#Puncak Prau Dieng
Explore tagged Tumblr posts
Text
Gunung Prau dan Postingan Tumblr Pertama Sasa
Ketika kebanyakan orang berlibur kala long weekend Kamis hingga Minggu, 23-26 Mei lalu, berbeda denganku yang justru berlibur di hari Senin setelah libur panjang akhir pekan. Sejak masa kampanye atau bahkan jauh sebelum kampanye keinginan untuk mendaki gunung selalu terlintas dan terbayang-bayang, tapi soal kapan akan terlaksana tidak ada bayangan sama sekali. Mengingat waktuku yang selalu tentatif, tidak tentu kapan bisa libur dan kapan bekerja.
Sehingga, postingan pertamaku di sini aku buka dengan cerita pendakian Gunung Prau di Kawasan Dieng, sekitar Wonosobo-Banjarnegara-Kabupaten Batang. Pendakian yang sangat mendadak tanpa perencanaan panjang.
Jakarta
Minggu siang, Mbak Jihan pergi ke Jogja karena ada kunjungan kerja. Aku sebenarnya tidak ditawari untuk ikut, khususnya karena aku juga masih belum ingin mengingat Kota Jogja. Tapi tiba-tiba terpikir untuk mewujudkan keinginan lamaku: naik Gunung Prau.
Karena tidak mungkin minta kakakku untuk menemani mendaki, aku bergegas mengambil smartphone dan membuka aplikasi hijau. Aku mencari nama temanku yang tinggal di Jogja untuk menemani mendaki. Tidak lama kemudian dia menyetujui, aku pun menambah syarat ditemani dengan salah satu teman perempuannya. (Dalam perjalanan aku baru tahu, si teman perempuan ini namanya Ekka dan sudah pernah naik Gunung Prau)
Jogja
Singkat cerita, aku sampai di Jogja Minggu siang pukul 16.00 WIB. Bersama Mbak Jihan, kami menuju ke sebuah hotel sekitar satu kilometer dari Tugu Jogja. Aku benar-benar tidak niat berlama-lama di Jogja-Dieng, hanya bawa satu ransel yang berisi perlengkapan mendaki.
Sore hingga malam aku sempatkan bertemu kakak tingkatku yang kebetulan adalah sahabat dari kakakku. Teman lama yang tidak berjumpa tentu menimbun segudang cerita, cerita seputar FK Unila hingga kehidupan PPDS yang sebenarnya tidak semenyeramkan kabar burung di luar sana. Karena setiap jurusan tentu punya tingkat kesulitannya masing-masing.
Sesuai rencana sebelumnya, pukul 21.00 kami menuju Dieng melalui Kulon Progo. Belanja keperluan pendakian lalu menjemput satu orang teman dan melengkapi kelompok pendakian ini menjadi 3 orang.
Karena perjalanan panjang seharian, badanku cukup lelah dan tertidur selama perjalanan. Beberapa kali terbangun hanya sekedar memastikan temanku yang menjadi supir malam itu tidak mengantuk hehe. Sekitar pukul 01.28 kami sampai di Basecamp Pendakian Gunung Prau via Dieng, awalnya kita berencana untuk mengejar sunrise di puncak tapi sepertinya tidur lebih nikmat dibanding kedinginan diluar akhirnya kita putuskan untuk tidur saja hingga azan subuh.
Dieng-Pendakian
Perjalanan dimulai pukul 05.00 WIB, pilihan pendakian via Dieng karena ini jalur yang paling nyaman, meski bukan paling populer. Jalur yang paling populer dengan view paling bagus adalah lewat jalur Patak Banteng.
Karena masih pagi buta tentu perjalanan sepi dan gelap. Apalagi long weekend sudah selesai. Barang bawaan kami pun hanya sedikit, tanpa carier besar. Kami merencanakan pendakian naik lalu langsung turun tanpa nge-camp (istilahnya tektok).
Pukul 05.17 kami sampai di Pos 1. Jaraknya sebenarnya cukup dekat, tapi karena menanjak jadi terasa jauh. Total pendakian kita harus melewati 3 Pos dengan jarak masing-masing Pos sekitar 1 km.
Gunung Prau cukup bersahabat untuk beginners seperti saya ini, karena jarak ke puncak yang masih dalam batas normal dan cukup banyak jalur landai. Selama pendakian, aku jadi teringat perjalanan ke Ranu Kumbolo di lereng Semeru beberapa tahun lalu. Di sana terdapat Tanjakan Cinta memiliki mitos kalau kita mendaki tanjakan tersebut dan dan melihat ke belakang tidak akan bertemu dengan jodoh kita. Ya tapi ngapain ketemu jodoh di gunung, saya kan maunya di pelaminan, hehe….
Nah, di Gunung Prau ini ada titik yang Bernama Akar Cinta…. tebarkanlah virus-virus cinta (nyanyi). Akar ini cukup cantik dipandang, sangat panjang, dan berkelok-kelok, aku sendiri tidak tahu sebenarnya ini akar dari pohon apa. Tapi yang pasti ini adalah gabungan akar beberapa pohon yang satu jenis dan berjejer sehingga menyatukan banyak akar. Struktur Akar Cinta cukup membantu para pendaki tidak terpleset karena menjadi semacam anak tangga alami di jalur pendakian.
Puncak Prau
Setelah berbagai tantangan dan jalur yang terjal, akhirnya kami sampai di Puncak Prau pukul 07.00. Tepat sesuai perkiraan dua jam pendakian. Di ketinggian 2590 mdpl view Gunung Sindoro, Sumbing dan beberapa gunung lainnya terhampar. Saat itu sunrise sudah lewat, berganti dengan pemandangan Kaldera Dieng yang kebetulan saat itu cukup cerah.
Semua kelelahan dan kantuk terbayar. Kesejukan dan pemandangan luar biasa indah setelah perjalanan dadakan, justru sulit didapatkan kalau direncanakan sejak jauh-jauh hari. Bagian paling paling aku suka ketika tadabur alam adalah tubuh dan kulitku terasa sehat. Berbeda dengan wisata kota yang biasanya membuatku harus pakai make-up, kadang membuat kulitku justru berjerawat.
Kembali ke pendakian, Puncak Prau sebagai titik tertinggi berbeda dengan Sunrise Camp yang paling populer dengan pemandangannya. Karena kami mendaki via Dieng maka kami sampai di Puncak Prau. Lalu untuk melihat dengan jelas gunung-gunung di sekitar Jawa Tengah, kami harus berjalan menuju Sunrise Camp. Jaraknya cukup jauh tapi dapat ditempuh dalam 15 menit jika berjalan kaki, jarak yang pantas untuk ditempuh karena medan cukup landau, disempurnakan dengan bunga-bunga cantik dan view Bukit Teletubbies yang memikat mata.
Bunga Daisy warna-warni menghiasi perjalanan kami dari Pos 1 hingga puncak dan Sunrise Camp. Aku berkali-kali ambil foto sampai puas di sekitar semak-semak berbunga ini. Entah sejak kapan aku menyukai bunga, setiap ada bunga aku merasa cantik dan menjadi perempuan. Tapi kenapa ya bunga selalu identik denga perempuan? Kenapa tidak dengan laki-laki? Entahlah aku tidak tahu juga.
Sunrise Camp
Sunrise Camp tempat di mana para pendaki dari jalur Patak Banteng bermalam punya pemandangan yang luar biasa cantik. Gunung Sindoro dan Sumbing serta beberapa gunung di sekitarnya terlihat sangat jelas dan cantik, seolah mereka sedang bermain berkumpul bersama.
Aku juga tidak menyangka akhirnya bisa sampai di atas puncak ini, mungkin kalau aku masih tinggal di kampungku dulu, aku tidak bisa sampai diatas puncak ini. Mungkin sebatas melihat pemandangan ini di botol Aqua atau maksimal hanya di YouTube dan medsos.
Kalau mengingat susahnya zamanku kecil dulu, aku jadi merasa tidak pantas untuk mengeluh lagi karena sekarang hidupku jauh lebih mudah dan penuh kenikmatan. Terimakasih Ya Allah, Gusti, atas kenikmatan yang sangat berlimpah ini.
Tidak lama kami di Sunrise Camp. Hanya menikmati pemandangan, mengabadikan momen berfoto-foto cantik, lalu minum dan makan snack untuk mengisi energi. Kami lalu begegas turun karena rencana aku harus kembali ke Jakarta dengan kereta pukul 17.00.
Perjalanan Turun
Baru jalan beberapa langkah, aku merasa ada yang tidak beres dengan perutku, tapi aku coba paksakan jalan mungkin karena tadi pagi aku hanya makan buah dan belum makan berat, sehingga asam lambung naik ke esofagus. Perkiraan kita akan sampai di basecamp pendakian pukul 10.00 sepertinya tidak akan terwujud, karena semakin lama, perutku makin perih dan nyeri. Berjalan tiga langkah pun terasa nyeri sampai membuatku berkali-kali harus istirahat.
Biasanya aku membawa obat lambung, tapi kali ini aku kecolongan. Sialnya, beberapa kali bertemu dengan pendaki semuanya tidak membawa obat lambung. Perjalanan pulang cukup menyiksa, tapi namanya Sasa, walaupun nyeri perut tetap saja sempat tertawa dan foto-foto.
(Ini adalah batas wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Batang. Aku mengerti beberapa kabupaten di Jawa Tengah karena sempat bersekolah di Kendal selama 4 tahun jadi masih familiar dengan daerah-daerah Jawa Tengah.)
Setelah bertemu 6-7 kelompok pendaki dan melewati Pos 1, akhirnya kami bertemu dengan pendaki yang membawa obat lambung. Setidaknya bisa menurunkan sedikit rasa nyeri yang aku tahan dari puncak. Mereka kelompok dari Jakarta yang baru mulai pendakian dan berencana stay 2 hari di puncak.
Tidak lama kemudian, kami sampai di Basecamp Dieng. Makan, tidur, dan bersih-bersih sebelum menutup pendakian dan kembali ke Jogja. Sejujurnya ini kali pertamaku tektok naik gunung. Ternyata sangat seru dan menyenangkan karena tidak perlu membawa banyak perlengkapan. Perjalanan menjadi simpel dan tidak merepotkan.
Terimakasih Gunung Prau yang begitu indah, ingin aku ulang kembali mendaki Puncakmu.
Langkapura, 2 Juni 2024
1 note
·
View note
Text
Eksplorasi Dieng Setelah Mendaki Gunung Prau
Ivermectinh - Gunung Prau itu terkenal banget sama julukan "gunung seribu bukit." Dari puncaknya, kita bisa lihat sunrise keren banget, seperti warna emas gitu, terus ada pemandangan gunung-gunung lain seperti Sindoro, Sumbing, sampai Merapi. Pendakian ke Gunung Prau juga tidak terlalu susah, jadi cocok buat siapa aja, termasuk yang baru pertama kali naik gunung. Suasana yang sepi dan damai, ditambah padang rumput luas, dan kalau malam, langit dipenuhi bintang yang cantik. Pokoknya, perjalanan ke sini tuh bikin pikiran jadi rileks! Setelah puas di Gunung Prau, Dieng adalah destinasi yang pas banget buat lanjutin liburan. Ada Telaga Warna yang cantik banget, airnya warna-warni seperti lukisan, terus ada Candi Arjuna yang penuh cerita sejarah. Setiap sudut Dieng tuh punya pesona sendiri. Jadi, kalau sudah lelah naik gunung, main ke Dieng tuh seperti bonus seru yang tidak boleh dilewatkan!
Pendakian Gunung Prau
Pendakian Gunung Prau terkenal cukup ramah buat pendaki pemula. Treknya tidak terlalu panjang, biasanya bisa ditempuh 2-3 jam tergantung jalur yang dipilih, seperti jalur Patak Banteng atau Dieng. Meski ada tanjakan yang bikin lelah, pemandangan yang bisa kita lihat sepanjang jalan bikin semuanya terasa ringan. Saat sampai di puncak, kita bakal disambut hamparan padang rumput luas dan bukit-bukit yang sering disebut mirip "Bukit Teletubbies." Apalagi kalau naik pas cuaca cerah, pemandangan gunung-gunung lain seperti Sindoro, Sumbing, dan Merbabu bikin makin keren! Yang bikin Gunung Prau spesial adalah golden sunrise-nya. Matahari perlahan muncul di balik gunung, warnanya seperti emas bercampur jingga, benar-benar memukau. Buat persiapan, pastikan bawa perlengkapan hiking dasar, seperti jaket tebal karena udaranya dingin banget, air minum yang cukup, dan headlamp buat jaga-jaga kalau trekking malam. Jangan lupa cek ramalan cuaca biar pengalaman mendaki makin seru tanpa gangguan hujan!
Eksplorasi Wisata Dieng Setelah Mendaki
Selesai menikmati sunrise yang epic di puncak Gunung Prau, masih banyak yang bisa dijelajahi, jadi jangan langsung pergi! Kawasan Dieng punya banyak destinasi seru yang sayang banget kalau dilewatkan. Mulai dari danau-danau cantik seperti Telaga Warna, hingga situs bersejarah seperti Candi Arjuna, semuanya bisa jadi pelengkap petualanganmu. Dieng bukan cuma soal pemandangan, tapi juga punya vibes yang bikin hati adem. Jadi, habiskan waktu lebih lama di sini, karena ada banyak keindahan yang menunggu untuk dieksplorasi! Telaga Warna Telaga Warna itu salah satu tempat yang paling keren di Dieng! Yang bikin unik, air telaga ini bisa berubah-ubah warnanya loh, dari hijau, biru, sampai kekuningan. Ini karena kandungan belerang yang ada di dalam air, yang bikin warnanya bisa kelihatan beda-beda tergantung cahaya matahari. Jadi, kalau cuaca lagi cerah, pemandangannya bakal super keren banget! Bener-bener seperti di dunia fantasi deh! Selain menikmati pemandangan telaga, kita juga bisa naik ke Batu Pandang buat lihat Telaga Warna dari atas. Dari sini, kita bisa lihat pemandangan dua telaga sekaligus, Telaga Warna dan Telaga Pengilon, yang warnanya juga beda-beda. Pemandangannya asyik banget buat foto-foto, jadi jangan lupa bawa kamera atau ponsel ya, biar bisa capture momen keren ini! Candi Arjuna Bangunan ini adalah salah satu tempat bersejarah yang ada di Dieng. Candi ini dibangun sejak abad ke-8 dan dibuat untuk menghormati dewa-dewa Hindu. Nama "Arjuna" diambil dari tokoh terkenal di cerita Mahabharata, yang merupakan salah satu dari Pandawa. Di kompleks ini ada beberapa candi kecil, dan Candi Arjuna adalah yang paling besar dan paling utama di antara semuanya. Saat kita jalan-jalan ke tempat ini, kita bakal ngerasain suasana yang agak misterius karena dikelilingi pegunungan dan udara yang dingin. Arsitektur candi yang udah tua dan keren, dengan batu-batu yang penuh detail, cocok banget buat di foto. Pemandangannya yang keren banget, gabungan antara alam dan sejarah, bikin kita berasa seperti lagi masuk ke dunia zaman dulu!
Kombinasi Petualangan Alam dan Budaya
Pendakian Gunung Prau memberikan pengalaman alam yang luar biasa, dengan trek yang menantang dan pemandangan yang tidak kalah memukau. Saat mencapai puncak, kita bisa menikmati sunrise yang epik dan hamparan bukit yang hijau banget. Sensasi melihat pemandangan dari ketinggian ini pasti bikin kita ngerasa puas dan seger lagi. Setelah capek mendaki, suasana yang tenang dan sejuk di puncak Gunung Prau bikin perjalanan jadi sangat berkesan. Di sisi lain, Dieng juga kaya dengan destinasi wisata budaya dan sejarah yang menarik. Candi Arjuna dan Telaga Warna, misalnya, tidak cuma indah tapi juga penuh dengan cerita dan tradisi. Kita bisa belajar banyak tentang sejarah Hindu kuno dan menikmati keindahan alam yang unik. Kombinasi antara petualangan alam di Gunung Prau dan wisata budaya di Dieng bikin perjalananmu jadi semakin lengkap dan seru!
Nikmati Kuliner Lokal Gunung Prau dan Dieng
Setelah capek mendaki Gunung Prau, tidak ada yang lebih nikmat daripada menikmati kuliner khas Dieng yang menggugah selera. Salah satunya adalah Mie Ongklok, mie khas Dieng yang disajikan dengan kuah kental yang gurih dan nikmat. Mie ini biasanya dipadukan dengan sayuran segar, tahu, dan tempe, memberi sensasi rasa yang unik dan lezat. Rasanya yang hangat dan pedas juga cocok banget buat mengisi perut setelah perjalanan panjang. Selain Mie Ongklok, jangan lupa juga coba Tahu Tempe Dieng yang terkenal dengan rasa gurih dan tekstur yang kenyal. Tahu dan tempe di Dieng seringkali disajikan dengan sambal yang bikin rasanya makin enak. Kuliner khas ini tidak cuma enak, tapi juga bisa bikin kita lebih dekat dengan budaya lokal. Jadi, sambil menikmati makanan, kita juga bisa merasakan kehangatan dan keramahan warga Dieng.
Tips untuk Wisatawan Gunung Prau
Untuk menikmati pendakian Gunung Prau dan semua keindahan yang ada di Dieng, kita bisa merencanakan perjalanan selama 2-3 hari. Hari pertama, kita bisa mulai dengan pendakian Gunung Prau di pagi hari untuk menikmati sunrise yang spektakuler. Setelah turun, lanjutkan dengan mengunjungi destinasi wisata seperti Telaga Warna dan Candi yang bernama Arjuna. Hari kedua, kita bisa eksplor lebih banyak tempat di Dieng atau hanya bersantai menikmati kuliner lokal. Pastikan juga untuk menyisakan waktu untuk membeli oleh-oleh seperti carica yang terkenal di Dieng. Soal tempat menginap, kita bisa memilih penginapan yang nyaman di sekitar kawasan Dieng yang cocok untuk wisatawan, mulai dari homestay hingga hotel dengan pemandangan alam yang keren. Untuk makanan, selain Mie Ongklok dan Tahu Tempe Dieng, kita wajib coba juga Sate Sapi Dieng dan Soto Dieng yang hangat dan mengenyangkan. Jangan lupa beli carica, buah khas Dieng yang rasanya manis dan segar, sebagai oleh-oleh. Kalau kita mencari suvenir lain, ada banyak kerajinan lokal yang bisa dijadikan kenang-kenangan dari perjalanan seru ini. Kesimpulan Jadi, intinya perjalanan ke Gunung Prau dan Dieng itu super seru dan tidak boleh dilewatkan! Di Gunung Prau, kita bakal dapet pemandangan alam yang keren banget, mulai dari sunrise yang kece banget sampai bukit-bukit hijau yang bikin hati adem. Setelah capek mendaki, Dieng punya banyak tempat kece seperti Telaga Warna dan Candi Arjuna yang tidak cuma indah, tapi juga punya sejarah menarik. Selain itu, kuliner khas Dieng seperti Mie Ongklok dan Tahu Tempe juga enak banget dan pas banget buat ngisi perut setelah seharian jalan-jalan. Kalau kita rencanakan perjalanan dengan baik, Gunung Prau dan Dieng bakal jadi petualangan yang tidak cuma seru, tapi juga membuat kita belajar banyak tentang budaya dan sejarah. Jadi, tunggu apalagi? Ayo jelajahi Dieng dan nikmati semua keindahannya! Read the full article
0 notes
Video
issuu
WA 0813-8171-5671 - Paket Wisata Gunung Sikunir Dieng
HARGA TERMURAH!! Wisata Daerah Dieng Wonosobo, Mendaki Gunung Prau Dieng, Trip Dieng Start Jakarta, Paket Wisata Dieng 4 Hari 3 Malam, Tarif Masuk Objek Wisata Dieng, Open Trip Dieng Dari Jakarta, Pegunungan Dieng Travel Guide, Travel Kebumen Dieng, Ritual Cukur Rambut Gimbal Dieng Culture Festival
Paket Wisata Dieng 3 Hari 2 Malam dari Jakarta. Nikmati keindahan Gunung Prau dan Golden Sunrise lengkap dengan Wisata Budaya, Candi Dieng, Telaga Warna plus kompleks Goa Alam, Kawah Sikidang, dan lain sebagainya.
Harapan mendirikan argia Indonesia agar kami dapat mengajak masyarakat secara luas untuk ikut menikmati indahnya alam Indonesia yang tersebar dari sabang hingga merauke.
For more Information, please call: CALL/SMS/WA 0813-8171-5671 (Telkomsel) Bpk Nanang
#issuu#Jazz Atas Awan#Tourist Spot In Indonesia#Raja Ampat Tour#Paket Wisata Raja Ampat#Penginapan Di Dieng#Paket Tour Dieng 3 Hari 2 Malam#Perjalanan Dari Jakarta Ke Dieng#Sikat Dieng Tour#Anak Gimbal Dieng#Camping Di Dieng#Tempat Wisata Pegunungan Di Jawa Tengah#Dieng Pass Homestay#Puncak Prau Dieng#Obyek Wisata Wonosobo#Wisata Dieng Banjarnegara#Orang Gimbal
0 notes
Photo
Puasa gini Sikunir cocok banget untuk kita camping tipis tiois genk, karena tempat ini tidak terlalu tinggi dan cocok untuk mengabadikan momen matahari terbit di atas cakrawala. Berlokasi di Desa Sembungan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Puncak Sikunir bisa dikatakan sebagai Golden Sunrise terbaik se-Asia Tenggara. Ketika berada di Puncak Sikunir, teman-teman akan sekaligus menyaksikan tujuh puncak penyangga Dataran Tinggi Dieng yaitu Gunung Sindoro, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Puncak Telomoyo, Gunung Ungaran, dan Gunung Prau. Sebuah pemandangan yang menakjubkan. Puncak Sikunir merupakan puncak tertinggi di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, berdiri diatas ketinggian 2356 m diatas permukaan laut, sehingga Desa Sembungan merupakan desa tertinggi di Jawa Tengah. Pemandangan pagi hari saat matahari terbit, bisa dilihat dari puncak ini, menambah kesan kita sedang bersemayam di negeri diatas awan. . Perjalanan kurang lebih lebih 1 km keatas, melalui jalan setapak berbatu, dengan hanya pagar kayu ringin sepanjang tebing menuju puncak. Hati-hati kepleset guys, jalannya cukup terjal dan licin. Pastikan teman-teman memakai jaket, syal, sarung tangan dan kupluk, karena cuaca disana bisa mencapai 2 derajat celcius pada pagi hari menjelang sunrise kalau bulan juli - agustus. So, dingin banget, guys. Setibanya di puncak, menjelang pukul 05.56 WITA, teman-teman akan disuguhi pengalaman terbitnya si telur ceplok raksasa mahakarya Tuhan yang luar biasa cantiknya. Ya, di Puncak Sikunir Dieng, teman-teman akan merasa tengah menginjakkan kaki di negeri diatas awan, menyaksikan sang surya nongol dari peraduannya. Cukup dramatis, kan! Sikunir Golden Sunrise, Wonosobo, Indonesia Photo by @indra_lg #PNDKID #pendakiindonesia (at Sikunir, Jawa Tengah, Indonesia) https://www.instagram.com/p/BxTE3bAl8gR/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1g569pvtirf1e
1 note
·
View note
Text
TURISIAN.com – Mengacu pada suksesnya pelaksanaan event Dieng Trail Run, menjadi pendorong bakal ramainya penyelenggaraan lomba lari tahun depan (2023). Event lari trail run belakang makin diminati kalangan pelari Indonesia. Olahraga lari yang merupakan kategori atletik ini makin popular dan peminatnya semakin bertumbuh. Olahraga lari yang menjelajahi alam bebas ini, tidak hanya sekedar lari. Tetapi juga menikmati keindahan alam, baik pegunungan, hutan, bukit, serta pantai. Dieng Trail Run bertajuk Sports Tourism yang berlangsung di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, 10-11 Desember 2022, menjadi salah satu contoh. Lomba lari ini sukses diselenggarakan dengan kategori perlombaan 12 km, 23 km, dan 50 km. BACA JUGA: Mengenal Candi Dwarawati Dieng yang Mirip dengan Candi-candi di India Dieng Trail Run merupakan event lari trail pertama yang diselenggarakan pada dataran tinggi Dieng. Event bertajuk Run Above The Clouds ini digelar oleh ESA, PAT Adventure dan Detrac, sebagai salah satu komunitas lari trail. Diikuti oleh 260 peserta dari berbagai Kota dan Negara, event ini juga didukung oleh Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BOB). Selain untuk mengembangkan olahraga Lari Trail, event ini juga bertujuan untuk mendukung pariwisata di Wonosobo, Jawa Tengah. Dukungan Penuh Dinas Pariwisata Lomba lari trail ini juga didukung penuh oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo dan Perhutani Kedu Utara. BACA JUGA: Sendang Maerokoco, Sumber Air di Dieng yang Dipercaya Bikin Awet Muda Rute yang dilalui merupakan objek-objek wisata alam di Kawasan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, yang tentunya menyajikan pemandangan yang menyejukkan mata para peserta. Di antaranya : Gunung Prau, Gunung Pakuwaja, Gunung Bismo, Puncak Seroja, Dieng Theather, Petak 9, Telaga Warna, dan lainnya. "Kegiatan ini menjadi salah satu ajang pengenalan wisata alam di Dieng. Landscapenya cantik dan suhu yang sejuk mirip dengan desa kecil Chamonix, Mont Blanc, tempat lomba Lari Trail bergengsi dunia di Perancis,” ungkap Fandhi Achmad, selaku ketua penyelenggara seperti dikutip Turisian.com dari Antaranews, Kamis Desember 2022. BACA JUGA: Telaga Warna Dieng yang Memesona dengan Air Berubah-ubah Warna “Harapannya Dieng akan mendunia dan atlet-atlet, baik dari Indonesia ataupun Mancanegara, akan berdatangan untuk menikmati keindahan alam di Dieng ini,” sambungnya. Selain lomba Lari Trail, Dieng Trail Run juga mengkampanyekan event Trail Run yang minim sampah dan ramah lingkungan. Seluruh peserta diwajibkan membawa cup / botol minum pribadi sehingga tidak tercipta sampah botol air minum dalam kemasan. Dan para peserta berhasil menyelesaikan perlombaan dengan selamat, meski beberapa peserta tidak mencapai garis finish. BACA JUGA: Berkunjung ke Kompleks Candi Arjuna, Percandian Terbesar di Kawasan Dieng "Trek nya menantang, viewnya bagus dan cuacanya dingin. Wajib dicoba lagi tahun depan" ujar Taufik Hidayat, juara 1 kategori 50km. Sementara itu, Agus Wibowo selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo sangat mengapresiasi kehadiran Dieng Trail Run. "Kami mengapresiasi panitia, dan seluruh peserta atas kehadirannya di Dieng Wonosobo. Selamat menikmati keindahan alam yang ada. Dan diharapkan datang lagi tahun-tahun ke depannya karena masih banyak rute yang bisa dijelajah,” ujarnya. ****
0 notes
Text
Pendakian Gunung Pakuwaja via Parikesit Wonosobo
pendakian 31 desember 2021 - 1 januari 2022. diajakin muncak edisi spending time to 2022 oleh Rere & Mas Jun (Suami Rere). setelah mencoret bismo, sumbing, ungaran, prau dari daftar terpilihlah gunung pakuwaja. this mountain is definitely cool place to hike: the view, the locals, the trails, the weather.
untuk lokasi basecampnya sendiri mudah banget ditemuin (meskipun ngga begitu mudah dinotice sih sebenernya) dari arah temanggung, basecampnya terletak sebelum gapura selamat datang dieng plateu.
untuk tiket masuknya sendiri menurutku standar, kamu akan dikenakan biaya 10,000 per orang untuk simaksi dan 10,000 untuk biaya parkir inap motor. tidak ada pengecekan di basecamp pakuwaja, namun pengelola basecamp meminta kami untuk menjaga alam, lingkungan dan tidak meninggalkan apapun diatas sana nanti.
kami memulai pendakian pada pukul 4 sore, berjalan kurang lebih 200 meter menuju gapura perkampungan penduduk.
rere sedang berpose di penunjuk pertama menuju puncak pakuwaja
sebenarnya pendakiannya mungkin bisa memakan waktu kurang dari 2 jam, tapi karena baru jalan sebentar banyak cekrek-cekrek dan video jadinya molor lama.
(dari kanan) itu aku, rere dan mas jun
aku perkirakan 70% jalanan adalah makadam dengan pemandangan ladang warga
penunjuk jalan menuju puncak sangatlah jelas, kecuali pada 2 persimpangan (ke kanan jalanan makadam dan ke kiri jalanan tanah menuju ke kebun warga) kami mengambil jalan ke kiri - arah kebun. tak lama, muncul penanda menuju ke puncak pakuwaja.
nah ngga lama setelah tanda ini, para pendaki akan bertemu dengan tanjakan 90% sepanjang 850 meter. jadi persiapkan kaki kalian dengan baik.
pos bayangan 3, di pos ini bisa memuat 4-5 tenda berkapasitas 5 orang lebih.
kami memutuskan untuk mendirikan tenda di area ini dengan meratakan ilalang yang tinggi. oh ya, kami mencapai pos bayangan 3 sekitar pukul 6.15 malam. total perjalanan dari basecamp sampai pos bayangan 3 adalah 2 jam 15 menit (ingat, ini pendakian santai, dikit dikit foto - dikit dikit rekam panorama sekitar, saat hujan deras kami berteduh sebentar dan melanjutkan perjalanan dengan mengenakan ponco)
ndak usah khawatir ya, di pos bayangan ini pengguna im3 tetap bisa tersambung dengan sinyal 4G meskipun naik turun. oh ya, cuaca di area pos ini sekitar 11° C dengan angin malam yang super kencang dan ribut.
esoknya kami disambut kabut tebal hanya sebentar cerah kemudian kabut tebal melanda lagi. itu yang membuat kami sedikit ragu untuk naik menuju puncak. tapi karena kami sangat optimis akan cerah diatas sana akhirnya kami memulai perjalanan ke puncak dari tenda kami.
aku tetap optimis untuk menuju ke puncak pakuwaja.
anyway, ke-optimisanku sepanjang kami menuju puncak sampai kami turun pun tidak terbukti haha.
pakuwaja. oh ya, saat cuaca cerah kamu bisa melihat telaga (entah telaga menjer atau telaga merdada) dari puncak ini dengan jelas.
sebelum melakukan pendakian, aku membaca artikel yang menerangkan bahwa: pakuwaja ini adalah penyeimbang dataran di jawa, bisa dilihat dari namanya paku-waja.
#pakuwaja#gunungpakuwaja#explorewonosobo#gunungpemula#hiking#wanderlust#travel#explore#wander#girl#mountain#trails#2421MDPL#parikesit#pakuwaja via parikesit#pakuwaja 2421 MDPL
0 notes
Text
Daftar Gunung Yang Cocok Bagi Para Pemula
Asuransi Perjalanan - Musim panas telah tiba, selain area pantai, wilayah dataran tinggi tetap menjadi primadona tujuan untuk menikmati musim panas, terlebih pada bulan Maret 2021 ini, akan terdapat harpitnas, bisa menjadi peluang long weekend bagi yang mau mengajukan cuti sejak awal bulan ini.
Dataran tinggi yang kali ini di maksud adalah, gunung tapi yang masih friendly, atau easy hike untuk para newbie, nah loh kira-kira bagaimana kriterianya, dan seperti apa persiapannya? Untuk kriteria, bukan gunung dengan MDPL yang lebih rendah, karena sebagai contoh gunung salak yang hanya 2211 MDPL ternyata tanjakannya curam dengan banyaknya webbing sebagai alat bantu, kriterianya adalah, gunung yang easy hike, adalah yang paling banyak di daki oleh kaum hawa, gunung yang sering di daki oleh para pendaki, selain keindahan dan kemudahannya, sedang persiapannya, tak jauh berbeda seperti pendakian gunung-gunung lainnya.
Baca Juga : Tips Pendakian, Wisata dan Olahraga Yang Memerlukan Kesiapan
Gunung Andong Gunung yang terletak sebelah barat daya gunung Merbabu dan sisi tenggara kota Salatiga ini menawarkan pesona keindahan tersendiri untuk sunrise maupun sunsetnya, dengan track yang relatif mudah, dan camp ground yang cukup menampung hingga 30 an tenda, serta akses mudah dan ketersediaan sinyal paket data maupun telepon, membuat gunung ini menjadi tujuan utama bagi pendaki pemula yang ingin melatih, atau bagi kalangan lansia yang semasa mudanya belum pernah merasakan pendakian gunung namun beresiko jika harus berada di tanjakan.
Gunung Prau Gunung yang dulunya di sebut gunung gondo mayit ini terletak di wilayah dataran tinggi dieng, memiliki 3 jalur pendakian terkenal, yaitu patak banteng, wates dan kali lembu ini juga masih terdapat sinyal paket data meski berada di puncaknya, pada musim panas, biasanya terdapat embun upas alias embun yang membeku, kendati ketinggian gunung Prau 2565MDPL, justru memiliki kelembaban udara yang rendah, tak jarang pada musim panas pula, bibir bisa pecah-pecah saat terbangun dari tenda, persiapkan jaket dan sleeping bag lebih tebal, view di gunung ini sangat indah, total durasi pendakian dengan cara santai dari basecamp ke puncak mencapai 5 - 6 jam, dengan track area yang terus menanjak, tidak ada sumber mata air di gunung ini, siapkan air minum sebanyak dan seperlunya, gunakan buff serta sun glass, karena track pendakian penuh debu saat musim panas.
Gunung Bismo Memiliki 2 jalur pendakian resmi, melalui basecamp Sikunang atau Silandak, berbeda dengan gunung-gunung pada umumnya, jika di gunung Bismo ini berbeda jalur, puncaknya pun berbeda, gunung yang baru saja di resmikan gubernur Jawa tengah bapak Ganjar Pranowo pada 2019 lalu ini, tergolong sunyi, tidak seramai prau, dan memiliki vegetasi yang cukup rapat di jalur pendakiannya, gunung dengan ketinggian 2635MDPL ini memilik total durasi pendakian 6 - 7 jam dengan pendakian santai, lautan awan dan sunrise di sini tidak kalah indah dengan gunung-gunung sekitarnya, dan pastikan membawa logistik yang cukup.
Gunung Papandayan Sebuah gunung yang terletak di kabupaten Garut dengan ketinggian 2665MPDL ini terkenal dengan kawah dengan view tandus di hutan mati, tak ketinggalan juga padang Eidelweiss yang memanjakan mata, bahkan sejak di parkiran pun, pemandian air panas sudah menyambut, sangat ramah bagi pengunjung biasa hingga pendaki bukan? bertetanggaan dengan gunung Cikuray dan Guntur namun tidak di rekomendasikan, di karenakan gunung Cikuray tidak di anjurkan bagi pemula, sedangkan gunung Guntur sangat terbatas areanya, di karenakan sebagian wilayahnya adalah Cagar Alam.
Gunung Panderman Gunung yang memiliki ketinggian 2045MPDL ini terletak di Kota Batu, bertetanggaan dengan gunung Arjuno dan Welirang, gunung ini sangat rekomen untuk belajar pendakian, selain jalurnya ramah, dapat juga di lakukan one day hike alias tektok, masih terdapat kera liar di sini dan pastikan tidak sembarangan meninggalkan makanan di area tenda, gunung dengan view Kota Batu ini lebih ringkas dari pada Prau, cukup 3 jam saja, kamu bisa capai puncaknya.
Pada malam hari yang cerah, biasanya di musim panas, jika beruntung kamu bisa melihat gugusan bintang atau yang biasa di sebut Milkyway, khusus di Prau dan Papandayan di camp groundnya seringkali kamu kalau keluar tenda bisa dapat view fantastis tersebut, dan pastikan kameramu bisa menangkap gugusan bintang tersebut agar bisa di abadikan, sekedar catatan, baik itu gunung yang ramai, relatih mudah, hingga kamu di dampingi oleh yang berpengalaman, sebaiknya tetap waspada dan tidak meremehkan ekspedisimu, persiapkan mental dan fisik, bagaimanapun juga petualangan di alam liar adalah hal yang bisa saja membahayakanmu kapanpun, selalu fokus dan jangan lupa awali dan akhiri dengan Doa, dan proteksi diri dengan Asuransi Perjalanan.
0 notes
Text
Gunung Prau, Perjalanan Menembus Sunyi (2)
Gunung Prau, Perjalanan Menembus Sunyi (2)
“Jika belum bisa berbagi harta, berbagilah sukacita.” – Amadya Baca bagian sebelumnya… TRUST YOUR HOPE, NOT YOUR FEAR Kami berempat akhirnya sampai di Dieng. Jam tangan menunjukkan pukul 02.00 pagi. Udara dingin menusuk hingga ke tulang sementara desiran angin malam terdengar cukup kencang. Puncak gunung Prau tak terlihat karena tertutup gelapnya malam. Pepohonan tinggi bergoyang kencang…
View On WordPress
0 notes
Video
issuu
WA 0813-8171-5671 - Paket Wisata Bukit Sikunir Dieng
HARGA PAKET!! Wisata Dieng Paling Bagus, Harga Wisata Dieng 2017, Alamat Objek Wisata Dieng, Tempat Wisata Dekat Dieng, Tips Mendaki Gunung Prau Dieng, Review Wisata Dieng, Backpacker Ke Dieng Dari Tegal, Obyek Wisata Dieng Banjarnegara, Wisata Dieng Dan Sekitarnya
Paket Wisata Dieng 3 Hari 2 Malam dari Jakarta. Nikmati keindahan Gunung Prau dan Golden Sunrise lengkap dengan Wisata Budaya, Candi Dieng, Telaga Warna plus kompleks Goa Alam, Kawah Sikidang, dan lain sebagainya.
Kami adalah tim perjalanan yang berawal karena memiliki kecintaan yang sama pada dunia wisata di Indonesia. Ada begitu banyak area wisata di Indonesia yang menantang untuk kami eksplorasi, keindahan alam wisata Indonesia. Harapan mendirikan argia Indonesia agar kami dapat mengajak masyarakat secara luas untuk ikut menikmati indahnya alam Indonesia yang tersebar dari sabang hingga merauke.
Argia Indonesia menyediakan jasa perjalanan yang sangat memudahkan anda untuk berpergian, kami menyiapkan segala kebutuhan anda dari akomodasi, hingga penginapan dan segala kebutuhan anda hingga sampai ketempat tujuan.
For more Information, please call: (+62) 813-8171-5671 - Bpk Nanang or visit Our Website: http://argiaindonesia.com Our Blog: http://travelagentdieng.wordpress.com
#issuu#Camping Di Dieng#Tempat Wisata Pegunungan Di Jawa Tengah#Dieng Pass Homestay#Puncak Prau Dieng#Obyek Wisata Wonosobo#Wisata Dieng Banjarnegara#Dieng Culture Festival#Dieng Plateau Map#Kawah Putih Dieng#Wisata Di Dieng Jawa Tengah#Java Places To Visit#Wisata Dieng Sikunir#Penginapan Di Sekitar Dieng#Homestay Dieng Murah
0 notes
Photo
. Keindahan Puncak Prau itu ketika pagi datang kamu akan disambut oleh penampakan sunrise yang begitu indah, matahari akan bangun dari tidurnya dan muncul dengan keanggunan diantara gunung2 yang terlihat jelas dari Puncak Prau. . Saat terang datang kamu bisa melihat kurang lebih enam gunung yang bisa dilihat secara jelas dan dekat. Gunung2 itu adalah Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu dll. Pemandangan lain yaitu hamparan awan putih yang mengelilingi Puncak Prau ini seolah-olah membuat kamu sedang berdiri diatas surga. . Pendakian ke Puncak Prau sendiri tidak memakan waktu lama jika kamu melewati Jalur Patak Banteng. Waktu yang dibutuhkan untuk melalui jalur ini sekitar 2 jam. Walaupun waktu tempuhnya relatif cepat, tetapi jalur pendakian tak semudah yang dibayangkan, karena jalur pendakian Patak Banteng ini sangat terjal. . Jalur alternatif lain jika kamu ingin melakukan pendakian yaitu bisa melalui Jalur Desa Dieng. Jalur ini relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan Patak Banteng, karena jalur pendakian bisa dibilang landai dan nyaman. Namun waktu tempuh melalui jalur ini sekitar 4 – 5 jam. . Selain itu ada beberapa jalur serah kalian mau yg mana. Sekarang ni prau sedang ttp pendakian buka lagi awal bulan april,tak sabar aq pengen ke sini lagi menikmati semua yg ada. Mungki kamu sama dgn aku yg sedang rindu dgn gunung prau. . Gunung Prau ,Dieng ,Wonosobo Shot by @iwanamaco Credit to @dwiriyantoo #PNDKID #prau
1 note
·
View note
Text
Pendakian Perdanaku (Part.1)
Pendakian perdanaku tahun 2012 aku lakukan dengan penuh semangat dan kebanggaan. Karena di keluargaku baru aku yang pernah mendaki gunung. Walau pada waktu itu ketinggiannya nggak seberapa, hanya 2.565 mdpl. Ya itu Gunung Prau yang terletak diaerah Dieng Wonosobo.
Aku mendaki bersama salah seorang saudaraku yang kebetulan juga seorang pendaki gunung. Lewat jalur Patak Benteng yang waktu itu masih belum banyak pendaki yang ngecamp di Gunung Prau. Tidak seperti sekarang, banyak pendaki kekinian yang mencoba mendaki gunung untuk mendapatkan like di akun sosial media mereka. Gunung Prau yang dulu tidak seramai sekarang, dulu masih banyak tempat kosong untuk mendirikan tenda. Kalau sekarang sepertinya susah cari tempat kosong buat mendirikan tenda. Bagaimana nggak susah? Sekarang Gunung Prau itu jadi destinasi wisata yang menarik buat para pendaki pemula. Sampai-sampai kalau mau membuat tenda pasti berdekatan dengan tenda para pendaki yang lain.
Sampai di Basecamp aku istirahat sebentar. Rasanya ingin berlama-lama di tempat itu. Karena idola ku banyak yang berada disitu. Satu persatu aku memperhatikan mereka, hmm seperti nya aku udah jatuh hati pada seorang pendaki gunung.
Mungkin ini alasan yang ayahku selalu bilang kalau aku belum cukup umur untuk mendaki gunung. Di basecamp banyak tatapan-tatapan aneh ke arahku. Mungkin emang aku yang masih kelas 6 SD yang badannya masih kecilsehingga membuat mereka melihat ke arahku. Mungkin bagi mereka ini hal aneh. Tapi aku cuek, aku malah senang karena para idolaku meliahat salah satu fans nya yang masih kecil sudah mendaki gunung.
Perjalanan 2.565 mdpl begitu berat aku rasakan pada waktu itu. Badan yang belum begitu kuat menggendong tas 50L yang tingginya sampe leher membuat aku sering berhenti karena lelah, lalu istirahat. Saudaraku yang mengetahui kalau aku kecapekan, memutuskan untuk membawa tas ku. Oke langkahku begitu ringan karena sudah tidak membawa berat beban lagi.
Upss.... ternyata tidak hanya tas besar yang mengganggu langkah ku, trek yang begitu panjang serta naik turun membuat aku merasa lelah dan ingin pulang. Pernah aku menangis karena rasanya aku nggak kuat lagi buat ngelanjutin perjalanan ini, tapi ketika saudaraku meyakinkan aku buat tetap mendaki, aku nurut dan tetap melanjutkan perjalananku ke puncak. Rupanya mendaki tidak semudah yang aku bayangkan.
Aku belum terbiasa dengan tidak mandi, bau badan, baju kotor, pada waktu itu. Yang ada risih, dan ingin mandi. Tapi, ketika aku melihat pendaki lain yang mendirikan tenda nggak jauh dari tempatku rasa ingin mandiku tiba-tiba hilang. Sosok idolaku sama seperti aku, lusuh, kusam, dan bau keringat yang khas, disitu aku langsung berfikir aku sudah sama seperti idolaku. Yaitu mendaki, muka kusam, dan bau badan.
Malamnya aku keluar tenda dengan hawa dingin yang begitu mencekam. Sampai jaket Lafuma yang dibelikan ibuku tidak bisa menahan hawa dingin yang begitu menusuk badanku. Aku dibuatkan mie nesting oleh saudaraku, saat itu aku mulai takjub dengan gear yang dibawa oleh saudaraku. Nesting, alat masak para pendaki gunung yang berhasil memikatku. Bisa masak berbagai menu dengan alat sesederhana itu.
Ketika aku dongakkan leher ke atas, ribuan bintang ada diatasku. Rasanya begitu dekat dengan benda langit yang satu ini. Cahayanya membuat aku tambah senang dengan pendakian pertamaku ini.
Malam semakin larut, aku tidur didalam sleeping bag yang masih tercium wangi karena belum lama aku beli. Dingin yang tambah terasa membuat aku susah memejamkan mata ini. Dan aku pun mulai menggigil kedinginan. Saudara yang tau aku kedinginan langsung menghangatkan badanku dengan jaket yang dia bawa satu lagi untuk cadangan. Selain itu diatas sleeping bag diberi selimut agar aku tidak mengalami hipotermia. Setelah beberapa menit aku mulai merasakan kehangatan. Dan aku mulai bisa tidur nyenyak dalam tenda ultralight tersebut.
(Bersambung)
*Venny Baryanto
1 note
·
View note
Text
Kau Melukis Aku
2k17!
Serasa tahun ini merupakan tahun yang memberikan banyak pelajaran, khususnya bagi saya sendiri. Secara tidak langsung juga dapat dikatakan bahwa tahun ini adalah tahun perubahan. Bukan secara jasmani, namun batin saya banyak diuji pada tahun ini.
Saya mencoba menyusun #2017bestnine versi saya sendiri. Walaupun fitur ini sebenarnya sudah disedikan secara instan, namun bagi saya hasilnya kurang bervariasi. Berikut hasil pemilihan #2017bestnine versi instagram yang menggunakan jumlah like sebagai acuan.
dan... #2017bestnine versi saya adalah sebagai berikut
1. One Day One Create
Akhir tahun 2016 menjadi tahun yang berbeda bagi saya karena untuk pertama kalinya saya tidak mampir pulang saat liburan semester. Tapi syukurnya saya tidak sendirian. Ada dua orang teman lainnya yang juga bernasib sama. Eh, tapi mungkin tidak hanya mereka berdua, tapi sekian persen dari angkatan saya sepertinya tidak mapir pulang karena sebuah kewajiban.
Desember 2016 sampai Januari 2017 saya habiskan bersama dua orang ini. Pada periode ini kami mulai menyusun challenge kecil-kecilan bernama “one day one create”. Selain itu, pada periode ini juga saya “dicekoki” dengan banyak cerita dari film-film dan buku-buku yang menyenangkan. Makin hari saya merasa semakin teracuni oleh film-film bergenre fantasi dan masih berlanjut hingga sekarang. Inilah perubahan pertama yang saya rasakan di tahun 2017 dan memberikan banyak pengaruh besar dalam kehidupan saya selama setahun ini.
“Ternyata menonton film itu menyenangkan jika genrenya cocok dengan dirimu”
Kita juga sempat liburan bareng ke Bali. Rasanya sangat senang, doi bisa menikmati Ubud yang sederhana. Sesederhana Gelato dan Periplus di tengah hujan waktu itu.
2. Pengayaan Batin yang Tak Terduga
Lepas dengan kewajiban kerja praktik di awal tahun 2017, mahasiswa semester “agak akhir” macam saya ini kembali dihadapkan dengan kewajiban lainnya.
Kuliah Kerja Nyata.
Merupakan salah satu mata kuliah dengan beban 3 SKS yang sifatnya wajib. Mata kuliah ini juga seringkali membuat mahasiswa agak galau dan bingung. Entah kepikiran lokasi KKN yang ingin dituju, khawatir nanti sulit bekerjsama dengan anggota lainnya, dan berbagai macama kebingungan lainnya.
Kebingungan itu juga hinggap di diri saya. Awalnya idealis mau KKN di tempat-tempat terpencil, khususnya di perbatasan. Saya mencoba peruntungan lainnya dengan mendaftar di KKN Lombok dan KKN Timor Tengah Utara. KKN Timor Tengah Utara menarik perhatian saya karena lokasinya yang berada di perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Sebagai anak perempuan, saya sulit mendapat izin untuk pergi ke tempat yang jauh. Awalnya saya ragu-ragu untuk meminta izin karena pasti tidak akan diizinkan. Namun entah kenapa orangtua saya menjawab kebalikannya.
“Ya boleh asal gak sendirian”
Cukup terkejut dengan jawabannya, mungkin karena mereka sudah lelah menanggapi pertanyaan saya tentang lokasi KKN yang ingin saya tuju. Setelah mendaftarpun saya kembali bimbang apakah saya mampu bertahan di tempat baru, khushsnya di Indonesia Timur.Apakah mereka akan menerima saya dengan kondisi yang serba seadanya ini.
Namun tetap saya coba saja
Setelah lolos berkas pendaftaran, saya diwajibkan mengisi jadwal wawancara yang sudah disediakan. Saya ingat waktu itu saya mengisi jadwal wawacara jam 18.00. Beberapa saat kemudian, saya menghapus kolom isian saya alias membatalkan jadwal wawancara. Namun beberapa saat kemudian saya isi kembali, dan begitu seterusnya berulang sampai tiga kali. Akhirnya saya memantapkan diri saya untuk tetap mendaftar dan akhirnya diterima.
Tim KKN PPM UGM NTT-04, begitulah sebutannya.
Selama 52 hari kami ber-30 dipisah kedalam tiga sub-unit. Jarak antar sub unit cukup berjauhan, sekitar setengah jam perjalanan. Saya ditempatkan di Sub-Unit II Desa Oepuah Selatan, Kecamatan Biboki Moenleu. Sub unit saya dititipkan di rumah Ibu Veronica. Awalnya sempat bingung, bagaimana kami akan berdinamika di desa ini dan juga di rumah ini.
Namun ternyata, sebuah rumah berwarna dasar merah muda ini ternyata penuh dengan kehangatan. Keluarga Ibu Veronica yang lebih akrab kami sapa “Mamak” menerima kami dengan baik. Begitu pula dengan sembilan orang lainnya yang menjadi teman hidup saya selama 52 hari di rumah ini. Mereka juga sangat hangat dan kadang membuat saya terharu.
Hidup bersama selama 52 hari disana membuat saya merasa sangat dekat dengan mereka dan keluarga Mamak. Rasanya seperti memiliki keluarga yang sangat lekat. Mereka selalu ada dalam segala kondisi. Saat tertawa maupun sedih.
Bernyayi riang di belakang rumah merupakan salah satu hal paling sulit dilupakan. Berteman bintang-bintang dan sinyal ponsel kencang yang jarang mampir di keseharian kami. Mencuci piring di halaman belakang juga tidak kalah menggharukannya. Momen yang selalu saya jadikan sebagai ajang “curcol” dengan seorang kawan yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri. Dia selalu mendengar tanpa melontarkan penghakiman sekalipun.
Masyarakat desa ini juga banyak memberikan saya pelajaran berharga tentang kesederhanaan. Kehidupan di desa ini yang serba sederhana membuat saya lebih banyak bersyukur, ditambah dengan senyum sapaan setiap kali mereka berjumpa. Ekspektasi saya tentang tempat ini memang begitu saja runtuh.
Ditengah teriknya matahari, tempat ini tetap mampu menonjolkan keindahannya yang berbalut kesederhanaan dan senyuman.
3. Tebe Dulu
Seringkali ada yang membandingkan,
“Kamu lebih suka gunung atau laut?”
Dua hal yang jauh berbeda, dari segi letak maupun tantangannya. Jujur saya lebih suka gunung, karena seolah bisa melihat keindahan dari puncaknya.
Gunung yang pertama kali saya coba adalah Gunung Andong. Tepat pada momen tebaik saya pada tahun 2016 silam. Setelahnya saya ingin mencoba petualangan yang lain. Bergabunglah saya dengan teman-teman KKN yang akan mendaki Gunung Prau di Dieng. Awalnya kami bersepuluh, namun akhirnya terkikis dan menyisakan tujuh orang pada beberapa jam sebelum keberangkatan.
Setelah kurang lebih 2 jam pendakian, kami sampai di puncak dengan kondisi sangat kedinginan. Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di dalam tenda saja sampai matahari terbit. Alhasil, besok paginya kabut turun ditambah dengan hujan gerimis. Tidak nampak sunrise dan pemandangan indah lainnya, hanya nampak kabut. Namun kabut tidak mengurungkan niat kami untuk menari Tebe di atas gunung.
4. Kuasa Tuhan
Pada 2017 ini akhirnya saya memberanikan diri untuk belajar piano. Walapun sudah umur segini, saya tetap masih ingin mencoba untuk belajar piano. Awalnya memang agak sulit, apalagi saat membaca not balok dan menemukan posisi tangan yang tepat karena ukuran jari saya yang “agak panjang”.
Ikut les piano sejujurnya memang hanya modal nekat. Tidak ada piano untuk berlatih mandiri dan harus memikirkan biaya les tiap bulannya yang harus saya tanggung sendiri. Namun entah mengapa Tuhan selalu menunjukkan anugerahnya melalui ornag-orang disekitar saya yang memberikan pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga saya bisa bayar les tiap bulannya.
Saya semakin percaya bahwa Tuhan akan selalu memberikan jalan bagi orang-orang yang mau berusaha.
5. Kamu Mau Kemana?
Suatu hari layar ponsel saya berkedip dan memunculkan sebuah pesan dari sebuah Official Account. Saya inseng membacanya dan saya merasa tertarik. Pesan itu memberikan informasi tentang pembukaan volunteer untuk kegiatan Peduli Indonesia. Setelah saya cari informasi lebih lanjut, ternyata Yogyakarta masuk ke dalam salah satu lokasi sasaran Peduli Indonesia 2017.
Saya ditempatkan sebagai pengajar di Kelas 5 SD Jatimulyo, Kabupaten Bantul. Ada pengalaman lucu saat kami berangkat ke sekolah ini. Saya bersama 5 orang lainnya tersesat hingga ke Ngglanggeran, Gunung Kidul. Peta yang dikirimkan ternyata salah dan membuat kami tersesat sejauh itu.Modal bertanya dengan masyarakat sekitar, kami akhirnya sampai tetap sebelum kelas dimulai.
Saya mendapat 4 orang siswi kelas 5 SD. Harusnya ada 5 orang, namun 1 orang lainnya sedang sakit. Sebelum bercerita banyak, saya bertanya kepada mereka
“Kalau ke luar negeri, kalian mau kemana?” Mereka menjawab “KOREA”
Agak terkejut awalnya karena siswa SD sudah tau Korea karena musik-musiknya.
Kelaspun berjalan kurang lebih 1 jam. Saya mencerikan benua-benua yang ada di dunia. Setelah kelas berakhir saya kembali menanyakan mereka ingin kemana suatu saat nanti. Alhasil jawabannya bervariasi. Ada yang ingin ke Singapura, Jepang, dan Inggris.
6. Si Lucu Ketnipz
@ketnipz
Sebuah akun media social yang booming pasca dikeluarkannya stiker lucu berbentuk hati oleh Instagram. Stiker ini menarik perhatian saya karena ekspresinya yang agak flat, mengingatkan saya pada teman saya. Namun ternyata ketnipz itu lebih dari sekadar stiker. Ketnipz membawa banyak nilai-nilai positif yang sebenarnya sangat sederhana. Ketnipz mengemasnya dalam bentuk yang lucu dan menarik. Saya sendiri banyak merasa disadarkan oleh Ketnipz. Tentang mencintai diri sendiri, berpikir positif, kepedulian, dan banyak hal lain tentang kehidupan.
7. Suatu Masa di Kota Ngalam
Awal November 2017, saya dan dua orang teman lainnya berangkat dari Yogyakarta ke Malang karena sesuatu hal. Setelah 8 jam perjalanan menggunakan kereta api, akhirnya kami sampai di Malang dan diantar ke penginapan.
Ekspektasi kami di awal adalah kami bertiga akan ditempatkan dalam satu kamar yang sama. Namun ternyata tidak, kami dipisahkan dan harus tinggal satu kamar dengan orang lain yang belum kami kenal sebelumnya.
Saya ditempatkan di Kamar 255 bersama mahasiswa Undip dan IPB. Karena awalnya masih canggung, akhirnya saya sering mampir ke kamar teman-teman saya dan berkenalan dengan mahasiswa lainnya. Syukurnya kami semua cepat untuk beradaptasi dan akhirnya bisa ngobrol dengan leluasa.
Kalau boleh mengutip kata-kata teman saya
“Senangnya punya teman dari seluruh nusantara”
8. Gas Gas Gas
“PWK 14” “Gas..Gas..Gas!!!”
Begitulah jargon dari angkatan saya. Sangat bersyukur bisa berada di tengah-tengah mereka. Sangat hangat dan selalu memberikan kejutan.Sepertinya selalu menjadi salah satu bagian terbaik selama masa perkuliahan saya.
Semangat Tugas Akhir yaa
9. 21:7=3
Kali ketiga, tujuh semester, dua puluh satu tahun.
Tahun ini saya memasuki usia legal. Istimewanya sampai saat ini saya masih bisa punya teman-teman seperti mereka. Tahun ini adalah kali ketiga saya merayakan ulang tahun bersama. Teman makan, nugas, ketawa dan segala hal lainnya yang berkaitan dengan dinamika kehidupan di Jogja.
Satu hal yang akan paling saya rindukan dari mereka adalah saat menertawakan lelucon “receh” dan ngobrol receh dan kadang tidak penting. Tapi tetap senang bersama mereka.
Akhirnya, inilah sembilan momen terbaik selama 2017
T E R I M A K A S I H
K A U T E L A H M E L U K I S A K U
2 notes
·
View notes
Text
Perjalanan pendakian Gunung Prau.
Astagaaaa, udah sebulan lebih nggak nulis 😱 Tulisan tentang perjalanan Prau ini juga terabaikan sebulanan, lupa ngeposting. Hahaha Hhm emang nulis itu butuh mood sih 😣 * * So, let me tell you a story about my journey to Mt. Prau! Jumat, 6 Okt 17. Akhirnya semua siap berangkat, yewww!! Errr, nggak juga sih. Temenku, si Monyet, bilang gak jadi ikut karna masih sakit. Duh, aku udah males kalo ada yg batalin lagi di hari H gini. Sebodo teuing lah kalo gak ikut juga mah. Awalnya kita janjian jam 6 di stasiun bangil, buat naik bis ke terminal bungurasih. Dan...hasilnya, baru kumpul semua jam 19.30, karna mas Wachid masih rempong packing di rumahnya 😐 Akhirnya 19.30 kita baru naik bis otw bungurasih. Di waktu yg bersamaan, si Monyet yg tadi sore pulang ke rumahnya di purwosari, akhirnya memutuskan buat berangkat juga, dia naik bis dari purwosari ke bungurasih. Hahaha crack! Pengen ta jotos bocah itu! Finally, jam 21.30 kita ketemu semua di bungurasih. Kita stand by di peron bus jurusan Magelang. Dan sekitar jam 22.30, kita semua udah duduk manis di bus Eka, berkat skill ku yg tinggi untuk nerobos masuk bis duluan dan cari 5 kursi kosong 😅 And here we are... Me, Monyet, Baguspan, Amin dan mas Wachid goes to Prauuuu 👊 Btw ya, fyi, karna aku itu nggak seneng naik bis, sangat parno, dan kalo gak kepaksa banget gak bakalan mau naik bis, jadi...begitu duduk di bis, langsung nutup puser pake handsaplast dan minum antimo. Hahahaha safety first for myself yak!💃 (dan bis Eka ini nggak ada toiletnya dong. Gimana nggak makin parno! 😮) Oh ya, harga naik bis Eka Sby-Magelang kalo gak salah itu 118.000. Sabtu, 7 Okt 17. Ditengah-tengah obat bius antimo, sesekali aku kebangun dan menyadari bahwa supir bus ini ugal banget. Seingetku 2x mau tabrakan sama truk tronton disebelah dan keneknya ngomel2 di jalan marahin supir tronton itu. Hhm, welcome to night bus! Sekitar jam 2.30 pagi, berhenti di Ngawi buat makan. Aku yg masih kebius ngantuk sama antimo, maksain diri buat turun, ke toilet, dan makan. Kemudian lanjut cuss.. (dan tidur lagi 😪) Sekitar jam 7 pagi, alhamdulillah kita sampe di terminal Magelang! 🙌 Kita mandi-mandi, sholat, dan aku cuma cuci muka sama sikat gigi aja sih hahaha. Trus sarapan dulu di warung dalem terminal. Sekitar jam 8, baru naik bis kecil tujuan Wonosobo, yewww! Bis ini kalo di Pasuruan, kayak 'bis kuning' haha. Naik bus Magelang-Wonosobo ini 25.000. Selama perjalanan, enak banget liat pemandangan sekitar, apalagi pas nyampe Wonosobo. Duh, langsung disambut udara dingin dan pemandangan gunung Sindoro disebelah kanan kita 😁 Sekitar jam 10 pagi, kita sampe di terminal Wonosobo. Baguspan sama Monyet langsung cari indomaret buat beli gas. Karna kita bawa 2 kompor, tapi gak bawa gas. Hahaha. Eh ya, btw kita dapet 1 temen baru yg gabung sama kita sejak sampe di Magelang tadi. Nama panggilannya sih mas Kalap. Jadi dia anak Gresik, trus mau ke Prau juga, sendirian. Ternyata udah kenalan sama Amin dari di bungurasih kemaren, trus diajakin bareng sama Amin. So, rombongan kita jadi ber-6 😀 Nah, pas kita lagi nunggu bis ke Dieng, datenglah nih si calo (yg akhirnya nantinya kita tau kalo dia brengsek) yg nawarin kita nyariin bis ke Dieng. Yaudah ya kita mau aja waktu itu. Kita naik bis kecil jurusan Dieng, bareng sama rombongan 9 anak dari Jakarta. Kita bayar 20.000. Nah trus pas didalem bis, si calo tadi nawarin rombonganku sama rombongan anak Jakarta tadi, untuk pulangnya besok ikut dia aja. Btw, akhirnya kita mutusin pulangnya dari Dieng besok, kita ke Jogja dulu, dan mas Kalap juga dadakan beli tiket kereta dari Jogja bareng sama kita. Nah, karna rombongan anak Jakarta tadi juga mau ke Jogja, akhirnya kita deal besok ke Jogja barengan mereka lagi, dan dikasih harga 60.000/anak Dieng-Jogja (wah, murah bgt, batinku). Dan mas Kalap yg pegang cp-nya si calo itu, aku sih gak minat ngurusin awalnya, ngikut aja.. Jam 12 siang, alhamdulillah kita sampe di Dieng! 🙌 wah bener-bener senengku gak kekira! Finally, dataran tinggi Dieng, Dieng Pleteau! 😍 Kita langsung minta turun didepan indomaret, karna deket juga sama gangnya basecamp. Istirahat dan sholat bentar, kita lanjut jalan ke basecamp. And... Welcome to basecamp Patak Banteng pendakian Gunung Prau!🙋 Wah disini rame bangetttt! Waktu itu loket registrasinya masih tutup, baru buka jam 1 siang, jadi kita istirahat disana sebentar, sambil nyemil-nyemil isi tenaga buat trekking. Dan yg gak boleh kita lewatkan kalo udah di Dieng adalah, nyobain Tempe Kemulnya! Haha asik nih makan gorengan, sukaanku 😜 dan aku habis banyak, banget 😂 ya doyan, ya laper. Setelah registrasi (aku lupa, sepertinya registrasi prau cuma 7 atau 8 ribu gitu..), jam 13.30 kita doa bareng dan mulai trekking.. #trekking..... Pertama jalan, kita ngelewatin perkampungan warga dan menapaki beberapa (banyak.red) anak tangga yg dicat warna-warni. Hhm agak shock langsung dihajar naikin anak-anak tangga itu, haha. Trus ketemu perkebunan warga, jalannya lumayan sempit. Keluar perkebunan, kita ketemu di jalan nanjak berbatu sampai di pos 1. Pas banget mau istirahat bentar di pos 1, eh hujan. Hhm, kita nerusin jalan.. Tapi lama-lama hujan makin deres, akhirnya kita neduh di warung kecil sambil nunggu kali aja hujannya reda. Btw, di pendakian prau ini bakal banyak kita temui warung-warung kecil disepanjang kanan dan kiri perjalanan sampai sebelum pos 2. Hahaha bener-bener pendakian yg dimanjakan ini mah. Rata-rata warung-warung itu jual cemilan, minuman, jas hujan, dan sudah jelas semangka! Hahaha. Jangan tanya aku beli apa gak, jelas lah aku nyemil semangka tiap berhenti di warung, dan langsung nyeletuk "Nyet, aku semangka 2" (haha maksudnya minta bayarin si monyet). Singkat cerita, kita memutuskan jalan lagi dan pake jas hujan semua. Trek prau di musim hujan bener-bener aduhayyy! Karna tanahnya jadi licin banget, jalannya banyak bercabang (mengingatkanku sama treknya gunung panderman). Melewati tengah hutan, sesekali kita ketemu tanah terbuka, dan melihat seputar kota dieng dari atas, ah indah banget! Mendekati puncak, aku ketemu taman bunga daisy. Cantiiikkkk banget! 🌼🌼 Dan akhirnya sekitar jam 17.00, kita sampai di camping ground nya prau. Yeyyy!! Alhamdulillah.. #Camping ground..... Sampai di camping ground, hujan sudah berhenti. Kita disambut kabut yg cukup tebal dengan jarak pandang kita bener-bener terbatas. Bahkan aku gak bisa lihat tenda-tenda pendaki di kejauhan, gak bisa lihat pemandangan gunung 3S (Sindoro, Sumbing, Slamet), dan jelas gak ketemu sunset 😐. Prau dingin bangettt, entah karena habis hujan atau memang sudah mau malam, haha. Tapi menurutku lebih dingin ranukumbolo sama ijen 😄 Kita cari tanah lapang buat diriin 2 tenda hadap-hadapan. Aku masuk tenda duluan dan nata matras-matras kita, tas-tas, sama ngeluarin semua logistic yg kita bawa. Lalu sebagai cewek satu-satunya, jelas aku langsung nyiapin makanan minuman buat kita. Dibantuin yg lain siapin kompor dan gas, aku siapin kopi, susu, dan jahe hangat trus masak makanan. Malam itu si Amin kebagian masak nasi (berasnya ga pake dicuci dulu, langsung dimasak. Hemat air! 😂) Aku bikinin bakso sama goreng nugget, dibantuin Monyet sama Baguspan. Kalo mas Wachid sama mas Kalap gak kebagian ngapa-ngapain, karna mereka anteng didalem tenda aja 😑 Btw, aku ber-4, 1 tenda sama Amin, Monyet, sama Baguspan. Dan mas Wachid sama mas Kalap ber-2, 1 tenda. Mas Kalap disini btw pendiam banget. Bahkan dia gak makan masakanku blas, cuma minum kopi haha 😏 Dan malam itu kita makan kenyang banget. Ada nasi yg berhasil punel banget Amin bikinnya👍, trus makanan pembuka bakso hangat (yg sebagian kuahnya didalem nesting ditumpahin sama Monyet 😰 trus kena kakinya Baguspan 😅), kita makan nasi + nugget bareng-bareng, dan itu nikmaaaat banget rasanya 😊 Malam semakin larut, mas Wachid sama mas Kalap udah terdengar ngorok didalem tendanya. Akhirnya aku ber4 sama Amin, Monyet, Baguspan masuk tenda juga, dan...memutuskan main kartu! 😄 Sesekali aku ngeliatin langit, nyari bintang-bintang, tapi emang karna abis hujan, jadi gak begitu terlihat banyak. Kita kedatangan tetangga baru juga, si Amin sampe bantuin diriin tendanya mereka. Mereka juga pinjam lampu sama kompor+gas kita. Dikejauhan langit sempat ada semacam fenomena alam aneh kayak kilatan cahaya dalam durasi waktu yg cukup singkat tapi sering. Si Amin meyakini itu kilatan Gunung Agung di Bali yg meletus (haha. Emang saat itu aktivitas Gunung Agung lagi 'awas'). Dan ketika malem itu aku kebelet pipis, akhirnya si Amin yg nganterin jalan keluar cari semak-semak dan nungguin aku pipis, haha 😂 Camping ground prau cukup ramai sekali malam itu. Tenda-tenda berjejer dengan aktivitas mereka masing-masing. Malem itu kita ngobrol banyak didalem tenda sambil main kartu, sampai satu persatu dari kami lelah dan memutuskan tidur. Berjejer dari Amin - aku - Monyet - Baguspan. Dan mereka langsung berpesan aku harus bangunin mereka besok pagi, biar gak ketinggalan sunrise. Haha 😑 Minggu, 8 Okt 17. Aku bangun sekitar jam 04.30 pagi. 3 manusia lain didalem tendaku ini masih tertidur pulas. Aku buka tenda, langit masih agak gelap, dan sunrise belum muncul, tapi pendaki-pendaki lain sudah ramai. Kemudian aku bangunkan teman-temanku, dan jelas saja, mereka tetep molor. Haha! Akhirnya aku siapkan minuman hangat sambil nunggu mereka siuman. Oh ya, btw, aku parno mau nyalain kompor ini, jadi tiap mau masak, aku selalu dibantuin kalo buat nyalain gas ini 😅 Singkat cerita, pagi itu kabut cukup tebal. Golden sunrise Gunung Prau yg fenomenal itu malu-malu menunjukkan keindahannya. Background Gunung Sindoro Sumbing ala ala lambang di botol aqua pun juga samar-samar aja terlihat di kejauhan. Hhm.. Lumayan nggak sukses juga sih ini sunrise-an nya 😅 Karna kita hanya bisa menikmati pemandangan pagi itu sekitar 30 menitan, sebelum kabut tebal menutupi puncak prau. Dan jelas semua pemandangan menjadi warna putih kabut semua 😩 Selesai foto-fotoan, jalan-jalan di sekitar puncak prau, kita bikin sarapan. Sarapan pagi itu aku kembali goreng nugget, bikin mie, dan spaghetti. Kita sarapan lahap banget pagi itu, ngabisin stok logistic juga sih 😅 Sekitar jam 9 pagi kita udah bersiap turun, setelah beberes tenda dan barang-barang. Perjalanan turun cukup melelahkan. Kenapa? Karena baru kali ini, yg namanya turun gunung itu harus ngantri! Haha beneran ngantri! Karna banyak juga pendaki yg turun bareng-bareng kita. Ditambah lagi trek licin abis hujan kemarin. Aku pun 2x jatuh terpeleset 😅😅 Sekitar jam 11.30-an gitu, alhamdulillah kita sampai di basecamp prau, sebelumnya ada acara si Baguspan kakinya kena kram, hhm. Kita mandi dan bersih-bersih, sebelum....kemudian hujan turun begitu derasnya 😣 Padahal kita udah siap-siap mau balik ke wonosobo. Then, kita terjebak di basecamp prau sampe sekitar jam 3 sore. Tentunya aku menghabiskan waktu dengan ngobrol dan makan tempe kemul lagi 😅 Singkat cerita, kita udah janjian sama si calo terminal wonosobo kemaren itu untuk jemput kita jam 5 di basecamp prau, untuk kemudian mengantar kita ke jogja, bareng dengan rombongan asal jakarta kemaren. Setelah hujan cukup reda, aku ngajak anak-anak jalan buat cari mie ongklok dulu (makanan mie khas wonosobo), yg ternyata setelah kita jalan cukup jauh, gak kita temukan di dieng sini (susah nyarinya). Kemudian kita mampir ke tempat jual oleh-oleh dieng, dan kita semua memborong carica (sejenis manisan asli dieng). Ibu penjualnya baik banget, kita dikasih tester, di diskon, sama dibawain carica buat di jalan (tentunya berkat sepikan mautku😁). Btw, carica itu enak loh! Sore itu hujan turun lagi, dan kita berteduh didepan indomaret lagi, sampai akhirnya jam 5 datang bus mini yg jemput kita untuk menuju wonosobo. Perjalanan dieng-wonosobo kali ini cukup lama, karna supirnya rese', muter-muter gak jelas dulu di wonosobo. Udah se-bis isinya penuh pendaki lain dan tas carier yg jadinya sumpek, mana hujan deres banget lagi hhm. Kita nyampe terminal wonosobo sekitar jam 7 malem. Dan akhirnya ketemu lagi sama si bapak calo kemaren itu. Dan disinilah keruwetan dimulai... Si bapak calo tiba-tiba ngasih tau kalo rombongan anak jakarta kemaren membatalkan ke jogja, jadi si bapak calo itu gak bisa menyediakan akomodasi buat kita ke jogja. Hell! Aku langsung pasang badan paling depan kalo udah diruwet orang gini. Intinya, aku minta kejelasan dari janji dia kemaren. Mana ini udah makin malem dan kita harus ke jogja malam ini gimanapun caranya (secara tiket kereta kita itu besok pagi). Aku minta pertanggungjawaban si calo itu, sampai akhirnya dia nyariin mobil carteran buat kita, dengan harga yg jatuhnya lebih mahal dari kesepakatan kita kemaren (sebenernya cuma selisih 10rb per-anak sih, gak mahal-mahal banget 😅). Jadi awalnya kita dikasih harga 60.000 per-anak naik bus mini ke jogja bareng rombongan anak jakarta (total 15 orang). Nah sekarang dapet mobil luxio dengan harga 70.000 per-anak. Aku sempet diremehkan sama si calo itu, katanya "kalo keberatan harga segitu ya gpp bilang aja, nanti saya yg nambahin", hwanjiiirr yakali aku diremehkan! Langsung aku potong omongannya, kalo aku sama sekali gak keberatan, dan aku udah deal dengan harga 70.000 pokoknya bisa ke jogja malam ini, jadi fix aku tinggal nunggu mana mobilnya dateng, tapi emang dia yg ngomongnya mencla-mencle. Ih mentolo!😬 Nah, pas kita nunggu mobil luxio datang ditengah hujan itu, eh si calo nagih aku uang bayar bus dieng-wonosobo 20.000 per-anak. Gilaaa, jelas nolak aku! Karna awalnya yg dia ngasih aku harga 60.000 itu, udah harga dari dieng-jogja. Lah ini kok jadi ongkos dieng-wonosobo 20.000 sendiri, trus wonosobo-jogja 70.000. Ckck. Aku bilang aku gak mau bayar yg 20.000 itu, karna udah gak sesuai sama perjanjian diawal. Tapi akhirnya setelah rundingan sama anak-anak, yaudalah kita bayar aja 10.000-an. Dan akhirnya diterima aja duitnya sama dia. Dih! Singkat cerita, kita berangkat dari Wonosobo ke Jogja malem itu pake luxio. Di mobil aku banyak tidur, karna capek berantem #eh 😅 Kita semua nyampek Jogja dengan selamat sekitar jam 10 malem. Hellooo again, Jogja! 💛 Jogja lagi gerimis manja malem itu. Kita minta turun didepan stasiun tugu, dan jalan cari angkringan. Kita istirahat sejenak di angkringan sambil mengisi perut (kita belum makan seharian. Terakhir makan ya di atas puncak prau tadi pagi. Karna niat mau cari mie ongklok pun gagal kan. 😞) Kita sungguh kelaparan malam itu, dan akhirnya makan banyak hahaha. Abis kenyang, kita jalan-jalan ke tugu jogja, meninggalkan si Baguspan di angkringan yg katanya males jalan dan milih buat main game dan jagain tas-tas kita. Aku ber-5 sama Monyet, Amin, mas Kalap sama mas Wachid jalan bareng dan foto-fotoan di tugu jogja 😄 Senin, 9 Okt 17. Singkat cerita, malem itu sekitar jam 1 malem, kita udah ada di kawasan malioboro, depan tulisan Jl.Malioboro, dan pesen grab buat ke stasiun lempuyangan. Aku pesenin 2 grab buat kita. Sekitar jam 01.30 pagi, kita semua udah sampe di stasiun lempuyangan, dan kita bener-bener nggembel! Haha. Yakali ya, masa kita keluarin lagi matras dan sleeping bag kita, kita jajar, dan istirahat disitu. Malah si Amin sama mas Kalap ngeluarin kompor sama gas, dan mereka bikin kopi 😅 Trus kita lanjut main kartu sambil ngopi di stasiun (untung gak diusir 😂) Kita juga jadi tontonan orang-orang yg berlalu-lalang di stasiun, haha. Sampe akhirnya sekitar jam 3'an, satu-persatu dari kita tidur dengan nyenyaknya. Tinggal aku sama Amin yg masih melek. Aku sih emang belom ngantuk (karna udah tidur selama di mobil tadi), trus Amin bilang, "wes turu o mbak, aku ta jogo, aku gak turu kok. Aku nyeleh power bank e ae". Akhirnya aku naruh badan dan merem sebentar. Gak lama kemudian aku bangun lagi, noleh, dan Amin udah tertidur pulas 😰😕 Dan aku lanjut tidur juga, kita semua tidur, haha. Sekitar jam 5 pagi kita semua udah bangun, dan mulai cari toilet buat mandi sama bersih-bersih (secara juga stasiun udah ramai, itu kan hari senin pagi, haha. Hari dimana semua orang sibuk memulai kerja, dan kami sibuk menikmati cuti 😂) Aku gak mandi pagi itu, cuma cuci muka sama gosok gigi di toilet dalem stasiun. Trus bergantian sama yg lain buat cari makan di warung-warung depan stasiun lempuyangan. Aku sarapan bareng mas Wachid sama mas Kalap. Singkat cerita, jam 9 pagi itu kita udah duduk anteng di dalem gerbong kereta Logawa yg siap mengantar kita menuju Bangil.. Oh ya, mas Kalap turun di stasiun gubeng, untuk lanjut naik bis pulang ke Gresik. Dan alhamdulillah kita sampai di Bangil sekitar jam setengah 16.30 sore 😀 Kemudian kita berpisah dan kembali ke peradaban masing-masing (kos.red) Well, it's done! ~~~~~ Hwaaaahhhh, sungguh cerita yg panjang 😂 Aku bersyukur sekali bisa berangkat dan pulang dengan selamat. Bersyukur bisa naik gunung lagi. Bersyukur bisa menikmati pendakian dan indahnya Gunung Prau, bisa menginjakkan kali di dataran tinggi Dieng, kota Wonosobo yg dingin, dan sejenak mampir ke Jogja. Bersyukur diberi teman-teman seperjalanan yg menyenangkan dan baik, nambah temen baru lagi juga. Terima kasih, ya Allah. Engkau Maha Baik 😊 Semoga aku masih punya kesempatan ke Gunung Prau lagi, karna aku pengen nyobain kesana kalo musim kemarau (pas jalannya gak becek, tapi trek debu 😅).. Amiin. Aku juga mau cobain mie ongklok yg kemaren belom sempet ketemu, huhu. Aku juga mau makan dan beli lagi carica yg enak ituuu 😄 Dan, aku juga masih pengen explore kawasan Dieng lebih banyak lagi 😍 sampai jumpa di cerita pendakian selanjutnya 😜 Salam Lestari! ✌ cln, 081117.
2 notes
·
View notes
Text
Gunung Prau, Perjalanan Menembus Sunyi (1)
Gunung Prau, Perjalanan Menembus Sunyi
“Dalam setiap perjalanan ada cerita.” – Amadya “Mas Yo, ada jalur baru nih ke puncak gunung Prau. Kapan mau nanjak?” tanya pak Didik. Ia adalah tour guide lokal dari Dieng, Wonosobo. Ia telah beberapa kali menemaniku dalam 2 tahun terakhir jika aku melancong ke Dieng. Pak Didik berusia separuh baya, seorang yang sederhana dan mengerti betul seluk beluk Dieng. Pak Didik tak lagi bekerja di…
View On WordPress
0 notes
Photo
Percakapan pagi hari dengan bang @hari_ini_arsy . Me : Bang, photokan dulu aku di puncak sana, kamera hp mu bisa kan bang ? Coba cekrek dulu bagus apa ga. Hari : Lah itu kan jauh can, nanti kamu ga kelihatan, klo kamera hp ku ya ga ada masalah, mau jauh deket tetap hasilnya ok. Me : Gpp bang, aku suka photo yg kecil kecil orgnya, yg penting aku ada di dalam photo itu, lagian aku kan menyajikan alamnya bang, bukan photo mukaku. Hari : Oh ya udah sana lari cepat Can : Gue lari lari dan itu lumayan jauh banget dari tempat camp, ngos ngosan iya, tp demi photo ya aku tetap siap wkwkwk. Note : Aku yang pake jaket merah itu ya wkwkww. 📷 @hari_ini_arsy . . 📍Mt Prau Dieng Wonosobo 🇮🇩 _________________________________________ 🔄 @canro.simarmata . . . . #wargagunung #prau2590mdpl #salamangkut Save #nature & #culture for our #future #menikmatisecarabertanggungjawab #SAFETYFIRST (di Gunung Prau) https://www.instagram.com/p/B4aH5A-JixA/?igshid=at1eohupebz9
#wargagunung#prau2590mdpl#salamangkut#nature#culture#future#menikmatisecarabertanggungjawab#safetyfirst
0 notes
Photo
Anggit-Bela-Laila-Hidan debut naik gunung. Ternyata kuat dan nggak semengerikan yang dibayangkan. Waktu yang dibutuhkan normal-normal aja. Bahkan Hidan ketika turun cuma butuh 55menit, padahal waktu normal sekitar 1jam 45menit - 2jam
Fadhli baru kali ini naik gunung >2000mdpl
Jayastu harus izin pagi-pagi demi bisa join. Sukses Alhamdulillah, malah seneng dia keliatannya heheheu
Naban bisa istirahat tanpa sleeping bag. Sebelumnya khawatir sampe hipo segala, karena pada bilang “Prau dingin banget lho ban” sempet bikin kuatir juga
Abyan Hammam, termasuk yang muda tapi yang mimpin rombongan. Dan overall sukses, logistik-fisik oke, seneng dapet, proker juga jalan
Alwan dengan luar biasa bareng Anggit dari Jogja jam 17.00, mulai mendaki jam 21.30, sampai di puncak 00.38
Robi, pulangnya harus gaspol 80-100km/jam demi ngelakuin amanah Fortasi. Walaupun nggak kesampean juga, tapi tetep ae, Google bilang 3,5 jam lebih lah ini sampe dalam 3 jam. Boncengan sama Hidan pula
Nimal (nggak ada dalam foto), demi ikut muncak rela motoran solo 100km lebih dari Purwokerto ke Dieng. Padahal baru malam sebelumnya memutuskan fix ikut
Hisyam (pengambil gambar), sesumbar kalau ada razia polisi bakal bablas karena STNK ketinggalan di Kendal. Eh beneran kelakon di Wonosobo
————— Kemustahilan itu ada. Tapi kemudian kemustahilan hilang begitu kita mau berusaha. Kejadian ini jadi buktinya
Bukan tentang bisa atau enggak, tapi tentang ketika ada kesempatan mau atau enggak :)
6 notes
·
View notes