#tameng manusia
Explore tagged Tumblr posts
Text
Al Jazeera Siarkan Ekslusif Video Pendudukan yang Gunakan Tahanan Palestina sebagai Tameng Manusia
GAZA (Arrahmah.id) – Al Jazeera memperoleh foto-foto eksklusif baru yang menunjukkan tentara pendudukan ‘Israel’ menggunakan tahanan Palestina sebagai tameng manusia selama pertempuran di Jalur Gaza. Gambar dari Al Jazeera menunjukkan seorang tahanan dipaksa masuk terowongan setelah diikat dengan tali dan kamera dipasang di tubuhnya, selain memaksa para tahanan untuk mengenakan pakaian militer…
View On WordPress
0 notes
Text
Selamat memperingati hari perempuan untuk kita semua yang luar biasa, yang biasa aja, yang capek dan segala polemik tentang keperempuanannya.
-----
Setara bagi aku adalah, samanya kesempatan untuk berekspresi dan mengaktualisasi diri di ruang publik bagi setiap manusia tanpa diskriminasi seksualnya. —@yhharahap
Setara adalah tentang mengabdi pada Tuhan. Menjalankan setiap peran, memberikan kebermanfataan, tanpa memandang titik kekuatan. —@coklatjingga
Menurutku setara itu bukan berarti kita harus sama dalam cara berpenampilan, tingkah laku dan sebagainya, tapi lebih kepada kesempatan untuk berkarya dan berkontribusi dengan pembawaan masing-masing. Bahkan kita juga memiliki kesetaraan dalam kesempatan dimuliakan di sisi Tuhan. —@penaalmujahidah
Setara menurut ku adalah saat hak keduanya sama-sama dianggap dan di penuhi. Tidak ada pemboikotan peran dalam masyarakat baik itu laki-laki maupun perempuan. Serta menghargai dan mengetahui apa itu harkat dan Martabat masing-masing. —@ceritajihan
Kita semua sama, diciptakan untuk beriman kepada-Nya. Masing-masing dari kita memiliki kesempatan untuk meraih mimpi yang setara. —@sitijubaedahputrimanguntur
Setara bagiku adalah ketika aku bisa merdeka memilih, bertindak, mengambil keputusan tanpa takut diskriminasi juga perasaan mendominasi maupun didominasi pihak lainnya. Setara sebagai hamba dengan pemaknaan syariatNya. —@tulisanmimi
Perempuan berhak punya ruang yang bebas dan mendapatkan kesempatan untuk berekspresi tanpa diskriminasi apapun terkecuali yang melakukan penyimpangan dan merugikan khalayak umum maupun negara. —@aisyatulr
Berbicara tentang setara, kacamataku menolak kedudukan yang sama. Bagiku setara adalah mengerti kodrat masing-masing gender. Perempuan berpendidikan tinggi harus mengerti bahwa iya tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki, tapi untuk mengimbangi laki-laki sebagai pendamping yang menyeimbangkan. Laki-laki di tuntut menjadi imam juga bukan untuk menginjak-injak perempuan, melainkan menjadi tameng dikala lemahnya perempuan naik kepermukaan. Jadi setara, adalah ada pada porsinya masing-masing. —@laannisa
Dan sesungguhnya perempuan sama berdayanya dengan bekerja ataupun berada di dalam rumah tangga. Lewat berbagai peran tangguh yang diemban, ia tetaplah seorang Perempuan. —@midnight-thought-and-daydreaming
Sama tak harus serupa. Kurasa maksud dari setara adalah sama-sama berperan untuk dapat mencipta harmoni. Jika kaum adam merakit balok kayu menjadi meja makan, maka para hawa menyulap bentangannya dengan vas bunga menawan juga hidangan lezat. —@rhmandina
Ruang Puber, 08 September 2023
61 notes
·
View notes
Text
"Kamu adalah apa yang kamu baca, kamu dengar, kamu lihat..."
Kita dah sering banget denger kata-kata itu. Ternyata emang ya, betapa kita benar-benar harus merhatiin input yang masuk ke diri kita. Pada dasarnya manusia itu peniru. Satu sama lainnya saling mempengaruhi. Makanya kenapa Rasul bilang tentang carilah teman yang baik yang diibaratkan seperti tukang penjual parfum. Teman jadi salah satu pintu input kita juga nantinya.
KKN's life menyadarkanku kalau ada yang lebih susah dibanding menjaga pandangan. Apa tuh? Blocking what we hear. Kalo urusan sama 'apa yang kamu lihat' kita bisa secara sadar memalingkan muka kah atau gimana. Tapi kalo urusan 'apa yang kamu dengar' susah woy. Kita gabisa tiba-tiba nutup telinga buat nolak suara-suara buruk. Suara buruk ga tuh wkwk. Tapi semoga tetep bisa sih, kinerja saraf pendengaran tetep terhubung ke otak yang bakal mengolah semuanya. Otak tuh bakal nyesuain sama segumpal daging yang katanya baik, maka akan baik juga semuanya, berlaku juga sebaliknya. Well, kita sih yang harus tetep menjaga hati (qolbun) nya tetep baik sebagai tameng dari segala pengaruh eksternal.
Poskoku tuh nyaris 24/7 full musik. Gabut dikit musik, masak musik, makan musik, bahkan ke kamar mandi harus bawa hp buat nyetel musik. You know like, it's not me at all. Di bagian ini aku gabisa ngeinterupsi sih. Endingnya aku juga jadi pendengar pasif yang mau gamau dengerin dan aku tipe yang menghayati tiap lirik lagunya. Aku heran, kalo kayak gitu kapan tafakurnya. Dengerin suara alam yang lebih nenangin daripada morning playlist koplo, kayak gemerisik bambu, piyakan ayam, motor yang jarang-jarang lewat. Aih, kalo dipikir-pikir aku jadi mirip Kiri di Avatar.
Selain itu, cara temen-temenku khususnya yang cowok untuk membuat suasana cair tuh sulit brow. Kalo ga dikit-dikit misuh, dikit-dikit nganu. Walaupun mereka misuh bukan dalam rangka misuhin orang lain. Tapi cara mereka ngomong kata-kata itu jadi terngiang-ngiang di kepalaku, yang kalo aku diem dikit jadinya keinget dan tiba-tiba nyebut sendiri pas lagi sendirian. Sulit sulit.
Ya Allah lindungi Baim Arin, Ya Allah
Morning vibes || Sabtu, 13 Juli 2024
6 notes
·
View notes
Text
Kita Hanya Terluka, Kita Mencoba Melindungi Diri
Akan ada situasi di mana kita terjebak dalam lingkaran saling menyakiti. Ironisnya, niat awal sering kali bukan untuk melukai, tapi melindungi diri. Rasa sakit yang membekas dan ketidakamanan yang mendalam mendorong lahirnya tameng tak kasat mata. Kita membawanya kemana saja dan siap untuk mengeluarkannya pada waktu tertentu—berharap itu bisa menjaga jarak dan melindungi diri kita dari rasa sakit yang pernah kita rasakan sebelumnya. Tapi kita lupa, kalau yang punya luka—bukan hanya kita—orang lain juga. Seperti kita, mereka juga punya kecenderungan untuk bertahan dan menjaga jarak dari rasa sakit yang pernah mereka rasakan sebelumnya.
Katakanlah kita terlibat pertikaian dengan seseorang yang kita cinta. Pada dasarnya, pertikaian itu bukan karena kita membenci, tapi karena kita merasa takut dan tidak aman, lalu perasaan itu mendorong kita untuk melindungi diri—mungkin dengan memasang batasan atau menghindari konflik. Namun, entah bagaimana, kita justru berakhir menyerang dengan bentuk yang beragam; seperti berteriak, berkata kasar dan tajam, bersikap dingin, menyalahkan pasangan secara besar-besaran, dan lainnya. Pasangan kita yang juga membawa ketakutannya sendiri, turut merasa tidak aman, kemudian merespons serangan kita dengan balik menyerang. Ketakutan dan rasa tidak aman menjadi alasan di balik setiap tindakan, dan pertahanan diri berubah menjadi serangan tanpa kita sadari. Begitulah pertempuran tanpa akhir dimulai. Kita terperangkap dalam siklus yang tak berujung.
Tapi apa yang terjadi jika salah satu saja dari kita tidak mengeluarkan tameng? memutuskan untuk tidak melawan, tidak menyerang, tapi membuka hati kita sedikit saja? Awalnya, ini mungkin akan tampak seperti tanda kelemahan, tapi di balik tindakan itu, ada kekuatan yang jauh lebih besar—kekuatan mengakui bahwa kita semua terluka, bahwa kita semua hanya mencoba bertahan. Kita semua hanya ingin merasa aman, dicintai, dan dimengerti.
Jika saja kita mau melihat ketakutan di balik kemarahan orang lain, kita mungkin bisa menemukan jalan untuk saling memaafkan, bukan dengan melupakan, tetapi dengan memahami bahwa di balik setiap luka ada cerita, dan di balik setiap cerita ada manusia yang sama-sama berjuang.
Kebaikan dan empati adalah bentuk perisai terbaik. Untuk melindungi diri, kita harus belajar membuka diri; untuk berhenti menyakiti, kita harus berani untuk tidak melawan. Pada akhirnya, itulah satu-satunya cara untuk benar-benar melindungi hati kita—dengan melihat hati orang lain.
2 notes
·
View notes
Text
Mengontrol Pikiran untuk Positif
"Kita adalah apa yang kita pikirkan"
Mantra ini bisa menjadi tameng agar manusia selalu memikirkan hal-hal baik, positif dan dijauhkan dari segala pikiran buruk.
Pikiran-pikiran manusia tentu saja beragam sekali. Apalagi dengan berbagai sumber, landasan, sebab, akibat dari apa yang didengar, dilihat, dirasa, juga dialami secara langsung.
Dari semua itu, kita perlu mengingat bahwasanya kita tak bisa mengontrol pikiran orang lain terhadap kita. Tapi kita bisa mengelola, mengontrol, juga mengolah pikiran kita terhadap orang lain dan sekitar.
Dan ini cukup untuk menjadi modal untuk selalu bisa mengelola pikiran, juga berusaha selalu mengajak pikiran untuk terus positif.
Pun aku selalu menekankan agar pikiranku terus positif karena itu juga yang kuharap dari perlakuan lingkungan terhadapku. Ya karena apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai kan. Walaupun kita ga boleh berharap berlebih, hehe
Semoga bisa selalu menjernihkan pikiran tentang hiruk piruk dunia luar. Setidaknya agar diri sendiri menjadi damai dan tenang. Tidak merespon semua yang ada dengan brutal.
Sedang gak mood nulis check😂
#tautannarablog6 #day8
6 notes
·
View notes
Text
Lelah
Merasakan lelah merupakan hal yang sangat wajar. Sebagai manusia, kita pasti pernah merasakan lelah dalam hidup karena banyak aktivitas yang sudah dilakukan atau banyaknya hal yang dipikirkan. Tapi, apakah lelah bisa dengan mudah hilang setelah kita beristirahat? Sayangnya tidak.
Terkadang, rasa lelah terus menghantui diri meskipun sudah beristirahat. Lalu, apa yang harus dilakukan jika mengalami hal itu? Kalau jaman sekarang, banyak orang yang sering mengatakan "HARUS HEALING!" yang artinya liburan. Mengambil waktu libur sejenak, meninggalkan kesibukan sehari-hari yang memuakkan, melupakan keriuhan di kantor.
Namun, apakah pergi liburan akan cukup ampuh menghilangkan lelah? Mungkin iya, mungkin tidak. Kebanyakan orang akan merasa lebih "hidup" dan bersemangat ketika sedang pergi liburan karena tidak harus berkutat dengan kepusingan duniawi yang tiada henti. Tapi ketika hari berlibur sudah selesai dan dihadapkan dengan kenyataan bahwa esok adalah waktu untuk memulai kembali hari-hari memusingkan, rasa lelah biasanya kembali. Ditambah rasa lelah sehabis menikmati waktu berlibur, biasanya akan semakin malas memulai hari baru.
Pergi berlibur memang menyenangkan. Aku sendiri pun kadang ingin melakukannya. Namun sayangnya, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk berlibur. Entah karena tidak ada waktu yang tepat, tidak ada biaya yang cukup atau hal pribadi lainnya. Kalau sudah begitu, aku sarankan untuk bisa memahami dahulu apa yang benar-benar dibutuhkan diri sendiri untuk menghilangkan lelah. Karena.. Ada beberapa orang yang bisa merasa lebih baik hanya dengan memperbaiki jam tidurnya. Ada juga yang merasa lebih baik dengan berkumpul bersama orang terkasih. Atau mungkin hanya dengan menonton film/serial seharian.
Rasa lelah itu akan selalu ada selama kita masih hidup. Jadi, kita sendirilah yang harus secara cermat mengatasinya agar tidak mengganggu hidup kita karena seringkali rasa lelah dijadikan tameng untuk bisa bermalas-malasan. Itu tidak baik tahu! (**berbicara pada diri sendiri**)
#descaperoom#menulis#tulisan#bahasa indonesia#cerita#lelah#melelahkan#capek#self reminder#tired#like
11 notes
·
View notes
Text
Yakin sudah merdeka?
Dalam rangka menyambut kemerdekaan dengan pemaknaan yang lebih mendalam. Tentang, apa sih merdeka itu? Yakin kita sudah merdeka? Terlebih dalam koridor pedoman yang perlu diterapkan.
...
Dalam filsafat islam, Dr. Faiz menyebutkan ada dua makna kemerdekaan berdasar pemaknaan dalam bahasa arab.
(1) Istiqlal, freedom from
(2) Hurriyah, freedom for
Dari kedua term tersebut, yang seringkali tampak lebih susah untuk dipraktikkan adalah, kemerdekaan hurriyah, karena di dalamnya, kita perlu memikirkan secara lebih matang, kita merdeka untuk apa sih sebenarnya. Apa saja pedoman yang perlu kita tuju untuk mencapainya. Berikut 3 pedomannya
1. Ta'alluq, mengisi kemerdekaan dengan menyambungkan hidup hanya pada Allah, yang berarti manusia secara sadar, ridho menjadi budak Allah. Bagaimana mengacukan secara terus menerus kehidupan, hanya untuk Allah.
2. Takhalluq, mengisi kemerdekaan dengan budi yang mulia, akhlaq. Tentu ini sangat beririsan dengan sudah sejauh mana manusia mampu melawan penjajahan dari manusia kepada manusia itu sendiri, penjajahan oleh hawa nafsunya, yang Rosul SAW pun sempat mengingatkan tentang betapa melawan hawa nafsu adalah jihad terbesar bagi manusia.
3. Tahaquq, tentang bagaimana manusia perlu merdeka dengan menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Dengan kata lain, ngga omdo aja, praktik adalah kuncinya.
---
Semua pedoman adalah dasar, yang selintas terpikir adalah, terkait pedoman takhalluq, tentang akhlaq, dan hawa nafsu yang terkadang masih dinormalisasi oleh diri kita. Yang kemudian menjadi reminder adalah,
Sudah seberapa merdeka kita melawan hawa nafsu? Bukankah ia penjajah tertangguh, punya kekuatan super yang setiap saat siap berlabuh? Sudah seberapa besar tameng kita untuk melawannya?
Karena sebagaimana akhlaq adalah pondasi. Menjadi merdeka dari hawa nafsu sudah seperti kunci untuk membuka kemerdekaan2 lain yang menjadi hak kita sebagai manusia di bumi ini.
#17agustus2023
7 notes
·
View notes
Text
Semoga Ada Bara Yang Tersisa
Banyak hal terjadi, tak tahu kenapa kumerasa ada yg aneh. Ketika aku panas malah disuguhkan api. Sakit sekali kepala ku melihat isi bacaan yg tak seharusnya kamu lanturkan ke orang lain. Ini belum seberapa tak tau bagaimana tutur katamu disana. Ya semoga
Politrik dari feast sudah rilis. Shhh lagu aneh tapi sangat menggambarkan realita saat ini. Sama seperti liriknya, kritik dikemas dengan cantik. Aku siap dikritik tanpa harus peduli apa dan siapa. Who fucking care about that?
Sudah waktu untuk pulang tapi terhalang kendaraan mangkrak, sialan. Untung saja sudah menerima upah. Tapi lucu sekali bray. Wkwkwk kok bisa tiba tiba mati ya anjing. Wajarkan saja. Semua yg hidup, tanpa diapresiasi bisa saja akan tiba-tiba mati.
Malam ini susah tidur lagi. Entah apa yg dipikir seperti ada sesuatu tapi bukan sesuatu di jogja. Dingin sekali jir, tapi dikamar ini terasa sangat panas, sepanas hatiku melihat itu lagi. Seperti anu rasanya nok kle cih.
Membeli kan mu ikat rambut baru, tapi jarang mu pake. Entah karna jelek atau sesuatu, aku ga tau. Tapi ketika mengangkat ikat rambutmu jariku tak juga kuat, berat sekali, seribu ton, sungguh janggal.
Berdoa dikala ingat, disapa dikala ingat, ditanya dikala butuh, ahh sudah biasa. Seperti bukan apa, tapi sudah ku jadikan alasan kuharap kau juga begitu. Bergumam kau sambil berbohong ku sudah tahu semua, mata cantikmu tak bisa berbohong.
Ahh bisa saja, nonton pentas sihir asik juga euy, walau Setlist nya kurang. Tapi kunikmati tiap lirik nya. Tapi ada manusia kontol didepan pagar sangat merusak mood jir, ga ngotak si kontol. Bukan masalah kunikmati selagi bisa. Berteriak sampai tenggorokan menyerah bukanlah jadi alasan untuk berhenti bernyanyi.
27 Juli ya, ada sesuatu yg aku ketahui, sakit sekali bung, ahhh terlalu banyak rahasia terjadi, banyak kecurangan, tapi sayang… Sulit ku ucapkan, tapi kenapa harus ini. Berbohong lah sesuka hati. Jangan jadikan mental health sebagai tameng penguras air mata.
Ada masalah apalagi hari ini, aman aja. Asal berbohong kita semua tenang (sementara). Masih saja serupa. Pertama tidak kapok, kedua mulai menjadi jadi, yg ketiga comingsoon. Padahal sudah yakin akan terulang tapi saja mengobati, itulah aku.
Tapi tenang, aku punya Danger sense yg akurat, sudah 2 kali, eh apakah tiga kali? Mungkin banyak kali tapi aku tak tau, hanya pura pura tak tau. Padahal tau semua, kencang tanganmu membuang pesannya. Kencang tanganmu membalas pesannya, pesanku kau abaikan seperti aku seorang villain.
Kalau takut terbakar jangan main api. Tapi kalau ada api pasti ada asap. Mungkin bisa dipadamkan dengan air, tapi air akan membuat api itu menari dahulu baru padam, setelah air hilang, api juga hilang, tapi panas tetap terasa disekitar. Tidak bisa menyembunyikan api.
Aku adalah arsitek just kidding, tapi aku juga paranoid parah, yg ini bukan kidding. Tidak bermaksud playing victim, tapi aku pernah merasakan kehilangan karena di duakan dengan alasan tidak jelas, itu sudah berlangsung cukup lama, apalagi kita yg baru saja memulai perjalanan. Tapi tidak mudah merubah seseorang, jadi biarkan saja. Aku harap masih bisa marah bersama. Selamanya.
Bangsat ternyata sudah pagi, kemana saja aku dari tadi? Ternyata aku terlelap. Ahh bisakah tidak anda mengerti aku? Jangan cuma minta di mengerti kalau belum bisa mengerti orang lain. Anda bilang aku tidak pernah ngertiin anda? Coba lagi lihat kebelakang. Apa yg pernah kamu lakukan padaku, lihat respon mu, jujur saja, banyak yg menghilang darimu kepada ku. Dengan alasan kita sering berantem, dengan alasan capek, siapa yg tidak capek? Apalagi saat anda membanggakan temanmu, itu hanya cover depan saja, cobak lah lihat sekitar baru kamu mengerti.
Skihsabgeka. Anda ga pernah ngerti perasaanku, ga pernah peduli sama itu, tapi aku merasa tergantikan dengan dia, hahaha,. Danger sense ku tidak pernah salah. Tapi wajar saja aku kalah dengan orang yg selalu ada disampingmu, aku banyak kurang, tidak good looking, tidak baik, tidak kaya, aku nyusahin, aku menghalangi semua, aku parno. Andai saja aku bisa lebih baik sepertinya kamu tidak akan melakukan itu dari yg pertama sampai yg sekarang. Maaf aku membosankan, tapi jujur sakit, kamu merusak janjimu, janji palsu. Disaat aku lagi cemburu bukanya di yakinkan malah di suruh mengerti. Janji palsu.
Tidak ingatkah kamu dengan janji mu? Biarkan lupakan saja, aku tidak sepenting itu untuk diingatkan. Benar katamu, tidak semua tentang cinta, tidak semua tentang aku. Aku saja yg ber ekspetasi lebih. Mulai sekarang aku tidak akan menuntut apapun lagi. Sekarang kamu bebas. Kamu berhak atas dirimu sendiri, aku tidak berhak mengatur sampai sana. Aku sudah terlanjur, biarkan saja aku seperti ini. Lelah rasanya dibohongi terus, berlindung dengan air mata, aku pun juga begitu.
Maaf saja aku sudah habis, sekarang aku mulai menyembuhkan diri ku sendiri, semoga aku kuat. Semoga aku bisa bertahan. Aku tidak tahu apa yg harus kulakukan lagi. Aku panik, sesak, bangsat. Aku takut kamu membohongi dirimu sendiri. Tapi kamu sudah melakukannya. Aku bingung, sialan.
Andai saja kamu tidak bertemu denganku seperti nya hidupmu akan jauh lebih baik, ya kan? Maaf saja, aku tidak percaya dunia, diluar dari kasir ku. Sudahlah, biarkan saja menjalar sadrah. Aku menderukan derana. Tapi banyak hal aneh, kamu meminta kepercayaan, tapi kamu merusak kepercayaan ku. Dunia benar" Jahat. Tapi Tuhan itu masa adil, Tuhan maha asyik, Tuhan maha dari segala maha.
Suatu saat kau pasti mengerti apa yg kau tanam itu yg kau tuai. Sama saja karma polish.
Sekian terimakasih
Selamat/sukses
1 note
·
View note
Text
Hai Diri !!!
Huft, rasa-rasanya ingin sekali aku bercengkrama berdua dengan diriku sendiri. Hanya berdua dan jangan ada yang mengganggu obrolan kami. Karena saat ini yang aku butuhkan hanyalah nasehat dari dalam diriku sendiri. Bukan aku tak butuh orang lain, tetapi sudah banyak nasehat yang aku terima yang sebatas teori belaka tanpa ada aksi setelah nasehat itu sampai padaku. Maka, aku coba menasehati diriku untuk diriku.
...
Hai diri !!! sepertinya sudah lama kita tidak bercengkrama akrab. Maaf jika selama ini aku mudah melupakan sosok mu yang maya itu. Selama ini aku terlalu egois dan hanya mementingkan kepuasan diriku sendiri tanpa mendengarkan nasehat-nasehat yang telah engkau sampaikan jauh-jauh hari. Kau tau, akhir-akhir ini aku tidak begitu baik. Hatiku sepertinya mulai terasa kering sehingga mudah untuk dipecah-pecah oleh berbagai macam masalah yang ada. Tidak sampai situ saja, pikiranku saat ini tidak bisa aku kendalikan lagi. Sebab, ia terbang jauh tanpa tau arah mana yang akan ia tuju. Huft, sangat melelahkan ternyata wahai diri.
Sebenarnya, saat ini aku sedang berdebat dengan pikiranku dan yang memulainya adalah diriku sendiri. Entah mengapa, rasanya ingin sekali aku menyalahkannya. Karena aku tidak bisa menerima banyak kenyataan yang terjadi pada diriku kemarin dan hari ini. Akhirnya, aku mencari kambing hitam yang mana barangkali emosi yang sudah terpendam lama ini bisa ku luapkan sebanyak-banyaknya. Tetapi aku salah. Ternyata ia lebih hebat dari yang aku duga. Setiap perkataan ku langsung dibalas kontan oleh dia. Aku terus mencari cara agar bagaimana dia bisa mengalah dan mengaku salah. Dan lagi-lagi, dugaanku keliru. Ia lebih hebat dari diriku. Akhirnya aku kalah dan pikiranku terbang bebas ke luar dari dunia sadarku. Malang sungguh nasibku, wahai diri.
Jujur saja, realita ini membuatku menjadi orang yang penuh pesimisme. Aku menduga masalah awalnya bersuber dari diriku sendiri. Aku tau selama ini aku saaaaangat jauh dari sangkaan, ucapan maupun perilaku baik. Lagi-lagi aku tak ingin mengakuinya. Jadi wahai diri, tolonglah diriku agar bisa berdamai dengan pikiranku.
Tidak hanya pikiran, hatiku saat ini juga tak baik hubungannya denganku. Awalnya, aku tidak ingin melibatkan ia ikut campur terhadap urusanku. Sayangnya, pikiranku mempengaruhi ia (hati). Sama dengan pikiran, hati yang biasanya selalu melempar senyum baik di waktu lapang ataupun sempit. Baik saat aku kelelahan ataupun sedang bersantai. Tetapi tidak untuk sekarang, sebab ia juga mulai menjauh dari sisiku. Selain karena dipengaruhi oleh pikiran, ia juga sensitif dengan hal-hal yang melibatkan dirinya. Terutama masalah asmara. Padahal, selama ini aku tidak begitu peduli dengan asmara-asmiri. Di tengah gempuran nikah di usia muda, aku selalu memasang tameng agar diriku tidak mudah diperdaya oleh musuh kita bersama, setan. “Sepandai-pandainya melompat akhirnya jatuh juga”. Begitulah peribahasa yang sangat relate dengan kondisiku sekarang. Sepandai-pandainya aku membentengi diriku dari masalah asmara ini, akhirnya aku luluh sendiri. Ternyata selama ini si hati tidak begitu kuat walaupun dari luar tampak tidak ada masalah. Benarlah, hati itu mudah berbolak balik. Jadi, wahai diri. Bolehkah sekali ini aku bercerita panjang lebar denganmu? Seenggaknya aku memiliki teman yang selalu bersedia ketika aku butuh tempat berkeluh kesah. Karena jika dengan manusia lainnya, aku tidak begitu percaya lagi. Sudah terlalu sering aku diacuhkan dan ditinggalkan begitu saja. Ya, semoga saja jika aku bercerita denganmu, segala beban ini lepas perlahan dari pikiranku. Selepas itu, aku juga bisa tersenyum kembali dan dirimu menjadi juga akan tersenyum juga, bukan? Everything is gonna be okay, myself :D
2 notes
·
View notes
Text
Sementara Kita Dan Bisik Realita
Sementara suatu waktu, aku berharap kabar
Dari seorang manusia yang perlahan pudar
Entah, aku terburu untuk mengetahui
Perjalanan hidup dalam waktu terkini
Sungguh, sekilas pertama mata membaca
Setiap gerak gerik pesona tersedia
Sehingga perlahan cita itu ada
Selaras dengan kelembutan romansa
Bagiku, kau adalah definisi destinasi
Entah, terlalu dini ataupun mantra berseri
Mantra terpanjat, ia deras, ia tetap menari
Diatas semua ekspektasi
Pertemuan kita sebatas waktu
Namun memori tetap terpatri
Mendengarkan semua kata terucap
Kau, masih dalam doa semua harap
Aku ingin menjadi api dalam setiap dingin
Sementara sore begitu riuh
Aku ingin, engkau tetap ingat
Atas semua detik waktu bersamaku
Saat ini, aku pun masih bersemangat
Untuk menerima dan memahami cerita hangat
Dari seorang yang ingin aku kenal dekat
Laju romansa perlahan cepat
Begitu peduli kau akan kisahku
Begitu juga ku hayati bisik hatiku
Berpadu menjadi satu
Kamu dan aku, akan tetap bersama
Dalam setiap bagian amigdala
Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh
Aku hanya menjadikan hidup sebagai kapal
Dimana aku nahkoda, dan kau menjadi prioritas
Andai itu bisa, semoga
Dalam setiap mantra, namamu akan aku coba sebut
Semoga nanti aku mendapat berkat
Agar aku masuk palung hati
Dan tak akan pernah kembali
Menahan gejolak hati dalam menghadapi persona wajahmu
Selayaknya pasukan Troya melawan Yunani
Mungkin kalah mungkin menang
Namun harapan itu tetap ada
Seperti kau yang setiap hari menyerang pikiranku
Tanpa tameng dan senjata
Aku menyerah
Masih kupandang imaji tentang kau
Terucap doa terbaik
Dan persembahan setiap laku
Terima kasih, hidupku berwarna
Jika memang pada saatnya nanti, aku kalah
Aku ikhlas
Namun, aku masih menyimpan impian
Untuk memenangkan pertempuran
Aku mengerti betapa besar perbedaan kita
Dan asumsi serta bekas bekas sugesti dunia
Aku yakin aku mampu
Untuk membawamu setangkai bunga sebelum fajar
Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat utuh
Agar aku lebih bisa lama bersamamu
Tolong ciptakan aku sebuah makna
Agar aku lebih bisa memahamimu selamanya
F, knowing you
3 notes
·
View notes
Text
Menuangkan air dan menumpahkannya adalah proses yang sama namun terlihat sebagai suatu hal yang berbeda, dampak dan konsekuensinya pun berbeda, membiarkan diri terlena akan waktu dan menjalaninya dengan penuh upaya pun tak merubah sifat waktu yang terus bergulir, menjalani hari dengan penuh fokus pada apa yang dilakukan dengan fokus pada apa yang orang lain katakan pun sama-sama tidak mengubah sifat lelahnya berubah menjadi ringan, namun ada sifat kenikmatan yang berubah
Nikmatnya lelah karena fokus pada upaya kita sendiri, dan karena fokus karena omongan orang lain akan berbeda. Makannya omongan orang lain itu seringnya omong kosong yang ngga perlu di dengar secara berlebihan wkwk
Waktu terus berjalan, usia sekarang sudah menginjak kepala dua, kalau kata bang amar ar risalah usia kepala dua sudah bukan lagi waktunya menunda-nunda, namun ngga gampang memang melakukan sesuatu serba "pas" tanpa menunda, butuh kemauan yang kuat buat bergerak. Mungkin salah satu golongan raja terakhir atau bos besar yang harus di taklukkan oleh manusia-manusia berkepala dua selain diri sendiri adalah prokrastinasi, basi, klise emang cuma ya begini realitanya.
Suasana pikiran dan hati seringnya berubah-ubah dalam menghadapi suatu persoalan, omong kosong orang lain yang seringnya mengkoreksi secara berlebihan apa yang kita sampaikan terkadang bisa kita hadapi dengan riang dan jenaka, terkadang bisa juga membuat kita jengkel bukan kepalang. Namun, sebenarnya yang kehidupannya sedang kosong adalah orang yang terlalu banyak mengkoreksi apa yang di bicarakan oleh orang lain atau orang yang memikirkan kenapa orang suka sekali mengkoreksi apa yang dia bicarakan? Kalo kata charlie puth "that's hilarious". Wkwk
Menyampaikan suatu hal secara random seperti diatas ada baiknya juga, daripada mengkonsumsi kefanaan belaka yang bertebaran di medsos dengan penuh struktur yang rapih dan begitu ciamik, mendingan menuangkan ide atau hal random secara acak namun otentik, ah bicara soal otentik di masa kini sudah sangat sulit, apa apa serba gimmick, oiya kita beralih ke hal lain yang menarik..
Aku lupa dimana mendengar atau membaca hal ini, namun nanti ketika perang di akhir zaman tiba nantinya peperangan hanya akan menggunakan peralatan manual seperti pedang, tameng besi, panah, dan semua kecanggihan teknologi dari dunia ini seakan hilang tanpa tersisa, kemana kecanggihan teknologi nuklir yang di zaman sekarang sudah semakin canggih, apa lagi puluhan tahun mendatang? Menarik bukan..
Ya beginilah sebuah monolog random yang dengan senang hati aku tuliskan, sejauh ini aplikasi yang satu ini memang berbeda dengan yang lain, karena bisa di bilang sistem algoritmanya jauh "lebih jinak" daripada aplikasi yang populer pada masa kini..
Kartasura, 22 Mei 2023
9 notes
·
View notes
Text
"udahlah, kita tu beragama biasa-biasa aja."
"Dulu aku juga pernah kok menutup aurat yang syar'i banget..."
"Dulu gue juga pernah kok hijrah, dateng kajian, belajar agama."
Mungkin itulah sebagian dari ucapan-ucapan mereka yang "pernah hijrah". Ucapan-ucapan yang sering kali diungkapkan di saat mereka sudah menanggalkan jejak-jejak hijrah mereka.
Lalu, muncullah beragam tanggapan dan tidak sedikit yang mendukung pernyataan mereka...
"makanya, kita ga perlu lah terlalu mabok agama. Beragama tuh biasa-biasa aja, yang penting mah kita sholat, puasa. Udah. Ga perlu lah terlalu ekstrim apalagi sampe cadaranlah atau pake baju serba item segala."
"hidup tuh dinikmatin kali. Nanti kalau bosen jadi ga malu-malu banget. Namanya manusia wajarlah ada sisi bandelnya. Makanya ga usah terlalu menjiwai hijrah. Tengah-tengah aja, jadi ga terlalu beda jauh misal udah ga tahan hijrah..."
Orang-orang yang memilih berhenti menapaki jalan taqwa itu akan selalu ada, begitu pula orang-orang yang bergegas memulai perjalanan hijrah mereka.
Kadang orang-orang yang belum pernah merasakan hijrah merasa lega ketika ada kawan mereka yang akhirnya menghentikan langkah hijrahnya. Seakan berhentinya dia adalah sebuah validasi akan kebenaran jalan hidup yang selama ini dijalani. Bahwa benar, ga perlu terlalu serius di dalam beragama. Bahwa benar menikmati hidup seadanya dengan apa adanya diri kita adalah jalan yang terbaik.
Berhentinya orang-orang dari perjalanan hijrah mereka sering kali menjadi sebuah kebanggaan dan jawaban akan pencarian jati diri yang selama ini membuat gelisah.
Ketika mereka kembali akrab dengan dosa dan maksiat, mereka jadikan masa lalu hijrah mereka sebagai tameng bahwa mereka bukanlah orang yang buta agama. Mereka menganggap bahwa bukan mereka yang telah gagal menjadi hamba-Nya yang bertaqwa, tapi syari'at Allah lah yang telah gagal di dalam menjadi jawaban bagi gersangnya jiwa mereka.
Fenomena ini adalah salah satu dari sekian banyak pembuktian betapa mahalnya nilai sebuah hidayah. Sebuah cambukan bagi diriku sendiri bahwa untuk tetap melangkah maju di dalam taqwa adalah sebuah perjalanan yang sangat berat.
Kita bukan lagi berbicara soal menjadi terasing di tengah masyarakat saja, melainkan bisa merasa asing di tengah-tengah keluarga kita sendiri.
Hidayah itu adalah milik Allah. Hanya Allah yang berhak menentukan siapa di antara hamba-Nya yang akan menerimanya.
Allah-lah yang Maha Berbuat kepada setiap hamba-Nya. Tapi yang kita lupa bahwa di balik Maha Berbuatnya Allah, Allah pun menilai hati-hati kita, Allah memberikan ujian yang datang silih berganti sebagai penguat bagi diri kita sendiri sekaligus sebagai bentuk kesadaran atas jalan yang telah kita pilih.
Memutuskan menempuh jalan taqwa, tidak serta-merta ujian itu menjadi mudah. Semua harus diupayakan dengan kuatnya kejujuran kita di dalam niat.
Belajar ilmu syar'i tidak menjadikan kita aman dari fitnah. Justru ilmu yang kita pelajari itulah bekal kita melewati setiap fitnah yang ada agar selamat.
Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa begitu banyak cacat-cacat yang mewarnai langkah hijrah kita.
Begitu mudahnya riya' merasuk bahkan dalam bentuk yang paling samar sekalipun, yang seakan-akan terlihat dan terasa kehadirannya tidak ada. Nyatanya dia berkamuflase menjadi sisi yang lain yang tidak kita sadari.
Ketika kita merasa aman dari guncangan iman, karena merasa telah kokoh di dalam taqwa, maka justru itulah awal bencana itu dimulai.
Perlahan tapi pasti, rasa aman itu membuat kita lengah dari berbagai tipu daya setan yang semakin lihai merasuki jiwa yang mulai buta dengan ujub akan amal dan kebaikan diri sendiri.
Agama Allah itu adalah agama yang sempurna. Apa yang kita rasa kurang darinya, itu akibat dari kebodohan dan kesombongan diri kita.
Ingatlah lagi tentang nikmatnya ibadah yang begitu terasa indah hingga mampu menggetarkan jiwa.
Ingatlah akan lezatnya berdzikir kepada Allah hingga hati dan jiwa kita menjadi tenang.
Ingatlah akan lezatnya membaca Al-Qur'an hingga dadamu yang terasa sempit dan sesakpun dalam sekejap atas kasih sayang-Nya kembali dikuatkan dan menjadi lapang.
Apakah ada kenikmatan yang lebih sempurna dari apa yang engkau rasa melebihi nikmatnya menjadi hamba yang mencintai-Nya dengan iman dan taqwa?
Sepatutnya kita menangisi diri kita sendiri ketika kita dapati kita telah begitu jauh dari-Nya. Menangisi diri sendiri lebih layak bagi kita daripada kita merasa bangga dengan kemaksiatan yang terasa semakin mesra dengan kehidupan kita.
Jika akhirnya kamu memilih berhenti, maka jangan sampai mengumbar dosa menjadi langkah yang kamu pilih dengan penuh percaya diri. Setidaknya milikilah rasa takut kepada Rabbmu. Jika rasa takut itu sudah tidak terasa, maka setidaknya milikilah rasa malu. Jikapun rasa malu itu telah sirna, maka sungguh tidak ada lagi yang bisa menghentikan dirimu untuk tidak semakin berlarut-larut menghinakan diri sendiri.
Sadarilah! Orang-orang yang mendukung perbuatanmu adalah orang-orang yang juga tidak mengenal Allah.
Sadarilah! Ucapan manis mereka di hadapanmu tidak bisa menjamin ketulusan mereka di belakangmu.
Walaupun rasanya seperti patah hati, aku harus kembali mawas diri bahwa betul-betul hidayah itu adalah milik Illahi Robbi.
Aku berharap, kelak kamu akan kembali.
Dan aku pun berharap kepada Allah, jika kamu kembali, aku masih berada di atas jalan yang lurus.
Semoga, aku tidak ikut berbalik arah.
Kematian itu entah kapan dia akan datang.
Semoga Allah terus menguatkan dan memberikan keistiqomahan kepada diriku dan semua hamba-hamba-Nya yang masih menggenggam erat hidayah ini di tengah fitnah kehidupan yang semakin berkobar. Aamiin Allahumma aamiin.
—SNA, Ruang Untukku #118
Sabtu, 19-08-2023 | 01.10
Venetie Van Java
4 notes
·
View notes
Text
BERMANFAAT
Maraton video-videonya Bang Ferry sambil nyetir, as usual, inspiring dan full of insights! Tadi nyimak yang ini:
youtube
Monkey Business: bisnis yang nilai ekonominya bersifat narasi, alias sebenernya nggak bener-bener ada nilainya di situ, tapi karena digembor-gemborin dengan lebay aja jadi kesannya laku, menguntungkan, dan fantastis. Sudah banyak banget contohnya dan akan terus banyak selama pelaku Monkey Business ini bisa men-trigger sifat rakus manusia, misalnya: ikan lohan, gelombang cinta, batu akik, dan baru-baru ini yang terkesan modern dan futuristik: NFT, wkwkwkwk.
(Sorry ketawa. Sama kaya Bang Ferry, pas lagi rame-ramenya NFT, logika gw bener-bener nggak nyampe kenapa grafik/gambar nggak jelas gitu aja bisa viral dan kejual mahal, padahal bisa di screenshot 😭 yang bikin lucu ya itu, banyak influencer dan orang-orang yang personal brandingnya pinter dan inspiring juga keikutan scam ini wkwk. Terakhir gw baca di Twitter kalau NFT nya Justin Bieber boro-boro balik modal, yang ada terjun payung harganya).
Kata Bang Ferry, harusnya komoditi itu punya nilai ekonomi yang riil, kebermanfaatan dan nilainya mesti nyata, misalnya kaya makanan/barang yang biasa kita pakai. Kalau nilainya cuma sekedar di narasi apalagi dengan janji-janji "harga akan terus naik" padahal kegunaannya nggak jelas, bisa jadi ciri-ciri produk Monkey Business.
Nah, ini yang menarik.
Weekend lalu aku ikut daurah fikih muamalah, bedah matan Al-Ghayah wa At-Taqrib karya Al-Qadhi Abu Syuja dengan pemateri Dr. Labib Najib -hafizhahullah-. Abu Syuja' menulis di awal-awal pembahasan:
ولا يصح بيع عين نجسة ولا ما لا منفعة فيه
tidak sah jual beli barang-barang yang sifatnya najis, dan barang-barang yang tidak ada manfaatnya sama sekali
Dr. Labib sebagai pemateri menambahkan: juga tidak sah hukumnya jual beli produk yang manfaatnya haram. Karena manfaat haram = tidak ada manfaat. Yang ada justru menambah dosa.
Balik lagi ke bisnis monyet. Manfaat produk itu memang sifatnya individual yaa, bisa jadi di kamu nggak bermanfaat, tapi di aku bermanfaat sekali. Jadi mungkin agak sulit memberi kesimpulan bahwa suatu barang "tidak bermanfaat sama sekali".
Tapi kalau kita cermati dengan baik, pelaku-pelaku Monkey Business ini memang tidak menjual manfaat sih, mereka menjual iming-iming bahwa produk ini layak untuk dijadikan investasi, harganya akan naik terus, langka, akan banyak yang cari, wlewlewle, begitu seterusnya. Nilai/manfaat produknya itu sendiri (biasanya) nggak ada.
Di sinilah, kita sebagai manusia yang sudah diberi kesempurnaan akal, juga ilmu dan kedewasaan untuk bertransaksi, seyogyanya menggerakan logika sehat kita di atas rasa pengen cepet kaya. Harusnya nggak susah kan mengenali model-model scam seperti di atas. Satu pertanyaan mendasar ini bisa menjadi tameng kita: apa manfaatnya?
Apalagi sebagai muslim kita dituntut untuk berhati-hati dalam membelanjakan harta. Jual beli produk yang tidak bermanfaat dapat menggiring kepada sikap tabdzir alias buang-buang harta, bahkan bisa mengarah kepada sesuatu yang lebih besar seperti ini: yaitu pembodohan publik. Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan hukum dengan seadil-adilnya.
Aku belum riset lebih dalam tentang sejauh apa dampak negatif Monkey Business di masyarakat atau tatanan ekonomi yang lebih luas. Tapi aku yakin, setiap yang diharamkan syariat pasti ada madharatnya, baik untuk individu maupun untuk sistem. Yaa kaya MLM aja kan, minimal kerugian yang ditimbulkan adalah sakit hati (wkwk), mengakarnya ilusi bahwa jadi kaya itu mudah, tersebarnya transaksi gharar di antara masyarakat, dll.
Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan hukum dengan seadil-adilnya. Aku yakin di zaman Abu Syuja' menulis buku ini belum banyak model transaksi aneh-aneh kaya Bisnis Monyet ini, tapi dasar hukumnya sudah ada. Adalah tugas kita mencermati setiap model transaksi kontemporer ini dan mencocokkannya dengan ajaran Rasulullah ﷺ.
2 notes
·
View notes
Text
Tidak sempurna
Bagian tersulit dari perjalanan adalah mengakui kelemahan dan kesalahan diri sendiri. Memaafkan dan berusaha untuk berdamai. Dalam perjalananku, ada beberapa hal yang entah butuh berapa lama untuk bisa menerima bahwa tidak apa-apa tidak sempurna, tidak apa-apa memiliki banyak luka.
Sebab memang setiap manusia yang hidup di bumi ini masing-masing membawa dan menyimpan lukanya. Tetapi di samping itu, mungkin aku hanya terlalu takut ditinggalkan. Menjalani hidup sendirian. Tidak diterima sebagai diri yang tidak sempurna.
Menunjukkan luka-lukaku pada teman-teman bahkan orang-orang terdekat, bagiku seperti menyerahkan segalanya. Membuatku terlihat lemah dan rapuh. Tidak merasa nyaman jika banyak mata memandangiku dengan pandangan iba dan perasaan menyedihkan lainnya.
Aku pernah memiliki beberapa teman dan sepenuhnya percaya bahwa mereka akan menerimaku. Menceritakan dan berbagi semua hal. Bahkan aku merasa aku juga melindungi mereka dari luka, tuduhan bahkan kata-kata kasar orang lain. Aku menyerahkan diriku sepenuhnya, terkadang mengorbankan diriku sebagai tameng.
Masih teringat jelas bahkan semakin jelas karena aku menuliskannya. Hari itu semua berjalan seperti biasa. Aku dengan pekerjaanku, mereka dengan pekerjaan dan kesibukan mereka. Di penghujung hari, -aku tidak terlalu peduli dengan permulaannya- yang aku ingat jelas, aku seperti disudutkan bahkan dihakimi atas apa yang tidak pernah aku lakukan. Memang tidak hanya sekali, tetapi hari itu mungkin adalah puncaknya.
Satu persatu komentar bermunculan didukung dengan komentar lain yang seolah mendukung dan membenarkan. Mereka yang aku yakini sangat mengenalku, mereka yang selalu bisa menjadi tempat pulang dan berlindung dari apapun. Masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa kata-kata, tuduhan itu justru datang dari mereka. Orang-orang yang aku pilih dengan kesadaran untuk menjadi teman bahkan keluarga.
Aku tau aku juga bersalah sebab tidak memberikan penjelasan atau pembelaan apapun. Hanya berjalan pergi dan menjauh dari mereka dan segala tentangnya. Sudah beberapa tahun, ternyata aku masih belum juga mampu berdamai. Pernah mendengar, mereka sesekali bertanya apa yang salah dari mereka sampai aku tidak mau lagi bertemu.
Tidak mudah untukku menjalani hari-hariku setelahnya. Bahkan hingga hari ini, aku masih selalu menjaga jarak dengan orang lain, tidak mau terlibat dan melibatkan diri terlalu jauh untuk kehidupan pribadinya. Apa yang aku ceritakan tentang hidupku atau keseharianku pada teman-temanku saat ini hanyalah apa yang terlihat dipermukaan. Bukan yang sebenar-benarnya yang aku rasakan dan ingin tunjukan. Mungkin mereka menganggap ku tertutup atau bahkan membosankan. Kadang aku juga ingin banyak bercerita tentang hidupku tapi tidak mampu. Menyiksa memang menyimpan sendirian, tapi lebih baik daripada mengulang kesalahan yang sama.
16 notes
·
View notes
Text
Masih pada kata-kata yang sebetulnya belum tertata, tapi mau ditulis saja di sini. Rasanya menangis bukanlah sebuah senjata ampuh —lebih seperti tameng terakhir— karena tidak menyerang, tapi bertahan.
Aku jadi sadar kalau manusia memang tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan-Nya. Jadi sekarang mau minta tolong agar selalu bisa dekat dengan-Nya. Rasanya itu saja yang saat ini aku butuhkan?
Ingin berhenti membuat berbagai asumsi yang belum tentu terjadi. Lalu fokus pada apa yang harus diperbaiki; diri. Tidak lupa juga untuk terus menuntun hati, agar lebih berhati-hati.
Walaupun kalau boleh jujur, rasanya lega sekali.
Pangkalpinang, 2 Agustus 2023
Satu tahun ini banyak sekali hal terjadi.
3 notes
·
View notes
Text
Petualangan Arunika
Kepingan 1 - Rumah Keluarga Harissadananta, Bandung, Jawa Barat
Jika harus dibagi 2 kelompok besar, mungkin manusia akan terbagi menjadi kelompok yang beruntung dan tidak beruntung. Kelompok beruntung akan memiliki karakteristik punya harta yang yang dipindahkan secara fungsional merunut pada silsilah keluarga. Kelompok tidak beruntung adalah yang harus berusaha lebih karena tidak adanya jalur perpindahan harta dari generasi sebelumnya. Arunika Harissadananta–seorang gadis keturunan murni Sunda–harus sangat bersyukur karena sedari lahir masuk ke dalam kelompok orang beruntung.
Fasilitas yang ditawarkan padanya sejak lahir, tidak main-main. Semuanya telah terukur sempurna untuk bisa ia nikmati bahkan sampai nanti menikah. Tinggal di sebuah rumah dengan cat putih bersih yang selalu dipulas ulang tiap bulan, lantai marmer coklat mengkilap yang tak pernah absen di lap tiap hari, dengan segala furniture kelas atas yang diperoleh dengan harga orisinil tanpa harus menunggu potongan harga.
Arunika adalah anak pertama dari pasangan Ayu dan Candra Harissadananta yang disusul dengan dua adik kembarnya. Penghuni rumah lainnya adalah dua orang pembantu, satu orang satpam, supir dan petugas taman.
Tumbuh dengan keadaan serba aman dan nyaman, ternyata lambat laun menimbulkan gejolak dalam batinnya selama menapaki kehidupan memasuki kepala dua. Akan menjadi penerus seperti apakah ia nantinya? Jika melihat keadaannya saat ini, ia bahkan khawatir sendiri. Tidak pernah kemana-mana, teman hanya segitu-gitunya, pengalaman sangat apa adanya. Keluarga ini butuh sesuatu yang baru untuk diestafetkan ke generasi selanjutnya.
"Arunika, jangan lima sore harus sudah pulang, kecuali les…"
"Arunika, jaga makanan. Jangan makan sembarangan, mama gak mau kamu makanan yang pinggiran gitu ya."
"Arunika, jangan naik motor. Apalagi kepanasan atau kehujanan. Kulit kamu nanti jadi rusak. Dah, dianter saja sama supir."
"Arunika, kalau ada teman baru yang diluar sekolah bilang sama mama atau papa. Biar kita pastikan dia bukan orang jahat."
“Arunika, kemana-mana harus diantar pak supir atau mba ya.”
Kalimat yang semula memang memanjakannya, lama-lama terasa mengekangnya. Ingin sekali rasanya Arunika melepaskan barang sebentar semua kemudahan ini, tapi dimana letak syukurnya jika ia begitu?
Dari yang ia paham, berada di zona nyaman, tidak akan membuatnya banyak belajar.
Siapapun yang mendengar kata ‘Harissadananta’ pasti langsung terasosiasi dengan bagaimana aliran harta yang tak hentinya mengalir semenjak generasi pertamanya. Dari generasi ke generasi, semua hal harus dijaga dengan baik termasuk keturunan selanjutnya. Budaya keluarga, menjadi salah satu tameng yang digunakan sebagai bentuk perlindungan. Hanya, di zaman serba digital dan terbuka ini, yang mereka sebut budaya sudah tak banyak relevan. Termasuk tak mengizinkan keturunan mudanya mengeksplorasi dunia yang berujung rasa tidak kenalnya mereka pada sekitar, seperti yang dirasakan Arunika.
"Aku harus pergi."batin Arunika setiap malam. Menatap langit malam yang menyembul dari balik jendela kamarnya yang super besar dengan tirai mahal diimpor langsung dari Singapura. Tapi, kemana? Lalu, dengan siapa?
Entah ini adalah bentuk pengabulan doa atau bukan, tapi dalam hitungan detik, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Sebuah paket yang telah lolos dari pemindaian satpam dan pembantunya mendarat meja kamarnya. Sebuah kotak kecil dengan bungkus koran.
"Dari nenek. Katanya, seminggu lalu sehabis acara 100 harinya nenek, ada kotak ini di kamarnya. Buat kamu."ujar mba nomor satu, yang masa kerjanya lebih lama dibanding mba nomor dua.
Seketika badan Arunika menghangat. Neneknya adalah salah satu pendengar terbaiknya. Salah satu Harissadananta yang punya kemiripan jiwa dengannya. Tidak begitu tertarik dengan harta dan selagi muda memang suka melanglang buana. Begini pesan nenek :
Berjalan jauh lah! Jangan sesekali, dua tiga atau puluhan kali, lebih baik! Memang banyak yang kita tidak bisa ubah. Jadi, ubahlah yang bisa diubah.
Sebuah situasi tidak menguntungkan baginya adalah saat ini sang nenek telah berpulang terlebih dahulu. Sebuah peristiwa duka yang cepat, seakan tak diberikan pertanda apapun hingga tak ada wasiat atau pesan terakhir yang ia terima. Makin terasa terkurunglah ia disini.
Kedatangan kotak ini membuatnya terkejut. Selembar kertas bertuliskan nomor telepon yang harus segera ia kirimi pesan sesuai dengan format yang diminta. Diiringi kerinduan pada sang nenek yang kembali membuncah setelah coba ia kelola hampir tiga bulan lamanya, ia tak berpikir panjang untuk segera menghubungi nomor itu.
Ting tong!
Tak berselang setelah centang dua abu-abu dari pesan yang dikirimnya berubah menjadi centang dua biru, sebuah surel masuk ke dalam kotak masuknya.
From : [email protected]
To : [email protected]
Subject : Hadiah Ulang Tahun Arunika
"Halo, Arunika! Selamat (6 hari menuju) ulang tahun ke 22! Senang mendengarnya. Sesuai dengan permintaan nenek, untuk membuat persiapan umur 22 tahunmu menjadi lebih menarik, kami punya program untukmu. Silakan balas pesan ini dalam waktu 30 menit jika kamu tertarik tapi jika tidak, maka akan kami anggap kau durhaka pada nenekmu sendiri. Terimakasih."
Kebingungan bercampur penasaran, membuat Arunika bingung harus membalas apa. Ia tidak punya prediksi sama sekali apa maksud ini semua. Tak pernah ada clue apapun, bahkan dari neneknya sendiri. Apakah ini benar-benar dari neneknya? Bagaimana cara validasinya?
"Ehem, ya aku tertarik. Tapi kalau kamu hanya orang iseng denganku dan keluargaku, aku punya kekuasaan untuk bisa membuatmu kapok."
Teng. Email lain.
"Kenapa begitu curiga? Tenang. Bisa kami jamin aman. Nenekmu sudah mengatur semuanya. Tujuan kami hanya satu, mempersiapkanmu jadi dirimu yang kamu inginkan. Perjalanan ini akan dimulai besok. Silakan kau konfirmasi untuk melanjutkan atau tidak.
Aturannya adalah jangan pergi pakai supir, jangan membawa kartu ATM, jangan pakai baju formal, santai saja bawa minimal 3 pakaian ganti. Terakhir bawa dirimu sepenuhnya, jangan ada yang tertinggal di rumah."
Ledakan hormon dopamin seakan membanjiri dirinya. Mengalir ke sekujur tubuhnya dengan deras, membuatnya begitu bersemangat. Dalam dirinya, ada identitas yang perlu diperjelas dengan diajak melihat dunia yang lebih luas. Ia hanya ingin mengubah apa yang bisa diubah. Memperbaiki generasi Harissadananta selanjutnya.
3 notes
·
View notes