#Harga Diriku
Explore tagged Tumblr posts
Text
SETARA
Sejak aku pernah melisankan aku ingin pasangan yang setara, alam ternyata bekerja mendatangkan orang-orang yang ingin membahas keinginan setara ini. Mulai dari orang asing yang tiba-tiba dekat, teman lama yang bertemu lagi, adek tempat kerja yang berencana menikah, laki-laki yang belakangan jadi teman cerita, dan pertanyaan di kolom instagram.
Jika ditanya aku ingin laki-laki yang bagaimana di enam tahun lalu (masa ini aku ingin menikah dengan seseorang) aku dengan mudah menjawab, aku ingin seseorang yang lebih baik dari aku. Kondisinya aku baru lulus kuliah, pekerjaan belum stabil, mimpi masih tidur dan keinginanku masih seperti teman-teman yang lainnya.
Rasanya saat itu, jika aku tidak menemukan lelaki yang lebih baik, maka kehidupanku hanyalah mimpi buruk. Karena lucunya, saat itu aku juga menganggap salah satu pencapaian itu adalah, siapa yang kelak aku menangkan.
Tapi ternyata Tuhan dengan maha baik memberikan aku perjalanan yang lebih panjang, dan aku melewati lebih banyak waktu dengan mengesampingkan hal-hal yang berhubungan dengan lelaki yang kuinginkan seumur hidup.
Sekarang, jika harus menjawab pertanyaan tentang bagaimana aku akan mencari, dia adalah yang setara denganku. Setara di sini bukan seseorang yang harus sama persis, tapi kami ada di rentang yang sama setidaknya untuk hal-hal crusial yang aku pertimbangkan untuk memilih pasangan.
Sejujurnya aku lebih suka meromantisasi hidupku dan ingin pertemuan yang tidak terduga saja, tapi akan selalu ada plan B dari setiap rencana, dan setara adalah plan B. Namun jika harus belajar dari sejarahku sendiri, barangkali aku akan eksekusi di plan E yang entah apa.
Sekarang, aku hanya tahu ini tentang diriku. Aku ingin seseorang yang setara, setidaknya untuk pola pikir, wawasan, kematangan emosi, finansial, daya tahan juang, pendidikan, empati dan kasih sayang.
Aku percaya jika seseorang memiliki banyak rentang kehidupan yang sama, maka saling memahami itu menjadi mudah. Saat memahami lebih mudah, maka berkomunikas bukan lagi sesuatu yang harus diusahakan, tapi menjadi keseharian. Saat dua orang berkomunikasi dengan tepat, maka telah menyelesaikan separuh dari masalah antara keduanya.
Aku tidak bisa membayangkan hidup dengan seseorang yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Aku tak ingin hidup dengan seseorang yang mudah sekali menyerah setelah seumur hidup aku habis-habisan berjuang. Aku tak mau pula jika ternyata perasaan di antara kami terlalu timpang sehingga hanya satu yang berusaha maksimal.
Aku ingin berjuang dengan seseorang yang juga memperjuangkan, aku ingin bicara dengan seseorang yang bisa berbicara balik, aku ingin bertumbuh dengan seseorang yang juga ingin bertumbuh. Aku ingin makan di tempat tertentu, dengan seseorang yang mempertimbangkan rasa bukan harga.
Aku ingin teman, partner, pasangan, yang membiarkan aku ruang penuh untuk terus maju, sebab ia juga tahu apa yang ia mau. Aku ingin seseorang yang akan mendengarkan aku sebab ia tahu aku mampu.
Orang lain boleh bilang ini terlalu banyak ingin. Boleh dibilang barangkali aku tidak akan bertemu. Boleh dibilang aku tak tahu mana kebutuhan mana keinginan. Dan apapun orang lain boleh bilang.
Tapi untuk hidup panjang yang telah kulalui, aku tak ingin berkompromi menerima seseorang yang tak memberikan solusi.
Aku tahu aku mampu memberikan yang sama, jadi adalah tepat bagiku menginginkan hal yang sama.
19 September 2023
257 notes
·
View notes
Text
Ingin Berperan
Banyak hal yang selalu terlintas, dari banyaknya informasi yang kudapat aku menyaring segala hal yang menurutku penting untuk kehidupanku.
Dari itu pula aku menyadari sesuatu.
Dulu, aku pernah berangan untuk menjadi orang terpandang, menonjol, dikagumi, juga dihormati. Tapi hal itu sekarang terlalu rumit untukku, terlalu sombong juga sepertinya, ketika yang kita inginkan hanya sebatas pengakuan dari orang lain. Sebab pada akhirnya banyak hal yang akan tertinggal, memaksakan dan tak memenuhi standar. Rumit bukan ? Tapi ternyata pikiranku lebih rumit lagi…
Karena pada dasarnya ada hal baik dalam diri ini ingin merasa hidup, aku ingin berperan sebab aku mencari makna kebermanfaatanku hidup di dunia ini.
Pada akhirnya aku selalu berharap bahwa apa yang keluar dari diriku adalah hal-hal yang baik. Aku mengusahakan itu untuk diriku sendiri. Aku berusaha mengalih fokuskan energiku pada semua hal yang pulang dalam tujuan kebaikan.
Aku baru tahu.. ternyata banyak peran yang bisa kita lakukan untuk hidup lebih baik.
Hal kecilnya dari pakaian yang kita pakai. Berapa kali dalam setahun kamu membeli pakaian untuk dirimu sendiri? Kamu tahu darimanakah pakaian yang kamu beli? Dan bagaimana mereka meproduksi pakaian tersebut. Aku baru tahu adanya bahanya fast fashion. Mungkin sederhananya yang banyak orang tahu hanya tentang perkara, pencemaran lingkungan, olahan produksi yang terlalu over, sisa bahan yang banyak menjadi limbah, sampah yang tidak bisa didaur instan dan fakta mengerikan lainnya adalah bagaimana fast fashion ini juga lahir dari penjiplakan designer yang dibayar murah atau copy paste dari fashion week, disisi lain memperkerjakan orang secara murah bahkan meperkerjakan anak kecil dari pekerja tanpa dibayar. Dan pekerjaan mereka lebih dari 15-20 jam dalam satu hari. Kamu tahu brand fashion yang ramai di gandrungi Kaya ZARA,UNICLO, H&M, itu 3 besar yang paling mengotori bumi loh .dll belum lagi dampak penggunaan kimia dalam bahannya yang bisa dibuang ke laut dan mencemarkan. Separah itu untuk kehidupan banyak orang, tapi beberapa kita menikmatinya. Dan yang paling parahnya pelaku produksi fast fashion jika tidak masuk targetnya dalam penjualan dia akan memberi kawasan untuk membuang limbahnya, yang mana penguraiannya paling lambat itu 50 tahun. Limbah fashion itu paling besar no 2 didunia. Aku merasa menjadi pelaku kejahatan jika harus membeli barang dari mereka, jadinya pengetahuan ini mengantarkanku juga pada banyak sekali local brand yang layak dibeli, dan kesyukuranku karena tengah menyukai trifhting atau membeli pakaian bekas, ternyata aku sudah mulai berperan baik setidaknya dalam menyadari apa yang aku pakai tidak dari tempat yang mana aku menyakiti banyak orang.
Sekarang masalah skincare. Waktu itu perkara tiktokshop yang ditutup juga mengantarkan aku pada kesadaran bahwa banyak produk skincare, lahir dari brand produksi china. Yang mana sama, mereka juga menggunakan pergerakan yang fast. Selain itu pergerakan mereka yang soft selling dalam branding menggunakan influencers Indonesia dan menjadi brand no 1 favorit Indonesia. Sebagai kaum mendang mending. Pastinya setelah belajar tentang ingredient yang cocok buat kulit sendiri aku bisa memilih skincare yang murah tapi cukup untuk kebutuhan kulit. Karena rasa inginku dalam berperan untuk memajukan ekonomi Indonesia pun aku belajar untuk meninggalkan mereka. Padahal harga cukup jauh dan cukup untuk ditabung hal lainnya. Tapi karena perasaan itu juga aku jadi banyak belajar dan masuk dalam berbagai macam ranah. Aku tahu ternyata ada juga bahaya tentang fast skincare yang memproduksi banyak agar barang lebih murah diedarkan. Selain itu itu juga jadi tau liciknya china buat memperkaya diri di Indonesia dengan menyeludupkan banyak hal dan dengan berbagai caranya. Apalagi kalau ada dari kalian lihat bagaimana mereka memperkerjakan orang dengan tidak manusiawi dan bagaimana mereka menjualkan barang barang yang kamu tahu kalau made in china selalu cepat rusak itu karena pembuatan mereka yang selalu mengutamakan yang penting cepat, dan terjual. Disisi lain juga banyak penjualan terpisah dari bahan bahan yang kita butuhkan membuat kita perlu membeli lebih banyak dengan membuat banyak sekali sampah yang menumpuk jika diteruskan. Dari sana aku tahu aku juga harus berbelanja kebutuhanku dengan baik. Aku tahu aku masih membutuhkannya, aku bisa mengendalikan diriku agar apa yang aku beli juga baik untukku dan berdampak baik pada dampaknya.
Dan ternyata fakta menyedihkan lainnya 78% orang Indonesia tidak peduli Lingkungan. Dari aku yang sedang belajar sedih mendengarnya karena faktanya banyak orang hidup mencari makna dan peran dalam dunia maya tapi tidak memulai untuk berdaya pada hal kecil di sekelilingnya.
Sebenarnya masih panjang dan rumit pikiranku karena banyaknya informasi itu… tapi yang ini dulu yang mau aku sampaikan..
Ketika membahas lingkungan aku juga merenungkan satu hal. Dari pembahsan fiqih dasar utama yang kita sering pelajari adalah Bab taharah, dari sini juga aku merenungkan diri, apakah aku sudah suci dari apa yang aku pakai, apakah aku sudah mengamalkan, dan menjalankan, yah kita selalu dengan kebersihan sebagian dari Iman tapi dalam kenyataanya kita masih selalu abai. Ternyata memang! Iman kita masih kalah jauh dari mereka yang bahkan tidak percaya Tuhan dan mengamalkan juga menjalankan diri memawas diri untuk hidup yang baik untuk diri sendiri bahkan lingkungan.
Kembali lagi pada inginku pada perasaan berperan, ternyata berperan tidak harus menjadi terkenal, aku bisa memulai hal-hal yang berpengaruh besar tanpa harus dikenal banyak orang. Berdampak baik untukku juga sebagian manusia yang tinggal.
Ah udahlah selamat tidur dari kairo
30 notes
·
View notes
Text
Menyala Hidupku ✨️
Oleh: "Z. ABDUR." : Zaky Abdurrahman
Dalam catatan sanubari.
Seperempat abad lebih 730 hari.
Jantung berdetak zaman berdetik tak henti.
Melepas isak berlinang 16 Agustus silam.
Penggalan sya'ir, "Kangennya masih ada di setiap waktu, kadang aku menangis bila aku perlu" itu nyata. Tak kunjung tenggelam.
Muak dipecundangi dosa.
Lelah berkutat dengan nelangsa.
Menyala Temaramku,
Syahdan angin membadai akan menghujam jiwa.
Bila kakiku jauhi dataran menggapai angkasa raya.
Sepi berkawan sunyi.
Pamit jua berpisah, hal biasa dan berakhir seorang diri.
Menyala Malamku,
Masyhur katanya, bila pohon menua.
Batang rantingnya meninggi akar menghujam inti bumi.
Hembus di atas lebih riuh berisik,
ketimbang nyanyian lembut ilalang rerumputan nan berbisik.
Habis raga sekarat jiwa.
Pertanda redup iman di dada.
Bergulat tak kenal hari melawan diri.
Menyelisihi Iblis jua nafsu angkara.
Nan berbala tentara para pendengki berbahan bakar nestapa berkawan rasa putus asa.
Menyala Letihku,
Bukankah Tuhan tak peduli dosa-dosaku, bila taubat, istiqomah teriring ampunan-Nya lah tempat berpulang dan harga matiku?
2023 kala itu,
Mengenang memori hitam.
Monster anomali bangkit dari kubur alam bawah sadarku.
Aku 'gendeng' gila, kata manusia sedarahku.
Aku mendengar padahal sunyi sekitarku.
Aku tak nyaman padahal tanpa masalah dengan sekelilingku.
Aku terintimidasi oleh kepalaku sendiri, padahal tak ada satupun yang ingin penggal leherku.
Hingga belulang telapak kanan jadi saksi.
Amarah tak terbendung hingga ia bergeser dislokasi.
Pikiran tuk akhiri hidup?
Makanan sehari-hari.
Tangis, hilang arah, kesepian, hilang asa?
Minuman usai makanan tiap hari, tiap waktu.
Menyala Hitamku,
Tuhan Sang Maha Semesta.
Berserta milyaran nan berjuta makhluk baik lainnya.
Takkan mampu mengubahku.
Bila kumenolak kasih-Nya.
Jika kutak acuh, seraya enggan berubah.
Takkan mampu menolongku.
Apabilaku enggan ditolong.
Sembari menolak pertolongan-Nya.
Mungkinkah hidup ini berakhir bahagia?
Bahagia bagiku, baginya yang terkasih, bagi sekitarku, bagi banyak insan senasibku, bagi agamaku, bagi bangsaku?
Mungkinkah kulayak, berpulang penuh kebaikan menemui-Mu wahai Kiblat Semesta?
Menutup nafas dan hayatku dengan tersenyum?
Berpulang bahagia, sementara bumi manusia menangis haru melepasku?
Menuju rumah, menyusul yang berpulang, menemui Kekasih-Mu, menemui sosok terkasihku, dan berakhir bersujud pada-Mu?
Mungkinkah kuberpulang dalam peluk rahmat-Mu?
Sedang hari ini kutak layak tuk Surga-Mu?
Menyala Matiku,
Meski terlalu mengandai berandai-andai.
Bila kematianku menyala, melahirkan para pembaharu.
Meski terlalu naif, berharap tutup usiaku bersama detik terakhir seruan panggilan 5 waktu-Mu.
Meski terlalu tinggi tuk berharap.
Engkau menjemputku, usai kumandangkan Asma-Mu dan Kekasih-Mu.
Sebagaimana ku dilahirkan dahulu.
Menyala Hidupku,
Selagi hariku masih menapak bumi, menatap langit bermentari, berpayung malam berembulan, dihias kerlip bintang-gemintang.
Wahai Engkau, Poros segala Keindahan.
Bolehkahku menjadi salah satu keindahan-Mu?
Bermandi pahit getir, ku Berdo'a.
Bersenjatakan Sabar ku Bersyukur.
Bogor, 18 September 2024
Rabu, 14 Rabiul Awal 1446 H
Di pembaringan dalam peraduan.
Seberang Kampus AKA Bogor, 900 meter dari Salam Bogor.
⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️ ⭐️
Wahai Engkau, Poros segala Keindahan.
Bolehkahku menjadi salah satu keindahan-Mu?
Bermandi pahit getir, ku Berdo'a.
Bersenjatakan Sabar ku Bersyukur.
*NTMS: Note to My Self - Catatan tuk diriku dan kalian sobat qwerty, pembaca yg berkunjung membaca:
Puisi itu adalah rangkuman hari-hariku semenjak melepas kepergian Almh. Ibu tertanggal 16 Agustus 2022 silam. Al-fatihah untuk beliau... Aamiin.
Dan ini sebuah catatan elaborasi ragam peristiwa sejak 2022 hingga hari ini, September 2024. Angka 730 hari lahir dari perkalian 365 kali dua.
Belakangan aku tersadar, mengapa ditinggal cinta dan kesepian selalu hadir? Karena masih ku gagal mencintai diri sendiri, sehingga mustahil ku mencintai sosok yang lain. Mustahil tulus mencintai, tulus memberi, ingin dicintai, padahal diriku yang terkadang pertama kubenci.
Terima kasih sudah membaca...mari bertukar do'a :') Do'aku untukmu: semoga baik-baik saja, sehat selalu, dan semoga mampir lagi ke blog qwerty of my life, ini.
7 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Bagaimana Jika Kamu Tahu bahwa Ternyata Ketakutanku Itu Menjadi Kenyataan?
Aku tahu bahwa kamu tahu aku tidak baik-baik saja. Meski kamu tidak pernah mengatakannya bahwa kamu mengetahui, aku tahu kamu tahu. Seperti dulu, saat kita masih sama-sama ragu dengan masa depan. Bahkan saat kamu ketakutan karena ketidakpastian yang kamu pilih. Dan akhirnya, yang kamu takutkan juga terjadi. Kamu tak mampu mewujudkanku ada dalam rencana-rencana hidupmu. Aku juga takut, tapi aku tak berani menunjukkan rasa takutku saat itu.
Aku takut masuk dalam sebuah masalah baru yang tak kukenali dengan baik, sebaik aku mengenalmu. Dan benar saja, kini aku yang menjalani ketakutanku sendiri. Semua yang kubangun dengan rencana yang begitu matang, ternyata harus menjadi serpihan kaca yang berserakan.
Tak ada rasa tentram dan ketenangan hati, dua hal yang dulu pernah kita bicarakan. Karena aku tidak pernah jatuh cinta padamu dulu, aku hanya punya firasat yang kuat bahwa denganmu dulu akan penuh rasa tentram dan ketenangan hati. Dua hal yang tak kumiliki saat ini.
Aku bertanya-tanya, apakah aku harus keluar dari hubungan ini. Dari semua hal yang berkebalikan dari kenyataan. Tidak mungkin kan Tuhan menciptakan pernikahan sebagai sebuah ring tinju, dimana dua orang di dalamnya saling bertikai dan menyakiti. Aku harus menerima rasa sakit itu setiap hari, harga diriku yang tak bernilai, mimpi-mimpiku yang dibuang seperti sampah, dan tubuhku yang hanya jadi piala sekaligus samsak.
Sampai kesadaran dan keberanianku perlahan mati. Aku takut pada ketidakpastian, takut pada rasa takutku sendiri. Takut akan menghadapi dunia ini sendirian, karena selama ini aku sendirian. Aku kehilangan segala sesuatu yang berharga, aku kehilangan diriku sendiri.
Aku tak tahu dimana, aku tak bisa lagi menemukannya. Sehilang itu, Aku tak berani minta tolong kepada siapapun untuk membantu mencarinya.
(c)kurniawan gunadi
221 notes
·
View notes
Text
Sebuah Pilihan
Kehidupan yang kita miliki saat ini dan apa yang kita jalani di dalamnya adalah hasil dari pilihan dan juga keputusan-keputusan yang kita ambil dalam hidup.
Sama halnya dengan apa yang terjadi dalam hidupku beberapa tahun belakangan ini.
Aku menyadari bahwa berbagai hal yang aku temui, kejadian yang aku alami, serta orang-orang yang masuk dalam hidupku saat ini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang kuambil dalam hidup.
Meskipun tidak semua pilihan tersebut berakhir baik—malah mungkin menjadi sebuah pilihan yang mengantarkanku pada ketidakbahagiaan dan juga penyesalanku saat ini. Aku berusaha untuk tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Karena bagaimanapun, aku juga sadar bahwa meski tak semua pilihan yang aku ambil membuatku bahagia, setidaknya setiap pilihan tersebut membuatku mempelajari sesuatu.
Saat ini, aku mulai menikmati imbalan dari pilihan-pilihan baik yang kuambil di masa lalu; belajar memaafkan diriku dan orang tuaku, mengenal lebih jauh apa yang menjadi ketenangan hatiku, serta memutuskan untuk menjauh dari apa yang hanya akan melambatkan langkahku. Meski di waktu yang bersamaan, aku pun juga 'membayar' harga yang sangat mahal dari keputusan-keputusan sembrono yang aku ambil; penyesalan yang mendalam, hilangnya kepercayaan, dan sulitnya jalan yang kuhadapi adalah beberapa contohnya.
Kuharap, semakin bertambahnya usiaku. Bertambah pula kedewasaanku. Termasuk kedewasaan tentang memilih sebuah keputusan yang membuatku tidak harus terjaga sepanjang malam.
Seperti saat ini.
4 Desember 2023
29 notes
·
View notes
Text
Bad Habit(s)
Beberapa bulan terakhir aku mulai dimintai tolong untuk mengurus persiapan umroh ibu. Beliau memilih untuk umroh mandiri dengan beberapa temannya di bulan Ramadhan nanti, katanya biar lebih murah dan fleksibel juga. Tapi ya gitu, semuanya harus diurus sendiri, mulai dari tiket pesawat, penginapan, visa, sampai belanja semua keperluan. Berhubung ibu sudah masuk kepala 5 (read: gen x berjiwa boomer), semua hal itu dilimpahkan padaku, alasannya "ibu mah gaptek", sebuah keputusan yang sejujurnya menjadi beban tambahan untukku.
Mungkin aktivitas sederhana seperti transfer, mengisi formulir dan membeli tiket pesawat adalah hal mudah dan harusnya bisa dilakukan dengan cepat bagi kebanyakan orang, tapi untuk manusia overthinking macam aku kegiatan itu sudah sangat menyiksa. Berbagai kekhawatiran mendadak muncul saat mulai memesan tiket, seperti "Jangan sampai salah ngetik nomor passport", "tanggal lahirnya udah bener kan?", "tanggal berangkatnya udah aman?", "jadwal penerbangannya udah bener kan?", "mau beli asuransi atau gimana?", "siapa tau ada harga yang lebih murah?", "transfernya kemana?", "payment nya "gimana kalau pesawatnya tiba-tiba reschedule?", dan berbagai kekhawatiran (yang harusnya gak usah terlalu dipikirkan) lainnya. Ditambah lagi Ibu yang suka inisiatif sendiri nawarin teman-temannya untuk "dipesankan sekalian aja tiketnya sama anak saya", tentu jiwa overthinkingku meronta-ronta, karena kemungkinan terburuk dari semua kekhawatiranku bakal bertambah berkali lipat. Kayak, "ini kan uang orang lain", "kalau tiketnya gagal aku harus ganti", "kalau harus reschedule dan ternyata ada fee tambahan apa harus aku bayarin ya?", "gimana kalau mereka marah dan kecewa sama ibu?" dan berjuta pertanyaan lain yang sukses membuatku gelisah.
Dan hal yang aku khawatirkan pun ternyata kejadian. Tiket yang aku pesankan untuk 2 teman ibu dari KL-CGK ternyata ada perubahan jadwal dari maskapai, yang tadinya jam 9.40 jadi 8.45. Yang jadi masalah adalah, mereka baru landing dari madinah jam 5 pagi. Harus nunggu bagasi keluar, ngurus imigrasi, terus check in lagi ke penerbangan selanjutnya. 3 jam 45 menit sepertinya terlalu riskan, harus antri imigrasi dan ambil bagasi yang mungkin makan waktu 3 jam sendiri, dan udah gak bisa check in kalau ternyata molor. Apalagi arus balik lebaran. Ya Allah, yang umroh siapa, tapi aku ikutan pusing wkwkwkwk T_T
Aneh juga kalo dipikir lagi, ibu disuruh temannya buat pesan tiket ke madinahnya dari KL aja, katanya biar lebih murah, tapi jadinya harus beli tiket JKT-KL yang ternyata sekarang cukup mahal. Kenapa gak langsung JKT-MED aja sih? Gak perlu ribet transit, dan gak usah ngejar-ngejar jadwal. Maap jadi emosi. Hadeuh.
Yang jadi masalah lagi adalah, 2 tiket yang aku beli ini ternyata non-refundable, dan aku gak beli asuransi platform (atas keinginan 2 temen ibu itu, biar murah) dengan asumsi gak akan ada perubahan apa-apa. Setelah semalaman (sampai sekarang) nyari informasi reschedule, ternyata bisa ubah jadwal penerbangan di web maskapai, dengan catatan harus ubah semua tiket, gak bisa perorang aja.
Dan masalah berikutnya adalah, 2 orang ini jadwal landing ke KL nya beda, yang satu jam 00.05, yang satunya bareng ibu, jam 05.00. Yang satu gak mau reschedule (gak mau nambah bayar dan nunggu lebih lama), yang satunya mau gak mau harus reschedule. Kasihan juga kalau harus reschedule dan nunggu penerbangan berikutnya (14.45), berarti harus nunggu 15 jam di bandara, sendirian. Sebenernya masih ada 2 temen lagi, tapi nenek-nenek semua, yang kalau ikut reschedule juga mereka rugi banyak (waktu dan uang). Kalau gak reschedule, kemungkinan yang satunya bakal ketinggalan pesawat karena mepet sekali.
Inilah yang aku benci dari diriku sendiri. Masalah kecil dan yang berhubungan dengan orang lain selalu menyiksaku. Aku jadi sadar kalau aku belum siap (mentally) buat dipaksa ngurusin urusan orang lain. Rasa bersalah dan khawatir selalu menghantui setiap diberi suatu tanggung jawab. Padahal harusnya amanah itu bisa melatihku untuk belajar memecahkan masalah dan bertanggungjawab, tapi entah kenapa, rasanya berat aja gitu.
Gak apa-apa. Semoga pelan-pelan bisa belajar mengatur mental dan emosi, belajar buat bertanggungjawab, dan berhenti buat ngekhawatirin semua hal yang gak bisa aku kontrol.
Lah. Malah jadi mikirin tiket pesawat orang, padahal harusnya ngekhawatirin tesis yang gak ada progress dan yudisium yang jadwalnya makin dekat. HAHAHAHA.
It's me, hi, I'm the problem, it's me.
Extra note: Taylor Swift konser di Singapura dan banyak mutual IG yang nonton (dan update di story). Aku cuma bisa rewatch movie nya aja, iri dikit ga ngaruh. Ya udah lah ya, semoga lain kali bisa nonton langsung.
Plis mbak Tay, bikin konser lagi kalo aku udah kaya raya ya!!
7 notes
·
View notes
Text
Untukmu, anak pertamaku...
[Doa, Harapan dan Ikhtiar]
Tahun lalu di hari ini, 6 April adalah hari lahir anak pertama kami. Banyak doa dan harapan yang pelan-pelan kami ikhtiarkan diwujudkan dengan memberikan pendidikan terbaik semampu kami untuknya. Tentu semua atas pertolongan dan izinNya. Hasil bukan menjadi ranah kami, maka mudah-mudahan jika tidak sesuai dari apa yang kami harap dan upayakan kami tak perlu berlarut sedih dan berkecil hati sebab perkara bagaimana anak kami nanti akan menjadi apa adalah ranah Allah. Tugas kami sebagai orang tua hanyalah menjaga amanah Allah dengan memaksimalkan proses pendidikan terbaik untuk anak kami karena hadirnya saja adalah rejeki tiada tara yang tak ternilai harga.
Sebelum kepada anakku, aku ingin mengingatkan kepada diriku bahwa Allah yang berkehendak atas segalanya.
Kami tahu bahwa kami bukanlah sesiapa tanpaMu, namun kami sering lupa. Ampuni kami Ya Allah.
Oh Allah, segala puja dan puji hanya bagiMu. Tanpa karunia, pertolongan, dan kuasaMu segala yang kami ikhtiarkan untuk anak kami tak berarti apa-apa.
Oh Allah, terimakasih telah selalu memberi kami ketenangan di saat kami sebagai orang tua baru banyak khawatir terhadap keadaan anak kami.
Oh Allah, terimakasih atas segala cinta dan kasih sayangmu pada kami baik dari nikmat ataupun ujian yang Kau berikan. Banyak pembelajaran dan hikmah yang kami dapatkan, bersamai kami selalu Ya Allah.
Nak, terimakasih telah menjadi murid sekaligus guru bagi kami satu tahun ini. Ternyata benar kata kebanyakan orang, justru kamilah yang belajar banyak darimu dari berbagai aspek. Terlebih tentang sabar, tenang dan manajemen emosi.
Nak, terimakasih untuk terus semangat dalam belajar atas stimulasi yang kami berikan dalam memaksimalkan tumbuh kembangmu.
Nak, sebagai anak pertama tentu kami memiliki harap dan doa baik yang banyak. Kami memang ingin kamu menjadi anak sholih dan mushlih, hafidz quran, ulama, imam masjid besar, penulis. Kami juga ingin kamu cerdas emosi, tenang di setiap keadaan, paham finansial di usia aqil baligh, selalu berbuat baik kepada orang tua, memuliakan ibumu, amanah, jujur, bertanggung jawab, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, mandiri, dan karakter baik lainnya. Namun, terasa banyak ya jika disebutkan semua karena doa dan harapan baik itu tak pernah habis.
Nak, kamu hanya perlu berpegangan dengan ini maka insyaaAllah kamu akan mengupayakan yang lainnya.
Cintailah Allah, Rasul dan Al Quran maka kelak mudah-mudahan dengan cinta itu kamu paham dan akan terinternalisasi dalam dirimu sebagai sebaik-baik hamba Allah.
Nak, tanpa jauh-jauh menyebutkan banyak hal di atas, namamu adalah doa kami. Jadilah orang yang beradab. Ambillah sebanyak-banyaknya kebaikan dan semangat dari sosok Buya Hamka. Jadilah kamu orang yang mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah.
Maafkan kami, nak. Kami masih jauh dari maksimal dan optimal dalam memberikan pengasuhan, pendidikan dan teladan bagimu. Bahkan sangat berbeda jauh jika dibandingan dengan doa dan harapan kami. Tapi kami masih akan terus mengupayakan yang terbaik dan maksimal semampu kami sebagai bentuk syukur dan penjagaan amanah Allah pada kami. Kita belajar bersama lagi ya, nak.
Mudah-mudahan tak ada luka yang kami berikan padamu. Maafkan kami, nak.
#klip2024#kelasliterasiibuprofesional#april2024#06042024#ibuprofesional#sinergiwujudkanaksi#ip4id2024#aliranrasa#insightbahagia#hikmahkehidupan#doa dan harapan#birthday boy#untuk hamka#anak pertama#hamka satu tahun
5 notes
·
View notes
Text
KETIKA USIAMU MEMASUKI 26 TAHUN
Mari kita mengawali tulisan ini Dengan menanyakan kabar kepada diriku di tahun 2019 Hei,apa kabar diriku? Masihkah kau mendukung setiap langkah diri ini?
Aku yakin ketika kau melihatku sekarang Mungkin kau akan terkejut Terkejut bukan karena banyaknya pencapaian yang dulu kita idamkan Terkejut karena banyaknya hal di luar perkiraan
Kau pasti bertanya Bagaimana dengan pekerjaanmu? Bagaimana dengan jalinan asmaramu? Bagaimana dengan ibadahmu?
Tak usah terburu-buru Mari kita jabarkan satu-satu Silahkan nyari tempat duduk ternyaman Karena kita akan bercerita begitu panjang
Perihal asmara, Apa yang kau cari sehingga belum kunjung menemui? Apakah karena cantiknya rupa? Ataukah karena banyaknya harta? Sehingga dirimu tak kunjung menemuinya
Perihal asmara, Dulu aku pernah berkata Bahwa yang terpenting ialah agamanya Rupa dan harta menjadi pelengkap saja Syukur-syukur bisa dapat semuanya
Perihal pekerjaan, Apakah dirimu sudah mapan? Apakah dirimu sudah pasti kerja halal? Untuk dapat menghidupi anak istrimu kelak
Perihal pekerjaan, Dulu aku pernah berkata Apapun pekerjaannya jangan sampai merasa hina Karena harga diri seorang lelaki adalah bekerja Terutama bekerja yang jelas halalnya
Perihal agama, Dulu kamu orang yang begitu rajin sholat ke masjid Tak lupa tunaikan sholat sunnah sebagai pelengkapnya Ditambah ibadah-ibadah sunah lainnya
Tapi kini bagaimana ibadahmu? Mudah-mudahan kau rindu dirimu yang dulu Yang semangat beribadah menggebu-gebu Jangan sampai terlalaikan karena urusan duniawimu
Begitulah sedikit nasihatku untukmu Wahai diriku Mudah-mudahan dirimu kembali Serta bersemangat seperti dahulu
Cianjur, 19 Januari 2024
#indonesia#pemudahijrah#semangat#islam#motivasi#sajak#pemuda#puisi#cinta#senja#quarter life crisis#kehidupan#dewasa#nikah#kerja#mapan#agama#islamicquotes#kata-kata islam#nikahmuda#selfreminder#allah#cerita#hijrah#bercerita#cerpen#masa lalu#tulisan#menulis#karya
14 notes
·
View notes
Text
Tentang Serangan Cemas dan Keinginan Kehilangan (& Kala Semua Itu Terulang.)
(Prior notice: Triggered anxiety)
.
Aku selalu tahu kalau gejala gangguan kesehatan mental bisa berbeda bagi setiap orang. Aku selalu tahu itu. Aku tumbuh---terima kasih, kehidupan kuliah---di lingkungan yang mau terus-menerus belajar, memperbarui pengetahuan, dan mengasah pemahaman dan pengertian tentang kesehatan mental. Kamu nggak perlu menangis/berteriak, untuk memberi tahu orang bahwa kamu butuh pertolongan. Tapi, ya, sampai kamu sendiri yang meminta tolong dengan tegas, kamu hanya bisa berharap ada seseorang yang mengerti gejalamu. Berharap, seseorang bisa membaca bahwa kamu lebih berjarak, atau bahkan malah lebih ceria daripada biasanya. Tapi, yang lupa aku tahu adalah, nggak semua orang tahu ini. Salah satunya adalah seseorang yang kusayangi.
Pada suatu malam yang melelahkan (dan dengan kondisi lapar), kunci motorku hilang. Aku dan seseorang hendak pergi dari satu tempat ke tempat berikutnya untuk makan. Dengan seluruh kecemasan dalam diriku, aku berkata kepadanya setelah ia turun dari motornya, "Kamu tunggu di sini. Aku akan mencarinya sendiri." Tapi aku nggak ingin ia menunggu di sini. Aku nggak ingin mencarinya tanpa ditemani. Kata-kata itu nggak keluar, karena ada berbagai lungsuran emosi memenuhi kepala setiap kali aku merasa buruk, bersalah, kecewa, dan marah pada diriku, di mana seperti halnya pada malam itu, ketika semuanya membentuk kecemasan dalam satu dan banyak cara, apa yang mewujud adalah dorongan untuk mengusir semua orang dan pergi ke tempat tanpa siapa pun.
Akhirnya, kunci motorku nggak ketemu. Aku kembali, lalu meminta tolong padanya untuk menyetep motorku ke tukang kunci. Tentu agar lebih murah daripada minta tukang kunci yang datang. Kalau memanggil tukang kunci, bisa habis seratus ribu lebih. Maka, kami berdua menutup malam itu dengan harga perjalanan menyetep sejauh 2km, kunci baru 35 ribu, dua botol air mineral,
dan tiga hari marahan.
Atau tepatnya: aku marah; dia bingung kenapa aku marah.
Saat kita berbaikan dan memperjelas sudut pandang satu sama lain, dia mencoba memahami kondisiku, aku juga mencoba memahami kondisinya. Aku baru tahu, bahwa, di matanya, aku terlihat kalem dan tahu apa yang harus dilakukan. Aku "kalem" memintanya menunggu, aku "kalem" meminta tolong untuk menyetep motor. Dan kesimpulan itulah yang merentangkan kami malam itu: serangan cemas.
Sebab, akan ada yang dilewatkan ketika seseorang membatasi sesuatu hanya pada pemaknaan yang sempit. Misalnya, cemas berarti "harus" panik, takut, gelisah. Padahal, cemas juga bisa hadir dalam ketenangan, cara seseorang sedang berjuang melawan kecemasan di baliknya: dengan menciptakan dinding pembatas yang memisahkan diri dengan orang lain, dengan menghindar dan malah memperburuk keadaan. Karena itulah, pada malam itu, aku bukannya sedang "kalem". Itu kecemasanku yang mendorongku untuk mengusir semua orang, dan menyeretku ke dalam ruangan kosong agar aku cuma bisa punya diriku untuk dikata-katai dan disalahkan. Inilah itu: keinginan kehilangan.
Aku menjelaskan itu kepadanya, dan dia mengerti. Lalu, kami menyepakati sesuatu: kalau hal itu terjadi lagi (di mana aku cemas & mengusirnya), dia perlu bilang, "Beneran? Kamu nggak pengin aku nemenin kamu?" Harapan kami (harapanku terutama), aku jadi bisa cepat berkontemplasi, dan lebih merenungkan apa yang kuminta tadi. Aku diam-diam sangsi pada diriku sendiri, karena kalau aku sudah memutuskan sesuatu, biasanya aku kolot sekali.
Malam pembuktian itu datang, atau tepatnya: kala semua itu terulang.
Kami sedang makan di lantai atas suatu bangunan. Makanan sudah habis, tapi minuman belum. Tasku di kursi. HP-ku sedang di-charge. Kami sedang mengobrol. Lalu aku hendak mengeluarkan kartu e-money yang kupunya untuk minta tolong dicekkan saldonya di HP-nya, dan saat itulah aku tahu, kalau kartu e-money itu sudah kukeluarkan dari dompet ketika aku mau cuci tangan. Niatku, mau kupegang di tangan setelah dari wastafel. Tapi, aku lupa---ceroboh, memang. Dan, wastafel itu ada di satu lantai di bawah bangunan ini. Lalu, percakapan ini terjadi.
"Kamu tunggu di sini. Aku perlu ke bawah."
Oke, wahai diriku, kamu mengatakannya. Ini kecemasanmu lagi, batinku---dan ini hal yang bagus, aku bisa mengenalinya. Tapi aku mengulangi kata-kataku tadi, dan berpikir kalau apa yang kukatakan itu rasional. Ada tas di atas kursi. Ada minuman yang belum habis. Ada HP yang sedang di-charge. Jadi, aku cuma memang akan pergi sebentar, lalu kembali lagi. Aku nggak pengin dia pergi.
"Beneran?" Dia bertanya. Ini pun bagus. Sesuai apa yang kami sepakati.
"Iya, nggak papa. Beneran ini. Kamu di sini aja." (Kenapa aku malah ngomong begitu?)
"Beneran? Kamu nggak pengin aku ikut?"
"Beneran."
"Beneran kamu nggak pengin aku ikut?"
"Iya."
"Beneran?"
Aku lupa deh, ada berapa kali kami saling sahut-sahutan kayak gitu. Tapi, demi segala kecemasan yang merayapi kedua kakiku, cara itu ternyata betulan bekerja. Walaupun, kuakui, aku kolotnya bukan main. Namun, semakin lama pertanyaan itu diajukan, aku semakin keras mendengar suara hatiku, yang bilang, Nggak. Kamu pengin ditemenin. Dan kamu nggak ngerepotin. Bilang sana. Bilang. Bilaaaaaang.
Satu pertanyaan yang sama dia ajukan, dan aku bilang dengan cepat banget seolah-olah aku takut kembali lagi kokoh dengan pendapatku sebelumnya, "Nggak. Aku pengin kamu ikut." Akhirnya, kami beres-beres. HP kulepas dari charger-nya, tas kuambil, dan minum yang belum habis pun kami bawa keluar.
Aku sedikit kecewa karena harusnya aku bisa lebih kuat lagi mengupayakan keinginanku, tapi aku senang pada akhirnya aku bisa jujur. Butuh waktu, memang. Dan, sama-sama belajar. Ada banyak hal yang perlu dipelajari, tapi untuk yang satu ini, mengenai kecemasanku, aku perlu belajar menguasai emosi dan sesekali mengingatkan diriku sendiri: bahwa, atas apa yang kuinginkan---apa pun itu, itu bukan kehilangan ...
Yogyakarta, 30 Agustus 2024 pukul 23:31 WIB.
Harusnya ada banyak yang pengin kuceritain di post ini. Aku awalnya mau merangkai kisah ini jadi satu post besar, karena ini hanyalah satu dari rentetan peristiwa, yang mengantarkanku pada kondisi yang mau kuceritakan. Tapi, malah belum ada yang ke-spill, hadeh. XD InsyaAllah di post berikutnya, aku bisa mengemasnya lebih baik dan lebih rapi lagi.
2 notes
·
View notes
Text
Halo Oktober!
Banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu di bulan ini. Salah satunya aku ingin mengendurkan beberapa ego, mencoba melihat sesuatu dari perspektif berbeda.
Beberapa lainnya kamu masih tonggak dasar yang ingin kujadikan garis mulai untuk kembali memenuhi impianku yang pernah sekarat di tangan korporat.
Sekarang aku di Aceh, setelah dua tahun lebih berdamai dengan bising kota Medan. Semoga aku menelusuri tempat ini sesuai rencana, dan kesempatan untuk pindah kota di akhir tahun tercapai.
Aku juga kembali menulis kisah cinta, dan sedang belajar banyak agar tak serampangan menulis opini. Mungkin aku akan lebih jarang menulis puisi, sebab hatiku sedang tidak penuh-penuhnya.
Bulan lalu pelajaran ku soal bahasa Jepang masih terhenti, pelajaran filsafat juga terhenti, aku masih saja di dasar. Tapi bertemu kamu justru aku ganti pelajaran ingin menjahit. Iya, aku tahu aku banyak maunya.
Entah sejak kapan aku ingin jadi generalis saja, soalnya bidang yang ingin kugeluti semakin jauh dan gelap. Formasi CPNS untuk kelautan nol besar, adapun hanya di BIN, dan aku tak berencana jadi analis.
Memang sudah saatnya berdamai, jika aku tidak akan kesana, menjadi salah satu konservator di negeri ini. Tidak apa-apa, masih banyak hal yang bisa kulakukan.
Hubunganku dengan ibu tak kunjung membaik, sepertinya sudahlah, biar saja begini adanya. Emosiku sudah terkuras dengan banyak hal. Aku sudah mencoba memahami beliau belasan tahun lamanya, jika akhirnya aku yang gagal dipahami barangkali perjuanganku cukup sampai disini.
Rasanya aku seperti mengadu nasib di sini, seolah tak ada yang mendengarkan. Tenang saja, aku masih tahu kok caranya berdoa, lalu setelahnya menelpon Ayah dan mengeluh panjang lebar untuk akhirnya refleksi diri. Sayangnya belum ada suami saja yang bisa kujadikan sandaran sambil marah-marah atau sayang-sayangan, semoga segera dipertemukan.
Tidak buru-buru kok, aku mau menikah saja sudah dianggap kemajuan pesat oleh Ayah dan temanku. Mengingat seberapa skeptis aku dulu. Jadi jika pun datang tahun depan atau sepuluh tahun lagi, tidak masalah, banyak hal yang bisa kulakukan sekarang. Meski urusan bertemu dengan yang kuingin masih harga mati. Maklum saja ya soal ini, aku masih keras kepala.
Hufth, sebenarnya banyak yang ingin kucurahkan, tapi ini saja dulu. Aku belum siap jadi diriku yang banyak bacot sampai rasanya over sharing. Biarlah itu bagian bagaimana aku tumbuh, meski sekarang aku harus terus belajar untuk terus tumbuh.
Aceh, 01 Oktober 2023
29 notes
·
View notes
Text
Pemantik Rindu.
Rasa-rasanya gemerlap duniawi sudah berhasil mengelabui hati, bahwa memasang angka dan pencapaian tinggi adalah harga diri yang harus mati-matian diperjuangkan.
Tapi malam ini, aku tertampar oleh VR berdurasi 15 menit, dengan judul 'Hijra'. Aku datang dengan niat semoga bisa kembali menyemangati diriku yang merasa sedang futur dan butuh diingatkan kembali.
Di VR —yang sejujurnya terlalu- singkat itu, dipaparkan sekilas narasi dan highlight kisah hijrahnya Rasulullah SAW. dari Mekkah ke Madinah. Aku seolah ikut merasakan ketegangan saat rumah Rasulullah SAW. dikepung kaum kafir Quraisy.
Aku turut merasakan takut dan cemas saat Rasulullah SAW dan sahabat beliau, Abu Bakar Ash-Shidiq bersembunyi dari kejaran musuh di gua Tsur. Kemudian merasakan tenang yang mengalir ke jiwa saat tahu bahwa pertolongan Allah sedekat itu, lewat perantara bantuan laba-laba dan burung merpati.
Dan puncaknya, ketika video VR 'mengajak'ku berjalan di pelataran masjid Nabawi, mengajakku duduk di Rhaudhah, dan akhirnya tangis yang kutahan-tahan pecah saat melihat makam Rasulullah SAW. dan kedua sahabat beliau, Abu Bakar Ash-Shidiq RA dan Umar bin Khatab RA.
Meski hanya visualisasi dari VR, hatiku rasanya ada gejolak yang besar sekali. Perasaan yang aneh bagiku. Karena bagaimana mungkin kita bisa merindukan sesuatu yang belum pernah kita lihat lamgsung dengan mata kepala sendiri?
Iman yang setitik ini, dengan tatih-tatih langkah, kembali 'disentuh'-Nya dengan lembut. Seperti Allah sedang berbisik, "Kamu sudah jauh, hamba-Ku.. Kemari, pulanglah ke rumah-rumahKu. Kamu boleh mengadu dan menangis sepuasmu. Kemarilah, Aku akan menerimamu, hamba-Ku."
Sungguh, aku tak tahu dampak video VR durasi 15 menit bisa semenggetarkan ini. Lalu sehebat apa rasanya bila bisa lamgsung bertamu ke rumah-Nya disana? Sehebat apa rindu dengan Rasulullah SAW. di Raudhah sana kalau melihat makamnya via VR saja sudah se-menggebu ini perasaanku?
Yaa Rabbi, panggil kami. Panggil hati-hati kami yang mulai dilalaikan oleh urusan duniawi. Panggil hati-hati kami yang seringkali lupa memupuk rindu untuk mengusahakan berkunjung ke rumah-Mu. Panggil hati-hati kami agar senantiasa berbenah dan memantaskan dan mempersiapkan diri untuk menemui-Mu.
Mungkin seharusnya memang rindu-rindu macam ini yang mestinya rajin dipupuk dan terus berusaha mencari pemantiknya.
Ya Allah, izinkan kami menuju-Mu, mengunjungi rumah-Mu, dan menjadi tamu-Mu. Aamiin.
(Semarang, 9 Agustus 2024, 21:12. Perasaan rindu sepulang menonton VR Hijra yang rasanya kurang lama durasinya.)
2 notes
·
View notes
Text
Monolog tengah alur
Tuan
Izinkan aku sejenak mencoba meluruh gemuruh ribut disini dan disini
Untuk bicara inipun aku bingung cerita mana yang lebih dulu ingin kuutarakan padamu
Terlalu sesak setiap adegannya dikepalaku
Sesakpun rasanya berjejal didadaku
Mereka semua sungguh ramai sejak dunia kita bertemu
Dunia yang membuat kamu dan aku saling sibuk di tiap waktu
tiap jam makan, tiap lamunan bahkan sampai harusnya jam tidur pikiran
Kamu sibuk sekali menjadi bayang dan peran utama dari mimpi mimpi yang kuberi judul bahagiaku
Dan Aku yang juga sibuk menjelma menjadi rindu dan rasa dekap yang sudah kau pastikan rasanya tak kau temui dalam raga manusia lain selama hidupmu
Saat temu
Kita saling bercermin
Mengamat pendar lautan yang tergambar dalam satu tetesan
Menikmat seluruh desir ombak walau belum dapat saling berdekap
Jatuh, hanyut, dan tenggelam didalamnya tanpa ingin selamat bahkan merelakan diri tergulung gulung masuk hingga kedalaman palung
Jujur perihal bingung akupun bingung
Ini tidak biasanya
Semua saklar logikaku mati di kesadaranku mencintamu
Ya aku mencinta dengan sadarku
Aku tak sanggup membenci
Karna cintaku siap membela segala cela hingga caci bila ia kutemui dari dirimu
sedikit banyak pun
dari wajar hingga ketidakwajaranpun luas sekali tempat untuk menerima segala sisi kamu apapun itu
Kamu meronta akan sakit
Sering
Tak sekali Kamu lelah ingin pisah karna sang resah
hatimu sudah berlumuran darah
kondisinya parah
Tapi entah
...
Tuan
Aku tak tau apakah ini semua pantas
Tapi hatiku sangat memohon padamu untuk bertahan
Karna tau dalam realita ini tak banyak detik waktu yang memihak
Tapi lihat
Coba pikirkan kembali
hingga saat ini segala takdir yang diberikan angka angka itu disusun begitu indahnya
Bahkan keajaibanpun semarak ikut serta dalam cerita kita
Apakah kamu masih ragu akan kita?
Maaf aku sering tidak punya malu ..
Walau kamu tak berkenan ..
Hatiku memaksa mengiba, meronta, bahkan merendahkan harga diriku bila harus agar merobek kasihanmu untuk bisa aku ikut masuk dalam hatimu dan masih terus ada disana
Entah aku seyakin itu ada kotak pandora penyimpan cintamu padaku yang seberharga itu didalam sana
Seperti indahnya mutiara ditengah kesakitan sang kerang yang menggumulinya
Padamu
Aku sebenar-benarnya Inginku menetap
....
Dari setiap kehilangan dan bertemu
Kita masing masing mengumpulkan kepingan kepingan diri itu
Menyusunnya satu satu
berharap sebelum akhir
gambar kita menyatu
seperti yang sudah sudah
Boleh bantu kita
merayu semesta
untuk menjadikan harap nyata
Apa kamu berkenan bersamaku selalu hingga saatnya tiba?
6.18CM23062024
#puisi#poem#sajak#imperfect#inspiration#intuisi#nasehatdiri#notestagram#pengingatdiri#carlina megawangi
3 notes
·
View notes
Text
The Rough Patch
Kadang suka mikir, ini salah, gak, sih? Harusnya kemarin gak gini, harusnya kemarin gak gitu.
Tapi…dari segala yang terjadi, dari berbagai buncahan emosi, dari kehilangan-kehilangan yang tidak terduga, hal yang paling aku syukuri adalah aku tidak sama sekali kehilangan diriku sendiri.
Mungkin memang ada harga yang amat mahal untuk tetap ajeg pada pendirian. Memang ada pil pahit yang harus ditelan agar ‘sembuh’ dari kata-kata buruk yang selama ini didengar. Seperti melepas plester di tempat yang selama ini hanya menambal luka, rasa sakit itu layak hadir agar setidaknya aku tidak kehilangan diriku sendiri.
Bandung, Oktober 2023.
10 notes
·
View notes
Text
Entah untuk siapa?
Kupastikan itu bukan untuk aku..
"Terimakasih telah mengajarkan aku tentang etika dan harga diri yang ternyata selama ini aku bunuh sendiri"
Setiap pagi aku mengirimimu pesan padahal pesanku yang tadi malam saja belum sempat kamu baca. Disini aku benar-benar tidak beretika. Disini aku tidak pernah berfikir bahwa harus dibalas dulu lalu membalas pesanmu. Perasaanku yang berlebih menikam logika.
Setiap hari aku melihat kamu sedang aktif, pesan-pesanku sudah tersampaikan padamu, dari beberapa saat yang lalu, 6 menit yang lalu, 24 menit yang lalu, hingga beberapa jam kemudian kamu kembali offline/hilang DAN KAMU TIDAK MEMBALAS PESANKU. Siapa yang tidak dibunuh oleh-debar-debar dada, ketika diperlakukan demikian. Aku tidak bisa menerima alasan apapun kali ini, bagiku sekarang aku ingin memahami bahwa aku tidak sepenting itu dihidupmu.
Di suatu hari aku pernah masih menunggu balasanmu, meski suara notif pesanmu khusus-, aku masih sering sekali mengecek hpku, takutnya aku tidak mendengar balasanmu masuk, membuatmu menunggu dan malah mengecewakanmu.
Di suatu hari aku juga pernah mengirim ulang pesanku, mungkin berbentuk pesan sekedar kata semangat agar aku terlihat di notifikasimu, namun kenyataannya hanya dilihat saja_, tiidak ada ada balasan, disini akhirnya aku mengerti bahwa selama ini harga diriku benar-benar telah mati-, pernah mengemis separah ini.
pada akhirnya aku sadar bahwa ini bukanlah cinta yang wajar. Yang dimana aku pernah belajar memahami sibukmu, aku pernah mencoba mengerti akan hal-hal yang kamu lakuan hingga tidak ada waktu untukku. Ternyata sulit dan memang tidak dapat kupahami.
pada akhirnya aku mengerti, ternyata aku lebih sibuk daripada kamu, namun aku masih sempat meluangkan waktu untukmu. Mungkin ini penjelasan tentang sedalam apa aku mencintaimu, Jadi sekali lagi kukatakan bahwa perasaanmu padaku ternyata bukanlah cinta yang wajar.
12 notes
·
View notes
Text
Si Mantan People Pleaser
Kalau dipikir-pikir lagi, meski aku masih nggak habis pikir wkwk, ternyata aku dulu memang semenyedihkan itu.
Aku sangat takut ditinggalkan. Aku memaksakan diri untuk selalu dianggap hanya karena aku tak ingin sendirian. Aku rela melakukan banyak hal, meski itu sesuatu yang membuatku tak lagi punya harga diri. Hanya karena aku ingin punya teman. Meski pada kenyataannya orang-orang yang aku coba prioritaskan, tak pernah benar-benar menganggapku teman.
Salah satu penyebab mengapa aku bisa semenyedihkan itu, mungkin karena dulu, aku tidak punya patokan, atau sosok yang membuatku menyadari arti teman seperti apa yang sesungguhnya aku butuhkan.
Hingga kini, aku ketemu dengan banyak sosok yang membuatku perlahan menyadari nilai diriku sendiri. Orang-orang yang membuatku mampu menetapkan batasan, atau kriteria seorang teman seperti apa yang bisa aku pertahankan.
Orang-orang yang membuatku merasa disayang, dipedulikan, dan benar-benar dianggap sebagai teman.
Bisa dibilang, segala bentuk sifat menyedihkanku dulu—salah satunya mencoba untuk selalu menyenangkan semua orang, itu bisa lahir karena keberadaan orang-orang di sekililingku. Karena aku tak punya banyak perbandingan, keberadaan mereka membuatku menyangka bahwa sosok seperti mereka lah, yang aku butuhkan.
Sehingga saat lingkunganku perlahan berubah—atau dengan kesadaran penuh untuk mengubahnya. Maka pandanganku akan banyak hal pun ikut berbenah.
Salah satunya adalah saat kita telah mampu mengetahui nilai diri kita, dan juga seberapa pantas kita untuk diperlakukan dengan baik, dan juga layak.
Saat aku akhirnya memahami bahwa aku tidak perlu menyenangkan semua orang, bahwa aku tak perlu mempertahankan semua orang. Bahwa tidak mengapa untuk melepaskan beberapa teman, agar aku tak lagi harus mengorbankan diriku sendiri hanya agar aku tak ditinggalkan.
18 notes
·
View notes
Text
Kecanduan
Dimana ya buku-bukumu lainnya dijual? Dimana aku bisa membeli tulisan-tulisanmu? Semua? Berapapun harga, aku bersedia, asal bisa menukarnya dengan tulisanmu. Memang, aku baru baca satu bukumu, yang itu, terbitan sepuluh tahun lalu, secara cuma-cuma. Berkat buku itu, aku bisa kembali menemukan diriku yang berceceran. Dan aku tahu, aku butuh baca lebih banyak. Iya, meski aku telah membaca seluruh tulisanmu pada catatan harian internetmu itu, seluruh unggahan beserta takarir pada sosial mediamupun telah aku eja. Tapi aku butuh lebih, lebih dan lebih. Aku juga baru tahu kalau ternyata, tulisan bisa bikin kecanduan. Dan aku kecanduan tulisanmu.
- Sastrasa
#quote#puisi#quotes#galau#inspirasi#sedih#bahagia#motivasi#senang#kasih#inovasi#kisah#cinta#tulisan#blog#pelindungsuci#sastra#sastrasa#rasasastra
9 notes
·
View notes