu jati.
Aku tiduran di kasur untuk rebahan sejenak, tapi tiba tiba bulu kudukku merinding dan tercium aroma cendana. “dii, kok wangi ya apa cuma penciumanku yang error nih” kataku. “wangi apa, ga ada wangi apa apa” jawab ardi “coba sini ke kasurku, kamu rasain sendiri” kataku “eh iya ya wangi banget, wangi cendana. darimana ni asalnya” ujar ardi kami pun penasaran asal wangi ini dari mana, coba cek bawah kasur tak ada apa apa. aku penasaran ke ukiran dipan kasur, kucoba sentuh ukiran itu. ternyata asalnya dari ukiran ini.
“di coba deh sentuh tuh ukiran, terus coba cium tanganmu” kataku “eh iya bang dari sini asal wanginya, kuat banget wanginya ya” ujar ardi “padahal ini kayu jati ya, kok bisa wangi cendana gini sih!!! yudah deh biarin aja, aku mau tiduran sebentar, capek banget badanku” kataku “iya bang sok istirahat” jawab ardi
Aku pun ketiduran hingga bada isya. sekitar jam 8 malam aku bangun dan mandi. terasa lapar perutku, kuajak ardi makan malam. eh dia malah udah makan duluan. dasar si ardi memang kalo soal makan selalu nomer 1, sampe aku di tinggal ga dibangunin. kata dia kasian aku kelelahan ga tega banguninnya. aku pun langsung keluar mencari makan, meninggalkan ardi sendirian yang asik bermain PUBG di atas kasur.
setelah makan nasgor pedes, aku santai sejenak sambil ngerokok. duduk di pinggir jalan sebelah gerobak mas nasgor. dari arah hotel kulihat ardi berlari, sedikit heran. kenapa tuh anak lari lari, kayak orang gila. “heh kenapa kamu lari gitu, pucat gitu mukamu juga. kenapa kenapa?” ujarku “anjiing, gebleg, (menghela nafas dia).. pocong bang. pocong” jawab dia “hah, pocong dimana, jangan sembarangan kamu diii” kataku “di kamar hotel bang, pas aku lagi main game. seram nih hotel” kata dia
ardi bercerita kalo dia di gangguin pocong. saat rebahan dia mencium aroma busuk, bulu kuduk ardi merinding. penasaran ardi, bau busuk itu asalnya darimana? mencobalah dia melihat ke arah bawah kasur. ardi kaget setangah mati. dia melihat sosok pocong tidur tepat di bawah kasur. panik sampe terjatuh dari kasur. tanpa pikir panjang dia berlari keluar kamar dan nyamperin aku.
“salah lihat mungkin kmu diii” kataku mencoba menenangkan ardi “anjing salah lihat gmna, jelas banget itu pocong bang” jawab dia “y udah yuk ke kamar lagi, kita lihat ada pocong gak. mungkin yang kamu lihat guling jatuh mungkin. faktor kelelahan jadi halu kamunya” santai aku berkata
ke kamar hotel kami, dan jelas ga ada pocong. kami lihat ke arah bawah kasur masing2, kosong tidak ada barang atau sesuatu di bawah kasur. sedikit tenang ardi ku lihat, tidak sepucat tadi mukanya. tak berselang lama pun ardi ketiduran. tinggal aku sendiri sambil main hape menunggu ngantuk datang. “halu emang si ardi, gara gara capek jadi berfikiran aneh aneh” ujarku
sudah mulai ngantuk mata, akhirnya kuletakan hape, lalu kutarik selimut untuk tidur. sedikit mulai lelap aku pun sadr lagi,terkejut ketika ku mencium aroma wangi cendana tercium. “anjiir, kecium lagi wangi itu” ujarku. penasaran kusentuh ukiran dipan di atas kepala. kucium tapi tidak ada aroma yang kuat seperti tadi sore. sontak aku teringat kejadian ardi tadi yang ada pocong di bawah kasur. bulu kudukku merinding kuat. sedikit gemetar kucoba untuk melihat ke bawah kasur. pelan pelan kulihat, huuuffft untung ga ada apa apa. hilanglah gemetaran di badan.
Tapi setelah hembuskan nafas panjang, tiba tiba ada yang menyentuh pundak. badanku gemetar hebat. bagaimana gak gemetaran, siapa yang megang pundak. di kamar hanya kami berdua, posisi ardi tepat di depanku tertidur pulaasss. lalu siapa yang menyentuh pundakku. melirik sedikit ke arah pundak, semakin kencang gemetar badanku. tangan putih dan aroma tangannya wangi cendana. kuberanikan diri untuk melihat ke belakang. (ketawa kecil setan cewek berpakaian cina) “astagfirullah!!!!” teriak aku sosok wanita bermuka putih pucat, rambut lurus panjang. matanya terlepas dua duanya. setelah berteriak, aku pun tak sadarkan diri. pingsan hingga pagi hari.
“bang bang, bangun. ngapain tidur di bawah” kata ardi heran posisi tidur ku di lantai “anjiiirr. digangguin setan gua semalam dii.. bener katamu hotel ini serem” ujarku “waah seriuus, tuh kan bener. horor nih hotel!! cabut aja kita bang. ga usah stay disini lagi” kata ardi “iyalah cabut aja kita, sampe pingsan aku semalam digangguin setan” jawabku
sejak kejadian itu. aku dan ardi gak pernah menginap disana jika ada kerjaan di jogja..
0 notes
Text
Lembang Bandung Ketika Bergenderuwo
Ayu adalah ibu rumah tangga yang mememiliki 2 anak yang ceria dan lincah. Seperti umumnya ibu rumah tangga, ayu hanya mengurus anak anak, suami dan pekerjaan rumah. Rumah ayu di daerah sekitar lembang bandung. Tak cukup luas, ada halaman kecil di depan rumah. Beberapa tanaman hias mengisi ruang halaman. Rumah ayu di ujung jalan buntu bersebelahan dengan tanah kosong. Tanah kosong yang dipenuhi dengan bambu bambu yang banyak, tinggi tinggi pula. Ada dua makam tua di lahan kosong itu. Menurut warga setempat tanah kosong itu angker. Ayu dan ryan tak begitu menghiraukan gosip tetangga tersebut.
“assalamualikum” salam ryan yang baru pulang dari kantornya “waalaikumsalam” jawab ayu “de, aa lusa berangkat luar kota ya. Seminggu kemungkinan kerjanya” kata ryan “oh ya atuh, biar ade siapin baju bajunya besok” balas ayu Ya begitulah kerjaan ryan, sering keluar kota. Ayu dan anak anak sering ditinggal kerja selama berminggu minggu. Sedikit cemas ayu, karna orangnya penakut. Daerah atas gunung kalo sudah jam 9 malam tuh sepiiii banget. Sedikit warga yang berlalu lalang kalo sudah malam. Apalagi rumah ayu ujung jalan, sangat hening sekali.
Hari kamis tepatnya, ryan berangkat luar kota. Semakin hening kondisi rumah ketika ryan tidak ada. Biasanya kalo malam tv berisik karena ryan hobi menonton film dan serial netflix. Sekitar jam 10 malam, anak anak ayu sudah tertidur pulas. Ayu tutup semua gorden jendela, mengunci pintu pagar dan pintu rumah. Mencoba untuk ikut tidur di sebelah anak anak, tapi sangat sulit untuk memejamkan mata. Ayu merasa sangat gerah, hawanya sangat panas di dalam rumah. Saking panasnya ayu pun menyalakan kipas angin. Tak begitu membantu ternyata kipas angin, sampai kehausan ayu dengan kondisi panas ini.
“kok gerah banget sih ini” kesal ayu. Sambil berjalan ke arah dapur untuk minum air putih. “jarang jarang panas gini cuaca, padahal di atas gunung. Kok bisa sepanas ini yaa” gumam ayu.
“duaaaak” (suara genting atap ketiban batu besar)
Ayu pun terkejut dengan suara itu. Langsung panik berlari ke arah kamar tidur tanpa mematikan lampu dapur. Peluk anak anak karena saking panik dan takutnya. Gemetar seluruh tubuh, terasa dingin kedua tangan ayu.
“astagfirullah astagfirullah” ucap ayu “suara apaan tuh yaa, kok ngeri gini suasana rumah” dalam benak ayu
Ayu mengambil hapenya untuk menghubungi ryan, untuk sekedar menemani karena suasana rumah terasa mencekam. Tetapi ryan tak menjawab telpon. Ayu mencoba tenang, membaca beberapa doa doa. Sembari membaca doa ayu pun tertidur.
Beberapa menit dari tidur pulasnya. Ayu merasakan gerah kembali. Setengah sadar dia bangun dan membuka bajunya agar gerah yang dirasakan memudar.
“de de” ayu mendengar suara ryan memanggil. Setengah ngantuk ayu pun menjawab “iya a” jawab ayu sambil tiduran di atas kasur “de, aa pengen lah. Udah semingguan kita gak begituan” kata ryan “atuuh a, ade ngantuk” kata ayu yang masih tiduran dengan setengah telanjang “bentar doang de” kata ryan “sok atuh sini aa nya” ujar ayu. Meraih tangan ryan untuk mengajak bers*nggama
0 notes
Text
Mimpi Buruk
Malam itu aku sedang berada di belakang halaman rumahku dan tiada angin dan hujan, tiba-tiba suasana hatiku menjadi tidak enak, dan aku selalu merasa ada “seseorang” yang selalu mengamatiku secara diam-diam. Awalnya aku mencoba untuk mengabaikan hal itu, mungkin hanya perasaan dan halusinasi semata saja, tetapi lama-kelamaan, tidak tahu kenapa walaupun aku sudah mencoba sebisa mungkin untuk mengabaikannya, hatiku pun tetap gelisah dan perasaanku juga semakin tidak enak dan aku semakin memikirkan hal itu.
Karena suasana hatiku semakin tidak enak maka aku memutuskan untuk kembali ke rumahku. dan saat aku ingin membalikkan badanku belakang, terdapat suara di sekitar semak-semak yang ada di belakang halaman rumahku, awalnya aku tidak ingin menggubris. Tetapi, lama-lama suara itu semakin terdengar nyaring.
Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan mendekati semak-semak tersebut dan benar saja, muncullah hantu tanpa muka, wajahnya sudah hancur dan tangannya buntung. Aku lari sekencang mungkin menuju ke rumahku dan menutup serta mengunci pintu rumahku.
0 notes
Text
Terpaan Angin Senja
Di bawah langit jingga yang mulai menggelap, sesosok pria muda dengan setelan jas hitamnya berdiri di depan sebuah patung pahlawan berkuda yang kusam. Mawar merah layu di tangan kanannya, ia menengadah memandang patung pahlawan berkuda.
“Aku sudah terlambat” Ujarnya sambil memegang erat sekuntum mawar merah di tangannya. Ia mulai berjalan, memasuki jalan yang sempit di sebuah gang yang sepi, banyak sampah berserakan, bagai tempat itu bukanlah tempat untuk manusia.
Langkah kakinya terhenti, di depan sebuah rumah yang sudah ditinggalkan. Ia berdiri di hadapan rumah itu dengan tatapan kosong mengarah langsung ke salah satu jendela ia tersenyum tipis sambil melangkah menuju pintu rumah..
Pintu berderit. Ia masuk kedalam. Sebuah rumah kosong yang penuh dengan debu. Ada jejak kaki yang masih baru menuju lantai dua. Pemuda itu menginjakkan kakinya ke tangga menuju lantai dua, ruangan dari jendela yang ditatapnya dari luar.
“hoooh, maafkan aku, kau menunggu lama~”
Sebuah kepala manusia tergeletak di lantai, kepala seorang anak perempuan berusia 7 tahun bersimbah darah segar. Pemuda itu mendekat, ia menaruh mawar merah yang digenggamnya di hadapan kepala utuh itu. seketika, angin kencang menerpa jendela, tirai berterbangan, begitu juga dengan debu ruangan yang menempel di mana-mana. Secercah cahaya jingga muncul bersamaan dengan terpaan angin. Makin membesar, makin membesar, angin senja yang mengubah secercah cahaya jingga menjadi kobaran merah jingga yang meluap-luap seakan menelan rumah terbengkalai itu.
“Selamat tinggal, kau pasti tidak akan kedinginan lagi”
0 notes
Text
Lelaki Berjubah Coklat
Raja mengambil kotak amal yang ada di sudut kelas. Entah siapa yang meletakkan benda tersebut di kelasnya, yang pasti perbuatan ini tak bisa dimaafkan. Apalagi melihat isi di dalamnya sudah kosong melompong.
Sejak hari Jumat lalu, ketika tugas mengutip uang sumbangan yang dilakukan oleh pihak OSIM Ubudiyah sedang berjalan. Damar, partner kerjanya teledor menaruh kotak itu sembarangan. Alhasil, benda itu hilang dari permukaan.
Karena kejadian itu, para OSIM mulai melakukan penyelidikan massal ke seluruh penjuru sekolah. Setiap hari ada saja pengecekan atau sitaan barang-barang secara mendadak. Uang yang hilang jumlahnya sangatlah besar, biasa digunakan untuk sumbangan ke anak yatim, pembangunan mesjid atau bencana alam. Jadi tak heran jika pihak yang bertanggung jawab memegang uang tersebut merasa kalang-kabut.
Sekitar Senin dini hari, saat jam pulang sekolah berbunyi. Tiba-tiba kotak tersebut muncul di kelas 11 IPS. Perwakilan tiga orang Osim pun datang ke sana untuk memeriksa. Dan benar, kotak itu tergeletak rapi di samping rak buku.
“Kurang ajar banget sih, berani sekali dia ngambil kotak ini.” ucap Kina, seorang wakil Ubudiyah. “Kamu bawa ini ke ruang Osim, Kin. Kita harus cari uang itu secepatnya karena bisa jadi orang yang ngambil itu masih menyimpan uangnya.” Raja menyerahkan kotak itu kepada Kina lalu beralih menatap Anas, Sang ketua Ubudiyah. “Kamu benar. Sebelum uang itu habis terpakai oleh si pencuri kita harus bertindak cepat. Jadi, apa yang harus kami lakukan?” “Kita akan mengadakan penggeledahan nanti malam. Kalian tolong umumkan kepada yang lain. Dan kalau bisa kita gunakan sumpah Qur’an jaga-jaga jika ada yang berbohong.” “Baiklah, Raja. Kami pamit dulu.”
Kina dan Anas pun keluar dari kelas. Setelah mereka hilang dari pandangan, Raja pun mendudukkan tubuhnya ke kursi. Memikirkan hal yang baru saja terjadi membuatnya tertekan. Beban yang harus dipikulnya bertambah lagi, belum lagi Minggu depan ia harus rapat untuk mendiskusikan acara tahunan sekolah.
Kelas sudah sepi, daripada berlarut-larut berdiam diri di tempat itu yang akan menambah kunang-kunang kepalanya lebih baik Raja bergegas pulang ke asrama. Mencharger diri sebelum bertugas nanti malam.
—
Sesi zikir bersama telah selesai. Anas pun mengambil alih mic yang di pegang oleh kakak kelas yang memimpin bacaan zikir tadi. Dan berlanjut dengan memberitahukan tentang rencana mereka sebelumnya. Jadi, tidak ada yang boleh balik ke asrama terlebih dahulu baik laki-laki maupun perempuan yang hadir di mushala tersebut.
“Untuk menghindari terjadinya pembohongan maka kami akan menggunakan cara sumpah Qur’an. Harap bagi kalian untuk maju ke depan masing-masing lima orang setelah selesai bersumpah maka diperbolehkan untuk kembali ke asrama supaya tidak terlalu lama berkabung di mushala sampai tengah malam nanti.”
0 notes
Text
Tok Tok Tok
Setelah dua mingguan akhirnya pertanyaan yang sering membuatku terganggu itu terjawab. Aku selalu penasaran kenapa beberapa tetangga bertanya, apakah benar aku tinggal di rumah kontrakan nomor tiga di blok M. Pertanyaan itu selalu mengganggu karena saat aku menanyakan apakah ada yang salah dengan rumah kontrakan tersebut, mereka langsung mengalihkan topik pembicaraan.
Tepat pukul dua dini hari, suara ketukan keras dengan tempo lambat dari teras depan kembali terdengar. Hal itu terus berlangsung selama beberapa hari terakhir. Awalnya aku berpikir mungkin cuma ranting pohon yang tertiup angin dan mengenai jendela.
Esok paginya aku memangkas ranting pohon di dekat jendela. Awalnya hanya kubiarkan meski agak mengganggu, karena kesibukan kerja dan alasan lainnya.
“Tok … tok … tok.”
Lagi-lagi aku terbangun karena suara ketukan, bedanya kali giliran pintu yang diketuk-ketuk. Aku mencoba mengabaikannya, tapi berakhir mengantuk seharian di tempat kerja. Beruntung tidak sampai mengganggu pekerjaan.
Sialnya hal itu terus berlangsung sampai hari ini. Hampir genap sebulan malam-malamku selalu diganggu oleh suara ketukan pintu, kaca jendela dan kadang ketukan di dinding. Pernah beberapa kali aku mengintip dari jendela, tapi ketukan itu selalu terhenti saat aku kurang beberapa langkah dari pintu dan tidak ada siapa pun di luar sana.
“Lesu bener Yon, kurang-kurangin begadangnya, tuh mata udah kayak panda,” tegur salah satu temanku di sela waktu istirahat kerja. “Kamu ada info rumah kontrakan kosong nggak Ed?” timpalku. “Lah udah mau pindah lagi, padahal enak loh kontrakanmu yang sekarang. Udah deket tempat kerja, halaman juga luas. Nggak ada yang aneh-aneh, kan?” “Nggak yakin sih, tapi sebulanan ini tiap jam dua dini hari aku terus-terusan kebangun gegara ada yang ketuk-ketuk nggak jelas dari luar. Anehnya tetangga sebelah nggak ada denger apa-apa dan tiap kutengok juga nggak ada siapa-siapa.” “Terus, kamu pernah sampai bukain pintu nggak?” tanya Ed dengan raut muka agak khawatir. “Iya, semalem karena udah saking keselnya aku nekat keluar sih, tapi sama aja nggak ada siapa-siapa.”
Mendengar jawabanku Ed menepuk jidat lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Itu adalah gestur khasnya saat ada sesuatu yang salah. Aku belum sempat bertanya sebenarnya ada apa, karena waktu istirahat sudah berakhir dan kami kembali ke tempat pekerjaan masing-masing.
—
“Baru pulang kerja, Bang?” sapa seorang tetangga yang tinggal di depan rumah ketika aku turun dari motor. “Iya nih, Bu,” timpalku sekenanya. “Nggak ada yang aneh-aneh kan Bang di kontrakan?” “Aneh-aneh gimana, Bu?” jawabku sambil mengernyitkan dahi. “Udah dari dulu, yang ngontrak di situ pasti nggak pernah betah. Baru Abang doang nih yang sebulan lebih belum pindah, biasanya paling lama dua atau tiga mingguan.”
0 notes
Text
Hantu Pohon Pisang
Sudah satu bulan ini aku masih diganggu oleh hantu hantu yang ada di rumah ini, lebih tepatnya hantu pohon pisang yang berada di samping rumahku. Mereka sering sekali menampakkan dirinya dengan berbagai bentuk yang kadang membuatku kaget dan takut, aku berusaha mengabaikan mereka semua, namun tetap saja mereka mengangguku, sepertinya mereka tahu kalau aku bisa melihat mereka.
Aku tidak tahu kalau ternyata mereka terus mengangguku sampai sekarang, aku fikir aku diganggu karena aku baru saja membeli rumah baru milik orang lain tapi ternyata mereka terus mengangguku sampai detik ini.
“Pantas saja pemilik rumah sebelumnya menjual rumah ini dengan harga yang murah ternyata karena ini” Aku memutuskan menghubungi pemilik rumah sebelumnya namun ternyata dia tidak lagi bisa dihubungi, aku yakin pasti dia sudah menganti nomor ponselnya agar tidak bisa lagi aku hubungi. Aku juga yakin kalau dia pasti tau kalau rumah ini berhantu dan pemiliknya pasti diganggu kalau tinggal di sini, namun aku masih berusaha untuk tetap tinggal di rumah ini karena hantu hantu itu tidak memiliki hak untuk tinggal di tempat ini.
Walaupun sering diganggu oleh para hantu aku tetap bertahan tinggal di rumah ini, sebenarnya aku yakin hantu itu berasal dari pohon pisang yang cukup banyak di daerahku ini.
0 notes
Text
Hantu Penunggu Cemara
Seorang perempuan bernama Tiara menulis di blog pribadinya tentang pengalaman bertemu hantu saat duduk di bangku SMA.
Saat itu, Tiara dan kedua temannya sedang asyik bermain di lapangan voli seberang masjid dekat rumahnya.
Sepintas, peristiwa tersebut adalah kejadian biasa.
Namun, ketiga anak tersebut memilih waktu bermain yang salah, yakni tepat saat azan Isya berkumandang.
Kebetulan di sebelah lapangan voli ada sebuah sungai yang di dekatnya terdapat dua pohon cemara.
Kemudian, mereka memutuskan untuk bermain di pinggir pohon tersebut.
Tiba-tiba saja, salah satu seorang dari mereka ingin buang air besar.
Teman Tiara menakut-nakutinya jika bakal ada hantu yang mengikutinya.
Siapa sangka, ternyata ada sosok hitam di salah satu pohon cemara.
Ketiganya langsung lari terbirit-birit ke masjid dan pergi ke tempat wudu.
Namun, ketika mereka hendak mengambil air wudu, atap seng berbunyi, “Glodak!”
Mereka pun mengurungkan niat mereka dan langsung memasuki masjid untuk ikut jemaah lain yang sedang sujud.
0 notes
Text
Petualangan di Hutan Terlarang
“Apakah kita boleh memasuki hutan ini?” tanya Gadis kepada kelompoknya.
“Hanya jika kita bisa menemukan sesuatu yang menarik di dalamnya,” jawab Septian dengan penuh semangat.
Mereka berlima memasuki hutan yang angker dan konon dihuni oleh makhluk halus. Ketika matahari mulai tenggelam, mereka mendengar suara-suara aneh yang datang dari dalam hutan.
“Tian, aku merasa tidak enak di sini. Kita harus segera pulang,” kata Shafira dengan wajah pucat.
Namun, mereka tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang. Suara-suara aneh makin dekat, dan bayangan-bayangan gelap mulai muncul di antara pepohonan yang rimbun.
Hingga saat ini, kelima orang tersebut tak pernah terlihat batang hidungnya.
0 notes
Text
Rahasia Tersembunyi di Perpustakaan
Ketika mengerjakan proyek kelompok di perpustakaan sekolah, Alya dan Hani menemukan buku kuno yang terselip di antara rak-rak buku tua.
“Ini sepertinya buku yang sangat tua,” ucap Alya sambil membuka halaman demi halaman.
Namun, setelah membuka buku itu, suasana di sekitar mereka menjadi dingin. Mereka mendengar suara bisikan lembut dan aneh yang datang dari buku tersebut. Saat mereka berusaha meletakkan buku itu kembali, buku itu malah menempel pada tangan mereka dan tidak bisa dilepaskan.
“Apa yang terjadi, Al?” tanya Hani dengan gemetar.
“Mereka tidak akan pernah pergi,” bisikan lembut terdengar dari buku itu.
Saat mereka mencoba lari, buku itu mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi di perpustakaan itu, sementara suara bisikan makin keras dan menyeramkan.
Mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk membuang buku tersebut.
Sayangnya, semua yang mereka lakukan berakhir sia-sia.
Makhluk halus yang keluar dari buku kuno tersebut terus menghantui Alya dan Hani ke manapun mereka pergi.
Bahkan, Alya dan Hani harus mendapatkan pengalaman yang di luar nalar mereka.
Suatu hari, Alya harus dihadapkan kenyataan pahit bahwa ia tersedot ke dalam buku kuno tanpa bisa kembali ke kehidupan nyatanya.
Sementara Hani terus menerus berteriak hingga harus tinggal di rumah sakit jiwa dalam waktu yang lama.
0 notes
Text
Ciluk Ba!
Aku dan ibuku memang sangat dekat.
Sayangnya, aku harus berpisah dengan ibu karena sebuah tragedi.
Ibuku selalu masuk ke kamar tidurku tanpa tahu aku ada di belakangnya.
Dengan jahilnya, aku berteriak “Ciluk ba!”.
Lalu, ia akan menjerit dan pergi ke luar kamar saking kagetnya.
Aku sering melakukan ini kepada ibu.
Namun, kali ini, saat aku melakukannya, ibuku malah pingsan.
Aku rasa hal tersebut akan lebih seru jika aku masih hidup.
Aku rindu ibu!
0 notes
Text
Tiga Hari yang Lalu
Beberapa bulan ke belakang, aku merasa sulit tidur.
Tetangga di samping rumah kerap mengadakan acara pesta bersama selingkuhannya.
Padahal, aku sudah menegurnya berkali-kali agar tidak mengeluarkan suara keras, tetapi wanita itu acuh tak acuh.
Anehnya, minggu ini, aku bisa tidur lebih puas setelah aku menancapkan pisau tajam tepat di dada wanita tersebut.
0 notes
Text
Kisah Seram Penumpang
Seorang pria mengendarai kendaraannya larut malam saat ia melihat seorang gadis meminta tumpangan.
Pria itu memberikan tumpangan kepadanya dan mereka memulai obrolan yang menarik.
Tak lama, ia menurunkan gadis itu di rumahnya.
Keesokan hari, pria itu tak sengaja melihat sweater milik sang gadis tertinggal di jok mobilnya.
Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah si gadis untuk mengembalikan sweater tersebut.
Ketika membunyikan bel, seorang wanita tua membuka pintu.
Sang pria menceritakan kejadian tadi malam dan memberikan sweater kepada wanita tua.
Wanita tua itu menolak dan mendadak terlihat muram.
Pria tersebut menanyakan kembali soal wanita yang diberi tumpangan tadi malam.
Dia kaget saat si wanita tua mengatakan bahwa sweater yang tertinggal di mobil sang pria adalah milik putrinya yang meninggal dalam kecelakaan mobil beberapa tahun yang lalu.
0 notes