cnandini
say.say.say
1K posts
"I say what I wanna say"
Don't wanna be here? Send us removal request.
cnandini · 3 days ago
Text
Tapi mengapa orang-orang yang tidak pernah ibadah itu justru mendapatkan rezeki yang banyak?
Terlepas ada penjelasannya dari ustad, satu hal yang harusnya ditanyakan balik pada orang yang punya pertanyaan tersebut:
Sesusah apa hidupmu, sampai harus mempermasalahkan dan iri pada rezeki orang yang tidak beriman? Apakah terbesit dalam pikiranmu untuk menanggalkan ibadahmu demi rezeki duniawi?
Pertanyaan selanjutnya:
Berapa banyak sih jumlah orang yang gak pernah ibadah dan rezekinya banyak vs yang rezekinya seret? Mana yang lebih banyak?
Berapa banyak sih jumlah orang yang rajin ibadah dan rezekinya seret vs rezekinya banyak?
Dari keempat kriteria itu, apa kamu yakin jumlahnya mana yang lebih banyak?
Lantas jika kamu tidak dapat memastikannya, mengapa kamu begitu yakin?
Bagaimana jika begini:
Sebagian dari manusia yang tidak pernah ibadah, merasa menggunakan utang untuk kesenangannya adalah hal yang wajar. Sehingga terlihat rezekinya sangat lancar, padahal dibalik layar utang mereka menumpuk, yang siap menjerat mereka di masa depan. Apa masih bisa dibilang apa yang mereka miliki sebagai rezeki atau harta yang berkah?
Bagaimana jika ternyata orang yang terlihat rajin ibadah itu, ternyata ibadahnya ternyata hanya dipermukaan saja?
Atau bagaimana jika ternyata memang orang yang rajin ibadah dan rezekinya lancar itu sebenarnya sangat banyak, tapi mereka memilih untuk tidak menunjukan karena iman mereka?
Maka dari itu, tidak perlu lah kita mempertanyakan rezeki orang lain. Fokuslah pada diri kita sendiri.
Apa perlu kita merasa iri dengan rezeki orang lain, sedangkan kita ternyata ibadahnya belum benar, belum tulus, dan ikhtiar kita kurang jauh?
0 notes
cnandini · 5 days ago
Text
Pesta Pernikahan Mainstream
Artikel ini dibuat bukan buat pamer, tapi mungkin bisa dibilang sebagai pembelaan diri (?) di tengah maraknya tren "nikah mah di KUA aja kaleee, biar murah!!!"
Yep, gw sudah menikah beberapa waktu yang lalu dan gw nikahan di gedong dengan biaya ratusan juta dan...... Ya sudah gitu aja, biasa dan bisa aja, gw dan pasangan happy acaranya lancar, alhamdulillah pesta dapat dibiayai tanpa hutang, dan kami masih bisa hidup dengan layak setelahnya.
Tumblr media
Mau tau ceritanya? Sini gw ceritain..
Layaknya anak muda zaman now (padahal oe milineal telat nikah sih itungannya), gw dan pasangan sudah ngomongin kalau mau nikah yang sederhana aja biar murah, bahkan gw pribadi sempat memasukan opsi di KUA juga. Kami juga sudah ngomongin budget kira-kiranya kalau nikahan sederhana itu berapa (include souvenir). Tapi gimana endingnya akhirnya kami nikah di gedong, ada sabab musababnya dan itu karena gw (ya soalnya laki mah ngikut aja ya, selama dia budget ada).
Semua berawal dari acara tunangan gw yang dibuat sama emak gw. Acara tunangan gw sebenernya diadain di rumah aja, tapi berubah jadi "heboh" karena emak gw ternyata nyewa catering yang sudah termasuk sama dekor. Jadi rumah gw yang mungil itu tiba-tiba ada dekor bunga yang menjulang setinggi langit-langit rumah. Tujuannya? Buat nutupin area private rumah sih sebenernya. Jujur pas awal gw dateng gw syok (gw kerja di luar kota btw), kenapa ini vibesnya jadi pesta heboh dah. Tapi ya sudahlah toh ortu ini yang bayarin gw mah tinggal dandan aja yang cantik. Dan acara tunangan pun dimulai dengan rombongan calon suami yang jumlahnya 50 orang itu datang disambut oleh keluarga gw cuma 20 orang.. yeah, banyak banget memang sampai kami harus bikin teratak di depan rumah.
Kemudian diakhir acara gw melihat binar di mata para tamu, ntah itu keluarga gw maupun suami, yang seneng banget karena acaranya lancar + bagus dan foto-foto di backdrop utama yang "wow" itu. Yup, dari situlah gw berpikir.. sepertinya kurang sopan deh bagi kedua keluarga jika pernikahan gw cuma dilakukan di KUA setempat. Mana KUA daerah gw mojok banget di dalem gang dan sempit pula.
Akhirnya gw ngobrol sama laki gw, "Sayang, kayaknya kita nikahnya di gedung aja deh, yang sederhana aja sesuai budget yang kita sudah omongin". Syukur alhamdulillah si abang setuju dan kami pun setuju biaya dibagi 2 sama rata! (Kecuali buat mahar, seserahan, dan seragam keluarga).
Seperti yang gw sudah ceritakan alhamdulillah nikahnya berjalan dengan lancar, tanpa hutang, daaan kami berdua happy.
Tumblr media Tumblr media
Nah ini gw cerita sedikit gimana cara gw bisa mengadakan pesta di gedong, tanpa hutang, tanpa nyusahin keluarga, dan teteup bisa hidup dengan layak setelah nikah (tinggal di apartemen biar deket kantor):
Mau kamu cewe atau cowo, ada gak ada pasangan, begitu punya penghasilan sendiri mulai nabung buat nikah! Minimal tabung 10% gajimu untuk tujuan pernikahan (tentu setelah dana darurat terpenuhi). Tabungan nikahan ini tentu di luar tabungan kalau kamu mau traveling, jajan, atau nonton konser. Jadi begitu pasangan datang dan kamu siap menikah (atau dinikahi) kapanpun!
Masukan tabungan tersebut ke investasi, kalau gw kebetulan waktu itu cuma ngerti investasi beli emas batangan. Pas gw cairin buat nikahan harganya sudah naik 2x lipat... Nyehehehe... Sampai-sampai petugas Pegadaian-Galery24 tercengang karena gw bisa untung 2x lipat harga beli. FYI, gw cairin emas mulai dari yang gw tabung 10 tahun yang lalu.
Mau ada gak ada pasangan, kira-kira dulu aja pesta nikahan impian lo berapa sih budgetnya. Mulai dari sewa gedong, nyewa/ beli baju penganten, MUA, makanan, souvenir, bahkan seragam keluarga. Kalo perlu survey ke pameran dan toko, lakukanlah.
Begitu ketemu pasangan dan udah cucok meong, bisa mulai ngomongin budget dan bilang apa adanya lo udah ada tabungan berapa (at least 50% dari budget ada laaah). Syukur alhamdulillah laki gw mau bagi 2 budget sama rata, jadi tabungan emas gw udah lebih dari cukup buat bikin acara. Sisanya bisa dipakai buat ngisi kontrakan.
Dari awal persiapan gw udah bilang orang tua gw kalau semua budget dari gw dan pasangan, jadi mereka terima jadi aja sesuai dengan budget kami. Paling kalau mau bantu, cukup di seragam keluarga aja. Apakah diterima? Oh tentu tidak, terjadi penolakan dan pakai drama nangis-nangis (dari gw) dan berakhir dengan win-win solution. Gw tetep terima duit dari mereka, agar setidaknya nikahnya diadakan di gedung yang proper walau dengan undangan minimalis.
Darimana gw tahu undangannya minimalis? Karena gw pakai WO, dimana ketika gw dan pasangan dateng: "coba tunjukan pada kami paket nikahan dengan budget 1xx jt". Harga naik turun berdasarkan pilihan gedung. Sayangnya gedung yang sesuai budget kami, tidak orang tua approve... Jadi yaa, tidak ada salahnya ya menerima bantuan duit dari orang tua untuk bayar biaya gedung tambahan. Toh pada akhirnya 80% biaya nikahan tetap ditanggung gw dan pasangan.
Kenapa gw dan pasangan maksa kalau budget nikahan maunya dari kami semua? Karena selain donatur, dilarang ngatur. Hehehehehe... Yup, biar kami bisa lebih suka-suka dengan style nikahan kami. Yah sebenernya gak bar-bar juga sih, nikahnya masih tipikal nikahan modern pada umumnya... Tapi setidaknya kalau bukan donatur, dilarang maksa-maksa. Seperti emak gw protes ketika gw bilang gw mau pakai gaun, bukan kebaya. Gw bilang: lah yang mau pakai gaun kan saya, kalau mama mau pakai kebaya + jarik ya itu mah mama aja..silahkan mama pilih sendiri baju yang mama mau pakai (kebetulan buat baju penganten dan ortu saya yang bayar).
Untuk menghormati kedua adat (gw jawa dan suami betawi), kami memutuskan untuk nikahan national, tanpa adat. Kalaupun yang dimaksud adat adalah kedua ibu yang masih pakai kebaya dan jarik (include sewa dari WO). Sedangkan pihak pria: penganten dan bapak, menggunakan jas pribadi (mayan bisa motong biaya WO).
Seragam keluarga bisa diakalin. Kalau keluarga suami ramai-ramai beli di tanah abang buat kerudung & gamis para ibu dan baju batik buat para bapak. Sedangkan untuk keluarga istri, ibu gw izin ke adik iparnya untuk menggunakan seragam nikahan dari pernikahan anaknya dan buat beberapa keluarga yang waktu itu gak dapet dikasih kain dengan warna yang mirip.
Souvenir gw kopi: pouchnya beli di shopee, stikernya gw design sendiri di Canva dan cetak di tokped, kemudian satu-satu gw tempelin tiap malem, dan bubuk kopinya suami gw beli di tukang kulakan kopi di Pasar Santa dan langsung dimasukin ke pouch yang sudah kami sediakan. Kami senang soalnya cukup murah karena harga tergantung jenis kopi yang dipilih, makin terkenal makin mahal. Juga kami lebih senang berupa barang habis, karena sering terjadi souvenir nikahan cuma jadi sampah di rumah. Kalau kopi kan setidaknya bisa diseduh sama si bapak atau minimal kasihin ke satpam buat ngeronda.
Harus tega gak semua orang di undang, karena nyesuaikan dengan budget. Based on paket WO, gw cuma bisa ngeluarin 300 undangan. Artinya masing-masing keluarga cuma dapet 150 undangan, percayalah itu semua udah habis 90%nya sama keluarga. Haha.. gw terpaksa cuma ngundang sedikit teman dan kolega kantor yang penting dan dekat saja. Kudu tebal muka ketika ada yang mempertanyakan kenapa gak di undang. Solusi sediain souvenir lebih buat dibagi-bagi ke orang-orang yang gak di undang tersebut. Fun fact setelah nikahan, ketika gw kondangan dari keluarga suami ada yang keluarganya yang nyapa "iih ini yang abis nikah kemaren ya, kok gak ngundang siiih". Gw: "iyaaaa, maaf yaa gak ngundang", kemudian senyum sambil lalu. Pas gw tanya suami itu siapa, suami: "gak tau, bukan keluarga deket juga sih". Laaaah, suami gw kagak kenal ama semua keluarganya sangking banyak keluarga gedenya.
Tidak mengharapkan balik modal dari hadiah pernikahan, karena ini pesta syukuran yang memang kami ingin adakan, bukan bisnis. Namun alhamdulillah hadiahnya bisa jadi dana darurat keluarga kecil kami. Jadi kami bisa langsung nabung buat kebutuhan yang lain.
Kalau bisa mencicil beli perintilan dari jauh-jauh hari. Seperti cincin nikahan yang udah kami beli 1-2 tahun sebelumnya. Dan kalau kamu laki-laki, kamu juga bisa mencicil beli emas batang buat mahar nikahan lo dari sebelum ketemu sama pasangan mungkin..? Jadi lebih besar juga yang bisa dikasih ke pasangan, juga gak terlalu berat nyiapinnya.
Pada akhirnya menurut gw, mau lo nikahan di gedung atau KUA, dengan style trandisional atau modern, atau apa pun itu sah-sah aja. Asaaal: gak nyusahin orang lain dan diri sendiri!!
Kalau mampunya di KUA ya lakukan di sana, kalau mau di gedong tapi belum mampu ya nabung dulu. Kalau ortu bilang mau nyumbang ya monggo, tapi sesuaikan dengan kemampuan mereka, jangan paksa mereka untuk ngutang demi kita. Karena nanti imbasnya ke kita lagi.
Salah satu cerita yang membuat gw maksa untuk mengendalikan budget nikahan dalam genggaman gw adalah cerita bahwa ada anak yang menyerahkan 100% acara nikahnnya ke ortunya dan dia baru tahu ternyata itu hasil ngutang dan ujung-ujung dia dan pasangan yang harus lunasin. Mereka sampai nunda punya anak dan konsumsi pil KB karena takut gak mampu lunasin hutang, kalau langsung punya anak.
Kadang sangki euforia anaknya mau nikah, ortu suka gak sadar diri kalau mereka ngabisin tabungan hari tuanya. Yang ujung-ujungnya kalau ortu gak punya tabungan pensiun, anaknya lagi yang harus biayain padahal anaknya udah punya keluarga sendiri yang harus dibiayain.
Sekian, semoga cuap-cuap panjang gw dibaca yah sama yang lagi nyiapin pernikahan. Semangaaat!!!!!
1 note · View note
cnandini · 9 days ago
Text
Renungan: Kenapa K-popers banyak yang halu?
Ini hasil renungan gw dari pengalaman gw sendiri..
Jadi dulu pas tahun 2018, zaman lagi single woman fighter, alias indepandent woman, gw nonton band favorit gw Day6. Kenapa? Ya pengen aja, soalnya emang gw ngefans sama lagu-lagu mereka.
Konsernya seru banget, gw puas nyanyi-nyanyi lagu mereka selama 2-3 jam. Tapi tau gak hal yang paling membekas buat gw selain memori jingkrak-jingkrak pas konser?
Jadi pas kata-kata penutup, salah satu member yang jago bahasa Inggris, Young K bilang gini:
"Okay, guys…I want you to promise me something.. Please lift your little fingger..okay…"
(Guys, gw pengen kalian berjanji, tolong tunjukan jari kelingking kalian)
Oke.. semuanya pada ngangkat jari kelingking donk, gw pikir tu orang mau ngegombal nih.. secara kan artis K-pop suka bercandanya gitu... yang udah gw follow ajalah ya biar seru...
"I want you to promise me to always be healthy and happy wherever you are.. Okaaay!! Please be healthy and happy until we meet again next year!!!"
(Gw pangen lo semua janji sama aku, janji kalau kamu akan selalu sehat dan bahagia dimanapun kalian berada.. dan terus seperti itu sampai kita bertemu lagi di konser tahun depan)
Semua orang: KYAAAAAAAAH
Dan apa yang gw rasain? Gw merasa terharu ketika dia minta kita (ato lebih tepatnya gw karena dia bilang "you"), untuk jaga kesehatan dan kebahagiaan gw.
Percayalah disaat itu, gak ada satu pun orang terdekat gw yang mengatakan itu (even keluarga gw).. dan kata-kata si artis yang mungkin adalah "sugar coating" itu bener-bener bisa menyentuh hati gw karena selama ini keras, sepi, dst..
Huhuhuhuhu...
Tapiiiii di konser-konser mereka selanjutnya (tahun-tahun berikutnya), gw udah gak merasa terlalu tersentuh lagi ketika mereka bilang seperti itu.. kenapa? karena gw sudah dikelilingi oleh orang-orang yang bisa mengobati rasa kesepian gw dalam kehidupan. Yah, gw bisa menanggapi si "sugar coating" tersebut dengan sekedar angin lalu kayak: "oke sip!"
Namuuun, dari pengelaman gw itu akhirnya gw bisa mengerti kenapa ada yang sehalu itu sama artis Kpop. Ada yang merasa mereka adalah pacarnya lah, suaminya lah, dst. Ya karena mungkin posisi si fans ini lagi di kondisi yang kesepian dan kemudian si artis ini mungkin ketika dia menonton atau mungkin fans meeting, itu mengucapkan kata-kata manis layaknya pasangan atau sahabat yang care sama si fans. Dan si fans ini kek terharu-tersentuh dan ya gitu mereka mencari kenyamanan dan motivasi hidup dari si artis tanpa berusaha (atau mungkin sudah tp gagal) untuk mencari kenyamanan dan kehangatan manusia di lingkungan hidup mereka yang sebenarnya.
Agak sedih memang, tapi itulah kenyataannya. Tidak semua orang cukup beruntung bisa memiliki lingkungan hidup yang hangat dan untuk mendapatkan itu dia harus "membayar" dengan jadi fans dari seorang artis, yang menjadikan hal tersebut sebagai servicenya terhadap fansnya.
Jadi kalau kenalan kalian ada yang halu terhadap artis, jangan dijudge ya.. karena siapa tahu kalian juga memberi andil sehingga mereka melakukan pelarian pada artis-artis tersebut.
Coba renungkanlah!
0 notes
cnandini · 11 days ago
Text
Masih bertanya-tanya, kenapa yang ada aja nitizen yang gak bisa jaga kesopanan dalam berkomentar di akun orang lain...
Punya masalah hidup apa dia, sampai bisa sejahat itu komentarnya
Atau serendah apa pendidikannya sehingga tidak tahu bahwa komentar yang dia tulis menyakitin orang lain
Atau sekeras apa kehidupannya di dunia nyata, sehingga dia menganggap komentar kasar itu biasa aja...
Nitizen oh nitizen..
0 notes
cnandini · 2 months ago
Text
Dulu, umur 20an, belum merantau
🙇🏻: aku gak bisa masak lo! Cuma bisa masak kue-kue doank
🧑🏻‍🎓: ya masa ntar kita nikah makannya cuma kue doank...
Padahal ibuku tiap hari beli makanan di warteg buat makanan harian di rumah.. dan aku sehat-sehat saja saat itu.. hehe.. soalnya ayahku kerja jauh, jadi semua harus dihandle oleh ibu. Sehingga ada yang perlu dilepas agar ibuku tetap waras.
Sekarang, setelah jadi anak rantau 10 tahunan
🧕🏻: aku gak jago masak loh...
👷🏻‍♂️: biar aku aja yang masak buat kamu...
Dan terbukti, emang dia yang masak dan aku jadi asisten chefnya sambil belajar cara dia mengolah makanan...
Sesekali aku yang mencoba masak, sambil didampingin dan diajarin tips and tricknya...
Sekarang aku udah lumayan bisa masak yang simpel-simpel dengan rasa lebih enak daripada pas masih jomblo... Heheh...
Pentingnya menjadi pasangan yang bisa bersabar dengan kekurangan pasangannya... Dan pasangan yang berusaha menyenangkan pasangannya...
Yakin bahwa pasangan bisa menjadi lebih baik dan menjadi pasangan yang mau terus belajar..
Dan mau mengajarkan, tanpa ngejudge..
Gak semua orang menikah dalam keadaan bisa melakukan pekerjaan rumah dengan sempurna.. Syukuri saja dan ajari saja... Toh rumah tangga emang harusnya saling bantu..
Bukan yang satu nyuruh-nyuruh, yang satu jadi pesuruh...
1 note · View note
cnandini · 2 months ago
Text
Temen pas tau gw sendiri di rumah, "ngapain masaaak, beli aja beli..! Nyusahin aja!"
Yah jujur aja ya gw juga mikir kayak gitu pas awal-awal tinggal sendiri..
Beli makan di warteg sana sini, tapi ketika sudah kenal rasa-rasanya akhirnya memutuskan masak sendiri... Walau ribet... Ntah kenapa lebih enak di lidah...
Ya begitulah..
Walau kadang suka bingung mau masak apa, masaknya itu-itu aja... Gak apa-apa lah
Apalagi warteg yang enak harganya mihil...
Apalagi pak suami udah ngajarin cara masak dia yang bikin makanan jadi lezat... Hemmm~
Ternyata kalau aku masak juga enak-enak aja rasanya...
0 notes
cnandini · 2 months ago
Text
Kadang pengen deh sambat di Threads, tapi males banget kalau postingan kita jadi ke share di algoritma orang lain yang gak follow kita..hue hue..
Semacam takut viral gitu...
Abis masih suka shick shack shock kalau baca-baca komentar nitizen budiman yang gak satu frekuensi..
Jujur belum punya tenaga lebih buat ngadepinnya... Huhuhuhu...
0 notes
cnandini · 2 months ago
Text
Life still go on, even after you're married or not.
Maksudnya ya setelah menikah, tetap saja kamu harus menuntaskan tanggung jawabmu. Ntah itu pekerjaanmu, pendidikanmu, atau bahkan melunasi hutangmu (jika ada).
Tulisan ini aku peruntukan buat kamu-kamu yang ngebet banget pengen cepet-cepet nikah, sampai-sampai jungkir balik dan melupakan hal-hal lain di luar itu.
Betul memang fokus pada suatu tujuan memang perlu agar dapat segera tercapai. Tetapi perlu diingat menikah itu hanya sebuah langkah 'naik kelas' kehidupan. Layaknya ketika kamu naik kelas 1 ke kelas 2, kamu tetap harus lanjut sekolahnya kan ya setelah liburan semester akhir kelas 1?
Demikian juga menikah, setelah kamu selesai liburan honeymoon, ya masuk kerja lagi.. ya berkarir lagi.. atau bahkan jika masih berstatus mahasiswa.. melanjutkan studi lagi sampai lulus.
"Ah, tapikan aku wanita.. aku bisa saja resign dari pekerjaanku atau bahkan melepas studiku untuk fokus pada keluargaku"
Ya betul... tapi sekali lagi, hidupmu terus berjalan.. Dengan menikah bukan berarti pekerjaan rumahmu untuk nyapu, nyuci, ngepel, akan menghilangkan? Ya gak? Itulah yang kumaksud dengan menikah atau tidak, hidup akan terus berjalan. Tetap ada perut yang perlu diisi dan otak yang dicerdaskan.
Maka nasehat darikku adalah jangan lupakan cita-citamu yang lain!
Bukan kah akan lebih baik jika ketika kamu mempersiapkan diri menuju halal (misal cari jodoh, taaruf), kamu juga mengejar cita-citamu yang lain? Agar ketika nanti statusnya sudah berubah, kamu bisa langsung melanjutkan mengejar mimpimu yang lain. Dan bahkan karena persiapannya dilakukan parallel (dengan persiapan pernikahanmu), mungkin mimpimu itu tinggal setengah jalan lagi dan tidak terlalu berat dikejar dengan keadaan status barumu itu.
Pernikahan yang baik itu, pernikahan yang tidak mengekang cita-cita manusia di dalamnya loh. Bahkan jika kamu pasangan yang sehat, seharusnya kamu dan pasangan sudah saling berdiskusi dengan cita-cita pribadi yang ingin diraih di masa depan.
Jadi tolong jangan jadikan pernikahan sebagai goal utama dan satu-satunya dalam hidupmu, tapi jadikan pernikahan sebagai salah satu cita-cita hidupmu.. setidaknya masukan dalam 5 besar prioritas hidupmu. Sehingga tidak hampa hidupmu setelah menikah.
6 notes · View notes
cnandini · 3 months ago
Text
Setelah menikah dan honeymoon hampir 3 minggu (baca: ngabisin jatah cuti besar)...
Gw menyadari selama itu, gw jarang banget buka hape... Sampai-sampai banyak WA yang telat lupa dibaca berhari-hari..
Ternyata selama ini gw main hape karena nunggu kabar dari calon paksu, tapi karena paksu selama liburan ada di sebelah saya... Jadilah saya jarang main hape.. hahaha
Itu membuktikan bahwa sebenarnya saya bisa aja lepas dari gadget, selama emang punya kehidupan yang harus dikerjakan di dunia nyata. Ya asal kerjaannya bukan di dunia maya sih. Juga membuktikan bahwa liburan bisa banget gak main gadget, asal emang ada kegiatan lain yang mensubtitusinya
0 notes
cnandini · 4 months ago
Text
Bersih-bersih Follower atau Stalker, yuk!
Lagi-lagi nitizen Indonesia membuat gw mengelus dada dengan komentarnya...
Jadi ceritanya gw lagi scroll-scroll IG dan menemukan konten romantis - harmonis pasutri yang saling pelukan menunjukan kasih sayang. Gw sebagai orang yang masih jomblo ya cuma bisa nyengir aja sambil lihat ceritanya, turut senang, sambil berdoa semoga dikasih pasangan yang juga saling sayang seperti itu.
Seperti biasa agak kureng ya kalau kita gak lihat komentar di kontennya.. Dan kalian tahu komentar paling atas apa??? Kira-kira seperti ini lah:
"Diiih suami diumbar-umbar, gw doain direbut sama orang lain.. biar tahu rasa lo!!", ketik mbak-mbak iri dengkian dengan PP kerudungan dan gaya miring.
Tumblr media
Like, OMG!!!!!!!!
Syok banget gw bacanya... Ada banget ya orang gak ada kerjaan mengungkapkan iri dengkinya di postingan orang yang gw yakin dia gak kenal dan kebetulan lewat aja gitu di algoritma dia.... Ini nih sumber penyakit Ain yang merajalela di dunia maya, orang sirikan dan dengkian.
Maksud gw, kalo lo lagi punya masalah ya jangan main sosial media gitu loh dan marah-marah di lapak orang yang baik-baik aja. Nambah-nambah dosa lu aja. Apalagi nih sebenernya si mpunya postingan emang content creator edukasi pasutri dengan dia & pasangan sebagai (ceritanya) contoh baik. HHHHHHH...
Dan sebagai orang yang selalu menekankan untuk tidak pernah takut untuk mengupload konten apapun selama itu baik dan tidak mengandung SARA. Jelas gw sih sangat kontra ya dengan si mbak-mbak dengkian itu dan sangat pro dengan mbak-mbak pembuat konten.
Tapi ya gimana ya, sepositif-positifnya konten kita buat, pasti ada aja sih orang yang gak suka. Cuma permasalahannya tinggal dia tinggalin jejak apa enggak... Haha... Nah karenanya, kita sebagai yang punya lapak sebenernya bisa banget loh menghindari penyakit ain. Ini aku bagi beberapa caranya:
1. Berdoa minta perlindungan sama Allah SWT
Ada banyak doanya, bahkan seminimal baca Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, dan Ayat Kursi setelah sholat 5 waktu juga cukup efektif mestinya.
2. Sehatkan pikiran, hati dan mental kita.
Sehingga postingan yang kita buat bukan buat mengejar validasi orang lain dan mengejar like/ komen (kecuali kalau kita content creator). Karena biasanya orang yang cari validasi di sosmed postingannya suka rada-rada mengundang sensasi dan rawan jadi sasaran empuk komentator nitizen (alias jadi viral yang cenderung negatif).
Postinglah sesuatu di sosial media kita dengan mindset yang baik dan tidak dimaksudkan untuk ria/ sombong. Berikut adalah contoh tujuan memposting yang baik: untuk memberi informasi, memberi ilmu, menghibur, atau bahkan sekedar dokumentasi pribadi.
Jadi posting kamu abis jalan-jalan kemana itu gak dosa ya... Itu hak kamu.. apalagi kalau dalam postingannya ada informasi yang menarik mengenai tempat yang dikunjungi. Kalau emang lagi mumet dan pengen sambat, ya tulis dulu lah di buku diary, terus diubah-ubah biar bisa jadi puisi atau tulisan blog macam gini.
3. Filter follower kita
Hal ini dapat dilakuan dimulai dari dunia nyata. Kalau kita tahu siapa saja orang di sekitar kita yang suka julid, mending kita sembunyikan saja postingan kita dari mereka. Atau kalau bisa kita buat dia gak tahu akun sosial media kita hahaha...
Pilah pilih follower kita, cukup orang-orang yang supportif sama hidup kita ajalah yang menjalin pertemanan di dunia maya. Syarat: apa yang kamu posting juga hal yang baik (lihat point no. 2)
Gitu deh sedikit tips dari gw. Semoga kita dihindarkan dari orang-orang yang punya penyakit iri hati dalam hidup kita, entah di dunia nyata maupun dunia maya. Aamiin.
Mari bijak bersosial media.
0 notes
cnandini · 4 months ago
Text
Pilih Kesulitan Yang Bisa Kamu Tanggung
A adalah seorang wanita single, sudah masuk usia 30an. Tinggal masih ngekos dekat kantor, jabatan di kantor karyawan biasa, tabungan alhamdulillah ada, gak nyusahin orang tua, dan gak disusahin keluarganya juga. Dalam setahun dia bisa travelling 2x ke tempat yang belum pernah dia kunjungi.. Entah liburan dalam negri ataupun luar negri... Entah untuk sekedar berlibur atau beribadah. Sesekali memberi tiket konser yang disuka. Dia happy-happy saja dengan hidupnya. Namun memang sampai sekarang belum terlihat hilal jodohnya, sedangkan orang tuanya sudah mulai bertanya, "Kapan menikah?"
B adalah seorang wanita yang sudah berkeluarga dengan 3 anak. Dia menikah di usia yang 'tepat' menurut pandangan masyarakat. Dia punya rumah jauh sebelum menikah. Dia happy dengan keluarga kecilnya. Hanya saja keinginannya untuk menginjakan Tanah Suci belum dapat terwujud karena dia memprioritaskan kehidupan keluarga kecilnya. Jangankan perginke luar negri, untuk jalan-jalan ke luar kota' saja dia harus menyesuaikan budget dan membawa serta keluarga kecilnya. Liburan harus cari kegiatan atau tempat yang ramah anak. Apalagi sumber pendapatan utama keluarganya hanya dari suaminya. Hidupnya hanya seputar keluarganya saja.
C adalah seorang wanita single yang tangguh dan pintar. Dia dipercaya untuk menjadi seorang manager di bank international. Jabatannya ini membuatnya memiliki gaji puluhan juta. Tidak aneh jika di memiliki aset yang lumayan "WOW", bahkan jika dia mau cincin berlian bisa kapan saja dibeli. Namun dia adalah sandwich generation bagi keluarganya di kampung yang menggantungkan hidup pada 'anaknya atau bahkan kakak yang sukses di kota'. Belum lagi kerjaannya yang menyita waktunya sampai malam dan di hari Sabtu Minggu dia tetap harus membuka 2 laptop sekaligus, bahkan ketika dia ingin sekedar luluran.
D adalah seorang wanita single, umur akhir 20an, gaji masih 1 digit, hidup cukup tiap bulannya. Tidak punya tabungan sampai 2 digit, tetapi dia dapat menikmati hari Sabtu-Minggunya dengan santai tanpa harus berjibaku dengan pekerjaannya. Sesekali sambat dengan teman kosannya, tapi selebihnya dia happy-happy saja nonton drama Korea di kamarnya dan belajar ngaji tiap hari Minggu.
E adalah seorang wanita yang juga sudah menikah di usia yang tepat di mata masyarakat. Suaminya sangat chill untuk membebaskannya tetap bekerja dan bahkan travelling solo atau bersama sahabat-sahabat wanitanya. Namun mereka belum dikaruniai anak di usia pernikahan mereka yang hampir 10 tahun. Selain karena masalah kesehatan, rupa-rupanya sang suami juga tidak tertarik untuk memiliki anak karena luka batinnya. Padahal E dan keluarganya ingin memiliki keturunan.
Yak dapat disimpulkan dari penjabaranku di atas, bahwa setiap orang memiliki suka dan duka dalam hidupnya sendiri. Setiap pilihan kenikmatan hidup yang kita pilih, akan sepaket dengan ujian hidupnya.
Jadi gak usalah kita berkeluh kesah karena iri hati dengan orang yang kita lihat 'lebih baik' dari pada kita. Walau kita lihat hidup mereka enak, aku yakin mereka juga punya ujian yang sama beratnya sama kita. Cuma mereka gak share aja kekita. Gak semua kesedihan perlu di beritakan di media sosial kita.
Jadi kalian sudah siap menghadapi kesulitan hidup yang mana?
0 notes
cnandini · 4 months ago
Text
Indonesia gak kekurangan orang pintar..
Indonesia itu kekurangan orang pintar yang tidak egois...
Indonesia itu kekurangan orangan pintar yang duduk di pemerintahan yang punya nurani dan empati buat masyarakatnya..
0 notes
cnandini · 4 months ago
Text
Selama ini berpikir orang-orang yang kena pinjol atau punya utang itu mungkin memang karena kepepet aja. Tapi setelah membaca salah satu thread selewat dari seorang nitizen akhirnya aku baru percaya bahwa ada orang yang memang berhutang demi gaya hidup. Mungkin terlihat kecil nominalnya (mungkin di bawah 10jt), tetapi tetapi saja menurutku:
"Alakmak jaaaang!!"
Anak semuda ini, dengan gaji yang mungkin masih UMR (lebih sedikit) ini, berkutat dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup sambil membayar KTA dengan nominal minimum saja.
Menyedihkan.
Tak adakah pikiran dari mereka untuk menabung dulu untuk mendapatkan hal-hal yang diinginkan? Menunda kesenangan barang beberapa bulan, demi mendapatkan ketenangan ketika mendapatkan apa yang diinginkan. Haruskah semuanya dibeli atau dilakuan sekarang juga???
Belum lagi mereka terjerat investasi bodong... Ah...
Padahal di luaran sana (baca: social media) banyak loh pakar-pakar keuangan yang ilmunya bisa diserap dan diterapkan. Sesimpel mau mencari, belajar, dan menerapkan.
Mungkin benar kata salah satu influencer keuangan, Diskartes, menemukan akun social media atau bahkan ilmu keuangan yang benar merupakan salah satu privilege dalam hidup. Maka bersyukurlah dan terapkanlah dalam hidupmu agar tenang dan nyaman.
Kembali lagi ke postinganku beberapa waktu yang lalu: buat apa sih pembuktian ke orang lain dengan menampilkan kekayaan? Bukankah lebih baik dan nyaman di hati ketika tampilanmu sederhana tapi asetmu dibelakang layar menggunung? Orang ngeremehin kamu, ketawain aja, kayak tau aja mereka berapa sebenernya aset kita.
1 note · View note
cnandini · 4 months ago
Text
Lebarkan Pintu Pertemananmu
Karena kamu tidak akan tahu apa yang akan mereka bawa padamu. Bahkan mungkin teman yang datang disaat yang tepat adalah salah satu rezeki dari Allah untuk kita.
Demikian kira-kira pembicaraanku dengan salah satu kolega kantorku kemarin.
Kemudian aku mengingat-ngigat apa yang terjadi padaku beberapa waktu terakhir. Ketika aku sedang bingung mencari kontrakan baru dan justru mendapatkannya setelah bertanya pada OB kantor yang punya koneksi dengan broker apartemen.
Padahal aku sudah mencari-cari di internet aneka rumah dan kamar kontrakan. Namun pada akhirnya setelah survey sana-sini aku memilih menyewa unit apartemen dari broker kenalan OB kantorku ini, karena memang lebih nyaman, aman, dan masuk di budget.
Bayangkan jika aku tidak membuka pintu pertemanan dengan OBku ini, mungkin sampai sekarang aku masih bingung mau pindah kemana.. atau mungkin gak akan mendapatkan tempat baru yang senyaman ini.
Dan masih banyak lagi hal-hal lainnya di masa lalu yang mungkin Allah turunkan pertolongannya atau rezekinnya melalui teman-temanku.
Tentu ketika berteman pun, kita harus tulus, bukan karena ada akal bulus untuk mendapatkan keuntungan saja. Ya berteman saja secara natural, tanpa harus berpikir intrik-intrik tertentu.
Karena pertemanan yang tulus tanpa berpikir untung rugi, tentu akan mendatangkan kita pada hal-hal yang baik pula.
Oh, tentu saja bukan berarti kita tidak memfilter pertemanan kita, ketika kita tahu teman tersebut cenderung membawa kita ke jurang. Misal: mengajak kita kearah dosa dan maksa pula padahal sudah kita tolak atau nasihati. Tetapi bukan berarti kita tidak berbuat baik pada dirinya.
Ingat, ada banyak cara untuk berbuat baik. Bahkan memberi nasehat dengan tegas atau sengaja tidak memberikan pinjaman uang, bisa jadi sebuah perbuatan baik kita pada kenalan kita untuk menjauhkan mereka dari keterpurukan dan mengajarkan mereka apa yang benar secara norma di masyarakat.
0 notes
cnandini · 4 months ago
Text
Aku bisa Yuraaaa... Aku bisa sekarang kalau sedang mengalami kemalangan aku bisa menghadapi dengan lebih tenang dan chill...
Kayak misalnya ketika aku mengalami kehilangan barang atau kerusakan barang..
Aku yang muda biasanya udah panik dan gak terima sama keadaan.. pokoknya TU barang gak boleh ilang atau rusak..
Tapi aku yang sekarang ketika menghadapinya kayak: ooh ya udah, mungkin memang sudah waktunya harus ganti yang baru... Tapi ya sambil usaha buat nyari atau bentulin juga...tapi ketika kahirnya bisa dibetulin/ ditemukan ya tetep alhamdulillah... Kalau pun harus beli baru ya udah gak apa-apa..
Apakah in pengaruh kedewasaan atau karena kenyamanan akan keamanan adanya dana darurat ya? Hahahaha...
Mungkin karena sudah dewasa dan punya dana darurat Kali ya, jadi tenang kalau emang ada huru-hara...
Tapi emang rata-rata untuk kemalangan yang berhubungan dengan barang ya.. tapi untuk hal-hal lain seperti hubungan dengan manusia belum bisa sih..
Semoga besok-besoknpelan-pelan jadi bisa deh ya
0 notes
cnandini · 4 months ago
Text
Kemarin tiba-tiba tetangga kamarku bilang bahwa personalitiku ceria, ramai, murah senyum, happy, dst...
Kemudian hari ini tiba-tiba teman sekatorku bilang kalau aku orang yang baik hati...
Meanwhile yang gw rasakan di dalam diri gw ini orangnya grumpy, betean, ngeselin...
🥲🥲🥲
Mungkin benar ya kata pepatah, kita ni seringkali menilai jelek diri kita padahal kata orang lain kita ni orangnya baik dan bersinar...
0 notes
cnandini · 5 months ago
Text
Gw udah nabung, ampe 10 tahun khusus untuk momen ini. Masa pas momennya udah dateng kagak gw pakai tabungan ntu...
Ya pakailah, sesuai budget tabungannya. Selama mampu, gas keun weeh lah!
Kau bilang mubazir? Laaah, gimana ya pan emang ditabung untuk dikeluarkan dikemudian hari..
Kau bilang sayang buat keperluan yang lain? Lah, buat keperluan yang lain ada tabungan lainnya laaah..
Piye toh mindsetmu?!
0 notes