#Orang Tua
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ridha Tidak Bisa Dipaksa
Ridha itu seperti mata air yang datang dari kedalaman hati. Sedangkan maaf itu ada di permukaan.
Seseorang bisa saja memberi maaf sekalipun ada luka yang belum sembuh, tergantung seluas apa hatinya. Lisannya bisa saja berkata ia ridha, tapi jika ridha itu ada di hati yang paling dalam, maka bagaimana mungkin orang yang sedang terluka bisa ridha begitu saja?
Ridha adalah perasaan itu sendiri dalam wujudnya yang paling murni. Sedih, senang, puas, atau kecewa. Ridha ada di dalam rasa-rasa itu yang saling berkelindan.
“Ridha itu diraih dengan susah payah, tidak seperti maaf yang bisa diminta kapan saja.”
—@taufikaulia
#quotes#nasehat#pernikahan#orang tua#inspiring quotes#tulisan#taufik aulia#islam#dakwah#nikah#pasangan#suami istri
437 notes
·
View notes
Text
Perempuan Milik Orang Tuanya
Perempuan itu harus manut sama orang tua. Orang yang membesarkan, merawat, menjaga, memastikan Ia tumbuh dengan baik. Walau terkadang ada batasan atas apa yang kamu inginkan, tapi mereka memberikan apa yang kamu butuhkan.
Anak perempuan itu milik orang tuanya. Segala apapun tanpa restu darinya kemungkinan akan jadi bahaya. Apalagi tentang pendamping hidup. Maka meminta pendapatnya sangat penting, dengan cara yang baik.
Anak perempuan milik orang tuanya. Memindahkan tanggung jawab penjagaan orang tua kepada 'orang asing' itu sangat berat. Tidak mudah, tidak boleh salah, khawatir 'orang asing' itu hanya baik penampilannya, tapi tidak baik sebenarnya.
Jadi, siapapun yang akan meminangnya pastikan beri penawaran terbaik. Penawaran itu bukan tentang harta benda, tapi tentang karakter yang telah dilatih, kata-kata yang tidak menyakiti, pikiran yang matang, hati yang lapang, wawasan yang luas, dan ilmu agama yang lebih dari cukup.
Anak perempuan milik orang tuanya. Bila kamu ingin datang, maka persiapkan sebaik-baiknya.
Kang Islah | Jaga Diri Baik-baik
Bogor, 9 Maret 2024
258 notes
·
View notes
Text
Dapat bekerja mencari uang sesuai dengan keinginan dan tetap dekat dengan kedua orangtua adalah salah satu bentuk syukur yang nikmat.
Nikmat itu berlipat sebab masih dapat mendengar dhawuh mereka, atau cerita apa saja.
Teringat dulu pernah ada doa yang tersebut ketika masih 'merantau' jauh dari rumah. Semoga di dekatkan dan dapat diandalkan orangtua di masa tuanya sampai kapanpun.
Mereka tentu setiap hari akan menua, dan banyak yang tidak punya kesempatan ada bersama mereka.
Alhamdulillah.
102 notes
·
View notes
Text
Paham Agama
Having parents who understand Islam is truly a blessing.
Mulai dari pola didik sampai cara pandang terhadap dunia, umi abi gue cukup ketat sama anak-anak nya. Tapi tulisan ini bukan tentang gimana umi abi ngedidik kami putri-putri nya. Ini tentang terima kasih dan rasa syukur.
Sejak kecil, gue selalu diajarin bahwa tujuan besar setiap manusia adalah masuk surga. Entah jalan maju mundur atau kanan kiri pertimbangan nya selalu "bisa membawa ke surga nggak?". Gue terbiasa untuk berpikir panjang dan diskusi sama orang tua setiap dihadapkan dengan persimpangan. Mana yang lebih sedikit mudhorot nya dan mana yang lebih Allah ridhoi.
Di umur segini, gue masih rely on orang tua. Termasuk di saat-saat gue kecewa sama dunia. Dalam kondisi biasa, nasehat abi lebih tegas dan menjurus, umi bagian nego dan diskusi. Tapi di kondisi gue lagi futur, umi bakal jadi yang tegas dan abi yang puk puk.
Minggu kemarin gue capek banget, iya capek sama dunia. Umi chat panjang, sebenernya gue udah diajarin berulang-ulang konsep nya, tapi tetep aja waktu jatuh susah banget praktek nya. Umi bilang, "Dunia sdh ditetapkan Allah, gak akan tertukar. Mau dikejar kek apa juga, kesannya sudah sangat deket banget dan hampir gak ada kemungkinan gagal, tapi kalau Allah belum menghendaki, gak akan terjadi itu". Gue bukan saingan nya siapa-siapa, kalau emang Allah menghendaki ya kun fayakun, terjadilah, maka terjadilah. Bisa jadi memang usaha gue kurang, bisa jadi juga memang belum waktu nya. Allahua'lam. Rencana Allah selalu yang terbaik.
While gue nangis liat chat panjang umi, dan tentu saja blm bisa bales. Ga lama setelah nata hati dan air mata dulu wkwk, abi nelpon. Abi bukan tipe yang mudah ekspresiin perasaan, jadi abi nelpon adalah sesuatu buat gue. "Udah gausah nangis, emang orang banyak macem nya. Selalu ada jalan kok. Kita liat nanti aja, tapi kamu harus paham konsekuensi nya". Alhamdulillah nya stock air mata udah abis tu berapa ronde sebelum ditelpon, jadi nggak banjir, ya mbrambang dikit aja wkwk.
Gue tau ngga semua orang punya orang tua yang bisa dijadikan figur. Umi abi gue juga bukan orang tua yang nggak pernah salah atau flawless. Tapi gue paham, jadi orang tua nggak pernah mudah. Moreover, jadi orang tua yang paham agama dan mampu menghidupkan Islam dari rumah, untuk kemudian dibawa anak-anak nya melanglang buana itu jelas jauh lebih susah.
Inilah kenapa alasan terbesar memilih jodoh paling utama karena agama nya. Karena itu hal dasar yang akan menentukan surga neraka keluarga. Plus ujian hidup di rumah tangga "katanya" akan lebih mudah dijalani kalau proses di depan nya didasarkan dengan agama. Ya ini jadi motivasi gue juga biar berusaha jadi lebih baik terus, kan jodoh sekufu ya, kalo mau dapet yang baik ya sadar diri aja.
At the end, gue selalu bersyukur punya orang tua yang paham agama. Jadi kalau ditanya figur parenting gue siapa, gue selalu tau jawaban nya, umi abi. Bukan Nikita Willy atau Bu Irina. Walaupun tetep, selalu ada ruang untuk explore jadi lebih baik lagi hehe. Semangat orang tua dan calon orang tua, the future rests on our shoulders.
youtube
~Ini bagus lagu nya, soal nya kaya lagi di puk puk aja sih wkwk
43 notes
·
View notes
Text
Bertukar Peran
Sebagai anak yang selalu merantau, saya bersyukur belakangan bisa banyak menghabiskan waktu di rumah. Dahulu, saya hampir tak pernah menyadari orang tua menua. Sekarang, saya melihat bagaimana peran yang kami jalankan perlahan mulai bertukar.
Sepanjang hidup, saya melihat ayah sebagai sosok yang selalu mandiri. Terlampau mandiri. Semua ia selesaikan, bahkan permasalahan orang lain. Ia bisa melakukan segalanya dan selalu ada untuk kami semua. Namun, belakangan saya mulai melihat perubahan yang awalnya samar tapi perlahan makin kentara.
Jarang-jarang mulai datang permintaan tolong kecil. Terasa begitu aneh karena dahulu tak pernah terucap kata tolong dari bibirnya. Anak-anaklah yang selalu merepotkan dan membutuhkan bantuan, bukan sebaliknya.
Entah mengapa, saya merasa pilu. Baru kini merasa ayah yang serba bisa mulai menua. Mungkin semua orang memang menghadapi fase ini. Herannya, peralihan kecil ini sangat berdampak bagi saya.
Begitu juga dengan ibu. Makin bergantung pada anak-anak, obat-obat, serta alat-alat lain yang identik dengan konsep sakit dan tua. Ibu yang dulu selalu aktif bersepeda hingga berjam-jam kini melangkah perlahan sembari menahan linu.
Ibu yang senang bepergian dan punya banyak kemauan kini harus berkompromi dengan tubuh dan keterbatasan kondisi. Masih punya banyak harapan dan tujuan, tapi dihalangi oleh sakit yang selalu menghantui. Seandainya saja kami anak-anak bisa membantu mengurangi semua rasa nyeri.
Dengan segala ego orang tua, mereka masih kerap menolak. Tak mau dibantu bila tak benar-benar perlu. Terkadang kami pun kurang tanggap. Tidak tahu bahwa di balik kata 'tidak usah' sebetulnya mereka butuh. Tidak tahu bahwa apa yang bisa kami selesaikan dalam sekejap adalah sesuatu yang sulit bagi mereka. Apalagi jika menyangkut teknologi yang memang kian lama makin memusingkan. Kita saja terkadang ngos-ngosan mengejar ketinggalan dari anak-anak kecil yang digital natives, bagaimana dengan mereka?
Memang hidup selalu penuh dengan perubahan. Di usia kepala tiga ini, saya merasa seperti 'baru lahir' dan harus belajar lagi memahami posisi seorang anak. Mencoba mengerti pergeseran peran dan relasi dengan orang tua. Peka adalah kuncinya. Sisanya akan berjalan baik selama ada kepedulian dan rasa cinta.
Mungkin inilah gelisah yang dirasakan para anak saat melihat orangtuanya merapuh. Selain membantu, hanya doa yang makin sering terucap. Sehat selalu, papa dan mama. Mulai kini, biarkan kami yang mengambil peranmu.
20 notes
·
View notes
Note
Assalamu'alaikum mas herri, mau tanya. Apa pesan dan nasehat kakak untuk seorang anak perempuan yang ingin menikah tapi belum berani mengungkapkan keinginannya kepada orang tua karena ia ingin meringankan beban orang tua dan posisinya menjadi tulang punggung? Walaupun dikatakan usianya sudah matang, di atas 27 tahun
MAU MENIKAH, TAPI ORANG TUA BAGAIMANA?
Wa'alaikumsalam wr wb
Jadi sebenarnya keinginanmu itu untuk menikah atau meringankan beban orang tua? Atau ini adalah keinginan yang bersamaan?
Kalau kamu perempuan, memang akan dilematis karena kalau mengikuti tradisi di negeri ini, pasti akan ikut dengan suaminya. Mengurangi waktu bersama dengan orang tua karena biasanya tinggal berbeda rumah. Tapi saya punya saran.
Pertama, kamu memetakan sumber pemasukan dari orang tuamu dan keluarga intimu. Kamu hitung masuk dan keluarnya. Lebih, cukup, atau kurangnya akan menjadi pertimbangan realistismu. Karena soal kebutuhan itu soal matematis yang bisa dihitung. Berbeda jika ternyata orang tuamu butuh ditemani secara psikologis. Ini bukan soal hitung-menghitung kebutuhan duniawi.
Kedua, sampaikan saja soal keinginanmu untuk menikah kepada mereka. Karena seharusnya, beban kamu untuk mengurus orang tua jadi agak ringan karena ada orang lain yang ikut membantumu dan menegakkan kepalamu. Kamu bisa minta pendapat mereka dan mereka pun dapat siap untuk kamu "tinggalkan".
Ketiga, pastikan bahwa orang yang akan kamu bersamai kelak bukan orang yang akan menghalangimu membersamai orang tuamu. Pastikan bahwa dia adalah orang terdepan yang justru memintamu agar terus dekat dengan orang tuamu. Karena jika dia mencintai orang tuanya, tentu dia juga akan memintamu agar dia bisa tetap membersamai orang tuanya meski sudah menikah. Membersamai itu tidak harus tinggal bersama orang tua. Bukan. Tapi terus merawat dan memperhatikan mereka. Bukankah ini kerja sama yang bagus bahwa kalian sama-sama merawat orang tua dan saling mendukung?
Saya doakan semoga kamu bisa menemukan laki-laki seperti ini. Banyak dan mungkin saja ada di sekitar kita. Semoga Allah ﷻ memberikan jalan dan petunjuk-Nya.
64 notes
·
View notes
Text
Mamak Ayah
Segalanya. Bahkan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tak cukup diungkapkan dengan rentetan kalimat panjang. Dan tak mungkin terbalas segala jasa berapapun harta yang kita miliki.
Aku sedang membicarakan mereka yang terkasih. Mereka yang paling tulus. Mereka yang paling banyak melangitkan doa ~ untuk kita (anaknya). Dua orang yang menjadi sebab kita ada.
Mamak.
Ayah.
Maaf aku hanya bisa menangis menulis ini.
Bahkan tak sanggup sekedar mengungkapkan segala terima kasih dan maaf atas semua salah.
Waktu begitu cepat ya ? Seakan baru kemarin aku selalu mengintili mamak dan diantar ayah ke simpang untuk ke sekolah dari SMP hingga SMA bahkan awal-awal semester perkuliahan.
Sedangkan sekarang harus mencari solusi sendiri, walau tak pernah luput setiap keputusanku akan kutanya kepada mamak dan ayah. Pun aku masih diantar jemput ngajar ngaji oleh ayah. Dan masih dibangunkan pagi oleh mamak.
Manja sekali aku. 23 tahun. Pasti banyak sekali harapan mamak dan ayah kepadaku. Seperti ucapan dan doa di ulang tahun ku kemarin.
Ayah dan mamak masuk kamar ku pagi-pagi saat aku masih setengah sadar. Wkwk
"Selamat ulang tahun kak, udah dewasa yaa, udah 23 tahun, semoga cepat wisuda, segera dapat kerjaan bagus, dan segera dapat jodoh yang baik" kata mereka bersamaan. Klasik dan standar masyarakat sekali yaa, tapi itu lah harapan semuanya. Aku hanya mengaminkan dalam posisi diatas tempat tidur. Habistu menangis bisu dalam hening sambil pura-pura tidur lagi.
Maaf kakak belum jadi apa-apa di umur segini mak, yah. Maaf masih belum dewasa. Maaf jika banyak pertanyaan orang-orang yang membuat mamak ayah bingung jawabnya terkait anaknya yang belum ini itu. Doain selalu yang terbaik. Semoga mamak ayah sehat-sehat selalu dan dilancarkan rezekinya oleh Allah hingga melihat anak-anakmu sukses, pergi ke negara impian kita semua, berumah tangga hingga menimang cucu. Aamiin
~Faa, menulis ini dengan banjir air mata
#tautannarablog6 #orangtua
18 notes
·
View notes
Text
Tidak ada Pemandangan yang lebih indah dari seyuman di wajah orang - orang yang dicintai, sudahkah melihatnya baru2 ini?☺️
#lebaran#mudik lebaran#selfreminder#sabar#islamic quotes#syukur#inspiration#ikhlas#islamic reminders#surga#neraka#tawakal#orang tua#doa#dosa#taubat#bahagia#keluarga#cinta#jodoh#pernikahan#tawadhu#qanaah#istiqomah
43 notes
·
View notes
Text
Yaa Rabb, jika doaku terhalang oleh banyaknya dosa-dosa yg pernah aku lakukan, maka setidaknya kabulkanlah doa kedua orangtuaku..
#pekanbaru#esbatubulet#ramadhan#orang tua#doa#dosa#renungan#life quote#kata bijak#quote bijak#motivasi#tulisan#quoteoftheday#catatan
15 notes
·
View notes
Text
Barusan memimpikan hal yg dekat dg kebiasaan sehari-hari tapi kini sudah tidak dilakukan lagi.
(Read: (lagi-lagi) menikmati pecel porsi super dan mendengar komentar mereka atas pecel hunting yg mereka lakukan)
Hal yang sederhana sih sebenernya tapi apakah ini dapat berarti rindu? Apakah aku sekedar merindukan rutinitas atau deep down inside memang merindukan mereka? 🥺🥺🥺
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
2 notes
·
View notes
Text
Jadi Orang Tua Itu Harus Komit Sama Prioritas Pengasuhan dan Jangan Gampang Nyerah
Jadi orang tua itu harus bisa nerima realita bahwa jadi orang tua itu pasti capek.
Prioritas dalam mengasuh seorang anak itu harus menyeluruh. Gak bisa cuma fokus di salah satu aspek kayak cuma yang penting menyediakan makanan, pakaian, dan sekolah yang baik, tapi abai dengan aspek-aspek lain kayak disiplin jam tidur dan pola hidup anak di dalam rumah.
Prioritas orang tua dalam membesarkan anak itu harus seimbang dalam semua aspeknya. Kalau cuma beberapa aspek saja yang jadi prioritas kita, kasihan si anak nanti karena si anak itu butuh SEMUANYA, bukan cuma butuh pakaian saja, makanan saja, atau sekolah saja.
Semua aspek hidup anak kita harus diperhatikan. Jam tidurnya, jam bangunnya, jam makannya, jam mainnya, jam belajarnya, jam ibadahnya, juga kapan dia harus disapih—jika anaknya di umur 2 tahun, orang tua harus punya komitmen di sini. Gak bisa asal jalan saja dan terus nyerah kalau anaknya ‘susah’ diarahkan.
Misal, kalau dari awal jam tidurnya gak disiplin, ke depan ya bakal susah buat bikin anak punya jam tidur yang disiplin, tidur lebih awal, dan bangun lebih pagi. Saat anak sudah terbiasa tidur larut malam, orang tua yang baik harusnya ‘alarm’-nya nyala kalau ini tuh gak baik, gak baik buat pertumbuhannya dan gak baik buat habitnya karena pagi-pagi harus dibiasakan shalat subuh dan persiapan sekolah. Morning person itu dibentuk dari kecil.
Orang tua harus mengerti bahwa yang namanya mengubah kebiasaan buruk ya dengan membangun kebiasaan baru yang baik. Gak instan. Pelan-pelan tapi kontinyu. Misal buat memperbaiki jam tidur anak jadi lebih awal, ya orang tuanya harus konsisten setiap hari mempersiapkan anak agar tidur lebih cepat. Mulai dari sikat gigi anak, ganti pampers, sampai waktu skin care-an orang tua ya juga harus lebih cepat. Kalau orang tuanya gak disiplin, mau ngandelin siapa lagi? Anaknya kan belum bisa mengurus dirinya sendiri.
Masih soal contoh memperbaiki jam tidur anak, di malam pertama anak masih susah tidurnya, orang tua nunggu lama sekali sampai anak tertidur. Ya jangan nyerah. Hari kedua coba lagi. Ketiga coba lagi. Keempat coba lagi. Sampai jam tidurnya bener. Kalau nyerah sekali saja, ya gak akan bener tuh jam tidurnya.
Soal menyapih juga sama. Anak tuh kalau gak dikasih nyusu sama ibunya pasti nangis ngerengek minta nyusu. Kalau gak disetop ya bakal gitu terus. Nah ada orang yang mudah menyerah, bukannya gak tega, tapi gak tahan ngadepin anak rewel. Alhasil dikasihlah terus anaknya nyusu. Gagal terus menyapihnya.
Lihat apa penyebabnya? Orang tuanya gak komit dan gampang nyerah.
Kalau di dua contoh ini saja orang tua gagal membangun habit anaknya, apa gunanya hal-hal lain yang diprioritaskan kayak makanan dan sekolah yang baik tadi? Jadi gak optimal.
Orang tua itu harus menyeluh prioritasnya. Ibu adalah madrasah pertama seorang anak, maka jadilah sekolah yang mengajarkan nilai, akhlak, adab, habit, pengetahuan dan pemahaman. Ayah juga sama. Saling melengkapi.
Baik ibu dan ayah jangan sampai absen dalam membesarkan anak di semua aspek tadi. Prioritasnya juga sama. Jangan cuma fokus ke beberapa aspek saja. Bagi tugas dan jangan buang-buang waktu di dalam rumah.
Orang tua yang bekerja pasti capek. Makanya atur prioritas dan komitmen di situ. Pulang kerja sampai rumah JANGAN LANGSUNG TIDURAN SAMBIL MAIN HAPE. Kerjakan dulu sesuai prioritas ini.
Segera bersih-bersih diri.
Tunaikan dulu ibadah wajib seperti shalat di awal waktu. Jangan di akhir.
Urus kebutuhan anak seperti makan dan tidur tepat waktu.
Kerjakan tugas-tugas pokok di dalam rumah.
Sediakan waktu untuk ngobrol, bermain, atau mengajari anak sesuatu.
Baru istirahat, tidur, atau main hape.
Sebenarnya tidak masalah jika kita orang tua menyempatkan istirahat atau membuka hape di sela-sela aktivitas 1-5, hanya saja harus sadar diri untuk punya batas seperti maksimal 5 menit saja rebahan sambil buka hape, jangan sampai kebablasan. Kalau molor, dampaknya ke anak kita.
Anak itu sejatinya menunggu orang tua akan ‘meng-apakan’ dirinya. Jadi ya jangan ditunda-tunda atau diabaikan anaknya.
Hal yang sifatnya kebutuhan pribadi orang tua seperti istirahat, entertain, atau skin care bisa dikerjakan setelah anak tidur dan tertunaikan haknya. Jangan kebalik, bahkan jika beralasan: kalau saya nidurin anak dulu nanti saya ikut ketiduran jadi gak bisa skin care-an.
Ya salah sendiri ketiduran. Sebenarnya bisa saja dikerjakan di sela-sela aktivitas tadi, tapi jangan lelet.
Yakin deh, kalau disiplin mengerjakan poin 1 sampai 6 di atas tanpa buang-buang waktu di sela-selanya, orang tua akan punya banyak waktu setelahnya (baca: setelah anak tertidur).
Yang jadi masalah itu kalau habit orang tuanya gak disiplin, pulang kerja sampe rumah langsung rebahan sambil main hape 30 menit, sholat maghrib sengaja diakhirkan biar wudhunya bisa sekalian buat sholat isya, di sela-sela semuanya terus buka hape scroll sosmed dan bales-bales WA, gak sempet tilawah apalagi ngajarin anak sesuatu. Problem utamanya: orang tua yang procrastination dan gak disiplin sama prioritas pengasuhan.
Jadi orang tua itu memang capek. Jangan cengeng dan gampang nyerah. Gak usah banyak alasan. Perkara prioritas pengasuhan ini bukan hal yang butuh uang banyak, cuma butuh kemauan aja.
@taufikaulia
#parenting#pengasuhan#orang tua#quotes#nasehat#inspirasi#quoteoftheday#motivasi#taufik aulia#islam#tulisan#cinta#dakwah#pernikahan#rumah tangga
263 notes
·
View notes
Text
Kata ibu ndak papa rumahnya jauh, asal orangnya baik dan kamu diterima di keluarganya.
12 notes
·
View notes
Text
Barusan baca buku yang bilang gini:
Banyak yang siap jadi ayah atau siap jadi ibu, tapi tidak semua siap jadi orang tua.
Jadi ayah atau jadi ibu, modalnya cukup satu: punya anak.
Tapi jadi orang tua butuh banyak modal ilmu dan keteladanan.
*Mumpung masih sendiri, siapin baik-baik ya Pril ilmunya. Semoga suatu saat nanti kamu bisa jadi orang tua yang berilmu dan bisa jadi teladan untuk anak-anakmu. (:
(17 Januari 2024 | 05.12)
#selfreminder#daily reminder#motivasidiri#nasehatdiri#tulisan#motivasi#life qoute#life#parenting#orang tua
9 notes
·
View notes
Text
Orang Tua
Sudah beberapa tahun kebelakang, entah kenapa rasa-rasanya semakin hari ingin semakin lebih dekat dengan orang tua. Berusaha untuk selalu mengikuti perintah mereka dengan baik, berusaha untuk selalu menuruti setiap keinginan mereka, berusaha untuk selalu menuruti apa yang mereka katakan. Tapi keinginan dan perintah mereka sampai detik ini pun selalu tentang kebaikan diri ini bukan tentang mereka :")
Beberapa orang mungkin menganggap hal yang aku turuti dari kedua orang tua ku adalah hal receh, beberapa juga mungkin menganggap hal yang kuturuti dari ucapan mereka tak ubah nya seperti seorang anak kecil yang tidak punya keputusan sendiri, beberapa juga mungkin menganggap aku terlalu manut seperti tidak punya prinsip. Tidak apa, jika ada yang beranggapan seperti itu, aku sungguh tidak apa. Karena menurut ku beberapa hal yang mungkin orang lain anggap itu receh, adalah suatu hal yang istimewa yang mereka inginkan sebagai bentuk penjagaan mereka untuk ku.
Ridho Allah memang ridho orang tua, se-paling merasa lebih apapun dari mereka, kita hanya seorang anak, yang memang tidak patut untuk merasa "paling" dari mereka. Kekhawatiran mereka selama belasan, puluhan tahun, tidak akan pernah bisa tergantikan sedikitpun oleh kita.
Jadi teringat cerita seorang teman beberapa waktu lalu, saat ia harus mengalami sakit yang tidak terdeteksi secara medis secara berkepanjangan bahkan sampai harus mengorbankan banyak hal selama bertahun-tahun. Iya bercerita, bahwa benar hanya peran dari orang tua yang bisa menyemangatinya melewati masa-masa itu, bahkan teman-teman dekatnya sekalipun tidak bisa melakukan itu, bahkan beberapa meninggalkan nya karena merasa takut pada diri nya.
Teringat juga seorang teman yang sedang dalam perantauan, tetiba di beri kabar bahwa ayah nya sudah tidak ada, ia bilang hal itu benar-benar menyakitkan. Rasa sakit kehilangan orang tua itu betul-betul sangat melukai diri nya, peran yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun di dunia ini.
Ya Rabb, izinkan aku untuk selalu berbakti pada keduanya, sehatkan keduanya, lindungi keduanya saat tidak ada dalam penjagaan ku, bahagiakan mereka ya Allah, jangan biarkan aku melukai keduanya, jangan biarkan aku membuat kekhawatiran pada keduanya. Izinkan aku membahagiakan mereka sampai ke surga Mu ya Rabb :')
Bandung, 23 April 2023
32 notes
·
View notes
Text
Menerima Orang Tua
Saat masih anak-anak, kita mungkin sangat mencintai, bahkan mengidolakan orang tua. Seiring berjalannya waktu, terkadang perasaan itu memudar. Kita mungkin merasa kesal dan marah pada keanehan mereka. Tak sedikit pula yang merasa orang tuanya telah gagal mendidik, bahkan membangun hubungan toxic.
Meningkatnya kesadaran akan isu kesehatan mental membuat banyak orang mempertanyakan hubungannya sendiri. Di berbagai situs web dan media sosial, ada begitu banyak pembahasan tentang toxic parents. Setelah mengetahui ciri-cirinya, kita mencocokkan dan bertanya-tanya, "Apakah orang tuaku seperti itu?"
Dugaan saya, satu dua hal pasti pernah terjadi dalam relasi kita dengan orang tua. Mereka mungkin terlalu mengontrol, memarahi dengan berlebihan, atau melakukan kekerasan fisik (di kasus yang lebih jarang).
Setelah mengetahui fakta ini, kebanyakan anak menyalahkan. Mengapa orang tua saya seperti itu? Apakah mereka tidak peduli dengan kesehatan mental saya? Mengapa mereka begitu egois? Mereka sudah lebih tua dan dewasa, mengapa tidak bisa membuat keputusan bijaksana? Tentu ini salah mereka! Saya yang masih kecil kan belum tahu apa-apa?
Betul, orang tua seharusnya lebih bijak. Namun, kita sering lupa bahwa mereka juga manusia. Lepas dari betul salahnya semua tuduhan kita, mereka juga punya kelemahan. Lepas dari penghakiman berdasarkan artikel di situs web, mereka juga bisa khilaf.
Dengan bertambahnya usia, seharusnya kita makin dewasa untuk menilai bahwa orang tua kita adalah pribadi yang abu-abu. Ayah dan ibu tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ayah yang inspiratif dan pekerja keras mungkin sangat disiplin atau galak. Ibu yang penyayang mungkin banyak menuntut dan baperan. Kita seharusnya kian memahami orang tua sebagai sosok yang kompleks.
Bayangkan betapa sulitnya menjadi orang tua. Mungkin kita dibesarkan dalam kondisi yang tidak ideal sehingga Bapak terpaksa melakukan a b c yang sebetulnya tidak terlalu baik. Mungkin kita merasa tidak dicintai oleh Bunda yang fokus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Parenting adalah hal yang kompleks. Mengurus hidup sendiri saja susah, apalagi membangun keluarga dan mendidik anak. Adilkah menghakimi orang tua tanpa memahami situasi yang rumit?
Mencoba mengerti segala kesulitan ini membawa kita pada langkah terakhir (sekaligus terpenting) dalam menjaga hubungan dengan orang tua: memaafkan.
Pepatah berkata; memaafkan bukan untuk orang lain, melainkan diri sendiri. Pada sebagian besar kasus, orang tua tak akan minta maaf atas apa yang Anda anggap kesalahan besar. Mereka mungkin tak sadar atau bahkan malu atas kesalahan di masa lalu. Apabila kita memilih untuk menyimpan amarah, dendam akan perlahan menggerogoti. Demi kedamaian batin, alangkah baiknya kita memaafkan.
Orang tua memang bukan superhero yang sempurna. Justru dalam setiap kesalahan atau kekurangan, percayalah bahwa mereka sudah mengusahakan yang terbaik (dengan segala keterbatasan di waktu dan situasi itu). Sebanyak apapun uang yang harus dikeluarkan, selama apapun waktu yang harus dibuang, segalanya tak dihitung demi anak. Di balik semua hal yang terjadi, selalu ada cinta tulus dan harapan terbaik yang terselip dalam doa orang tua.
49 notes
·
View notes