maharindu
maharindu
MONOLOG
128 posts
Last active 60 minutes ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
maharindu · 1 day ago
Text
Yang hari ini mengatur takdirmu adalah Rabb yang sama dengan yang mendinginkan api untuk Nabi Ibrahim, yang membelah lautan untuk Nabi Musa, dan yang memperjalankan Nabi Muhammad dalam Isra' Mi'raj ke Sidratul Muntaha.
So, nothing impossible for Allah ♡♡
Selamat menemukan ketenangan dalam panjangnya doa dan riuhnya isi kepala :)
96 notes · View notes
maharindu · 2 days ago
Text
Sabar, satu per satu...
0 notes
maharindu · 4 days ago
Text
Tak perlu iri dengan cerita bahagia yang kamu temukan di media sosial. Bahagia itu tak perlu validasi dari orang lain karena bahagia itu soal ketenangan hati. Mari rayakan kebahagian dengan sederhana.
Tanpa kamu sadari mungkin senyummu adalah kebahagian yang ditunggu-tunggu oleh ibumu.
4 notes · View notes
maharindu · 5 days ago
Text
Lepas kendali, jadi kendala.
Salah satu doaku setiap solat adalah diberikan kekuatan untuk menjaga lisan. Karena saking ringannya, mungkin kita ngga sadar kalo ternyata itu menyakitkan buat orang lain. Dalam kondisi biasa saja sering terpleset, apalagi saat marah bisa saja lepas kendali.
Akibatnya? Kadang meninggalkan trauma bagi orang lain. Ya, mereka pasti akan merekam momen itu dan mengingatnya seumur hidup.
Lalu harus bagaimana? Kalau resep dari Bu Silmy adalah dengan regulasi emosi.
Regulasi emosi adalah proses seseorang menilai, mengelola, dan mengekspresikan emosi yang dirasakan dengan cara yang tepat.
Sebenernya islam sudah mengajarkan loh mengenai regulasi emosi.
"Jangan marah, maka bagimu surga" (HR. Thabrani dan shahih at-Targhib no. 2749)
"Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta'awudz: A-'uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang" (HR. Bukhari, no. 3282)
"Jika salah seseorang diantara kalian marah, diamlah" (HR. Ahmad, 1: 239)
"Apabila kalian marah dalam kondisi berdiri, hendakla dia duduk. Dengan itu marahnya hilang dan jika belum hilang, hendaknya ambil posisi tidur" (HR. Ahmad, Abu Daud, no. 4782)
"Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu untuk meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki." (HR. Abu Daud, no.4777)
Rasulullah memahami bahwa setiap manusia memiliki emosi, namun harus dikelola dan diterapkan pada tempatnya, sehingga tidak melampaui batas agar tidak menimbulkan bahaya, merugikan, dan menjadikannya sifat tercela. (hal. 40)
Ya pada akhirnya Allah lah yang menghadirkan berbagai macam emosi. Kita tidak bisa mencegahnya, tapi kita bisa belajar mengelola rasa tersebut.
Wahai hati, redakanlah amarah. Jangan biarkan diriku berlarut dalam kesedihan, ketakutan, dan kecemasan. Yakinkan aku bahwa akan selalu ada pelangi setelah hujan yang lebat.
"Belajar menenangkan diri adalah langkah awal dari perjalananmu menjadi muslim yang sehat mental." -BuSil
Tumblr media
13 notes · View notes
maharindu · 12 days ago
Text
Kita sering lupa bahwa setiap perjalanan itu ada ujungnya, ada titik berhentinya, ada waktu di mana kita telah sampai dan selesai dengan waktunya.
Kalaupun ada kesempatan berikutnya, suasananya pasti berbeda, pengalamannya tidak akan pernah sama.
Maka nikmatilah dengan penuh syukur untuk apa dan dengan siapa berjuangmu sekarang. Selagi belum sampai, selagi masih di perjalanan.
Karena ketika telah sampai, maka semua tugasmu juga ikut selesai.
—ibnufir
230 notes · View notes
maharindu · 19 days ago
Text
Pesan Untukmu
Tulisan ini mungkin akan segera menemukanmu, atau mungkin membutuhkan beberapa waktu, entah sehari, seminggu, sebulan, bahkan mungkin beberapa tahun kemudian.
Tulisan ini dibuat di 23 Januari 2025, sebuah penanda waktu yang mungkin bagimu adalah hari yang membahagiakan atau mungkin hari yang membuat sedih. Setiap orang punya ceritanya sendiri di tanggal yang sama.
Aku hanya ingin mengatakan kepadamu bahwa kamu telah berjalan sejauh ini, masih bertahan hingga saat ini. Meski pikiranmu berkecamuk, beberapa kali ingin menyerah, banyak sekali pertanyaan di kepalamu yang membuatmu sulit tidur, serta bingung menerka kemana dan seperti apa ujung dari jalan yang lagi kamu lalui. Bahkan beberapa di antaranya, ada yang sempat kepikiran untuk mengakhiri hidup tapi itu tidak dilakukan hingga saat ini. Bukankah itu hebat? * * * * *
Saat orang lain mungkin telah memiliki apa yang kita inginkan, mencapai apa yang kita harapkan. Sering kita bertanya-tanya, mengapa bagi kita jalan ke sana itu terasa sulit. Ada banyak hambatan, bahkan harus muter-muter. Kadang kita juga berpikir, kenapa untuk memahami sesuatu butuh waktu yang lama. Saat belajar hal baru, kita butuh waktu setahun, mereka sebulan sudah bisa. Kenapa semuanya terasa sulit buat kita? Bahkan saat mereka memiliki impian-impian, hal-hal di sekitarnya tak memberatkan. Mereka mendapatkan dukungan tanpa harus memikirkan tanggungan lain, seperti kita yang mungkin harus banyak berkorban untuk keluarga, saudara, bahkan diri sendiri.
Saat malam menjelang, pelan kita tutup pintu kamar dan sendirian. Pikiran kita terasa rumit, terasa sulit untuk melihat kenyataan bahwa menurut kita, kita belum mencapai apapun. Hal-hal yang jadi impian kita rasanya seperti khayalan saja.
Itu adalah pikiran yang membuat kita sulit bahagia.
Sementara di lain waktu, saat kita berkendara, saat kita bertemu dengan banyak orang di luar sana. Hidup yang menurut kita merana ini, ternyata adalah hidup yang begitu nyaman. Kita masih bisa berteduh saat hujan, masih bisa menikmati makan setiap hari, masih ada waktu untuk berselancar di dunia maya, masih memilik pakaian yang bisa berganti-ganti, masih punya waktu untuk mengaji, dan banyak hal lainnya.
Ahhh kadang hidup yang kita jalani ini, terasa sesak bukan karena apa yang kita miliki, tapi kita terlalu banyak memikirkan apa yang tidak kita miliki.
Rasanya, kita sebenarnya sedang diuji dengan ketakutan diri. Takut akan penilaian orang, takut akan kemiskinan, takut akan hilangnya kesempatan, takut akan umur yang semakin bertambah, takut salah memilih pasangan. Semua rasa takut itu seolah menjadi pemutus jalan antara kita dan masa depan. Sehingga kita terus menerus hidup di hari ini, dengan keadaan yang seolah tak pernah beranjak karena kita tidak pernah berani.
Tidak berani untuk kelelahan nmemperjuangkan impian, tidak berani untuk membuat kesalahan, tidak berani untuk membuat keputusan, tidak berani untuk menghadapi kenyataan, tidak berani untuk bertemu dengan hal-hal yang tidak sesuai ekspektasi.
Jangan-jangan jarak kita dengan tujuan hanya sejengkal, hanya saja butuh keberanian. Sementara kita terus menerus hidup dalam rasa takut seolah tidak punya Tuhan? * * * * *
Tulisan ini mungkin akan kamu temukan suatu hari nanti, entah kapanpun itu ditemukan dan kamu sedang tidak nyaman menjalani hidupmu sendiri? Coba lihat lagi, ada berapa banyak pilihan yang kamu miliki jika kamu berani? Sesuatu yang selama ini kamu berpikir bahwa kamu tidak punya pilihan. (c)kurniawangunadi
297 notes · View notes
maharindu · 1 month ago
Text
Belajar dari...
1. Hannah (Ibunda Maryam)
Ternyata jadi ibu ada proses spiritual karena perjalanannnya membawa kita lebih dekat pada Allah, terutama saat kita menyadari bahwa banyak hal yang berada diluar kendali kita.
Doakan anak secara spesifik seperti saat hannah meminta anak (untuk menjadi pengabdi Allah).
Latih untuk ikhlas menerima takdir Allah, saat itu hannah meminta anak laki-laki namun yang dikandungnya adalah anak perempuan.
2. Maryam Salamun 'alaiha (Ibunda Nabi Isa)
Menguatkan ketenangan dalam doa. Maryam menemukan ketenangan saat menyendiri dengan menyerahkan segalanya pada Allah.
Menerima takdir sepenuh hati.
Membatasi diri dari ekspektasi sosial yang tidak sehat seperti Maryam yang teguh di tengah berbagai stigma.
Keteguhan hati tidak bergantung pada banyaknya dukungan sekitar tapi dari kekuatan batin yang kita miliki (sumbernya dari Allah).
3. Ibu Nabi Musa (Ibu yang ridha menghanyutkan anaknya dalam aliran sungai)
Melepaskan adalah cara terbaik untuk melindungi dan menyerahkannya pada penjagaan Allah. Bukan berarti melepaskan karena tidak peduli melainkan bentuk kepercayaan penuh pada takdir Allah. Kasih sayang Allah melebihi kasih sayang ibu pada anaknya. Anak adalah titipan Allah bukan milik kita sepenuhnya.
Ketakutan berlebih akan membatasi ruang gerak anak.
Doa sebagai pelindung utama anak.
4. Hajar (Ibunda Nabi Ismail yang berjuang ditengah padang pasir dalam kesendirian)
Pada kesendirian yang paling dalam kita tetap bisa bertahan dengan kekuatan Allah.
Kita nggak perlu selalu memahami dan mengendalikan setiap situasi karena pertolongan Allah datang pada situasi yang tidak terduga.
Catatan : Review ebook Quranic Mom
Tumblr media Tumblr media
10 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Nggak Semua Suara Butuh Volume
Kita hidup di zaman di mana suara yang keras sering kali dianggap paling benar. Yang paling lantang, paling mencolok, seringkali paling didengar. Tapi sebenarnya, nggak semua suara butuh volume. Kadang, yang paling sunyi malah lebih dalam maknanya.
Pernah nggak sih kita ngerasa capek ngikutin hiruk-pikuk dunia ini? Semua orang seolah berlomba-lomba buat didengar. Entah di media sosial, obrolan warung kopi, sampai rapat kantor—semua pengen jadi microphone terbesar. Tapi di tengah riuh itu, kita kadang lupa, ada satu bentuk suara yang paling tulus: keheningan.
Kita nggak perlu selalu ngomong banyak-banyak untuk bikin orang ngerti. Ada kalanya silence speaks louder than words. Pernah lihat seorang teman yang cuma diem pas kita cerita tentang masalah kita? That silence—tanpa penghakiman, tanpa ceramah, cuma “aku dengerin, kok,” adalah bentuk suara yang paling nyata. Ketenangan itu lebih “nyentuh” dibanding ribuan kata motivasi yang klise.
Suara itu nggak melulu soal bicara. Actions speak louder than words, kan? Ada orang-orang di sekitar kita yang diam-diam selalu ada. Yang nggak perlu ngumumin ke dunia kalau dia peduli. Kita sadar nggak, kadang yang paling sunyi justru paling banyak berbuat? Kayak teman yang cuma bilang, “Sini duduk, kita nggak perlu ngomong apa-apa.”
Banyak orang lupa kalau jadi pendiam itu bukan berarti nggak punya suara. Justru, diamnya orang-orang kayak kita adalah pilihan. Kita diam bukan karena nggak mampu ngomong, tapi karena sadar, some things are better left unsaid. Ada energi yang lebih besar di balik keheningan—sebuah bahasa yang cuma bisa dimengerti sama hati yang tenang.
Noise doesn’t always equal significance. Kadang kita cuma butuh jadi kayak air yang ngalir pelan tapi mampu ngerubah batu yang keras. Kita nggak perlu teriak buat bikin perubahan, cukup konsisten dan tulus. Jadi pendengar yang baik, ngerespon dengan hati, atau sekadar senyum ke orang asing—hal-hal kecil ini nggak bersuara tapi “kedengeran” sampai ke jiwa.
Dunia udah cukup ramai. Bukan berarti kita harus nambahin kebisingan itu. Kadang, kita bisa jadi oase—tempat yang tenang di tengah hiruk-pikuk. Kita nggak perlu validasi kalau suara kita bermakna. Karena, pada akhirnya, suara yang tulus selalu bisa didengar, even in silence.
Kadang, yang kita perlukan cuma keberanian untuk diam—dan membiarkan perbuatan kita yang bicara.
176 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Refleksi akhir tahun, 2024
Dalam perjalanan panjang hidup ini, segala hal memiliki fasenya. Pun setiap fasenya, tidak bisa dipredikisi seberapa lamanya. Tetapi setiap fasenya, memiliki batas dan jatahnya, untuk dijalani dan dirasa cukup dengan apa yang ada.
Ada masanya menggalaukan jodoh, pun ada masanya legowo dengan kesendirian.
Ada masanya lelah sendirian, pun ada masanya merindukan masa ketika masih sendiri setelah berpasangan.
Ada masanya ingin sekali punya anak, pun ada masanya rindu masa ketika masih berdua.
Ada masanya mengkhawatirkan masa depan, pun ada masanya sampai di titik yang dulu dirasa tidak mungkin tergapai.
Ada masanya berdamai dengan masa lalu, pun akan ada masanya menerima dan memaafkan apa yang pernah terjadi.
Merasa cukup di tengah dunia yang bergerak cepat ternyata tidaklah mudah.
Merasa dewasa di tengah dunia yang serba penuh kompetisi dan egoisme ternyata tidaklah mudah.
Merasa tenang di tengah dunia yang bergemuruh dalam pikiranmu pun ternyata sama sekali tidaklah mudah.
Kita sedang berjalan, bersisian, berpapasan dan mungkin juga saling mengucapkan selamat berpisah dengan manusia lain seiring waktu.
Kita, yang seringnya merasa kuat tapi ternyata perlu dikuatkan.
Kita yang seringnya merasa cukup dengan keheningan, tetapi ternyata juga ingin sekali didengarkan dan diajak berbincang.
Kita, yang seringnya merasa baik-baik saja, ternyata juga perlu rangkulan kepedulian.
Perjalanan ini, seringkali memporak-porandakan hati kita. Tapi Tuhan yang selalu menjaga kita tetap bertahan. Dan, ternyata betul kata orangtua, bahwa yang mahal di kehidupan ini, bukanlah jadi orang kaya raya. Tetapi menjadi manusia dengan hati yang bersyukur, bagaimanapun keadaan yang sedang dijalani. 🥹 ya Allah, kuatkan kami dan lembutkanlah hati kami untuk mensyukuri banyak nikmat-Mu. Aamiin
17 Desember 2024 13.45 wita)
176 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Sungguh tak mudah berada di posisi ibunda Musa yang harus melarung bayi mungilnya ke sungai Nil. Ia berjuang melawan perasaannya sendiri demi menaati ilham dari Illahi.
Lalu Allah balas ketawakkalan Ibunda Musa dengan mencegah bayi Musa menyusu selain kepada dirinya setelah ditemukan dan diangkat anak oleh keluarga Fir'aun.
Maka perhatikan, begitu indah skenario Allah, bukan? Allah kembalikan bayi Musa ke pelukan ibundanya dengan sebaik-baik keadaan.
Dalam hidup ini, kadang kita diuji untuk melepaskan sesuatu karena Allah. Maka, pilihlah untuk selalu mengutamakan Allah.
Tenanglah, tidak akan kecewa siapa yang mengutamakan Rabb-nya.
Entah Allah ganti dengan sesuatu yang lebih baik atau Allah kembalikan lagi lewat skenario terbaik. Percayalah, semua itu sungguh mudah bagi Allah, semudah Allah mengembalikan bayi Musa ke pelukan ibundanya.
Tawakkal saja dan teruslah berbaik sangka, sampai Allah tunjukkan hikmah-hikmah terindah yang nanti membuat lisan tak henti mengucap syukur kepada Allah.
@rizqan-kareema.
82 notes · View notes
maharindu · 2 months ago
Text
Yang namanya bismillah dan bismirabbika itu bukan lagi sekadar melibatkan, tapi bergeraknya sudah atas nama.
Kita tidak membawa kehendak diri lalu kemudian meminta Allah turun tangan untuk memudahkan, tetapi kita (dengan bangga dan bertanggung jawab) memposisikan diri sebagai petugas, perpanjangan kehendak-Nya untuk melakukan hal-hal yang Dia ridhai.
Artinya kita menggunakan resource dan tools di dalam dan luar diri sebagai fasilitas dalam ketugasan tersebut.
"Ya Allah, hari ini aku pinjam ya mata dan telinganya untuk mengambil input yang dibutuhkan. Ya Allah, hatinya izin kupakai untuk memproses inputan itu ya. Ya Allah, tubuh, lisan, dan tangan ini, izin kupakai untuk bergerak dan berbicara menyebarkan cahaya-Mu ya!"
Betapa tenangnya bergerak "atas nama" sebab Dia akan menanggungjawabi hasil akhirnya. Kita hanya perlu menjalankan tugas sebaik mungkin (ahsanu amala), dengan sepenuh hati (wholeheartedly) dan segenap kemampuan (istitho'ah), tanpa terbebani oleh kegagalan atau kesempurnaan menurut ukuran dunia.
Ketika bergerak atas nama-Nya, kita tidak lagi terjebak pada ketakutan akan kekurangan diri, sebab yang bertindak bukan hanya kita, melainkan Dia melalui kita. Kita hanyalah sarana, alat dalam orkestrasi besar yang sudah diatur-Nya dengan presisi.
Diterima atau tidaknya usaha kita, itu urusan Dia. Apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak, itu kehendak-Nya. Yang terpenting adalah willingness dan effort kita, sejauh mana kita menyerahkan diri pada misi yang Dia titipkan.
Bukankah di situ letak indahnya tawakal? Menjadi hamba yang yakin bahwa ketika kita berjalan menempuh ikhtiar dengan membawa gagasan-gagasan langit, Dia pula yang akan membuka jalur-jalur langit sebagai pertolongan berlapis-lapis. Karena itu, kita tidak perlu ragu, tidak perlu takut salah, sebab tugas kita hanya satu: menjadi sebaik-baiknya pelaksana, seikhlas-ikhlasnya hamba, dengan sepenuh-penuhnya keyakinan.
— Giza, pada akhirnya, semua kembali kepada-Nya, sebab kita memang hanyalah milik-Nya.
375 notes · View notes
maharindu · 3 months ago
Text
Mahalnya sebuah "rahasia"
Bisa jadi malapetaka saat kita ngga bisa membedakan ranah privat dan publik dalam bermasyarakat. Hal privat jadi konsumsi banyak orang, hal publik malah disembunyikan. Aib disebar, ilmu disimpan.
Mampu membedakan ranah privat dan publik adalah hal yang mahal. Dan mungkin kalo aku punya temen seperti itu, privilege banget sih.
Al Quran pun mengajarkan dalam membedakan hal "privat dan publik". Allah memberikan akses semua orang untuk belajar ilmu-ilmuNya namun Allah juga membatasi pada beberapa hal. Salah satunya tidak menyebut nama asli pada kisah Firaun dan Abu Lahab, bahkan Allah tidak menyebut nama perempuan yang merayu Nabi Yusuf.
wallahu a'lam bishawab
6 notes · View notes
maharindu · 3 months ago
Text
Gagal jadi ibu karena lahiran sc
Eksekusi dari belajar adalah ujian. Begitupun kehamilan yang dianggap sebagai proses pembelajaran dan puncaknya sebagai ujian adalah persalinan. Para ibu sering dinilai berhasil atau tidaknya hanya dipandang melalui bagaimana cara bersalinnya.
Dianggap berhasil kalo lahiran secara normal dan sebaliknya. Jadi ngga heran kalo banyak ibu yang fokus sama tujuan "pokoknya harus bisa lahiran normal"
Standar keberhasilan ini kadang menyerang mental ibu pasca melahirkan wa bil khusus bagi ibu yang sc, insecure kalo ada yang tanya "lahiran normal atau sc" rasanya seperti gagal jadi ibu, luka sayatan belum sembuh sudah ditaburi luka hati.
Persalinan normal dan lancar tentu jadi idaman para ibu. Tapi ada nggak yang bisa njawab "adakah rumus paten agar persalinan dapat berjalan normal dan lancar?" Bahkan dokter obgyn pun hanya bisa menyarankan ini itu, tak bisa menjamin hasilnya.
Ikhtiar terbaik yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan jiwa raga untuk menghadapinya. Sekalipun ternyata ada ketetapan-Nya yang nggak sesuai harapan, jangan biarkan semua jadi sia-sia, tetaplah rida pada ketetapan-Nya.
Tidak ada ibu yang gagal dalam persalinannya, tetapi semua tentang bagaimana ia mempersiapkannya.
Allah tidak menilai hasil, tetapi soal bagaimana kita berproses pasti ada balasannya. Allah tak pernah menghisab kita untuk setiap ketetapan-Nya yang di luar ranah kendali kita. Namun, Allah menunggu dan kelak akan menghisab respons apa yang akan kita berikan terhadap ketetapan-Nya.
Maka, selalu luruskan niat. Hanya untuk mencari rida Allah adalah kunci keberhasilan segala ikhtiar agar bernilai dimata-Nya.
Tumblr media
5 notes · View notes
maharindu · 3 months ago
Text
Nak ...
Nak …
Sebenarnya, kamu tidak perlu terlalu risau apakah kami bangga atau tidak.
Orang tua mencintai anak-anak mereka tanpa syarat, karena hal itu adalah fitrah.
Tidak ada kegagalan atau pencapaian yang bisa mengurangi atau menambahkan rasa cinta kami.
Jika kamu butuh pertolongan, kami akan membantu sejauh yang kami mampu.
Jika kamu bahagia, kami akan berkali lipat lebih bahagia.
Karena itu, berbahagialah, Nak ...
Rayakan apa saja setiap hari.
Romantisasi setiap keindahan dan kebaikan yang ada di sekitar, sesederhana apa pun itu.
Kamu sedang mendaki jalan terjal untuk mewujudkan mimpimu. Tetapi jangan lupa, di tengah perjalanan ini, ada banyak pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan.
Sesekali, kamu boleh berhenti. Beristirahat sejenak sambil mengumpulkan energi, mempersiapkan diri untuk perjalanan yang terbentang panjang di depan.
Di waktu tertentu, kamu juga boleh menengok ke belakang.
Bukan untuk menyesali apa yang terjadi. Melainkan untuk bersyukur bahwa semua itu telah terlewati.
Bersyukur bahwa kamu, ternyata bisa sampai di titik ini.
156 notes · View notes
maharindu · 4 months ago
Text
Bu, Pak ... Setiap membuka sosial media, sepertinya semua orang hidupnya bahagia. Kenapa sepertinya cuma aku yang hidupnya begini-begini saja? Sehari-hari melakukan hal kecil yang tidak berarti apa-apa.
---
Nak ...
Kalau yang kamu maksud 'semua orang' itu adalah teman-temanmu, kamu beruntung karena punya teman-teman yang bahagia.
Tetapi, Nak... Setahu kami, orang-orang memang cenderung menggunakan sosial media untuk berbagi kebahagiaan.
Luka, kesedihan, kemalangan, biasanya disimpan sendiri. Atau diceritakan ke sahabat terdekat.
Kamu pun begitu, kan?
Memang tidak semua perasaan perlu diumumkan. Tidak semua kejadian layak dipublikasikan.
Dan benar, mungkin di antara temanmu ada yang terlihat keren karena melakukan hal besar. Bersyukurlah, kamu bisa terinspirasi dan belajar dari mereka.
Kamu enggak perlu berkecil hati. Karena Tuhan menyuruh kita berjuang sesuai kesanggupan.
Nak ...
Kalau kamu belum bisa melakukan hal besar, tidak apa-apa. Kamu tetap bisa melakukan hal kecil dengan kesungguhan yang besar.
248 notes · View notes
maharindu · 4 months ago
Text
Kenapa Bisa Menjadi Jahat?
Sepertinya benar, bahwa ketidakbahagiaan kita itu hanya ada di dalam pikiran, kenyataannya kita tetap memiliki makanan yang bisa dimakan, tempat tinggal untuk berteduh, masih bisa belanja, masih bisa membaca buku, masih bisa beribadah, masih punya kendaraan, dan banyak hal lain yang sangat layak untuk menjadi sebab syukur.
Tapi di alam pikiran, kita mengeluhkan hari ini. Menyimpan prasangka kepada orang lain. Memupuk rasa kurang saat melihat hal-hal yang tak kita miliki. Juga sangat rajin menilai diri sendiri tidak berharga. Bahkan tidak percaya dengan masa depan diri sendiri akan menjadi lebih baik. Lebih parahnya, berharap mati cepat karena dirasa itu akan meniadakan semua ketidakbahagiaan saat ini.
Kehidupan yang bergulir dalam aktivitas yang itu-itu saja, terus menerus, telah mematikan kepekaan kita terhadap pertanda. Beban pikiran yang tak kunjung berkurang, telah mematikan kayakinan dan optimisme diri yang pernah sangat menyala-nyala sewaktu kecil dulu.
Tanpa terasa, terbiasa mengeluh, terbiasa memaki, terbiasa mencibir, dan juga terbiasa menilai sesuatu yang didapatkan oleh orang lain sebagai sesuatu yang tidak layak mereka dapatkan, tak terasa mendoakan kecelakaan buat orang lain - hasad.
Jika kita akhirnya menyadari demikian, bolehlah kita peluk diri sendiri. Apa sebenarnya yang menyakiti diri hingga kita sejahat itu?
(c)kurniawangunadi
193 notes · View notes
maharindu · 5 months ago
Text
14 September 2024
Banyak cerita dan rasa yang sulit sekali diungkapkan melalui huruf abjad yang hanya berbatas 26 huruf.
Rasa sakit dan takut bercampur. Rasa sakit itu tak pernah kujumpai selama 25 tahun hidup, emang bener kata orang sakitnya is another level. Rasa takut menyeruak, ovt kalo tiba-tiba malaikat izrail ditugaskan menjemput jiwa yang masih banyak dosa ini.
Orang disampingku terus menguatkan dan mengingatkan untuk selalu berzikir dan istigfar.
Tiba-tiba terbayang ibuk saat melahirkanku, seperti ini kah rasanya? MasyaAllah seketika itu aku berjanji jangan sampe aku durhaka dan melukai hatinya. Mungkin ini salah satu alesan Rasulullah menyebut nama ibu hingga 3x saat ditanyai mengenai kedudukan seorang ibu.
Tiba-tiba terbayang Ibunda Maryam yang melahirkan dibawah pohon kurma sendirian, ngga ada yang nemenin seorang pun. Wah gila sih ini luar biasa bangettt. Apa kabar para ibu di Gaza yang melahirkan dengan alat seada-adanya.
MasyaAllah semua ada cerita, ujian, dan perjuangannya masing-masing. Tetap yakin bahwa semua pasti ada ukurannya.
Pukul 11.18 WIB
Samar-samar terdengar tangisan dari makhluk hidup lain. Lega, alhamdulillah masyaAllah semua atas izin Allah.
Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat hal yang menggembirakanmu (Shoidul Khotir 1/125)
Sabar, susah emang. Tapi ga ada salahnya selalu mencoba siapa tau dapet, yassarallah.
9 notes · View notes