maharindu
MONOLOG
122 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
maharindu · 4 days ago
Text
Belajar dari...
1. Hannah (Ibunda Maryam)
Ternyata jadi ibu ada proses spiritual karena perjalanannnya membawa kita lebih dekat pada Allah, terutama saat kita menyadari bahwa banyak hal yang berada diluar kendali kita.
Doakan anak secara spesifik seperti saat hannah meminta anak (untuk menjadi pengabdi Allah).
Latih untuk ikhlas menerima takdir Allah, saat itu hannah meminta anak laki-laki namun yang dikandungnya adalah anak perempuan.
2. Maryam Salamun 'alaiha (Ibunda Nabi Isa)
Menguatkan ketenangan dalam doa. Maryam menemukan ketenangan saat menyendiri dengan menyerahkan segalanya pada Allah.
Menerima takdir sepenuh hati.
Membatasi diri dari ekspektasi sosial yang tidak sehat seperti Maryam yang teguh di tengah berbagai stigma.
Keteguhan hati tidak bergantung pada banyaknya dukungan sekitar tapi dari kekuatan batin yang kita miliki (sumbernya dari Allah).
3. Ibu Nabi Musa (Ibu yang ridha menghanyutkan anaknya dalam aliran sungai)
Melepaskan adalah cara terbaik untuk melindungi dan menyerahkannya pada penjagaan Allah. Bukan berarti melepaskan karena tidak peduli melainkan bentuk kepercayaan penuh pada takdir Allah. Kasih sayang Allah melebihi kasih sayang ibu pada anaknya. Anak adalah titipan Allah bukan milik kita sepenuhnya.
Ketakutan berlebih akan membatasi ruang gerak anak.
Doa sebagai pelindung utama anak.
4. Hajar (Ibunda Nabi Ismail yang berjuang ditengah padang pasir dalam kesendirian)
Pada kesendirian yang paling dalam kita tetap bisa bertahan dengan kekuatan Allah.
Kita nggak perlu selalu memahami dan mengendalikan setiap situasi karena pertolongan Allah datang pada situasi yang tidak terduga.
Catatan : Review ebook Quranic Mom
Tumblr media Tumblr media
4 notes · View notes
maharindu · 16 days ago
Text
Nggak Semua Suara Butuh Volume
Kita hidup di zaman di mana suara yang keras sering kali dianggap paling benar. Yang paling lantang, paling mencolok, seringkali paling didengar. Tapi sebenarnya, nggak semua suara butuh volume. Kadang, yang paling sunyi malah lebih dalam maknanya.
Pernah nggak sih kita ngerasa capek ngikutin hiruk-pikuk dunia ini? Semua orang seolah berlomba-lomba buat didengar. Entah di media sosial, obrolan warung kopi, sampai rapat kantor—semua pengen jadi microphone terbesar. Tapi di tengah riuh itu, kita kadang lupa, ada satu bentuk suara yang paling tulus: keheningan.
Kita nggak perlu selalu ngomong banyak-banyak untuk bikin orang ngerti. Ada kalanya silence speaks louder than words. Pernah lihat seorang teman yang cuma diem pas kita cerita tentang masalah kita? That silence—tanpa penghakiman, tanpa ceramah, cuma “aku dengerin, kok,” adalah bentuk suara yang paling nyata. Ketenangan itu lebih “nyentuh” dibanding ribuan kata motivasi yang klise.
Suara itu nggak melulu soal bicara. Actions speak louder than words, kan? Ada orang-orang di sekitar kita yang diam-diam selalu ada. Yang nggak perlu ngumumin ke dunia kalau dia peduli. Kita sadar nggak, kadang yang paling sunyi justru paling banyak berbuat? Kayak teman yang cuma bilang, “Sini duduk, kita nggak perlu ngomong apa-apa.”
Banyak orang lupa kalau jadi pendiam itu bukan berarti nggak punya suara. Justru, diamnya orang-orang kayak kita adalah pilihan. Kita diam bukan karena nggak mampu ngomong, tapi karena sadar, some things are better left unsaid. Ada energi yang lebih besar di balik keheningan—sebuah bahasa yang cuma bisa dimengerti sama hati yang tenang.
Noise doesn’t always equal significance. Kadang kita cuma butuh jadi kayak air yang ngalir pelan tapi mampu ngerubah batu yang keras. Kita nggak perlu teriak buat bikin perubahan, cukup konsisten dan tulus. Jadi pendengar yang baik, ngerespon dengan hati, atau sekadar senyum ke orang asing—hal-hal kecil ini nggak bersuara tapi “kedengeran” sampai ke jiwa.
Dunia udah cukup ramai. Bukan berarti kita harus nambahin kebisingan itu. Kadang, kita bisa jadi oase—tempat yang tenang di tengah hiruk-pikuk. Kita nggak perlu validasi kalau suara kita bermakna. Karena, pada akhirnya, suara yang tulus selalu bisa didengar, even in silence.
Kadang, yang kita perlukan cuma keberanian untuk diam—dan membiarkan perbuatan kita yang bicara.
157 notes · View notes
maharindu · 16 days ago
Text
Refleksi akhir tahun, 2024
Dalam perjalanan panjang hidup ini, segala hal memiliki fasenya. Pun setiap fasenya, tidak bisa dipredikisi seberapa lamanya. Tetapi setiap fasenya, memiliki batas dan jatahnya, untuk dijalani dan dirasa cukup dengan apa yang ada.
Ada masanya menggalaukan jodoh, pun ada masanya legowo dengan kesendirian.
Ada masanya lelah sendirian, pun ada masanya merindukan masa ketika masih sendiri setelah berpasangan.
Ada masanya ingin sekali punya anak, pun ada masanya rindu masa ketika masih berdua.
Ada masanya mengkhawatirkan masa depan, pun ada masanya sampai di titik yang dulu dirasa tidak mungkin tergapai.
Ada masanya berdamai dengan masa lalu, pun akan ada masanya menerima dan memaafkan apa yang pernah terjadi.
Merasa cukup di tengah dunia yang bergerak cepat ternyata tidaklah mudah.
Merasa dewasa di tengah dunia yang serba penuh kompetisi dan egoisme ternyata tidaklah mudah.
Merasa tenang di tengah dunia yang bergemuruh dalam pikiranmu pun ternyata sama sekali tidaklah mudah.
Kita sedang berjalan, bersisian, berpapasan dan mungkin juga saling mengucapkan selamat berpisah dengan manusia lain seiring waktu.
Kita, yang seringnya merasa kuat tapi ternyata perlu dikuatkan.
Kita yang seringnya merasa cukup dengan keheningan, tetapi ternyata juga ingin sekali didengarkan dan diajak berbincang.
Kita, yang seringnya merasa baik-baik saja, ternyata juga perlu rangkulan kepedulian.
Perjalanan ini, seringkali memporak-porandakan hati kita. Tapi Tuhan yang selalu menjaga kita tetap bertahan. Dan, ternyata betul kata orangtua, bahwa yang mahal di kehidupan ini, bukanlah jadi orang kaya raya. Tetapi menjadi manusia dengan hati yang bersyukur, bagaimanapun keadaan yang sedang dijalani. 🥹 ya Allah, kuatkan kami dan lembutkanlah hati kami untuk mensyukuri banyak nikmat-Mu. Aamiin
17 Desember 2024 13.45 wita)
166 notes · View notes
maharindu · 16 days ago
Text
Sungguh tak mudah berada di posisi ibunda Musa yang harus melarung bayi mungilnya ke sungai Nil. Ia berjuang melawan perasaannya sendiri demi menaati ilham dari Illahi.
Lalu Allah balas ketawakkalan Ibunda Musa dengan mencegah bayi Musa menyusu selain kepada dirinya setelah ditemukan dan diangkat anak oleh keluarga Fir'aun.
Maka perhatikan, begitu indah skenario Allah, bukan? Allah kembalikan bayi Musa ke pelukan ibundanya dengan sebaik-baik keadaan.
Dalam hidup ini, kadang kita diuji untuk melepaskan sesuatu karena Allah. Maka, pilihlah untuk selalu mengutamakan Allah.
Tenanglah, tidak akan kecewa siapa yang mengutamakan Rabb-nya.
Entah Allah ganti dengan sesuatu yang lebih baik atau Allah kembalikan lagi lewat skenario terbaik. Percayalah, semua itu sungguh mudah bagi Allah, semudah Allah mengembalikan bayi Musa ke pelukan ibundanya.
Tawakkal saja dan teruslah berbaik sangka, sampai Allah tunjukkan hikmah-hikmah terindah yang nanti membuat lisan tak henti mengucap syukur kepada Allah.
@rizqan-kareema.
80 notes · View notes
maharindu · 16 days ago
Text
Yang namanya bismillah dan bismirabbika itu bukan lagi sekadar melibatkan, tapi bergeraknya sudah atas nama.
Kita tidak membawa kehendak diri lalu kemudian meminta Allah turun tangan untuk memudahkan, tetapi kita (dengan bangga dan bertanggung jawab) memposisikan diri sebagai petugas, perpanjangan kehendak-Nya untuk melakukan hal-hal yang Dia ridhai.
Artinya kita menggunakan resource dan tools di dalam dan luar diri sebagai fasilitas dalam ketugasan tersebut.
"Ya Allah, hari ini aku pinjam ya mata dan telinganya untuk mengambil input yang dibutuhkan. Ya Allah, hatinya izin kupakai untuk memproses inputan itu ya. Ya Allah, tubuh, lisan, dan tangan ini, izin kupakai untuk bergerak dan berbicara menyebarkan cahaya-Mu ya!"
Betapa tenangnya bergerak "atas nama" sebab Dia akan menanggungjawabi hasil akhirnya. Kita hanya perlu menjalankan tugas sebaik mungkin (ahsanu amala), dengan sepenuh hati (wholeheartedly) dan segenap kemampuan (istitho'ah), tanpa terbebani oleh kegagalan atau kesempurnaan menurut ukuran dunia.
Ketika bergerak atas nama-Nya, kita tidak lagi terjebak pada ketakutan akan kekurangan diri, sebab yang bertindak bukan hanya kita, melainkan Dia melalui kita. Kita hanyalah sarana, alat dalam orkestrasi besar yang sudah diatur-Nya dengan presisi.
Diterima atau tidaknya usaha kita, itu urusan Dia. Apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak, itu kehendak-Nya. Yang terpenting adalah willingness dan effort kita, sejauh mana kita menyerahkan diri pada misi yang Dia titipkan.
Bukankah di situ letak indahnya tawakal? Menjadi hamba yang yakin bahwa ketika kita berjalan menempuh ikhtiar dengan membawa gagasan-gagasan langit, Dia pula yang akan membuka jalur-jalur langit sebagai pertolongan berlapis-lapis. Karena itu, kita tidak perlu ragu, tidak perlu takut salah, sebab tugas kita hanya satu: menjadi sebaik-baiknya pelaksana, seikhlas-ikhlasnya hamba, dengan sepenuh-penuhnya keyakinan.
— Giza, pada akhirnya, semua kembali kepada-Nya, sebab kita memang hanyalah milik-Nya.
366 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Mahalnya sebuah "rahasia"
Bisa jadi malapetaka saat kita ngga bisa membedakan ranah privat dan publik dalam bermasyarakat. Hal privat jadi konsumsi banyak orang, hal publik malah disembunyikan. Aib disebar, ilmu disimpan.
Mampu membedakan ranah privat dan publik adalah hal yang mahal. Dan mungkin kalo aku punya temen seperti itu, privilege banget sih.
Al Quran pun mengajarkan dalam membedakan hal "privat dan publik". Allah memberikan akses semua orang untuk belajar ilmu-ilmuNya namun Allah juga membatasi pada beberapa hal. Salah satunya tidak menyebut nama asli pada kisah Firaun dan Abu Lahab, bahkan Allah tidak menyebut nama perempuan yang merayu Nabi Yusuf.
wallahu a'lam bishawab
6 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Gagal jadi ibu karena lahiran sc
Eksekusi dari belajar adalah ujian. Begitupun kehamilan yang dianggap sebagai proses pembelajaran dan puncaknya sebagai ujian adalah persalinan. Para ibu sering dinilai berhasil atau tidaknya hanya dipandang melalui bagaimana cara bersalinnya.
Dianggap berhasil kalo lahiran secara normal dan sebaliknya. Jadi ngga heran kalo banyak ibu yang fokus sama tujuan "pokoknya harus bisa lahiran normal"
Standar keberhasilan ini kadang menyerang mental ibu pasca melahirkan wa bil khusus bagi ibu yang sc, insecure kalo ada yang tanya "lahiran normal atau sc" rasanya seperti gagal jadi ibu, luka sayatan belum sembuh sudah ditaburi luka hati.
Persalinan normal dan lancar tentu jadi idaman para ibu. Tapi ada nggak yang bisa njawab "adakah rumus paten agar persalinan dapat berjalan normal dan lancar?" Bahkan dokter obgyn pun hanya bisa menyarankan ini itu, tak bisa menjamin hasilnya.
Ikhtiar terbaik yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan jiwa raga untuk menghadapinya. Sekalipun ternyata ada ketetapan-Nya yang nggak sesuai harapan, jangan biarkan semua jadi sia-sia, tetaplah rida pada ketetapan-Nya.
Tidak ada ibu yang gagal dalam persalinannya, tetapi semua tentang bagaimana ia mempersiapkannya.
Allah tidak menilai hasil, tetapi soal bagaimana kita berproses pasti ada balasannya. Allah tak pernah menghisab kita untuk setiap ketetapan-Nya yang di luar ranah kendali kita. Namun, Allah menunggu dan kelak akan menghisab respons apa yang akan kita berikan terhadap ketetapan-Nya.
Maka, selalu luruskan niat. Hanya untuk mencari rida Allah adalah kunci keberhasilan segala ikhtiar agar bernilai dimata-Nya.
Tumblr media
5 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Nak ...
Nak …
Sebenarnya, kamu tidak perlu terlalu risau apakah kami bangga atau tidak.
Orang tua mencintai anak-anak mereka tanpa syarat, karena hal itu adalah fitrah.
Tidak ada kegagalan atau pencapaian yang bisa mengurangi atau menambahkan rasa cinta kami.
Jika kamu butuh pertolongan, kami akan membantu sejauh yang kami mampu.
Jika kamu bahagia, kami akan berkali lipat lebih bahagia.
Karena itu, berbahagialah, Nak ...
Rayakan apa saja setiap hari.
Romantisasi setiap keindahan dan kebaikan yang ada di sekitar, sesederhana apa pun itu.
Kamu sedang mendaki jalan terjal untuk mewujudkan mimpimu. Tetapi jangan lupa, di tengah perjalanan ini, ada banyak pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan.
Sesekali, kamu boleh berhenti. Beristirahat sejenak sambil mengumpulkan energi, mempersiapkan diri untuk perjalanan yang terbentang panjang di depan.
Di waktu tertentu, kamu juga boleh menengok ke belakang.
Bukan untuk menyesali apa yang terjadi. Melainkan untuk bersyukur bahwa semua itu telah terlewati.
Bersyukur bahwa kamu, ternyata bisa sampai di titik ini.
154 notes · View notes
maharindu · 3 months ago
Text
Bu, Pak ... Setiap membuka sosial media, sepertinya semua orang hidupnya bahagia. Kenapa sepertinya cuma aku yang hidupnya begini-begini saja? Sehari-hari melakukan hal kecil yang tidak berarti apa-apa.
---
Nak ...
Kalau yang kamu maksud 'semua orang' itu adalah teman-temanmu, kamu beruntung karena punya teman-teman yang bahagia.
Tetapi, Nak... Setahu kami, orang-orang memang cenderung menggunakan sosial media untuk berbagi kebahagiaan.
Luka, kesedihan, kemalangan, biasanya disimpan sendiri. Atau diceritakan ke sahabat terdekat.
Kamu pun begitu, kan?
Memang tidak semua perasaan perlu diumumkan. Tidak semua kejadian layak dipublikasikan.
Dan benar, mungkin di antara temanmu ada yang terlihat keren karena melakukan hal besar. Bersyukurlah, kamu bisa terinspirasi dan belajar dari mereka.
Kamu enggak perlu berkecil hati. Karena Tuhan menyuruh kita berjuang sesuai kesanggupan.
Nak ...
Kalau kamu belum bisa melakukan hal besar, tidak apa-apa. Kamu tetap bisa melakukan hal kecil dengan kesungguhan yang besar.
244 notes · View notes
maharindu · 3 months ago
Text
Kenapa Bisa Menjadi Jahat?
Sepertinya benar, bahwa ketidakbahagiaan kita itu hanya ada di dalam pikiran, kenyataannya kita tetap memiliki makanan yang bisa dimakan, tempat tinggal untuk berteduh, masih bisa belanja, masih bisa membaca buku, masih bisa beribadah, masih punya kendaraan, dan banyak hal lain yang sangat layak untuk menjadi sebab syukur.
Tapi di alam pikiran, kita mengeluhkan hari ini. Menyimpan prasangka kepada orang lain. Memupuk rasa kurang saat melihat hal-hal yang tak kita miliki. Juga sangat rajin menilai diri sendiri tidak berharga. Bahkan tidak percaya dengan masa depan diri sendiri akan menjadi lebih baik. Lebih parahnya, berharap mati cepat karena dirasa itu akan meniadakan semua ketidakbahagiaan saat ini.
Kehidupan yang bergulir dalam aktivitas yang itu-itu saja, terus menerus, telah mematikan kepekaan kita terhadap pertanda. Beban pikiran yang tak kunjung berkurang, telah mematikan kayakinan dan optimisme diri yang pernah sangat menyala-nyala sewaktu kecil dulu.
Tanpa terasa, terbiasa mengeluh, terbiasa memaki, terbiasa mencibir, dan juga terbiasa menilai sesuatu yang didapatkan oleh orang lain sebagai sesuatu yang tidak layak mereka dapatkan, tak terasa mendoakan kecelakaan buat orang lain - hasad.
Jika kita akhirnya menyadari demikian, bolehlah kita peluk diri sendiri. Apa sebenarnya yang menyakiti diri hingga kita sejahat itu?
(c)kurniawangunadi
192 notes · View notes
maharindu · 3 months ago
Text
14 September 2024
Banyak cerita dan rasa yang sulit sekali diungkapkan melalui huruf abjad yang hanya berbatas 26 huruf.
Rasa sakit dan takut bercampur. Rasa sakit itu tak pernah kujumpai selama 25 tahun hidup, emang bener kata orang sakitnya is another level. Rasa takut menyeruak, ovt kalo tiba-tiba malaikat izrail ditugaskan menjemput jiwa yang masih banyak dosa ini.
Orang disampingku terus menguatkan dan mengingatkan untuk selalu berzikir dan istigfar.
Tiba-tiba terbayang ibuk saat melahirkanku, seperti ini kah rasanya? MasyaAllah seketika itu aku berjanji jangan sampe aku durhaka dan melukai hatinya. Mungkin ini salah satu alesan Rasulullah menyebut nama ibu hingga 3x saat ditanyai mengenai kedudukan seorang ibu.
Tiba-tiba terbayang Ibunda Maryam yang melahirkan dibawah pohon kurma sendirian, ngga ada yang nemenin seorang pun. Wah gila sih ini luar biasa bangettt. Apa kabar para ibu di Gaza yang melahirkan dengan alat seada-adanya.
MasyaAllah semua ada cerita, ujian, dan perjuangannya masing-masing. Tetap yakin bahwa semua pasti ada ukurannya.
Pukul 11.18 WIB
Samar-samar terdengar tangisan dari makhluk hidup lain. Lega, alhamdulillah masyaAllah semua atas izin Allah.
Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat hal yang menggembirakanmu (Shoidul Khotir 1/125)
Sabar, susah emang. Tapi ga ada salahnya selalu mencoba siapa tau dapet, yassarallah.
9 notes · View notes
maharindu · 4 months ago
Text
Kamu kapan ini? Kamu kapan itu?
Sering sekali orang menanyakan capaian ini dan itu apa lagi kalo lebaran, ngga pernah ketemu tapi sekalinya ketemu harus "itu bangettt ya pak buk om tante yang ditanyain" wkwk.
Mungkin mereka niatnya hanya basa basi karena bingung mencari topik. Sekali duakali tiga kali mungkin tak masalah tapi kalo sampe empat kali lima ya sama dengan 20. Hahahah, canda.
Teringat saat masa-masa jomblo. Pertanyaan kapan nikah sudah menjadi santapan sehari-hari. Tak kunjung nikah disangka memiliki kriteria yang terlalu banyak dan tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan sepele tapi bikin overthinking dan tak jarang kadang bikin hati jadi ciut. Cuman ya gimana lagi, aku ngga punya kuasa atas ucapan orang lain.
Aku cuman bisa ngendaliin diri sendiri. Makin kesini makin sadar kalo sebenernya yang bisa nyakitin dan nyembuhin luka hati, ya diri sendiri.
Omongan negatif akan nyakitin kalo kita bersedia membuka pintu, telan mentah-mentah. Tapi kalo bodo amat (menutup pintu dari omongan negatif) maka selamat wahai diri kamu sudah bisa mengendalikan hati. Itu adalah imun terbaik dijaman ini wkwk.
12 notes · View notes
maharindu · 4 months ago
Text
Menarik Diri dari Kehidupan
Akhir-akhir ini merasa lebih tenang, memang masih ada gelisahnya tapi tidak secemas sebelumnya. Mulai merasa nyaman dengan tidak banyak berinteraksi dengan gawai, tidak cek sosial media, dan fokus dengan alam pikiran dan diri. Di tengah-tengah arus setiap orang ingin mengenalkan dirinya ke publik dengan berbagai macam branding. Justru mulai merasa nyaman ketika tidak dikenal siapapun. Proses ini memberikan refleksi yang sangat banyak. Bahkan saat tulisan ini ditulisa di jam 2 pagi, hikmah itu masih belum berhenti mengalir rasanya. Di saat arus kehidupan seolah menuntut kita untuk dikenal dengan ini dan itu, di saat yang sama banyak sekali kehidupan yang berjalan di tempat-tempat yang jauh yang tak kita kenal, di desa, di dalam gang, di tumpukan gedung-gedung, di jalanan, dan lain-lain. Orang-orang yang bekerja untuk kehidupannya, tidak dikenal siapapun, tapi hati mereka dicukupkan dengan ketenangan, mereka tidak takut miskin, mereka tidak dikhawatirkan dengan hujan yang deras diperjalanan karena tidak memiliki mobil, tidak bingung dengan AC yang mati karena mereka memiliki rumah untuk berteduh. Hati mereka dilapangkan dengan rasa cukup. Sementara sebagian kita gelisah dengan gaji yang cukup besar, apakah nanti cukup untuk ini dan itu. Bahkan di alam bawah sadar kita, kita dihantui ketakutan akan kemiskinan dan terus merasa kurang.
Di saat kita berpikir bahwa kita harus terus menerus bekerja untuk bisa menumpuk harta, memiliki uang yang cukup, kemudian nanti bisa memiliki lebih banyak kesempatan dan waktu luang. Ada orang-orang yang ditempat jauh dan tidak kita kenal. Di sebuah desa, di dalam kontakan, di pesisir pantai. Mereka yang memilih jalan untuk mengabdikan dirinya, memilih jalan yang tidak ada gegap gempita dan hitungan uang yang bisa membuat mereka kaya raya seperti tujuan yang sedang ingin kita capai. Mereka memilih jalan untuk mengajarkan ayat-ayat Tuhan di surau-surau yang lapuk, mereka membantu orang-orang yang tidak mereka kenal, dan banyak lainnya.
Di saat kita merasa bahwa kita harus sangat keras dengan diri kita sendiri agar kita bisa mencapai mimpi-mimpi, membuktikan diri ke orang lain yang meremehkan, menunjukkan bahwa kita ada dan layak diperhatikan. Kita lupa bahwa akhirnya tidak ada orang yang lembut dengan diri kita, karena satu-satunya orang yang kita harapkan bisa bersikap lembut ternyata sama kerasnya, ialah diri kita sendiri. Hingga akhirnya diri kita pun menjadi orang yang sama kerasnya ke orang lain, menjadi lingkaran setan yang tak berujung.
Kini kita sama-sama dewasa, melalui jalan yang kita pilih sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita mau berpikir sejenak pada apa yang sedang kita jalani? Apakah benar tidak ada hal yang harus dikoreksi? Jika jalan ini sangat menggelisahkan, apakah kita mau menjalaninya seumur hidup? Sepenting apakah tujuanmu sehingga di saat ini, bahkan kamu tidak pernah bersikap lembut ke dirimu sendiri? Apakah kamu yakin bakal ada umur untuk sampai ke tujuanmu? Kapan terakhir kamu berwelas asih sama diri sendiri? Orang yang selama ini hidupnya begitu keras.
430 notes · View notes
maharindu · 4 months ago
Text
Nasihat Hari Ini Ada satu nasihat yang benar-benar menjadi pengingat kita sebagai seorang muslim dalam menjalani kehidupan. Agar jangan sampai salah dan keliru dalam memiliki pandangan hidup. Allah telah menciptakan kebahagiaan hidup ada di dalam diri, bukan di luar diri. Sehingga ketika kita menyadarkan kebahagiaan, keberhargaan, ketenangan, keberdayaan hidup di sandarkan pada sesuatu yang ada di luar seperti uang, harta benda, jabatan, banyaknya jaringan, status sosial. Begitu hal-hal itu hilang atau kekurangan, maka hilang semua kebahagiaan, berkdayaan, ketenangan, dan keberdayaan tadi. Berantakan hidup kita. Betapa banyak narasi-narasi yang dibangun di atas trauma, di atas perspektif manusia bahwa agar kita tenang tentang masa depan, harus punya banyak uang. Agar berdaya, harus punya uang. Agar kita merasa bahagia, harus punya ini dan itu. Akhirnya kita menyandarkan semua itu kepada sesuatu selain Allah. Kita lupa bahwa Allah-lah Yang Maha Memberi Rezeki. Dan rezeki itu telah memiliki ketetapan dalam timbangan-Nya. Ketika ada hal-hal dalam hidup hanya dilihat dari mata rasionalitas manusia, logika-logika yang menjebak diri pada pemahaman yang terbatas. Hingga kita lupa bahwa cara hidup kita bukanlah tentang apa yang menurut kita benar dan baik, tapi apa yang menurut Allah benar dan baik. Memang sama sekali tidak mudah untuk bisa menerima semua sekejab mata, tapi mari kita berproses ke sana. Pelan-perlahan membuat hidup kita berjalan di atas landasan dan cara pandang yang tepat. Agar hidup ini lebih tenang, tenang di dunia sekaligus tenang di akhirat.
287 notes · View notes
maharindu · 4 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sore ini sambil menikmati sawah dan matahari terbenam, ku coba untuk berdamai dengan pikiran.
Belajar memasrahkan segala beban pikiran pada Allah Yang Maha Mengatur segala urusan. Tak perlu ikut campur urusan Tuhan, ranah manusia hanya pada ikhtiar dan doa.
Aku tau teori itu, mudah sekali lisan ini mengucapkannya tapi tidak dengan hati.
Ya Rabbi penguasa hati ini maafkan hamba jika terlalu ingin cepat-cepat menjemput hasil, padahal Engkau ingin mengajari kami tentang "sabar" dengan proses.
Kini doaku bukan lagi agar cepat-cepat dikabulkan.
Ampuni hamba Ya Allah... beri kami kekuatan untuk senantiasa bersyukur dan bersabar dalam menunggu dan menerima takdirMu.
Menjalani hidup dengan tenang dan yakin kalo Allah ngga akan ninggalin hambaNya.
50 notes · View notes
maharindu · 5 months ago
Text
Memandang Hidup Lebih Dalam
Hidup ini bergulir dengan jalan ceritanya, namanya takdir atau kita kenal sebagai Qada dan Qadar. Salah satu rukun yang perlu kita imani. Secara harfiah, bisa kita artikan jika kita tidak meyakini takdir kita sendiri = kita tidak beriman.
Keadaan kita saat ini, adalah yang terbaik. Masa lalu kita, darimana kita berasal, dari siapa kita dilahirkan, dengan segala dinamikanya, itu adalah yang terbaik. Memang susah sekali untuk meyakininya bahwa itu adalah yang terbaik, sebab saat kita menjalaninya saat ini rasanya jungkir balik, bahkan berobat rutin dengan antidepresan, dan sebagainya.
Tapi coba lihat lagi kehidupan kita ini, lebih teliti. Bagaimana selama ini rezeki kita dicukupkan, bagaimana selama ini kita bisa bertahan, bagaimana selama ini semua rentetan kejadian membuat kita belajar banyak hal. Dan semua hal yang kita miliki itu menjadikan kita seperti sekarang.
Mengimani qada dan qadar ini juga mampu membuat hidup kita lebih tenang, tidak mudah hasad dengan apa yang dicapai orang lain, tidak mudah iri dengan hidup orang lain, dan juga tidak mudah bersedih atas apa yang kita miliki. Karena semua ditakar dengan sangat baik, oleh Yang Maha Adil dan Bijaksana.
Kalau kita merasa kurang beruntung? Apakah memang keadaannya yang kurang beruntung, atau perasaan kita yang menciptakan rasa kurang beruntung karena membandingkan hidup kita dengan yang harapan kita atau dengan yang lain?
Kalau semua orang bisa memiliki rasa cukup dalam dirinya. Bumi ini takkan pernah kekurangan untuk mencukupi kebutuhan milyaran manusia. Tapi sekalinya ada rasa ingin lebih, lebih, dan lebih. Bumi ini takkan cukup untuk keserakahan.
340 notes · View notes
maharindu · 5 months ago
Text
Hal-hal yang kini sedang kuhadapi adalah hal-hal yang kusadari, pernah menjadi tulisan-tulisanku. Cara berpikir yang dulu kukira akan mudah diadaptasi, ternyata perlu diuji berulang kali dengan skala yang berbeda. Aku sangat menyadari bahwa apa yang sedang kuupayakan pasti akan ada ujiannya, hanya saja tak menyangka jika ujiannya mirip dengan beberapa tahun yang lalu, cuma apa yang perlu dikorbankan sebesar itu.
Perasaan berdebar, khawatir, cemas yang cenderung overthinking seringkali muncul. Hanya saja, kemampuan beradaptasi pada masalah seperti ini sangat membantu, sekalipun tetep deg-degan dan takut, tidak menghalangi untuk terus berjalan dan menjalani. Meski saat menjalani juga tidak mudah, penuh dengan kekalutan, itu tidak membuatku mengubah haluan. Karena yakin seyakin-yakinnya, di depan sana ada sesuatu yang tidak terduga. Ada hal yang aku tidak tahu tapi aku yakin itu hal yang baik.
Kadang, di hidup kita yang terasa semrawut ini. Di tengah engapnya berbagai macam kejadian, termasuk kekhawatiran pribadi terkait masa depan, finansia, dan segala macamnya. Keimanan kita yang terus meyakini bahwa saat ini kita berjalan di atas takdir adalah hal yang sangat berharga. Bahwa kita berjalan di atas rencana terbaik yang dibuat oleh Yang Maha Kuasa. Tidak ada hal buruk sama sekali dari apa yang sedang kita jalani, sekalipun kita mungkin melihatnya tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan.
Kemudahan kita untuk bersyukur juga hal yang sangat berharga. Agar apa yang sedang kita miliki saat ini, terasa lapang dan menenangkan. Orang lain mungkin telah memiliki rumah, kendaraan, dan segala hal yang tidak kita miliki. Tapi, memiliki apa yang kita miliki saat ini sebagai bagian dari takdir kita kemudian mensyukurinya, itu sudah lebih dari cukup.
Memiliki perasaan cukup, terasa sangat mewah saat ini. Agar kita khawatir berlebihan, tidak takut berkepanjangan, dan bisa memiliki keyakinan yang kuat bahwa kita memiliki Tuhan. Dia yang mengatur semua hal untuk jadi ujian sekaligus pembelajaran. Kira-kira, apakah kita akan lulus?
(c)kurniawangunadi
190 notes · View notes