#10 Syawwal
Explore tagged Tumblr posts
Text
[BISING]
Ada banyak sekali hal di dunia ini dan setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda. Terbebas dari faktor apa yang mempengaruhi di belakangnya, semua manusia dapat dipastikan memiliki kesibukan beragam antar satu dan lainnya.
Beberapa hal tak mengenal waktu, mereka memaksa untuk difikirkan saat ini juga. Membuat riuh kepala, menjadikan bising sebagai pendendang telinga.
Padahal di luar sunyi. Padahal di luar senyap. Tapi kepalamu berisik, dan hanya itu yang kau dengar.
Kejadian ini berulang dan seringkali membuatmu lelah dengan keadaan. Karenanya, cobalah berkenalan dengan sebuah kata "prioritas". Ia akan membantumu membuat antrean yang akan meluruskan benang-benang kusut di kepalamu.
Prioritas mengajari kita tentang mana-mana yang lebih utama. Menyadarkan bahwa kita hanya punya dua tangan dan satu kepala. Menyadarkan bahwa kita memang seorang manusia yang punya limit akan segala.
Dengannya, kau bisa merasa lebih manusiawi. Kau pegang apa-apa yang dapat kau genggam, dan lepas apa-apa yang menghalangimu bernafas. Fokusnya tertuju pada apa yang ada sekarang, bukan apa yang ada di masa lalu atau masa depan.
Ini membuatmu lebih hidup dalam hidup. Mengambil evaluasi dari hari kemaren, mengusahakan yang terbaik pada hari ini, dan memperbaiki di masa yang akan datang.
Jangan terlalu keras pada diri sendiri, karena ia yang akan membersamaimu sampai nanti. Beri jeda jika kau butuh ruang. Jangan paksakan apapun.
Hidup ini bukan pertandingan, bukan tentang seberapa cepat sampai, tapi seberapa banyak yang bisa kau pelajari dalam setiap detiknya.
Tenang, hayati alur nafasmu, lalu kuasai.
15 notes
·
View notes
Text
*HADIRILAH KAJIAN ISLAM ILMIYAH RUTIN SETIAP HARI SENIN*(terbuka untuk umum kau...
*HADIRILAH KAJIAN ISLAM ILMIYAH RUTIN SETIAP HARI SENIN*(terbuka untuk umum kaum muslimin dan muslimah) Judul: _Pertemuan ke 20_*BAB TAJWID* _Part 3_ _Kitab Syarah Matan Al Jazariyyah_ Bersama :alUstadz Ganjar Abu Muhammad حفظه الل�� InsyaaAllaah Senin*10 Syawwal 1444H* (01 Mei 2023M) Waktu: 16.00 WIB – Selesai Masjid ashSHIDDIQJl. Kebon Gedang Gg. Hj. Siti Aisyah Rt 02 Rw 10 Maleer…
0 notes
Text
Mengapa Idul Adha Kita Berbeda?
Seseorang mereplay statusku tentang konsep idul adha yang seharusnya kaum muslim di seluruh dunia tidak berbeda dalam melaluinya. Kupikir, tindakanku merupakan hal yang diacuhkan oleh sekitarku, jadi pede aja deh buat share. Ternyata, jaman sekarang masih ada kok orang-orang yang 'kepo' dan aware dengan hal-hal sensitif ini. Menurutku, mereka adalah orang-orang istimewa yang Allah coba tunjukkan untuk melawan kalimat "Semua orang sulit untuk menerima dakwah". Tidaaaaak! Masih ada peluang!
Ada sedikit perbedaan memandang idul Fitri dan idul Adha yang memang berbeda secara teknis.
Idul Fitri = 1 Syawwal (sebab 29/30 Ramadhan adalah hari terakhir di bulan Ramadhan)
Idul Adha = 10 Dzulhijjah (sebab 9 Dzulhijjah adalah hari dimana orang-orang berhaji wukuf di Arafah)
Sudah terbayang perbedaannya? Untuk menentukan kapan idul Fitri, maka harus dilakukan dengan melihat hilal yang jatuh di akhir Ramadhan. Jika hilal sudah tampak di tanggal 29 Ramadhan, berarti hari tersebut jadi hari terakhir di Bulan Ramadhan dan esoknya adalah hari raya Idul Fitri (1 Syawwal) Namun jika hilal belum tampak di tanggal 29 Ramadhan, maka Ramadhan digenapkan menjadi 30hari, sehingga lusa, menjadi hari Idul Fitri (1 Syawwal).
Sebabnya karena keberadaan idul Fitri ditentukan oleh kapan masuk bulan baru. Sedangkan untuk idul Adha tidak
Sebab idul Adha berlangsung tanggal 10 Dzulhijjah, maka seharusnya kapan hari arafahnya, kapan idul Adhanya, sudah kita ketahui sejak awal penentuan kapan 1 Dzulhijjahnya. Demikian pula aktivitas para hujjaj disana sedang melakukan apa, dan kapan wukuf nya bisa menjadi alasan kuat bahwa seharusnya idul Adha tak boleh berbeda.
Masalahnya kalo Ied saja beda hari, dan ternyata ada yang berpuasa di hari tasyrik, sedangkan hari tasyrik kaum muslim haram melaksanakan puasa, siapa yang mau menanggung resiko dosa keharamannya? Ketiadaan pemimpin yang mempersatukan perpecahan di negeri muslim menjadikan kita bingung menemukan solusi atas itu semua. Gak tau mana letak benar dan kelirunya karena tidak ada pemimpin yang tegas dalam hal-hal diatas.
1 note
·
View note
Text
Refleksi Ramadhan 1445 H (Bagian 1)
Hari ini merupakan hari ke-12 bulan Syawwal 1445 H, artinya bulan Ramadhan 1445 H telah selesai 12 hari yang lalu. Saya mencoba menuliskan refleksi Ramadhan 1445 H ini sebagai sarana catatan pribadi, sekaligus nantinya bisa menjadi pengingat dan tolak ukur agar kedepan bisa menjalani hari-hari yang lebih baik lagi. Khususnya jika masih diperkenankan oleh Allah SWT masih bisa sampai di bulan Ramadhan tahun-tahun berikutnya. Kita mulai dari cerita latar belakang kondisi terlebih dahulu. Bulan Ramadhan 1445 H ini berlangsung mulai tanggal 12 Maret 2024 hingga 9 April 2024, dimana saya berada pada semester ke-4 dalam program doktor ITB. Semester yang menurut saya menjadi persimpangan ataupun "jalan baru" yang akan saya tempuh karena terdapat perubahan cukup fundamental dalam skema penelitian yang akan saya lakukan. Well, untuk tulisanini saya akan lebih fokus bercerita tentang kehidupan Ramadhan 1445 H. Pada kesempatan Ramadhan ini merupakan Ramadhan ke-2 bagi saya dan keluarga yang bermukim di Bandung. Kami baru saja pindah ke kontrakan di Sekitar Balumbang, yang jaraknya masih tidak terlalu jauh dengan kontrakan sebelumnya. Pada malam pertama Ramadhan 1445 H, saya melaksanakan shalat tarawih di masjid Al mu'min. Masjid yang letaknya tidak jauh dari kontrakan kami. Dalam Ramadhan ini saya dan keluarga Alhamdulillah berkesempatan untuk banyak melakukan ibadah di masjid Salman ITB, khususnya di 10 malam terakhir kami mengikuti agenda i'tikaf. Sayapun juga lebih sering menanti berbuka (ngabuburit) di masjid Salman ITB, tepatnya 19 dari 29 hari saya menjalani berbuka di masjid Salman ITB (tulisan sesi berikutnya akan saya tampilkan menu sahur dan berbuka di Masjid Salman ITB yang saya ikuti). Pada awal Ramadhan ini saya terkadang masih disibukkan dengan eksperimen di lab. Namun mulai pertengahan Ramadhan hingga akhir lebih fokus pada penelitian mandiri.
0 notes
Text
Dari THR lebaran sampai pertanyaan kapan.
Kemarin, satu hari sebelum penetapan hari raya 1445 H, rasa-rasanya masih hambar dan tidak begitu antusias menyambut hari ini. Masih tidak rela berpisah dengan ramadhan serta utamanya karena memang ingin betul-betul memaksimalkan 10 terakhir bulan ini, alih-alih rupanya masih sedikit disibukkan dengan pilihan baju lebaran dan kegiatan masak-memasak :’)
Tapi tak apa, dengan sigap aku bersikap untuk hadir utuh dan penuh pada hari ini dengan harapan tetap dipertemukan dengan ramadhan tahun depan. Toh, dengan mindful atau tidaknya kita hari ini tetap akan berlalu bukan? Hematku, so just enjoy the day, pun karena ada rasa khawatir yang muncul kalau-kalau tahun depan ada anggota keluarga yang berkurang :(
Mengulang ingatan beberapa hari ke belakang, sebelum mudik tepatnya. Aku memutar otak ‘apa yang harus diberikan pas aku pulang nanti? Adakah sesuatu kebaikan terhadap kepulanganku nantinya?’
Aha, sampai aku menemukan misi kecilku untuk memberi edukasi tentang salah satu produk investasi jangka panjang pada saudara-saudaraku. Ngasih THR logam mulia, pikirku. Satu sisi, benakku agak khawatir juga akan adanya penolakan dan menariknya, hal tersebut terjadi bahkan dari orang ter dekatku sendiri wkwk ya, mamah sampai berucap tentunya dalam bahasa sunda namun kurang lebih maknanya seperti ini “emang pada bakal diterima? Mana ngerti emas logam mulia anak kecil”—“kan, sekarang waktu pengenalannya, mulai dari kita hehe”, pungkasku. Seketika mamah tidak menjawab lagi dan meninggalkan pintu kamarku yang sedikit terbuka itu.
Long story short, hari ini aku merasakan (lagi-lagi) betapa baiknya Allah-ku melancarkan semua rencana-rencanaku. Dari mulai ketika pembagian THR dan beberapa lembar rupiah itu aku justru melihat binar mata ketertarikan anak-anak alias ponakan dan sepersepupuan itu, sampai-sampai mereka banyak bertanya “ateu, ini emasnya bisa dijual? Bibi, ini tu buat ditabung ya? Mau aku simpan di mamah ah! Hingga respon Wah…wah..wah..dapat emas”—suara girang itu jujur membuatku mengharu biru, dan ku rasa momen itu tepat untuk menjelaskan bagaimana benda kecil itu bisa bekerja dan menguntungkan kita di masa depan.
Yash, the little mission has been accomplished!
Sebagaimana rutinitas di keluarga ku, setelah kumpul-saling maafan-ziarah-lalu seru-seru an, mulailah untuk berkeliling mengunjungi keluarga yang tidak begitu jauh tapi tidak juga begitu dekat ehe ya intinya, keluarga yang memang tidak bisa dan tidak selalu bertemu setiap hari. Termasuk salah satu orang yang biasa ku panggil ‘abi’, beliau ini merupakan pimpinan salah satu pondok pesantren yang masih memiliki garis keturunan yang sama dengan mamahku. Alih-alih bersyukur setengah hari yang dilalui tidak ada pertanyaan misterius (re: kapan….[isi sendiri]) yang dihindari oleh kaum berusia seperempat abad ini, eh rupanya abi tiba-tiba mendekat lalu sedikit berbisik ditengah keramaian manusia yang sedang saling bertukar cerita.
“Jadi, sama orang mana?”
Jleb.
Tuhan, selama bersekolah aku ndak pernah minta kunci jawaban ujian, namun untuk kali ini tolong kasih contekkan jawaban atas pertanyaan itu, batinku wkwk—saking bingung harus jawab apa (?) haha
Sudah tertebak bukan apa percakapan selanjutnya? Jelas, saya tidak mendapat bisikan jawaban yang diminta wkwk tapi jawaban yang paling akan akan memang “mwehehehe, mohon doanya ya, adaaa lah hehe (lagi)” padahal ‘ada’ nya itu diri sendiripun ndak tau siapa.
Sekian, cerita eid al-fithr 1445 H kali ini.
Happy Eid Mubarak Everyone!
Semoga kita kembali fitrah (suci) serta istiqomah atas apa-apa yang menjadi amalan bulan sebelumnya, karena itulah tanda bahwa amal-amal kita ada dalam penerimaan.
Subang, April 10th 2024/1 Syawwal 1445 H
1 note
·
View note
Text
Pulangku Syawwal ini ayah sedang diuji Allah dengan sakitnya. Sakit yang membuat Ayah sempat mengizinkan hal yang kemarin sempat tidak beliau izinkan. Namun, aku masih ingin meyakini bahwa dengan kebaikan Allah, Ayah akan kembali sehat dan do'a-do'a kami yang lainnya juga telah dekat pengabulannya. Kemarin aku dengar kalimat dari seseorang hafidzahallah 'Allah itu kan kasih kita nikmat banyak banget ya, nggak terhitung. Misalnya dari 10 Allah mungkin ambil 1 kenikmatan kita. Ya bukan berarti, kita hancur gitu.'
Meskipun pikirmu tahun ini akan lebih ringan dari tahun lalu, percayalah bahwa itu yang akan terjadi. Allah itu sayang banget sama kamu. Kalau kata bulek hafidzahallah, 'Mbak, coba lihat sudah sejauh ini Allah mengajarimu bersabar. Percaya mbak, percaya sama Allah. Tetep mau lulus kan? Meski fisik mu jauh, kamu bisa berbakti dengan mal. Minta sama Allah.' Iya, berhenti berangan-angan namun tetaplah percaya dan berhusnudzon pada Rabbul 'Alamin.
If. Jadilah hamba yang kuat. Terus libatkan Allah dalam setiap langkah. Tahan. Tahan. Meski rasanya terkadang hampir runtuh. Minta tolong pada Allah.
Ayah. Bu.
Maaf. Untuk keras kepala ku di masa lalu. Dan mudah rapuhnya aku di masa ini. Semoga Allah selalu menjaga dan menguatkan kita.
Bapak adalah lelaki pencerita. Beliau suka cerita apa saja dan menjadi teman ngobrol tentang apa saja yang nyambung. Bapak bukan tipikal yang suka menyalahkan. Kalau sudah aku yang bercerita, beliau akan mendengar dan memperhatikan seluruh ceritaku.
Hal yang paling aku rindukan sejak aku mulai keluar dari rumahnya adalah ceritanya. Cerita apapun itu. Cerita petualangannya setelah lulus SMA dan berpetualang dengan dua sahabatnya keliling dari kota ke kota hanya dengan bersepeda. Cerita tentang mimpi-mimpinya yang kata beliau hanya karena terlambat sepersekian waktu saja sudah mengubah peta hidup yang beliau rencanakan. Cerita pengalaman-pengalamannya ketika masih berjuang meniti kehidupannya di masa muda dari satu kota ke kota lain dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.
Kadang aku sadar meskipun banyak alfanya. Oleh karenanya aku ingin menulis ini jikalau suatu saat aku alfa maka aku ingin membacanya kembali. Bapak tidak pernah memaksa untuk melakukan suatu hal bahkan ketika aku pernah mogok sekolah ketika kelas tiga SD. Bapak tidak pernah memaksa untuk aku melanjutkan program percepatan ketika selalu beliau temui aku yang menangis setiap kali pulang asrama. Bapak juga yang selalu memilih mendengar ceritaku bahkan tetap mendengarkan diamku ketika lebih banyak yang memilih menyerah ketika sudah muncul jiwa kekanakanku. Bahkan di saat marahnya pun beliau lebih memilih diam.
Bapak ingin aku berjalan mengikuti rule yang ada. Meskipun aku yang keras kepala sering ingin keluar dari rule itu. Bapak ingin aku belajar dan tidak terlambat. Bapak yang mengupayakan banyak hal dalam hidupku. Mulai dari hal kecil hingga yang besar sekali. Dulu ketika aku masih kecil pernah sakit karena ingin sekali dibelikan kaset lagu pinguin alhasil ketika beliau tugas di Jakarta dibelikan lah aku kaset itu meskipun susah juga mencarinya. Meskipun aku sebenarnya tidak ingat cerita ini kalau bukan ibu yang menceritakan. Sampai akhirnya ketika aku mulai menapaki jenjang kuliah, beliau yang selalu menemani kesana kemari mulai dari ujian, daftar ulang, dll. Beliau tak pernah mengeluh. Meskipun belakangan aku tau beliau sempat memimpikan aku masuk kuliah suatu jurusan yang dulu tidak masuk daftar jurusan yang aku inginkan. Sebab beliau tidak banyak bicara ketika aku menanyakan ingin beliau aku bagaimana.
Ketika aku beranjak dewasa kelak, karena aku masih remaja tanggung saat ini, aku hanya ingin tidak mengecewakannya. Aku hanya ingin tidak lagi harus berbagi tangis di bahunya setiap kali kita berpisah di stasiun bahkan di telefon. Aku ingin melihatnya bahagia.
Maafkan aku belakangan ini.
Dari yang merindumu, di kota yang seringkali kau ceritakan sebagai bagian penting di hidupmu. Aku ingin pulang, Pak, untuk mendengar ceritamu.
Jakarta, 14 Januari 2018
3 notes
·
View notes
Text
Orang-orang yang paling layak untuk ditemani adalah orang-orang dalam jalan hijrah. Semangatnya masih menyala-nyala. Ketakutan akan kembali berbuat salah senantiasa membuntutinya. Tapi, dia sadar tak bisa jalan sendirian. Dia butuh teman. Dia butuh dorongan. Dia butuh tumpuan. Andaikata nanti pada jalannya banyak ia temui bebatuan dan jalanan terjal, ia tahu ia harus melangkah ke mana.
Pagi tadi, tiba-tiba sekali, sebuah nomor asing mendaratkan pesan di WhatsApp. Mengenalkan diri, menjelaskan asal mendapatkan nomor telepon, berikut tujuan menghubungi. Katanya baru hijrah, butuh teman agar istiqomah.
Mbak, terima kasih sudah datang pagi ini membawa tamparan. Bahwa sejatinya bukan mbak yang butuh ditemankan, tapi aku. Allah sedang kirim sinyal, ada yang harus dibenahi di diriku, syahdan Dia kirimkan teman yang mau sama-sama berjuang di jalan kebaikan.
Terima kasih sudah mau mengajakku berteman. Sekuat semampuku menjadi sebaik-baiknya.
Insyaallah ta'ala..
2 notes
·
View notes
Text
KITA BANYAK MAIN.
Imam Jamaluddiin Al-Isnawi mensyarahkan kitab Minhajul Ushul karangan Imam Baidhowi dengan syarahan yang terbaik dan menyelesaikannya ketika berumur 36 tahun.
Imam Suyuthi menulis Al-Bahjatul Mardhiyyah, syarah Alfiyyah Ibni Malik ketika umur beliau 18 tahun.
Imam Suyuthi menulis Tafsir Jalalain (dari awal AI-Baqarah hingga surah Al-Isra') selama 40 hari, bermula pada 1 Ramadhan hingga 10 Syawwal pada tahun 870H. Dan yang lebih ajib lagi adalah umur beliau ketika itu 22 tahun.
Imam Suyuthi menulis nadzam Alfiyyah dalam ilmu hadits selama 5 hari. Di khotimah kitab, beliau mengatakan;
نظمتها في خمسة الأيام # بقدرة المهيمن العلام
Imam Akhdhari menyelesaikan nadzam Sullam Munawroq dalam ilmu manthiq ketika berumur 21 tahun.
Syeikh Fannari hanya memerlukan waktu setengah hari untuk mensyarah Matan Isaghuji ketika berumur 25 tahun.
Bayangkan jika umur segitu mereka sudah menulis karangan- karangan yang luar biasa, kira-kira umur berapa mereka mulai mengaji dan belajar? Bagaimana pula dengan kita? Umur kita di gunakan untuk apa?kita banyak bermain-main. Yang berada dalam medan pengajian pun bermain, Lebih-lebih lagi yang di luar.. Termasuk lah yang menulis ini.
تأليف : محمد بصيرون
21 notes
·
View notes
Text
Ingin Mendapatkan Pahala Puasa Selama Satu Tahun?
Nabi ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan ALLAH, niscaya ALLAH akan jauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 puluh tahun perjalanan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jika itu keutamaan puasa satu hari, maka silahkan bayangkan bagaimana pahala puasa selama satu tahun penuh??
Begini caranya:
Nabi ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu ia lanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan syawwal, niscaya ia mendapat pahala seperti puasa 1 tahun penuh."
(HR. Muslim)
Dalam HR. An Nasa'i, Nabi ﷺ menguraikan:
"ALLAH menjadikan kebaikan menjadi 10 kali lipat, maka puasa 1 bulan (Ramadhan) bernilai 10 bulan dan puasa 6 hari setelah Idulfitri (di bulan Syawwal) menyempurnakannya menjadi 1 tahun."
Saudaraku...
Tahukah anda penjelasan banyak ulama (diantaranya ulama madzhab Syafi'i) tentang hal ini?
Mereka menyatakan pahala puasa 1 tahun penuh tersebut adalah pahala puasa wajib.
Maksudnya?
Ya, puasa 6 hari di bulan Syawwal merupakan puasa sunnah namun pahalanya senilai dengan puasa wajib, layaknya puasa Ramadhan.
Masih ada banyak waktu... marilah kita berusaha meraih 6 hari ini untuk menyempurnakan pahala puasa menjadi 1 tahun penuh.
Referensi:
L'anatut Thalibin 2/268, Tuhfatul Habib 3/155, Tuhfatul Muhtaj 14/69, Fathul Wahhab 2/351, Mughnil Muhtaj 1/447, Nihayatul Muhtaj 3/208, Alinshaf 3/344, Kasysyaaful Qina' 2/337,dll.
✏ Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah
9 notes
·
View notes
Text
‼️ Berhati-hatilah dari hukuman Allah.
Betapa banyaknya Allah menghukum seseorang tanpa orang tersebut sadar bahwa ia tengah dihukum.
■ Bukankah Allah telah mencabut nikmat manisnya bermunajat dari hatimu?
■ Bukankah telah berlalu hari sedang engkau tak sedikitpun membaca Alquran?
■ Bukankah telah berlalu malam-malam yang panjang, sedang engkau terhalangi dari qiyamul lail? Hanya menjadi bangkai semalaman?
■ Bukankah Allah telah tahan lisanmu, sehingga sulit sekali berdzikir?
■ Bukankah Allah telah mengujimu dengan cinta harta, pangkat, dan popularitas?
■ Bukankah engkau telah merasakan betapa beratnya berbuat ketaatan?
■ Bukankah Allah telah mudahkan untukmu jalan untuk berbuat ghibah, adu domba serta lisan yang penuh dusta?
■ Bukankah Allah telah melupakanmu dengan akhirat sehingga oreantasimu hanyalah dunia?
■ Bukankah telah lewat musim-musim kebaikan; Bulan Ramadan, 6 hari di bulan syawwal, ataupun 10 hari di awal bulan dzulhijjah, namun engkau sama sekali tidak diberikan taufik untuk memanfaatkan moment indah tersebut dalam ketaatan?
Sungguh teman-teman, terkadang hukuman Allah itu menimpa seorang hamba, sedangkan hamba tersebut tidak menyadari.
Dan termasuk juga dalam bentuk hukuman tersebut, ketika Allah membukakan pintu-pintu keduniaan sehingga kau lupa akan akhirat, atau Allah bukakan untukmu ilmu dunia yang melalaikanmu dari menuntut ilmu akhirat, bahkan, bisa jadi ia berikan untukmu harta yang melimpah, namun ia halangi engkau untuk mendapatkan lezatnya ketaatan.
Sungguh, betapa banyaknya hukuman Allah yang telah sampai, sedangkan engkau tidak menyadari.
Maka, berhati-hatilah wahai sekalian hamba Allah.
📝 Syaikh Wahid Abdussalam Bali. (di salah satu status FB)
Alih bahasa : Huzaifah Ali Akbar
Sungguh, ini mesti kau jadikan renungan, wahai diri.
21 notes
·
View notes
Text
*HADIRILAH KAJIAN ISLAM ILMIYAH RUTIN SETIAP HARI SENIN*(terbuka untuk umum kau...
*HADIRILAH KAJIAN ISLAM ILMIYAH RUTIN SETIAP HARI SENIN*(terbuka untuk umum kaum muslimin dan muslimah) Judul: *HUKUM WANITA MENGHADIRI SHALAT IED*_Kitab Taisirul ‘Allam Syarah Umdatul Ahkam_ Bersama:alUstadz Hary Badar bin Marwan حفظه الله InsyaaAllaah Senin*11 Syawwal 1444H* ( 01 Mei 2023M) Waktu: Ba’da Maghrib – Selesai Masjid ashSHIDDIQJl. Kebon Gedang Gg. Hj. Siti Aisyah Rt 02 Rw 10 Maleer…
0 notes
Text
Pada awal Desember tahun 2020, tepat di hari kelahiran ku. Saat itu usia ku genap 22 tahun, sembari duduk dipinggir sungai kecil yang berada di belakang sebuah Masjid yang cukup terkenal di kawasan Puncak, Bogor. Aku dan kamu menikmati setiap suasana di sana, suasana yang tidak kita dapatkan di kota. Semilir angin yang menambah tingkat dingin air sungai yang ku sentuh, suara aliran air dan suara orang-orang disekitar yang saling beradu. Aku ingat saat itu kamu bicara pada ku di antara suara aliran air dan suara riuh sekitar dengan nada lembut dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirmu "Tahun depan sekitar tiga bulan dari sekarang aku dan keluargaku akan datang menemui keluargamu untuk melamar kamu".
Mendengar ucapanmu, aku menahan perasaan bahagia dan berusaha menyembunyikan senyumku. Aku berusaha tidak mengekspresikan perasaanku dan membatin "stay cool, stay calm bro" hahaha. Tapi cukup sulit untuk menyembunyikannya. Aku membuang muka dan tidak berani melihat wajahnya sebab mata ku berkaca-kaca menahan air mata. Siapa sangka? Di saat aku selalu berpikir bahwa tidak ada laki-laki yang mau menerima keadaan ku dan keluargaku, Namun atas izin-Nya kamu hadir dalam kehidupan ku.
Kamu yang menerima segala kekurangan yang aku punya bahkan hingga keadaan keluarga ku yang sangat rumit. Kamu yang berani dengan tegas bersedia menyempurnakan agama dengan menjadi imamku. Kamu laki-laki yang bahkan tidak pernah berpikir untuk mundur disaat orang lain memilih untuk mundur karena keadaanku dan keluargaku yang rumit ini. Bahkan saat aku harus menjalani pengobatan selama 9 bulan lamanya hingga keadaan fisik ku yang berubah karena pengaruh obat yang ku minum dan saat aku harus menjalani perawatan rutin terapi psikis, kamu tidak pernah meninggalkan aku. Kamu yang selalu sabar menemani seluruh proses pengobatan dan perawatan ku. Kamu yang selalu berusaha menjadi support systemku. Laki-laki yang tidak pernah ku sangka kehadirannya ternyata begitu dekat dengan ku.
Satu bulan kemudian..
Diluar dugaan, atas izin Allaah sebelum tiga bulan dari waktu yang telah direncanakan, lamaran dipercepat tepatnya pada bulan Februari 2021. Kamu hadir bersama keluargamu, memohon izin dan restu kepada keluargaku untuk meminang ku sekaligus perkenalan keluarga dan penentuan tanggal pernikahan. Tiga bulan setelah lamaran ditentukan sebagai waktu pernikahan kami.
Usai idul Fitri tepatnya 10 Syawwal 1442 H/22 Mei 2021, Alhamdulillah kamu telah sah menjadi suamiku, begitupun sebaliknya aku sebagai istrimu. Semoga Allaah selalu meridhoi dan memberikan keberkahan dalam rumah tangga kita, semoga Allah memberikan kita anak-anak yang sholeh dan sholehah. Serta semoga Allaah izinkan kita untuk terus bersama hingga surgaNya.
Aamiin allaahumma aamiin..
Ana uhibbuka fillaah yaa zawjii♡
1 note
·
View note
Text
KENAPA MUSUH MENGUASAI NEGERI-NEGERI KAUM MUSLIMIN?
.
Kenapa sebagian negeri-negeri kaum muslimin dikuasai oleh orang-orang kafir dalam segala hal, bahkan sampai wilayahnya dicaplok dan dijajah, seperti Palestina?
.
Itu semua akibat sebagian kaum muslimin sudah jatuh kepada perbuatan nifak, bid'ah dan kemaksiatan secara terang-terangan, yang banyak menyelisihi ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
.
فلما ظهر النفاق والبدع والفجور، المخالف لدين الرسول؛ سُلِّطت عليهم الأعداء
.
Maka tatkala kenifakan, kebid'ahan dan kemaksiatan telah tampak (secara terang-terangan), yang menyelisihi agama Rasul, pasti mereka dikuasai musuh-musuh. Majmu' Fatawa 13/178. Lihat lengkapnya baca disini http://iswy.co/e13kcf
.
Berkata Syekh Sholeh Al Fauzan hafidzahullah :
.
ما يمكن للمسلمين أنهم يقاومون اليهود والنصارى إلا إذا قاوموا البدع التي بينهم، يعالجون أمراضهم أولًا حتى ينتصروا على اليهود والنصارى،
.
Tidak mungkin bagi kaum muslimin bahwasanya mereka bangkit (melawan) Yahudi dan Nashrani kecuali kalau mereka bangkit (melawan) bid’ah yang ada diantara mereka, mengobati penyakit-penyakit mereka terlebih dahulu : sehingga mereka bisa mengalahkan Yahudi dan Nashrani.
.
أمّا ما دام المسلمون مضيِّعين لدينهم ومرتكبين للبدع والمحرمات ومقصِّرين في امتثال شرع الله فلن ينتصروا على اليهود ولا على النصارى، وإنما سُلِّطوا عليهم بسبب تقصيرهم في دينهم،
.
Adapun selama kaum muslimin menyia-nyiakan agama mereka, melakukan perbuatan bid’ah dan yang haram dan melalaikan dalam mematuhi syariat Allah, maka mereka tidak akan menang melawan Yahudi dan Nashrani, dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) akan menguasai atas mereka (kaum muslimin) disebabkan kelalaian mereka terhadap agama mereka.
.
فيجب تطهير المجتمع من البدع وتطهيره من المنكرات ويجب امتثال أوامر الله وأوامر الرسول صلى الله عليه وسلم قبل أن نحارب اليهود والنصارى، وإلا إذا حاربنا اليهود والنصارى ونحن على هذه الحالة فلن ننتصر عليهم أبدًا وسينتصرون علينا.
ﺍﻟﻤﺼﺪﺭ : ﺍﻹﺟﺎﺑــﺎﺕ ﺍﻟﻤﻬﻤــﺔ ﻓــﻲ ﺍﻟﻤﺸﺎﻛــﻞ ﺍﻟﻤﻠﻤّــﺔ
.
Maka wajib membersihkan masyarakat dari bid’ah dan membersihkan dari kemungkaran-kemungkaran, dan wajib menegakkan perintah-perintah Allah dan perintah-perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum kita memerangi Yahudi dan Nashara, kalau tidak, apabila kita memerangi Yahudi dan Nasharani sementara keadaan kita seperti ini, maka kita tidak akan menang melawan mereka selama-lamanya, bahkan mereka akan menang atas kita, disebabkan dosa-dosa kita. Al Ijabaat Al Muhimmah fiil Masyakil Al Mulimmah, Jilid 1, halaman 150 – 151). Sumber :https://ar.alnahj.net/audio/695
.
(Ditulis oleh Ustadz Abu Fadhel Majalengka hafizhahullah)
.
Sabtu Pon
10 Syawwal 1442
22 Mei 2021
1 note
·
View note
Text
#17 Menyingkap Rahasia
Kadang ada beberapa hal yang tak mampu kita pahami.
Kita tak pernah mengerti, seolah tak ada jawaban.
Ya... manusia dengan segala keingintahuannya, memberi celah untuk kita memaksa.
Memaksa akan tabir rahasia yang terjaga oleh-Nya.
Tak semua hal selalu harus kita tahu.
Hingga tak jarang akhirnya kita menyangka-nyangka, jadi sok tahu.
Yaa.. barangkali ada hal-hal yang memang sengaja Allah jadikan rahasia, hingga kita takkan pernah tahu alasannya didunia.
Karena bisa jadi, rahasia itu adalah bagian terbaik untuk kita.
Dan Allah jauh lebih tahu, selalu begitu.
Jadi, belajar lagi ya...
Belajar untuk menerima bahwa tidak segalanya harus kita tahu alasannya saat ini juga...
Biarlah jadi rahasia dulu, bila Allah izinkan mungkin kita baru memahaminya suatu saat nanti... ya, bila Allah izinkan tabir itu terbuka, tapi jika belum, yasudah tak perlu memaksa, tak perlu terlalu banyak menyangka-nyangka dari tiap tabir rahasia...
"Alif laam raa......" (QS. Yusuf: 1)
Seperti salah satu penggalan dari surat cinta-Nya... hingga saat ini, kalimat 'alif laam raa' adalah bagian rahasia Allah yang tak dapat kita pahami apa makna dibaliknya...
Ditulis dimalam ke sembilan belas Syawwal 1441 H
Cilacap, 10 Juni 2020 (22.11)
8 notes
·
View notes
Text
Ternyata… Menjadi Moderator Itu Cukup Mudah
Pukul 11.00 WIB, 16 Mei 2020/23 Ramadhan 1441 H
Sabtu siang, saat itu sedang santai selepas sholat Dhuha dan baca Al-Quran, tiba-tiba ada notifikasi whatsapp yang masuk. Sepintas mata memandang handphone lalu melihat nama “Seminar Nasional 3 Kampus”.
“Ini apa ya?”, gumamku dalam hati.
Tak lama kemudian, muncul pesan di grup whatsapp tersebut, bahwa dalam waktu dekat akan dilaksanakan Webinar Nasional dengan tema “Pengembangan HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam Pembelajaran Bahasa Arab” pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2020. Adapun acara ini diadakan oleh dua prodi, prodi Magister Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Bukittinggi bekerjasama dengan IMLA (Ittihad Mudarris al-Lughah al-‘Arabiyyah bi Indonesia/Persatuan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia).
Persiapan demi persiapan dilakukan, mulai dari pembuatan flyer, pendaftaran via google form, membagikan informasi acara, melayani pertanyaan dari para peserta, sampai pada teknis pelaksanaan acara yang menggunakan aplikasi Zoom.
Di tengah-tengah persiapan acara – singkat cerita – ditunjuklah yang menulis sharing pengalaman ini menjadi moderator. “Eh, moderator?”, lagi-lagi ku bergumam dalam hati. Deg.. Deg.. Selama pernah menjadi moderator di beberapa momen dan kesempatan, baru kali ini gugupnya bukan main. Mungkin karena acara ini membawa nama IMLA, jadi rasanya kalau tak bisa membawa diskusi dengan baik gimanaa gitu, rasanya kayak gak bisa memberikan kesan yang baik. Akhirnya, malam sebelum hari-H, aku membuka channel Youtube, menyimak penjelasan tentang “tips menjadi moderator yang baik” (tumben banget memang ini dilakuin, balik lagi alasannya karena itu. Apa karena diri ini orangnya cukup perfeksionis, jadi apa-apa harus perfect “nak akui itu”, hihihi).
Tibalah Hari-H acara. Setelah beberapa sambutan dimulailah dengan sesi diskusi. Saat sebelum mulai acara, hingga saat mengawali diskusi, seperti biasanya aku gugup panggung. Lalu kuucapkan basmalah dan shalawat, lama-kelamaan mengalir tenang tanpa ngerasa gugup lagi. Di akhir, ku hela napas dan mengucapkan “Alhamdulillaah”.
Ternyata, ini rasanya jadi moderator. Cukup mudah juga...
Benar, tak sulit. Mungkin beberapa dari sahabat pernah merasakan bagaimana memandu suatu diskusi pada kegiatan seperti seminar, kuliah umum, workshop, konferensi, simposium, lokakarya, talkshow, diskusi dalam lingkup kecil, dan lain sebagainya. Dari pengalaman ini, aku simpulkan beberapa hal penting untuk diperhatikan dan dilakukan, yaitu:
1. Berani mengcut pemaparan narasumber. Maksudnya adalah ketika waktu untuk pemaparan hampir selesai, kita harus berani memberitahukan narasumber bahwa waktu tinggal 5 menit misal, dan pastinya harus menggunakan kalimat yang sopan dan santun. Ini yang betul-betul dirasain saat memandu acara kemarin. Walaupun materi yang disampaikan masih banyak, namun jika waktu sudah tinggal beberapa menit lagi, mau tak mau harus dipotong. Di samping itu, beberapa peserta ada yang komentar “sebentar sekali penjelasannya, kita gak bisa nikmatin webinarnya niih”, “jangan dipotong-potong doong penjelasannya”. Di sini, kita tak perlu ambil pusing, sampaikan saja kepada peserta bahwa karena keterbatasan waktu, jadi pembahasan hanya 10 atau 15 menit, selebihnya bisa dilanjutkan dalam sesi tanya jawab.
2. Pandu diskusi dengan apik dan dinamis. Artinya, jangan monoton, jangan kaku, kalau bahasa anak milenialnya santuy aja. Gunakan kalimat yang komunikatif dan informatif. Tak cukup fokus dengan pemaparan narasumber saja, namun kita juga harus bisa berinteraksi secara baik dengan peserta. Perlu diperhatikan juga, bahwa tiap kegiatan ilmiah itu memiliki teknis yang berbeda-beda, ada yang santai seperti talkshow, dan ada yang serius seperti seminar dll. Jadi, kita sesuaikan saja pembawaannya.
3. Sinergikan antara fokus menyimak pemaparan narasumber, mencatat poin-poin penting dan melihat waktu. Ini yang lumayan sulit, ini pula salah satu tantangannya kalau jadi moderator. Bagaimana caranya dalam satu termin kita harus menyimak, mencatat, dan melihat waktu. Jadi, ini adalah cara melatih kelihaian untuk melakukan banyak hal dalam satu waktu.
4. Bersikap percaya diri. Ini penting sekali, mengingat moderator adalah tombak kelancaran dan kesuksesan suatu kegiatan diskusi ilmiah. Oleh karena itu, hal ini harus dimiliki oleh seorang moderator. Kalau kita gugup, terbata-terbata dalam berkomunikasi, diskusi tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, kalau kita bersikap santai, percaya diri, ramah dalam membawa diskusi, in syaa Allah akan terkesan baik, tidak hanya bagi penyelenggara acara, melainkan juga seluruh peserta yang mengikutinya.
5. Dan yang pasti, jangan lewatkan kesempatan untuk mengeksplor diri. Jadi moderator adalah salah satu jembatan kita untuk belajar mengembangkan potensi diri. Jangan biarkan diri kita terperangkap dalam zona nyaman. Jangan takut untuk membuka diri lebar-lebar, bahwa dunia ini luas banget. Bisa kenal banyak orang dan membangun relasi. Belajar public speaking, bagaimana menghadapi banyak orang, bagaimana berbicara di depan orang banyak secara terbuka.
Sekian sharing pengalamannya.. sobat, semoga bermanfaat...
Jumat, 6 Syawwal 1441 H/29 Mei 2020
1 note
·
View note
Text
1.40 p.m
Kalau kebaikanmu yang kamu anggap wajar, tapi menjadi tak wajar ketika diterima orang lain, maka berhentilah sejenak. Barangkali ada yang salah dengan caramu menyalurkan kebaikan itu.
Seperti kebaikan seorang perempuan yang selalu apa adanya, justru ditafsirkan berbeda di hadapan lawan jenisnya.
Kebaikanmu tidak salah, tapi alamat kebaikanmu yang barangkali belum tepat.
Cobalah mundur beberapa langkah, ambil jeda untuk berkontemplasi.
4 notes
·
View notes