#Menua
Explore tagged Tumblr posts
Text
Bertukar Peran
Sebagai anak yang selalu merantau, saya bersyukur belakangan bisa banyak menghabiskan waktu di rumah. Dahulu, saya hampir tak pernah menyadari orang tua menua. Sekarang, saya melihat bagaimana peran yang kami jalankan perlahan mulai bertukar.
Sepanjang hidup, saya melihat ayah sebagai sosok yang selalu mandiri. Terlampau mandiri. Semua ia selesaikan, bahkan permasalahan orang lain. Ia bisa melakukan segalanya dan selalu ada untuk kami semua. Namun, belakangan saya mulai melihat perubahan yang awalnya samar tapi perlahan makin kentara.
Jarang-jarang mulai datang permintaan tolong kecil. Terasa begitu aneh karena dahulu tak pernah terucap kata tolong dari bibirnya. Anak-anaklah yang selalu merepotkan dan membutuhkan bantuan, bukan sebaliknya.
Entah mengapa, saya merasa pilu. Baru kini merasa ayah yang serba bisa mulai menua. Mungkin semua orang memang menghadapi fase ini. Herannya, peralihan kecil ini sangat berdampak bagi saya.
Begitu juga dengan ibu. Makin bergantung pada anak-anak, obat-obat, serta alat-alat lain yang identik dengan konsep sakit dan tua. Ibu yang dulu selalu aktif bersepeda hingga berjam-jam kini melangkah perlahan sembari menahan linu.
Ibu yang senang bepergian dan punya banyak kemauan kini harus berkompromi dengan tubuh dan keterbatasan kondisi. Masih punya banyak harapan dan tujuan, tapi dihalangi oleh sakit yang selalu menghantui. Seandainya saja kami anak-anak bisa membantu mengurangi semua rasa nyeri.
Dengan segala ego orang tua, mereka masih kerap menolak. Tak mau dibantu bila tak benar-benar perlu. Terkadang kami pun kurang tanggap. Tidak tahu bahwa di balik kata 'tidak usah' sebetulnya mereka butuh. Tidak tahu bahwa apa yang bisa kami selesaikan dalam sekejap adalah sesuatu yang sulit bagi mereka. Apalagi jika menyangkut teknologi yang memang kian lama makin memusingkan. Kita saja terkadang ngos-ngosan mengejar ketinggalan dari anak-anak kecil yang digital natives, bagaimana dengan mereka?
Memang hidup selalu penuh dengan perubahan. Di usia kepala tiga ini, saya merasa seperti 'baru lahir' dan harus belajar lagi memahami posisi seorang anak. Mencoba mengerti pergeseran peran dan relasi dengan orang tua. Peka adalah kuncinya. Sisanya akan berjalan baik selama ada kepedulian dan rasa cinta.
Mungkin inilah gelisah yang dirasakan para anak saat melihat orangtuanya merapuh. Selain membantu, hanya doa yang makin sering terucap. Sehat selalu, papa dan mama. Mulai kini, biarkan kami yang mengambil peranmu.
20 notes
·
View notes
Text
Akhir-akhir ini sering mendengar kabar duka dari tahun-tahun yang sama dengan bapak. Takut apabila waktunya sudah dekat, apalagi kekhawatiranmu memang cuman itu sekarang.
Meskipun sejak kecil Ibu selalu mengulang kata yang sama tentang kematian, tapi tetap saja ada bocah yang terbiasa sendirian.
Akhir-akhir ini benci ketika waktu berjalan tapi jarak kita tak jalan-jalan. Takut apabila masa kita sudah habis, tapi kita masih kritis.
Kadang menyesal berlari dalam arena semangat muda, sedang kalian semakin menua.
9 notes
·
View notes
Text
KENDURI DUKA
Jika Allāh tak menciptakan duka kita pasti kan senantiasa bahagia.
Namun.....kita sering lupa, kalau selama ini sudah terlalu banyak tertawa.
Sesekali..... kesedihan perlu dirayakan. Agar kita benar-benar merasakan bahwa di sini, dunia ini, tak satupun kan kekal bertahan.
2 notes
·
View notes
Text
menua ≠ meneduh
mungkin kita pernah melihat, sebagian orang semakin mendewasa ketika usianya semakin senja. tetapi tidak sedikit juga kita melihat, sebagian orang justru semakin kekanakan meski usianya kian menyenja.
ada orang-orang yang memilih bertumbuh dan menua, dengan membawa serta hati, pikiran, dan perilaku terbaiknya demi menghasilkan tunas-tunas terindahnya. ada pula orang-orang yang memilih bertumbuh dengan membawa serta kemarahan, kekecewaan, kecanggungan, dan dendam-dendamnya, lalu menyemai tunas-tunasnya yang serupa.
lalu apa yang berbeda? keduanya mungkin sama-sama bertumbuh, bersemi, meranggas, lalu menua. yang berbeda adalah teduhnya. pada hati yang menua dengan bijaksana; barangkali kita memang tidak akan bisa dan tidak pernah pantas menerka soal kedekatan dengan TuhanNya, —tetapi kita akan bisa menemukan teduh pada setiap ucapan dan sikapnya; yang enggan meluap dengan arogan.
yang mana kita saat menua, adalah tentang apa yang kita biarkan ikut serta di dalam proses bertumbuh. karena menua tidak lantas menumbuhkanmu bersama teduh 🌹
2 notes
·
View notes
Text
Jangan Melawan Tua
Ada artikel di harian Kompas hari Minggu, 16 Juni 2024, berjudul "Ilusi sukses di Masa Muda yang Menyuburkan Diskriminasi Umur" yang menurut saya menarik, karena isi artikelnya sendiri menceritakan fenomena orang kaya di dunia saat ini berlomba-lomba menjadikan dirinya awet muda, dengan biaya yang sangat besar, mereka mendapatkan perawatan agar dirinya senantiasa terlihat muda, meskipun usianya terus bertambah. Fenomena lainnya juga, bagaimana klinik kecantikan sering kali menampilkan artis-artis muda sebagai modelnya, harapannya orang yang melihat jadi bisa percaya kalau mendapatkan perawatan di sana, bisa "muda" seperti para model yang dipasang fotonya.
Dari artikel dan fenomena tersebut, saya kemudian merenungkan, sewaktu kecil dulu, saya sempat ingin cepat dewasa supaya saya bisa melakukan atau mendapatkan hal yang tidak bisa saya lakukan dan dapatkan, tapi ketika beranjak dewasa, saya khawatir akan masa tua yang entah kenapa dibenak terlihat renta dan tidak berdaya, apalagi banyak tersebar di media sosial pemandangan tidak menyenangkan di masa tua, mungkin itulah juga yang mendasarkan, kenapa banyak orang tidak ingin menjadi tua, atau mungkin merasa menjadi tua artinya tidak bisa menikmati kehidupan dengan maksimal, mungkin karena faktor kerentaan dan tidak berdaya tadi akibat penyakit.
Waktu saya kecil, orang tua saya sempat berkata ketika saya waktu itu bilang saya mau cepet jadi dewasa karena saya mau beli Handphone baru, "Jangan mau cepet-cepet, setiap tahapan kehidupan dan waktu itu ada kebahagiaannya sendiri, belum tentu apa yang diinginkan sekarang, kita inginkan waktu nanti", itu yang menjadi pegangan saya saat ini dalam menjalani kehidupan, bahwa setiap fase kehidupan memang ada untuk dijalani dan dinikmati.
Menolak tua seperti melawan hukum alam, dan alam sendiri adalah ciptaan yang mahakuasa, jikalau kita memahami filosofi Stoa, dimana jangan mengambil pusing hal yang diluar kendali kita, seharusnya kita juga tidak perlu memusingkan dengan berusaha melawan penuaan, dalam arti menjadi muda selama-lamanya, karena artinya kita menolak yang mahakuasa dan berusaha mengubah hal yang tidak bisa kita kendalikan, biasanya kita jadi tidak bahagia dan stress sendiri.
Mungkin menjadi tua itu menakutkan, saya pun takut, tapi melihat itu merupakan hal yang tidak bisa kita kendalikan, mungkin yang tepat adalah menikmati prosesnya dan menjaga kesehatan (apa yang bisa kita kendalikan) dengan sebaik-baiknya, jikalau menjadi tua itu pasti, maka semoga kita memiliki kebijaksanaan seiring bertambahnya umur dan waktu yang kita jalanin di hidup ini.
1 note
·
View note
Text
Orang asing
Kala itu pertama kali duduk bersama mu, di bangku taman emas, di bawah pohon rindang, siapakah kamu ? hai seseorang yang tak dikenal ? tapi rasanya aku sudah mengenal mu menahun, kamu pula seperti telah mengenal ku menahun, satu impian yang sangat ku ingin coba bersama yg menahun, yang tak pernah terlaksana, ku habiskan dengan mu, dan betul, rasanya menakjubkan tak terbayang, angin, nyaman, diri sendiri, mengalir, tak terbendung, lega, bahagia, senang, jua sedih, khawatir, bertanya? Kenapa dengan mu? Wahai orang asing. Di bawah guguran bunga violet, kita berhenti sejenak untuk mengabadikan, ku kumpulkan helainya hingga tangan tak mampu, kemudian melemparkannya ke langit seraya mengulang gugurnya, siapakah kamu? Mampu membuat seperti menahun, siapakah kamu? Wahai orang asing, semoga kita benar menahun, menua, dan bersama hingga tak berujung.
0 notes
Text
Jatuh cintaku padamu kali ini terasa sangat damai sekali. Tak memaksakan keinginan hati, tak mengejar dan berlari, tak juga menanti sepi. Terima kasih telah hadir di kehidupanku yg membosankan ini. Akan kulangitkan doa disetiap dirimu terlintas di benakku. Entah endingnya nanti seperti apa, semoga akan selalu ada hal baik yg membuat kita bersama..
#pekanbaru#esbatubulet#muji#life quote#renungan#quote bijak#kata bijak#tulisan#motivasi#kata cinta#quoteoftheday#Surat cinta#kata mutiara#quote#love quote#quotes#love quotes#jatuh hati#jaga hati#bersamamu#menua bersama
51 notes
·
View notes
Text
Malaikat-Malaikat Tanpa Sayap
Beliau berusaha memahamiku bahkan sejak aku di dalam kandungan, sedangkan aku baru berusaha memahami beliau saat beliau sudah menjadi orang tua dan menua.
Daripada terus menuntut beliau untuk memahamiku, harap dan do'aku; semoga Allah memudahkanku untuk bisa memahami beliau lebih baik lagi. Aamiin.
2 notes
·
View notes
Text
Alhamdulillah.
Pekan yang biasa saja.
Senin, hari pertama di bulan Mei. Dan tanggal merah. Jadi di rumah saja. Mengerjakan modul ajar, nonton Taxi Driver, dan nonton kucing di yt. Selasa turun seperti biasa. Simulasi OSN. Rabu libur. Simulasi OSN lagi. Menyiapkan tugas untuk besok juga. Sore hari aku ke rumah pamanku.
Kamis turun seperti biasa. Ngajar di kelas VIII. Capek banget ngajar mereka, ga bisa diam dan terlalu aktif. Sore hariku cuman diisi dengan scroll IG saja. Untung Jumat libur. Mengerjakan modul ajar. Nonton drakor baru, My Perfect Stranger. Dan nonton video BTOB. Fix, aku sekarang jadi Melody. Setelah sekian tahun berkelana di dunia per-Korea-an. Hari ini juga tanggal 5.5. Belanja online, self reward.
Sabtu turun lagi. Ngajar di kelas VIII dan IX. Pulang sekolah ambil duit gajian. Biaya hidup untuk 1 bulan ke depan hehe. Padahal pengen ngurangin main IG, tapi masih juga sering scroll ga jelas. Ahad kondangan. Sendirian aja, emang mau sama siapa. 2 kali kondangan, dan lucunya takdir mempertemukanku dengan pengantin baru pekan kemarin. Sabar, Mi sabar.
Sudah bulan Mei saja. Bulan ke-5 di 2023. Tahun ini aku seperti menghitung waktu yang terus bergulir. Hanya berharap banyak kabar baik untuk bulan ini. Yang sudah pergi biarkan pergi, yang berlalu diikhlaskan saja. Hidup harus tetap berjalan, kan. Ga bisa cuma diam di tempat saja. 7 bulan menuju Desember. Semoga tercapai, ya.
#jurnal0501
2 notes
·
View notes
Text
0823-3000-6040 (WA), Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Menua SadapLangsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6282330006040 , Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Menua Sadap, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Menua Sadap, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa Kemut, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa Kidang, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa Lidung, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa Lutut, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa Matung, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa Melade, Pusat Grosir Kaos Kaki Muslimah Pa MeringKami adalah Distributor Kaos Kaki Muslimah Terpercaya dan Terlengkap di Indonesia, Kami sudah berpengalaman sejak 2008 melayani penjualan secara online, melayani pembelian dari luar pulau hingga ke luar negeri.Kami Sedang Mencari mitra bisnis yang ingin menjual kaos kaki Muslimah dari kami.Untuk Info Lanjut Tentang Kemitraan silahkan di Hubungi di Sini:Nomor HP Ibu Tiva : 0823-3000-6040#PusatGrosirKaosKakiMuslimahMenuaSadap, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahMenuaSadap, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaKemut, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaKidang, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaLidung, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaLutut, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaMatung, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaMelade, #PusatGrosirKaosKakiMuslimahPaMering
0 notes
Text
Bu, Pak … Teman-temanku satu per satu menikah, sebagian bahkan sudah mengantar anak ke sekolah. Sementara aku merasa belum bertemu jodohku. Apa aku terlalu pemilih? Apakah kriteria yang aku inginkan terlalu tinggi?
Nak …
Menjadi pemilih dalam urusan jodoh adalah sebuah keharusan.
Sudah selayaknya kamu berhati-hati menjalin hubungan dengan orang yang nanti akan serumah denganmu, membangun keluarga, menghabiskan waktu menua bersama.
Mungkin ini kedengaran klise, tapi menikah memang bukanlah perlombaan. Tak ada menang-kalah, tak ada cepat-lambat.
Masa penantian dan pencarian ini, barangkali adalah ruang yang Tuhan kasih untuk kamu belajar lebih banyak:
Tentang dirimu, tentang hidupmu.
Tentang menjadi pasangan dan orang tua yang baik.
Tentang mengelola uang dan mengatur rumah tangga.
Tentang membangun keluarga yang bahagia, sehidup sesurga.
399 notes
·
View notes
Text
Salah satu indikator siap menikah bagiku yang paling aku tekankan adalah bagaimana cara ku untuk tidak muak dengan kalimat “maaf” dan “memaafkan” .
Karna melihat bagaimana mereka bisa menua bersama, tentu mereka telah melewati banyak saling-nya meminta maaf dan memaafkan pada setiap kesalahan yang mungkin berulang, menyakiti, menguras emosi, atau pada hal-hal krusial lainnya .
Kita manusia dan pasangan kita-pun sesama manusia . Maka sangat tidak mungkin jika di perjalanan seumur hidup itu, tidak saling melukai.
entah itu pada kata yang sedikit tidak tertata, kalimat yang penuh emosi, ekspresi datar, nada bicara yang sedikit tinggi, tindakan yang tidak sesuai dengan ekspektasi, perbuatan atau penempatan tanda baca titik, koma, tanya maupun tanda perintah yang gagal dipahami.
Malang, 30+1 Oktober 2000+24
197 notes
·
View notes
Text
Jangan Sampai Sesal
Mau sampai kapan kamu akan terus berpaling dari hal-hal penting di hidupmu, ialah mimpimu sendiri. Terus menerus mengabaikannya, berlaku seolah semuanya baik-baik saja, tidak kenapa-kenapa.
Mimpi-mimpimu yang melambung tinggi di dalam benakmu, menjadi ini dan itu, bepergian ke sana dan kesini, membangun keluarga yang dicita, menjalani kehidupan dengan jalan yang leluasa kamu tentukan. Tapi kamu terus menerus berpaling darinya. Tenggelam dalam rutinitas yang tiada habisnya. Mengejar harta hingga terasa uang adalah segalanya, karena segalanya butuh uang, menurutmu. Lupa bahwa yang mencukupkan kita di dunia ini adalah rezeki-Nya. Lalu, kehidupan bergulir dan kamu telah menua. Mimpi-mimpi itu telah menjelma menjadi penyesalan yang tiada habisnya. (c)kurniawangunadi
256 notes
·
View notes
Text
Usia Orangtua Kita itu Terbatas
Semakin bertambah hari, maka mereka semakin mendekat ke titik kematiannya. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin menua dan melemah.
Selagi jantung mereka masih berdetak, maksimalkanlah bakti kepada mereka. Akan ada momen yang sangat kita rindukan kelak tatkala mereka telah tiada.
Minta maaflah, datangi dan peluk mereka. Karena itu hal yang sangat kita rindukan tatkala mereka meninggalkan dunia ini selama-lamanya.
Yakinlah, akan banyak kemudahan hidup yang kita dapatkan dengan berbakti kepada orang tua.
Kemudahan rezeki, kesehatan, peluang yang terbuka, ketenangan hati dan pikiran, dsb.
Bukankah keridaan Allah itu bergantung kepada keridaan orang tua? Maka rida siapa lagi yang harus kita prioritaskan di dunia ini?
Ustadz Farhan Fadilat Syah
211 notes
·
View notes
Text
Tulisan: Menata Usia
Ada beberapa orang, yang semakin bertambahnya usia maka semakin bertambah banyak pula kegelisahannya. Semisal perihal jodoh yang belum juga datang, atau rezeki yang sepertinya tidak bertambah. Seakan ia sedang berpacu dan dikejar oleh pencapaian dan usianya. Jika ada, coba tata kembali untuk apa hidupnya hari ini?
Tidak semua yang kita khawatirkan harus soal dunia, cobalah sejenak menenangkan diri dan bercermin pada kekhawatiran mengapa amal ibadah dan kebaikan kita tidak bertambah? Soal salat yang sampai hari ini masih tergesa-gesa? Perihal dzikir selepas salat yang tidak lagi kita rutinkan? Atau mungkin semakin jarangnya kita membuka lembaran Al-Quran padahal usia kita semakin menua.
Barangkali, kegelisahan kita itu semu, bias, sedikit yang mengkhawatirkan akhiratnya. Dan barangkali itu adalah aku sendiri, sang penulis nasihat ini.
Mari mulai menata usia, kembali bertanya untuk siapa hidup kita ini? Apa yang sebenarnya sedang kita perjuangkan? Kemana akhir dari perjuangan hidup ini?
Benar, menata usia. Agar tidak mubadzir usia kita, agar lebih terarah waktu yang akan kita gunakan yang ia pun akan terus berputar. Sampai masanya jatah waktu kita habis.
Menata waktu dan usia.
@jndmmsyhd
570 notes
·
View notes
Text
dulu sekali
dulu, ada masa di mana alasan gua bergadang karena sedang asik chattan sama banyak orang, hape belum mati/lowbet berarti belum boleh tidur, gak peduli besok harus bangun pagi.
dulu, kalau pengen ngobrol, tinggal telpon. Atau kalau gak bisa saat itu juga telpon, palingan cuman nunggu pagi datang, berangkat sekolah terus bebas cerita apa aja ke teman sampe mulut berbusa sekalipun.
dulu, kalau mau pergi ke mana pun tinggal ajak temen, temen gak bisa ya jadi gak bisa pergi, karena kalau pergi sendiri jadi gak seru.
Tahun berganti, umur menua, zaman bertambah, prioritas orang-orang perlahan berubah...
Sekarang, notif pesan cuman di isi oleh grup. Grup jualan, grup kantor, dan berbagai grup lainnya yang bahkan tidak pernah dibuka. Gak ada lagi pesan berisi basa-basi, tukar informasi, ngomongin crush, atau video call/telponan padahal barusan aja udah ketemu.
Tumbuh dewasa itu ternyata bisa sesepi ini, ya?
Nulis ini, bikin gua sadar kenapa banyak orang bisa se 'addicted' itu sama media sosial, kpop, atau gila kerja. Karena hal-hal itu tuh gak sama kayak orang lain. Yang bisa 'ninggalin', ataupun 'susah ditemuin'. Meskipun gak semua hal-hal tadi itu berakibat baik, setidaknya bisa menutup kekosongan sebagian orang. Kalau anak zaman sekarang nyebutnya sih sebagai coping mechanism. Bersyukurnya masih banyak yang sadar, kalau bundir itu haram.
Kalau coping mechanism gua saat ini sih cuman sibuk kerja, baca buku, ataupun jalan-jalan. Gua gak mau lagi menjadikan 'orang lain' sebagai tempat pelarian gua. Karena lingkarannya pasti selalu sama. bukannya bikin sembuh, akhirnya pasti cuman dua, gua yang nyakitin, atau gua yang disakitin.
Gua selalu memohon sama Allah meskipun saat ini gua udah gak punya siapa-siapa lagi, setidaknya rezeki gua berupa uang selalu dimampuin. Karena meskipun gak bisa 'membayar' seseorang untuk ada saat gua butuh, setidaknya dengan uang yang cukup, gua bisa membeli 'waktu' yang bisa gua pakai untuk menciptakan kebahagiaan gua sendiri tanpa harus ditemenin siapa pun.
116 notes
·
View notes