cerita perjalanan dari hati, pikiran, dan hidup itu sendiri
Last active 3 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Thank you to everyone who got me to 500 likes!
blog kecil ini ternyata bertumbuh bersama banyak cinta!
0 notes
Text
sejak di rantau, tiap kali aku cerita ke orang kantor kalau habis dari sana-sini. pertanyaan mereka selalu sama, "naik apa ke sana? sendirian?".
iya lach sendirian, naik trans jateng dan trans solo. jawabku. lalu mereka semakin heran, gimana bisa aku paham jalan-jalannya.
aku jelaskan dengan singkat yang intinya di google maps itu fiturnya ga cuma nunjukkin jalan buat mobil atau motor, tapi juga transportasi umum. apalagi tempat tinggalku memang ada di wilayah yang transumnya terintegrasi. turun di halte mana, pindah koridor—lengkap infonya. mudah banget dech pokoknya, alhamdulillah.
"berarti kamu pemberani banget ya kak? ga takut gitu bepergian sendiri di kota orang. bener emang kamu penempatannya di sini, karena kamu seberani itu," puji kawan dekatku.
hah? wkwkwkwkwk. aku ga sempat menjawab pujian itu. karena bagiku, ga ada yang spesial dari berani ke mana-mana sendiri.
atau mungkin, ini bukan soal keberanian (ga takut) ya? tapi keberanian ga punya teman bicara di perjalanan, keberanian untuk nanya misal bingung arah, keberanian untuk ga khawatir terlihat kasian karena sendirian, dan sebagainya?
tidak tahu.
I enjoy solo traveling. sendiri aja, karena aku ga harus bingung memutuskan ke mana akan pergi. sendiri aja, karena aku ga perlu pusing memikirkan akan ke utara atau selatan. sendiri aja, karena itu dibutuhkan terkadang.
1 note
·
View note
Text
Mengimani Takdir
Menjelang tengah malam tadi, aku dikagetkan dengan celoteh seorang teman yang memandang hidupku senantiasa mengalir, santai, seperti tidak sedang memburu apa-apa. Tak seperti hidupnya yang tergopoh-gopoh berkejaran dengan waktu; dari skripsi, lulus, sampai mencari pekerjaan.
Dilihatnya aku yang tampak tenang menjalani semua yang baginya harus disegerakan. Dianggapnya aku tak masalah akan beloknya impian, sementara ia mesti meringis kecut melihat kemudahan yang ditimpakan kepada selainnya.
Kadang dalam suatu waktu, cermin terbaik adalah teman kita sendiri. Baik dan buruknya kita yang tak kasat mata, nampak nyata dalam pandangannya. Tapi, begitulah cermin, hanya menampilkan hal-hal zhahir, sesuatu yang terlihat di permukaan, tak mampu menyelami kedalaman.
Nyatanya, mengetahui diriku yang setenang dan se-tak masalah itu menghadapi apa-apa di hadapan membuatku senang dan sedih sekaligus.
Senang sebab di antara banyaknya manusia yang terus mengutuk takdir-Nya, aku memilih tidak kecewa dan terus berbaik sangka pada ketetapan-Nya. Mengiringi tiap tarikan napas dengan permintaan yang itu-itu saja; Yaa Allah, buatlah aku ridha terhadap ketetapan-Mu. Toh, aku percaya selama ikhtiarku sampai puncaknya, apa yang ditakdirkan untukku kemudian, pasti yang terbaik. Pasti.
Sedihnya, aku jadi suuzhon dengan diri sendiri, bertanya-tanya, “apa aku tak segairah itu memperjuangkan hidup? Ketika orang-orang berlari mengejar mimpinya, sementara aku jalan biasa sembari mampir di warung tetangga?”. Sedih pula sebab nyatanya aku tak setenang yang orang lain pandang. Bahwa untuk menaklukan diri sendiri agar terus lapang terhadap takdir butuh kekuatan ekstra. Ada ambisi yang harus dipadamkan. Ada air mata yang mesti dijatuhkan. Dan untuk melakukannya, sampai saat ini, aku masih mampu, dan semoga terus mampu.
Semoga kita terus dianugerahi kemampuan berbaik sangka pada ketetapan-Nya. Menjadi hamba yang tidak banyak rewel ketika arah yang Dia tunjukkan tak sesuai dengan arah yang kita mau. Semoga Allah selalu meneguhkan hati kita dan orang-orang terdekat kita ke dalam iman yang mengguncang kuat terhadap takdir-Nya. Sebab salah satu cara mengimani takdir, ialah dengan tidak kecewa terhadapnya dan kepada-Nya.
Aamiin.
2 notes
·
View notes
Text
aku gapapa
ternyata untuk menjadi tumbuh, mekar, dan bercahaya itu tantangannya banyak sekali ya. kaya masuk seleksi berulang kali demi meraih predikat 'lulus'. meskipun kalau dipikir jauh ke depan, kelulusan final orang mukmin jelaslah surga.
tapi, surga itu jauh. sedangkan dunia dan keindahannya cuma berjarak kedipan mata. jadi penginnya, setelah tantangan yang silih hadir-pergi, cepatlah berganti jadi hadiah-hadiah indah nan menggembirakan. kaya yang orang-orang sering bilang: pelangi setelah hujan badai.
cuma kok, receh kali ya kalau mengharap balasannya semata hal dunia? sesuatu yang penuh senda gurau, sementara, lagi fana. sementara akhirat adalah kekal, tempat surga berada.
lalu jadi curiga. di balik tantangan-tantangan itu, apakah justru tantangan terbesarnya ada pada ketidakdekatan dengan Allah? jauh dari-Nya membuat hati jadi sempit, pikiran jadi picik, dan napas yang terus dihela. mungkin, bukan masalah yang ga kunjung reda, tapi kedekatan kepada-Nya yang tiada.
coba kalau dekat, tantangan-tantangan tadi pasti hanyalah selintas lalu. tanpa ketakutan, tanpa kekhawatiran. dunia boleh diharap, tapi puncak harapan tetaplah surga. mungkin dengan itu hati jadi lebih lapang menerima tiap tantangan-Nya, sebab di sana ada rasa percaya: kalau tantangan ini ujungnya ialah surga, aku gapapa.
5 notes
·
View notes
Text
[10/26, 17:55] Bun, gimana caranya tetap melibatkan Allah, ketika harapan2 kita trnyata ngga sesuai dgn kenyatan-Nya.
[10/26, 17:56] Rasanya mau berpikiran waras. Tpi malah tibanya ovt.
[10/26, 17:56] Ko kmu bisa sii sekuat itu. Tetap berprasangka baik.
[10/26, 18:18] ok baik krn kamu tanya gimana caraku, aku jawab berdasarkan pengalaman ya 🤭
masalah takdir, wilayah kerja manusia adalah ikhtiar, mencari sebab dari takdir yg baik. kita usaha, usaha, usaha, sampai mentok. setelah itu, tawakkal, kasih keputusannya sama Allah.
trs aku suka banget sama redaksi doa istikhoroh: jika sesuatu tsb baik untukku, untuk agamaku, untuk masa kini dan masa yg akan datang, mudahkanlah. kalau ga baik untukku, untuk agamaku, untuk masa kini dan masa yg akan datang, jauhkanlah dan buatlah aku lapang.
sama doanya nabi Musa: wa ufawwidhu amrii ilaallaah..aku serahkan urusanku kepada Allah. ini diresapi betul2, penuh harap. tenang hatinya bun.
trs kalau ternyata hasilnya ga sesuai keinginan, ada doanya lagi. Allahumma inni as-alukar ridho ba'dal qodho.. yaa Allah, buatlah aku ridho dengan ketetapan-Mu.
trs biasanya aku sambil mbatin: ternyata dalam hidupku yg sekali ini, Allah kasih catatan takdir seperti ini. memang sudah ketetapannya Allah, gitu
habis itu berprasangka baik ke Allah. selama kita masih muslim, masih mukmin, pasti Allah akan menolong bun. pasti.
cara2 itu hampir selalu aku terapkan bun.
tapi selalu melibatkan Allah bukan berarti kita harus selalu kuat dan ga boleh nangis ya. kalau memang menyesakkan, nangis aja. tp tetap sadar kalau ini sudah takdirnya Allah.
kurang lebih begitu bun, maap panjang~
0 notes
Text
so damn true.
“You don’t find your worth in someone. You find your worth within yourself and then find someone who’s worthy of you. Remember that.”
— Unknown
9K notes
·
View notes
Text
Allah menurunkan Al Qur'an melalui malaikat Jibril kepada Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah untuk menguatkan hati orang-orang beriman, menjadikan mereka istiqomah di tengah fitnah. sehingga siapa yang ingin istiqomah, hendaklah ia memiliki perhatian terhadap Al Qur'an dan jangan menyia-nyiakannya.
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ
Al Qur'an adalah petunjuk bagi manusia,
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa,
وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
dan dia adalah kabar gembira bagi orang-orang yang mau menyerahkan diri kepada Allah.
busyro artinya kabar gembira. ketika seseorang dirundung kesedihan, keresahan, kemudian dia kembali kepada Al Qur'an, dia akan merasakan dirinya dalam keadaan lapang dadanya. ketika membaca Al Qur'an dan memahami maknanya, dia akan melihat ujian yang besar itu hanyalah sebuah perkara yang kecil. di dalam hatinya ada optimisme, ada rasa harap yang sangat kepada Allah.
0 notes
Text
nyala perempuan
di masa quarter life crisis yang sebenernya ga quarter-quarter amat—mengingat usia lebih dekat ke 30 alih-alih 25 wkwkwk. aku sampai hari ini masih dealing dengan pandangan bahwa perempuan yang keren dan berdaya adalah yang kebermanfaatannya menerangi semesta. yang sesiapa orang mengenalnya. yang kontribusinya mengenai banyak orang.
aku masih terjebak dalam standar-standar bias yang entah siapa pembuatnya. menjebakku dengan rasa hina dina seandainya aku ga ada di level tertentu.
tapi itu kemarin. beberapa hari lalu.
hari ini, aku baru mengenal kalau perempuan keren ada di mana-mana. mudah dijumpai di tiap penjuru. ga melulu ia yang lantang berdiri di mimbar-mimbar tempat argumen beradu. apalagi dalam ruang-ruang yang tersekat oleh strata sosial—yang sialnya ga setiap perempuan punya kunci memasukinya bernama kesempatan.
sekarang aku tahu kalau seorang perempuan yang memodifikasi motornya menjadi 'dapur' pembuat martabak mini di depan sekolah-sekolah ialah perempuan keren dan berdaya. atau seorang perempuan yang menerjang dingin dan ngantuknya pagi buta untuk menggelar lapak dagangnya di pasar-pasar tradisional. atau seorang perempuan di kota asalku yang barangkali separuh usia hidupnya menjadi petugas parkir. atau seorang perempuan penyapu jalanan. atau seorang perempuan ibu rumah tangga. atau..
silakan kalian sebut segala pekerjaan yang perempuan terlibat di dalamnya. selama ia merdeka, terpaksa ataupun tidak, ia tetaplah perempuan yang keren dan berdaya.
ia percaya diri. ia berdiri di atas kaki sendiri. apa yang lebih keren dan berdaya daripada itu?
menelisik ke belakang, keberdayaan alamiah perempuan sudah melekat pada kodrat-kodrat biologisnya. bertarung dengan hormonnya sendiri setiap waktu. bertahan dengan sindrom bawaan di masa periodnya. berjuang dalam masa kehamilan, sakitnya melahirkan, dan beratnya menyusui. serta amanah pengasuhan yang seolah-olah milik tanggung jawab perempuan.
maka, menjadi perempuan saja, ia telah berdaya. jika ia sampai keluar melampaui kodrat biologisnya, ia sungguh luar biasa.
4 notes
·
View notes
Text
kamu kehilangan banyak hal, tapi kamu masih di jalan-Nya. sungguh, kamu tidak kehilangan apa-apa.
rose kepada rose.
51 notes
·
View notes
Text
#ceritakelas: guru suka marah-marah? ini solusinya
dua siswa tengah sibuk ngobrol di pojokan selagi aku jelaskan materi. kukeluarkan jurus andalan: diam dan menatap objek sumber keributan.
siswa lain membaca sinyal diamku, mereka saling sstttt sstttt menyuruh kawannya berhenti ngobrol.
kelas pun hening, tapi bukan siswaku kalau heningnya bertahan lama. siswa yang daritadi adalah sumber kebisingan seketika berkata:
siswa 1: orang yang banyak sabarnya nanti yang paling disayang Allah
aku: oh berarti di kelas ini bu ros yang paling disayang Allah
siswa 1: oh iya bu, jelas itu. nanti bu ros dapat jodoh yang edebra edebra
siswa 2: iya nanti dia edebra edebra
siswa 3 dan seterusnya melanjutkan banyak doa-doa....untukku.
aku: halaaah kalian curang kalau gitu. bu ros mau marah-marah malah didoakan, kan jadi ga enak kalau marah. sek ayo teruskan doanya, bu ros bagian mengaminkan hahaha
lalu terbanglah doa-doa itu. semoga nyampai ke langit. semoga yang tadinya cuma candaan dan hiburan demi bu ros ga jadi marah, Allah kabulkan betul-betul ya.
ayo bantu aminkan!
aamiiin yaa Allaah..
0 notes
Text
tiba-tiba (akan) rindu
dulu saat harap-harap cemas menunggu penempatan, ± 4 bulan lamanya. jawaban "tidak tahu" adalah kata yang kuhapal mati tiap ditanya teman. semuanya, keluarga dan teman berharap aku ga perlu ke mana-mana, di kota sendiri aja. aku? di kota sendiri tentu lebih senang. tapi, kalaulah dapat di luar kota, aku mau yang kotanya bisa diakses lewat jalur kereta. satu nama terlintas: solo.
aku sering berandai-andai tentang rute kereta listrik relasi purwokerto-solo. kayaknya enak ya, stres dikit ke solo wkwkwk.
alhamdulillah. Allah kabulkan.
yang mana?
tentang penempatan di solo raya. meski diiringi tangis mamah dan wajah sendu ayah karena harus melepas putri tunggalnya jauh di tanah orang. takdir telah jatuh.
meski di hari-hari akhir sebelum keberangkatan, aku juga mengisi malamku dengan tangisan sih hahaha apa aku bisa hidup sendiri? tanpa mamah? apakah aku bisa mengurus seisi rumah kos, seorang diri? ketakutan-ketakutan tentang kesendirian memenuhi ruang kepala. sampai hari itu pun datang jua.
hari ini sudah menginjak bulan kelima. sudah tiga kali pulang. stasiun yang dulu jadi bayang-bayang sekarang jadi yang paling kusenangi tiap weekend libur panjang. kota yang dulu terbatas kupandangi dalam layar telepon kini tiap titik ramainya sudah kutapaki. sekolah asing yang baru pernah kudengar namanya telah jadi ruang yang kuhirup oksigennya tiap hari.
suatu saat nanti, pasti kurindukan hal-hal ini.
1 note
·
View note
Text
#ceritakelas: sebuah prolog
emm setelah melewati hari yang cukup panjang di sekolah, kayanya aku perlu untuk menyimpan kisah-kisahnya di sini ya. sebagai bahan nostalgia sekaligus sarana memenuhi kebutuhan bicara 20.000 kata perhari.
prolog #ceritakelas chapter satu ini berkisah seorang siswi inisial A yang habis UTS tadi nangis di kelas perkara capaian nilainya. jelek? tidak menurutku. nilainya 86, dan lebih banyak teman yg di bawahnya alih-alih di atasnya.
sebelum ini dia juga pernah nangis karena nilai kuis hariannya ga bagus, 60, dan memang kumaklumi tangisannya. pasti dia kecewa, pasti dia ga mengira kalau hasilnya meleset dari perkiraan.
kupikir dia ga akan nangis untuk UTS kali ini. saat kuberi tahu nilainya, buru-buru kubilang,
"kali ini ga nangis ya? bagus ini alhamdulillah,"
tapi dia cuma tersenyum tipis aja. aku betul-betul berharap dia ga nangis.
lalu lima, sepuluh menit berlalu, waktuku di kelas ini selesai. aku pamit dan kulihat, subhanallah si A nangis lagi.
teman-temannya mengerubungi dan bilang kalau capaiannya dah bagus. ada juga yang merendahkan diri dengan bilang, "masih bagus kamu daripada aku. aku lho 82," hibur temannya.
apakah mempan? no no.
aku mendekatinya, kutepuk dan kuusap pundak kanannya.
"ih.. kok nangis? kan sudah bagus ini nilainya. sudah tuntas.. dah mba, sudah bagus," singkatku.
aku meninggalkan kelas ini menuju ke kelas lainnya. aku bawa tingkah siswiku tadi dalam kerubung tanya, mengapa dia bisa seemosional itu?
mungkin dia perfeksionis?
mungkin dia kecewa dengan dirinya sendiri dan meluapkannya dalam bentuk tangisan?
atau, mungkinkah dia dapat tekanan dari orang terdekat buat selalu jadi yang terbaik?
tidak tahu. baiknya kucari tahu besok.
hehehehe apa lah cerita ni.
0 notes
Text
tidak masalah menjadi manusia biasa
tidak ada yang spesial di dunia ini. tidak aku, kamu, juga mereka. kecuali sepiring martabak dengan topping nutella dan keju impor dari Italia.
maka, jangan pernah merasa spesial kalau kamu bukan martabak. kamu manusia kan?
tidak merasa spesial akan menyelamatkanmu dari harapan yang mengada-ada. tidak perlu ada kecewa, marah, kesal, dan emosi negatif lainnya jika sejak mula kamu tahu kamu hanyalah manusia biasa.
tidak merasa spesial akan membantumu fokus terhadap eksistensimu sendiri. tidak perlu disibukkan dengan perilaku dan penilaian orang lain sebab yang utama adalah kesehatan dan ketenangan nurani.
tidak merasa spesial akan mengantarkanmu kepada jalan kebenaran. tidak perlu ada waktu yang terbuang percuma mengejar validasi semesta karena mendapat ridha-Nya ialah lebih dari segalanya.
0 notes
Text
semakin Allah beri segalanya, semakin sadar kalau semuanya hanya titipan.
0 notes
Text
kata-kata hari ini:
"I ain't suppossed to be treated like that. I deserve more. I have dignity, value, and honor to fight for,".
0 notes
Text
payung pertama
siang itu adalah hujan pertama setelah kemarau panjang. sekitar pukul dua rintiknya turun tiba-tiba, padahal matahari sedang terik-teriknya. seperti biasanya, wangi khas tanah kering yang tersiram air hujan memenuhi ruang aroma. rinduuuu sekaliiii aroma ini.
lalu aku berkemas pulang saat teringat tak ada payung dalam tasku.
bagaimana bisa panas tanpa jeda ini usai dengan hujan yang tanpa aba-aba? bahkan mendung pun, tidak.
apakah hujan ini hanyalah tanda peralihan musim?
ataukah hujan ini sekadar mampir membasahi permukaan?
aku memburu-buru langkah agar lekas sampai rumah sehingga tak perlu kuyup kebasahan. tetapi, sebidang punggung dan potongan rambut yang kuhapal betul pemiliknya menghentikan ketergesaanku.
memang kadang fatamorgana kerap muncul di puncak panasnya dunia. seperti melihat oasis di kejauhan yang semakin didekati rupanya hanya hamparan pasir terbias cahaya.
tetapi ini hujan. mana ada fatamorgana. tidak mungkin denting-denting itu bertarung dengan terik yang seadanya lalu membentuk sosok yang terlalu nyata jika ia hanya sebuah bayangan.
aku memang merindukannya. kuakui. tetapi sudah kuhujam berkali-kali perasaan itu agar tak terus tumbuh lalu mati. sial, aku lupa takdir seringkali punya selera humor tak terduga.
betul. itu betul dia. itu senyumnya. itu mata besarnya. itu tegak badannya. berdiri di pintu masuk dengan payung biru tua tergenggam di tangannya.
"mari pulang, sebelum hujan semakin deras," ajaknya dalam senyuman. ah sial lagi. jangan tersenyum! bentakku dalam hati.
aku pulang. sepayung berdua.
1 note
·
View note
Text
we don't fight even aren't yelling at each other. we mad in no words. it is completely a silent chaos.
0 notes