#untunglah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mengadukan Ketakutan
Pada setiap hati yang sedang berselimut kekhawatiran, untuk setiap rasa percaya yang mulai memudar dan berganti pada ketakutan, aku tahu bagaimana rasanya, meski kita berbeda jenis dan tingkatannya. Kamu tahu? Seorang guruku pernah menasihati, bahwa rasa khawatir dan ketakutan yang sedang kita rasakan itu adalah bukti dan sinyal dari Allah agar kita segera menyandarkan segalanya itu pada-Nya. Untuk semua khawatir dan takut.
Beenar, Allah sudah menjelaskannya dalam al-Quran bahwa setiap kita akan Allah uji, entah urusan perut, tempat tinggal, kendaraan, pekerjaan dan uang, dan semua burmanya masa depan. Tapi beginilah kita, hamba yang bebal dan enggan membaca firman-Nya, hingga kita lupa dan seakan menyimpan segalanya itu di dalam hati dan pikiran, yang pada ujungnya hanya membuat sakit dan kebingungan tanpa ujung.
Tidak apa-apa, untunglah aku dan kamu masih bisa menyadari keadaan dan berusaha untuk memperbaikinya, terutama soal hati dan niat kita. Sebab ada banyak hal yang Allah mudahkan karena niat dan isi hatinya, padahal secara mata mungkin itu akan terlihat berat dan sangat rumit. Mungkin, selama ini niat kita yang salah dan hati kita yang sebenarnya keruh, hingga tidak bisanya kita berbicara dengan hati kita sendiri.
“Menentukan titik cukup”, kalimat ini sebenarnya singkat tapi penuh dengan berjuta makna.
Barangkali kita yang tidak memiliki titik cukup hingga seakan-akan semuanya terasa kurang dan harus ditambah, atau barangkali kita kehilangan titik cukup hingga kita harus mencicipi sesuatu yang haram dan tidak Allah sukai. Kamu tahu? Dan hal ini yang sering aku terlupa dan tersilap.
Doaku hari ini “yaa Allah, jadikan dunia ini datang ke kakiku dengan hina, hingga aku mudah untuk menginjaknya dan tak menganggapnya besar, mudah pula bagiku menggunakannya untuk kebaikan”
Tidak ada yang salah dari mengadukan hari-hari yang membuatmu tak nyaman, entah dunia yang kian mengkhianati, menakut-nakuti, atau dunia yang membisikkanmu kekhawatiran. Ingat, semua itu datangnya dari setan, tak layak bagimu untuk ikut pada apa yang setan dan keburukan itu ajak.
Semoga, kebaikan yang pernah kita kerjakan di masa lalu, bisa menjadi penerang dan sebab Allah memberikan petunjuk untuk hari ini, hari esok, dan masa depan.
Selamat mengadukan kekhawatiran dan ketakutan pada-Nya, semua akan baik-baik saja kok, asal sandaranmu hanya pada-Nya :)
@jndmmsyhd
295 notes
·
View notes
Text
Catatan Kemenangan : Syahadat Adalah Perlombaan!
Ingatkah kamu akan ambisi Umar untuk mengungguli Abu Bakar? 2 sahabat ini memiliki kisah yang berbeda dalam mendeklarasikan Syahadat. Pada akhirnya kita tahu siapa pemenangnya dan dari kedua tokoh ini kita juga tahu apa yang mereka persembahkan untuk dunia Islam.
Tapi sekali lagi, kita harus bersepakat bahwa setiap memiliki latar belakang berbeda, pemahaman berbeda, dan juga pengalaman spiritualitas berbeda (proses memahami Islam).
Namun kita juga harus bersepakat dengan start yang berbeda, semua memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi terhadap Islam. Dengan syarat pemaknaaan syahadat yang baik sebagai titik tolak perubahan.
Syahadat itu adalah pemusnah belenggu kebodohan. Berapa banyak kebodohan zaman yang berulang, berapa banyak penyeru tauhid yang datang, dan berapa banyak orang-orang mereka seru jatuh dalam lubang yang sama dan menyekutukanNya? Sekali lagi, semua kembali atas pemaknaan syahadat.
Syahadat itu adalah kebersamaan. Kita ingat akan penaklukan Konstantinopel oleh Sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Kita ingat bagaimana kisah Itsarnya para sahabat ketika dilanda kehausan saat perang. Kita juga ingat betapa bergantinya masa Pemerintahan Islam, dipergilirkan dari satu kaum ke kaum lainya untuk memegang amanah ini karena keyakinan dan amal jamai yang kuat.
Tapi ketika syahadat bermakna kebersamaan, dimana kaum muslimin ketika saudaranya dibantai? bahkan dari sebagian mereka ada yang bekerja sama dengan kaum kafir untuk membantai saudaranya sendiri.
Apa jawaban kaum beriman itu? "
Jangan sedih, Allah Bersama kita
"Hanya Allahlah sebaik-baiknya penolong"
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut: 2)
Kaum beriman ini adalah contoh yang nyata di tengah zaman yang penuh fitnah.
Rasullullah Shalallahu alaihi wassalam menjadikan syahadat, tauhid sebagai dasar pendidikan pertama untuk menyambut perubahan.
Tidak seperti seperti kaum barat akan kapitalismenya, tidak seperti kaum komunis sebagai antitesa kapitalis yang menyerukan revolusi, juga bukan Hitler dengan ideologi Fasisnya. Tapi sekali lagi, bukan itu solusinya.
Beliau hadir ditengah peradaban yang kehilangan akhlak dan melupakan fitrah sebagai manusia. Dengan penuh sabar dan keikhlasan, peradaban itu berubah menjadi peradaban yang besar dan menyebar ke seluruh dunia. Bahkan anak keturunan dari bangsa yang menghancurkan peradaban Islam setelahnya, ketika mereka melafalkan syahadat, mereka menjadi mulia dengan Islam. Sebut saja Bangsa Tatar, Mongol, dan Turki.
Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Para Generasi Terbaik menjadi contoh realisasi syahadat untuk berlomba-lomba di jalan kebaikan. Fastabiqulkhairat.
Juga untuk generasi kita hari ini, jangan pernah merasa puas akan sebuah ilmu yang sedikit itu. Ingatlah sebaik-baiknya ilmu adalah yang diamalkan, untuk berlomba-lomba dalam kebaikan juga.
"Jalan Allah ini panjang sekali, untunglah kita tidak diwajibkan sampai ke ujungnya. Kita hanya diperintahkan untuk mati di atasbya." - Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
(Ditulis setelah membaca buku "Menggali Ke Puncak Hati" Karya Ust. Salim A. Fillah)
Surakarta, 6 Syawal 1445 H.
youtube
#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#harikemenangan#dakwah#dakwahkampus#Youtube
27 notes
·
View notes
Text
allah maha baik sekali, aku selalu berdoa ya allah tunjukan keburukannya, lihatkan agar aku bisa mundur hari itu juga, dan tadaaaaa🔥 selalu di kabul, dimana aku tidak harus mempunyai alasan untuk tetap tinggal, tidak harus melewati hari demi hari ada dia nya. meskipun ada beberapa part yang aku benci sekali.
untunglah, aku tidak diberi rasa suka terlalu dalam, maka mundur gerak nya tidak terlalu sulit bukan ?
12 notes
·
View notes
Text
Bandung dan Kenangan
Stasiun Bandung hari ini dan 5 tahun yang lalu tidak banyak berubah.
Setelah 5 tahun, akhirnya aku berani menginjakkan kaki di bumi pasundan ini. Bumi yang katanya lahir ketika Tuhan sedang tersenyum.
Masih pagi saat aku turun dari kereta keberangkatanku. Aku memutuskan untuk cari sarapan dulu sebelum nanti siang check in hotel.
Pilihanku jatuh pada bubur ayam. Ah 5 tahun yang lalu juga sama, sarapan bubur ayam juga saat tiba di Bandung. Bedanya ada yang jemput dan menemani. Sedangkan kali ini harus bisa sendiri.
Tidak ada agenda khusus terkait keberangkatanku ke Bandung kali ini. Hanya kangen saja. Sembari mencoba apakah aku sudah mampu kembali berjalan di Jalan Braga tanpa genggaman tangannya.
Haha, agaknya dari sini kalian sudah tahu bahwa cerita kali ini penuh dengan kepedihan.
Setelah selesai sarapan, aku memutuskan untuk pergi ke Masjid Raya Bandung. Mau menumpang mandi dan duduk-duduk sebelum pukul 12 nanti beranjak untuk ke hotel.
Tidak ada itenerary yang aku siapkan. Karena seperti kataku tadi, perjalananku ke Bandung kali ini hanya sekadar untuk mengenang. Mengenang kenangan yang entah benar-benar harus disimpan atau sebetulnya lebih baik direlakan.
Aku tiba di hotel tempatku menginap tepat pukul satu siang. Aku memutuskan untuk tidur sampai sore datang.
Kalau dibilang tanpa tujuan sama sekali, mungkin kelihatannya aku sedikit berbohong. Karena ada satu tempat yang ingin aku kunjungi meski hanya sebentar. Braga adalah satu-satunya tempat yang ingin aku kunjungi kali ini. Kopi Toko Djawa lebih tepatnya. Tempat yang terlalu mainstream tapi aku selalu kangen tempat yang satu itu.
Siapa lagi yang mengajakku ke sana kalau bukan dia yang sempat hidup di masa lalu? Haha, selalu begitu. Selalu ada satu kenangan yang paling dominan saat selesai dengan suatu hubungan.
Sayangnya, Kopi Toko Djawa memang memiliki tempat tersendiri di hidupku. Bagaimana tidak, dulu di salah satu tempat duduknya, ada aku dan dia yang saling bertukar cerita dengan raut wajah berbinar setelah berbulan-bulan terpisahkan ratusan kilometer jauhnya. Selalu seperti itu setiap bertemu. Lalu bagaimana aku bisa lupa?
Setelah puas menikmati suasana dan kudapannya, aku pun beranjak dari tempat dudukku. Aku keluar dari Kopi Toko Djawa tepat saat gerimis turun. Untunglah aku belum memesan taksi online. Jadi kuputuskan untuk masuk kembali ke dalam sembari menikmati hujan yang membasahi jalanan Braga.
Tidak ada harapan aku akan bertemu dengan laki-laki yang pernah aku panggil "Mas", karena saat ini aku tahu sudah ada perempuan yang ia panggil "Neng" dengan begitu mesranya.
Setelah hujan berhenti, aku segera memesan taksi online. Seharusnya bisa sejak tadi, toh naik taksi, tidak akan kehujanan. Tapi aku masih mau berlama-lama di toko ini, sebelum esok aku kembali ke kotaku.
Aku sampai di kamar hotel dan membantingkan tubuhku ke atas kasur. Bandung mulai dingin. Aku meraih handphone-ku dan melihat deretan instragram story yang silih berganti. Hingga akhirnya aku tiba pada story miliknya. Iya, milik laki-laki pertama dan mungkin terakhir yang mengajakku ke Kopi Toko Djawa.
Aku dan dia memang sama-sama memilih untuk tidak saling unfollow ataupun block. Kami mengakhiri hubungan kami secara benar, jadi tidak ada yang perlu saling menyingkirkan.
Mataku terbelalak saat aku tahu dia menampilkan potret berdua dengan kekasihnya di Kopi Toko Djawa. Haha, semesta tidak merestui aku dan dia berjumpa rupanya.
Tapi setidaknya malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak. Selain bisa menginjakkan kaki lagi ke Bandung, selain karena sudah ke Kopi Toko Djawa, dan selain karena Bandung dingin malam ini, aku tahu satu hal lagi. Iya, ternyata tempat favoritnya masih sama. Masih Kopi Toko Djawa, meski yang ia gandeng berbeda. Semoga perempuan itu tidak pernah tahu bahwa kekasihnya pernah sesering itu mengajak perempuan di masa lalunya ke kedai kopi yang sama.
Dan doaku, semoga perempuan itu tidak bernasib sama dengan aku. Yang pernah diajak ke Kopi Toko Djawa dan dilepaskan di stasiun Bandung dengan derai air mata.
52 notes
·
View notes
Text
Bangkrut.
Buat banyak orang, bangkrut terdengar sangat menyeramkan. Kayak, satu hal yang akan terus menerus berusaha dihindari, sama seperti menghindari kegagalan. Belum lagi, cerita-cerita ngeri yang menyelimutinya. Dulu, aku sering dengar, tapi belum paham dan belum mengalaminya juga. Tapi lucunya, ketika aku mengalami kebangkrutan itu, enggak merasakan ketakutan apapun. Bahkan, sama sekali enggak menyeramkan buatku. Lucunya lagi, bahkan butuh waktu satu tahun untukku menyadari bahwa aku sedang bangkrut, keluargaku bangkrut karena bisnisnya pailit. Pahit. Dan ketika aku menyadari hal itu, aku tertawa, dan bahagia. Ada rasa lega, dan syukur yang tercipta. Akhirnya, aku tahu kondisi yang sedang aku alami. Ternyata, bangkrut enggak semenyeramkan itu. Bangkrut-nya, tetep perasaan dan fase yang kurang menyenangkan hingga gak nyaman, ada seram dan ngerinya juga. Namun, kebahagiaanku terletak pada pengetahuan yang baru aku tahu, perasaan yang baru aku rasakan, pengalaman yang belum pernah aku coba, dan momentum 'Ooooh'-nya berbeda. Unik. Aku baru pertama kali mengalaminya. Andaikan tahu kalau bangkrut bisa memberikan pengalaman se-seru ini, untuk apa juga ya merasa takut? Toh, Tuhan akan selalu ada dan selalu menolong, apapun kondisinya. Bahkan Tuhan ada, di saat aku bangkrut. Dan Tuhan tetap mencintaiku, walau aku bangkrut.
Lalu, aku mencari lawan kata dari bangkrut ialah; maju, utuh, dan rapi. Tiga kata yang menurutku punya arti berbeda, tapi jadi bagian dari lawan kata bangkrut. Ini unik lagi. Mungkin bangkrut itu semacam fase untuk mensucikan dan membersihkan dari dari hal-hal yang belum utuh, dan belum rapi yang bisa menghalangi kemajuan, ya? Entah.
Untunglah, salah satu hal yang amat aku syukuri, akhirnya aku sadar dengan apa yang sedang aku alami, sehingga aku bisa mulai mencari, hal-hal apa yang perlu aku lakukan, dan menemukan solusi-solusi. Aku juga bisa tahu, bagaimana cara menghindarinya sebelum terjadi lagi. Mungkin barang sejenak, aku akan menikmatinya, dan menerimanya pelan-pelan. Sambil mencari jalan maju, untuk bisa utuh dan rapi. Bangkit!
Kesimpulannya; momen ini, seru dan lucu banget. Pengalaman yang enggak akan aku lupakan seumur hidup, dan aku akan terus menjadikannya kesadaran dan pembelajaran. Maka dari itu, aku tulis di sini agar lebih abadi.
- Sastrasa
17 Juni 2024, 2.34 AM
17 notes
·
View notes
Text
Awal Mula Lalu Bermuara
Sabtu lalu, di dua forum dan audiens yang berbeda, meski dengan topik yang berbeda pula, ada satu hal sama yang aku sampaikan di keduanya. Ialah tentang memulai. Dan menyelesaikannya. Berniat-beristiqomah-husnul khotimah.
Innamal a'maalu binniyaat, kita seringkali berdalih dengan hadis ini untuk hal-hal yang kemudian luput untuk kita selesaikan. Berdalih 'yang penting dapet niatnya' dan semacamnya meski belum memulai, atau memulai lalu meninggalkannya. Bukan, bukan untuk menyalahkan hadisnya, melainkan kita yang barangkali menempatkan malas, bosan, dan ragu dan bersembunyi di balik hadis ini. Dan kita lupa jika dalam redaksi lain disebutkan bahwa...
Innamal a'maalu bilkhowaatim (HR. Bukhori), sesungguhnya amal seseorang pun dilihat dari akhirnya pula, tidak sekedar niat. Sholat kita, khusyu atau tidaknya haruslah dilihat keseluruhan awal hingga akhir, bukan dari niatnya saja. Ibadah haji umat muslim, dapatlah dikatakan mabrur jika ia menunaikan rukunnya hingga selesai, tidak hanya dari miqotnya saja.
Allahummaa inni a'udzubika minal ajzi wal kasl, dan dalam doa serta dzikir sehari-hari, adalah kita minta untuk dijauhkan dari sifat lemah dan malas, hal yang dapat menjauhkan kita dari ending yang senantiasa kita semogakan pula: husnul khotimah.
Yaa muqollibal quluub tsabbit qalbiy 'alaa diinika wa 'alaa tho'atika. Kita seringkali mendengar bahwa ada hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Dan diri kita adalah hal yang bisa kita kendalikan. Tapi nyatanya, kadang kita pun kewalahan dengan diri sendiri. Addu'aa shilaahul mu'min, untunglah sebagai hamba-Nya kita memiliki senjata: doa. Agar senantiasa dapat beristiqomah, agar senantiada dikokohkan langkah kakinya, agar senantiasa diteguhkan pendiriannya, agar senantiasa dikuatkan pundaknya.
Every takeoff is optional, every landing is mandatory. Satu-satu. Pelan-pelan mari kita selesaikan apa yang telah kita putuskan ada dalam genggaman. And may Allah always ease our ways.
12 notes
·
View notes
Text
Betapa beratnya pesan abah yang sering diulang, “sabar aja mas, yang terpenting usahakan kita gak mendzolimi orang lain”
Maka, ketakutan itu hadir, saat diberikan kepercayaan atau tanggung jawab, takut kalau tanpa sengaja atau bahkan sengaja, ada orang yang terdzolimi
Dan lebih susah lagi adalah kata pertama, sabar! Ketika kita disinggung, dimarahi, didzolimi, sabar!
Ah, untunglah ada teladan terbaik, yang rasa-rasanya jika dibandingkan apa yang kita alami dengan apa yang beliau alami, sangat jauh. Tapi, semoga beliau, Rasulullah, masih mengakui kita sebagai umatnya, yang kadang terlalu membanggakan diri, tapi implementasi sebagai umatnya tidak seberapa
terutama dalam hal satu ini, sabar dan berusahalan tidak mendzolimi orang lain, ah betapa beratnya!
87 notes
·
View notes
Text
BAHAGIA
Sepulang kerja, aku akan memintanya agar cepat berkemas, memastikan bensin di motor cukup, menyalakan playlist lagu di youtube music dan mengantarnya menuju pelarian terdekat. Bioskop, taman atau di tengah keramaian. Tempat-tempat yang membuatnya, nyaman? Tidak begitu, protesnya. Damai lebih tepat.
Sesekali aku akan berhenti untuk membelikannya eskrim atau mencari masjid yang ramai oleh anak-anak dan penjual mainan, atau bisa saja mengitari jalanan Semarang sampai nyasar. Untunglah dia tidak mengeluh soal itu.
Hingga di suatu malam yang insomnia, aku akan memutar radio, memesan sebuah lagu untuknya dan menitipkan pesan agar dia tetap bahagia selalu. Pesan yang sama, dikirimkan berkali-kali kepada orang yang sama.
Sampai si penyiar itu bergumam semoga aku bahagia selalu dengan dia. Bahagia? Apakah dia bahagia? Entahlah. Aku pun sering bertanya-tanya:
"Apa lagi yang harus aku lakukan untuk membahagiakan diriku sendiri?"
— IHSNFKRI
2 notes
·
View notes
Text
Untunglah cinta itu tak pernah bisa tuntas. Dengan begitu aku bisa terus mencintaimu tanpa ada batas. -
Kalimantan 14 Mei 2024
2 notes
·
View notes
Text
Friday mornin jog
Weekend minggu kemarin nginep di mertua gabawa alat tempur buat lari jadi libur teh skip weh. Weekend skrg ehh long weekend lebih tepatnya mari kita coba lari sepagi mungkin. Karena wlpn nemo masuk sekolahnya jam 8.30 tetep gabisa sempetin lari sebelum anter sekolah jadi aja di jam2 wkt nunggu nemo untunglah kan sepanjang jalan ke bandara teduh. 2x selama nemo sanlat lari disana mayan udah siang bgt, matahari terik tp ketutupin sama rimbunnya pohon, kepanasannya dikit tp ttp prefer lari subuh ih sejuk udaranya jg bikin calming.
Nemo udah libur sekolah, kebetulan long weekend jg. Mari kita coba lari sepagi mungkin, karena libur dan ini bulan puasa pasti jalanan msh sepi. Yaudah aku pasang alarm jam 6an lah. Abis solat subuh emg sengaja tidur dulu wlpn kayanya kurang nyenyak sebentar bgt pula. Bangun lsg siap2.. Nemo karena lg batuk jd ngga sahur tadi, aku biarin ngga puasa dulu hari ini, karena ngga nafsu makan, padahal diatu selama puasa makan dan nyemilnya kuat bgt bikin hawatos aja kalo ngga nafsu, mamak sedih takut timbangan turun lg haaaa susah2 naikin. Pas ibunya lagi siap2 lah bangun, bener kata ayahnya nemo kalo sekolah susah dibangunin kalo libur sekolah malah bangun pagi no drama tanpa dibangunin. Bisa gitu memang hhhhhhhh.
Bapaknya? Ya tidur dong.. Perbedaan kami berdua dalam menyambut hari libur.. "yessss bisa tidur sampe siang!" kata bapak. "yessss bisa lari lebih pagi!" kata ibuk yg sporty ini~ wkwkwk.. Ya gpp bapak dah lelah kerjaannya numpuk hampir tiap hari tp sebetulnya ttp aja kuduna nyempetin olga gt. Janjinya sih nanti abis lebaran.. Let's see yaaahhh huft.
Setelah warm up kemon gaskeun.. Rutenya deket rumah aja ngurilingnya ke dkt IP lalu ke arah bubur Amid ajalah. Karena gabisa >30 min ah takut seret dan haus.. Cukup kan lagi puasa mah 20-30min, wlpn org2 yg udah mampu olga berat mah bisa sampe 1 jam.. Segitu aja dulu slow run yg penting bergerak yah. Alhamdulillah finished di depan nasi lemak banceuy.. Poto dulu biar ada weh~ wkwk..
Pasang lagu sontrek one day dulu yg masih kebayang2 hwhwhw..
Ehhh itu ada si urguardian21 yg rajin ngepoin tergercep baru brp menit posting dah seen lg wkwkwk.. Kehidupanku ternyata ada yg bikin org tertarik yah..
3 notes
·
View notes
Text
Sovieshu Vict X M!Reader
Prolog - How They Met
"uhh.." (Sovieshu)
"Apa Anda sudah sadar?" (Dokter)
"Ini dimana? Dan Anda siapa?" (Sovieshu)
"Untunglah Anda sudah sadar! Anda berada di rumah sakit dan saya adalah dokter yang menangani Anda. Apa Anda merasakan sakit di tubuh Anda?" (Dokter)
"Tidak, Saya tidak merasakan sakit pada tubuh Saya." (Sovieshu)
"Dan disebelah Saya ini adalah orang yang membawa anda kemari. Anda ditemukan tidak sadarkan diri di taman dekat Jl. XXX XXXX. Kalau begitu Saya permisi terlebih dahulu."
Reader's POV
Haduh.. barusan mau pulang, kenapa malah ada aja masalahnya
"Uhm.. Apa Tuan sudah baik-baik saja?"
"Ya."
Kaku banget sumpah.. Pengen pulang..
"Apa ada keluarga atau kerabat yang bisa saya hubungi untuk menjaga Anda disini?"
"Tidak ada."
"Uhm.. Apa tuan korban dari suatu kejahatan?"
"Bukan."
AARRGGHHH.. KAKU NYAAA.. BAKALAN SEMALEMAN DI SINI
4 notes
·
View notes
Text
tempo hari, gue berkunjung ke gedung DPR RI.
konklusi pertama, rangkainan dalam memori gue menyimpulkan kronologi repetitif secara acak lalu mengatakan bahwa; ada sebuah acara di Jakarta yang harus gue hadiri dan destinasi ke gedung DPR RI adalah bonus kunjungan yang direncanakan secara —tidak— sengaja. entah bagaimana gue bisa menjelajahi gedung dewan dengan sejuta historinya itu, gue cukup senang mengetahui bahwa isi gedung DPR RI tak berbeda jauh dengan gedung-gedung pemerintahan lain yang pernah gue masuki. lobi-lobi dengan pengecekan ketat, lantai marmer yang mengkilat, jejeran ruang rapat yang ramai-lenggang, juga orang-orang penting yang entah sama pentingnya dengan krisis identitas negara ini atau tidak.
ngeri juga kalau terus-terusan dipikir. pada akhirnya gue hanya memilih nyaman menjadi narator dengan sudut pandang orang ketiga, ketika para presensi dalam rombongan gue bergabung lewat percakapan dan basa-basi nyata yang sebetulnya membuat gue muak. inginnya sih gue akan ikut —jika saja gue bisa menjadi manusia baik hari ini tanpa mengomentari segala halnya dalam hati.
meski begitu pun ada sesuatu yang gue tengah sadari kalau gue mengerti. adalah benang tak kasat mata yang menghubungkan gue dengan dunia luar gedung ini, transparan dan mudah ditebak sekali. gue merasa seperti menjadi saksi dari bagaimana tatanan Indonesia kini telah masuk melalui celah-celah pemikiran masyarakat. menurut gue, gak semua pemikiran dalam gedung pemerintahan ini diisi dengan skema-skema politik. gue berani bertaruh bahwa masih ada 'hati' yang diproyeksikan lewat siluet kubik porselen milik pemerintah kita. cuma masalah benar atau tidaknya gue kembalikan pada kepercayaan masing-masing.
just, let's believe that there's still a thing that has hope even though the stigma rampant through the terrible issue.
konklusi kedua memaksa gue untuk terlalu banyak berpikir sementara seorang pemimpin fraksi dari salah satu partai politik yang gue kunjungi tengah menjerat orang biasa seperti gue buat dengarkan orasinya. meski gue akui gue bukanlah seorang pendengar yang baik, gue akan berusaha menelaah makna apa yang kira-kira beliau ingin sampaikan kepada kami. jujur saja gue beneran hampir menikmati seluruh diskusi polemik ini sampai-sampai lagu Peradaban mendadak berputar dalam benak tanpa permisi, dan sialnya, gue terdistraksi.
diobral aja kali ya ini idealisme?
serius deh, besok-besok gue akan beneran bertobat sampai idealisme gue ini raib. besok. kapan-kapan. tapi bukan sekarang. gue masih mau mengikuti diskusi ini dengan kepala dingin, pun kalau perlu sambil menggembok sisi netral gue supaya enggak kemana-mana. supaya gue gak kalah dengan segala inferior ngeyel yang bersarang dalam isi kepala.
pokoknya apapun akan gue usahakan agar semoga-semoga milik rakyat bisa gue aspirasikan. paling tidak nggak akan gue biarkan iblis-iblis kecil di pundak kiri gue memberi hasut yang serta mertanya dapat mendatangkan jalinan benang kusut.
untunglah Tuhan masih memberi gue kesempatan untuk menjadi manusia baik. gue masih dikembalikan ke jalur benar yang semestinya gue dengarkan dengan penuh fokus dan lamat-lamat. bahkan ketika hal yang membuat gue tercengang berikutnya adalah tentang bagaimana bahasan diskusi ini membuat gue yakin bahwa konseptual kemanusiaan itu berawal dari bagaimana cara kita membersamai masyarakat, yang mana artinya ialah seluruh warga di negeri ini. bahwa harusnya gedung pemerintahan rakyat digunakan sebagaimana mestinya, bahwa keterlibatan pihak lain tak selalu diikuti oleh keruhnya moral para biadab juga perihal suap-menyuap. lantas dengan mengesampingkan semua itu, gue temui seorang pemimpin yang masih peduli dengan martabat negeri sendiri. yang harusnya ideologi miliknya patut dikaruniai apresiasi.
masih banyak yang harus gue perbaiki setelah ini, tapi buat sekarang, gue cuma mau fokus sama bahasan diskusi. di salah satu fraksi gedung lantai 3 gedung DPR RI, setidaknya gue pernah berkontribusi. gue akan baik-baik saja setelah ini.
bus melaju dalam kecepatan stagnan sementara Peradaban-nya Feast kini menjadi lagu pengantar tidur —gak tau juga mengapa gue jadi tidak bisa lepas dengarkan musiknya. meninggalkan riuh ricuh dan hectic-nya suasana disekeliling, gue pun akhirnya tertidur.
nyatanya, gue masih tetap hidup meskipun tau amoralnya peradaban, meski gue masih juga bernapas lewat idealisme gue yang belum masanya padam. yang manapun itu, gue hanya ingin mengikuti arus terlebih dulu.
konklusi ketiga : gue senang bahwa negeri ini masih mempunyai harapan.
gue senang gue bisa pulang dengan tenang.
3 notes
·
View notes
Text
Umur berapa kamu berhasil meraih mimpi masa kecilmu?
Kalau aku sih jawabnya umur ini, baru aja kuwujudkan beberapa minggu yang lalu :')
Berawal dari membaca buku karya Alexander Thian: Pulang-Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan kemarin, aku jadi merenung..
Oh iya ya, aku tuh baruuuu aja berhasil mewujudkan mimpi masa kecilku kemarin!!!
Buku karya Ko Alex ini, baru aja terbit bulan lalu. Menceritakan tentang beban masa kecil penulis yang dibawa hingga dewasa dan bagaimana akhirnya dia berhasil melepasnya.
Bab yang paling relate sama aku adalah rute 6,7, dan 11. Yup, terutama rute 11 dimana penulis bercerita bahwa dia akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya untuk melihat Aurora Borealis di umurnya yang 32 tahun saat itu. Sebuah mimpi masa kecil yang terlihat tidak mungkin terwujud di mata siapapun (bahkan dirinya), ketika dulu masih hidup susah. Sebuah mimpi yang berhasil dia wujudkan setelah beban masa lalunya berhasil dia angkat.
Dari situ aku pun termenung, loh kemaren kan aku juga baru saja merasakan hal yang sama ketika aku menonton pertunjukan terakhir di Disneyland! Alhamdulillaaaah!! Akupun termenung lagi loh.. loh.. sebentar, bukankah berarti aku baru saja menuntaskan 2 mimpi masa kecilku?? (selain masuk kampus impian dari SD ya).
Ya betul, melihat mimpi terwujud di depan mata itu rasanya emang sespektakuler itu :'). "Alhamdulillah", ucapku pelan ketika berada diantara kumpulan orang yang menyaksikan kembang api penutupan.
Kalau boleh cerita, berikut adalah 2 mimpiku:
Mimpi 1: Lihat bunga sakura langsung di Jepang.
Ini adalah mimpi yang muncul karena keseringan baca komik dan nonton anime jepang haha.. kayaknya kok indah banget gitu ya. Awalnya ingin ku wujudkan dengan cara mengejar beasiswa ke sana, namun apa daya ternyata Allah punya rencana lain. Aku gagal dan akhirnya aku baru berani meraih kembali mimpi itu di umur 26 tahun dengan cara backpakeran.
Dengan modal pengalaman backpakeran ke Korea 2 tahun sebelumnya, nabung yang buanyak dengan kerja sebagai field engineer, baca buku traveling ke Jepang, dan cari-cari di internet, pergilah aku dan sahabatku ke Jepang.
Hampir aja kami gak bisa lihat bunga sakura karena kami berangkat setelah peak season bunga sakura. Untunglah kami punya itinerary ke Nara dan gak sengaja masuk ke sebuah kuil yang ternyata punya taman sakura yang lagi berbunga :')
Walau sakuranya cuma sekuprit, heiiiiiii itu tetap mimpi yang terwujud kaaaan???
Mimpi 2: Mengunjungi Disneyland sampai malam.
Tadinya aku ingin mewujudkan juga mimpi ini ketika aku traveling di Jepang. Apa daya itinerary kami gak ada ke Tokyo. Akhirnya kami ke Universal Studio di Osaka dan mewujudkan mimpi temanku untuk pergi ke dunia Harry Potter. Ya gak apa-apa, toh seru juga!
Akupun sempat berpikir untuk ke Hongkong/ Shanghai untuk bisa sekalian mengunjungi Disneylandnya. Tapi harus dibatalkan karena travelmateku sudah menikah. Kemudian mimpi itu seakan terkubur karena kesibukan dan prioritas lainnya.
Kemudian temanku cerita, "Traveling ke Eropa itu gak mahal tau, mahalnya tuh karena tiket pesawatnya.. budget hariannya bisa sama kayak kita ke Korea/Jepang!" Hemmm... dari situ yang awalnya gak kepikiran ke Eropa karena merasa mahal, switch jadi pikiran "bisa kali ya kita ke Eropa dan sempetin ke Disneyland Paris?" Daaan perjalanan menabung pun dimulai dari tahun 2020 (??).
Hampiiir aja aku gak jadi pergi lagi karena tiba-tiba calon travelmateku membatalkan diri karena urusan pribadi. Tidak mau menunda lagi, akhirnya aku cari-cari open trip ke Eropa yang ada jadwal ke Disneylandnya dan ada!!! Alhamdulillah.
Dan inilah aku yang berhasil mewujudkan mimpi masa kecilku di usia 32 tahun untuk ketemu Mickey asli di rumahnya, di negara yang gak aku sangka-sangka bakal dulu bakal aku kunjungi karena alasan "mahal deh":
"Jika Allah belum mewujudkan doamu, yakinlah karena itu belum waktu yang tepat"
Mungkin itu yang kalimat yang tepat ketika akhirnya kedua mimpi itu berhasil terwujud di depan mata. Waktu ini sudah yang tepat untukku oleh Allah.
Semoga di masa depan, pelan-pelan mimpi terpendamku bisa diwujudkan oleh Allah SWT di keadaan terbaiknya. Sehingga tidak lupa rasa syukurku pada-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Tips duniawinya adalah untuk tidak pantang menyerah untuk mewujudkan mimpi kecil kita. Coba dari berbagai macam jalan baik. Seperti aku yang ternyata tidak bisa ke Jepang dengan jalur beasiswa, tapi harus dengan jalur nabung dan travelling. Ya gak apa-apa selama caranya baik, insyaallah akan terwujud pada waktunya.
Buat teman-teman yang impiannya belum terwujud, percayalah dengan ikhtiar insyallah akan diwujudkan. Aamin.
4 notes
·
View notes
Text
Hari ini aku minum dua gelas kopi. Dua-duanya kopi susu dengan kandungan gula normal. Sekelebat rasa bersalahku muncul, sebab hari ini aku mengonsumsi terlalu banyak gula dan pemanis buatan. Roti tawar, pisang, susu, nasi, es jeruk, buah jeruk dan kopi susu. Lalu caraku menghilangkan rasa bersalah itu adalah dengan makan tomat. Demi kucing-kucingku yang aku sayang, aku tidak suka tomat. Aku benci tomat. Supaya lebih jelas lagi, aku benci tomat utuh. Warnanya, kulitnya yang mengilap dan licin, aromanya, bijinya, kandungan airnya... ack :( aku masih bisa makan olahan tomat seperti saus tomat dan saus spaghetti. Tapi tidak dengan tomat utuh, atau tomat yang diolah dan bentuknya masih jelas bahwa itu adalah tomat. <Maafkan aku wahai orang-orang penyuka tomat. Aku enggak bermaksud menjelekkan tomat, aku hanya enggak suka dengannya...>
Suatu kali aku diajak makan soto betawi. Karena itu kali pertama makan soto betawi, aku enggak tahu bagaimana bentuk dan isinya. Pikirku, ya sama seperti soto pada umumnya. Setelah mangkuk soto betawi diantar ke mejaku... innalillahi, seketika aku menyebut nama Tuhan di dalam hati. Isi mangkuk di hadapanku membuatku merinding. Hanya ada kuah, beberapa irisan kentang goreng, taburan seledri, and here comes the scariest part... tomat. Sangat banyak tomat. Potongan tomat di mangkuk itu kelihatan masih segar dan aku bisa melihat bentuknya sangat jelas. Demi menghormati orang yang mengundang dan mentraktirku, aku tetap memakan soto itu. Meski pada akhirnya aku menyisakan beberapa potong tomat. Untunglah orang yang mentraktirku enggak tanya mengapa enggak aku habiskan tomatnya. Fiuh.
Menghukum diri sendiri hanya dengan memaksanya makan tomat, sekilas terdengar enggak berbahaya. Itu hanya tomat. Buah/sayur, tergantung bagaimana kamu menganggapnya. Tapi kalau dipikir, kejam sekali, ya, diri ini. Memang kesalahan seperti apa, sih, yang membuatku sampai menyiksa diri dengan mengonsumsi sesuatu yang aku enggak suka? Apa bedanya sama perbuatan self-harm dalam bentuk lain? Aku enggak ngomong mewakili siapapun: saat aku masih sering melakukan self-harm, aku menganggap perbuatan itu sebagai bentuk hukuman untuk diriku sendiri. Karena aku enggak becus, karena aku bodoh dan karena aku terlalu sering melakukan kesalahan. Sekarang, aku merasa telah menyakiti diriku, dengan memaksanya menerima sesuatu yang enggak aku sukai, bahkan benci.
Mengapa aku merasa perlu menghukum diri sendiri karena berbuat salah? Mengapa aku berpikir bahwa kesalahan itu akan terbayar dengan hukuman seperti ini? Ridiculous.
Ngomong-ngomong, dunia twitterku hari ini sempat ramai membahas jabatan kepala desa dan turunannya di desa. Ada satu institusi yang mengatakan bahwa jabatan kepala desa, kepala dukuh, ketua RW dan RT, itu enggak politis. Institusi itu bilang bahwa di Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, enggak ada itu kalimat yang bilang bahwa kepala desa dan jabatan di bawahnya merupakan jabatan politik. Mungkin definisi "jabatan politik" yang mereka pahami itu berbeda denganku. Tapi, kira-kira orang-orang di institusi itu tahu enggak ya, kalau jabatan di tingkat desa itu ada melalui pemilihan dan posisinya diperebutkan banyak orang. Kampanye mahal, nyogok sana sini, lobi-lobi warga. Jabatan setingkat RT saja, di tempat tinggalku, menjadi rebutan. Itu menunjukkan bahwa jabatan-jabatan tersebut sebetulnya politis.
Orang-orang yang berebut menduduki jabatan ketua RT berkata demikian: gengsi dong sudah naik haji kok tidak jadi ketua RT. Duitku banyak, sawahku luas, sekolah tinggi, masa enggak terpilih jadi ketua RT. Keluarga turun temurun jadi takmir masjid (baca: menguasai masjid beserta aset fisik dan uangnya), masa cuma jabatan ketua RT saja enggak dapat. Mereka ingin berkuasa karena mereka telah memiliki kuasa sebelumnya. Dalam kata lain, mereka sudah berkuasa dan merasa menguasai banyak hal, sehingga mereka berani adu kekuasaan buat menunjukkan siapa yang paling pantas menjadi ketua. Jadi mereka ingin menambah lagi kuasa (power) yang dimiliki.
Ketua RT yang saat ini menjabat di tempatku, pusing. Suatu malam ia datang rapat RT seperti biasa, tahu-tahu dicalonkan menjadi ketua RT. Pemilihan dilakukan secara voting menggunakan kertas suara. Malam itu juga ia terpilih. Tiga tahun menjabat, tiga tahun pula ia mendengar cibiran dan sindiran dari orang-orang yang gagal terpilih malam itu. Seharusnya aku, aku lebih pantas. Selain itu, ia pusing menerima laporan warga soal lampu jalan padam, jalan desa rusak, bau kotoran sapi milik seorang warga peternak, anak tetangga yang berantem, tetangga yang hamil di luar nikah, tetangga yang mau cerai, anak tetangga yang mencuri uang jimpitan... ah, uang. Aku yakin dia juga pusing soal uang, karena gaji ketua RT itu sangat sedikit dan ia harus mengikhlaskan uang itu agar tidak dikira serakah oleh warga. Ia memasukkan uang gaji ketua RT ke dalam infaq. Ya, ini sungguh terjadi.
Anyway, semua ini adalah akibat dari minum dua gelas kopi dan konsumsi gula berlebih. Energiku jadi berlebih dan kepalaku penuh. Tapi kondisi ini justru membuatku enggak bisa tenang dan berpikir jernih. Alhasil, aku enggak bisa menggunakan energi ini untuk mengerjakan sesuatu yang "lebih penting" seperti laporan. Kalau dipikir lagi, sudah pantaslah tadi aku menghukum diri dengan makan sebutir tomat.
4 notes
·
View notes
Text
..... Untunglah kau. Sekarang bulan ni bulan puasa. Tak boleh marah. (Translate: You're lucky. It's fasting month now. I can't mad.) 😑
-Anis Sufiyyah (Me irl) to Stella Zhau
2 notes
·
View notes
Text
Baik dan Bersih Saja tak Cukup
Pernah dalam hidup saya bekerja dengan seorang atasan yang baik (lembut bahasanya, suka nraktir juga), cukup bersih (nggak makan uang haram), hanya saja ada satu hal yang rasanya cukup mengganjal di hati.
Orang ini waras nggak ya?
Saat rapat, dengan pedenya bilang "Saya sudah siapkan semuanya!" dilanjutkan lirik ke rekannya "Udah siap kan ya?!" Atau di lain waktu bilangnya "Udah, kita langsung pulang aja. Nggak ada lagi tugas. Harus segera pulang." Dan tiba-tiba "Eh di depan belok dulu!!"
Bagian yang membuat saya bersedih adalah orang seperti itu sudah beberapa kali saya temukan sebagai atasan. Bahkan ada pula yang gelarnya sudah master.
Mungkin aslinya cerdas. Ya, mungkin. Namun saya selalu saja bingung dengan pola pikirnya yang kerap nggak sinkron. Lisan berkata ingin mendidik, tapi laku menunjukkan ingin uang. Bibir meminta dipercaya, tapi lidah enggan mengungkap alur cerita. Mengaku selama ini selalu belajar, tetapi bikin powerpoint pun masih mengandalkan orang lain. Padahal yang lebih tua dan pendidikannya di bawah, sudah sanggup bikin bahan presentasi sendiri lengkap dengan powerpoint.
Selain untuk melatih kesabaran, entah kenapa Yang Maha Kuasa menciptakan orang-orang seperti itu.
Untunglah kiranya orang seperti mereka tak ditakdirkan berjodoh denganku.
***
Bisa dibayangkan? Suatu hari kencan di kedai, dia nanya "Mas mau pesen apa?", Kujawab "Es kopi susu aja, esnya dikit!" Lalu dia nanya lagi "Mas, kopinya mau yang panas?!"
Kalau saya mulai marah dan gila, berarti benarlah bahwa ketidakwarasan itu menular. Juga membuktikan, bahwa selain baik dan bersih, perlu waras.
Ahad, 15 Jumadil Akhir 1444
2 notes
·
View notes