#Proses syura
Explore tagged Tumblr posts
Text
Utsman bin Affan: Dari Sahabat Dekat Nabi Hingga Terpilih Khalifah Ketiga
PAMEKASAN, MaduraPost – Setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab, umat Islam menghadapi momen penting dalam sejarah kepemimpinan mereka. Dalam situasi yang kritis, umat Islam tidak terburu-buru dalam memilih pemimpin baru, melainkan melalui proses musyawarah yang mendalam di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Utsman bin Affan, seorang sahabat yang terkenal dengan kedermawanan dan…
#Abdurrahman bin Auf#Ali bin Abi Thalib#Bai&039;at Utsman#Dermawan Utsman bin Affan#Ekspansi wilayah Islam#Kekhalifahan Islam#Khilafah Rasyidah#Masa kejayaan Utsman bin Affan#Pembukuan Al-Qur&039;an#Pengangkatan khalifah#Proses syura#Sahabat Nabi#Sejarah Islam#Sejarah kepemimpinan umat
0 notes
Text
Perbaikan Diri
Dr. Majid Irsan Al-Kilani dalam Model Kebangkitan Umat Islam menguraikan perjalanan spiritual Imam Al-Ghazali yang menarik untuk menjadi diskursus aktivis dakwah hari ini.
Imam Al-Ghazali ditengah kekacauan umat memiliki ikhtiar untuk melakukan islah dan juga pembaharuan, yang dimulai dari mengevaluasi diri sendiri. Melakukan kritik diri sendiri, tidak mencari alasan apapun untuk menjustifikasi umat Islam, serta tidak melemparkan tanggungjawab atas segala keterpurukan kepada musuh yang sebenarnya termotivasi oleh umat Islam yang layak kalah.
"Dan apapun musibah yang menimpa kamu adalah hasil perbuatan tanganmu sendiri." (QS. as-Syura : 30)
sedikit menepi dari keramaian, mengurai masalah yang ada, untuk menguasai detail peristiwa juga sebab akibat yang menyertainya.
Beliau menanggalkan jabatan prestis kesultanan, lalu kemudian mendalami kembali teks-teks lama, berguru kepada para ulama shaleh, berputar dari majelis ilmu ke ilmu, mengoreksi fatwa-fatwa yang muncul karena nafsu serta ashobiyah, dan mencurahkan hatinya untuk membetuk sebuah konsep penyucian jiwa, sampai terbitlah magnum opusnya yang terkenal sampai hari ini, Ihya Ulumuddin.
Tentunya proses itu harus dimulai dengan kesabaran yang dalam, usaha yang tak mudah, dan tentunya bukan untuk kepentingan pribadi namun untuk kepentingan umat.
Apa yang dilakukan Beliau selaras dengan nasihat Ustadz Hilmi dalam poster berikut :
Di zaman yang penuh dengan fitnah ini, gesekan dalam harakah, bahkan sesama aktivis dakwah adalah hal yang wajar. Arus informasi yang beragam dengan mudah menjadi perantara untuk syak wasangka, tidak tabayun yang akhirnya membuat aktivis dakwah futur, kecewa, dan bahkan keluar dari jalan dakwah.
Kembali bermuhasabah sebentar, apakah dalam proses selama ini kita tidak melaksanakan hak dan kewajiban kepada sesama ikhwah sampai-sampai saat al akh menghilang kita langsung mencap hal yang tidak-tidak tanpa tabayyun. Begitu pentingnya kita untuk membiasakan istighfar kepada Allah, agar kita terhindari dari sifat seperti itu.
Betapa sejarah mengajarkan bahwa kekalahan umat itu bukan hanya dari musuh yang kuat tapi diri kita yang memilih menjadi lemah.
Umat saat ini sedang menunggu Shalahuddin baru yang dulu mengusir pasukan salib dari bumi Levant atau Saifuddin Qutz jagal mongol yang katanya tak terkalahkan itu.
Mari berbenah, mengevaluasi diri, perbanyak istighfar, selanjutnya menjalin kembali hubungan yang baik antar sesama ikhwah, rangkul kembali dalam kegiatan dakwah, sembari menguatkan rabithohnya.
Perlahan tapi pasti, menyongsong kemenangan yang telah dijanjikan, sekali lagi, bukan saatnya untuk berpangku tangan.
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah (keadaan) yang ada pada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri sendiri" (Q.S. ar-Ra'd : 11)
27 notes
·
View notes
Text
Prihal Proses bagian 1
Bismillah
semoga tulisan ini bermanfaat
----------------
Halo teman - teman pernah gak kita merasa sakit hati dengan perlakuan orang lain sehingga kita enggan untuk memaafkan nya.
" ngapain maafin orang dia gitu sama aku" "orang kaya gitu gak pantes untuk di maafin" "biarin aja sampe kena karma nya baru aku maafin" , dan masih banyak lagi kata-kata lainya yang menjadikan kita enggan memaafkan.
Jika di pikir kembali memang memaafkan itu perlu proses, tapi jika kita tak memaafkan nya apakah kita tidak sombong?
Aku pun pernah melewati masa-masa itu, selama bertahun-tahun karena memang sakitnya tak sembarang, menggoreskan banyak luka di hati. Setiap malam hanya bisa menangis dan menangis. Bahkan, sepintas dalam pikiranku mencoba untuk melakukan hal yang lebih atau setimpal dengan apa yang dia lalukan tapi
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَجَزٰٓ ؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚ فَمَنْ عَفَا وَاَ صْلَحَ فَاَ جْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 40)
Aku tersadar bahwa hal jahat di lawan dengan jahat adalah sebuah kejahatan. Dari situ, sedikit demi sedikit aku memaafkan nya, dan aku tak pernah mengatakan supaya dia mendapatkan perlakuan yang setimpal, tapi aku berdoa agar sikap nya tak berlaku pada siapapun setelah kepadaku. aku terus meyakini diri aku bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin Allah SWT.
menggerutu, tidak memaafkan, membenci, hingga kita mengeluarkan kata-kata yang tak baik untuk apa teman-teman? melakukan hal jahat baru? Justru itu hal yang tak Allah sukai.
Allah udah ngasih kita petunjuk pada saat kita di sakiti. kita cukup sabar dan selalu memaafkan nya itu cukup.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَجَزٰٓ ؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚ فَمَنْ عَفَا وَاَ صْلَحَ فَاَ جْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُ مُوْرِ
"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 43)
Pasti kita bertanya-tanya soal kedepannya dia akan merasakan hal yang di sebut karma atau tidak? Teman-teman hal itu bukan hak kita untuk menjawabnya karena sesungguhnya hanya Allah yang maha mengetahui tentang segala hal.
Jangan mengotori tangan kita dan hati kita dengan hal-hal jahat, tapi angkatlah kedua tangan kita dan berdoa kepada Allah agar orang itu tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Mari sama-sama memaafkan. Dan aku mohon maaaf atas segala sikap, sikap, perbuatan serta perkataan yang terlontar dari diri ini.
semoga tulisan ini membantu teman-teman berproses untuk memaafkan siapapun, dan semoga kita menjadi bagian dari hamba-hamba yang Allah cintai. Aamiin.
0 notes
Text
Sudirman Said: Proses Dukungan Tiga Partai ke Anies Menyejukkan, Menjaga Keadaban
JAKARTA | KBA – Setelah jauh sebelumnya mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden, PKS melalui Musyawarah Majelis Syura IX kemarin akhirnya secara resmi memutuskan mendukung Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden. Sikap politik PKS ini menggenapi dukungan kepada pasangan Anies-Muhaimin ini setelah dua pekan sebelumnya NasDem dan PKB mendeklarasikan keduanya…
View On WordPress
0 notes
Text
PKS Deklarasi Anies Baswedan Capres 2024
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi mendeklarasikan Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres 2024. Deklarasi Anies Baswedan capres 2024 itu disampaikan langsung oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu. “Proses Musyawarah Majelis Syura ke-8 alhamdulillah pembahasan itu mengerucut bahwa sosok yang dimaksud, sosok yang dibahas ke-7 jatuh pada Anies Rasyid Baswedan,” kata Syaikhu di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Kamis (23/2/2023). Dia menjelaskan tiga parameter yang menjadi petunjuk pada Musyawarah Majelis Syura yang dimiliki oleh Anies. “Pertama, saudara Anies Rasyid Baswedan sosok pemimpin yang memiliki karakter nasionalis religius. Kita menyaksikan bahkan beliau memiliki darah birunya karena kakek beliau merupakan pahlawan nasional AR Baswedan,” kata Syaikhu. Kedua, dia menyebut Anies merupakan sosok pemimpin yang bisa memadukan antara nilai-nilai nasionalisme dengan religiusitas menjadi satu kesatuan. Ketiga, Syaikhu mengatakan Anies memiliki rekam jejak yang mumpuni dan menjadi simbol perubahan bagi kemajuan pembangunan. “Dan itu sudah dibuktikan oleh beliau ketika membangun daerah Ibu Kota DKI Jakarta,” kata dia. “Mudah mudahan Allah takdirkan menjadi presiden RI 2024,” sambung dia. Syaikhu meyakini bahwa Anies memiliki menang yang besar di Pilpres 2024. (**) Sumber : tvOnenews.com Read the full article
0 notes
Text
Aku belajar berdamai dengan diri sendiri. Ternyata susah sekali. Memang sebenarnya pertarungan terbesar itu adalah pertarungan dengan diri sendiri, kan? Ga gampang mengalahkan ego ternyata.
Sebelum ini aku keras sekali sama diri sendiri. Ga mau nunjukin kalo aku sedih. Semua orang bolehnya hanya lihat aku happy. Kalo ada perasaan buruk yang aku rasakan, aku selalu menyalahkan diri sendiri. Ga boleh gitu, ga boleh gini. Sehingga jadinya keras sekali. Semakin menyakiti diri sendiri.
Tapi aku paham akhirnya. Diri ini cuma butuh proses diterima. Diterima oleh diri sendiri tentunya. Menerima segala setiap yang alpa. Mengakui segala perasaan luka. Agar tak terus merasa bersalah.
Tapi satu yang paling aku syukuri. Tersebutlah bahwa jika Allah menginginkan kebaikan untuk kehidupan seseorang maka Allah akan buat dia paham dengan agamanya sendiri. Meskipun istilah paham masih terasa jauh sekali. Tapi Allah bikin manusia dzalim dan bodoh ini sedikit-sedikit mulai mengerti. Karena Allah hanya menginginkan hidupnya dipenuhi kebaikan abadi.
Ketika tersakiti dan aku sulit sekali untuk memaafkan, aku sempat bertanya kepada Allah. "Ya Allah, apa boleh kalo aku ga maafin? Karena ternyata berat sekali." Lalu setelah itu tiba-tiba terdengar satu ayat kepadaku dari kajian yang aku dengarkan. "Hendaklah kamu berlapang dada dan memaafkan. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah memaafkan dan mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nur: 22) Aku yang banyak sekali dosa dan salah ini cuma mau dimaafkan dan diampuni. Aku belajar mudah memaafkan, belajar melembutkan hati.
Ketika aku bertanya-tanya kenapa kok rasanya banyak banget hal yang buruk dan tidak sesuai. Lalu terdengar QS. As-Syura: 30, “Musibah apapun yang menimpamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah telah memaafkan banyak dari kesalahanmu.” Mau merasa tinggi seperti apa lagi diri ini?
Ketika merasa kenapa semua orang ga bisa balas baik aja setiap diberikan kebaikan. Kenapa masih ada yang ga bisa baik bahkan balas keburukan. Lalu terdengar QS. Al-Furqan: 20, "Dan kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." Ternyata memang sudah Allah desainkan seperti ini. Dan Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki.
Ketika aku merasa kenapa Allah ga bantu diri ini untuk merasa tenang, kenapa terlalu banyak kekhawatiran. Lalu Allah bilang, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra'd: 28) Ternyata diri ini hanya banyak sekali dalam kurang mengingat Allahu Rabbi.
Aku belajar banyak sekali. Dan proses belajar ini akan terus berjalan sampai batas umur yang telah Allah tuliskan untuk diri ini. Dan sebelum sampai di sana akan masih sangat banyak kemungkinan untuk aku terjatuh salah kembali. Maukah kamu bersabar membersamai menemani? Eh kok ujungnya jadi ke sini hahaha. 😆
Anw, selamat merayakan wahai diri. Selamat jatuh cinta kembali kepada diri. Nanti kalo terjatuh lagi, gapapa kita rayakan ulang kembali. 💕
0 notes
Text
Berkah
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1) tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang berkesinambungan
Akhir-akhir ini saya banyak merenungi terkait hal ini. Berkah. Kata yang senantiasa berputar-putar dalam pikiran, terutama saat menjalani berbagai proses akhir-akhir ini. Dari proses belajar, mengajar, melamar beasiswa, pekerjaan, serta aktivitas-aktivitas lain yang selama beberapa minggu terakhir cukup menguras pikiran, mengurangi waktu tidur, entah masih memikirkan, bener gak sih ini ada berkahnya?
Entah mengapa selalu bermuhasabah, sudah sejauh mana keberkahan yang akan diperjuangkan atau yang sudah digapai pada proses ini, apakah benar, di sini nanti akan membawa berkah, apakah benar niat ini sudah lurus, hingga pertanyaan-pertanyaan lainnya senantiasa membuat diri yang masih jauh dari kesempuranan ini berefleksi akan segala amal perbuatan yang telah dijalani.
Setelah menggali-nggali, membaca berbagai sumber, maka betapa mendalam makna berkah ini. Bahwa berkah, menurut Imam Al-Ghazali, dapat disebut sebagai ziyadatul khair fi kulli haal , atau bertambahnya kebaikan dalam setiap perbuatan. Sebuah kata yang tanpa kita sadar sering kita ucapkan setiap sali di salam kita, “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”. Barangkali makna dari sini sudah terlihat bahwa setiap pertemuan dengan siapapun, kita selalu mendoakan akan keberkahannya, sebagaimana dia mendoakan akan keberkahan untuk kita.
Hingga akhirnya perenungan ini sampailah pada suatu pertanyaan, memang seperti apakah sesungguhnya keberkahan itu, sejauh apa maknanya, sedalam apa hingga seluruh umat manusia amat menginginkannya?
Dalam salah satu kajiannya, Ustadz Salim A. Fillah menyampaikan bahwa dalam doa yang diajarkan Rasulullah pada pengantin baru pun, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa di zaman jahiliyah dulu, saat Sayyidina Uqail bin Abi Thalib menikah, orang-orang mendoakan “Bir-Rafaai wal Baniin”, yang berarti semoga bahagia dan banyak anak. Bukankah itu memang impian? Bukankah itu merupakan hal yang diharapkan?
Namun tidak demikian menurut pendapat Sayyidina Uqail bin Abi Thalib. Beliau meminta agar para tamu undangan mendoakan, sebagaimana Rasulullah mendoakan “Barakallahu Lakuma... Wa Baraka ‘alaikuma... wajama’ bainakuma fil khaair”. Semoga Allah memberikan berkah “kepada”mu.. dan Semoga Allah memberikan berkah “atas”mu, serta menghimpun kalian berdua dalam kebaikan”
Betapa sempurna, doa ini, jika dimaknai dalam bahasa arab. Pertama, kata “Lakuma”, dalam bahasa arab adalah perkara-perkara yang menyenangkan. Kedua, kata “’Alaikuma”, dalam bahasa arab adalah perkara-perakara yang menyedihkan. Keduanya, agar semoga Allah memberikan keberkahan baik di masa bahagia maupun susah. Ketiga, “dan semoga Allah menghimpun kalian beruda dalam kebaikan”, maka terlepas nanti ada masa susah dan senang dalam kehidupan, kita senantiasa berpegang teguh pada Iman kepada Allah, agar senantiasa berhimpun dalma kebaikan.
Doa yang begitu dalam maknanya ini, sudah tentu bukan hanya dipersempit dalam konteks pernikahan saja, namun juga dalam dimensi kehidupan secara luas, seberapa universal-nya makna barakah ini, sehingga barangkali sebab itulah kita senantiasa menyebutnya setiap hari saat bertemu dengan saudara kita, kita selalu menyebut dalam doa-doa sehari-hari, seperti doa makan salah satunya.
Dalam salah satu nasihat pernikahan Gus Baha, beliau menyampaikan, bahwa ada banyak pernikahan yang tak bertahan lama dikarenakan dari awal sudah salah niat, yang dikejar adalah kemegahan, kemewahan, kebahagiaan, atau hal-hal lain yang justru akan mengaburkan makna dari barakah itu, bahwa sesungguhnya keberkahan itu bisa hadir saat senang maupun susah.
Keberkahan itu bisa hadir dari hal-hal yang sederhana. Bahwa dalam dimensi tasawuf, sebagaimana yang disampaikan Gus Baha, bahwa saat dua orang memutuskan menikah, sesungguhnya dia sudah mendapat tiket akan surga dan pengampunan akan segala dosa untuk terhindar dari api neraka. Lalu mengapa justru banyak pernikahan yang tak berujung kepada kebaikan? Karena seringkali justru pasangan itu melupakan esensi dari barakah itu sendiri, serta mempersulit kehidupannya sendiri misal berselisih masalah uang, masalah sepele dalam rumah tangga, seta hal hal lainnya. Padahal esensi dari pernikahan yang sebenarnya sesederhana maknanya: menuju surga dan menghindari neraka.
Kembali lagi ke esensi barakah baik di kala senang maupun susah, maka esensi lebih dalamnya disebutkan oleh para ulama’ bahwa “Al-Barokaatu tuzidkum fii thooah” - bahwa keberkahan itu adalah dengan bertamabahnya ketaatan kepada Allah.
Semoga di momentum hari Asy-Syura ini, kita banyak bermuhasabah, terlebih dengan nanti saat kita berpuasa, yang keutamannya mampu menghapus dosa, semoga menjadi momen yang tepat untuk banyak-banyak bertanya dalam diri. Sudah sejauh mana keberkahan yang kita dapat?
Apakah benar rezeki yang kita peroleh ini sudah mendatangkan barakah? Apakah benar ilmu yang kita pelajari ini mampu membawa keberkahan bukan hanya untuk diri sendiri, namun untuk orang lain? Apakah benar makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari itu bukan hanya sekedar bergizi, namun mendorong kita lebih taat kepadaNya, lebih bersemangat dalam beribadah kepadaNya? Apakah benar jika kelak kita meniatkan diri untuk menikah, semata-mata untuk memperoleh keberkahan akan menjalankan sunnah Nabi-Nya? Apakah benar kesehatan kita ini jauh lebih mendatangkan keberkahan dibandingkan kita saat sakit, atau justru malah sebaliknya?
Tentu saja hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya, dan semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan pada apapun yang sedang kita ikhtiarkan dan jalani.
Malang, 29 08 2020 00.09, di sela mengikhitiarkan segala yang harus diikhtiarkan Mushonnifun Faiz S
157 notes
·
View notes
Text
[BUYA PART 1]
"Kuat" dan "Sabar", itulah dua kata yang selalu tertuju kepadaku dari banyak orang. Setiap menerima kata-kata itu, perasaanku selalu menjawab penuh harap "Siap InsyaAllah". Sejujurnya, hari-hari setelah Kamis, 28 Januari 2021 bukanlah hari yang mudah untuk kulalui. Ummi belum genap tiga tahun pergi dan sekarang Buya telah menyusulnya, meninggalkan begitu banyak memori. Kini aku sudah kehilangan dua pintu surga dan kehilangan perantara diijabahnya doa-doa. Tak akan ada lagi panggilan merdu memanggil, "Zilaaa...Manzilaaa...". Hari ini izinkan aku memenuhi permintaan dari banyak orang untuk membuat tulisan tentang Buya.
Buya sudah mengidap sakit cancer colons sejak tiga bulan setelah wafatnya Ummi, November 2018. Tahun 2019 Buya menjalani operasi dan kemoterapi. Alhamdulillah setelah menjalani operasi dan kemoterapi berkali-kali, Allah memberikan kekuatan kepada Buya. Setelah menjalani tindakan-tindakan tersebut Buya masih selalu hadir di banyak majelis, masih selalu menghidupkan dua masjid, dan masih beraktivitas sebagaimana layaknya orang sehat. Alhamdulillah berkah pandemi, aku menghabiskan banyak waktu di rumah. Menikmati bulan Ramadhan bersama Buya, menikmati sholat berjamaah dengan Buya, menikmati suara Buya untuk membangunkanku, dan nikmat-nikmat lainnya yang selama ini terlewat.
Agustus 2020, kenikmatan aku dan adikku dicabut. Aku sakit thypus dan adikku, Ghifar, sakit demam berdarah. Saat itu Buya yang menjaga, mengurus, dan merawat kita. Qaddarullah, ternyata itu adalah sakit terakhir kita yang dirawat oleh Buya. Awal September saat kita berdua sembuh, Buya yang bergantian menjadi demam. Pada awal September juga adalah jadwal Buya untuk menjalani proses Bone Scan di rumah sakit. Sepulang dari Bone Scan, kondisi Buya semakin drop. Sejak awal September, perlahan kondisi Buya terus melemah. Berangkat ke masjid pun harus dibonceng pakai motor. November 2020 Buya harus bed rest dan pada Desember 2020, kondisi Buya mengharuskan beliau menjalani transfusi darah. Akhirnya sejak Desember sampai Buya dipanggil Allah, Buya keluar-masuk rumah sakit sebanyak tiga kali.
Kondisi pandemi seperti ini mengharuskan kita untuk patuh dengan prokes (protokol kesehatan) rumah sakit. Untuk prokes di MRCCC Siloam Hospital Semanggi adalah calon pasien rawat inap harus melakukan tes PCR terlebih dahulu. Jika hasilnya negatif, maka diterima menjadi pasien rawat inap. Begitupun dengan pendamping pasien. Pendamping pasien hanya diizinkan satu orang, tidak boleh bergantian, dan harus melewati tes PCR. Jika hasilnya negatif, maka diizinkan untuk mendampingi. Oleh karena itu, sejak awal Desember sampai pertengahan Januari, Buya dan aku harus tiga kali melewati tes PCR.
Jumat, 22 Januari 2021 sebelum subuh, aku dibangunkan oleh kakak perempuanku, Ka Nadia. "Zila, Buya kesakitan minta dibawa ke rumah sakit. Tolong telpon Ka Fadhi". Akhirnya aku bangun dan langsung menghubungi kakak sulungku, Ka Fadhi. Namun tak tersambung ke Ka Fadhi dan baru tersambung pukul 05.30 WIB. Ternyata Ka Nadia bilang kalau Buya sudah kesakitan sejak pukul 00.00. Sakitnya hilang-timbul. Setiap merasakan kesakitan Buya ingin dibawa ke rumah sakit karena sakitnya sudah tak tertahankan, namun ketika rasa sakitnya hilang Buya menyampaikan untuk dirawat di rumah saja. Akhirnya pagi itu, anak-anak Buya yang di rumah bekerja sama untuk merawat Buya. Pukul 06.30 Buya meminta ke aku untuk menghubungi Bang Afif, kakak ketigaku, agar ke rumah Tebet. Alhamdulillah pagi itu kelima anak Buya bisa berkumpul di rumah. Kita berusaha merawat dan mendo’akan Buya. Akhirnya sekitar pukul 08.00 WIB terputuskanlah untuk membawa Buya ke rumah sakit untuk ketiga kalinya
Tiba di rumah sakit, dokter mengajakku dan Ka Fadhi berbincang. Intinya adalah dokter menyampaikan bahwa kanker Buya sudah stadium tertinggi dan sudah menyebar kemana-mana. Dokter juga memohon izin jika nanti Buya kondisinya sangat drop, Buya tidak akan dibawa ke ruang ICU dan tidak dipakaikan ventilator karena tidak ada tujuannya dan itu hanya membuat Buya semakin sakit. "Dok kalau kita berbicara tentang kemungkinan, bagaimana dengan kemungkinan orang tua saya?", dengan penuh pengharapan Kak Fadhi bertanya. Lalu dokter menjawab, "Semua ada di tangan Tuhan. Ini hanya pandangan medis saja ya. Bapak kalau bisa bertahan dua pekan dari sekarang, artinya Bapak sudah sangat kuat melawan kankernya itu" Setelah berdiskusi dengan dokter, saatnya aku dites PCR kemudian mulailah proses rawat inap dimulai.
Hari keempat dirawat sekitar jam setengah enam pagi, Buya bilang kalau Buya setiap tidur selalu mimpi. Ketika kutanya mimpi apa, Buya menjawab kalau Buya mimpi sholat. "Buya jalan bolak-balik dari rumah kita ke rumah enek (sebutanku ke ibunya Buya) dan berakhir di masjid. Di masjid Buya sholat berjamaah dengan banyaaak banget keluarga", kata Buya. Jujur, setelah mendengar cerita itu ada perasaan khawatir karena teringat Ummi. Beberapa hari sebelum Ummi wafat, Ummi cerita ke aku dan Ka Ima (istri Ka Fadhi) kalau Ummi mimpi bertemu dengan orang-orang yang sudah wafat. Spontanlah aku tanya ke Buya, "Keluarganya siapa aja Buy?". Buya jawab, "Pokoknya banyak banget keluarganya". Kemudian Buya bilang mau tidur lagi, aku persilahkan dan aku tilawah. Ketika aku yakin Buya belum pulas tidur, aku dengar Buya berbicara sendiri. Langsung saja, "Kenapa Yah?"
"Tuhkan Buya mimpi lagi"
"Buya mimpi apa?"
"Iya tadi dari arah sana (sambil nunjuk jendela rumah sakit) kayak ada temen metrisia Buya namanya Ujang yang dateng. Yaudah Buya tanya, "Ada tugas?"
Fyi, metrisia adalah komunitas remaja masjid waktu Buya muda.
"Yaudah Buya tidur aja. Buya ngantuk itu. Sambil zikir aja yah. Kalo Buya hafal surat yang Zila baca, boleh banget ikutin. Zila lagi baca Surat Asy-Syura nih"
Mendengar cerita itu, kesedihanku semakin bertambah. Diriku bertanya-tanya, apakah ini Ya Allah? Aku langsung melanjutkan tilawahku lagi sedangkan Buya pun pulas tertidur. Sekitar 5 menit Buya baru saja tertidur pulas, Buya berbicara sendiri lagi, "Buya gapapa". Aku langsung menghentikan kembali tilawahku dan bertanya,
"Ada apa yah?"
"Tadi ada Bang Afif ya?"
"Hah? Mana? Ga ada Bang Afif kok. Dari tadi ada Zila doang di sini temenin Buya. Lagipula kan gaboleh yah Bang Afif ke sini".
"Tadi kayak ada Bang Afif. Terus Bang Afif nanya, ‘Buya kenapa?’ Yaudah Buya bilang ke Bang Afif kalo Buya gapapa"
Mendengar Buya, aku spontan berdoa dalam hati, "Ya Allah berikan kenyamanan untuk Buya, panjangkan umur Buya" dan langsung mengabarkan Bang Afif tentang percakapan tadi. Ternyata Bang Afif memang hari itu sedang kurang fit, MasyaAllah sepertinya ini bentuk kontak batin antara orang tua dan anak. Perlahan-lahan aku memberi tau kabar bahwa Bang Afif sedang sakit ke Buya dan Buya mengiyakan. Merasa kejadian Buya berbicara sendiri terus berulang, aku alihkanlah perhatian Buya agar hanya tertuju padaku. Aku bilang ke Buya,
"Video call sama anak-anak dan cucu-cucu Buya yuk"
Buya menggelengkan kepala.
"Video call sama adik-adik Buya? Atau sama enek?"
Buya pun juga menggelengkan kepalanya. Dari awal masuk rumah sakit, Buya selalu menolak untuk diajak berkomunikasi dengan keluarga di rumah kecuali memang keluarga di rumah yang menelepon aku duluan. Akhirnya tanpa sepengetahuan Buya, aku menghubungi kakak-kakak dan akhirnya kita video call bersama Buya meskipun Buya hanya melambaikan tangannya karena senang melihat kelucuan para cucu-cucunya. Video call pun selesai, namun semakin siang semakin banyak perkataan dan perbuatan yang membuatku takut. Diantaranya adalah ketika Buya sedang tidur siang dan aku sedang tilawah, Buya tiba-tiba ngomong dengan volume yang sedikit lebih besar, "Kenapa Ghifaar?" Langsung aku tanya, "Kenapa Buya?"
"Itu Ghifar nanyain apa tadi? Buya ga denger"
"Ghifar? Emang ada Ghifar?"
"Iya itu ada Ghifar"
Spontan aku langsung mengeluarkan air mata dan langsung chat Ka Nadia. Usai chat Ka Nadia, lagi-lagi Buya ngomong sendiri lagi, "Alhamdulillah anak-anak sehat dan seneng lagi pada makan kebuli di rumah"
"Buyaaa, Buya ngomong sama siapa sih? Kok Buya bisa tau kalo di rumah makan kebuli?"
"Iya Buya tau"
"Kok Buya bisa tau? Buya tau dari mana?"
"Iya ya. Kok Buya tau ya. Ya pokoknya Buya tau"
Padahal aku sangat yakin di rumah tak mungkin makan nasi kebuli ketika orang terkasih kita sedang di rumah sakit. Air mata ini sudah tak terbendungkan. Aku memutuskan keluar ruangan dan menangis di luar, kemudian aku menelpon Ka Nadia. Saat itu kondisiku benar-benar tidak tenang dan kacau. Kebanyakan isi telpon aku ke Ka Nadia hanya tangisan saja dan Ka Nadia berusaha menenangkan aku. Setelah tenang, aku kembali masuk ke ruangan. Aku langsung ajak ngobrol Buya.
"Yah, udah yuk Buya ikutin Zila tilawah aja. Buya mau Zila baca surat apa biar Buya bisa ikutin?"
"Apa ya? Surat apa aja deh. Coba Buya mau liat Quran kamu, kebaca ga ya sama Buya."
Aku bukakan Al-Qur'an ku dan memperlihatkan ke Buya.
"Aduh hurufnya kecil banget, ga kebaca sama Buya. Coba Quran yang di hp."
Aku perlihatkan aplikasi Al-Quran hp ke Buya.
"Sama juga."
"Buya mau ngaji? Mau dibawain Quran yang gede dari rumah?"
"Boleh."
"Yaudah nanti Zila minta bawain sama orang rumah, sekarang Zila pasang Qur'an digital aja ya. Kita baca surat Al-Baqarah bareng. Banyak potongan ayat Al-Baqarah yang Buya hafal kan?"
"Iya boleh."
Akhirnya aku dan Buya sore itu ngaji bareng sambil mendengarkan Qur'an digital dari HP. Di pertengahan jalan ngaji bareng, Buya tertidur kembali. Karena aku merasa badan aku pegal-pegal, akhirnya aku sandarkan punggungku ke tembok dengan kondisi bibirku tak lepas dari membaca surat Al Baqarah. Sambil tilawah, aku memandang Buya yang terbaring di depanku. Lagi-lagi aku terkejut karena Buya mengangkat tangan kanan ke atas seakan akan bersalaman dengan seseorang yang di atas. Langsung aku berdiri dan meraih tangan kanan sambil memanggil Buya dan berkata lembut, "Zikir yaaah". Akhirnya aku melanjutkan tilawah sambil menggenggam tangan kanan Buya.
Hari mulai malam, aku menyuapi Buya makan malam. Setelah makan malam, Buya minta gosok gigi dan aku bantu beliau untuk menggosok gigi. Setelah menggosok gigi, kami berdua siap untuk tidur malam. Namun kejadian demi kejadian siang tadi sejujurnya mengganggu pikiranku. Akhirnya aku memutuskan untuk tak tidur demi menjaga Buya dan murottal terus kuputar sepanjang malam itu. Sepertiga malam terakhir, Buya terbangun dan tahajjud. Tak lama usai Buya tahajjud, azan subuh berkumandang. Buya dan aku menunaikan sholat subuh sendiri-sendiri. Usai sholat subuh, Buya minta minum, lalu aku berikan minum.
Pukul 6 pagi adalah jadwal perawat visit. Pagi itu saturasi oksigen Buya sangat rendah. Oleh karena itu, tekanan oksigen Buya dinaikkan secara drastis oleh perawat. Ketika tekanan baru dinaikkan, Buya merasa kurang nyaman dan meminta untuk dibuka saja karena hidungnya terasa gatal. Aku dibantu perawat berusaha menyalurkan energi positif agar Buya sabar menggunakan oksigen tersebut. Akhirnya Buya lebih tenang, kemudian Buya bilang mau tidur lagi karena masih ngantuk. Aku membiarkan Buya tidur dan kondisi murottal masih terus terputar dari semalam. Ketika Buya tidur, aku bersihkan kantong kolostomi Buya. Selama Buya tidur, aku bertanya-tanya, "Ini Buya beneran tidur kan bukan ga sadar diri?". Akhirnya aku memastikan ke suster, kemudian suster menjawab, "Bapak masih sadar kok kak, tapi memang kesadarannya mulai menurun. Nanti suster periksa lagi ya kak. Tetap ditemani terus saja bapaknya". Aku kembali ke ruangan dengan perasaan sedikit lega mendengar jawaban suster.
Tak lama kemudian, suster datang dan memeriksa kondisi Buya. Setelah memeriksa, suster bilang, "Kak kita mau memindahkan bapak ke ruangan khusus ya". Alasan Buya dipindahkan karena pagi itu Buya dinyatakan koma. Suster melanjutkan penuturannya, "Kakak silahkan hubungi keluarga, nanti saya minta rekomendasi ke kepala suster agar keluarga bapak diizinkan masuk karena kondisi bapak yang memburuk. Tapi masuknya satu per satu secara bergantian ya kak dan wajib menggunakan masker+faceshield". Aku langsung memberi kabar ke grup keluarga. Setelah itu, Buya pindah ruangan. Aku menunggu kedatangan kakak-kakak di ruangan baru bersama Buya yang koma. Ketika baru sampai di ruangan baru, aku langsung giat talqin, membaca surat Yasin, dan memutar murottal Yasin.
Sambil aku menunggu dan terus zikir, Cing Upi (adik Buya) video call dan menanyakan kabarku serta kabar Buya. Aku memberikan kabar terkini Buya. Terlihat ada rasa yang sangat sedih dari raut muka Cing Upi setelah mengetahui kabar Buya. Kemudian Cing Upi langsung mengundang semua adik-adik Buya ke video call tersebut. Sambil menunggu kehadiran kakak-kakak, aku dan Buya ditemani oleh adik-adik Buya aku melalui video call dan mereka juga mendoakan untuk Buya. Kemudian video call ditutup karena aku diarahkan oleh adik-adik Buya untuk tetap terus menemani Buya, membantu talqin Buya, membacakan Yasin, mendoakan Buya, dan mencoba ikhlas dengan apa yang dan akan terjadi nanti. Tak lama usai video call, kakak-kakak dan adikku berangsur berdatangan. Pagi itu, fanafifzilghif (kelima anak buya) mendampingi hingga menjelang ashar. Ketika kami sedang mendampingi Buya, dr. Faizal (dokter spesialis Buya) visit.
"Waktu di UGD sudah dijelaskan kan ya terkait tidak masuk ICU dan tidak pasang ventilator?" tanya dr. Faizal
"Iya sudah dok", aku menimpali.
"Iya InsyaAllah apapun yang terjadi adalah yang terbaik untuk Pa Abdullah dan keluarga. Kita akan ikhtiar semaksimal mungkin, keluarga bantu dengan doa saja dan mulai mengikhlaskan bapak ya", ucap dr. Faizal sambil menguatkan anak-anak Buya.
"Ini bapak sudah tidak sadarkan diri dok?" tanya Bang Afif.
"Kondisi bapak saat ini statusnya sama dengan pasien-pasien di ICU. Namun karena kondisi kesehatan yang cukup parah, ICU dan ventilator bukan cara yang baik untuk dilakukan terhadap bapak", kata dr. Faizal. Kemudian dr. Faizal mohon izin pamit pergi.
Beberapa saat setelah dr. Faizal pergi, Ka Fadhi selaku anak sulung memimpin keempat adiknya untuk berdiskusi karena setelah kabar Buya koma, ada beberapa saran masuk dari adik-adik Buya maupun adik-adik Ummi. Diskusi pun berjalan. Selagi berdiskusi, kuteringat sewaktu Ummi dulu yang berada di ICU, Buya adalah pemimpin diskusi kami. Kini, hal itu kembali terjadi, namun Ka Fadhi yang memimpinnya. Ketika diskusi berlangsung, tangan Buya bergerak. Kita semua langsung bangun dan mendekat ke Buya, namun masih belum ada perubahan. Diskusi pun berlanjut. Usai berdiskusi, aku menyampaikan ketakutanku kemarin ke saudara-saudara laki-lakiku karena kemarin aku memang hanya bercerita ke Ka Nadia. "Zila takut bermalam di ruangan ini sendiri dengan kondisi Buya yang koma, posisi ruangan berada di ujung gedung, jauh dari meja suster, dan berjendela besar tanpa gordyn", ucapku. Tapi kebijakan rumah sakit kurang memungkinkan untuk aku ditemani atau aku bergantian dengan saudaraku yang lain. Akhirnya aku berusaha menguatkan diri untuk menghadapi semua yang ada di depanku dan meminta agar Ghifar pulang lebih akhir karena Ka Fadhi masih ada urusan bisnisnya, Ka Nadia tidak bisa meninggalkan bayinya dalam waktu lama, dan Bang Afif harus kembali melanjutkan safari dakwahnya. Menjelang ashar Ka Fadhi, Ka Nadia, dan Bang Afif pamit pulang.
Ketika sudah masuk waktu ashar, aku makan nasi yang dibekali oleh Ka Nadia. Saat itu aku baru sadar, ternyata sejak kemarin malam perutku belum terisi. Aku pun makan sambil ditemani Ghifar. Setelah makan, aku dan Ghifar hendak sholat ashar berjamaah. Sebelum sholat ashar dimulai, "Ghif ajak Buya sholat aja yuk. Gapapa kondisi Buya seperti ini, yang penting kita omongin aja ke kuping Buya", ucapku ke Ghifar. Ya, aku melakukan ini juga karena diajarkan Buya. Masih jelas di ingatanku, waktu Ummi tidak sadarkan diri di ICU, Buya memerintahkan untuk membisikkan ke telinga Ummi untuk menunaikan sholat.
"Kamu udah wudhu kan Ghif? Tolong tayamumin Buya ya. Ka Zila wudhu dulu", ucapku.
Ketika aku dan Ghifar sudah siap sholat dan Buya sudah ditayamum, "Buyaaa, sudah masuk waktu ashar ya Buy. Aku sama Ka Zila mau sholat berjamaah ya, Buya ikutin kita juga ya. Kita sholat bareng-bareng ya Buy", bisik Ghifar dan langsung membisikkan bacaan niat sholat ashar juga di telinga buya. Sholat ashar pun dimulai denga Ghifar sebagai imamnya. Ketika i'tidal rakaat keempat, Ghifar membaca qunut nazilah (doa qunut untuk meminta pertolongan kepada Allah agar musibah yang sedang menimpa kita segera berakhir). Ya, aku memang yang meminta Ghifar untuk menyelipkan qunut nazilah di sholat ashar kita. Aku sangat menikmati qunut itu dengan bacaan Ghifar yang begitu mahir berkat ajaran Buya. Terdengar suara Ghifar pun bergetar ketika melafalkannya. Ketika bacaan qunut sedang berlangsung, terdengar suara suster masuk ruangan. Ketika sholat ashar berakhir dengan salam, aku langsung bangkit dan menemui suster.
"Kaakkk, bapak tadi buka mata sebentaaar banget dan mengeluarkan air mata di penghujung sholat kakak dan masnya", kata suster.
"Iya sus?" tanyaku penuh semangat.
Suster menganggukkan kepalanya.
"MasyaAllah Buyaaa", ucapku memandang Ghifar sambil mengusap tubuh Buya.
Aku dan Ghifar pun lanjut memperhatikan suster yang sedang memeriksa tensi darah, suhu, infus, dan peralatan medis lain yang terpasang di tubuh Buya. Setelah selesai, suster pergi meninggalkan ruangan. Sambil menunggu waktu maghrib, aku dan Ghifar terus tilawah dan zikir di samping Buya. Maghrib pun tiba, kita menunaikan sholat maghrib dan mengajak Buya kembali. Usai sholat maghrib, kita zikir, berdoa, dan tilawah di samping Buya. Isya pun tiba, kita menunaikan sholat isya dan mengajak Buya kembali. Usai sholat isya, zikir, dan berdoa, Ghifar pamit pulang. Mulailah aku hanya berdua dengan Buya di ruangan itu. Pukul 21.00 WIB, Buya sadarkan diri dan membuka mata. Buya sadar, namun Buya tidak berbicara. Jadi hanya membuka mata dan memandang ke atas. Aku langsung video call ke fanafifghif dengan niat mengabari kondisi terkini Buya dan menemaniku yang ketakutan. Pada saat itu, aku terus mentalqinkan Buya dibantu oleh fanafifghif dari hp. Ternyata salah satu dari fanafifghif juga mengundang dua dari adik Buya. Karena aku kelelahan, aku meletakkan hp di meja dengan kondisi menyoroti aku dan Buya.
Mendekati waktu sepertiga malam terakhir, sekitar pukul 2 dini hari, Buya menggerakkan tangannya. Buya memanggil, "Zilaaa". Kujawab, "Iya Buyaaa?" Kemudian beliau menggerakkan tangan kanannya dan memegang pipiku. Tangan sebelah kirinya juga digerakkan dan mengusap kepalaku, namun tidak ada komunikasi lagi dari Buya. Lalu Buya kembali meletakkan kedua tangannya di atas kasur. Ketika pukul 3 dini hari, aku bertanya ke Buya, "Buyaaa, Buya mau sholat tahajjud?"
Buya pun mengangguk
"Yaudah Zila tayamumin yaaa"
Buya menganggukkan kepalanya lagi
Usai Buya tayamum, "Udah yah. Buya bisa dimulai sholat tahajjudnya". Buya pun menunaikan sholat tahajjud dengan isyarat mata. Setelah perkiraanku bahwa Buya telah selesai sholat tahajjudnya, aku izin ke Buya untuk menunaikan sholat tahajjud dan aku menitipkan Buya ke Ka Nadia yang ada di videocall. Setelah aku tahajjud, aku mengajak Buya untuk mengingat Allah selalu hingga adzan shubuh dikumandangkan. Pagi itu, berbagai macam zikir dan kegiatan baik dibabat habis oleh Buya. Sambil menunggu adzan shubuh, aku tuntun Buya untuk membaca Al-Ma'tsurat, surat Yasin, senandung doa Al-Qur'an, sholawat thibbil qulub, mahalul qiyam maulid adh-dhiyaa ulami, dan aku tuntun Buya untuk berdoa dengan mengingat amalan-amalan kebaikan Buya serta memohon kepadaNya agar itu menjadi wasilah Buya kuat dalam menghadapi ujian dari Allah. Selama melakukan itu, memang lebih banyak aku yang melafalkannya, tetapi aku yakin Buya mengikutinya dalam hati. Karena air matanya terus mengalir dari kedua matanya. Kedua tangannya pun beliau angkat sambil mengucapkan lafadz, "Aamiin Yaa Allah", meskipun tidak terlalu jelas. Aku pun juga mengeluarkan air mata karena benar-benar sangat memohon pertolongan Allah, aku sangat bersyukur memiliki orang tua seperti Buya dan Ummi. Aku bisa mahir mendampingi, karena didikan mereka juga. Ka Nadia pun mengikuti kegiatan-kegiatan bersama aku dan Buya.
Usai semua dilaksanakan, shubuh pun belum berkumandang. Akhirnya Ka Nadia mencoba invite Cing Pipit (salah satu adik Buya) ke video call. Ada rasa lebih lega yang terlihat dari raut wajah Cing Pipit melihat kakaknya sudah sadar dari koma. Cing Pipit bilang, "Kakak mau sholat shubuh ya kak? Makanya kakak bangun". Ka Nadia menanggapi Cing Pipit, "Alhamdulillah Buya tadi sholat tahajjud Cing". "MasyaAllah Alhamdulillah". Kemudian Cing Pipit menambahkankan lagi, "Kaakkk makasih ya kak udah jadi kakak terbaik". Tak lama, kemudian terdengar suara adzan yang bersumber dari Ka Nadia dan Ka Nadia langsung bilang, "Yah Buya adzan Buya. Itu suara Ajid (salah satu muadzin Al-Ikhwan) ya. Adzan ya dari Al-Ikhwan (salah satu masjid, dimana tempat Buya menjadi pengurus DKMnya)". Aku melihat mata Buya sangat berbinar dan bahagia. Kemudian aku meminta Ka Nadia untuk membawa HPnya keluar rumah agar suara adzan terdengar lebih jelas. Aku pun bilang ke Buya, "Buya alhamdulillah ya Yah kita sampai di waktu shubuh. MasyaAllah Buya bisa denger suara adzan dari Al-Ikhwan ya Buy. Al-Ikhwan yah, masjid tempat Buya jadi pengurus". Buya pun mengeluarkan air matanya lagi. Kemudian aku menuntun Buya untuk menjawab adzan. Usai adzan, aku menuntun Buya untuk membaca doa setelah adzan dan diiringi dengan doa untuk kebaikan Buya. Lalu aku bertanya, "Buya mau qobliyah shubuh?". Buya pun memberi isyarat, "Iya". Langsung aku tayamumin Buya dan Buya lanjut sholat qobliyah shubuh dengan isyarat mata. Setelah qobliyah shubuh, aku tayamumin Buya kembali untuk sholat shubuh. Buya pun sholat shubuh. Usai Buya sholat shubuh, aku menitipkan kembali Buya ke Ka Nadia yang ada di video call. Sementara Cing Pipit sudah pamit setelah adzan shubuh usai. Terlihat di video call, semua orang di rumah sudah bangun bahkan cucu-cucu Buya yang di rumah pun sudah bangun. Tak lama setelah aku selesai sholat shubuh, dokter dan perawat visit dan berbarengan dengan matinya video call Ka Nadia karena hp aku dan hp Buya lowbatt serta kuota internet habis.
Dokter dan perawat terlihat kaget karena Buya sadar. Mereka pun ikut berbahagia karena melihat Buya sadar. Kemudian dokter dan perawat memeriksa kondisi Buya.
"Pa Abdullah, selamat pagi", sapa dokter ke Buya.
"Bapak, nama bapak siapa?", tanya seorang bruder ke Buya.
"Abdullah", jawab Buya.
"Masih ingat dan bisa jawab ya kak", ucap bruder kepadaku.
"Tanggal lahir bapak kapan?" tanya bruder lagi.
"Lima belas bulan enam tahun lima empat".
"Wah benar", apresiasi bruder.
"Bapak, ini siapa Pak?", tanya dokter sambil menunjuk kepadaku.
Buya memandang wajahku lama dan kebingungan. Kemudian dokter mengusap punggungku dan bilang, "Sabar ya kak".
"Maksudnya apa ya dok?" tanyaku pada dokter.
"Memang proses penyakitnya bisa membuat kondisi pasien akan lupa ingatan sebagian memorinya", jelas dokter. Padahal saat itu, aku dalam kondisi membuka masker.
"Dalam waktu berapa lama dok? Selamanya kah?" tanyaku dengan nada kecewa.
"Kita tidak bisa memprediksi tapi mungkin saja nanti ingatannya akan kembali. Terus dampingi bapak ya kak", jawab dokter.
"Bapak boleh tolong angkat jempol tangan kanan?" seru bruder.
Buya mengangkat jempol tangan kanannya.
"Telunjuk tangan kanan?" ucap bruder lagi.
Buya mengangkat telunjuk tangan kanannya. Kemudian Buya melihatku dan berkata, "Saya punya anak empat dan adik tiga". Saat itu, hatiku menangis dan berusaha menenangkan diri seraya lanjut berkata, "Engga Buya, Buya punya anak lima. Adik Buya ada sepuluh, Buya anak pertama", aku mencoba meluruskan. Namun Buya mengulang penjelasannya kembali, "Saya punya anak empat, adik tiga".
"Oh yaudah Buya, boleh tolong sebut keempat anak Buya?"
"Pertama, Arief Fadhillah".
"Iya bener, kedua?"
"Titin Fathimah", seketika aku menangis mendengarnya karena Titin Fathimah itu bukan anak Buya tetapi adik Buya.
"Ok, ketiga?"
"Titin Fathimah".
"Keempat?"
"Titin Fathimah".
Aku menangis karena peristiwa ini. Sangat sedih melihat kondisi Buya. Sangat sedih Buya lupa denganku tapi memang ini skenario Allah. Seketika aku khawatir dengan kondisi Buya yang seperti ini dan mencoba mengabaikan kesedihanku yang lupa dengan aku sebagai anaknya.
"Buya, siapa tuhan Buya?"
"Allah", jawab Buya dengan cepat.
"Nabi Buya siapa?"
Buya berpikir dan akhirnya bisa menjawab, "Rasulullah Saw".
"Agama Buya apa?"
"Islam".
Aku ambil Al-Quran dan bertanya, "Buya ini apa?"
"Qur'an", jawab Buya
"Buya sholat sehari berapa kali?"
"Lima kali".
Alhamdulillah setidaknya aku lebih tenang karena Buya tidak melupakan hal-hal penting.
"Buya, sekarang Buya mau berdoa seperti tadi sepertiga malam lagi?"
Buya menganggukkan kepalanya kemudian mengangkat tangan. "Buya ikutin Zila ya", perintahku.
"Ya Allah", kataku
"Ya Allah", ikut Buya
"Abdullah lahir dalam keadaan Islam Ya Allah", kataku
"Abdullah lahir dalam keadaan Islam Ya Allah", ikut Buya
"Matikan Abdullah juga dalam keadaan Islam Ya Allah", ucapku
"Matikan Abdullah juga dalam keadaan Islam Ya Allah", ikut Buya
"Ya Allah", ucapku
"Ya Allah", ikut Buya
"Jadikan aku termasuk golongan", ucapku
"Jadikan aku termasuk golongan", ikut Buya
"Yang berhak menerima syafaat dari Rasulullah Ya Allah", ucapku
"Yang berhak menerima syafaat dari Rasulullah Ya Allah", ikut Buya
"Ya Allah", ucapku
"Ya Allah," ikut Buya
"Jadikan Quran penerang kuburku Ya Allah", ucapku
"Jadikan Quran penerang kuburku Ya Allah", ikut Buya
"Ya Allah", ucapku
"Ya Allah", ikut Buya
"Terimalah semua sholat dan amalku Ya Allah", ucapku
"Terimalah semua sholat dan amalku Ya Allah", ikut Buya
Aku tuntun Buya berdoa untuk kebaikan Buya, termasuk mohon ampun atas dosa. Setelah usai aku tuntun Buya mendoakan untuk dirinya sendiri, aku tuntun Buya mendoakan anak-anaknya.
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Arief Fadhillah Ya Allah"
"Arief Fadhillah Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Nadia Ya Allah"
"Nadia Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Afif Ya Allah"
"Afif Ya Allah", ucap Buya sedikit kesulitan mengucapkan Afif
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Manzila Ya Allah"
Buya lama tak ucap kata Manzila. "Manzila Ya Allah", ucapku lagi. Buya belum juga mengucap Manzila. "Manzila Ya Allah", ucapku lagi namun Buya belum juga mengucap Manzila. "Manzila Ya Allah", tangisku pecah saat itu juga namun Buya masih belum mengucap Manzila. "Yah..Buyaaa ini Manzila Buyaaa", kataku sambil memukul dada dan menangis. "Buya ini Manzilaaa", kataku menangis penuh harap Buya mengucap namaku dan mendoakan aku. Dokter mengusap punggungku, "Kak sabar ya, sudah jangan dipaksa, kasian bapak. Semoga bapak mendoakan kakak dalam hatinya". Aku sudah putus asa mengucapkan Manzila dan berniat lanjut mendoakan Ghifar. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan ucapan Buya, "Manzila Ya Allah. Berkahilah hidup Manzila Ya Allah. Manzila Ya Allah", diucapkan namaku berkali-kali. "Aamiin Yaa Allah", aku mengaminkan doa Buya untukku penuh rasa haru dan lega. "Aamiin Yaa Allah", Buya mengikuti. Kemudian dokter dan bruder pergi meninggalkan ruangan tanpa berpamitan.
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Ghifar Ya Allah"
"Ghifar Ya Allah"
Setelah mendoakan anak-anaknya, aku menuntun Buya untuk mendoakan adik-adiknya, "Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Abdurrahim Ya Allah"
"Saya Abdullah", ucap Buya. "Iya Buya Abdullah, Buya punya adik bernama Abdurrahim Yah". "Abdurrahim Ya Allah", ulangku. "Abdurrahim Ya Allah", sahut Buya
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Abdurrahman Ya Allah"
"Saya Abdullah", ucap Buya lagi. "Iya Buya Abdullah dan Buya juga punya adik bernama Abdurrahman". "Abdurrahman Ya Allah", ulangku. "Abdurrahman Ya Allah", sahut Buya
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Ahmad Fauzi Ya Allah"
"Ahmad Fauzi Ya Allah", sahut Buya sedikit kesulitan mengucapkan Ahmad Fauzi
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Titin Fathimah Ya Allah"
"Titin Fathimah Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Muhaya Ya Allah"
"Muhaya Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Ahmad Sidik Ya Allah"
"Ahmad Sidik Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Sayangilah Nurhasanah Ya Allah"
"Sayangilah Nurhasanah Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup"
"Zubaidah Ya Allah"
"Zubaidah Ya Allah", sahut Buya kesulitan mengucapkan Zubaidah
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup"
"Berkahilah hidup". Terus aku tuntun Buya mendoakan kesepuluh adiknya sampai selesai. Setelah itu, aku bertanya, "Buya siapa ibu Buya?" Buya kebingungan dan tidak bisa menjawab. Langsung saja, "Ya Allah" ucapku
"Ya Allah"
"Berkahilah hidup Hj. Muniroh Ya Allah"
"Berkahilah hidup Hj. Muniroh Ya Allah"
"Ya Allah"
"Ya Allah"
"Sayangilah H. M. Nafis (Ayah Buya) Ya Allah"
"Sayangilah H. M. Nafis Ya Allah".
Tak lupa juga aku tuntun Buya mendoakan kedua mertuanya, Ummi (istri tercinta Buya), seluruh cucu Buya aku bantu sebut namanya satu per satu, tak lupa juga aku meminta dan menuntun Buya mendoakan anak-anaknya Manzila dan anak-anaknya Ghifar nanti, serta aku memohon doa dan ridho Buya agar aku dimudahkan tugas akhir/skripsi (aku tuntun Buya mendoakan skripsiku hingga Buya mengucapkan doa atas skripsiku sebanyak tiga kali). Saat itu karena kondisi hp aku lowbatt dan belum sempat mengisi daya kembali dan hp Buya juga tidak ada kuota maupun pulsa, sebenarnya aku sangat menunggu keluarga di rumah menelepon aku. Sambil menunggu ditelepon, aku ulang kembali doanya dari doa kebaikan untuk Buya sendiri sampai mendoakan orang lain juga. Doa yang sama itu terucapkan sebanyak tiga putaran. Sampai pada saat aku kelelahan dan tak tau lagi harus berdoa apa, aku dikejutkan dengan Buya berdoa sendiri tanpa aku tuntun. Beliau mendoakan orang-orang yang memang selalu beliau doakan setiap akan baca Yasin dan tahlil. Saat itu, keyakinan aku bertambah bahwa Buya memang orang baik dan sholih. Usai doa, aku bantu Buya mentalqinkan terus di telinga sebelah kanannya. Tak lama ada telepon masuk di hp Buya, ternyata itu telepon dari Ka Nadia.
Aku meninggalkan ruangan dan menerima telepon dari Ka Nadia. Memang aku tak pernah menerima telepon di samping Buya baik ketika Buya sadar ataupun tidak karena aku khawatir Buya mendengar penjelasan kondisinya ketika aku menjelaskan ke orang yang ada di telepon. Ya, aku khawatir kalau Buya mendengarnya akan membuat Buya tidak bersemangat. Aku menceritakan semua yang terjadi ke Ka Nadia dan Ka Nadia hanya bisa mengucapkan "innalillahi wa innailaihi rojiuun". Kemudian aku meminta Ka Nadia agar meminta Bang Afif datang ke rumah sakit dan telepon pun ditutup.
Aku kembali ke ruangan. Saat itu, aku tidak mengetahui apakah Buya sudah kembali ingat kepadaku atau tidak. Namun ketika aku masuk ruangan, Buya memberi isyarat kepadaku bahwa Buya merasa kesakitan di perutnya, dadanya, kakinya, dan badan bagian belakangnya. Aku pun langsung memencet bel untuk memanggil perawat. Perawat pun datang. Aku langsung memberi tahu kondisi Buya. Suster pun setelah mendengar penjelasanku keluar sebentar kemudian masuk ke ruangan kembali. "Kak ini obat cukup keras. Kita tau proses penyakit bapak, bahwa bapak nanti sakitnya akan hilang-timbul. Jadi setiap bapak kesakitan, kita akan suntikan sedikit-sedikit obat ini guna memberikan sugesti ke bapak bahwa sakitnya akan segera hilang karena sudah disuntikkan obat", jelas suster. Aku mempersilahkan tenaga medis untuk melakukan semua yang terbaik untuk Buya. Pagi itu, sambil kumenunggu kedatangan Bang Afif, Buya sudah disuntikkan sebanyak lima kali dengan obat itu. Aku pun membantu Buya dengan terus mengajaknya sabar dan dzikrullah
Bang Afif pun datang. Karena kemarin sudah diizinkan masuk sebanyak lima orang ke ruangan, pagi ini hanya diperbolehkan satu orang yang masuk. Oleh karena itu, aku keluar ruangan dan Bang Afif pun masuk. Karena aku kelelahan, aku mencari tempat duduk untuk aku beristirahat di sekitar kursi antrian pasien rawat jalan. Namun hari itu, kursi antrian pasien rawat jalan penuh dan hanya tersisa kursi yang bertanda silang merah. Terpaksa aku menunggu sampai Bang Afif keluar dengan kondisi berdiri dan bersandar pada dinding. "Satu jam saja ya Pak di dalam ruangannya", ujar security kepada Bang Afif.
Aku pun menunggu di luar selama satu jam lebih beberapa menit. Sambil menunggu, aku mendengar beberapa percakapan orang-orang yang menderita penyakit kanker. Mereka banyak macamnya. Ada yang bahagia menghadapinya dan ada juga yang insecure. Tempat ini memang sangat cocok dijadikan sebagai tempat belajar bersyukur untuk orang-orang yang tak pandai bersyukur seperti aku ini. Perlahan, aku pun mulai tidak sadar dan disadarkan kembali oleh seorang bapak yang memukul pundakku menggunakan map berkas BPJSnya, "Mbak duduk aja di sini. Sakit kanker apa Mbak?" tanya bapak itu.
"Oh gausah Pak. Saya sehat kok. Udah bapak aja yang duduk, ini saya kayaknya karena terlalu ngantuk aja Pak".
"Oh maaf, Mbak. Saya kira Mba sakit soalnya wajahnya kelihatan capek banget. Gapapa Mbak, duduk aja dulu. Saya sakitnya memang gabisa terlalu lama duduk"
"Terimakasih ya Pak", aku pun duduk.
"Siapa yang sakit Mba?" tanya bapak itu.
"Ayah saya Pak. Pasien rawat inap".
"Oh pantes sampai ketiduran sambil berdiri gitu. Mba yang jaga ya?"
"Hehe iya pak", jawabku sambil menahan malu karena ketahuan ketiduran sambil berdiri.
"Semoga lekas sembuh ya Mbak ayahnya", ucap beliau sembari pamit karena nomor antriannya sudah dipanggil.
Aku pun melanjutkan tidurku di kursi itu. Ketika security sedang tidak ada di daun pintu pembatas ruang rawat inap dan ruang rawat jalan, aku menerobos masuk ke ruangan Buya. Ketika aku masuk, Buya masih sering merintih kesakitan seperti sebelumnya. "Nih Zila makan", ujar Bang Afif sambil menunjuk bawaannya. "Bang Afif izin pulang ya. Bang Afif gabisa lama-lama karena harus ke markas MR (Majelis Rasulullah) tapi mau pulang dulu ke Duren Sawit, biasa Ka Ica (istri Bang Afif) lagi hamil lagi ada yang harus dibantu sama Bang Afif", ucap Bang Afif. Belum aku menanggapi omongan Bang Afif, tiba-tiba suster masuk dan bilang, "Kak tolong urus administrasi lagi ya. Kita mau pindahin bapak ke ruangan sebelumnya karena bapak sudah sadar".
"Oh pindah ruangan?"
"Iya. Tapi nanti kalau bapak ga sadar lagi, kemungkinan kita pindah lagi ke ruangan ini", jelas suster.
"Ok sus", kataku sambil menerima kertas yang diberikan oleh suster. Suster pun pergi. "Bang pulangnya tunggu Zila selesai urus administrasi dulu ya. Zila mau titip Buya dulu", Bang Afif pun mempersilahkan dan bersedia menunda beberapa menit kepulangannya.
Setelah administrasi selesai dan Bang Afif pulang, aku dibantu dua orang suster pindah ruangan. Setelah pindah ruangan, aku menunaikan sholat zuhur. Setelah itu, aku tayamumin Buya dan membacakan dari niat sholat zuhur hingga salam di telinga sebelah kanan Buya. Ya sejak Zuhur hari Rabu, Buya sudah tidak bisa sholat sendiri meskipun memakai isyarat. Oleh karena itu, harus aku bisikkan semua bacaan sholat ke telinga Buya. Ketika aku sedang membisikkan bacaan tahiyat akhir di dalam sholat zuhur Buya, dr. Faizal dan timnya (timnya terdiri dari beberapa dokter spesialis kanker juga) masuk ruangan. Aku langsung memberikan isyarat, "Tunggu sebentar, sedang sholat". Mereka pun menunggu sampai aku mengucap salam di telinga kanan Buya. Usai Buya sholat zuhur, mereka pun masuk dan langsung memeriksa kondisi Buya. "Dok, boleh minta tolong periksa mata orang tua saya?", pintaku. Alasan aku meminta dokter untuk memeriksa mata Buya adalah karena aku ingat dengan omongan Ka Fadhi, "Pokoknya Zila gini aja, kalau Zila masih melihat bayangan Zila di bola mata Buya, InsyaAllah Buya aman. Tapi kalau Zila sudah tidak melihat bayangan Zila di bola mata Buya, ya itu artinya sebuah "tanda"", begitulah pesan Ka Fadhi atas pengalamannya yang menyaksikan Ummi wafat. Ketika aku sholatkan zuhur Buya, aku sudah tidak bisa melihat bayangan aku di bola mata Buya. Oleh karena itu, aku meminta dokter untuk memeriksa kondisi matanya Buya dan dokter pun memenuhi permintaanku.
14 notes
·
View notes
Text
Jadilah PEMAAF
Kutipan tulisan
“Mengapa aku tak membalas perlakuanmu ?? Sebab jika aku membalas perlakuanmu dengan cara sebagaimana kamu memperlakukanku, maka aku tahu itu akan sangat menyakiti hatimu. Maka semoga allah memaafkanmu” (ustadz Berik said hafidzahullah)
Menjadi pemaaf memang tidak mudah. Terkadang ketika kita sudah memaafkan kesalahannyapun tetap saja masih ada rasa jengkel yang membuat rasa maaf tadi seperti tidak ikhlas.
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahala atas (tanggungan) allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim. (Terjemahaan surah Asy-Syura:40)
Pernah bertemu dengan orang yang selalu memandang sebelah mata?
Pernah bertemu dengan orang yang selalu memandang hina dirimu?
Pernah bertemu dengan orang yang suka mengada-mengada tentang dirimu?
Pernah bertemu dengan orang yang suka membalikan fakta?
Pernah bertemu dengan orang yang suka menjelekkanmu?
Ya kurang lebih begitulah...
Pastinya hari-hari yang kita lalui dalam proses kehidupan, akan bertemu dengan orang-orang yang tidak sesuai dengan ekspetasi kita.
Mungkin saja dari keluarga kita sendiri, atau bahkan saudara sendiri. Yaaa mungkin bukan keluarga inti, tapi keluarga jauh!!
Atau saja dari teman sendiri, bahkan orang yang tidak layak dianggap teman pun bisa melakukan hal tersebut.
Atau bisa saja dari orang yang tidak dikenal :)
Masyallah :) allah akan menguji keimanan seorang hamba sesuai dengan kemampuannya.
Ketika kita sedang diuji seperti hal yang diatas, berarti tandanya allah tau kalau kita adalah hamba yang bisa melewatinya. Ketika kita sudah melewati hal tersebut tandanya iman kita akan naik satu tangga dari sebelumnya. Dengan proses tersebut lama kelamaan kita akan belajar menjadi orang Pemaaf :)
Memang hal terbaik untuk melawan semua perbuatan orang lain kediri kita adalah DIAM. Menjadi pendiam menurut aku pribadi adalah salah satu cara untuk menenangkan keadaan.
Semakin kita berusaha untuk membalas, maka sama halnya kita sama seperti dia !!!
Lantas harus bagaimana??
Cukup diam, dan lihat saja rencana tuhan untuk kedepannya :)
*allah pengatur skenario terbaik, tidak usah repot-repot membalas, biarkan allah yang bekerja, kita cukup berserah diri saja
*semakin mendekat ke allah, maka akan semakin tersusun rapi skenario hidupmu dibuat allah.
Al-imam ibnu hibban berkata:
“ yang wajib atas orang yang berakal adalah selalu berlapang dada dan memaafkan ketika datang perbuatan buruk terhadap dirinya dari seluruh dunia, dalam rangka mengharapkan pemaafan dari allah atas berbagai kejahatan yang telah dia lakukan pada hari - harinya yang telah lalu”
#minta maaf#quotes#self reminder#just a reminder#kata hati#motivasi#kata bijak#katamutiara#just for fun
11 notes
·
View notes
Text
Habis Kenal; Terbitlah Cinta (3).
4. Konsekuensi.
Konsekuensi/ibadahmu sebagai seorang hamba agar Asma’ul Husna (nama Allah sesuai dengan perbuatan-Nya) yang kamu sebut di dalam doa berkehendak mengabulkan doamu.
Sebagai contoh:
Ketika kamu sakit, berdoa kepada Allah, Asy-Syafi dan kamu ingin Yang Maha Menyembuhkan segera menyembuhkan namun Allah, Asy-Syafi memberi syarat. Setiap nama akan memberi konsekuensi. Konsekuensi Allah, Asy-Syafi yaitu:
(4.1) Bersabarlah ketika diberi sakit karena ini adalah kabar gembira.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
(Rasa takut, lapar, tidak memiliki uang, sakit, bangkrut untuk orang yang sabar adalah kabar gembira).
Siapa orang yang sabar itu?
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 156-157)
(Mereka itulah orang-orang yang diampuni dosanya oleh Allah, Al-Ghafur, disayang oleh Allah, Ar-Raḥman dan diberi petunjuk oleh Allah, Al-Hadi).
Mengucapkan kalimat istirja’ pada hentakan pertama ketika tertimpa musibah pahalanya luar biasa, tanpa batas alias surga karena kebanyakan manusia akan mengembalikan segala urusan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, ketika sudah putus asa oleh sebab-sebab di depan mata.
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya. ‘(Ya Tuhanku), sungguh aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya’: 83)
Ketika Nabi Ayub ‘alaihis salam diberi penyakit yang luar biasa hingga keluarganya meninggalkannya, beliau justru berdoa, “Saya ditimpa penyakit, dan Engkau Ar-Rahman.”
Jadi, Nabi Ayub ‘alaihis salam yakin sekali jika penyakitnya adalah tanda kasih sayang dari Allah, Ar-Rahman. Maa syaa Allah.
“Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 84)
Kemudian, Allah, Al-Mujib (Yang Maha Mengabulkan) doa beliau (tersebab lulus ujian), Allah, Asy-Syafi menyembuhkan penyakitnya, Allah, Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi) dan Allah, Al-Warits (Yang Maha Pewaris, Pemilik Hakiki Segala Sesuatu Yang Hanya Kepada-Nya Semata Semua Itu Kembali) melipatgandakan keturunannya sebagai bentuk kasih sayang dari Allah, Ar-Rahman. Maa syaa Allah.
(4.2) Ingat bahwa Allah, Al-Khaliq.
Kamu harus mengakui bahwa dirimu adalah ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala sehingga kamu meyakini hanya Allah satu-satunya yang paling berhak dimintai pertolongan dan juga wajib meyakini kesembuhan hanya datang dari Allah, Asy-Syafi.
“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk: 14)
(4.3) Mengambil obat dari Allah, Asy-Syafi.
Obat penyakit hati adalah kajian-kajian tauhid, membaca Alquran dan artinya, berteman dengan orang-orang saleh/salihah.
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Obat penyakit jasmani bisa dengan ruqyah yang syar’i. Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya yaitu doa ketika ada bagian anggota tubuh yang sakit.
Letakkan tangan di bagian tubuh yang sakit.
Baca “Bismillah.” 3 kali.
Lanjutkan dengan membaca doa berikut 7 kali, (A’uudzu bi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru, artinya: Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan). Dalilnya: Diriwayatkan oleh Utsman bin Abil Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau mengadukan rasa sakit di badannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya, “Letakkanlah tanganmu di atas tempat yang sakit dari tubuhmu.” kemudian beliau mengajarkan doa di atas. (HR. Muslim 5867 dan Ibnu Hibban 2964)
Mengambil obat dari Allah yang disyariatkan dalam Alquran dan hadis, seperti: madu, zaitun dan habbatu ssauda’.
Sebagaimana dalam QS. An-Nahl: 68-69,
“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, ‘Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)’. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”
Demikian pula dari hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
”Sesungguhnya pada habbatu ssauda’ terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian.” (HR. Bukhari & Muslim)
Diriwayatkan oleh Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullah,
“Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.” (Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah)
(4.4) Perbanyak istigfar.
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Sakit yang Allah beri tersebab dosa-dosamu.
Tujuan Allah beri sakit agar Allah, Al-’Afuww menghapuskan kesalahan dan dosa serta memaafkan kemaksiatanmu. Maa syaa Allah, Allah, Ar-Rahman, Ar-Rahim. Semua yang terjadi padamu semata demi kebaikanmu. Sakit yang Allah beri di dunia, semata agar kamu tidak sengsara di akhirat nanti. Jika kamu mampu ikhlas dan sabar melewatinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau tertimpa rasa sakit yang lebih dari itu melainkan Allah Subhanahu Wata’ala akan mengangkat si sakit satu derajat sebagai balasan sakit yang dideritanya dan Allah Subhanahu Wata’ala hapus darinya satu kesalahan.” (HR. Muslim no. 6507)
Agar lebih lengkap dan mantap istigfar dan tobatnya, pelajari juga nama lainnya, yaitu Allah, Al-’Afuww (Yang Maha Pemaaf), Al-Ghafur * Al-Ghaffar (Yang Maha Pengampun), At-Tawwab (Yang Maha Penerima Tobat).
Karena satu nama akan berkesinambungan dengan nama yang lain, ketika seseorang meminta kepada Allah Subhanahu Wata’ala biasanya tidak hanya menyebutkan satu nama saja.
(4.5) Sedekah dan infak.
“Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. At-Tarmidzi)
Sehubungan dengan ayat sebelumnya, ketika diberi sakit untuk menghapuskan dosa dan setiap sedekah juga dapat menghapuskan dosa maka semakin cepat proses penghapusan dosa tersebut sehingga in syaa Allah disegerakan pula kesembuhanmu oleh Allah, Asy-Syafi.
Apabila menginginkan Allah, Asy-Syafi untuk menyembuhkanmu maka ikuti keinginan dan petunjuk dari-Nya, sehingga ketika akhirnya harus ke dokter setelah melakukan ikhtiar-ikhtiar tersebut in syaa Allah hal tersebut juga merupakan perbuatan Allah, Asy-Syafi dan Allah, Al-Hadi yang memberikan kesembuhan padamu dengan memberikan petunjuk untuk pergi ke dokter yang tepat.
5. Doa.
Mengapa seseorang dianjurkan untuk membaca doa yang ada di Alquran dan hadis sahih? Karena doa-doa tersebut adalah doa para Nabi, mereka semua berilmu tentang Asma’ul Husna sehingga mereka menggunakan Asma’ul Husna yang tepat.
Berikut doa yang berhubungan dengan Asma’ul Husna Asy-Syafi,
“Ya Allah, Rabb Pemelihara umat manusia, hilangkan penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkau adalah Yang Maha Menyembuhkan, tidaklah ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikit pun penyakit.” (HR. Bukhari no. 5743)
Makna dari doa Asy-Syafi sungguh maa syaa Allah sekali. Berikut rinciannya:
Penyanjungan dengan nama Allah yang indah, Allah, Asy-Syafi.
Meminta kesembuhan sesuai dengan nama yang selaras dengan perbuatan-Nya yaitu Asy-Syafi (Yang Maha Menyembuhkan).
Kalimat tauhid, “Tidaklah ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-Mu.” Mengapa di doa ini Allah Subhanahu Wata’ala ingatkan orang sakit dengan kalimat tauhid? Allah, Al-Khabir tahu betul bahwa orang sakit dekat dengan kesyirikan (berharap kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala), seperti: “Alhamdulillah, kalau dokternya datang terlambat tadi, saya pasti tidak tertolong.”
Meminta kesembuhan tanpa efek samping. Biidznillah, hanya kesembuhan dari Asy-Syafi yang menyembuhkan tanpa meninggalkan penyakit yang lain. Maa syaa Allah.
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Ini adalah bagian akhir dari serial “Habis Kenal; Terbitlah Cinta (1).” dan “Habis Kenal; Terbitlah Cinta (2).” semoga semakin menumbuhkan kecintaan seorang hamba terhadap Ar-Rabb (Pencipta, Raja Dan Pengatur Alam Semesta).
Disadur dari postingan Angella Fransisca dengan penambahan dari Ensiklopedi Asma'ul Husna (Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr - Pustaka Imam Asy-Syafi'i).
75 notes
·
View notes
Quote
"karena tujuan akhir adalah Menikah (Termasuk Amal Ibadah Terlama pada Allah SWT, maka harus diiringi dengan proses yg baik dan sesuai Ridho-Nya)"
“Hati-Hati dengan Bridezilla Syndrome” (Sindrom Pra-Nikah)
-Teh Deri Jum’at, 6 Nov 2020
Bridezilla Syndrome berasal dari kata Bride pernikahan dan Zilla Godzila. Perempuan yang kala mendekati pernikahan tingkahnya kayak godzila mudah marah, ngamukan dan kurang bersahabat.
Definisi menurut Psikolog Casandra Putranto, bridezilla adalah istilah awam yang diberikan kepada calon mempelai yang berubah emosi perilaku karena berbagai tekanan dan tuntutan. Hal ini bisa terjadi karena kompetensi mental terbatas dan karena tekanan dari banyak pihak terutama diri sendiri.
Adapun ciri-ciri Brideilla Syndrome yaitu 1) Emosionalnya yang tidak stabil; 2) Psikosomatis; 3) Sakit Fisik (Pusing, mual, sesak); 4) Overthinking; 5) Perilaku yang menjadi tidak terkendali; 6) Ruhiah Drop; 7) Sulit fokus; 8) Was-was.
Tiga dimensi yang harus di jaga kesimbangannya khususnya oleh perempuan yaitu tubuh, hati, dan pikiran. Ketiga dimensi ini harus tetap di jaga oleh seoaramg Ibu dan Istri.
Tubuh
Bukan hanya sakit fisik saja melainkan akan menyebabkan sakitnya psikis kita. Jika sakit maka keseimbangan tubuh akan terganggu, hormon dan sistem metabolisme pun akan terganggu. Hidup jadi semakin datar ngak ada variasinya. Karena kena Anemia, kekurangan Gizi (Kurang energi Kronik).
Hati
Jika hatimu baik maka semuanya baik, jika ia kotor maka semuanya juga akan menjadi kotor.
Pikiran
Yang perlu diutamakan bukan hanya mengenai pikiran, tapi juga perasaan. Kebanyakan dari kita banyak memikirkan sesuatu terlalu keras sehingga kita mudah stress.
Persiapan pernikahan hanyalah sebuah Trigger yang membangkitkan luka batin warisan masa lalu. Kalau di telaah lagi pasti ada intinya dari kecemasan dan biasanya bukan karena pernikahan, oleh karena itu perlu adanya keseimbangan kondisi hati, tubuh, dan pikiran. Yang harus dilakukan juga harus bersyukur, sabar, dan taubat.
Sabar
Memanfaatkan (Asy-Syura: 43)
Hatinya teguh (Asy Syura: 43)
Menjadikan sholat sebgaai sandaran (Al-Baqarah: 153)
Berdamai dengan ujian (Muhammad: 31)
Menahan Gejolak
Ini adalah Segitiga Cinta Ibu Qayim. jika kita tetus berlatih untuk sabar maka kebahagiaan dan ketenangan aka kita rasakan. Sabar bermakna memaafkan orang-oramg yang sudah menyakiti kita. Sabar artinya hatinya teguh pada kebenaran serta meyakini bahwa Allah yang Maha Memiliki Hati, jiwa dan raganya. Sabar bermakna Sholat khusu fokus hanya pada Allah. Sabar bermakna menerima Ujian dan Meyakini bahwa inilah takdir terbaik dari Allah SWT.
Syukur
Persinggahan tertinggi dari ridha
Mengambil pelajaran
Hanya menghamba kepada Allah
Mengakui dan menmuji Allah
Menjadi orang spesial
Sudut lain yang harus dilatih adalah syukur selalu memulai apapum dengan syukur. Fokus pada apa yang Kau Miliki bukan yang tidak kau miliki. Syukur adalah bukti Profesionalisme seorang hamba. Dimana Ia merasa kecil, hina dan nista. Allah lah yang Maha segalanya.
Taubat
Mengakui
Menyadari cela
Punya cela mengakhiri
Memutus rantai
Mengejar dengan amal baik
Allah tidak pernah pilih kasih kepada kita terkait kebahagian dan rizki. Kenapa kita itung²an dosa sama Allah. Kenapa kita sering bertanya mengapa aku yang dikasih ujian ini yaa Allah? Jadi taubat saja terus karena kita hanya makhluk bukan tuhan. Libatkan Allah dalam Hatimu setiap saat. Karena Ia lah pemilik jiwa dan ragamu. Jika sudah demikian tiada lagi kecemasan yang melanda.
“Semangat berjuang untuk menata hati, membersihkan hati dan memanage qolbu karena dia merupakan tempat utama yang perlu dibersihkan, yang merupakan bejana jiwa mu tempat muaranya semua rasa”
2 notes
·
View notes
Text
Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Tugas Agama
Nama : Sabrina Salsabila
Kelas : 9B
Absen : 31
1. Proses masuknya islam • Teori Gujarat Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama datang dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim. Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang mengatakan bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian, orang Arab bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang membawanya ke Indonesia. Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku ‘L'Arabie et Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious bahwa hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dengan Gujarat. Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan bahwa agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti peninggalan artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada 1428 M. Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India. • Teori Mekah Pendapat lainnya adalah teori Mekah. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta sebagai koreksi dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke Indonesia ini diterangkan bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar. Pasalnya, menurut Hamka, bangsa Arab pertama kali ke Indonesia membawa agama Islam dan diikuti Persia dan Gujarat. Adapun, disebutkan masuknya Islam terjadi sebelum abad ke-13 M, yakni 7 Masehi atau abad pertama hijriyah. Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, di mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol. Kemudian, di masa Dinasti Umayyah pengaruh semakin meluas hingga ke Nusantara. Menurut Arnold (Morrison 1951) bukti masuknya Islam ke Indonesia dari para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka berdagang hal ini juga sesuai dengan fakta pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman di pesisir pantai Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam semakin menyebar di Nusantara. • Teori Persia Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari kebudayaan Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia. Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat Islam Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Selain itu, di Minangkabau bulan Muharram juga dikenal sebagai bulan-bulan Husein. Lalu di Sumatera Tengah diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai. Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh SIti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal. • Teori China Teori Tiongkok atau Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina atau Teori Tiongkokini bila dilihat dari
beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Teori Tiongkok berpendapat bahwa persebaran Islam tak lepas dari peranan saudagar atau pedagang Tiongkok yang saat itu banyak yang beragama Islam. Juga yang paling terkenal adalah kunjungan dari Laksamana Cheng Ho atau Sam Poo Kong, seorang laksamana Dinasti Ming yang beragama Islam, dan diiringi oleh banyak pengiring dan rekannya yang juga beragama Islam. Hingga didirikan sebuah masjid yang menjadi tanda kenangan dalam perjuangan dan dakwah Laksamana Cheng Ho dan para pengikutnya, yang didirkan di Surabaya bernama Masjid Muhammad Cheng Ho. 2. Perkembangan Islam Agama Islam berkembang di Indonesia disebarkan oleh berbagai golongan, yakni para pedagang, mubalig, sufi, dan para wali. Para wali menyebarkan islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Di antara sekian banyak wali, yang terkenal adalah Wali Songo (Wali Sembilan). berikut ini adalah uraian Wali Songo : • Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi, yang diduga berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik. • Sunan Ampel atau Raden Rahmat, berkedudukan di Ample, Surabaya • Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Raden Rahmat (Sunan Ampel), ia tinggal di Bonang, dekat Tuban • Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula bernama Raden Paku, berkedudukan di Bukit Giri, dekat Gresik. • Sunan Drajat atau Syarifuddin, juga putra dari Sunan Ampel dan berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya. • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon. • Sunan Kudus atau Ja'far Sodiq, putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngandung di Jipang Panolan, berkedudukan di Kudus. • Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Syahid. Beliau adalah putra Tumenggung Wilaktikta, Bupati Tuban yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. • Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra dari Sunan Kalijaga berkedudukan di Gunung Muria, Kudus. 3. Cara Cara dakwah di nusantara a. Perdagangan Proses penyebaran islam melalui jalur perdagangan dilakukan pada abad ke 7 sampai abad ke 16 M. Para pedagang tersebut berasal dari Aceh, Persia, dan India yang mengubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Mereka memiliki akhlak mulia, santun, dapat dipercaya dan jujur.Hal ini lah yang menjadi daya tarik sehingga penduduk nusantara secara sukarela masuk islam. Ada pedagang muslim yang singgah ada juga yang menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan muslim. b. Perkawinan Sebagian pedagang islam tersebutada yang menikah dengan wanita pribumi, terutama putri bangsawan atau putri raja. Dari pernikahan itu, mereka mendapat keturunan. Disebabkan pernikahan itulah, banyak keluarga bangsawan atau raja masuk islam. Sehingga para pedagang tersebut menetap dan membentuk perkampungan muslim yang disebut Pekojan. c. Pendidikan Para mubalig mendirikan lembaga pendidikan islam di beberapa wilayah nusantara, berdiri sejak pertama kali islam masuk di indonesia. Di jawa, dikenal dengan nama pondok pesantren. Disanalah, berlangsung pembinaan, pendidikan dan kaderisasi bagi calon kiai dan ulama. Mereka tinggal di pondok atau asrama dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Setelah menamatkan pendidikan pesantren, mereka kembali ke kampung masing-masing untuk menyebarkan Islam. Melalui cara inilah, Islam terus berkembang menyebar ke daerah-daerah yang terpencil. d. Hubungan Sosial Para mubalig yang menyebutkan Islam di Nusantara pandai dalam menjalin hubungan sosial dengan masyarakat, mereka yang telah tinggal menetap di nusantara aktif membaur dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial. Sikap mereka santun, memiliki kebersihan jasmani dan rohani, memiliki kepandaian yang tinggi, serta dermawan. Pada kesempatan tertentu, mereka menyampaikan ajaran
islam dengan cara bijaksana, tidak memaksa dan merendahkan. e. Kesenian Sebelum islam datang, kesenian dan kebudayaan Hindu-Buddha telah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat. Kesenian tersebut tidak di hilangkan tetapi justru digunakan sebagai sarana dakwah. Cabang-cabang seni bangunan, seni pahat, dan ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Seni bangunan misalnya masjid, mimbardan ukiran-ukirannya masih menunjukkan motif-motif seperti yang terdapat pada candi-candi Hindu-Buddha. Demikian juga dengan pertunjukan wayang kulit. Mereka tidak pernah meminta upah untuk menggelar pertunjukan, penonton atau pengunjung gratis. menyaksikan pertunjukan tersebut. Penonton hanya diminta agar mengikutinya mengucapkan “Dua Kalimat Syahadat”. Hal ini berarti para penonton telah masuk islam. Sebagian besar cerita wayang kulit dikutip dari cerita Mahabharata dan Ramayana, namun sedikit demi sedikit dimasukkan nilai-nilai ajaran islam.
4. Peranan umat islam dalam masyarakat indonesia Mendirikan organisasi-organisasi islam yang diantaranya sebagai berikut : a. Syarikat Dagang Islam Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1908, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut: • Mengembangkan jiwa dagang. • Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha. • Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat. • Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam. • Hidup menurut perintah agama. b. Nadhlatul Ulama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama), disingkat NU, adalah sebuah organisasi islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 di Surabaya dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlusunah wal Jama'ah (Aswaja). Selain itu, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah.��Hal ini didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya. c. Muhammadiyah Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
0 notes
Text
Majelis Syura PKS Perjuangan Merupakan Proses Panjang dan untuk Mencapai Kemenangan
JAKARTA | KBA – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar acara puncak syiar Dzulhijjah 1444 H dengan Live Streaming Pemotongan Hewan Kurban dan Live Report dari Wilayah Seluruh Indonesia pada Sabtu, 1 Juli 2023 yang bertepatan dengan 12 Dzulhijjah 1444 H. Perayaan Idul Adha PKS yang mengangkat tagline ‘Kurban Bahagiakan Rakyat’ ini menargetkan untuk menebar 1,8 juta paket kurban ke seluruh…
View On WordPress
0 notes
Text
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
1. Proses masuknya islam • Teori Gujarat Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama datang dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim. Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang mengatakan bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian, orang Arab bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang membawanya ke Indonesia. Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku 'L'Arabie et Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious bahwa hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dengan Gujarat. Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan bahwa agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti peninggalan artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada 1428 M. Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India. • Teori Mekah Pendapat lainnya adalah teori Mekah. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta sebagai koreksi dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke Indonesia ini diterangkan bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar. Pasalnya, menurut Hamka, bangsa Arab pertama kali ke Indonesia membawa agama Islam dan diikuti Persia dan Gujarat. Adapun, disebutkan masuknya Islam terjadi sebelum abad ke-13 M, yakni 7 Masehi atau abad pertama hijriyah. Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, di mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol. Kemudian, di masa Dinasti Umayyah pengaruh semakin meluas hingga ke Nusantara. Menurut Arnold (Morrison 1951) bukti masuknya Islam ke Indonesia dari para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka berdagang hal ini juga sesuai dengan fakta pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman di pesisir pantai Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam semakin menyebar di Nusantara. • Teori Persia Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari kebudayaan Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia. Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat Islam Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Selain itu, di Minangkabau bulan Muharram juga dikenal sebagai bulan-bulan Husein. Lalu di Sumatera Tengah diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai. Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh SIti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal. • Teori China Teori Tiongkok atau Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina atau Teori Tiongkok
ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Teori Tiongkok berpendapat bahwa persebaran Islam tak lepas dari peranan saudagar atau pedagang Tiongkok yang saat itu banyak yang beragama Islam. Juga yang paling terkenal adalah kunjungan dari Laksamana Cheng Ho atau Sam Poo Kong, seorang laksamana Dinasti Ming yang beragama Islam, dan diiringi oleh banyak pengiring dan rekannya yang juga beragama Islam. Hingga didirikan sebuah masjid yang menjadi tanda kenangan dalam perjuangan dan dakwah Laksamana Cheng Ho dan para pengikutnya, yang didirkan di Surabaya bernama Masjid Muhammad Cheng Ho. 2. Perkembangan Islam Agama Islam berkembang di Indonesia disebarkan oleh berbagai golongan, yakni para pedagang, mubalig, sufi, dan para wali. Para wali menyebarkan islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Di antara sekian banyak wali, yang terkenal adalah Wali Songo (Wali Sembilan). berikut ini adalah uraian Wali Songo : - Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi, yang diduga berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik. - Sunan Ampel atau Raden Rahmat, berkedudukan di Ample, Surabaya - Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Raden Rahmat (Sunan Ampel), ia tinggal di Bonang, dekat Tuban - Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula bernama Raden Paku, berkedudukan di Bukit Giri, dekat Gresik. - Sunan Drajat atau Syarifuddin, juga putra dari Sunan Ampel dan berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya. - Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon. - Sunan Kudus atau Ja'far Sodiq, putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngandung di Jipang Panolan, berkedudukan di Kudus. - Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Syahid. Beliau adalah putra Tumenggung Wilaktikta, Bupati Tuban yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. - Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra dari Sunan Kalijaga berkedudukan di Gunung Muria, Kudus. 3. Cara Cara dakwah di nusantara a. Perdagangan Proses penyebaran islam melalui jalur perdagangan dilakukan pada abad ke 7 sampai abad ke 16 M. Para pedagang tersebut berasal dari Aceh, Persia, dan India yang mengubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Mereka memiliki akhlak mulia, santun, dapat dipercaya dan jujur.Hal ini lah yang menjadi daya tarik sehingga penduduk nusantara secara sukarela masuk islam. Ada pedagang muslim yang singgah ada juga yang menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan muslim. b. Perkawinan Sebagian pedagang islam tersebutada yang menikah dengan wanita pribumi, terutama putri bangsawan atau putri raja. Dari pernikahan itu, mereka mendapat keturunan. Disebabkan pernikahan itulah, banyak keluarga bangsawan atau raja masuk islam. Sehingga para pedagang tersebut menetap dan membentuk perkampungan muslim yang disebut Pekojan. c. Pendidikan Para mubalig mendirikan lembaga pendidikan islam di beberapa wilayah nusantara, berdiri sejak pertama kali islam masuk di indonesia. Di jawa, dikenal dengan nama pondok pesantren. Disanalah, berlangsung pembinaan, pendidikan dan kaderisasi bagi calon kiai dan ulama. Mereka tinggal di pondok atau asrama dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Setelah menamatkan pendidikan pesantren, mereka kembali ke kampung masing-masing untuk menyebarkan Islam. Melalui cara inilah, Islam terus berkembang menyebar ke daerah-daerah yang terpencil. d. Hubungan Sosial Para mubalig yang menyebutkan Islam di Nusantara pandai dalam menjalin hubungan sosial dengan masyarakat, mereka yang telah tinggal menetap di nusantara aktif membaur dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial. Sikap mereka santun, memiliki kebersihan jasmani dan rohani, memiliki kepandaian yang tinggi, serta dermawan. Pada
kesempatan tertentu, mereka menyampaikan ajaran islam dengan cara bijaksana, tidak memaksa dan merendahkan. e. Kesenian Sebelum islam datang, kesenian dan kebudayaan Hindu-Buddha telah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat. Kesenian tersebut tidak di hilangkan tetapi justru digunakan sebagai sarana dakwah. Cabang-cabang seni bangunan, seni pahat, dan ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Seni bangunan misalnya masjid, mimbardan ukiran-ukirannya masih menunjukkan motif-motif seperti yang terdapat pada candi-candi Hindu-Buddha. Demikian juga dengan pertunjukan wayang kulit. Mereka tidak pernah meminta upah untuk menggelar pertunjukan, penonton atau pengunjung gratis. menyaksikan pertunjukan tersebut. Penonton hanya diminta agar mengikutinya mengucapkan "Dua Kalimat Syahadat". Hal ini berarti para penonton telah masuk islam. Sebagian besar cerita wayang kulit dikutip dari cerita Mahabharata dan Ramayana, namun sedikit demi sedikit dimasukkan nilai-nilai ajaran islam.
4. Peranan umat islam dalam masyarakat indonesia Mendirikan organisasi-organisasi islam yang diantaranya sebagai berikut : a. Syarikat Dagang Islam Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1908, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut: • Mengembangkan jiwa dagang. • Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha. • Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat. • Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam. • Hidup menurut perintah agama. b. Nadhlatul Ulama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama), disingkat NU, adalah sebuah organisasi islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 di Surabaya dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlusunah wal Jama'ah (Aswaja). Selain itu, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah. Hal ini didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya. c. Muhammadiyah Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
0 notes
Text
Minta Kasus Muhammad Kece Diusut Tuntas, HNW: Jangan Sampai Ada Dalih Gangguan Jiwa
KONTENISLAM.COM - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) meminta kasus penistaan agama dan menghina Nabi Muhammad SAW oleh YouTuber Muhammad Kece diusut hingga tuntas. Ustaz Hidayat juga mendorong kepolisian mengusut kemungkinan adanya jaringan antiagama. Termasuk mengusut kelompok-kelompok yang mungkin ingin mengadu domba antarumat beragama di balik keberanian Muhammad Kece melakukan penistaan agama Islam dan Rasulullah SAW. Politikus yang juga akrab disapa dengan inisial HNW itu bahkan mewanti-wanti jangan sampai proses hukum terhadap YouTuber Muhammad Kece terhenti atas alasan kejiwaan. “Jangan sampai terulang kasus-kasus penistaaan terhadap agama serta simbol, tokoh agama Islam yang pelakunya ditangkap tetapi hukum tidak ditegakkan dengan dalih gangguan jiwa,” ucap Ustaz Hidayat di Jakarta, Rabu (25/8). Wakil ketua Majelis Syura PKS itu menilai Muhammad Kece tampak sekali bahwa dia sadar dengan apa yang dilakukannya. “Namun apabila memang harus diperiksa kondisi kejiwaannya, perlu diperiksa oleh ahli kejiwaan yang profesional dan independen,” tegas Hidayat. Anggota Komisi VIII DPR itu juga menyebut kasus penistaan agama/simbol agama semakin sering terjadi. Hal itu menurut Hidayat disebabkan banyak perkara serupa yang mandek atau tidak ada kejelasan dengan alasan gangguan jiwa atau lainnya. Sekalipun mengapresiasi Polri yang telah menangkap Muhammad Kece, dia mengingatkan masih ada pelaku penistaan agama yang buron, yakni Joseph Paul Zhang yang hingga kini masih belum bisa ditangkap polisi. “Saya apresiasi kinerja Polri yang menangkap Muhammad Kece, tetapi juga sekaligus mengingatkan bahwa Polri masih mempunyai pekerjaan rumah untuk menangkap penista agama yang lain, yaitu Jozeph Paul Zhang,” ujar Hidayat Nur Wahid. (jpnn)
from Konten Islam https://ift.tt/3ksqqts via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/minta-kasus-muhammad-kece-diusut-tuntas.html
0 notes
Text
Empat Huruf untuk Obat Jiwa
Salah satu kekurangan kita sebagai umat manusia adalah suka berbuat salah serta dosa. Manusia membutuhkan cara untuk menutupi kekurangannya itu, khususnya dosa kepada sesama manusia.
Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kata yang semestinya terucap setelah melakukan kesalahan adalah "Maaf”, maaf adalah sebuah kata yang kerap terlupa, ketika kita menoreh luka atau ditorehkan. Kata maaf sendiri terdiri dari empat huruf. Namun, walau hanya empat huruf kenapa sulit diucapkan? Karena pada umumnya kita lebih mendahulukan gengsi, dan karena kesombongan yang berada di dalam diri kita sendiri.
Contohnya karena merasa diri telah memiliki jabatan yang jauh lebih tinggi, merasa lebih kaya, lebih pintar, rasa benci, rasa sakit hati yang memungkinkan seseorang gengsi untuk meminta maaf, merasa dirinya yang paling menderita dari si penoreh luka, dan enggan mengucap kata maaf. Ada juga yang merasa bersalah, akhirnya malu untuk mengucapkan si empat huruf penuh manfaat ini.
Dalam Islam, dendam bisa menimbulkan permusuhan dan perpecahan antar umat manusia. Islam selalu menganjurkan agar setiap muslim berusaha untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah, dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 10, Allah berfirman:
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Innamal-mu'minuna ikhwatun fa aslihu baina akhawaikum wattaqullaaha la'allakum tur-hamun"
Artinya:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Mengucapkan kata maaf bukan berarti diri kita lebih rendah, lemah ataupun kita bersalah, justru itu menunjukan bahwa kita memiliki jiwa besar, lapang dada, ikhlas karena mampu mengucapkan kata maaf dan hanya orang hebat dan kuat yang berani untuk mengucapkan kata maaf.
Pemaafan (forgiveness) adalah kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh-tidak-acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil.
Dan memaafkan memang tidak mudah, perlu proses serta perjuangan untuk melakukannya. Adanya kebaikan bagi diri kita dan bagi orang lain akan membuat sikap memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan.
Sebagai umat manusia, harus senantiasa belajar memaafkan sesama dengan ikhlas. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya, apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan), niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)
"Jika hari kiamat tiba, terdengarlah suara panggilan, "Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?" Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu. Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga." (HR Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)
Dari hadits tersebut, menjelaskan secara tegas bahwa memberikan maaf kepada orang lain merupakan suatu kewajiban sebagaimana menjaga hati dalam agama Islam. Seperti dalam Alquran surat An Nur ayat 22, Allah berfirman:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَا��ِينَ
وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Wa laa ya'tali ulul-fadli mingkum was-sa'ati ay yu'tuu ulil-qurbaa wal-masaakiina wal-muhaajiriina fii sabiilillaahi walya'fu walyasfahu, alaa tuhibbuna ay yagfirallaahu lakum, wallaahu gafurur rahiim"
Artinya:
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Pemaafan (forgiveness) adalah salah satu karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual. Pemaafan sebagai psikoterapi atau sebagai suatu cara untuk menerima dan membebaskan emosi negatif seperti marah, depresi, rasa bersalah akibat ketidakadilan, memfasilitasi penyembuhan, perbaikan diri, dan perbaikan hubungan antar manusia dengan berbagai situasi permasalahan.
Memaafkan orang yang bersalah kepadamu bukan hanya membuat mereka terlepas dari rasa bersalah, tapi membuatmu semakin bersyukur karena kamu masih diberi kelapangan hati untuk memaafkan orang lain, Jauh lebih tenang kehidupannya, tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama, dan semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain Jadi, sudah siap untuk memaafkan orang yang selama ini menyakitimu? jangan lupa ya untuk memaafkan dirimu sendiri lebih dulu. Lepaskanlah dirimu dari semua rasa bersalah akan masa lalumu. Apa pun dan bagaimana pun lukamu berkembang dan menyiksamu saat ini, cobalah untuk memaafkan dan berjuanglah menerima bagaimanapun keadaanmu.
Keutamaan memaafkan seseorang.
1. Dicintai Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Ada pedagang yang biasa memberi kredit kepada orang. Jika dia menemukan salah satu pelanggannya berada dalam sarana yang diluruskan, dia akan berkata kepada asistennya: Maafkan mereka hutang mereka, mungkin Allah akan mengampuni kami. Allah mengampuni dia." (Bukhari / Muslim)
Ketika seseorang memiliki sifat pemaaf sehingga dapat memaafkan orang lain dengan ikhlas maka Allah akan mencintai dan mengasihi orang tersebut.
2. Mendapatkan pengampunan.
Nabi Muhammad SAW besabda:
"Kasihanilah mereka yang ada di bumi, dan Yang di surga akan mengampuni kamu" (Tirmidzi).
Dengan memaafkan orang lain, seorang muslim akan mendapatkan pengampunan dari Allah karena Allah jauh lebih besar dan lebih bermurah hati daripada umatnya.
3. Batin terasa tenang.
Ketika seseorang menyimpan dendam karena belum bisa memaafkan kesalahan orang lain, seseorang itu hatinya akan selalu gelisah karena dipenuhi dengan dendam. Maka dari itu, dengan memaafkan kesalahan orang lain dapat membuat batin menjadi lebih tenang.
4. Ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Seorang muslim yang pemaaf tidak menyimpan dendam apa pun terhadap setiap muslim atau iri siapa pun atas karunia apa yang telah diberikan Allah kepada mereka, maka ditinggikanlah derajatnya oleh Allah.
5. Mengharap ridho Allah.
Seorang muslim yang dapat memaafkan orang lain bisa jadi karena seseorang itu lebih mengharap ridho Allah dari memaafkan orang lain yang telah menyakitinya. Mereka sadar bahwa menyimpan dendam akan menimbulkan dosa. Hal ini termaktub dalam Alquran surat Asy-Syura ayat 37 yang berbunyi sebagai berikut:x
وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ
"Wallaziina yajtanibuna kabaa'iral-ismi wal-fawaahisya wa izaa maa gadibu hum yagfirun."
Artinya:
"Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf."
6. Menunjukkan kualitas diri.
Kualitas diri seorang muslim yang pemaaf pasti akan lebih baik dari pada orang yang suka memendam dendam, iri dengki kepada orang lainnya.
7. Menambah kemuliaannya di hadapan Allah.
Ketika seseorang memaafkan dan mengalah maka secara lahir menunjukkan bahwa orang tersebut adalah lemah dan tidak memiliki kekuatan, akan tetapi Nabi SAW mengatakan bahwa barang siapa yang memaafkan atau mengalah maka Allah akan tambah kemuliaannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
"Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah SWT akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR Muslim no 2588)
8. Membuat pikiran dan tubuh lebih sehat.
Ketidakmampuan seseorang untuk memaafkan dapat mempengaruhi secara spiritual dan psikologis. Selanjutnya hal tersebut memiliki efek buruk pada kesehatan seseorang yang menyimpan dendam. Satu studi menunjukkan bahwa orang-orang yang berfokus pada dendam pribadi telah meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, serta ketegangan otot dan perasaan yang semakin kurang terkendali.
Begitu banyak manfaat meminta maaf dan memaafkan, tak sekedar amal kebaikan bagi diri kita tapi memiliki dampak besar bagi tubuh kita juga.
Allah SWT tidak akan menyuruh hambaNya jika tidak ada manfaat untuknya. Mulai sekarang jangan ragu dan malu untuk meminta maaf ketika kita memiliki salah, dan jangan berfikir panjang untuk memaafkan kesalahan orang lain kepada kita, berdamailah bersama saudaramu maka kamu akan mendapatkan kedamaian dalam dirimu sendiri, sungguh keduanya baik di mata Allah.
- Sandy Hirdianto (TIT Support Adminstration PBG)
28 Ramadhan 1442H // 10 Mei 2021
0 notes