#Dampak Sosial
Explore tagged Tumblr posts
Text
Warga Prihatin: Mesin Tembak Ikan Berkedok Ketangkasan Meresahkan Pontianak
RELASIPUBLIK.OR.ID, PONTIANAK KALBAR || Warga Kota Pontianak dan Kubu Raya semakin resah dengan maraknya mesin tembak ikan yang beroperasi di berbagai lokasi. Meskipun mesin tersebut diklaim sebagai permainan ketangkasan, banyak warga yang menyebutnya sebagai praktik perjudian terselubung yang merusak lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat. Bapak Sani, salah satu warga Pontianak, dengan tegas…
#aparat hukum#Dampak Sosial#judi terselubung#Kalbar#keresahan warga#mesin judi#mesin tembak ikan#perjudian terselubung#permainan ketangkasan#Pontianak#tindakan aparat hukum
0 notes
Text
Relawan Laris Berbakti Salurkan Air Bersih ke Warga Desa di Pamekasan
PAMEKASAN, MaduraPost – Relawan Laris Ra Baqir Taufadi (Berbakti) secara gencar memberikan bantuan air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan di Desa Tanjung, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan. Bantuan ini sangat dinantikan oleh warga yang mengalami krisis air bersih selama musim kemarau tahun ini. Antusiasme warga terlihat jelas saat menyambut bantuan air bersih gratis…
#Bantuan Air bersih#Bantuan kemanusiaan#Dampak kekeringan#Desa Tanjung#Kecamatan Pegantenan#kekeringan#Kepedulian sosial#Krisis air bersih#Masyarakat terdampak#musim kemarau#Pamekasan#Paslon Berbakti#pelayanan ikhlas#Pilkada 2024#Relawan Laris Ra Baqir Taufadi
0 notes
Text
Dampak Negatif dan Positif Media Sosial bagi Pelajar
KEBUMEN,Kebumen24.com-Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi para pelajar. Penggunaan media sosial memiliki dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif, terhadap perkembangan mereka. Berikut ini adalah gambaran tentang dampak-dampak tersebut. Continue reading Dampak Negatif dan Positif Media Sosial bagi Pelajar
0 notes
Text
Gaya Hidup Digital: Pengertian Menurut Ahli, Apa itu Digital Lifestyle? Tujuan dan Fungsi, Jenis Macam Contoh, Dampak, serta Kenapa itu Penting!
Memahami Gaya Hidup Digital, Pengertian Menurut Ahli, Apa itu Digital Lifestyle? Tujuan dan Fungsi, Jenis Macam Contoh, Dampak, serta Kenapa Itu Penting! Di zaman ini, khususnya di tahun sekarang, teknologi digital atau digital technology telah merajalela, tidak bisa dilepaskan bahwa cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi telah mengalami transformasi yang mendalam. Konsep gaya hidup digital…
View On WordPress
#Apa Itu#Belanja Online#Contoh#Contoh Gaya Hidup Digital#Dampak#Definisi#Digital Lifestyle#Fungsi Gaya Hidup Digital#Gaya Hidup Digital#Hubungan Sosial#Jenis#Kesehatan dan Kebugaran Digital#Keseimbangan Hidup#Macam#Media Sosial#Menurut Ahli#Pekerjaan Jarak Jauh#Pendidikan Daring#Pengelolaan Waktu#Pengertian#Pengertian Menurut Ahli#Penting#Pentingnya#Produktivitas dan Keseimbangan Hidup#Streaming Konten Hiburan#Teknologi dan Kesejahteraan#Travel dan Transportasi Digital#Tujuan Gaya Hidup Digital
0 notes
Text
Dampak Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Budaya di Indonesia
Globalisasi adalah sebuah fenomena yang mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya adalah budaya. Globalisasi telah memungkinkan perkembangan teknologi informasi dan transportasi yang semakin canggih, sehingga informasi dapat dengan mudah dan cepat disebarkan ke seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan budaya dari berbagai negara dapat diakses dan dipengaruhi oleh banyak…
View On WordPress
0 notes
Text
Yang lagi dipikirkan
Sebagai freelancer, karyawan, dan bussiner owner sekaligus. Dengan keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat ini. Rasanya deg-degan bangettt. Tapi emang udah biasa deg-degan terus sih, karena selama ini memilih jalan hidup ketidakpastian. Cuma, kondisi sekarang itu bikin deg-degannya makin-makin.
Ada beberapa hal yang kadang bikin nggak habis pikir. Seperti tiap bulan kita bayar pajak itu belasan juta lebih dari bisnis, ini masih angka kecil dibanding temanku yang lain yang sekali bayar pajak sebulan bisa dapat alphard sebiji, terus duitnya dihambur-hamburkan buat hal-hal yang tidak berfaedah kayak berita sewa Alphard 25jt sehari kemarin. Dan itu sebenarnya memang uang konsumen (yang PPN 11% - konon mau naik jadi 12%, apa orang makin jadi males belanjaa kalau tiap belanja malah jadi makin mahal harga barangnya) alias teman-teman yang bayar pajaknya ketika beli makanan/produk2 apapun di toko/rumah makan, dsb itu. Belum pajak dari hasil usaha. Nyesek asli. Belum pajak dari royalti buku-buku di Bentang yang harus dilaporin juga tiap SPT, belum pajak penghasilan dari kantor, belum yang lain-lain. Gimana coba orang mau percaya sama alokasi-alokasi uang pajak begitu. Bingung.
Perdagangan lagi lesu, kalau usahamu rame - alhamdulilah. Tapi sebagian besar mengeluhkan daya beli masyarakat yang turun. Dan ini berdampak pada perputaran uang di masyarakat. Tau nggak sih, ekonomi akan seret kalau duitnya ga muter. Sementara para pelaku usaha itu perlu untuk bayar operasional, gaji karyawan, dsb. Hal yang pasti akan terjadi dan sudah terjadi ketika perputaran itu berhenti salah satunya adalah efisiensi, alias pengurangan jumlah tenaga kerja. Dan itu pun terjadi di usaha yang kujalani, mau gimana lagi :( Di berita, pengangguran itu banyak banget. Selain karena dampak dari gelombang pemutusan hubungan kerja yang lagi marak diberitakan. Sebelum terjadi itu, memang banyak. Tapi apakah lowongan pekerjaan itu tidak ada? Ada banget. Cuma aku sendiri bingung karena seringkali lowongan yang dibuka ini, yang daftar bener-bener nggak memahami apa yang didaftar. Nggak riset, nggak sesuai requirement, dsb. Beberapa kali juga terjadi over-qualified, lulusan S2 daftar di bagian X yang sama sekali ga ada hubungannya dgn latar belakang pendidikan dia. Intinya, dia melebihi requirement kita, shg juga tidak diterima. Bingung kan :( Belum lagi, ngomongin biaya pendidikan yang aduhai. Aku sempat survey ke orang-orang yang kukenal terkait pilihan pendidikan anak-anak mereka. Pergeseran dari opsi-opsi sekolah negeri ke swasta itu kerasa banget. Bahkan bapak/ibuku yang dulu guru SD pun bisa memvalidasi kenapa di sekolah negeri, kualitasnya menurun. Dan kerasa banget bedanya sama zamanku dulu SD skitar tahun 1996-2003. Sementara duit pajak yang banyak banget itu, kayak tidak dioptimalkan di sektor pengembangan SDM ini yang justru sangat krusial biar orang-orang literasinya bagus, punya daya nalar yang baik, kritis, dsb. Yang cita-citanya bukan pengen jadi content creator, selebtok, dsb biar cepet dapat duit. Sementara yang ingin menjadi profesional dan ahli, malah jarang. Sekolah kayak malah makin sulit dengan mahalnya UKT, dsb. Bingung ga sihhh... Kami yang terbiasa hidup dalam "ketidakpastian" dan udah biasa deg-degan tiap bulan, kayaknya nggak pernah sedeg-degan ini. Oh ya, terakhir pas COVID 2020 kemarin kayaknya. Tapi pada waktu itu, kondisi sosial masyarakatnya bersatu padu saling bantu. Sekarang, kondisinya berbeda.
Buat teman-teman yang mungkin tidak terbiasa dengan ketidakpastian, mungkin ini salah satu momen yang amat menegangkan. Tapi sungguh, jangan pernah berputus asa. Jangan!
89 notes
·
View notes
Text
Penolakan Kesekian
Hari ini salah satu naskahku ditolak penerbit. Mereka menyertakan alasan, naskahnya terlalu puitis untuk nonfiksi dan pula bukan fiksi. Naskah ini adalah naskah pertama yang kuselesaikan, berisi banyak tulisan afirmasi sebagaimana aku menulis jurnal di awal-awal aku menulis di tumblr.
Isinya itu nyaris semuanya katarsisku di masa itu, yang setelah kufilter cukup layak untuk dibagi. Judul naskahnya sendiri aku buat Tetaplah Hidup, sesuai dengan judul akun ini.
Perjalanan naskah ini udah panjang, pernah diterima penerbit semi mayor tapi dianggurin satu tahun dan akhirnya aku tarik kembali. Sudah ditolak empat penerbit mayor. Tapi baru kali ini memberikan alasan penolakan, jadi itu cukup membuat aku merasakan sesuatu, semacam tulisanku nggak cukup puitis jadi puisi, tapi terlalu puitis sebagai buku pengembangan diri.
Sebelum mengirimkan naskah biasanya aku selalu riset penerbit itu gimana, jadi bukan asal kirim. Sebisa mungkin aku pilih yang tulisanku sesuai dengan tipe buku-buku yang mereka terbitkan. Baru kali ini akhirnya aku merasa, mungkin memang tulisanku yang itu bukan sejenis tulisan yang disukai pasar sehingga nggak banyak penerbit yang menerbitkan tulisan sejenis, tulisan yang tiba-tiba pengen kusebut sebagai afirmatif/reflektif puitis. Atau sepertinya, emang mainku masih stagnan di penerbit yang itu-itu aja.
Kalau ditanya apa akhirnya aku merasa sesuatu yang buruk, ada sedikit, perasaan di mana aku merasa asing untuk diterima, seolah nggak sesuai pasar. Tapi bisa jadi, itu justru hal yang menarik dari caraku menulis, meski kemungkinan besar tetap banyak tulisan semisal yang masih jarang kutemui diterbitkan penerbit-penerbit yang kuketahui.
Sekarang, tulisanku sudah nggak banyak yang reflektif, sepenuhnya aku bergeser ke tulisan puisi dan fiksi lainnya. Entah mungkin karena aku merasa selesai mengeksplor diri aku dalam bentuk tulisan yang reflektif, atau bisa jadi aku sudah menggeser caranya aja dan menjadi benar-benar puitis.
Tapi omong-omong soal menulis reflektif, itu adalah momen paling menyenangkan saat beberapa orang menyampaikan bahwa meraka juga merasakan dan mengambil pelajaran dari tulisanku. Aku merasa lebih berdampak. Alasan yang kupakai untuk benar-benar menjadi penulis, setelah pernah mimpi itu aku tidurkan bertahun-tahun lamanya.
Aku harap, apapun yang kutulis sekarang, tetap memberikan dampak, setidaknya penghiburan untuk jiwa-jiwa yang lelah, entah karena cinta, entah karena negara.
Omong-omong, insyaAllah masih dalam bulan ini, kalau nggak ada aral melintang buku pertamaku akan segera rilis. Meski aku mungkin rada sungkan promosi di sini, karena sepertinya pengikut akun ini adalah pembaca tulisan afirmatifku yang dulu atau pembaca tulisan sajak / suratku yang menye sekarang. Sedangkan buku yang mau terbit ini adalah buku puisi yang isinya kebanyakan satire dan sarkas, dengan tema sosial. Tapi sebagai akun media sosialku yang paling menjangkau banyak orang, kalian lagi membaca naskah promosi pertamanya sekarang, hehe.
46 notes
·
View notes
Text
PLAGIATT
Halo teman-teman Tumblr, aku cuman mau infoin kalau pemilik akun ini @coklatmaniss memplagiasi tulisan aku yang ini
Tulisan ini di post di akun dia tanggal 23 Mei 2024 TANPA IZIN & CREDIT dari aku si PEMILIK TULISAN
Sedangkan ini tulisan aku
Di post tanggal 9 Maret 2024
Aku menemukan akun dia sebagai salah seorang yang menyukai postingan aku itu
Sebelum tulisan ini aku bagikan, aku udah konfir ke yang bersangkutan @coklatmaniss mengirimkannya pesan, bertanya mengapa menyalin tulisanku tanpa minta izin bahkan menulis sumber di mana dia menyalin tulisan tersebut, seakan-akan tulisan itu buah pikiran atau dia sendiri yang tulis.
Aku orang yang malas ribut alias gak suka berantem. Di awal melihat postingan dia yang memplagiasi tulisanku, aku udah mencoba berprasangka baik. Berpikir positif, barangkali dia juga gak sengaja atau gimana. Sederhananya aku cuman mau bicara baik-baik aja. Tapi gak ada tanggapan sama sekali. Dan itu udah berlangsung 1 minggu yang lalu.
Aku mau positif thinking pesanku dia belum baca, tapi pas aku cek, akunnya memposting tulisan baru wkwk.
Aku mengirimkannya pesan pada hari Senin minggu lalu, dan tulisan ini dia post 1 hari setelahnya wkwk
Menurutku, sepertinya lebih mudah deh buat membalas/membuka sebuah pesan daripada memposting tulisan baru, atau memposting tulisan baru lebih mudah bagi dia karena tinggal copas tulisan lain lagi? UPSSSS...
Dan per detik ini, pas aku cek akunnya udah gak ada, entah aku dia blokir, atau akunnya udah deactivated
Aku selama ini oke oke aja tiap ada yang membagikan tulisanku, TAPI tentu dengan IZIN atau CREDIT AKU SEBAGAI PENULISNYA. Bukan asal main copas/salin gitu aja terus post ke akun milik sendiri, seakan-akan itu tulisan dia yang tulis sendiri.
Atau kalau gak mau repot-repot minta izin tapi pengen share tulisan orang lain, di tumblr itu ada FITUR REBLOG/REPOST loh, hayuk atuh digunain. Apa gak malu jadi pencuri tulisan orang lain gini?
Sebagai seseorang yang 'hidup' dan 'makan' dari nulis, apalagi semenjak punya buku, DEMI ALLAH AKU GAK RELA DUNIA AKHIRAT TULISANKU DIPLAGIASI/DI COPAS GITU AJAA
Beberapa orang mungkin akan berpikir 'apa sih lebay amat, tulisan gitu doang...'
NGGAK! cuman aku sendiri yang tau perjuanganku dalam menulis. Bagaimana capeknya nyari ide tulisan yang gak selalu muncul gitu aja, bagaimana 'hopeless' nya bengong depan laptop gak tau mau nulis apa, bagaimana stress gak bisa tidur mikirin ide, atau pas nyelesain draft tulisan.
Orang-orang cuman tau 'nulis ya tinggal nulis', gak pernah tau dan ngerasain struggle nya gimana pas lagi writing slump, writers block, yang mereka cuman tau nulis sesepele mengetik lalu mengunggahnya di media sosial.
Aku harap setelah aku memposting tulisan ini, teman-teman mulai lebih aware sama dampak plagiasi. Entah dampak kepada si pelaku, dan juga kepada si korban.
Teruntuk kepada PARA TUKANG PLAGIAT tolonglah coba menulis/membuat tulisan sendiri supaya kalian bisa lebih menghargai tulisan seseorang, bagaimana sakit hatinya saat tulisan diri sendiri diakuin oleh orang lain.
Emang apa sih yang dikejar dari memplagiat tulisan orang lain? Nyari likes yang banyak? Nyari followers? Haus validasi orang lain? Mending nyari duit atau kerja kata aku mah, lebih bermanfaat...
Sebenarnya ini bukan sekali tulisanku diplagiat gini, tapi baru ini aku dapat yang memplagiasinya langsung di Tumblr (dan semoga ini doang, gak adalagi) dan apesnya si akun @coklatmaniss tapi—kelakuan— gak —maniez ini, postingan dia langsung muncul di berandaku. Dia pikir kalau tulisannya dipotong gitu ajah aku gak akan hapal sama tulisanku sendiri gitu? Cihhh
Pliss jangan rusak laman biru, 'rumah' bagi kita semua dengan perbuatan-perbuatan tidak baik ya kawan-kawan, salah satunya dengan memplagiasi tulisan orang lain.
41 notes
·
View notes
Text
Aku Tak Sebaik Itu
Saat menulis hal-hal yang terkesan positif, aku selalu mempertanyakan dan tak jarang menghakimi diri sendiri. "Sok bijak dah lu, Mon", "sok keren, dah", "sok tau, dah", "sok baik, dah". Kadang aku takut orang-orang yang membaca tulisanku kemudian mengenalku di dunia nyata secara langsung, kecewa ternyata aku tak sebaik dibayangannya. Aku takut dipandang baik. Karena memang aku tak sebaik apa yang aku tuliskan atau aku perlihatkan di sosial media.
Sebelum menulis ini, membaca kembali tulisanku. Mempertanyakan hal yang lain. Apakah ini benar aku yang menuliskannya? Karena aku tertampar oleh tulisanku sendiri, ada yang rasanya seperti dipeluk, ada yang rasanya seperti sedang ditemani. Pada akhirnya aku malah bersyukur telah menulis. Aku menjadi dampak dari tulisanku. Dan sepertinya ketakutanku lagi-lagi hanya ada di pikiranku.
Permasalahan sebenarnya sepertinya adalah ketakutanku dipandang sebagai "orang baik" oleh orang lain. Aku ingin melindungi diriku sendiri dari kekecewaan, tekanan, atau luka emosional. Aku menghela napas ketika menuliskannya. Masih mencari tau mengapa ini menjadi bagian dari diriku. Aku ahli dalam mengingatkan orang lain, "kenapa sih, lu sering ngerendahin diri sendiri?". Tapi menjadi buruk ketika mengingatkan kepada diri sendiri.
Solusi yang bisa kudapat hingga saat ini adalah terus menulis, dengan menulis dan kemudian aku membacanya kembali. Entah ribuan hari, ratusan minggu, atau puluhan tahun, ketika kembali membaca tulisanku, aku berharap ini akan selalu menjadi pengingat, bukan hanya untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri.
13 notes
·
View notes
Text
Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak terhambat, sehingga tinggi badannya tidak mencapai standar yang sesuai dengan usia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi ketika seorang anak mengalami kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Stunting sering kali diukur dengan perbandingan tinggi badan terhadap umur, dan anak yang stunting biasanya memiliki tinggi badan di bawah minus dua deviasi standar dari median tinggi badan anak sehat.
Penyebab Stunting
1. Kekurangan Gizi: Pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi berkontribusi signifikan terhadap stunting.
2. Penyakit Infeksi: Infeksi mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan energi tubuh.
3. Lingkungan: Kondisi sanitasi yang buruk, air bersih yang tidak tersedia, dan lingkungan sosial yang tidak mendukung juga memainkan peran penting.
Dampak Stunting bagi Kesehatan
1. Pertumbuhan Fisik yang Terhambat. Anak yang mengalami stunting akan memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan teman sebayanya.
2. Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain.
3. Anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan di masa dewasa, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Ini terkait dengan pola makan yang buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Upaya Pencegahan Stunting
1. Pemerintah dan lembaga terkait harus memastikan ketersediaan makanan bergizi dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.
2. Program-program kesehatan yang mendukung ibu hamil dan anak, termasuk pemeriksaan kehamilan yang teratur dan penyuluhan tentang perawatan bayi, sangat penting.
3. Meningkatkan fasilitas sanitasi dan akses terhadap air bersih dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk kondisi stunting.
4. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang dampak buruk stunting serta cara mencegahnya melalui program penyuluhan yang efektif.
9 notes
·
View notes
Text
Dampak Sosial Mesin Judi Tembak Ikan: Ancaman Bagi Masyarakat dan Anak-anak di Pontianak
KABARDAERAH.OR.ID, PONTIANAK KALBAR || Meningkatnya keberadaan mesin judi tembak ikan di Kota Pontianak menjadi sorotan serius karena dampak sosial yang ditimbulkannya. Selain merugikan secara finansial, mesin-mesin ini dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan mental dan perkembangan sosial anak-anak serta masyarakat sekitar. Bapak Sani, seorang warga yang tinggal di dekat lokasi mesin tembak…
#Kalbar#anak-anak#Dampak Sosial#Judi#keresahan masyarakat#kesehatan mental#masyarakat#mesin judi tembak ikan#mesin tembak ikan#perjudian#perkembangan sosial#Pontianak
0 notes
Text
Hal-hal yang Tidak Boleh Diceritakan ke Orang Lain
Menjaga privasi dan batasan dalam berbagi informasi pribadi adalah penting untuk menjaga hubungan yang sehat dan kesejahteraan pribadi. Beberapa hal yang sebaiknya tidak diceritakan kepada orang lain:
1. Informasi Pribadi dan Sensitif
Data Keuangan: Detail keuangan pribadi seperti saldo rekening, hutang, atau investasi.
Data Identitas: Nomor identitas pribadi seperti nomor KTP, paspor, atau nomor jaminan sosial.
Kata Sandi dan Informasi Login: Jangan pernah berbagi kata sandi atau detail login akun Anda.
2. Masalah Keluarga
Masalah Internal: Konflik keluarga, masalah pernikahan, atau masalah pribadi anggota keluarga lainnya.
Kesehatan Keluarga: Kondisi medis atau masalah kesehatan anggota keluarga yang belum tentu mereka ingin diketahui oleh orang lain.
3. Rahasia Teman atau Kolega
Kepercayaan Pribadi: Informasi yang dibagikan teman atau kolega dengan kepercayaan bahwa itu akan tetap rahasia.
Masalah Pribadi: Detail tentang kehidupan pribadi atau masalah yang teman atau kolega Anda tidak ingin dibagikan kepada orang lain.
4. Detail Medis dan Kesehatan
Kondisi Medis: Masalah kesehatan pribadi yang mungkin terlalu sensitif untuk dibagikan.
Riwayat Kesehatan: Informasi tentang kondisi medis masa lalu atau perawatan yang diterima.
5. Masalah Hubungan
Detail Intim: Informasi tentang kehidupan seksual atau masalah intim dengan pasangan.
Konflik Hubungan: Detail konflik atau masalah dalam hubungan yang sebaiknya diselesaikan secara pribadi.
6. Opini dan Pemikiran Negatif
Gosip: Mengkritik atau berbicara buruk tentang orang lain di belakang mereka.
Pandangan Pribadi yang Sensitif: Pendapat tentang topik kontroversial yang dapat menimbulkan ketegangan atau konflik.
7. Informasi Pekerjaan yang Rahasia
Proyek atau Rencana Perusahaan: Detail tentang proyek, rencana bisnis, atau strategi yang bersifat rahasia.
Gaji dan Kondisi Kerja: Informasi tentang gaji atau kondisi kerja yang bersifat pribadi dan tidak untuk dibagikan.
8. Peristiwa Traumatis atau Pengalaman Negatif
Pengalaman Traumatis: Detail tentang pengalaman traumatis yang mungkin terlalu menyakitkan untuk dibagikan secara luas.
Kegagalan atau Kesalahan Pribadi: Detail tentang kegagalan atau kesalahan yang mungkin terlalu pribadi untuk dibagikan.
9. Rencana Masa Depan yang Belum Pasti
Rencana Karier: Rencana karier atau perubahan besar yang belum pasti.
Rencana Pribadi: Keputusan atau rencana pribadi yang belum final dan tidak ingin dibagikan sebelum waktunya.
Menjaga privasi informasi ini adalah cara untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Sebelum berbagi informasi, pertimbangkan dampak potensial dan apakah informasi tersebut benar-benar perlu diketahui oleh orang lain.
10 notes
·
View notes
Text
Iri tanpa Lupa Diri
Memang manusiawi bila terkadang (atau sering?) kita merasa iri. Mungkin orang lain lebih sukses, bahagia, dan punya hidup sempurna. Bagaimana mengelola emosi semacam ini?
Zaman ini memang penuh dengan 'pupuk' yang membuat rasa iri tumbuh subur. Media sosial menunjukkan semua sisi terbaik orang-orang di sekitar kita. Wajah cantik, baju dan sepatu bermerek, liburan impian, pasangan ideal, dsb dsb dsb. Semuanya bertebaran dan menghantui kita pagi-siang-malam. Sulit bagi kita untuk menutup mata dari semua konten itu.
Kesuksesan dan kebahagiaan hidup orang lain sering membuat kita merasa kecil. Merasa ingin juga memiliki semua itu. Saya kira keinginan itu tidak salah. Tentu semua orang punya harapan untuk sesuatu yang lebih baik.
Sayangnya, seringkali kita melampiaskan perasaan itu secara negatif. Ada orang yang iri kemudian memanifestasikan lewat kebencian. Orang tidak salah apa-apa, digosipkan yang tidak benar. Orang tidak melakukan apa-apa, dijutekin tanpa alasan jelas. Rasa iri memang kerap mengubah perilaku. Kadang kita juga suudzon menganggap orang itu hanya bisa sukses karena KKN, lewat jalur belakang, menyuap, atau dugaan-dugaan buruk lain. Lepas dari bagaimana cara mereka mencapai suatu hal, fenomenanya sebenarnya sama: ingin sesuatu yang tidak terjadi dalam hidup kita.
Hal ini kemudian menggerogoti diri sendiri. Mungkin dalam bentuk memaksakan diri membeli barang yang sebetulnya di luar budget. Menggunakan uang secara berlebihan untuk liburan padahal ada kebutuhan lain yang diabaikan. Meminta uang pada orang tua atau sahabat lalu 'lupa' mengembalikan. Bentuk iri yang seperti ini tentu sangat merugikan. Sudah buruk emosinya, lebih buruk lagi dampak jangka panjangnya.
Setiap kali merasa iri, saya mencoba tak lupa diri. Mengawali refleksi dengan bertanya pada diri. Mengapa kamu ingin seperti itu? Bisakah kamu mencapai hal itu? Jika hal itu positif dan bisa dicapai, go for it! Contoh, teman mendapatkan beasiswa studi lanjut di luar negeri. Berarti kita perlu banyak belajar dan mencari tips-tips menulis motivation letter. Sedangkan untuk hal negatif atau di luar jangkauan, berarti tidak perlu dituruti. Contoh, saudara rajin flexing benda-benda branded dengan harga selangit. Buat apa diikuti? Toh banyak benda tidak bermerek yang fungsinya sama.
Dengan mengkategorikan rasa iri ke dalam kutub positif dan negatif, kita menciptakan filter yang aplikatif untuk berbagai terpaan konten di media sosial. Mana yang perlu dan tidak perlu untuk di-iri-kan. Apakah filter ini membuat proses pencernaan rasa iri menjadi lebih mudah? Tentu tidak langsung. Emosi kita jelas masih meronta-ronta minta didengarkan. Bedanya, kali ini kita bisa berteriak balik, "Kalau mau begitu ya usaha lah! Jangan sirik doang!" Setelah itu kita baru bisa memikirkan langkah-langkah riil untuk mencapai apa yang tadinya kita iri-kan :)
Yah, begitulah sehari-hari isi otak dan percakapan saya dengan diri sendiri. Terkadang iri, tapi segera saya atasi sebelum menggerogoti. Yuk sama-sama berjuang memproses emosi ini tanpa lupa diri.
9 notes
·
View notes
Text
aku rasa, tabunya pembahasan seks pada perempuan itu dampak dari asumsi kalau perempuan nggak bisa menikmati seks.
jaman sekolah, kalau ada anak cewek yang nyambung diajakin ngobrol soal selangkangan, pasti dia akan jadi korban slut-shaming. entah langsung atau nggak langsung. seolah kalau kita paham bagaimana cara organ intim kita sendiri bekerja artinya kita sudah pernah bersenggama seenggaknya bersama tiga laki-laki. menurutku, itu sebuah stereotip amburadul yang harusnya dibuang di tempat sampah.
aku pernah diajak bicara soal aborsi, jaman SMA dulu, sama seorang anak laki-laki. aku jawab pengetahuan yang aku baca di internet dan pengalamanku ikut PMR. kalian tahu gimana reaksi dia mendengar jawaban-jawabanku?
"kamu pasti udah nggak perawan, ya?"
bayangkan betapa nggak nyambungnya kalimat itu setelah aku baru saja menjelaskan gerakan pro-choice di amerika sana. aku cuma bisa menanggapi sambil bengong sebelum memutuskan buat menggebuk bagian belakang kepalanya lalu pergi. malas berdiskusi lagi.
aku bukannya marah karena dia mengira aku udah nggak perawan. persetan sama isi celanaku, nggak peduli mereka bepikir apa soal yang ada di sana. yang aku nggak menyangka adalah, betapa dia dengan mudahnya berasumsi kalau aku harus sudah mengalami sendiri supaya mengerti. dan aku selamanya nggak akan lupa sama reaksi meledek dia ketika menuduh aku nggak perawan itu. kalau nggak ingat ibuku bisa nangis kalau aku dikeluarkan, aku yakin dia sudah aku ludahi.
kemudian, aku menyadari kalau nggak hanya aku saja yang mengalami ini. aku mungkin masih bisa bersikap wajar karena aku tahu penilaianku sendiri atas tubuhku, di mana saat itu aku sudah punya cukup pemahaman tentang konstruksi sosial akan tubuh perempuan dan aku memilih nggak menyepakatinya. tapi, aku nggak yakin teman-teman perempuanku bisa memiliki pemahaman yang sama soal diri mereka sendiri.
tiap kali perempuan bicara terbuka soal tubuh ataupun hasrat seksual mereka, mereka akan selalu dapat reaksi-reaksi template. ungkapan-ungkapan yang maknanya merendahkan, kata-kata yang meledek mereka, dan lain-lain yang mungkin nggak pernah laki-laki dapatkan untuk seumur hidupnya. dan yang paling brengsek adalah, sebagian dari kita masih mewajarkan itu semua. seolah ruang seksualitas hanya boleh dimasuki oleh laki-laki dan kita cuma salah satu objek di dalamnya.
seksualitas seringkali cuma dipandang dari sudut pandang laki-laki. kimmel (2005) bilang kalau, pembagian peran seksual tersebut merupakan bentuk kontruksi sosial akan seksualitas itu sendiri. jadi, ketika kita bicara soal seksualitas, yang dibahas bukan lagi soal naluri atau hasrat, melainkan juga ada campur tangan proses sosial, yang kemudian disepakati oleh masyarakat secara kolektif.
marching (2011) mengungkapkan kritiknya terhadap kesucian perempuan di mana perempuan dituntut ideal dengan mempertahankan kesuciannya dan tidak menunjukkan hasrat seksualnya. hal inilah yang lantas menyudutkan tubuh perempuan, merepresi ekspresi perempuan soal seksualitas, dan pada akhirnya membuat kita perempuan nggak punya keberanian untuk menyuarakannya.
aku tadinya mau menjelaskan pengaruh ibuisme orde baru sama ini semua tapi aku nggak mau tulisan ini malah berubah jadi analisis akademis. jadi, biar kita diskusi santai aja sambil minum teh, dengan membicarakan ketidakadilan masyarakat dalam memandang tubuh perempuan, bahkan pasca rezim berganti.
pemahaman konyol soal perempuan harus memendam hasrat seksual mereka ini mengular ke banyak sekali aspek yang pada akhirnya merugikan perempuan sendiri. penilaian baik atau tidaknya perempuan yang hanya dilihat dari presensi keutuhan selaput dara, membuat perempuan turut serta memandang rendah tubuhnya. belum lagi laki-laki yang ikutan punya pendapat kalau perempuan yang sudah berhubungan seks pra-perkawinan adalah perempuan murahan atau bekas pakai. hal ini menjadi pengetahuan kolektif yang seolah kita setujui begitu saja—yang mana ini nggak adil.
salah satu efek yang menurutku menyakitkan adalah ketika perempuan korban kekerasan seksual tetap takut menghadapi penilaian masyarakat. dalam pengalamanku sebagai pendamping, aku pernah menemani korban kekerasan seksual di mana awalnya dia memberikan consent. tapi kemudian selanjutnya korban mengalami ancaman, tekanan, dan paksaan untuk melakukan hal-hal yang tidak dia setujui. korban takut mengaku kepada orang tuanya karena dia takut disalahkan. ketika dalam pandangan idealku, rasa takut untuk mengaku kalau kamu adalah korban semestinya sejak awal nggak pernah ada.
aku akan mengatakan kalimat yang mungkin kontroversial bagi sebagian orang: perempuan tetap bisa menikmati seks dan menjadi korban kekerasan seksual.
kemarin, waktu mendapat pertanyaan di cc yang menanyakan pendapatku tentang seks bebas, aku beberapa kali merenungi jawabanku sendiri. di platform aku menulis bebas seperti sekarang, aku sering kali menulis cerita yang menggali seksualitas, kehamilan di luar perkawinan, dan topik-topik yang mungkin enggan kamu bicarakan di dunia nyata. sekalipun aku bisa berdalih kalau apa yang aku tulis ini hanya fiksi dan pembacaku harus punya batasan mereka sendiri, aku tetap nggak bisa melepaskan beban moralku atas itu. terlebih ketika aku sangat paham kalau banyak dari pembacaku adalah perempuan.
dalam jawaban itu, sedikit banyak aku menyinggung soal konsekuensi. yang lupa aku pertegas adalah, konsekuensi itu juga menyangkut penilaian kita, perempuan, atas perubahan pada tubuh kita sendiri. sylvia plath pernah menuliskan dalam jurnalnya,
"just because you're never worried about having babies!"
aku mengatakan ini karena aku yakin, cuma perempuan yang bisa memahaminya. perubahan signifikan tubuh setelah berhubungan seks, presepsi kita terhadap tubuh kita sendiri, dan sebagainya. belum lagi risiko kehamilan. aku mengerti kenapa kita takut membicarakannya bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun.
sebab entah dari mana mulanya, tubuh perempuan seolah bukan milik diri mereka sendiri.
sekali lagi, tulisan ini bukan artikel akademis. sekalipun aku mengutip beberapa pendapat, tujuan diciptakannya tulisan ini bukan untuk itu. aku hanya berharap, tulisan ini bisa sampai kepada pembacaku, bagi mereka yang sering membaca tulisan-tulisanku yang mungkin berbau seks. aku ingin aku tidak sekadar memberikan esensi hiburan saja, tapi juga memberikan sedikit soal pemikiranku, tentang bagaimana aku memandang tubuhku sebagai perempuan dan caraku melihat seksualitas.
ini bukan propaganda untuk melakukan seks di luar perkawinan. tentu saja nggak. aku ingin lewat tulisan ini, kamu tahu kalau tubuhmu adalah milikmu. sekalipun kamu takut membicarakannya, sekalipun kamu cuma bersembunyi di balik fanfic-fanfic saru ketika mengeksplornya, tubuhmu adalah milikmu. dia satu-satunya yang kamu miliki, oleh karena itu kamu harus mencintainya. bagaimanapun masyarakat memandangnya.
karena tubuhmu adalah milikmu, pula, kamu harus menjaganya dan memastikannya selalu aman, apapun keputusanmu. dengan atau tanpa selaput dara.
dan seks juga, semestinya memang bebas. kamu tidak boleh melakukannya dalam paksaan untuk situasi apapun. bagi kamu yang mengalami masalah kekerasan seksual, tolong segera cari pertolongan. kamu berharga. kamu dan tubuhmu berharga.
karena kamu adalah perempuan.
daftar pustaka:
irawati, diah. (2016). politik seksualitas dan pengabaian negara terhadap kekerasan seksual di indonesia. jurnal perempuan, vol. 21, no. 2: 70-84.
kimmel, m, s. (2005). gender of desire: essays on male sexuality. SUNY press.
marching, soe tjen. (2011). perkosaan dan harga "kesucian" perempuan. jurnal perempuan. ed. 71: 69-80.
98 notes
·
View notes
Text
Aspek Psikologis Pemain Geometry Dash
Geometry Dash adalah permainan platformer yang telah menarik perhatian banyak pemain di seluruh dunia. Dengan desain grafis yang cerah, gameplay yang cepat, dan musik yang energik, game ini tidak hanya menawarkan tantangan fisik, tetapi juga aspek psikologis yang menarik. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek psikologis yang memengaruhi pengalaman bermain Geometry Dash, termasuk motivasi, emosi, stres, dan dampak sosial.
1. Motivasi dan Tujuan
Salah satu aspek psikologis utama dalam bermain Geometry Dash adalah motivasi. Pemain sering kali merasa terdorong untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menyelesaikan level atau mendapatkan skor tinggi. Motivasi ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk keinginan untuk menyelesaikan tantangan, menikmati proses belajar, atau bersaing dengan teman.
Pemain yang berfokus pada pencapaian dapat mengalami perasaan kepuasan dan kebanggaan saat berhasil menyelesaikan level yang sulit. Ini menciptakan dorongan untuk terus bermain, karena setiap pencapaian memberikan umpan balik positif dan meningkatkan rasa percaya diri. Di sisi lain, kegagalan dapat memicu rasa frustrasi, tetapi bagi banyak pemain, kegagalan ini sering kali dianggap sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
2. Emosi dan Pengalaman Bermain
Bermain Geometry Dash melibatkan berbagai emosi. Ketika pemain menjalani level, mereka dapat merasakan kegembiraan saat berhasil melewati rintangan, tetapi juga mengalami ketegangan dan kecemasan ketika menghadapi bagian yang sulit. Perasaan ini sering kali sangat intens, terutama saat permainan melibatkan kecepatan tinggi dan reaksi cepat.
Musik yang dinamis dan visual yang cerah juga berkontribusi terhadap pengalaman emosional ini. Banyak pemain merasa terlibat secara emosional dengan musik, yang dapat meningkatkan motivasi dan memperdalam pengalaman bermain. Selain itu, pengalaman positif seperti mendapatkan skor tinggi atau menyelesaikan level yang sulit dapat memicu pelepasan dopamin, yang berkontribusi pada rasa bahagia dan kepuasan.
3. Stres dan Kesehatan Mental
Di sisi lain, aspek stres juga tidak dapat diabaikan dalam pengalaman bermain Geometry Dash. Ketika pemain menghadapi level yang sangat menantang, mereka dapat merasakan tekanan untuk tampil baik. Jika tekanan ini berlanjut, dapat menyebabkan stres berlebihan dan bahkan dapat mengganggu kesehatan mental. Frustrasi dari kegagalan berulang kali dapat menjadi faktor yang membuat pemain merasa tertekan.
Namun, banyak pemain yang menemukan cara untuk mengelola stres ini dengan mengadopsi pendekatan yang lebih santai. Mereka mungkin mengambil jeda antara level atau mengalihkan perhatian mereka dengan memainkan level yang lebih mudah. Menggunakan strategi ini dapat membantu menjaga kesehatan mental dan membuat pengalaman bermain lebih menyenangkan.
4. Pembelajaran dan Pengembangan Keterampilan
Geometry Dash juga berfungsi sebagai alat pembelajaran bagi banyak pemain. Permainan ini menuntut keterampilan koordinasi tangan-mata, ketepatan waktu, dan kemampuan untuk merencanakan gerakan. Ketika pemain berlatih dan mengasah keterampilan ini, mereka tidak hanya meningkatkan kemampuan bermain game, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Proses belajar ini dapat menjadi sumber kebanggaan dan motivasi. Setiap kemajuan yang dicapai—entah itu menguasai level baru atau meningkatkan skor—memberikan rasa pencapaian yang dapat meningkatkan kepercayaan diri. Pembelajaran yang berhasil di dalam permainan dapat meningkatkan rasa efektifitas, yang pada gilirannya dapat berdampak positif pada kehidupan pemain di luar permainan.
5. Interaksi Sosial dan Komunitas
Aspek sosial dari Geometry Dash juga berperan dalam pengalaman psikologis pemain. Banyak pemain berbagi pengalaman mereka, strategi, dan pencapaian melalui media sosial, forum, dan platform streaming. Interaksi ini menciptakan rasa komunitas yang kuat, di mana pemain merasa terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.
Komunitas ini tidak hanya menyediakan dukungan dan motivasi, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana pemain dapat saling belajar dan berkembang. Melihat orang lain berhasil menyelesaikan level yang sulit atau mencapai skor tinggi dapat menjadi pendorong yang kuat bagi pemain lain untuk terus berusaha.
6. Identitas dan Pengalaman Pribadi
Bermain Geometry Dash sering kali menjadi bagian dari identitas pemain. Bagi sebagian orang, pencapaian dalam game ini menjadi cara untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan keterampilan mereka. Setiap level yang diselesaikan dapat menjadi representasi dari ketekunan dan dedikasi mereka. Ini dapat memperkuat rasa identitas pemain dalam komunitas game.
Pengalaman pribadi, seperti saat-saat frustrasi atau kegembiraan saat mencapai prestasi, juga membentuk hubungan pemain dengan permainan. Kenangan ini menjadi bagian dari perjalanan mereka, menciptakan ikatan emosional yang lebih dalam dengan game.
Aspek psikologis pemain Geometry Dash adalah bagian integral dari pengalaman bermain. Dari motivasi dan emosi hingga stres dan pembelajaran, setiap elemen ini berkontribusi pada cara pemain berinteraksi dengan game. Selain itu, interaksi sosial dalam komunitas memperkaya pengalaman dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan.
Dengan demikian, Geometry Dash bukan hanya sekadar permainan platformer; ia juga menciptakan pengalaman psikologis yang mendalam dan beragam bagi pemainnya. Setiap level yang dihadapi tidak hanya merupakan tantangan fisik, tetapi juga perjalanan psikologis yang dapat meningkatkan keterampilan, membangun kepercayaan diri, dan mempererat hubungan sosial.
4 notes
·
View notes
Text
Catatan Kemenangan : Overthinking Hari Buku
Saya sepakat, menara gading intelektual itu nyata. Pengalaman pribadi, dengan membaca buku genre sosial akan memberikan pemahaman yang konstruktif atas fenomena sosial, sampai akhirnya kita mencapai kedewasaan intelektual dan memantapkan diri untuk bergerak menyongsong perubahan.
Menyambut hari buku sedunia, aku rekomendasikan 2 buku yang cukup mencengangkan. Setidaknya bagi saya yang naif ini.
1. Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur - Muhiddin M. Dahlan
Dulu membaca judulnya saja sangat anti. Pasti isinya agak tabu, pikirku sebagai seorang ADK anyaran. Ternyata isinya sangat menampar.
Berkisah tentang seorang muslimah hijrah yang memiliki pergulatan pemikiran. Bersentuhan dengan kelompok sufi, Tarbiyah, hingga Negara Islam Indoneisa, membuat tokoh utama memiliki kekecewaan berat dengan jamaah hingga akhirnya masuk dalam kubangan maksiat.
Ketika perasaan itu memuncak, tidak banyak orang hadir untuk sekadar menjadi teman bicara, akhirnya orang-orang yang 'tidak bertanggungjawab itu' hadir silih berganti, memberikan kenyamanan semu, lalu pergi meninggalkan luka begitu mendalam
Cerita di dalamnya sangat relate sekali, terkhusus bagi kita yang aktif dalam jamaah dakwah. Ketika ghiroh mengalahkan amaliyah, ketika pertanyaan tidak terjawab dengan rasional, ketika kekecewaan tidak terkelola dengan baik, ketika ukhuwah sebatas lip service, dan judgment kekhilafan tanpa tabayyun.
Bagian yang sangat mengiris hati adalah ketika tokoh utama di cap pengkhianat dakwah hanya gara-gara mempertanyakan anomali dalam aktivitas dakwah.
Bukan hendak mengeneralisir tapi fenomena-fenomena itu memang banyak saya temui. Buku ini memang cerita satu arah, emosional, belum tentu kebenaranya, hanya dilakukan oknum dalam jamaah, tapi cukup memberi refleksi yang mendalam bagaimana sebuah jamaah dakwah Islam mengelola organisasinya.
Buku ini baru saja saya baca tapi cukup memvalidasi tulisan sebelumnya. Bahwa dalam dakwah bukan berarti otomatis menjadi orang baik tapi Allah menjaga dari hal-hal yang merugikan, dan menegaskan bahwa kita hanya sekumpulan manusia yang tak luput dari dosa.
Semua itu kembali lagi ke kita dalam menyikapi segala dinamika dan jamaah dakwah hanyalah wasilah. Ini penting saya utarakan.
2. Gerakan Dakwah Islam dan Kelas Menengah Muslim - Eko Novianto
Bagi kita yang aktif di tarbiyah, buku ini menyadarkan betapa pentingnya kita menganalisis mad'u dan juga kita sendiri sebagai seorang aktivis dakwah. Bagaimana melihat karateristiknya dan akhirnya memberika n pendekatan yang sesuai bagi 2 sisi.
Buku ini mengupas perihal pengalaman penulis dalam melihat gerakan tarbiyah, dampak dari dakwahnya, dan fenomena sosial yang hadir setelahnya. Tak bisa dipungkiri gerakan tarbiyah cukup dominan di era pertengahan orde baru hingga saat ini dan menjadi role model kelas muslim menengah.
Tapi muncul dari kelas menengah muslim yang memiliki ghiroh tinggi, ternyata tak cukup memberikan dampak yang signifikan, terkhusus dampak elektoral. Tak bisa dipungkiri tarbiyah-PKS adalah sebuah komunitas epistemik yang memiliki ikatan kuat dalam sejarah.
Dengan gerakan yang semakin membesar akan memunculkan karateristik kader yang beragam, kebutuhan yang semakin luas, dan juga tantangan pembaharuan yang perlu disikapi dengan cepat.
Buku ini menjelaskan 2 fenomena :
a. Kelas Menengah Muslim Yang Konsumtif.
Media Sosial menjadi aktor utama pembentuk kultur masyarakat ini. Di sisi lain masyarakat sudah aware akan kajian keislaman, prinsip-prinsip Islam dalam muamalah (Bank Syariah, Kosmetik Halal) tapi itu tidak berbanding lurus dengan penerapan Islam dalam ruang yang lebih luas dalam seperti kebijakan publik dan pendidikan reguler.
Akhirnya umat hanya dijadikan komoditas bisnis dan politik, tidak memiliki bargaining position yang kuat dan mudah di pecah belah oleh oligarki dan kaum nasionalis.
b. Sindrom Eksklusifitas Gerakan
Melihat poin sebelumnya, akhirnya jamaah terkesan ekslusif, jumud, curiga satu sama lain akhirnya tidak fokus dalam penyelesaian masalah umat.
Padahal kelas menengah ini harapanya dapat menjadi jembatan untuk mengurangi disparitas antar kelas borjuis dan proletar. Apalagi mereka yang tergolong kaum terdidik dan tershibgah dengan nilai-nilai Islam tentu menjadi peluang besar untuk membumikan nilai-nilai Islam.
Tapi realitanya tidak begitu. Curiga satu sama lain bukan hanya antar gerakan, mungkin juga orang yang ada di dalamnya. Mungkin hal ini yang mengakibatkan peristiwa di buku pertama terjadi. Mungkin saja.
Sekali lagi, kejayaan Islam hanya akan tercapai ketika antar gerakan Islam saling bekerja sama satu sama lain, menghilangkan sekat-sekat perbedaan, dan fokus kepada pemberdayaan umat. Sederhana tapi sulit, namun bukan berarti tak bisa.
***
Setidaknya 2 buku ini cukup membuat overthinking. Ternyata realitas tak bisa dipandang teori saja, bukan hitam putih.
PR kita masih banyak. Untuk memperbaiki diri, menjaga komunikasi antar sesama, memberbaiki sistem gerakan, hingga akhirnya Islam berjaya kembali, menjadi soko guru perdaban, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Selamat Hari Buku. Jangan Lupa Baca Buku.
Arroyan, 16 Syawal 1445 H.
15 notes
·
View notes