#Dampak Sosial
Explore tagged Tumblr posts
Text
Warga Prihatin: Mesin Tembak Ikan Berkedok Ketangkasan Meresahkan Pontianak
RELASIPUBLIK.OR.ID, PONTIANAK KALBAR || Warga Kota Pontianak dan Kubu Raya semakin resah dengan maraknya mesin tembak ikan yang beroperasi di berbagai lokasi. Meskipun mesin tersebut diklaim sebagai permainan ketangkasan, banyak warga yang menyebutnya sebagai praktik perjudian terselubung yang merusak lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat. Bapak Sani, salah satu warga Pontianak, dengan tegas…
#aparat hukum#Dampak Sosial#judi terselubung#Kalbar#keresahan warga#mesin judi#mesin tembak ikan#perjudian terselubung#permainan ketangkasan#Pontianak#tindakan aparat hukum
0 notes
Text
Ide@ Soroti Dampak Hilangnya Jaring Nelayan Pamekasan Akibat Survei Migas
PAMEKASAN, MaduraPost – Direktur Indonesian Analysis Politi and Policy Consulting (Ide@), Samhari, menyoroti dampak serius yang dialami nelayan akibat hilangnya jaring mereka selama survei migas di perairan wilayah utara Kabupaten Pamekasan. Menurutnya, kejadian ini tidak hanya merugikan nelayan secara ekonomi, tetapi juga mengancam keberlangsungan mata pencaharian mereka. “Hilangnya jaring ikan…
#Dampak ekonomi nelayan#Direktur Ide@ Samhari#DPRD Pamekasan#Hilangnya jaring ikan#Kerugian alat tangkap#Kompensasi survei migas#Konflik sosial nelayan#Nelayan Pamekasan#Pemkab Pamekasan#Survei migas
0 notes
Text
Dampak Negatif dan Positif Media Sosial bagi Pelajar
KEBUMEN,Kebumen24.com-Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi para pelajar. Penggunaan media sosial memiliki dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif, terhadap perkembangan mereka. Berikut ini adalah gambaran tentang dampak-dampak tersebut. Continue reading Dampak Negatif dan Positif Media Sosial bagi Pelajar
0 notes
Text
Gaya Hidup Digital: Pengertian Menurut Ahli, Apa itu Digital Lifestyle? Tujuan dan Fungsi, Jenis Macam Contoh, Dampak, serta Kenapa itu Penting!
Memahami Gaya Hidup Digital, Pengertian Menurut Ahli, Apa itu Digital Lifestyle? Tujuan dan Fungsi, Jenis Macam Contoh, Dampak, serta Kenapa Itu Penting! Di zaman ini, khususnya di tahun sekarang, teknologi digital atau digital technology telah merajalela, tidak bisa dilepaskan bahwa cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi telah mengalami transformasi yang mendalam. Konsep gaya hidup digital…

View On WordPress
#Apa Itu#Belanja Online#Contoh#Contoh Gaya Hidup Digital#Dampak#Definisi#Digital Lifestyle#Fungsi Gaya Hidup Digital#Gaya Hidup Digital#Hubungan Sosial#Jenis#Kesehatan dan Kebugaran Digital#Keseimbangan Hidup#Macam#Media Sosial#Menurut Ahli#Pekerjaan Jarak Jauh#Pendidikan Daring#Pengelolaan Waktu#Pengertian#Pengertian Menurut Ahli#Penting#Pentingnya#Produktivitas dan Keseimbangan Hidup#Streaming Konten Hiburan#Teknologi dan Kesejahteraan#Travel dan Transportasi Digital#Tujuan Gaya Hidup Digital
0 notes
Text
Dampak Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Budaya di Indonesia
Globalisasi adalah sebuah fenomena yang mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya adalah budaya. Globalisasi telah memungkinkan perkembangan teknologi informasi dan transportasi yang semakin canggih, sehingga informasi dapat dengan mudah dan cepat disebarkan ke seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan budaya dari berbagai negara dapat diakses dan dipengaruhi oleh banyak…

View On WordPress
0 notes
Text
Yang lagi dipikirkan
Sebagai freelancer, karyawan, dan bussiner owner sekaligus. Dengan keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat ini. Rasanya deg-degan bangettt. Tapi emang udah biasa deg-degan terus sih, karena selama ini memilih jalan hidup ketidakpastian. Cuma, kondisi sekarang itu bikin deg-degannya makin-makin.
Ada beberapa hal yang kadang bikin nggak habis pikir. Seperti tiap bulan kita bayar pajak itu belasan juta lebih dari bisnis, ini masih angka kecil dibanding temanku yang lain yang sekali bayar pajak sebulan bisa dapat alphard sebiji, terus duitnya dihambur-hamburkan buat hal-hal yang tidak berfaedah kayak berita sewa Alphard 25jt sehari kemarin. Dan itu sebenarnya memang uang konsumen (yang PPN 11% - konon mau naik jadi 12%, apa orang makin jadi males belanjaa kalau tiap belanja malah jadi makin mahal harga barangnya) alias teman-teman yang bayar pajaknya ketika beli makanan/produk2 apapun di toko/rumah makan, dsb itu. Belum pajak dari hasil usaha. Nyesek asli. Belum pajak dari royalti buku-buku di Bentang yang harus dilaporin juga tiap SPT, belum pajak penghasilan dari kantor, belum yang lain-lain. Gimana coba orang mau percaya sama alokasi-alokasi uang pajak begitu. Bingung.
Perdagangan lagi lesu, kalau usahamu rame - alhamdulilah. Tapi sebagian besar mengeluhkan daya beli masyarakat yang turun. Dan ini berdampak pada perputaran uang di masyarakat. Tau nggak sih, ekonomi akan seret kalau duitnya ga muter. Sementara para pelaku usaha itu perlu untuk bayar operasional, gaji karyawan, dsb. Hal yang pasti akan terjadi dan sudah terjadi ketika perputaran itu berhenti salah satunya adalah efisiensi, alias pengurangan jumlah tenaga kerja. Dan itu pun terjadi di usaha yang kujalani, mau gimana lagi :( Di berita, pengangguran itu banyak banget. Selain karena dampak dari gelombang pemutusan hubungan kerja yang lagi marak diberitakan. Sebelum terjadi itu, memang banyak. Tapi apakah lowongan pekerjaan itu tidak ada? Ada banget. Cuma aku sendiri bingung karena seringkali lowongan yang dibuka ini, yang daftar bener-bener nggak memahami apa yang didaftar. Nggak riset, nggak sesuai requirement, dsb. Beberapa kali juga terjadi over-qualified, lulusan S2 daftar di bagian X yang sama sekali ga ada hubungannya dgn latar belakang pendidikan dia. Intinya, dia melebihi requirement kita, shg juga tidak diterima. Bingung kan :( Belum lagi, ngomongin biaya pendidikan yang aduhai. Aku sempat survey ke orang-orang yang kukenal terkait pilihan pendidikan anak-anak mereka. Pergeseran dari opsi-opsi sekolah negeri ke swasta itu kerasa banget. Bahkan bapak/ibuku yang dulu guru SD pun bisa memvalidasi kenapa di sekolah negeri, kualitasnya menurun. Dan kerasa banget bedanya sama zamanku dulu SD skitar tahun 1996-2003. Sementara duit pajak yang banyak banget itu, kayak tidak dioptimalkan di sektor pengembangan SDM ini yang justru sangat krusial biar orang-orang literasinya bagus, punya daya nalar yang baik, kritis, dsb. Yang cita-citanya bukan pengen jadi content creator, selebtok, dsb biar cepet dapat duit. Sementara yang ingin menjadi profesional dan ahli, malah jarang. Sekolah kayak malah makin sulit dengan mahalnya UKT, dsb. Bingung ga sihhh... Kami yang terbiasa hidup dalam "ketidakpastian" dan udah biasa deg-degan tiap bulan, kayaknya nggak pernah sedeg-degan ini. Oh ya, terakhir pas COVID 2020 kemarin kayaknya. Tapi pada waktu itu, kondisi sosial masyarakatnya bersatu padu saling bantu. Sekarang, kondisinya berbeda.
Buat teman-teman yang mungkin tidak terbiasa dengan ketidakpastian, mungkin ini salah satu momen yang amat menegangkan. Tapi sungguh, jangan pernah berputus asa. Jangan!
89 notes
·
View notes
Text
Serial Opini—Hilangnya Figur Filosofis Dalam Manajemen Dakwah Kampus Hari Ini
Pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih kurang 3 tahun telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali kehidupan kampus. Kampus yang selama ini merupakan wadah aktualisasi ilmu, sosial, politik bahkan pergerakan menjadi seolah terasa 'kering' dan yang paling utama adalah, menurunnya minat melanjutkan pada mereka, generasi penerus.
Disclaimer: Sebelum berbicara jauh dan agar tersampaikan maksud tulisan ini, saya ingin membatasi topik ini pada sekup manajemen dakwah kampus. Pun bukan bermaksud mengeralisir, karena data yang saya dapatkan hanya hasil diskursus beberapa pengelola aktif beberapa LDK, yang rata-rata mengalami fenomena serupa.
Di masa itu, aktivitas mahasiswa yang selama ini menjadi ruang pembelajaran dan aktualisasi nilai dan interaksi fisik, bergeser secara drastis ke ruang virtual, di mana segala aktivitas mau tidak mau terselenggara melalui media daring. Teknologi memang berhasil menjaga roda organisasi tetap berjalan, tetapi ada trade-off yang sulit dihindari: proses internalisasi nilai tidak terakomodasi secara optimal. Hemat saya.
What : Hilangnya Figur Filosofis Pergerakan
Salah satu dampak signifikan dari pergeseran ini adalah berkurangnya figur filosofis dalam dakwah kampus. Figur filosofis bukan sekadar pemikir atau teoritikus, melainkan mereka yang mampu merumuskan narasi besar serta mengelaborasikan nilai-nilai perjuangan menjadi strategi jangka panjang. Mereka menjaga arah gerakan dan memastikan setiap langkah dakwah memiliki pondasi nilai yang kuat.
Sebelum pandemi, dakwah kampus bukan hanya sekadar kegiatan formal. Ia adalah laboratorium nilai yang memungkinkan kader dakwah memahami dan menerapkan prinsip dakwah melalui praktik dan pengalaman langsung. Aktivitas seperti syuro', diskusi struktural maupun kultural, daurah, mabit, dsb. terlaksana maupun diikuti bukan hanya sekedar sarana teknis (prokeristik), melainkan juga wahana pembelajaran dalam upaya membentuk karakter, kedalaman pemikiran, dan kekuatan ruhiyah kader.
Mari kita derivasikan, bagaimana nilai bisa diinternalisasi melalui sarana-sarana di atas:
Manajemen Syuro
Syuro' dalam dakwah kampus bukan sekadar forum keputusan, tetapi ruang pembinaan yang menginternalisasi nilai-nilai spiritual dan moral. Dimulai dengan tilawah sebagai taujih rabbaniyah-bukan sebatas 'yang penting barokah', tetapi pilih tema ayat yang sesuai topik rapat, agar Al-Qur'an betul-betul menjadi referensi pengambilan keputusan. Syuro' juga melatih kader dalam menjaga adab, berpikir kritis, dan menahan ego saat berbeda pendapat. Nilai ukhuwah, ikhlas, dan bahkan itsar tertanam dalam dinamika musyawarah yang mengutamakan maslahat, membentuk karakter kader yang bertanggung jawab, tawadhu', dan teguh menjaga prinsip dakwah.
atau dalam Daurah misalnya,
Daurah dalam dakwah kampus menjadi sarana internalisasi nilai tidak hanya ditumbuhkan melalui forum materi semata, malainkan ada sarana lain diluar daurah yang juga memiliki peranan dalam menumbuhkan hal itu. Misalnya, kegiatan seperti adanya usbu' ruhiy, yang tidak hanya untuk peserta tetapi juga untuk panitia saat pra daurah, dsb. Sehingga tidak hanya peserta saja upaya untuk mewujudkan kebarokahan, tetapi semua pihak. Dalam sarana ini, nilai mujahadah, ikhlas, ukhuwah, dan tadhiyyah terinternalisasi strategis ke dalam setiap sesi demi sesi daurah sebaga sarana mewujudkannya. Diskusi reflektif dan muhasabah, dsb. di luar kurikulum membantu kader memperdalam pemahaman tentang visi dakwah, menjadikan daurah sebagai ruang untuk penguatan ruhiyah, mental, dan kepemimpinan.
dan lain hal. Kali lain kita bahas, udah kepanjangan hehe.
Namun, di masa pasca-pandemi ini, sarana-sarana tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya hilang, tetapi tampaknya belum sepenuhnya pulih. Banyak aktivitas yang berjalan sebatas pemenuhan program kerja (prokeristik) tanpa diiringi semangat riayah (pemeliharaan) sebagai wujud dari nilai istimror (keberlanjutan). Akibatnya, ruh nilai yang dahulu begitu ditekankan dalam setiap aktivitas dakwah mulai memudar.
Refleksi dan Tantangan Dakwah Hari Ini
Apakah ini akhir dari tradisi kaderisasi yang mendalam? Tentu tidak. Hilangnya figur filosofis ini bukanlah sebuah keputusasaan, melainkan alarm bagi kita untuk melakukan refleksi dan adaptasi pada pengelolaan kekinian (dari aspek rentang zaman) dan kedisinian (dari aspek rentang geografis). Dakwah kampus pasca-pandemi memang menghadapi tantangan baru, tetapi bukan berarti ruang untuk menumbuhkan pemikir-pemikir konseptual telah tertutup.
-----------------------------------------------------------------------
Lalu bagaimana sebenarnya dampak dari hilangnya figur filosofis ini terhadap gerakan dakwah kampus? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa menumbuhkan kembali pemikir-pemikir konseptual yang dibutuhkan?
Nantikan jawabannya di tulisan selanjutnya.
30 notes
·
View notes
Text
Penolakan Kesekian
Hari ini salah satu naskahku ditolak penerbit. Mereka menyertakan alasan, naskahnya terlalu puitis untuk nonfiksi dan pula bukan fiksi. Naskah ini adalah naskah pertama yang kuselesaikan, berisi banyak tulisan afirmasi sebagaimana aku menulis jurnal di awal-awal aku menulis di tumblr.
Isinya itu nyaris semuanya katarsisku di masa itu, yang setelah kufilter cukup layak untuk dibagi. Judul naskahnya sendiri aku buat Tetaplah Hidup, sesuai dengan judul akun ini.
Perjalanan naskah ini udah panjang, pernah diterima penerbit semi mayor tapi dianggurin satu tahun dan akhirnya aku tarik kembali. Sudah ditolak empat penerbit mayor. Tapi baru kali ini memberikan alasan penolakan, jadi itu cukup membuat aku merasakan sesuatu, semacam tulisanku nggak cukup puitis jadi puisi, tapi terlalu puitis sebagai buku pengembangan diri.
Sebelum mengirimkan naskah biasanya aku selalu riset penerbit itu gimana, jadi bukan asal kirim. Sebisa mungkin aku pilih yang tulisanku sesuai dengan tipe buku-buku yang mereka terbitkan. Baru kali ini akhirnya aku merasa, mungkin memang tulisanku yang itu bukan sejenis tulisan yang disukai pasar sehingga nggak banyak penerbit yang menerbitkan tulisan sejenis, tulisan yang tiba-tiba pengen kusebut sebagai afirmatif/reflektif puitis. Atau sepertinya, emang mainku masih stagnan di penerbit yang itu-itu aja.
Kalau ditanya apa akhirnya aku merasa sesuatu yang buruk, ada sedikit, perasaan di mana aku merasa asing untuk diterima, seolah nggak sesuai pasar. Tapi bisa jadi, itu justru hal yang menarik dari caraku menulis, meski kemungkinan besar tetap banyak tulisan semisal yang masih jarang kutemui diterbitkan penerbit-penerbit yang kuketahui.
Sekarang, tulisanku sudah nggak banyak yang reflektif, sepenuhnya aku bergeser ke tulisan puisi dan fiksi lainnya. Entah mungkin karena aku merasa selesai mengeksplor diri aku dalam bentuk tulisan yang reflektif, atau bisa jadi aku sudah menggeser caranya aja dan menjadi benar-benar puitis.
Tapi omong-omong soal menulis reflektif, itu adalah momen paling menyenangkan saat beberapa orang menyampaikan bahwa meraka juga merasakan dan mengambil pelajaran dari tulisanku. Aku merasa lebih berdampak. Alasan yang kupakai untuk benar-benar menjadi penulis, setelah pernah mimpi itu aku tidurkan bertahun-tahun lamanya.
Aku harap, apapun yang kutulis sekarang, tetap memberikan dampak, setidaknya penghiburan untuk jiwa-jiwa yang lelah, entah karena cinta, entah karena negara.
Omong-omong, insyaAllah masih dalam bulan ini, kalau nggak ada aral melintang buku pertamaku akan segera rilis. Meski aku mungkin rada sungkan promosi di sini, karena sepertinya pengikut akun ini adalah pembaca tulisan afirmatifku yang dulu atau pembaca tulisan sajak / suratku yang menye sekarang. Sedangkan buku yang mau terbit ini adalah buku puisi yang isinya kebanyakan satire dan sarkas, dengan tema sosial. Tapi sebagai akun media sosialku yang paling menjangkau banyak orang, kalian lagi membaca naskah promosi pertamanya sekarang, hehe.
47 notes
·
View notes
Text
PLAGIATT
Halo teman-teman Tumblr, aku cuman mau infoin kalau pemilik akun ini @coklatmaniss memplagiasi tulisan aku yang ini


Tulisan ini di post di akun dia tanggal 23 Mei 2024 TANPA IZIN & CREDIT dari aku si PEMILIK TULISAN
Sedangkan ini tulisan aku

Di post tanggal 9 Maret 2024
Aku menemukan akun dia sebagai salah seorang yang menyukai postingan aku itu

Sebelum tulisan ini aku bagikan, aku udah konfir ke yang bersangkutan @coklatmaniss mengirimkannya pesan, bertanya mengapa menyalin tulisanku tanpa minta izin bahkan menulis sumber di mana dia menyalin tulisan tersebut, seakan-akan tulisan itu buah pikiran atau dia sendiri yang tulis.
Aku orang yang malas ribut alias gak suka berantem. Di awal melihat postingan dia yang memplagiasi tulisanku, aku udah mencoba berprasangka baik. Berpikir positif, barangkali dia juga gak sengaja atau gimana. Sederhananya aku cuman mau bicara baik-baik aja. Tapi gak ada tanggapan sama sekali. Dan itu udah berlangsung 1 minggu yang lalu.
Aku mau positif thinking pesanku dia belum baca, tapi pas aku cek, akunnya memposting tulisan baru wkwk.

Aku mengirimkannya pesan pada hari Senin minggu lalu, dan tulisan ini dia post 1 hari setelahnya wkwk
Menurutku, sepertinya lebih mudah deh buat membalas/membuka sebuah pesan daripada memposting tulisan baru, atau memposting tulisan baru lebih mudah bagi dia karena tinggal copas tulisan lain lagi? UPSSSS...
Dan per detik ini, pas aku cek akunnya udah gak ada, entah aku dia blokir, atau akunnya udah deactivated
Aku selama ini oke oke aja tiap ada yang membagikan tulisanku, TAPI tentu dengan IZIN atau CREDIT AKU SEBAGAI PENULISNYA. Bukan asal main copas/salin gitu aja terus post ke akun milik sendiri, seakan-akan itu tulisan dia yang tulis sendiri.
Atau kalau gak mau repot-repot minta izin tapi pengen share tulisan orang lain, di tumblr itu ada FITUR REBLOG/REPOST loh, hayuk atuh digunain. Apa gak malu jadi pencuri tulisan orang lain gini?
Sebagai seseorang yang 'hidup' dan 'makan' dari nulis, apalagi semenjak punya buku, DEMI ALLAH AKU GAK RELA DUNIA AKHIRAT TULISANKU DIPLAGIASI/DI COPAS GITU AJAA
Beberapa orang mungkin akan berpikir 'apa sih lebay amat, tulisan gitu doang...'
NGGAK! cuman aku sendiri yang tau perjuanganku dalam menulis. Bagaimana capeknya nyari ide tulisan yang gak selalu muncul gitu aja, bagaimana 'hopeless' nya bengong depan laptop gak tau mau nulis apa, bagaimana stress gak bisa tidur mikirin ide, atau pas nyelesain draft tulisan.
Orang-orang cuman tau 'nulis ya tinggal nulis', gak pernah tau dan ngerasain struggle nya gimana pas lagi writing slump, writers block, yang mereka cuman tau nulis sesepele mengetik lalu mengunggahnya di media sosial.
Aku harap setelah aku memposting tulisan ini, teman-teman mulai lebih aware sama dampak plagiasi. Entah dampak kepada si pelaku, dan juga kepada si korban.
Teruntuk kepada PARA TUKANG PLAGIAT tolonglah coba menulis/membuat tulisan sendiri supaya kalian bisa lebih menghargai tulisan seseorang, bagaimana sakit hatinya saat tulisan diri sendiri diakuin oleh orang lain.
Emang apa sih yang dikejar dari memplagiat tulisan orang lain? Nyari likes yang banyak? Nyari followers? Haus validasi orang lain? Mending nyari duit atau kerja kata aku mah, lebih bermanfaat...
Sebenarnya ini bukan sekali tulisanku diplagiat gini, tapi baru ini aku dapat yang memplagiasinya langsung di Tumblr (dan semoga ini doang, gak adalagi) dan apesnya si akun @coklatmaniss tapi—kelakuan— gak —maniez ini, postingan dia langsung muncul di berandaku. Dia pikir kalau tulisannya dipotong gitu ajah aku gak akan hapal sama tulisanku sendiri gitu? Cihhh
Pliss jangan rusak laman biru, 'rumah' bagi kita semua dengan perbuatan-perbuatan tidak baik ya kawan-kawan, salah satunya dengan memplagiasi tulisan orang lain.
42 notes
·
View notes
Text
Dampak Sosial Mesin Judi Tembak Ikan: Ancaman Bagi Masyarakat dan Anak-anak di Pontianak
KABARDAERAH.OR.ID, PONTIANAK KALBAR || Meningkatnya keberadaan mesin judi tembak ikan di Kota Pontianak menjadi sorotan serius karena dampak sosial yang ditimbulkannya. Selain merugikan secara finansial, mesin-mesin ini dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan mental dan perkembangan sosial anak-anak serta masyarakat sekitar. Bapak Sani, seorang warga yang tinggal di dekat lokasi mesin tembak…
#Kalbar#anak-anak#Dampak Sosial#Judi#keresahan masyarakat#kesehatan mental#masyarakat#mesin judi tembak ikan#mesin tembak ikan#perjudian#perkembangan sosial#Pontianak
0 notes
Text
Fenomena Hubungan Palsu
Di era digital ini, hubungan manusia semakin kompleks. Media sosial memungkinkan orang untuk terhubung dengan mudah, tetapi juga membuka ruang bagi perilaku manipulatif, termasuk mempermainkan perasaan orang lain tanpa niat serius. Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam hubungan romansa, tetapi juga dalam pertemanan atau interaksi sosial lainnya.
Fenomena Hubungan Palsu di Era Digital
Media sosial dan aplikasi kencan menjadi ladang subur bagi hubungan yang tidak memiliki kejelasan. Seseorang bisa dengan mudah menunjukkan perhatian, mengirim pesan manis, atau bahkan berjanji akan menjalani hubungan yang lebih serius, padahal di balik layar, mereka tidak benar-benar berniat untuk berkomitmen. Banyak orang terjebak dalam hubungan seperti ini, merasa diperhatikan dan diberikan harapan, hanya untuk ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan.
Istilah "ghosting" dan "breadcrumbing" sering digunakan untuk menggambarkan perilaku ini. Ghosting terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghilang tanpa kabar setelah membangun kedekatan emosional, sedangkan breadcrumbing adalah ketika seseorang memberi harapan kecil secara berkala, cukup untuk membuat korban tetap berharap, tetapi tanpa pernah benar-benar berkomitmen.
Siapa yang Mempermainkan Perasaan dan Mengapa?
Orang yang suka mempermainkan perasaan biasanya adalah individu yang tidak siap untuk menjalin hubungan yang serius. Beberapa dari mereka hanya mencari validasi atau perhatian tanpa peduli dengan perasaan orang lain. Ada pula yang melakukannya sebagai bentuk pelarian dari kesepian, mengisi kekosongan dengan interaksi dangkal tanpa niat mempertahankan hubungan dalam jangka panjang.
Di media sosial, fenomena ini semakin diperburuk oleh budaya instant gratification—di mana segala sesuatu bisa didapatkan dengan cepat, termasuk perhatian dan interaksi sosial. Seseorang bisa dengan mudah mengobrol dengan banyak orang sekaligus, memberi janji-janji manis di satu sisi, tetapi juga melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Selain itu, ada juga faktor psikologis yang berperan. Beberapa orang mempermainkan perasaan karena trauma masa lalu, takut akan komitmen, atau bahkan memiliki kecenderungan narsistik yang membuat mereka menikmati kontrol atas perasaan orang lain.
Dampak pada Korban
Bagi mereka yang menjadi korban, pengalaman ini bisa meninggalkan luka emosional yang dalam. Perasaan diabaikan, kehilangan kepercayaan, dan kebingungan atas hubungan yang tidak jelas sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental. Banyak orang yang mengalami kecemasan atau kehilangan rasa percaya diri setelah menjadi korban hubungan palsu.
Di media sosial, dampaknya bisa lebih besar karena segalanya terjadi di ruang publik. Misalnya, seseorang bisa mempermainkan perasaan orang lain sambil tetap terlihat aktif di media sosial, berinteraksi dengan orang lain seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hal ini membuat korban merasa semakin tidak berharga dan sulit untuk move on.
Pada akhirnya, hubungan yang tidak memiliki kejelasan sering kali hanya meninggalkan luka. Seseorang mungkin terlihat baik, penuh perhatian, dan memberi harapan, tetapi jika semuanya berakhir dengan ketidakpastian, maka yang tersisa hanyalah luka dan kekecewaan.
—s.b
10 notes
·
View notes
Text
Relawan Laris Berbakti Salurkan Air Bersih ke Warga Desa di Pamekasan
PAMEKASAN, MaduraPost – Relawan Laris Ra Baqir Taufadi (Berbakti) secara gencar memberikan bantuan air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan di Desa Tanjung, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan. Bantuan ini sangat dinantikan oleh warga yang mengalami krisis air bersih selama musim kemarau tahun ini. Antusiasme warga terlihat jelas saat menyambut bantuan air bersih gratis…
#Bantuan Air bersih#Bantuan kemanusiaan#Dampak kekeringan#Desa Tanjung#Kecamatan Pegantenan#kekeringan#Kepedulian sosial#Krisis air bersih#Masyarakat terdampak#musim kemarau#Pamekasan#Paslon Berbakti#pelayanan ikhlas#Pilkada 2024#Relawan Laris Ra Baqir Taufadi
0 notes
Text
Ramadhan ke-4 : Hadiah Taqwa ; Kompas Hati di Rimbunnya Belantara Kehidupan
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا ....
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan (pemisah kebaikan dan kebatilan)... (QS. Al Anfal : 29)
Ketemu jawaban dari pertanyaan “Kenapa ya kira-kira, hadiah dari taqwa- hal yang digelari oleh Allah sebagai sebaik-baik bekal- justru furqaan ? kenapa sih harus furqaan? Apa menariknya pemisah kebaikan dan kebatilan? Kayanya lebih menarik rezeki sebesar gunung uhud deh hadiahnya atau dimudahin ketemu sama jodoh ”.
Saya nemu ini dari penjelasan seorang guru saat bahas riyadushalihin bab taqwa.
Hidup ini penuh dengan rangkaian keputusan. Mulai dari pertama kali membuka mata, kita harus membuat keputusan. Sosial media apa yang akan kita buka, sarapan apa yang kita pilih, berangkat kerja menggunakan moda transportasi apa, siapa orang yang akan kita temui, hingga pilihan kata apa saja yang akan kita ucapkan hari ini.
Seiring berjalanya waktu, keputusan itu semakin kompleks dan rumit. Ada yang dampaknya sederhana, ada pula yang tidak hanya sehari dua hari melainkan selamanya - sepanjang sisa hidup kita. Mulai dari kuliah dimana, jurusan apa, tinggal dimana, berkarir sebagai apa, dan beragam pilihan lain yang punya dampak panjang.
Semakin tumbuh, hal-hal yang kita putuskan juga semakin semu. Batas antara baik dan buruknya semakin bias. Ada hal-hal yang terlihat baik, tetapi ternyata tidak. Adapula yang terlihat buruk, ternyata adalah keputusan yang paling kita syukuri. Kita seringkali kebingungan memilih mana keputusan yang paling baik secara utuh.
Saat waktu terus berjalan, kita mulai menyadari, bahwa banyak keputusan yang terlihat kecil ternyata memiliki dampak yang panjang. Ada yang amat menyesal karena keputusanya masuk di sekolah favorit justru berakhir menjadi korban bulliying, ada yang menyesal karena keputusanya tidak mau ikut pelajaran Bimbingan Konseling berdampak pada salah jurusan saat kuliah, ada pula keputusannya ikut di salah satu komunitas justru membuka jalan rezeki di masa depan.
Oleh karena ketidaktauan terhadap dampak, kita memerlukan satu kemampuan untuk memilah keputusan mana yang benar-benar baik. Al quran membahasakanya dengan Furqaan.Furqaan itu ibarat kompas untuk mengetahui arah yang tepat, saat kita kebingungan memilih banyak jalur di lebatnya belantara.
“Nak, pilihlah keputusan-keputusan yang lebih dekat dengan taqwa”
4 Ramadan 1446 H | 4 Maret 2025
*Tulisan ini adalah bagian dari project kecil : 29 hari menulis yang sudah berjalan sejak 8 tahun yang lalu. Tulisan-tulisan sederhana ini akan diterbitkan setiap hari selama Ramadhan 1446 H, bertepatan tahun 2025. Selamat membaca, semoga lingkaran kebaikan ini senantiasa terus bertunas:)
7 notes
·
View notes
Text
Aku Tak Sebaik Itu
Saat menulis hal-hal yang terkesan positif, aku selalu mempertanyakan dan tak jarang menghakimi diri sendiri. "Sok bijak dah lu, Mon", "sok keren, dah", "sok tau, dah", "sok baik, dah". Kadang aku takut orang-orang yang membaca tulisanku kemudian mengenalku di dunia nyata secara langsung, kecewa ternyata aku tak sebaik dibayangannya. Aku takut dipandang baik. Karena memang aku tak sebaik apa yang aku tuliskan atau aku perlihatkan di sosial media.
Sebelum menulis ini, membaca kembali tulisanku. Mempertanyakan hal yang lain. Apakah ini benar aku yang menuliskannya? Karena aku tertampar oleh tulisanku sendiri, ada yang rasanya seperti dipeluk, ada yang rasanya seperti sedang ditemani. Pada akhirnya aku malah bersyukur telah menulis. Aku menjadi dampak dari tulisanku. Dan sepertinya ketakutanku lagi-lagi hanya ada di pikiranku.
Permasalahan sebenarnya sepertinya adalah ketakutanku dipandang sebagai "orang baik" oleh orang lain. Aku ingin melindungi diriku sendiri dari kekecewaan, tekanan, atau luka emosional. Aku menghela napas ketika menuliskannya. Masih mencari tau mengapa ini menjadi bagian dari diriku. Aku ahli dalam mengingatkan orang lain, "kenapa sih, lu sering ngerendahin diri sendiri?". Tapi menjadi buruk ketika mengingatkan kepada diri sendiri.
Solusi yang bisa kudapat hingga saat ini adalah terus menulis, dengan menulis dan kemudian aku membacanya kembali. Entah ribuan hari, ratusan minggu, atau puluhan tahun, ketika kembali membaca tulisanku, aku berharap ini akan selalu menjadi pengingat, bukan hanya untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri.
12 notes
·
View notes
Text
Kualifikasi Manusia Muslim Abad ke-21
Dalam rangka mengaktualisasikan misi peradaban Islam dalam dimensi kehidupan kita, setidaknya ada tingga tangga yang harus dilewati : afiliasi, partisipasi, dan kontribusi :
1. Afiliasi
Afiliasi adalah memahami dengan baik alasan kenapa kita memilih dan akhirnya memiliki kecenderungan terhadap nilai Islam. dari sini juga akan melahirkan tiga komitmen meliputi :
a. Komitmen akidah/ideologi Islam
Memahami ajaran Islam sebagai sistem dan tatanan kehidupan sehingga mampu membaca dan memahami peristiwa sebagai masalah kehidupan dalam kacamata Islam. Ini proses kita merasa.
b. Komitmen metodologi
Kita menjadikan Islam sebagai akhlak dan perilaku sehari-hari sebagai pribadi, keluarga masyarakat dari yang sebelumnya hanya memahami bahwa Islam mengatur segala kehidupan.
c. Komitmen sikap
Tahap ini adalah menjadikan kita menjadi saleh pribadi. Di level ini kita sampai pada komitmen terhadap ideologi dan ini menjadi keyakinan umum di masyarakat kita.
2. Partisipasi
Setelah selesai dengan diri sendiri, memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari, kita memulai dengan menjadi salah satu peserta sosial yang sadar dan proaktif. Kita beralih dari shaleh pribadi ke sosial.
Berikut beberapa tahap partisipasi :
a. Sense in Group
Ini bermakna sebagai rasa keterlibatan dengan kaum muslimin dalam satu kesatuan ukhuwah.
Sabda Rasulullah Shallahualaihi wassalam : "Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia bukan golongan mereka."
b. Memiliki sejumlah pengetahuan sosiohumaniora yang dibutuhkan masyarakat
ini sejalan dengan dakwah walisongo yang menyelesaikan masalah masyarakat baru memberikan nilai-nilai dakwah Islam. Tujuanya adalah agar keterlibatan yang dilakukan memiliki dampak yang signifikan, dilakukan secara sadar, dewasa, dan terarah. Di bab ini, ust. Anis mengutip perkataan Imam Bukhari, "Berilmulah sebelum beramal!"
c. Mengetahui medan dakwah tempat kehidupan kita
Secara normatif, kita berdakwah harus tahu apa yang dibutuhkan dan penanganan apa yang penting.
Disinilah kita menjadi Dai.
3. Kontribusi
Kontribusi adalah kita harus memiliki satu concern keilmuan yang spesifik. Kita tidak selamanya sempurna dalam semua bidang, namun dari kumpulan orang-orang yang memiliki kemampuan dan afiliasi terhadap Islam, umat akan menjadi maju karena diiringi dengan iman dan ilmu.
Disinilah kita menjadi Mujahid.
Bersambung...
#abamenulis#menyambutkemenangan#seperempadabad#catatankemenangan#mengerikan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba#monologpemimpin
8 notes
·
View notes
Text
Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak terhambat, sehingga tinggi badannya tidak mencapai standar yang sesuai dengan usia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi ketika seorang anak mengalami kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Stunting sering kali diukur dengan perbandingan tinggi badan terhadap umur, dan anak yang stunting biasanya memiliki tinggi badan di bawah minus dua deviasi standar dari median tinggi badan anak sehat.
Penyebab Stunting
1. Kekurangan Gizi: Pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi berkontribusi signifikan terhadap stunting.
2. Penyakit Infeksi: Infeksi mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan energi tubuh.
3. Lingkungan: Kondisi sanitasi yang buruk, air bersih yang tidak tersedia, dan lingkungan sosial yang tidak mendukung juga memainkan peran penting.
Dampak Stunting bagi Kesehatan
1. Pertumbuhan Fisik yang Terhambat. Anak yang mengalami stunting akan memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan teman sebayanya.
2. Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain.
3. Anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan di masa dewasa, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Ini terkait dengan pola makan yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Upaya Pencegahan Stunting
1. Pemerintah dan lembaga terkait harus memastikan ketersediaan makanan bergizi dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.
2. Program-program kesehatan yang mendukung ibu hamil dan anak, termasuk pemeriksaan kehamilan yang teratur dan penyuluhan tentang perawatan bayi, sangat penting.
3. Meningkatkan fasilitas sanitasi dan akses terhadap air bersih dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk kondisi stunting.
4. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang dampak buruk stunting serta cara mencegahnya melalui program penyuluhan yang efektif.
9 notes
·
View notes