#2.Dekade
Explore tagged Tumblr posts
Link
#1.Dekade#2.Dekade#20.Januarbis18.Februar#3.Dekade#Aquamarin#Aragonit#ÄtherischeÖle#Ausgleichstein#DieStern-Taler#Engelwurzöl#GeburtssteinWassermann#Geranium#Horoskop#Labradorit#Luftzeichen#Magnesit#Sternbild#Sternzeichen#Topas#VersteinertesHolz#Wassermann#WassermannFebruar#WassermannJanuar#Zedernöl#Zypressenöl
0 notes
Text
TERLARIS 0821-4212-5500 Cari Jual Rumah Kost Malang Pakis
#rumah kost dijual� dan Swimming Pool: Kenyamanan dan hiburan di tempat tinggal Anda.#- Lounge: Tempat bersantai dengan keluarga dan teman.#- Berdiri sejak 2009: Reputasi dan pengalaman lebih dari satu dekade.#Spesifikasi Properti Cluster Hidden Valley:#- 3 Kamar Tidur#- 2 Kamar Mandi#- Luas Bangunan: 54 m2#- Luas Tanah: 78 m2#Spesifikasi Properti Cluster Golden Land:#- Luas Bangunan: 60 m2#- Luas Tanah: 84 m2#- Luas Bangunan: 90 m2#- Luas Tanah: 112 m2#Graha Agung Highland Malang adalah pilihan tepat bagi Anda yang menginginkan hunian Villa nyaman dan strategis di kota Malang. Dengan berba#kehidupan Anda akan semakin mudah dan menyenangkan.#Untuk informasi lebih lanjut dan penawaran spesial#hubungi kami di 0821-4212-5500 http://wa.me/6282142125500 atau kunjungi website kami di www.grahaagung.id.#Alamat Kantor:#GRAHA AGUNG MALANG � PT. TOMOLAND INTI GAJAYANA#Jl. Chili#Joyogrand Blok Graha Utama A01 NO.146#Merjosari#Kec. Lowokwaru#Kota Malang#Jawa Timur 65144#http://wa.me/6282142125500#Pentingnya Anak Muda#Orang Tua#Pengusaha#Pegawai Negeri
0 notes
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraëL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraëL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraëL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraëL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
92 notes
·
View notes
Text
Tak naif jika kita agak sdkt mrsa begidik tntng bgaimana kondsi prekonomian masing² kelak. harap² ingin mnjdi Crazy Rich yg sgt brmnfaat bagi bangsa & agama sprti Abu Bakar, Ustman, Abdurrahman bin Auf, Yusuf Hamka jika di Indonesia. Tpi kita tdk tau bgmna permainan ekonomi di masa mendatang.
Scr umum dsepakati bhwa mesin & robotik akan memnuhi semua lini pkrjaan. Namun sebgian mnentang akan sfat perubahan & kesegeraannya serta yakin bhwa 1 atau 2 dekade sj miliaran orang akan mubazir scr ekonomis, pengangguran bejibun sprti kmbli di abad 19. Sbgian yg lain mmprthankan bhwa manusia akan trs mnghsilkan pekerjaan & kmakmuran brsma. Apkah saat ini kita brda di ambang pergolakan ataukah ramalan seperti itu hanya cntoh histeria luddite yg tak brdasar ?.
Tentu Peran pemerintah jg sgt tak blh lupa. Asas Gouverner C’est Prévoir wjib nyata. Krn Aristoteles bilang politeia lbh berderajat utk mrbah sglanya. Well lepas dari itu mari siapkan kompetensi diri, doa banyak², berpasrah bersama².
*Petenang bedeh Allah.*
3 notes
·
View notes
Text
79 Tahun Indonesia Merdeka
Agustusan tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini berkesempatan untuk merayakannya di kampung halaman dan dipercaya menjadi salah satu panitia. Walaupun mendadak dimana persiapan hanya 3 minggu, akhirnya bisa mengadakan karnaval pertama kalinya.
Setiap Agustus tiba, aku selalu teringat saat aku kecil dulu yang sangat antusias mengkuti berbagai lomba. Beberapa kali bahkan tampil di atas panggung menghibur warga. Kalau tahun ini diminta untuk menjadi pemandu acara. Umi sebagai komandan yel-yel RT (aku yang buat lagi wkwk) dan aby sebagai Bung Tomo yang orasi.
Setelah sangat lama tidak terlibat dengan karang taruna, kaget sekali banyak wajah tak ku kenali. Yang dulu aku gendong-gendong, aku simak ngaji Iqro'nya, aku usap ingusnya haha sudah jadi bujangan dan gadis-gadis menawan. Lumayanlah meningkatkan elektabilitas, gak keliatan juga kan beda generasi haha. Ganti sirkel sebentar di era kawan-kawan yang sudah sibuk mengurus rumah tangga.
mereka semua masih SMA, kecuali aku yang lulus SMA nya 1 dekade+ lalu haha. Momen saat pembubaran panitia.
Agustusan paling memorable adalah saat SD. Bisa-bisanya mengajukan diri untuk tampil bernyanyi. Dan, lagunya adalah lagu DANGDUT. Lagunya begini, bang sms siapa ini bang! bang pesannya pakai sayang sayang!. Sepertinya sangat viral pada masanya. Memakai setelan cutbray bak penyanyi dangdut dengan bandana berwarna kuing yang ku buat sendiri. Sungguh kepercayaan diri yang patut di apresiasi. xixixi. Latihan hanya 2 hari karena hafal lagunya. Bahkan saat di atas panggung, aku tak tau dimana orang tua ku berada. Sepertinya mereka sembunyi karena malu wkwk. Lebih parahnya, selesai manggung ada penyerahan hadiah lomba, kebetulan juara Qiroah. Saat penerimaan hadiah, yang lain mengenakan baju musim, aku malah mengenakan baju biduan. Kemudian saat turun panggung, salah pijakan dan akhirnya jatuh. Duh malu nya gak terbendung sampai gak mau bangun dan berakhirdi gendong wkwk. Gak sakit, tapi malunya minta ampun!
Kini… Merah putih di sepanjang jalan. Bendera yang dikibarkan. Permainan yang dilombakan. Merdeka! Merdeka! yang diteriakkan.
Semuanya telah usai. Bulan kemerdekaan telah selesai. Dan bulan depan, kita akan kembali pada hidup untuk mengumpulkan pundi-pundi. Berebut jalanan menuju pulang agar bisa sejenak istirahat mengumpulkan tenaga untuk esok hari.
Hadap kanan hadap kiri, balik kanan balik kiri. Kepada upah disetiap akhir bulan, hormaaaaaaat grak!!!!
Doa baik selalu untuk negeri tercinta. Semoga senantiasa terlaksana sila ke-5 pancasila. Bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Merdeka!
youtube
5 notes
·
View notes
Text
Rozwój stomatologii w Polsce
Stomatologia w Polsce przeszła ogromne zmiany na przestrzeni ostatnich dekad. Od tradycyjnych metod leczenia i ograniczonych możliwości diagnostycznych, po nowoczesne technologie i innowacyjne procedury – polska stomatologia dynamicznie rozwija się, dostosowując się do światowych standardów. Poniżej przedstawiamy najważniejsze aspekty tego rozwoju.
1. Technologiczne innowacje
Jednym z kluczowych czynników wpływających na rozwój stomatologii w Polsce jest wprowadzenie nowoczesnych technologii. Dzięki nim diagnostyka i leczenie stały się bardziej precyzyjne i skuteczne. Wśród najważniejszych innowacji można wymienić:
Tomografię komputerową (CBCT): Umożliwia dokładne obrazowanie struktur anatomicznych, co jest nieocenione przy planowaniu skomplikowanych zabiegów chirurgicznych.
Laseroterapia stomatologiczna: Lasery wykorzystywane są w różnych dziedzinach stomatologii, od leczenia próchnicy po chirurgię stomatologiczną, oferując mniej inwazyjne i bardziej komfortowe dla pacjenta zabiegi.
Druk 3D: Technologia druku 3D znajduje zastosowanie w tworzeniu precyzyjnych modeli zębów, koron, mostów oraz implantów, co znacząco poprawia jakość protetyki.
2. Wzrost standardów edukacyjnych
Polskie uczelnie medyczne kładą coraz większy nacisk na nowoczesne kształcenie przyszłych stomatologów. Studenci mają dostęp do najnowszych technologii i metod leczenia, a programy edukacyjne są na bieżąco aktualizowane, aby sprostać rosnącym wymaganiom rynku. Współpraca z międzynarodowymi ośrodkami badawczymi oraz udział w zagranicznych konferencjach i szkoleniach dodatkowo podnosi poziom kształcenia.
3. Rozwój specjalizacji stomatologicznych
Coraz większa liczba stomatologów decyduje się na specjalizację w konkretnych dziedzinach, takich jak ortodoncja, periodontologia, endodoncja czy chirurgia stomatologiczna. Dzięki temu pacjenci mają dostęp do bardziej wyspecjalizowanej i spersonalizowanej opieki. Wzrost liczby specjalistów przyczynia się do podniesienia ogólnego poziomu usług stomatologicznych w kraju.
4. Dostęp do usług stomatologicznych
W ostatnich latach znacząco poprawił się dostęp do usług stomatologicznych w Polsce. Powstało wiele nowoczesnych gabinetów i klinik stomatologicznych, zarówno w dużych miastach, jak i mniejszych miejscowościach. Dzięki temu pacjenci mają większy wybór i mogą korzystać z usług stomatologicznych na wysokim poziomie, bez konieczności długiego oczekiwania na wizytę.
5. Świadomość zdrowia jamy ustnej
Również świadomość Polaków dotycząca zdrowia jamy ustnej znacząco wzrosła. Kampanie edukacyjne, prowadzone zarówno przez instytucje państwowe, jak i prywatne gabinety, przyczyniają się do zwiększenia wiedzy na temat profilaktyki i leczenia chorób jamy ustnej. Coraz więcej osób zdaje sobie sprawę z konieczności regularnych wizyt u stomatologa i dbania o higienę jamy ustnej.
6. Inwestycje w badania i rozwój
Polskie ośrodki badawcze i kliniczne coraz częściej angażują się w międzynarodowe projekty badawcze. Dzięki temu możliwe jest wdrażanie najnowszych odkryć naukowych i technologicznych w praktyce stomatologicznej. Inwestycje w badania przyczyniają się do ciągłego doskonalenia metod leczenia i podnoszenia jakości usług stomatologicznych.
Podsumowanie
Rozwój stomatologii w Polsce jest widoczny na wielu płaszczyznach – od technologicznych innowacji, poprzez wzrost standardów edukacyjnych, aż po zwiększoną dostępność i jakość usług. Dzięki temu polscy pacjenci mają dostęp do nowoczesnej, skutecznej i bezpiecznej opieki stomatologicznej. W ciągu najbliższych lat możemy spodziewać się dalszego rozwoju tej dziedziny, co przyniesie jeszcze lepsze efekty leczenia i większy komfort dla pacjentów.
2 notes
·
View notes
Text
Sekilas 2023
Menutup tahun 2023 ada baiknya melihat ke belakang apa yang sudah dilalui dan apa yang perlu diperbaiki. Memulai kehidupan baru di Dresden untuk bekerja di industri rasanya bermacam-macam. Tidak terasa bulan Desember ini adalah bulan ke 8 kami sekeluarga pindah ke kota ini. Terkhusus urusan pekerjaan, ada hal yang cukup membekas diingatan.
Tawaran pindah
Tahun ini ternyata saya menginjak umur yang sudah 27 tahun. Dengan karir yang sudah setengah jalan dan kehidupan yang tidak lagi sendiri menjadikan keputusan yang diambil tidak bisa impulsif karena konsekuensinya makin besar. Ada karir istri dan juga pendidikan anak yang harus dipertimbangkan. Baru di bulan ke 8, total sudah ada 4-5 tawaran pindah dengan posisi yang lebih tinggi seperti Sr. scientist (US), Anode R&D Manager (Spain), Project lead (Swiss), dll. Kalau kata teman, 2 dekade ini memang dunia baterai sedang gila-gilaan.
Namun setelah berdiskusi dengan istri, kami memutuskan untuk tetap di Dresden. Saya tanyakan lagi kepada diri, “Apa sih yang dicari”. Lagi pula, urusan pindah apartemen sangat menguras tenaga, waktu, dan dana. Kata istri, “baru aja bangun dapur, masa harus dicopot lagi”. Memang sudah seharusnya bersyukur, sudah cukup sebagai scientist, sudah bisa makan tanpa khawatir besok hari mau makan apa.
Kadang berandai-andai, harus berapa lama lagi di Jerman. Padahal ada keinginan suatu saat nanti balik ke Indonesia. Ingin bisa berkebun, duduk di teras rumah, main catur sambil menunggu return investasi. Sekarang mungkin masih gelap, semoga seiring berjalannya waktu akan terlihat hilalnya. 😃
Dresden, 27 Desember 2023
6 notes
·
View notes
Text
Kevin McCallister dan Orang-orang yang Mau Mendengarkannya
Aku harap kalian yang membaca ini masih sering rewatch film dan selalu menemukan sesuatu yang berbeda setiap menontonnya kembali. Untuk aku sekarang, film yang memiliki kesan tersebut adalah Home Alone. Film yang rilis awal dekade 90-an ini jadi film wajib yang disetel di stasiun televisi tiap Natal. Bahkan kayaknya pernah juga kejadian, pas hari Natal disetel Home Alone (1990), esoknya langsung Home Alone 2: Lost in New York (1992).
Hari-hari selanjutnya juga diputar seri ketiga dan keempatnya. Entah di negara-negara lain seperti apa, tapi film karya Chris Columbus ini punya tempat sendiri di hati anak-anak Indonesia, terutama yang lahir tahun 90-an hingga awal 2000-an. Aku sadar serial ini punya versi tahun 1997, 2002, 2012, dan 2021. Tapi tulisan ini hanya akan membahas Home Alone versi Macaulay Culkin saja. Yah, karena memang aku paling dekat dengan dua karya tersebut.
Balik ke awal tadi persoalan perbedaan pengalaman menonton. Apa yang aku rasakan ketika kecil menonton Home Alone berbeda dengan pengalamanku menontonnya akhir-akhir ini. Dulu, ketika SD aku menontonnya dengan ketawa ketiwi melihat Kevin McCallister bikin Joe Pesci dan Daniel Stern terbirit-birit. Nggak cuma itu, rasanya puas juga melihat gaya slapstick dari film ini dan menginspirasi aku untuk jadi anak yang lebih pemberani di sekolah juga.
Tapi di usia sekarang aku menonton Home Alone lagi untuk kesekian kalinya di usia pertengahan 20-an ini, aku malah menitikkan air mata. Nggak hanya sekali, berkali-kali. Aku mencoba memproses perasaanku sendiri pasca menonton Home Alone. Akhirnya aku menemukan jawaban soal apa yang membuat aku menangis menontonnya. Film ini menyadarkanku tentang mendengarkan anak-anak.
Bagian 1. Masalah Keluarga McCallister: Soal Seni Mendengarkan, Mereka les incompétent
“You are the French call les incompétent,” - Linnie McCallister
Waktu kecil aku sering merasa nggak didengarkan. Sempat bertanya-tanya sama diri sendiri, apakah memang bagi orang-orang dewasa tuh pendapatku nggak masuk akal dan nggak pantas didengar atau gimana? Atau memang sudah seharusnya orang dewasa tidak mendengarkan apa yang dikatakan anak-anak karena, “yah, namanya juga anak-anak,”?
Saudara, paman, bibi, bahkan orang tua Kevin nggak ada yang berkemampuan untuk mendengarkan dengan baik. Semua anggota keluarganya sama sekali nggak ada yang mau dengar apa yang dia katakan, apalagi mempercayainya. Kemampuan mereka untuk mendengarkan, nol besar. Kalau kata Linnie McCallister, les incompétent. Nggak kompeten.
Kurang lebih satu setengah tahun lamanya aku nulis untuk salah satu media yang kesehariannya mengangkat isu parenting dan kesehatan ibu dan anak. Bolak-balik aku liputan mewawancarai narasumber dari berbagai macam latar belakang, salah satu yang cukup menarik perhatianku adalah dengan psikolog anak. Dari mereka aku banyak banget belajar soal bagaimana active listening itu dampaknya baik sekali untuk psikologis anak-anak. Mengutip dari Centers for Disease Control and Prevention, salah satu sikap active listening bisa dipraktikkan dengan menyamakan tinggi tubuh dengan anak.
Anggota keluarga McCallister sama sekali nggak ada yang melakukan ini, bahkan Kate, ibunya Kevin. Waktu Kevin nggak sengaja numpahin minuman di dapur, semuanya nyalahin Kevin sampai-sampai Paman Frank bilang, “lihatlah perbuatanmu, Bedebah Kecil!”. Setelah itu kita bisa melihat dari sudut pandang Kevin bagaimana semua orang melihatnya dengan tatapan sinis.
Bahkan saat Kate menghukum Kevin untuk tidur di kamar lantai tiga alias loteng (ketika akhirnya ada waktu berdua yang seharusnya bisa dipakai untuk bicara baik-baik dengan anaknya) gestur berbicaranya pun nampak menggurui dan nggak mau tahu. Padahal Kevin juga sudah menunjukkan penyesalan dengan bilang ‘maaf’. Kate nggak mau membungkuk atau berlutut agar obrolan dengan anak bungsunya itu lebih berkualitas dan solutif.
Hal yang serupa terjadi di Home Alone 2: Lost in New York. Nggak cuma nggak mau ‘menyamakan level’ dengan Kevin, Kate juga membuat perbincangan anaknya yang lagi tantrum itu lagi-lagi menggurui dan berjarak. Duduk di tempat tidur anaknya saja dia nggak mau, tetap berdiri dan malah menyuruh Kevin untuk minta maaf pada Buzz (padahal dia yang buat ulah) kapanpun dia siap.
Hal yang juga jadi perhatian buat aku adalah peran ayahnya. Perihal Kevin yang sedang nggak bisa diajak kerja sama untuk bersikap baik di rumah di depan anggota keluarga yang lain selalu dilimpahkan ke Kate aja. Peter ini nggak ada keterlibatan langsung dalam membuat anaknya untuk bersikap lebih baik dan menyenangkan. Dia juga cuma sibuk cari charger pencukur jenggot dan bahkan nggak berinisiatif untuk memastikan bahwa semua anggota keluarganya benar-benar masuk ke pesawat seperti yang Kate lakukan.
Bagian 2. Mereka yang Mau Mendengarkan Kevin McCallister
Lucunya, orang-orang yang mampu mendengarkan Kevin datang dari yang tak terduga.
Pada Home Alone Pak Marley yang awalnya disangka pembunuh (sialan, lu, Buzz) ternyata orang baik. Nggak cuma mau menyapa Kevin di gereja setelah dikejar-kejar sama dua bandit basah, tapi juga mau mendengarkan Kevin yang memberi saran soal bagaimana seharusnya Pak Marley memulihkan hubungannya dengan anaknya.
Di Home Alone 2: Lost in New York juga datang dari Pigeon Lady. Kevin ngira Pigeon Lady akan melakukan sesuatu yang buruk padanya di Central Park, tapi ternyata berniat untuk membantu. Kevin bahkan bersedia untuk mendengarkan curahan hati Pigeon Lady yang entah namanya siapa kusebut aja begitu, lah ya. Dikasih saran, Pigeon Lady memang nggak menerima saran Kevin mentah-mentah, tapi setidaknya dia mau mendengarkan dan menghormati pendapat Kevin.
Belum lagi Pak Duncan si pemilik toko mainan yang awalnya skeptis, dari mana Kevin bisa membayar mainan yang dibelinya sendiri. Setelah Kevin menjelaskan bahwa dia dapat uang tabungan dari neneknya, Pak Duncan menaruh rasa percaya. Setelah ngobrol pun Kevin juga bersedia untuk menyisihkan sedikit uangnya untuk penggalangan dana yang diadakan di Toko Mainan Duncan. Jujur, adegan ini adalah adegan yang bisa membuat aku mewek. Ada rasa hangat ketika menontonnya.
Walaupun nggak semuanya berusha mempraktikkan salah satu trik active listening yang disebutkan sebelumnya, tapi mereka mau dan mampu untuk mendengarkan dengan baik dan berempati pada Kevin. Semua yang keluar dari mulut Kevin McCallister ke orang-orang ini pun juga jujur dan orisinil.
Cita rasa Home Alone yang kekanak-kanakan memang nggak bisa lepas dari sutradara dan produsernya. Seperti yang kita ketahui film ini disutradarai oleh Chris Columbus yang dikenal dengan film-filmnya tentang keluarga dan anak-anak. Doi-lah yang membuat dua seri pertama dari Harry Potter punya cita rasa anak-anak yang khas.
Produsernya, John Hughes, sebagai pembuat film juga dikenal dengan karya-karyanya tentang anak-anak dan remaja. Mulai dari menyutradarai teen movies seperti Ferris Bueller’s Day Off, Sixteen Candles, Weird Science, dan The Breakfast Club, hingga menulis naskah film anak-anak, di antaranya Beethoven, Dennis the Menace, dan yang paling legendaris, Baby’s Day Out. Piala Oscars ke-82 tahun 2010, ada upacara penghormatan untuk John Hughes yang meninggal dunia di tahun sebelumnya. Judd Nelson, aktor The Breakfast Club, bilang, "He (Hughes) had a gift for treating young people not as children but as developing adults,".
Barangkali Home Alone dan Home Alone 2: Lost in New York bukanlah film yang sempurna dalam memberikan suatu pesan tertentu tentang parenting. Lagi-lagi film ini hanya film yang menyenangkan untuk ditonton saat liburan bersama keluarga. Tapi untuk aku sendiri, menonton mereka kembali di usia pertengahan 20-an dengan kapasitasku yang sekarang ini, aku baru sadar bahwa ada sesuatu yang tetap melekat pada diriku atau barangkali kalian di secuil bagian di kedua film ini.
Berusaha untuk bisa didengarkan oleh orang lain itu seringkali tidak mudah, terutama saat kita masih kecil ketika di dalam society sudah terbentuk sebuah penilaian bahwa yang muda harus selalu mendengarkan yang lebih tua. Sayangnya, yang lebih tua seringkali tidak diwajibkan bahkan enggan untuk mendengarkan yang lebih muda, terutama anak-anak.
Letterboxd: teropongbumi
Instagram: @teropongbumi
#home alone#home alone 2#john hughes#chris columbus#macaulay culkin#kevin mccallister#cinema#hollywood#childhood
9 notes
·
View notes
Text
Merampungkan pekerjaan yang berlalu lalang di penghujung pekan ditemani 5 mas-mas ini. Rasanya ada sebagian ruang dalam hati yang menjadi penuh dan terobati. Apalagi setelah peristiwa semalam.
Di akhir video, Key nangis, aku ikut nangis juga. Entah karena pada dasarnya aku cengeng atau emang menengok masa lalu tuh bisa ngasih perasaan kayak gini. Senang campur terharu campur rindu.
Boi, masa-masa awal aku kenal Korea ya dari video konser ini. World tour nya Shinee yg pertama. Diadain di Jepang. Nontonnya pas kelas 2 SMP, tahun 2012-2013.
1 dekade dah berlalu, cepet banget.
yg pake baju biru, skrg udh pergi duluan ke alam yang lain 😢
trs skrg problematika yg kualami jg nano-nano wkwk
Eniwei, tetap semangat semuanya!1!1!1!
//kembali fokus ngelarin kerjaan
4 notes
·
View notes
Text
RIUH DI KEPALA
"Sepi di rumah udah nggak ada H, tinggal berdua lagi."
Saatnya H ke Jakarta, jatah cuti bundanya udah mau habis.
"Apa itu lahir 1953, tapi di KTP 1958. Tanggal lahirnya juga nggak ada yang tahu pasti. Maklumlah orang dulu. Berarti tahun ini Apa udah 70, udah banyak bonus dari usia Rasulullah saw."
Yang ada dalam benakku, mayoritas memori tentang Apa adalah sosok lelaki kuat, disiplin, pekerja keras, punya mimpi dan cita-cita yang tinggi untuk anak-anaknya. Sekarang, aku mendapati Apa dengan kondisi yang berbeda. Lelaki kuat itu mulai melemah, sudah tidak bisa produktif, dan bahkan kadang harus dibantu dan diingatkan untuk hal-hal tertentu.
Perbedaan usia lebih dari 4 dekade dengan Apa juga terkadang membuatku tidak relatable dengan Apa sebagai teman curhat. Karena jarak waktu yang cukup jauh. Namun, kalau soal kebijakaanaan, tentunya aku bisa memetik hikmah dari banyaknya beliau punya pengalaman. Kalau cerita tentang Apa, rasanya ada banyak hal yang mengendap di hati dan otak, yang tidak cukup dialirkan lewat kata-kata. Tentang putih, hitam dan abu-abu dari pandanganku sebagai anak bungsu.
Terlepas dari semua itu, mendengar suara Umak di telepon tadi sore, membuatku kembali kilas balik ke masa 2 tahun silam. Masa saat aku melihat momen lemahnya Apa. Masa yang menyadarkanku bahwa Apa yang ada di hadapanku adalah Apa yang sama dengan Apa yang dulu mengajakku bermalam di kebun saat menanti panen jeruk, atau memasangkan cacing sebagai umpan di kailku ketika memancing ikan nila di kolam belakang rumah ataupun ikan puyu di parit kebun. Sosok lemah yang persentase kesadarannya menurun, sosok di depanku itu adalah sosok yang sama dengan sosok yang mengantar jemputku selama 6 tahun ke MI. Meskipun ada SD negeri di dekat rumah, Apa dengan semangat baja berusaha agar kami bersekolah di sekolah terbaik yang bisa diakses saat itu. Meskipun jaraknya lebih jauh, meskipun biayanya membuat Apa dan Umak harus lebih giat lagi bekerja. Meskipun kadang aku bete kalau dijemputnya terlambat, karena Apa masih di kebun dan tidak tahu saat ada rapat guru. Beliau juga masih orang yang sama yang menghadiri wisuda sarjanaku, yang dengan bangga menatap anaknya di dekat balairung dan Danau Kenanga. Dua anaknya sudah keluar dengan selamat dari kampus yang masuk dan keluarnya rasanya berdarah-darah, dan Apa hadir di prosesi wisuda keduanya, meskipun hanya kedua kali itulah kesempatannya berkunjung dan naik pesawat keluar pulau. Sosok lemah itu, masih sosok yang sama yang mengizinkanku untuk resign dari tempat kerja di bilangan distrik pusat bisnis Sudirman, untuk menghilang sejenak dari peradaban, dengan tujuan awal menyelesaikan hafalan. Beliau masih sosok yang sama, dengan orang yang belum sempat melihatku wisuda dari asrama Qur'an itu, karena memang sampai saat ini, qadarullah ternyata anaknya masih belum sampai ke ujung perjalanan menyelesaikan hafalan. Sosok itu, masih sosok yang sama.
Menerima telepon Umak, kembali membuatku membayangkan sosok mereka berdua, tinggal di rumah berdua, dengan kamar-kamar kosong anak-anaknya yang hanya akan penuh pada momen-momen tertentu. Aku di sini, kok, Mak, Pa. Anakmu sudah tidak sejauh dulu. Secara jarak, ruang dan waktu. Bukankah aku diajarkan bahwa perpisahan tersedih itu bukanlah perpisahan di dunia, yang memisahkan jarak, ataupun karena salah satu di antara kita tutup usia? Namun, perpisahan tersedih adalah ketika para pencinta nanti berpisah jalan. Yang satunya ke surga, sementara yang lainnya ke neraka.
Mendengar suara ibunda, rasanya, aku akan sangat menyalahkan diri sendiri jika masih menjadi aku yang ingin terus memperjauh rantau, mengencangkan ikatan tali sepatu dan terus jauh berjalan. Tidak mengapa sesaat mengambil jeda, memperlambat langkah. Karena ini pantas untuk diperjuangkan, sungguh berharga. Seperti Umak dan Apa yang selalu punya cita-cita tinggi, aku pun demikian. Namun, rasanya semuanya tidai lebih berharga dibanding cita-cita tertinggi, masuk surga melalui pintu paling tengah berkat keridaan orang tua. Aku tahu ini berat dan sulit. Kalau gampang, pasti hadiahnya hanya piring cantik atau payung, bukan? Namun, ini hadiahnya surga yang seluas langit dan bumi. Semoga Umak dan Apa selalu sabar dengan kami anak-anak yang tidak sempurna, punya banyak cacat dak cela, serta merupakan gabungan dari spektrum warna berbeda. Dan semoga kita juga bisa selalu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menghindari maksiat, serta sabar dalam menghadapi musibah, sesuai dengan posisi dan porsi kita masing-masing.
Sabar, ya. Mungkin ada hal yang harus direm dengan kondisi saat ini. Namun, ada hal lain yang bisa kita lakukan. Kita sama-sama berjuang. Kalau kata Mas Gun di deep talk malam ini, yang namanya sabar itu hasilnya pasti manis, seperti buah yang matang di pohon. Sementara, ketergesa-gesaan itu seperti buah yang dikarbit. Mari kita terus bersabar dan terus berbaik sangka dengan takdir Allah. Sabar itu kata kerja. Dan tergesa-gesa itu beda dengan bersegera.
Aku sadar, tiap orang diberikan ujian sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing. Allah Maha Tahu, sementara kita seringnya sok tahu. Berusaha menebak-nebak masa depan, ketimbang fokus menjalani apa yang ada di hadapan. Riuh di kepala, yakinlah bahwa semua takdir-Nya pasti yang terbaik. Tugasmu adalah memberikan yang terbaik.
20230914
6 notes
·
View notes
Text
Selama satu dekade, saya berkutat dengan sebuah pertanyaan, "Apa itu sastra?"
Tidak mudah menemui jawabannya. Mungkin karena saya tidak kuliah Sastra atau Bahasa.
Saya pernah mendaftar jurusan Bahasa Indonesia di waktu SMA, sayangnya jurusan tersebut tidak jadi dibuka karena sepi peminat. Setelah lulus SMA, saya lebih tertarik meneruskan ke Teknik Informatika, karena perkembangan zaman.
Pertanyaan tentang sastra muncul di kepala saya karena saya bekerja sebagai penulis. Membuat karya sastra. Baru setelah beberapa buku, saya mulai serius bertanya ke diri sendiri, "Sebentar... sebenarnya, sastra itu apa ya?"
Tulisan yang indah, kalau kita mencari di Internet.
Tapi, apa itu indah?
Langsung saya teringat kata yang lain, "seni".
Apa itu seni? Lantas.
Prof. Jacques Rancière memberi saya jawaban yang memuaskan.
Seni terdiri atas pengaturan etika, representasi, dan estetika.
Pengaturan etika yang dimaksud di sini adalah bahwa karya seni tidak otonom. Ia dituntut keterusterangannya akan usaha gamblangnya menggambarkan kejadian sosial.
Pengaturan etika diambil Rancière dari karya Plato, "Republik" (375 BCE).
Pengaturan representasi yang dimaksud di sini adalah bahwa karya seni merupakan imitasi ("mimesis") teknik senimannya.
"Mimesis" merupakan koneksi antara sifat alamiah penciptaan ("poiesis") dan sifat alamiah penerimaan ("aisthesis").
Pengaturan estetika yang dimaksud di sini adalah bahwa harus dipisahkan antara "poiesis" dan "aisthesis".
Sumber:
1. " Three regimes of art" Jacques Rancière
2. https://educationmuseum.wordpress.com/2021/12/12/rancieres-three-regimes-of-art/#:~:text=Ranci%C3%A8re%20distinguishes%20three%20regimes%20of,the%20representative%2C%20and%20the%20aesthetic.
3. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sastra
3 notes
·
View notes
Text
INFO RUMAH 0821-4212-5500 Cari Jual Rumah Kost Malang Arjosari
#Jual Rumah Kost Malang Graha Agung� dan Swimming Pool: Kenyamanan dan hiburan di tempat tinggal Anda.#- Lounge: Tempat bersantai dengan keluarga dan teman.#- Berdiri sejak 2009: Reputasi dan pengalaman lebih dari satu dekade.#Spesifikasi Properti Cluster Hidden Valley:#- 3 Kamar Tidur#- 2 Kamar Mandi#- Luas Bangunan: 54 m2#- Luas Tanah: 78 m2#Spesifikasi Properti Cluster Golden Land:#- Luas Bangunan: 60 m2#- Luas Tanah: 84 m2#- Luas Bangunan: 90 m2#- Luas Tanah: 112 m2#Graha Agung Highland Malang adalah pilihan tepat bagi Anda yang menginginkan hunian Villa nyaman dan strategis di kota Malang. Dengan berba#kehidupan Anda akan semakin mudah dan menyenangkan.#Untuk informasi lebih lanjut dan penawaran spesial#hubungi kami di 0821-4212-5500 http://wa.me/6282142125500 atau kunjungi website kami di www.grahaagung.id.#Alamat Kantor:#GRAHA AGUNG MALANG � PT. TOMOLAND INTI GAJAYANA#Jl. Chili#Joyogrand Blok Graha Utama A01 NO.146#Merjosari#Kec. Lowokwaru#Kota Malang#Jawa Timur 65144#http://wa.me/6282142125500#Pentingnya Anak Muda#Orang Tua#Pengusaha#Pegawai Negeri
0 notes
Text
Number is indeed a reminder
Mengingat bahwa saya telah melewati garis tiga dekade kehidupan, banyak hal-hal yang muncul di kepala soal esensi dari kepala tiga ini.
Udah berapa tahun ya berlalu sejak lulus S-1?
Sudah ngapain saja teman-teman seangkatan kuliah saya?
Tentunya ini menjadi perhatian besar buat generasi seumuran saya yang sudah terekspos dengan LinkedIn dan hal-hal terkait jenjang karir. Saya lulus dengan gelar sarjana 10 tahun lalu! Jika dipecah 10 tahun ini dalam persentase:
55% kuliah S-2 & S-3
23% kerja
13% persiapan beasiswa kuliah
9% menganggur
Bagaimana dengan pembagian waktumu sejak lulus S-1 dulu?
*
Jika melihat ke belakang sepuluh bukan angka yang kecil. Tapi melihat berapa jauh aku sudah tumbuh dalam rentang waktu yang telah diberikan, tentu aku agaknya malu mengakui bahwa aku belum banyak bertumbuh sebagai profesional, sebagai seorang anggota masyarakat, dan khususnya sebagai seorang muslim (dari segi ilmu dan amal), hiks.
Karena saya tidak punya rencana jangka panjang, saya tidak bisa mengukur seberapa sukses saya dalam satu dekade ke belakang. Saya punya beberapa keinginan, tapi mereka tidak dituliskan dalam kerangka waktu. Semua sudah tercapai somehow, alhamdulillah. They could have come true in shorter time?
*
So today for another decade ahead. I need to write down some wishes (with time frame and plan B this time).
37 notes
·
View notes
Text
Balada wanita 3 dekade yang kurang “lipstik”
Kemarin, aku menghadiri acara gelar tikar sepupu yang akan melangsungkan pernikahan. Karena pakaian kotor yang sedang menumpuk dirumah aku putuskan untuk sedikit menghemat pakaian kotor (red: lagi males :D). Maka aku kenakan gamis set dengan khimarnya yang sebenarnya lebih cocok dipakai jalan-jalan. Karena hujan yang sedang mengguyur kota (red: lagi-lagi males :D), maka aku hanya menggunakan skincare rutin tanpa bedak dengan sedikit sapuan lisptik nude yang diombre dengan warna fuschia. Tampilan yang sangat sederhana menurutku.
Lalu setibanya disana aku celingak-celinguk mencari kerumunan orang yang sekiranya cocok untuk ku ajak berbicara. Ku dapatilah gerombolan kecil para tetangga disebelah rumah dibawah tenda biru. Waktu berjalan, orang-orang pun silih berganti. Bibiku yang tadinya di dapur lalu berganti posisi duduk disebelahku.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang dari tadi duduk berhadap-hadapan denganku dan sejujurnya aku tidak mengenali Ibu ini. Tapi aku merasa dia memperhatikanku dengan seksama. Lalu dia mengobrol denganku.
“Dek, masih kuliah ya ?” Tanya si Ibu.
“Enggak, Bu ! Saya sudah menikah.” Aku menyengir kuda. Bibiku langsung menyahuti si Ibu.
“Iya Bu, dia sudah menikah. Sudah 2 tahun lebihlah.” Aku ikut menghujani senyum ke si Ibu.
“Ah masa’ ? Bukannya masih kuliah ya ? Atau adek orang “Seberang” yang lagi kerja disini ya ?” Aku semakin heran dengan pertanyaan si Ibu.
“Hahaha. Alhamdulillah Bu saya orang Nias. Orang daerah sini juga. Memang dulu kuliah tapi sudah lama tamat. Tadinya juga saya bekerja tapi sekarang jadi Ibu Rumah Tangga saja.”
“Iya anak ini keponakan saya. Memang masih seperti anak-anak. Mungkin karena masih belum punya anak. Jadi masih belum dewasa kelihatannya” Bibiku menyahutinya.
“Masih awet muda memang Bu. Padahal saya sudah 30 tahun. Hihihi” Ku jawab saja dengan ketawa yang garing.
Beberapa saat setelah itu, aku pun pamit pulang karena ingin sholat Ashar. Lalu ku perhatikan penampilanku dicermin.
“Alhamdulillah masih terlihat muda. Tapi salah-salah dikit bisa dilamar lagi nih istri orang” Sisi OVT ku mulai meronta-ronta.
Setelah itu bibiku juga menyusuliku. Dia mulai menasihatiku panjang lebar.
“Jangan berpakaian seperti itu lain kali. Pakai lipstik yang terang. Bedak-an dikit. Biar kelihatan sudah jadi Ibu-ibu. Biar ada wibawanya. Bisa gawat nanti kalo ada orang yang berpikir kamu masih masih Jomblo.” Dengan panjang lebar bibiku menasihatiku.
Alhamdulillah nasib badannya kurus kecil ya begini. Hihihi
2 notes
·
View notes
Text
in frame: tembok ratapan yang sedang kosong
2013, 10 Tahun lalu di bulan yang sama mungkin aku sedang bersiap-siap untuk libur semester dan pulang ke rumah selama 2 minggu. Mengitari dulu sudut kampus dan mengambil memori sebanyak-banyaknya melalui hp dengan casing berwarna biru yang kubeli dari menyisihkan beasiswa dengan harga 600 ribu. Rasa haru sebelum tahu bahwa nilai di ratapan tembok fisika dan laman olx itb itu lebih kecil dari tensi darah rendahku.
Satu dekade berlalu dan banyak hal terlewati setelah itu. Ujian fisika yang sangat susah sudah tak lagi membayangiku. Stasiun Kiaracondong dengan warna-warni jahim-jafak sudah lama tak memenuhi retina mataku. Bau seblak dan kotoran kuda juga sudah tak lagi mampir di indra penciumanku. Aku akui, belajar di kampus gajah adalah salah satu memori terbaik di hidupku.
Aku menulis ini setelah tak sengaja membaca blog stranger di tahun 2019 dan sedang bernostalgia tentang memori terbaiknya 1 dekade lalu saat SMA. Lalu, ia juga menceritakan hal konyol yang ia lakukan pada masanya.
Aku juga punya hal semacamnya. Saat OSKM, bisa-bisanya naksir mas-mas tambang taplok sebelah karena wajahnya yang manis tapi jadi lucu karena kaos kuning yang dikenakannya. Bahasan ini juga yang menjadi topik awal dengan kawan dekatku saat TPB setelah lama tak bertukar pesan di social media. Bahkan saat itu terpikir, kenapa dulu gak ambil FTTM lalu masuk tambang sesuai rencana awal saja. Padahal kan bisa saja kalau aku masuk kesana, ternyata ia malah masuk minyak gimana. Atau bisa juga malah gak keterima. Semua itu sudah ada garisnya, tapi begitulah pemikiran anak yang baru lulus SMA dan baru punya KTP beberapa bulan lamanya. Namun, perasaan itu berlalu begitu saja setelah dihantam mafiki yang harus dipelajari lewat buku yang kurasa lebih enak dijadikan bantal dibanding materi. Tebal sekali dan harus dipahami berkali-kali.
Akhirnya ikutan jadi taplok/mentor setahun kemudian hahaha (facebook ada juga nih kenangannya). Saat menulis ini kebetulan sedang memakai kaos coklat yang sama (kaos ke13umian). Hal yang kusuka menjadi taplok adalah menyanyikan yel-yel nya. Favoritku angkatan 2009, yang 2013 tuh banyak banget lirik dan koreo-nya.
Tulisan ini tidak ada maknanya, jadi tidak perlu dibaca dengan seksama. Aku juga gak tau arahnya mau kemana. Mari kita akhiri saja dengan menyanyikan lagu berikut untuk bernostalgia!
youtube
3 notes
·
View notes
Text
aku ngerasain ini pas kejadian trauma masa kecil sih. berarti udah sekitar 20 tahun an berlalu. gilak butuh 2 dekade untuk bisa ngerasa fine-fine aja.
kadang ngerasa, Gusti sebakoh ini tapi kok masalah romansa aku bodo banget ya hehe *maaf random
“Healing doesn’t mean the damage never existed. It means the damage no longer controls our life.”
— Akshay Dubey
11K notes
·
View notes