#Transportasi paling cepat dari Osaka ke Nara dengan JR Pass
Explore tagged Tumblr posts
Text
Traveling sendirian itu membutuhkan keberanian, keberanian membunuh rasa sepi. Keberanian untuk foto sendirian tanpa harus peduli diliatin orang, keberanian untuk makan sendirian tanpa harus merasa nelongso, keberanian untuk nyasar sendirian tanpa harus merasa seperti bocah yang terhilang. Dari keberanian tersebut kamu belajar banyak hal, belajar untuk “say hello” dan berkenalan dengan strangers, belajar untuk merasa nyaman melakukan hobby yang kamu suka sendirian, belajar menghilangkan rasa takut dan menikmati tersesat di negeri orang. Ga peduli nyasarnya di Wakanda Utara sekalipun, kamu akan beradaptasi dan belajar untuk survive.
Kita tak akan selalu punya teman untuk diajak Traveling, apalagi ke luar negeri. Ada kalanya mereka tidak bisa holiday bareng kita dikarenakan berbagai alasan. Mulai dari pekerjaan yang sulit untuk ditinggalkan, waktu cuti dan libur yang berbeda, urusan keluarga yang lebih mendesak, ataupun karena budget terbatas yang lebih dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pas teman kita ada waktu dan uang, eh tempat yang pingin didatengin beda. Dia maunya ke Hongkong, saya maunya ke Jepang. Ga ketemu. Percayalah jika kamu hanya traveling kalo pas ada temen yang bisa diajak bareng, maka kamu ga bakal pergi kemana-mana. Kamu akan menunggu dalam keabadian.
That’s why you need to be brave, lonely traveler isn’t as bad as you think. Jangan pernah menunggu bila temenmu ga bisa ikut, yakinlah bahwa traveling sendirian itu gak seseram yang kamu bayangkan. You will never be alone even when you’re alone. Kamu bakal banyak ketemu temen baru dijalan, akan selalu ada orang yang ngajak kamu ngobrol. Bakal banyak petualangan seru yang tak terduga menghampirimu. Ga peduli se-introvert apa kamu, malu malu tai kucing-mu akan belajar beradaptasi dengan lingkungan disekitarmu. Melihat pemandangan baru yang belum pernah kamu lihat sebelumnya, mencoba cita rasa makanan lokal, bahkan berkenalan dengan gebetan baru! *unch
Kamu bebas melakukan apa yang kamu mau tanpa harus mikirin temenmu maunya kemana, makan apa, pose gaya apa, kentut dimana, you can do all the things you want! that’s what i call freedom. Meskipun kamu cewe, kamu bisa kok traveling sendiri dan belajar untuk lebih percaya diri. Kalo kamu masi rada keder, cobalah untuk traveling ke negara maju terlebih dahulu. Negara yang tingkat kriminalitasnya rendah, jangan langsung ke Somalia. Contohnya yang paling deket dulu deh, Jepang. Berdasarkan Global Peace index dari Institute for Economics and Peace (IEP) data terbaru tahun 2017, Jepang berada di peringkat 10 negara teraman didunia, tertinggi di Asia. Negara teraman di dunia jatuh ke tangan Iceland, sementara negara yang paling bikin “dag dig dug dhuerrr” di peringkat 163, paling buncit adalah Syria.
Bagaimana dengan negara kita? Indonesia berada di peringkat 52. Not good yet not too bad for us. Di Jakarta terjadi satu tindak kriminal setiap sepuluh menit. Preman bisa menodong dan menjambret kapan saja, petunjuk arah dan waktu ngetem bus serba ga jelas, copet menyamar di tiap terminal, pengamen “memaksa” minta jatah kalo dikasi receh mlengos ga dikasi ngamuk, lengkap dengan abang-abang yang demen ngeliatin cewe bening lewat sambil di cicit cuitin, ditambah lagi dengan trotoar yang diokupasi oleh PKL membuat kita melipir ke badan jalan dan siap diseruduk odong-odong dari belakang. Kita sudah terbiasa dengan ketidakamanan di negeri sendiri jadi apa yang harus ditakutkan saat traveling di negeri orang? Kita malah merasa diatas angin saat traveling ke negara yang lebih maju, kondisi serem di negeri sendiri membuat kita setronggg. Kita jadi sangat menikmati infrastruktur, fasilitas dan transportasi publik yang nyaman dan serba tepat waktu. Kalo buat cewe ada nilai plus tersendiri, kamu bisa bebas jalan-jalan dengan tank top dan hot pants sexy-mu tanpa harus khawatir dipelototin dengan aneh. Asal ga pas Winter aja pake tank top dengan belahan dada mencolotnya.
”That somewhere out there, a rainbow will shine on me”
Di siang yang cerah itu, saya melanjutkan perjalanan dengan Aping dari Osaka menuju ke Nara. Kalian bisa baca petualangan saya sebelumnya di Jepang melalui link ini Japan Blog Story Personil band wrong erection akhirnya bubar. Teman saya satu lagi yang bernama Yan, sehari sebelumnya udah balik duluan ke Jakarta. Waktu cuti yang terbatas membuatnya hanya bisa stay 5 hari di Jepang. Sementara Aping, mulai terlihat kelelahan mengikuti ritme perjalanan saya, dia tertidur pulas di kereta dalam perjalanan kami menuju ke Nara. Bukannya saya terburu-buru harus kesusu ke banyak tempat, melainkan ingin memaksimalkan JR pass yang masa berlakunya cuma 7 hari. Jadi sebisa mungkin Tokyo-Kyoto-Osaka-Nara bisa kita selesaikan dalam satu minggu.
Transportasi paling cepat dari Osaka menuju Nara jika kamu memiliki JR Pass
Jika kamu memiliki JR Pass, pilihan tercepat dan terbaik untuk sampai ke Nara adalah dengan menggunakan jalur JR Yamatoji Rapid Line dari Tennoji Station ke Nara Station. Semua sudah tercover oleh JR Pass tanpa biaya tambahan apapun. Yamatoji Rapid service ini dioperasikan setiap 15-20 menit, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Jumlah kereta ekspres ini tak terbatas ke Nara, jadi kamu ga perlu khawatir ketinggalan kereta, karena kalo kelewatan pun 20 menit kemudian akan selalu ada kereta lainnya yang siap mengantarkanmu. The best choice if you had JR Pass! Setelah sampai di JR Nara Station, kamu bisa berjalan kaki sekitar 20 menit untuk sampai ke Nara Park atau naik City Loop Line Bus #2 (bus warna kuning) dari halte bus 2 di terminal Bus sebelah East Exit JR Nara Station, tarif busnya 210 Yen | Rp. 27,000.
Map Picture courtesy by JPrail.com
Transportasi paling cepat dan murah dari Osaka menuju Nara jika kamu TIDAK punya JR Pass
Jika kamu tidak memiliki JR Pass, cara paling cepat dan murah adalah dengan naik Kintetsu Line dari Osaka-Namba station. Cukup dengan satu kereta, ga perlu pindah-pindah lagi, Kintetsu Nara line akan membawamu langsung sampai ke Nara. Kamu bisa menggunakan 2 kereta di jalur Kintetsu Nara ini, yang pertama dengan naik kereta Limited Express, perjalanan ke Nara dapat ditempuh hanya dengan 30 menit, tarifnya 1020 Yen | Rp. 130,000. Pilihan kedua dengan naik kereta Rapid Express, perjalanan memakan waktu sedikit lebih lama yaitu 40 menit, tapi dengan tarif yang jauh lebih murah yaitu 560 Yen | Rp. 72,000. Selain itu, dengan jalur ini maka kamu akan berhenti di Kintetsu Nara Station, posisinya lebih dekat dengan Nara Park. Tinggal jalan 5 menit sampe deh di Nara Park dibandingkan dari Nara station yang membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai ke Nara Park. Kereta Api Kintetsu Line ini tidak ter-cover oleh JR Pass.
Salah satu tempat paling populer disini adalah Nara Park. Sebuah taman super gede seluas 660 hektar dengan lebar 4 x 2 kilometer, yang terletak di kaki Gunung Wakakusa, dari namanya kayaknya gunung ini terinspirasi dari kata Wakaka. Taman tertua dan terbesar di Nara yang dulunya merupakan ibu kota Jepang dan masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Yang membuat taman ini unik adalah banyaknya rusa-rusa yang bebas berkeliaran di jalanan dan melebur menjadi satu dengan kehidupan warga sekitar.
Dalam keyakinan Shinto, rusa adalah utusan para dewa. Menurut legenda setempat, Dewa menjelma menjadi rusa putih untuk melindungi kota ini. Oleh karena itu kurang lebih 1200 rusa yang ada di Nara menjadi simbol kota dan ditetapkan sebagai national treasure. Karena kepercayaan dan cerita rakyat ini, rusa putih dianggap sebagai hewan sakral yang pantang untuk dibunuh apalagi dimakan. Inilah mengapa rusa-rusa diperbolehkan berkeliaran di jalanan dan bebas nangkring di mana aja dia mau, di depan toko, di kuil, ataupun di cafe sambil nyeruput kopi panas, such a big boss!
Yang kerennya lagi, Pemerintah setempat sampe buatin zebra cross khusus rusa, dengan berbagai plank peringatan yang jelas “hati-hati banyak rusa lewat”. Jadi setiap rusa nyebrang jalan, mobil otomatis berhenti dan membiarkan mereka fashion show terlebih dahulu. Hal inilah yang membuat rusa-rusa disini jadi jinak dan ga takut sama sekali ngeliat manusia. Rusa sudah seperti sahabat manusia di Nara. Sahabat yang memberikan warna pelangi tersendiri bagi kehidupan warga setempat. Bahkan hewan pun tau kalo ada yang sayang sama mereka, mereka bakal sayang balik, ga seperti jatuh cinta sendirian *suasana mendadak galau.
Even the deer was afraid and bow down to see this mafia boss
Nara Park ini buka setiap hari dan gratis buat siapa saja. Kamu bebas berfoto selfie dan ngeceng bareng rusa-rusa kekinian. Kamu juga bisa membeli biscuit cracker untuk dikasi makan rusa dari mamang mamang pinggiran yang bertebaran di tiap sudut taman. Satu ikat biscuit cracker berisi 10 pcs dengan harga 150 yen | Rp. 20,000. Begitu kamu megang cracker ini, Rusa akan tunduk dan ngintilin kemana aja kamu pergi. Keren kan!
Biscuit Cracker is the secret code to make every deer come to you. They can be a little excited and annoying at the same time. This cool experience makes me feel alive!
Berinteraksi dengan mereka seru-seru ngeselin. Mungkin dari foto diatas saya terlihat seperti penggembala rusa. Namun ada cerita lucu dibalik itu, there’s always an awkward moment behind the scene. Setelah membeli biscuit crackers, saya ke tengah taman agar rusa berbondong-bondong datang ke arah saya. Dengan maksud agar hasil fotonya nanti bakal epic dan SWAG abis. Kemudian saya mulai memecahkan crackers jadi potongan kecil, sementara Aping saya tugaskan untuk memegang iPhone dan mulai menjepret saya dari berbagai sudut. Salah satu kenikmatan dari jalan-jalan bareng temen adalah akan selalu ada asisten buat motoin.
Nah saat saya tengah membagi-bagikan crackers, sambil sesekali ngerjain rusa-rusa ini dengan pura pura ngasih trus biskuit nya saya angkat lagi tinggi-tinggi. Seakan-akan tindakan saya seperti berkata,
“Ga jadi wek, mau ape loe?”
Ada beberapa rusa yang mulai ngelus ngelus kaki saya saat itu, sayapun merasa keren. Rusa yang lainnya mulai agresif mengeluskan kepalanya sampai bokong saya, seakan menuntut untuk segera saya kasi makan. Kalo saya bisa ngomong sama mereka mungkin saya akan berkata,
“Maaf saya bukan mbahmu, saya ga bisa netein, cuma mau numpang pose cool doang”.
Makin lama rusa-rusa ini makin banyak berebutan mengerubungi saya, ga bisa kan saya bilang “ayooo dekk antri yang rapi, baris satu satu, semua kebagian”, saya bukan Dr. Dolittle yang bisa ngomong sama binatang. Nah, diantara begitu banyak rusa yang saya kasi makan, ada satu rusa dibelakang saya yang mungkin karena emosi ga dapet cracker tiba-tiba nyeruduk pantat saya dari belakang, glebuk! saya jatuh kejengkang! tengkurep dengan tangan yang untungnya masi bisa menahan tubuh. Singkat cerita, terdengar tawa dari kejauhan, tawa bahagia ngeliatin temennya jatoh.
“Ha ha ha… hadeh, marah tu dia ga kebagian.” ucap Aping sambil nyengir.
Typical, kalo kita ngeliat temen jatuh malah ketawa nyukurin, sementara kalo ngeliat iPhone sendiri jatoh, baru nangis termehek-mehek. Kemudian merasa emosi dilecehkan oleh si rusa, saya langsung berdiri dan berbalik badan. Si rusa yang nyundul dari belakang tadi melihat saya kembali berdiri tegak, menyadari maut datang menghampirinya rusa itu lari terbirit-birit. Saya berlagak mau mengejarnya dengan menghentakkan kaki ke tanah yang seakan-akan berkata “Kurang ajar loe ya, beraninya main belakang!” Bener, saya beraninya sama rusa. Coba kalo itu harimau, beeehhhh… saya langsung ngacir ke ujung dunia!
Rusa-rusa disini memang lucu lucu, tapi telek mereka bertebaran dimana-mana. Jadi berusahalah untuk tidak menginjak pupuk organik saat kamu berjalan melintasi padang rumput Nara yang luas ini.
Setelah selesai berkeliling, kami berjalan balik ke Nara station, untuk menuju ke Kyoto kemudian naik Shinkansen kembali ke Tokyo. Di Nara station, terdapat toko souvenir dan makanan bertema rusa unyuuu, mulai dari gantungan kunci, tempelan kulkas, boneka, sampai biscuit dan chocolate. Rusa sudah jadi semacam maskot dari kota ini yang ketenarannya melebihi artis papan atas. Poster dan papan iklan dengan gambar rusa bertebaran dimana-mana. Saya sempat membeli biskuit dengan gambar rusa mata segaris sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Kon’nichiwa Fujisan!
Setelah dari Nara, kami menuju ke Kyoto kemudian naik Shinkansen untuk kembali ke pusat kota Tokyo. Tanpa terasa matahari telah terlelap saat tiba di Tokyo, kami pun langsung mencari makan dan istirahat di hotel memulihkan fisik yang mulai kendor akibat berjalan tanpa henti selama 6 hari berturut-turut. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saya berusaha membangunkan Aping untuk mengajaknya pergi melihat Gunung Fuji. Namun Aping terlihat ga mood, entah dia lagi ga enak body atau terkena virus kangen istri. Dia berkata hanya ingin istirahat di hostel aja hari itu. Jadi deh, pagi itu saya berangkat menuju ke Lake Kawaguchi sendirian.
Transportasi paling cepat dan hemat dari Tokyo menuju ke Lake Kawaguchi jika kamu memiliki JR Pass
Naik direct limited express train jalur JR Chuo Line dari Shinjuku Station ke Otsuki Station, waktu tempuh 70 menit, ter-cover dengan JR Pass. Tinggal nunjukin kartu ajaib ini saat lewat gate mesin otomatis dan saat petugas memeriksa tiket di dalam kereta. Setelah sampai di Otsuki Station, kamu keluar dan pindah ke Fujikyu Railway Line menuju ke Stasiun Kawaguchiko. Antara Otsuki dan Kawaguchiko station, TIDAK TERCOVER JR Pass, kamu bisa menggunakan Suica card atau membeli one-way ticket seharga 1,140 Yen | Rp. 147,000, waktu tempuhnya 55 menit. Setelah sampai di Kawaguchiko, kamu bisa membeli Sightseeing bus 2-day tickets seharga 1,500 Yen | Rp. 192,000 yang mengcover semua jaringan retro bus di Fuji Five lakes (Red Line, Green Line and Blue Line). Unlimited-ride bus ini masa berlakunya 2 hari, kamu bebas naik turun bus dengan menunjukkan ticket pass ini kepada driver saat naik ke bus. Ada dua jenis bus yang dapat membawa kamu ke tempat-tempat wisata di Kawaguchiko. Pertama adalah Red Line yang rutenya mengelilingi area di sekitar Danau Kawaguchiko. Sementara Green line, rutenya mengelilingi area di sekitar Danau Saiko. Karena saat itu saya hanya berniat untuk pergi ke Lake Kawaguchiko dan Chureito Pagoda saja, saya lebih memilih untuk tidak membeli 2-days ticket ini. Saya cukup membayar dengan cash ke kotak kecil yang telah disediakan di sebelah driver saat turun dari bus. Untuk lebih jelasnya mengenai jadwal keberangkatan bus timetable, rute dan dimana bisa membeli Sightseeing bus 2-day tickets ini kamu bisa klik di link ini Circle around Mount Fuji
Transportasi paling efektif dari Tokyo menuju ke Lake Kawaguchi jika kamu TIDAK memiliki JR Pass
Fujikyu dan Keio Bus menyediakan 2 bus per jamnya yang akan mengantarkanmu langsung dari Terminal Bus Shinjuku ke Kawaguchiko Station di Fuji Five Lakes. Perjalanan satu arah memakan waktu sekitar 2 jam dan biayanya 1750 yen | Rp. 223,000. Sebagian besar bus berhenti di Fujisan Station dan Fuji Q Highland sebelum tiba di Stasiun Kawaguchiko. Japan Rail Pass tidak berlaku di bus ini. Untuk info lebih detail tentang semua transportasi yang bisa kamu gunakan dari Tokyo ke Kawaguchiko, kamu bisa klik link ini How to travel between the Fuji Five Lakes and Tokyo
When you’re traveling, you need to learn the skill of fall asleep everywhere. So you can regain your power efficiently
The view from my train ride to Kawaguchiko station
Hal pertama yang saya lakukan setelah sampai di Kawaguchi Station adalah masuk ke pusat informasi turis yang berada persis di sebelah stasiun untuk mengambil pamflet berisi peta dan jadwal keberangkatan bus. Saya tiba disini pada akhir musim gugur, jadi cuacanya dingin tapi dinginnya ga menusuk, matahari bersinar cerah tapi kamu ga kepanasan, asyik buat jalan-jalan dan pulang dengan gosong tanpa kamu sadari. Setelah tiba di Stasiun Kawaguchiko, Gunung Fuji terlihat begitu jelas. Siang itu saya menyadari, Jepang tidak hanya negeri matahari terbit tapi negeri matahari bikin silau. Silaunya bikin biru laut seakan-akan bersatu dengan birunya langit dan gunung Fuji. Indahnya…
Look how beautiful it is. The sleeping beauty
Where to Get the Best Views of Mt. Fuji?
Mount Fuji dikelilingi oleh Fuji Five Lakes 富士 五 湖 lima danau cantik yang terdiri dari Kawaguchiko, Saiko, Yamanakako, Shojiko dan Motosuko. Cara terbaik untuk menikmati pesona Mount Fuji secara full adalah dari salah satu danau ini. Nah pertanyaan nya adalah jika kamu cuma punya waktu sedikit, danau mana yang memiliki spot terbaik untuk melihat Mount Fuji?
Tak lain tak bukan adalah Lake Kawaguchi! istri tercantik dibandingkan keempat selir lainnya. Karena paling diminati turis asing, danau ini pun jadi mudah diakses. Pemerintah setempat menyediakan berbagai macam bus dan kereta agar turis merasa nyaman mengitari danau ini. Kegiatan yang bisa dilakukan turis saat berada disini adalah memancing di danau, naik swine paddle boat, mandi onsen di resort-resort unik setempat, dan tentu saja mengabadikan keindahan Mount Fuji. Untuk mendapatkan foto dengan angle terbaik, kamu bisa menuju ke pantai utara dari danau ini, Oishi Park. Setelah selesai berfoto kamu bisa pergi ke toko kue Lake Bake, dan jalan-jalan mengitari danau sambil menikmati pemandangan dengan damai. Namaste!
“Travel brings power and love back into your life” – Rumi
Mount Fuji merupakan gunung yang berada pada 3776 meter diatas tanah, tertinggi di seluruh Jepang. Fuji san 富士山 merupakan panggilan sayang dari orang Jepang terhadap gunung ikonik yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Waktu yang paling indah hari itu untuk melihat atau mengambil foto pemandangan itu adalah pada siang hari. Saat itu, matahari terbit akan bersinar cerah menyinari danau dan gunung menjadi satu dalam biru. How beautiful it is! Selain duduk duduk dan berfoto kamu juga bisa naik perahu berbentuk angsa yang digowes dengan kaki. Romantis kalo dilakukan berdua sama pacar. Tarifnya 900 Yen | Rp. 115,000 selama 20-30 menit. Saya ga naik paddle boat ini saat itu, males juga kalo sendirian. Gowes gowes sendiri, yang ada malah jadi bermuram durja!
How to check the weather? How to predict Mount Fuji Visibility and see his glory as its best?
Sebelum sampai ke sini, perhatikan ramalan cuaca setempat. Weather app di iPhone maupun Android mencantumkan informasi suhu udara, kelembapan (humidity), ketebalan awan (cloud), kecepatan angin (wind), yang bisa kamu ketahui dari seminggu sebelumnya. Dari hasil riset online saya, Gunung Fuji hanya dapat dilihat secara full selama kurang lebih 70 hari dalam satu tahun. Jadi sebelum pergi make sure you check the weather forecast, jangan sampe kamu kecele dah jauh-jauh sampe sana ga bisa ngeliat apa-apa karena Fuji tertutup awan.
Nah untuk lebih tepat nya kamu bisa klik di link perkiraan cuaca Lake kawaguchi di link ini Mount Fuji Weather Forecast for Travelers Selalu cek apakah hari itu cerah atau hujan. Yang paling penting adalah cek prakiraan pengendapan awan (Precipitation) Untuk mengecek kondisi terkini apakah hari itu awan menutupi gunung fuji atau tidak. Kalo kamu cek hari itu cerah tapi juga berkabut dan berawan tebal di atas 30%, maka dipastikan kamu akan sulit melihat Gunung Fuji, tertutup kabut masa lalu mantan walaupun hari itu cerah. Jika disitu tertulis 10% maka dipastikan kamu bisa melihat Mount Fuji secara full. Setelah selesai mengecek dengan link tadi, cek lagi dengan view dari web cam yang terpasang di tiap sudut Fuji Five Lakes dari link ini biar makin afdol! Mount Fuji Web Cam Cloud check
Crystal blue water yang tenang dari Lake Kawaguchi memantulkan bayangan dari pucuk gunung Fuji yang tertutup salju dengan sempurna, seakan akan danau ini sengaja diciptakan agar Fuji San bisa selfie tiap hari. Selfie with no filter!
“Above all, watch with glittering eyes the whole world around you because the greatest secrets are always hidden in the most unlikely places. Those who don’t believe in magic will never find it” – Roald Dahl
How to get to Chureito Pagoda from Kawaguchiko Station
Setelah puas mengambil gambar Mount Fuji, saya kembali ke Kawaguchiko Station, kemudian berangkat dengan kereta Fujikyuko line menuju ke Shimoyoshida station. Saat di stasiun ini, saya sempat dikasi peta gratis penunjuk arah menuju ke Pagoda oleh petugas yang ada disana. Dari Shomoyoshida station, saya berjalan sekitar 20 menit untuk sampai ke Chureito Pagoda.
Welcome to Anime world! The Fujikyu Railway is 26 km long and runs the entire south-east portion of Yamanashi prefecture. Its starting point of Otsuki Station also connects with the JR Chuo Line. Along this line, you have a beautiful view of Mt.Fuji
Untuk sampai ke Pagoda yang berada diatas bukit ini, kamu harus menaiki 400 anak tangga terlebih dahulu. Itung itung olahraga pas liburan. Kalo kamu kuat, kamu bisa gendong pacarmu keatas biar makin romantis. Itupun kalo kamu setrongggg kaya Thanos kalo ga pede jangan deh, daripada jatoh guling guling kebawah, niatnya romantis malah tragis. Kemudian saya menaiki tangga satu persatu, dan setengah perjalanan berhenti sekitar 20 detik sambil terengah-engah menghirup napas dan melihat view pepohonan yang indah disekitarnya.
Saat itu malaikat positif didalam jiwa saya berkata masi untung ada tangga dan bukan mendaki di tanah terjal berbatu. Pemerintah Jepang udah mempersiapkan infrastruktur dengan baik, kalo loe ngarepin ada lift ditengah hutan gini minta sono sama Tony Stark *maaf saya abis nonton Avengers Infinity War jadi super hero fever nya masi nyantol. Lagian kalo sampe puncak cuma pake lift, mana tantangannya? mana serunya? stop complaining dude, and enjoy the journey!
The gate welcoming me to enter Arakura Sengen Shrine
There were 400 steps to climb to reach the pagoda. This was a very long staircase, but i was rewarded by the breathtaking view!
Dengan ngos-ngosan dan sedikit bengek akhirnya saya sampai keatas. Pemandangan nya bener-bener worth it! Finally, i’m here… in the post card view of Mount Fuji! Panorama dari Pagoda lima tingkat bertengger serasi dengan Mount Fuji di belakangnya, pepohonan kering yang tengah menggugurkan daunnya menyambut musim dingin memperindah pemandangan hari itu, perfect painting like mountain! Cantiknya spektakuler abis! セクシー sekushii kimochi! Saya merasa beruntung karena langit terlihat cerah dan biru tanpa adanya awan tebal menghalangi pemandangan. Aaaah, seandainya saat itu sudah punya mirrorless camera, pasti fotonya bakal lebih epic! This is really the best iconic spot to take a picture and admire the beauty of Fuji san!
One of the best places to view Mount Fuji from a close distance. My post card frame
Saat saya tengah asyik berfoto, ada sepasang couple berwajah asia mendatangi saya dan berkata
“Hi, can you help us to take a picture?
“Yeah, sure” jawab saya sambil mengangguk. Wah pas banget, baru mau minta tolong potoin juga.
Kemudian saya mulai fotoin mereka dari bawah sambil jongkok, portrait dan landscape berbagai sudut dan berlagak seperti fotografer professional. Setelah selesai motoin, sayapun gantian minta tolong mereka buat potoin. Hukum bisnis, timbal balik yang asik.
“Where do you come from?” tanya saya kepada mereka.
“We’re from Thailand” jawab salah satu dari mereka.
“Oh, i see. Sawaddee kaaaaab!!” Sapa saya sok ngerti bahasa Thailand sambil menunduk kan badan ala orang Jepang, ga tau juga kenapa saat itu saya menundukkan badan, campuran sapaan yang aneh. Terrible mix!
Mereka pun tersenyum getir, mungkin tau pengejaan bahasa Thailand saya super salah.
Kemudian mereka bertanya tentang hasil foto yang mereka ambil tadi,
“Is it good?”
“Hmmm… yeah, i think it’s nice” jawab saya sambil mengecek foto, walaupun sebenarnya hasilnya kurang maksimal. Saya merasa ga enak pingin ngomong “it’s damn ugly. Can you even take a picture? Please shoot it like a pro! don’t be stupid!”
Membaca dari reaksi wajah saya, tanpa saya suruh pasangan ini menawarkan saya untuk berfoto menggunakan kamera DSLR yang mereka miliki. Wah, lumayan nih pikir saya. Boleh deh boleh! Merekapun mengabadikan moment saya disana layaknya model papan pecah. Saat itu saya ga terlalu ngerti tentang fotografi, jadi satu satunya kamera yang saya punya adalah iPhone. Setelah itu kami sempat duduk dan ngobrol sebentar sambil menikmati pemandangan. Saya pun meminta foto yang tadi mereka shoot. Whooaaa, it looks good, punggung genic! foto yang mereka jepret bisa kalian liat di foto saya yang paling atas. There’s always a good people out there, a kind tourist that will help you enjoy your journey even when you’re alone. Setelah duduk kurang lebih sejaman, saya pun say goodbye sama kedua turis Thailand tadi dan kembali ke Shimoyoshida Station untuk melanjutkan petualangan di Tokyo.
The scenery along the road on my way back to Shimoyoshida Station
One day you will wake up and there won’t be any more time to do the things you’ve always wanted. Do it now – Paulo Coelho
In the end, Japan touch my heart so deeply. Their amazing nature, their wonderful people, their superb infrastrucure. I think this song can represent my heart about Japan. Catchy, lovely, can’t get out of my head! One thing for sure Aoi Sora is an universal word for every man around the world, the language ice breaker! Maybe it will motivate you to go to Japan. Let’s sing it together!
Ohayo Tokyo Konichiwa Sumimasen I’m foreigner I don’t speak Japanese But I love Aoi Sora When you say Wakarimashita I say Hitachi Toyota Kawasaki Nintendo Canon Sony Honda
I’m losing my way Obasan where should I go? Shinjuku so big I need a Doraemon You speak Japanglish And show me body language What can I do? Where should I go? No nonono
Makudonarudo (McDonald) Guguru Toiletto (Google toilet) Kitto Katto (Kit Kat) Dizunilando (Disneyland) Takushi go Hoteru (Taxi go Hotel) Sebun Elebun Miruku (7-11, Milk) Basu Biru (Bus, Beer) Sutabakkusu (Starbucks)
Ohayo Tokyo Konichiwa Sumimasen I’m foreigner I don’t speak Japanese But I love Ramen Tempura When you say Arigato Konbanwa I say Suzuki Yamaha Uniqlo Toshiba Casio Godzilla
– Tokyo Bon 東京盆踊り2020 (Makudonarudo) Namewee 黃明志 ft. Meu Ninomiya
Bermain Pelangi Kehidupan di Nara dan Mengejar Pesona Terindah Mount Fuji Traveling sendirian itu membutuhkan keberanian, keberanian membunuh rasa sepi. Keberanian untuk foto sendirian tanpa harus peduli diliatin orang, keberanian untuk makan sendirian tanpa harus merasa nelongso, keberanian untuk nyasar sendirian tanpa harus merasa seperti bocah yang terhilang.
#Arakuyama sengen shrine#Chureito Pagoda#Deer#Kereta Osaka ke Nara#Lake Kawaguchi#Mount Fuji#Mount Fuji Weather forecast#Nara#Nara Park#Osaka#prediksi cuaca di lake kawaguchi#Todaiji temple#Transportasi paling cepat dan hemat dari Tokyo menuju ke Lake Kawaguchi jika kamu memiliki JR Pass#Transportasi paling cepat dari Osaka ke Nara dengan JR Pass#Where to Get the Best Views of Mt. Fuji
0 notes
Text
Persiapan Solo Traveling ke Jepang 2019
Setelah pergi Februari kemarin, saya ingin berbagi tips solo traveling ke jepang. Sebelumnya banyak yang bertanya-tanya loh, kamu tuh perempuan kok berani sekali sih traveling sendirian ke Jepang pertama kali? Hmmm… hahaha gimana ya jawabnya, sebenernya ini bukan masalah berani atau engga, tapi ‘mungkin’ atau tidak. Saya tipe orang yang logic comes first. Secara logika, seorang wanita itu ‘bisa’ dan mampu untuk jalan-jalan sendirian di Jepang. Disamping itu catatan penting Jepang termasuk negara yang aman untuk female solo traveler. Kita juga akan dimudahkan dengan moda transportasi dengan petunjuk arah yang ada dimana-mana dan informasi yang sangat lengkap ada di internet untuk menimbang-nimbang browsing sana sini yang dapat dijadikan sumber referensi.
Solo traveling Jepang Tips :
1. Berburu Tiket Pesawat Karena tujuan saya ke Jepang adalah berburu salju, jadi untuk mendapatkan tiket promo yang sangat murah kurang tepat timingnya. Saya putuskan untuk membeli tiket pesawat Normal AirAsia, dengan harga Tiket PP 4.2juta Jakarta - Tokyo (Haneda). Kalau dibandingkan dengan harga normal maskapai lainnya, Airasia ini tetap lebih murah. Tapi Airasia ini kalau lagi promo bisa dapet lebih murah, contohnya teman saya bisa dapet tiket PP Jakarta - Tokyo sampai di 2.6 Juta PP, tapi memang musimnya ga tepat dengan pas musim dingin. Sebenarnya saya ada kesalahan pada saat membeli tiket PP ini, seharusnya lebih tepat Jakarta - Osaka lalu pulangnya Tokyo - Jakarta, tapi tak apalah namanya juga mau ngebolang, tentu akan saya nikmati.
2. VISA Karena paspor saya sudah E-Paspor jadi sudah tidak perlu repot lagi, saya tinggal apply Visa waiver saja. Untuk informasi lebih lengkap bisa langsung aja masuk ke website kedubes jepang ya. http://www.id.emb-japan.go.jp/visa.html. Untuk mendapatkan Visa waiver ini, walaupn sudah e-paspor tentu kita tetap harus datang ke kedutaan Jepang. Prosesnya sangat simple, kita hanya diharuskan mengisi form dan melampirkan paspor elektronik, sehari kemudian, paspor bisa diambil dan ada cap visa waivernya yang berlaku selama 3 tahun dengan durasi kunjungan selama 15 hari. Padahal paspor saya sudah jadi sehari dari hari saat saya apply, hampir 2 bulan kemudian baru saya ambil. hahaha untung gak dibuang juga itu paspor saya, sampe dapet email reminder berkali-kali dari kedutaannya.
3. Membuat Itinerary Langkah selanjutnya adalah penyusunan itinerary. Ini bagian yang paling menyita waktu, pikiran dan keahlian browsing hahahahah. Gimana tidak menyita waktu coba, dengan waktu yang singkat 7 hari saya ingin perjalanan yang berkesan dan tidak terlupakan, sebenernya untuk penyusunan itinerary ini tergantung interest kamu, mau menikmati apa dan lihat apa. Tahap awal saya mulai mencari-cari dan browsing berbagai macam contoh itinerary traveling ke Jepang, lalu saya gabung-gabung dan menyocokannya dengan apa yang saya inginkan. Saat itu juga saya harus memutuskan untuk beli JR Pass atau tidak, naik bus atau naik shinkansen, mana yang lebih murah mana yang lebih nyaman. Doh! benar-benar melelahkan otak, beripikir-berpikir terooos.. Hmmm… bingungs ya? Lalu kemudian saya hitung-hitung lagi, dengan beberapa perbandingan pengeluaran jika saya pake Shinkansen.
Pada saat penyusunan itinerary ini, kita harus rajin-rajin riset dan baca-baca blog atau website referensi, bagaimana caranya supaya saya bisa sekaligus mengexplore kota lain seperti Osaka atau Kyoto selain Tokyo. Karena harus memastikan moda transportasi yang akan di gunakan, termasuk jangka waktu perjalanan. Saya memutuskan untuk untuk menggunakan kereta Shinkansen, pemakaian JR Pass paket 7 hari sesuai dengan waktu lamanya 7 hari traveling saya. Sebagai catatan JR Pass akan menghemat pengeluaran di biaya transportasi jika kamu menggunakannya untuk pergi antar daerah. Kalo cuma keliling Tokyo, tidak perlu JR Pass. Menggunakan kereta Shinkansen dan membeli JR Pass ini selain lebih hemat jatohnya akan lebih nyaman loh!
Tentang Japan Rail Pass Bagi yang belum tahu, JR Pass adalah 1 tiket sakti yang bisa digunakan untuk bisa naik kereta sepuasnya di Jepang, termasuk kereta super cepat Shinkansen. JR Pass bisa jadi pilihan turis jika dalam satu itinerary banyak kota yang dikunjungi dan semuanya menggunakan kereta. Ada beberapa macam JR Pass dan klasifikasinya. Untuk lebih jelasnya bisa check di http://railpass-japan.com/
JR Pass 7 Days bisa digunakan selama 7 hari dengan harga Ordinary sekitar Rp. 3.800.000 includ pajak.
untuk pembelian JR Pass di Indonesia, saya membeli di : https://www.his-travel.co.id/
untuk cari tau rute, fare dan jadwal kereta :http://www.hyperdia.com/en/ Referensi tentang JR Pass dan Shinkansen dari JavaMilk.com
Kenapa saya akhirnya beli JR Pass, karena dengan jadwal perjalanan yang mengharuskan saya pulang pergi dari Kyoto ke Tokyo saya bisa lebih hemat. Perhitunganya adalah begini : * Harga JR Pass 7 days : 29.110 Yen * Tiket Shinkansen PP Tokyo – Kyoto: kurleb 30.000 Yen Jadi dengan pake JR Pass, kita sudah hemat sekali, ditambah lagi perjalanan saya ke kota-kota lainya bisa dihitung gratis.
4. Akomodasi, Booking Hostel Setelah Itinerary jadi, sekarang waktunya untuk berpikir akomodasi. Sebelum melakukan booking penginapan, sebaiknya itinerary sudah fix dan tidak diubah lagi. Karena penginapan ini memastikan berapa lama kita stay di kota tersebut. Banyak faktor yang harus dijadiin pertimbangan dalam pemilihan penginapan ini, - Pertama, letak geografisnya harus dekat dengan stasiun kereta, subway atau terminal, biar kita ga usah terlalu jalan kaki jauh untuk mencapai hostel/penginapan. - Kedua, liat rating dan review para traveler sebelumnya, ini ngaruh banget loh untuk kenyamanan dan keamanan terutama traveler solo kaya saya . - Ketiga, dan tentunya Harga yang pasti-pasti, pasti yang paling murah dong yang dipilih hehe.. tapi kalau harga sih tergantung kantong masing-masing ya. Kalo masih masuk kantong sih oke oke saja, tapi kalo sudah terlalu mahal meskipun strategis tetep aja jadiin bahan pertimbangan apalagi untuk saya ini hahaha...
Karena 3 hari pertama saya memutuskan untuk memilih menginap di Kyoto, saya memilih untuk stay di Kyoto Hana Hostel. Setelah dapat review bagus dari berbagai macam sumber, dan rating yang bagus pula, hanya 5 menit jalan kaki dari Kyoto Station, 2 menit jalan ke Lawson. Fasilitas yang lengkap dan nyaman, tempat tidur yang nyaman dan hangat di musim dingin, ditambah dengan keramahan para resepsionisnya. Saya dengan senang hati akan merekomendasikan hostel ini ke temen-temen kalo ada yang mau backpackeran ke Kyoto. Harganya juga sakat masuk kantong sekali kalau untuk saya, permalamnya dapat rate sekitar 6.300 Yen. Jika di rupiahkan sekitar Rp. 273.000 permalam.
Lalu di Tokyo saya memilih stay di https://samurai-hostel.tokyo/ daerah Asakusa karena dekat dengan tempat wisata semacam Sensoji Temple, Tokyo Sky Tree, Sumida Park dan dekat ke tempat beli oleh-oleh dan kuliner. Ratingnya pun Superb sekali, fasilitasnya the best, bahkan saya kagum sekali dengan shower room dan toiletnya, ketika buka pintu, lampu nyala secara otomatis, kalo kalian penakut mungkin akan langsung kaget dan ketakutan hahaha. Permalamnya dapat rate sekitar Rp. 460.000 lebih mahal sedikit dibandingkan di Kyoto Hana Hostel.
5. Perlengkapan, Koper atau Backpack Perhatikan cuaca, di Jepang bisa berbeda-beda tergantung daerahnya, misalnya suhu di Tokyo dan Kyoto pada hari yang sama bisa berbeda, jadi saya rutin mengecek suhu dan kondisi cuaca lewat app wheater. Saat pertengahan Februari suhu berkisar 0-12 dearajt. Saya persiapkan pakaiandan perlengkapan musim dingin. Baju tidak terlalu bawa banyak karena saat musim dingin jarang berkeringat juga, mandipun sehari sekali hehehe..
1 Koper ukuran 27, ransel dan tas kain. Sepatu untuk jalan-jalan, boots dan sandal jepit. Faktanya : saya sempat kelelahan menyeret-nyeret koper naik turun tangga di stasiun karena berpindah-pindah kota. beuuuhhh..
6. Internet Sebagai manusia normal, apalagi wanita, saya juga ada rasa takut untuk nyasar loh. Jadi, traveling kali ini saya alokasikan dana untuk sewa router wifi atau wifi pocket, jadi selama traveling di Jepang saya ga perlu repot nyari-nyari koneksi internet. Banyak provider yang suka sewain wifi pocket, tergantung provider mana yang kamu ambil. Kalau saya kemarin ini pilih sewa di https://wifirepublic.id/products/wifi/ karena banyak iklan-iklan reviewnya di instagram hehe.
7. Ringkasan Itinerary 7 Hari di Jepang Jadi akhirnya, setelah riset sana sini, beli tiket pesawat dan visa sudah ditangan, perlengkapan musim dingin pun udah kumplit, ini ringkasan jadwal perjalanan saya selama di Jepang. Untuk detail transport, ngapain aja, kemana aja dan ceritanya lengkapnya, akan saya tulis dipostingan yang berbeda ya, pokoknya stay tune! You guys should experience what I’ve done.
Day 1 – 16 Feb 2019 : On the way to Tokyo Day 2 – 17 Feb 2019 : little reunion sama teman lama, On the way to Kyoto Day 3 – 18 Feb 2019 : Explore Arashiyama, Explore Inari, Explore GION Kyoto Day 4 – 19 Feb 2019 : Explore Shirakawago Day 5 – 20 Feb 2019 : Explore Nara, Explore Kyoto, On the way to Tokyo Day 6 – 21 Feb 2019 : Explore Nikko Day 7 – 22 Feb 2019 : Explore Tokyo (Shibuya, Asakusa), On the way back home. sedihhhhh...
8. Budget Perjalanan Sstttttt ssstttt.... Pasti ini yang kalian tunggu-tunggu kan yaa kan, ya kan kan kan kan kan ka ?? hahahaha.... Kamu habis berapa sih waktu ke Jepang sendirian ???
Secara garis besar, budget yang dikeluarkan adalah sebagai berikut :
– Transportasi ke Soetta Airport (grabcar + tol + parkir airport + tips driver) PP Rp. 380.000 – Tiket Pesawat PP Jakarta – Tokyo Haneda Rp. 4.200.000 (tanpa meal) – JR Pass 7 Days Rp. 3.800.000 – Akomodasi / Penginapan selama 5 Malam Rp. 1.850.000 – Sewa Wifi Pocket selama 6 hari Rp. 385.000 – Reservasi Bus PP Shirakawago Rp. 485.000 – Makan, Minum dan Jajan selama 7 hari @ 350rb/day = Rp. 2.450.000 (ini budget aku sendiri, makan ngirit, makanan sevel nasi onigiri tiap hari haha) – Beli SUICA Card Rp. 500.000
TOTAL Budget wajib = Rp 14.050.000
– Buat oleh-oleh dan entertain diri yang lebih gede budgetnya haha kalau ini rahasia ya :P, tergantung kesanggupan kantong masing-masing hehehe..
To be Continued! Tunggu update-an selanjutnya ya tentang catatan perjalanan dari mulai hari pertama sampai hari terakhir solo traveling ke Jepang ini. Stay Tuned! See you gaezzzz.. Semoga bermanfaat ya :)
1 note
·
View note
Text
Jalan-jalan ke Jepang (Budget, Itinerary, dan Tips Hemat)
tips hemat dijepang “Kamu ke Jepang? Gila, habis berapa tuh, kan mahal!”
“ Eh banyak duit ya kamu ke Jepang”
“Wah jalan-jalan terus. Duitmu pasti banyak ya?”
tips hemat dijepang
Dan serentetan pesan lain yang masuk lewat inbox menyambut kedatangan saya di Tokyo kala itu. Jepang memang mahal, namun bisa disiasati. Salah satunya adalah dengan persiapan yang matang dan sebisa mungkin perhitungan yang tepat. Bagusnya lagi kalau tidak teledor atau melakukan kesalahan, pasti hemat. Saya orang Matematika sih, tapi tetep saja masih melakukan keteledoran dan kesalahan yang berakibat duit melayang.
Saya sendiri entah kenapa malah pergi ke Jepang. Padahal jago bahasa Korea 😀 😀 . Tapi pulang dari sana mata saya mengeluarkan api. Api semangat nggak pengen pulang. Tapi sebenernya pas hari terakhir entah kenapa jadi mellow merasa sudah kangen Indonesia :D. Tokyo Tower pada malam hari
Nah kali ini saya akan bagikan itinerary, budget dan tips perjalanan saya ke Jepang dengan cara yang cukup hemat. Supaya penasaran saya berikan screenshoot budgetnya dulu lah ya. Nggak usah takut, ke Jepang nggak mahal kok! Kecuali kalau ke Jepang rombongan bersama keluarga dan kamu yang bayarin ya :P.
Itinerary
Itinerary ini sempat bikin pusing. Apalagi lihat peta subway di Tokyo duh ruwetnya minta ampun. Kalau peta MRT/LRT/BTS Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura digabungin pun nggak seruwet map di Tokyo. Baru peta subway ya, belum ditumpuk sama peta kereta dari JR.
Saya terusan berlatih baca ini peta selama berhari-hari sampai mata sakit. Soalnya ini penting banget untuk menentukan destinasi. Pas akhirnya bisa membaca, wah senangnya bukan kepalang. Merasa pintar, lebih bangga daripada berhasil dapet jawaban soal integral!
Dalam menyusun rencana perjalanan, pasti akan berpengaruh pula dengan biaya. Semakin banyak kota yang dikunjungi, semakin besar pulalah biayanya. Apalagi di Jepang transportasinya bisa dikatakan cukup mahal apabila tidak pintar memilih day pass yang sesuai. Selama 9 hari saya hanya mengunjungi Tokyo, Hakone, Kyoto, Nara, dan Tokyo. Awalnya sih mau ke Hiroshima juga karena saking ngebetnya lihat Miyajima. Namun kemudian saya urungkan mengingat budget terbatas. Bahkan sampai sekarang, 4 bulan setelah trip saya ke Jepang rasanya masih pengen balik. Belum puas, masih pengen mengulang lagi. Semoga diberi kesempatan untuk kembali :D. Teman-teman bisa unduh disini untuk Itinerary Jepang saya.
Oya, dalam menyusun itinerary ini perlu dipikirkan alternatif termurahnya. Kebanyakan yang pergi ke Jepang beli JR Pass. Sekali lagi pembelian day pass tergantung dengan itinerarymu. JR Pass mahal loh teman-teman, sayang kan kalau tidak digunakan semaksimal mungkin dari ujung timur sampai ujung barat Jepang. Kalau beli JR Pass 7 hari rasanya tidak mungkin kita bisa travel ke banyak kota dikarenakan kelelahan fisik.
Saat di Kyoto saya bertemu pasangan kekasih yang menjalin cinta dengan mesranya dan saya cuma gigit jari. Mereka berdua beli JR Pass dan mengaku tidak menikmati betul perjalanan karena harus ngebut pindah kota setiap sehari sekali demi memanfaatkan JR Pass. Update terakhir harga JR Pass adalah 29.11o Yen atau setara 3,2 juta. Mahal kan? Awalnya saya juga berpikiran untuk membeli JR Pass namun kemudian saya urungkan. Tapi untuk teman-teman yang mau naik shinkansen lebih baik membeli JR Pass karena harga sekali naik kereta shinkansen memang mahal sekali. Doakan saya ya teman-teman supaya bisa kembali lagi ke Jepang terus ngerasain sensasi shinkansen ini 😀 :D.
Saya sempat mengumpulkan beberapa informasi mengenai day pass di beberapa kota seperti berikut. Sebagai catatan, harga day pass ini adalah harga yang saya dapatkan saat kunjungan bulan Oktober 2015 lalu.
day-pass
Nah sebagai info saja, berikut day pass yang saya gunakan di masing-masing kota yang saya kunjungi :
Tokyo+ Hakone (Day 1-3)
Saya menggunakan Tokyo Subway 1 day pass yang saya beli di Haneda Airport sebesar 800 Yen untuk berkeliling Tokyo seharian. Esoknya saya mengunjungi Hakone untuk berkencan dengan Fujisan seharga 6030 Yen. Sebenarnya day pass ini berlaku 2 hari namun kami hanya berkunjung sehari saja. Kemudian hari ketiga saya menggunakan kereta milik JR. Kenapa tidak beli tiket subway lagi yang lebih murah? Kenapa nggak beli tiket JR Pass 1 day sekalian? Disinilah letak kesalahan perhitungan saya.
Dari pengalaman saya, menggunakan kereta JR lebih nyaman karena tidak perlu naik turun di stasiun saat harus berganti kereta. Soal kebersihan semuanya sangat bersih dan menggunakan subway terasa lebih cepat dibandingkan dengan kereta JR.
Kyoto (Day 4-6)
Saya berpindah ke Kyoto dari Tokyo dengan menggunakan Willer Bus seharga 3900 Yen. Pas banget dapat promo waktu iseng-iseng cek tiket. Seperti yang sudah saya rencanakan di Kyoto saya tidak membeli tiket kereta. Saya menggunakan bus pass seharga 500 Yen untuk satu hari karena memang hampir semua destinasi dicapai dengan bis. Tenang saja, bisnya sangat nyaman dan bersih kok! Nah disini saya melakukan kesalahan lagi. Waktu pulang mengunjungi Fushimi Inari saya lupa dimana bus pass saya. Akibatnya saya harus membayar tarif sekali naik sebesar 230 Yen! Turun di halte, eh passnya malah ketemu :’(.
Osaka+Nara (Day 7-9)
Dari Kyoto ke Osaka saya menggunakan kereta JR seharga 560 Yen. Tadinya ingin membeli Kintetsu Rail Pass namun ternyata tidak bisa dibeli di Stasiun Kyoto, melainkan di BIG Camera. Karena saya kejar-kejaran waktu akhirnya saya gunakan kereta JR. Hari pertama saya tiba di Osaka, saya bertolak ke Nara. Sebenarnya rencana saya dari Kyoto ke Nara lalu lanjut ke Osaka. Namun lagi-lagi ada perubahan rencana yang akibatnya malah membuat saya memutar. Saat di Nara saya urungkan untuk membeli day pass . Saya lebih memilih jalan kaki dan memang lebih indah menikmati Nara dengan berjalan kaki :D.
Lalu day pass apa yang saya gunakan di Osaka? Tentunya Osaka Amazing Pass. Saya beli untuk 2 hari dan memang worth banget karena hanya seharga 3000 Yen dengan total pemakaian saya sebesar 6640 Yen! Sebenarnya masih banyak atraksi lain yang ingin saya kunjungi dengan memanfaatkan Osaka Amazing Pass ini. Namun apa daya hari terakhir kaki sudah gempor tidak kuat lagi diajak berjalan.
osaka-amazing-pass
Budget
Karena Jepang memang tidak semurah negara di Indochina seperti Thailand, maka saya benar-benar ikat kencang rencana pengeluaran saya. Saya berkutat dengan perencanaan biaya hampir 6 bulan lamanya. Memang sih nggak ngerjain tiap hari, karena ini bukan skripsi hehe :D. Saya berusaha mencari alternatif termurah dan sesuai dengan destinasi saya.
Jujur, ketika mengunjungi Jepang saya tidak ingin rugi dengan mengunjungi banyak tempat. Namun sekali lagi, waktu harus diperhitungkan. Oleh karena itu saya mendahulukan hal-hal yang bersifat gratis atau sedikit mengeluarkan uang.
Total pengeluaran trip ke Jepang adalah sebesar 11 juta Rupiah. Angka yang besar? Iya, betul. Namun itu semua sudah termasuk biaya pembuatan visa, tiket pesawat pulang pergi, akomodasi, oleh-oleh, transportasi, makan, dan tempat wisata selama 11 hari di Jepang dan transit di Malaysia. Untuk tiket pesawat, saya rasa teman-teman bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah, apalagi keberangkatan dari Jakarta/Kuala Lumpur. Berhubung saya berangkat dan pulang lewat Bali, maka tak heran bila harganya agak sedikit wow. Sedangkan biaya visa bisa hilang apabila mempunyai paspor elektronik.
Tips Berhemat
Makanan
Dimanakah tempat makan yang hemat di Jepang? Banyak! Saya food lover dan tipe orang yang takut kelaparan. Jadi, stok makanan harus selalu ada :D. Selain itu, selagi di Jepang saya berusaha untuk menikmati makanan lokal yang ada, mumpung kan ya? Tak heran biaya makan saya selama di Jepang menjacapi 1,6 juta! Meskipun di Indonesia ada banyak restoran dan penjual jajanan Jepang namun masih saja rasanya berbeda. Maaf untuk ulasan kali ini saya tidak bisa memberikan informasi halal, hanya terbatas pada makanan hemat saja. Berikut beberapa tempat makan hemat dan jajanan yang saya temui dan kunjungi ketika di Jepang. Oya, tips hemat lain lebih baik membeli air kemasan 2L yang lebih murah dibandingkan dengan kemasan tanggung (600ml) atau minuman di vending machine.
Yoshinoya
Semacam franchise di Jepang dan banyak sekali cabangnya. Yoshinoya di mudah ditemukan karena simbol warna oranyenya. Harga yang ditawarkan juga cukup pas dikantong. Semangkok gyudon (nasi dan daging sapi) yang saya pesan dengan ukuran medium hanya sebesar 380 yen saja! Teman-teman juga nggak perlu khawatir dengan minuman, karena disini free flow ocha alias the hijau 😀 :D.
Matsuya
Matsuya tidak berbeda jauh dengan Yoshinoya. Mungkin rasanya berbeda kalau benar-benar dicermati. 11-12 dengan McD dan KFC, seperti itulah. Saya membeli makan siang saya di Matsuya daerah Yanaka Town yang sepi. Cara pesannya pun dengan menggunakan mesin. Harganya juga tidak mahal, semangkuk gyudon dan semangkuk miso hanya seharga 380 Yen plus bir Asahi hanya sebesar 150 Yen saja! Bir Asahi ini salah satu favorit saya, karena rasanya yang ringan :D.
Convenience Store
Di Jepang, convenience store atau konbini dalam bahasa setempat ini banyak banget dan menjamur. Yang paling banyak dan sering saya lihat Seven Eleven, Lawson, dan Family Mart. Apa sih bedanya? Well, sebenarnya ini 11-12 dengan Indomaret dan Alfamart, mirip. Namun saya lebih senang belanja di Seven Eleven. Pilihan makanannya lebih banyak. Hahahaha 😀 :D. Selain makanan beku, juga menjual aneka roti, odeng (fish cake), dan onigiri dengan berbagai macam isi. Nah biasanya kalau malam ada makanan yang didiskon, jadi sering-sering saja mampir ke convenience store sore hari. Sekedar info saja, kemasan teh hijau dalam botol yang dipajang dengan menarik di dalam kulkas semuanya nggak manis seperti di Indonesia ya, jadi jangan kaget :D.
0 notes
Photo
A new blog post! BERMAIN PELANGI KEHIDUPAN DI NARA DAN MENGEJAR PESONA TERINDAH MOUNT FUJI Disertai panduan Transportasi paling cepat dari Osaka menuju Nara jika kamu memiliki JR Pass ataupun tidak + Transportasi paling efektif dari Tokyo menuju ke Lake Kawaguchi jika kamu TIDAK memiliki JR Pass + dimana spot terbaik untuk melihat Mount Fuji + bagaimana mengecek cuaca dan melihat Mount Fuji dengan jelas tanpa tertutup awan. #japan #chureitopagoda #arakurasengenshrine #tokyo #jepang #kawaguchiko #lakekawaguchi #mountfuji #blue #sky #beautiful #nature #blog #travel #wanderlust (at Chureito Pagoda)
#jepang#beautiful#japan#lakekawaguchi#tokyo#mountfuji#wanderlust#sky#arakurasengenshrine#chureitopagoda#nature#travel#blue#kawaguchiko#blog
0 notes