#Air mata surga
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sebuah Tulisan Penguat Hati
“Allah tahu kapan waktu terbaiknya. Allah lebih tau.”
Jadi inget salah satu kutipan nasihat dari Ustadz Nuzul Dzkiri bahwa skill yang perlu dimiliki oleh seorang hamba adalah menunggu pertolongan Allah.
Ya, kadang kita tuh ga sabaran. Kita pengen cepetan padahal Allah lebih tau waktu yang tepat. Maka menunggu pertolongan Allah itu adalah hal yang perlu kita latih sebagai seorang hamba yang tak berdaya. Menunggu yang bukan sekadar berdiam diri. Tapi menunggu dengan ikhtiar yang sabar. Ikhtiar yang ikhlas semata-mata karena Allah.
Ceritanya aku haid lagi pagi ini. Tepat ketika hendak sholat tahajjud. Air mataku sudah siap tumpah saat itu. Tapi suami menyambut dengan senyuman terbaiknya seraya berkata dengan lembut,”Ingat ay, jangan sedih. Kan ini semua dari Allah.”
Aku tersenyum. Mencoba menutupi kesedihan karena harusnya aku bersyukur memiliki sosok yang mendukungku dalam setiap keadaan. Tapi tetap saja ada air mata yang lolos untuk jatuh. Buru-buru aku menyelimuti diri dengan selimut agar tangisan itu tak nampak olehnya.
Ya Rabbbi, kami berprasangka baik bahwa Engkau sedang persiapkan hadiah terbaik untuk kami. Mungkin Allah sedang menata kondisi kami agar siap menjadi orangtua terbaik. Dan kami yakin, ini adalah jalan takdir terbaik dari Allah.
Bisa jadi belum sekarang karena Allah ingin kami beramal pada ladang pahala yang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi Allah tahu semuanya.
“Nak, Umma dan Abuyya sudah ingin bertemu. Tapi Allah minta kami menunggu. Husnudzonnya Allah sedang siapkan kondisi terbaik kami sebelum bertemu denganmu, nak. Semoga di saat waktunya tiba kita bertemu dalam sebaik-baik keadaan dan juga iman. Agar kami bisa menjadi ladang pahala untukmu dan kamu menjadi ladang pahala juga untuk kami. Semoga kami menjadi hamba Allah yang sabar menunggu pertolongan Allah ya, nak. Semoga bisa berkumpul di dunia sebelum kembali bersama di surga Allah.”
Sambil menahan nyeri Haid || Sabtu, 29 Juli 2024 || Semangat wahai diri~
204 notes
·
View notes
Text
Akan ada hari di mana solat kita hanya berisi dengan air mata dan permintaan maaf. Tak lagi dipenuhi berbagai macam keinginan duniawi. Karena satu-satunya pinta kita kini ialah, bagaimana agar Allah mau memaafkan kita, dan ridho atas diri kita.
Akan ada hari di mana kita berandai agar diciptakan dalam rupa yang bukan manusia saja. Kita teringin menjadi berbagai bentuk lain. Apa saja. Sebuah tumbuhan, semut yang berjalan. Ataupun batu yang cuman diam. Asal bukan manusia. Karena menjadi manusia memang semelelahkan itu. Beban pertanggungjawaban yang menanti kita kelak di akhirat selalu membuat kita was-was, apakah kita bisa selamat darinya?
Akan ada hari di mana, mata kita kini tak lagi mengeluarkan air mata. Bukan karena kita tak lagi merasa sedih, ataupun terluka. Kita hanya telah merasa bahwa kepada tangis pun, hati kita tak lagi terasa lega. Hati kita menjadi mati rasa, karena dengan begitu, semua hal terasa menjadi lebih mudah & biasa-biasa saja untuk kita.
Akan ada hari di mana, kita tidak lagi berselera melakukan apa-apa. Hidup kita memang masih berjalan seperti biasa. Namun tanpa gairah di dalamnya. Kita hanya melakukan semuanya semampu dan sebisa kita. Mencoba untuk tetap waras, sembari menunggu waktu jadwal kepulangan.
Akan ada hari di mana, kita akhirnya mengerti, mengapa Allah menciptakan dunia semelelahkan ini. Karena Allah tidak mau kita ingin hidup lama di dalamnya. Karena Allah tak ingin kita menjadikan dunia sebagai tujuan segalanya. Karena Allah tak ingin membuat kita lupa bahwa kita tak selamanya. Karena Allah tak ingin kita terlena dan terlarut dengan apa yang ada di dalamnya. Karena Allah tak ingin kita melupakan tempat kita kembali.
Dan karena Allah menginginkan kita selalu mengingat bahwa hanya kepada-Nya lah ketenangan itu didapatkan, bahwa hanya kepada surga-Nya lah tempat segala kenikmatan.
@milaalkhansah
202 notes
·
View notes
Text
Paham Agama
Having parents who understand Islam is truly a blessing.
Mulai dari pola didik sampai cara pandang terhadap dunia, umi abi gue cukup ketat sama anak-anak nya. Tapi tulisan ini bukan tentang gimana umi abi ngedidik kami putri-putri nya. Ini tentang terima kasih dan rasa syukur.
Sejak kecil, gue selalu diajarin bahwa tujuan besar setiap manusia adalah masuk surga. Entah jalan maju mundur atau kanan kiri pertimbangan nya selalu "bisa membawa ke surga nggak?". Gue terbiasa untuk berpikir panjang dan diskusi sama orang tua setiap dihadapkan dengan persimpangan. Mana yang lebih sedikit mudhorot nya dan mana yang lebih Allah ridhoi.
Di umur segini, gue masih rely on orang tua. Termasuk di saat-saat gue kecewa sama dunia. Dalam kondisi biasa, nasehat abi lebih tegas dan menjurus, umi bagian nego dan diskusi. Tapi di kondisi gue lagi futur, umi bakal jadi yang tegas dan abi yang puk puk.
Minggu kemarin gue capek banget, iya capek sama dunia. Umi chat panjang, sebenernya gue udah diajarin berulang-ulang konsep nya, tapi tetep aja waktu jatuh susah banget praktek nya. Umi bilang, "Dunia sdh ditetapkan Allah, gak akan tertukar. Mau dikejar kek apa juga, kesannya sudah sangat deket banget dan hampir gak ada kemungkinan gagal, tapi kalau Allah belum menghendaki, gak akan terjadi itu". Gue bukan saingan nya siapa-siapa, kalau emang Allah menghendaki ya kun fayakun, terjadilah, maka terjadilah. Bisa jadi memang usaha gue kurang, bisa jadi juga memang belum waktu nya. Allahua'lam. Rencana Allah selalu yang terbaik.
While gue nangis liat chat panjang umi, dan tentu saja blm bisa bales. Ga lama setelah nata hati dan air mata dulu wkwk, abi nelpon. Abi bukan tipe yang mudah ekspresiin perasaan, jadi abi nelpon adalah sesuatu buat gue. "Udah gausah nangis, emang orang banyak macem nya. Selalu ada jalan kok. Kita liat nanti aja, tapi kamu harus paham konsekuensi nya". Alhamdulillah nya stock air mata udah abis tu berapa ronde sebelum ditelpon, jadi nggak banjir, ya mbrambang dikit aja wkwk.
Gue tau ngga semua orang punya orang tua yang bisa dijadikan figur. Umi abi gue juga bukan orang tua yang nggak pernah salah atau flawless. Tapi gue paham, jadi orang tua nggak pernah mudah. Moreover, jadi orang tua yang paham agama dan mampu menghidupkan Islam dari rumah, untuk kemudian dibawa anak-anak nya melanglang buana itu jelas jauh lebih susah.
Inilah kenapa alasan terbesar memilih jodoh paling utama karena agama nya. Karena itu hal dasar yang akan menentukan surga neraka keluarga. Plus ujian hidup di rumah tangga "katanya" akan lebih mudah dijalani kalau proses di depan nya didasarkan dengan agama. Ya ini jadi motivasi gue juga biar berusaha jadi lebih baik terus, kan jodoh sekufu ya, kalo mau dapet yang baik ya sadar diri aja.
At the end, gue selalu bersyukur punya orang tua yang paham agama. Jadi kalau ditanya figur parenting gue siapa, gue selalu tau jawaban nya, umi abi. Bukan Nikita Willy atau Bu Irina. Walaupun tetep, selalu ada ruang untuk explore jadi lebih baik lagi hehe. Semangat orang tua dan calon orang tua, the future rests on our shoulders.
youtube
~Ini bagus lagu nya, soal nya kaya lagi di puk puk aja sih wkwk
42 notes
·
View notes
Text
130.
Bahagia itu adalah;
Ketika tanganmu masih mau memberi walau keadaanmu sedang sempit; ketika secarik senyum mampu kau tampilkan walau sesak di dada tidak tertahankan; ketika hatimu terasa hancur namun linangan air mata tak membuat langkahmu pantang menyerah; ketika kau tahu mana yang hitam dan mana yang putih namun kau tak mau menjadikannya abu-abu; ketika kau tahu jalannya sulit, namun kau memilih untuk tetap melaju, melesat berani; ketika kau tahu mungkin semua tidak akan sesuai rencana, namun kau memilih untuk bertahan apapun resikonya.
Bahagia itu adalah;
Ketika kau mampu menahan lisan agar tak menyakiti; ketika kau mampu menutup mata dari hal buruk yang ditampilkan dunia; ketika kau mampu menahan telinga untuk tidak membicarakan keburukan orang lain, tanpa mau mengukur cacat diri; ketika kau mampu meredam emosi, karenanya jangan marah maka bagimu surga.
Bahagia itu tidak selalu perihal materi dan kesuksesan tetapi ia selalu sejalan dengan rasa syukur. Maka bersyukurlah sebanyak-banyaknya dan jangan lupa bahagia karena bahagia kita yang ciptakan :)) Alhamdulillah.
Lapangan Hijau, 08.00 | 15 Februari 2023.
313 notes
·
View notes
Text
Ternyata jalan ke surga seberat ini ya..
Bila dulu, sahabat mulia Ammar bi Yasir harus menyaksikan kematian tragis kedua orang tuanya saat mempertahakan keimanan, kini.. Di zaman ini, di sebuah negeri, seorang wanita hamil di perkosa, di siksa bahkan di bunuh di depan suaminya.
Jalan ke surga memang tidak mudah. Banyak air mata dan kesabaran yang harus terus di kuatkan.
Ya Allah.. Di penghujung ramadhan ini, di hari-hari terakhir ramadhan ini, teguhkan keimanan kaum muslimin di seluruh dunia. Menangkanlah setiap kaum muslimin yang hatinya selalu tertaut pada-Mu. Menangkan kami ya Robb.. Menangkan kami atas musuh-musuh kami.
35 notes
·
View notes
Text
Pada Akhirnya
Pada akhirnya yang terpenting hanyalah apakah Allah mencintaimu. Sebab perasaan-perasaan yang lain tidaklah bermanfaat di akhirat.
Biar manusia tidak bergairah denganmu.
Biar manusia tidak menghargai keberadaanmu
Biar manusia tidak berterima kasih kepadamu.
Semoga Allah membuatmu ikhlas atas air mata yang berjatuhan sendirian tanpa kawan.
Semoga Allah menghadiahimu sabar atas gusar yang barangkali mulai serak parau.
Semoga Allah memberimu ridho yang digadang-gadang melibatkan pahala yang besar.
Semoga Allah mengganti seluruhnya dengan surga yang luas dan tidak berkesudahan.
©Fasih Radiana (@fasihrdn)
#tumblr quote#fasih radiana#quote#life quotes#quote sabar#ikhlas#ridho#surga#motivasi hidup#nasihat hijrah
14 notes
·
View notes
Text
Doa Anak Pengelana Matahari.
“Untuk teman-teman yang telah mempunyai Bunga Matahari di hidupnya, tetaplah tumbuh indah.”
Lewat dini hari Ketika kening bertemu bumi Ada yang merengek tak karuan Tersedu memeluk kerinduan
Cerita usang menghantam Wangi kamboja bersemayam Bunga Matahari yang lama pergi Ia minta memeluknya sekali lagi
Aroma tubuh hadir mengelilingi ruangan Suara lembut membelai kelelahan Lalu air mata tak mau dikelabui Tumpah biru memeluk diri
Senyum dibalut kain putih Mengingatkan sebuah pesan Cinta terus mengalir di arteri Mencium luka menjaga langkah
Ia berikan kabar; ada yang abadi Ribuan doa Bunga Matahari Tak lepas mengiringi hari Hingga tumbuh besar bestari
Ditiap tangannya menengadah Berharap pada penciptaNYA Memohon surga Meminta ampunan siksa
“Sebagai balas cinta yang belum sempat ia berikan saat di dunia.”
#curhat#puisi#kata#quotes#cinta#kumpulan puisi#luka#sajak#sastra#quote#kerinduan#sedih#puisi rindu#puisi cinta#prosa#tulisan#cerita#spotify#hujan#senja#puisi pendek#sajak patah#curahanhati#nasihat#kehidupan#renungan#perpisahan#motivasi hidup#kesedihan
11 notes
·
View notes
Text
36
Aku melihat cahaya dari kejauhan. Setelah kulihat lekat-lekat ternyata Ramadhan.
Kau adalah belasan rembulan yang kami tunggu, kehadiranmu sangat dinantikan, segala persiapan dilakukan, agar nanti saat bertemu, ada sebuah kesan, yang tak bisa dilupakan.
Ah, betapa tak sabarnya diri ini. Menunggu purnama yang dinanti. Kamulah yang membuat kami-kami terlahir seperti bayi. Bersih, tidak ada noda yang tersangkut dalam hati. Siapa lagi? Kalo bukan engkau: bulan penuh suci.
Kita akan segera bertemu. Dan untuk kali ini, aku janji, aku tidak akan membiarkanmu lagi. Tidak akan kulewatkan sedetik-pun melainkan bersamamu. Akan aku isi hari-hariku hanya bersamamu. Hanya. Bersamamu. Kuharap Allah memperkenankanku untuk berjumpa denganmu. Tiada keindahan yang terbaik melainkan di sepuluh malam terakhir bersamamu, menghabiskan malam hanya bersamamu. Menikmati sepertiga malam sambil di iringi lantunan ayat cinta yang membuat hati kami menjadi sendu.
Duhai Rabbi, pertemukanlah kami dengan malam istimewa, yang isinya lebih baik dari seribu bulan lamanya. Kami akan merayakannya dengan amalan yang tersusun rapihnya. Insya Allah, kami akan menggetarkan singgasana-Mu tersebab langitan doa-doa. Tidak hanya itu, akan kami buat basahnya hamparan sajadah tersebab tetesan air mata penyesalan nan dosa. Kami hanya berharap, butiran air mata yang terjatuh, yang turunnya satu per satu, mendekatkan langkah kami menuju surga. Aamiin. Semoga.
Wahai pemilik sembilan puluh sembilan nama. Pertemukanlah kami dengannya. Rancaekek.
123 notes
·
View notes
Text
"mudah-mudahan sukses, ya" 🥺💖🌻
kemarin siang menunggu antrian ujian di zoom yang ternyata lama sekali, aku batalkan. beranjak menuju mayapada untuk fisioterapi. sebelum hujan turun seperti selasa lalu.
perjalanan dengan gocar sambil membuka buku menyiapkan ujian esok hari. tapi entah, pikiran melayang tak tentu arah demi mengurai ruwetnya yang sudah parah.
sampai mayapada, ambil antrian lalu menunggu panggilan. seperti biasa. hanya seperti biasa. di tengah menanti panggilan, aku turun ke musala basement untuk salat asar. ternyata semudah itu meluangkan waktu. kembali lagi berteman dengan kursi tunggu yang tak biasanya penuh seperti ini.
C109. akhirnya sampai juga di nomorku. yah, tapi betapa kita hanyalah manusia. setelah semua usaha, tetap bukan kita penentunya. padahal sudah berangkat lebih awal, padahal sudah bawa buku karena besok ujian, padahal sudah pesan gocar demi berangkat lebih nyaman. dan padahal-padahal lainnya seolah kita berhak mengungkap semua kemarahan tak merunduk pada iman.
iman ke-6. iman kepada qadha dan qadar.
tidak bisa mendaftar karena bpjs-nya nonaktif. loh? bukannya aku sudah mengurus? umurku bertambah awal bulan lalu bukan awal bulan ini, tapi bulan lalu pun tak bermasalah? aku tau. ini bukan lagi hal yang bisa diusahakan. untuk tetap fisioterapi hari ini.
aku tak mau merasa lebih sia-sia sudah sampai di sini. saat dikatakan tak bisa mendaftar, saat menjelaskan dengan perlahan, air mataku masih tertahan. aku sudah biasa. kuulang dalam hati, aku sudah terbiasa. tak apa, wa.
duduk sebentar di depan taman untuk melepaskan perasaan. kenapa harus kualami lagi? memutuskan segera menuju musala basement tower A untuk menjaga air mata ini turun menghadap Dia.
sampai musala aku hanya entahlah berusaha sebaiknya. mau menangis sedu ternyata tak bisa. seperti sudah mati rasa. sudah biasa. akhirnya membuka buku saja, berusaha memusatkan pikiran padanya.
di depanku ada dua orang ibu selesai slaat dan sedang melipat mukena. salah satunya menengok padaku, tersenyum dan bertanya, "sekolah, ya? kuliah?"
"iyaa, bu" "dokter?" "eh? bukan, bu, hehe" sedikit kaget ya buka buku tulisan arab semua dikira kuliah kedokteran hiks. tapi aku ingin, bu. setelah semua ini aku punya ingin menjadi dokter. atau ya seperti itu lah.
berselang beberapa waktu beliau dan temannya hendak pulang. sambil tersenyum dan lembut menepuk pundakku beliau lewat dan berkata,
"mudah-mudahan sukses, ya" 🥺💖🌻
buuu, cerita seindah apa yang Allah tuliskan untukku? terima kasih sudah mendoakanku. aku melihat nyala seorang ibu pada sorot matamu. yang selalu dan selalu mengharapkan kesuksesan untuk anakmu. yang terus berbangga atas sedikit pencapaiannya meski orang lain tak pernah tau. bu, mulia sekali menjadi seorang ibu.
aku jadi berpikir, bu. kelak saat aku adalah seorang ibu, akan kudoakan semua anak dengan sebaik-baik doaku. bukan hanya anakku. semua anak-anak yang akan menjadi tonggak peradaban kita, bu.
aku merasakannya, bu. kekuatan doa seorang ibu. tak ada yang bisa mengalahkan rasa itu.
semoga Allah berkahi usiamu, bu. yang setengah hidupnya kau baktikan pada keluargamu. semoga Allah tetapkan surga tertinggi untukmu, bu. setelah semua cinta yang kau limpahkan untuk suami dan anak-anakmu.
( 07.38 // Jakarta, 10 November 2024 ) emang ada orang lagi nginep di kosan temen tapi ditinggal tuan rumah nginep di kosan temennya??
————————————————————
ternyata pusing-pusing terakhiran ini, obatnya hanya menulis?!?!
gawat!! menulis sudah benar-benar menjadi kebutuhan seperti makan, yang berakibat pusing jika kita tinggalkan. menangis tak lebih menenangkan daripada menulis.
ah tapi ini baru satu, masih ada bertumpuk cerita.
tulisan ini sempat mangkrak di draft sejak kamis lalu (7/11), jadi penyebutan hari ini, kemarin, yang merujuk pada waktu memang sedikit kacau karena ditulis di hari-hari yang kacau pula isi kepala :)
5 notes
·
View notes
Text
111
Hari ini, Ibu bertambah umur. Dan aku sengaja menuliskannya disini. Berharap, Ibu tidak menemukan tulisan recehku. Haha
"Bu... terimakasih ya, sudah jadi Ibu-nya aku. Terima kasih sudah menjadi manusia tersabar dalam menghadapi kekuranganku, kelemahanku. Mau menulis berapa banyak terimakasih pun, rasanya masih kurang.
Ibu, maaf ya kalau banyak kurangnya dalam berbakti pada Ibu dan Ayah. Semoga Ibu dan Ayah panjang umur, sampai surga kami dapatkan karena bakti kami ke Ibu dan Ayah.
Semoga Allah selalu menjaga Ibu dan Ayah, panjang umur dan sehat selalu meski aku tak melantunkannya dalam lagu. Semoga Ibu makin baik bacaan Qur'annya, makin rajin ibadahnya, makin banyak amalnya. Semoga Allah mudahkan rezeki Ibu dan Ayah, dan berkahi rezekinya. Semoga Allah mudahkan Ibu dan Ayah ke Baitullah. Semoga Allah hitung keringat, air mata, serta lelah Ibu dan Ayah karena bekerja keras menghidupi kami, sebagai pahala yang memberatkan timbangan kebaikan kelak.
Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ampunilah dosa kami dan dosa orang tua kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kecil.
Ya Allah, Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Berikan tempat di surga tertinggi untuk orang tua kami. Aamiin."
| Putrimu
20.04.2024
15 notes
·
View notes
Text
A Moment with You
Jujur, aku bingung harus mulai darimana. Terlalu banyak hal yang mungkin belum sempat terutarakan oleh aku yang canggung dan oportunis ini.
Tanggal 14 Februari kemarin ternyata jadi terakhir kali kita bertegur sapa, ya. Terakhir kali kita mengucap doa dan salam semangat.
Waktu cepat sekali berlalu, ya?
Rasanya baru kemarin kamu ke rumahku. Mau sama2 riweuh ngurusin kunjungan walimah kating kita.
Rasanya baru kemarin kita makan siang bersama di gerai ayam sekitar kampus setelah menghadiri wisuda seorang kawan dekat.
Rasanya baru kemarin kamu yang memimpin sholat tarawih berjamaah di rumahku, menginisiasi buka bersama dan banyak hal-hal baik lainnya.
Rasanya baru kemarin kita dekat, berpisah sebentar, lalu bertemu akrab saling sambat, tapi kemudian Allah tak membiarkanmu berlama-lama di dunia yang fana ini. Kamu kembali lebih dulu.
Maaf, ada banyak kekecewaanmu yang mungkin belum sempat ku meminta maaf.
Maaf, ada banyak air mata yang mungkin harus turun selama kita bersama.
Maaf, ada banyak waktu tidur yang tergadaikan karena harus tetap terjaga memikirkan ini itu.
Terima kasih ya, karena selalu memaklumi kurangku, menyemangati sedihku, menerima resahku dan mau berjalan, berlari beriringan bersama sejauh ini.
Terima kasih untuk semua kebaikan dan keteladanan yang kau contohkan selama ini.
Kata Yandy Laurens, Ketika seseorang pergi, apa sih yg membuatnya bisa terus hidup?
Ketika kita benar-benar mencintai orang yang pergi, kita akan berupaya sekuat tenaga menghidupkan kebaikan-kebaikan yang selama ini telah dilakukan. Kita akan berupaya sekuat tenaga meneruskan perjuangan yang telah diwariskan. Kita akan meresapi benar-benar tiap tutur kata, tingkah laku dan apa-apa yang selama ini menjadi harapannya.
Ketika seseorang yang kita cintai pergi, kita akan selalu mengenang dan menghidupkannya dalam tiap langkah dan dalam doa-doa panjang kita.
Din, karena kamu berpulang lebih dulu, boleh ya, ingat-ingat kami yang masih di sini?
Nanti, kita ketemu lagi di surga, ya?
In memoriam, our dearest friend and sister, Dinda Fadhila.
25 Juni 1999-29 Februari 2024
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا
9 notes
·
View notes
Text
Februari 23 2K24 Kau selalu....
Berkata kepada dunia
Bahwa bendungan ini masih baik-baik saja
Dan akan selalu baik - baik saja
Bahwa bendungan ini masih sanggup menahan semua beban-nya
10 tahun lagi....
100 tahun lagi....
Atau bahkan 1000 tahun lagi
Padahal hati kecil-mu pun tahu
Bahwa bendungan ini sudah retak bahkan berlubang di sana - sini
Bahwa diantara menara - menara baru yang lahir dengan lurus dan kokoh
Dia hanya akan berdiri
Berusaha bertahan hingga sisa hari
Meski kian terlihat ringkih nan lusuh
Entah demi selamat-mu atau demi sekedar martabat-mu
Bila-lah bendungan ini pada akhirnya runtuh,
Semoga dengan terpal dan sedikit tipuan mata....
Reruntuhan-nya nanti akan terselimuti dengan baik
Lagipula toh, dari atas Surga sana!
Bendungan tua sialan ini pasti sudah jarang terlihat
Kecuali memang tengah dicari secara sengaja
Sungguh!
Demi baik-nya....
Demi nyaman-nya....
Biarlah seluruh makhluk langit menisbikan bendungan yang sama sekali tak elok ini
Bahwa sebelum surga yang mereka pijak itu terbentuk
Adalah bendungan ini yang selalu berusaha mengalirkan air secara perlahan - lahan
Demi memberikan sedikit arti hidup
Melalui tenggorokan mereka....
Apakah bendungan itu lantas marah?
Ketika menyadari para malaikat - malaikat itu
Segera terbang meninggalkannya begitu sayap - sayap kecil tumbuh di pundak mereka?
Apakah dia pernah marah?
Tidak!
Sebab sebelum memusnahkannya
Air bah sialan itu senantiasa mengingatkan-nya tentang sifat hakiki air
Yang memang penuh ketulusan
7 notes
·
View notes
Text
"Bunda, sho itu nggak boleh mecucu lho. Sho sho sho, gitu"
"Bunda, harusnya kan a'udzu. Kurang digigit lidahnya. Gini jadinya a'uDZUillaahi minasy syaithaanillojiim"
"Ghailil, lil-nya tipis, Bunda" (read: ghairil 😅)
"Walaa quwwata, ditekan Bunda quww-nya"
MaasyaaAllaah. Sejak sering ikut belajar & mengajar tahsin beberapa lalu, Rafika jadi sering spill pelajaran tahsin yang dia dengar. Bacaan ketika muroja'ah juga semakin jelas dengan hak-hak huruf yang semakin sempurna. Ia juga lebih suka ngaji sama Bunda dibanding berangkat TPA. Alhamdulillah, pertolongan Allaah begitu besar.
*****
Saya ingat betul, dulu waktu kecil, Umi sering membawa saya dari satu ta'lim ke ta'lim yang lain. Dari satu rapat organisasi ke rapat yang lain. Dari satu toko buku ke toko buku yang lain. Dari satu silaturrahmi tokoh ke tokoh yang lain.
Ingatan itu terbayang hingga kini. Dan saya rasa hal tersebut sedikit banyak membuat saya saat ini mencintai buku, berkomunitas, dan bermajelis ilmu.
Maka ketika punya anak, saya ingin mengajak anak-anak untuk turut serta dalam kegiatan kami. Terutama kegiatan yang berkaitan dengan Al-Quran dan ilmu. Mereka ikut saya tahsin, ikut Ayah mengisi kajian, ikut diskusi tentang buku yang baru saya baca, ikut bercerita tentang berita yang sedang kami ikuti.
Kadang mereka kooperatif. Tapi tidak jarang juga rewel dan minta pulang. Kadang kami bisa menyimak kelas dengan baik. Tapi tentu mata kami tetap awas mengawasi anak-anak. Kadang kami bisa konsentrasi penuh. Tapi tidak jarang kami harus mengantar ke kamar mandi, mengambilkan air, menggambar permintaan mereka, ikut dalam permainannya, memeluk ketika mereka menangis, melerai ketika rebutan, dll. Belum lagu kelas jadi berantakan karena ulah anak-anak. Riweuh ya? 😅
Kadang ingin belajar dengan tenang seperti ketika belum punya anak. Tidak jarang saya menangis sampai di rumah karena lelah. Tapi mendapati progress mengaji Rafika ditambah celetukan-celetukannya yang tidak jauh-jauh dari Quran membuat kami semakin semangat untuk tetap melibatkan mereka. Jadi meskipun Ayah sedang off jaga dan saya ada kelas, tetap saja anak-anak saya angkut. Atau, meski riweuh, Ayah tetap mengajak kami semua ke kajian yang Ayah isi.
Kami yakin sekali di balik main-mainnya, celotehan, dan keriweuhan mereka di majelis ilmu, indera mereka tetap menangkap apa-apa yang disampaikan di sana. Meskipun mereka belum paham, pasti ada kebaikan yang mereka dapatkan. Paling tidak mereka jadi terbiasa dan harapannya karena terbiasa mereka kelak mencintai ilmu dan Quran.
Lebih jauh, majelis ilmu adalah tempat yang penuh keberkahan. Seperti sabda Rasulullah berikut,
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).
MaasyaaAllaah. Teringat pula hadist yang menyebutkan kalau majelis ilmu adalah taman surga. Besaaaar harapan kami dengan ikutnya mereka ke majelis-majelis ini, menjadi wasilah turunnya rahmat Allah dalam kehidupan mereka. Menjadi orang-orang yang dicintai dan dibanggakan Allah di tengah makhluk-Nya yang lainnya. Apa lagi sih yang kita butuhkan kalau Allah sudah cinta sama kita? 🤧
24 notes
·
View notes
Text
Membicarakan tentang surga, kenikmatan, kebaikan-kebaikannya Allah, jelas lebih mudah dibanding tentang azab dan nerakanya. Oke, Allah Maha Baik, Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat. Tapi kalo kita muslim, harusnya kita udah tau diri. Kalo kita beriman, kita tau disamping ada surga, pasti ada neraka. Disamping ada rahmat, pasti ada azab.
Kenapa ya, manusia hari ini (termasuk aku) lebih mudah membicarakan hal-hal berbau surga, berbaik sangka pada Allah dan sebagainya. Padahal, sahabat-sahabat nabi yang jelas-jelas akan menjadi ahli syurga kala itu, lebih banyak takutnya. Lebih banyak kebayang tentang siksa Allah, makanya amalannya auto ke boost dan gapernah ngerasa cukup. Lebih banyak hati-hatinya dalam menentukan suatu perkara karena takut saat yaumul hisab nanti segala perbuatannya akan diperhitungkan.
Umar bin Abdul Aziz, Khalifah generasi Umayyah, yang kata buku Kang Fuad adalah manusia yang paling takut dengan murka Allah. Setiap kali mendengar, mengingat tentang kebesaran dan siksa Allah nangisnya langsung tergugu gitu. Sejenggot-jenggotnya basah karena air mata. Kalo ada manusia terbanyak nangis kayaknya Umar ini deh. Ga sampai di nangis, sekalinya nangis Umar tuh kayak all out menghabiskan semua energi buat nangis dan habis itu pingsan. Kayak gitu terus siklusnya.
Udah jadi tabiat dan kebiasaan Umar sampai seluruh rakyat dari penjuru negeri kekuasaannya tau, seberapa takut Umar pada Tuhannya. Istrinya? Apalagi. Fathimah istri Umar kayaknya udah khatam sama semua gebrakan Umar. Pingsannya Umar cuma butuh 1 penawar, disiram air sambil dibisikkin "Wahai suamiku, sudah masuk waktu sholat". Umar auto bangun deh.
Masyaallah, kita perlu banyak-banyak belajar sejarah Islam deh. Kenal sama tokoh-tokoh muslim tuh semangatnya nyalur ke jiwa dan ruh. Boosternya ga cuma di urusan duniawi, tapi ukhrowi juga. Yaa justru itu sih yang kurang dari kita. Kebisingan duniawi yang buat kita sering mengesampingkan "semua yang nyata" yang seharusnya benar-benar kita perjuangkan. Manusia akhir zaman ini emang kudu ditampar terus biar sadar. Siapa sih kita, ngerasa sebegitu baiknya padahal umat terdahulu yang jauh jauhh amalannya diatas kita aja masih setakut itu sama Allah.
Astaghfirullohal 'azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih
Buku ini bagus banget buat dibaca sama organisator, orang berkewenangan, para leader di lini nya masing-masing. Banyak nampar dibagian memutuskan kebijakan, sikap wara' dan tawadhu nya walaupun diberi kesempatan buat berfoya-foya. Ketika dunia benar-benar ada dibawah kakinya, ia memilih untuk meletakkannya. Tetap menjadikan cinta Allah sebagai satu-satunya harapan. Masyaallah ya, indah banget.
Review buku || Kamis, 12 September 2024
3 notes
·
View notes
Text
Mengalirnya air mata-ku karena takut-ku kepada Allah
بسم الله الرحمن الرحيم Dialog Iman
Matahari sepenggal cahaya menemani tiap derap langkah santri-santri dari setiap sudut tanah yang diberkahi… Semilir angin mendayuh pada tiap helai daun kehidupan yang terbawa dan berguguran..
Hari itu adalah pekan ujian Qur'an. Namun alih-alih terlihat beban, justru yang terpancar dari wajahnya adalah bingar bingar pucuk keyakinan.
Tak terlihat beban pada wajah dan semangat mereka, justru mereka antusias sami'na wa atho’na dalam menunggu giliran ujian..
Di separuh waktu dhuha, terdengar lantunan-lantunan kalam Ilahi yang kembali mengetuk setiap hati yang merasa dan telinga yang menyimaknya..
Di sela-sela kenikmatan interaksi dengan kalam-Nya, terlihat dari belakang ada seorang santri ikhwan di depan yang sedang muroja'ah MLB sembari mengacungkan jari tauhidnya..
Di kira guru tersebut, santri itu mau izin bertanya atau ada keperluan lain.. Dan akhirnya guru tersebut memutuskan untuk mendekatinya.. Namun, ketika di dekati terlihat pipinya yang merah tersebut sudah berlinang air mata.. Dan guru tersebut bertanya;
Ust : A kenapa menangis? Santri : Iya ustadz, ana takut. Ust : takut kenapa a? Kan itu antum lagi baca Qur'an. Santri : Iyaa ustadz, Aku takut masuk neraka, takut ga masuk surga, aku inget Allah pas baca MLB ini.. Ust : Maa syaa Allah a, semoga Allah sayangi dan lembutkan terus hati antum… Terus kenapa tadi antum sambil mengacungkan jari telunjuk? Santri : Iya ustadz aku syahadat lagi, biar di jagain sama Allah.. Ust : Maa syaa Allah a, Syukron yaa a atas nasihatnya.. Sok lanjutin lagi muroja’ah nya..
Maa syaa Allah begitu tulus hati mereka, meskipun usia mereka masih kecil-kecil, namun lihatlah betapa Allah luaskan dan lembutkan hatinya untuk menjadi nasihat bagi kita semua.
Teringat pesan Rasulullah ketika di haji wada, salah satunya mengajak umatnya untuk senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah-sunnahnya.. Begitulah, nasihat paling agung itu adalah nasihat kalam Allah dan Sunnah-sunnah Rasul-Nya.
Waktu yang tepat sekali dengan saat ini, di penghujung kebersamaan dengan mereka, sepertinya nasihat Qur'an dan hadits lah yang paripurna untuk membekali mereka dalam mengarungi samudera adab, ilmu dan kehidupannya..
Biidznillah wa binashrillah in syaa Allah Yaa Rabbanaa 🤲🏼 Wallahu 'alam bishowab
5 notes
·
View notes
Text
Some of My Favorite Indonesian Phrases
Here are some interesting Indonesian phrases and idioms. They might not all be commonly used, but they offer a fascinating peek into the language and culture. Enjoy exploring these unique expressions!
Cuci Mata - literally "to wash eyes" but it means "to window shop." You'll hear this quite a bit, especially if someone says they want to go to the mall.
Surga ada di bawah telapak kaki ibu - "Heaven is on the bottom of your mothers feet", when you hear the phrase, it means "You should treat your mom well because she gives you the best in life (and the after life)."
Buaya - "Crocodile", a player or womanizer. This usage is less common in more recent years, and it's more likely to mean crocodile if you hear it unless it is used to describe a person.
Bersilat Lidah - "to tongue fight" meaning 'argue'. A more standard way to say 'argue' is membantah or debat (from English 'debate').
Air putih - literally meaning "white water" but it's just mineral water. A polite way to ask for water at a restaurant is "Saya minta air putih."
Bule and londok - if you're noticeably a foreigner don't be surprised if you hear the word bule, it is a common word (especially for foreigners with white skin). There are a lot of theories where the word came from and what it originally meant but there isn't a whole lot of certainty, one of the two theories I've heard is that it comes from the word for the Dutch, belanda, and went through some sound changes over time. The other one I've heard is that it comes from an older word or phrase meaning "pig's skin," since the skin of a pig is very pale and white. Londok or londo comes from the word belanda and is an older term than bule but they mean the same thing. Some foreigners in Indonesia dislike being called bule, as sometimes it seems like it has a negative connotation depending on the usage.
5 notes
·
View notes