Tumgik
#tanya dokter
nininmenulis · 2 years
Text
Stop Drama Ruam Popok Saat Berlibur
Stop Drama Ruam Popok Saat Berlibur
NININMENULIS.COM – Ngilu dan miris saat menyaksikan anak yang terbiasa aktif mengalami ruam popok. Tangisan yang dibarengi teriakan, “Atiit Ibuu.” saat popok nya diganti, menjadi keresahan orang tua yang memiliki anak dengan kulit sensitif. Anak pun menjadi enggan dipakaikan popok. Jika sudah demikian, sebagai orang tua tentu menginginkan popok yang aman, tidak menyebabkan alergi dan ruam popok,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
andromedanisa · 6 months
Text
aku tak pernah tahu rasanya menunggu jodoh bertahun-tahun itu seperti apa. karena aku menikah dengan suamiku diusia muda 20 tahun.
aku juga tak pernah tahu rasanya berselisih paham dengan mertua, karena dari awal pernikahan hingga saat ini kedua mertuaku sangat baik kepadaku.
aku juga tak pernah tahu rasanya tinggal seatap dengan mertua, merasa tidak nyaman dirumahnya atau konflik dengan ipar. karena sejak awal menikah suamiku telah menyiapkan rumah untukku tinggal bersamanya tanpa harus mencicipi tinggal dengan mertua.
aku tak pernah tahu rasanya bagaimana kesulitan ekonomi, pinjam uang sana dan sini, menggadaikan atau menjual aset untuk bisa makan hari ini. karena selama pernikahanku Allaah cukupi aku dan suami dengan kelapangan rezeki.
Allaah tidak menguji aku dalam hal demikian, tidak tentang menunggu jodoh, tidak dengan mertua, tidak dengan suami ataupun kesulitan ekonomi. tetap ku syukuri apapun keadaan itu hingga saat ini.
tapi apakah kamu tahu dimana letak ujianku? iya, Allaah uji aku dengan penantian buah hati. aku tidak tahu rasanya bagaimana lelahnya mengandung, melahirkan, ataupun mendidik seorang anak. karena selama 15 tahun pernikahanku aku belum pernah merasakan bagaimana perasaan terlambat haid.
jangan tanya bagaimana upayaku, percayalah aku sudah mengupayakan semua cara yang baik. saran dari banyak ahli, dan semua nasihat yang masuk aku semua sudah aku upayakan.
katanya hamil itu berat, menyusui itu membuat payah seorang ibu, dan merawat seorang bayi itu tidak mudah. iya, aku mengerti, keadaan itu sudah Allaah jelaskan di dalam Al-Qur'an. namun mereka tak akan pernah tahu dan juga pahamkan bagaimana beratnya menanti seorang anak sekian lama. letihnya berjuang dengan berbagai upaya yang tak jarang menyakitkan.
maka aku mendidik diriku, semakin kesini jadi semakin berhati-hati. tidak ingin mudah menilai seseorang tentang siapa yang paling berat ujiannya. semua orang sedang berjuang dengan ujiannya masing-masing. hanya Allaah yang tahu kadar keimanan seorang hambanya.
semakin kesini jadi semakin mencoba lebih mudah mensyukuri hal-hal kecil yang sudah dimiliki tanpa membandingkan kebahagiaan ku dengan yang lain. sebab keduanya tak akan pernah sama. dan tak membenci takdir atas apa yang terlewat dari hidup seperti;
Dibalik aku yang nggak bisa naik motor, ada rejeki bapak ojol.
Dibalik aku yang belum hamil, ada rezeki dokter dan perawat yang mengalir disitu karena ikhtiar bayi tabung, inseminasi dan ikhtiar lainnya.
Dibalik AC rumah yang udah nggak dingin atau rusak, ada rezeki tukang service AC yang hadir disitu.
Dibalik ban mobil yang bocor, ada rezeki tukang tukang tambal ban disitu atau ada juga rezeki warung starling yang juga mangkal disitu. sambil nunggu ditambal bannya sambil pesan minum sekalian.
intinya sejatuh dan terpuruk hidupku, tetap ada berkah bagi orang lain. seberat apapun kesedihan hidup yang sedang aku jalani, berbaik sangka sama Allaah adalah yang harus selalu diupayakan. dan bener, semakin kesini hanya ingin hidup tenang. semua yang sudah Allaah takar tak akan pernah tertukar. semua yang memang untukku akan tetap menujuku, yang tidak untukku akan melewatkanku sekuat apapun upayaku untuk menujunya.
jadi ujian mana yang lebih berat dan mana yang mulia? tak akan mengurangi kemuliaan ibunda Aisyah Radhiyallahuanha walau tak memiliki keturunan. tak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan Asiyah Binti Muzahim meski bersuamikan Firaun. tak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan dan kesucian ibunda Maryam yang melahirkan seorang anak tanpa pernah disentuh oleh laki-laki. tak akan mengurangi kemuliaan Fatimah Az Zahra walau hidup penuh dengan kekurangan. Mereka semua tetap mulia sebab Allaah telah memuliakan mereka, dan itu lebih dari cukup.
.
مَادَام اللّه مَعَك لَايُهمك شَخص أَذَاك، وَ مَادَام اللّه يَحفَظك لَاتَحزَن لِأَحَد أَهملك، وَ مَادَام اللّه يُرِيد لَك شَيْئ، فَلَنْ يَقف فِي وَجهِك شَيْئ أَبَدًا.
Selama Allah bersamamu jangan pedulikan orang yang menyakitimu, selama Allah melindungimu jangan sedih dengan orang yang mengabaikanmu, dan selama Allah ingin memberikan sesuatu untukmu, maka tidak akan ada yang menghalangimu.
***
ini bukan kisahku, namun sepanjang ia bercerita, ia selalu tersenyum seolah ingin mengabarkan bahwa ia sudah lapang atas semuanya...
229 notes · View notes
milaalkhansah · 3 months
Text
Ke Psikolog
Tumblr media
Tadi malam gue mutusin buat konsul online.
Sebenarnya keinginan buat 'nyari' bantuan ke psikolog ini udah lama ada. Tapi gue maju mundur terus. Selain karena budgetnya belum ada, juga karena gue merasa 'lebay' sampe harus ke psikolog segala. (Yeah gue selalu menyepelekan apa yang lagi gua rasain. Jangan ditiru ya sobat) tapi karena tadi malem lagi ke trigger sesuatu, dan gua udah cape mengulang fase yang sama terus-terusan, akhirnya gue milih buat nyari bantuan ke yang profesional.
Di awal gue sempat bingung mau cerita apa. Atau mungkin saking banyaknya yang pengen gue tanyain sampe gak bisa milih yang mana dulu mau gua tanya. Dan jujur juga sempat ragu, apa psikolog tersebut bisa mengerti cerita gue, dan apa yang gue rasain. Tapi hamdalah akhirnya gua bisa cerita juga. Dan setelah membaca cerita dan penjelasan gue yang gak panjang-panjang amat. Jawaban dokternya adalah:
Tumblr media
Respon gua pas baca jawaban dokternya: 😃🤣😅
Yes, GUA NGAKAK.
kek 'apaan dah, lebay banget sampe bipolar segala.."
Gue denial.
Padahal gue sebenernya mengakui, kalau apa yang ada dipikiran gue dan apa yang gue lakuin selama ini adalah tanda bahwa gue memang lagi 'sakit'.
Tapi gue berusaha buat mengingatkan diri gue sendiri bahwa yang sedang memberi gue diagnosa ini seorang dokter. Seorang yang ahli di bidangnya. Seorang yang punya ilmunya. Apa yang gua ceritain itu bener-bener real terjadi dan gue rasain, dan gua juga gak self diagnosis.
Terus setelah itu dokter itu memberi gua saran-saran yang bagi gua terasa seperti sebuah 'template' ??!
Kayak, coba bercerita ke orang yang lebih dewasa dan dapat dipercaya (meanwhile gua udah gak percaya siapa pun lagi untuk berbagi) atau coba ikut komunitas-komunitas yang bermanfaat (meanwhile gua udah gak punya energi apa-apa lagi untuk berteman dengan orang lain)
Tapi gua juga nyadar, 'emang gua berharap jawaban apa lagi?' 'toh yang dikatakan dokternya emang benar kan? Dan gua juga udah tau itu, tapi emang gua aja yang males lakuinnya'
Tapi di antara jawaban-jawaban 'basic' itu, ada satu kalimat dokternya yang gua 'highlight' karena cukup ngena di gue:
Tumblr media
Dokternya paham, bahwa semua bentuk 'pelarian' yang gua lakukan selama ini hanya memberi gua ketenangan sementara. Tapi sifat 'merusaknya' bisa jauh lebih lama.
Sebenarnya tujuan gue pertama kali mutusin buat konsul itu bukan buat nyari penyelesaian atas apa yang lagi gue rasain. Tapi gua cuman lagi butuh didengarkan. Lagi butuh bercerita. Terus gue mikir, daripada gua capek-capek nyari seseorang yang bisa dengerin gue, dan belum tentu juga dia bisa mengerti dengan betul apa yang gue rasain, atau malah berakhir gue bercerita dengan orang yang salah which bakal nambahin masalah baru, lebih baik gua bayar seseorang yang emang profesional, yang bisa ngasih saran, dan bisa melihat apa yang gue rasain dari kacamata kesehatan.
Dan sebagai seseorang yang pertama kali konsul online gue pengen bagi beberapa hal buat yang kepikiran juga mau konsul online untuk pertama kalinya.
Pilih satu hal/masalah/perasaan yang ingin kamu tanyakan/konsultasikan. Jangan langsung berebes tanyain/ceritain semua (meski itu gak salah/dilarang sih) tapi karena waktu Konsul onlinenya tuh terbatas, jadi kalau kebanyakan bertanya si dokter juga bingung mau jawab yg mana dulu (barangkali gak bingung cuman pertanyaan kita semua tu pasti gak akan ke jawab semuanya, jadi daripada capek ngetik mending sebelum konsul online, mikirin dulu masalah mana yang pengen dicari penyelesaiannya. Jadi bisa lebih fokus gitu lohh.
Dengerin aja perkataan dokternya. Jangan keras kepala dan denial (kayak saya 🙏) jangan "ah masa sih, ah gak deh kayaknya, ah lebay amat masa seperti itu dll" ingat, kita ini pasien dan dia dokternya. Dia yang lebih tau kondisi kita. Karena didukung bukti dan ilmu. Sedangkan sanggahan kita hanya didukung oleh pikiran dan perasaan kita sendiri yang belum tentu bener
Konsul ke psikolog gak harus saat lagi ada masalah, jadi temen berbagi atau cerita juga bagus. Daripada cerita ke orang yang salah. Yang penting kan kita bayar ehehehu.
Sediain uwang yang banyak wkwkwkw. Palagi kalau kamu merasa gak cukup dengan sekali konsul/cerita. Kemarin gue konsul ke alodoc, 45k dapat 1 jam, tapi kemarin bablas jadi 80 menit wkwk, dikasih lebiin sama dokternya (makasie pak dok 🙏) entah karena respon beliau yang lumayan lama, atau karena pertanyaan gua yang kebanyakan WKWKWKWK
Sebagai konsul pertama, so farr itu udah lumayan sih. Meskipun gue gak cukup puas dengan jawaban dokternya. Setidaknya gua merasa lega bisa bercerita sama seseorang. Seseorang yang gua tau gak akan menghakimi apa yang gue ceritain.
Terus di akhir, dokternya ngasih oleh-oleh rekomendasi buku
Tumblr media
Nanti deh gua coba baca.
Gue bersyukur sudah memberanikan diri untuk konsul. Dan kepikiran mau rutin konsul lagi untuk selanjutnya. Karena gue beneran mau sembuh...semoga rezeki gua selalu dimampuin supaya gue bisa mentake care diri gua dengan lebih baik lagi. Physically and mentally aamiin.
41 notes · View notes
kaktus-tajam · 9 months
Text
List Kegagalanku di Tahun 2023
Di luar arus umumnya, aku ingin berbagi kegagalan apa saja yang ditakdirkan di tahun 2023. Hehe. Panjang.
Januari
Tentunya skenario mengawali tahun baru dengan sakit.. tidak pernah ada dalam bayanganku.
Bukan. Bukan karena harus dirawat inap selama 6 hari dengan 3 dokter spesialis, sampai harus izin ganti jaga IGD karena masih berstatus dokter internsip. Bukan karena diagnosisnya cukup langka jadi ragam tes harus dilakukan. Bukan.
Agaknya aku lebih ingin menggarisbawahi bahwa 6 hari itu mengubah persepsiku tentang 24 tahun hidupku.
Dan kegagalan pertamaku adalah sempat menyalahkan diri, bahkan.. sempat mempertanyakan Allah: kenapa aku?
Sikap kontraproduktif.
Ternyata manusia memang tempatnya mengeluh, tempatnya ketidaktahuan ya.
Siapa sangka, sakitku itu justru membawa banyak keberkahan di kemudian hari. Membuka pintu-pintu unik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Februari
Kegagalan keduaku adalah gagal mengkomunikasikan dengan baik terkait pekerjaanku sebagai asisten penelitian.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan sampinganku untuk fokus ke internsip dan pemulihan sakit. Di momen ini aku malu, karena rasanya gagal membina hubungan baik dengan dosen. Gagal pula manajemen diri dan waktu dengan baik. Sampai bertanya-tanya, kok bisa ya saat S1 dan koass kuat? Apa tidak pernah diuji sedemikian fisikku dan mentalku?
Tapi justru di titik ini aku belajar, suatu pelajaran penting. Ingatkah kisah tentang contoh mastatha’tum seorang syaikh, yang berlari sampai pingsan?
Di sini Allah sedang mengingatkan pertanyaanku ke seorang ustadz 2018 silam: bagaimana kita mengetahui batas kita dalam mastatha’tum ustadz?
Maret
Aku gagal menyelesaikan amanahku di komunitas yang kuikuti dengan baik. Adabku nampaknya perlu ditilik kembali.
Aku tidak bisa ikut rihlah dan menyelesaikan tugas akhirku di kelas tersebut. Pasalnya, setelah ke beberapa dokter di Indonesia, akhirnya orang tua membawaku ke Singapura untuk check up. Dan seperti cerita-cerita yang sering viral di sosial media, dokter di sana berbeda pendapat dengan dokter di Indonesia.
Aku dinyatakan berstatus “saat ini Anda sehat, tapi perlu pengawasan.” Suatu diagnosis abu-abu. Tidak dapat tegak, tapi juga tidak dapat dieksklusi. Menarik.
Siapa sangka, sebagai dokter aku justru jadi pelaku health tourism sebagai pasien? Ayah dan ibu berkata: kelak perjalanan ini pasti akan bermanfaat bagi kamu. Aamiin.
Oh ya di sisi lain, aku merasa gagal juga membuat orang tuaku bangga. Jadi sedih karena merepotkan. Terharu karena melihat sedemikian khawatirnya mereka.
April
Ternyata dalam bab ber-Qur’an pun, aku gagal mencapai target. Aku tertinggal jauh.
Kebanyakan alasan. Kebanyakan bermalas-malasan. Jaga lah, capek lah, badan sakit lah.
Tapi Allah kasih rezeki berupa Ramadhan. Dan Allah karuniakan rasa di hati: bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirku? Itikaf terakhirku?
Rasa yang membuat bulan mulia itu begitu sulit dilepas. Alhamdulillah. Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang mahjura terhadap Al-Qur’an.
Di kegagalan ini aku belajar tentang adab izin ke Allah: bahwa keikhlasan pun perlu diminta, keistiqomahan pun perlu diminta.. dan ternyata Qur’an memang jadi obat terbaik untuk sakitku.
Mungkin memang sebenarnya jiwaku ini yang banyak penyakitnya, ya.
Mei
Laju hidupku berubah ketika internsip periode rumah sakit selesai dan beralih ke puskesmas. Layaknya testimoni teman-teman, periode puskesmas akan lebih luang dan tidak melelahkan (dan membuat naik berat badan).
Tapi aku gagal menaikkan berat badan. Haha (naik sih, tapi turun lagi)
Memang tiga hari setelah pindah stase dari RS aku tidak nafsu makan. Aku hanya banyak menangis dan mencoba alihkan pikiran dengan game kucing. Haha.
Kenapa? Aku merasa gagal manajemen code blue dengan baik, di jaga malam terakhirku. Aku kehilangan seorang pasienku. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Kepergiannya, kelak menjadi kebaikan bagiku (dan untuk almarhum lah, aku dedikasikan sertifikat ACLS-ku). Terima kasih Pak, semoga Allah lapangkan kuburmu. Al fatihah.
Juni
Lagi-lagi gagal untuk mengelola stress. Haha. Di bulan Juni aku mendaftar tes TOEFL iBT. Setelah memantapkan hati mendaftar LPDP. Tentunya belajarnya H-10 karena mepet. Akhirnya gejala sakit kemarin muncul lagi. Duh, Hab.
Sedih juga, karena gagal mendapat nilai yang kutargetkan, kurang 4 poin.
Tapi alhamdulillah, memenuhi syarat. Walau ujian sambil merasakan macam-macam gejala efek samping obat.
Juli
Gagal mengumpulkan berkas LPDP sebelum deadline.
Terbukti benar kata Ibu, perjalanan sakitku dari Januari membawa hikmah. Itulah yang menjadi kisah latar belakang di esai kontribusi, yang seakan Allah tunjukkan: ini nih my calling.
Tapi aku mengulur waktu, dan akhirnya baru mengumpulkan berkas di beberapa jam sebelum tenggat. Di mobil. Saat aku perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Haha. Terbayang betapa tingginya adrenalin malam itu.
Agustus
Gagal juara 1 di lomba yang kuikuti.
Sakitku.. selain menghantarkanku untuk daftar S2 (ketimbang langsung PPDS/ kerja), juga menghantarkanku untuk mencoba banyak hal untuk menambah pengalaman di CV untuk persyaratan S2.
Termasuk ingin ikut berbagai mentorship dan lomba. Aku gagal daftar mentorship dan training Cochrane. Tapi aku akhirnya memberanikan diri mengikuti MIT Hacking Medicine di Bali.
Alhamdulillah, walau gagal juara 1, mendapat juara 3 dan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga dari piala itu sendiri. Oh ya dan mendapat teman-teman internasional juga.
September
Gagal rasanya ketika sempat ditegur konsulen karena scientific poster ku perlu berulang kali revisi.
Pengalaman pertama mengirimkan case report
Lalu kelelahan setelah lomba. Dan akhirnya September penuh dengan bolak-balik check up kembali.
Aku pun gagal manajemen emosi ketika harus sulit mengurus rujukan ke RS dan mengorbankan banyak hal.. lalu ketika di sana.. diperlakukan kurang sesuai ekspektasi oleh dokter.
Ternyata kekecewaan itu menjadi pengingat terbaik: oh ya, kalau jadi dokter, jangan seperti ini ke pasien.
Oktober
Gagal pakai software asli non-bajakan untuk mini project di Puskesmas. Huhu.
Ketika mini project, aku berkali-kali gagal menganalisis data. Bahkan beberapa jam menjelang presentasi, aku baru menyadari kesalahan krusial yang membuatku mengulang seluruh pekerjaanku haha. Panik.
Akhirnya aku refleksi dan istighfar, mungkin ini akibat SPSS bajakan. Jadi tidak berkah. Teringat peristiwa serupa saat skripsi, akhirnya menggunakan free trial (yang legal) baru berhasil.
November
Gagal menulis rutin di Tumblr. Gagal mengajar Quranic Arabic sampai tuntas.
Nampaknya bulan November merupakan bulan yang butuh ruhiyah yang lebih kuat. Segala persiapan S2, perpisahan, pindah kembali ke Jakarta setelah internsip, adaptasi hidup bersama orang tua lagi..
Dan aku rasa futur iman-ku, terbukti dari writer’s block yang cukup lama. Pun semangat mengajar juga redup. Meng-sedihkan diri ini.
Oh ya tapi ternyata tentang kegagalanku di Maret.. Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan mengizinkan aku ikut kembali komunitas tersebut kembali. Menebus kesalahanku yang lalu. Ya Allah. Alhamdulillah. Semoga diridhai Allah dan guru-guru kami.
Desember
Dan kurasa kegagalan terbesarku adalah sempat merasa kehilangan arah. Kehilangan diri yang dulu.
Aku ingat ketika pertama kali dengar diagnosisku, duniaku seperti dalam kondisi pause. Aku takut bercita-cita. Aku takut menulis mimpiku lagi. Aku takut membuat rencana.
Di akhir tahun ini, akhirnya aku beranikan diri menulis kembali: cita-cita, rencana, dan mimpi. Dan yang utama, cita-cita bersama Al-Qur’an.
Guru kami berkata: untuk Al-Qur’an, jangan pernah takut bermimpi
Maka aku coba kembali, tertatih-tatih sekali pun. Dan ternyata dengan memberanikan diri merapikan rencana ziyadah, murajaah, tilawah, tadabbur.. menghidupkan kembali semangat diri untuk cita-cita yang lain.
Allahummarhamna bil Qur’an..
..Sepertinya masih banyak. Kegagalan-kegagalanku.
Tapi dengan segala kegagalan, aku bersyukur Ditipkan pelajaran bersamanya.
Dan bukankah itu kesuksesan? Ketika segala tinggi dan rendahmu, menghantar kepada syukur dan sabar ke Allah.
Semoga dimampukan ya, Hab.
Selamat mensyukuri “kegagalan”, semoga Allah takdirkan setelah dosa ada taubat, setelah kegagalan ada pelajaran.
-h.a.
Kalau kamu juga berbagi kegagalanmu, sertakan #perjalanankegagalan ya, siapa tau kita saling menemukan bahwa kita semua memang hanya manusia biasa
83 notes · View notes
gadiskaktus · 4 months
Text
Tumblr media
Sesibuk apa? sampai kita tak mampu membuka wa atau membalasnya?
Sayang banget aku ga bisa kayak gitu, kalau diriku orang nya fast respon, karena pekerjaan juga menuntut fast respon. Tapi bisa juga sih, sengaja ga buka atau balas wa orang lain, tergantung siapa yang wa. wkwkwwkkw
Kerja yang seperti apa, hingga tak memegang hp sama sekali, 24 jam lho? Bor minyak di dasar laut? Dokter bedah? atau apa ya? CEO perusahaan adidaya? dulu sempat berpikir dan bertanya tanya. wkwkw
Diriku juga punya beberapa teman kalau wa hari ini, balasnya bisa seminggu kemudian, atau bisa 1 bulan lagi. Wkwkkww paling tidak suka dengan orang semacam ini. Entahlah, aku paling tidak nyaman berteman dengan orang seperti itu.
Kata bang @herricahyadi
Teman itu jangan hanya diukur menggunakan "waktu". Tapi, utamakan gunakan ukuran "kualitas". Yang puluhan tahun berteman, juga bisa merasakan kekeringan tenggang rasa. Bahkan, untuk membalas chat kita saja mereka masih menganggap remeh. Padahal sudah puluhan tahun kenal.
Kalau sekarang punya teman seperti itu, chat nya aku arsipkan, notif story dibisukan, clear chat. wkwkwkwkw
25 notes · View notes
mewangitenang · 28 days
Text
Sakit Gigi Lagi :(
Kronologisnya, hari Minggu malam tambalan gigi geraham kiriku lepas. Kupikir akan aman saja karena tidak ada ngilu sampai hari Senin.
Puncaknya hari Selasa pagi, sampai di kantor tiba-tiba gigiku mulai nyut-nyutan dan pipi sampai daerah sekitar bibirku kebas, rasanya seperti dibius. Aku coba cubit pun gak sakit. Panik dong. Siangnya aku reservasi jadwal malam dokter langgananku, lulusan Jepang dan seorang lektor kepala di Universitas Indonesia. Pulang kantor, aku langsung meluncur ke tempat praktik dokter gigi ini.
Malamnya setelah diperiksa, ternyata ada peradangan di saraf gigiku yang menyebabkan pipi dan daerah sekitar bibirku kebas. Alhasil, lubang karena tambalan yang lepas ditambal sementara dulu. Lalu aku diberikan obat penghilang sakit / anti radang.
Hari berganti, Rabu, Kamis, gigiku tetap nyut-nyutan dan kebasnya tidak kunjung hilang. Setiap malam susah tidur karena sakit sekali sampai sakit kepala.
Jumat siang, aku memutuskan untuk reservasi jadwal dokter lagi karena sepertinya gigi atasku juga berlubang yang menyebabkan nyut-nyutan tidak kunjung hilang.
Jumat after office, aku ke dokter gigi lagi dan benar ada lubang di gigi di atas yang kemarin tambalannya lepas. Alhasil langsung ditambal permanen karena lubangnya tidak besar.
Aku menceritakan juga bahwa masih kebas dan gigi geraham yang sedang ditambal sementara ini masih ngilu. Jadilah aku diminta untuk rontgen panoramic untuk melihat separah apa peradangan saraf di gigiku.
Aaaahhh, terakhir aku rontgen panoramic saat mau operasi impaksi gigi bungsu! Kupikir tidak akan pernah aku rontgen lagi. Dan sejujurnya berharap tidak lagi berurusan dengan dokter gigi karena sakit gigi tuh sakit cooook! (Maafin kazar, sakit banget soalnya). Biayanya juga mahal :(
Kemarin aku dapat rujukan untuk rontgen ke rumah sakit. Aku mau survei dan tanya-tanya dulu rontgen di rumah sakit terdekat dari rumah. Karena dulu pas operasi impaksi gigi bungsu, aku rontgen jauh banget :')
Warga Tumblr, mohon doanya untuk gigiku yang lagi drama sampai peradangan saraf ini ya 🥹
- ca
8 notes · View notes
vanilachocolate · 2 months
Text
Sedang di bengkel. Dan menyadari kalau "menikah nih mengubahku sekali."
Kemarin yg milih dokter saraf pun, pilihan terakhir aku ikut mas. Terus hari ini, ngebengkelin motor pun, aku tanya-tanya dulu laaah itu sama mas yg lagi diujung pulau sana.
Padahal pas kuliah, aku mah gas aja. Ke bengkel, percaya-percaya aja sama orang bengkelnya apa aja yg harus diservice. Gitu weh. Ngga pake babibu tanya bapak atau mas. Padahal ya dulu uwang jajanku yg cuma segitu itu buat seminggu, belum ngebengkel, ke psikolog, paket data juga.
Kaya "yaudahlaaaaah, jajan beberapa hari mah gampang. Motor dulu yg penting."
Thanks to Solo yang masih bisa bikin aku kenyang banget padahal makan cuma 8000.
I dunno, it's bad or good. Walau kadang ku merasa diriku kok jadi ngga semandiri dulu, tapi setiap kali nanya sama mas dan dijawab padahal lagi repot tuh aku senang juga :) hehehe sempat-sempatnya gitu, menyempatkan sekali.
Terus ngetiknya sambil terharu begini masa 😌😂
5 notes · View notes
ajengputrisblog · 4 months
Text
Aku tersenyum kecil saat oranglain bilang "Mba,anakku udh hamil lo, mba gak pengen nyoba pijet disana? Anakku aja langsung hamil cocok disana, doaku kemarin bangun rumah langsung hamil, ucapanku terkabul" celoteh tetanggaku padaku beberapa bulan lalu setelah anaknya yang habis pulang kampung "isi" setelah pijat disini, sudah 9tahun anaknya menikah, beda 1 tahun dariku, yaa aku 10 tahun menikah ditahun ini. Padahal aku dan suamiku sudah pijat sana sini, promil ganti 5 dokter dibeda kota, ntah uang berapa yang telah kami keluarkan, bahkan kami pernah tertipu yang katanya "madu asli" dengan hrga ratusan ribu kami beli, jamu 2 botol bsr 1,5 liter dg hrga 300 ribu per 3hari kami komsumsi, pijat dengan tiap kali kesana ditarget bayar 150 ribu, terapi ke pak ustadz eh ternyata abal2, adzan maghrib rumahnya tertutup rapat ternyata mereka sedang tidur pulas didalam rumah, astaghfirullohhaladzim. Ntah berapa banyak juha vitamin dan obat2an dengan dosis tinggi untuk promil yang kami telan. Jamu2 yang pahit dan apapun ucapan orang kami coba, tapi semua masih nihil. Semua memang takdir Alloh seberapa besar usaha dan doaku jika Alloh belum berkehendak pastilah belum Alloh berikan kepadaku.
Orang memang tak pernah berfikir akankah oranglain itu merasa tersinggung sakit hati atau tidak dengan segala pertanyaan dan pernyataannya itu. Ya, memang orang selalu merasa bodoh amat dg apa yg mereka katakan selama mereka bahagia..merasa mereka "menang" dan "paling baik"
Tak jarang orang bilang bahwa yang belum punya anak itu yg salah yg wanitanya itu "mandul" atau yg wanitanya rahimnya gak sehat, semua serba wanitanya yg salah. Walaupun dijelaskan ke dokter berkali2 kalau gak ada masalah diantara suami istrinya yang artinya "sehat" tapi org selalu berfikir wanitanyalah yang tak sehat
Normalkah jika kami punya perasaan "Iri" terhadap orang2 yg beruntung disekitar kami?
Teman2 suami anaknya udah gede2 bahkan ada yang udah nikah dan udh ngasih cucu..teman2ku anaknya ada yg 1,2,3 dan 4..sedangkan suamiku dan aku belum
Anak2 kecil keponakan kami yg masih usia 7 tahun bahkan ada yg bertanya apakah kami ini belum menikah? Apakah kami ini masih pacaran? Kenapa kami belum punya anak?
Bagiku saat ditanya masalah anak, ya memang cukup lama 10tahun kami masih menanti, tapi bagiku 10 tahun menikah masih terasa sebentar, ntah kenapa terasa baru saja kenal suami padahal setiap hari kami lewati bersama sebisa mungkin kami isi hari2 kami dg canda tawa manja2 dan mencurahkan isi hati, kami juga "pillow talk" sampai2 adik ipar bilang katanya ngantuk tapi gak tidur2 malah ngobrol sampai malam, ya tapi itulah kebiasaan kami sebelum tidur, kami saling bertanya tadi apa aja yang dilakuin, terus cerita ngalor ngidul padahal aslinya suamiku seorang yang tipe2 kalau kamu gak tanya aku gak akan ngomong.
Katanya kalau belum punya anak bertahun2 dan masih bertahan itu beruntunglah kamu wahai wanita karena punya suami yang begitu sabar dan pengertian masyaAlloh memang begitulah yang aku rasakan. Aku bersyukur sekali diantara hinaan dan lain2 dari orang diluar sana aku punya suami yang begitu baik, ibuku dan orang2 yang aku sayangi disekitarku, mereka selalu kasih semangat dan doa untuk kami, masyaAlloh beruntungnya aku, harusnya aku selalu mensyukuri nikmat itu gak hanya menangis meratapi apa yang aku rasakan saat omongan2 orang yg begitu "pedas" menusuk ke hati. Maafkan aku ya Alloh karena ketika itu aku lupa untuk bersyukur 😢
Aku juga sering tanya ke suamiku
"Apakah aku akan ditinggalkan karena aku belum bisa berikan anak?"
Dan dijawab
"Gak akan..aku janji..udah percayalah aku gak akan kayak gitu"
Jawaban yg menyenengkan dan menenangkan hati itulah yang selalu inginku dengar masyaAlloh 🥹
Semoga semua pejuang garis 2 akan mendapatkan kabar bahagia ditahun ini.. mari kita pasrahkan kepada Alloh apapun yang diberikan pasti yang terbaik insyaAlloh
Tetap semangat ☺️
11 Mei 2024 19:57
8 notes · View notes
dinisuciyanti · 5 months
Text
1st Obgyn
Gak pernah membayangkan ke Obgyn sendiri in my single-era, karna merasa badan baik-baik saja. Tapi setelah gejala sakit perut yang menggangu sampai gak bisa kerja di awal 2020, awalnya minum 1x obat anti nyeri di Day 1 aja, sampai Januari 2024 mesti minum 2x/hari plus Day 3 masih sakit, jadi mesti minum obat lagi, akhirnya memutuskan "OK, gak beres nih badan, mesti di-check".
Alhamdulilah punya bos background dokter, jadi kalo ada apa-apa bisa tanya dulu, belio menyarakankan Full MCU aja sekalian USG abdomen, takutnya bukan gangguan dari rahim. Hasilnya bagus, termasuk kondisi uterus/rahim pasca mens dan organ lain. Kemudian akhir April ini ku putuskan ke Obgyn di Day 3 mens, mengikuti rekomendasi dokter MCU, "biar keliatan bedanya hasil USG pas mens vs non-mens".
Dengan segala keluhan dan USG, gak ada kista/benjolan di ovarium, tapi ada lesi di uterus. Akhirnya dokter men-diagnosis "Endometriosis". Gak kaget, soalnya udah self-diagnosed dari case temen yang mirip dengan gejala-ku. Lebih kaget bayar obat buat terapi hormon selama 3 bulan, yang 1 tablet nya 34rebu... wkkwkwk, diminum 1x/hari. Mamam u sejuta buat obat sebulan HAHA.
Apakah aku menangis? enggak. Cuma termenung selama motoran, mikir uang obat mesti ambil budget darimana wkwk. Doohh mana kaget pas ke kasir total bayar sejuta, ya plus obat sih 21 tablet, tapi tetep weh pengeluaran longsor yorobun...
Terus yaudah, dijalani, ya mau gimana lagi yekan. Melakukan adegan dewasa memang butuh tatag dan bakoh.
27 April 2024
10 notes · View notes
babblingpipit · 1 year
Text
Placenta
Memanglahh tumblr ini adalah tempatnya sambat dan bersedih hati. Padahal weekend seru banget hosting 17an terus minggunya ngedate ke city sama Adit tapi ga tergerak buat posting di tumblr, cuma muncul keinginan nulis kalo lagi sedih dan stress aja.
Baiklah sebagai preambule, di kerjaan tuh ku sedang agak-agak confuse sama supervisor (pertanda red flag ga tuh). Kenapa? Karena draft paperku dari April belum dia baca samsek. Di php mulu, cenah akan dibaca di keretalah, di pesawatlah, apalah. Aku tuh ga masalah dan ga ada kepentingan harus buru-buru publish juga gitu sih, tapi inginnya kalo janji ya ditepatilah ya, kalo emang ga bisa ya bilang aja gabisa bulan ini gitu. Sampailah kita janjian tanggal buat doi ngasih feedback gitu, yaitu 15 Agustus. Aku ingetin h-7, terus hari-H aku ingetin juga dia minta tambahan 2-3 hari. Yaudah kan jadi 18 Agustus ya. Terus aku harusnya meeting sama beliau 17 Agustus, ternyata double booked dan dia minta diundur sampe dia kelar baca papernya. 18 Agustus udah lewat sampe sekarang tanggal 21 juga belum dapet feedback.
Si temen seruangan aku juga bareng tuh nungguin feedback kemarin-kemarin, tapi yang punya dia udah dibalikin dengan revisi minimmm banget grammar doang yang agak bikin bingung jg ni orang sebenarnya baca ga sih apa cuma skimming aja. Yaudahlah intinya mungkin ini kesimpen di memori bawah sadarku sampe kelar weekend semalem mimpinya adalah dapet feedback paper dan si temen sekantorku juga dapet feedback tambahan!
Mari kita lanjut ke inti ceritanya. Sebenarnya, penyebab utama keteganganku adalah hari ini ada appointment sama obgyn jam 8.30. Gile bener degdegannya belum apa-apa udah mau nangis aja. Rencananya pengen promil lagi secepatnyaa huhu tapi takut dan penuh anxiety. Udah kontak PCP (primary care provider, dokter umum), udah cerita, direfer ke obgyn dan hari ini ketemu.
Yang membuat shock dan lemes adalah, pas baca medical chart aku sebelumnya dia tanya-tanya kan dulu prosedurnya gmn, ada hasil ultrasoundnya ga gitu-gitu. Aku bawa tuh semua lengkap. Dan dia jelasin "oh ini aku duga ada masalah di placenta ya, soalnya si baby pas trimester 3 lingkar perutnya kecil, 12% dari populasi. Plasenta adalah sumber oksigen dan nutrisi bayi pas di dalem perut. Pas semester tiga ketika organ-organ bayi udah lengkap, aliran darah dari plasenta akan dipake untuk menyokong fungsi organnya dan untuk menggendut. Nah ini lingkar kepala dan lain-lainnya normal, tapi lingkar perutnya kecil. Sepertinya karena plasentanya menurun efisiensinya jadi tubuh bayinya lebih mengutamakan aliran darah ke otak, jantung, dan organ-organ penting lainnya, jadilah dia ga menggendut".
DHUAR
Jujur selama di Canberra tiap tanya kenapa tuh gapernah ada resolusi dan jawaban yang jelas. Selama sebelum meninggal, semuanya bilang baik-baik aja, liat ukuran lingkar perut segitu dibilang karena mamanya petite jadi mungkin bayinya juga kecil. Di USG sih tapi gapernah ada concern gitu loh. KENAPA. Bahkan sampe meninggal pun ga pernah ada keluar penjelasan (bahkan meskipun suspect aja).
Terus w lemes. Masuk akal banget bisa jadi plasentanya efisiensinya menurun sampe akhirnya stop ngalirin oksigen huhu yaAllah ga kebayang Salma suffocated didalem perut :(((((((((((((
Obgynnya bilang emang tapi 12% itu borderline sih, untuk bisa ambil tindakan early induction itu biasanya kalo dibawah 10%, jadi bisa dibilang 12% itu masih normal, cuma mungkin harusnya dimonitor lebih! Tapi ya it does not matter at this point juga sih. Kedepannya kalo hamil lagi akan dimonitor lebih bismillah semoga ga kejadian lagi.
Balik kantor ini jujur masih shock dan lemes karena baru pertama kali dapet penjelasan medis > 1 tahun setelah kejadian meninggalnya Salma. Aku pikir ga mungkin ga sih dokter-dokter di Canberra ga tau atau ga punya suspek mengingat dokter sini bahkan cuma ngeliat rekam medis aja udah punya tebakan. Apa waktu itu ga disampein karena takut disalah-salahin? Selama ini cuma mikir "it is what it is" gitu loh huhu sedih banget, sampe nyalah-nyalahin diri sendiri karena kurang at tune sama gerakannya Salma. Mungkin kalo aku udah ngerasa kurang gerakan lebih awal masih bisa diselamatkan, etc etc. Ah udahlah sedih banget ane mau pulang aja makan cake yang banyak.
Jujur ku nangis di ruangan dokternya dan sampe sekarang juga masih belum lega. Udah bikin plan dan program sih untuk future pregnacy, bismillah semoga sehat-sehat dan dikasih rejeki berupa anak yang sehat oleh Allah swt.
Pas jalan pulang terbersit pikiran, ini dokternya nanganin kasus aku kan harus bikin team sama obstetrician yg spesialis risky pregnancies gitu juga ya, belum harus ngehandle emosi ibu-ibu yang sedang grieving ini. Nyesel ga ya dia ngambil aku sebagai pasien. Ga sanggup banget deh aku kayanya jadi dokter kalo nemu kasus yang agak rumit kek gini. Huhu :(
Nyampe kantor aku udah ga peduli lagi sama si paper yang bikin stress sampe masuk mimpi. Langsung mengemail bu Boss dan asistennya untuk menagih dan bikin janji meeting lagi.
27 notes · View notes
andromedanisa · 1 year
Text
Seorang perempuan dan ujian yang dilaluinya..
"tes lab apa mba?" tanya beliau dengan senyum ramah kepadaku.
"ini Bu tes toxo, rubella, dan beberapa hal lainnya." jawabku dengan senyum juga.
"oh itu tes untuk promil ya kalau nggak salah?"
"iya, Bu." jawabku singkat.
Kita berdua ngobrol banyak hal tentang sakit yang beliau derita, dan tentang pengalaman beliau yang dulu juga sebagai pejuang harus dua.
"nggak apa-apa mba, yang penting tawakal dan baik sangka terus sama Allaah ya. Ibu dulu juga nunggu 7 tahun untuk mendapatkan anak. Kalau inget-inget lagi perjuangan dulu rasa-rasanya masih nggak percaya aja mba bisa ngelewatin berbagai hal yang ibaratnya kaki jadi kepala, kepala jadi kaki kalau nggak karena pertolongan Allaah.
Ibu dulu, nunggu anak pertama 7 tahun lamanya. Kalau ditanya promil apa dulu hingga akhirnya bisa punya anak. Ya jawaban ibu, nggak ada. Ibu hanya baik sangka saja sama Allaah. Sebab segala cara promil pada zaman itu sudah ibu lakukan. Ke dokter, inseminasi, bayi tabung pun sudah ibu lalui. Tapi memang ya belum waktunya aja.
Ibu dulu beranggapan bahwa anak adalah sumber kebahagiaan suami istri. Rupanya tidak. Sumber kebahagiaan dalam rumah tangga itu bukanlah dengan kehadiran seorang anak. Melainkan suami istri, sama-sama bertakwa kepada Allaah. Itu kuncinya. Anak hanya salah satu pelengkap kebahagiaan. Bukan faktor utama.
Selama 7 tahun suami ibu dulu sungguh perhatian, penyayang, dan mencukupi segala kehidupan ibu dengan baik. Harta sangat cukup. Tapi ibu dulu ngerasa hambar aja menjalani hidup. Selama 7 tahun itu rumah tangga kita baik-baik saja untuk ukuran dunia. Namun suami ibu tidak mendidik dan mengajarkan agama perihal mana yang baik dan buruk yang wajib dan tidaknya. Intinya kita dulu jauh dari Allaah. Ibu nggak bisa cerita bagaimana kelamnya dulu.
Lalu, ketika ibu mulai sadar bahwa kita hidup nggak cuman di dunia aja. Ibu mulai belajar sholat, mengaji dan belajar agama sedikit demi sedikit. Alhamdulillaah, Allaah izinkan ibu hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu dengan penuh kebahagiaan. Kenyataannya tidak demikian. Suami ibu selingkuh, si wanitanya hamil pula.
Ibu yang saat itu hamil hanya bisa menangis sampai kehamilan memasuki 8bulanan. Lalu kembali Allaah sadarkan, bahwa jalan kebenaran itu jelas. Tidak akan bersatu sebuah rumah tangga jika jalan yang dipilih adalah jalan yang berbeda. Anak bukanlah sumber kebahagiaan yang utama, hartapun demikian. Anak dan harta hanyalah titipan sebagai pelengkap kebahagiaan, bisa jadi juga sebagai ujian diri di dunia ini.
Tapi janji Allaah itu pasti mba, setelah kesulitan akan ada kemudahan, dan kelak Tuhanmu akan memberikan nikmatNya kepadamu sampai kamu merasa puas. setahun setelah melahirkan, ibu bertemu dengan suami ibu saat ini. Dan Masya Allaah sekali, kebahagiaan itu benar-benar nyata adanya. Hanya butuh sabar dan percaya bahwa Allaah nggak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya.
Berapa tahun pun lamanya sebuah pernikahan, bila dilalui dengan takwa, rasa takut hanya kepada Allaah. Maka seterjal apapun jalan pernikahan itu, akan Allaah tolong untuk melaluinya. Hikmah nggak harus datang saat itu juga, tapi akan selalu ada hikmah atas ujian yang Allaah berikan kepada kita.
Tak doakan semoga Allaah mudahkan segala sesuatunya ya mba, diberikan yang terbaik dan kelapangan hati dalam melalui prosesnya."
Dan aku mengaamiinkan, sebelum berpisah, aku meminta izin kepada beliau untuk menuliskan kisah beliau dalam tulisan. Dan beliau mengizinkannya.
Jika Allaah takdirkan ibu membaca tulisan ini, semoga Allaah membalas kebaikan ibu ya dengan banyak kebaikan. Barangkali dengan cerita ibu ini ada banyak hati yang dikuatkan. Bahwa kebahagiaan itu bukanlah bersandar pada sesuatu yang semu.
Nasihat yang seringkali kita dengar bahwasanya memiliki anak itu bukanlah berdasarkan pada seberapa subur wanita dan seberapa perkasa pria. Melainkan pada kehendak Allaah untuk menahan atau memberi. Sesungguhnya Allaah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Yakinlah disatu ujian yang terasa berat untukmu saat ini, kamu tidak sendiri. Disaat kamu sedang Allaah uji, kamu tidak akan dibiarkan berjalan sendiri. Ujianmu adalah sesuai dengan takaran kemampuanmu untuk saat ini. kau tak perlu mencemas kapan ujian itu akan selesai dalam hidupmu, sebab pertolongan Allaah itu dekat. yang perlu kau cemaskan adalah bagaimana keyakinan mu untuk terus meminta pertolongan Allaah dalam setiap waktu dan baik sangkamu kepadaNya.
Cerita kala itu..
197 notes · View notes
critcit · 7 months
Text
Sekarang (Mungkin Belum) Waktunya
"Kamu sadar gak kalau suaramu bergetar?" Tanya seorang psikolog setelah aku bercerita.
"Sadar," jawabku dengan suara bergetar.
"Itu bagus. Berarti kamu bisa menyadari kalau ada sinyal dari tubuhmu,' psikolog itu menanggapi. "Apalagi yang biasanya kamu sadari?"
"Suara bergetar, mata berkaca-kaca, napas gak beraturan dan berakhir banyak menghela napas supaya air mata gak keluar," jawabku sedikit nyengir mengakui kalau aku berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis.
.
Respons tubuh yang sama juga terjadi beberapa waktu lalu saat aku bercerita dan mengaku pada Bapak kalau sudah lebih dari setahun aku pergi ke psikiater dan minum obat, sempat berhenti, tapi karena kondisiku memburuk belakangan aku memutuskan untuk mencari psikiater di kota kelahiranku dan kembali minum obat. Aku juga mengaku kalau sudah sejak beberapa tahun lalu aku diam-diam mencari bantuan ke psikolog.
Sore itu kami sedang di kebun. Bapak sudah beres-beres dan siap pulang sebab jam tiga sore ada pertandingan Persib. Aku yang masih duduk dan tidak terlalu bersemangat pulang untuk nonton bola berkata, "Nanti dulu. Tadi belum jadi ngobrol". Tadi aku memang mau membuka obrolan dengan Bapak, tapi sebab ada tetangga datang membawa sertifikat tanah dan kami membicarakan soal luas tanah–obrolan penting, obrolan itu tertunda.
"Jadi kamu udah setahun lebih minum obat?" Tanya Bapak.
"Iya," jawabku, "Makanya aku tanya terus soal BPJS," sambil sedkit nyengir dan menahan tangis. Sebab statusku masih mahasiswa kemarin, BPJS-ku masih masuk dalam tanggungan dan tunjangan Bapak. Dulu Bapak tidak mempermasalahkan BPJS (karena kami sekeluarga jarang sakit–sungguh berkah) dan bahkan tidak sadar kalau status keanggotaan kami sekeluarga tidak aktif, hingga aku bertanya dan akhirnya ia urus ke bagian Kepegawaian di kantornya.
Aku bercerita kalau aku sangat takut untuk membuka kondisiku karena aku tidak ingin menjadi beban tambahan untuk keluarga. Aku menyadari peranku di keluarga sebagai anak yang dijadikan harapan sebab aku laki-laki dan aku tidak terlahir dengan disabilitas seperti Kakak. Aku tau aku bungsu, tapi peranku sulung. Orangtuaku sudah tua dan tidak lama lagi Bapak pensiun–bahkan harusnya sudah pensiun kalau bukan sebab "keajaiban" pada H-4 bulan pensiun bukannya turun SK pensiun tapi malah SK pelantikan yang membuatnya menambah masa kerja dua tahun. Orangtuaku sudah melalui terlalu banyak hal, sejak dari masa kecil, dewasa, menikah, punya anak, hingga kini. Aku merasa bersalah dan tidak seharusnya aku menjadi beban tambahan bagi mereka; anak yang (aku kira harus) jadi harapan mereka malah memiliki masalah mental: mixed anxiety and depressive disorder.
.
Salah satu tujuanku memilih melanjutkan studi S1 kembali di Yogyakarta setelah lulus D3 sebab aku familiar dengan fasilitas kesehatan mental di kota itu. Aku menjadikan pergi ke fasilitas kesehatan mental di kota itu dan memperbaiki diri sebagai side quest. Setelah menuntaskan main quest: menjadi sarjana, sayangnya aku gagal menuntaskan side quest itu. Aku kembali pulang ke rumah dengan hati yang hancur, perasaan bersalah yang amat dalam, ketakutan, dan depresi lain sebab kesalahan yang aku perbuat dalam prosesnya.
Setelah wisuda, aku kira akan mudah bagiku untuk mendapat pekerjaan. Namun, kenyataan tidak semudah itu. Aku bahkan tidak punya pengalaman dan bayangan wawancara kerja akan berjalan seperti apa. Aku banyak melamar pekerjaan, ditolak, tidak ada kabar, ikut proses selanjutnya hanya untuk berakhir ditolak lagi, berulang kali, sampai aku merasa muak dan merasa malu. Hal ini memperparah keadaanku.
Bulan Desember hingga Januari aku berulang kali mengalami penyakit yang biasanya tidak pernah aku derita. Gerd. Aku berulang kali merasa mual, pusing, dan dada terasa panas. Gejala maag yang biasanya hilang setelah aku minum obat maag ini tidak kunjung hilang sampai akhirnya aku ke dokter dan diberi omeprazole, obat untuk gerd. Belakangan aku sadar kalau itu semua kemungkinan adalah refleks dari semua stres yang aku rasakan.
Beberapa waktu lalu setelah aku bercerita soal kondisiku, aku menghabiskan dua hari bersama Bapak di Bandung. Di satu sore menjelang malam, kami pergi makan. Sesaat setelah selesai makan, aku berandai-andai, "Kapan ya makan kaya gini gantian aku yang bayar?". Aku mengucap itu pada Bapak dan ia membalas, "Nanti. Tenang aja. Sekarang mungkin emang belum waktunya". Kalimat itu mengingatkanku pada beberapa waktu lalu saat aku bercerita kalau aku stres belum dapat kerja. Bapak dengan entengnya berkata, "Gak usah buru-buru. Gak ada yang ngeburu-buru kan?"
Kupikir ada betulnya. Seandainya aku sudah dapat pekerjaan dan harus pergi lagi dari rumah saat ini, obrolan di antara kami ini tidak akan terjadi. Aku masih akan memendam perasaan ini dan merasa sendirian sepanjang waktu sebab aku tidak tau kalau aku sebetulnya punya tempat aman untuk bercerita. Hubungan kami masih akan tetap "berjarak" dan mungkin tidak pergi kemana-mana. Kedekatan, keterbukaan, dan kehangatan yang dalam waktu singkat bisa aku rasakan hanya karena mencoba berani membuka diri ini mungkin tidak akan terjadi.
.
Kembali ke sore itu.
"Kalau ada orang yang memang harus stres mikirin keluarga, harusnya Bapak yang stres, bukan kamu," ucap Bapak menenangkan setelah aku bersusah payah bercerita dan bahkan membuatnya tidak jadi menonton Persib sore itu.
Aku tidak pernah mengucap syukur sebab dilahirkan di keluarga ini, tapi sore itu aku mengucap syukur. Sore itu terasa begitu lamban. Kami duduk bersebelahan, bersender pada dinding saung sebab aku tidak berani bercerita sambil menatap mata Bapak. Sambil berulang kali mengatur napas, aku merasakan angin yang berembus pada kulitku dan aku memperhatikan daun-daun di kebun yang bergoyang. Sore yang amat sangat lamban.
Tumblr media
7 notes · View notes
ronakana · 20 days
Text
oink oink
Jadi, tempat kerja saya ini memang terkenal agak toxic ya. Terbukti juga sih tiap tahun dokter honornya ganti. Saya mentalnya kuat dan suka tantangan ya hajar ajalah yang penting deket rumah. Dari yang sebelumnya 37km sekarang cuma 2km. Masa kesempatan ini saya lewatkan?
Tapi ternyata memang kerasa juga toxicnya. Sebelum saya pindah aja ada orang yang udah kepo tanya tanya tentang saya ke temen saya di tempat saya yang dulu. Lah tiba tiba dia bikin statement : dokter ini mah gapernah meriksa pasien, emang bisa dia disini? Lah anjing di tempat saya sebelumnya ada internship. Mereka dikasih jam terbang lebih banyak justru saya repot harus supervisi mereka.
Orang itu saya tandai sih dari sejak awal. Dan menuju 2 tahun perjalanan ternyata ke anjingan orang itu memang sudah berkali kali. Bahkan jadi fokusnya kapus karena ada fraud laporan yang dia bikin.
Karena tempat ini toxic, jadi saya selalu berusaha sibuk setiap jam istirahat. Biar gaperlu punya temen yang ternyata temen juga nusuk dibelakang.
Eeh pas saya ngegym tiap jam istirahat dia ngomentarin : biar apa sih repot repot olahraga pas istirahat? Orang yang ngomong yang bawa bawa galon di paha dan perutnya. Padahal mah biar apa saya olahraga di jam istirahat? Biar gausah ketemu orang orang macam anjing seperti kau inilah di jam istirahat. Jadi tetep bersih pikiranku.
Kalo liat kemalangan sama orang saya suka doain sih. Mudah mudahan ini itu. Tapi kalo dia yang kena kemalangan : hoo panteslah adzab itu soalnya muncungmu kek babik.
Yasudah sekian. Selebihnya dari beban kerja, jarak dll aku betah betah ajasih.
---
PKM, 31 agustus
3 notes · View notes
kaktus-tajam · 7 months
Note
Permisi dok mau tanya kenapa ya skala rasa sakit tiap orang bisa beda-beda, dan apakah ada cara untuk meningkatkan skala rasa sakit biar bisa lebih tahan sakit😅🙏🏻 -dari aku yg low pain tolerance wqwq, trims dok
Spektrum Nyeri
Wah berasa ujian. Harus buka lecture saat blok Saraf nih haha, ada satu bab khusus tentang fisiologi nyeri.
Ada banyak cara manajemen nyeri sebenarnya, farmakologis maupun non-farmakologis. Tapi sebelumnya… bedakan dulu apakah nyeri ini bersifat akut atau kronis. Karena nanti penatalaksanaannya bisa berbeda.
Ada banyaak jurnal dan artikel tentang pain treshold ini seperti olahraga, relaksasi, pengalihan pikiran, akupuntur, dll… namun sebagai dokter dan pasien yang juga memiliki nyeri kronis, mungkin aku sedikit berbagi insights lain saja yaa:
1. Nyeri adalah makhluq Allah. Tidak mungkin Allah menciptakan rasa sakit itu tanpa hikmah. Unik ya, ada yang ambang nyerinya rendah, tinggi, bahkan ada yang diuji dengan tidak dapat merasakan nyeri!
Teringat pasien diabetes kami, yang ulkus di kakinya sedemikian parah, berlubang dan bernanah (bahkan kadang berbelatung)… ternyata diakibatkan kehilangan rasa nyeri! Allah uji dengan dicabutnya rasa nyeri itu.. sehingga ketika beberapa bulan sebelumnya telapaknya terluka, ia tidak menyadarinya. Akibatnya, terlambat diobati dan ditangani dengan tepat.
Di sisi lain..
Dulu saat di Masjid Nabawi, diperjumpakan seorang wanita Mesir yang diberikan Allah ujian penyakit rheumatoid arthritis, ketika sistem imun tubuhnya menyerang sendi-sendi. Nyeri sekali, shalat pun ia tidak bisa berdiri.
Dari dialog Arab/English/Google Translate kami, ada satu hal yang ia sampaikan: Dengan sakitnya itu, ia benar-benar mensyukuri seluruh persendiannya. Di saat teman serombongannya berjalan-jalan ke mall dan stay di hotel. Wanita ini memilih berdiam di masjid saja, karena “hadiah” rasa sakit yang Allah berikan itu. MasyaAllah.
Teringat juga seorang ustadzah yang ditakdirkan lahir dengan kelainan kolagen yang membuat tubuhnya jauh lebih lentur dibanding populasi normal. Sehingga hari-harinya akrab sekali dengan rasa nyeri pada seluruh tubuhnya. Kata seorang murid beliau, suatu hari: alhamdulillah jadi mesin penggugur dosa seumur hidup… Beliau bilang bahwa sakit dan sehat, sama-sama kendaraan untuk mendekat kepada Allah.
2. Pertolongan Allah
Berita para ibu Palestina yang dari rahimnya melahirkan para pejuang syuhada, namun dioperasi Caesar tanpa anestesi bagiku di luar nalar.
Berita para pejuang yang diamputasi tanpa anestesi bagiku melebihi bukti dari jurnal manapun. Dari lisan mereka hanya ayat suci Al-Qur’an yang tidak berhenti menderes. Sebagaimana seorang Sahabat yang minta diamputasi saat khusyuknya dalam shalat.
Hari ini kita ditampakkan..
Tentang kun fayakun, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, termasuk memutus jaras rasa nyeri itu sebagaimana Allah dinginkan api yang membakar Nabi Ibrahim as.
Jadi buat siapapun (termasuk meningatkan diri sendiri) yang diuji dengan nyeri, semoga Allah takdirkan penghapusan dosa bersamanya. Semoga Allah jadikan sakitnya itu penghantar menuju kedekatan bersama Allah. Semoga Allah angkat rasa nyerinya.. aamiin aamiin!!
-h.a.
37 notes · View notes
ciaokhou · 1 month
Text
Hmm nulis apaya
Oh, gini. Dari bulan kemarin adatuh kelompok koass baru di tempat kerja. Dan surprisingly, salah satu dari mereka teman seangkatanku. Dari awal mereka dateng rangorang uda pada tanya sana sini dengan pertanyaan hampir mirip: "seangkatan dokter? kok (dia) lama banget dok sekolahnya?" Aku sih ga ambil pusing. Yaa timeline tiap orang apalagi dalam hal pendidikan sungguhan sangat amat berbeda. Cuman menurutku, bagian paling sedih dari ada di luar timeline teman-teman seangkatan itu, karena perasaan 'sendiri'-nya. Buat beberapa orang mungkin gapapa yaa, tapi ada orang-orang yang jadi kehilangan semangat karena dia memang harus berusaha sendiri.
Minggu kemarin ketemu Syifa, yang sekarang masih struggling juga dalam kehidupan koass. Terus sempat kita video call bareng temen-temen lain yang uda jauh dimana-mana. Syifa kelihatan bahagia banget, aku lebih-lebih bahagianya wkwk. Dan di hari itu aku jadi makin sadar kalau memang berteman dengan orang-orang baik itu betulan sebuah nikmat yang tiada dua. Walaupun jauuuhh sekali kita beda pulau dan beda negara, tapi banyak banget kebaikan yang bikin kita terus merasa dekat. Rasanya ga lagi sendiri, walaupun memang sendiri. Ew adulting wkwk
Mungkin ini ya jawaban pertanyaanku dulu tiap baca doa rabithah di bagian fa watsiqillaahumma raabithatahaa; ikatan mana yang minta dikuatkan? Ya ikatan ini. Ikatan dengan teman-teman baik kita ini. Yang sejauh apapun jarak kita satu sama lain, doa-doa yang akan menjadi pengikat rindu diantara kita. Kita hanya perlu sabar sedikit lagi, sampai Allah berikan waktu terbaik untuk kita bertemu.
Jadi ingat lagi satu pesan dari Dr. Omar;
"... but when Allah decrees for you loneliness or a loss of people, and you are patient, He gives you something far better than that. He gives you, Himself"
*pukpuk gapapa gapapa yaa khou, wkwkw:)
Dahlah gitu aja. Beberapa minggu ini lagi gaada ide mau nulis apaan, jadi masih isinya hikmah diantara hari-hari hadeuhku aja dulu ya wkwk. Belum nyelesaiin baca buku bulan lalu, dan buku bulan lalu-nya lagi wkwkwk. Doh, ngapain aja siih akuni._.
2 notes · View notes
nadyagifary · 8 months
Text
Tersuspek Ensefalitis
"Aneh, kalau tipes atau demam tifoid harusnya dengan titer widal serendah ini, tidak akan menyebabkan nyeri kepala terus menerus dengan tipe menekan (tension) disertai demam seperti ini, mbak DM. Tidak ada keluhan pencernaan juga." ujar dokter penyakit dalam kedua di rumah sakit ketiga yang pernah merawatku. Kali ini bukan rumah sakit pendidikan, karena punya waktu dan tenaga yang sedikit lebih baik untuk lari ke IGD RS lain daripada saat itu; pingsan.
"Saya konsulkan saraf ya" tambah beliau
Dalam hati, "Allah, jangan tentang saraf yaAllah, sungguh sangat menakutkan kalau sakit ini dikaitkan dengan masalah saraf tepi ataupun pusat (otak)" Selain itu, dokter saraf di rumah sakit aku dirawat juga merupakan guruku sendiri sejak preklinik. "Ah, malu sekali kalau ndak bisa menjawab misal nanti ditandem soalnya sudah lewat stase neuro" batinku
Sebelum dokter saraf visite, aku sudah memikirkan alur pemeriksaan dan arah diagnosisnya. Pemeriksaannya, pastilah cek tanda tanda meningeal sign dan refleks patologis, karena jelas gejala nya yaitu demam dan nyeri kepala. Kalau ada tanda meningeal sign satu saja di antara kaku kuduk, brundzunkii I - IV, Lasegue dan Kernig, pasti akan mengarah ke meningitis. Tambah, tidak ada penurunan kesadaran, maka meningoensefalitis dapat dieleminasi. Syukurnya tidak ada satu pun dari tanda radang selaput otak itu, tapi masih ada satu jenis radang yang belum bisa dieleminasi tanpa pemeriksaan penunjang, yaitu ensefalitis atau radang otaknya itu sendiri; bukan selaputnya lagi.
Setelah visite, beliau ternyata sangat mengingatku, ntah mengingatnya karena aku adalah dokter muda yang rajin atau sebaliknya, wallahu'alam. Mungkin karena beliau adalah pembimbing lapsus ku, dan kala itu aku mengambil penyakit yang beliau dalami, Acute symptomatic seizure on 1-5 years old toddlers and it's implication with their brain development : a case report, "judul yang agak menantang" ;kala itu beliau berpendapat. Lanjut, aku langsung tertidur setelah diberikan obat racikan analgesik + amitriptilin + diazepam. Awalnya juga, aku sedikit kaget, "kenapa diazepam?". Mengapa obat anti kejang "dewa" ini diresepkan? Apa yang terjadi?. Ya walaupun bioavaiblitas nya tidak sebaik apabila dimasukan lewat IV, tapi dosis per oral ini cukup tinggi; 10 mg. Aku agak was was dengan itu.
"Mbak Nadya, sudah bangun? Siap siap, sebentar lagi CT Scan dengan kontras ya" ujar perawat lewat speaker microphone di ruang rawat inap ku.
"Astaghfirullahaladzim" sontak aku terbangun dan menangis. Tidak usah dijelaskan mengarah suspek apa, dan kenapa harus menggunakan kontras, pastilah ini mengarah ke infeksi / radang ; jelasnya ensefalitis. Aku berdoa dan terus berdzikir saat berjalan menuju radiologi. Sambil sesekali menitikan air mata. Menangis.
Kau tau? Pemeriksaan CT Scan adalah momen paling menakutkan yang pernah aku rasakan dalam hidup. Rasanya sangat sangat sangat menakutkan. Suara gemuruh saat kepala dimasukan ke dalam "donat" besar itu, seperti sebuah truk besar yang datang menghampiri dengan kecepatan tinggi. Seperti akan menabrakku. Rasa nyeri pada saat cairan kontras masuk ke saluran IV-ku saja tidak ada apa apanya dengan rasa takut itu. Padahal rasanya sangat nyeri, karena cairannya kental juga vena tangan ku yang sangat kecil dan halus; sangat mudah plebitis. Aku memilih memejamkan mata disertai aliran air keluar dari celah kedua mata juga bibir yang tidak bisa berhenti mengucap asma Allah.
Pesan untuk teman sejawat dokter muda, sekarang aku paham, bagaimana ketakutan para pasien yang biasa kita antar untuk Ct Scan atau MRI kepala, sekarang aku bisa merasakan ketakutakan mereka juga sekarang aku bisa menghayati bagaimana kekhawatiran juga rasa sedih mereka ketika kita antar ke radiologi. Mungkin kita sudah cukup berempati, tapi ternyata, lebih dari itu. Mereka ketakutkan, mereka khawatir, mereka juga bertanya tanya ; "apa yang ada atau apa yang terjadi pada otak/kepalaku ini?"
Persis dengan apa yang aku rasakan, setelah sampai ke ruang rawat inap, aku terus menangis, ketakutan. Rasanya amalku masih sedikit juga dosa ku masih menggunung, aku masih butuh waktu untuk beribadah pada Rabb ku.
Beberapa kali aku menemui pasien ensefalitis dan meningoensefalitis di IGD, tapi keadaanya sangat buruk. Demam. Nyeri kepala. Penurunan kesadaran. Delirium bahkan koma. Pasien juga low intake.
"Tapi keadaanmu sangat bagus nad, kamu bisa jalan, lari juga bisa kan, menelan dengan sempurna, ndak ada defisit neurologis. Tapi aku juga ngga paham apa trias ensefalitis itu harus ditemukan pada klinisnya. Sudah. Ikuti saja dokter sp N kita" kata teman stase (aku menyebutnya profesor) yang sangat cerdas di bidang neuro dulu.
Prognosisnya sebenarnya baik, tapi bergantung juga dengan deteksi dini juga penanganannya.
Bagaimana dengan orangtua ku? Hati mereka hancur ketika aku izin pamit akan Ct-Scan, ayah mama bukan dokter, mereka perawat dan bidan, tapi pastilah mereka tau suspek apa yang membuat anaknya harus di Ct Scan kepala. Tanpa pertimbangan apapu, mereka langsung melesat ke Jember, dengan transportasi dadakan; bus Rosalia. Esoknya mereka hadir dan langsung memelukku. Aku melihat tatapan mereka (terutama mama) yang begitu sedih dan sembab melihatku meminta maaf atas segala kesalahan yang aku lakukan kepada mereka berdua.
"Hasilnya bersih, tidak ada tanda radang ( tidak ada tampakan seperti bintang berkelap kelip di hasil Ct Scan kontras ; kalau dari gampangannya aku belajar baca Ct Scan dulu )" ujar dokter Sp.N saat visite.
Syukur alhamdulillah, kedua orangtua ku langsung bersujud. "Tapi Nadya ngga boleh kebanyakan pikiran ya, sementara saya serahkan ke dokter penyakit dalam, tapi tetap saya resepkan amitriptilin dan diazepam ya, profilaksis TTH nya, sudah saya izinkan dokter forensik agar Nadya fokus dulu" tambah beliau.
Alhamdulillah, rasanya seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup kembali. Walaupun, setelah itu, hasil cek laborat menyatakan LED (Laju Endap Darah) yang tinggi dan tersuspek autoimmun jadi langsung di ANA tes. Ntah mengapa, rasanya aku sudah ikhlas apapun yang terjadi, melihat orangtua ku terseyum senang maka apa yang aku harapkan lagi.
Dan, besoknya aku langsung dibawa pulang untuk rawat jalan di rumah (ayah mama perawat ya, insyaAllah aman), dan mama langsung ngendika,
"Berhenti sejenak, nak. Ambil cuti, istirahat di rumah. Pindah Solo ya, nak, Mama Ayah urus ke Om Tonang, sampeyan istirahat" Kata Mama.
Ternyata, kejadian kemarin itu membuat mama syok sampai dengan sekarang, mama takut apabila aku masuk RS atau opname sendirian lagi di jember, mama tidak bisa membayangkan lagi putri ragilnya di Ct Scan sendirian tanpa orangtua di sana. Jadilah, kepindahan akan segera diurus
walaupun, rasanya sedikit berat.
pastilah akan menambah masa studi, menambah dana, menambah tantangan juga masalah yang ntah apa pun itu pasti akan aku dapatkan di tempat baru nanti. kuatkan hamba dalam memperoleh keridhoan orangtua hamba yaAllah.
Karena ridho orangtua adalah ridho Mu yaAllah
6 notes · View notes