#ujian sosial
Explore tagged Tumblr posts
Text
"Ya Allah, aku sudah menganggap baik seluruh takdir yang engkau berikan padaku, maka aku mohon sembuhkanlah dan perbaikilah hidupku"
Puncak tertinggi dari hati yang bersih adalah menyerahkan segalanya bahkan masa depannya pada Ilahi.
Tanpa tapi.
Tidak mudah melatih husnudzon dan prasangka baik pada Allah itu, mungkin bagi mereka yang Allah hujani dengan kenikmatan akan mudah untuk melakukannya, tapi tidak mudah bagi mereka yang Allah berikan gerimis bahkan hujan ujian. Soal pasangan, keluarga, pekerjaan, keadaan sosial, ekonomi dan semua hal yang barangkali menyesakkan dada, seakan Allah tidak mencintainya. Padahal, tidak selalu yang Allah hujani dengan kenikmatan itu berarti Allah suka padanya. Dan tidak pasti juga yang hari ini Allah berikan ujian bertubi-tubi menandakan Allah membencinya. Semua ada takaran dan tolok ukurnya, dan pada ujungnya, semua yang bisa mendekatkan diri pada Allah adalah kenikmatan, entah ujian atau nikmat yang datang. Aku pun sama denganmu, masih tertatih untuk bisa selalu mengedepankan prasangka baik. Semoga Allah berikan kita hati yang seluas samudera perihal takdir ini, Allah berikan selimut sabar atas dinginnya ujian. Sebab surga tidak pernah murah.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
tidak semua..
tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
beberapa waktu ini berseliweran tulisan di media sosial seperti ini,
otak: gak harus dia.
hati: gak, harus dia!!
dan aku jadi teringat dengan beberapa kejadian waktu lalu, tentu cerita ini aku tulis sudah atas persetujuan kedua belah pihak. berawal dari suami yang sering dimintai temannya laki-laki untuk dibantu dicarikan jodoh. sejak awal suami tidak ada niatan untuk menjadi perantara seseorang mencari jodoh. namun entah mengapa suami berubah pikiran dan mau membantu temannya mencarikan jodoh.
suami melihat keseharian temannya ini yang Masya Allaah sekali. mulai dari keilmuannya tentang agama, adab, akhlaknya ia yang sopan, lemah lembut, serta secara fisik teman suami ini tergolong tinggi, kulit bersih terawat untuk ukuran laki-laki, berjenggot, dan teduh.
lalu suami membicarakan ini denganku, bertanya kepadaku apakah aku punya teman perempuan yang juga mencari jodoh. aku terpikirkan dengan seorang teman, aku kenal baik sebelum aku menikah bahkan sampai aku telah menikah. dia perempuan yang baik, lemah lembut sekali, tutur bicaranya lembut namun tidak lebay. dia cantik, berpendidikan tinggi (S2), agamanya baik, selama bermuamalah dia orang yang amanah. menurut pandanganku dia akan cocok dengan teman suami.
singkat cerita, aku dan suami bersepakat untuk membantu keduanya menjembatani proses ta'aruf. barangkali Allaah takdirkan mereka berjodoh,. karena akan Masya Allaah, sekali jika memang mereka bersatu. pertukaran biodata keduanya sama-sama ada ketertarikan, cocok dan bersepakat untuk lanjut ditahap berikutnya. tahap berikutnya mereka bertemu untuk nadzor. kedua belah pihak pun setuju, proses ta'aruf berjalan dengan baik.
selama proses ta'aruf berlangsung aku dibuat takjub oleh kedua pasangan ta'aruf ini. mereka benar-benar menjaga diri mereka dari hal-hal kecil selayaknya bermudah-mudahan berkirim pesan tanpa udzur. mereka berdua bahkan tidak tahu nomer satu sama lain. komunikasi dilakukan benar-benar melalui kami selaku perantara. komunikasi berjalan dengan baik, bahkan pertanyaan yang diajukan ketika proses bertemu benar-benar berbobot, tidak menya-menye, point penting ekonomi, pengasuhan anakpun mereka bicarakan dengan baik. keduanya bersepakat untuk lanjut ke proses khitbah dan bersepakat untuk menikah.
ujian dimulai.
ketika kedua belah pihak bersepakat untuk menuju jenjang pernikahan. mereka diuji satu sama lain. orangtua teman perempuanku jatuh sakit, ayahnya stroke. ketika ayahnya sakit, tanggal pernikahan yang sudah ditentukan terpaksa dimundurkan dari rencana. sebab temanku ingin melakukan baktinya sebagai anak sebelum menjadi istri orang. laki-lakinya setuju untuk menunggu beberapa bulan sampai ayahnya sembuh atau setidaknya bisa beraktivitas dengan tidak dibantu.
selama proses perawatan ayahnya, mereka berdua tidak ada komunikasi. benar-benar menjaga satu sama lain. lalu ujian berikutnya datang di pihak laki-laki. ibu dari pihak laki-laki memiliki calon yang ingin dikenalkan ke anak laki-lakinya. awalnya teman laki-laki suamiku ini menolak, sebab ia sudah berjanji akan menunggu ayah calonnya ini sembuh. namun ibunya sudah tidak sabar ingin melihatnya segera menikah, mengingat usianya sudah tidak muda lagi menurut pandangan sang ibu. "35 tahun umur yang sudah seharusnya bisa meanugerahi ibumu ini cucu"
meski teman suamiku ini sudah ngaji, sudah paham, namun ia mengatakan bahwa ia masih perlahan-lahan memahamkan Islam di keluarganya terutama ibu bapaknya. aku memahami ini, bahwa tidak semuanya dari kita cukup beruntung bisa lahir dan tumbuh di keluarga yang paham nilai-nilai dasar agama Islam.
sampailah pada putusan final, suami mendapat undangan langsung dari teman laki-lakinya tersebut. suamiku cukup kaget dan menanyakan bagaimana dengan proses ta'aruf yang ia jalani. sebab dari kabar terakhir keduanya memutuskan untuk ditunda, menunggu dan saling menjaga ditempatnya masing-masing. belum ada salah satu pihak yang memutuskan untuk diakhiri.
pada akhirnya teman suami merangkul suami dengan meminta maaf dan menangis. ia siap pergi menemui teman perempuanku untuk mengakhiri proses ta'aruf nya dan meminta maaf sebab memutuskan sepihak. dia tidak menjelaskan kenapa akhirnya ia memutuskan memberikan. undangan ke suamiku. namun setiba dirumah suami bercerita dan akhirnya kita mencoba memahami sudut pandang satu sama lain, bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan akan cocok. tidak semua ikhtiar baik yang dilakukan akan berakhir dengan kesepakatan. bahwa tidak semua rencana manusia akan berjalan sesuai dengan kemauannya. manusia boleh berencana bagaimanapun, pada akhirnya Allaah yang menentukan takdir untuk kita semua.
singkat cerita, aku, suami, dan teman laki-laki suami bertandang kerumah teman perempuanku. untuk meminta maaf, untuk meminta kelapangan hatinya, untuk memutuskan proses ta'aruf ini. aku meminta maaf kepada temanku dan ikut menangis dengannya ketika selesai, dan suamiku juga menenangkan temannya yang menangis dimobil. rasanya semua merasakan sakit tak berdarah satu sama lain.
baru kali ini, aku merasakan sakitnya dari berakhirnya prosesi ta'aruf. bukan karena perempuan ini temanku, atau laki-laki itu teman suami. melainkan sedihnya melihat perpisahan kedua orang yang menurut pandanganku keduanya ini baik, dan akan cocok bila bersatu. namun sekali lagi Allaah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
aku dan suami menghadiri pernikahan teman suami. kami berdua hadir di acara ijab qobulnya. berlangsung khidmat. aku berada diruang tunggu mempelai pengantin wanita. aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang jika dilihat usianya seperti ibuku sendiri. rupanya benar, beliau adalah orangtua dari calon pengantin. aku memberikan tisu dan minum untuk menenangkannya, dan tak terasa aku dan beliau terlibat obrolan yang mendalam.
selama perjalanan pulang aku terdiam sambil ku takjubi apa yang sedang aku rasakan. aku bercerita kepada suami bahwa aku bertemu dengan ibu pengantin temannya. rupanya si A (inisial nama pengantin) ini sudah yatim sejak umur 5tahun, ibunya membesarkan dia dan kedua saudaranya sendiri. si A ini lulusan terbaik di LIPIA ditahun itu. seorang hafidzah, S2, dan dia punya yayasan tempat untuk anak-anak mempelajari Al-Qur'an. dan disaat yang sama aku mendapat kabar di Wa dari teman perempuanku. bahwasanya ada seorang kakak kelasnya datang kerumah dan memitanya langsung ke orangtuanya. dia menerimanya dan bersepakat bulan depan untuk menikah. sebab calonnya yang juga kakak kelasnya ini sedang menempuh study S3nya ini di Malaysia.
ya Allaah, lalu aku menangis. kedua orang baik ini bertemu dengan pasangannya masing-masing dengan caranya masing-masing. selama perjalanan pulang pembicaraanku dan suami hanya tentang mereka berdua. kami mencoba menelusuri satu per satu yang membuat masing-masing dari kami berpikir tentang bagaimana jodoh itu berjalan. bagaimana ketetapan Allaah itu terjadi.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Barangkali kita pernah. menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalananya. meski pada akhirnya ketetapan Allaah yang jadi pemenang.
barangkali kita pernah. melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
barangkali kita pernah. dibuat takjub atas perjalan yang Allaah kehendaki. sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
pada akhirnya kita akan paham bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
akhirnya aku memahami kembali, benar ya, seseorang yang begitu menjaga dirinya akan Allaah jodohkan dengan seseorang yang juga terjaga dengan baik. dan akupun juga menyadari bahwa sesuatu yang kita tangisi kelak akan kita syukuri pada akhirnya. Allaah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah bersabar tanpa memberikan kabar gembira.
menuliskan ini dengan perasaan masih haru, dan berkaca-kaca, lalu hujan turun. || 19 Januari 2025
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#doa#rumahtanggamuda#menikah#pernikahanimpian#pernikahan#ujianrumahtangga#ujian#proses#ta'aruf
177 notes
·
View notes
Text
Bagian dari ujian
"Nak, ummi ingin berpesan"
Suatu saat apabila engkau dapati beberapa hal yang rasanya tidak membuatmu nyaman di hati, atau barangkali membuat mu terluka dan menitikkan air mata,
Tenangkanlah hatimu, ikhlaskan hal itu, jangan terlalu lama disimpan dalam hati,
Ingatlah, seseorang yang memebuatmu menitikkan air mata karena rasa kesal dalam hati itu, hanyalah seorang manusia.
Ingatlah, bahwa kita diuji oleh sesama manusia, pun kita juga sama, kita adalah bagian ujian bagi orang lain
Ingatlah, untuk selalu membeningkan hatimu, memurnikan adab dan akhlakmu, melepaskan segala penat itu dengan tarikan nafas dan kesadaran, bahwa ketenangan itu ada dalam hati, dan kitalah yang menciptakannya,
Maafkanlah, maklumilah, bersabarlah walaupun berat, karena bisa jadi, suatu saat kita yang menjadi ujian untuk nya.
Sungguh indah bukan, Nak?
#pesanmasadepan_fiqh sosial
246 notes
·
View notes
Text
Belajar Diam
Hari-hari ini, saya sadar, sepertinya daya tahan untuk sabar perlu ditingkatkan lagi. Dan, satu jalan yang saya tempuh, kembali bermajelis langsung dengan seorang guru.
Waktu-waktu kosong saat ini, di tengah mempersiapkan ujian nasional, semakin membawa saya kepada pemahaman; harus tahu kapan, sejauh mana, dan bagaimana kita 'bersuara'.
Di tengah kondisi yang kian semakin ramai, semua orang ingin berbicara dan didengar. Di tengah kondisi yang kian tidak terfokus, semua masalah seakan berlomba untuk diselesaikan. Di tengah kondisi yang kian memprihatinkan, dunia keilmuan dihinakan dengan hadirnya manusia tanpa otoritas berkomentar atau lolos dalam acara-acara pendidikan; maka saya sedang mencoba untuk belajar diam.
Saya hanya sarjana di sebuah kertas. Tidak punya karya tulis yang mumpuni, apalagi kebermanfaatan sosial yang banyak. Cita-cita yang terfikir saat dulu kecil sangat sederhana dan mungkin jika tercapai hari ini, sangat prestisius; menjadi pemain timnas Indonesia.
Tapi, entah mengapa, entah doa apa yang dirapalkan oleh kedua orang tua saya, entah bagaimana tirakat dari sepuh dan guru di sekitar saya, pertemuan dengan buku ustadz Salim A Fillah, menjadi gerbang pembuka bagi ilmu-ilmu yang lain, bukan hanya ilmunya, tapi juga cara berfikir dan bahkan bertingkah laku.
Itupula yang menjadi wasilah untuk kemudian memberi tekad bagi saya untuk mengarungi luasnya ilmunya Allah, menyimak banyak guru, asatidz, serta ulama, dan alhamdulillah menghantarkan kepada pemahaman yang lebih lanjut dari yang sebelumnya pernah saya simak.
Fase belajar diam ini, semoga bisa saya tempuh dengan konsistensi dan kesabaran, karena tentu tidak mudah untuk membuka kemauan hati dalam menyimak secara langsung; kita seringkali hanya membaca sebagian atau bahkan hanya kesimpulan. Dan indahnya lagi, antara bidang yang saya tekuni sebagai dokter kelak, beberapa kali dibahas dalam khazanah keislaman, seperti dalam kitab Ta'lim Muta'allim yang sedang dipelajari :
Imam Asy Syafii berkata : "Ilmu itu ada dua. Ilmu fiqh untuk urusan-urusan din, dan ilmu kedokteran untuk urusan-urusan badan"
Dikatakan juga :
وأما تعلم علم الطيب، فيجوز لأنه سبب من الأسباب، فيجوز تعلمه كسإرالأسباب وقد تداوى النبي صل الله عليه وسلم "Sedangkan mempelajari ilmu kedokteran/kesehatan, maka boleh. Karena merupakan bagian usaha untuk mengambil sebab kesembuhan. Sebagaimana Nabi pun pernah berobat"
Allahumma Baariklana Fii Ilminaa Wa Zidnaa Ilma An Nafi'a Wa 'Amalan Mutaqobbala
68 notes
·
View notes
Text
Reminder Diri
Terkadang, hidup sempurna itu hanyalah tampak di sosial media.
Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam hidupnya.
Menjadi manusia saja, kadang masih banyak banget perjuangannya, apalagi jadi manusia baik, manusia penuh amanah, manusia bermanfaat. Pasti ujian dan ketidaksempurnaan dalam beberapa part hidup adalah suatu hal yang wajar.
Hidup itu udah berat, berat banget.
Tapi, kalo dipikul sendiri, pasti lebih kerasa beratnya daripada ujian sesungguhnya.
Makanya, Allah nyuruh kita untuk selalu curhat.
Iya, mencurahkan setiap hal yang kita lalui kepada-Nya.
Walaupun kadang, cara Allah mendengar dan menjawab do'a kita bisa jadi lewat manusia, tapi itulah keajaiban Allah. Selalu ga terduga bagaimana caranya.
Kalau kata ustadz Adi Hidayat:
Manusia, mau sesempurna apapun dia, (kecuali Rasul-Nya) pasti pernah melakukan kesalahan, jiwa kita hanya cenderung pada dua hal; ketaqwaan atau kemaksiatan.
Tapi, bukan berarti Allah membiarkan kita terhadap hal tersebut, justru dengan itu Allah ngingetin kita kalau Allah peduli sama kita.
Gaada bersih kalau gaada perbandingan dengan kotor, gaada sehat kalau gaada perbandingan dengan sakit.
Dan itulah hati, cara Allah membandingkan hati yang bersih dan penuh ketaqwaan ya dengan memperlihatkan bagaimana hati yang pernah bermaksiat.
Disitulah Allah memberikan pengingat ke kita melalui hidayah, hidayah juga dikasi ke setiap manusia, tinggal manusia nya aja yang mau mengambil kesempatan itu atau engga.
Sama hal nya dengan kehidupan, gaada senang kalau gaada perbandingan sedih, gaada ringan kalau gaada perbandingan berat.
Dan Allah akan selalu ngingetin kita; "Allah bersama prasangka hamba-Nya"
Semua akan terlihat mudah, ringan, bisa dilalui jika selalu berkhusnudzon sama Allah. Begitu pula khusnudzon kita terhadap manusia, bisa jadi Allah menitipkan keberkahannya melalui perantara manusia lain.
Jadi, jangan merasa sendiri, zhar.
Innallaha ma'ana.
24 notes
·
View notes
Text
Rumah Hati
Assalamu'alaykum wa rahmatullah wa barakatuh teh @rumahati-deactivated20240719, saya gak tahu harus meminta klarifikasi ke teteh gimana. Akun teteh sudah non aktif, saya gak pernah save nomor teteh karena terlalu personal. Saya gak pernah mencari tahu media sosial teteh yang lain. Karena saya percaya teteh orang yang dapat menjalankan amanah dengan baik.
Saya kaget waktu baca postingannya Mbak Nisa @andromedanisa. Saya gak mau percaya tapi kok tiba-tiba akun teteh deactv per tgl 19 ini. Makanya saya coba bikin tulisan ini.
Teh, 2019 itu jadi tahun yang cukup berat buat saya. Tapi saya bersyukur ketemu akun teteh sebagai wasilah yang menjembatani saya untuk berbuat sedikit kebaikan. Teteh ingat gak saya pernah bilang gt?
Sejak saat itu saya selalu menyisihkan 'pendapatan' saya untuk dititipkan ke teteh buat adik-adik atau keluarga yang membutuhkan meskipun mungkin tidak seberapa. Saya juga berusaha mengajak keluarga dan teman-teman terdekat untuk menitipkan sedekahnya melalui teteh. Bahkan saya pernah adu argumen dengan kakak saya sendiri untuk membela bahwa teteh ini orang yang bisa dipercaya. Hingga akhirnya kakak saya luluh dan ikut membantu.
Teh ingat gak waktu masa-masa covid, masa yang dirasakan 'kesulitannya' oleh semua orang. Tapi saya khawatir kalau kesulitan saya gak seberapa dengan kesulitan yang teteh alami sehingga saya ingin sedikit mengurangi beban teteh dengan mengajak teman-teman saya untuk berdonasi di teteh. Lalu ada seorang teman yang ingin berbagi beberapa karung beras yang teteh 'tolak' lalu dengan halus mengisyaratkan kalau bisa mentahnya saja. Saya tidak pernah berpikir macam-macam, saya dan teman saya hanya berpikir 'ah iya mungkin sekarang sedang lockdown akses mobil ke daerahnya mungkin terbatas, lalu kalau berkarung-karung beras itu dibawa dari gerbang tol Cileunyi ke Ujung Berung hanya dengan sepeda motor justru hanya akan menyusahkan, kasihan.'
Atau teteh ingat yang ini, ketika teteh menginformasikan ada ibu muda yang harus melahirkan bayi ditengah kemalangannya sebagai korban KDRT juga harus mengalami postpartum syndrome. Saat itu saya tidak ada kemampuan secara materi untuk membantu, tapi info ini saya bagikan di grup teman-teman dekat juga media sosial saya. Ada beberapa teman yang tergerak membantu salah satunya teman saya yang baru beberapa bulan melahirkan putrinya, dengan cepat ia meminta no rek teteh dan bahkan menitipkan pesan 'Ju, tolong tanyain butuh apa buat bayinya. Nanti kalau butuh apa-apa kabari aku ya, aku coba bantu sebisa aku' sembari memberikan bukti tf yang saat itu menurut saya nominalnya lumayan. Saya juga meminta bantuan secara personal -person to person kepada teman-teman yang memiliki penghasilan lebih, karena saya begitu iba dengan kondisi ibu tsb. Ah atau teteh pernah mendapati nominal sedekah hanya sebesar Rp.25.000? Mungkin itu salah satunya dari seorang adik yang saat akan berdonasi begitu ragu dan khawatir tidak ada andil membantu apalagi mengurangi beban teteh, ia dengan malu bertanya "Teh juju, aku pengen ikutan donasi tapi sedikit gapapa?". Saya menyambutnya dengan antusias niat adik tsb, karena teringat kata teteh berapapun akan sangat membantu.
Teh, dari 2019-2023 saya tidak pernah meragukan amanah atau tidaknya teteh. Mungkin dalam rentang waktu tersebut saya tidak selalu ada, siap sedia ketika teteh meminta bantuan. Tapi saya selalu coba untuk share ke yang lain, berharap mungkin pertolongan Allah melalui orang-orang itu. Saya selalu ajak teman-teman yang saya nilai berkemampuan secara finansial untuk membantu.
Teh, saya turut prihatin terhadap apa yang menimpa keluarga teteh. Ujian yang berat. Tapi apakah itu yang membuat teteh mengkhianati amanah yang dititipkan? Jujur saya sedih, kecewa, marah. Tapi saya tidak pernah menyesal teh Alhamdulillah, tidak juga merasa rugi dengan materi yang sudah dikeluarkan karena saya yakin kebaikan yang saya dan teman-teman lakukan tetaplah kebaikan meskipun tidak dijalankan dengan baik oleh teteh (semisal itu benar). Allah tahu setiap niat baik itu. Malaikat mencatat. Kalau segala rumor itu benar, semoga Allah mengampuni kebodohan saya dan berharap keluarga serta teman-teman saya tidak terlalu kecewa dan marah kepada saya yang sudah 'menjerumuskan' mereka. Yang saya takutkan mereka orang-orang baik itu jadi takut berbuat baik karena kebaikannya disalahgunakan.
Teh, semoga Allah melembutkan hati teteh dan menuntun teteh ke jalan yang benar. Selesaikan segala muamalah yang memang harus teteh tunaikan. Jangan tiba-tiba menghilang, lalu kami berasumsi banyak hal. Ketuk pintu-pintu maaf dari mereka yang merasa terdzalimi. Saya yakin mereka bersedia memaafkan, kalau teteh berusaha untuk memperbaiki.
Teh, saya memohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan selama kita bermuamalah. InsyaAllah saya pun memaafkan dan mendoakan. Semoga Allah mudahkan.
41 notes
·
View notes
Text
Tidak diperbolehkan untuk menyalin & membagikan segala tulisan di sini tanpa izin atau tanpa menyebutkan credit ⛔
Beli buku "Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa" di sini
Review pembaca bisa liat di sini
Klik untuk mendapatkan Tips dan trik belajar nulis dari aku
Arsip tulisanku:
How writing saves me a lot
Second memory
Kekuatan sebuah tulisan
Marry & love things
It's okay to wait long than to marry wrong
If it's the right time, everything will be easy
A letter for someone I'll call "Mas" in the future 💌
I believe you'll find it
Falling in love at this age feels so heavy
Self awareness
Life taught me a lot
Marriage talk
Kok iso?
Fall in love without any reason
Aku gak perlu bilang sayang
What kind of marriage is that i want
Dear parents, You get what you teach
Pasti ada
Nikah muda atau mati muda?
Pendidikan calon anak
Gentle reminders
Bertahanlah. Setidaknya untuk dirimu sendiri
Berdoa itu gratis
Life lessons
Ujian yang tak kunjung selesai
Berteman dengan kesepian
Belajarlah untuk mati rasa
Everything happens for reasons
Yang lebih berat
I hate being poor
Grieving
Menerima penolakan
Penggugur dosa
Dilema seorang kakak
It's okay to ask for help
Perjalanan menemukan diri sendiri
Ketersediaan telinga
Krisis jati diri
Mengenal batas cukup
Jangan-jangan
Deactivated
Life gets better
Anak
Oh ternyata ini maksudnya...
Pertemanan di usia dewasa
Kita dan duka kita masing-masing
Terima kasih telah jadi orang baik
Rumus bermedia sosial
Mempertanyakan ulang mimpi-mimpi
Menjeda mimpi
Heals journeys
How depression feels like #part1
Aku ingin hidup lebih baik
Relapse
Quotes
Pray in silence
Prosa
Tentang jatuh cinta, patah hati, dan mengikhlaskan
Kalau aku tidak cantik lalu kenapa?
Night
Buku paling rumit
Menuju 23
Tak semua kebaikan perlu dibalas
Gak semua orang harus tau kita lagi kenapa
Ketenangan itu mahal
Less friends less problems
Some people won't stay
We suffer more often in our mind than in reality
Sama manusia secukupnya saja
How to fix our life
Gak semua hal harus kita tau jawabannya sekarang
Be okay with being understood
We never can change people
No need to prove anything
Cerpen
Antara perasaan dan realita
52 notes
·
View notes
Text
Hidup ini akan selalu ada ujiannya, setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing. Perbedaanya hanya bagaimana kamu menghadapi dan menerima ujian itu. Kamu bersabar mengharap pahala serta petunjuk dari Allah dan keep husnudzon, ataukah kamu terus-terusan merasa di zolimi oleh takdir dan mencari jalan kemaksiatan untuk melampiaskan.
Pernah seseorang berkata padaku, saat itu aku merasa sangat lelah dengan segala ujian yang bertubi-tubi, dia berkata "makanya jadi orang biasa saja, jangan terlalu agamis, kamu akan semakin di uji" aku termenung lalu melihat teman-temanku di media sosial yang hidupnya sekarang nampak bahagia dan aku pun kemakan omongannya... aku mencoba untuk jadi manusia yang biasa saja, jarang dzikir, jarang baca al-Quran, bahkan sholat pun nggak khusuk.. Lalu apa aku berhenti di uji... tidak... ujian semakin banyak... hati gelisah tidak tenang.
Sekarang aku memahami, bagaimana dunia ini untuk kita umat muslim.... dunia memang tempatnya ujian...
Wahai diri, Sabar ya ... semua pasti ada jalan terbaik dan ada hikmah terbaik atas semuanya...
6 notes
·
View notes
Text
Hanya Ingin Tenang
Aku mengakui kehidupanku saat ini berat karena dari berbagai aspek, semuanya terasa menyakitkan, untuk saat ini (aku menekankan di bagian ini).
Keluarga, percintaan, lingkungan kantor, aku seperti tidak menemukan tempat pulang selain ke diriku sendiri dan teman-teman yang juga sudah sibuk dengan dunianya masing-masing.
Berkali-kali setiap lelahku memuncak menghadapi semuanya, selain menangis, aku hanya meyakinkan diriku sendiri bahwa: "Hal-hal tidak menyenangkan tidak akan panjang umur." "Dunia tempatnya ujian, Ca" "Pertolongan Allah dekat." "Habis ini pasti ada kabar baik sebagai hadiah karena sudah sabar."
Yang selalu berujung, "Gapapa, Ca, qodarullah. Maunya Allah begini."
Kadang aku kagum ke diriku sendiri karena masih bisa tenang dan enggak tantrum di tengah gemuruh yang luar biasa menyakitkan ini. Masih bisa positive thinking sama Allah, masih jaga diri enggak melakukan hal-hal aneh, masih tetap bisa berpikir jernih untuk bekerja, masih bisa mengumpulkan kepingan energi setiap pagi di perjalanan menuju kantor, masih percaya akan ada keajaiban baik di esok hari.
Aku kagum banget sama aku sudah bertahan dan sekeren ini. Aku bangga sama aku sudah bisa memainkan peran yang Allah mau dengan sebaik-baiknya.
Aku melepas aku yang menulis buku dan konten di media sosial. Aku melepas perjuangkanku mencoba menemukan seseorang. Aku melepas diriku yang periang dan happy person di kantor yang baru karena lingkungannya toxic sekali.
Beberapa bulan belakangan bukan perjalanan yang mudah. Tapi ternyata aku bisa melaluinya, hari demi hari dengan berat, bulan berganti bulan lagi. Hal-hal menyakitkan ini terlewati dan aku mau percaya akan sampai di titik hal-hal menyakitkan ini selesai dan berganti menjadi hal-hal menyenangkan dan menenangkan.
Allah sedang membangun resilienku, aku mampu atau tidak, dan aku memilih untuk mampu.
Kalau di luar rumah aku harus menahan emosi dan tangisanku, maka aku akan mengizinkan untuk menangis setelah sampai rumah. Semalam, setelah menangis sesegukan dalam diam selama setengah jam di teras rumah sepulang kantor, aku kembali menangis selama tiga jam di kamar sampai akhirnya kepalaku terasa berat sekali dan pusing, kemudian aku minum obat dan memaksakan diriku yang masih sangat sedih untuk tidur.
Dan aku memutuskan untuk menghilang (lagi) dari media sosial, entah sampai kapan. Aku akan menikmati keheningan ini dan merayakannya sendirian dengan upaya-upaya yang bisa aku lakukan untuk menyenangkan diriku sendiri.
Aku hanya perlu bertahan. Kalau nanti tiba waktuku untuk pulang, semoga aku tidak menyesal karena sudah berupaya sebaik-baiknya menjalankan peran dan takdir yang Allah mau. Aku terima ujian ini, aku terima rasa sakit ini, aku terima kesedihan yang aku rasakan.
Aku hanya ingin tenang.
- ca
11 notes
·
View notes
Text
Dalam Islam, kesabaran (ṣabr) adalah salah satu sifat yang sangat dianjurkan, bahkan dianggap sebagai tanda keimanan yang kuat. Namun, apakah kesabaran memiliki batas? Secara umum, Islam mengajarkan bahwa kesabaran adalah sifat yang seharusnya diterapkan dalam setiap situasi. Namun, ada beberapa poin penting yang perlu dipahami terkait batas kesabaran dalam perspektif Islam.
1. Kesabaran Tidak Berarti Pasif
Islam tidak mengajarkan kesabaran yang pasif, di mana seseorang hanya menerima segala situasi tanpa melakukan tindakan yang benar. Dalam beberapa keadaan, seperti menghadapi ketidakadilan, penindasan, atau keburukan, umat Islam diajarkan untuk bertindak dan mencari solusi. Kesabaran dalam konteks ini adalah tetap tenang, menjaga emosi, dan mengambil langkah yang bijaksana, bukan berarti menerima ketidakadilan tanpa usaha untuk memperbaikinya.
Contoh: Jika seseorang diperlakukan tidak adil, kesabaran tidak berarti harus diam saja. Islam mendorong untuk berjuang mencari keadilan dengan cara yang sesuai dan adil.
2. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian Hidup
Tidak ada batas khusus terkait ujian hidup. Umat Islam dianjurkan untuk terus bersabar dalam menghadapi segala bentuk ujian seperti penyakit, kehilangan, atau kesulitan ekonomi. Karena ujian adalah bagian dari rencana Allah untuk menguji iman dan ketakwaan hamba-Nya, seorang Muslim sebaiknya terus bersabar dan meyakini bahwa Allah akan memberikan ganjaran bagi kesabaran tersebut.
Firman Allah: "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, maka mereka akan diuji." (HR. Tirmidzi)
3. Kesabaran dalam Menghadapi Maksiat
Islam mengajarkan kesabaran dalam menjauhi maksiat. Kadang-kadang, godaan untuk melakukan dosa sangat kuat, namun di sinilah kesabaran diuji. Seseorang yang mampu menahan diri dari godaan dan memilih untuk tetap taat kepada Allah dianggap sebagai orang yang sabar. Dalam hal ini, tidak ada batas kesabaran karena kewajiban untuk menjauhi maksiat berlaku sepanjang hidup.
4. Kesabaran dalam Ibadah
Kesabaran juga diperlukan dalam menjalankan ibadah, baik dalam konteks melaksanakan kewajiban agama seperti shalat, puasa, dan zakat, maupun dalam menjaga konsistensi dan kualitas ibadah. Sabar dalam ibadah berarti melakukannya dengan tekun dan penuh keikhlasan, meskipun kadang terasa berat atau penuh godaan. Kesabaran dalam beribadah juga tidak memiliki batas, karena kewajiban ibadah terus berlangsung hingga akhir hayat.
5. Kesabaran dalam Menghadapi Kemungkaran
Dalam hal ini, Islam mengajarkan kesabaran, tetapi bukan berarti seseorang tidak boleh berusaha mengubah kemungkaran atau keburukan. Justru, umat Islam memiliki kewajiban untuk mencegah kemungkaran dengan cara yang benar. Jika ada kemungkaran, seperti ketidakadilan sosial atau pelanggaran terhadap hukum Allah, maka umat Islam harus berusaha mengubahnya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaan). Jika tidak mampu, maka dengan lisannya (nasihat). Jika tidak mampu, maka dengan hatinya (membenci kemungkaran itu), dan itulah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa kesabaran dalam menghadapi kemungkaran bukan berarti diam saja. Ada kewajiban untuk berusaha mengubahnya, namun dengan cara yang baik dan bijaksana.
6. Batas Kesabaran dalam Hubungan Sosial
Dalam hubungan sosial, seperti keluarga atau pertemanan, kesabaran sering diuji. Islam menganjurkan kesabaran dalam menghadapi perbedaan pendapat, konflik, atau masalah-masalah interpersonal. Namun, ketika konflik atau kesulitan dalam hubungan sudah melewati batas yang menyebabkan kehancuran moral atau spiritual, maka tindakan tegas bisa diambil. Sebagai contoh, dalam konteks pernikahan, jika pasangan menghadapi kekerasan fisik atau emosional yang terus-menerus, Islam memperbolehkan perpisahan (cerai) sebagai jalan keluar.
7. Kesabaran dalam Berdoa dan Mengharapkan Jawaban dari Allah
Terkadang seseorang merasa putus asa karena doa-doanya belum terkabul. Islam mengajarkan bahwa doa harus selalu disertai dengan kesabaran. Ada hadits yang menunjukkan pentingnya tidak terburu-buru dalam mengharapkan jawaban dari Allah:
"Doa seorang hamba akan terus dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, yakni berkata: 'Aku telah berdoa, tetapi tidak dikabulkan.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesabaran dalam berdoa berarti meyakini bahwa Allah akan mengabulkan doa di waktu yang tepat dan dalam bentuk yang terbaik, meskipun jawabannya tidak selalu langsung terlihat.
8. Kesabaran dalam Menjalankan Hukum Syariat
Ketika seseorang menghadapi ujian dalam menjalankan syariat Islam, seperti berpuasa di bulan Ramadhan atau menunaikan zakat meskipun sedang dalam kesulitan ekonomi, kesabaran sangat diperlukan. Menjaga konsistensi dalam menjalankan perintah Allah kadang-kadang membutuhkan pengorbanan, dan ini adalah bentuk kesabaran yang mulia.
7 notes
·
View notes
Text
Kok bahagia terus ya?
"Orang lain pernikahannya kok bahagia terus ya? Sementara aku disini banyak nangisnya, banyak sedihnya, banyak ujiannya."
"dia sama suaminya kok jalan-jalan terus ya, kelihatannya happy banget. Suaminya keliatan romantis dan penyayang sekali."
"pasangan orang-orang itu kenapa peka dan sayang sekali dengan istrinya ya. Suka upload kebaikan istrinya di media sosial. Sementara suami tidak demikian. Boro-boro mau upload di sosmed. Tiap hari kerjaannya ngajak ribut mulu."
"dia cantik bange ya, pasti perawatan rutinnya mahal. Pasti semua kebutuhan rumah tangganya dipenuhi suaminya. Suaminya bertanggung jawab sekali."
Padahal yang berkomentar demikian tidak pernah tahu, pernikahan yang terlihat bahagia sekalipun tetaplah ada ujiannya. Tetaplah ada hari dimana merekapun menangis, ada jatuh bangun yang berkali-kali dirasakan. Entah itu ringan ataupun badai.
Tidak ada pernikahan tanpa diuji oleh Allaah. Tidak ada pernikahan yang selalu baik-baik saja. Tidak ada pernikahan yang tidak pernah tersakiti satu sama lain. Tidak ada pernikahan yang setiap harinya tersenyum. Tidak ada pernikahan tanpa bertengkar atau berdebat sekalipun.
Maka disinilah pentingnya sebuah komitmen bersama. Bahwa sekalipun pernah saling tersakiti, mengembalikan lagi semuanya kepada Allaah. Perihal komitmen agung kita kepadaNya.
Tahu nanti bagaimana kehidupan pernikahan itu, seberat itu ujian pernikahan. Kadang yang kita kira masalah sepele, bisa jadi itu justru melukai pasangan kita dan membuat semuanya menjadi runyam. Begitu sebaliknya, yang terlihat runyam seperti tak ada jalan keluar. Rupanya mudah untuk diselesaikan dengan jalan taqwa.
Kadang bohong rasanya kalau melihat pernikahan orang lain yang penuh dengan masalah, diri ini merasa baik-baik saja. Merasa aman-aman saja dan jauh dari kata ribut. Kadang mendengar, membaca, dan menyimak saja diri ini berkali-kali memohon pertolongan Allaah untuk selalu ditolong bagaimanapun ujiannya nanti.
Tapi demikianlah dunia penuh dengan ujian, bukan? kadang dikasih kesedihan seperti tak ada ujungnya, kadang pula dikasih kebahagiaan yang seringkali lupa bahwa kita pernah merasa begitu bersedih..
Semoga Allaah kasih kita rasa syukur dan kelapangan hati yang luas untuk terus bersabar dalam menjalani ujian di dunia ini. Kadang kita merasa kitalah yang paling menderita, paling banyak sedihnya, paling seringkali menangis. Hingga rasanya lelah dan jengah, padahal diluar sana ada banyak yang jauh lebih menderita hanya saja mereka sembunyikan keluh kesah itu hanya untuk Allaah. Kita hanya sedang berbeda dalam melalui ujian yang Allaah berikan.
Jika nanti kamu menemukan seseorang yang mengatakan, "hidupmu kok bahagia terus ya kelihatannya. Kalaupun sedih juga nggak seberapa."
Maka banyaklah memuji Allaah atas perkataan yang mereka ucapkan. Barangkali itu adalah sebuah doa untukmu. Dan banyaklah rasa syukur, sebab Allaah masih menolongmu dan menyembunyikan aib ataupun kesedihanmu sehingga kamu selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja. Kembalikan semuanya kepada Allaah, maka nikmatilah hidupmu yang lebih tenang..
#pernikahan#pernikahanimpian#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#istri#suami#kebaikan#perjalanan#syukur#rumahtanggamuda#rumah tangga#ujianrumahtangga#ujian#sabar#taqwa
102 notes
·
View notes
Text
From The River to The Sea, Palestine Will be Free
"Alkisah zaman dahulu, saat Nabi Ibrahim A.S tengah dibakar oleh Raja Namrud, ada seekor burung pipit yang bergegas terbang ke danau. Di danau tersebut burung pipit menghisap air dengan paruhnya yang mungil dan menyimpannya dengan hati-hati di dalamnya. Setelah itu, ia dengan cepat menuju api yang akan membakar Nabi Ibrahim A.S. Begitu dekat dengan api, ia lantas menuangkan tetesan air dari paruhnya ke arah api. Lalu, ia kembali ke danau mengambil air. Hal ini ia lakukan berkali-kali. Melihat itu, seekor gagak bertanya, "Apa yang kau lakukan itu, Pipit?" "Aku mengambil air untuk memadamkan api," jawab burung pipit. Gagak bertanya lagi, "Api apa?" "Api yang disiapkan untuk membakar Ibrahim," jawab burung pipit. Gagak pun melihat burung pipit dengan tatapan aneh. Ia merasa bingung, bagaimana mungkin tetesan air yang dibawa burung pipit mampu memadamkan kobaran api.
"Apakah engkau yakin bahwa dirimu dapat memadamkan api sebesar itu? Apakah air yang kau teteskan dari paruhmu tidak sia-sia saja? Engkau hanya mempersulit dirimu saja," kata gagak mencemooh burung pipit. Burung pipit pun menyahut, "Aku tahu air yang ku bawa ini tidak dapat memadamkan api tersebut, karena memang hal itu berada di luar kemampuanku. Tapi setidaknya ada alasan mengapa aku melakukan hal itu." "Apa itu?" tanya gagak yang tidak sabar mendengar jawaban burung pipit. Burung pipit lantas berujar, "Setidaknya, aku punya alasan di hadapan Rabbku kelak, di posisi siapa aku berdiri. Aku ingin punya andil, setidaknya dengan menunjukkan siapa yang aku bela."
Duhai, dari secuplik kisah tadi kita benar-benar belajar tentang keberpihakan, terlebih apa yang terjadi dengan saudara kita yang ada di Palestina, khususnya di Rafah.
Yang terjadi di sana bukanlah perang, melainkan genosida. Yang terjadi di sana bukanlah perang, melainkan pembantaian. Yang terjadi di sana bukanlah perang, melainkan kekejian Isr4el dan sekutunya.
Persitiwa yang ada di Palestina, bukanlah ujian untuk mereka, melainkan ujian untuk kita, umat muslim di dunia.
Ujian tentang kepedulian kita Ujian untuk mempersatukan kita Ujian untuk melihat bagaimana iman dan taqwa kita
Maka, mari lakukan apa yang kita bisa, sekecil dan sesederhana apa pun bentuknya. Menyuarakan melalui media sosial, membuat konten yang berkaitan dengan palestina dan rafah, membantu dengan untaian donasi dan materi yang kita punya, dan hal baik lainnya.
Memang, ikhtiar-ikhtiar kecil yang kita lakukan tak akan langsung menghentikan peristiwa genosida yang ada, namun, layaknya apa yang disuarakan oleh burung pipit tadi, ikhtiar kita akan menunjukkan keberpihakan kita.
Memang, langkah kecil yang kita ambil untuk turut andil membela Palestina tak akan berdampak besar, namun percayalah bahwa langkah tersebut amatlah berarti untuk para saudara kita yang ada di sana.
11 notes
·
View notes
Text
Cerita Haji
Kita semua saat kecil (nggak tau sih semua atau nggak) pasti pernah punya cita-cita :
Saya ingin naik haji. Kalau sudah dewasa ingin memberangkatkan orang tua.
Hingga sampai ke suatu masa :
Gaji belum seberapa. Cicilan banyak. Punya rumah atau mobil dulu. Umroh atau haji. Furoda atau haji plus. Toriq haji 2 bulan.
Tapi, hari ini saya disadarkan kembali tentang hakikat kehidupan dari sudut pandang haji.
Pertama, Allah itu Maha Kaya. Urusan doa tentang dunia dan isinya itu sangat mudah. Dan kita semua paham bahwa tanah suci adalah tempat yang doanya mustajab.
Mungkin kita banyak mendengar kisah orang yang secara status sosial belum siap berangkat haji. Tapi kenyataanya banyak yang berangkat, dapat melihat ka'bah, dicukupkan sandang panganya, dan sebagian mereka berumur tua.
Kedua, haji itu ujian. Belum tentu yang dimudahkan secara materi mendapat ketenangan batin.
Saya jadi teringat quote Buya Hamka, "Kita itu akan dipertemukan dengan apa yang kita cari"
Ada yang haji tapi tidak berbanding lurus dengan perilaku. Ada yang murtad. Atau bahkan pamer produk boikot di depan ka'bah untuk mendapat atensi. Kurang kerjaan.
Ust. Kasori Mujahid menjelaskan perihal haji bahwa semua itu perlu dipersiapkan dengan baik. Sama seperti poin pertama, urusan doa tentang materi itu sangat kecil. Allah itu Maha Kaya.
Tapi apa untuk itu saja kita ke tanah suci? Ada 2 hal penting yang perlu dilakukan :
1. Haji itu perjalanan spiritualitas. Mintalah untuk diberikan kemudahan dalam setiap urusan, diperhalus hatinya, diminimalkan dari perbuatan cela, dan yang terpenting mendapat ridha dari-Nya.
2. Haji juga adalah pertemuan dengan Rasullullah Shallahu alaihi wasallam. Aturlah adab saat mengunjungiNya. Siapkan diri dengan semaksimal mungkin. Di akhir mintalah syafaat dengan setulus hati.
2 hal diatas menurut Beliau tak sekadar dilakukan saat di Tanah Suci, tapi dipersiapkan sejak dini, hari ini juga.
Kita membiasakan untuk menata niat dalam hati. Kita membiasakan diri dengan shalawat dan mencontoh perilaku Beliau.
Berdoa soal dunia dan materi boleh-boleh saja. Lebih lanjut, Beliau memberikan tips untuk itu diselesaikan saat awal-awal, dan diakhir agar fokus kepada taskiyatun nafs meliputi 2 hal itu.
Tentu nasihat Ust. Kasori ini dapat diimplementasikan di kehidupan sehari hari. Bahwa ada saatnya kita memikirkan urusan dunia, tapi jangan sampai kita melupakan tentang hakikat dari ibadah itu sendiri : Mencapai ketenangan jiwa dan mendapakan ridha Allah semata.
Yuk semangat lagi. Bareng-bareng ya!
Bumi Allah, 22 Juli 2024
*) Catatan silaturahim haji dengan Ust. Kasori Ketua Yayasan Nur Hidayah Surakarta dengan sedikit penambahan
9 notes
·
View notes
Text
Ujian itu akan selalu ada saat kita masih menginjak bumi ini (di dunia). Tidak memandang status, jabatan, gelar, dan status sosial lainnya. Sepanjang manusia bernafas maka akan ada ujian yang menyertainya. Entah disadari (ujian naik derajat atau bentuk cobaan) dan tidak disadari (hukuman). Ujian sejatinya membentuk kita menjadi manusia yang lebih kuat dan agar kita tau nantinya siapa hamba yang bertaqwa itu. Semoga dilapangkan hati dan segala urusannya ya, Nak.
Barangkali ujian itu adalah bahasa rindu Allah yang gagal kita maknai. Sabar ya, nggak lama kok cuma sampai Allah bilang waktunya pulang dan tugas kita di dunia ini tuntas.
13 notes
·
View notes
Text
Pembuka 2025
Jika tahun baru selalu identik dengan perayaan pesta kembang api, bakar-bakar, kumpul bersama orang-orang terkasih, aku akan mencoba menormalisasi perayaan tahun baru ini dengan diri sendiri. Ternyata, sejauh ini aku belum selesai dan berdamai dengan diriku sendiri. Banyak permasalahan-permasalahan di tahun 2024 yang sebenarnya sederhana tapi terasa berat karena aku kurang bisa bekerja sama, berdamai, dan berkomunikasi baik dengan diriku sendiri. Banyak yang belum selesai. Banyak perasaan yang belum usai layaknya layang-layang yang terombang-ambing di udara yang terikat erat oleh tuannya. Masih banyak emosi-emosi yang belum tuntas tersampaikan bahkan lebih banyak yang tidak terutarakan. Dan yang pasti, banyak ujian-ujian kehidupan yang aku gagal untuk melewatinya dengan sabar dan tabah.
Maka dari itu, aku memutuskan untuk menulis. Menyalurkan perasaan dan gagasan yang kerap mengendap, lalu menyublim sia-sia. Aku memutuskan untuk banyak belajar dari tahun-tahun sebelumnya. Aku memutuskan untuk lebih banyak menyempatkan waktu untuk sekadar mendengar keluh kesah diri sendiri. Aku memutuskan untuk merayakan semua hal, baik suka maupun duka, baik yang dirasa pahit maupun manis. Dan yang paling penting, aku memutuskan kembali untuk hidup, untuk sejenak rehat dari sosial media yang sering kali menutup telinga juga mataku, dan membuat logikaku ini bias. Aku memutuskan untuk bercerita selama 30 hari kedepan, dan kemudian melihat akan sejauh mana raga ini menggandeng jiwaku untuk berkelana.
2 notes
·
View notes
Text
My learning curve
Seminggu ini full ngementorin temen2 NGO yang concern ngerjain proyek kesehatan. Sebenernya dari bulan oktober aku udah terlibat dalam project ini.
Awalnya cuman diminta jadi translator - diminta ngisi kelas bootcamp - diminta jadi juri pitching (decide siapa yg berhak mendapat funding 200 jt WOW!!) - diminta untuk jadi mentor juga 😂 berhubung yang minta salah satu temen deket, jadi iyain aja, toh gue juga lagi summer break dan gue suka topiknya.
Been working on this CSO things since 2016 tapi ini kali pertama involve di proyek kesehatan passs aku lg sekolah MPH jadi kaya pass bgt alhamdulillah ✨
Proses ngementorin temen2 NGO yg udah mature ini jadi pelajaran berharga banget sih buatkuu, karena aku beneran banyak belajar dari mereka. Mulai dari kenapa NGO itu berdiri, isu2 yang mereka kerjakan, challenges sampe impact itu beneran ✨GILA KEREN ABISSS✨
Isunya mulai dari gender based violance, tracing pasien TB, WASH, sampe bikin vending machine buat minuman sehat, like????? Edan coy!??!!! Sesi mentoring one on one selama 1 jam setiap NGO jadi bahan belajar gratis buat aku. Dan tentu catch up per-dunia NGO-an duniawi setelah satu tahun ini nguprek di akademia.
Buatku, ini jadi salah satu learning curves aku… Kalau boleh di trace back ke tahun-tahun kumulai tertarik dan terlibat di dunia sosial kemasyarakatan itu ya 11 tahun yang lalu..
2013 : ikut program pengabdian masyarakat, sebagai kegiataan pas kakak2 kelas 12 Ujian Nasional
2014 : Lulus dari pesantren dan mulai rajin ikut kegiatan volunteering. Mulai dari komunitas dongeng dan ngajar di sekolah gratis di deket rumah.
2015 : ikutan volunteer ngajar di Thailand, sepulangnya bantuin temen buat mendirikan taman baca di Tangerang Selatan bernama Istana Belajar Anak Banten (thanks to Panji yang udh mau percaya sm aku!!)
2016 : Ikutan volunteering lagi di Banten, dan mulai mencoba mengaitkan dengan dunia kesehatan karena udah mulai kuliah di dunia keperawatan. Plus di tahun ini qadarullah (because there’s no coincidence) ikutan bootcamp tentang menjadi Community Leaders dan jadi inkubator Emcekaqu Project (and got my very first funding!!!!!)
2017 : Mulai explore dunia social enterprise. Rajin banget ikut kelas2 lepasan tentang SE. Dapet pelatihan lanjutan dari pemberi hibah yang dinamakan High-Potential Academy (kl gak salah). Dan kepilih buat ikutan fellowship di Belgia tentang Water and Sanitation! Ohiya sempet dpt funding dari kampus juga buat ngembangin social business tp baru smp tahap piloting 🥲
2018 : Masih konsisten nyoba ikutan inkubasi bisnis, banyak gagalnya, tapi ada berhasilnya juga 🥲 as a person, Alhamdulillah dapet academic fellowship ke US untuk belajar tentang lingkungan.
2019 : Mulai nyoba kerja profesional!!! Keterima internship di Ashoka Indonesia dan bertugas mencari wirausaha sosial yang bisa membuat perubahan sistematis di masyarakat! Riset buanyaaakkk bgt NGO - SE - You name it, yang sesuai dengan nilai2 Ashoka! Bahkan berkesempatan untuk visit ke Berau untuk lihat site project salah satu nominee!
After the intern, kumulai kerja profesional juga di NICE Indonesia. Perusahaan yang memberikan aku hibah pertama kali! Aku mulai jadi trainer dan mentor buat NGO yang jadi grantee mereka.
2020 : still working on the Nice Indonesia. Tapi mulai bergeser jadi assessor performance para grantee. Mulai kenalan lebih dalam sama para CSO. In depth interview sama board, CEO, C-level dan juga tim CSO tsb. Kenalan sama banyak impact evaluation methods.
2021 : Masih mengerjakan hal yang sama ditambah site visit karena udah gak pandemi :)
2022 : Mulai explore ke ranah baru, yaitu dunia breatsfeeding, dan ternyata aku fall in love bgt sm dunia ini 💜 punya expertise baru yang bs dibagi, dan aku melakukan banyak unpaid counselling, bukan karena nggak butuh duit (dan tidak ROI tentu saja lol 😭😂) tapi lebih karena aku ngambil sertifikasi ini karena emang pengen bantu orang!
2023 : Mulai berani ngambil side project yang berkaitan dengan Monitoring, evaluasi dan impact assessment. Ngerjain impact assessment Schneider Indonesia Foundation, Infradigital Foundation, Direktorat SMK sampe bikin impact Assessment buat Lab Belajar Ibu.
2024 : Gabung di Project Bisa Sembuh Fund, kolaborasi antara KitaBisa dan 3I Indonesia buat jadi mentor.
Kalau dilihat learning curves-nya tuh mungkin gini ya :
2 tahun following observing (2013-2014)
3 tahun initiating and incubating (2015-2018)
5 tahun leveraging (2019-2024)
Dan mungkin learning curves di tahun 2025 keatas lebih ke experting. Because i never consider myself as an expert karena ngerjain proposal aja masih belom sering tembus grant, ngerjain proposal program aja nilainya masih 66, ngerjain laporan dampak aja masih banyak revisinya.
Dan menyadari tentang “belum complete-nya” learning curves ini yang membuat aku legowo buat nggak lompat pindah field dulu jadi academia - dan membuat keputusan untuk nggak ambil master thesis dulu - instead ngambil public health in practice as my capstone to add more experience about community in academic settings.
Jujur sebenernya galau banget dan sempet sedih karena yg rajin baca tulisanku, aku pengeennn bgt sekolah sampe S3, tapi secara timeline-nya Allah, mungkin belum sekarang atau dalam waktu dekat. Dan entah kenapa memilih untuk ngambil capstone Public Health in Practice kaya tenang aja gituuu 🥺
Tapi emang sih.. kalau mau diakuin deep down, in my heart yang lebih aku pengenin dan penasaranin dari dulu adalah kerja di International NGO atau even UN agencies, lah. Dan itu belom kesampean, semoga ada jalannya setelah lulus MPH ini ya Allah aaminn 🥺 sehingga aku bs punya point of view yang lebih luas. Perspektif yang lebih kaya. Dan mungkin jadi lebih memahami mengenai kompleksitas masalah kesehatan komunitas karena banyak determinan lain, selain lingkungan, perilaku, sosial, dan commercial, bahwa misalkan political will itu sangat2 berpengaruh dlm kesehatan masyarakat juga.
Jadi panjang.. tapi itu sih mungkin refleksiku seminggu ini mentoring. Karena aku beneran mendengar lebih banyak hal yang bahkan aku gatau bahwa itu ada. Struggle yang dihadapi penyintas TB, kekerasan berbasis gender yang merugikan kesehatan ibu dan anak, anak-anak SMK yang bisa bikin alat sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik bottle, kekuatan advokasi seorang ibu yang kehilangan anaknya, konsistensi organisasi dalam satu topik selama puluhan tahun.
Aku belajar banyak banget dari mereka. Aku bukan apa-apa dan aku bukan siapa-siapa. Syukur Alhamdulillah banyak2 sama Allah, aku diminta jadi teman perjalanan mereka, menyeimbangkan apa yang kupelajari di academia. Semoga aku bisa memberikan perspektif dari academia juga. Semoga Allah bimbing aku juga.
Aamin yaa rabbal alamiin.
5 notes
·
View notes