#ukiranjejaklanglah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jika pada akhirnya rindu memang harus dipaksa rampung dan perasaan diminta lekas untuk selesai, mungkin tabahnya sujud dan ikhlasnya tengadah doa yang akan jadi satu satunya cara terbaik untuk meredakan derasnya air mata.
63 notes
·
View notes
Text
"Memberi dan mendapat kebaikan, sejatinya tidak perlu mengenal sebuah kedekatan pun ikatan."
Ya, beberapa waktu belakangan, saya menyaksikan bahkan merasakan sendiri betapa bahagianya saling mentransfer energi kebaikan. Mulai dari orang-orang terdekat, orang yang sekadar kenal, orang yang sekadar saling sapa tanpa tahu nama, bahkan orang yang entah dari mana kita tidak pernah tahu sama sekali.
Bingung ya? Sama, saya juga *ehgimanasihlu
Begini, saya kenal baik dengan beberapa orang yang hanya bertukar sapa lewat media sosial saja. Tetapi, rasa bahagia saya membuncah ketika bisa mengenal mereka dan berbagi kebaikan dengan mereka. Apalagi dengan tingkat kerandoman saya yang luar biasa, akan sangat membahagiakan ketika saya dapat diterima dengan baik dan dengan hati terbuka oleh mereka. Sesederhana kalimat, "have a nice day, senyum selalu, bahagia selalu, sehat-sehat ya, lekas membaik hatinya, lekas selesai penatnya, yuk jalan-jalan, dan lain-lain."
Tidak berhenti sampai di situ, saya juga bahagia ketika ada orang yang bisa mendapat kebahagiaan dari saya. Meski saya tidak sadar karena saya merasa tidak melakukan apa-apa untuk orang itu. Ternyata sederhana konsepnya. Hanya bermodal ketulusan dan niat baik, rupanya kebahagiaan itu akan sampai (dengan catatan, si penerima mau bersyukur). Sesederhana, "makasih selalu mau dengerin curhatku, makasih nggak pernah menghakimi aku, tetap nulis ya dan sehat selalu, semoga selalu bahagia dalam berkarya, dan lain-lain."
Dari situ saya mengerti, bahwa kebaikan selalu membawa kebahagiaan. Kalau ada kebaikan yang berujung dengan ketidakbahagiaan, itu tandanya ada yang salah. Kebaikan itu disalahgunakan. Hah, kebanyakan ngoceh emang saya tuh. Mon map.
Intinya, saya mau berterima kasih. Kepada orang-orang terdekat yang selalu mendukung saya, selalu menjadi telinga dan bahu ternyaman. Kepada orang-orang yang saya kenal dan mengenal saya, meski tidak dekat tetapi selalu mau memberi dan menerima kebaikan bersama saya. Kepada orang-orang yang tidak mengenal saya, tetapi mau saling bercerita dan mendoakan kebaikan. Kepada orang-orang yang hanya bertemu saya sekian detik, tetapi tulus berbagi senyum dan aura positif yang membuat saya senantiasa bersyukur.
Jadi, butuh alasan apa lagi untuk bersyukur kepada kebaikan Allaah yang sedemikian banyak. Periksa lagi hatinya, jangan sampai kita mengabaikan kebaikan yang tulus. Padahal, sudah tertulis kan kalau "tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan itu sendiri." Terima saja. Perihal tulus atau tidaknya kebaikan dari orang lain, itu bukan urusan kita. Tugas kita hanya menerima dengan baik, membalas dengan sikap dan doa-doa baik pula. Itu saja.
Yuk, saling mengingatkan. Saya, kamu, mereka, dan kita semua; tempatnya salah dan lupa. Jadi, mari belajar dan saling membaikkan.
Salam sayang,
hujankopisenja.
#hujankopisenja#ukiranjejaklanglah#kebaikan#kebahagiaan#selfcare#selfreminder#ukhuwah#persahabatan#introspeksi#muhasabah#motivasi#random#randomtalk
201 notes
·
View notes
Text
Aku menyukai setiap obrolan kita di hari itu. Meski saat itu aku tahu bahwa kita mengoleksi banyak perbedaan. Terima kasih sudah memberi ruang meski sebentar untuk mendengar dan didengar. Terima kasih sudah diizinkan menatap dan ditatap lebih dalam dari biasanya. Walaupun hanya sekejap.
119 notes
·
View notes
Text
Tuhan selalu Maha Mulia dalam menuliskan buku takdir, termasuk perihal kisah kita. Padamu yang pernah ada, kuucapkan terima kasih karena sudah mengambil langkah berlawanan. Walaupun pergi yang kau pilih, ternyata mampu menjadikanku lebih kuat, meski sempat hancur tanpa kenangan baik yang tersisa. Segenap yang kau bawa pergi kemarin, kini telah digantikan bahagia yang sempurna melalui tangan Tuhan.
43 notes
·
View notes
Text
Aku masih sering menceritakan segala perihalmu kepada mereka yang memahami kisah kita. Aku melakukannya, lagi dan lagi, hanya karena aku enggan mengakui bahwa aku merindukanmu
80 notes
·
View notes
Text
Ketika mencintai seseorang, kita tidak perlu ikut menyukai semua hal yang disukainya, kita hanya cukup memahami dan memberinya ruang untuk menikmati hobinya. Cinta itu mendukung, bukan memaksa diri sendiri menjadi orang lain.
203 notes
·
View notes
Text
Yang bertanggung jawab atas segala yang terjadi pada kita adalah diri kita sendiri. Jadi, jangan pernah menggantungkan apa-apa pada orang lain. Berdiri di atas kaki kita sendiri akan lebih baik meski langkah harus tertatih.
130 notes
·
View notes
Text
Cerita Kala Senja
Hari Kamis lalu, saya meretas rindu dan memangkas jarak (baca: ketemuan) dengan seorang kakak yang saya kenal dari suatu komunitas. Dulu, pertemuan perdana di acara komunitas, saya cenderung mengamati saja. Saya juga agak sungkan untuk lebih banyak bertingkah di hadapan lingkungan baru. Sekarang, siapa yang akan menyangka kalau saya akan sedekat ini dalam berbagi cerita dengan Kak @dialogdiberanda
".... setiap orang akan menceritakan segala sesuatu kepada orang lain yang memiliki benang merah dengannya ...." begitu katanya.
Yap, saya percaya. Saya adalah orang yang banyak berbicara dan mudah bercerita. Namun, dalam bercerita pun saya pilih-pilih. Memilih kepada siapa hal itu diceritakan, memilih kapan waktu yang tepat untuk bercerita, memilih hal apa yang ingin saya ceritakan.
Kamis lalu, kami (saya dan @dialogdiberanda ) membicarakan banyak hal. Bermula hanya lewat kerandoman saya tentang berdoa, lalu merembet ke banyak hal yang membuat kami melontarkan banyak quote bijak, banyak cerita, banyak candaan, bahkan hal-hal lain dari yang penting hingga tidak penting.
Ternyata, sebahagia ini rasanya mendengar dan didengar. Semenyenangkan ini bercerita banyak hal yang seru, tidak sekadar membicarakan kegalauan hidup yang seharusnya tidak digalaukan.
".... bosan nggak sih membicarakan kegalauan yang memang dialami semua orang di dunia, dan seharusnya tidak perlu digalaukan terus-terusan karena semua orang juga ngerasain itu ...." begitu kata saya, dan dijawab setuju olehnya.
Dari sekian banyak hal yang dibicarakan, saya menemukan beberapa poin penting (menurut saya) yang bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi saya pribadi, atau bahkan baginya, bisa juga mungkin bagi teman-teman yang membaca tulisan random ini.
1. Jangan Mendakwa Penerimaan Orang Lain
Kebanyakan orang kerap kali menganggap penerimaan orang lain adalah hal yang harus sama dengan isi kepala mereka. Padahal tidak begitu. Kita melakukan A, belum tentu diterima A juga. Kita berbuat baik, belum tentu dianggap baik. Kita bertindak jahat, belum tentu dianggap jahat. Kita berniat membahagiakan, belum tentu orang yang bersangkutan merasa dibahagiakan.
Perihal menerima sekaligus diterima, itu sudah jadi hak veto masing-masing individu. Kita bukan Tuhan yang bisa memberi kebahagiaan kepada semua orang. Bahkan, terkadang kita saja masih berprasangka buruk kepada Tuhan apabila diberi sedikit ujian, 'kan? Tuhan tidak adil, Tuhan tidak sayang, Tuhan tidak mendengar doa-doa kita, dan prasangka-prasangka lain. Padahal, segala yang Tuhan beri adalah untuk kebaikan kita. Kalau kepada Tuhan saja kita masih begitu, bagaimana kepada orang lain?
Jadi, jangan pernah mendakwa penerimaan orang lain terhadap kita. Biar saja mereka menyiapkan ruang penerimaan yang pantas menurut mereka untuk kita. Tugas kita hanyalah menjadi diri sendiri dengan versi sebaik-baiknya. Selain itu, mengintrospeksi diri sendiri lalu belajar memperbaiki agar bisa diterima oleh orang lain dengan ruang penerimaan yang lebih baik lagi.
2. Setiap Orang Punya Masalah
Tidak ada satu pun orang yang baik-baik saja hidupnya. Masing-masing punya problematika hidup yang unik. Hanya saja mungkin tidak kasat mata karena mereka tidak menampilkannya di hadapan publik. Jadi, jangan merasa paling tersakiti di dunia ini. Jangan memosisikan diri sebagai korban dalam setiap masalah yang menimpa kita, apalagi sampai menyalahkan orang lain.
Kita menyalahkan orang lain hanya karena kita tidak mampu menerima diri sendiri yang sedang terluka. Tidak mau mengakui bahwa diri kita sedang tidak baik-baik saja. Kita hanya khawatir diberi label buruk jika kita menyalahkan diri sendiri. Padahal, perihal siapa yang pantas disalahkan nantinya akan terlihat dengan sendirinya. Karma tau caranya bekerja. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Tuhan tidak pernah tutup mata, dan akan selalu menjadi hakim paling adil untuk semesta ini.
Jadi, jangan berlarut-larut dalam keterpurukan. Mengutip kata seorang bijak, "ketika kita mengeluh tidak punya sepatu, di luar sana banyak orang yang bahkan tidak punya kaki."
3. Jangan Mengukur Kebahagiaan Orang Lain
Setiap orang punya parameter bahagia masing-masing, dan kita tidak berhak mengukur apalagi menilainya. Kacamata kita berbeda dengan kacamata orang lain, dan bukan kapasitas kita untuk meremehkan kebahagiaan mereka.
Biar saja orang lain membelanjakan uangnya untuk membeli tiket konser yang cukup mahal, toh tidak pakai uang kalian 'kan? Biar saja orang lain mengoleksi banyak buku, mengumpulkan tiket nonton bioskop, menimbun foto hasil jepretan mereka, dan menekuni hobi-hobi lainnya yang kalian pikir menghambur-hamburkan uang.
Kenapa nggak disedekahkan? Mendingan buat ngasih pengemis. Mubadzir uangnya nanti dihisab sia-sia. Ayolah, apakah urusan sedekah dan hubungan vertikal yang berkaitan dengan dosa dan pahala orang lain harus kalian ukur juga?
Lebih baik apresiasi hobinya, dan ajak juga untuk berbagi. Misal, wah kamu suka nonton konser, buat konser amal yuk. Kamu ngoleksi banyak buku, bikin taman bacaan emperan yuk. Kamu suka nonton, bikin film pendek dan adain nonton bareng yuk. Kamu suka makan, bikin makan bareng anak-anak jalanan yuk. Dan lain sebagainya yang mengajak kebaikan, tetapi tidak menjatuhkan hobi yang membuat mereka bahagia.
4. Jangan Berusaha Menjadi Orang Lain
Coba deh, setiap pagi setelah bangun tidur, kita bercermin sambil bilang, "terima kasih wahai diriku, mari kita berpetualang lagi hari ini, aku mencintaimu".
Sifat dan sikap baik orang lain sangat boleh kita tiru lalu kita terapkan. Tetapi bukan berarti kita harus meninggalkan identitas kita sendiri. Bukan berarti kita haris bertransformasi menjadi seperti orang lain, apalagi jika tujuannya hanya agar kita mendapatkan apa yang didapatkan orang lain.
Sebegitu tidak berharganya kah diri sendiri? Sampai-sampai harus menghidupkan karakter orang lain di kepala kita? Adaptasi sifat baiknya, pelajari hal terpujinya, bukan menjadi seperti dirinya secara utuh apalagi agar dianggap setara atau mampu bersaing mendapatkan tujuan tertentu. Lakukan hal-hal yang mau kita lakukan dengan tulus ikhlas dan sebaik-baiknya yang bisa kita berikan. Jangan sok-sok siap mencintai orang lain, kalau sama diri sendiri saja masih dzolim.
5. Tuhan Akan Membersamakan Kita dengan Orang yang Terbaik untuk Kita di Semesta Ini
Pernah merasa kehilangan dan ditinggalkan? Sedih pasti rasanya. Hanya saja, kita seharusnya tidak berlama-lama terpuruk dalam kesedihan. Luka itu ada masanya. Suatu hari, kesedihan-kesedihan itu akan terkikis. Akan ada orang-orang baru yang hadir dan menjadi yang tertakdir, orang-orang yang membuat utuh diri kita yang hilang separuh, orang-orang yang menggenapkan tunggal dan memutuskan tinggal tanpa pernah tanggal.
Tidak perlu memaksa orang lain untuk terus berada bersama kita. Mereka juga punya kehidupan masing-masing. Tetapi percayalah, tanpa kamu minta, mereka yang memang ditakdirkan bersama kita pasti akan selalu meluangkan waktunya untuk selalu ada. Meski jarak berjauhan, rutinitas membelenggu, pasti akan ada masanya di mana mereka bersusah payah memberi yang terbaik untuk kita.
Akan ada mereka yang meski sudah lelah bekerja, meluangkan waktu bertemu hanya untuk sekadar makan bersama atau mendengar ceritamu hari itu. Akan ada mereka yang tidak banyak bicara, tetapi di hadapanmu selalu menjadi yang paling tidak bisa diam melontarkan kata-kata. Akan ada mereka yang degup jantungnya akan selalu jadi irama yang kau rindukan karena peluknya selalu jadi tempat ternyaman untukmu merebah.
Seindah itu nyatanya menerima dan diterima. Tenang saja, hidup bukan perkara cinta dan patah hati terus-terusan. Jadi, untuk menemukan orang yang tepat, jangan bicarain cinta dan patah hati melulu, gumoh atuh. Mendingan bicarain gimana bertahan hidup di Jakarta dengan gaji UMR, gimana bisa backpacker dengan modal uang dibawah 1 juta, gimana bisa nabung padahal gaji pas-pasan, gimana jadi kurus tapi hobi makan.
Selain itu, banyak juga obrolan random yang menyenangkan. Contohnya, kenapa penguin nggak bisa terbang padahal katanya dia burung, kenapa piring hadiah detergen disebut piring cantik padahal kan piring tidak berjenis kelamin perempuan, bumi ada di langit atau enggak, dan lain lain yang bisa diobrolin.
********
Sekian ocehan saya yang penting tidak penting ini. Terima kasih kak @dialogdiberanda sudah mau merandom beberapa jam bersama saya ehehehehe. Sebenarnya masih banyak lagi sih obrolan saya dengannya, ghibah-ghibah ala cewek juga ada, tetapi hanya ini rasanya yang pantas saya bagi. Semoga bisa bermanfaat ketika dibaca ~~
Salam sayang,
-hujankopisenja-
179 notes
·
View notes
Text
Kalau boleh meminta, perihal menanti kepulanganmu aku lebih baik terus melipatgandakan sabar, ketimbang harus menerima kabar yang tak pernah ingin kudengar; berita kepergianmu yang kekal.
-hujankopisenja-
@paragrafofficial
72 notes
·
View notes
Text
Berbuat baik itu mudah, coba saja dengan memberi senyuman dan mendo'akan kebaikan untuk orang lain. Percaya saja, do'a yang baik akan selalu bermanfaat.
@paragrafofficial
78 notes
·
View notes
Text
Jangan terburu-buru menghakimi bahwa orang lain menjauhimu. Bisa jadi sebenarnya kamu yang menarik diri dari orang lain; kamu yang memilih mengasingkan diri.
116 notes
·
View notes
Text
Tidak ada yang lebih melelahkan selain berpura-pura kepada diri sendiri; melawan dan membohongi segala perasaan yang ada di hati.
126 notes
·
View notes
Text
Mema(s)tikan Perasaan
Lorong sunyi yang basah akibat tempias hujan semalam itu bernama ketidakberanian. Dingin menyisakan gigil yang begitu nyeri di sekujur tubuhnya. Malam tadi, aku menyusuri lorong itu seorang diri. Mengeja tiap-tiap jengkal ragu yang berulang kali menuntut jawaban perihal perasaan. Tentang sebuah pilihan besar antara memastikan atau mematikannya.
Tidak pernah ada satu pun kita yang menyukai berada dalam kebimbangan; termasuk aku. Terlebih lagi ketakutan-ketakutan sedari tadi berkeliaran menghantui. Seseorang sepertiku memang begitu payah untuk menjejaki ketidakpastian yang entah. Hingga memendam dalam diam akhirnya menjadi keputusan telak yang kupertaruhkan.
Sejak perasaanku padamu menghadirkan diri di dalam hati, aku tak pernah berani melambungkan harap tinggi-tinggi. Bahkan menerka-nerka makna kedekatan kita saja aku kewalahan. Sama seperti gelap, hatimu menjadi satu yang paling sulit untuk ditelusuri. Sering kali aku bertanya-tanya pada keheningan; sikapmu wujud perhatian atau hanya sebatas kebaikan? Aku ... tak jua menemukan titik terang.
Sekuat apapun aku berusaha memendam renjana untukmu, nyatanya hatiku tak cukup mampu. Aku lelah terus menerus berdiri di persimpangan jalan, sayang. Berada di antara dua sisi; memastikan atau mematikan perasaan. Sekatnya begitu tipis, samar dan nyaris tak terlihat.
Hingga detik ini, aku masih tak cukup punya keberanian untuk mengharap rasaku berbalas, menimang asa bahwa kau punya rasa yang sama sepertiku. Bahkan sekadar menduga-duga reaksimu ketika mendengar perasaanku tersampaikan saja aku tak ada nyali.
Jadi, bisakah aku diizinkan menginap di dalam hati dan pikiranmu, sebentar saja, agar aku bisa mengetahui jalan mana yang siap menerima langkahku; bersamamu atau berteman sepi.
-hujankopisenja-
106 notes
·
View notes
Text
Rindu yang Melangit
"... dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja, 'tuk ucapkan slamat tinggal untuk slamanya..."
Baru saja, dadaku kembali menyesak ketika mendengar potongan lagu yang dulu sempat kau lantunkan tepat di telingaku. Memutar ulang ingatan ke suatu masa di mana pelukanmu menjadi yang paling hangat sekaligus membekukan perasaanku. Sebuah pelukan perpisahan yang kau berikan lebih dari satu dasawarsa lalu.
Aku rindu kamu.
Berulang kali kata-kata itu terucap lirih dari bibirku. Mirisnya, aku tidak punya cara untuk menyampaikannya padamu langsung. Hanya melalui do'a-do'a yang kurapal, sembari menyematkan bunga mawar biru pada pualam bertuliskan namamu. Tanah pemakaman itu telah mengering, tetapi tidak dengan sudut mataku yang kerap membasah pilu.
Tuan, empat tahun aku menunggumu untuk datang dan memelukku, tetapi takdir mengajakmu pulang ke dalam pelukan Tuhan. Entah harus kulabuhkan ke mana segala rindu yang kurajut setiap waktu, selain kutitipkan pada ayat-ayat Tuhan yang melangit untukmu.
-hujankopisenja-
@paragrafofficial
55 notes
·
View notes
Text
Apakah salah kalau aku hanya ingin menjadi telinga yang mendengarkanmu, dan menjadi bahu tempatmu bersandar dari kerumitan isi kepala pun keriuhan semesta di sekitarmu? Jika nyatanya keberadaanku salah, katakanlah, aku akan undur diri.
58 notes
·
View notes
Text
Aku teramat paham, bahwa memang menyelesaikan tak semudah memulai, tetapi tetiap kita kelak akan mengerti, bahwa segalanya di semesta ini akan bersua kata usai.
55 notes
·
View notes