Tumgik
Text
UKT Mahal, Lapangan Kerja Sedikit
Akhir-akhir ini di Indonesia sedang ramai perbincangan khususnya melalui media sosial tentang mahalnya UKT dan respon dari pihak kemendikbud ristek yang diwakili oleh sekretaris direktorat jendral pendidikan tinggi. Menurutnya pendidikan tinggi adalah tertiary education yang mana tidak semua warga berkewajiban untuk kuliah, alias pendidikan tinggi adalah pilihan. Namun di sisi lainnya, Indonesia masih dikatakan kekurangan SDM yang bergelar S2-S3 jika dibandingan dengan rasio pendidikan Indonesia. Masalah kenaikan UKT ini sejatinya bukanlah hal yang baru, dari tiap tahun kemungkinan ada saja kenaikan UKT, yang jadi masalah adalah kenaikan UKT secara drastis di tahun ini. Melihat kondisi ini, untuk bayar UKT saja sudah banyak masyarakat yang kelimpungan, belum lagi ditambah biaya yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa dan orang tua mahasiswa untuk keperluan operasional selama perkuliahan, seperti biaya makan, kos, dan transportasi. Yang jadi permasalahan juga adalah kecilnya peluang untuk kerja. Saat ini di Indonesia tersebar informasi sekitar 9 juta gen Z kesulitan untuk mendapatkan kerja. Menurut menteri ketenagakerjaan, masalah kesulitan kerja ini adalah tidak sinkronnya antara permintaan di lapangan kerja dengan penawaran pendidikan yang dimiliki oleh pencari kerja. Sejatinya masalah ini sudah penulis amati dan rasakan sejak beberapa tahun terakhir. Negara Indonesia bukanlah negara industri yang bisa memproduksi ataupun menelurkan inovasi yang telah diinkubasi di kampus. Biasanya, ilmu yang dipelajari di kampus masih belum terlalu banyak yang bisa dimanfaatkan langsung pada dunia kerja. Hanya sebagian saja ilmu di kampus yang bisa diterapkan. Misalnya saja, di kampus ilmu yang dipalajari dalam bidang S1 Fisika. Mahasiswa diajarkan ilmu fisika dasar hingga kuantum dan partikel. Namun tidak semua ilmu tersebut mampu dimanfaatkan di dunia kerja. Jika mahasiswa tersebut kerja sesuai bidang, misalnya saja lulusan S1 bisa menjadi asisten riset membantu dosen di kampus, ini bisa saja dilakukan. Namun sumberdaya yang dimiliki dosen juga terbatas, mungkin jarang yang bisa memberikan gaji di atas rata-rata ataupun memenuhi ekspektasi gaya hidup tinggi di jaman sekarang. Inilah dilema pendidikan di Indonesia. Saran dari penulis, sebaiknya perlu ada penataan terkait jurusan-jurusan yang ada di Indonesia. Tidak semua jurusan harus dibuka. Sesuaikan saja dengan kebutuhan dan untuk mengatasi masalah yang ada di Indonesia. Saat ini bidang kuliner dan jasa cukup diminati daripada industri misalnya pembuatan sepatu atau baju, karena kalah bersaing dengan negara lain. Sektor lainnya yang bisa digarap adalah pembuatan manajemen parkir yang bagus, agar tidak ada lagi parkir-parkir liar yang merugikan masyarakat.
0 notes
Text
Refleksi Ramadhan 1445 H (Bagian 1)
Hari ini merupakan hari ke-12 bulan Syawwal 1445 H, artinya bulan Ramadhan 1445 H telah selesai 12 hari yang lalu. Saya mencoba menuliskan refleksi Ramadhan 1445 H ini sebagai sarana catatan pribadi, sekaligus nantinya bisa menjadi pengingat dan tolak ukur agar kedepan bisa menjalani hari-hari yang lebih baik lagi. Khususnya jika masih diperkenankan oleh Allah SWT masih bisa sampai di bulan Ramadhan tahun-tahun berikutnya. Kita mulai dari cerita latar belakang kondisi terlebih dahulu. Bulan Ramadhan 1445 H ini berlangsung mulai tanggal 12 Maret 2024 hingga 9 April 2024, dimana saya berada pada semester ke-4 dalam program doktor ITB. Semester yang menurut saya menjadi persimpangan ataupun "jalan baru" yang akan saya tempuh karena terdapat perubahan cukup fundamental dalam skema penelitian yang akan saya lakukan. Well, untuk tulisanini saya akan lebih fokus bercerita tentang kehidupan Ramadhan 1445 H. Pada kesempatan Ramadhan ini merupakan Ramadhan ke-2 bagi saya dan keluarga yang bermukim di Bandung. Kami baru saja pindah ke kontrakan di Sekitar Balumbang, yang jaraknya masih tidak terlalu jauh dengan kontrakan sebelumnya. Pada malam pertama Ramadhan 1445 H, saya melaksanakan shalat tarawih di masjid Al mu'min. Masjid yang letaknya tidak jauh dari kontrakan kami. Dalam Ramadhan ini saya dan keluarga Alhamdulillah berkesempatan untuk banyak melakukan ibadah di masjid Salman ITB, khususnya di 10 malam terakhir kami mengikuti agenda i'tikaf. Sayapun juga lebih sering menanti berbuka (ngabuburit) di masjid Salman ITB, tepatnya 19 dari 29 hari saya menjalani berbuka di masjid Salman ITB (tulisan sesi berikutnya akan saya tampilkan menu sahur dan berbuka di Masjid Salman ITB yang saya ikuti). Pada awal Ramadhan ini saya terkadang masih disibukkan dengan eksperimen di lab. Namun mulai pertengahan Ramadhan hingga akhir lebih fokus pada penelitian mandiri.
0 notes
Text
Apa Tujuan utama Sekolah/Kuliah?
Kita menjalani kehidupan sebagai seorang manusia tentunya tidak dipungkiri memerlukan pendidikan agar menjadi pribadi yang berkembang dan lebih bermanfaat. Kita menjalani program pendidikan dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi dengan mendapatkan banyak materi pembelajaran. Kita coba lihat pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Khususnya pendidikan pada perguruan tinggi. Akhir-akhir ini muncul perdebatan apakah tujuan utama dari sekolah pada perguran tinggi. Atau lebih tepatnya lagi adalah kuliah. Apakah untuk mendapatkan pekerjaan dengan ilmu yang kita pelajari? Atau tujuan untuk memenuhi hasrat berpikir? Mungkin dalam hal ini saya akan mencoba melihat realita yang ada di Indonesia. Suatu negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, multi budaya, dan memiliki wilayah yang sangat luas. Salah satu hal yang menjadi perhatian di Indonesia juga adalah kultur hierarki yang masih cukup melekat pada masyarakat Indonesia. Kultur hierarki yang saya maksud disini adalah adanya pandangan dari masyarakat secara umum terhadap seorang individu berdasarkan status sosial individu tersebut. Salah satu aspek"penilaian" pada seorang individu tersebut misalnya adalah pekerjaan. Iniliah yang menjadikan kebiasaan yang muncul di Indonesia adalah tujuan kuliah adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai harapan kesejahteraan. Sehingga dengan pekerjaan tersebut orang akan lebih tenang, bisa menjalani hidup dengan nikmat, serta mampu bersosialisasi dengan baik. Oleh karena itulah, di tengah tantangan zaman yang saat ini dengan kehadiran teknologi yang cukup pesat, sehingga akan memudahkan komunikasi dan penggunaan internet dalam berbagai hal yang mencakup aspek ekonomi, maka perlunya regulasi dari pemerintah khususnya kementerian ketenagakerjaan untuk melakukan kajian serta penyesuaian terhadap kondisi sosial dan SDM yang ada di Indonesia. Jangan sampai banyak tenagakerja Indonesia yang mengalami masalah kesejahteraan. Selain itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan juga diharapkan mampu menghasilkan kurikulum yang baik agar anak-anak Indonesia dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan tantangan kekinian. Anggaran pendidikan baiknya disesuaikan agar bisa mengatasi berbagai permasalahan: misalnya fasilitas pendidikan yang belum memadai, ketersediaan buku dan media penunjang pelajaran, sarana olahraga agar anak-anak sekolah bisa memiliki kualitas kesehatan yang lebih baik.
0 notes
Text
Merantau
Tahun 2010 adalah tahun dimana aku memutuskan untuk merantau, meninggalkan keluarga intiku, ayah dan bunda yang telah membersamaiku selama 18 tahun lamanya. Alasan utama saat itu karena aku diterima untuk sekolah di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Kini tahun 2023, setelah hampir 13 tahun meninggalkan kampung halaman aku perlu menilik kembali perjalanan yang telah dilalui selama 13 tahun ini. Ada kalanya yang masih terasa on the track, atau pun yang agak bergeser dari rencana lama. 3 tahun terakhir banyak pembelajaran dan lingkungan baru bagiku. Semua harus dijalani dengan semangat, pasti ada rahasia baik dari Allah atas segala sekenario yang sedang berjalan ini. Wallahu a’lam. 
6 notes · View notes
Text
Yang Dirindukan...
Jika ada pertanyaan kira-kira apa yang paling kurindukan selain keluarga tercinta, jawabannya adalah mengajar. Ya, mengajar adalah pekerjaan sekaligus hobi buat ku. Pekerjaan mengajar memang seperti alamiah kulakoni sejak zaman SMA. Tepatnya ketika ada beberapa teman yang sering datang ke rumah untuk belajar bersama. Umumnya mereka minta bantuan untuk menyelesaikan soal-soal dan materi matematika, fisika, dan kimia. Aku senang ‘mengajari’ teman-teman dan berdiskusi terkait materi tersebut secara sukarela. Ketika masuk tahun pertama kuliah di FMIPA UI tahun 2010, ada mata kuliah wajib fakultas yang memiliki kuis rutin dalam aplikasi online bernama SCELE. Mata kuliah tersebut umumnya adalah matematika dasar (kalkulus), fisika dasar, kimia dasar, dan biologi umum. Sebernarnya tidak hanya mahasiswa fakultas MIPA yang mendapatkan mata kuliah ini, namun juga mahasiswa fakultas teknik dan ilmu komputer juga mendapatkan tugas yang sama. Alhasil, sering ditemui mahasiswa yang mengerjakan tugas-tugas ini di asrama UI pada malam hari. Aku sering diminta bantuan oleh teman-teman satu angkatan baik dari jurusan fisika ataupun dari jurusan lain untuk membantu mengerjakan soal-soal fisikanya. Dengan berbekal pengetahuan materi SMA, Alhamdulillah mayoritas dari soal-soal tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Masih di tahun pertama kuliah, tepatnya sudah masuk di semester kedua, aku mengajar privat di daerah Pasar Minggu Jakarta. Itulah saat pertama aku mengajar privat dan mendapatkan remunerasi. Hal itu bermula dari tawaran seorang teman satu angkatan dari jurusan Geografi yang satu kelas MPKT denganku. Ia menawarkan mengajar privat. Saat itu hanya berbekalkan petunjuk dari SMS untuk alamat rumahnya, akhirnya sampai juga aku ke alamat rumah tersebut. Kemudian aku mengajar. Kalau tidak salah ingat mata pelajaran saat itu yang aku ajarkan adalah matematika. Selesai mengajar, honor langsung diberikan. setelah kubuka jumlahnya 100 ribu rupiah. Alhamdulillah sangat bermanfaat bisa menambah pendapatan untukku. Semester ke-3 dan ke-4 kuliah aku tidak aktif mengajar privat. Mayoritas kegiatan aku lakukan di kampus yaitu kuliah dan aku sangat aktif berorganisasi.  Saat semester ke-3 pula aku sempat “mondok” selama 3 bulan di rumah Qur’an yang fokus untuk memperbaiki bacaan dan menghafal Al Qur’an. Singkat cerita, masuk tahun kedua kuliah tahun 2012 (semester ke-4), temanku yang satu kos di Mahatma Kukusan menawariku untuk ikut mengajar pendalaman materi di suatu SMP swasta di daerah Cibubur. Aku lupa tepatnya nama SMP nya, dimana sekolah tersebut bekerjasama dengan lembaga bimbingan belajar Salemba UI. Terhitung sejak luburan summer 2012 (Juni-Juli) itulah aku mulai aktif mengajar bimbingan belajar, baik untuk persiapan menghadapi ujian akhir nasional, maupun seleksi masuk perguruan tinggi. Masuk semester 5 kuliah, seniorku di Fisika UI menawariku untuk mengajar privat di daerah Jagakarsa, Jakarta selatan. Saat itu aku mulai memiliki motor untuk mobilisasi mengajar privat. Meskipun di semester 6 dan sebagian semester 7 aku diamanahkan menjadi ketua organisasi di fakultas, Alhamdulillah malam hari masih bisa mengajar privat.  Akhir semester 7 dan menjelang semester 8, aku diterima menjadi pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar yang memiliki sejarah yang cukup panjang di Jakarta, yakni Nurul Fikri. Disanalah aku bisa bertahan cukup lama untuk mengajar bimbel, yakni sekitar 6 tahun (mulai Januri 2014-Januari 2020). Perjalanan yang cukup panjang di Nurul Fikri ini tentunya dilalui di tengah terik panas maupun hujan yang terkadang membasahi seluruh baju hingga mengaburkan pandangan saat mengendarai sepeda motor. Perjalanan panjang, namun bagiku itu adalah pengalaman hidup yang indah. Disanalah aku banyak menghabiskan waktu dan menyalurkan passionku dalam mengajar. Disanalah tempaku menikmati kopi, maupun wisata kuliner di saat waktu senggang istirahat mengajar. Disanalah aku bertemu dengan banyak wajah yang menaruh harapan, anak-anak yang sedang berjuang untuk lebih berkualitas dalam performa di sekolahnya, ataupun mereka yang sedang memperjuangkan perguruan tinggi negeri impiannya. 
0 notes
Text
Siomay dan Martabak NF Radio Dalam
Setiap rencana Allah pasti yang terbaik. Kita sebagai manusia selalu memiliki keinginan yang ingin dikabulkan oleh Allah SWT. Terkadang kita yakin dan seyakin-yakinnya bahwa keinginan kita itu adalah yang terbaik bagi kita, meskipun kadang kita berhasil menggapai keinginan tersebut, ataupun sebaliknya. Terlepas bahwa segala sesuatu itu dikabulkan atau tidak, kita sebagai umat muslim selayaknya percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.  Awal tahun 2015, ketika saya sudah sekitar setengah tahun lulus dari S1 Fisika di tahun 2014. Saya memutuskan untuk mengambil pilihan menjadi pengajar full time di Bimbingan dan Konsultasi Belajar (BKB) Nurul Fikri. Setelah melakukan beberapa percobaan untuk melamar kerja di beberapa perusahaan, lamaran saya banyak yang tidak diterima. Beberapa contohnya adalah manajemen trainee BRI Syariah (sampai tahap wawancara), bidang metrologi CPNS LIPI 2014 (sampai tahap wawancara), dan mungkin ada satu atau beberapa lamaran lainnya yang tidak berlanjut sampai tahap penerimaan. Mulai dari sana saya mulai menyadari sambil bertanya dalam hati saya sendiri. Saya mulai sadar bahwan mungkin pekerjaan yang saya lamar tidak sesuai dengan passion dan kemampuan saya. Saya memiliki passion dalam bidang pendidikan dan pengajaran, bulan Oktober 2014-Desember 2014 sebenarnya saya diterima dan menagajar sebagai guru fisika di MA Kafila (Kafila International Islamic School), salah satu pesantren modern yang memberikan pendidikan agama dan pendidikan umum yang bagus di Jakarta. Namun saya juga sadar mengajar di sekolah (yang saat itu sambil freelance di BKB NF), cukup menyita waktu seharian full. Meskipun saya merasa enjoy menjalaninya karena sesuai passion. Saya harus kerja mulai pagi jam 6.30 sudah harus masuk sekolah. Pulang dari sekolah sekitar jam 14 siang, setelah itu lanjut mengajar bimbel di NF mulai jam 16 sore. Sehingga akhirnya pulang sekitar jam 20 malam.  Strategi saya ambil, saya ingi melanjutkan ke jenjang S2. Salah satu caranya adalah saya full time di BKB NF, karena dengan demikian memungkinkan untuk mendapatkan gaji yang lumayan sehingga bisa dipakai untuk membiayai S2 saya. Saat itu saya sudah mendengar dari para pengajar lain, kisaran gaji full time sekitar 4-5 juta, bahkan lebih dengan jam kerja dari 11 siang-20 malam. Bahkan masih ada kemungkinan untuk mengajar privat di weekend atau jam-jam yang tidak bentrok dengan jam aktif NF. Dibandingkan freelance di NF dapat kisaran 1-3 juta, ditambah full time disekolah sekitar 2 juta yang kerjanya full seharian. Singkat cerita akhir 2014 saya resign dari sekolah dan mulai melobi SDM BKB NF untuk mengajukan sebagai pengajar Full time. Alhamdulillah setelah melalui proses, pangajuan saya menjadi penagajar fulltime diterima dan mulai menjadi pengajar fulltime di bulan Februari 2015.  Menjadi pengajar full time di NF harus siap untuk diberikan tugas mengajar di lokasi manapun dalam wilayah tersebut. Karena saya berada di wilayah Jakarta selatan, maka mulai dari NF Tebet (paling utara), NF Bintaro (paling barat), NF Akses UI (paling selatan), saya pernah ditugaskan untuk mengajar di lokasi tersebut.  Saya selalu menadapatkan jadwal menagajar di NF Radio dalam setiap hari senin sore sampai malam. NF radio dalam adalah salah satu NF yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggal saya di daerah Kukusan Depok (saat itu).  Mengajar di NF radio dalam ini sejatinya juga menyenangkan. Meskipun kadang melelahkan perjalanan yang cukup lama (kurang lebih 1 jam). Hal yang menyenangkan disini adalah siomay yang dijual di depan NF Radio dalam termasuk yang sangat enak. Bahkan menjadi favorit para siswa dan pengajar NF Radio dalam. Selain itu, letaknya berdampingan dengan martabak orins sehingga kadang saya juga membeli martabak telor disana. Mengajar di NF Radio dalam memberikan kesan dan pengalaman yang menarik dalam hidup saya.    Hsinchu, 26 Agustus 2021 Menjelang Weekend 
0 notes
Text
Soto Medan dan Nasi Goreng NF Tebet
Tahun 2015, ketika saya masih aktif menjadi pengajar full time mata pelajaran Fisika di Bimbingan Belajar Nurul Fikri (NF) Jakarta Selatan, hampir setiap Jumat sore hingga malam saya mendapatkan jadwal mengajar di Nurul Fikri Tebet. Hari Jumat adalah hari yang berkah. Kita tahu bahwa hari Jumat ini merupakan hari raya kecil umat Islam.  Siang hari, selepas Jumatan saya sudah menuju Nurul Fikri Tebet. Tidak jauh dari lokasi belajar NF Tebet ini, tepatnya beberapa meter di sebelah kiri lokasi, terdapat warung makan yang menjual makanan khas medan. Ada soto medan, lontong kuah medan, kerupuk, dan beberapa makanan khas medan lainnya. Uniknya, setiap hari Jumat warung ini memberikan sedekah makanan dengan makan sepuasnya, namun bisa membayar seikhlasnya. Alhasil, saya sangat tertarik untuk makan di tempat ini. Jika di hari-hari biasa harga normal, di hari Jumat ini sangat istimewa. Pengunjung bisa makan sepuasnya dengan bayar sesuai dengan yang mereka bisa sediakan dan memasukkannya ke kotak amal. Saya biasanya makan soto medan, sate, kerupuk, dan minum teh.  Malam hari, ketika selesai mengajar, sekitar jam 19.30 malam saya biasa memesan nasi goreng di depan NF Tebet ini. Nasi gorengnya lumayan terasa enak, dengan harga Rp 10.000 saya biasa pesan nasi goreng dan telor dadar yang digoreng terpisah (telor tidak dicampur dengan nasinya). Kami biasanya memanggil yang jual nasi goreng dengan sebutan Pak De, karena memang yang jualan orangnya sudah agak tua. Nasi goreng Pak De ini sangat khas dan begitu digemari pelanggannya, termasuk para siswa dan pengajar NF Tebet. Pembeli juga bisa menyesuaikan tingkat kepedasan nasi goreng sesuai seleranya. Nasi goreng kaki lima yang biasa dijual di pinggir jalan ini memang terkadang begitu memikat lidah. 
0 notes
Text
Mengenang Dosen Fisika UI, Bapak Arief Syarifuddin Fitrianto, M.Si.
Varian delta virus korona (delta covid-19) yang ditengarai menjadi sebab melonjaknya kasus wabah korona di Indonesia akhir-akhir ini telah terbukti memakan banyak korban. Setidaknya hampir setiap hari mendengar atau melihat kabar adanya rekan, keluarga rekan yang terpapar virus tersebut. Selain itu sudah banyak tenaga kesehatan yang gugur dalam menjalankan tugasnya sebagai garda terdepan dalam menangani lonjakan wabah korona yang masih terus mendera sejak awal tahun 2020.  Kali ini berita kembali datang dari Departemen Fisika UI, pagi sekitar pukul 10.24 waktu Taiwan, melalui sebuah grup WA ketua Departemen Fisika UI memberikan kabar bahwa Bapak Arief Syarifuddin Fitrianto, M.Si., dosen Departemen Fisika peminatan Instrumentasi telah dipanggil oleh Allah SWT. Pada pengumuman itu disampaikan bahwa Pak Arief Fitrianto (nama panggilan akrab beliau di Fisika UI) terpapar virus korona.  Pak Arief Fitrianto, sehari-hari bekerja sebagai dosen Fisika Universitas Indonesia. Beliau termasuk salah satu dosen dalam rentang usia menengah (tidak terlalu muda, namun juga tidak terlalu senior). Saat ini usianya adalah 46 tahun.  Penulis memang tidak pernah diajar secara langsung oleh beliau di kelas-kelas mata kuliah yang diampunya. Namun salah satu jasa terbesar beliau bagi penulis adalah membantu merakit klaster komputer di Laboratorium Theoretical Condensed Matter Physics (TCMP). Saat penulis kuliah S2 dan mulai menjalani riset di tahun 2016, lab kami mendapatkan hibah PITTA (Publikasi Iternasional Terindeks untuk Tugas Akhir Mahasiswa). Lab kami mengajukan 3 proposal dan semuanya diterima. Dari dana yang ada, lab kami mulai membangun klaster komputer dengan membeli server produk HP (hawlett packard). Setelah menjalani proses pemesanan dan perakitan, dimana beberapa mahasiswa di lab ini turut serta membantu dalam hal teknis (seperti bongkar pasang lemari dan membubut rak yang ada) serta pengaturan oleh beliau, Sekitar awal tahun 2017 ketika penulis mulai agak serius untuk membuat koding dan mencobanya pada klaster komputer, penulis mengkompile program dan me-run proram tersebut untuk mendapatkan data yang diinginkan. Setelah sempat berkali-kali melakukan percobaan, akhirnya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir S2 di bulan Juni 2017 dan wisuda di Agustus 2017.  Setelah lulus, penulis sempat beberapa kali bertemu dengan beliau di lingkungan kampus dalam kurun waktu antara 2018-2019.  Pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020, penulis bersama beliau dan beberapa dosen lainnya mendapatkan amanah untuk mengajar mata kuliah Fisika Dasar. Kami dan beberapa dosen lainnya sempat mengadakan pertemuan untuk membahas soal Fisika Dasar untuk UTS dan UAS mahasiswa FMIPA UI. Pak Arief Fitrianto, juga pernah terlibat di LIPI dalam perakitan klaster komputer. Beliau adalah dosen Fisika yang ahli komputasi dan computer networking. Tempat kerjanya adalah di Lab CISCO Departemen Fisika UI. Semoga Allah menerima amal kebaikan beliau, termasuk jasa-jasanya menjadi dosen di Fisika UI. Kini, Departemen Fisika UI kehilangan salah satu dosen yang ahli dalam bidang komputer.     Hsinchu, Taiwan 8 Juli 2021
0 notes
Text
Progress Kehidupan
Dalam hidup, terkadang kita mengalami suatu kondisi seakan tidak ada progress sama sekali. Hidup terasa begitu-begitu saja, tidak ada perubahan signifikan dari hari ke hari, walau pekan berganti pekan, meskipun bulan beralih ke bulan berkutnya, atau bahkan kalender pun telah berganti menjadi kalender tahunan yang baru.  Ada suatu kondisi ketika kita merasa jenuh dengan hari-hari yang kita jalani. Kita masih berkutat pada permasalahan yang sama dari hari kemarin, meskipun terkadang ada harapan bahwa esok ada suasana baru yang mewarnai buku harian kita agar tidak berputar-putar pada masalah yang sama yang kita belum tahu solusinya.  Namun sejatinya itu mungkin adalah suatu asumsi yang otak kita pikirkan saja. Padahal sejatinya kehidupan kita adalah kehidupan yang paralel. Maksudnya adalah dalam hidup ini sejatinya banyak kejadian atau kondisi yang kita alami. Kita memiliki keadaan A, B, C, D, dan seterusnya yang berjalan paralel dalam waktu yang bersamaan.  Secara contoh sederhananya adalah begini. Ketika saya merasa dalam pekerjaan saya tidak ada progress yang signifikan. Setiap hari saya hanya melakukan hal yang relatif sama. Pagi pergi ke kantor, kemudian berjumpa dengan teman, melakukan pekerjaan kantor, makan siang bersama, lalu sore hari pulang. Kegiatan tersebut dijalani setiap Senin hingga Jumat. Tidak terasa waktu menunjukkan bahwa saya telah menjalani pekerjaan yang seperti itu dalam hitungan tahun. Kita merasa tidak terlalu ada perubahan siginifikan pada pengetahuan kita. Otak kita merasa seakan tidak seindah masa sekolah, dimana setiap tiap tahunnya ada kenaikan kelas yang membuat kita merasa ada tantangan baru, kehidupan baru. Kembali pada makna kehidupan yang paralel tadi. Sejatinya, selain bekerja dan menjalani rutinitas kantor, pada dasarnya kita selalu memiliki keadaan lainnya yang berjalan beriringan. Sebagai contoh mungkin saat di awal menjalani kehidupan pekerjaan kita masih single, kemudian, setahun berikutnya menikah, lalu di tahun berikutnya memiliki anak, dan seterusnya. Disinilah sejatinya progress yang kita jalani.  Progress kehidupan pada dasarnya akan selalu ada, tergantung mindset otak akan kita arahkan kemana. Jika otak kita hanya berfokus pada suatu titik, sebagai contoh pada keadaan tadi kita hanya fokus pada pekerjaan, namun tidak memandang titik lainnya dalam keadan lain yang paralel, maka memang seakan tidak ada progress signifikan yang kita alami. Begitu pula dengan kerangka ataupun pandangan orang lain terhadap diri kita.  Oleh karena itu, marilah sejenak kita buka kembali memori ke belakang, maka kita akan temukan progress kehidupan kita. Kita akan temukan di sisi mana saja kita telah melakukan atau mengalami perubahan. Memang ada perubahan yang terasa lambat atau perubahan yang begitu cepat.  Dengan melihat memori yang ada tentang perubahan kita, akan tertanam rasa syukur bahwa selalu ada hikmah pembelajaran di setiap sisi kehidupan. Tetap semangat dan usahakan yang terbaik...  Hsinchu, 19 Juni 2021      
0 notes
Text
Mengenang Staf Akademik Program Studi S2/S3 Fisika UI, Bapak Suparman, S.Pd.
Innalillahi wa innailaihi rooji’un.. Terdengar kabar di grup Magister Fisika Murni UI bahwa bapak Suparman, staf akademik prodi S2 dan S3 Fisika UI telah dipanggil oleh Allah SWT pada hari Ahad, 30 Mei 2021.  Beberapa hari, sekitar 1-2 pekan lamanya memang Pak Parman (sapaan akrab beliau) dikabarkan sakit yang berhubungan dengan paru-parunya. Beliau juga sempat menjalani operasi beberapa hair terakhir sebelum meninggal. Memang hingga meninggalnya almarhum, penulis tidak sempat mencari berita secara detail terkait penyakit yang diderita oleh Pak Parman.  Pak Parman, sehari-hari adalah staf yang bertugas pada bagian administrasi di Departemen Fisika FMIPA UI, khususnya adalah program studi S2 Fisika yang telah diembannya sejak tahun 1990 dan prodi S3 Fisika yang baru didirikan pada tahun 2017.  Saya sempat berinteraksi dengan beliau sejak tahun 2015. Tepatnya ketika mengambil kuliah program studi S2 Fisika UI. Ketika lulus S1 Fisika UI tahun 2014, saya bekerja di salah satu yayasan pendidikan swasta dan akhirnya memutuskan untuk kuliah lagi di Fisika UI di tahun 2015. Sejak saat itulah saya mulai mengenal beliau.  Sebelumnya, kantor Pak Parman adalah di gedung Departemen Fisika UI di Salemba, dan juga berkantor di Departemen Fisika UI di Depok. Pak Parman secara default berkantor di Salemba, setahu penulis hanya hari Selasa beliau yang berkantor di Depok.  Dari beliau saya mengerti sedikit sejarah program studi S2 Fisika UI yang didirikan pada tahun 1990. Beliau adalah staf administrasi sejak program studi tersebut didirikan hingga saat ini, yakni hingga beliau dipanggil oleh Allah SWT. Beliau juga menjadi orang yang menjalani masa perubahan kepemimpinan di program studi S2 Fisika UI. Yakni sejak pertama kali prodi S2 Fisika UI dipimpin oleh alm. Prof. Darmadi Kusno (1990-2001), setelah Prof. Darmadi meninggal lalu digantikan oleh Dr. Dedi Suyanto (2 periode/sekitar 2001-2007), kemudian Dr. Yunus Daud (2 periode/sekitar 2007-2014), Dr. Efta Yudiarsah (2014-2018), dan Dr. Muhammad Aziz Majidi (2018-sekarang). Sejak tahun 2017, program studi S3 Fisika UI dibuka, beliau dipercaya menjadi staf untuk program studi tersebut sekaligus tetap menjadi staf administrasi program studi S2 Fisika.  Tahun 2018-2020 akhir, penulis sempat bekerja menjadi assisten dan pengajar tidak tetap di Departemen Fisika UI, tentunya beberapa kali berinteraksi dengan beliau juga. Selamat jalan Pak Parman, semoga amal baik Bapak, salah satunya yang telah membantu administrasi program S2 dan S3 Fisika UI menjadi amal kebaikan yang bernilai pahala yang memudahkan urusan Bapak di kehidupan setelah dunia ini.    
0 notes
Text
Perjalanan Bus Malam Jakarta-Jogja
Tahun 2012, sekitar sembilan tahun yang lalu, adalah saat dimana saya mendapatkan sebuah amanah di kemahasiswaan kampus. Saat itu ada acara  kemahasiswaan se-nasional yang mengundang delegasi mahasiswa dari berbagai kampus PTN di Indonesia. Saat itu saya seorang diri berangkat mewakili FMIPA UI datang menghadiri acara di FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Saya perjalanan ke Yogyakarta dengan menaiki bus.  Sejatinya, saya tidak terlalu terbiasa perjalanan jauh menggunakan bus. Saya biasanya menggunakan bus hanya ketika bepergian dengan jarak relatif dekat dan waktu yang tidak terlalu lama. Sedangkan untuk perjalanan dengan jarak yang relatif jauh, saya lebih suka menggunakan kereta api. Alasannya praktis, tidak macet, dan waktu tempuh yang relatif terukur, alias potensi keterlambatan bisa diminimalisir. Namun perjalanan kali ini saya terpaksa naik bus malam.  Tiket berangkat dibeli di kampung Rambutan, Jakarta Timur.  saya agak lupa persisnya berapa harga tiket saat itu. Kalau tidak salah sekitar Rp 90,000- Rp120,000. Sepertinya saya tertipu karena dengan harga seperti itu ternyata mendapatkan bus yang kurang begitu nyaman. Mulai berangkat dari terminal Kampung Rambutan pukul 5 sore, ternyata bus malah ke terminal Lebak Bulus terlebih dahulu. Lama menunggu di Lebak Bulus, akhirnya jam 7 malam baru berangkat dari Lebak Bulus. Namun ternyata tidak langsung berangkat ke Jogja, malah kembali ke terminal Kampung Rambutan. Beberapa saat kemudian bus tersebut berangkat dari terminal kampung Rambutan. Saya agak sedikit lega ketika bus tersebut berangkat. Perrjalanan malam pun dimulai. Saya bertanya ke beberapa orang yang ada di sekitar tempat duduk saya. Sebagai cara untuk agar terlihat lebih akrab, saya bertanya, “Sampeyan ke Jogja ya mbak/mas?” Yang membuat saya kaget adalah beberapa oang tersebut ada yang menjawab: “Saya ke Solo” yang lainnya lagi ada yang menjawab:”Saya ke Madiun.”  Dalam hati saya berkata, ini perjalanan yang sama satu bus, namun beberapa penumpang ke kota yang berbeda. Dalam keadaan seperti itu saya masih berusaha untuk berfikir positif.  Keesokan harinya perjalanan masih berlanjut. Pagi sampai siang, ternyata bus tak kunjung sampai di Jogja. Saya merasa agak aneh dan jenuh, perjalanan yang lama dan panjang. Hingga sore, sekitar jam 4, akhirnya saya diturunkan di sebuah tempat. Saya agak  lupa persisnya, entah itu terminal atau bukan, yang jelas saya dari tempat itu harus transit kemudian berganti bus menuju terminal Giwangan, Jogja. Saya kecewa karena bus yang saya tumpangi tidak memberikan pelayanan maksimal hingga sampai pada terminal Giwangan, namun saya bersyukut masih bisa sampai ke terminal Giwangan dengan selamat. Setelah menunggu beberapa saat, saya kemudian dijemput oleh ketua organisasi kemahasiswaan FMIPA UNY saat itu, dari Giwangan menuju UNY.  Setibanya di UNY, saya ke masjid UNY, dan menginap di salah satu kontrakan mahasiswa. Disana saya menginap semalam.  Ahad pagi, saya olahraga ringan, jalan-jalan. Kemudian menuju kampus UNY untuk mengikuti acara utama.  Acara selesai hari itu juga. Sore hari, saya bersiap kembali menuju Depok. Agar tidak salah beli tiket lagi, saya meminta bantuan panitia dari mahasiswa UNY untuk membelikan saya tiket bus atau kereta. Tentu saya prefer kereta, namun karena sudah dadakan maka tidak dapat tiket kereta tersebut sehingga harus naik bus lagi. Namun, kali ini saya merasa lebih tenang karena tiket dibelikan oleh panitia. Dan ternyata benar, bus yang saya naiki lebih bagus dibandingkan sebelumnya. Insya Allah kali ini tidak kecewa. Selain itu saya mendapatkan bingkisan oleh-oleh dari mahasiswa UNY, sehingga ada oleh-oleh yang bisa saya bawa ke Depok. Perjalanan bus Jogja-Depok berangkat sore menjelang Magrib. Di perjalanan, pernah berhenti sejenak untuk istirahat di suatu rest area. Di sela-sela istirahat itu saya menyempatkan untuk beli gorengan. Yang membuat saya terharu adalah ibu penjual gorengan tersbut. Ketika saya bertanya: “ini berapaan Bu?” “Seribu”, jawabnya... Tentunya saya jadi berfikir bagaimana kondisi keluarga ibu tersebut. Di tengah malam seperti itu ada seorang ibu yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun saya tidak mencari tahu lebih dalam bagaimana info keluarga ibu tersebut, Saya cukup memendam perasaan haru saya dalam hati sambil mendoakan semoga senantiasa diberikan rezeki yang berkah oleh Allah SWT.  Perjalanan malam pun berlanjut, hingga akhirnya Senin pagi hari sampai di Depok. Alhamdulillah tidak terlalu lama dan menjenuhkan seperti perjalanan saat berangkat dari Jakarta-Jogja sebelumnya. 
0 notes
Text
Bangkitnya Riset Indonesia
Sebagai salah satu negara yang sedang berusaha menjadi negara maju, Indonesia terus berusaha berbenah memperbaiki kualitas internalnya. Tidak hanya pembangunan secara fisik melalui infrastruktur yang sedang digencarkan, melainkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tercermin dari upaya peningkatan kualitas perguruan tinggi. 
Perguruan tinggi adalah mesin penggerak suatu negara. Karena melalui perguruan tinggi inilah berbagai sektor strategis sangat ditentukan. Mulai dari ekonomi, pertanian, kesehatan, serta kebudayaan. 
Sepengamatan penulis, geliat peningkatan kualitas perguruan tinggi dimulai dengan banyaknya dana hibah riset. Di universitas, mahasiswa yang akan lulus berbagai jenjang pendidikan, setidaknya terlihat dari strata 1 sampai strata 3 diwajibkan untuk menulis artikel dan mempublikasikannya di seminar atau jurnal yang bertaraf nasional maupun internasional. 
Untuk ukuran kampus yang menduduki papan atas di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), syarat untuk lulus S1 adalah harus mengikuti konferensi internasional dan mempublikasikan artikelnya sebagai prosiding. Untuk jenjang S2 dengan rata-rata waktu studi 2 tahun, diberikan 2 pilihan. Bisa publikasi di prosiding internasional yang terindeks oleh scopus (untuk jalur kuliah & riset) maupun jurnal internasional dengan kualitas baik yang juga terindeks scopus (jalur riset). Untuk S3 juga hampir mirip dengan S2, namun tentu dengan kuantitas yang lebih banyak mengingat waktu tempuh studi yang lebih lama. Melihat geliat semangat riset di berbagai perguruan tinggi di Indonesia adalah suatu hal yang baik yang harus dibarengi dengan kejujuran dalam misi untuk memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Namun menurut pengamatan penulis masih perlu adanya sosialisasi dan kajian kebutuhan riset yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan di Indonesia. Mengingat efektivitas dan efisiensi dana.  Faktanya, Indonesia adalah negara maritim dan agraris. Kekuatan bangsa ini adalah pada pertanian dan kelautan. Penulis melihat masih minimnya semangat anak bangsa yang memilih untuk bekerja di bidang pertanian dan kelautan. Hal ini dikarenakan sifat pragmatisme materi. Ketika menjelang kelulusan dari sekolah menengah atas (SMA), minat pemuda/i Indonesia masih terpaku pada hal-hal yang praktis untuk menghasilkan uang dengan pasti. Padahal tidak menutup kemungkinan kebangkitan ekonomi Indonesia dimulai dari pertanian dan kelautannya. Hal ini penting adanya kolaborasi dan kebijakan yang tepat untuk mendukung bidang pertanian dan kelautan.  Dengan demikain, saran penulis adalah perubahan orientasi pendidikan, peningkatan kesejahteraan pekerja di Indonesia, serta riset yang bisa dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. Meskipun tidak menutup peluang juga untuk riset pada bidang lain yang tidak aplikatif seperti fisika teori untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 
0 notes
Text
Teman Seperjuangan yang Kembali ke Indonesia
Setelah hampir 1 tahun  (sekitar 10 bulan) menjalani perkuliahan di National Chiao Tung University, Taiwan, ada beberapa teman yang telah pulang ke Indonesia. Mereka yang pulang ke Indonesia ini karena telah selesai studinya, atau pulang karena ada hal lain yang sedang diprioritaskan. Mereka yang pulang ini adalah teman-teman yang biasa sholat berjamaah bersama saya: 1. Hangkasa Chandra, double degree S2 ITB-NCTU. Mas Anda, nama panggilannya adalah PNS di Kementerian Perindustrian, telah pulang ke Indonesia sejak Agustus 2020.Studi S2 di NCTU telah selesai. Beliau adalah orang yang rajin dalam sholat jamaah dan biasanya datang paling awal untuk adzan.  2. Kutut Aji, double degree S2 ITB-NCTU. Mas Kutut, juga sama dengan mas Anda, PNS di Kementerian Perindustrian, meskipun beda kantor. Beliau di Jogja. S2 di NCTU juga sudah selesai. 3. Pak Sutarsis, S3 Institute of Materials Science and Engineering National Central University. Dosen Teknik Material ITS, Surabaya. Pulang ke Indonesia sekitar bulan Oktober 2020. Beliau pulang sementara dan harapannya bisa kembali lagi ke Taiwan untuk menyelesaikan S3nya. 4. Mahardeka Tri Ananta, S3 Electronic Engineering and Computer Science. Dosen Ilmu komputer Brawijaya Malang. Mas Deka pulang sementara dan mendadak karena ibunya sakit. Selain itu, istrinya juga telah melahirkan anak ke-2 sekitar bulan April/Mei 2020. Saat itu tidak bisa menemani istrinya ketika melahirkan. Pulang di bulan November 2020. Saat ini semester 4. Ada kemungkinan untuk kembali ke Taiwan setelah kondisi lebih aman. 5. Egy Adhitama, S2 Departemen Materials Science and Engineering, NCTU. Pulang ke Indonesia setelah sebelumnya lulus S2, sempat menjadi asisten peneliti di Lab Energy Storage Material NCTU selama (formalnya) 2 bulan. Egy rencana pulang ke Indonesia tanggal 1 Januari 2021, kemudian akan menikah di Jawa Tengah, dan berencana melanjutkan S3 di University of Munster Jerman.  Semoga dimudahkan dan dilancarkan untuk seluruh teman-teman dan siapa saja yang sedang berjuang. 
0 notes
Text
Mengenang Dosen Fisika Saya, Dr.Ing. Cuk Imawan
30 November 2020, saya mendapatkan kabar di sebuah grup WA yang saya ikuti. Grup tersebut adalah grup WA magister Fisika UI/Murni. Kaprodi mengumumkan kabar bahwa salah seorang dosen fisika UI, Pak Cuk Imawan, sedang sakit dan di dirawat di rumah sakit. Saya memang sudah lulus dari magister fisika UI sejak 2017, namun saya masih bergabung di grup tersebut sebagai alumni. Grup tersebut memang dijadikan sebagai sarana informasi umum antar angkatan magister fisika UI.  Ketika mendengar kabar bahwa Pak Cuk sakit tersebut saya menduga-duga, ada kemungkinan beliau terpapar virus covid-19, memang ditengah kondisi pandemi ini sangat besar kemungkinan orang untuk terpapar virus tersebut. Namun bisa jadi karena penyakit lainnya. Namun saya tetap berusaha untuk tetap tenang dan tidak mudah kepo terkait penyakit yang sedang dideritanya.  Hingga akhirnya ada berita kedua yang berisikan undangan doa bersama dari Departemen Fisika UI untuk pak Cuk, dipimpin oleh salah seorang dosen Fisika UI juga. Saat itu saya mulai terhentak bahwa Pak Cuk dalam kondisi kritis.  Hari Selasa pagi tanggal 1 Desember 2020 diberitakan bahwa Pak Cuk meninggal, namun informasi tersebut segera diralat karena ternyata sempat henti jantung, jadi masih ada harapan untuk hidup. Hingga akhirnya beberapa hari kemudian datanglah kabar kembali bahwa Pak Cuk telah meninggal dunia. innalillaahi wa innaailaihi rooji’un...  Selamat jalan Pak Cuk Imawan. Dr. Ing. Cuk Imawan adalah alumni Energy and Automation Technology, University of Technology Berlin, Germany, menamatkan masternya di bidang Material, Departemen Fisika UI, dan Sarjana Fisika Eksperimental di UGM. Pak Cuk Imawan yang saya kenal semenjak saya duduk di semester 2 kuliah S1 Fisika UI.Saya menjadi ketua kelas mata kuliah statistik. Saat bersamanya, semua mahasiwa diwajibkan untuk membeli buku asli statistik. Disana kami diwajibkan pula untuk mengerjakan tugas yang ada. Alhamdulillah saya mendapatkan nilai A untuk mata kuliah statistik ini.  Lama tak berinteraksi secara langsung dengan beliau, saya kembali mengambil mata kuliahnya disaat semester 3 kuliah S2, yakni mata kuliah seminar. Disana mata kuliah tersebut diampu bersama Pak Djati Handoko. Alhamdulillah saya juga mendapatkan nilai A di mata kuliah tersebut.  Pak Cuk, adalah salah satu dosen Fisika UI yang multitalenta. Bidang kepakarannya adalah Instrumentasi dan Material. Selain itu Pak Cuk adalah salah satu dosen yang sangat mengikuti perkembangan zaman. Terbukti style mengajarnya yang selalu up to date. Beliau juga memiliki grup riset yang mengerjakan proyek dengan output publikasi yang signifikan. Departemen Fisika UI kehilangan salah satu dosen multitalentanya. 
0 notes
Text
Sekilas Covid-19
Pandemi covid-19 telah memberikan banyak perubahan pada tatanan kehidupan di tahun 2020 ini. Sejak pertama kali diberitakan adanya covid-19 di akhir tahun 2019 lalu, atau sekitar awal tahun 2020, awalnya saya hanya memandang biasa saja dan tidak terlalu risau dengan munculnya virus corona ini. Namun cerita berbeda mulai sekitar pertengahan Maret 2020, ketika Indonesia mengumumkan pertama kali ada penduduknya yang terserang penyakit yang disebabkan oleh virus ini, hingga akhirnya sulit dikendalikan penyebarannya. Hingga saat tulisan ini ditulis, data menunjukan 735 ribu penduduk Indonesia yang terpapar virus covid-19, sekitar 604 ribu bisa sembuh, dan meninggal sekitar 21,944 jiwa.  Penyakit covid-19 ini telah merenggut banyak nyawa di Indonesia dari berbagai kalangan. Mulai dari pejabat pemerintahan daerah, tokoh nasional, tenaga kesehatan, guru, dlsb. Usaha saat ini yang dilakukan oleh pemerintah adalah vaksinisasi dengan  mengimpor vaksin dari China, yakni vaksin Sinovac. Berita terbaru 1.8 juta vaksin telah sampai di Indonesia, setelah sebelumnya pada awal Desember sebanyak 1.2 juta vaksin sinovac telah datang.  Menteri kesehatan pun juga telah direshuffle oleh Presiden Joko Widodo 1 pekan lalu. Semoga upaya penanganan pandemi covid-19 ini segera teratasi dan Indonesia bisa segera bangkit dalam berbagai sektor kehidupan menuju arah yang lebih baik. 
0 notes
Text
Keteraturan Sistem
Manusia diciptakan beragam oleh Allah SWT. Berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dengan keanekaragaman agama menjadi suatu sunatullah. Selain itu manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya agar saling melengkapi. Itulah cara Allah SWT mengatur kehidupan dunia ini agar tercipta keseimbangan, keteraturan sistem. Pada dasarnya, manusia dilahirkan, kemudian dibesarkan. Menjalani kehidupan sekolah, berinteraksi dengan teman di sekolah. Selain sekolah, manusia juga bermain sehingga dari lingkungan sekolah dan arena permainan inilah tercipta interaksi sosial dan pembentukan karakter. Selama menjalani masa sekolah dari taman kanak-kanak hingga masa remaja/sekolah menengah atas, secara umum manusia diberikan pelajaran yang relatif sama. Mulai dari basic cara membaca, hingga kemampuan dasar terkait ilmu pengetahuan alam maupun sosial. Serta yang tak terlupakan adalah ilmu agama, khususnya bagi warga nergara Indonesia yang menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa. Menginjak masa lepas dari sekolah menengah atas, manusia dihadapkan pada lebih banyak pilihan. Ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, namun ada pula yang memutuskan untuk tidak melanjutkan karena memilih untuk bekerja. Di perguruan tinggi, jurusan keilmuan yang dipilih pun beraneka ragam. Ada yang ranah sosial, ada pula yang ranah ilmu eksakta. Sejak dari sinilah,kehidupan manusia akan lebih divergen. Ada yang menjadi guru, dokter, teknisi, karyawan, perawat, wirausahawan, dlsb. Kehidupan tentu akan sangat bergantung pada pekerjaan, karena pekerjaan adalah salah satu bagian yang cukup besar dalam mengambil porsi waktu seseorang. Namun di sisi lain, seiring berjalannya waktu kehidupan manusia juga akan ditentukan oleh kesamaan atau irisan baik itu pekerjaan, hobi, kebiasaan rutin, dlsb. Misal seorang dokter, lingkungannya tidak akan jauh dari dokter yang lain, perawat, apoteker, dlsb. Itulah irisan tempat manusia berkumpul dan berinteraksi. Mereka akan menemui teman baru berdasar pekerjaan yang sama. Namun kemanakah teman-teman sebelumnya di masa kecil? Mereka juga sama. Akan menemui teman baru dan lingkungan baru. Itulah uniknya kehidupan. Kehidupan dunia tidak akan statis kita akan berada dalam kondisi yang sama selama-lamanya. Namun kita pasti akan terus menemui kejadian, lingkungan, serta teman baru. Dan yang pasti kita harus tetap ingat tujuan utama kita diciptakan di dunia ini yaitu untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya demi kehidupan akhirat yang lebih kekal nantinya.
0 notes
Text
Menemukan Makna Pembelajaran dari Kegagalan
Sebagai seorang manusia, pastinya kita selalu berharap mendapatkan keberhasilan dari apa yang kita kerjakan, keterkabulan dari doa-doa yang senantiasa terpanjatkan. Namun adakalanya hasil yang muncul tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan tersebut. Disaat itulah kita akan merasakan kekecewaan. Skala kekecewaan yang bervariasi, baik kecil maupun besar. Tapi ternyata, di balik kegagalan atau ketidakberhasilan ini justru kita menjadi tahu mana yang masih kurang, apa yang seharusnya tidak dilakukan, bagaimana melakukan sesuatu agar mendapatkan hasil yang benar, dst... Pembelajaran bukanlah sekedar saat kita meraih ilmu dari guru, buku, ataupun sumber informasi lainnya. Namun pembelajaran bisa juga didapatkan dari pengalaman. Kita tidak akan mendapatkan pembelajaran ketika takut untuk mencoba. Semakin terbiasa mencoba, maka akan semakin bisa. Ingat, bahwa gunakan waktu yang ada untuk mencoba, ekplorasi, dan suatu ketika Allah tunjukkan jalan kebenaran ketika kita sudah berusaha dengan sebaik-baiknya.Tidak ada suatu keberhasilan yang didapatkan dengan hanya berpangku tangan. Ketika merasa gagal, bangkitlah untuk memulai langkah lagi dengan semangat baru selalu optimis bahwa ada jalan lain atau kesempatan lain yang lebih baik. Hsinchu, 28 Maret 2020, 4 Sya'ban 1441 H
0 notes