#sendok dan garpu
Explore tagged Tumblr posts
Text
sabun cuci piring karya SMK ibg 2 bogor
#Pencuci piring merupakan bahan pencuci yang digunakan untuk membersihkan peralatan makan seperti piring#gelas#sendok#garpu dan peralatan dapur. Produk berdasarkan penampakan fisiknya#pencuci piring dapat dibagi menjadi tiga jenis. Cara Membuat Sabun Cuci Piring:#Dalam panci kecil panaskan air dan garam#aduk terus sampai semuanya benar-benar larut. Angkat panci dari api dan tuangkan isinya ke dalam mangkuk kecil. Sisihkan sisa campuran gara#Tambahkan baking soda 1 sendok makan dan 1/3 air suling ke panci dan panaskan sampai larut.#Tambahkan Sal Suds dan air#serta minyak esensial ke tempat sabun cuci piring. Jika wadah Anda memiliki bukaan kecil#maka yang terbaik adalah mencampurnya dalam stoples kaca.#Tambahkan 1 sendok makan air garam ke sabun dan aduk. Ini akan menjadi keruh dan menebal. Tambahkan satu sendok makan campuran air garam ji#Tuang campuran ke dalam tempat sabun sabun.
0 notes
Text
Sabun Cuci Piring Karya SMK IBG 2 BOGOR
#Pencuci piring merupakan bahan pencuci yang digunakan untuk membersihkan peralatan makan seperti piring#gelas#sendok#garpu dan peralatan dapur. Produk berdasarkan penampakan fisiknya#pencuci piring dapat dibagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah pencuci piring berbentuk bubuk atau serbuk#yang kedua bentuk pasta#dan yang ketiga berbentuk cairan.
0 notes
Text
Romantisasi Warteg
Suatu hari aku pernah lupa diri, dari pagi kesana kesini, tiba tiba matahari sudah nyaris tenggelam. aku termenung, oiya belum makan. niatnya ingin kurapel saja hingga malam. namun, ucapan umi terngiang di kepala,
'Nis, hak tubuhnya.' Oh cmon, kenapa muncul sekarang hei ingatan. Ditambah idealisme kepalaku bacot terdengar, 'cih, katanya mau nyiapin jasad terbaik untuk Allah titipin Sang Pembebas. cih cih cih cih'
Argh. Iya iya iya iya iya. Maka motorku mulai bergeser dari tujuan utama. mulai memperhitung kemungkinan.
Sayang sekali, waktu tersisa 15 menit dari waktu kegiatan selanjutnya. Aku mulai bingung, dimana harus kucari tempat makan yang bisa ready secepat itu dengan gizi yang masuk akal tanpa harus banyak diproses ini itu?
then, He shows me, warteg.
Itu hari pertama aku jatuh cinta. wah, makasih ya Allah. otak fungsionalku menyambut bahagia sinyal efektivitas ngewarteg offline!
Bayangkan, dalam 5 menit aku bisa selesai makan!
Tanpa harus menunggu dimasakkan. dengan sigap diberi sendok-garpu tanpa perlu menghabiskan waktu meminta salah satunya. dengan opsi makanan yang oemji banyaknyoooo dan less-process. dengan sigapnya tangan si mba nyendokin ini itu. tanpa harus berbincang pada siapa-siapa. dengan harga yang tipis sekali. dengan air putih hangat yang cepat hadirnya. dengan mba-mba yang cepat menoleh kalo dipanggil. uang kembalian yang tak lama dikembalikan. Allah...
Setelahnya, aku bisa lanjut kegiatan, bersama sisa 5 menit untuk aku mengambil nafas.
You see, 10 menit total semuanya hingga berpindah ke lokasi selanjutnya! 👍🤧😭👍😭🤧👍😭🤧
lalu tuntas kewajiban 'mengisi tenaga untuk beribadah' itu. ajib banget. waktu aman, uang aman, gizi aman. kacau, terlalu sempurna. jiwa ekonomiku meraung-raung.
Sejak hari itu, menepi sendiri di warteg dan makan di tempat menjadi warna baru penuntas stress-ku. satu kali dua kali kuajak kakakku, adanya mereka jelas menjadi variabel menarik, meski akhirnya aku harus meluangkan waktu menunggu mereka selesai makan. meski juga harus menghadapi wajah mereka yang so done dengan cuap-cuapku terkagum pada efektivitas warteg.
Alhamdulillah, senang deh. menemukan Allah memperjalankan hasrat ku pada hal-hal fungsional begini, sungguhan senang sekali. Makasih ya Allah, makanan-makanan ini, tidak perlu menjadi ujianku.
-------
Hanya satu kurangnya warteg, hanya satu. kenapa semua kopinya harus ada gula sih........plis. padahal aku selalu bersemangat menikmati seduhan tangan manusia lain, namun jadi susah payah aku harus mengantongi kopi sendiri tiap kemana-mana. why sih mba, why 🤏🥲
4 notes
·
View notes
Text
Mah, Gadismu.
Sebelumnya, aku mewanti-wanti agar tidak berharap terlalu besar pada tulisan ini, senyum sendiri, tertawa sendiri, Tidak. Tulisan ini bukan untukmu, melainkan untuk kaum 'ibu-ibu', khususnya 'ibu-mu'.
Bu, eh, mungkin lebih baik kuganti dengan ejaan "Mamah" ijin ya, bu!, Saya berharap suatu saat bisa memanggilmu dengan panggilan itu juga, Bu.
Mah, saya bingung harus memulai untaian ini dari mana, jika ada penyambung topik antara kita, maka mungkin saya akan memulainya dari ucapan terimakasih karena telah melahirkan gadis 'bak titisan senja, yang parasnya membuat saya selalu teringat.
Mah, meski tulisan saya tak segagah Chairul Anwar, tak seromantis Sapardi, atau sehumoris Joko Pinurbo, tapi yakinlah Mah, tulisan ini saya buat dengan berusaha untuk menjiwai setiap katanya untukmu, Mah.
Mah, saya ini sedang mengagumi seorang gadis, yang tak lain adalah gadismu. Saya ini pemalu, Mah. eh, penakut, lebih tepatnya. Bahkan untuk membuat gadismu tahu perasaan ini pun membutuhkan waktu yang lama, Mah. Biarkan saya mencintai dia dengan caraku, Mah. Melalui harapan di rinainya hujan, atau untaian ramah dan tabah antara adzan dan Iqamah, atau pula disela-sela kesunyian kelam sepertiga malam.
Mah, se-penakut itulah saya dulu, sebelum memutuskan untuk menyelami lebih dalam kehidupan gadis Mamah, yang semoga nanti menjadi pendamping hidup saya. Aamiin. Mungkin jika dalam hidup ini saya dan dia memiliki muasal yang berbeda, semoga muara kita nanti akan bersama, berjuang bersama menyelami dan mencari mutiara kehidupan ini.
Mah, meskipun saya mencintainya dengan tulus, tetapi tak perlu khawatir, ataupun merasa tersaingi sebab, saya tahu, cintamu tak sebanding jika diimbangi cinta saya padanya. Karena bohong sekali jika saya berkata bahwa sayalah yang paling mencintainya di dunia ini. Sementara engkau tak henti-hentinya berkorban untuk gadis ini.
Mah, gadismu adalah perempuan hebat. Darinya saya belajar banyak hal. Tentang kejujuran hidup di jaman yang semakin hipokrit ini, tentang bagaimana menjadi manusia seutuhnya, bagaimana menutup telinga saat seisi dunia membicarakan kita, bagaimana berdamai dengan kehidupan. Dan yang paling penting Mah, gadismu juga sering mengingatkan saya tentang hal-hal mikro yang biasanya luput dari perhatian kita. seperti kecintaannya pada kucing; merawat dan bermain dengan kucing, hal-hal kecil tentang kebersihan pun ia ajarkan; kebiasaan mengelap sendok dan garpu dengan tissue sebelum makan, aku curiga, gadismu lebih menyukai tissue ketimbang saya...hehe..tapi dibalik semuanya, aku sangat kagum tentang hal itu.
Banyak yang ia ajarkan Mah, mulai dari cara memakai sumpit, cara memakai sun screen, memilih sabun muka, ah... Bila bukan sebab gadismu, mana mungkin saya bisa sefasih ini mengenal rindu, senja, dan skincare?
Mungkin terkesan berlebihan tapi itu adalah penemuan terhebat dalam hidupku baru-baru ini Mah, hehe.
Gadismu terkadang amat cerewet dan mudah cemas, Mah..Ia juga terkadang lucu, aneh dan menyebalkan. mungkin jika ada perkumpulan membahas tentang hal menyebalkan di poros seluruh galaksi, aku yakin bahwa aku akan mendominasi pembicaraaan tersebut, aku akan menyampaikan bahwa betapa menyebalkannya gadismu saat ia sering sekali lupa kenangan-kenangan yang pernah kami lalui...Hehe... tapi tidak apa, Mah...tugasku adalah mengingatkannya. Dan salah satu hal yang lucu dan kusuka ialah saat ia begitu cemas memastikan kalau aku sudah sampai dirumah atau belum; sesaat setelah kita bersua.
Ah, mungkin memiliki seseorang yang cerewet tatkala memastikan keberadaan kita sudah sampai di rumah atau belum adalah salah satu kebutuhan psikis manusia, modern ini.
Begitulah Mah, kelucuan dan kecerewetan gadismu, Mah. Tapi percayalah Mah, saya akan tetap menyayanginya dengan segala keanehannya.
Mah, saya bukanlah laki-laki spesial, biasa saja. jika bertemu anak Mamah, baju yang saya pakai itu-itu saja. Bahkan jika nanti akan mengajaknya makan, tempatnya pun jarang berganti-ganti. Tidak seperti kaum Borjuis yang berkelana keseluruh restoran mahal metropolitan. Saya hanyalah lelaki biasa, yang sering pula membuatnya kesal pagi dan malam. Yang seketika membuatnya badmood meski hari sedang cerah-cerahnya. Yang sering membuatnya tersiksa menahan rindu tatkala saya jauh darinya. (yang ini mungkin saya ke-pede-an)
Mah, gadismu juga sering berkeluh-kesah tentang hari-harinya, tentang kucing, tetangga, makanan, dosen brengsek, organisasi dan tugas kampus. Aku juga meminta maaf Mah, terkadang mengajak gadismu yang sedikit lucu ini untuk memakan jajanan pinggiran; telor gulung, makanan pedas, dll. tanpa sepengetahuan Mamah.
Saya juga kagum padanya, betapa bergairahnya dirinya saat mengejar kesuksesannya, terlebih dalam segi akademiknya, Mah. Gadismu tumbuh menjadi perempuan yang tangguh dan cerdas. Gadismu ini langka Mah, dia tetap memegang prinsipnya, dia hidup tanpa kepura-puraan dunia maya.
Seperti itulah tingkahnya sehari-hari, tapi yakinlah Mah, saya akan selalu bersedia mendengarkan keluh-kesahnya yang terkesan itu-itu saja, memahami egonya, mengerti kesibukannya, mendukung hal-hal untuk kebaikan dia.
Mah, saya berharap, suatu saat saya bisa benar-benar bisa memanggil Mamah dengan panggilan ini, "Mamah", mengikat janji suci berdua dengan gadismu yang disaksikan langsung ratusan pasang mata yang hadir, mengimaminya sholat, membimbing tilawahnya, mengurus kucing-kucingnya. Dan tenang saja Mah, kalian akan tetap ada di tempat yang paling istimewa dihatinya, kalian takkan kehilangan cintanya pada kalian sebab saya. Sebab cinta tak pernah merantai, melainkan memberi sayap.
Salam hangat dari saya, Mah
Salam untuk Gadis-mu yang lucu itu.
Mungkin dia sedang marah dan tersenyum sendiri setelah membaca tulisan ini. Karena saya akan hilang dari peradaban beberapa saat lagi.
#30haribercerita#30harimenulis#poem#puisi#sajak#photography#photogram#quotes#30harimenulissuratcinta#semangat#inspirasi#senyuman#bahagia#tulisan#tumblr#literasi#landscape#love#cinta#hijrah#life#kata#puisiindonesia#sajakromantis#sajakrindu#ibu#ayah#keluarga#family#fypツ
62 notes
·
View notes
Text
Berbuka Puasa
"Ngreeek", suara pintu ruang depan berderit. Engselnya sudah tua dan berkarat. Kelihatannya, rumah ini sudah berumur puluhan tahun. Aku bahkan mendengarnya dengan jelas dari ruang tengah yang jaraknya sekitar 10 meter. Rumah ini memang terlihat klasik, namun masih kokoh. Beberapa bagian rumah seperti tiang dan pondasinya masih terbuat dari kayu. Sepertinya, Pak Darmo menyukai rumah yang desainnya klasik.
Di ruang tengah, kami sedang berkumpul untuk makan. kebetulan, aku diundang berbuka puasa oleh Pak Darmo bersama keluarganya. Sebagai anak kos yang merantau untuk kuliah, diundang tetangga untuk sekedar makan malam adalah kebahagiaan. Setidaknya anggaran harian 15 ribu untuk makan malam bisa dialokasikan untuk ngopi.
Rumah Pak darmo terkesan seperti bangunan lama, seperti Joglo, rumah adat Jawa, tapi versi yang lebih modern. Dindingnya sudah terbuat dari batu bata dan semen. Dan sebenarnya, yang membuat terlihat tua adalah bentuk bangunannya yang lebar sisi kanan-kirinya, halaman depan yang luas, dan di dalam rumah terdapat tiang-tiang kayu yang menopang atap. Satu lagi, lantainya terbuat dari plester atau lapisan semen yang mengkilat. Halus. Terasa dingin jika menapakkan kaki di atasnya. Jika melangkahkan kaki di atasnya, akan terdengar hentakan kaki memecah keheningan.
"dug dug dug."
Seorang perempuan muda masuk dan menyapa seiisi rumah. Terlihat lelah.
"weee anak wedok wes mulih," ucap Pak Darmo yang duduk di depanku di meja makan.
Ransel kecil berwarna coklat tua dengan sedikit garis hitam di tengahnya menggantung di pundak kirinya.
Ia cium kedua tangan ayah dan ibu. "Minum dulu nduk, buka puasa", ucap ayah. "sampun Pak", timpalnya.
Ini adalah kebiasaan yang sudah lumrah bagi masyarakat Indonesia. Sekalipun tidak semua begitu, namun memberikan salam sambil mencium tangan kedua orang tua setelah bepergian adalah hal yang umum dilakukan, terutama oleh masyarakat Jawa di pedesaan.
Bagiku, sudah menjadi mahasiswa tapi masih melakukan kebiasaan itu adalah perbuatan yang mengesankan. Aku sendiri, tidak selalu begitu.
*** ***
Sore ini aku makan malam di rumah tetangga kontrakanku, Pak Darmo. Tadi, usai melaksanakan jama'ah shalat Maghrib, beliau mengajakku mampir untuk makan malam. Tidak jauh, hanya di seberang jalan.
Kebetulan sekali, aku baru berbuka puasa dengan air putih dan kurma yang dibagikan takmir mesjid.
Aku yang cukup dekat dengan Pak Darmo.
Kebetulan sekali, beliau adalah pengurus masjid, dan sering memintaku ngimami sholat Maghrib. Dari situlah aku mengenal beliau sekaligus masyarakat desa di sekitar kontrakanku.
Kami makan bersama. Pak Darmo dan istrinya terlihat bahagia sekali. Mereka berbincang santai, hangat dan tentunya sambil menjamu tamu dengan ramah. Harmonis sekali. Mereka menceritakan masa-masa muda
Usai menyantap jamuan yang dihidangkan oleh keluarga Pak Darmo, sendok dan garpu kuletakkan terlungkup di atas piring, tentunya karena aku tak ingin mengambil tambahan makanan. Begitulah tata Krama di Jawa.
Semuanya selesai, Pak Darmo dan istrinya terlihat sedang melafalkan do'a setelah makan sebagai wujud syukur mereka pada Tuhan. Begitupun denganku, Alhamdulillah, alladzi ath'amana wa saqana.
"tadi, putri bapak?", aku keceplosan, dan seketika pula kalimat itu muncul, membuka perbincangan kami yang baru.
Ibu hanya tersenyum mendengar pertanyaanku sambil membereskan meja makan. Sedangkan Pak Darmo, meletakkan gelas air putihnya lalu menceritakan beberapa hal tentang putrinya.
Ibunya sambil membereskan meja makin menyela-nyela obrolan kami. "...dia ki rodok menengan mas nek ketemu cah anyar. Ning aktife ra karuan nek wes kenal. Cah organisasi nang kampus e dekne. Mbok ya sampeyan kenalan sopo ngerti gathuk, mumpung iseh single saiki." Seketika tawa kecil kami terlepas mendengar kata-kata Ibu. Hahaha.
Yaa, ini sebatas obrolan pengenalan saja sebagai tetangga. Begitulah hidup di masyarakat pedesaan. memang perlu akrab dengan masyarakat bukan?
Cukup untuk sore ini, aku mohon pamit untuk kembali ke kontrakan. Siap-siap ngimami traweh hari ini. Kebetulan sekali, Pak Darmo adalah salah satu takmir masjid sebelah kontrakanku. Beliau yang memintaku memimpin sholawat traweh.
Di teras rumah, hanya terima kasih dan salam yang bisa kuucapkan. "enteni kuliah e rampung yo mas. Masih lama to di Jogja?", ucap Ibu. "Hehe, insya Allah tesih Bu," timpalku.
"Assalamualaikum," Aku kembali ke kontrakan membawa pertanyaan Ibu... Pertanyaan yang tak pernah memiliki jawaban, hingga kini...
Ibu, bahkan, mungkin sudah lupa pernah menanyakan itu padaku. Bertahun-tahun sudah berlalu. Tinggal cerita saja.
*** *** ***
2 notes
·
View notes
Text
Cerita Pendek | Sumpit
sudah tahu hanya sepihak rindu, masih coba lempar dadu peruntunganku ♫
lagu entah siapa berputar di area resto, menemani para pekerja korporat istirahat makan siang. restoran masih ramai meskipun waktu sudah menunjukkan pukul satu siang.
pesananku datang. “Kak, mau konfirmasi, mango dessert-nya dikeluarkan di akhir, ya?” aku mengiyakan, sambil menggeser beberapa barang di meja agar makan siangku muat di sana. setelah hidangan tersaji, terakhir, waitress meletakkan tisu dan sumpit. seketika, aku merasa dadaku sempit. ‘dia nggak bisa pakai sumpit..’
“saya coret yang sudah, ya, Kak.” aku tidak mengangguk, namun tetap dicoretnya. aku mengambil sumpit dan menatapnya, ‘sial, ternyata dia nggak bisa pakai sumpit, lah aku repot-repot belajar kemarin. haha.’
mesin waktu di kepala lantas berdesing, menyala, memutar keping memoria saat pertama berjumpa, ‘duh, nggak ada sendok garpu, ya? aku nggak bisa pakainya, aku China KW.’ aku tertawa.
mesin waktu berdesing kembali, melompat ke pertemuan terakhir kita, ‘wah, pakai sumpit, ya. aku lupa.’ kupatahkan leher ke kanan sambil merogoh saku tas, mencari sendok lipatku. ketemu! kusodorkan padamu lalu katamu, ‘kamu nggak pakai? mau kutanyakan ke resto?’ aku tertawa kecil, ‘aku bisa kok pakainya, aku belajar.’
lupa buta atau ku batu ♫
mengingatmu menyenangkan. tapi kurasa, bersamamu, lebih kuinginkan..
2 notes
·
View notes
Text
10 Hari Menulis
youtube
A silent romantic; Like sugar melting into black tea, as your voice swirls throughout my body. - Hikaru Nara
Pertama-tama mau berterima kasih kepada Tim Hore Klub Menulis, yang banyak mengadakan event untuk klub menulis. Sudah 2x ikut event-nya, dan seru banget. Volunteer loh.
Kedua, aku sering lihat bersliweran x day of something, x hari menulis, tapi ini kali pertamaku ikut challenge semacam ini. Exciting.
Disini aku merasakan langsung benarnya kata pepatah, If you want to go fast, go alone, if you want to go far, go together. Dengan 40+ orang yang mengikuti challengenya, dan masih ada 25 tulisan yang masuk di hari terakhir, ternyata, kalau bersama orang banyak, meneruskan suatu komitmen itu lebih mudah ya.
Ketiga, tentang hint temanya.
Siapa yang menyangka kalau sendok garpu itu temanya bukan "makanan favoritmu" tapi ternyata "pairing"? Menengok lagi hint yang diberikan, setelah semuanya terungkap, jadi lucu sendiri. *aku ketawa beneran, irl
Keempat, 10 hari menulis ternyata impactnya tidak hanya di 10 hari itu buatku. Paksaan untuk menulis tentang suatu tema, membuatku melihat lagi apa-apa yang luput. Dari hal di sekitarku, memori-memori yang aku miliki, hal-hal yang pernah aku tulis. Membantuku untuk live in the present.
Kelima, membaca tulisan orang lain, serta komentarnya, membuatku lebih mengenal bagaimana orang menulis, dan bagaimana orang lain membacanya. Juga mengenal orang di baliknya.
Aku yang dulu mungkin hanya melihat, oh ini mas-mba CEOO, mas-mba PM, mas-mba GRC, mas-mba #halopops, etc. Identitas baru lebih melekat karena lebih tahu cerita dalamnya. Mas-mba yang suka naik gunung, mas-mba yang punya kebun di halaman rumahnya, mas-mba yang suka kpop dan bisa bahasa korea, mas-mba yang MBTInya "F" juga kaya aku.
Keenam, ada 3 tema yang sangat sulit buatku yaitu how-to, bebas dan pairing. Tapi kalau melihat tulisan yang lain, sepertinya memang rata-rata struggle di how-to juga. Kalau bebas, lebih struggle menentukan nulis tentang apanya, brain stormingnya. Kalau pairing struggle karena social skillku minus.
Ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh. Aslinya mau nulis sampai 10 nyesuaiin 10 hari menulis, tapi susah juga ya ternyata. Jadi aku cukupkan sampai sini dulu :)
Anyway, sekali lagi terimakasih kepada peserta dan tim hore udah ikut dan mengadakan acara 10 hari menulis ini, kalian luar biasa. Time flies ya, jadi ga sadar tiba-tiba pekan depan udah lebaran. Taqabbalallahu Minna wa Minkum semuanya.
2 notes
·
View notes
Text
Meja makan
Aku tumbuh besar di sebuah rumah yang tidak memiliki meja makan dengan kursi di sekelilingnya. Meja makan kami kecil. Satu sisi menempel tembok, satu sisi menempel lemari, satu sisi berada di jalan masuk ke dapur. Hanya ada satu sisi yang bisa berhadapan dengan kursi.
Meja makan kami kecil, sehingga meja makan hanya dipakai untuk menaruh makanan. Rice cooker, lauk pauk, sayuran, keranjang buah, perintilan (bawang goreng, kering kentang, etc), dan pure-it. Di atas meja makan, ada sebuah rak dinding tempat menaruh sendok-garpu dan obat-obatan.
Meja makan kami kecil, hanya bisa dipakai makan oleh satu orang. Sehingga keluarga kami tidak pernah barang satu kali pun makan bersama mengelilingi meja makan. Kami makan dimana-mana; di ruang keluarga depan tv, di ruang tamu, duduk di anak tangga, atau kadang di kamar sambil menonton atau bekerja.
Terkadang ada juga momen makan bersama di ruang keluarga, kami duduk di karpet, piring ditaruh di atas toples isi kerupuk atau peyek supaya posisinya nyaman. Tapi, biasanya pun nggak semuanya. Hanya aku dengan adik, atau dengan Abi, jarang sekali komplit. Kecualiii, kalau beli makanan besar seperti pizza dan makan bersama-sama.
Aku suka sekali makan bersama di meja makan. Selain untuk makan, seringkali meja makan juga dipakai untuk mempererat hubungan, bonding, mereka bilang. Makan sambil berbincang, menatap mata satu sama lain, berbagi cerita dan tawa.
Hari ini, aku mengajak keluarga untuk makan siang di luar. Duduk mengelilingi meja makan dan makan bersama. Ngobrol. Bercerita tentang masa-masa Ummi & Abi ketika baru menikah dan harus segera berangkat ke Eropa supaya Abi menyelesaikan studinya. Rasanya seru. Dan hangat, tentunya.
Aku merindukan momen ini, dan makan siang tadi menjadi salah satu alasan bahagiaku hari ini.
11 notes
·
View notes
Text
Review ala-ala
Mencoba #kulinerkereta bakso kuah & teh premium. Karena ngereta sendirian, kereta nya jauh sama restorasi nya mager jalan haha sama coba hal baru juga si pesennya di railfood kai acces bayarnya pake qris, buat kaum mendang-mending kaya gw bakso enak 25 rb ya masih wajar lah ya di dalem kereta baksonya masih anget di anter ke kursi juga cuma sendok yang di bawa mba crew nya keabisan jdi mau di anter lagi katanya yaudah lah di tungguin aja dh sampe 30 mnt blm di anter2 juga sendoknya kayanya mba nya lupa heu, chat cs nya buat minta sendok garpu langsung di anterin, bagus si servicenya tapi jadilah makan bakso yang udh hampir dingin kuahnya tapi tetep enak baksonya.
Teh premiumnya si yang agak mahal 15rb tapi emang enak teh nya gulanya pake gula batu yang putih gitu, manisnya pas tehnya wangi.
Sebenernya kangen nasi goreng di kereta sebelum 2012 si di bungkus kertas nasi diiket karet sendok plastik sama krupuk terpisah ahh rasanya mantapp, sekarang adanya nasi goreng legend ntah rasanya sama kaya yg dlu apa engga cuma agak mahal 40rb jadi lain kali aja dh nyobain nasi goreng legendnya wkwk
Di rumah sendirian mau bikin kopi/susu tapi stok nya abis, inget di kasih coklat Swiss dari kantor. Rasanya udah pasti ada pait coklatnya, manis, dan ada asinnya juga. Masih diterima si di lidah ndeso ku ini.
3 notes
·
View notes
Text
Menemukanmu
“ mba aku keluar dulu ya,
Jalanku terhenti saat mba anggun menahan gerakku,
Sambil berbisik pelan” mau kemana sebentar lagi akadnya selesai waktu yang baik untuk meminta jodoh.
Tanpa menjawab pernyataan mba anggun aku langsung melepaskan genggamannya lari menuju dimana mobil dewa diparkiran.
Me: wa, aku diparkiran sekarang kesini ya aku mau balik buruan.
Me: p
Me: p
Me : p
Dewa: ha! Cepat banget ini belum selesai.
Me: PENTING
Dewa : iya bentar aku kesana.
Kenapa? dia bertanya dengan nafas yang masih tak beraturan, langsung segera membukakan pintu mobilnya untukku.
Didalam mobil kami hampir saling beradu argument.
“mantan kamu ya? tanyanya memecah kesunyian siang itu.
Pandanganku masih lurus tertuju pada macatnya jalan kota.
Ra?
“e-aayah
“ aku bicara” nadanya mulainya kesal sampai beberapa kali melirikku
“ ia wa, hehe maaf ya.
“tadi kamu Tanya apa?.
Pandangan dewa tak menghiraukanku masih saja terus melaju terfokus pada setirannya
“huh kacang kacang gumamku
Hahaha dia pun tertawa lepas begitu juga aku.
Tapi kamu belum jawab ra, “dia mantan kamu ya,”
Sambil menoleh kearah ku sambil menunggu jawaban dariku
Bukan, dia hanya teman smp ku saja. Balasku singkat.
I see jawabnya
Raut wajahnya masih saja menunjukkan ketidakpuasan terhadap pernyataanku
Teman smp ya, tapi kok berat kali sepertinya aku lihat kamu melepasnya untuk menikah tawanya tipis.
Huh! Sudahlah jangan bahas itu lagi sanggahku. Aku langsung mengalihkan untuk memintanya singgah ke café mocie ya wa aku lapar.
Hahaha dia tertawa tipis sambil melempar senyum padaku.
Ia,ia. Jawabnya sambil tetap melajukan mobil ketempat tujuan.
------------------------------
3 bulan kedepan
“Congratulation ya ra”, ucapnya setelah beberapa menit kami tiba di café mocie, sambil menanti pesanan kami datang.
Hehe ia ia makasi jawabku malu-malu. Sambil mengusap-usap hidungku untuk menghilangkan rasa nerves.
Dia masih saja memandangku dengan lekat-lekat sehimgga membuatku sulit untuk bergerak atau berekspersi merasa ada yang mengawasi huh! Keluhku
“ra”
“hemm” dengusku yang masih berselayar pada ponsel pintarku
Gerak tangannya begitu cepat merampas ponselku.
“wa, kataku dengan tatapan sebalnya.
Apa bedanya kita bertemu dengan hanya chattingan kalau fokusmu hanya pada ponsel saja,
Sanggahnya padaku dan melanjutkan kicauannya tau enggak ra, zaman sekarang memang sudah canggih dan serba digital, sampai orang lupa dengan yang nyata, hahah tawanya.
Permisi pesannya mba,
Oia iya jawab kami dengan antusias, terutama aku karena sungguh lapar.
“oia gimana kabar orang tua ra” tanyanya sambil meneruskan makanannya,
“kalau ibu alhamdulillah baik, hanya penyakit bawaan usia saja jawabku
“apa itu tanyanya lagi.
“kolesterol dan asam urat
“kamu harus jaga makan ibu kalau gitu ra, kurangi yang santan santan jawabnya
“lalu kalau ayah kamu gimana? Tanyanya sambil menyuapkan makanan ke ruang mulutnya.
“aku hanya diam tak menghiraukannya
“ra tanyanya sambil mengangkat alisnya
“ ayah sudah lama pergi dan tak kan kembali jawabku sambil menata sendok dan garpu diatas piring.
“maaf gak bermaksud ra, katanya sambil menepuk pundakku berusaha menenangkan.
Sudah-sudah kok jadi melo gini suasananya suara ku memecahkan ketegangan kami.
“kamu harus beruntung ra, karena masih ada ibu,
“ha maksudnya. Tanyaku sambil menaikkan alis.
Aku sudah tinggal ibu, sejak berumur 5 tahun,
“sudah-sudah sanggahku sebelum dewa melanjutkan ceritanya aku menutupnya, memaksanya untuk tidak melanjutkannya.
aku tau sekali bagaimana kehilangan sudah menginjak usia 2 tahun kisah kehilangan ayah. Desember kala itu benar benar basah dengan air mata. semesta seolah begitu kejam menjemputnya tanpa beri isyarat pada kami.
Yang paling terpukul kala itu adalah ibu, pria yang yang menemaninya selama 23 tahun pada pernikahannya pergi untuk selamanya, ibu sama sekali tidak membencinya sekalipun pria yang kusebut ayah itu telah banyak menggoreskan luka dihatinya.
Ibu sangat rapi menyembunyikan peringai buruk ayah, ibu simpan sendiri luka itu. Sangat rapi bahkan untuk mengintipnya saja saat itu aku tidak ibu beri ruang. Sampai akhirnya waktu juga yang memberi kabar.
Pesan ibu yang selalu ku ingat: jika kelak nanti tuhan beri kesempatan ananda menjadi seorang istri, ingatlah saat akad itu kalian ikrarkan, ketahuilah kalian telah bersumpah janji bukan hanya pada penghulu dan para undangan terlebih-lebih kepada rabb-Mu sayang. Sebisa dan sekuat keputusan cinta kalian saat memutuskan untuk menikah begitu pula nanti saat mempertahankannya. banyak bukit dan jurang-jurang yang tak bisa ibu defenisikan Karena jalan yang kita tuju itu berbeda.
Jika lelaki yang kau pilih tak sebaik sebelum kalian menikah semoga tak ada dendam yang kau hadirkan dalam hidupmu, cobalah berdamai pada takdirmu dan genggam terus kepercayaan pada tuhanmu nak, karena Tuhan tak akan pernah salah menempat seseorang dalam hidupmu sekalipun itu yang akan menghancurkan hatimu.
Tetap tampakkan dia sebagai lelaki-lelaki yang patut dihargai dan dihormati oleh putra-putrimu. Jangan biarkan mereka membenci sosok sang ayah.
suasana makan siang saat itu menjadi hening saat aku menceritakan nasihat yang pernah ibu beri padaku.
2 notes
·
View notes
Text
Ketidaksempurnaan.
Mataku nanar melihat segala hal yang tertata rapi. Seperti hari ini kepalaku terasa berputar melihat jejeran pensil 2B yang lurus dengan proporsi yang pas di atas meja rekan kerjaku.
Aku memegang mulutku tiba-tiba karena sepertinya hasil makan siangku akan segera naik ke atas tenggorokan. Aku mual. Perubahan-perubahan pada tubuhku pasca pengobatan ini mengerikan. Aku merasa tidak normal.
Rekan kerjaku menatapku tidak mengerti, tetapi aku berhasil mengatasinya dengan baik jadi aku langsung tersenyum dan melembaikan tangan tanda pamit untuknya. Setidaknya untuk hari ini.
---
Kejadian mual yang sama hampir terulang lagi ketika aku melihat betapa lurusnya sendok, garpu dan pisau dihidangkan di atas meja ketika kami sedang berada di sebuah rumah makan.
Ketika ada rasa untuk pergi ke kamar mandi, tiba-tiba ada sekelibat tangan yang mengacak-acak susunan sendok, garpu serta pisau milikku. Semuanya menjadi berantakan sekarang. Ia melakukannya dengan satu tangan dan satu tangan lainnya mengacak-acak susunan miliknya sendiri. Matanya tetap menatap layar laptop karena ada deadline dadakan yang harus terselesaikan di saat jam makan malam. Laptopnya pun ia buat tidak lurus, sehingga ia duduk sedikit miring agar nyaman juga untuk lehernya. Semua ia lakukan dengan cepat tanpa bertanya atau dengan tatapan aneh.
Aku terdiam karena semuanya reda seketika. Yang tidak reda adalah air mataku dengan seluruh rasa syukur dalam hatiku dan jantung yang terus berdegup kencang. Rasa haru dan bahagia menyeru. Aku benar-benar berterima kasih padanya.
Ia adalah orang yang aku cinta dan aku ingin mencintainya sebagaimana ia mencintaiku selama ini.
---
Karena akan ada banyak orang yang tidak mengerti dan tidak mau menerima sesuatu tentang dirimu. Akan ada banyak orang yang menatapmu dengan aneh karena suatu hal yang kebanyakan orang lain tidak tahu tentangmu. Akan ada banyak orang-orang seperti itu...
Tapi yang menyayangimu dengan tulus, ia akan mencoba mengerti dan menerima sepenuhnya ketidaksempurnaanmu.
3 notes
·
View notes
Text
PRODUSEN GEROBAK ANGKRINGAN, 0856-4008-9109 (WA)
Kami merupakan Produsen / Sentra perajin yang menyediakan Jasa Pembuatan Furniture, salah satunya adalah gerobak angkringan di Klaten yang berada di wilayah Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Dalam sebulan, kami memproduksi sekitar 50 an gerobak. Dikarenakan permintaan gerobak tak hanya berasal dari warga Bayat yang membuka usaha angkringan. Pesanan banyak berdatangan dari warga luar Klaten bahkan sudah menjangkau ke berbagai kota/kabupaten di Pulau Jawa dan Bali. Kami ingin merambah sampai ke luar Pulau Jawa seperti Sumatra dan Kalimantan. Akan tetapi terkendala dengan pengiriman.
Model gerobak angkringan relatif tak banyak perubahan. Desain / model gerobak yang kami produksi sesuai desain gerobak yang menjadi ciri khas warung angkringan. Ciri khas gerobak angkringan yakni tenda, tiga cerek, lubang untuk menempatkan anglo berisi arang panas dan teko (ceret), dua roda, serta terkadang ditambahi teplok.
Gerobak menjadi salah satu ciri khas warung angkringan atau hik selain menu nasi kucing serta tiga cerek untuk minuman. Gerobak dilengkapi dua roda serta 3 kursi panjang untuk tempat duduk para pembeli. Dan juga ada etalase yang bisa digunakan untuk menempatkan aneka hidangan makanan dan minuman khas angkringan yang maknyus..
Ukuran standar gerobak yang biasa kami produksi : Tinggi = 190 cm Panjang = 210 cm Lebar = 90 cm Ada juga yang pesan gerobak angkringan dengan model dan ukuran yang berbeda.
Soal harga sangat beragam, bisa request sesuai permintaan, kebutuhan, dan sesuai budget Anda. Harga mulai Rp.1,5 juta hingga Rp. 4 juta tergantung bahan / jenis kayu yang digunakan.
Selain menjual gerobak lengkap dengan kursinya, Kami juga menjual gerobak angkringan komplit beserta perabotan jualannya seperti tenda, teko, sendok, garpu, dan gelas. Untuk paket lengkap, harganya sangat terjangkau.., cukup Rp. 3 juta Sudah termasuk ongkir ke seluruh wilayah Pulau Jawa.
KENAPA ANDA HARUS MEMBELI GEROBAK ANGKRINGAN KAMI ??? Gerobak angkringan buatan para pengrajin di wilayah Bayat berkualitas dengan harga terjangkau. Kami kerap mendengar testimoni para pemesan dari luar kota. Para customer menuturkan gerobak buatan orang Bayat berbeda dibandingkan gerobak buatan warga dari luar kota.
Bahan Berkualitas
Harga Terjangkau
Ongkir Murah Sepulau Jawa
Proses Pengerjaan Cepat & Rapi
Perusahaan kami siap melayani Client dari perusahaan kecil, menengah hingga besar dan siap melayani Anda dimanapun Anda berada di Pulau Jawa. Juga melayani daerah industri : Bekasi, Karawang, Tangerang, Serang, Purwakarta, Cilacap, Semarang, Demak, Cilegon ,Surabaya, Lamongan, Sidoarjo, Pasuruan
Kami melayani Pembelian SATUAN / ECER, GROSIR, & PARTAI BESAR. SIAP MENGIRIM KE 6 PROVINSI, SELURUH KOTA DI PULAU JAWA, diantaranya :
Provinsi Jawa Tengah Banjarnegara, Banyumas, Purwokerto, Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Demak, Grobogan, Purwodadi, Jepara, Karanganyar, Kebumen, Kendal, Klaten, Kudus, Mungkid, Pati, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Ungaran, Sragen, Sukoharjo, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, Magelang, Pekalongan, Salatiga, Semarang, Surakarta, Tegal.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul, Gunungkidul, Wonosari, Kulon Progo, Wates, Sleman, Yogyakarta.
Provinsi Jawa Timur Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Kanigoro, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri, Ngasem, Lamongan, Lumajang, Madiun, Caruban, Magetan, Malang, Kepanjen, Mojokerto, Mojosari, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Bangil, Ponorogo, Probolinggo, Kraksaan, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban, Tulungagung, Kota Batu, Blitar, Kediri, Surabaya.
Provinsi Jawa Barat Bandung, Soreang, Bandung Barat, Ngamprah, Bekasi, Cikarang, Bogor, Cibinong, Ciamis, Cianjur, Cirebon, Sumber, Garut, Tarogong Kidul, Indramayu, Karawang, Kuningan, Majalengka, Pangandaran, Parigi, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Palabuhanratu, Sumedang, Tasikmalaya, Singaparna, Banjar, Cimahi, Kota Depok , Pancoran Mas.
Provinsi Banten Lebak, Rangkasbitung, Pandeglang, Serang, Ciruas, Kabupaten Tangerang, Tigaraksa, Cilegon, Tangerang Selatan
Provinsi DKI Jakarta Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, Jakarta Barat, Kembangan, Jakarta Pusat, Menteng, Jakarta Selatan, Kebayoran Baru, Jakarta Timur, Cakung, Jakarta Utara, Koja.
Bagi Anda yang ingin Pesan Gerobak Angkringan, silahkan chat WhatsApp di bawah ini : Kami mengutamakan Chat WA yang masuk.
ADMIN HP/WA: 0856-4008-9109 (Im3)
#gerobakangkringan#marketing#local seo#digitalmarketing#seo expert#jualgerobakangkringan#jualgerobakangkringanterdekat#klaten#jogja#karanganyar#pusatgerobakangkringan#harga gerobak angkringan#gerobak angkringan#jualgerobakangkringanmurah
2 notes
·
View notes
Text
Kemarin (22/01) aku jalan-jalan bersama seseorang.
Pukul 1 siang dia sampai di rumahku. Setelah memakai sandal dan pamit, aku menghampirinya yang menunggu di depan rumah. Kami berencana makan siang bersama, tapi kami belum menentukan mau makan apa. Sebelum keluar dari gang rumah, dia mengatakan ingin makan sesuatu yang pedas. Sampai di jalan raya, dia mengusulkan makan ayam geprek. Kami sepakat. Baru 5 menit berlalu, aku mengetuk bahunya dan bilang, “Gimana kalau makan di Waroeng Yanto? Kita udah lama enggak ke sana.” Ia menaikkan kaca helmnya, berseru, “Oh iya, ya, aku lupa ada tempat makan namanya Waroeng Yanto.” Kami tertawa. Mumpung belum terlalu ke selatan, aku mengarahkannya untuk lewat jalur hijau saja.
Jalur hijau atau jalur alternatif adalah caraku menyebut jalan di luar jalan raya dan jalan utama. Selain itu, jalur ini punya lebih banyak pepohonan di sisinya. Jadi, sepertinya enggak salah kalau menyebutnya jalur hijau.
“Nanti pertigaan Pasar Rejodani belok kiri ya.” “Aku belum pernah lewat sini.” “Oh ya?” “Iya. Belum pernah.”
Setelah itu kami menyusuri Jl. Plumbon. Mengikuti jalan. Sampai tahu-tahu tembus Jl. Kaliurang.
“Oalah, tembusnya sini ya. Aku baru tahu.” “Haha, baguslah, jadi tahu jalur baru.”
Waroeng Yanto bakal ramai, deh, soalnya ini hari Minggu, ujarku. Kami sudah mewanti-wanti sejak di jalan, memikirkan opsi lain kalau-kalau enggak dapat meja. Ia berhenti di area parkir motor tanpa mematikan mesinnya, lalu aku masuk duluan dan mencari meja kosong. Setelah memastikan masih ada tempat kosong, aku mengabarinya. Kami duduk di dekat pintu menuju dapur belakang. Semua meja sudah penuh. Biasanya, kami duduk di luar--lokasi paling strategis. Bayangkan ini: duduk di samping area masak, sambil menunggu makanan datang kami bisa melihat para chef sekaligus mencium aroma masakannya. Selain itu, kami enggak perlu merasa bersalah kalau merokok, karena ini di luar.
Kami pesan menu kesukaan masing-masing. Sayang, kerang sudah habis. Padahal kami berniat pesan kerang saus padang.
Pengalaman makan di Waroeng Yanto kali ini terasa lebih menyenangkan dari biasanya. Duduk di bagian dalam membuatku bisa memperhatikan pelanggan yang sedang makan, pelanggan yang kelaparan dan hampir bosan menunggu pesanannya datang, pegawai yang sibuk bolak-balik mengantarkan pesanan, Pak Yanto dan chef lain yang sibuk di depan kompor...driver ojol yang memenuhi area kasir, denting piring, sendok, garpu, dan gelas, serta asap dan api yang mengepul dari bawah kompor. Sesekali aku membagi perhatianku pada cerita orang di depanku. Ia menceritakan hari-harinya yang sedang berat. Aku tenggelam dalam suasana ini.
Pesanan kami datang. Kami sudah kelaparan banget. Setelah mengucapkan selamat makan ke satu sama lain, kamu fokus pada makanan di depan kami. Satu hal yang aku sayangkan adalah nasinya keras, sepertinya kurang air. Ini kali pertama kami dapat nasi yang keras, biasanya selalu lembut dan pas. Yah, nggak apa-apa, toh, masakannya tetap enak. Pada akhirnya kami enggak merokok ketika sebetulnya bisa. Sewaktu kami selesai makan, ada satu keluarga yang membawa bayi duduk di seberang kami.
Aku mengajaknya jalan-jalan ke sebuah mall yang belum lama ini direnovasi dan berganti nama. Saat akan mengambil karcis parkir, kami melihat area keluar parkir yang macet. Antrian motornya panjang banget, sampai menutupi jalan bagi motor yang baru datang dan mencari tempat parkir. Bagian dalam mall juga ternyata sangat ramai. Banget. Suasana Lunar New Year sangat terasa. Warna merah ada di mana-mana! Ada beberapa panggung yang mengadakan pentas seni dan perlombaan untuk anak-anak. Sangat... lively. Kami enggak ada niat beli sesuatu atau menuju ke tempat yang spesifik, jadi kami hanya jalan-jalan mengitari mall.
Masuk ke toko baju dan melihat-lihat, sambil menggosipkan selera baju masa kini yang aneh-aneh. Aku yang cenderung suka baju dengan model aneh-aneh (hanya belum ada kesempatan memakainya), sangat berbeda dengannya yang lebih suka baju model normal. Tiap aku menunjukkan satu model baju yang menurutnya aneh, ia akan geleng-geleng kepala. Hhh, anak muda zaman sekarang, ujarnya. Melihat responnya, aku jadi semakin jahil mengajaknya melihat model baju aneh lainnya.
“Liatttt, kalau aku pakai ini gimana?” kataku sambil mengangkat baju crop top dengan tali serut di bagian perut, yang membuat panjang baju ini bisa disesuaikan. Mau sampai menutupi perut, atau digulung sampai bawah dada pas. “Hmm...” hening sesaat, sambil ia mengerutkan dahi dan mengelus dagunya, “...bagus.”
Lalu kami melihat tag harganya, sama-sama kaget dan melotot, kemudian meletakkan kembali baju itu dan pergi melihat baju-baju model aneh lainnya.
“Dengan harga segitu, aku bisa dapat dress cantik dengan model yang lebih lucu dan bisa dipakai ke mana saja karena modelnya normal.” “Iya. Tapi tadi bagus juga. Hehe.”
Sesekali kami menilai outfit orang lain. Kami mengapresiasi perpaduan baju yang dipakai seorang perempuan. Ia memakai pleated school skirt warna-warni, tank top dan cardigan, dan sepatu boots serta kaos kaki berwarna karamel. Kami juga mengapresiasi seseorang yang pakai dress bunga-bunga lengan pendek, yang menjuntai sepanjang mata kakinya. Rambutnya digerai. Cantikkk, kataku. Iya, balasnya.
Kami terus mengobrol sambil jalan-jalan di dalam mall sampai sore.
2 notes
·
View notes
Text
Makan Malam
"Tumis kangkung ditaruh di sebelah mana, bu?"
"Telor dadar diirisnya seperti apa, bu?"
"Piringnya 4 ya, bu?"
"Bapak mau kopi atau teh saja?"
Bada isya dapur kami sibuk. Suara tanya beradu dengan tawa sesekali memenuhi ruangan. Kami menyiapkan makan malam bersama. Kemudian duduk manis mengeliling meja makan untuk santap malam bersama.
Keramaian dapur belum selesai. Kami melanjutkan cerita sembari menyuap makanan kami. Biasanya bapak akan mulai bercerita tentang hal-hal sederhana tapi penuh makna. Ibu yang sibuk memastikan isi piring bapak dan anak-anak terisi penuh dengan makanan bergizi yang dimasaknya tadi. Aku yang mengisi ulang gelas minum dan banyak cerita lain yang menemani makan malam kami.
"Sudah ibu, kami saja yang membereskan meja makan. Ibu bersiap istirahat saja."
"Atau menemani bapak menghabiskan teh manis, bu. Kami pastikan meja makan dan dapur bersih luar biasa." Timpal adik.
Suara-suara riang masih juga terdengar lepas makan malam kami selesai. Menumpuk piring dan gelas sembari mendengarkan kelanjutan cerita bapak. Atau menyimak curahan hati ibu seharian ini.
Makan malam menjadi yang paling kami tunggu di serangkaian kegiatan harian kami. Kami bisa bertukar cerita dengan leluasa berbarengan dengan nasi dan lauk disuap ke mulut, dicerna perut. Dari makan malam pula obrolan serius terlahir setelahnya. Kami bisa saling mengemukakan apa pun yang ingin kami sampaikan dengan serius. Bapak dan ibu yang pelan-pelan menyampaikan nasihat. Anak-anak yang membulatkan tekad mengatakan keinginan. Kami yang saling mendengarkan. Kami yang hadir utuh, menyimak cerita penuh.
...
"Bapak tidak makan, dek"
"Nanti katanya"
Aku mengambil piring, mengisinya dengan menu makan malam. Lalu hanya terdengar suara sendok garpu yang beradu.
2 notes
·
View notes
Text
Antara Natal dan Tahun Baru.
Siang di Loko Cafe, Stasiun Yogyakarta. 28 Desember 2022, 11.13.
Duduk berseberangan. 1 laki-laki raut sedih, terlalu bingung, mungkin terluka. 1 perempuan terisak, sekuat tenaga tarik air mata, gelisah tidak berhenti bergerak, gemetaran. Laki-laki jaket abu abu, urung ulur ketenangan. Perempuan jaket hitam, rambut hitam terurai sebahu, earphone terpasang rapat di kedua telinga tidak lepas, sendok dikiri garpu dikanan, aduk makanan karu-karuan, tahan tangisan mati-matian.
Kenapa sedih sekali?
Kenapa menangis sesungguk itu?
Kenapa sekuat tenaga tahan air mata?
Kenapa tidak kau lepaskan?
Kenapa terus bergerak? Apa tahan kesedihan?
Kenapa ditahan?
Kenapa earphone terpasang?
Apakah perpisahan?
Apakah kabar menyakitkan?
Apa yang bisa membuatnya berantakan?
Mendung di meja redam siang membakar. Laki-laki dalam pandang, coba berkelakar. Perempuan menenangkan dirinya. Mencari awan.
Mungkin mulai sadar keperhatikan. Efek kekurangajaran keingintahuan. Tanpa malu pandangan tidak kualihkan. Berbisik perlahan, mereka berberes seperti jijik pada bau udara. Angkut semua barang, earphone tetap terpasang, berjalan kearahku, pancaran sedih merintih.
Berbelok, melanjutkan perjalanan. Semoga perlahan, masuk gerbong dari stasiun ke kehidupan.
Kebingunganku teriris pisau. Pikiranku memulai lomba larinya. Apa yg bisa membuat sesedih itu? Itu terlalu sedih.
Ini antara natal dan tahun baru. Waktu kita penuh kekosongan berburu semu ke semu. Atau refleksi jawab banyak pertanyaan.
Apa yang membuat sedih diantara natal dan tahun baru?!
2 notes
·
View notes
Text
should i?
"lo pada kenapa sih, anjing?!" itu adalah kalimat yang dilontarkan oleh Zen.
aku, Bang Tara, dan Bang Galang hanya bisa menghela napas dan mengusap wajah secara kasar.
"udah! kita break dulu. lanjut nanti kalo semua udah pada waras." lanjut Zen.
semua perkataan dengan nada yang lebih mirip dengan bentakan yang keluar dari Zen itu bukan tanpa alasan. semua berawal dari kita berempat yang sedang berlatih di kontrakan Bang Tara. sepuluh menit pertama, tidak ada masalah. namun, di menit berikutnya, Bang Galang mulai kehilangan tempo saat memukul drum. tidak lama setelahnya, suara Bang Tara juga mulai terdengar sumbang, padahal biasanya dia tidak memiliki masalah dengan hal tersebut. aku mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. dan tiba-tiba saja, salah satu senar yang ada pada gitarku juga putus. tidak heran jika setelahnya, Zen berkata demikian.
Zen menjadi yang pertama meninggalkan studio, entah kemana.
"gue pamit juga ya, Bang." ujarku kepada Bang Tara dan Bang Galang yang masih duduk di sofa ruang tamu kontrakan Bang Tara yang tengah sibuk dengan handphone mereka masing-masing.
Bang Tara hanya mengacungkan jempol tanpa menatapku, sedangkan Bang Galang melihat kearahku sambil mengangguk.
setelah berpamitan, aku segera melajukan motorku. saat itu pukul dua siang. biasanya matahari bersinar terik, membuat siapapun yang berada di bawahnya akan emosi kepanasan. namun hari itu sedikit berbeda, langit menampilkan warna abu-abu seolah siap untuk memuntahkan air kapan saja.
aku sampai di kosan sekitar setengah jam kemudian, bertepatan dengan hujan yang mulai turun. kakiku secara otomatis menuju ke studio milikku. aku duduk di kursi depan monitor, tempat di mana aku biasa 'bekerja'.
"there are something off here." ucapku pada diri sendiri.
"bisa-bisanya Galang out of tempo, Tara fals, dan senar gue mendadak putus padahal baru diganti. gue kalo jadi Zen juga ngamuk sih." lanjutku.
aku menyandarkan kepala pada head rest kursi. kemudian tanganku bergerak untuk menyalakan komputer. niat awal ingin mengecek file rekaman, tapi mataku tergoda saat melihat ikon game yang sudah lama tidak aku mainkan.
"Overwatch dulu kali ya." gumamku entah pada siapa.
hampir tiga setengah jam berlalu. aku memasuki match ke-8 yang aku mainkan. saat hendak melakukan aim, tiba-tiba saja aku mendengar pintu kosanku yang diketuk. aku reflek melihat jam pada dinding studio yang menunjukkan pukul tujuh lewat dua belas.
"bukannya Thea bilang mau ke sininya besok?" batinku.
tapi tanpa berpikir lama, aku mem-pause game yang sedang aku mainkan dan berjalan sedikit gontai ke arah pintu.
"oh, hai, Ta!" ujar orang tersebut. aku sedikit terkejut dengan kehadirannya. dia adalah Kak Kaluna.
"oh! hai, Kak." jawabku singkat. aku yang masih bertanya kenapa tiba-tiba Kak Kaluna yang notabene adalah pacar dari Bang Tara berdiri di depan pintu kosku. meskipun begitu, aku tetap mempersilakannya masuk.
"duduk, Kak." ujarku sambil membereskan selimut dan bantal kecil yang ada di atas sofa studio.
"eh, iya." jawab Kak Kaluna sambil mengedarkan pandangannya seolah sedang melakukan screening terhadap studioku.
"eh, anu... ini... aku bawain kamu capcay kuah." ujar Kak Kaluna seraya mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik yang dibawanya.
aku mengerjapkan mata dan mengerutkan dahi.
"kemarin pas kalian latihan di kontrakan Wintara, aku ngga sengaja denger kalo kamu suka capcay kuah." lanjut Kak Kaluna.
aku berusaha mengingat hal tersebut. benar saja, sekitar empat atau lima hari yang lalu, aku sempat berkata kepada Zen bahwa aku suka makan capcay kuah ketika kurang enak badan atau sekadar ketika hujan turun.
"loh? padahal ngga usah repot-repot, Kak. kan aku bisa beli sendiri." ujarku.
"ngga repot kok, Ta. ini tadi sekalian aku pengen kwetiaw goreng dan kebetulan juga lewat daerah deket tempat kamu." balas Kak Kaluna, entah betulan atau hanya mengarang jawaban.
aku menyunggingkan senyum seraya berdiri, "yaudah, aku ambilin piring sama sendok garpu dulu, Kak."
"eum!" jawab Kak Kaluna.
sekarang di sinilah kita. aku dan Kak Kaluna duduk berhadapan di atas karpet studio sambil menikmati makanan masing-masing. Kak Kaluna dengan kwetiaw gorengnya dan aku dengan capcay kuahku.
"Kak Kaluna ngga ke Bang Tara? ini kan malem Sabtu?", tanyaku berusaha memecah keheningan.
"Wintara lagi ke Bandung. main sama temen kampusnya dulu." jawab Kak Kaluna.
aku hanya ber-oh-ria. namun jauh dalam pikiranku, aku bertanya "Kak Kaluna mampir ke tempat gue gini pamitan ngga ya sama Bang Tara?"
"kamu emang tinggal sendiri, Ta?" kali ini giliran Kak Kaluna yang bertanya kepadaku.
"iya, Kak. udah dari SMP." jawabku.
wajah Kak Kaluna menunjukkan ekspresi kaget, "oh, sorry. aku ngga tau kalo ortumu..."
aku tertawa sebelum Kak Kaluna menyelesaikan kalimatnya, "hahaha. bukan, Kak. ortuku masih ada, lengkap. tapi emang mereka tinggal di luar kota. Ayah dinas di sana soalnya, jadi Ibu nemenin." jelasku.
kali ini Kak Kaluna yang ber-oh-ria sambil menutup wajahnya karena malu.
"terus, kamu kalo makan gimana, Ta?" tanya Kak Kaluna setelah selesai dengan 'rasa malunya' barusan.
"ya kaya anak kos pada umumnya. kadang masak, tapi lebih sering jajan. kadang juga Thea ke sini buat masakin aku atau sekadar kasih makanan titipan dari Mamanya." jelasku.
"oh. Thea sering ke sini?"
"mmm. bisa dibilang iya, bisa dibilang ngga. tergantung sama kesibukan Thea juga, tapi seenggaknya dia ke sini sebulan sekali, bawain aku bahan makanan." ujarku sambil mengunyah sawi dan kol yang ada pada capcay kuah milikku. "Thea tuh suka marah kalo makanku ngga bener, jadi kalo liat pantryku isinya cuma mi instan sama minuman sachet, dia selalu ngomel. maka dari itu, dia selalu 'beliin' aku bahan makanan sebulan sekali. ya habis itu uangnya pasti aku ganti." lanjutku.
"eh, maaf, Kak. kayanya aku oversharing ya?" ujarku sambil menggaruk belakang telinga yang sebenarnya tidak gatal.
Kak Kaluna tertawa ringan, "hahaha. ngga apa-apa kok, Ta. aku tuh suka dengerin orang cerita tau. kamu beda sama Wintara. Wintara tuh apa-apa dipendem sendiri. baru mau cerita kalo udah aku paksa atau aku ambekin, sedangkan kamu ceritanya seru dan ngalir aja gitu."
kali ini giliran aku yang tertawa, "sebenernya aku hampir 11 12 sama Bang Tara kok, Kak. bahkan kata temenku, namanya Fian, aku itu cuma mau berteman sama tiga individu, yang pertama Fian, yang kedua Thea, dan yang ketiga Temi." jelasku.
"Temi?" Kak Kaluna mengangkat satu alisnya.
"kucingku, tapi sekarang lagi ada di pet shop. habis di-grooming." jawabku.
"ihhh. mau ketemu Temiii." ujar Kak Kaluna.
"hahaha. iya, kapan-kapan aku bawa ke studio deh atau... kakak main ke sini lagi?" kataku hati-hati.
"yeyyy!" Kak Kaluna menyunggingkan senyum dan mengengepalkan tangan mirip seperti anak kecil yang diberi hadiah.
sekitar dua puluh menit kemudian, Kak Kaluna pamit karena tidak ingin pulang terlalu malam.
"beneran ngga mau aku anter, Kak?" ujarku tepat di samping Kak Kaluna yang sudah duduk di belakang kemudi mobilnya.
"kalo kamu anter, mobilku gimana dong?" tanya Kak Kaluna.
"ya aku anter kakak naik mobil kakak. nanti aku baliknya naik ojek online." jawabku.
"ah, ngga deh. kasian kamu malah jadi bolak-balik. next time aja aku ke sini, tapi kamu yang jemput ke rumah." balas Kak Kaluna.
"yaudah. drive safe, Kak. kabarin aku kalo udah sampe rumah." kataku.
"iyaaa, Ta. makasih ya udah disambut walaupun aku ke sininya ngga ngabarin dulu." ujar Kak Kaluna sambil menepuk bahuku.
"anytime, Kak."
selanjutnya, mobil Kak Kaluna melaju meninggalkan basement dan perlahan terlihat menjauh lalu menghilang karena berbelok menuju jalan raya.
"should i let her in? apakah gue perlu menjadikan dia 'individu' ke-4 yang tau sisi menyenangkan gue?" dua pertanyaan ini terus berputar di kepalaku sejak memasuki lift hingga tiba di depan pintu kosku.
"eh, Asta! Kaluna kan pacar Tara, goblok! mikir apa lu?!" ujarku sambil menampar pipiku sendiri saat menyadari apa yang aku pikirkan barusan.
"but, being with her... it feels like home." said the devil inside me.
0 notes