Hi, selamat datang di rumahku. Tempat setiap riuh di kepala bermuara. Tanpa jeda, tanpa bicara, berharap bahagia tak pernah sungkan menyapa :)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
...almost
Sudah pertengahan tahun dan aku masih belum beranjak kemanapun. Jika banyak orang bilang, ini hanyalah bagian dari satu episode bukan keseluruhan cerita. Tapi bagiku satu episode ini terasa begitu lama dan getir. Aku masih sering menangis, aku masih mengulang doa-doaku. Dan masih belum ada yang berubah, aku rasa beberapa hal justru menjadi semakin buruk. Banyak sekali pemikiran-pemikiran aneh di dalam kepalaku, pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tidak pernah ada, pemikiran-pemikiran dangkal, gila dan menyeramkan.
Aku mengerti bahkan jika sesuatu terjadi, semua karena salahku semua karena aku yang tidak bisa mengelola perasaanku dengan baik, karena aku yang tidak melakukan tugasku dengan benar. Ini hidupku dan aku yang memiliki tanggung jawab penuh. Bahkan jika hidupku menjadi jauh lebih buruk, semua itu karena pilihanku kerena aku yang mengizinkannya.
Tapi bahkan beberapa pilihan yang aku ambil, beberapa pilihan besar di dalam hidupku tidak sepenuhnya karena benar-benar keinginanku. Jauh di dalam hatiku, aku ingin sekali memiliki hidup dan mengambil keputusan karena aku menginginkannya, karena aku ingin melakukannya tanpa harus memikirkan orang lain, tanpa harus mendengarkan siapapun kecuali diriku.
Sedihnya, semua itu tidak akan pernah terjadi. Aku hanya akan menjadi seorang anak yang buruk, seorang anak yang jahat, seorang anak yang tidak berbakti. Jujur, rasanya aku lelah sekali, Tuhan. Aku ingin berhenti disini, aku tidak lagi bisa melihat kebaikan apapun di depan sana. Aku sangat takut aku tidak sanggup menghadapi apa yang akan terjadi kedepannya, aku takut semuanya semakin buruk, aku takut menghadapi semua orang.
0 notes
Text
/kekosongan
Satu bulan telah berlalu dan aku masih tidak tahu harus berjalan kemana, mengambil keputusan yang seperti apa. Dua orang berada di kanan dan kiriku, menunggu untuk segera menentukan arah. Padahal aku saja masih tidak tahu kemana arah yang seharusnya.
Terdiam di tengah keramaian. Melihat orang-orang berjalan ke berbagai arah. Tapi, bagaimana aku akan melangkah jika aku telah kehilangan tujuanku?
Mungkin aku akan kehabisan waktu? Atau justru itu yang aku tunggu? Tak ada lagi yang ingin aku temukan. Tak ada lagi yang bisa aku banggakan.
Aku telah mencoba sebaik dan sebanyak yang aku bisa, aku telah memohon hingga tak mampu bersuara. Tapi tak juga ku lihat cahaya. Mereka bilang aku harus mengikuti takdirku hingga akhir. Apakah seperti ini aku akan berakhir?
Apakah kesedihan dan kepedihan selalu tinggal lebih lama?
0 notes
Text
Terdampar dalam sebuah pulau; keputusasaan
Kelelahan untuk selalu menunjukkan pada dunia bahwa semua baik-baik saja. Menangis menjadi hal yang paling sering aku lakukan belakangan ini. Berbagai usaha sudah aku lakukan sebaik yang aku bisa, tetapi tidak membawaku kemanapun.
Berusaha untuk bersuara, meminta tolong tetapi tidak ada yang datang menghampiri. Beberapa hanya melihat dari kejauhan dan berbisik, aku pikir dia cukup kuat selama ini. Dan berlalu melanjutkan perjalanannya. Aku berharap setidaknya mereka meraih tanganku. Why I can't find no one?
Menyadari bahwa hidup bisa menjadi sangat menakutkan dan sulit. Menghadapi berbagai tekanan dan pemikiran jahat yang membuat langkahku makin terasa berat. Hanya punya diri sendiri yang makin hari, makin kesulitan untuk kembali berdiri. Apakah hidup akan berhenti disini? Jika tidak, mulai dari mana aku harus mencoba lagi?
Berapa lama lagi kesunyian dan getir terus menggelayuti? Dengan apa lagi aku harus memotivasi diri? Mengapa rasanya sulit sekali untuk sekedar berdiri? Haruskah aku menyerah? Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki semua ini. Tidak ada satupun yang berhasil. Please, tell me how? This is too hurt. I don't want to be trapped here for too long.
0 notes
Text
The night comes early
Sky is filled with abject smudges
Heavy shadow veils the night
Trapped in the infinite darkness
Couldn’t see even a little light
Louds of scream breaking throat
No one could hear and see
Such as a silent nagging
Lingered in the deafening silence
Drownin in the cruel sadness
Everythings going worse and cold
The rainbow is burning black
Missed the warmth of the sun in the winter
1 note
·
View note
Text
Behind her innocent eyes
In the depths of the night, where the wild winds whispered
Her sparkling innocent eyes
Hiding so much pain and sadness
Her life be a puzzling maze
No one know how she tried to face it
Her soul and mind slowly break in silence
Tears fill her eyes
Like the darkness veils the light
But this is not how it ends
Cz deep within its core, a flicker of resilience resides
Stepping out, means embracing our fear
She breathes a deep sigh, the storm has passed
After chaotic autumn was over
A warm winter comes like early spring
So the sun will ascends beautifully and warmly
Yogyakarta, 25.06.23
3 notes
·
View notes
Text
Tidak sempurna
Bagian tersulit dari perjalanan adalah mengakui kelemahan dan kesalahan diri sendiri. Memaafkan dan berusaha untuk berdamai. Dalam perjalananku, ada beberapa hal yang entah butuh berapa lama untuk bisa menerima bahwa tidak apa-apa tidak sempurna, tidak apa-apa memiliki banyak luka.
Sebab memang setiap manusia yang hidup di bumi ini masing-masing membawa dan menyimpan lukanya. Tetapi di samping itu, mungkin aku hanya terlalu takut ditinggalkan. Menjalani hidup sendirian. Tidak diterima sebagai diri yang tidak sempurna.
Menunjukkan luka-lukaku pada teman-teman bahkan orang-orang terdekat, bagiku seperti menyerahkan segalanya. Membuatku terlihat lemah dan rapuh. Tidak merasa nyaman jika banyak mata memandangiku dengan pandangan iba dan perasaan menyedihkan lainnya.
Aku pernah memiliki beberapa teman dan sepenuhnya percaya bahwa mereka akan menerimaku. Menceritakan dan berbagi semua hal. Bahkan aku merasa aku juga melindungi mereka dari luka, tuduhan bahkan kata-kata kasar orang lain. Aku menyerahkan diriku sepenuhnya, terkadang mengorbankan diriku sebagai tameng.
Masih teringat jelas bahkan semakin jelas karena aku menuliskannya. Hari itu semua berjalan seperti biasa. Aku dengan pekerjaanku, mereka dengan pekerjaan dan kesibukan mereka. Di penghujung hari, -aku tidak terlalu peduli dengan permulaannya- yang aku ingat jelas, aku seperti disudutkan bahkan dihakimi atas apa yang tidak pernah aku lakukan. Memang tidak hanya sekali, tetapi hari itu mungkin adalah puncaknya.
Satu persatu komentar bermunculan didukung dengan komentar lain yang seolah mendukung dan membenarkan. Mereka yang aku yakini sangat mengenalku, mereka yang selalu bisa menjadi tempat pulang dan berlindung dari apapun. Masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa kata-kata, tuduhan itu justru datang dari mereka. Orang-orang yang aku pilih dengan kesadaran untuk menjadi teman bahkan keluarga.
Aku tau aku juga bersalah sebab tidak memberikan penjelasan atau pembelaan apapun. Hanya berjalan pergi dan menjauh dari mereka dan segala tentangnya. Sudah beberapa tahun, ternyata aku masih belum juga mampu berdamai. Pernah mendengar, mereka sesekali bertanya apa yang salah dari mereka sampai aku tidak mau lagi bertemu.
Tidak mudah untukku menjalani hari-hariku setelahnya. Bahkan hingga hari ini, aku masih selalu menjaga jarak dengan orang lain, tidak mau terlibat dan melibatkan diri terlalu jauh untuk kehidupan pribadinya. Apa yang aku ceritakan tentang hidupku atau keseharianku pada teman-temanku saat ini hanyalah apa yang terlihat dipermukaan. Bukan yang sebenar-benarnya yang aku rasakan dan ingin tunjukan. Mungkin mereka menganggap ku tertutup atau bahkan membosankan. Kadang aku juga ingin banyak bercerita tentang hidupku tapi tidak mampu. Menyiksa memang menyimpan sendirian, tapi lebih baik daripada mengulang kesalahan yang sama.
16 notes
·
View notes
Text
mungkin aku egois...
Berusaha mencerna apa yang terjadi kemarin, berusaha menerima bahwa tidak setiap yang datang bersedia untuk menetap. Mungkin memang diri ini terlalu egois dan banyak cela hingga orang lain tidak betah berlama-lama.
Mungkin memang aku tidak pandai mempertahankan hubungan, tidak punya skill untuk bertahan. Tetapi bagaimana bisa seseorang diam dan tidak melakukan apa-apa ketika salah satunya melakukan kebohongan? Benar, memang tidak ada manusia yang tidak pernah berbohong. Tapi....
Apakah seharusnya aku diam saja? Apakah seharusnya aku menutup mata dan telinga agar bisa terus berjalan bersama? Apakah seharusnya aku bersikap baik-baik saja? Padahal ada sesak yang tak tertahan di dalam dada? Mungkin benar itu jawabannya, mungkin aku seharusnya memaklumi bahwa beberapa orang memang butuh lebih dari satu. Dan selama semua berjalan baik, aku seharusnya tidak perlu bersuara. Maka aku tidak akan kehilangan apa-apa.
Rasanya, hubungan antara manusia, pria dan wanita, begitu sulit untuk dimengerti. Benar mungkin perkataan orang-orang bahwa dalam cinta kita semua pemula. Tidak ada yang benar-benar mahir menjalaninya. Aku sudah terlalu lelah untuk kembali mencoba, kemarin aku sudah berjanji bahwa jika yang terakhir gagal, aku akan benar-benar berhenti. Sialnya, memang tidak ada yang pernah berhasil aku lakukan.
Lagipula, aku juga masih tidak bisa menentukan dengan jelas gambaran keberhasilannya. Jadi, mari menjalani kehidupan yang makin membosankan, mari menerima dan mencintai kesepian-kesepian yang kembali membersamai.
0 notes
Text
Jeda
Berlari kesana kemari, jatuh bangun, pagi hingga petang, mengesampingkan banyak hal menyenangkan, menyiksa diri demi sebuah konsep keberhasilan menakjubkan yang aku ciptakan dalam pikiran. Terhenti dengan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab dengan lugas.
Setelah semuanya mampu untuk aku raih dan penuhi, lalu apakah dengan begitu aku baru akan merasa bahagia? Apakah dengan begitu aku baru akan merasa penuh? "Selama ini yang kita persepsikan sebagai keberhasilan hanyalah pemenuhan keinginan bukan kebutuhan."
Sebuah pernyataan dari seseorang yang mungkin memang sudah ditakdirkan semesta untuk aku dengar. Pernyataan yang tinggal di dalam pikiran selama beberapa hari. Kita sudah terlalu jauh diatur oleh banyak hal diluar diri kita. Pencapaian, ambisi, hingga membuat kita lupa diri.
Tanpa sadar, kita berusaha menghadirkan diri kita yang lain demi sebuah validasi. Mengejar dunia yang serba tidak pasti. Menyakiti diri sendiri, melewatkan momen-momen dalam perjalanan yang mungkin tidak akan terulang kembali.
Sepertinya, benar bahwa kita perlu kembali mengambil kontrol atas diri kita, memilih apa yang memang kita butuhkan, menghargai apa yang sudah kita miliki, melambat sejenak untuk berpikir lebih dalam dan lebih sadar atas apa yang kita lakukan. Sebab setiap tindakan kita sekecil apapun akan selalu berdampak. Entah pada diri sendiri atau banyak orang.
0 notes
Text
Perjalanan Singkat
Beberapa hal tidak menyenangkan terjadi belakangan ini, membuat hari menjadi terasa sulit dan rumit. Tapi siapa peduli? Aku yang tidak pernah punya keberanian untuk bercerita pada orang lain, aku yang tidak punya keberanian untuk mengungkapkan dengan lugas apa yang aku rasakan.
Makin sedih karena semua terasa lebih berat dijalani sendiri. Lalu berandai-andai. Andai dia masih ada disini hingga hari ini, mungkin hari-hariku tidak akan berjalan semenyedihkan ini, mungkin jika dia masih bersamaku, aku akan lebih bahagia, mungkin aku juga bisa dengan tegar melibas setiap masalah.
Tapi ya, manusia selalu berubah, meski dia masih bersamaku belum tentu ia akan bersikap selayaknya dulu. Bisa-bisanya memikirkan masalah yang terjadi, membawaku kembali keingatan itu. Sangat tidak sopan.
0 notes
Text
Persimpangan
Entah bagian mana yang harus aku revisi agar lulus dari fase ini. Berada di persimpangan dan tidak tahu harus mengambil jalan yang mana.
Lelah rasanya ditempatkan di posisi ini. Tidak memihak A, belum tentu memihak B, bukan? Karena aku memilih untuk memihak pada diriku. Bukan tidak tahu balas budi atau jika memang orang lain berpikir begitu, itu diluar kuasaku. Tetapi, aku tahu mana yang membuatku nyaman tanpa harus didikte oleh orang lain.
Aku tidak ingin lagi membahagiakan orang lain tetapi justru mengorbankan bahagiaku. Aku lelah selalu memaklumi kesalahan orang lain, sementara ia sendiri tidak menyadari kesalahannya. Aku tidak lagi ingin membebani diriku untuk tetap berbaik hati pada orang yang aku tidak ingin melakukannya.
Aku hanya akan membebaskan diriku untuk melakukan apa yang menurutku membahagiakan dan membuatku nyaman. Aku hanya akan menghentikan diriku, jika itu melukai orang lain secara fisik dan melanggar yang menjadi prinsipku.
Rasanya, tiap orang dewasa selalu punya pertimbangan atas apa yang ia lakukan. Entah itu perlakuan baik atau buruk, mereka sudah pasti memiliki alasan. Bukan hal yang sopan rasanya jika menghakimi hanya dari satu sudut pandang. Tetapi sebagai orang dewasa, tentu aku harusnya mengerti apa yang baiknya aku utarakan dan apa yang sebaiknya aku pendam dan tahan.
0 notes
Text
Doa adalah cara yang masih aku percaya
Setelah begitu banyak kecewa, doa adalah cara yang masih aku percaya. Telah banyak kata terlantun didalamnya, tersusun rapi bersama air mata. Tak ada lagi menyebut bahkan sebuah nama, semua terserah kepadaNya.
Tapi secara tidak terduga, di saat tidak lagi mengharapkan apapun, kamu hadir. Entah itu adalah jawaban atau hanya sebuah ujian. Manusia memang mudah sekali goyah.
Ada tumpukan pertanyaan, kekhawatiran, dan bahkan ketakutan akan pengalaman sebelumnya. Pertanyaan yang sama terus terulang di dalam kepala, apakah dia orangnya? Apakah yang kali ini tidak akan salah? Tidak ada jawaban.
Terlalu takut untuk berharap, seperti berjalan dalam gelap. Menerka dan terus menerka. Kembali memasrahkan semua kepadaNya, jika memang benar dia adalah orangnya, pasti akan ada jalan, tapi jika bukan Tuhan pasti punya rencana lain yang lebih indah.
0 notes
Text
I'm fcking tired
Berharap bahwa hari ini bisa berjalan dengan sangat cepat, tapi nyatanya ia tetap berjalan seperti seharusnya. Tidak melambat, tidak pula cepat. Banyak helaan nafas dan perasaan sesak yang muncul dan sulit sekali untuk terus menahannya.
Lelah karena selalu mencoba mengerti orang lain, mencari cara bagaimana agar orang lain selalu merasa nyaman. Tapi ternyata apa yang dilakukan nyatanya tidak cukup bekerja dengan baik.
Mendengarkan orang lain tanpa pernah ditanya apa yang sebenarnya dirasakan, dan diinginkan. Kadang ingin rasanya bertukar tempat. Aku ingin dimengerti, aku ingin dibuat nyaman tanpa harus memikirkan apa yang dirasakan orang lain. Aku juga ingin selalu dimaklumi.
0 notes
Text
Let's Move On
Not easy at all. Not easy at first step.
Belum sempat kata per kata tersusun manis dalam sebuah kalimat. Air mata sudah penuh menggenang di pelupuk mata sendunya. Tersenyum sekaligus terharu akan apa yang ada di kepala, atas apa yang ia ingin kisahkan. Beberapa mengatakan bahwa ia cukup tangguh, tapi beberapa lainnya sepakat ia hanyalah makhluk yang rapuh.
Tidak peduli bagaimana yang terlihat, ia hanya terus mencoba menciptakan sedikit bahagia untuk dirinya di setiap celah yang ada.
0 notes
Text
Allow yourself to grow into the places you're meant to be
Setelah beberapa waktu bergelut dengan isi pikiran sendiri, meragukan diri sendiri, banyak timbul kekhawatiran akan kehidupan di masa depan.
Beberapa mimpi dan keinginan terus bertambah, sementara diri semakin ragu. Akankah mampu, akankah pantas dan apakah mungkin semua itu terwujud? Kehidupan yang lebih layak, mental yang lebih baik, dan banyak hal sempurna lain yang ada di dalam pikiran.
Mungkinkah akan ada keajaiban untuk mendapatkan semua itu? Mampukah? Benar memang musuh dan lawan yang paling menyebalkan adalah diri sendiri. Ia begitu ambisius menciptakan mimpi tapi ia juga begitu rajin meragukan mimpinya, meragukan kemampuannya.
Selalu berdoa dan meminta agar dibantu dan dipantaskan oleh Gusti Allah. Sampai siang tadi, setelah sholat Dzuhur, lihat postingan mas Aga yang tidak biasanya, seolah seperti cara Tuhan untuk menegur.
"Keajaiban terjadi ketika diri mulai percaya akan apa yang pantas didapatkan. Jika kita ragu lalu bagaimana semesta yakin akan memberikannya?".
Begitu kira-kira, tulisannya. Membuat diri makin sadar bahwa semua harusnya dimulai kembali dengan keyakinan pada diri sendiri. Memberi support positif atas kemampuan yang dimiliki. Menanamkan keyakinan bahwa pasti mampu untuk mewujudkan yang selama ini di impikan karena memang kita pantas untuk mendapatkannya.
Tentu dengan bantuan dan keajaiban dari Gusti Allah yang Maha baik, yang selalu menuntun hambaNya menemukan yang layak dan terbaik.
1 note
·
View note
Text
Suatu hari di bulan Maret
Malam ini masih hujan dan aku seperti biasa menikmatinya sambil banyak memikirkan hal-hal yang untuk sebagian orang tidak penting.
Dibalik banyaknya keluhan, banyaknya kalimat sambat, aku bersyukur sampai di hari ini, sampai di titik ini. Dimana kehidupan rasanya sedikit lebih santai dan lebih damai. Lebih ramah dan lebih baik untukku.
Ya, jika dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya. Memang mungkin dulu aku bodoh, aku banyak sekali berbuat kesalahan, banyak diliputi kemarahan, but it's ok, right? selain karena masih muda sesuatu yang wajar rasanya untuk menata berbagai macam bentuk emosi. Dan saat itu aku mengerti, diriku di masa itu kesulitan menerjemahkan apa yang ia rasakan, ia tidak bisa juga menjadi dirinya secara utuh dan bebas, akhirnya kemarahan yang sering muncul dari dalam dirinya.
But, again, it's okay. Everyone made mistakes. Dan sekarang jauh lebih baik. Yah, meski harus melalui banyak hari sulit, banyak sepi, karena ia memilih untuk menjauh dari banyak orang yang dulu sering ia temui, yang ia sayangi lebih dari dirinya, yang ia perhatikan lebih dari dirinya, maka wajar ia kehilangan dirinya sendiri, karena selalu memikirkan banyak orang, selalu mendengarkan banyak orang, tapi lupa untuk juga memberi hak pada dirinya untuk didengarkan. Ia melupa seperti apa rasanya sepi saat itu.
Kini, meski sepi seringkali hinggap, ia tidak pernah membencinya. Ia justru bersyukur sebab melalui sepi, ia bertemu kembali dengan dirinya yang riang. Ya, dia kini menyayangi dirinya lebih dari ia menyayangi siapapun sebelumnya. Ia mencoba menjadi pelindung untuk dirinya, menjadi yang terbaik yang ia bisa setiap harinya. Blessed.
0 notes
Text
Bulan lahirmu
Menyusuri jalanan yang dulu sering kita lewati, mengunjungi tempat-tempat yang pernah kita datangi, berbagai memori menyelinap dengan berani, mempertontonkan beragam ekspresi, memperdengarkan dialog sumbang yang tak lagi berisi.
Meski begitu, aku tidak ingin berhenti, aku tidak ingin menepi hanya bersama kenangan yang aku kenang sendiri. Aku ingin terus berjalan, meski seringkali semesta mempertemukan kita berulang kali, aku ingin terus berjalan dan menemukan kebahagiaan yang selalu aku nanti. Aku tidak akan lagi menangisi, aku tidak akan lagi membebani diri mencari yang seperti kamu.
Karena mencari yang seperti itu, hanya akan membuatku kehilangan diriku lagi di kemudian hari. Aku ingin menemukan ia yang baru, ia yang berani dan tangguh untuk hidupnya.
0 notes
Text
Berdamai .....
Sebelumnya aku selalu berpikir dan meyakini kalau Tuhan akan mempertemukan kita dengan seseorang di masa lalu (lagi) itu ketika kita dinilai sudah mampu berdamai dengan peristiwa-peristiwa dulu, karena yang selalu terjadi di aku sebelumnya selalu begitu.
Belakangan ini, aku ngerasa kayaknya aku belum sampe ke tahap itu, tapi Gusti Allah sudah menghadirkan mereka kembali.. Kayaknya aku belum siap deh ya Allah.. Aku masih bingung dan masih harus banyak belajar untuk kembali menghadapi kenyataan.
Setelah sebelumnya sudah cukup nyaman yah dengan hidup yang lebih santai dan damai, agak kaget dan terkejut dan bingung aja harus menghadapi dengan respon yang seperti apa.
Karena jujur, takut banget enggak bisa lagi menjadi diri sendiri, takut banget diatur-atur lagi, takut banget menjadi orang yang selalu disalahkan (lagi), kayaknya aku belum cukup siap untuk kembali.
0 notes