#sama sama sukses
Explore tagged Tumblr posts
Text
--- Doa banyak-banyak aja yah. ☀️
#kuat#kuat selalu#stronger#strong#quotes#positivity#positive quotes#positive#self love#penulismuda#motivasionline#kutipan#kutipan hidup#hidup motivasi#motivasi#motivasi hidup#anak muda#anak muda indonesia#anak muda online#kaum rebahan#semangat hidup#semangat#lebih semangat lagi#jalan bersama#sama sama berjuang#berjuang terus#semangat kerja#yakin#pasti bisa#sama sama sukses
10 notes
·
View notes
Text
Pemalas yang Ambisius
Kita pasti kenal satu orang yang sering banget ngomong, “Gue pengen sukses banget, nanti gue bakal punya ini, punya itu,” tapi pas disuruh bangun pagi buat mulai ya no, thanks. Atau mungkin, orang itu adalah… kita sendiri?
Jujur aja, konsep “pemalas yang ambisius” ini relatable banget, karena kayak ada dua sisi dalam diri kita yang terus perang. Di satu sisi, ambisi kita gede banget. Kita mau jadi someone yang impactful, yang dikenal dunia. Tapi di sisi lain, kita nyaman banget sama posisi mager ini. Kasur itu terlalu cozy, scrolling TikTok feels productive enough, dan somehow kita percaya kalau semuanya bakal magically fall into place.
Padahal ya, deep down kita tahu, sukses itu gak datang ke orang yang cuma nunggu. You gotta move. Tapi entah kenapa, ada aja alasan buat nunda. “Ah besok aja, masih ada waktu kok,” atau “Ntar kalau mood-nya udah dapet.” Classic.
Tapi, coba kita telaah deh. Apa sih yang bikin kita stuck di lazy mode padahal goals-nya gede banget? Mungkin karena ambisi itu bikin kita overwhelmed. Kayak, kita pengen banyak banget hal tapi gak tahu harus mulai dari mana. Terus akhirnya, yaudah, diem aja, mager sambil pura-pura mikir.
Tapi gini, being ambitious and lazy at the same time is not entirely bad. Sometimes, orang-orang kayak gini justru kreatif banget buat cari cara termudah ngegapai sesuatu. Mereka tahu kalau effort besar itu melelahkan, jadi mereka cari cara smart work instead of hard work. Bisa dibilang, kita ini low-key genius.
The problem is, kalau terlalu nyaman di zona malas ini, impian kita cuma akan tetap jadi impian. Nothing more. Dunia ini gak akan nungguin kita gerak. Waktu terus jalan, dan kalau kita gak mulai, orang lain yang bakal ambil kesempatan itu duluan.
So, gimana dong? Start small. Jangan langsung kejar semua ambisi gede kita sekaligus, karena itu bakal bikin overwhelmed lagi. Mulai dari yang kecil-kecil, yang achievable. Step by step. Consistency beats intensity.
Jangan takut gagal, karena gagal itu bukan berarti berhenti. It’s part of the process. Lebih baik jalan pelan-pelan daripada diem di tempat. Remember, ambisi tanpa aksi cuma akan jadi fantasi.
Kita bisa jadi pemalas, itu manusiawi. Tapi jangan biarin sifat malas kita nge-block jalan menuju mimpi-mimpi besar itu. The key? Balance. Take it slow, but never stop moving forward.
74 notes
·
View notes
Note
Lu kok lucu amat sih din? wkwkwk kek pen nikah tapi emg ga laku (siapa jg sih yg mau sama lo. elo pinter juga kagak. b aja, cantik kagak, bantet tepos iye wkwk)
pen jadi independen woman yg wuaah yg bs dikagumin org banyak yang sukses tp karir lu jg b aja wkwkw. sok2 an flexing punya duwit, brp sih duit elu? paling juga pake kartu kredit/ utang, keluarga lu juga orang kampung wkwkwkwkkw ngaca cok btw seru sih ngikutin IGS lu, twitter lu, tumblr dll emg asli buat hiburan lucu bet wkwkwk. serasa ngeliat cewe ngebet kawin tp udh pasrah, denial dg cara sok2an flexing jalan2 lah, karir lah, apalah wkwkwk lucu asliii wkwkw gue sampe ngeliatin akun sosmed lu ke orang2 dan pada ketawa njirr, komen mereka ttg lu ya alay ya lucu wkwkwkwk
Halo anon yang berbudi luhur.
Trims sudah mengeluarkan unek-uneknya. I hope you are feeling content someday. Jangan kakean wasting time mantengin semua sosmed w ya, yang agak berguna sedikit.
29 September 2024
108 notes
·
View notes
Text
Setiap hidup akan bertamu pada rapuhannya
Belakangan setiap di perjalanan aku selalu memperhatikan bangunan-bangunan baru dan bangunan-bangunan hancur yang terlewati.
Bangunan yang tiga tahun lalu kokoh dan ramai, ada yang sudah berganti bangunan baru yang lebih megah ataupun malah jadi bangunan hancur dan terbengkalai.
Rasanya waktu cepat sekali berlalu dan dunia memang betul-betul seperti roda yang berputar.
Tahun kemarin satu merk berkuasa, tahun berikutnya merk itu hilang dan tergantikan merek baru yang lebih viral.
Jika pernah tinggal di satu kota, lalu kamu kembali sepuluh tahun kemudian. Barangkali kamu hanya akan hapal jalanannya tapi sulit mengenali tempatnya.
Karena semua sudah berganti, gedung-gedung tak lagi sama, suasanapun sudah jauh berubah.
Lalu ke mana perginya mereka-mereka yang gagal? Mereka yang gagal membangun mimpi, mereka yang gagal mempertahankan hidup?
Ke mana perginya mereka yang jatuh dan hanyut terbawa arus hidup dengan segala persaingan dan inovasi?
Mungkinkah sebetulnya mereka-mereka yang gagal ini sebetulnya tidak sedang pergi? Mungkinkah mereka sebetulnya hanya sedang ditunjukan pilihan lain yang lebih pas untuk dijalani.
Barangkali hidup ini memang selayaknya bangunan yang mudah runtuh dan terlalu rapuh untuk berdiri dalam keangkuhannya.
Bahawa hidup ini memang peralihan seperti siang malam, seperti berdiri dan jatuh, seperti sukses dan gagal, seperti bahagia dan sedih.
Kita tidak akan pernah tahu musim apa setelah ini.
Tugas kita, menjadi sebaik-baiknya peran atas apa yang dijalani tanpa merasa lebih hebat dan lebih baik dari siapapun.
Karena pada akhirnya, seperti gedung-gedung menjulang yang di bangun penuh mimpi yang suatu hari akan menemui kerapuhannya.
Jangan pernah bosan untuk merawat, selagi bangunan itu masih memberi ruang untuk kita berteduh.
—ibnufir
125 notes
·
View notes
Text
Ujian itu bernama, keyakinan..
Jika Allaah sudah berkehendak, dibelahan bumi yang jauh sekalipun. Jika memang takdirnya bertemu dan bersatu, maka mereka akan bertemu dan bersatu dalam kebaikan.
Sebab jika memang jodoh, Allaah akan menggerakkan kedua hati seseorang, bukan hanya salah satu diantaranya.
Pagi ini berjalan-jalan santai dengan ibu, ketika perjalan menuju pulang kerumah. Kami berdua mampir disalah satu teman dekat ibu yang sudah sepuh. Tahun ini memasuki usia 79 tahun, Masya Allaah sepuh sekali. Namun ingatan dan cara bicara beliau ini masih Masya Allaah baik sekali.
Dalam pertemuan kami, banyak sekali hal yang dibicarakan, dan banyak sekali hikmah yang saya dapatkan. Perihal takdir dan kehendak Allaah kepada hamba-hambaNya.
"mohon doanya ya, Bu. Mb Nisa ini sudah empat tahun menikah namun belum Allaah karuniai keturunan. Dua kali keguguran, semoga Allaah beri ganti dengan yang lebih baik lagi." Ucap ibuku kepada teman ibu yang sepuh itu.
"Qadarullaah, ya mb Nisa. Nggak apa-apa, Insya Allaah, baik. Yang penting kita sebagai manusia harus yakin, bahwa Allaah memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin terlihat sedikit lama, tapi percayalah pasti ada kebaikan yang sudah Allaah siapkan nantinya. Karena jika Allaah sudah berkehendak, sekalipun jauh dan nggak mungkin untuk ukuran manusia, hal itu akan terwujud diwaktu yang tepat." Ucap teman ibu dengan mata yang begitu berbinar sambil menatapku.
"Anak perempuan saya yang keempat mbak, dia paling sukses diantara ketiga kakaknya yang laki-laki. Menikah diusia 33 tahun sempat membuat saya dan suami khawatir sebagai orangtua. Perempuan usia segitu sudah waktunya menikah.
Berkali-kali gagal proses ta'aruf sebab dinilai kurang cantik, tak menyurutkan keyakinannya, bahwa takdir Allaah tidak pernah salah. Kalau dihitung-hitung mungkin sekitar lima belas kali gagal saat proses nadzor, mbak.
Singkat cerita, waktu aku ke rumah Malang, saya itu sakit. Dan pergilah berobat ke dokter. Saat itu saya diantar suami dan yang berjaga dokter laki-laki. Ketika diperiksa kami banyak ngobrol tapi saya nggak pernah bilang kalau saya punya anak perempuan yang belum menikah. Intinya, saya diminta untuk kontrol lagi satu minggu jika dirasa masih ada keluhan.
Satu Minggu saya ndak kontrol, karena saya harus balik ke Surabaya esok harinya. Ternyata malam harinya waktu saya dan suami silaturahmi ke rumah kerabat yang lain. Dokter tersebut telpon kerumah saya yang di Malang, nah yang nerima telpon itu anak perempuan saya.
Sampai rumah, anak perempuan saya bilang, "Bu, tadi ada telepon dari dokter A temen ibu katanya. Minta tolong ibu telpon balik, ini nomernya." Anak saya ngasih nomer yang sudah dia catat tadi waktu tadi mereka ngobrol.
Lalu, cepat-cepat saya hubungi dokter tersebut dan bilang kalau mungkin saya nggak bisa balik kontrol pekan depannya. Ketika saya telepon, dokter tersebut malah minta izin mau datang kerumah mau nadzor anak perempuan saya katanya. Saya masih kaget, langsung mengiyakan saja tanpa sempat bertanya kepada suami. Dan benar, keesokan harinya dokter tersebut dateng kerumah mbak, dan bilang kalau dia ini seorang dokter, duda punya anak satu, istrinya sudah meninggal setahun yang lalu karena sakit. Dan kedatangannya disini mau nadzor anak perempuan ibu buat menjadi calon istrinya.
Ditemuin sama Bapak diajak ngobrol panjang lebar dari jam 8 sampai jam 4 sore. Setelah sholat Dzuhur, suami saya bertanya ke anak perempuan saya tentang dokter laki-laki ini dan tentang niat baiknya ini. Siapa yang menyangka mbak Nisa. Anak saya yang sebelumnya nggak pernah pacaran ini, selalu menjaga diri, nggak pernah saya tahu dekat dengan siapa, suka sama siapa, nggak panik dengan usianya yang belum menikah yang penting baginya adalah belajar tentang persiapan pernikahan. Allaah gerakkan hatinya mau untuk proses dengan dokter tersebut. Setelah mereka nadzor dan banyak berbincang. Mereka berdua sepakat untuk lanjut ketahap berikutnya. Dan akhirnya mereka menikah, dikaruniai tiga orang anak.
Anak perempuan saya ini mbak, Masya Allaah sekali. Dia mungkin memang tidak cantik seperti perempuan pada umumnya, tapi hatinya sungguh cantik. Terkadang saya sebagai orangtuanya sampai mikir, ya Allaah apa bisa anakku ini menikah meski parasnya tidak cantik. Namun Allaah menjawab keragu-raguan saya. Allaah datangkan seseorang yang tampan, berbudi baik, bertanggung jawab dan menerimanya apa adanya. Kadang suka nggak nyangka aja dengan kisah perjalanan anak perempuanku ini mbak, namun sekali lagi sayapun takjub dengan kuasa Allaah. Sekalipun mustahil untuk ukuran manusia, tidak ada yang mustahil untuk Allaah. Jika memang jodoh, akan ada jalannya. Jika memang sudah Allaah kehendaki, akan terwujud sebagaimana sukarnya dalam proses itu.
Anak perempuan saya, selalu bilang gini ke saya, "Bu, tidak ada yang sulit bagi Allaah jika Allaah sudah menghendaki. Yakin saja sama Allaah, sebab Allaah sudah menjamin semuanya dengan ukuran kita sebagai manusia. Insya Allaah, keyakinanmu pada Allaah nggak bergeser dengan apapun Bu. Sekalipun usiaku untuk menikah nanti mungkin sudah tidak muda lagi."
Saya selalu membesarkan hati orang-orang yang sedang menunggu apapun itu dengan kisah ini mbak, bahwasanya Allaah Maha Mendengar doa para hambanya yang berdoa dengan penuh keyakinan kepadaNya. Tidak akan tertolak sebuah doa, sebab Allaah mengabulkan semua pinta hambaNya. Saya dulu sampai hampir putus asa, saya sampai mikir bagaimana kalau saya meninggal sementara anak saya masih belum juga menikah. Namun keyakinan saya hanya satu, bahwasanya Allaah tak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan saya. Ketika saya diuji sebuah penantian tentang jodoh anak saya. Maka Allaah sudah menyiapkan balasan terbaik setelahnya.
Takjub sekali rasanya mendengar kisah yang penuh hikmah ini. Amalan apa yang dia lakukan sehingga kebaikan itu datang kepadanya dengan banyak kebaikan yang tak terduga-duga. Perihal keyakinan penuh kepada Allaah. Bahwa hanya karena sedikit terlambat, bukan berarti tidak pernah sampai. Semua penantian akan sampai diwaktu yang tepat menurut Allaah.
Before we question Allah timing, we must ask the more important question: am I ready to receive the answer to my prayer?
#tulisan#menulis#catatan#nasihat#wanita#kebaikan#perjalanan#syukur#menikah#pernikahan#pernikahanimpian
415 notes
·
View notes
Text
CERITA SEKS KEPUASAN DARI ASSISTEN PRIBADIKU (Part-1)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/96ca6c6e17253fe9cb9a32c99ce5406e/f75e2c9497910efa-5a/s500x750/ae0811745ec619f6f21584c05135086d0fdbe460.jpg)
Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga yang dibilang sangat sukses. Suamiku bekerja salah satu keduta besar Australia dijakarta pusat. Setelah aku menyelesaikan studinya S2 ku di UGM, aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Surabaya agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Setelah mengurus melalui birokrasi yang cukup ribet, akhirnya aku bisa pindah dari kantor yang ada diJakarta Pindah kesurabaya.
Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku. Apalagi tugas baruku di kantor ini adalah sebagai kepala kantor dan aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku bahwa aku memang layak menempati posisi ini. Sebagai konsekwensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam menyelesaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas dahulu.
Hal ini membuatku harus selalu pulang larut malam karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh yang harus kutempuh selama kurang lebih tiga puluh menit dengan mobilku. Semenjak aku pidah kesurabaya aku menjadi jarang bercengkerama dengan suamiku karena jarak antara kami sudah beda antara Jakarta dan Surabaya apalagi kita sama-sama semakin sibuk sejak karirnya meningkat. Praktis kami hanya bertemu seminggu sekali saja.
Atas kebijakan pimpinan, aku selalu dikawal oleh assisten kantorku jika hendak pulang. Sebut saja namanya Mas Tomi. Dia sering mengawalku dengan sepeda motor untuk mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan kalua aku aman sampai ke rumah. Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu diantar oleh Mas Tomi.
Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi. Mas Tomi seorang anak Muda yang sudah yang usianya sudah 30 tahunan dan sudah berkeluarga. Tubuhnya cukup kekar dengan kulit putih khas orang bandung. Ia memang asli dari bandung dan dia juga mantan atlit angkat besi. Semenjak menjadi assistenku dikantor, akupun sudah dikenalkan dengan istrinya ya bernama Lilis.
Suatu hari, saat aku selesai lembur. Aku kaget hari itu Mas Tomi tidak masuk kerja.
"Lho Mas Tomi di mana pak?" tanyaku pada Security yang mengantarku.
"Katanya Bu, Pak Tomi hari ini minta ijin tidak masuk katanya istrinya melahirkan" katanya dengan sopan.
Akhirnya aku tahu kalau yang mengantarku adalah Pak Didik, Security yang biasanya masuk pagi.
"Kapan istrinya melahirkan?" tanyaku lagi.
"Katanya sih hari ini atau mungkin besok Bu" jawabnya.
Awal Perselingkuhan, dengan Assisten kantorku saat aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Mas Tomi di Rumah Sakit Umum. Akhirnya aku mengetahui kalau Lilis mengalami pendarahan yang cukup parah. Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit untuk waktu yang agak lumayan lama.
Atas saran suamiku aku ikut membantu biaya perawatan istri Mas Tomi dengan pertimbangan selama ini Mas Tomi telah setia mengawalku setiap pulang kerja maupun dikantor. Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Mas Tomi seperti layaknya saudara saja. Kadangkala Lilis istri Mas Tomi mengirimkan sebuah buah pisang hasil panen dari kebunnya ke rumahku. Walaupun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu. Ya, rasa persaudaraan! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apapun. Kadang akupun juga sering mengirimi beberapa makanan ringan dan sembako ke rumahnya yang sangat sederhana. Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya maka tetangga aku sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Mas Tomi.
Suatu hari, saat aku pulang lembur, seperti biasa aku diantar Mas Tomi. Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya hingga kusuruh Mas Tomi untuk menunggu dirumahku sampai hujan reda. Aku suruh pembantuku yang sudah tua untuk membuatkan kopi untuk Mas Tomi.
Sementara Mas Tomi menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi. Ini memang merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur. Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi, kulihat Mas Tomi masih duduk menikmati kopinya sambil menghisap rokok kesukaannya di teras sambil menerawang memandangi hujan.
Malam itu aku hanya mengenakan baju tidur satin model daster tanpa memakai Bra dan ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol. Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang yang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.
"Gimana sekarang punya anak Mas? Bahagia kan?" tanyaku membuka percakapan.
"Ya..Bahagia sekali Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama, jadi ini benar-benar anugrah yang tak terindah buat saya Bu..".
"Memang Mas.. Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi.." Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku karena malu juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.
"Tetapi kenapa Bu.. Ibu kan sudah punya segalanya, Mobil ada, Rumah juga sudah ada.. Apa lagi" Timpalnya seolah-olah ikut prihatin.
"Ya..Itu lah Mas.. Dari materi memang kami tidak kekurangan, tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Mbak Lilis istri Mas lebih bahagia"
"Mmnn…maksud ibu.." tanyanya terheran-heran.
"Itu lho Mas.. Mas Tomi kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan suami ketemu hanya seminggu sekali jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari "
"Ya..Memang itulah rahasia kehidupan Bu.. Kami yang orang sederhana sedangkan keluarga ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul".
Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan daster satin yang kupakai, apalagi kedua putting susuku tidak dapat menutupi dengan kain satin dasterku . Kulihat penisnya mulai naik turun melihat kemolekan tubuhku. Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku yang jarang dijamah oleh suamiku membuat gairah nakalku juga bangkit.
Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pahaku yang mulus sedikit kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah, matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku yang memang sengaja kubuka sedikit.
"Sebentar Mas aku ambil minuman dulu" kataku sambil bangkit dan berjalan masuk.
Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak memperlihatkan tubuhku sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun satinku yang licin itu.
"Oh ya Mas Tomi kita masuk saja ke dalam soalnya hujan kan di luar dingin.."
"Baik Bu.." jawab Mas Tomi agak tergagap karena melihat penampilanku ini.
Aku mengerti apa yang dirasakanya karena Mas Tomi sudah lama tidak menyentuh istrinya sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari. Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak dengan kehadiran Mas Tomi dirumahku.
Mas Tomi terlihat sangat terangsang melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
"Maaf Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil"
"Silahkan Mas.. Pakai yang di dalam saja"
"Ah.. Enggak Bu saya enggak berani"
"Enggak apa-apa.. Itu Mas Tomi masuk aja nanti dekat ruang tengah itu"
"Baik Bu.."
Sambil berdiri Mas Tomi membetulkan mentuk celana panjangnya. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya. Aku membayangkan mungkin isinya sebesar sayur terong Atau bahkan mungkin lebih besar lagi.
Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang biasa aku pakai. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin deras.
Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Tiba-tiba piring yang berisi pisang goreng hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Mas Tomi yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu bulu kudukku hingga membuatku merinding.
"Maaf Bu Ratna, aku sudah tidak tahan..melihat ibu seperti ini", desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.
Lidahnya mulai menjilat-jilat bagian tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kokoh itu secara menyilang mendekap kedua Payudara ku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura sedikit marah.
"Mas.. Apa-apaan ini.." suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tanganganya yang semakin liar meremas kedua payudaraku dari luar gaunku.
"Maaf Bu..sekali Maaf, Tomi. Sudah tidak tahan lagi.." diulanginya terus ucapanya itu.
Kedua tangannya semakin liar bergerak meremas-remas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting susuku dari luar gaun satinku.
Karena desahan nafsuku juga sangat membutuhkan tubuhnya yang mendekapku dari belakang, aku biarkan dia memeluku. Apalagi tonjolan batang penisnya yang sudah dikeluarkan dari celah reslting celananya yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Terus digesek-gesekanya hingga kain satin dasterku juga ikut terselip dipantatku dan Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana.
Suasana sangat mendukung bagi godaan setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku malam itu. Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Mas Tomi semakin ganas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Mas Tomi hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yang sangat kuat karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Mas Tomi beralih menyingkap gaunku keatas dan meremas-remas kedua buah pantatku. Aku semakin terangsang hebat saat tangan Mas Tomi yang kasar menyusup celana dalam nylonku dan meremas pantatku dengan gemas.
Begitu celana dalam nylonku terlepas dari tubuhku. Jari-jarinya mulai menyentuh lubang anusku. Gila..!! Mas Tomi, dia Benar-benar lelaki yang bertubuh kekar dan permainan seksnya sangat kasar dan liar. Tapi aku sengat suka atas permainan seksnya seperti orang kehausan dipadang pasir . beda dengan suamiku permainan ranjangnya memperlakukan aku seperti tuan putri dengan lembut.
Tapi kali ini sensasi sangat beda dari pada yang lain, Kasar dan liar. Apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Mas Tomi yang berbau khas lelaki! Tanpa parfum.. Gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini.
"Akhh..Masssss..jangaaannn……dongggg…..Anhh" desahku antara pura-pura menolak dan meminta.
Ya harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Mas Tomi ini yang memiliki tubuh kekar dan sudah sangat bernafsu dan akupun sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan kasar dijilatnya punggungku diluar gaun satinku dan menjilat kesana-sini sehingga membuat gaun satinku basah oleh air liur bekas jilatanya, membuat tubuhku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya mulai menjilat-jilat bagian pantatku.
"Ahh…anghh..Masss.. Akhh.. Jangan..Akhh" kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Mas Tomi dengan rakusnya menijilati kedua belah pantatku.
Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat jilatan lidahnya masuk kedalam lubang Anusku.
"Unggg.. Pantat ibu indah.." kudengar Mas Tomi menggumam mengagumi keindahan pantatku.
Tanpa merasa jijik sedikitpun lidahnya terus menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini. "Ouunggg..uuuhhh..Masss…. Ampunnhh" aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki muda yang masih bertenaga itu apalagi dia assistenku yang seharusnya dia menghormati bila di kantor.
Malam itu aku benar-benar pasrah total begitu Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok oleh batang penisnya itu. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Mas Toni menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot lubang vaginaku ku dari arah belakang. Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri. Tapi aku sudah tak peduli yang penting gejolak nafsuku malam ini bisa terlampiaskan.
"Ouunggg.. uuhhhh..Terushh.. Ohh Masssss”, dari menolak aku menjadi meminta! Benar-benar gila ini.
Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Mas Tomi menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan.
Tubuhku mengejang-ngejang menahan terpaan gelora kenikmatan. Mas Tomi semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan Birahiku.
"Akhh..Massss….akhh.." aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini.
Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Mas Tomi melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Mas Tomi. Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana panjangnya setengah kaki dan benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.
Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengesek-gesek belahan vaginaku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos masuk kedalam lubang vaginaku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar, Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya.
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir vaginaku.
Blesss…."Uunghhh..uuuhhhh..Bu..Ratna punya ibu benar-benar nikmat sekali.." Gumam Mas Tomi disaat batang penisnya masuk kedalam vaginaku.
Didesakkannya masuk lebih dalam lagi batang penisnya ke dalam lubang vaginaku.
“Oungggghh”. lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku.
Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat.. Gila.. Mas Tomi menyetubuhiku di ruang makan di mana aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku! Gaun satinku tidak dilepasnya dan masih melekat ditubuhku, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan celana dalam nylonku sudah terbang entah kemana dilempar Mas Tomi.
"Ouhh Mas….tomiiii.. Ahh", aku hanya mampu merintih dan menahan kenikmat yang amat sangat saat Mas Tomi mulai memompaku dari belakang lubang vaginaku dengan batang penisnya.
Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan, tubuhku disodok-sodok Mas Tomi dengan gairah yang meluap-luap. Tubuhku tersentak ke depan saat Mas Tomi dengan semangat menghunjamkan batang penisnya keluar masuk ke lubang vaginaku, Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga Payudara ku agak sesak menekan permukaan meja, Tangan kirinya menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya. Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang penisnya.
Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan batang penisnya yang menghunjam dalam-dalam. Suara benturan pantatku dengan tulang kemaluan Mas Tomi yang terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringatnya semakin tajam tercium dilubang hidungku.
“Oh.. Inikah dunia..kenikmatan”, Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar.
"Ouhmm terushh.. Terushh.. Yang keras..Mas…tekan lebih dalam", Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.
"Putar Bu.. Putarrhh" kudengar pula Mas Tomi menggeram sambil meremas pantatku kian keras.
Batang penisnya semakin keras menyodok lubang vaginaku yang sudah semakin licin. Aku merasakan batang penisnya mulai berdenyut-denyut dalam jepitan dinding vaginaku. Aku sendiri merasa semakin dekat untuk mencapai orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku merem melek menahan nikmat yang amat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu untuk mencapai titik kenikmatan, sementara gaun satinku sudah basah oleh keringatku sendiri.
Mas Tomi semakin keras dan liar menghunjamkan penisnya yang menusku keluar masuk lubang vaginaku dari belakang. Lalu tiba-tiba tubuhnya kulihat mengejang-ngejang dan mulutnya menggeram keras.
"Annghh..ahhh…terushh buu.. Goyangg.. Anggghh..Tomii….mau keluar….anghhh", Batang penisnya yang terjepit erat dalam vaginaku terasa berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat yang menyirami isi rahimku.
Crott….crottt…crottt...Beberapa kali air cairan sperma Mas Tomi menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga malam ini yang sudah lama tidak disalurkan oleh Mas Tomi ke istrinya.
Tubuhnya senakin kian mengejang-ngejang liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantatku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli Karena tubuhku juga seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman batang penisnya yang masih menyemprotkan sisa-sisa cairan spemanya didalam vaginaku.
"Ouunggghhh..Terus..Mas tomiiii…buang yang banyak spermau didalam vaginaku..anghhh", tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Mas Tomi untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.
Akhirnya aku benar-benar terkapar diatas meja makan. Tulang-belulangku serasa seperti mau lepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Mas Tomi. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh. Batang penis Mas Tomi kurasakan mulai mengkerut dan mengecil dalam jepitan lubang vaginaku. Perlahan namun pasti akhirnya batang penisnya itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir vaginaku yang basah oleh cairan kami berdua.
Gila banyak sekali Mas Tomi mengeluarkan cairan spermanya, aku tahu itu karena banyaknya tumpahan sisa-sisa cairan spermanya meleleh keluar dari lubang vaginanku yang menetes ke lantai ruang makan.
"Ibu benar-benar hebat.. Tomi jadi sayang sama ibu.." bisik Mas Tomi di telingaku.
Aku hanya diam antara menyesal telah melakukan kesalahan terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liar Mas Tomi.
"Sudah Mas…Nanti Mbok Sarmi bangun", kulepas tangan Mas Tomi yang masih memelukku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Mas Tomi yang kekar dari belakang tubuhku. Lalu aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Sekali lagi aku mandi di malam yang dingin itu.
Begitu selesai mandi aku keluar dari kamar mandi dan baru sadar betapa kacaunya ruang makanku ini karena di Meja makanku sudah bergeser tak karuan sementara kulihat celana dalam nylonku terlempar ke sudut meja makanku. Mas Tomi masih membetulkan celananya.
"Maaf Bu saya.. Boleh numpang mandi Bu.."
"Silahkan Mas.. Handuknya ada di dalam".
Setelah mengambil celana dalamku yang ada dimeja makan, aku segera masuk kedalam kamar dan mengambil baju tidur yang ada didalam lemari. Kupilih baju tidur satin model daster seperti tadi saat aku bermain seks dengan Mas Tomi. Tapi kali ini hanya beda warna tapi modelnya sama. Tanpa memakai Bra dan Celana dalam lagi langsung kupakai baju tidur itu dan setelah itu aku langsung keluar dari dalam kamar untuk mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Mas Tomi yang berceceran di lantai. Sementara itu Mas Tomi masih mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai.
Bersambung
139 notes
·
View notes
Text
sukses versi siapa?
sekolah yang baik ya nak, supaya nanti kalau udah besar bisa sukses.
kalau kamu kerja lebih keras pasti akan sukses.
Lahir dan tumbuh besar dalam keluarga yang serba pas-pasan, orang-orang di sekelilingku tak henti-hentinya memerintahku untuk berusaha lebih banyak agar kelak aku bisa sukses, katanya mereka.
tapi satu hal yang lupa untuk mereka jelaskan adalah, definsi sukses seperti apa yang harus kucapai?
apakah sukses itu saat aku sudah punya penghasilan sekian M sebulan, dikenal banyak orang, punya kendaraan mewah, rumah bertingkat, jalan-jalan keluar negeri setiap bulan, atau bisa beli barang-barang bermerek?
jika itu semua adalah standar yang harus kumiliki, baru bisa dikatakan kehidupan yang kujalani adalah kehidupan yang berhasil, dengan jujur aku akui..., sampai mati pun, aku mungkin tidak akan mencapai itu semua.
ini bukan tentang sikap pesimis, apalagi merasa terlalu malas untuk berusaha lebih banyak. Tapi dengan berat hati aku mengakui, aku tak terlalu berambisi menginginkan itu semua. juga aku semakin sadar, mau sekeras apa pun kita berusaha, ada banyak hal yang tidak akan mampu kita miliki karena faktor privelege atau keberutungan tiap orang itu berbeda. makanya gak semua orang punya keadaan atau kehidupan yang sama. kalau kata seseorang yang pernah kudengar, hidup ini adil karena tidak adil bagi semua orang.
aku gak terlalu suka belanja, karena merasa gak butuh begitu banyak barang, lalu buat apa punya penghasilan sampai bermilyar-milyar? aku gak terlalu suka berinteraksi dengan orang-orang yang gak aku kenal, lalu buat apa sampai harus terkenal? rumah bertingkat butuh banyak dana di dalamnya: asisten rumah tangga, tukang bersih-bersih, belum lagi buat perbaikannya. lagian buat apa punya rumah besar kalau tetap saja tak mampu melindungi kita dari rasa kesepian? jalan-jalan keluar negeri? hmm aku pengen sih, tapi mikirinnya persiapannya, aku malas ribet deh. lebih enakkan lagi di rumah. punya barang-barang bermerek? kalau ada barang yang lebih terjangkau dengan fungsi yang sama, ngapain beli yang lebih mahal jika menang di nama brand aja?
semakin hari semakin berkurang juga keinginan akan hal duniawi. mungkin karena makin sadar di hidup yang singkat dengan pertanggungjawaban yang panjang ini, ngapain sih numpuk banyak hal yang kelak hanya buat nyusahin aja di akhirat?
sekarang, definsi sukses di dunia yang sedang kuusahakan adalah: hidup tanpa hutang, selalu merasa cukup, hidup independen tanpa tergantung lagi dengan pertolongan orang lain, serta bisa membantu sesama tanpa sempat memikirkan diri sendiri.
hal-hal tersebut belum ada yang kucapai saat ini.
aku masih punya banyak hutang karena ketidakcukupan penghasilan yang didapat untuk menopang kebutuhan hidup yang makin hari makin berusaha dipangkas.
perasaan merasa cukup juga belum mampu diimplementasikan pada banyak hal. Karena di beberapa keadaan, dengan jujur aku akui masih sering muncul perasaan hasad akan nikmat orang lain.
hidup independen tanpa bantuan orang lain juga masih sulit di keadaanku yang sekarang. apalagi bila kaitannya soal uang.
terakhir, masih sering muncul perasaan ragu untuk menolong atau berbuat baik ke orang lain, karena harus mikirin diri sendiri. Dalam artian keinginan untuk berbuat baik dihadapkan dengan realitas keadaan diri sendiri yang juga masih susah.
kalau semua hal tadi bisa kupenuhi, rasanya aku udah nggak pengen apa-apa lagi di dunia ini. tinggal nunggu waktu aja kapan Allah panggil pulang.
kalau sukses versi akhirat kayaknya semua orang khususnya muslim sama aja cita-citanya, yaitu bisa selamat di akhirat dan juga masuk surga. itu udah impian yang umum banget.
tapi yang sulitnya tuh, membicarakan perihal definisi sukses kita dengan milik orang tua. kita bisa aja punya nilai yang berbeda dalam memandang kesuksesan, tapi yang namanya hidup bersama orang lain, kita tentu tidak bisa menghindari ekspetasi-ekspetasi tertentu. macam tentang definisi sukses itu sendiri. apalagi ekspetasi itu datang dari orang-orang yang kita anggap penting.
kita baru dianggap berhasil dalam hidup saat udah punya beberapa hal, dan juga sampai pada beberapa taraf kehidupan. jika kita tak mampu melewatinya, mau setidakpenting apa pun hal-hal tersebut buat diri kita pribadi, tetap saja kita dianggap sebagai orang yang gagal.
miris, karena terkadang kita berjuang sampai mengorbankan banyak hal penting hingga mengorbankan diri kita sendiri hanya untuk sebuah pengakuan untuk dianggap layak sebagai manusia. kita yang hidup di dalamnya, tetapi orang lain yang punya kendali mengatur apa yang baik dan buruk dalam hidup kita.
aku juga selalu berpikir, emang sukses itu penting atau harus ya?
apakah bertahan untuk terus hidup sampai mati itu juga bukan bagian dari sukses?
apakah jadi orang yang biasa-biasa saja itu salah?
jika semua standar sukses banyak orang itu berhasil kita penuhi, lalu setelah itu apa?
apakah hidup memang hanya tentang berpindah-pindah untuk memenuhi satu ekspetasi ke ekspetasi yang lain?
apakah kita gak bisa punya standar kesuksesan bagi diri kita sendiri, yang ingin kita perjuangkan, yang mungkin saja tak istimewa bagi orang lain tapi hal itu amat berharga bagi diri kita sendiri?
kapan ya hidup kendali sepenuhnya ada di tangan kita sendiri?
22 notes
·
View notes
Text
CPNS
Apakah WAmu ramai dengan broadcast CPNS? kalau iya kita seumuran! *tos dulu*
Kalau berbicara karir, PNS dkk ini memang menggiurkan. Tunjangan abcdz, jaminan hari tua, kerja santai (sejauh mata memandang), dan benefit-benefit llainya. Aku bersyukur orang tua tak terlalu menekankan harus ikut ini dan itu.
Tapi, akan ada masanya, saat kamu bertemu dengan seorang kawan atau sekadar melihat story medsosnya yang terlihat sukses dalam kariernya mulai dari : diangkat PNS, dosen, BUMN, Kedinasan, dan lain-lainya.
Lalu, kau teringat saat dulu masih sering bertemu, bersama-sama mengungkapkan mimpi, namun realitanya hari ini kau belum bisa berbuat banyak.
Tak apa, aku dulu juga merasa begitu.
Kalau meratapi atau membanding-bandingkan, kita tetap di level yang sama.
Jadi, pahami kembali hakikat takdir dan rezeki. Tenangkan hati dari riuhnya dunia, dan terakhir, apresiasilah keberhasilan kecil yang didapat.
Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Bukan begitu?
Karanganyar, 30 Agustus 2024
40 notes
·
View notes
Text
Ini Khusus Buat UMMI!
Suatu ketika di ruangan sekre BEM UNS, aku beranikan diri membuka obrolan dengan seseorang yang saat itu membawa pacarnya ikut rapat -ya sebenernya ini gak sekali aja, aku suka mensurvey kenapa orang memilih untuk pacaran, dan jawabannya beragam, lain kali aja dibahasnya- lalu percakapan terjadi, dan aku beranikan diri dan InsyaAllah- semoga Allah mampukan juga-memegang prinsip itu sampai hari ini; saya katakan pada orang itu "kalau aku si gak pacaran yak wkwk, soalnya masih punya ibu, mba perempuan, dan adik perempuan juga; perempuan-perempuan yang lebih berhak untuk dikasih perhatian dsb"
Ya, untuk apa kita memberi perhatian yang bahkan bertemu kita saat sudah besar; apakah dia memberi perhatian saat kita kecil?
Ah rasa-rasanya sebermanfaat apapun punya pacar, tetep tidak bisa dibanding dengan kasih sayang seorang Ibu
Ini ku tulis khusus buat UMMI!
Ya walaupun kalau diingat-ingat rasanya masih kurang memberikan sesuatu yang bisa membalas jasa beliau, semoga kelak ini bisa menjadi saksi bahwa aku berikhtiar untuk berbakti kepada orang tua
UMMI! Yang disebut tiga kali baru kemudian ayah, betapa dahsyat doa dan ridho jika kita mendapatkannya
Yakinilah dan buktikan; karena iman tak sekadar di hati atau di lisan;butuh juga untuk dibuktikan "ridho Allah bersama ridho orang tua" pembahasan soal ridho, paling mudah dimaknai sebagai membuat senang; maka buatlah orang tua kita senang
Suatu waktu, aku pun baru tau cerita ini setelah mba cerita, abah sampai bilang "emang ya, doa seorang ibu itu ga bisa dikalahkan; konteksnya ummi pengen aku di kedokteran, abah pengen aku di LIPIA"
Banyak keajaiban lain yang aku rasakan, tapi masih ku simpan, rilis tunggu di waktu yang tepat
Berbaktilah, buatlah orang tua kita senang, terutama ibu kita; walaupun kita rasa pola pendidikan yang salah, kurang tepat, tidak seperti teman-teman yang lain atau prasangka-prasangka buruk yang muncul; doakanlah dan mintakan maaf atas ketidaktahuan dan kesalahan mereka, dan tidakkah kau ingat, kau ada hari ini dengan segala yang kau capai, karena kau lahir dari seoang ibu?
"Jika seorang anak tak pernah mendoakan kedua orang tuanya" begitu aku baca sebuah hadist di buku Bahagia Merayakan Cinta yang diriwayatkan oleh Hakim, "niscaya rejekinya akan berhenti"
Dan aku tutup dengan sebuah nasihat dari Ibu Harsini, perawat di RSUD Moewardi di Poli Bedah Anak, "mas, berbaktilah pada ibumu yak. Saya gini-gini sebagai menantu, tetep ngasih ruang buat suami saya berduaan sama ibunya, kenapa? Karena saya itu ketemu suami saya pas udah besar, udah sukses, nah yang mendidik suami saya bisa jadi seperti itu siapa? Ya ibunya!"
Ah, terima kasih Ibu Harsini, nasihat yang sangat hangat, buat aku yang jarang pulang, dan selalu rindu dengan masakan UMMI!
Jadi, ini khusus buat UMMI!; semoga Allah ridho!
136 notes
·
View notes
Text
3. Kehidupan di Andromeda Bersama Filotes
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/9763a6991abb98ce0f0244f48684967c/9da9c525be9533c6-c3/s540x810/8e3178fabad75b2ed49ede3acad2fb6363825c38.jpg)
Udah lama aku nggak cerita soal kehidupanku setelah meninggalkan Orion. Sekarang aku tinggal di rasi bintang Andromeda, dan jujur aja, tempat ini jauh berbeda dari yang pernah aku bayangkan. Aku berbagi tempat tinggal dengan seseorang yang luar biasa—Filotes.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/4dae9e2306df62a2d396e7ee53792c22/9da9c525be9533c6-57/s540x810/6bcd3673d23845e038d2bd50bdbaa0a09a5c22f9.jpg)
Filotes adalah tipe orang yang kayaknya punya segalanya dalam kontrol. Dia kerja di pertahanan galaksi, salah satu pekerjaan paling prestisius dan susah dimasukin di Andromeda. Pekerjaannya aman, gajinya stabil, dan dia selalu punya rutinitas yang jelas. Sedangkan aku? Yah, aku cuma pekerja lepas yang sering kali cuma punya cukup uang buat makan dan bertahan hidup. Hidupku penuh ketidakpastian, dari satu proyek ke proyek lain, kadang sukses, kadang... yah, bisa ditebak.
Tapi yang aku suka dari Filotes adalah dia nggak pernah nge-judge aku. Dia selalu bantu aku setiap kali aku ada masalah—baik itu soal uang, kerjaan, atau sekadar hati yang rapuh gara-gara gagal dapet klien. Ada saat di mana aku ngerasa down banget, ngerasa aku nggak cukup baik buat bertahan di Andromeda, tapi Filotes selalu bilang:
"Bee, kamu punya caramu sendiri buat bersinar. Jangan bandingin diri kamu sama orang lain."
Walaupun kita belum lama kenal, aku ngerasa nyaman tinggal sama dia. Dia ngajarin aku banyak hal, dari cara ngatur keuangan sampai ngadepin realita hidup di salah satu kota di Andromeda yang keras ini. Kadang aku mikir, apa mungkin aku terlalu bergantung sama dia? Tapi setiap kali aku mau pergi, ada sesuatu di sini yang bikin aku tetap bertahan. Mungkin karena ini pertama kalinya aku ngerasa punya rumah lagi setelah Orion.
Andromeda itu tempat yang indah dan penuh kenangan, tapi di balik itu semua, juga ada kesendirian yang kadang menyelinap masuk. Beruntungnya, aku punya Filotes di sisiku, seseorang yang selalu ada dan bikin aku percaya bahwa aku nggak sendirian.
Buat kalian yang pernah ngerasain tinggal di tempat baru dan bertemu orang yang nggak disangka bisa jadi bagian penting dari hidup, aku paham perasaan kalian. Kadang, rumah bukan tentang tempat, tapi tentang orang yang ada di dalamnya.
— Bee
8 notes
·
View notes
Text
Berani
Pernah gak sih kalian? Dalam hidup, Ngapa-ngapain takut. takut gagal, takut disalahin, takut dimarahin dan takut untuk menghadapi penolakan. Jika kalian mengalami semua masalah di atas. berarti kalian cukup minum obat ini. Ya yaitu keberanian. Pernah sih kalian baca baca buku atau artikel kisah sukses orang luar seperti abraham lincoln dengan keberanian nya dan kegagalannya berkali-kali, hingga sampai tertipu teman bisnis nya sendiri. tapi akhirnya ia menjadi presiden amerika karena keberaniannya menghadapi kegagalan nya yang berulang ulang. satu lagi pemain film rambo, sylvester stallone. ia pernah di tolak banyak sekali studio film dan banyak masalah hidup yang menerpa nya ketika ia merintis karirnya sebagai seorang bintang film di naskahnya sendiri. mereka berdua sama, memiliki satu hal penting dalam hidup ya itu keberanian. jika anda tidak berani melakukan apapun dalam hidup berarti anda tidak mau berproses. jika anda tidak berani membuat diri anda maju, berarti anda tidak ingin berproses. padahal semua orang di dunia ini memiliki proses masing-masing. yang terpenting yaitu keberanian.
Kenapa kalian tidak berani mengambil satu keputusan penting dalam hidup ini dengan membusung dada dan melangkah kedepan. tau kan di depan ada apa? ada masa depan!!. jangan pernah melangkah mundur ke belakang. karena masa lalu hanya bisa di jadikan pelajaran. Jadilah berani jangan pernah takut. ini hidup mu kawan....
19 notes
·
View notes
Text
"Aku gak kepikiran mau nikah lah, aku gasuka diatur kan. Apalagi sama laki-laki, haduu ngga deh. Aku berani kok lawan laki-laki."
"Hah, segala makan atau minum pake diambilin? Enggak deh, emangnya kalau nikah perempuan yang selalu disuruh-suruh ya?"
"Aku kalaupun nikah mau kerja sendiri lah. Biar bisa pegang uang dan bebas mau ngapa-ngapain. Pokoknya harus jadi perempuan yang independen!"
"Geli banget harus bilang sayang-sayang, panggil nama aja beres."
Kalau ingat ocehan dulu masa sekolah ketika kondisi sudah seperti ini selalu sukses membuat tepok jidat dan geleng-geleng kepala. Haduuh bocah banget banyak lagaknya🤣😂.
Ternyata menurut dengan aturan yang suami tetapkan itu seru. Karena ada maksud di baliknya agar kita terjaga. Agar kita terlindungi. Dan agar kita meningkat kapasitas diri.
Ternyata menyiapkan makan, minum, persiapan shalat, pakaian dan segala hal yang dibutuhkannya itu bukan karena dia menyuruh-nyuruh, tapi memang karena senang melakukannya dan berharap agar Allah ridha karenanya. Seru banget kan, ambilin nasi doang tapi bisa ngarep pahala🤣
"Kamu gausah kerja, gausah mikirin cari uang. Do'ain yang banyak aja agar rezeki kamu lancar Allah kasih lewat aku ya." Ternyata kalimat seperti itu lebih membuatku bebas dan tetap bisa terpenuhi kebutuhan, alhamdulillah. Cukuplah kemarin-kemarin aja cicipin jadi perempuan independen ☺
Ternyata kalau sudah menikah, dipanggil namanya secara langsung bisa menyulut ngambek berkepanjangan. Sudah ada bukti murid tahsin yang beliau meski sudah berpuluh tahun menikah tetap menjadikan Ayang sebagai panggilan, bismillah mari kita teladani beliau 🐼
Untuk hari-hari kedepan semoga semakin lapang hatimu, luas sudut pandangmu, dalam pemikiranmu, dan kepada Allah saja kita menuju. Haul pertama pernikahan ini, sejak ijab qabul, masa LDM, masa bersama, semoga semakin mengokohkan rasa cintanya dua anak manusia, kepada Allah Sang Pencipta💕
15 notes
·
View notes
Text
Hidup
Kita sering kali duduk termenung, bertanya-tanya, “Hidup ini maunya apa, sih? Apa yang bisa aku harapkan dari semua ini?” Kebahagiaan? Kesuksesan? Cinta? Jawaban-jawaban itu sering datang dengan setumpuk ekspektasi—kalau kita nggak dapat yang kita mau, kecewanya luar biasa. Tapi pernah nggak, kita stop sejenak dan mikir sebaliknya: bukan apa yang hidup bisa kasih ke kita, tapi apa yang sebenarnya hidup “minta” dari kita?
Hidup itu nggak pernah janji akan selalu baik-baik aja. Nggak ada jaminan kalau kita kerja keras, kita bakal langsung sukses. Nggak ada kepastian kalau kita mencintai orang dengan tulus, kita bakal dicintai balik. Semua itu abu-abu. Dan di situlah kita sering terjebak, fokus sama apa yang kita harapkan, lupa bahwa hidup juga punya ekspektasinya sendiri terhadap kita. Kadang kita lupa bahwa mungkin hidup sedang mengetuk pintu, nunggu kita menjawab panggilannya, tapi kita malah sibuk mengeluh, sibuk merasa kurang.
Pernah nggak, misalnya, pas lagi down banget, kita ngerasa hidup itu nggak adil? Tapi setelah semua berlalu, kita malah sadar kalau fase itu sebenarnya ngajarin kita sesuatu? Mungkin hidup lagi “minta” kita jadi lebih kuat. Mungkin dia pengen kita belajar tentang sabar, tentang ikhlas, tentang menerima. Kalau kita nggak pernah ngalamin sakit, gimana kita tahu rasanya sembuh? Kalau kita nggak pernah gagal, gimana kita ngerti arti perjuangan? Hidup itu, kadang, cuma ngasih tantangan biar kita bisa tumbuh, biar kita tahu potensi yang kita punya.
Banyak orang sibuk ngejar apa yang hidup bisa kasih. Ada yang ngejar harta, status, atau validasi orang lain. Tapi kalau cuma itu fokus kita, sampai kapanpun kita nggak akan puas. Karena yang kita kejar itu sifatnya fana—datang dan pergi. Sebaliknya, saat kita mulai bertanya, “Apa yang hidup pengen aku lakukan?”, perspektif kita jadi beda. Kita nggak lagi mikirin “aku dapat apa,” tapi mulai mikir “aku bisa kasih apa.” Dan anehnya, dari situ kita malah merasa lebih damai.
Hidup mungkin mengharapkan kita untuk nggak menyerah meskipun dunia kelihatannya nggak adil. Dia mungkin minta kita buat belajar dari kegagalan, terus bangkit lagi. Atau mungkin dia pengen kita berbagi kebaikan sama orang lain, bahkan di tengah rasa sakit kita sendiri. Hidup bukan tentang terus-menerus menerima, tapi tentang bagaimana kita memberi, bertumbuh, dan membuat setiap hari berarti.
Jadi, mungkin ini saatnya kita ubah cara pandang. Bukan lagi bertanya, “Apa yang hidup bisa kasih ke aku?” tapi, “Apa yang hidup ingin aku lakukan hari ini?” Mungkin jawabannya sederhana: jadi lebih baik dari kemarin, bikin seseorang tersenyum, atau sekadar bertahan di hari yang berat. Tapi justru dari hal-hal kecil itu, kita bisa menemukan makna besar yang selama ini kita cari. Hidup nggak nunggu kita untuk sempurna, dia cuma nunggu kita untuk mulai.
46 notes
·
View notes
Text
Laki-laki berproses
2-3 hari ini timeline x sedang penuh dengan kalimat "kenapasih pada alergi banget sama laki-laki yang lagi berproses?". Dari mulai sentimen negatif, positif, netral, sampai terakhir, "giliran ditemenin, pas udah sukses malah ninggalin".
Wait.
Berproses itu kan ada action yah, gak cuma modal "niat" tapi kakean mikir sampe gak mulai-mulai. Secara practical, walaupun dengan gaji yang ngepas, kalo "berproses" untuk improve skills (ambil sertifikasi, sekolah lagi, dll), rate "uang" itu akan ngikut kok. Most likely.
Jadi, mungkin, lebih pinter melihat sisi potensyel, ini orang beneran berproses gak nih, atau sekedar membual ingin ina inu tapi gak mau ambil konsekuensinya.
Lalu soal yang kedua. Mungkin ini pov yang dibenci para perempuan yang ditinggal pacarnya yang sukses. Jadi gini. Ketika kamu "menemani" dia yang sedang berproses, sampai satu titik ybs achieve goal-nya. Disitu akan ada gap, bisa jadi topik obrolan, pemikiran, dll. Karna gap-nya jauh, akan mikir, "ah udah gak nyambung nih". Disitulah titik permasalahannya. Kamu menemani, tapi kamu lupa untuk upgrade dirimu juga.
Jadi, hikmahnya adalah, ketika menemani seseorang yang sedang berproses, pastikan kamu juga berproses, upgrade, keep up to date. Biar ngobrolnya masih nyambung.
5 Februari 2025
67 notes
·
View notes
Text
36/365
youtube
aku suka menulis, eh lebih tepatnya suka bercerita. menemukan aplikasi tumblr sangat membantuku untuk mengungkapkan rasa lewat kata.
beberapa hari yang lalu, ada rekan kerja yang bertanya kepada ku, "apa yang kamu dapatkan selama menjadi wali asrama? atau apa keunggulan yang kamu rasakan selama menjadi wali asrama?"
aku pun berfikir, dan menyadari satu hal; bahwasannya dulu, saat pertama kali datang ke aabs dan menjumpai berbagai macam struggle pada amanah yang melekat pada diriku, aku sering merenung, memikirkan apa yang sedang Allah siapkan untukku hingga Allah menempatkanku pada takdir ini? kemudian aku curhat kepada salah satu rekan kerja senior yang menurutku memiliki pandangan yang bijak; "us, apa Allah lagi ngedidik aku buat jadi ibu rumah tangga ya?" entah kenapa tiba-tiba kalimat itu yang aku katakan, beliau pun terkekeh.
karena sebelumnya aku adalah seorang yang sangat sibuk wkwk, maksudnya sewaktu di Jogja aku memiliki kesibukan dibeberapa tempat, pagi-siang-sore-malam selalu aku habiskan dibeberapa tempat dengan beberapa kesibukan yang berbeda. lalu tiba-tiba Allah berikan amanah baru yang mana disetiap harinya dari pagi-siang-sore-malam aku menghabiskan waktu ditempat yang sama, dengan kesibukan yang sama, sungguh itu adalah hari-hari yang cukup berat untukku bisa beradaptasi dengan semuanya.
kembali lagi pada pembahasan pertanyaan diatas ya. "apa keunggulan yang kamu rasakan setelah menjadi wali asrama?"
dan jawabanku masih tetap sama; "dilatih menjadi ibu rumah tangga", bukan ibu rumah tangga biasa, tapi ibu rumah tangga yang penuh dengan rencana.
menjadi wali asrama mengajarkanku untuk menjadi ibu rumah tangga yang cerdas, punya tujuan, dan bagaimana kita bisa mengerahkan potensi yang kita punya untuk mendukung tumbuh kembang anak didik kita, dan belajar menyelesaikan masalah yang dialami oleh mereka.
kalau di pondok-pondok pada umumnya mungkin seorang musyrifah hanya ditugaskan untuk mendampingi siswa, tapi berbeda dengan aabs. mudir kita selalu menanamkan bahwa mereka adalah anak-anak kita, bagaimana caranya mereka bisa sukses sesuai dengan apa yang kita mau? dan kita, harus memiliki kemauan yang kuat untuk mendidik mereka seperti halnya mendidik anak kandung kita sendiri.
awalnya aku heran, mana bisa seperti itu ya? secara logika aja 1 : 42 anak, dan kita harus memahami mereka dengan detail? tapi ternyata, bisa. seiring berjalannya waktu aku mengenali mereka, memahami mereka, bahkan menyayangi mereka.
dan lucunya sekarang, karena terbiasa dengan rutinitas ini, aku malah jadi berkeinginan untuk menjadi ibu rumah tangga. tapi, ibu rumah tangga yang berdaya, yang memberikan dampak dan manfaat untuk orang-orang disekitarnya.
kalau kata mbak Aji Nur Afifah; "menjadi ibu rumah tangga adalah karir tertinggi seorang wanita". oiya beliu juga membuat komunitas lingkar mama, dibuat dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi walaupun mengemban peran 'ibu rumah tangga'. sangat menginspirasi, semoga aku bisa mencontoh langkah beliau untuk bisa menjadi 'ibu rumah tangga yang memberi dampak' itu. aamiin, hehe.
____
oiya, link youtube diatas adalah rekaman video beberapa bulan yang lalu saat acara ifthar party ke-3 elfethzaffer, diupload untuk dikenang. makasi ya nak anak syudah mau belajar dan bertumbuh bersama, luvv.
#story #aboutwama #perempuan
4 notes
·
View notes
Text
a long road
Pagi ini seperti biasa. Gue reading tentang game design bareng Farras sama Pengky. Sambil cerita ngalor ngidul tentang industri game di Indonesia. Gue merintis karir di game bareng mahasiswa semester 6. Jadi game writer dan di-lead sama Pengky yang sama-sama lagi belajar. Tiap weekend ngelihatin Pengky ngomel ke Farras sambil ceramah perkara level design. Dan Farras yang ketawa-ketawa pasrah buat ngerjain level.
Di usia segini beneran baru bisa merintis karir di dunia game. Gue ngerasa ini telat banget. Mengingat age gap gue sama partner gue aja belasan tahun. Tapi gue baru bisa ke arah sini ya setelah secara finansial mulai tenang. Bukan yang kaya banget sampai bisa DP rumah. Definisi tenang secara finansial buat gue adalah gue tuh udah nggak punya hutang. Sebenernya sekarang tuh gue punya dua pilihan. Mau berjuang naikin income pakai skill sebagai programmer atau gambling dan belajar storytelling lebih jauh lagi. Gue tuh suka banget nonton drama, nonton film, nonton video klip, main game story driven, baca webtoon dst. Intinya gue tuh suka banget sama cerita dalam media apapun. Makanya mumpung sekarang gue punya momen untuk mengejar karir di bidang storytelling, gue lakuin sekuat tenaga tanpa melepas karir sebagai dosen. Karena gue nggak yakin kalo misal nggak gue lakuin sekarang, nanti gue nggak punya kesempatan lagi. However, gue sendiripun juga punya impian punya keluarga kecil yang hidup dengan tenang. Dan karir gue nanti beneran di bidang yang gue nikmatin.
Tapi makin kesini, gue ngerasa jalannya terjal banget. Buat bertahan di dunia game tuh skill aja nggak cukup. Butuh endurance dan waktu buat riset. Butuh berjejaring dengan studio lain dan publisher dst dst. Meskipun berat, gue ngerasa udah pelan-pelan moving sih.
Gue happy banget bisa belajar bareng anak-anak. Meskipun gue nggak yakin kalau mereka lulus, apa masih bisa jalanin studio? Karena gue sendiri pas ngobrol sama Pengky pun lebih suggest dia buat belajar ke studio yang lebih besar biar skill design-nya yang bisa naik cepet. Sementara gue kalo pengen sukses, mungkin jalannya beda. Sekarang mumpung masih di tempat yang sama, gue cukup happy karena bisa saling support.
Yang bikin gue seneng banget selama belajar bikin game adalah karena gue ngerasa disupport. Sebelumnya, tiap kali gue belajar sesuatu yang baru, gue susah nemu temen ngobrol sefrekuensi. Ato kalo nggak gitu ya jadi diarahkan ke achievement ideal perempuan versi masyarakat. Sementara belakangan ini, gue sering banget denger kata-kata penyemangat:
"You deserve a supportive environment"
"Nanti kalo kamu sukses, posisiku mendorong kamu dari bawah atau narik kamu dari atas ya?"
"Aku janji bakal perform dengan baik. Biar kamu bisa explore topik ini lebih jauh"
Dengan medan yang kami hadapi, kami cukup paham bahwa kami sangat mungkin gagal. Tapi dengan encourage yang nggak pernah berhenti, gue jadi merasa tenaga yang gue curahkan nggak sia-sia.
Moga Allah memudahkan hari-hari kami dan kalaupun ketemu hal-hal yang sulit, semoga kami bisa survive dengan baik :D
Tahun ini gue mau ngejar game design sambil nyicil portofolio untuk PhD. Kalau sudah cukup bagus di game design, gue mau nyoba mendalami Unity buat level design sama game mekanik.
20 notes
·
View notes